Professional Documents
Culture Documents
LaporanEkologiRestorasi Kelompok12023
LaporanEkologiRestorasi Kelompok12023
net/publication/370075533
CITATIONS READS
0 435
7 authors, including:
Basuki Wasis
IPB University. Bogor. Republic of Indonesia
566 PUBLICATIONS 3,646 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Basuki Wasis on 18 April 2023.
Kelompok 1
Dosen Praktikum
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
1.2. Tujuan
Praktikum bertujuan:
1. Menganalisis keanekaragaman fauna tanah, vegetasi, dan sifat tanah pada lahan tambang
kapur.
2. Menganalisis korelasi antar variabel yang diamati
2. METODE
1m
20
1m
20
Gambar 3 Plot analisis fauna, fisik,
dan kimia tanah
Dari data yang telah diambil pada lahan tambang, pasca tambang, dan reklamasi pada
pengamatan porositas dan bulk density dapat diamati bahwa nilai porositas dan bulk density saling
bertolak belakang yang berarti dimana nilai porositas tinggi maka nilai bulk density akan rendah,
begitu juga sebaliknya jika nilai bulk density tinggi maka nilai porositas tanah yang didapatkan
akan rendah. Lahan tambang memiliki nilai rata-rata bulk density sebesar 1,399462 yang dapat
dikatakan tinggi dikarenakan kerapatan tanah pada tanah tambang sangat sempit maka vegetasi
tanaman yang dapat tumbuh pada lahan tambang sangat minim bahkan bisa diamati
tanaman/vegetasi tidak dapat tumbuh pada tanah tambang dikarenakan kerapatan tanahnya yang
tinggi dan juga nilai porositas yang rendah yaitu sebesar 47,19011 menyebabkan aerasi dalam
tanah sangat terhambat, lalu pada lahan pasca tambang didapatkan nilai bulk density dan porositas
yang mendekati nilai pada lahan tambang namun dengan nilai bulk density yang lebih rendah yaitu
sebesar 1,34126 dan porositas tanah yang tidak jauh dari lahan tambang namun lebih tinggi yaitu
sebesar 49,38463, dengan nilai tersebut dapat diamati vegetasi yang tumbuh sangat sedikit bahkan
dapat dihitung dikarenakan aerasi pada tanah pasca tambang masih sulit sehingga air yang dapat
ditangkap tanah sangat sedikit, berbeda dengan tanah yang telah direklamasi, nilai bulk density
dan porositasnya sangat berbeda dengan lahan tambang dan pasca tambang dengan nilai bulk
density yang rendah sebesar 1,042661 yang berarti nilai porositas tanahnya untuk aerasi tinggi
dibandingkan lahan tambang dan pasca tambang yaitu sebesar 60,6543, hal ini menyebabkan
vegetasi pada tanah reklamasi sangat tinggi dibanding dengan kedua lahan yang lain karena aerasi
dalam tanah tidak terhambat dan mendukung untuk vegetasi serta organisme dalam tanah untuk
hidup.
(a) (b)
Gambar 4 Warna tanah (a) lokasi tambang aktif (b) lokasi reklamasi
Warna tanah yang terdapat pada lokasi tambang aktif dan pasca tambang memiliki warna
kuning yang menandakan lapisan subsoil pada tanah tersebut sudah hilang, dikarenakan top soil
biasanya berwarna lebih gelap. Lahan reklamasi memiliki tanah yang berwarna sedikit gelap
dibandingkan dengan lahan aktif dan pasca, serta memiliki lebih banyak tanah lempung dibanding
kedua lahan lainnya yang dominan berpasir dan berbatu. Perubahan warna tanah di lahan reklamasi
terjadi akibat adanya vegetasi sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan top soil pada tanah.
Hal ini didukung oleh penelitian Zubaidah (2020), tanah pada lokasi penelitian (tambang kapur)
terlihat berbatu dan berwarna kuning, yang mengindikasikan bahwa lapisan yang terlihat sudah
tidak memiliki top soil karena tanah top soil memiliki warna yang gelap yang disebabkan oleh
kandungan humus dan unsur hara yang tinggi.
Tabel 4 Indeks R, H’, dan kelimpahan fauna tanah pada dua lokasi
Lokasi R H’ Kelimpahan (ind/m2)
Reklamasi 2,25 2,05 7
Pasca Tambang 0,72 0,56 0,8
Hasil analisis pada areal lahan reklamasi pada indeks H’ berkategori sedang dan indeks R
berkategori rendah, sedangkan pada areal pasca tambang kedua indeks berkategori rendah. Hal ini
sesuai pada areal reklamasi memiliki indeks H’ lebih tinggi dibandingkan areal pasca tambang
karena pada areal reklamasi telah tumbuh vegetasi baik semak maupun perdu, dimana seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa vegetasi menjadi salah satu sumber makanan bagi fauna tanah.
Kerapatan (indi/ha)
2500
2000
1500
1000
500
0
10-20 21-30 31-40 41-50 >50
Kelas Diameter (cm)
2500
2000
Kerapatan (indi/ha)
1500
1000
500
0
5-10 11-20 21-30 31-40 >40
Kelas Tinggi (m)
3.5 Biomassa
Biomassa merupakan jumlah karbon potensial yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai
karbon dioksida ketika hutan ditebang atau dibakar, sebaliknya dengan pendugaan biomassa dapat
dilakukan perhitungan jumlah karbon dioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara
melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Indrapaja 2013). Biomassa yang dihitung adalah
biomassa serasah. Serasah adalah kumpulan bahan organik di lantai hutan yang belum
terdekomposisi secara sempurna yang ditandai dengan masih utuhnya bentuk jaringan (Noor et al.
2020).
Tabel 11 Hasil perhitungan biomassa serasah di lahan reklamasi
Serasah pada lahan tambang kapur Ciampea hanya ditemukan di lokasi lahan
pascatambang yang telah direklamasi, karena lahan tersebut memiliki komposisi vegetasi yang
lebih lengkap dibandingkan dengan lokasi lahan pascatambang yang belum direklamasi yang
hanya memiliki vegetasi berupa semai dan tumbuhan bawah. Total biomassa yang dihitung dari
berat kering serasah di 5 plot adalah sebanyak 714,24 gram per m2 atau 7142,4 kg/ha.
4.2 Saran
Jumlah plot yang digunakan terbatas dikarenakan lokasi dilapangan yang terbatas, perlu
penggunaan jumlah plot yang lebih banyak untuk memperkecil galat.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti DR, Bintoro A, Santoso T. 2017. Permudaan alami hutan di Satuan Pengelolaan Taman
Nasional (SPTN) Wilayah III Kuala Penet Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Sylva
Lestari. 5(1): 92-104.
Damayanti DR, Bintoro A, Santoso T. 2017. Permudaan alami hutan di Satuan Pengelolaan
Taman Nasional (SPTN) Wilayah III Kuala Penet Taman Nasional Way Kambas. Jurnal
Sylva Lestari 5(1): 92-104.
Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta: Rajawali Press
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: kademika Pressindo
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Indrapraja R. 2013. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan Meranti
(Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Indrapraja R. 2013. Potensi simpanan karbon di atas permukaan tanah pada tegakan Meranti
(Shorea spp.) di KHDTK Haurbentes, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Noor MS, Hafizianoor, Suyanto. 2020. Analisis cadangan karbon pada tanaman reklamasi lahan
bekas pertambangan batubara di PT. Borneo Indobara. Jurnal Hutan Tropis. 8(1): 99-108.
Noor MS, Hafizianoor, Suyanto. 2020. Analisis cadangan karbon pada tanaman reklamasi lahan
bekas pertambangan batubara di PT. Borneo Indobara. Jurnal Hutan Tropis 8(1): 99-108.
Saridan A, Soegiharto S. 2012. Struktur tegakan tinggal pada uji coba pemanenan di hutan
penelitian Labanan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(3):
239-249.
Saridan A, Soegiharto S. 2012. Struktur tegakan tinggal pada uji coba pemanenan di hutan
penelitian Labanan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(3):
239-249.
Sarief, E.S. 1989. Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Buana.
Sarnubi, Sarno, Marisa H. 2020. Struktur dan komposisi mangrove di Arboretum Taman Nasional
Berbak dan Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. SRIBIOS. 1(1):
2020.
Sarnubi, Sarno, Marisa H. 2020. Struktur dan komposisi mangrove di Arboretum Taman
Nasional Berbak dan Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. SRIBIOS.
1(1): 2020.
Zubaidah S. 2022. Aplikasi seedball dan bioenzim untuk reklamasi lahan bekas tambang batu
kapur, Gunung Putri, Bogor [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain, Kasim S, Hamid H. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi struktur vegetasi hutan
Kota Baruga, Kota Kendari. Jurnal Hutan Tropis. 3(2):99-109.
Zulkarnain, Kasim S, Hamid H. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi struktur vegetasi hutan
Kota Baruga, Kota Kendari. Jurnal Hutan Tropis. 3(2):99-109.