You are on page 1of 9

PENGANTAR STUDY ISLAM

PENULIS
-MUSTHOFA RAJA ARIF

-AFAF NAILURRAHMAN
Anwar Musaddad
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Segala puji Bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Metodologi pendidikan studi Islam
tepat waktu .Shalawat serta salam tercurah kepada Rosulullah SAW, mudah-mudahan
kita mendapatkan syafaatnya di hari ahkir nanti. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam. Dalam penyelesaian
makalah ini, kami mendapakan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Sadarela S.Pd.i M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam. Dan dalam
penyusunan makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak,Oleh
karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman yang
sudah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya,oleh karena itu kami
sangat megharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah Metodologi pendidikan studi Islam ini dapat bermanfat.

PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………..2

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………3

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………..4-6

BAB III

PENUTUP……………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..8

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam adalah agama yang kaya akan keilmuan. Dalam agama islam
banyak hal yang menarik untuk diteliti dan dikaji. Agama samawi yang
dibawa oleh Muhammad sebagai tangan kanan Allah SWT, ini
membawa begitu banyak hal (keilmuan) yang membuatnya menjadi
menarik bagi para peneliti dan pencinta ilmu untuk dikaji tak terkecuali
orang barat. Lantas apa maksud dan kenapa orang barat meneliti ilmu
islam(studi islam), apa sejarahnya dan bagaimana pula metode
penelitian yang digunakan.
Maka dari itu berkenaan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan
saya coba untuk sedikit mengkaji hal tersebut di atas.

2. RUMUSAN MASALAH

-Bagaimana proses Masuknya islam di Barat?

-Model pendekatan kajian islam di barat?

3.Tujuan Masalah

Memberi pengetahuan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan


studi islam di barat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Masuknya Islam di Eropa(Spanyol)

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifal al-Walid (705 – 715
M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti
Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abdul Malik (685 – 705 M). Setelah kawasan ini betul-
betul dapat dikuasai, umat Islam memusatkan perhatiannya untuk
menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu
loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukkan wilayah Spanyol.

2. Masuknya Islam di Amerika

Berbagai literatur, membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Benua


Amerika lima abad sebelum Christopher Colombus menemukannya. Ia
adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia.
Christopher Colombus menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke
benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Colombus menjejakkan
kakinya di Amerika di akhir abad ke-15 Masehi. Lima abad sebelum
Colombus tiba, para pelaut Muslim dari Granada dan Afrika Barat sudah
menjejakkan kaki di daratan-benua yang masih perawan dan hanya
ditinggali oleh suku-suku asli yang tersebar di beberapa bagiannya.
Imigran Muslim pertama di daratan ini tiba sekira tahun 900 Masehi
sampai setengah abad kemudian pada masa kekuasaan Dinasti
Umayyah. Salah satunya bernama Khasy Ibn Said Ibnu Aswad dari
Cordova. Orang-orang Islam inilah yang mendakwahkan Islam pada
suku-suku asli Amerika. Sejumlah suku Indian Amerika pun telah
memeluk Islam saat itu antara lain suku Iroquois dan Alqonquin.

4
A. Model Pendekatan Kajian Islam di Barat

Untuk memahami lebih jauh kondisi kajian Islam di Barat, pertanyaan


pertama yang mendasar adalah bagaimana eksistensi kajian terhadap
agama mereka sendiri? Berkaca pada kajian agama yang dianut oleh
masyarakat mereka, misalnya Kristen, mereka rupanya banyak terlibat
pada kajian teologi. Kajian teologi yang mereka aktifkan adalah studi
Bibel, etika, sejarah agama-agama, dan lain-lain. Ini biasanya
didapatkan pada institusi yang disebut dengan Divinity Schools (sekolah
ketuhanan), atau Seminary, misalnya yang terkenal di Amerika
adalah Hartford Seminary. Dalam perjalanan dan pengembangannya,
bukan hanya menjadikan masyarakat Barat sebagai lapangan
penelitiannya, namun juga masyarakat di dunia Islam.
Pertanyaannya, bagaimana pola pendekatan yang digunakan dalam
meneliti dunia Islam yang sasarannya berupa masyarakat Islam dan
ajaran Islam itu sendiri? Dalam perkembangan terkini, terdapat empat
pendekatan yang dipakai dalam mengkaji tentang keislaman.
Pertama, mereka menggunakan metode ilmu-ilmu yang masuk dalam
kelompok humaniora (humanities), seperti filsafat, filologi, ilmu bahasa,
dan sejarah. Ajaran Islam berupa karya para pemikir yang sudah
termuat dalam teks-teks dijadikan sasaran penelitian dengan
pendekatan yang biasa diterapkan dalam disiplin-disiplin kelompok
humaniora. Bermula dari pendekatan filologi kemudian dengan
pendekatan sejarah yang sangat menonjol, kajian hukum Islam juga
dilakukan dengan pendekatan sejarah pemikiran hukum, seperti halnya
yang dilakukan Joseph Schacht. Sementara John Wansbrough dan
muridnya Andrew Rippin dalam karyanya tentang studi Al Qur’an
berangkat dari kajian kritik bahasa atau literary analysis.
Kedua, mereka menggunakan metode dalam disiplin teologi, studi
Bibel, dan sejarah gereja, di mana pendidikan formalnya diperoleh
dari Divinity Schools. Dalam disiplin itulah mereka menjadikan Islam
sebagai lapangan penelitiannya. Para sarjana dalam bidang ini
mendapatkan pendidikan dari fakultas atau sekolah jenis ini. Justru
model inilah yang banyak dipraktikkan sebelum 1960-an, yakni pada
waktu area studies mengenai Timur Tengah, Timur Dekat, dan Asia
Tenggara belum terwujud. Oleh karena itu sering dijumpai orientalis
yang juga sekaligus pastur, pendeta, uskup, atau setidaknya misionaris.

5
Ketiga, menggunakan metode ilmu-ilmu sosial (sosial sciences), seperti
sosiologi, antropologi, politik, dan psikologi, meskipun disiplin-disiplin
ini ada yang mengelompokkan ke dalam humaniora. Mengenai
metodologi penelitiannya, mereka menggunakan metodologi yang biasa
dipergunakan dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti yang dilukakan
oleh Leonard Binder sebagai seorang ahli politik dan Clifford Geertz
sebagai antropolog.
Keempat, menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-
jurusan, pusat-pusat, atau hanya committee, untuk area studies,
seperti Middle Eastern Studies, Near Eastern Languages and
Civilizations, dan South Asian Studies. Dengan demikian seseorang bisa
mendapat predikat ahli dalam bidang Islam atau keislaman setelah
mendapat training di salah satu dari tempat, sekolah, jurusan, pusat
studi yang bertanggungjawab untuk menyediakan atau melakukan
kajian tersebut. Pendekatan yang dipakai sesuai dengan sasaran
penelitiannya, sehingga kembali pada model-model pendekatan yang
dilakukan oleh disiplin-disiplin tersebut di atas. Wadah area studies ini
cenderung menonjol untuk Kajian Islam di Barat.
Pendekatan pertama sampai ketiga nampaknya lebih jelas, karena
memakai disiplin-disiplin yang sudah dianggap baku dan jurusan atau
fakultas yang jelas pula—meskipun ada tuntutan spesifikasi dari segi
metodologi ketimbang jika sasarannya selain Islam.
Sedangkan areastudies ini berlawanan dengan disiplin yang sudah baku,
karena lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat situasional
daripada teoretik.

6
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:

1. sejarah Berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat adalah disebabkan


para pelajar barat yang datang ke dunia timur untuk mengkaji ilmu.
2. Metode pendekatan yang digunakan secara garis besar terbagi dalam
empat bagian yaitu: Pertama, menggunakan metode ilmu-ilmu yang
masuk dalam kelompok humaniora (humanities), Kedua, metode dalam
disiplin teologi, Ketiga, metode ilmu-ilmu sosial (sosial
sciences), Keempat, pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan,
pusat-pusat, atau hanya committee, untuk area studies.
3. Meski ada orientalis yang selalu ingin memojokan islam namun ada juga
orientalis yang netral. Selain itu ternyata mereka juga memiliki beberapa
kekurangan dalam melakukan studi tentang islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Atang Abd.Hakim, MA.Dr. Jaih Mubarao. 2006. Metodologi Studi


Islam. (Jakarta:Rosdakarya).
Daud Rasyid. 2002. Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam
Sorotan. (Jakarta: Akbar, Media Eka Sarana)
Dr. Daud Rasyid, MA. 2003. Fenomena Sunnah di Indonesia, Potret
Pergulatan Melawan Konspirasi. (Jakarta: Usamah Press.)

You might also like