You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343627140

PAHAMI JEJAK KARBON ANDA DAN PENTINGNYA PRODUK BERKELANJUTAN:


RAMAH BAGI ALAM DAN SESAMA

Article · November 2018

CITATION READS

1 5,553

1 author:

Edi Nurtjahjadi
Universitas Jenderal Achmad Yani
8 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Edi Nurtjahjadi on 02 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

PAHAMI JEJAK KARBON ANDA DAN PENTINGNYA PRODUK


BERKELANJUTAN:
RAMAH BAGI ALAM DAN SESAMA

Edi Nurtjahjadi
email: ed i. n ur tj ahj ad i@lecture.unjani.ac.id

Abstract
Today's modern human activities tend to have distructive impact on the environment,
contributing to the climate change phenomena and cause the global warming. It was all
caused by human and organization carbon emissions or known as carbon footprints. Our
daily food consumption is one of the sources of carbon footprints. Sustainable products
consumption is one of the solutions to deal with the carbon footprints and global warming
issues. Reducing our carbon footprints by planting trees, recycling products, and using the
energy-saving technologies are some of the solutions. Sustainable products characterized by
products that mostly come from planting and harvesting, using recycled materials, organic or
naturally grown, energy efficient, water efficient, and also fuel efficient, reuseable or
recyclable, compostable, and safe for disposal. We can reduce our carbon footprints by (1)
know what we buy or consume, (2) know and understand the ingredients of the products
we used or consumed, (3) using organic or natural materials products, (4) reducing our
daily carbon emissions, (5) recycling, dan (6) using or repairing the reusable and/or
repairable products. So, let us change our behavior by using or consuming sustainable
products, which are (1) has organic or natural materials, (2) using environmentally
friendly packaging, (3) reusable and practically durable, (4) recyclable, (5)
environmentally-safe for disposal, and (6) has low carbon footprints.

Keywords: carbon footprint, sustainable product, sustainability, sustainable marketing,


sustainable behavior

Abstrak
Aktivitas manusia modern saat ini cenderung berdampak buruk terhadap lingkungan
bahkan berkontribusi terhadap perubahan iklim dan mengakibatkan pemanasan global. Hal
tersebut diakibatkan oleh jejak karbon yang berupa emisi yang dihasilkan dari aktivitas
manusia atau organisasi sehari-hari. Jejak karbon juga dihasilkan dari makanan yang kita
konsumsi sehari-hari. Konsumsi produk ramah lingkungan atau produk berkelanjutan
merupakan salah satu solusi manusia dalam menghadapi masalah ini. Mengurangi jejak
karbon bisa dengan cara menanam pohon, mendaur ulang produk dan menggunakan produk
dengan teknologi hemat energi. Beberapa ciri produk ramah lingkungan atau berkelanjutan
diantaranya adalah berasal dari praktek budidaya serta pemanenan, daur ulang, berbahan baku
organik atau alami, efisien dalam penggunaan energi, air, juga bahan bakar, dapat digunakan
ulang atau didaur ulang, dapat diurai, serta aman jika dibuang. Beberapa tindakan yang dapat
membantu mengurangi jejak karbon, yaitu dengan cara (1) mengenali produk yang kita beli
atau konsumsi,(2) mengenali dan memahami isi kandungan produk yang kita beli atau
konsumsi, (3) menggunakan produk berbahan baku atau dasar organik atau alami, (4)
mengurangi emisi karbon dari aktivitas sehari-hari, (5) melakukan aktivitas daur ulang,
dan (6) menggunakan atau memperbaiki produk-produk yang masih dapat digunakan
atau diperbaiki. Maka marilah secara berangsur kita mulai beralih menggunakan produk
berkelanjutan yang secara umum ditandai dengan ciri-ciri (1) berbahan baku alami atau
164
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

organik, (2) mempunyai kemasan yang ramah lingkungan, (3) dapat digunakan ulang
atau relatif tahan lama, (4) dapat didaur ulang, (5) apabila dibuang tidak mencemari
lingkungan, serta (6) mempunyai jejak karbon rendah

Kata Kunci: jejak karbon, produk berkelanjutan, berkelanjutan, pemasaran berkelanjutan,


perilaku berkelanjutan

1. PENDAHULUAN
Masyarakat Hindu Bali mengenal falsafah Tri Hita Karana, yang berarti tiga
penyebab terciptanya kebahagiaan, ketiga hal tersebut berupa hubungan manusia dalam
kehidupan ini, yaitu menyatu dengan alam semesta, menyatu dengan sesama (manusia), dan
menyatu dengan Sang Pencipta. Aktivitas manusia modern saat ini cenderung menyebabkan
kerusakan terhadap alam, berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap manusia
lain, bahkan pada praktiknya seperti mengabaikan anugerah yang telah dilimpahkan oleh
Sang Pencipta kepada umat manusia. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh nafsu manusia
untuk dapat menguasai alam, bukannya bekerja bersama alam. Salah satu dampak terbesar
aktivitas manusia adalah munculnya gas rumah kaca yang menjadi unsur polutan utama
penyebab fenomena pemanasan global. Kita mengenal emisi gas ini sebagai jejak karbon.
Komitmen Bhutan, sebuah negara kecil di utara India, untuk menjadi negara yang
carbon neutral, atau impas atau netral karbon, diungkapkan secara langsung oleh Perdana
Menteri Bhutan, Tshering Tobgay, dalam forum Ted Talk tahun 2016. Disampaikan oleh
beliau bahwa Bhutan bukanlah negara carbon neutral, tetapi carbon negative. Hal ini dapat
dilakukan karena secara umum Bhutan menghasilkan 1,5 juta ton karbon per tahun, tapi
hutan-hutan yang dimiliki negara tersebut dapat menghisap sekitar 6 juta ton karbon setiap
tahun, sehingga kemampuan wilayah tersebut menyerap karbon lebih besar dari karbon yang
dihasilkan (www.ted.com).
Salah satu penyebab pemanasan global adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfir bumi, kebanyakan berupa gas karbon dioksida (CO2), sebagai salah satu jejak
karbon dari aktivitas manusia, seperti menggunakan kendaraan bermotor pribadi,
menggunakan produk atau jasa dengan jejak karbon yang tinggi, atau terbiasa mengonsumsi
produk hasil produksi perusahaan dengan lokasi produksi yang jauh dari tempat manusia
tersebut tinggal (impor atau akibat panjangnya proses distribusi) dimana hal tersebut
menyebabkan semakin panjangnya jejak karbon setiap individu.
Aktivitas manusia, secara langsung maupun tidak langsung, berkontribusi terhadap
peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (www.iesr.or.id). Isu pemanasan global dan produk
tidak ramah lingkungan menjadi mengemuka dikarenakan mulai terlihat dan terasa dampak
buruk dari pemanasan global tersebut, yaitu meningkatnya suhu permukaan bumi rata-rata
sekitar 2 derajat Celsius (www.ted.com). Hal tersebut membuat masyarakat dunia mulai
menyadari pentingnya menggunakan produk ramah lingkungan, yang salah satu cirinya
adalah ditandai dengan rendahnya jejak karbon produk tersebut. Tantangan saat ini bagi
masyarakat modern adalah menciptakan produk yang berkelanjutan atau ramah lingkungan
untuk memenuhi permintaan masyarakat yang semakin sadar terhadap fenomena pemanasan
global atau perubahan iklim ini.
Konsumsi produk yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan permasalahan
pada pelestarian ekosistem, serta kesehatan konsumen dalam jangka panjang. Manfaat produk
ramah lingkungan dalam menjaga lingkungan serta dalam beberapa kasus produk yang
dikonsumsi langsung, dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan hidup konsumennya
menjadi pertimbangan bahwa produk ini layak untuk dipertimbangkan sebagai alternatif
produk dalam pola konsumsi masyarakat (Lin & Lin, 2015).
165
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

Industri hijau adalah salah satu tujuan pembangunan industri, yang tercantum dalam
UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Penerapan konsep industri hijau adalah
syarat dari produk ramah lingkungan (www.kemenperin.go.id).
Konsumen lebih menyukai produk yang tidak ramah lingkungan, hal ini diperlihatkan
oleh hasil penelitian dimana ditemukan bahwa hubungan antara upaya keberlanjutan
(sustainability) dan kehendak konsumen untuk membeli (willingness to pay) menunjukkan
hubungan yang tidak positif atau bahkan negatif, hasil tersebut memperlihatkan konsumen
bersedia membeli tapi tidak mau membayar lebih mahal untuk produk ramah lingkungan (eco
friendly product).⁠ (Anstine; Luchs, et.al dalam Schrettle, et.al, 2013; Ishaswini & Datta,
2011)⁠ . Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen pada umumnya justru memberikan nilai
lebih tinggi kepada produk yang tidak berkelanjutan atau ramah lingkungan (non sustainable)
dibandingkan produk berkelanjutan (sustainable) atau ramah lingkungan.
Belum ada data yang dapat dijadikan acuan atas permintaan terhadap produk ramah
lingkungan ini, meskipun begitu semua upaya yang telah dilakukan baik oleh perusahaan-
perusahaan yang berorientasi lingkungan maupun konsumen dan komunitas pecinta
lingkungan patut diapresiasi. Sebuah survey menemukan lebih dari 50% konsumen merubah
pola konsumsinya menjadi lebih memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan sekitar
80% mengatakan bahwa penting membeli produk dari perusahaan yang ramah lingkungan dan
bersedia membayar lebih. Permintaan produk ramah lingkungan yang saat ini muncul adalah
produk makanan organik dan alami, lalu pakaian katun organik, alat tulis ramah lingkungan,
kosmetik dan mainan ramah lingkungan (Edwards, 2009)⁠ .
Memperhatikan dampak dari konsumsi pribadi merupakan bagian dari perilaku
berkelanjutan (Sustainable Behavior), dimana menurut Tapia-Fonllem, et.al dalam
Nurtjahjadi (2015) ada empat perilaku yang termasuk ke dalam perilaku berkelanjutan,
yaitu pro-ecological, frugal, altruistic dan equitable actions behavior, dimana sebagian
diantaranya adalah menggunakan produk hemat energi, mendaur ulang, menggunakan
sumber energi terbarukan, perilaku altruistik, berfikir tentang ketersediaan sumber daya
bagi generasi mendatang, dll. ⁠
Tulisan ini merupakan sebuah kajian kepustakaan/literatur dengan menggunakan
data sekunder, berupa jurnal ilmiah dan buku teks serta artikel ilmiah yang ditulis dan
dipublikasikan oleh beberapa pihak yang telah lebih dahulu melakukan penelitian atau
studi mengenai jejak karbon serta produk berkelanjutan sebelumnya dan kajian ini akan
dilakukan untuk mengetahui dan mencari informasi tentang semua hal yang berkaitan
dengan jejak karbon (carbon footprints) dan produk berkelanjutan (sustainable products)
serta memberikan wawasan berkaitan dengan solusi bagi isu-isu yang timbul berkaitan
dengan jejak karbon dan produk berkelanjutan.

2. PEMBAHASAN
Keberlanjutan (sustainability) menurut Ehrenfeld (2001) tidak dapat
diimplementasikan hanya kepada salah satu istilah seperti produk atau artefak teknologi,
tetapi lebih tepat kepada sebuah sistem yang kita kenal sebagai bumi. Keberlanjutan adalah
sebuah visi masa depan dimana kita dapat merancang dan membangun jalan hidup kita saat
ini. Definisi keberlanjutan ini juga tidak menyediakan panduan kepada para perancang
produk, artefak atau institusi. Hal ini menurut Ehrenfeld, hanya sebuah pernyataan antologis.
Sehingga sebagai dasar dari sebuah rancangan harus mempertimbangkan kerangka kategori
stratejik, yaitu pertama, alami (naturalistic), dimana berkaitan dengan tempat dimana manusia
berada dalam sebuah sistem alami bernama bumi, lalu kedua, berkemanusiaan (humanistic)
dimana berasal dari sebuah ide kemajuan, dan ketiga, bermoral (moralistic), berasal dari
kesadaran diri (self-consciousness) manusia.
166
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

Beberapa konsep dan hasil penelitian pihak lain yang telah lebih dahulu melakukan
penelitian berkaitan dengan jejak karbon (carbon footprint) serta produk berkelanjutan
(sustainable products) akan penulis sampaikan pada bagian ini sebagai solusi atas kondisi
atau permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan.

A. Jejak Karbon
Konsep jejak karbon (carbon footprint) dan jejak air (water footprint) mulai dikenal
sejak isu perubahan iklim diperdebatkan dan diangkat menjadi isu global sekitar awal tahun
2000an (gambar 1), berasal dari istilah jejak ekologis (ecological footprint) yang mulai
diperkenalkan di tahun 1990an (Ercin & Hoekstra, 2012)⁠ .

Gambar 1. Konsep Jejak

Jejak karbon (carbon footprint) merupakan ukuran dampak aktivitas manusia terhadap
lingkungan terutama pada perubahan iklim serta seberapa banyak gas rumah kaca
(greenhouse gases) yang diproduksi berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari (Lissy P N,
2012; Kumar, et.al, 2014; Ercin & Hoekstra, 2012).
Ercin & Hoekstra (2012) menjelaskan bahwa konsep jejak air (water footprint)
berakar pada hasrat menggambarkan hubungan tersembunyi antara konsumsi manusia dan
penggunaan air dan antara perdagangan global dan pengelolaan sumber daya air. Jejak air ini
berupa ukuran konsumsi dan kontaminasi sumber daya air bersih.
Sedangkan jejak ekologis (ecological footprint) merupakan ukuran besarnya lahan
yang digunakan untuk bio productive dalam hektar, serta yang terakhir diperkenalkan adalah
jejak nitrogen (nitrogen footprint), yaitu ukuran jumlah nitrogen yang dilepaskan ke
lingkungan berkaitan dengan konsumsi manusia.
Cohen & Robbins (2015) menjelaskan bahwa setidaknya ada 3 (tiga) jenis emisi yang
dikenal menurut Greenhouse Gas Protocol, yaitu:
1. Emisi langsung yang dihasilkan dari aktivitas yang dikendalikan oleh organisasi, seperti
penggunaan gas untuk menghangatkan gedung atau emisi dari proses produksi.
2. Emisi dari penggunaan listrik, seperti penggunaan listrik untuk peralatan kantor dan lampu.
3. Emisi tidak langsung dari produk atau jasa, biasanya dihasilkan dari proses distribusi sejak
dari pemasok bahan baku atau bahan mentah, sampai dengan pendistribusian barang jadi
kepada konsumen.
Gao, et al. (2014)⁠ menyatakan bahwa jejak karbon biasanya dihasilkan oleh pribadi,

167
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

produk, organisasi, bahkan sebuah kota dan negara. Jejak karbon pribadi adalah emisi karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh pakaian, makanan, rumah serta perjalanan sehari-hari
seseorang. Jejak karbon sebuah produk adalah ukuran emisi gas rumah kaca dari usia hidup
produk atau jasa, sejak dari ekstraksi bahan mentah, produksi sampai dengan penggunaan dan
penggunaan ulang, serta daur ulang atau pembuangan produk atau jasa tersebut. Jejak karbon
organisasi adalah ukuran emisi gas rumah kaca dari semua aktivitas organisasi, termasuk
energi yang digunakan dalam bangunan, proses industri dan kendaraan milik perusahaan.
Jejak karbon sebuah negara difokuskan pada emisi karbon dioksida di seluruh penjuru negara
yang dihasilkan dari konsumsi keseluruhan dari bahan baku dan energi, tanaman dan karbon
lain yang dihasilkan, baik langsung maupun tidak langsung dari aktivitas impor dan ekspor,
untuk menganalisis emisi karbon dioksida dari seluruh negara. Gambaran batasan dari jejak
karbon tersebut diatas dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Batasan jejak karbon

Gambar tersebut diatas memperlihatkan keterkaitan diantara keempat jenis jejak tersebut.
Sebagai contoh, proses produksi sendiri adalah bagian dari siklus hidup produk, tetapi selain
itu juga merupakan bagian dari atau termasuk jejak organisasi.

1. Impas atau Netral Karbon (Carbon Neutral)

Merupakan istilah untuk mewakili situasi dimana sesuatu (individu atau organisasi)
memiliki emisi bersih nol. Organisasi atau produk biasanya mengakibatkan emisi gas rumah
kaca, dan biasanya dibutuhkan carbon offsets untuk menetralkannya, dimana pengurangan
emisi ini diperoleh dari tempat lain yang dijual kepada perusahaan atau tindakan lain yang
dianggap mengurangi dampak tersebut. Impas Karbon dapat diperoleh dari manapun baik
seseorang, gedung, organisasi atau sebuah wilayah atau negara (Cohen & Robbins, 2015)⁠ .

168
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

2. Gas Rumah Kaca (Greenhouse Gases)

Gas Rumah Kaca (Greenhouse gases) adalah gas yang menyumbang terhadap efek
rumah kaca yang terjadi di atmosfir bumi. Ada enam gas rumah kaca yang diatur oleh Kyoto
Protocol, yang merupakan emisi dalam kuantitas yang signifikan disebabkan oleh aktivitas
manusia dan dianggap memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim, yaitu Carbon
Dioxide (CO2), Methane (CH4), Nitrous oxide (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs),
Perfluorocarbons (PFCs) and Sulphurhexafluoride (SF6). Setiap gas mempunyai dampak
yang berbeda terhadap pemanasan global. Oleh karena itu massa setiap gas emisi biasanya
diterjemahkan menjadi jumlah Carbon Dioxide equivalent (CO2e) sehingga total dampak dari
semua sumber disatukan menjadi satu angka (Cohen & Robbins, 2015)⁠ .
Jejak karbon yang tinggi biasanya dihasilkan dari makanan berupa daging, sedangkan
jejak karbon yang rendah didapat dari sayuran dan buah-buahan, seperti yang diperlihatkan
pada grafik gambar 3 berikut, menurut Environmental Working Group (EWG)
(www.biru.or.id).

Gambar 3. Jejak karbon makanan

Jejak karbon dari aktivitas perjalanan bisa meliputi jenis kendaraan yang digunakan, apakah
kendaraan pribadi (mobil atau motor) atau kendaraan umum (bus, kereta api, atau pesawat).
Jika menggunakan kendaraan pribadi, maka penghitungan jejak karbon juga akan meliputi
jenis bahan bakar yang digunakan. Sementara untuk konsumsi rumah tangga, pada umumnya
dihitung dari berapa kWh listrik yang digunakan dalam satu tahun. Jejak karbon untuk
konsumsi listrik rumah tangga ini kemudian bergantung dari jenis pembangkit listrik yang
digunakan, apakah menggunakan batubara (seperti PLTU-PLTU di Indonesia), bahan bakar
diesel (seperti pada PLTD), nuklir, atau menggunakan energi terbarukan (misalnya surya,
angin, panas bumi, atau hydropower) (www.biru.or.id).
Berbagai cara mengurangi jejak karbon telah disampaikan oleh beberapa pihak,
misalnya sebagian dari kita masih sulit menghindari penggunaan kendaraan bermotor
pribadi, tetapi kita dapat mengurangi jejak karbon, terutama bagi pemilik mobil
(Carbonfund.org, 2016)⁠ ⁠ ⁠ , dengan cara:
169
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

1. Mengendara dengan lebih baik (Drive better), hasil studi menunjukkan perbedaan sampai
dengan 30% untuk konsumsi bahan bakar dalam jarak per liter dikarenakan kebiasaan
mengemudi. Kita dapat menyimpan lebih dari 1 ton CO2 per tahun dengan cara:
– Akselerasi lebih lambat dan lembut
– Mengendara pada batas kecepatan yang telah ditentukan
– Menjaga kecepatan konstan
– Antisipasi perhentian dan titik mulai anda
2. Pemeliharaan (Maintenance), selalu melakukan tune up mobil kita secara berkala
dan jalankan secara efisien.
3. Pemeliharaan lanjutan (More Maintenance), mengganti filter udara, oli dan bahan
bakar anda sesuai jadwal.
4. Ban (Tires), jaga tekanan ban anda (hal ini dapat menyimpan 200-350 kg CO2 per tahun).
5. Jadikan kendaraan anda berikutnya efisien bahan bakar (Make your next vehicle a fuel-
efficient one), periksa panduan standar kendaraan ramah lingkungan yang diterbitkan oleh
instansi berwenang termasuk emisi gas buang dengan memperhatikan kemampuan
kendaraan tersebut.
6. Efisiensi bahan bakar rumah tangga (Household fuel efficiency), apabila anda memiliki
lebih dari satu mobil, dan salah satunya digunakan sehari-hari, maka mobil yang
digunakan sehari-hari harus irit bahan bakar.
Secara umum hasil penelitian Eludoyin (2015) merekomendasikan perubahan pola
makan masyarakat dari makanan dengan jejak karbon tinggi ke yang lebih rendah jejak
karbonnya. Rekomendasi juga diberikan terhadap proses atau inovasi dalam mengurangi
limbah makanan.
Goodall (2017), dalam Guardian.com, menyatakan ada 15 cara untuk dapat
mengurangi jejak karbon, yaitu:
1. Mengurangi perjalanan menggunakan pesawat, sebagai gantinya, apabila memungkinkan,
menggunakan kereta api.
2. Mengurangi konsumsi daging terutama daging sapi dan kambing, dikarenakan kedua
jenis daging tersebut menghasilkan gas metan cukup tinggi, sekitar 20% dibandingkan
tumbuhan.
3. Mengurangi penggunaan penghangat ruangan adalah salah satu penyebab emisi gas
rumah kaca, dapat dikurangi dengan menambah insulasi atau lapisan pada dinding rumah
dapat mengurangi penggunaan penghangat ruangan.
4. Mengurangi penggunaan alat rumah tangga lama yang menggunakan gas atau minyak,
atau menggunakan alat baru yang lebih efiesien energinya.
5. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dan beralih ke alternatif seperti kendaraan
listrik atau minimal transportasi publik.
6. Mengurangi pembelian produk baru, seperti kendaraan atau alat elektronik, apabila tidak
sangat diperlukan.
7. Menggunakan lampu hemat energi, seperti LED, adalah solusi hemat energi karena
biasanya bisa digunakan lebih lama, sampai dengan 10 tahun.
8. Menggunakan peralatan rumah tangga seperti lemari es atau mesin cuci yang hemat
energi.
9. Mengurangi konsumsi produk baru seperti pakaian, jika tidak diperlukan, karena
membeli 1 kaus baru menghasilkan konsumsi energi yang sama dengan menggunakan
listrik selama 3 hari.
10. Membeli produk makanan lokal lebih baik dibandingkan impor.
11. Menggunakan sumber energi alternatif dan terbarukan seperti panel surya untuk sumber
listrik rumah tangga, akan mengurangi jejak karbon.
170
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

12. Membeli produk dari perusahaan yang mempunyai komitmen dalam mengurangi emisi
gas karbon dalam proses produksinya.
13. Mengurangi investasi di perusahaan pertambangan minyak, karena perusahaan tersebut
mengelola energi yang tidak terbarukan, serta menyumbang emisi gas karbon.
14. Mendorong para wakil rakyat atau politisi untuk lebih peduli terhadap energi yang
terbarukan.
15. Membeli listrik dan gas dari perusahaan yang juga memproduksi energi yang terbarukan,
sehingga kita dapat mendorong mereka untuk meningkatkan produksi energi yang
terbarukan.

Gambar 4. Jejak Karbon yang dihasilkan manusia

Gambar 4 di atas menunjukkan aktivitas manusia sehari-hari, pada umumnya di negara


maju, yang menghasilkan jejak karbon, yang biasanya didapat dari total penjumlahan dua
bagian, yaitu jejak primer (primary footprint) yang berwarna gelap dan jejak sekunder
(secondary footprint) yang berwarna cerah.
Jejak primer (primary footprint) adalah sebuah ukuran emisi CO2 langsung hasil
pembakaran bahan bakar fosil termasuk konsumsi domestik pribadi dan transportasi (seperti
penggunaan mobil dan pesawat terbang), sedangkan jejak sekunder (secondary footprint)
adalah emisi CO2 tidak langsung dari daur hidup produk yang kita gunakan, semakin banyak
yang kita beli, semakin tinggi jejaknya (Kumar, et.al, 2014; Lissy P N, 2012)⁠

Tabel 1. Emisi Karbon

171
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

Tabel 1 di atas menunjukkan berapa banyak gas CO2 yang dihasilkan dari penggunaan
bahan bakar yang biasa kita gunakan atau konsumsi serta aktivitas atau konsumsi manusia
dalam kehidupan sehari-hari (Lissy P N, 2012).
Menurut Goodier dalam Cohen & Robbins (2015), ada beberapa cara untuk
mengurangi jejak karbon individu maupun organisasi, yaitu:
1. Menanam pohon, adalah salah satu tindakan atau upaya yang paling umum dan mudah
dalam mengurangi jejak karbon, karena pohon menyerap CO2 dan dapat mengurangi
emisi karbon.
2. Mendaur ulang limbah rumah tangga, industri dan konstruksi, sehingga mengurangi
penggunaan bahan baku atau material baru.
3. Beberapa teknologi baru rendah energi, seperti bola lampu hemat energi, atau
penggunaan kendaraan listrik dapat mengurangi emisi karbon. Hal lainnya adalah
menggunakan energi terbarukan (renewable energy) seperti pembangkit listrik tenaga
angin atau surya dapat mengurangi emisi karbon.
Jejak karbon yang tinggi banyak disebabkan oleh proses produksi makanan atau sikap
manusia pada umumnya terhadap makanan (Eludoyin, 2015), proses produksi makanan dan
limbah secara konsep dapat dilihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Rantai produksi makanan dan limbah sebagai penyumbang jejak


karbon
Eludoyin (2015)⁠ juga menjelaskan bahwa energi yang dikonsumsi pada aktivitas
pertanian berkontribusi terhadap jejak karbon. Aktivitas peternakan menghasilkan gas metan
(CH4) dan nitrogen oksida (N2O) yang biasanya dihasilkan dari lahan pertanian yang
menggunakan pupuk.
Aktivitas dalam pemrosesan makanan atau pengolahan untuk konsumsi pasar
swalayan serta produk siap konsumsi merupakan sumber karbon bagi lingkungan. Daging
beku atau yang dikeringkan menggunakan oven adalah beberapa diantaranya. Banyak studi
menunjukkan bahwa penduduk di negara berkembang terutama di pedesaan masih
menggunakan kayu bakar atau arang sebagai sumber energi, yang menghasilkan emisi karbon.
Distribusi produk makanan banyak menggunakan kendaraan bermotor untuk
172
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

transportasi hasil panen dari pertanian ke tempat pemrosesan. Secara umum transportasi dan
limbah dari distribusi makanan adalah sumber utama emisi karbon.
Penduduk perkotaan terbiasa mengonsumsi produk olahan, seperti mie instan dan
minuman dalam kemasan. Restoran cepat saji serta gerai-gerai makanan di pusat kota
biasanya banyak dikunjungi oleh penduduk perkotaan, dimana pada proses perolehannya
mereka menggunakan kendaraan bermotor untuk menjangkau tempat-tempat tersebut.
Semakin banyaknya masyarakat yang mengonsumsi produk dengan jumlah yang
banyak dan harga yang tinggi untuk memperlihatkan status ekonomi mereka. Kebalikan dari
masyarakat di negara berkembang, penduduk negara maju biasanya mendonasikan bahan
rumah tangga melalui tempat amal serta fasilitas daur ulang. Kebiasaan di negara berkembang
adalah tidak tersedianya fasilitas pengolahan bahan yang sudah tidak terpakai sehingga
seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah akhir yang merupakan sumber polusi
lingkungan serta penghasil CO2 dan gas metan (Eludoyin, 2015).

B. Produk Berkelanjutan (Sustainable Products)


Pemasaran ramah lingkungan (green marketing) mengacu kepada sekumpulan upaya
pemasaran yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi semua perubahan yang
ditujukan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, yang muncul dengan dampak
kerusakan minimal pada lingkungan alam (Polonsky, 1994 dalam Lim, et.al, 2013).
Dampak minimal terhadap lingkungan alam tersebut dapat dicapai dengan
menyediakan dan menawarkan produk berkelanjutan atau ramah lingkungan kepada pasar.
Produk berkelanjutan (sustainable products) ditujukan kepada produk yang mempunyai
dampak sosial dan atau lingkungan yang positif atau mempunyai atribut etis yang positif
(Luchs, et.al, 2010).
Ada 3 (tiga) kategori produk ramah lingkungan dalam kaitannya dengan perilaku
konsumen (Lin & Lin, 2015)⁠ , yaitu, pertama adalah kesadaran atas tindakan untuk
melindungi lingkungan (the awareness of actions for environmental protection), ada pada
atribut Reusable and Eco-Friendly Material dimana produk tersebut memperlihatkan
konsekuensi yang diinginkan seperti melindungi bumi, mengurangi polusi lingkungan dan
penggunaan sumber daya yang efektif. Pada saat konsumen mencapai konsekuensi tersebut,
mereka dapat mendorong kesadaran ramah lingkungan dan sampai pada nilai rasa pencapaian
dan kepemilikan.
Kategori kedua adalah kesadaran akan pencarian kepentingan atau minat (the
awareness for the pursuit of interests): konsumen percaya bahwa produk ramah lingkungan
dengan atribut desain hemat energi membawa ketahapan pengurangan konsumsi energi dan
oleh karena itu memungkinkan konsumen menekan biaya pengeluaran. Produk ramah
lingkungan yang dapat digunakan kembali (reusable) tidak hanya membantu mengurangi
biaya tetapi juga membawa kenyamanan dan hemat waktu. Dari konsekuensi tersebut,
konsumen dapat mencapai nilai terakhir dari kesenangan dan kenikmatan hidup.
Kategori ketiga adalah kesadaran akan kesehatan dan keamanan (the awareness for
health and safety). Konsumen percaya bahwa bahan alami dan mudah terurai (biodegradable)
dari produk ramah lingkungan tidak akan membahayakan tubuh manusia dan menghubungkan
atribut dengan konsekuensi mendukung kesehatan fisik dan mental dan mencapai pada tahap
akhir dari rasa keamanan.
Produk berkelanjutan dapat meminimalkan biaya lingkungan dan sosial melalui siklus
atau daur hidup produk (product life-cycle) dan ditujukan untuk memaksimalkan manfaat
lingkungan dan sosial kepada masyarakat, tetapi tetap dapat berjalan secara ekonomis.
Edwards (2009) menawarkan konsep siklus hidup produk yang lebih sederhana dimana

173
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

sumber daya dan limbah dikelola dalam siklus yang berputar (cyclical) dalam lingkaran
tertutup (close loop), sehingga produk dapat digunakan kembali (reuse), didaur ulang
(recycled) dan diolah kembali (remanufactured), dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Product Life Cycle (Cyclical)

1. Lowell Center Framework for Sustainable Products


Beberapa pertanyaan tambahan yang perlu kita pertanyakan berkaitan dengan produk
berkelanjutan seperti:
1. Dalam kondisi seperti apakah produk tersebut dibuat?
2. Apakah proses produksinya aman bagi pekerjanya?
3. Sumber daya atau bahan baku seperti apa yang digunakan dan apa dampak terhadap
lingkungan dari produk tersebut pada saat produksi, penggunaan serta pembuangan?
Dan beberapa pertanyaan tambahan lain seperti, (1) apakah pekerjanya mendapatkan upah
yang layak? dan (2) apakah keuntungan yang diperoleh perusahaan mendukung atau
menyumbang terhadap pembangunan masyarakat lokal?
Edwards (2009) menawarkan kerangka kerja yang disebut Lowell Center Framework
for Sustainable Products dimana disajikan 5 (lima) kerangka kerja yang dapat digunakan oleh
para pengambil keputusan untuk dapat mengidentifikasi kondisi yang diperlukan, sebagai
berikut:
2. Healthy for Consumers
Kondisi dimana apakah rancangan produk menghindari bahan kimia beracun dan apakah
produk aman pada saat digunakan.
3. Safe for Workers
Kondisi dimana mempertimbangkan beberapa hal dalam kaitannya dengan kondisi
pekerja dan tempat bekerja seperti, jam dan langkah kerja, keamanan tempat bekerja, layak
secara ergonomis, ventilasi aliran udara yang baik dan bebas dari paparan racun, serta
kebebasan berserikat.
4. Environmentally Sound
Mempertimbangkan beberapa kondisi dimana terukur serta ramah terhadap lingkungan,
diantaranya menghindari bahan kimia beracun; efisien dalam penggunaan energi, air dan
bahan; tahan lama; dapat terurai secara alami; dapat didaur ulang; menggunakan sumber daya
yang dapat diperbaharui.
5. Beneficial to Local Communities
174
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

Mempertimbangkan beberapa hal berkaitan dengan masyarakat seperti apakah pekerja


mendapatkan upah yang layak, anggota masyarakat mempunyai suara dalam mengambil
keputusan, dan apakah keuntungan bertumbuh di masyarakat lokal.
6. Economically Viable
Apakah produk yang dihasilkan responsif terhadap permintaan pasar, dan apakah harga
produk sudah memperhitungan biaya sosial dan lingkungan.

Gambar 7. Lowell Center Framework for Sustainable Products

2. Strategi bagi rancangan produk berkelanjutan (sustainable products)


Ottman (2011) menyatakan bahwa ada 15 strategi berkaitan dengan perancangan
produk berkelanjutan (sustainable products), hal ini berkaitan dengan upaya perusahaan yang
ramah lingkungan untuk mempertemukan kebutuhan konsumen dengan pertimbangan-
pertimbangan upaya berkelanjutan (sustainability).
1. Praktik pemanenan dan pertambangan berkelanjutan (Sustainable harvesting and mining
practices).
Keberlanjutan menjadi sangat penting bagi bisnis di masa sekarang bagi pabrikan yang
sumber daya bahan mentahnya terancam. Sumber daya yang keberadaannya hari ini
melimpah, kemungkinan akan jadi langka di masa datang.
2. Isi daur ulang (Recycled content)
Mendaur ulang menjadi salah satu strategi rancangan ramah lingkungan yang penting,
karena dapat mengurangi dampak buruk bagi lingkungan yang berasal dari
pertambangan, pengapalan, dan produksi bahan baku baru. Sebagian bahan baku seperti
kaca dan aluminium dapat didaur ulang, sementara kertas dan plastik dapat didaur ulang
menjadi bahan baku yang lebih rendah kualitasnya.
3. Pengurangan sumber daya atau bahan baku (Source reduce)
Polusi sebisa mungkin dihindari atau dikurangi selama hal tersebut dimungkinkan. Proses
daur ulang masih menyisakan masalah berkaitan dengan jejak karbon yang dihasilkan
dari transportasi mendistribusikan bahan baku bekas ke tempat fasilitas daur ulang. Salah

175
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

satu pemecahannya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan baku.


4. Pembudidayaan secara organik (Organically grown)
Sejak ditemukannya dampak buruk pestisida oleh Rachel Carson (1962) dalam bukunya
Silent Spring membawa produsen menggunakan lebih banyak sumber daya alami yang
organik (seperti coklat, kapas, sayuran, buah-buahan, dll).
5. Perdagangan yang fair (Fair trade)
Beberapa hal berkaitan dengan praktek manufaktur yang baik seperti upah yang layak
dan sertifikasi proses produksi yang memenuhi standar.
6. Pengurangan bahan beracun (Reduce toxicity)
Mengurangi bahan beracun (berbahaya) sebagai bagian dari proses produksi akan
berdampak baik bagi perusahaan, biasanya dikaitkan dengan resiko yang lebih rendah
bagi karyawan, dan mengurangi kemungkinan masalah yang timbul diakibatkan oleh
proses produksi seperti kebocoran, pencemaran atau radiasi.
7. Berfikir global, budidaya lokal (Think global, grow local)
Salah satu mengurangi dampak produksi gas rumah kaca sebagai jejak karbon yang
dihasilkan berkaitan dengan proses produksi adalah dengan cara mencari sumber daya
bahan baku lokal yang dekat dengan fasilitas produksi. Salah satunya adalah dengan
bekerja sama dengan petani atau produsen bahan baku lokal sebagai pemasok.
8. Praktek produksi yang bertanggung jawab (Responsible manufacturing practices)
Praktek produksi yang bertanggung jawab adalah salah satunya dengan mengurangi emisi
pabrik, mengubah sumber energi menjadi ramah lingkungan, penggunaan air yang
bertanggung jawab, selain banyak ukuran lainnya.
9. Efisien dalam energi dan bahan bakar (Energy- and fuel-efficient)
Teknologi cerdas diciptakan untuk menghemat energi dan bahan bakar, seperti
penggunaan tombol power “stand by” sebagai manfaat yang didapat dari label Energy
Star, yang dapat ditemui pada sekitar 50 jenis produk elektronik.
10. Efisien dalam penggunaan air (Water-efficient)
Penggunaan teknologi terbaru untuk menghemat air pada produk pertukangan, ledeng,
serta peralatan untuk kamar mandi atau toilet dengan tombol pilihan volume penggunaan
air.
11. Perpanjangan usia hidup produk (Extend product life)
Merancang produk dengan usia hidup produk yang panjang, sehingga konsumen dapat
menggunakan untuk waktu yang cukup lama.
12. Dapat digunakan dan diisi ulang (Reusable and refillable)
Penggunaan bahan yang dapat digunakan atau diisi ulang, seperti kantung belanja, botol
minum, dan beberapa produk terbaru seperti sedotan, alat makan, serta sumpit berbahan
stainless steel.
13. Dapat didaur ulang (Recyleable)
Penggunaan bahan yang dapat didaur ulang seperti kemasan karton yang dapat didaur
ulang atau beberapa produk furnitur yang menggunakan bahan yang dapat didaur ulang.
14. Dapat diurai (Compostable)
Penggunaan bahan baku biomaterial agar dapat diurai setelah dikonsumsi, seperti
kemasan berbahan alami atau sikat gigi bambu.
15. Aman untuk dibuang (Safe for disposal)
Kandungan bahan berbahaya atau kimiawi berbahaya yang dapat membahayakan
lingkungan sebisa mungkin dihindari, atau dipilih yang mengandung bahan paling sedikit
atau paling tidak berbahaya.

176
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

3. KESIMPULAN

Jejak manusia di tanah akan sangat mudah terhapus, tetapi jejak karbon dari
aktivitas manusia akan tertinggal untuk waktu yang lama, dan berdampak terhadap
alam dan kehidupan manusia sampai kepada generasi berikutnya. Sangatlah penting
bagi kita untuk memahami jejak karbon yang kita hasilkan dari aktivitas sehari-hari dan
mengenali dampak hal tersebut bagi lingkungan serta alam sekitar. Mengurangi jejak
karbon dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
mengonsumsi atau menggunakan produk berkelanjutan atau ramah lingkungan.
Mengurangi jejak karbon dari aktivitas kita dapat dimulai dengan cara (1)
mengenali produk yang kita beli atau konsumsi termasuk di dalamnya adalah mengenali
dari mana produk tersebut berasal, (2) mengenali dan memahami isi kandungan produk
yang kita beli atau konsumsi, diupayakan yang paling sedikit mengandung bahan yang
mencemari tubuh atau lingkungan, (3) menggunakan produk berbahan baku atau dasar
organik atau alami, (4) mengurangi emisi karbon dari aktivitas sehari-hari dengan cara
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi atau mengganti dengan kendaraan
ramah lingkungan dengan emisi rendah seperti sepeda atau kendaraan listrik, (5)
melakukan aktivitas daur ulang produk-produk yang mudah untuk didaur ulang, seperti
penggunaan furnitur bekas untuk menjadi fungsi lainnya, dan (6) menggunakan atau
memperbaiki produk-produk yang masih dapat digunakan atau diperbaiki, seperti
peralatan mekanik, elektronik atau juga pakaian.
Marilah kita mulai beralih mengonsumsi produk-produk berkelanjutan sebagai
pengganti dari produk yang biasa kita konsumsi, dimana sebagian dari ciri-cirinya
adalah (1) berbahan baku alami atau organik, (2) mempunyai kemasan yang ramah
lingkungan, (3) dapat digunakan ulang atau relatif tahan lama, (4) dapat didaur ulang,
(5) apabila dibuang tidak mencemari lingkungan, (6) hemat energi/air, serta (7)
mempunyai jejak karbon rendah.
Jadi, mari kita pahami jejak karbon kita, sehingga kita dapat melakukan upaya
terbaik dan berkontribusi terhadap pelestarian alam serta kehidupan di muka bumi ini,
menggunakan produk berkelanjutan atau ramah lingkungan, ramah bagi alam dan
sesama, sehingga kita akan dapat mencapai kebahagiaan sejati dengan menyatu dengan
alam, sesama dan Sang Pencipta.

DAFTAR PUSTAKA

As-sya’bani, J. A. (2017). Jejak Karbon. Retrieved from


http://www.biru.or.id/index.php/news/2017/02/16/273/jejak-karbon.html. Diakses
tanggal 23 November 2017
Carbonfund.org. (2016). Reduce What You Can, Offset What You Can’t. Retrieved from
https://carbonfund.org/reduce/. Diakses tanggal 13 November 2017
Cohen, N., & Robbins, P. (2015). Green Cities:An A-to-Z Guide (Carbon Footprint). Sage
Publications. Sage Publications.
Edwards, S. (2009). The Lowell Center Framework for Sustainable Products. University of
Massachusetts Lowell.
Ehrenfeld, J. (2001). Designing ‘ Sustainable ’ Product / Service Systems John Ehrenfeld
Executive Director International Society for Industrial Ecology. Second International
Symposium on Environmentally Conscious Design and Inverse Manufacturing, 12–23.
177
Portofolio Volume 15 No. 2, Nop 2018 : 164 - 179 ISSN : 1829 -7188

Eludoyin, O. M. (2015). The Challenge of Reducing Food Carbon Footprint in a Developing


Country. Journal of Climatology & Weather Forecasting, 03(01), 1–5.
https://doi.org/10.4172/2332-2594.1000124
Ercin, A. E., & Hoekstra, A. Y. (2012). Carbon and Water Footprints: Concepts,
Methodologies and Policy Responses. UNESCO. Retrieved from
http://www.unesco.org/water/wwap
Gao, T., Liu, Q., & Wang, J. (2014). A comparative study of carbon footprint and assessment
standards. International Journal of Low-Carbon Technologies, 9(3), 237–243.
https://doi.org/10.1093/ijlct/ctt041
Goodall, C. (2017). How to Reduce Your Carbon Footprint. Retrieved from
https://www.theguardian.com/environment/2017/jan/19/how-to-reduce-carbon-
footprint. Diakses tanggal 12 November 2017
Ishaswini, & Datta, S. K. (2011). Pro-environmental Concern Influencing Green Buying: A
Study on Indian Consumers. International Journal of Business and Management, 6(6),
124–133. https://doi.org/10.5539/ijbm.v6n6p124
Kumar, M., Sharma, L., & Vashista, P. K. (2014). Study on Carbon Footprint. International
Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 4(1), 345–355.
Lim, W. M., Ting, D. H., Ng, W. K., Chin, J. H., & Boo, W. A. (2013). Why Green Products
Remain Unfavorable Despite Being Labelled Environmentally-Friendly?
Contemporary Management Research, 9(1), 35–46. https://doi.org/10.7903/cmr.10209
Lin, Y., & Lin, H. (2015). The Benefits and Values of Green Lifestyle Consumers.
International Journal of Marketing Studies, 7(1), 24–38.
https://doi.org/10.5539/ijms.v7n1p24
Lissy P N, M. (2012). Carbon Footprint of an Educational Institution as a Technique for
Sustainable Development. The International Journal of Engineering And Science
(IJES), 1(2), 196–200.
Luchs, M. G., Naylor, R. W., Irwin, J. R., & Raghunathan, R. (2010). The Sustainability
Liability: Potential Negative Effects of Ethicality on Product Preference. Journal of
Marketing, 74(September), 18–31.
Nurtjahjadi, E. (2015). Perilaku Berkelanjutan : Merubah Perilaku Diri Sendiri Dapat
Menyelamatkan Lingkungan Dan Dunia. In Prosiding Seminar Nasional Ekonomi &
Bisnis (SNEB) 2015 (pp. 1–4). Retrieved from
http://repository.fe.unjani.ac.id/index.php/beranda/volumeprosiding/31/30
RI, Kementerian. Perindustrian. UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pub. L. No.
UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (2014). Indonesia. Retrieved from
http://www.kemenperin.go.id/download/5181/Undang-Undang-No-3-Tahun-2014-
Perindustrian. Diakses tanggal 17 April 2017
Rindayu, C. (2011). Tips untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dari Aktivitas Sehari-
hari. Retrieved from http://iesr.or.id/2011/04/tips-untuk-mengurangi-emisi-gas-rumah-
kaca-dari-aktivitas-sehari-hari/. Diakses tanggal 23 Desember 2017
Schrettle, S., Hinz, A., Scherrer-Rathje, M., & Friedli, T. (2013). Turning sustainability into
action: Explaining firms’ sustainability efforts and their impact on firm performance.
178
Pahami Jejak Karbon Anda Dan Pentingnya Produk Berkelanjutan: Ramah Bagi Alam Dan
Sesama

International Journal Production Economics, (February).


https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2013.02.030
Tapia-Fonllem, C., Corral-Verdugo, V., Fraijo-Sing, B., & Durón-Ramos, M. F. (2013).
Assessing sustainable behavior and its correlates: A measure of pro-ecological, frugal,
altruistic and equitable actions. Sustainability (Switzerland), 5(2), 711–723.
https://doi.org/10.3390/su5020711
Ted.com. (2016). Tshering Tobgay Prime Minister of Bhutan. Retrieved from
https://www.ted.com/speakers/tshering_tobgay. Diakses tanggal 13 Oktober 2017
Biodata Penulis
Edi Nurtjahjadi, adalah Dosen tetap Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani)

179

View publication stats

You might also like