You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,


meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi merupakan salah satu
bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan
ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan
keamanan penggunaan obat. Dalam dunia farmasi mempelajari berbagai ilmu
terapan salah satunya ilmu kimia.
Kimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan,
struktur, sifat, dari skala atom hingga molekul dan perubahan energi yang
menyertai suatu perubahan materi atau zat yang dapat diketahui melalui
reaksireaksi kimia.
Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Zat-
zat yang terlibat dalam perubahan kimia yaitu unsur dan senyawa. Untuk
mengetahui ciri dari suatu unsur dan senyawa dapat diketahui dari sifat-sifat kimia
dan fisis. Sifat kimia adalah sifat yang dapat ditunjukan dengan melalui perubahan
kimia sedangkan sifat fisis merupakan sifat yang dapat diamati tanpa mengubah
susunan zatnya contohnya yaitu sintesis aspirin.
Aspirin atau asam asetil salisilat, dengan rumus molekul C 9H8O4, adalah
senyawa yang tidak larut dalam air, tidak berbau, serta berwujud kristal padat
pada suhu kamar. Aspirin dalam bidang farmasi dan kesehatan dikenal sebagai
obat antipiretik, analgesik (penenang), dan anti-inflammatory. Dalam bidang
kesehatan, aspirin digunakan untuk mengurangi demam, inflamasi,
pembengkakan serta digunakan untuk mencegah penggumpalan darah (Al-sabea
et al., 2010).
Asam asetil salisilat adalah jenis obat turunan dari salisilat. Asam asetil
salisilat dibuat dengan reaksi asetilasi senyawa fenol (dalam bentuk asam salisilat)
menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis, yaitu asam sulfat

1
(H2SO4) sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat berfungsi sebagai alkohol dan
reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi (Wilmana & Sulistia, 2012).
Pada proses sintesis aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus -OR dari alkohol. Ester
dapat dibuat dari asam dengan alkohol atau dari anhidra asam dengan alkohol.
Suatu asam ester karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R
dengan R dapat terbentuk alkil maupun asil. Alkohol dengan asam karboksilat dan
turunan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat. Reaksi ini disebut dengan
reaksi esterifikasi (Fessenden dan Fessenden, 1986). Aspirin berbeda dengan
derivat asam salisilat lainnya karena mempunyai gugus asetil. Gugus asetil inilah
yang nantinya mampu menginaktivasi enzim siklooksigenase, sehingga obat ini
dikenal sebagai AINS yang unik karena penghambatannya terhadap enzim
siklooksigenase bersifat ireversibel (Majeed et al., 2003), sementara AINS lainnya
menghambat enzim siklooksigenase secara kompetitif sehingga bersifat reversibel
(Roy, 2007).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan tentang Asam asetil
salisilat adalah jenis obat turunan dari salisilat. Asam asetil salisilat dibuat dengan
reaksi asetilasi senyawa fenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan
anhidrida asetat dengan bantuan sedikit katalis, yaitu asam sulfat (H 2SO4) sebagai
penghidrasi. Pada percobaan ini, pentingnya aspirin untuk dilakukan yaitu karena
dalam bidang farmasi dilaksanakan dengan cara mereaksikan asam salisilat
dengan asam asetat anhidrat dengan menggunakan bantuan katalisator asam
melalui proses reaksi asetilasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan sintesis aspirin?
2. Bagaimana proses terjadinya reaksi asetilisasi pada aspirin?
3. Bagaimana cara mensintetis aspirin dari asam salisilat dan asetat anhidrat?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun maksud praktikum kali ini yaitu:
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan sintesis aspirin.

2
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya reaksi asetilisasi
aspirin.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara mensintesis aspirin dari asam
salisilat dan asetat anhidrat.
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini yakni:
1. Untuk dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
sintesis aspirin.
2. Untuk dapat mengetahui dan memahami proses terjadiya reaksi asetilisasi.
3. Untuk dapat mengetahui dan memahami cara mensintesis aspirin dari
asam salisilat dan asetat anhidrat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Aspirin

Aspirin merupakan golongan obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang


memiliki efek analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Indikasinya yaitu nyeri
(ringan-sedang), antiplatelet pada terapi kardiovaskular dan stroke, rheumatoid
artritis, osteoarthritis, dan gout.3,4,5 Mekanisme kerja dari aspirin yaitu
menghambat enzim siklooksigenase (COX) terutama siklooksigenase-1 (COX-1)
sehingga terjadi penghambatan biosintesis prostaglandin dan tromboksan dari
asam arakhidonat (Faza, 2011).
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung (Emmy, 2019).
2.1.2 Esterifikasi
Esterifikasi yang merupakan suatu reaksi yang lambat. Untuk
mempercepat terjadinya reaksi dapat dilakukan dengan pemanasan. Panas akan
menyebabkan partikel bergerak lebih cepat karena adanya peningkatan energi
kinetik dari pereaksi sehingga peluang terjadinya tumbukan akan semakin besar
dan terben-tuknya produk juga semakin besar. Panas yang diperlukan untuk
mempercepat reaksi juga harus memperhatikan karakteristik dari zat yang
bereaksi. Panas yang terlalu tinggi bisa merusak pereaksi sehingga perlu
diperhatikan sifatsifat pereaksi dan ditentukan panas optimum yang digunakan
dalam reaksi esterifikasi (Bagus, 2014).
Untuk memperoleh hasil yang optimum pada esterifikasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu menghilangkan produk atau dengan menggunakan pereaksi
berlebih. Untuk memperoleh hasil yang optimum digunakan pereaksi berlebih
yaitu dengan memperbanyak jumlah mol dari alkohol. Dengan mol alkohol yang
lebih besar maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan sehingga produk ester

4
akan lebih banyak. Jadi ada tiga faktor yang mempengaruhi proses esterifikasi
yaitu jumlah asam sulfat yang ditam-bahkan, lama waktu reaksi, dan komposisi
jumlah pereaksi yang digunakan (Bagus, 2014).
2.1.3 Asetilasi
reaksi asetilasi biasa digunakan pada pembuatan selulosa asetat dan
pembuatan aspirin. Agen asetilasi yang umum digunakan untuk industri adalah
anhidrida asetat karena lebih murah, tidak mudah dihidrolisis, dan reaksinya tidak
berbahaya . Reaksi berkatalis asam dari suatu anhidrida dengan alkohol atau fenol
akan menghasilkan ester. Reaksi ini menggunakan anhidrida asetat yang tersedia
secara komersial (Retnoningrum, 2014).
2.1.4 Kristalisasi
Teknik kristalisasi umum digunakan untuk pemurnian bahan aktif farmasi
dengan cara mengkristalkan kembali untuk memperoleh fase padatan setelah
dilarutkan pada pelarut yang sesuai (Ahmad Fauzi, 2019).
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan didalam sebuah
fasa homogen. pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa uap, seperti
pada proses pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan suatu cairan pada
titik lelehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair) (Rasyidi, 2008)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Gunawan, 2007)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethylhidroksidase
Rumus Molekul : C₂H₅OH
Berat Molekul : 46.07 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

5
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : Antiseptik (membunuh mikroorganisme pada
jaringan hidup) dan desinfektan (membunuh
mikroorganisme pada jaringan mati)
Kegunaan : Sebagai pensteril mikroorganisme pada alat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.2 Anhidrida Asam Asetat (Dirjen POM, 1979; Pubchem, 2019)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIC ANHIDRATE
Nama Lain : Anhidrida asam asetat
Rumus Molekul : (CH3CO)2O
Berat Molekul : 102,09 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, berbau tajam,


mengandung tidak kurang dari 95% etanol.
Kelarutaan : Larut dalam air,benzena dan etanol
Khasiat : Membersihkan noda pada kaca, benda berbahan
kuningan, baja dan kerak pada mesin pembuat
kopi.
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.3 Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979; Rowe 2009)
Nama Resmi : ACIDUM SALYCILICUM
Nama Lain : Asam salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138,12 g/mol

6
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna


putih atau tidak berbau, Agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol 95%, mudah larut dalam kloroform , kalius
sitrat dan natrium sitrat.
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.4 Aqua destilata ( Dirjen POM, 1979; Pubchem,2019)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling, air murni, air steril.
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih , tidak berwarna , tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.
Kelarutan : Larut dalam semua pelarut polar.
Khasiat : Menghilangan dehidrasi, melindungi tubuh dari
penyakit, membantu melancarkan peredaran
darah, menggantikan cairan keluar dari tubuh,
menjaga asupan oksigen dalam tubuh, menjaga
tekanan darah stabil, dan melancarkan sistem
pencernaan tubuh
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7
2.2.5 Asam sulfat (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
Rumus Molekul : H2SO4
Berat Molekul : 98,079 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Kristal putih tidak berwarna, larutannya alkali,


tidak berbau, efforesensi, kristal transparan.
Kelarutan : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol.
Kegunaan : Sebagai katalis
Penyimpanan : Dalam wadah yang sejuk dan kering.

8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 18 April 2022, pukul 07.00
sampai dengan 10.00 WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Kimia
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Corong, Erlenmeyer,
Gelas Ukur, Penangas, Pipet Tetes, Spatula, Timbangan Analitik.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Alkohol 70%, Aqua
dingin, Anhidrida Asetat, Asam Salisilat, H2SO4, Kertas Perkamen, Kertas Saring,
Tissu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dan bahan dengan alkohol 70%
3. Dipanas akan air dalam penangas
4. Ditimbang 1,4 gram asam salisilat dan dimasukan ke dalam erlenmeyer
5. Ditambahkan 4 ml larutan anhidrida asam asetat hingga dapat membilas
erlenmeyer
6. Ditambahkan 5 tetes larutan H2SO4 dan aduk larutan tersebut
7. Dipanaskan labu erlenmeyer yang berisi campuran tersebut selama 5 menit
8. Dambahkan 20 ml aquadest dingin dan dinginkan larutan tersebut
hingga membentuk kristal, setelah 2-3 menit
9. Untuk mempercepat kristalisasi, diding labu erlenmeyer dapat digerus
dengan spatula hingga kristal muncul
10. Ditambahkan 50 ml aquadest dingin dan dinginkan labunya di dalam
penangas es hingga kristal sempurna.

9
11. Dikumpulkan kristal yang terbentuk dengan menggunakan Corong
Buncher, timbang kristal yang di dapatkan.
12. Ditimbang kristal yang didapat

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat Kristal

2,61 gram

4.2 Pembahasan
Sintesis aspirin (asam asetisalisilat) dari asam salisilat dilakukan dengan
reaksi asetilasi pada media asam. Asam salisilat akan berinteraksi dengan asetat
anhidrat dengan adanya asam sulfat. Asam asetilsalisilat murni hanya
mengandung satu gugus fungsi asam yang dapat melewati sebagian besar sistem
pencernaan tanpa menyebabkan iritasi. Asam asetisalisilat akan terhidrolisis di
dalam sistem peredaran darah untuk meregenarasi asam salisilat (Rahmadani, dkk.
2021). Agen asetilasi yang umum digunakan untuk industri adalah anhidrida
asetat karena lebih murah, tidak mudah dihidrolisis, dan reaksinya tidak
berbahaya (Wahyuni 2004). Reaksi berkatalis asam dari suatu anhidrida dengan
alkohol atau fenol akan menghasilkan ester. Reaksi ini menggunakan anhidrida
asetat yang tersedia secara komersial (Harwood, dkk. 2009).
Dalam percobaan sintesis aspirin hal yang pertama dilakukan yakni
menyiapkan alat dan bahan. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.Menurut
Difa (2020), alkohol 70% termasuk disinfektan tingkat menengah, yang biasa
digunakan pada permukaan instrumen yang berpotensi terkontaminasi oleh
mikroorganisme dan juga sebagai antiseptik topikal karena mempunyai efek
bakterisida yang kuat.
Langkah selanjutnya, dipanaskan air menggunakan penangas. Ditimbang
asam salisilat sebanyak 1,4 gram, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Menurut Fatmawati & Herlina (2017), asam salisilat dikenal juga dengan Asam

11
2,hidroksi-benzoat merupakan senyawa golongan fenol. Asam salisilat dalam
sintesis aspirin terdapat pada dua tahap reaksi, yaitu tahap pertama hidrolisis
aspirin menjadi asam salisilat diikuti dengan esterifikasi asam salisilat dengan
suatu alkohol dan adanya katalis asam menjadi metil salisilat (Rahmadani, dkk.
2021).
Ditambahkan 4 mL anhidrat asam asetat hingga dapat membilas labu
erlenmeyer. Menurut Martin (2012), anhidrida asetat digunakan sebagai pelarut
asam salisilat yang berperan dalam proses asetilasi pembentukan asam asetil
salisilat tanpa diencerkan terlebih dahulu dengan akuades (H 2O). Anhidrida asetat
((CH3CO)2O) merupakan anhidrida organik berupa zat cair tak berwarna yang
digunakan sebagai zat penghidrasi dan zat pengasetilasi.
Dimasukkan 5 tetes asam sulfat (H2SO4). Menurut Antonius, dkk (2021),
penambahan asam sulfat pada campuran adalah sebagai katalik asam yang dapat
mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga
reaksi berjalan lebih cepat dan energi yang diperlukan dalam reaksi asetilasi
semakin sedikit. Katalis mempercepat reaksi kinetika terhadap hasil
termodinamika. Fungsi katalis yaitu sebagai aktivasi, selektivitas, dan dekativasi.
Aktivasi sebagai pendorong reaksi berjalan cepat dengan memberikan jalur
alternatif, katalis sebagai selektifitas yaitu selektif pada suatu reaksi sehingga
menghasilkan produk yang sesuai dan juga katalis sebagai deaktifasi yaitu katalis
digunakan sebagai penghambat laju reaksi yang terjadi (Setiawan, 2017).
Dikocok larutan tersebut hingga asam salisilat larut. Pengocokan
dilakukan untuk mencampurkan ketiga bahan tersebut secara sempurna dengan
mempercepat tumbukan antar partikel yang terus terjadi dan melarutkan padatan
asam salisilat sehingga mempercepat terjadinya reaksi pembentukan asam asetil
salisilat (Martin, 2012). Dipanaskan labu erlenmeyer yang berisi campuran
tersebut selama 5 menit. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan zat pengotor
pada larutan agar dihasilkan kristal dengan kemurnian yang tinggi serta untuk
mempercepat kelarutan padatan asam salisilat, dimana terjadinya gerakan kinetik
antar partikel yang semakin cepat sehingga dapat mempercepat laju reaksi

12
(Martin, 2012). 50oC-60oC adalah suhu optimal dimana reaksi pembentukan
aspirin berlangsung dengan cepat. Apabila suhunya terlalu tinggi maka ester yang
terbentuk akan terurai. Sedangkan, jika suhunya terlalu rendah, maka reaksi akan
berlangsung dengan lambat dan proses pembentukan aspirin akan memakan
waktu yang lama (Dian, dkk. 2009).
Setelah 2-3 menit ditambahkan 70 mL aqua dingin ke dalam l larutan
tersebut hingga membentuk kristal. Menurut Hart (2003), pendinginan pada suhu
ruang dilakukan agar kalor pada larutan keluar ke lingkungan sehingga suhu
larutan turun dan membentuk kristal berwarna putih dengan kisi yang masih
renggang. Selanjutnya dikumpulkan krital yang terbentuk dengan menggunakan
corong buchner dan kertas saring yang telah dijenuhkan sebelumnya. Menurut
Wulandari (2011) penjenuhan kertas saring diperlukan untuk memperoleh
pemisahan yang baik. Kemudian ditimbang kristal yang didapatkan.

Gambar 4.2.1 MekanismeReaksiPembentukan


(Nisyak&Hisbiyah, 2019)
Aspirin

Mekanisme reaksi yang terjadi pada gambar di atas adalah anhidrida asetat
menyerang H + sehingga terjadi protonasi. Kemudian anhidrida asetat mengalami
resonansi dan menyerang gugus fenol dari asam salisilat. H+ terlepas dari –OH
dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asetat. Anhidrida asetat terputus
menjadi asam asetat dan asam asetil salisilat (Fessenden & Fessenden, 1994).

13
Gambar 4.2.2 Persamaanreaksisintesis aspirin (Rahmadani, 2021)

Sintesis asam asetisalisilat dari asam salisilat dilakukan dengan reaksi


asetilasi pada media asam. Asam salisilat akan berinteraksi dengan asetat anhidrat
dengan adanya asam sulfat. Asam asetilsalisilat murni hanya mengandung satu
gugus fungsi asam. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil kristal
asam asetil salisilat seberat 2,61 gram. Dengan katalis H 2SO4 (asam sulfat), maka
residu yang dihasilkan bersifat asam. Hal ini menurut Setiawan (2017), katalis
merupakan senyawa kimia yang meningkatkan laju reaksi pada reaksi kimia tanpa
katalis tersebut secara permanen terlibat didalam reaksi. Sehingga katalis pada
akhir reaksi tidak berikatan dengan senyawa reaktan maupun produk yang ada.
Keadaan senyawa katalis sebagai subjek pada tiap interaksi kimia yang terjadi
dengn reaktan tetapi katalis tidak berubah di akhir reaksi.
Adapun kemungkinan kesalahan dari praktikum kali ini yaitu, pada saat
penimpbangan bahan yang kurang tepat, yang dapat berpengaruh pada perubahan
reaksi kimianya, tumpahnya larutan, kurang tepatnya dalam meneteskan larutan,
serta pecahnya alat lab yang digunakan.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara
perifer. Obat ini digunakan pada terapi simtomatis penyakit rematik
(osteoatritis, atritis gout) dalam menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri. Obat ini juga sering digunakan untuk pengobatan kepala, menekan
rasa sakit pada hari-hari setelah luka dan yang timbul setelah operasi, nyeri
ginekologi dan nyeri neurologi.
2. Proses terjadinya reaksi asetilasi aspirin dengan pembentukan Kristal kami
memperoleh hasil 2,6179 gram.
3. Sintesis aspirin dilakukan dengan melarutkan asam salisilat
(HOC6H4COOH) dengan anhidrida asetat ((CH3CO)2O) dan H2SO4 pekat.
Campuran dikocok dan dipanaskan kemudian didinginkan dalam wadah
berisi es batu. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan anginkan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat
laboratorium, serta dapat memaksimalkan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam praktikum sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saran kami untuk asisten yakni agar selalu senantiasa bias lebih
membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum Kimia Organik sehingga
praktikan dapat menjalankan prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.3 Saran untuk Praktikan
Diharapkan untuk praktikan agar dapat melaksanakan praktikum dengan
baik, serta dapat bekerja sama satu dengan yang lain, dan juga diharapkan agar
selalu dapat menjaga kebersihan laboratorium.

15
16

You might also like