You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok
dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi,
kimiadan masih banyak cabang ilmu lainnya (Anief, 2005).
Kimia Farmasi Analisis merupakan suatu metode untuk memperoleh aspek
kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya,
dan bahan kimia pada umumnya. Ilmu kimia analisis mempunyai keterkaitan dengan
bidang ilmu yang lain, misalnya dengan ilmu statistika, terkait dengan pengolahan
data hasil analisis (Underwood, 1981).
Dalam analisis kuantitatif ada beberapa metode titrasi yang sering digunakan
salah satunya metode titrasi permanganometri dimana permanganometri merupakan
suatu penetapan kadar atau reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku
Kalium Permanganat (KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat encer. Metode
permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini
berlangsung dalam suasana asam, netral, dan alkalis, dimana kalium permanganate
merupakan oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi
reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat inilah yang telah digunakan
meluas lebih dari 100 tahun (Svehla, 1990).
Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (± 70ºC)
untuk mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk
beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan
titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang
terjadi berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran
dapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai

1
pada tetesan dimana warna merah menjadi warna merah jambu.
(Harjadi,W.1990).
Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana
asam yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam
(H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan
bilangan oksidasi +7 menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan
indicator lain. Karena KMnO4 sudah mampu memberikan perubahan warna saat
titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda. Sifat dari
KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator (Breck,1974).
Dimana pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi dimana terjadi penerimaan atau
penangkapan elektron serta penambahan hidrogen (H) dan pelepasan oksigen (O)
atau turunnya bilangan oksidasi sedangkan oksidator merupakan suatu reaksi dimana
terjadi pelepasan elektron hidrogen (H) dan penerimaan oksigen (O) (Hardjadi,1990).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini
didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Permanganometri juga
bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya.
Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat
organik. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer.
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan
oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia
biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi
Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama
untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+mempunyai warna pink (merah
muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4- berwarna

2
sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna
akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4-
dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari metode
permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya praktikum ini (penentuan
kadar besi secara permanganometri) (Yudhi, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas metode permanganometri digunakan untuk
menentukan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan menggunakan
kalium permanganat sebagaititran, titrasi ini dilakukan dalam suasana asam karena
akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya, kalium permanganat selain sebagai
titran juga bertindak sebagai indikator.
1.2 Maksud Percobaan
Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami prinsip titrasi
permanganometri dalam menentukan kadar besi (Fe) didalam suatu sampel dengan
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO4).
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat dengan Asam sulfat.
2. Menentukan persen kadar besi (II) sulfat didalam suatu sampel dengan
menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO 4) sesuai dengan prinsip
titrasi permanganometri.
1.4 Prinsip Percobaan
Percobaan ini didasarkan pada reaksi (Reduksi Oksidasi) dimana larutan
(KMnO4) bersifat oksidator dari larutan uji dan sampel bersifat reduktor dan redaksi
pada larutan baku KMnO4 sampai tetap warnamerah muda (Hardjadi,1990
1.5 Manfaat Percobaan
1. Praktikan mampu menentukan pembakuan larutan Kalium Permanganat
dengan Asam Oksalat.
2. Praktikan mampu menentukan persen kadarbesi (II) sulfat didalam suatu
sampel dengan menggunakan larutan standar kalium permanganat (KMnO 4) sesuai
dengan prinsip titrasi permanganometri.

3
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori
Titrasi permanganometri merupakan bagian dari titrasi redoks, yang
menggunakan larutan KMnO4 sebagai zat pengoksidasinya (oksidator). Larutan
KMnO4 bukan standar primer, karena larutan ini sukar diperoleh dalam keadaan
murni dan bebas dari MnO2. Selain itu air suling biasa kemungkinan mengandung
zat-zat Tereduksi yang akan bereaksi dengan KMnO4 membentuk MnO2. Adanya
MnO2 sangat mengganggu karena dapat mengkatalisis penguraian permanganat.
Larutan KMnO4 dapat distandarkan dengan arsen (III) oksida atau natrium oksalat.
(Tim Praktikum Kimia Analitik Dasar, 2021).
Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang
amat encer. Satu tetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda
yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan d a l a m s e b u a h
titrasi. warna ini di pergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia,
karena Mangan (Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7 (Raymond, 2005).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara luas
dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi
redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untukdigunakan dalam analisa
titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Kalium permanganat telah
banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen
ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator
terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0.1N permanganate memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan
dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan

4
reagen tersebut. Permanganate menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat
hadir dalam kondisi kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. Reaksi yang paling
umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam larutan larutan
yang bersifat amat asam, 0.1N atau lebih. MnO- + 8H+ + 5 e ⇌ Mn2+ + 4H2O E0 =
+1,51v (Day and Underwood,2002).
Kalium permanganat adalah larutan standar sekunder. Oleh karena itu,
sebelum digunakan, kalium permanganat harus distandarisasi terlebih dahulu oleh
larutan standar primernya. Larutan standar primer yang umum digunakan untuk
menstandarisasi larutan permanganat adalah natrium oksalat Adapun reaksi yang
terjadi saat standarisasi adalah:
5C2O42- (aq) + 2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) → 10CO2 (g) + 2Mn2+ (aq) + 8H2O (l)
(Putra, 2016) .
Titik akhir titrasi saat standarisasi ditandai dengan munculnya warna merah
muda akibat kelebihan ion permanganat. Permanganometri pada umumnya digunakan
untuk menentukan kadar dari besi(II). Ion permanganat akan mengalami reduksi
menghasilkan Mn2+, sedangkan besi(II) akan mengalami oksidasi menghasilkan
besi(III). Berikut adalah reaksi reduksi oksidasi ketika dilakukan titrasi:
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5Fe2+ (aq) → Mn2+ (aq) + 4H2O (l) + 5Fe3+ (aq)
Reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat. Reaksi
reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Tinjauan reaksi reduksi
dan oksidasi berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen ternyata kurang universal
karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen saja. Konsep reaksi reduksi dan
oksidasi selanjutnya dijelaskan dengan menggunakan konsep transfer elektron.
Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi
pengikatan elektron. Berdasarkan konsep tersebut dapat dinyatakan bahwa peristiwa
reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara bersamaan. Reaksi transfer elektron
terjadi pada senyawa-senyawa yang berikatan ion. Ion positif terbentuk karena suatu
atom melepas elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena suatu atom

5
mengikat elektron, sedangkan pada senyawa kovalen, proses pembentukan senyawa
kovalen tidak disertai dengan terjadinya perpindahan elektron. Senyawa kovalen
terjadi karena pembentukan pasangan elektron bersama (Prilianti, 2012).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol,
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C2H6O


Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,dan
mudah bergerak, bau khas dan rasa panas. Mudah
terbakar dan memberikan nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat yang akan digunakan
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat.
2.2.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

6
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Penjenuh kertas saring
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Ferro sulfat ( DITJEN POM, 1995 )
Nama resmi : FERO SULFAT
Nama lain : Feri sulfat; asam sulfat; besi (3+)
Rumus molekul : FeSO4
Berat molekul : 278,01 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat,


tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di
udara kering. Segera teroksidasi dalam udara
lembab membentuk besi (III) sulfat berwarna
kuning kecoklatan.
PH : Lebih kurang 3,7
Kelarutan : Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol;
sangat mudah larut dalam air mendidih
Khasiat : Mengobati kekurangan zat besi, dan juga untuk
aplikasi industry
2.2.3 Asam sulfat (FI. IV hal.52)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07g/mol

7
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau


sangat tajam dan korosif.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
2.2.4 Kalium permanganat (FI. III hal.330)
Nama resmi : KALII PERMANGANAS
Nama lain : Kalium permanganat
Rumus molekul : KMnO4
Berat molekul : 158,03g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap; ungu atau hampir hitam; tidak


berbau; rasa manis atau sepat.
Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air ; mudah larut dalam air
mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern

8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum “Kimia Farmasi”. Pada hari
Rabu tanggal 21 September 2022 jam 10:00 – 13:00 WITA, bertempat di
laboratorium Kimia Analisis Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu, buret, corong, gelas ukur, pipet, spatula,
lap kasar, labu ukur, labu erlenmayer, neraca halus, klem, statiff.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu, alkohol 70%, aquadest, H2SO4,
KMnO4, ferosulfat, perkemen, tissue.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan KMnO4
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang serbuk KMnO4 sebanyak 0,31 g
4. Dimasukkan serbuk yang telah ditimbang ke dalam gelas baker
5. Ditambahkan aquadest 100 ml
6. Diaduk hingga akhir
3.3.2 Titrasi permanganometri
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang garam ferosulfat sebanyak 600 mg atau sama dengan 0,6 g
4. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
5. Ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml
6. Dimasukkan H2SO4 sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer dan dihomogenkan

9
7. Dimasukkan larutan KmnO4 sebanyak 33 ml ke dalam buret
8. Dititrasi larutan yang sudah dihomogenkan dalam erlenmeyer
9. Dilihat hasil perubahan warna yang terjadi

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan

HASIL KETERANGAN
Pada sampel pertama tidak terjadi
perubahan warna.

Pada sampel kedua terjadi


perubahan warna menjadi warna
merah jambu dengan jumlah
volume KmnO4, 34 mL.

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan fe
% kadar fe : V. N . Fe
Berat sampel
: 0,5 . 0,1. 158,034
600 . 100
: 0,79017
60.000
: 0,000013 %
4.2.2 Perhitungan normalitas KMnO4
N : mxa
N : gr x5
Bm x n
0,1 N : gr x5
158,034 x 0,1 L

11
gr : 158,034 x 0,1 x 0,1 L
5
gr : 1.58034
5
: 0,31 gram
3.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini digunakan metode permanganometri dimana titrasi
didasarkan pada reaksi redoks. Kalium permanganate merupakan oksidator
kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah netral atau basa lemah. Titrasi harus
dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi
bolak-balik,sedangkan potensial elektroda sangat bergantung pada pH.
Pada percobaan kali ini kami membuat terlebih dahulu larutan baku KMnO4.
Dimana disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian
dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%, setelah itu ditimbang kalium
permanganat sebanyak 0,6 g dan dilarutkan dalam 100 mL air di dalam gelas kimia.
Kemudian dituang kedalam erlen meyer dengan menggunakan corong yang,
kemudian dikocok sampai benar-benar larut.
Langkah selanjutnya pembuatan larutan baku KMnO4 dengan menggunakan
asam oksalat sebagai larutan baku karena asam oksalat sangat baik dalam keadaan
asam sehingga akan lebih memudahkan titrasinya. Sebelum melakukan pembakuan
KMnO4 dibuat terlebih dahulu larutan asam oksalat, disiapkan terlebih dahulu larutan
asam oksalat,disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 %, kemudian ditimbang asam
oksalat sebanyak 0,6 g dan dilarutkan dalam air sebanyak 100 mL didalam gelas
kimia di goyang sampai larut, setelah larut masukan ke dalam erlen meyer.
Langkah selanjutnya pembuatan titrasi permanganometri ferosulfat, yang
pertama disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian dibersihkan alat dan
bahan dengan alkohol 70%, kemudian ditimbang garam ferosulfat sebanyak 0,6 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmayer dan ditambahkan aquadest sebanyak

12
100 ml, kemudian masukkan H2SO4 sebanyak 25 ml, ke dalam labu erlenmayer dan
dihomogenkan, selanjutnya masukkan larutan KMnO4 sebanyak 50 ml, dan dititrasi
larutan yang sudah dihomogenkan, amati dan catat hasil perubahan warna serta
volume KMnO4 yang terpakai.
Pada saat melakukan titrasi berdasarkan cara kerja diatas, kami mengamati
perubahan warna pada sampel ke dua dengaan 50 ml larutan KMnO4 pada buret,
yang digunakan sebanyak 34 ml, kemudian terjadi perubahan warna pada larutan,
yaitu berubah menjadi warna merah jambu. Hal ini terjadi berdasarkan jurnal sains
2016, bahwa pada titik akhir titrasi bertindak sebagai indikator, (auto indikator). Titik
akhir titrasi ditunjukan dengan perubahan warna bening menjadi warna merah muda
sekali atau merah jambu, warna merah muda timbul akibat kelebihan ion
permenganat. Satu tetes ion permenganat akan menimbulkan warna merah muda yang
cukup jelas terlihat (Frischa 2016).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi yakni, pada sampel uji pertama jumlah
ferosulfat yang ditimbang tidak akurat, yang seharusnya 600 mg atau setara dengan
0,6 gram dan yang ditimbang lebih dari 0,6 gram, maka dari itulah pada sampel uji
pertama tidak terjadi reaksi atau perubahan warna apapun.

13
BAB 5
PENUTUP
5.1.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan dan didapatkan melalui perhitungan konsentrasi KMnO4 0,1
N dengan menggunakan asam sulfat 4 N yaitu 0,00013 %.
2. Dari percobaan penentuan kadar besi yang dilakukan secara permanganometri
didapatkan kadar Fe2+ pada sampel adalah 0,31 gram.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar jurusan dapat melengkapi sarana dan prasarana agar dapat memberikan
kenyamanan pada mahasiswa dalam melakukan aktivitas di kampus Universitas
Negeri Gorontalo.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar alat-alat di laboratorium dapat dilengkapi atau diperbaiki agar
seluruh aktivitas di dalam laboratorium dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
masalah apapun.

5.2.3 Saran Untuk Asisten


Kepada para asisten diharapkan dapat membangkitkan semangat kepada
kami sebagai praktikan agar proses belajar dan praktik akan lebih hidup dan
memberikan nilai-nilai edukatif.

5.2.4 Saran Untuk Praktikan


Diharapkan agar praktikan dapat menyimak dengan baik saat asisten
memberikan arahan agar mempermudah dalam menyelesaikan praktikum.

14
15

You might also like