Professional Documents
Culture Documents
Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan Kehakiman
UUD 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan
ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan
lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Pasal
24 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Perubahan UUD 1945 telah membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan,
khususnya dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Perubahan tersebut antara lain
menegaskan bahwa:
Bab IX UUD 1945 tersebut terdiri dari lima pasal, yaitu pasal 24, pasal 24A, Pasal 24B,
pasal 24C, dan pasal 25. Perlu penulis tegaskan di sini bahwa penulis membuat klasifikasi
tersendiri dari ketentuan-ketentuan pasal tersebut di atas dengan maksud untuk
memudahkan pembaca dalam memahami ruang lingkup kekuasaan kehakiman di
Indonesia.
1) Ketentuan umum
C. MAHKAMAH AGUNG
c. Pengadilan Khusus
Pengadilan anak, niaga, hak asasi manusia, tindak pidana korupsi, hubungan
industrial dan perikanan merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
peradilan umum.
Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-
kurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
belum pernah kawin.
Pasal 1 angka (2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang dimaksud
anak nakal adalah: a) anak yang melakukan tindak pidana, atau b) anak yang melakukan
perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-
undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam
masyarakat. Pengertian atau definisi anak nakal sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka (2) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di atas akan membawa
persoalan di dalam penerapannya. Untuk pengertian Anak Nakal vide Pasal 1 angka (2)
huruf a UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, tidak menimbulkan persoalan.
Namun, untuk pengertian Anak Nakal yang diatur dalam Pasal 1 angka (2) huruf b UU
No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak akan membawa persoalan dalam
Pengadilan Niaga adalah Pengadilan Khusus yang dibentuk di lingkungan peradilan
umum yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perkara
kepailitan dan penundaan kewajiban dan pembayaran utang (PKPU).
Adapun tugas peradilan tinggi agama (PTA) Pengadilan Tinggi Agama bertugas
dan berwenang mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam
tingkat banding.
a. Pengadilan Agama
Peradilan agama adalah salah satu di antara peradilan khusus di In- donesia.
Dua peradilan khusus lainnya adalah Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
Negara. Dikatakan peradilan khusus karena Peradilan agama mengadili perkara-
perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu.¹ Dalam hal ini, peradilan
agama hanya berwenang di bidang perdata tertentu saja, tidak termasuk bidang
pidana dan pula hanya untuk orang-orang Islam di Indonesia, dalam perkara-
perkara perdata Islam ter- tentu tidak mencakup seluruh perdata Islam².
Dari yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa peradilan agama adalah
salah satu dari Peradilan Negara di Indonesia yang sah, yang bersifat Peradilan
Khusus, yang berwenang dalam jenis perkara per- data Islam terentu, bagi orang-
orang Islam di Indonesia.
b. Pengadilan Syari’ah Aceh
Peradilan syari'at Islam di Aceh yang dilakukan oleh Mahkamah Syar'iyah
merupakan Pengadilan Khusus dalam lingkungan Peradilan Agama. Peradilan
syari'at Islam di Aceh (Mahkamah Syar'iyah) merupakan pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan agama sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang
peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan
umum sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang peradilan umum.
Wewenang Mahkamah Syar'iyah sebagai pengadilan khusus seperti yang dijelaskan
dalam Pasal 3A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tidak lagi terbatas dalam
bidang perdata, tetapi juga mencakup bidangmu'amalah dan jinayah. Sebagai
bagian dari sistem peradilan Indonesia, Mahkamah Syar'iyah memiliki dua
kompetensi dasar,yaitu wewenang Peradilan Agama dan sebahagian wewenang
Peradilan Umum. Penyempurnaan yang menyangkut dengan kewenangan
tambahan dari Mahkamah Syar'iyah tersebut harus dibuat dalam bentuk
undangundang yang khusus mengatur tentang Mahkamah Syar'iyah sebagai
pengadilan khusus