You are on page 1of 9

Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.6, No.1 Juni 2015, hlm.

109–117 ISSN: 2356-4962


E-mail: fhukum@yahoo.com
Website: www.jchunmer.wordpress.com

PERBANDINGAN HUKUM INDONESIA DAN MALAYSIA


TERHADAP KETIDAKSEIMBANGAN
DALAM PERJANJIAN BAKU

Sunarjo
Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang
Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Malang
E-mail: sunarjo@unmer.ac.id

Abstract
An analysis to the comparison between Indonesian law and Malaysian law toward the imbalance of standard
agreement shows that in Indonesia, every agreement or contract must fulfill the requirement of agreement
legality as it is arranged in article 1320 KUHP civil. If the requirement is not fulfilled, the agreement law can
be cancelled, even the agreement is cancelled for the sake of law. Standard agreement is made unilaterally. The
content is more beneficial to the party that makes it (dominant party) and it inflicts a loss upon the party that
accepts the agreement (debtor). In Malaysia, agreement and contract are the two different things. Every con-
tract is agreement but not every agreement is as valuable as contract. Contract causes a law implication while
agreement does not cause a law implication. Every contract must fulfill a contract character: there is an offer,
receipt, reply, intention to realize the legal relation and to be protected by law; ability to make a contract;
requirement certainty; and free wish (not being asked or insisted). Standard agreement is arranged in goods
selling certificate 1957; it is legally permitted there is a standard article in the standard agreement consisting
the limitation of charge guarantee for business doer that inflicts a loss upon the party receiving the contract.
Key Words: Indonesia Malaysia, Agreement Imbalance, Law Comparison

Abstrak
Analisis terhadap perbandingan hukum Indonesia dan Malaysia terhadap ketakseimbangan dalam perjanjian
baku menunjukkan bahwa di Indonesia setiap perjanjian atau kontrak harus memenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Tidak dipenuhinya syarat tersebut berakibat hukum
perjanjian dapat dibatalkan, bahkan perjanjian batal demi hukum. Perjanjian baku dibuat secara sepihak.
Isinya lebih menguntungkan pihak yang membuat (pihak yang dominan) dan merugikan bagi pihak yang
menerima perjanjian (debitur). Di Malaysia antara perjanjian dengan kontrak merupakan dua hal yang
berbeda. Setiap kontrak adalah perjanjian tetapi tidak setiap perjanjian bernilai kontrak. Kontrak menimbulkan
implikasi hukum sedangkan perjanjian tidak menimbulkan implikasi hukum. Setiap kontrak harus memenuhi
karakter kontrak, yaitu ada tawaran, ada penerimaan, ada balasan, niat mewujudkan hubungan yang sah dan
dilindungi hukum; kebolehan membuat perjanjian kontrak; kepastian syarat dan terma kontrak; dan kehendak
bebas (bukan disuruh atau dipaksa). Perjanjian baku diatur dalam Akta Jualan Barangan 1957 diperkenankan
adanya klausula baku dalam perjanjian baku yang berisi pembatasan tanggung gugat pelaku usaha, yang
sangat merugikan bagi pihak yang menerima kontrak.
Kata Kunci: Indonesia Malaysia, Ketidakseimbangan Perjanjian, Perbandingan Hukum

| 109 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.6, No.1 Juni 2015: 109–117

Di dalam kehidupan sehari-hari seringkali subyek satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terha-
hukum melakukan suatu perjanjian dengan subyek dap satu orang lain atau lebih (Salim H.S., 2007,
hukum lainnya. Setiap perjanjian yang dibuat dan 41). Suatu perjanjian menjadi sah jika memenuhi
disepakati akan sah apabila telah memenuhi syarat- syarat-syarat sahnya suatu perjanjian baik syarat
syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam subyektif maupun syarat obyektif sebagaimana
pasal 1320 KUHPdt. Perjanjian yang sah berlaku diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata.
mengikat seperti undang-undang bagi para pihak Disebut syarat subyektif karena menyangkut
yang menyepakatinya. Sebaliknya apabila syarat- subyek yang melakukan perjanjian dan syarat
syarat itu tidak terpenuhi maka akan berakibat hu- subyektif terdiri dari kesepakatan para pihak dan
kum terhadap perjanjian tersebut, yaitu perjanjian kecakapan melakukan perbuatan hukum. Kese-
dapat dibatalkan ataupun perjanjian batal demi pakatan dalam perjanjian harus diberikan secara
hukum.
bebas (merdeka) tanpa adanya unsur paksaan,
Setiap pihak bebas membuat dan menye- penipuan, maupun kekhilafan. Sedangkan keca-
pakati suatu perjanjian. Hal ini sesuai dengan asas kapan melakukan perbuatan hukum artinya para
kebebasan berkontrak. Kebebasan tersebut dapat pihak dalam perjanjian harus sudah dewasa dan
berkaitan dengan para pihaknya, isinya, maupun tidak berada dibawah pengampuan. Tidak dipenu-
bentuknya sepanjang tidak bertentangan dengan hinya syarat subyektif akan berakibat hukum per-
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. janjian dapat dimintakan pembatalan.
Dalam perkembangan dunia usaha dewasa Sedangkan syarat obyektif menyangkut
ini asas kebebasan berkontrak seringkali disalah- obyek dalam perjanjian. Syarat obyektif meliputi
gunakan oleh pihak yang mempunyai posisi lebih suatu hal tertentu (obyek tertentu) dan suatu sebab
dominan dengan cara membuat perjanjian baku. yang diperbolehkan (halal). Dalam setiap perjanjian
Isi perjanjian baku ditentukan secara sepihak dan harus ada obyeknya serta harus mempunyai sebab
tentunya lebih menguntungkan atau melindungi yang diperbolehkan (halal) artinya perjanjian ter-
kepentingan pihak pembuatnya. Sementara itu sebut tidak bertentangan dengan undang-undang,
pihak yang kurang dominan atau lemah tidak ketertiban umum, dan kesusilaan. Tidak dipe-
mempunyai kesempatan untuk merundingkan isi
nuhinya syarat obyektif akan berakibat hukum
perjanjian. Hanya ada dua pilihan baginya, yaitu
perjanjian batal demi hukum artinya perjanjian
take it or leave it. Dalam perjanjian baku seringkali
sejak semula dianggap tidak pernah ada.
berisi klausula baku atau terma tidak adil yang
sangat merugikan pihak yang lemah. Untuk jenis-jenis perjanjian dapat dibagi
antara lain sebagai berikut: 1) Perjanjian menurut
Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal
namanya. Penggolongan ini didasarkan pada nama
penting, yaitu 1) Bagaimanakah pengertian perjan-
perjanjian yang tercantum di dalam pasal 1319 KUH
jian dan perjanjian baku di Indonesia? 2) Bagai-
Perdata dan Artikel 1355 NBW. Di dalam pasal
manakah pengertian perjanjian dan perjanjian baku
1319 KUH Perdata dan Artikel 1355 NBW hanya
di Malaysia? 3) Apakah persamaan dan perbedaan
disebutkan 2 (dua) macam perjanjian menurut
kedua perjanjian tersebut di Indonesia dengan di
namanya, yaitu Perjanjian Nominaat (bernama) dan
Malaysia?
Perjanjian Innominaat (tidak bernama). Perjanjian
Nominaat adalah perjanjian yang dikenal dalam
Perjanjian dan Perjanjian Baku di Indonesia KUH Perdata, Contohnya: Jual Beli, Tukar Menu-
Pengertian perjanjian menurut pasal 1313 kar, Sewa Menyewa, Persekutuan Perdata, Hibah,
KUHPerdata, adalah suatu perbuatan dengan mana Penitipan Barang, Pinjam Pakai, Pinjam Meminjam,

| 110 |
Perbandingan Hukum Indonesia dan Malaysia terhadap Ketidakseimbangan dalam Perjanjian Baku
Sunarjo

dll. Sedangkan Perjanjian Innominaat adalah per- nya aturan untuk pengawasan penggunaan perjan-
janjian yang timbul, tumbuh, dan berkembang di jian baku sehingga tidak dijadikan sebagai alat
masyarakat, contohnya: Beli Sewa, Perjanjian untuk merugikan orang lain (Janus Sidabalok, 2006,
Karya, Keaganenan, dan sebagainya. 2) Perjanjian 105).
timbal balik. Penggolongan ini dilihat dari hak dan Konsep perjanjian yang disebut dengan per-
kewajiban para pihak. 3) Perjanjian cuma-cuma atau janjian baku adalah salah satu pihak telah mem-
dengan alas hak yang membebani. Penggolongan persiapkan sebuah draft perjanjian yang akan ber-
ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak laku bagi para pihak. Konsep itu disusun sedemi-
dan adanya prestasi dari pihak lainnya. 4) Perjanji- kian rupa sehingga pada penandatanganan perjan-
an berdasarkan sifatnya. Penggolongan ini dida- jian, para pihak hanya tinggal mengisi beberapa
sarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang hal yang sifatnya subjektif, seperti identitas dan
ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. 5) Per- tanggal waktu pembuatan perjanjian yang sengaja
janjian menurut bentuknya. Dalam KUHPerdata, dikosongkan sebelumnya.
tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk
Dikatakan bersifat “baku”karena, baik per-
perjanjian ini. Namun menurut bentuknya dapat
janjian maupun klausula tersebut, tidak dapat dan
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: perjanjian lisan dan
tidak mungkin dinegosiasikan atau ditawar-tawar
perjanjian tertulis, di samping itu dikenal juga
oleh pihak lainnya. Tidak adanya pilihan bagi salah
perjanjian baku.
satu pihak dalam perjanjian ini, cenderung meru-
Seiring dengan perkembangan jaman ter- gikan pihak yang “kurang dominan” tersebut. Ter-
utama perkembangan di bidang ekonomi, telah lebih lagi dengan sistem pembuktian yang berlaku
banyak digunakan perjanjian baku (standart con- di negara Indonesia saat ini, jelas tidaklah mudah
tract) dalam berbagai bidang kehidupan. Penger- bagi pihak yang cenderung dirugikan tersebut un-
tian perjanjian baku adalah sesuatu perjanjian tuk membuktikan tidak adanya kesepakatan pada
tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak saat dibuatnya perjanjian baku tersebut, atau atas
dalam perjanjian tersebut, bahkan seringkali klausula baku yang termuat dalam perjanjian yang
perjanjian tersebut sudah tercetak (boilerplate) da- ada.
lam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah
Klausula baku umumnya dikenal sebagai per-
satu pihak, yang dalam hal ini ketika perjanjian
janjian dengan syarat-syarat baku. Dimana klausula
tersebut ditandatangani umumnya para pihak
baku disiapkan terlebih dahulu oleh pihak pelaku
hanya mengisikan data-data informatif tertentu
usaha dan isinya telah ditentukan secara sepihak
saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam
oleh pelaku usaha sehingga isinya sudah tentu lebih
klausula-klausulanya, di mana pihak lain dalam
menguntungkan pelaku usaha sedangkan konsu-
perjanjian tersebut tidak mempunyai kesempatan
men hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: 1)
atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi
Apabila konsumen membutuhkan produk barang
atau mengubah klausula-klausula yang sudah
dan/atau jasa yang ditawarkan kepadanya, maka
dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga
setujuilah perjanjian dengan syarat-syarat baku
biasanya perjanjian baku sangat berat sebelah
yang telah disiapkan pelaku usaha (take it), atau 2)
(Munir Fuady, 2003, 76).
Apabila konsumen tidak menyetujui syarat-syarat
Perjanjian baku merupakan suatu kenyataan baku yang ditawarkan tersebut maka jangan mem-
yang memang lahir dari suatu kebutuhan masya- buat perjanjian dengan pelaku usaha yang bersang-
rakat yang tidak bisa dihindari (St. Remy Syah- kutan (leave it).
deini, 1993, 69). Itulah sebabnya dirasa perlu ada-

| 111 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.6, No.1 Juni 2015: 109–117

Di seluruh dunia, dengan sistem kenegaraan dung keseimbangan hak dan kewajiban para pihak,
yang berbeda baik sistem individualis, kapitalis, dengan adanya kesepakatan mengenai klausula-
sosialis atau sistem lainnya berusaha mengarahkan klausula perjanjian yang dibuat bersama-sama.
perjanjian baku agar tidak merugikan konsumen. Alasan lain yang mendukung legalitas suatu
Ada dua alasan yang menyebabkan harus diatur- perjanjian dianggap sah selain sesuai dengan pasal
nya perjanjian baku, yaitu: 1) Pelanggaran oleh 1320 KUH Perdata adalah mengenai eksistensi
pelaku usaha terhadap asas kebebasan berkontrak prinsip-prinsip perlindungan konsumen yang wajib
yang bertanggung jawab di dalam hukum per- terkandung dalam perjanjian baku apabila kita ber-
janjian; 2) Mencegah agar pelaku usaha, sebagai
bicara mengenai perjanjian baku yang timbul dika-
pihak yang kuat tidak mengeksploitasi konsumen
renakan hubungan antara produsen atau pelaku
sebagai pihak yang lemah.
usaha dengan konsumen (Munir Fuady, 2003, 94).
Ketentuan mengenai klausula baku tersebut Semakin meningkatnya pemakaian format per-
di atas tidak diatur secara khusus di dalam janjian yang dibuat secara baku di bidang pereko-
KUHPerdata. KUHPerdata hanya mengatur ten- nomian di negara Indonesia cenderung dikarena-
tang perjanjian secara umum dan jenis-jenis peri- kan alasan efisiensi apalagi dalam hal pembuatan
katan lain yang dikenal sewaktu KUHPerdata perjanjian secara masal.
dibuat seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam me-
Kenyataan bahwa permberlakuan perjanjian
minjam, penanggungan dan pemberian kuasa.
baku adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa
Tinjauan mengenai klausula baku dalam
dihindari dan merupakan suatu kenyataan yang
KUHPerdata sebatas berlakunya klausula yang
memang lahir dari kebutuhan masyarakatlah yang
memberatkan dalam perjanjian baku dengan
membuat dirasa perlu untuk mengaturnya
aturan-aturan dasar mengenai perjanjian yang di-
sehingga tidak disalahgunakan atau menimbulkan
atur dalam KUHPerdata. Terhadap adanya klausula
kerugian bagi pihak lain (Janus Sidabalok, 2006,
yang memberatkan dalam KUHPerdata haruslah
25).
ditinjau dari pasal 1337, 1338,dan 1339.
Masuk ke dalam ranah perekonomian khu-
Contoh perjanjian baku misalnya dalam tran-
susnya di bidang jual beli yang melibatkan pihak
saksi jual beli secara kredit baik kendaraan ber-
penjual (produsen atau pelaku usaha) dengan
motor sampai alat-alat elektronik. Nota kesepakat-
pihak pembeli (konsumen) sering kita jumpai pema-
an antara kreditur dan debitur tidak dibuat secara
kaian perjanjian dalam transaksi tersebut meng-
bersama melainkan dibuat secara sepihak oleh
pihak kreditur. gunakan format perjanjian baku. Akan tetapi yang
menjadi masalah adalah terjadinya penyalah-
Perjanjian tersebut dianggap diterima oleh
gunaan bentuk perjanjian baku yang berubah
debitur ketika debitur menandatangani surat per-
fungsi menjadi alat seorang pelaku usaha dalam
janjian tersebut. Dalam hal ini nampak adanya ke-
hal melepaskan diri dari tanggungjawab yang seha-
tidakadilan karena klausula-klausula yang ada
rusnya terbeban pada seorang pelaku usaha (A.Z.
pada perjanjian tersebut lebih banyak mengun-
Nasution, 2002, 99).
tungkan pihak kreditur dengan mengurangi
bahkan menghilangkan hak-hak debitur. Sistem Dengan demikian secara otomatis apabila
siapa yang kuat adalah yang menentukan, di sini terjadi kerugian, maka pastilah konsumen yang
merupakan sistem yang salah dan tidak seha- menanggung dengan cara-cara yang mengandung
rusnya diberlakukan pada suatu perjanjian. Karena unsur kecurangan dan adanya pelanggaran
pada dasarnya suatu perjanjian haruslah mengan- prinsip-prinsip perlindungan konsumen yang se-

| 112 |
Perbandingan Hukum Indonesia dan Malaysia terhadap Ketidakseimbangan dalam Perjanjian Baku
Sunarjo

cara tegas di atur dalam pasal 18 ayat 1 UU No. 8 dari UU Inggris melalui pengesahan Sek. 5 Akta
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. UU Sivil 1956. Akta Kontrak 1950 ini berasal dari
Pemberlakuan perjanjian baku yang sering Indian Contracts Act 1872 yang mana kebanyakan
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari inilah provisi hukum yang terkandung di dalam Akta
yang merupakan suatu fenomena penyimpangan Kontrak 1950 mirip dengan Indian Contracts Act
hukum sehingga mengakibatkan munculnya bebe- 1872.
rapa masalah yuridis yaitu: 1) Sampai batas-batas Akta Kontrak 1950 berlaku di seluruh Ma-
tertentu, faktor keadilan menghendaki penafsiran laysia, termasuk di negeri-negeri Melayu pada
perjanjian yang bertentangan dengan isi dari tanggal 23 Mei 1950 dan di Melaka, Pulau Pinang,
perjanjian baku tersebut; 2) Isi klausula baku, yang Sabah dan Sarawak pada 1 Juli 1974. Akta ini mengan-
dalam hal ini merupakan klausula konveksi (sudah dung 191 pasal dan 10 bab. Secara umum kandung-
terjadi) sering bertentangan dengan isi lainnya dari an hukum di dalam Akta ini adalah berhubungan
perjanjian yang merupakan hasil negosiasi; 3) Isi dengan asas-asas kontrak seperti hal-hal yang di-
klausula baku, yang sebenarnya merupakan suatu perlukan dalam mewujudkan kontrak, tata cara-
corpus alienum (bagian yang asing) terhadap per- nya, pelaksanaannya dan akibat jika kontrak di-
janjian tersebut secara keseluruhan, sehingga langgar oleh pihak-pihak yang membuatnya.
klausula baku tersebut sering tidak berhubungan Menurut Hukum Kontrak di Malaysia, per-
dengan isi perjanjian secara keseluruhan. janjian dan kontrak merupakan dua perkara
berbeda, dalam undang-undang kontrak Sek. 10
Perjanjian dan Perjanjian Baku di Malaysia AK dinyatakan bahwa “Semua perjanjian adalah
kontrak jika dibuat atas kerelaan bebas pihak-pi-
Di negara Malaysia istilah hukum kontrak hak yang layak membuat kontrak, untuk sesuatu
disebut dengan istilah undang-undang kontrak. balasan yang sah dan dengan sesuatu tujuan yang
Dengan demikian diketahui bahwa istilah sah dan tidak ditetapkan dengan nyata di bawah
“undang-undang” di Malaysia sama dengan istilah Akta bahwa ianya batal”. Dengan kata lain, semua
“hukum” di Indonesia. Hukum kontrak di Malay- kontrak itu adalah juga suatu perjanjian tetapi tidak
sia digolongkan sebagai hukum privat. Menurut semua perjanjian itu adalah kontrak. Jika dipahami
Azimon Abdul Aziz: “The concept of private law Sek 10 AK 1950 itu, suatu perjanjian itu hanya
in Malaysia is a little more broad, in that it also encom- diterima sebagai kontrak jika ia dibuat atas ke-
passes private relationships between governments and relaan bebas kedua belah pihak, pihak-pihak adalah
private individuals or other entities if it based on the law layak di sisi hukum, perkara yang dikontrakkan
of contract and not considered to be within the scope adalah sah dan tujuannya juga adalah sah.
of public law” (Azimon Abdul Aziz et.al., 2014).
Perlulah dipahami bahwa ciri-ciri suatu kon-
Dengan kata lain, konsep hukum privat di trak berbeda antara negara-negara yang menganut
Malaysia sedikit lebih luas, karena juga meliputi sistem hukum yang berbeda. Di dalam negara-
hubungan antara pemerintah dengan perorangan negara yang menganut sistem “Common Law” se-
atau badan lainnya jika hubungan tersebut didasar- perti Inggris, Malaysia dan India, kontrak memiliki
kan pada hukum kontrak dan tidak dianggap ciri-ciri sebagai berikut (Wikipedia Ensiklopedia
dalam lingkup hukum publik. Bebas, diakses tanggal 7 Maret 2015): 1) Ada
Sumber primer hukum kontrak di Malaysia tawaran; 2) Ada penerimaan; 3) Ada balasan; 4)
ialah Akta Kontrak 1950 (Undang-Undang Malay- Niat mewujudkan hubungan yang sah dan dilin-
sia, Akta 136 Semakan - 1974). Berlakunya dirujuk dungi hukum; 5) Kebolehan atau kelayakan mem-

| 113 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.6, No.1 Juni 2015: 109–117

buat kontrak; 6) Kepastian atau ketentuan syarat tidak memenuhi ciri-ciri kontrak, maka ia tidak
dan terma kontrak; 7) Kehendak bebas (bukan di- boleh digugat secara hukum. Contohnya jika da-
suruh atau dipaksa). lam suatu perjanjian itu tidak ada “balasan”, tidak
Apabila ciri-ciri tersebut tidak terpenuhi maka wujud penerimaan kepada tawaran, pihak yang
di negara-negara yang menganut sistem “Common berkontrak tidak berkelayakan atau berkebolehan
Law” suatu kontrak yang sah dianggap tidak terjadi untuk memasuki kontrak atau terkandung untuk
dan yang mungkin terjadi hanyalah sebuah perjanjian. paksaan dalam kontrak, maka perjanjian itu bukan-
lah suatu kontrak yang sah dan oleh karena itu
Perjanjian adalah suatu persetujuan di antara
tidak boleh digugat secara hukum. 2) Perjanjian
dua pihak atau lebih berkenaan sesuatu perkara.
tertulis yang dibuat oleh dua pihak, juga mengikat
Perlulah dipahami bahwa istilah kontrak adalah
pihak-pihak lain yang tidak menandatangi perjan-
lebih khusus sedangkan istilah perjanjian adalah
jian tersebut. Ada sebagian ahli masyarakat ber-
lebih umum. Hanya perjanjian yang mempunyai
pendapat bahwa perjanjian yang dibuat oleh sese-
ciri-ciri kontrak saja yang mempunyai implikasi
orang dengan seseorang lain akan mengikat pihak-
hukum.
pihak lain yang tidak terlibat dengan perjanjian
Sebagai contoh perbedaan perjanjian dengan
itu. Contohnya si A membuat perjanjian tertulis
kontrak adalah sebagai berikut: Seorang telah ber-
menjual keretanya (yang masih dalam pembiayaan
janji kepada temannya untuk mengajak menonton
bank) kepada si B. Biasanya si A telah membuat
sebuah pertunjukan drama besok pukul dua sore.
perjanjian pinjaman (atau sewa beli) lebih awal de-
Pada waktu yang sudah dijanjikan ternyata yang
ngan suatu bank ketika awal dia membeli keretanya.
datang hanya temannya sedangkan yang mengajak
Oleh karena itu jika hutang dengan bank
menonton tidak datang. Secara umum si teman
gagal dibayar, maka bank berhak menyita kereta
yang diajak menonton tersebut tidak dapat mengata-
tersebut berdasarkan perjanjian kredit antara bank
kan orang yang mengajaknya menonton telah
dengan si A. Si B tidak boleh menghalang-halangi
wanprestasi.
bank untuk tidak menyita kereta tersebut dengan
Akan berbeda apabila kasusnya sebagai
alasan kereta tersebut telah dijual kepadanya
berikut: Seorang pembeli telah memberitahu
melalui suatu perjanjian tertulis. Si B tidak boleh
kepada penjual bahwa ia akan membeli 100 unit
menghalangi dari sudut hukum karena bank
AC dari penjual. Si pembeli berjanji akan mem-
tersebut tidak terlibat sebagai pihak dalam per-
bayar harga 100 unit AC tersebut apabila si penjual
janjian penjualan kereta tersebut, oleh karena itu
mengirim barang tersebut ke alamat pembeli. Jika
bank tidak terikat oleh perjanjian penjualan kereta
barang telah sampai ke alamat pembeli dan si
tersebut.
pembeli berubah pikiran dan tidak mau membayar
Ide ‘kontrak’ di Malaysia bermula sejak abad
harga 100 unit AC maka si penjual dapat meng-
ke-12. Sampai dengan abad ke-17, kontrak banyak
gugat pembeli tersebut.
dipengaruhi oleh mazhab undang-undang yang
Dalam masyarakat awam di Malaysia, terda-
menjadi pelopor ide terkait kesamarataan, hak
pat kesalahpahaman umum sebagai berikut: 1)
asasi manusia dan kebebasan.
Semua perjanjian adalah kontrak dan boleh digugat
Secara historis pembentukan ciri-ciri kontrak
secara hukum. Ada sebagian orang awam ber-
adalah terbina dari teori klasikal kontrak pada
pendapat bahwa apapun perjanjian yang mereka
zaman peralihan yaitu sejak abad ke-18. Selama
buat boleh digugat ke pengadilan. Pendapat ini
abad ke-19 menunjukan penggunaan berbagai
adalah keliru karena tidak setiap perjanjian meme-
terma (klausula) tidak adil di dalam berbagai
nuhi ciri-ciri kontrak. Jika sesuatu perjanjian itu

| 114 |
Perbandingan Hukum Indonesia dan Malaysia terhadap Ketidakseimbangan dalam Perjanjian Baku
Sunarjo

kontrak termasuk dalam kontrak komersial atau clusion clauses) yang lazimnya terkandung dalam
pengguna (konsumen). kontrak bentuk seragam. Ciri-ciri kontrak standar
Menurut Atiyah (1981) saat sekarang kadar ini menyimpang dari teori dan falsafah fungsi dan
perubahan yang berlaku menunjukkan undang- peranan hukum kontrak yang dianut sekian lama.
undang kontrak klasikal sudah tidak sesuai lagi Dalam Akta Kontrak 1950 tidak mengenal
dengan fakta-fakta yang berlaku dalam dunia terma tidak adil, sementara Akta Jualan Barangan
modern (dalam Azimon Abdul Aziz et.al., 2014, 7). 1957 membenarkan penggunaan terma tidak adil
Sedangkan menurut Friedmann (1972), salah berbentuk pasal pengecualian liability. Terdapat
satu faktor yang bertanggungjawab terhadap ketidak konsistenan dalam pemakaian hukum kon-
transformasi fungsi dan substansi kontrak adalah trak dalam kedua peraturan perundangan ini.
perkembangan proses perindustrian dan per- Berikut adalah contoh penggunaan terma
dagangan… akibat dari perkembangan teknologi tidak adil dalam pasaran konsumen di Malaysia:
(dalam Azimon Abdul Aziz et. al., 2014, 7). 1) Kontrak pinjaman perumahan: “All costs, charges
Menjelang abad ke-20, terjadi perubahan and expenses including the stamp duties, penalty fees,
ideologi yang berdasarkan market individualism legal fess, etc, relating to the facilities shall be borne by
kepada consumer welfarism yang menunjukkan pene- you” (semua biaya termasuk biaya materai, biaya
rapan sikap paternalistik kerajaan dalam pembuat- penalti, dll yang berkaitan dengan fasilitas ditang-
an perundang-undangan khususnya di negara- gung oleh anda); 2) Kontrak pengangkutan: “Waktu
negara Barat. yang tertera pada jadwal dapat berubah sewaktu-
waktu dan kami tidak akan bertanggungjawab ter-
Menjelang abad ke-21, kecepatan dan per-
hadap semua kerugian yang dialami penumpang
kembangan pemasaran khususnya dalam pema-
akibat perubahan tersebut”; 3) Tiket meletak
saran terhadap konsumen telah merubah persepsi
kendaraan (parkir): “Company assumes no responsi-
umum terkait fungsi dan peranan kontrak dalam
bility for loss through fire, theft, collision or otherwise to
bidang teknologi, perdagangan dan perindustrian.
the car or contents” (perusahaan tidak bertanggung
Kontrak standar (baku) semakin banyak digu-
jawab atas kerugian karena kebakaran, pencurian,
nakan dalam dunia teknologi, perdagangan dan
tabrakan, kerusakan mobil atau isinya).
perindustrian.
Dengan pesatnya penindasan terhadap
Kontrak standar (baku) di dalamnya terda-
konsumen akibat dari leluasanya penggunaan
pat klausula baku yang dibuat secara sepihak se-
terma tidak adil, maka undang-undang sangat
hingga terjadi ketidakseimbangan hak dan tang-
diperlukan untuk membantu melindungi
gungjawab antara pedagang dengan konsumen. Di
konsumen.
Malaysia dikenal dengan istilah “terma tidak adil”.
Menurut Azimon Abdul Aziz (2014, 11), da-
Dalam hubungan ini, yang dimaksud “terma
lam aspek terma (klausula) tidak adil, perundang-
tidak adil” adalah terma dalam kontrak pengguna,
undangan diperlukan untuk: 1) Menebus kerugian
dengan mengambilkira semua hal keadaan, menye-
akibat ketidakseimbangan hubungan antara pihak
babkan ketidakseimbangan yang signifikan dalam
yang menyediakan kontrak dan pihak yang me-
hak dan tanggungjawab pihak-pihak di bawah kon-
nerima kontrak; 2) Melenyapkan persoalan keti-
trak itu sehingga merugikan pengguna (Seksyen
dakadilan dan ketidakmoralan dalam perdagang-
24A(c) Akta Perlindungan Pengguna 2010).
an; 3) Menghapuskan penganiayaan (penindasan)
Sebagai contoh, yaitu: kontrak bentuk sera-
terhadap pihak ‘vulnerable’ (rentan) dalam berkon-
gam (standar/baku) dan pasal pengecualian (ex-
trak.

| 115 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.6, No.1 Juni 2015: 109–117

Mewujudkan peraturan perundangan baru bitur untuk merundingkan atau mengubah klausula
yang fokus kepada kontrak bentuk seragam ini baku yang ada di dalamnya. Apabila sepakat maka
adalah bertepatan dengan Dasar Pembangunan ambil (take it) dan jika tidak sepakat maka ting-
Malaysia yang telah digariskan dalam rancangan- galkan (leave it); 5) Perjanjian baku sama-sama
rancangan pembangunan jangka panjang kerajaan mengandung aspek ketidakadilan bagi debitur
semenjak tahun 1970. Setiap peraturan per- sehingga tidak memenuhi asas keadilan dan asas
undangan yang ingin diwujudkan perlu bergerak kepatutan.
seiring dengan kesemua dasar ini. Penggunaan Sedangkan beberapa perbedaan antara
kontrak-kontrak standar (baku) mencerminkan ke- perjanjian baku di Indonesia dengan di Malaysia
perluannya sebagai media pembangunan perda- antara lain: 1) Istilah yang dipakai di Indonesia,
gangan di era sekarang. Justru, perundang- yaitu perjanjian baku (standar) sedangkan di Ma-
undangan diperlukan dalam aspek terma (klausula) laysia digunakan istilah kontrak-kontrak seragam;
tidak adil yang terkandung di dalamnya. 2) Di Malaysia di dalam Akta Kontrak 1950 tidak
Tidak dinafikan bahwa hukum kontrak mengenal terma tidak adil tetapi dalam Akta Jualan
merupakan senjata dan dasar terpenting dalam Barangan 1957 membenarkan penggunaan terma
setiap persoalan ekonomi, sosial dan politik. Latar tidak adil berbentuk pasal pengecualian liability,
belakang dan dasar kontrak adalah seharusnya sedangkan di Indonesia pencantuman klausula
berasaskan kepada nilai moral yang tinggi dan suci, baku yang bermaksud membatasi tanggung gugat
maka penyalahgunaan kepada prinsip-prinsipnya pelaku usaha menurut pasal 18 ayat (3) UUPK
adalah memerlukan perhatian perundang-undang- terancam batal demi hukum; 3) Penyelesaian
an dalam memastikan persoalan keadilan dan terhadap perselisihan dalam perjanjian baku yang
kesamarataan hadir dalam semua urusan kontrak. mengandung klausula baku di Indonesia dise-
Terma (klausula) tidak adil memperlihatkan lesaikan melalui gugatan ke pengadilan, semen-
tercetusnya evolusi fungsi dan peranan kontrak tara di Malaysia perjanjian baku yang di dalamnya
dalam perlindungan konsumen dan persoalan ini mengandung terma tidak adil juga dibawa ke
memerlukan campur tangan peraturan perundang- muka pengadilan yang lebih rendah kedudukan-
undangan. nya dari Mahkamah yaitu yang disebut sebagai
Tribunal Tuntutan Pengguna.
Persamaan dan Perbedaan Perjanjian Baku di
Indonesia dengan di Malaysia Penutup
Terdapat beberapa persamaan antara per- Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya
janjian baku di Indonesia dan di Malaysia, yaitu: dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Perjanjian baku dibuat secara sepihak oleh pihak 1) Di Indonesia setiap perjanjian atau kontrak harus
yang lebih dominan (lebih kuat); 2) Perjanjian baku memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagai-
pada umumnya sudah dalam bentuk tercetak mana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Tidak
(boilerplate) dan tinggal mengisi identitas terutama dipenuhinya syarat-syarat tersebut dapat beraki-
debitur; 3) Dalam perjanjian baku dimuat klausula bat hukum perjanjian dapat dibatalkan atau per-
baku (terma tidak adil) yang lebih melindungi ke- janjian batal demi hukum, tergantung pada syarat
pentingan pihak yang dominan (kuat) dan meru- mana yang tidak dipenuhi.
gikan kepentingan pihak yang lemah; 4) Dalam per- Perjanjian baku dibuat secara sepihak di-
janjian baku tidak ada kesempatan bagi pihak de- mana isinya lebih menguntungkan pihak yang

| 116 |
Perbandingan Hukum Indonesia dan Malaysia terhadap Ketidakseimbangan dalam Perjanjian Baku
Sunarjo

membuat (pihak yang dominan) dan merugikan dakadilan. Sedangkan perbedaannya antara lain
bagi pihak yang menerima perjanjian (debitur). menyangkut istilah, peraturan yang mengaturnya,
Setelah berlakunya Undang-Undang No. 8 dan penyelesaian perselisihannya.
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, se-
tiap perjanjian baku yang didalamnya memuat Daftar Pustaka
klausula baku yang membatasi tanggung gugat
Aziz, Azimon Abdul, Et. al., 2014, Undang-Undang
pelaku usaha berakibat hukum klasusula tersebut
Kontrak di Malaysia: Evolusi Fungsi dan Peranan
batal demi hukum (pasal 18 ayat 3). 2) Di Malaysia Kontrak dalam Persekitaran Pengguna, makalah
antara perjanjian dengan kontrak merupakan dua disampaikan dalam “Malaysia - Indonesia Part-
hal yang berbeda. Setiap kontrak adalah perjanjian nership Workshop on Public and Private Law of
Malaysia and Indonesia, Universiti Kebangsaan,
tetapi tidak setiap perjanjian adalah kontrak. Kon-
Malaysia.
trak menimbulkan implikasi hukum sedangkan
perjanjian tidak menimbulkan implikasi hukum. Fuady, Munir, 2003, Hukum Perjanjian (dari Sudut Pandang
Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung.
Setiap kontrak harus memenuhi ciri-ciri kon-
trak, yaitu ada tawaran, ada penerimaan, ada ba- Nasution, A.Z. 2002, Hukum Perlindungan Konsumen,
lasan, niat mewujudkan hubungan yang sah dan Diadit Media, Jakarta.
dilindungi hukum; kebolehan membuat perjanjian Salim H.S., 2007, Perancangan Perjanjian, Sinar Grafika,
kontrak; kepastian syarat dan terma kontrak; dan Jakarta.
kehendak bebas (bukan disuruh atau dipaksa).
Sidabalok, Janus, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen
Perjanjian baku meskipun tidak dikenal da- di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
lam Akta Kontrak 1950 akan tetapi dalam peraturan
Syahdeini, St. Remy, 1993, Kebebasan Berperjanjian dan
yang lain, yaitu Akta Jualan Barangan 1957 diper- Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam
kenankan adanya klausula baku dalam perjanjian Perjanjian Kredit Bank, IBI, Jakarta.
baku yang berisi pembatasan tanggung gugat
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Kontrak, diakses tanggal
pelaku usaha. 7 Juli 2014 pk. 19.30 WIB.
Dalam perjanjian tersebut sangat merugikan
Peraturan Perundang-Undangan:
bagi pihak yang menerima kontrak, oleh karenanya
perlu ada campur tangan peraturan perundang- Undang-Undang No. 8 / 1999 tentang Perlindungan
undangan untuk mengaturnya sehingga dapat Konsumen.
konsumen dapat terhindar dari kerugian, ketidak- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
adilan, dan penindasan. 3) Terdapat beberapa per-
Akta Kontrak 1950.
samaan antara perjanjian baku di Indonesia dengan
di Malaysia, misalnya dibuat sepihak, dalam ben- Akta Jualan Barangan 1957.
tuk tercetak, memuat klasula baku, tidak ada per-
undingan (take it or leave it), mengandung keti-

| 117 |

You might also like