You are on page 1of 21

Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

KLAUSULA EKSONERASI
DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN

Zakiyah
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Jalan Brigjen Haji Hasan Basri Banjarmasin Kalimantan Selatan
Email: zakiyah@unlam.ac.id

Abstract
In everyday life we are always interacting with fellow human beings, such interaction is often
manifested by an agreement, at first the agreement is made orally, in its development
sometimes the agreement is made in a written form, even with the reason of the practicality
and efficiency for the agreement in bulk is made in a standardized form or better known as
the standard form of contract. In the standard agreement, the contents of the agreement are
determined by one party only and without the involvement of the other, the terms of the
agreement are made without going through the negotiation process (bargaining) and it opens
a tendency to put the exoneration clause (the diversion clause / the liability exclusion clause)
of the party which has determined the contents of the agreement. The aim of this study is to
analyze the legality of the standard agreement containing the exoneration clauses from the
Burgerlijk Wetboek (BW) perspective and the provisions of The Act Number 8 Year 1999 on
The Consumer Protection. The method used in this research is a normative legal research
that refers to the norms contained in legislation, using the comparative law study and
analytical perspective. The existence of exoneration clause in the standard agreement if it is
reviewed from the terms of the legality of the agreement perspective as mentioned in Article
1320 BW, may cause the agreement to be canceled because it does not meet the terms of the
agreement, because there is a defective will which is an abuse of condition from one party in
determining the contents of the agreement. Whereas, from the perspective of The Act Number
8 Year 1999 on Consumer Protection, a standard agreement containing an exoneration
clause (the liability exclusion clause) shall be null and void.

Keywords: Standard agreement, Exoneration Clause, Consumer Protection

Abstrak
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan sesama manusia, interaksi
tersebut seringkali diwujudkan dengan sebuah perjanjian, pada mulanya perjanjian dibuat
secara lisan, dalam perkembangannya adakalanya perjanjian tidak cukup dibuat secara lisan
saja namun mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulis, bahkan dengan alasan kepraktisan
dan efesiensi untuk perjanjian yang sifatnya massal perjanjian dibuat dalam bentuk yang
sudah dibakukan dalam sebuah formulir atau yang lebih dikenal dengan bentuk perjanjian
baku (sandart contract). Para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan hal-hal apa saja
yang dituangkan/dibuat dalam sebuah perjanjian, Adanya kebebasan yang diberikan kepada
para pihak dalam menentukan isi perjanjian dimaksudkan karena para pihak dianggap
mempunyai kedudukan yang sama dan seimbang. Namun dalam kenyataannya kedudukan
para pihak dalam sebuah perjanjian tidak selalu seimbang, apalagi dengan makin banyaknya
diberlakukan perjanjian baku. Dalam perjanjian baku, isi perjanjian hanya ditentukanoleh
salah satu pihak saja dan tanpa melibatkan pihak lainnya, maka syarat-syarat dalam perjanjian
tersebut dibuat tanpa melalui proses negosiasi (tawar-menawar) dan hal ini rentan sekali

1
terdapat penuangan klausula eksonerasi (klausula pengalihan/pembatasan tanggung jawab)
dari pihak yang menentukan isi perjanjian. Adanya penuangan klausula eksonerasi dalam
perjanjian baku kalau dilihat dari syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1320 BW mengakibatkan perjanjian tersebut dapat dibatalkan karena tidak memenuhi
syarat kesepakatan,disebabkan karena adanya cacat kehendak yaitu penyalahgunaan keadaan
dari salah satu pihak yang menentukan isi perjanjian. Sedangkan kalau dalam perspektif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, perjanjian baku
yang mengandung klausula eksonerasi (pengalihan tanggung jawab) berakibat batal demi
hukum.

Kata Kunci : Perjanjian Baku, Klausula Eksonerasi, Perlindungan Konsumen.

PENDAHULUAN yang mereka sepakati tersebut daru


Perjanjian dalam sejarahnya dituangkan dalam bentuk perjanjian
diawali dengan perjanjian yang dibuat tertulis.
secara lisan, dimana begitu tercapai Salah satu bentuk dari perjanjian
kesepakatan diantara para pihak sudah tertulis adalah adanya perjanjian baku,
lahir sebuah perjanjian dan menimbulkan yaitu perjanjian yang sudah dibuat dalam
perikatan yaitu hak dan kewajiban diantara bentuk baku, dan sudah disiapkan dalam
para pihak. Perjanjian yang dibuat secara bentuk formulir.
lisan ini didasarkan pada asas Maraknya perjanjian baku
konsensualitas yang menyatakan perjanjian merupakan suatu perkembangan yang
lahir sejak tercapainya kata sepakat, jadi dibutuhkan dalam dunia perekonomian
asalkan diantara para pihak tercapai yang menghendaki serba cepat dan serba
kesepakatan maka sejak detik tersebut praktis, namun karena syarat-syarat dalam
lahirlah perjanjian. perjanjian baku ditentukan oleh salah satu
Dalam perkembangan selanjutnya, pihak tanpa didahului oleh proses
perjanjian tidak hanya dibuat secara lisan, negosiasi (tawar-menawar) dengan pihak
tetapi sudah mulai dibuat secara tertulis, lainnya, dikhawatirkan pihak yang
dimana sebelum para pihak menuangkan menentukan syarat perjanjian akan
perjanjian tersebut dalam bentuk tertulis, mencantumkan klausula pengalihan
para pihak terlebih dahulu merundingkan tanggung jawab (klausula eksonerasi).
hal-hal apa saja yang akan mereka Klausula eksonerasi adalah “suatu
tuangkan dalam perjanjian tersebut, dalam klausula dalam suatu perjanjian, dimana
mencapai kesepakatan para pihak ditetapkan adanya pembebasan atau
melakukan negosiasi (tawar menawar) pembatasan dari tanggung jawab tertentu,
sampai tercapai kesepakatan, dan hal-hal yang secara normal menurut hukum

seharusnya menjadi tanggung jawabnya”. Klausula eksonerasi dimungkinkan karena


adanya asas kebebasan berkontrak. Dapat RUMUSAN MASALAH
dibayangkan dengan dimungkinkannya 1. Bagaimana keabsahan perjanjian
orang memperjanjikan suatu klausula baku yang memuat klausula
eksonerasi dapat membawa akibat, bahwa eksonerasi dilihat dari syarat
hak dan kewajiban dari para pihak menjadi sahnya perjanjian?
1
jauh tidak berimbang. 2. Bagaimana keabhsahan perjanjian
Adanya klausula eksonerasi ini baku yang memuat klausula
tentunya sangat merugikan debitur, karena eksonerasi dalam perspektif
debitur yang menginginkan perjanjian perlindungan konsumen?
tersebut hanya dihadapkan pada 2 (dua)
pilihan yaitu menandatangani atau METODE PENELITIAN
menolak perjanjian yang disodorkan Jenis penelitian yang digunakan
kepadanya tanpa bisa merundingkan apa dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
yang diinginkannya. hukum normatif yaitu penelitian yang
Pencantuman klausula eksonerasi mengacu pada norma - norma yang
ini terjadi karena posisi para pihak dalam terdapat dalam peraturan perundang-
perjanjian berada dalam posisi yang tidak undangan. Tipe penelitian yang digunakan
seimbang, sehingga salah satu pihak yang dalam penelitian ini adalah perbandingan
lebih kuat yang menentukan syarat-syarat hukum yakni dengan membandingkan
dalam perjanjian, sementara di pihak norma-norma hukum terkait perjanjian
lainnya dalam posisi terjepit dan sangat baku yang memuat klausula eksonerasi
memerlukan perjanjian tersebut. Kondisi yang terdapat dalam Burgerlijk Wetboek
seperti inilah yang rentan menimbulkan dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
adanya penyalahgunaan keadaan dari pihak Tentang Perlindungan Konsumen.
yang menentukan syarat-syarat dalam Penelitian ini bersifat perspektif analitis.
perjanjian terhadap pihak lainnya. Bahan hukum yang digunakan
dalam penelitian ini mencakup bahan
hukum primer dan sekunder. Penelitian
dilakukan dengan studi dokumen terhadap
1
J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan
bahan-bahan hukum baik bahan hukum
yang Lahir dari Perjanjian Buku I, PT. Citra Aditya primer maupun bahan hukum sekunder
Bakti, Bandung, 1995, hlm. 120.
yang terkait dengan masalah yang diteliti.
Bahan hukum primer dan sekunder

tersebut dikumpulkan sesuai dengan obyek yang ditulis.


Kemudian semua bahan hukum Badrulzaman mengatakan bahwa
yang sudah terkumpul diinventarisir dan perjanjian baku sebenarnya adalah
diidentifikasikan sesuai dengan perjanjian yang isinya dibakukan syarat
permasalahan yang telah dirumuskan. eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk
Selanjutnya dianalisis secara kualitatif formulir.3
dengan menggunakan tahapan berpikir Dalam Undang-Undang Nomor 8
sistematis guna menemukan jawaban atas Tahun 1999 tentang Perlindungan
permasalahan dalam penelitian ini Konsumen menggunakan istilah “klausula
baku adalah setiap aturan atau ketentuan
PEMBAHASAN
dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan
Keabsahan Perjanjian Baku yang
dan ditetapkan terlebih dahulu secara
memuat Klausula Eksonerasi Dilihat
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan
dari Syarat Sahnya Perjanjian
dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian
Sutan Remy Sjahdeini mengartikan
yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh
Perjanjian baku adalah perjanjian yang
konsumen”.
hampir seluruh klausula-klausulanya sudah
Terlepas dari beberapa pendapat
dibakukan oleh pemakainya dan pihak
dan kritikan tentang perjanjian baku, di era
yang lain pada dasarnya tidak mempunyai
globalisasi sekarang ini kehadiran
peluang untuk merundingkan atau meminta
perjanjian baku sudah tidak bisa
perubahan.2
dihindarkan lagi. Dengan alasan
Sluijter memberikan definisi
kepraktisan dan efesiensi dari segi waktu,
perjanjian baku bukanlah perjanjian, sebab
biaya dan tenaga, maka perjanjian baku
kedudukan pengusaha (yang berhadapan
sudah merupakan model perjanjian yang
dengan konsumen) adalah seperti
merupakan suatu wujud kebebasan
pembentuk undang-undang swasta (legio
individu (pelaku usaha) dalam menyatakan
particuliere wetgever). Pitlo mengatakan
kehendaknya dalam sebuah perjanjian.
kalau perjanjian baku merupakan
Adapun ciri-ciri dari sebuah
perjanjian baku:4
1. Bentuk perjanjiannya tertulis;
perjanjian paksa, adapun Mariam Darus
3
David M. L. Tobing, Parkir +
2
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Perlindungan Hukum Konsumen, PT. Timpani
Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Agung, Jakarta, 2007, hlm. 36.
4
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku
Indonesia, Institut Bank Indonesia, Jakarta, 1993, dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, PT. Citra
hlm.66. Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm 7- 8.
2. Format perjanjian sudah dibakukan; 3. Syarat-syarat perjanjian ditentukan
oleh pegusaha; janjinya yang didesak kebutuhan, sehingga
4. Konsumen hanya mempunyai dua sifat yang menafikan relasi kesederajatan
pilihan yaitu menerima atau (adanya ketidakseimbangan) seperti ini
menolak; banyak merugikan pihak yang lemah
5. Penyelesaian sengketa melalui karena berada dalam posisi tidak memiliki
musyawarah/Peradilan; peluang untuk merundingkan dan tidak
6. Perjanjian baku menguntungkan mempunyai kesempatan menawar
pengusaha perubahan terhadap syarat-syarat
Perjanjian baku yang dirancang perjanjian yang disodorkan, sehingga tidak
secara sepihak oleh pelaku usaha tentunya ada alternatif lain kecuali menerima syarat-
akan menguntungkan pengusaha, syarat yang telah ditentukan.6
setidaknya dalam hal: Perjanjian baku selalu dipersiapkan
1. Efesiensi biaya, waktu, dan tenaga; oleh pihak kreditur secara sepihak di dalam
2. Praktis karena sudah tersedia dalam kontrak. Di dalam kontrak itu biasanya
sebuah naskah yang sudah dicetak dimuat syarat-syarat yang membatasi
berupa formulir atau blanko yang kewajiban kreditur. Syarat-syarat ini
siap diisi dan ditandatangani; dinamakan dengan eksonerasi klausules
3. Penyelesaian perjanjian cepat, atau exemption clause. Syarat ini sangat
karena konsumen hanya bisa merugikan debitur, tetapi debitur ridak
menyetujui dan atau dapat membantah syarat tersebut, karena
menandatangani perjanjian yang kontrak tersebut hanya memberikan 2
disodorkan kepadanya; (dua) alternatif yaitu yaitu diterima atau
4. Homogenitas perjanjian yang ditolak oleh debitur (take it or leave it).
dibuat dalam jumlah yang banyak.5 Mengingat debitur sangat membutuhkan
kontrak tersebut, maka debitur terpaksa
Menurut Moch. Isnaeni, dalam
menandatanganinya. Kontrak baku yang
perjanjian baku secara sengaja dan terang-
seperti ini dalam kepustakaan dikenal
terangan pihak yang memiliki posisi tawar
lebih tinggi memanfaatkan momentum
yang amat tepat terhadap pihak lawan

5
Ibid, hlm 8-9.
6
Moch. Isnaeni, Perkembangan Hukum
Perdata di Indonesia, Laksbang Grafika,
Yogyakarta, 2013, hlm.18-19.
dengan istilah perjanjian paksa (dwang Adapun dalam hal adanya paksaan,
contract).7 kehendak dan pernyataannya memang
Sebagai sebuah perjanjian, untuk sama dan karenanya lahirlah perjanjian,
sahnya sebuah perjanjian baku harus hanya saja kehendaknya tidak murni yaitu
memenuhi syarat sahnya perjanjian kehendak tersebut berbentuk karena
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan adanya rasa takut. Sedangkan penipuan
Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek (BW), adalah suatu usaha yang dilakukan secara
yaitu : sengaja dengan tipu muslihat (serangkaian
(1). Sepakat mereka yang kebohongan), untuk menimbulkan
mengikatkan dirinya; kesesatan pada pihak lain supaya
(2). Kecakapan untuk membuat suatu memberikan persetujuannya.9
perjanjian; Penyalahgunaan keadaan memang
(3). Suatu hal tertentu; tidak dikenal di dalam BW namun
(4). Kausa (suatu sebab) yang halal perkembangannya penyalahgunaan
(diperbolehkan). keadaan dijadikan sebagai salah satu
bentuk cacat kehendak berdasarkan
Sepakat (toestemming) adalah
putuskan Mahkamah Agung Republik
pertemuan dua kehendak yang saling
Indonesia Nomor 1904K/Sip/1982 tanggal
mengisi dengan cara dinyatakan, atau
28 Januari 1984 dan putusan Mahkamah
dapat dikatakan bahwa sepakat adalah
Agung Republik Indonesia nomor
bertemunya penawaran dan penerimaan.8
3431K/Pdt/1985 tanggal 4 Maret 1987.10
Untuk lahirnya suatu perjanjian
Adapun faktor-faktor yang
yang sah, pernyataan kehendak tersebut
merupakan ciri dari penyalahgunaan
harus merupakan pernyataan kehendak
keadaan yaitu pada waktu menutup
yang bebas, tanpa paksaan, kesesatan,
perjanjian salah satu pihak ada dalam
penipuan dan penyalahgunaan keadaan,
keadaan yang terjepit, yang disebabkan:
atau yang sering dikenal dengan istilah
cacat kehendak. gambaran yang ada dalam bayangan 9
Ibid, hlm. 26
Kesesatan diartikan sebagai 277
8
ternyata tidak J.Satrio,
sama dengan Op.Cit, hlm.
165.
kenyataannya.
7
Mariam
Darus Badrulzaman.
Kompilasi Hukum
Perikatan. PT. Citra
Aditya Bakti.
Bandung. 2001, hlm.
285.

440
10
J.M.van
Dunne dan Gr van
der Brught, Hukum
Perjanjian (Bahan
Kursus Hukum
Perikatan Bagian
1a), Dewan
Kerjasama Ilmu
Hukum Belanda
dengan Indonesia,
Yogyakarta, 1987,
hlm. 30.

440
a. Adanya keadaan ekonomis yang c. Keadaan yang disalahgunakan bisa
menekan seperti keadaan kesulitan berupa kedudukan monopoli,
keuangan yang mendesak; kelebihan psychologis atau
b. Adanya hubungan atasan-bawahan. ekonomis.12
Keunggulan ekonomis pada salah Secara garis besar penyalahgunaan
satu pihak, hubungan buruh- keadaan dibagi dalam dua kelompok yaitu
majikan, orang tua/wali anak yang penyalahgunaan karena keunggulan
belum dewasa; ekonomi (economische overwicht) dari
c. Adanya keadaan yang tidak satu pihak terhadap pihak lainnya, dan
menguntungkan, seperti pasien penyalahgunaan keadaan karena
yang membutuhkan pertolongan keunggulan psikologis (geestelijke
dokter ahli; ocerwicht) dari satu pihak terhadap pihak
d. Perjanjian tersebut mengandung lainnya.13
hubungan yang timpang dalam Penyalahgunaan karena keunggulan
kewajiban timbal balik antara para ekonomi harus memenuhi syarat utama
pihak (prestasi tidak seimbang), sebagai berikut (1). Satu pihak dalam
seperti pembebasan majikan dari perjanjian lebih unggul dalam bidang
menanggung resiko dan ekonomi dibanding pihak lainnya, (2).
menggesernya menjadi tanggung Pihak lain terdesak melakukan perjanjian
jawab si buruh (klausula yang bersangkutan.14
exonerasi); Dalam perjanjian baku, syarat-
e. Adanya kerugian yang sangat besar syarat perjanjian yang merupakan
11
bagi salah satu pihak. pernyataan kehendak ditentukan sendiri
Syarat adanya penyalahgunaan secara sepihak oleh pelaku usaha atau
keadaan dalam perjanjian adalah: organisasi pelaku usaha, karena syarat-
a. Ketidakseimbangan prestasi yang syarat perjanjian tersebut ditentukan dan
menyolok yang tidak patut; dimonopoli oleh pelaku usaha, maka
b. Ketidakseimbangan prestasi sifatnya cenderung lebih menguntungkan
tersebut harus dicapai dengan cara pelaku usaha dari pada konsumen. Hal ini
menyalahgunakan keadaan;
12
Ibid, hlm. 3
1
3
Ahma
di Miru
dan
Sutarm
an

441
Yodo, melanggar Hukum dan
Hukum Pendidikan Hukum
16
Perlindu hukum. (Kumpulan Pidato
ngan Pengukuhan),
Konsum Mariam Bandung, Alumni,
en, PT. 1981. hlm. 95.
RajaGra
Darus
findo Badrulzaman
Persada,
Jakarta, menyebut
hlm.
120. klausula
11
J. Satrio, Op.Cit, hlm.317-318.
eksonerasi
hlm. 121.
sebagai klausula
tergambar dalam dipakai15. Jika
yang berisi
klausula konsumen merasa
pembatasan
eksonerasi memerlukan
pertanggungjawa
berupa perjanjian
ban kreditur.17
pembebasan tersebut, maka ia
Ada
tanggung jawab harus tanda
beberapa ahli
pengusaha, tangan.
yang menyebut
tanggung jawab Klausula
klausula
tersebut menjadi eksonerasi
eksonerasi
beban konsumen. menurut Rijken
dengan klausula
Pembuktian oleh adalah klausul
eksemsi yaitu
pihak pengusaha yang
suatu klausul
yang dicantumkan
yang bertujuan
membebaskan dalam suatu
diri dari tanggung perjanjian dengan 15
Abdulkadir
Muhammad,
jawab sulit mana satu pihak
Op.Cit, hlm
diterima oleh menghindarkan 7.
16
Ahmadi
konsumen karena diri untuk Miru, Hukum
Kontrak,
ketidaktahuannya memenuhi Perancangan
Kontrak, PT. Raja
. Penentuan kewajibannya Grafindo Perkasa,
secara sepihak membayar ganti Jakarta, 2007, hlm.
40.
17
oleh pengusaha rugi seluruhnya Mariam
Darus Badrulzaman,
dapat diketahui atau terbatas yang Perjanjian Baku
(Standard)
melalui format terjadi karena Perkembangannya di
Indonesia,
perjanjian yang ingkar janji atau dalam Beberapa
sudah siap perbuatan Guru Besar
Berbicara tentang

442
untuk lemah jika klausula eksonerasi yang
membebaskan dibandingkan eksonerasi dicantumkan oleh
atau membatasi dengan produsen bahwa segala pelaku usaha
tanggung jawab karena beban resiko yang dalam perjanjian
salah satu pihak yang seharusnya timbul dalam baku, misalkan di
terhadap gugatan dipikul oleh perjanjian dunia perbankan
pihak lainnya produsen dengan tersebut sering kita temui
dalam hal yang adanya klausula ditanggung oleh 18
Sutan Remy
19
bersangkutan tersebut menjadi penyewa beli. Sjahdeini,
Op.Cit, Hlm.
dalam hal yang bahan konsumen. Beberapa 75.
19
bersangkutan Sebagai contoh contoh klausula Ahmadi
Miru, Op.Cit,
tidak atau tidak dalam perjanjian hlm.41.

dengan sewa beli, pencantuman kendaraan/barang

semestinya seharusnya klausula seperti di area parkir”

melaksanakan segala risiko “Bank sewaktu- atau “segala

kewajibannya yang timbul atas waktu kehilangan dan

yang ditentukan obyek penjanjian diperkenankan kerugian menjadi

di dalam tersebut untuk merubah tanggung jawab

perjanjian ditanggung oleh (menaikkan/menu pemilik

tersebut.18 pihak yang runkan) suku kendaraan”.

Klausula menyewabelikan bunga tanpa Begitu juga dalam

Eksonerasi pada karena obyek pemberitahuan struk pembelian

umumnya perjanjian atau persetujuan barang sering juga

ditemukan tersebut belum dari debitur kita jumpai

dalam perjanjian menjadi milik terlebih dahulu”. klausula

baku, klausul penyewa beli Klausula eksonerasi yang

tersebut sebelum eksonerasi juga menyatakan

merupakan harganya dibayar dapat kita lihat “barang yang

klausul yang lunas, namun dalam karcis sudah dibeli tidak

sangat biasanya dalam parkir yang dapat

merugikan perjanjian jual mencantumkan dikembalikan”.

konsumen yang beli ditambahkan “tidak Perjanjian

umumnya klausula bertanggung baku yang

memiliki posisi eksonerasi jawab atas memuat klausula


kehilangan eksonerasi yaitu
443
klausula yang nnya, e. Dipersiap merupakan salah
meniadakan atau debitur kan satu bentuk cacat
membatasi terpaksa secara kehendak.
kewajiban salah menerima massal Penyalahgunaan
satu pihak perjanjian atau keadaan
(kreditur) untuk tersebut; kolektif. (misbruik van
membayar ganti d. Bentuknya omstandigheden)
tertulis; Pencantu
rugi kepada sebagai salah satu
man klausula
cacat kehendak
debitur, memiliki 20 eksonerasi dalam
Mariam
Darus Badrulzaman, berdasarkan
ciri-ciri sebagai sebuah perjanjian
Aneka Hukum Bisnis,
putuskan
berikut:20 PT. Alumni, baku biasanya
Bandung, 1994, Mahkamah
a. Isinya hlm.50. disebabkan
Agung Republik
ditetapkan karena adanya
Indonesia Nomor
sepihak kedudukan yang
1904K/Sip/1982
oleh tidak seimbang
tanggal 28
kreditur diantara para
Januari 1984 dan
yang pihak, sehingga
putusan
posisinya pihak kreditur
Mahkamah
relatif yang
Agung Republik
lebih kuat kedudukannya/p
Indonesia nomor
dibanding osisinya relatif
3431K/Pdt/1985
kan lebih kuat, hal ini
tanggal 4 Maret
debitur; merupakan ciri
1987.
b. Debitur dan
mengindikasikan Sebagai
sama
adanya salah satu bentuk
sekali
penyalahgunaan cacat kehendak,
tidak ikut
keadaan. maka
menentuk
Kalau penyalahgunaan
an isi
dilihat dari syarat keadaan yang
perjanjian
sahnya dilakukan oleh
itu;
perjanjian, maka pihak yang
c. Terdoron
penyalahgunaan menentukan
g oleh
keadaan syarat-syarat
kebutuha

444
dalam perjanjian tersebut tidak tersebut dalam Dengan
baku dan memenuhi syarat pelaksanaannya demikian
mencantumkan sahnya akan merugikan perjanjian baku
klausula perjanjian yaitu pihak-pihak yang
21
eksonerasi, syarat tertentu. mengandung
maka dengan “kesepakatan Suatu klausula
demikian para pihak”. perjanjian yang eksonerasi yang
perjanjian dapat dibatalkan terjadi karena
Kesepakat syarat yang sudah maksudnya adanya
an merupakan dibakukan. adalah, baru penyalahgunaan
pertemuan antara Menawar syarat- mempunyai keadaan oleh
dua kehendak syarat baku akibat setelah ada pihak yang
yang saling berarti menolak putusan hakim menentukan
bersesuaian perjanjian. yang syarat-syarat
dengan cara Kesepakat membatalkan dalam perjanjian
dinyatakan, an para pihak perjanjian masih tetap
dalam perjanjian dalam perjanjian tersebut. Sebelum berlaku,
baku yang merupakan syarat ada putusan sepanjang belum
memuat klausula subyektif, karena hakim, maka ada putusan
eksonerasi yang terkait subyek perjanjian hakim mengenai
syarat-syaratnya atau para pihak tersebut tetap pembatalan
22
hanya ditentukan dalam perjanjian, berlaku. perjanjian
oleh salah satu dan apabila dalam tersebut.
pihak, maka suatu perjanjian
21
Kartini Keabsahan
kehendak dan tidak memenuhi Mulyadi, Perikatan
yang Lahir dari Perjanjian Baku
pernyataan syarat subyektif
Perjanjian, PT.
RajaGrafindo yang Memuat
kehendak dari berakibat
Persada, Jakarta, Klausula
pihak lainnya perjanjian 2004, hlm. 172.
22
R.Setiawa Eksonerasi
terbentuk tanpa tersebut dapat n, Pokok-Pokok
Hukum Perikatan, dalam
mempunyai dibatalkan. Pada Bina Cipta, Bandung,
1977, hlm. 123. Perspektif
kesempatan prinsipnya suatu
Perlindungan
untuk melakukan perjanjian dapat
Konsumen
tawar menawar dibatalkan jika
Perjanjian
terhadap syarat- perjanjian
baku merupakan
445
suatu wujud dari Pencantu eksonerasi yang pihak yang
kebebasan man klausula di berisi pengalihan posisinya relatif
individu pelaku dalam perjanjian tanggung jawab lebih kuat,
usaha baku yang hanya dimungkinkan sehingga klausula-
menyatakan ditentukan secara karena adanya klausula dalam
kehendaknya sepihak oleh yang memberikan perjanjian baku
dalam pelaku usaha, kebebasan kepada hanya ditentukan
menjalankan maka keadaan ini para pihak dalam oleh pihak pelaku
perusahaan seringkali untuk usaha tanpa
setiap individu disalahgunakan menentukan apa melibatkan pihak
bebas berjuang oleh pelaku saja yang mereka konsumen,
untuk mencapai usaha sehingga sepakati, bahkan sehingga
tujuan isi dari perjanjian bisa memungkinkan
ekonomisnya tersebut lebih menyimpangi pelaku usaha
walaupun banyak ketentuan dengan leluasa
mungkin menentukan undang-undang menyalahgunakan
merugikan pihak kewajiban dari yang bersifat keadaan ini.
lain. Golongan konsumen pelengkap. Asas
ekonomi kuat dibandingkan Namun kebebasan
selalu memiliki dengan Pencantuman berkontrak dalam
posisi yang kewajiban dari klausula hukum perjanjian
dominan pelaku usaha eksonerasi yang Indonesia meliputi
berhadapan serta lebih memberatkan ruang lingkup,
dengan golongan banyak hak-hak konsumen yaitu:
ekonomi lemah dari pelaku usaha inidapat a. Kebebasan
yang umumnya dibandingkan dikatakan untuk
adalah dengan hak dari merupakan membuat
konsumen biasa. konsumen, pembatasan atau tidak

bahkan tidak menggeser risiko- terhadap asas membuat

jarang di dalam risiko tertentu kebebasan perjanjian;

perjanjian baku kepada pihak berkontrak,

disertai dengan lain.23 karena kebebasan

klausula Pencantu ini hanya dikuasai

eksonerasi yang man klausula oleh salah satu

446
b. Kebebasa f. Kebebasa menyodorkan (2). Kebebasan
n untuk n untuk perjanjian baku, untuk memilih
memilih menerima sedangkan pada pihak siapa ia
pihak atau pihak yang ingin membuat
siapa ia menyimp disodorkan perjanjian,
ingin angi perjanjian yaitu bukanlah sesuatu
membuat ketentuan pihak konsumen yang esensial
perjanjia undang- hanya memiliki karena apakah ia
n; undang kebebasan dalam akan membuat
c. Kebebasa yang hal : (1). perjanjian atau
n untuk bersifat Kebebasan untuk tidak itu
menentu pelengkap membuat atau tergantung pada
kan atau (aanvulle tidak membuat apakah ia
memilih nd perjanjian, dan memang sangat
causa recht).24 23 24
Sudikno Agus
dari Mertokusumo. Yudha Hernoko,
Kalau Syarat-Syarat Baku Hukum Perjanjian,
perjanjia Dalam Hukum Asas
kita lihat jenis Kontrak. Makalah Proporsionalitas
n yang dalam Penataran Dalam Kontrak
kebebasan yang
Hukum Perdata. Komersial, Laksbang
akan terdapat di dalam Yogyakarta: Fakultas Mediatama
dibuatny Hukum Universitas Yogyakarta, 2008,
asas kebebasan Gadjah Mada, 1995, hlm. 95-96.
a; hlm. 16.
berkontrak
d. Kebebasa sebagaimana
n untuk dipaparkan di
menentuk atas, maka
an obyek nampaknya
perjanjia kebebasan
n; berkontrak dalam
e. Kebebasa perjanjian baku
n untuk hanya
menentuk didominasi oleh
an salah satu pihak
bentuk saja yaitu pihak
perjanjia pelaku usaha
n; yang

447
membutuhkan perjanjian tersebut ataukah Jadi sekalipun dalam hukum
tidak. sedangkan kebebasan yang lainnya perjanjian diberikan kebebasan kepada
hanyalah dimiliki oleh pihak pelaku usaha para pihak dalam perjanjian untuk
yang menentukan syarat-syarat dalam menentukan sendiri apa yang mereka
perjanjian baku. inginkan, namun karena pihak-pihak dalam
Dalam perkembangannya asas perjanjian tidak selamanya mempunyai
kebebasan berkontrak memang mengalami posisi yang seimbang dan ada kalanya satu
pembatasan-pembatasan, faktor-faktor pihak berada di posisi kuat dan pihak
yang mempengaruhi pembatasan terhadap lainnya berada pada posisi lemah dan
asas kebebasan berkontrak adalah: sangat membutuhkan perjanjian tersebut.
1. Semakin menguatnya pengaruh Posisi pihak yang lemah ini seringkali
ajaran i’tikad baik, dimana i’ikad dimanfaatkan oleh pihak yang mempunyai
baik tidak hanya ada pada saat posisi lebih kuat untuk mengeruk
pelaksanaan kontrak, tetapi juga keuntungan yang sebanyak-banyaknya
harus ada pada saat dibentuknya tanpa memperhatikan apakah tindakannya
kontrak; tersebut akan menimbulkan kerugian
2. Semakin berkembangnya ajaran kepada pihak lain. Melihat kenyataan ini
penyalahgunaan keadaan (misbruik diperlukan campurtangan pemerintah
van omstandigheden).25 dalam melindungi masyarakat yang berada
dalam posisi yang lemah.
Senada dengan hal tersebut diatas,
Setiawan menyatakan bahwa pembatasan Dalam perkembangan hukum

kebebasan berkontrak dipengaruhi oleh : perdata, menurut Mariam Darus


Badrulzaman campur tangan pemerintah
a. Berkembangnya doktrin i’tikad
merupakan pergeseran hukum perdata ke
baik;
dalam proses pemasyarakatan
b. Berkembangnya doktrin
(vermaatschappelijking) untuk
penyalahgunaan keadaan;
kepentingan umum. Dengan demikian hal-
c. Makin banyaknya kontrak baku;
hal yang menyangkut kepentingan umum
d. Berkembangnya hukum ekonomi.26
akan mendapat perlindungan dari
pemerintah. Bahkan akhir-akhir ini ada
kecenderungan untuk memperbanyak
25
Ridwan Khairandy, I’tikad Baik dalam
Kebebasan Berkontrak, Pasca Sarjana FH UI, peraturan-peraturan hukum pemaksa
Jakarta, hlm. 2.
26
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit, hlm. 99.

446
(dwingen recht) demi kepentingan umum usaha baik secara langsung
dan demi melindungi pihak yang lemah.27 maupun tidak langsung untuk
Salah satu bentuk perlindungan melakukan segala tindakan
pemerintah terhadap pihak yang lemah sepihak yang berkaitan dengan
adalah dengan diundangkannya Undang- barang yang dibeli oleh
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang konsumen secara angsuran;
Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam e. mengatur perihal pembuktian
ketentuan Pasal 18 telah ditentukan atas hilangnya kegunaan barang
berbagai larangan dalam membuat atau atau pemanfaatan jasa yang
mencantumkan klausula baku dalam setiap dibeli oleh konsumen;
dokumen dan/atau perjanjian sebagaimana f. memberi hak kepada pelaku
tercantum berikut ini: usaha untuk mengurangi
(1). Pelaku usaha dalam menawarkan manfaat jasa atau mengurangi
barang dan/jasa yang ditujukan untuk harta kekayaan konsumen yang
diperdagangkan dilarang membuat menjadi objek jual beli jasa;
atau mencantumkan klausula baku g. menyatakan tunduknya
pada setiap dokumen dan/atau konsumen kepada peraturan
perjanjian apabila: yang berupa aturan baru,
a. menyatakan pengalihan tambahan, lanjutan dan/atau
tanggung jawab pelaku usaha; pengubahan lanjutan yang dibuat
b. menyatakan bahwa pelaku usaha sepihak oleh pelaku usaha dalam
berhak menolak penyerahan masa konsumen memanfaatkan
kembali barang yang dibeli jasa yang dibelinya;
konsumen; h. menyatakan bahwa konsumen
c. menyatakan bahwa pelaku usaha memberi kuasa kepada pelaku
berhak menolak penyerahan usaha untuk membebankan hak
kembali uang yang dibayarkan tanggungan, hak gadai, atau hak
atas barang dan/atau jasa yang jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen; dibeli oleh konsumen secara
d. menyatakan pemberian kuasa angsuran.
dari konsumen kepada pelaku (2). Pelaku usaha dilarang
mencantumkan klausula baku yang
27
Ibid, hlm. 98.
letak atau bentuknya sulit terlihat

atau tidak dapat dibaca

447
secara bertentanga perbuatan hukum kepada hakim,
jelas, atau n dengan yang sebagaimana
yang undang- bersangkutan mana ditentukan
pengungka undang ini. oleh hukum dalam Pasal 1266
pannya dianggap tidak bagian ketiga
Melihat
28
sulit pernah ada. menyatakan
ketentuan tersebut
dimengerti. Walaupun bahwa “Dalam
di atas, maka
(3). Setiap dalam Pasal 18 hal yang
keabsahan dari
klausula Undang- Undang demikian
perjanjian baku
baku yang Perlindungan perjanjian tidak
yang
telah Konsumen batal demi
mencantumkan
ditetapkan meyatakan bahwa hukum, tetapi
klausula
oleha akibat dari pembatalan
pengalihan
pelaku perjanjian baku harus dimintakan
tanggung jawab
usaha pada yang melanggar kepada hakim”.
pelaku usaha
dokumen ketentuan Maka
(yang dikenal
atau tersebut berakibat membatalkan
dengan istilah
perjanjian batal demi klausula dalam
klausula
yang hukum, namun perjanjian baku
eksonerasi)
memenuhi pembatalan yang memuat
berakibat klausula
ketentuan tersebut harus klausula
tersebut
sebagaiman dimintakan eksonerasi
a dimaksud dinyatakan batal diperlukan
28
R.
pada ayat demi hukum. Setiawan, kesadaran dari
Loc.Cit.
(1) dan ayat Suatu konsumen yang
(2), perbuatan merasa dirugikan
dinyatakan dinyatakan batal untuk
batal demi demi hukum, mengajukan
hukum. karena gugatan
(4). Pelaku kebatalannya pembatalan,
usaha wajib berdasarkan padahal kita tahu
menyesuaik undang-undang. kalau kesadaran
an klausula Batal demi konsumen akan
baku yang hukum berakibat hak-haknya di

448
negara kita pengawasan komisi yang pencantuman
masih rendah, terhadap sangat klausula baku,
untuk itu pencantuman melindungi tetapi sudah pada
diperlukan peran klausula baku. konsumen level melakukan
pemerintah yang Namun dalam terutama penilaian terhadap
sangat dominan pasal ini konsumen dalam perjanjian baku,
dalam rangka melakukan perjanjian baku, jika perjanjian
melindungi “pengawasan dimana komisi ini baku tersebut
konsumen. terhadap diberi tidak memenuhi
Peran pencantuman kewenangan yang ketentuan yang
pemerintah klausula baku”, sangat besar berlaku, maka
dalam hal ini berarti perjanjian antara lain untuk komisi tersebut
diperlukan dalam baku disini sudah menetapkan, dapat merubah
pengawasan dicantumkan merubah dan bahkan dapat
pencantuman oleh pelaku mencabut suatu mencabut
klausula baku, usaha, dengan perjanjian baku berlakunya
dalam Pasal demikian yang dikenal perjanjian baku
52 huruf (c) perlindungan dengan istilah tersebut, sehingga
UUPK yang dilakukan standaardregelin perjanjian baku
pemerintah oleh pemerintah g atau standard yang ditawarkan
memberikan disini hanya contract yang kepada konsumen
tugas dan bersifat refresif. diatur dalam sudah benar-benar
kewenangan Sebenarnya Pasal 6:5.1.2 diseleksi,
kepada Badan dalam rangka NBW.29 sehingga bisa
Penyelesaian memberikan Dengan meminimalisir
Sengketa perlindungan demikian, kerugian
Konsumen yang lebih baik lembaga atau konsumen.
(BPSK) untuk bisa dilakukan komisi yang Perlu
melakukan perlindungan dibentuk di disadari upaya
hukum negeri Belanda perlindungan

preventif Di negeri Belanda tersebut tidak konsumen yang

sebagaimana sejak berlakunya hanya melakukan dilakukan oleh

yang berlaku di NBW tahun 1992, pengawasan pemerintah

negeri Belanda. terdapat suatu terhadap melalui UUPK

449
memang perlindungan pengalihan Perjanjian
sangatlah kepada tanggung jawab yang
terbatas, karena konsumen secara (klausula
mengandung
tidaklah mungkin menyeluruh. eksonerasi),
cacat
memberikan Akan tetapi dimana
kehendak berarti
penuangan
29
Henry P. upaya yang tidak memenuhi
Panggabean, syarat-syarat
Penyalahgunaan dilakukan syarat
Keadaan (Misbruik perjanjian oleh
van pemerintah “kesepakatan
pelaku usaha
Omstandigheden)
Sebagai Alasan
tersebut para pihak
seringkali
(Baru) Untuk merupakan salah dalam membuat
Pembatalan membawa
Perjanjian, Liberty, satu upaya untuk perjanjian”, yang
Yogyakarta, hlm. 68. dampak kerugian
membatasi termasuk dalam
kepada
kerugian syarat subyektif.
konsumen.
konsumen akibat Perjanjian yang
Kalau
penggunaan tidak memenuhi
dilihat dari
klausula syarat subyektif
syarat sahnya
eksonerasi dalam berakibat dapat
perjanjian, maka
perjanjian. dibatalkan.
perjanjian baku
Pemerintah
yang memuat
PENUTUP
melalui
klausula
Keberada
Undang-
an perjanjian
pengalihan Undang Nomor 8
baku sudah
tanggung tahun 1999
merupakan hal
jawab pelaku tentang
yang tidak perlu
usaha (klausula Perlindungan
diperdebatkan
eksonerasi), Konsumen
lagi, namun yang
terjadi karena berusaha
menjadi
penyalahgunaan memberikan
permasalahan
keadaan yang
adalah perlindungan
keberadaan mengakibatkan kepada
perjanjian baku cacat
yang memuat
kehendak.
klausula

450
konsumen dalam hal pencantuman (Baru) Untuk Pembatalan
klausula baku, dalam Pasal 18 disebutkan Perjanjian, Liberty, Yogyakarta.
J.M.van Dunne dan Gr van der Brught,
bahwa pelaku usaha dilarang
1987 Hukum Perjanjian (Bahan
mencantumkan klausula baku yang berisi Kursus Hukum Perikatan Bagian
pengalihan tanggung jawab (klausula 1a), Dewan Kerjasama Ilmu
Hukum Belanda dengan Indonesia,
eksonerasi), dan pelanggaran ketentuan ini
Yogyakarta.
mengakibatkan klausula tersebut batal J. Satrio, 1995. Hukum Perikatan,
demi hukum, namun walaupun berakibat Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian Buku I, PT. Citra Aditya
batal demi hukum, tetap diperlukan adanya
Bakti, Bandung.
kesadaran dan keberanian konsumen untuk Kartini Mulyadi, 2004. Perikatan yang
mengajukan gugatan pembatalan tersebut. Lahir dari Perjanjian, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian
Baku (Standard) Perkembangannya
Abdulkadir Muhammad, 1992. Perjanjian
di Indonesia, dalam Beberapa Guru
Baku dalam Praktek Perusahaan
Besar Berbicara tentang Hukum
Perdagangan, PT. Citra Aditya
dan Pendidikan Hukum (Kumpulan
Bakti, Bandung.
Pidato Pengukuhan), Bandung,
Agus Yudha Hernoko, 2008. Hukum
Alumni, 1981.
Perjanjian, Asas Proporsionalitas
-------, Aneka Hukum Bisnis. PT. Alumni.
Dalam Kontrak Komersial,
Bandung. 1994.
Laksbang Mediatama Yogyakarta.
-------. Kompilasi Hukum Perikatan. PT.
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004.
Citra Aditya Bakti. Bandung. 2001.
Hukum Perlindungan Konsumen,
Mariam Darus Badrulzaman,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Aneka Hukum Bisnis. PT. Alumni.
Ahmadi. Miru, 2007. Hukum Kontrak,
Bandung. 1994.
Perancangan Kontrak. PT. Raja
Moch Isnaeni, 2013. Perkembangan
Grafindo Perkasa, Jakarta.
Hukum Perdata di Indonesia,
David M.L. Tobing, Parkir+Perlindungan
Laksbang Grafika, Yogyakarta.
Hukum Konsumen, PT. Timpani
Riduan Khairandy, I’tikad Baik dalam
Agung, Jakarta, 2007.
Kebebasan Berkontrak, Pasca
Henry P. Panggabean, Penyalahgunaan
Sarjana FH UI, Jakarta.
Keadaan (Misbruik
van
Omstandigheden) Sebagai Alasan Hukum Perdata. Yogyakarta:
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Fakultas Hukum Universitas
Perikatan, Bina Cipta, Bandung, Gadjah Mada.
1977. Sutan Remy Sjahdeini,1993 Kebebasan
Sudikno Mertokusumo, 1995, Syarat- Berkontrak dan Perlindungan yang
Syarat Baku Dalam Hukum Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
Kontrak. Makalah dalam Penataran

450
Perjanjian Kredit Bank Jakarta.
Di Indonesia, Institut
Bank Indonesia,

451

You might also like