You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PATI
“SWELLING POWER DAN SOLUBILITY PATI”

DOSEN PENGAMPU :
1. Ulyarti, S. TP., M.Sc.
2. Ir. Indriyani, M.P.
3. Rahayu Suseno, S. TP., M.Si.

ASISTEN D OSEN :
1. Risma Yuliana J1A119001
2. Novia Alya Rifdah J1A119011

OLEH :

Marianto pasaribu

D1C021039

Kelompok 3

R-001/Shift 1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kebanyakan karbohidrat yang kita makan ialah tepung/ amilum/ pati, yang
ada dalam gandum, jagung, beras, kentang, padi-padian, buah-buahan dan
sayuran. Karbohidrat pada tumbuh-tumbuhan dibentuk dari proses fotosintesis
pada daun dari CO2 dan H2O. Karbohidrat adalah hasil alam yang melakukan
banyak fungsi penting dalam tubuh mahkluk hidup.
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas
amilosa dan amilopektin Pati dapat diperoleh dari biji-bijian, umbi-umbian,
sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara lain adalahjagung,
labu, kentang, ubijalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu, amaranth, ubi
kayu, ganyong, dan sorgum. Pemanfaatan pati asli masih sangat terbatas
karena sifat fisik dan kimianya kurang sesuai untuk digunakan secara luas.
Oleh karena itu, pati akanmeningkat nilai ekonominya jikadimodifikasi sifat-
sifatnya melalui perlakuan fisik, kimia, atau kombinasi keduanya (Jacobs dan
Delcour, 2013).
Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-butiran kecil
yang sering disebut sebagai granula. Granula pati tidak larut dalam air pada
temperatur ruangan. Dalam keadaan murni, granula pati berwarna putih,
mengkilap, tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk dan ukuran granula pati
berbeda-beda tergantung dari sumber tanamannya dan merupakan
karakteristik setiap jenis pati. Ukuran granula pati yang kecil, maka kekuatan
pembengkakannya juga kecil, dan sebaliknya dengan yang besar.
Karakteristik pati dapat dilihat dari pembengkakan granula (swelling
power), kelarutan (Solubility), dan Persentase (%) Transmitan. Maka dari itu
penting untuk mengetahui karakteristik pati yaitu pada nilai swelling power
dan solubility untuk penggunaan dan pemanfaatan pati lebih lanjut.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengujian swelling power dan
solubility pati hasil isolasi pada praktikum sebelumnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pati
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan _-glikosidik. Pati
disusun oleh unit D-glukopiranosa. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang
tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus yang
dominan engan ikatan _-(1,4)- D-glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai
titik percabangan dengan ikatan cabang, dengan ikatan _-(1,6)-D-glukosa
(Winarno, 2014). Pada umumnya pati mengandung amilopektin lebih banyak
daripada amilosa.
Zat pati terdiri dari butiran-butiran kecil yang disebut granula. Bentuk
granula pati ialah semikristal yang terdiri dari unit amorphous. Menurut
Hodge dan Osman (2017), bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik
setiap jenis pati, karena itu dapat digunakan untuk identifikasi. Selain ukuran
granula, karakteristik lain adalah bentuk granula, lokasi hilum, letak
birefringence, serta permukaan granulanya.
Amilosa maupun amilopektin disusun oleh monomer glukosa yang
berikatan satu sama lain melalui ikatan glikosidik. Perbedaan antara amilosa
dan amilopektin terletak pada pembentukan percabangan pada struktur
linearnya, ukuran derajat polimerisasi, ukuran molekul dan pengaturan posisi
pada granula pati. Amilosa dan amilopektin berperan dalam menentukan
karakteristik fisik, kimia dan fungsional pati. Amilosa berkontribusi terhadap
karakteristik gel karena kehadiran amilosa berpengaruh terhadap pembentukan
gel (Parker, 2013).
Granula pati berwarna putih, mengkilat, tidak berbau, dan tidak berasa
apabila dalam keadaan murni. Granula pati memiliki bentuk dan ukuran yang
bervariasi. Bentuk, ukuran, dan sifat granula pati tergantung dari sumber
patinya, ada yang berbentuk bulat, oval, atau tak beraturan (Koswara, 2016).
2.2 Karakteristik Pati
2.2.1 Swelling Power
Swelling power merupakan suatu sifat yang menunjukkan volume dan
berat maksimum pati meningkat selama mengalami pengembangan di dalam
air. Swelling power juga dapat diartikan yaitu suatu sifat yang mencirikan
daya kembang suatu bahan, dalam hal ini kekuatan tepung untuk
mengembang. Swelling power terjadi karena adanya ikatan non kovalen
antara molekul-molekul pati. Swelling terjadi pada daerah amorf granula
pati. Ikatan hidrogen yang lemah antar molekul pati pada daerah amorf akan
terputus saat pemanasan sehingga terjadi hidrasi air oleh granula pati.
Granula pati akan terus mengembang sehingga viskositas meningkat hingga
volume hidrasi maksimal yang dapat dicapai oleh granula pati (Swinkels,
2013).
Ketika molekul pati sudah benar-benar terhidrasi, molekul-molekulnya
mulai menyebar ke media yang ada di luarnya dan yang pertama keluar
adalah molekul-molekul amilosa yang memiliki rantai pendek. Semakin
tinggi suhu maka semakin banyak molekul pati yang akan keluar dari
granula pati. Selama pemanasan akan terjadi pemecahan granula pati,
sehingga pati dengan kadar amilosa lebih tinggi, granulanya akan lebih
banyak mengeluarkan amilosa (Fleche, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembengkakan granula antara lain
perbandingan amilosa-amilopektin, panjang rantai dan distribusi berat
molekul. Degradasi pati menghasilkan rantai amilosa dan amilopektin yang
semakin pendek sehingga jaringan internal granula pati akan melemah dan
mudah menyerap air, selanjutnya granula pati mengembang dan akan
meningkatkan pembengkakan granula (swelling power) (Adedeji et all,
2020).

2.2.2 Solubility
Pola kelarutan pati dapat diketahui dengan cara mengukur berat
supernatan yang telah dikeringkan dari hasil pengukuran pembengkakan
granula. Ketika pati dipanaskan dalam air, sebagian molekul amilosa
terutama yang memiliki rantai pendek akan keluar dari granula pati dan
larut dalam air. Semakin tinggi suhu maka semakin banyak molekul pati
yang akan keluar dari granula pati. Kelarutan pati semakin tinggi dengan
meningkatnya suhu Pati singkong memiliki kelarutan 15-35%
tergelatinisasi pada suhu 75-88oC untuk granula berukuran kecil
(Moorthy, 2014).
Hasil penelitian Widyasaputra (2013) menunjukkan bahwa nilai
kelarutan pada tepung ubi jalar fermentasi dengan lama fermentasi yang
dilakukan cenderung berubah-ubah, hal ini terjadi karena semakin lama
fermentasi maka semakin banyak molekul pati yang dihidrolisis menjadi
gula sederhana kemudian dihidrolisis kembali menjadi asam-asam organik.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Oktober 2023 pukul
09.30-12.00 di laboratorium Pengolahan 2, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas
beaker, hot plate, termometer, penjepit kayu, centrifuge, tabung reaksi,
cawan petri, timbangan analitik, Erlenmeyer, oven, Loyang, refrigerator,
sendok, dan kertas label.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah pati
singkong, air mineral, dan tisu.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Pengujian swelling Power dan Absolubility

0,5 gram pati


pati

Dimasak dan ditambahkan 20 ml air dengan suhu 60°C, 65°C, 70°C, 75°C

Dibiarkan konstan selama 30 menit

Didinginkan hingga mencapai suhu ruang

Dimasukkan pada tabung sentrifuge bertutup

Disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit

Dituangkan supernatant ke dalam glass dish

Ditempatkan dalam air mendidih

Dikeringkan pada suhu 105°C lalu ditimbang

Bagan 1. Prosedur Swelling Power Dan Solubility Pati

Pada langkah yang pertama dalam melakukan praktikum kali ini adalah
ditimbang terlebih dahulu pati yang akan digunakan sebanyak 0,5 gram. Dimasak
dengan menggunakan hot plate dan ditambahkan air 20 ml dengan perlakuan suhu
yang berbeda yaitu 60 °, 65 °, 70 °, 75 °. Dibiarkan konstan selama 30 menit
selanjutnya didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Dimasukkan kedalam
tabung sentrifuge bertutup kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm
selama 15 menit. Dituangkan supernatant kedalam glass dish. Ditempatkan
kedalam air mendidih selanjutnya dikeringkan pada suhu 105°C dan ditimbang.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada pratikum Swelling Power Dan
Solubility Pati adalah sebgaia berikut:

Tabel 1. Hasil Swelling Power Dan Solubility Pati

Ber Berat Berat Berat


S at tabun TS+ Berat Bera cawan Berat Swelli
N U sam g sendi sendi t + super ng Solub
O H pel sentri men men cawa super natan power ility
U (0,5 fuse basah basah n natan kering (%) (%)
gr) kering
1 60 6,50 13,59 7,09 34,5 34,69 0,13 0,001 1,83
0
C 6 58
2 65 6,40 12,85 6,45 32,6 32,89 0,26 0,001 4,03
0
C 8 47
3 70 6,37 12,76 6,39 33,0 33,22 0,22 0,001 3,44
0
C 0 45
4 75 6,41 8,85 2,44 34,2 35,51 1,25 0,001 51,22
0
C 0,5 6 09
5 80 gr 6,54 12,79 6,25 50,7 51,07 0,37 0,001 5,92
0
C 0 45
6 85 6,40 9,98 3,58 36,6 37,32 0,7 0,000 19,55
0
C 2 97
7 90 6,45 14,04 7,59 35,0 35,09 0,06 0,001 0,79
0
C 3 68
8 95 6,50 12,21 5,71 32,0 33,67 1,6 0,001 28,02
0
C 7 68
Grafik 1. Swelling Power

0,0018
0,0016
0,0014
0,0012
0,001
0,0008
0,0006
0,0004
0,0002
0
suhu 600C 650C 700C 750C 800C 850C 900C 950C

Grafik 2. Solubility

solubility
60

50

40

30

20

10

0
600C 650C 700C 750C 800C 850C 900C 950C

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang swelling power dan solubility
pati dengan bahan pengujiannya yaitu hasil isolasi pati singkong pada
praktikum sebelumnya. Parameter suhu yang digunakan pada pengujian ini ada
beberapa suhu, yaitu, 60°C, 65°C, 70°C, 75°C, 80°C, 85°C, 90°C dan 95°C.
Dan untuk berat awal pada hasil isolasi pati pada praktikum ini, setiap
kelompok memiliki berat yang sama yaitu 0,5 gram.
Pada praktikum swelling power dan solubility digunakan jenis pati yang
sama untuk setiap kelompok. Berdasarkan hasil data dari tabel 1,dapat dilihat
perbedaan nilai swelling power dan solubility dari setiap kelompok yang
menggunakan suhu yang berbeda-beda.Perbedaan ini secara sederhana diakibat
karena adanya perbedaan suhu pengukuran pada pengujiannya. Nilai swelling
power merupakan karakteristik yang dimiliki oleh amilopektin , sementara
amilosa bertindak seperti inhibitor terjadinya pembengkakan granula. Nilai
Solubility adalah parameter yang berkaitan dengan keberadaan molekul air
seperti amilosa. Perbedaan nilai swelling power dan solubility yang didapat
untuk setiap kelompok ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan rantai
amilosa dan amilopektin pada struktur pati tersebut. Nilai solubility yang lebih
tinggi dibandingkan nilai swelling power ini disebabkan adanya perbedaan
jumlah amilosa dan amilopektin pada pati tersebut. Pati yang digunakan
tersebut lebih banyak mengandung amilosa dibanding amilopektin sehingga
nilai solubilitynya lebih besar.
Secara umum, swelling power akan meningkat dengan bertambahnya
suhu pengukuran, peningkatan swelling power berbeda untuk masing-masing
sampel. Namun data pada praktikum ini tidak menujukan hal tersebut, mungkin
ini terjadi karena ada kesalahan saat melakukan pengujian praktikum ini dan
ditambah kurang terlatihnya praktikan dalam melakukan praktikum ini.
Charles et al, (2015) menyatakan bahwa pati yang memiliki kandungan
amilosa yang berbeda akan memiliki sifat fungsional yang berbeda, antara lain
swelling power dan kelarutan. Proporsi yang tinggi pada rantai cabang
amilopektin berkontribusi dalam peningkatan nilai swelling. Hal ini terjadi
karena amilosa dapat membentuk kompleks dengan lipida dalam pati, sehingga
dapat menghambat swelling.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain perbandingan amilosa-
amilopektin, panjang rantai dan distribusi berat molekul. Menurut Pomeranz
(2015), kelarutan pati semakin tinggi dengan meningkatnya suhu, serta
kecepatan peningkatan kelarutan adalah khas untuk tiap pati. Pola kelarutan
pati dapat diketahui dengan cara mengukur berat supernatan yang telah
dikeringkan dari hasil pengukuran swelling power.
Pada Solubility, ketika pati dipanaskan dalam air, sebagian molekul
amilosa akan keluar dari granula pati dan larut dalam air. Persentase pati yang
larut dalam air ini dapat diukur dengan mengeringkan supernatan yang
dihasilkan saat pengukuran swelling power. Menurut Fleche (2014), ketika
molekul pati sudah benar-benar terhidrasi, molekul-molekulnya mulai
menyebar ke media yang ada di luarnya dan yang pertama keluar adalah
molekul-molekul amilosa yang memiliki rantai pendek. Semakin tinggi suhu
maka semakin banyak molekul pati yang akan keluar dari granula pati. Selama
pemanasan akan terjadi pemecahan granula pati,sehingga pati dengan kadar
amilosa lebih tinggi, granulanya akan lebih banyak mengeluarkan amilosa

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada Praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa


hasil pengujian swelling power menunjukkan kemampuan pati untuk
membentuk gel ketika terkena air, yang dapat berpengaruh pada tekstur produk
akhir. Semakin tinggi nilai swelling power, semakin besar kemampuan pati
untuk membentuk gel. Selain itu, pengujian solubility pati mengukur sejauh
mana pati dapat larut dalam air, yang dapat mempengaruhi pengaplikasian pati
dalam produk yang memerlukan larutannya dalam cairan. Semakin tinggi nilai
solubility, semakin baik pati larut dalam air, yang bisa bermanfaat bagi produk
yang membutuhkan sifat larutan yang baik.

5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini perlu dilakukan dengan teliti dan
diharapkan untuk membaca literatur-literartur lain yang berkaitan dengan
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adedeji, A.A., N.Ekramirad., A.Rady., A.Hamidisepehr,K.D.Donohue., R.T.Villanueva.,


C.A.Parrish.,and M.Li. (2020). Non-Destructive TechnologiesforDetecting Insect
InfestationinFruitsandVegetablesunder

Charles AL, Chang YH, Ko WC, Sriroth K, dan Huang TC. (2005). Influence of
amylopectin structure and amylose content on gelling properties of five cultivars
of cassava starches. J. Agric. Food Chemistry 53 : 2717-2725.

Fleche G. (2014). Chemical Modifikation and Degradation of Starch, Di dalam G.M.A.


Van Beynum dan J.A. Roels ed Starch conversion technology. London: Applied
Science Publ.

Hodge, J.E, dan E.M. Osman, (2017). Carbohydrates, didalam Food Chemistry. D.R.
Fennema, ed. Macel Dekker, inc. New York dan Basel.

Jacobs, H. and J.A. Delcour. (2013). Hydrotherma modifications of granular starch with
reten-tion of the granular structure: Review. J.Agric. Food Chem. 46(8): 2895

Koswara, (2016). Teknologi Modifikasi Pati . Fbook Pangan.

Moorthy, E., (2014). Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) .URL:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2924 5/4/Chapter%20II.pdf,
diakses pada tanggal 13 mei 2016.

Parker, R. (2013). Introduction to Food Science. United States of America : Delmar,


Thomson Learning.

Pomeranz Y. (2015). Functional Properties of Food Components. San Diego : Academic


Press Inc.

Postharvest Conditions: A Critical Review. Foods 9:927–955.

Swinkels, (2013). Source of Starch, Its Chemistry and Physics. Di dalam: G.M.A.V.
Beynum dan J.A Roels (eds.). Starch Conversion Technology. Marcel Dekker,
Inc., New York

Widyasaputra, R., & Yuwono, S. S. (2013). Pengaruh Fermentasi Alami


Chips Terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar Putih (Ipomoea batatas L.)
Terfermentasi. Jurnal Pangan Dan Agroindustr, 1(1), 78–89.

Winarno, F. G. 2014. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar

Gambar 1. Berat awal pati Gambar 2. Dilarutkan dengan air


sebanyak 20 ml

Gambar 3. Larutan pati dimasak Gamabar 4. Ditimbang tabung


dengan suhu 80°C sentrifuge

Gambar 5. . Dimasukan ke dalam Gambar 6. Disentrifuge dengan


sentrifuge yang bertutup kecepatan 2500 rpm selama 15 menit
Gambar 7. Pati setelah disentrifuge Gambar 8. Ditimbang glass dish
ditimbang kosong

Gambar 9. Dituangkan supernatant ke Gambar 10. Ditempatkan dalam air


dalam glaas dish mendidih

Gambar 11. Dikeringkan dengan oven Gambar 12. Ditimbang setelah


pada suhu 105°C dikeringkan.
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Air

 Kadar air
𝑩−𝑪
Rumus: KA% = 𝑩−𝑨 × 100%

Keterangan: A = Berat cawan ksosng


B = Berat cawan + sampel sebelum oven
C = Berat cawan + sampel setelah oven

Diketahui:
 Cawan 1
Sampel: 2,0141
Cawan 1: 6,3142
Setelah oven: 8,1508

Sehingga: A = 6, 3142
B = 6,3142 + 2,0142 = 8,3283
C = 8,3283
Jawab:
𝑩−𝑪
KA% = 𝑩−𝑨 × 100%
8,3283−8,1508
= 8,3283−6,3142 × 100%
0,1775
= 2,0141 × 100%
17,75
= 2,0141 = 8,81%

 Cawan 2
Sampel: 2,0713
Cawan 2: 6,5749
Setelah oven: 8,4588

Sehingga: A = 6, 5749
B = 6,5749 + 2,0713 = 8,6462
C = 8,4588
Jawab:
𝑩−𝑪
KA% = 𝑩−𝑨 × 100%
8,6462−8,4588
= 8,6462−6,5749 × 100%
0,1874
= 2,0713 × 100%
18,74
= 2,0713 = 9, 04%

𝟖,𝟖𝟏+𝟗,𝟎𝟒
 Penjumlahan rata-rata KA = 𝟐
𝟏𝟕,𝟖𝟓
= 𝟐

= 8,925%
Lampiran 3. Perhitungan swelling Power dan Solubility

 Kelompok 1 (600C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
0,13
= × 100%
7,09
13
=
7,09

= 1,83

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

7,09
=
45,53 × 100 − 1,83
7,09
=
45,53 × 98,17
7,09
=
4.469,6801

= 0,0015862433

 Kelompok 2 (650C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
0,26
= × 100%
6,45
26
=
6,45

= 4,03

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍
7,09
=
45,53 × 100 − 1,83
7,09
=
45,53 × 98,17
7,09
=
4.469,6801

= 0,0015862433

 Kelompok 3 (700C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
0,22
= × 100%
6,39
22
=
6,39

= 3,44

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

6,39
=
45,53 × 100 − 3,44
6,39
=
45,53 × 96,56
6,39
= = 0,00145
4.396,3768

 Kelompok 4 (750C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
1,25
= × 100%
2,44
125
=
2,44

= 51,22

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 =
𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

2,44
=
45,53 × 100 − 51,22
2,44
=
45,53 × 48,78

2,44
=
2.220,9534

= 0,00109

 Kelompok 5 (800C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
0,37
= × 100%
6,25
37
=
6,25

= 5,92

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

6,25
=
45,53 × 100 − 5,92
6,25
=
45,53 × 94,08
6,25
=
4.283,4624

= 0,00145

 Kelompok 6 (850C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡

0,7
= × 100%
3,58
70
=
3,58

= 19,55

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 =
𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

3,58
=
45,53 × 100 − 19,55
3,58
=
45,53 × 480,45

3,58
=
3,662,8885

= 0,00097
 0
Kelompok 7 (90 C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡

0,06
= × 100%
7,59
6
=
7,59

= 0,79
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

7,59
=
45,53 × 100 − 0,79
7,59
=
45,53 × 99,21

7,59
=
4.517,0313

= 0,00168

 Kelompok 8 (950C)

𝐒𝐮𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡

1,6
= × 100%
5,71
160
=
5,71

= 28,02

𝐒𝐞𝐝𝐢𝐦𝐞𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡
𝑺𝒘𝒆𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒐𝒘𝒆𝒓 = 𝐏𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 ×𝟏𝟎𝟎%−%𝒔𝒐𝒍

5,71
=
45,53 × 100 − 28,02
5,71
=
45,53 × 69,06

5,71
=
3.277,2494

= 0,00168

You might also like