You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

PERCOBAAN 7
ZAT ORGANIK

NAMA : PANCA SATIFA FITRIADI


NIM : 2310815210002
KELOMPOK : XIII
ASISTEN : MUHAMMAD RIZKY RAMADHAN

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
PERCOBAAN 7
ZAT ORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan zat
organik pada suatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Zat organik alami yaitu campuran senyawa organik yang sangat rumit
dan terdeteksi di semua air tanah dan air permukaan. Zat organik terlarut
biasanya dinyatakan dengan karbon organik terlarut yaitu klasifikasi luas
yang digunakan untuk merujuk pada molekul organik. Zat organik
mempengaruhi kinerja proses pengolahan air minum dan keamanan air
minum, bahan organik juga dapat mengganggu kepuasan konsumen karena
dapat menyebabkan warna, rasa dan bau yang tidak diinginkan pada air
minum (Ghernaout, 2020).
Kandungan yang tinggi dari zat organik dapat mengganggu ekosistem
perairan, dan jika kadar zat organik tersebut melebihi standar baku mutu
yang ditetapkan, itu dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Kandungan zat organik mencerminkan status kualitas perairan dan memiliki
dampak signifikan pada pemeliharaan keseimbangan ekologis. Pengelolaan
kualitas perairan menjadi sangat penting, salah satunya untuk menjaga
stabilitas ekosistem. Kehadiran kandungan zat organik yang berlebihan
dapat memicu pencemaran di perairan, yang ditandai oleh tingkat kesuburan
yang berlebihan. Kondisi kesuburan yang berlebihan ini dapat memicu
eutrofikasi, yaitu peningkatan kadar nutrien di perairan dan dapat
menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali. Hal ini jelas
akan mengganggu makhluk hidup dan biota yang tinggal di suatu perairan
(Hasibuan et al., 2021).
Kualitas air tanah dan air permukaan dipengaruhi oleh proses alam dan
aktivitas manusia. Kualitas air baku atau disebut juga dengan baku mutu air
didefinisikan sebagai ukuran kadar organisme, zat, energi, atau unsur yang
ada dan atau komponen zat pencemar dengan kandungan yang berdasarkan
ambang batas tertentu dalam sebuah perairan. Baku mutu air merupakan
ambang batas keamanan air dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan
bahaya bagi konsumen. Bahan berbahaya dapat berupa zat padat, cair,
maupun gas serta mikroorganisme (Pertiwi et al., 2023).
Air secara alami mengandung partikel-partikel kimia terlarut dan tidak
terlarut, mikroorganisme yang merupakan material dan diperlukan untuk
menjaga kualitas air. Partikel kimia ada beberapa yang sangat mengganggu
kualitas air. Parameter kualitas air yaitu parameter kimia yang sangat
penting untuk diketahui yang terdiri atas parameter kimia anorganik dan
kimia organik air. Parameter kimia organik air secara umum terdiri atas
minyak dan lemak, deterjen, pestisida, Dissolved Oxygen (DO), Biological
Oxygen Demand (BOD), Nitrogen Total (N-Total), dan nilai permanganat.
Zat kimia organik berlebih yang terdapat dalam air dapat disebabkan oleh
kotoran makhluk hidup ataupun dari sumber lain. Zat kimia organik
merupakan zat yang mengandung unsur karbon dan merupakan bagian dari
tumbuh-tumbuhan atau binatang dengan komponen utama seperti karbon
protein dan lemak. Zat kimia organik sangat mudah mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Kandungan zat kimia
organik yang tinggi dalam air menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi
dan tidak aman untuk dikonsumsi sebagai sumber air minum (Pertiwi et al.,
2023).
Titrasi permanganometri adalah suatu teknik analisis kuantitatif yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa tertentu dalam suatu
sampel dengan menggunakan larutan kalium permanganat sebagai zat titran.
Senyawa-senyawa seperti besi kalsium dan hidrogen peroksida dapat diukur
dengan teknik ini. Analisis biji besi merupakan salah satu contoh
penggunaan teknik titrasi permanganometri digunakan untuk memastikan
konsentrasi besi setelah biji besi dilarutkan dalam larutan hidroklorida. Sn 2+
kemudian digunakan untuk mengubah besi yang terlarut kembali menjadi
bentuk unsur, Fe2+ sebelum dilakukan menggunakan metode titrasi dengan
kalium permanganat. Teknik titrasi permanganometri dalam penggunaannya
tidak hanya terbatas pada industri pertambangan, tetapi juga digunakan
dalam berbagai aplikasi lainnya seperti dalam analisis air untuk menentukan
kandungan besi atau kalsium, atau dalam analisis biologi untuk mengukur
konsentrasi hidrogen peroksida dalam sampel biologis. Teknik ini tetap
memiliki kelemahan seperti kesulitan dalam menentukan titik akhir titrasi
secara tepat dan kemungkinan adanya pengaruh dari senyawa-senyawa lain
dalam sampel yang akan diuji. Teknik titrasi permanganometri perlu
dilakukan dengan hati-hati dan juga dengan mempertimbangkan beberapa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi hasil analisis
(Taufiqurrahman et al., 2023).
Metode permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4) dalam suasana asam.
Reaksinya berdasarkan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh
pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi).
Metode permanganometri memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan,
efektif, dan tidak memerlukan indikator untuk menentukan titik akhir titrasi,
sedangkan kekurangan pada metode ini larutan KMnO4 jika terkena cahaya
atau dititrasi cukup lama makan akan mudah terurai menjadi MnO 2,
sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat
coklat, yang akan mengganggu penentuan titik akhir titrasi. penambahan
pentiter pada proses titrasi harus sedikit demi sedikit agar kesalahan dalam
menentukan titik akhir titrasi dapat dihindari (Hasanah et al., 2019).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup disusun dengan beberapa muatan substansi yaitu meliputi
perencanaan, pemanfataan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum Lingkungan Hidup, yang diharapkan dapat sejalan
dengan ruang lingkup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah dalam hal ini memberikan arahan dan amanat
terhadap sebuah sistem Informasi Lingkungan Hidup yang akan saling
melengkapi sehingga dapat saling terintegrasi. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini dimaksudkan untuk
menjamin keselarasan antara kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan
warga negara dan kelestarian lingkungan hidup yang merupakan hak
warga negara. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah,
hendaknya untuk selalu diikuti oleh masyarakat dan masyarakat juga perlu
ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pengawasan kebijakan tersebut agar
dapat terwujudnya kesejahteraan rakyat sesuai amanat UUD 1945 (Imelda
et al., 2023).

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas ukur,
pipet tetes, gelas beker, buret, erlenmeyer, batu didih, dan hotplate.

B. BAHAN
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
H2C2O4.2H2O, KMnO4, H2SO4, dan sampel air (air Martapura dan air Sungai
Kemuning).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pembebasan Labu Erlenmeyer Dari Zat Organik
1. Air keran diambil sebanyak 50 mL lalu dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer.
2. Batu didih dimasukkan.
3. Larutan H2SO4 0,1 N ditambahkan sebanyak 2,5 mL.
4. Larutan KMnO4 0,1 N ditambahkan tetes demi tetes hingga cairan
berwarna merah muda.
5. Larutan dipanaskan di atas hotplate dan dibiarkan mendidih selama 5
menit.
6. Larutan H2SO4 0,1 N ditambahkan, jika selama pendidihan warna
merah muda hilang sampai tidak hilang lagi.
7. Cairan dalam labu Erlenmeyer dibuang.

B. Pemeriksaan Zat Organik


1. Sampel air Cempaka diambil sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer yang sudah dibebaskan dari zat organik pada
prosedur sebelumnya.
2. H2SO4 4 N ditambahkan sebanyak 2,5 mL.
3. KMnO4 0,1 N ditambahkan tetes demi tetes hingga cairan berwarna
merah muda.
4. Erlenmeyer beserta larutan didalamnya dipanaskan di atas hotplate
sampai hampir mendidih.
5. Larutan KMnO4 0,1 N ditambahkan sebanyak 5 mL dan dibiarkan
mendidih selama 5 menit tepat.
6. Larutan H2SO4 0,1 N ditambahkan jika selama pendidihan warna
ungu hilang sampai tidak hilang lagi.
7. Asam oksalat 0,1 N ditambahkan sebanyak 5 mL setelah selesai
pemanasan.
8. Larutan didalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan KMnO 4 0,1 N
sampai berubah warna merah muda dan dicatat banyaknya larutan
KMnO4 0,1 N yang digunakan.

B. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 0,1 N


1. Larutan asam oksalat sebanyak 5 mL ditambahkan ke dalam
erlenmeyer yang sama.
2. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan KMnO 4 0,1 N sampai
larutan berubah warna merah muda dan dicatat banyaknya larutan
KMnO4 0,1 N yang digunakan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Pemeriksaan Zat Organik Sampel Air Martapura
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Air sungai Martapura diambil Larutan berwarna bening
sebanyak 50 mL dimasukkan ke
dalam erlenmeyer
2. Larutan H2SO4 4 N ditambahakan Tidak terjadi perubahan warna larutan
sebanyak 2,5 mL
3. Larutan KMnO4 0,01 N Ditambahkan sebanyak 12 tetes,
ditambahkan hingga larutan warna larutan berubah menjadi warna
berubah warna merah muda
Tabel 2. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik Air Sungai
Martapura
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Asam oksalat ditambahkan 5 mL Larutan berubah warna, kembali
ke dalam erlenmeyer yang sama menjadi bening
2. Larutan dititrasi dengan KMnO4 Larutan berubah warna menjadi
0,01 N merah jambu
3. Volume larutan KMnO4 0,01 V awal = 0,2 mL
Nyang digunakan dicatat V akhir = 8,3 mL
V titrasi = 8,1 mL

Tabel 3. Pemeriksaan Zat Organik Air Sungai Kemuning


No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Sampel air sungai Kemuning Warna awal sampel air bening
sebanyak 50 mL dimasukkan ke
dalam gelas ukur, lalu
dipindahkan ke dalam labu
erlenmeyer
2. H2SO4 ditambahkan sebanyak 2,5 Tidak terjadi perubahan warna larutan
mL, lalu dihomogenkan
3. KMnO4 ditambahkan tetes demi Jumlah KMnO4 yang dibutuhkan = 30
tetes sampai berwarna merah tetes, Warna larutan merah muda
muda
4. Larutan dipanaskan diatas Suhu = 300°C
hotplate sampai mendidih dan Waktu = 9 menit 32 detik
dimasukkan 3 buah batu didih ke Warna larutan berubah menjadi
dalam larutan bening
5. KMnO4 ditambahkan sebanyak 5 Warna berubah menjadi ungu pekat
mL, lalu dihomogenkan dan
dipanaskan kembali selama 5
menit tepat
6. Asam oksalat ditambahkan Warna larutan berubah menjadi
sebanyak 5 mL setelah proses bening
pemanasan
7. Larutan dititrasi dengan KMnO4 Warna larutan berubah menjadi
sampai berubah warna menjadi merah muda
merah muda dan dicatat V awal = 8,3 mL
banyaknya larutan KMnO4 yang
V akhir = 15,5 mL
digunakan
V titrasi = 7,2 mL

Tabel 4. Penentuan Faktor Ketelitian KMnO4 Zat Organik Air Sungai


Kemuning
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Asam oksalat ditambahkan Warna larutan berubah menjadi
sebanyak 5 mL ke dalam labu bening
erlenmeyer yang sama
2. Larutan dititrasi dengan KMnO4 Warna larutan berubah menjadi
sampai berubah warna menjadi merah muda
merah muda dan dicatat V awal = 15,7 mL
banyaknya larutan KMnO4 yang
V akhir = 23,8 mL
digunakan
V titrasi = 8,1 mL

Perhitungan:
1. Faktor ketelitian KMnO4
Diketahui : V asam oksalat = 5 mL
V titrasi = 8,1 mL
Ditanya : F KMnO4?
V asam oksalat
Jawab :F=
V titrasi
5 mL
F=
8 ,1 mL
F = 0,6 mL

2. Kandungan Zat Organik


a. Sample Sungai Kemuning:
Diketahui: V sampel = 50 mL
N KMnO4 = 0,01 N
BE KMnO4 = 31,6
V titrasi(α) = 7,2 mL
V KMnO4 = 5 mL
F KMnO4 = 0,6 mL
Ditanya : Kandungan zat organik?
Jawab :
Kandungan zat organik
1000
= x [ ( V KMnO 4+ α ) F ]– (V KMnO4 x N KMnO4 x
V sampel
BE KMnO4)
1000
= x [ ( 5+7 , 2 ) 0 , 6 ] – ( 5 x 0,01 x 31,6)
50
= 20 x 7,32 -1,58
= 144,82 mg/L
b. Sample Sungai Martapura:
Diketahui: V sampel = 50 mL
N KMnO4 = 0,01 N
BE KMnO4 = 31,6
V titrasi(α) = 5,9 mL
V KMnO4 = 5 mL
F KMnO4 = 0,6 mL
Ditanya : Kandungan zat organik?
Jawab :
Kandungan zat organik
1000
= x [ ( V KMnO 4+ α ) F ]- V KMnO4 x N KMnO4 x
V sampel
BE KMnO4
1000
= x [ ( 5+5 , 9 ) 0 ,6 ] – (5 x 0,01 x 31,6)
50
= 20 x 6,54 -1,58
= 129,22 mg/L

B. PEMBAHASAN
Praktikum zat organik bertujuan untuk memahami serta
mengetahui kandungan zat organik pada suatu perairan. Zat organik
yang ada di dalam air dapat berasal dari alam atau dari kegiatan
manusia. Zat organik yang berlebihan dalam air tidak diperbolehkan
karena dapat menimbulkan warna, bau, dan rasa juga dapat bersifat
toksik baik secara langsung atau tidak, semakin tinggi kadar zat
organik pada air maka air tersebut dinyatakan telah tercemar.
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil
oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganate. Oksidasi ini dapat berlangsung
dalam suasana asam, netral dan alkalis, dengan reaksi:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator sehingga
titrasi permanganometri tidak memerlukan indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Percobaan pada praktikum ini telah
melakukan dua percobaan untuk masing-masing sampel dengan total
empat percobaan yang di ujikan, yaitu pemeriksaan zat organik dan
penentuan faktor ketelitian KMnO4. Sampel yang digunakan pada
percobaan ini adalah sampel air sungai Martapura dan sampel air
sungai Kemuning. Percobaan pemeriksaan zat organik dimulai dengan
mengambil sampel air sungai kemuning sebanyak 50 mL ke dalam
erlenmeyer dengan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna putih
bening. Prosedur dilanjutkan dengan menambahkan 2,5 mL H₂SO4 4
N ke dalam larutan menggunakan pipet tetes, kemudian
dihomogenkan, diperoleh hasil setelah dihomogenkan tidak terjadi
perubahan warna larutan, dilanjutkan dengan menambahkan tetes
demi tetes larutan KmnO4, dihomogenkan dengan larutan dan terjadi
perubahan warna dari bening menjadi merah muda setelah ditetesi
sebanyak 30 tetes. Larutan dipanaskan di atas hotplate sampai hampir
mendidih dengan suhu 300°C dan waktu yang terpakai sampai hampir
mendidih adalah 8 menit 34 detik dan terjadi perubahan warna larutan
menjadi agak bening. KMnO4 ditambahkan sebanyak 5 mL dan
biarkan mendidih selama 5 menit, terjadi perubahan warna menjadi
ungu bening, setelah mendidih warna menjadi merah muda bening.
Asam oksalat kemudian dimasukkan sebanyak 5 mL lalu
dihomogenkan dengan warna larutan berubah menjadi bening. Sampel
dititrasikan dengan KMnO4 0,01 N dengan warna larutan berubah
menjadi ungu pekat, kemudian catat volume titrasi yang terpakai yaitu
dengan volume awal 8,3 mL dan didapati volume akhir 15,5 mL dan
didapatkan volume titrasi yaitu sebanyak 7,2 mL yang diperoleh dari
mengurangi volume akhir dengan volume awal.
Pemeriksaan zat organik selanjutnya yaitu pada air sungai
Martapura dengan langkah pertama yaitu mengambil sampel air
sungai Martapura sebanyak 50 mL kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dengan hasil pengamatan yaitu larutan berwarna bening.
Prosedur dilanjutkan dengan menambahkan 2,5 ml H₂SO4 4 N ke
dalam larutan, kemudian dihomogenkan, tidak terjadi perubahan
warna larutan, dilanjutkan dengan menambahkan tetes demi tetes
larutan KMnO4, kemudian dihomogenkan dengan larutan berubah
warna dari putih bening menjadi merah muda setelah ditetesi
sebanyak 12 tetes. Larutan dipanaskan di atas hotplate sampai hampir
mendidih dengan suhu 320°C, larutan berubah menjadi bening setelah
ditambahkan 3 batu didih dan berhenti dipanaskan setelah 8 menit 43
detik. KMnO4 ditambahkan sebanyak 5 mL dan biarkan mendidih
tepat 5 menit dan setelah mendidih warna menjadi ungu pekat. Asam
oksalat kemudian dimasukkan sebanyak 5 mL lalu dihomogenkan
dengan warna larutan berubah menjadi bening. Sampel dititrasikan
dengan KMnO4 0,01 N dengan warna larutan berubah menjadi merah
jambu kemudian catat volume titrasi yang terpakai yaitu dengan
volume awal 0,2 mL dan volume akhir 8,3 mL dan didapatkan volume
titrasi yaitu sebanyak 8,1 mL yang diperoleh dari mengurangi volume
akhir dengan volume awal. Percobaan selanjutnya yaitu penentuan
faktor ketelitian KMnO4 zat organik pada air Sungai Kemuning. Asam
oksalat ditambahkan sebanyak 5 mL ke dalam erlenmeyer yang berisi
larutan yang sudah dititrasi pada prosedur sebelumnya, praktikan
mendapatkan hasil pengamatan yaitu warna larutan berubah menjadi
bening. Larutan tersebut kemudian dititrasikan dengan KMnO 4 sampai
larutan berubah warna menjadi merah muda dengan adanya perubahan
yang terjadi maka dapat dicatat hasil akhir volume titrasi yang
terpakai dengan volume awal sebanyak 15,7 mL dan volume akhir
sebanyak 23,8 mL. Volume titrasi didapatkan dengan mengurangi
volume akhir dengan volume awal dan volume titrasinya diketahui
sebesar 8,1 mL hasil ini kemudian dibandingkan dengan baku mutu
menurut Permenkes RI Nomor 32 tahun 2017. Hasil yang didapat dari
perhitungan 144,82 mg/L, yang berarti tidak sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan yaitu pada 10 mg/L yang berarti air tersebut memiliki
kadar zat organik yang berada diatas ambang maksimal dari batas
aman yang telah ditentukan.
Penentuan faktor ketelitian KMnO4 zat organik pada air Sungai
Martapura. Asam oksalat ditambahkan sebanyak 5 mL ke dalam
erlenmeyer yang berisi larutan yang sudah dititrasi pada prosedur
sebelumnya, praktikan mendapatkan hasil pengamatan yaitu warna
larutan berubah menjadi bening. Larutan tersebut kemudian
dititrasikan dengan KMnO4 sampai larutan berubah warna menjadi
merah jambu, dengan adanya perubahan yang terjadi maka dapat
dicatat hasil akhir volume titrasi yang terpakai dengan volume awal
sebanyak 0,2 mL dan volume akhir sebanyak 8,3 mL. Volume titrasi
didapatkan dengan mengurangi volume akhir dengan volume awal dan
volume titrasinya diketahui sebesar 8,1 mL. Hasil ini kemudian
dibandingkan dengan baku mutu menurut Permenkes RI Nomor 32
tahun 2017. Hasil yang didapat dari perhitungan tersebut sebesar
129,22 mg/L, yang berarti tidak sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan yaitu pada 10 mg/L yang berarti air tersebut memiliki kadar
zat organik yang berada diatas ambang maksimal dari batas aman
yang telah ditentukan.

VI. KESIMPULAN
Praktikum zat organik bertujuan untuk mengetahui kandungan zat
organik pada air sungai Martapura dan air sungai Kemuning. Air sungai
Martapura tetap berwarna bening setelah ditambahkan H 2SO4, berwarna
merah muda setelah ditambahkan KMnO 4, dipanaskan pada suhu 320°C,
warna air berubah menjadi bening, warna air menjadi ungu pekat setelah
ditambahkan KMnO4 lagi, berubah menjadi bening setelah ditambah asam
oksalat, berubah menjadi merah muda setelah dititrasi, volume titrasi dengan
KMnO4 sebesar 5,9 mL. Air sungai Kemuning dari berwarna bening tetap
berwarna bening setelah ditambahkan H 2SO4, berwarna merah muda setelah
ditambahkan KMnO4 dipanaskan pada suhu 320°C warna air berubah
menjadi bening, warna air menjadi ungu bening setelah ditambahkan
KMnO4 lagi, berubah menjadi bening setelah ditambah asam oksalat,
berubah menjadi merah muda bening setelah dititrasi, volume titrasi dengan
KMnO4 sebesar 7,2 mL pada pemeriksaan zat organik air sungai Kemuning.
Air sungai Martapura tetap bening setelah ditambah asam oksalat dan
berubah warna menjadi merah muda setelah dititrasi, volume titrasi dengan
KMnO4 sebesar 8,1 mL pada penentuan faktor ketelitian KMnO 4 zat organik
air sungai Martapura. Faktor ketelitian KMnO4 sampel air Sungai Kemuning
sebesar 0,6 mL dan sampel air Sungai Martapura sebesar 0,6 mL. Zat
organik yang tergantung sampel air Sungai Kemuning sebesar 144,82 mg/L
dan kandungan zat organik sampel air Sungai Martapura sebesar 129,22
mg/L.
DAFTAR PUSTAKA

Ghernaout, D. (2020). Natural Organic Matter Removal in the Context of the


Performance of Drinking Water Treatment Processes—Technical Notes.
Open Access Library Journal, 7(9), 1-40.

Hasanah, U., Mukaromah, A. H., & Sitomurni, D. H. (2019). Perbandingan


Metode Analisis Permanganometri dan Bikromatometri pada Penentuan
Kadar Chemical Oxygen Demand (COD). In Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Unimus (Vol. 2).

Hasibuan, E. S. F., Supriyantini, E., & Sunaryo, S. (2021). Pengukuran Parameter


Bahan Organik di Perairan Sungai Silugonggo, Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati. Buletin Oseanografi Marina, 10(3), 299-306.

Imelda, C., Saadah, D., Maidianti, S., Aritama, R., & Nofianti, L. (2023).
Sosialisasi Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam
Perspektif Hukum Administrasi Negara. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Bhinneka (JPMB). 1(4).

Pertiwi N, P. T. (2023). Parameter Labor Lingkungan. Indonesia: Global


Eksekutif Teknologi.

Taufiqurrahman, M., Rahman, F., Hutuba, H, A., Hutami, T. (2023). Kimia


Analisis. Indonesia: Global Eksekutif Teknologi.

You might also like