You are on page 1of 15

Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/fae.v40n1.2022.

55-69 55

INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF


PENGEMBANGAN MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING

Indonesian Coconut Industry: Performance and Development Perspectives Towards


Increasing Value Added and Competitiveness

Juni Hestina1*, Helena Juliani Purba2, Eddy Supriadi Yusuf1, Frans Betsi Marjohan Dabukke3,
Erwidodo4, Delima Azhari4, Valeriana Darwis2
1PusatRiset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional,
Jalan Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12170, DKI Jakarta, Indonesia
2Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler, Badan Riset dan Inovasi Nasional,

Jalan Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12170, DKI Jakarta, Indonesia
3Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,

Jalan Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia
4Pusat Riset Ekonomi Industri, Jasa dan Perdagangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional,

Jalan Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12170, DKI Jakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: junielraraja@gmail.com

Naskah diterima: 1 Desember 2021 Direvisi: 18 Oktober 2022 Disetujui terbit: 30 Desember 2022

ABSTRACT

Coconut commodity has a strategic role in the country's foreign exchange earnings, providing employment and
increasing farmers' income. In 2020, the value of Indonesia's coconut exports reached US$890 million, with a total
export volume of 1.8 million tons. The most significant export value is processed coconut oil, namely crude coconut
oil and semi-finished coconut oil, by 50% of other processed coconut products. The export value of processed crude
coconut oil was 29% or US$254.9 million, and semi-finished coconut oil was 21% or US$188.1 million. This paper
reviews the performance and problems of coconut Indonesia's industry and identifies opportunities for its
development. The coconut industry performance has issues from upstream to downstream. The upstream problems
are low productivity, old plants, limited capital resources, damaged plants, and decreasing land area. The
downstream issues are the need for more innovation in coconut products, coconut exports dominated by fresh
coconuts and their derivatives, and the decline in export performance for processed crude and semi-finished oil
products, which are the mainstay of coconut exports. Innovation and technology are necessary to enhance the
coconut industry's performance. Produce ready-to-use products that are increasingly in demand in global and
domestic markets. Productivity improvements, production costs, and quality are determinants of the
competitiveness and yield of coconut exports.
Keywords: challenges, coconut industry, development constraints, downstream industries, industry concepts,
opportunities, upstream industries

ABSTRAK

Komoditas kelapa berperan strategis dalam penerimaan devisa negara, menyediakan lapangan kerja, dan
meningkatkan pendapatan petani. Pada tahun 2020, nilai ekspor kelapa Indonesia mencapai USD890 juta, dengan
total volume ekspor sebesar 1,8 juta ton. Nilai ekspor terbesar adalah dalam bentuk olahan yakni minyak kelapa
mentah dan minyak kelapa setengah jadi sebesar 50% dari produk olahan kelapa lainnya. Nilai ekspor olahan
minyak kelapa mentah sebesar 29% atau sebesar USD254,9 juta dan minyak kelapa setengah jadi sebesar 21%
atau USD188,1 juta. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan review kinerja dan permasalahan industri kelapa di
Indonesia serta mengidentifikasi peluang pengembangannya. Kinerja industri kelapa menghadapi permasalahan
dari hulu hingga hilir. Permasalahan di sektor hulu adalah produktivitas rendah, tanaman tua, keterbatasan sumber
daya modal, tanaman rusak, dan menurunnya luas lahan. Permasalahan di hilir adalah kurangnya inovasi
pengembangan produk kelapa, ekspor kelapa yang masih didominasi kelapa butir segar dan turunannya, serta
kinerja ekspor untuk produk olahan minyak mentah dan minyak setengah jadi yang masih andalan ekspor kelapa.
Untuk meningkatkan kinerja industri kelapa, yang perlu dilakukan adalah pengembangan inovasi dan teknologi
untuk menghasilkan produk-produk siap pakai yang permintaannya semakin meningkat di pasar dunia maupun
domestik, perbaikan produktivitas, biaya produksi, dan kualitas merupakan faktor penentu daya saing dan kinerja
ekspor kelapa.
Kata kunci: industri hulu, industri hilir, industri kelapa, kendala pengembangan, konsep industri, peluang,
tantangan
56 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

chemical, arang kelapa, karbon aktif, sabut


PENDAHULUAN
kelapa dan sebagainya, dan batang kelapa
diolah menjadi bahan furnitur dan bahan
Kontribusi subsektor perkebunan sebagai bangunan (UNDP-ILO 2013). Produk turunan
penyumbang penerimaan negara dari sektor dari kelapa masih terbuka peluang besar untuk
nonmigas sangat besar dibandingkan subsektor dikembangkan, baik dari sisi volume maupun
lain. Nilai penerimaan ekspor komoditas jenis produk yang dapat diekspor ke pasar dunia.
perkebunan berkontribusi secara positif terhadap Kondisi permintaan dunia akan produk turunan
neraca perdagangan pertanian. Berdasarkan dari kelapa masih sangat baik dan cenderung
data BPS tahun 2018, komoditas perkebunan meningkat pada masa yang akan datang
berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar terutama untuk pemakaian pangan organik
Rp489,25 triliun, dengan nilai ekspor mencapai (organic foods), minuman fungsional (functional
USD27,9 miliar atau Rp402,6 triliun. Selain itu, drink), cosmo centicals, oleo chemicals, dan
subsektor perkebunan berkontribusi sebesar biofuels.
97,4% dari sisi volume terhadap total volume Perdagangan kelapa memiliki peluang dan
ekspor komoditas pertanian dan sebesar 96,9% pasar yang prospektif di pasar dunia. Menurut
dari sisi nilai terhadap total nilai ekspor komoditas
data Ditjenbun (2019), nilai ekspor kelapa
pertanian tahun 2018. Pada tahun 2019, nilai Indonesia mencapai USD890 juta, dengan total
ekspor komoditas perkebunan meningkat volume sebesar 1,8 juta ton. Nilai ekspor terbesar
menjadi Rp489,2 triliun, dengan kontribusi 84%
adalah dalam bentuk olahan, yakni minyak
dari total nilai ekspor komoditas pertanian kelapa mentah dan minyak kelapa setengah jadi
(Ditjenbun 2020). sebesar 50% dari produk olahan kelapa lainnya.
Kelapa merupakan salah satu komoditas Nilai ekspor olahan minyak kelapa mentah
unggulan subsektor perkebunan yang masuk sebesar 29% atau sebesar USD254,9 juta dan
dalam gerakan peningkatan produksi, nilai minyak kelapa setengah jadi sebesar 21% atau
tambah, dan daya saing. Peranannya nyata USD188,1 juta. Selaras dengan hasil penelitian
dalam penerimaan devisa negara melalui ekspor, Purba et al. (2020), bahwa selama periode tahun
penyediaan lapangan kerja, pemenuhan 2014–2019 produk kelapa yang menghasilkan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku nilai ekspor terbesar adalah minyak kelapa
berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai mentah dengan pangsa nilai ekspor 34,86%, lalu
tambah dan daya saing serta optimalisasi minyak kelapa setengah jadi 29,92%, kelapa
pengelolaan sumber daya alam secara (diparut/dikeringkan) 11,54%, arang kelapa 7%,
berkelanjutan (Bustami dan Hidayat 2013). Bagi bungkil kelapa 4,23%, dan terakhir produk kopra
masyarakat Indonesia, kelapa merupakan dan serat kelapa masing-masing dengan pangsa
bagian dari kehidupan karena semua bagian 2,42% dan 0,89%.
tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk Walaupun produk kelapa merupakan produk
memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan
potensial dan menghasilkan pangsa nilai ekspor
budaya. Kelapa merupakan tanaman terbesar, pengolahannya dari hulu hingga hilir
perkebunan dengan areal yang luas, yaitu 3,70 menghadapi kendala dan tantangan.
juta ha atau 26% dari 14,20 juta hektare total
Permasalahan yang dihadapi di hulu adalah
areal perkebunan. Sekitar 96,60% pertanaman rendahnya produktivitas kelapa, rata-rata
kelapa dikelola oleh petani dengan rata-rata sebesar 1,1 ton/ha dalam bentuk kopra,
pemilikan 1 ha/KK, dan sebagian besar sementara produktivitas kelapa dunia mencapai
diusahakan secara monokultur (97%), kebun 4,94 ton/ha. Menurut hasil penelitian Purba et al.
campuran, atau sebagai tanaman pekarangan
(2020), penyebabnya rendahnya produktivitas
(Allorerung dan Mahmud 2003). kelapa adalah tanaman yang sudah berusia tua,
Tanaman kelapa merupakan tanaman rendahnya intensifikasi dan ekstensifikasi karena
multiguna atau tanaman yang mempunyai nilai keterbatasan sumber daya permodalan, banyak
ekonomi tinggi. Buah, batang kelapa dan lidi tanaman rusak, serta serta menurunnya luas
kelapa dapat dikelola menjadi sumber tanaman kelapa. Hasil penelitian Vaulina et al.
pendapatan dan nilai tambah bagi petani dan (2018), Patty (2011), Lumintang et al. (2015),
pelaku usaha. Buah kelapa yang terdiri dari air Wulandari et al. (2018), menjelaskan berbagai
kelapa dapat diolah menjadi nata decoco, coco capaian produktivitas kelapa pada beberapa
vinegar, kecap air kelapa dan minuman dari wilayah pertanaman kelapa seperti di Kabupaten
kelapa, daging kelapa diolah menjadi desiccated Indragiri Hilir adalah 1,4 ton/ha, Kabupaten
oil, cocomix, virgin coconut oil, skim milk, coco Halmahera Utara 2,3 ton/ha, Kabupaten Kulon
shake, coco cake, santan instan, kopra, minyak Progo 3,7 ton/ha, Sulawesi Tengah sebesar 1
kelapa mentah, minyak goreng, bungkil, coco ton/ha dan Minahasa selatan 3 ton/ha. Selain
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 57
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

rendahnya produktivitas kelapa, dalam kurun beragam produk olahan belum dilakukan dengan
waktu sepuluh tahun terakhir, luas tanaman maksimal. Kinerja industri kelapa dalam negeri
kelapa juga mengalami penurunan dari 3,7 juta masih melakukan pengolahanan produk secara
ha pada tahun 2010 menjadi 3,5 juta pada tahun sederhana, hal ini disebabkan keterbatasan
2019, atau mengalami penurunan rata-rata investasi, teknologi, riset, dan pengembangan.
sebesar 0,96% per tahun (Purba et al. 2020). Permasalahan di sektor hilir ini tergambar pada
pada kinerja ekspor olahan kelapa yang
Dalam pengelolaan budi daya kelapa masih
menunjukkan tren menurun selama periode
dilakukan secara tradisional, dan tanaman
2014–2019 pada produk olahan minyak kelapa
kelapa umumnya telah berusia tua dan sebagai
sebesar 11,20% per tahun, bungkil kelapa
tanaman warisan yang dikelola secara turun
sebesar 6,53% per tahun dan serat kelapa
menurun. Budi daya kelapa belum dilakukan
sebesar 1,14% pertahun (Purba et al. 2020).
secara intensif dan jarang dikelola dengan
Selain itu jenis, produk yang diekspor masih
sentuhan teknologi. Hal yang sama diungkapkan
didominasi oleh kelapa bulat (butir), dan kinerja
oleh hasil penelitian Vaulina et al. (2018) bahwa
industri kelapa belum dilakukan secara maksimal
petani kelapa di kecamatan Gaung Anak Serka
untuk menghasilkan inovasi pengembangan
Kabupaten Indragiri Hilir mengelola kebun kelapa
olahan produk kelapa untuk memenuhi
sebagai warisan turun temurun dengan
permintaan yang beragam di pasar dunia.
melakukan budi daya sederhana, modal lemah,
Tulisan ini merupakan hasil review dari berbagai
teknologi anjuran rendah dan pengolahan hasil
literatur yang bertujuan untuk (1) membahas
produksi masih dilakukan secara tradisional yaitu
konsep industri dalam perspektif penciptaan
berbentuk kelapa segar dan kopra. UNDP-ILO
daya saing dan nilai tambah, (2) menganalisis
(2013) menyatakan bahwa budi daya kelapa di
kinerja pengembangan industri kelapa yang
Kabupaten Sarmi Papua relatif tidak melakukan
mencakup kegiatan hulu dan hilir, (3) membahas
perlakuan khusus terhadap tanaman kelapa
kendala pengembangan produk kelapa, dan (4)
yang digarap oleh petani. Kindangan (2007)
menganalisis peluang dan tantangan
dalam hasil penelitiannya menyampaikan bahwa
pengembangan industri kelapa. Data dan
tanaman kelapa umumnya tumbuh secara alami
informasi yang digunakan berasal dari berbagai
di kebun-kebun yang ada, hanya sebagian kecil
literatur dan instansi terkait seperti Direktorat
petani yang menyiapkan bibit kelapa. Sebagian
Perkebunan, Kementerian Perdagangan dan
besar bibit kelapa tumbuh dari hasil buah kelapa
Kementerian Perindustrian yang dianalisis
yang jatuh sendiri dan tumbuh sendiri tanpa
secara deskriptif kualitatif.
dipelihara. Hasil penelitian Patty (2011)
menambahkan bahwa hampir 92% kelapa
diusahakan sebagai perkebunan rakyat dengan
kepemilikan lahan yang terbatas dan KONSEP INDUSTRI DALAM PERSPEKTIF
pemanfaatannya belum optimal, serta penerapan PENCIPTAAN NILAI TAMBAH DAN DAYA
teknologi yang belum maksimal. SAING PRODUK

Terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani


kelapa, berdampak pada sulitnya petani Salah satu permasalahan produk pertanian
melakukan peremajaan pada tanaman kelapa Indonesia adalah masih rendahnya nilai tambah
yang telah berusia tua. Setiawan et al. (2014) dan daya saing produk pertanian. Peningkatan
dalam penelitiannya di Kabupaten Kupang nilai tambah dan daya saing produk pertanian
mengatakan bahwa petani kelapa sulit untuk dapat dilakukan dengan pengembangan proses
melakukan peremajaan dan pemupukan pengolahan hasil pertanian. Pengolahan hasil
tanaman disebabkan rendahnya harga jual pertanian dilakukan pada beberapa kategori
kelapa dan kekhawatiran tidak memperoleh tergantung pada sumber daya dan ketersediaan
pendapatan jika dilakukan peremajaan. teknologi dan modal, di antaranya adalah industri
Umumnya umur tanaman kelapa petani adalah kecil atau rumah tangga, industri sedang dan
rata-rata 25–30 tahun. Pada pertumbuhan yang industri besar. Kegiatan industri yang
optimal tanaman kelapa yang terdapat di lokasi memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan
penelitian rata-rata mulai dipanen setelah umur baku, disebut dengan agroindustri (Udayana
7–8 tahun. Produksi akan terus meningkat 2011).
sampai tanaman kelapa berumur 30–35 tahun Definisi agroindustri adalah kegiatan industri
dan setelah berumur 35 tahun produksi kelapa yang memanfaatkan produk pertanian sebagai
akan semakin menurun (Purba et al. 2020). bahan baku, ditambah dengan kegiatan
Permasalahan yang dihadapi di sektor hilir menyediakan peralatan serta jasa untuk
adalah pengolahan produk kelapa menjadi menjalankannya. Dalam proses ini tercakup pula
pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan
58 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

fisik atau kimiawi, serta penyimpanan, produksi melalui perluasan lahan dan penerapan
pengemasan, dan distribusinya. Produk dari teknologi seperti bibit unggul. Sesuai dengan
proses agroindustri dapat berupa produk akhir teori Model Berlian (Diamond Potter), suatu
yang siap dikonsumsi, namun dapat pula sebagai negara akan memperoleh keunggulan daya
produk bahan baku industri lainnya (Arifin 2016). saing atau keunggulan kompetitif jika
Dengan demikian, agroindustri merupakan perusahaan di negara tersebut dapat berdaya
kegiatan yang bercirikan kegiatan meningkatkan saing (Porter 1990). Teori Diamond Porter
nilai tambah, menghasilkan produk baru yang mengatakan terdapat empat determinan yang
dapat dipasarkan, meningkatkan daya simpan, dapat menentukan keunggulan kompetitif
dan juga menambah pendapatan dan nasional, yaitu:
keuntungan produsen. Pada kegiatan
(1) Factor conditions, yakni input yang
agroindustri tercipta lapangan pekerjaan baru,
digunakan. Kelangkaan sumber daya yang
nilai tambah, dan kapasitas sehingga menjadikan
dialami satu atau beberapa negara dapat
sektor pertanian menarik (Tarigan 2005).
menciptakan negara yang kaya akan
Dalam agribisnis sebagai sebuah sistem, sumber daya menjadi lebih kompetitif.
agroindustri adalah subsistem yang (2) Demand conditions, yakni ketersediaan
mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian pasar domestik yang sudah siap sebagai
menjadi barang-barang setengah jadi atau elemen penting dalam menghasilkan daya
barang jadi yang dapat dikonsumsi. Dari batasan saing. Mutu permintaan dalam negeri
di atas, agroindustri merupakan subsektor yang merupakan sarana pembelajaran bagi
luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian perusahaan untuk bersaing secara global,
sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah dan persaingan yang ketat menciptakan
industri yang memproduksi alat-alat dan mesin tantangan bagi setiap perusahaan (pelaku
pertanian serta industri sarana produksi yang usaha/industri) untuk meningkatkan daya
digunakan dalam proses budi daya pertanian, saingnya dengan memberikan tanggapan
sedangkan industri hilir merupakan industri yang terhadap persaingan yang ada.
mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku (3) Related and supporting industries, yang
atau barang yang siap dikonsumsi atau fokus pada ketersediaan serangkaian
merupakan industri pascapanen dan pengolahan industri dan adanya keterkaitan yang kuat
hasil pertanian. antara industri pendukung dengan
perusahaan terkaitnya. Hubungan dan
Dalam pengembangannya, tiap kegiatan
dukungan ini akan bersifat positif dan akan
agroindustri yang dijalankan harus disesuaikan
mampu menciptakan kedekatan antara
dengan karakteristik produk yang bersangkutan.
produsen dengan konsumen sehingga
Permasalahan yang dihadapi dalam
dapat meningkatkan kekuatan pasar.
pengembangan agroindustri di antaranya adalah:
(4) Firm strategy, structure, and rivalry. Strategi
sifat produk pertanian yang mudah rusak dan
merupakan kondisi bagaimana perusahaan
banyak (bulky) sehingga dibutuhkan teknologi
diciptakan dan dikelola, struktur berkenaan
pengemasan dan transportasi yang sesuai,
dengan keberadaan pesaing, sedangkan
produk bersifat musiman sehingga
rivalry berkenaan dengan tekanan
kontinuitasnya kurang terjamin, kualitas produk
antarperusahaan untuk berkompetisi dan
masih rendah dan tidak seragam (Arifin 2016).
melakukan inovasi dalam rangka
Hal ini menyulitkan dalam persaingan pasar baik
meningkatkan daya saingnya.
di dalam negeri maupun internasional.
Selain itu sektor agroindustri merupakan
Satu keunggulan agroindustri adalah sifat
sektor yang esensial dan besar kontribusinya
multiplier effect yang ditimbulkannya. Hal ini
dalam mewujudkan sasaran-sasaran dan tujuan
disebabkan karena kegiatannya memiliki
pembangunan ekonomi nasional, seperti
keterkaitan yang kuat baik dengan di hulu dan
pertumbuhan ekonomi (PDB), kesempatan kerja,
hilir, menggunakan sumber daya alam yang ada
peningkatan devisa negara, dan pembangunan
dan dapat diperbaharui, memiliki keunggulan
ekonomi daerah. Untuk mencapai tujuan
komparatif dan kompetitif, dapat menyerap
tersebut, agroindustri perlu didorong agar
tenaga kerja dalam jumlah besar, dan produknya
bertumbuh dan berkembang melalui kebijakan-
bersifat cukup elastis (Arifin 2016).
kebijakan yang memudahkan dalam iklim
Esensi dari daya saing suatu komoditas atau berusaha dan berivestasi, pemberian insentif
industri adalah efisiensi dan produktivitas melalui keringanan pajak, membangunan
(Daryanto 2009). Efisiensi merujuk kepada kemitraan dan kelembagaan petani dan industri,
penekanan biaya produksi, sementara serta mendorong riset dan inovasi untuk
produktivitas berkaitan dengan peningkatan pengembangan produk (Ihwan et al. 2015).
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 59
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

Melalui kegiatan agroindustri dapat menciptakan Pertumbuhan ekspor kopra didukung oleh
kegiatan lain dan nilai tambah bagi suatu produk permintaan pasar global yang meningkat dan
yang diolah sehingga mampu menghasilkan perkembangan pasar tujuan ekspor.
berbagai produk bernilai ekonomi tinggi dan Pertumbuhan ekspor kopra didukung oleh
berdaya saing di pasar. Dampak lain permintaan pasar global yang meningkat dan
pengembangan agroindustri terhadap perkembangan pasar tujuan ekspor. Menurut
lingkungan sekitar termasuk daerah-daerah hasil penelitian Purba et al. (2020), selama tahun
sentra pertanian yang banyak terdapat di 2009–2018, volume ekspor kopra Indonesia ke
pedesaan adalah meningkatkan pertumbuhan pasar dunia rata-rata sebesar 20.773 ton dan
ekonomi dengan menyediakan kesempatan kerja terus bertumbuh sebesar 5,20% per tahun.
secara luas bagi masyarakat perdesaan Namun dari sisi nilai ekspor, mengalami
(Kindangen 2007). penurunan setiap tahunnya sebesar 3,15%. Hal
ini berarti harga ekspor cenderung menurun
setiap tahunnya. Penurunan harga ekspor
KINERJA INDUSTRI KELAPA INDONESIA diduga disebabkan oleh anjloknya harga ekspor
akibat perubahan nilai tukar atau kondisi
penawaran (supply) dunia yang berlebih (over
Berdasarkan manfaatnya tersebut industri supply). Selain itu, fenomena ini dapat
kelapa dikelompokkan atas industri hulu, industri disebabkan jenis produk yang diekspor masih
antara, dan industri hilir (Purba et al. 2020). dalam bentuk bahan baku sehingga nilai tambah
Industri hulu kelapa berupa kelapa segar serta masih sangat terbatas.
kopra (kopra hitam dan putih), sedangkan
industri antara memproses bahan baku menjadi Kopra yang dihasilkan di Indonesia umumnya
produk-produk turunan, seperti tempurung adalah kopra putih dan hitam. Pengolahan
kelapa, Copra Meal, dan Desiccated Coconut. Di proses kopra hitam (black copra) dilakukan
hilir, industri kelapa melakukan pengolahan melalui alat sederhana (pengasapan),
menjadi berbagai produk akhir seperti minyak sedangkan produk yang bernilai tambah lebih
kelapa, coconut cream, dan karbon aktif. adalah bentuk kopra putih (white copra) yang
diolah menggunakan teknologi. Produk kopra
merupakan produk olahan yang biasanya
Industri Hulu dilakukan di tingkat petani di lokasi kebun kelapa.
Petani lebih memilih cara yang praktis dalam
Kopra melakukan proses pengolahan kopra yaitu
dengan cara pengasapan karena dianggap lebih
Secara umum pengembangan di sektor hulu cepat dan mudah untuk memperoleh uang untuk
dibagi menjadi dua yaitu kelapa segar dan kopra. dapat mencukupi kebutuhannya (Hutabarat et
Kelapa segar umumnya dipergunakan untuk al.1993).
konsumsi rumah tangga seperti pembuatan
santan, minuman segar dari kelapa muda dan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
bahan pembuatan minyak klentik secara Sukmaya (2018), mengatakan bahwa secara
sederhana. Kopra banyak digunakan sebagai kuantitas produksi kopra Indonesia cukup besar,
bahan material untuk bahan baku industri antara tetapi kualitas produknya masih belum
seperti minyak kelapa. Industri hulu didominasi mendukung meningkatkan pertumbuhan ekspor
oleh ekspor kopra dengan pangsa hampir 80% kopra. Pertumbuhan ekspor kopra didukung oleh
dari total ekspor kelapa Indonesia. Secara permintaan pasar global yang meningkat dan
historis pada tahun 1980-an, konsumsi minyak perkembangan pasar tujuan ekspor. Analisis
goreng penduduk di Indonesia umumnya yang sama diungkapkan oleh Turukay (2010),
bersumber dari minyak kelapa, hingga pada bahwa kopra yang diperdagangkan selama ini di
masa tersebut kopra mencapai kejayaannya dan Indonesia merupakan kopra hasil produksi petani
mendominasi permintaan minyak goreng di dengan jalan pengasapan. Produk kopra yang
tingkat perdagangan, hal ini terlihat dengan diolah dengan cara pengasapan kualitasnya
meningkatnya kesejahteraan petani dan UMKM rendah dibandingkan dengan kopra yang diolah
pengolah kelapa terlihat dari tingginya daya beli dengan cara penjemuran. Pada era
masyarakat di sentra kelapa (Rinaldi dan Karyani perdagangan bebas kualitas menjadi salah satu
2015; Hadi 2017). Kemudian permintaan hambatan nontariff barrier yang dapat
berkembang dan minyak kelapa disubstitusi oleh menghambat perdagangan dengan negara
minyak kelapa sawit, sehingga dinamika pengimpor. Pakasi (2013) menambahkan,
permintaan minyak kelapa di pasar dunia sebagian besar petani kelapa di Provinsi
dinamis. Sulawesi Utara mengolah hasil kebun kelapa
menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya,
60 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

kualitas kopra rendah sehingga memengaruhi menjual kelapa dalam bentuk segar untuk
harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan menutupi kebutuhan rumah tangga yang
sangat tergantung pada industri minyak. mendesak, seperti biaya sekolah, kesehatan dan
Dampaknya sangat dirasakan oleh petani pemilik operasional lainnya. Pada beberapa tahun
kebun kelapa dan petani pengolah. Di samping terkahir terjadi perdagangan gelap yang
itu pedagang pengumpul yang membeli kopra dilakukan oleh pedagang dan petani untuk
dari para petani tidak terlalu memperhatikan menjual kelapa segar keluar negeri, dan pada
aspek kualitas, hal inilah yang menyebabkan tahun 2019, pemerintah mengeluarkan peraturan
sampai saat ini petani cenderung untuk tetap untuk melakukan ekspor kelapa dalam bentuk
melakukan pengolahan kopra dengan cara segar dengan jumlah yang terbatas. Kelapa
pengasapan. Cara penjemuran sangat segar merupakan bahan baku mentah bagi
tergantung dari sinar matahari sehingga jika industri antara dan industri hulu dalam rangkaian
pada musim penghujan tidak ada sinar matahari sistem agribisnis kelapa. Industri pengolahan
maka petani akan tetap memilih untuk melakukan kelapa di dalam negeri membutuhkan kelapa
cara pengasapan. Berdasarkan kondisi tersebut, butir sebagai bahan baku.
sebagai komoditas unggulan daerah, maka
Ekspor kelapa segar telah dilakukan dengan
tanaman kelapa harus dikembangkan, baik dari
negara tujuan ekspor Thailand, berasal dari
sisi on farm di perkebunan atau diversifikasi
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan
Selatan. Akan tetapi dalam proses selanjutnya
(diversifikasi vertikal).
ditolak oleh importir dari Thailand karena kelapa
Umumnya jalur perdagangan kopra berporos yang dikirim sudah mengeluarkan tunas dan
pada pabrik pengolah minyak, karena lokasi berkecambah pada saat diterima dan tidak dapat
petani kelapa relatif menyebar dan umumnya digunakan sebagai bahan baku oleh industri
pabrik pengolahan kopra tidak langsung pengolah. Kondisi ini dapat terjadi karena
menerima kopra dari petani, tetapi melalui lamanya waktu di perjalanan, dan tanpa adanya
perantara pedagang desa, pedagang kecamatan pengawasan mutu. Produk ekspor harus
atau pedagang besar (Hutabarat et al.1993). Hal memenuhi persyaratan: kelapa sudah kondisi
ini sejalan dengan hasil penelitian Damanik bersih, dalam bentuk kelapa butir, bukan kelapa
(2007), bahwa di Provinsi Riau dan Kabupaten gelondongan.
Indragiri Hilir rantai pemasaran kopra yang
Hal ini sejalan dengan penetapan kualifikasi
terbanyak (70%) adalah petani ke pedagang
technical barrier to trade and sanitary and
desa dan pedagang desa ke pedagang
phytosanitary kelapa di pasar global (Barantan
kabupaten serta dari pedagang kabupaten ke
2020), yaitu (1) produk harus bebas OPT,
pedagang provinsi. Hasil kopra merupakan
penerapan persyaratan phytosanitary treatment,
bahan baku bagi pabrik pengolahan minyak
pest free area (PFA), pest free places of
kelapa dalam bentuk crude coconut oil
production (PFPP), pest free production site
(CCO/CNO) yang dapat diolah menjadi produk
(PFPS), (2) keamanan pangan (komoditas aman
lebih berkualitas seperti minyak yang di-refinery,
dan layak konsumsi), (3) ketelusuran kesehatan
di-bleaching dan di-deodorize (RBD). Produk
produk (pemeriksaan kesehatan poduk mulai
minyak ini masih merupakan bahan baku untuk
dari hulu sampai hilir dengan menerapkan
produk olahan yang bernilai tambah seperti
traceability system), dan (4) kualitas produk
produk cocochemical (Purba et al. 2020).
(ukuran, warna, bentuk kemasan, dan
sebagainya). Persyaratan tersebut merupakan
Kelapa Segar tantangan bagi pengembangan industri kelapa
Indonesia.
Pada saat ini permintaan kelapa segar
semakin meningkat, selama periode tahun 2013– Perdagangan kelapa dalam bentuk segar
2017 pangsa kelapa yang dikonsumsi oleh memengaruhi ketersediaan kelapa dalam negari
rumah tangga rata-rata sebesar 4,66%/tahun sehingga terjadi kelangkaan bahan baku,
dari total produksi kelapa. Ketersediaan kelapa terutama untuk industri pengolah, karena petani
segar yang diperoleh dari total produksi dikurangi lebih menginginkan pendapatan cepat sehingga
ekspor sebanyak 17,55 juta ton, dari jumlah menjual langsung kelapa butir kepada pedagang
tersebut sebanyak 4,66% dipergunakan untuk (eksportir). Pada tahun 2017, asosiasi
konsumsi rumah tangga masyarakat dan kelapa pengusaha kelapa dan industri mengajukan
segar yang digunakan sebagai bahan baku permintaan kepada pihak pemerintah supaya
industri sebesar 95,34% (Purba et al. 2020). diberlakukan Bea Keluar (BK) atas kelapa bulat
Perdagangan kelapa segar sebagai salah satu yang diekspor dengan tujuan mengamankan
alternatif bagi petani untuk cepat memperoleh ketersediaan bahan baku. Namun proses
pendapatan dalam bentuk tunai. Banyak petani pembuatan BK tersebut tidak berlanjut, karena
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 61
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

kekurangan bahan baku, Pemerintah melalui produksi yang dikeluarkan sebesar


DitjenBun dan asosiasi mengeluarkan Harga Rp1.487.102/ha, maka pendapatan bersih petani
Cost Production (HCP) sebesar Rp2.500/butir, dihasilkan adalah Rp1.592.898 (Purba et al.
namun tidak dapat diimplementasikan karena 2020). Selisih pendapatan tersebut membuat
harga kelapa anjlok sampai Rp600/butir sebagian petani tidak melakukan pengolahan
(Ditjenbun 2020). tambahan terhadap hasil produksinya karena
keuntungan yang didapat dari menjual kelapa
Permasalahan kelangkaan bahan baku ini
segar tidak terlalu jauh dibandingkan dengan
masih terus terjadi hingga saat ini. Seperti yang
bentuk olahan lain seperti kopra. Akan tetapi
telah diuraikan sebelumnya, industri pengolah
petani kelapa mengkawatirkan hasil produksi
mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan
kelapa yang semakin menurun karena usia
baku kelapa untuk proses produksi produk
tanaman yang sudah tua. Petani kelapa
turunan kelapa, misalnya arang kelapa. Dengan
mengharapkan adanya bantuan peremajaan dari
kendala ini, utilisasi pabrik menjadi tidak
pemerintah, karena keterbatasan modal petani
maksimal, rata-rata utilitas masih sekitar 50%
tidak dapat melakukan peremajaan secara masif
dari kapasitas terpasang (Purba et al. 2020).
untuk itu petani kelapa mengharapkan adanya
Pada aspek perdagangan ekspor saat ini, tidak
bantuan dari pemerintah untuk mengatasi
ada peraturan yang menghambat/melarang
permasalahan tersebut.
ekspor kelapa butir. Ekspor kelapa dapat
dilakukan dengan bebas. Oleh karena itu, petani Kementerian Pertanian telah menggulirkan
atau pedagang lebih menyukai untuk menjual program peremajaan melalui program benih
kelapa dalam bentuk gelondongan segar. Selain unggul perkebunan (BUN500). Melalui program
cepat mendapatkan uang tunai, juga tidak rumit tersebut, penyediaan bibit unggul kelapa untuk
untuk melakukan penanganan pascapanen dan luasan lahan sebesar 132.000 ha, jumlah pohon
pengolahan. yang diremajakan setiap hektare mencapai 120
pohon (120 benih). Selain itu disalurkan juga
Kendala lain adalah mahalnya biaya logistik
pemberian bantuan alat untuk pascapanen
akibat tingginya biaya transportasi yang
dalam rangka mempercepat program hilirisasi
disebabkan oleh jauhnya jarak lokasi sentra
dan diversifikasi produk olahan kelapa. Salah
produksi dengan lokasi industri pengolahan
satu bantuan alat yang diberikan adalah rumah
kelapa. Sentra produsen lebih banyak berada di
pengasapan untuk memproduksi kopra. Selain
luar Pulau Jawa (Sumatera dan Sulawesi),
pemberian alat bantu untuk penanganan
sementara industri pengolah lebih banyak
pascapanen, petani juga diberikan penyuluhan
berada di Pulau Jawa. Sentra produksi kelapa
untuk melakukan pascapanen kelapa sesuai
terbesar adalah Provinsi Riau (Kabupaten
SOP. Bantuan tersebut direspons dengan baik
Indragiri Hilir) dan Sumatera Selatan (Kabupaten
oleh petani, dan petani berharap agar program
Banyuasin). Akibat lokasi yang berjauhan ini,
tersebut dapat dilakukan secara
biaya transportasi pengangkutan kelapa menjadi
berkesinambungan (Purba et al. 2020).
sangat mahal. Banyuasin yang belum memiliki
pelabuhan ekspor harus membawa kelapa ke
Jakarta dan Indragiri Hilir (Riau), karena di Industri Hilir
Kabupaten Banyuasin belum berkembang
industri pengolahan kelapa. Kelapa bulat ini Dalam rangka mendukung Program Gratieks,
seyogianya dapat diolah di dalam negeri dan Ditjen Perkebunan melakukan kegiatan yang
tempurungnya dapat dipakai sebagai bahan diarahkan kepada pengembangan hilirisasi
baku industri arang tempurung (briket) yang melalui produksi dan diversifikasi produk turunan
dari kelapa. Industri pengolahan kelapa yang
relatif lebih mudah melakukannya. Oleh karena
itu, dapat dipahami mengapa terjadi perbedaan berkembang di Indonesia antara lain industri
harga yang cukup tinggi antara harga di tingkat pengolahan kelapa terpadu, industri pengolahan
minyak kelapa (berbahan baku kopra), dan
produsen dan konsumen. Salah satu solusi untuk
memecahkan permasalahan ini adalah melalui industri desiccated coconut. Sebaran industri
penumbuhan program kemitraan antara petani kelapa di Indonesia berada di Provinsi Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dengan industri pengolahan kelapa.
Gorontalo dan Sulawesi Utara (Kemenperin
Untuk penjualan kelapa segar keuntungan 2010). Badan Litbang Kementerian Pertanian
petani juga sebesar 50% dari biaya produksi (2007), menyebutkan bahwa nilai tambah produk
yang dikeluarkan. Umumnya harga kelapa segar kelapa pada saat ini tidak terletak pada produk
yang dijual Rp3.500 per butir atau jika dirata-rata primernya yakni kopra, produk olahan seperti
per ha menghasilkan 880 butir maka pendapatan desiccated coconut (tepung kelapa) memiliki nilai
petani Rp3.080.000/ha, sedangkan biaya
62 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

tambah yang jauh lebih tinggi (300–400%) untuk lokasi-lokasi strategis dengan pembatasan
dibandingkan dengan kopra. kuota ekspor kelapa segar dan melakukan
pengawasan di daerah-daerah perbatasan yang
Industri pengolahan kelapa pada saat ini
juga daerah sentra yang rawan terjadinya
masih didominasi oleh produk setengah jadi
penjualan ekspor kelapa segar secara ilegal dan
berupa kopra dan coconut crude oil (CCO).
melakukan kerja sama dan sinergitas antara
Produk olahan lainnya yang sudah mulai
pemerintah (pusat dan daerah), petani, dan
berkembang adalah nata de coco (ND),
swasta (industri) menjadi kunci penting dalam
desiccated coconut (DC), activated carbon (AC),
mencapai tujuan tersebut.
coconut fiber (CF), dan brown sugar (BS).
Perkembangan CCO dalam lima tahun terakhir
menunjukkan laju yang menurun (10,67%). Di
sisi lain, laju perkembangan produk hilir KENDALA PENGEMBANGAN
cenderung meningkat. Sebagai contoh, laju INDUSTRI KELAPA
perkembangan DC mencapai 2,95%, laju
perkembangan produk olahan kelapa sebesar Pengembangan produk berbasis kelapa di
18,72%, dan olahan minyak kopra sebesar Indonesia terus menunjukkan perkembangan,
0,22%, sementara untuk minyak kelapa murni yang memanfaatkan berbagai bahan yaitu
turun sebesar 10,67%. Kecenderungan daging kelapa, air kelapa, tempurung kelapa,
penurunan laju tersebut disebabkan penurunan sabut kelapa, serta lidi dan batang kelapa.
permintaan yang diakibatkan subsitusi dari Demikian pula, minyak kelapa sebagai minyak
produk olahan tersebut (Purba et al. 2020). makan masih memiliki pasar, karena memiliki
Berkembangnya permintaan dan inovasi keunggulan sendiri dibandingkan minyak sawit.
teknologi pengolahan produk kelapa Keunggulannya adalah pada kandungan asam
menghasilkan produk jadi yang siap konsumsi, lemaknya yang didominasi oleh asam lemak
usaha produk-produk akhir kelapa yang sudah jenuh. Oleokimia pada minyak kelapa memiliki
dikembangkan di dalam negeri di antaranya sifat mudah terdegradasi secara biologis
adalah nata de coco, serat, arang tempurung, sehingga tidak menghasilkan limbah berbahaya.
virgin coconut oil (VCO), cocoa powder, briket,
brown sugar, dan activated carbon (Kindangen Nata de coco menjadi satu andalan ekspor
2007; Doppo 2017). produk agroindustri nasional terutama ke Eropa,
Jepang, Amerika Serikat, dan Negara-negara
Beberapa negara penghasil kelapa telah Timur Tengah (Wulandari 2009). Demikian pula,
mengembangkan industri hilir kelapa, di serat sabut kelapa (cocofibre) dapat diolah
antaranya adalah Filipina, yang telah menjadi berbagai produk akhir yaitu bahan
mengembangkan coconut methyl ester, tepung peredam dan penahan panas pada industri
kelapa, dan produk minuman baik dalam bentuk pesawat terbang, bahan pengisi jok atau
segar maupun olahan lainnya. Produksi kelapa bantalan kursi pada industri mobil mewah di
Filipina sebagian besar (80%) ditujukan untuk Eropa, bahan geotekstil untuk perbaikan tanah
perdagangan ekspor (Kemenperin 2010). pada bendungan, saluran air, dan lain-lain.
Permintaan dunia akan produk turunan kelapa Selain itu juga dapat menjadi bahan coco sheet
masih cukup baik terutama untuk pemakaian sebagai pengganti busa pada industri spring bed,
organic food, functional drink, cosmo centicals, dan bahan untuk industri rumah tangga.
oleo chemical, biofuel, dan biolubricant
(Kemenperin 2010). Kondisi tersebut Agroindustri kelapa telah mampu menambah
menggambarkan bahwa masih terbuka peluang devisa negara melalui ekspor produk olahan
untuk meningkatkan industri kelapa untuk kelapa dan menyediakan lapangan pekerjaan di
memenuhi permintaan pasar dunia. sektor pertanian (Wulandari 2009). Di sisi hulu,
Indonesia merupakan negara dengan luas kebun
Apabila dibandingkan dengan negara kelapa terbesar di dunia, diikuti oleh Philiphina
pesaing, yaitu Filipina yang sudah memiliki lebih dan India. Ekspor berbagai produk kelapa
dari 100 produk turunan, maka Indonesia masih Indonesia cenderung meningkat akhir-akhir ini
sangat jauh ketinggalan karena baru sekitar 15– berupa produk olahan coconut crude oil (CCO),
20 jenis produk olahan dari kelapa yang bungkil kopra, kelapa segar, kopra, dan
dihasilkan. Untuk mengembangkan industri desiccated coconut (DC).
pengolahan dan meningkatkan nilai tambah di
dalam negeri, maka perlu dirumuskan suatu Dari sisi struktur, komponen bahan baku
kebijakan untuk mengatur ekspor kelapa bulat industri kelapa berbasis kepada bahan baku
(gelondongan) tersebut. Bentuk kebijakan yang lokal, sehingga menciptakan struktur industri
dapat dilakukan menurut penulis adalah yang sangat kuat. Pada tingkat mikro, usaha tani
mengeluarkan peraturan pusat maupun perda kelapa dapat mendatangkan penghasilan kotor
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 63
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

sekitar Rp1,7 juta/ha/tahun atau Rp142 Namun demikian, besarnya peran dan potensi
ribu/ha/bulan, dalam perannya sebagai usaha kelapa di Indonesia ternyata tidak diikuti oleh
tani sampingan, maka besaran pendapatan kinerja industri kelapa secara memuaskan.
tersebut memberikan kontribusi yang berarti Berbagai kelemahan yang perlu dibenahi adalah
terhadap total pendapatan (Purba et al. 2020). masih rendahnya nilai tambah produk,
Perolehan nilai tambah terbesar yang diperoleh rendahnya pemanfaatan produk samping dalam
petani adalah dari produk olahan kelapa. sistem pengolahan kelapa, belum optimalnya
distribusi keuntungan dan reisiko antarpelaku
Hasil penelitian Purba et al. 2020,
dalam sistem agroindustri, rendahnya kontribusi
menyatakan berdasarkan hasil wawancara
agroindustri bagi pembangunan pedesaan,
dengan responden yang ditelusuri mulai dari
rendahnya nilai ekspor produk, rendahnya daya
eksportir (industri pengolah) di provinsi hingga
saing industri kecil dan menengah, dan belum
petani di desa, terdapat tiga rantai (simpul)
optimalnya arus informasi ke depan dan ke
pemasaran. Hasil pengamatan dilakukan untuk
belakang. Penyebabnya adalah rendahnya
rantai nilai minyak kelapa, karena minyak kelapa
keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis
merupakan pangsa besar dalam ekspor total
kelapa (Balitbangtan 2007). Hasil penelitian
komoditas kelapa selama periode 2009–2018.
Kemenperin (2010) mengungkapkan
Pelaku utama dalam proses pembentukan nilai
permasalahan yang sama bahwa tantangan
untuk menghasilkan minyak kelapa adalah
pengembangan industri kelapa tidak terlepas dari
petani, pedagang pengumpul (desa/kecamatan),
pengembangan sisi hulu yang menghadapi
dan industri pengolahan yang juga berperan
berbagai masalah. Permasalahan industri kelapa
sebagai eksportir. Perusahaan eksportir membeli
di hulu merupakan permasalahan klasik yang
kopra (putih) secara langsung dari pedagang
belum dapat diatasi hingga pada saat ini, di
pengumpul di desa/kecamatan. Para pedagang
antaranya adalah ketersediaan bahan baku
pengumpul desa/kecamatan ini membeli kopra
ditandai dengan tingginya pertanaman kelapa
juga secara langsung dari petani. Pasokan kopra
yang tidak produktif (sudah tua dan rusak)
terutama dipasok dari Provinsi Sulawesi Utara,
mencapai 30–40% dari areal perkebunan rakyat,
Provinsi Riau (Kabupaten Indragiri Hilir),
produktivitas kelapa yang masih rendah, yaitu
Kalimantan Barat, dan Maluku. Rantai pasok
1,1 ton/ha, masih sangat rendah jika
kopra ke perusahaan eksportir, saat ini sudah
dibandingkan produktivitas dunia yang rata-rata
semakin pendek atau hanya tiga simpul/pelaku
mencapai 4,95 ton/ha. Rendahnya produktivitas
saja. Hal ini ini terjadi karena desakan
berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku
keterbatasan kopra dan fluktuasi pasokan kopra
baik dari segi jumlah maupun mutu. Selain itu
baik dari pedagang pengumpul maupun dari
dari sisi pemasaran, rantai pasok kelapa
petani ke pedagang. Perusahaan berinisiatif
dipandang cukup panjang dan tidak efisien,
untuk dapat lebih dekat ke pedagang pengumpul
sehingga petani tidak mendapatkan nilai tambah
di tingkat desa dan melakukan pembelian kopra
yang maksimal. Permasalahan lain adalah
secara langsung.
ekspor kelapa butir yang cukup besar tanpa ada
Margin kotor dan pangsa margin yang pengawasan yang ketat dari pemerintah, yang
diperoleh para pelaku dalam rantai nilai minyak mengakibatkan terganggunya pasokan bahan
kelapa, mulai dari petani-pedagang pengumpul- baku bagi industri dalam negeri.
eksportir, terdistribusi berturut-turut sebagai
Tantangan di industri hilir adalah inovasi dan
berikut: Rp3.000/kg kopra (50%), lalu
teknologi untuk mengolah produk akhir belum
Rp1.500/kg kopra (16%) dan Rp6.500/kg minyak
dapat dicapai secara maksimal. Kendala yang
kelapa (37%) (Purba et al. 2020). Margin kotor
dihadapi adalah kurangnya inovasi dan
dihitung sebagai perbedaan antara harga jual
penelitian dalam pengembangan dan
dikurangi dengan biaya variabel langsung saja
pengolahaan produk akhir, teknologi dan
(tidak diperhitungan biaya tetap dan biaya
investasi pada industri hilir yang terbatas, utilitas
lainnya). Dalam hal ini, di tingkat petani, biaya
kapasitas industri produksi masih rendah
variabel langsungnya adalah upah atau bagian
penggunanaannya sebesar 40–50% dari
untuk bagi hasil pekerja pemanen sekaligus yang
kapasitas terpasang (Purba et al. 2020).
membuat kopra. Sementara itu, di tingkat
pedagang pengumpul, margin dihitung sebagai Permasalahan dalam pemasaran adalah isu
harga jual dikurangi dengan biaya transportasi kandungan aflatoksin pada kopra hitam dan
(dan biaya karung bila ada). Di tingkat eksportir, minyak kelapa yang diekspor ke pasar Eropa dan
margin dihitung sebagai selisih antara harga jual Amerika sehingga menghambat ekspor produksi
(FOB) dikurangi biaya transportasi dan ditambah olahan kelapa Indonesia. Pada pasar domestik
margin keuntungan sebagai proksi seluruh biaya konsumsi minyak kelapa mengalami penurunan,
yang dikeluarkan selama proses pabrikasi. yang diakibatkan oleh meningkatnya konsumsi
64 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

minyak kelapa sawit di tengah masyarakat mulai PELUANG DAN TANTANGAN SERTA
pada era tahun 1984–1985. Persaingan minyak PERSPEKTIF PENGEMBANGAN
kelapa dan minyak sawit tidak terlepas dari INDUSTRI KELAPA
preferensi konsumen bahwa minyak sawit lebih
murah dan rasa lebih enak jika dibandingkan
minyak kelapa, meskipun dari sisi kesehatan Peluang Pengembangan Industri Kelapa
minyak kelapa mengandung lemak jenuh alami Pengembangan industri kelapa dari hulu
yang bermanfaat bagi Kesehatan (Hadi 2017). hingga hilir masih dapat dilakukan mengingat
Selain itu, industri pengolahan kelapa masih besarnya potensi sumber daya yang
dominannya masih terkonsentrasi di pulau Jawa, dimiliki oleh Indonesia. Tanaman kelapa
sementara di lokasi sentra industri pengolahan termasuk tanaman asli Indonesia dan
masih didominasi oleh industri kecil yang penyebaran tanaman kelapa hampir merata di
operasionalnya masih belum efisien dan seluruh wilayah Nusantara dengan beberapa
penggunaan teknologi yang masih konvensional, wilayah sebagai sentra produksi, seperti Pulau
sehigga jalur distribusi panjang dan harga kelapa Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (Wulandari
yang tinggi. Infrastruktur pendukung merupakan 2009). Berdasarkan data perkebunan 2019
salah satu aspek penting dalam industri kelapa, sebaran luas areal pertanaman kelapa di
permasalahan yang dihadapi adalah infrastruktur Sumatera mencapai 30,9%, Jawa 21,62%,
di Luar Pulau Jawa belum terbangun merata Kalimantan 6% Nusa Tenggara dan Bali 8,05%,
sehingga mengakibatkan mahalnya biaya Sulawesi 22,7%, Maluku dan Papua 10,7%.
transportasi. Tanaman kelapa saat ini menempati urutan
Pada waktu bersamaan, perubahan ketiga terbesar tanaman perkebunan setelah
lingkungan global telah membawa perubahan kelapa sawit dan karet. Dari areal perkebunan
terhadap perilaku konsumen dan kondisi seluas 26,816 juta hektar, luas tanaman kelapa
3,4 juta hektar atau 12,6% dari total area. Areal
persaingan. Dengan semakin banyaknya pilihan
produk, konsumen memiliki ekspektasi yang kelapa tersebut merupakan perkebunan rakyat
lebih besar dari sebelumnya, serta berharap yang diusahakan secara monokultur dan kebun
campuran (Ditjenbun 2019). Selain itu, dari
pada produk yang berkualitas tinggi dengan
harga terjangkau. Dari sisi persaingan diketahui keanekaragaman jenis kelapa Indonesia memiliki
bahwa agroindustri kelapa Indonesia beragam varietas yang tidak dimiliki oleh negara
lain seperti kelapa dalam, kelapa kopyor, kelapa
menghadapi persaingan dengan negara
produsen yang telah berorientasi kepada nilai genjah, dan kelapa hibrida. Dari sisi sumber daya
tambah, memiliki produk dengan spektrum yang manusia, tenaga kerja yang diperlukan dalam
industri kelapa tersedia secara memadai dengan
lebih luas, dan kualitasnya juga lebih unggul.
Artinya, sebagai negara produsen dengan luas sebaran yang merata karena 99,06%
kebun terbesar di dunia, peran Indonesia dalam perkebunan kelapa adalah perkebunan rakyat.
pasar dunia belum optimal. Produksi minyak Pada sisi implementasi, teknologi yang
kelapa Indonesia pada posisi kedua di dunia dibutuhkan telah tersedia seperti varietas unggul
dengan kontribusi 30,7%, di urutan kedua baru yang telah dihasilkan dan dirilis oleh Balai
setelah Filipina sebesar 32,2% dari total produksi Penelitian Tanaman Palma hingga tahun 2019
dunia. Sementara, pangsa pasar ekspor minyak mencapai 20 varietas untuk varietas kelapa
kelapa Indonesia hanya 33,3%, bandingkan dalam, 4 varietas baru untuk kelapa kopyor, 5
dengan Filipina yang jauh lebih (45,6%). Ekspor jenis varietas baru untuk kelapa hybrida, 4
produk Filipina dalam bentuk fatty alcohol, fatty varietas baru untuk kelapa genjah dan 1 varietas
acids, methyl ester, dan alkanolamide baru untuk kelapa nira. Varietas-varietas baru ini
memberikan kontribusi sebesar 73.756 MT, telah tersedia hanya saja perlu dilakukan
sedangkan Indonesia tidak melakukan sosialisasi dan promosi kepada petani untuk
pengolahan lanjut (Purba et al. 2020). mengadopsi varietas baru ini dengan harga yang
Filipina juga merupakan pesaing utama terjangkau oleh petani. Untuk ketersediaan
produsen nata de coco Indonesia. Sebanyak teknologi dari sisi industri telah dikembangkan
hasil olahan dalam bentuk produk jadi, hal ini
90% pasar ekspor nata de coco untuk tujuan
Jepang diimpor dari Filipina. Ekspor serat sabut didukung oleh hasil penelitian Lay dan Pasang
kelapa Indonesia hanya mampu meraih pangsa (2012), Hendrawati dan Syamsudin (2016),
Kemenperin (2010) dan Allow dan Wulandari
pasar dunia sebesar 0,6%. Di sisi lain, Srilangka
dan India menempati urutan pertama dan kedua (2019) yang menyatakan bahwa hasil olahan
dengan meraih pangsa pasar ekspor sebesar produk kelapa yang dikembangkan untuk
memenuhi permintaan dan kebutuhan pasar
50,3% dan 44,7% (Heriyanto et al. 2019).
domestik dan ekspor yakni kopra, gula kelapa,
geotekstil, coco log, mulsa tanah, desiccated
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 65
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

coconut (kelapa parut), coco instan milk/powder ekspor 34,86%, diikuti oleh minyak kelapa
(santan kelapa), coconut crude oil, sabut kelapa, setengah (29,92%), kelapa yang diparut/
briket arang tempurung, karbon aktif, minuman dikeringkan (11,54%), arang kelapa (7%),
ringan dari air kelapa, kecap, nata de coco, virgin bungkil kelapa (4,23%), dan paling kecil adalah
coconut oil (VCO), kasur, biofuels, dan mebel kopra dan serat (2,42% dan 0,89%) (Purba et al.
kayu. 2020). Dari sisi nilai ekspor, produk arang kelapa
merupakan penyumbang terkecil dari perolehan
Hasil penelitian UNDP-ILO (2013)
devisa, namun produk ini memiliki peluang untuk
menambahkan bahwa konsumsi global kelapa
dikembangkan karena memiliki tren positif dan
segar tumbuh dengan signifikan untuk air kelapa
terbesar dalam pertumbuhan pangsa nilai ekspor
dan santan (sekitar 30% dari konsumsi kelapa).
yaitu sebesar 28,88% setiap tahun. Produk
Air kelapa semakin popular di seluruh dunia
kelapa yang menunjukkan kinerja ekspor yang
sebagai minuman yang sehat dan santan yang
positif adalah minyak setengah jadi, kelapa
digunakan dalam sejumlah olahan produk
(diparut/dikeringkan), kopra, dan arang kelapa
makanan, begitu juga dengan minyak kelapa
dengan tingkat pertumbuhan masing-masing
bahwa sekitar 27 negara kelompok Uni Eropa
sebesar 1,91%; 4,46%; 4,65%, dan 28,88%. Hal
adalah konsumen terbesar minyak kelapa di
yang sama dijelaskan melalui data dari Franklin
dunia dengan memanfaatkan 743.000 matrik ton
Baker and Co. Philipines dalam Allow dan
per tahunnya. Minyak kelapa digunakan secara
Wulandari (2019) bahwa permintaan
unik untuk ekstraksi asam lemak dan digunakan
berdasarkan volume untuk air kelapa, santan,
dalam produksi margarin dan sabun.
VCO dan DC meningkat masing-masing sebesar
Ekspor kelapa dan produk turunannya 149%, 54%, 33%, dan 29%.
termasuk komoditas andalan dalam penerimaan
Produk olahan kelapa, merupakan produk
devisa negara. Menurut hasil penelitian Purba et
yang menjanjikan dan berpotensi untuk
al. (2020) menyatakan bahwa volume ekspor
dikembangkan karena memiliki pertumbuhan
kelapa dan produk turunannya menunjukkan
yang positif, beberapa produk kelapa yang
peningkatan sebesar 3,53% per tahun. Menurut
berkembang saat ini dan sudah di ekspor adalah
data dari Badan Karantina Pertanian, apabila
desiccated coconut, menurut warta ekspor
dibandingkan kinerja ekspor kelapa antara tahun
Kementerian Perdagangan (2020) pada tahun
2018 dan 2019, ekspor kelapa Indonesia
2019 Indonesia berada di peringkat ke-2 sebagai
mengalami peningkatan yang cukup besar pada
pemasok terbesar desiccated coconut dengan
tahun 2019. Ekspor kelapa tahun 2018 sebesar
nilai US$1,3 juta di Uni Eropa. Selain itu produk
1,33 juta ton, dengan frekuensi mencapai 13.133
kelapa yang memiliki permintaan tinggi adalah
kali, meningkat menjadi 13,99 juta ton dengan
VCO nilai ekspor Januari–Oktober 2020
frekuensi 13.916 kali pada tahun 2019 (Badan
mencapai US$238,87 juta dengan tujuan ekspor
Karantina 2020).
China, Amerika Serikat, Korea, Rusia, dan
Indonesia merupakan salah satu negara yang Singapura. Kopra juga mencatat peningkatan
memiliki luas areal pengusahaan budi daya nilai ekspor, menurut BPS dalam Warta Ekspor,
kelapa terluas di dunia. Berdasarkan data rata- Kementerian Perdagangan (2020) pada bulan
rata luas tanam tahun 2013–2016, Indonesia oktober nilai ekspor mencapai US$2,74 juta atau
berada di peringkat utama dengan kontribusi meningkat 14,16% dengan tujuan ekspor
sebesar 30,21% dari total luas areal pertanaman Bangladesh, India, Filipina dan Pakistan.
kelapa dunia. Negara di peringkat selanjutnya Tingginya konsumsi dan permintaan ekspor di
adalah Filipina dengan kontribusi 29,44%, dan pasar dunia sebagai indikasi cukup cerahnya
India 17,04%. Sisanya adalah negara-negara peluang pasar di masa mendatang dan
lain dunia yang kontribusinya 23,31%. Seiring Indonesia memiliki potensi untuk merebut
dengan luas lahan, produksi kelapa Indonesia peluang pasar yang ada.
pada tahun 2013–2017 juga berada pada
peringkat pertama menghasilkan kelapa di dunia
Tantangan Pengembangan Industri Kelapa
(Sukmaya dan Perwita 2018). Kontribusi
produksi kelapa Indonesia sebesar 29,80%, Pengembangan industri kelapa di masa
diikuti oleh Filipina sebesar 24,02%, India mendatang akan mendapat tantangan yang
18,80%, Brasil 4,46% dan Sri Lanka 4,41% besar, hal ini diungkapkan dalam penelitian
(Purba et al. 2020). Nasution dan Rachmat. (1993), Wulandari
(2009), Aulia et al. (2020) tantangan tersebut
Selama periode tahun 2014–2019, tujuh
berkaitan dengan permintaan, permodalans,
produk ekspor kelapa yang memberikan
inovasi dan teknologi. Pengelolaan kebun kelapa
sumbangan devisa tertinggi adalah minyak
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar kelapa.
kelapa mentah dengan rata-rata pangsa nilai
66 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

Kondisi pasar yang baik mempengaruhi petani sederhana sehingga mudah dan cocok dilakukan
untuk mengelola kebun kelapa secara intensif, di daerah yang aksesibilitasnya terbatas seperti
sebaliknya jika pasar kelapa suram pertanaman daerah kepulauan yang harga kopranya selalu
kelapa umumnya tidak dikelola dengan baik. Hal rendah (UNDP-ILO 2013; Dy dan Reyes 2021)
ini mempengaruhi produktivitas tanaman dan
Hasil penelitian Rinaldi dan Karyani. (2015)
nilai tukar produk primer yang dihasilkan seperti
menambahkan bahwa sekitar 90% dari bahan
kopra dan minyak kelapa cenderung menurun. Di
baku daging kelapa digunakan untuk
samping itu pengelolaan usahatani pun masih
menghasilkan minyak kelapa mentah dan
bersifat tradisional serta keterlibatan pemerintah,
sisanya terbagi untuk produk lainnya, tetapi
kalangan industri, dan masyarakat konsumen di
kecenderungan untuk menghasilkan minyak
lapangan pun masih sangat kurang dan berjalan
kelapa mentah tersebut semakin menurun,
sendiri-sendiri.
sedangkan produk turunan lainnya semakin
Untuk dapat meningkatkan kapasitas meningkat. Menurut Balitbangtan (2007), bahwa
produksi dan pendapatan petani, perlu diubah sesuai dinamika pasar produk, kecenderungan
sistem usaha tani tradisional dan industri primer untuk menghasilkan produk oleokimia (turunan
parsial menjadi suatu sistem dan usaha dari minyak kelapa mentah) tampak semakin
agribisnis berbasis kelapa yang berdaya saing, tinggi. Ini merupakan peluang bagi Indonesia
berkelanjutan, berkerakyatan dan untuk mengembangkan potensi kopra Indonesia.
terdesentralisasi (UNDP-ILO 2013).
Pengembangan agribisnis kelapa berperan
penting untuk peningkatan produktivitas dan Perspektif Pengembangan Industri Kelapa
sekaligus peningkatan pendapatan petani. Saat Untuk mengahadapi tantangan dan
ini kelapa sangat berperan dalam perekonomian memanfaatkan peluang yang bertujuan untuk
sebagai penyedia lapangan kerja, bahan baku pengembangan industri kelapa, sebaiknya
industri dalam negeri dan konsumsi langsung. dilakukan terobosan-terobosan budi daya,
Meskipun demikian, secara umum usaha tani teknologi dan kebijakan untuk mendukung sistem
kelapa tidak terkait langsung dengan industri agribisnis kelapa. Pertanaman kelapa umumnya
pengolahan, industri hilir, serta industri jasa dan sudah tua, sehingga sangat mempengaruhi
keuangan, sehingga agribisnis kelapa tidak peningkatan produksi dan produktivitas. Upaya
dapat mendistribusikan secara maksimal nilai yang dapat dilakukan adalah peremajaan. Pada
tambah dari hasil produksi, sehingga tidak tanaman kelapa, peremajaan membutuhkan
signifikan pengaruhnya terhadap penambahan waktu yang panjang kurang lebih dari 4 tahun
pendapatan petani kelapa. baru berproduksi kembali, untuk tanaman kelapa
yang umumnya monokultur sebaiknya beralih
Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk
semua produk kelapa, khususnya produk ikutan pada budi daya polikultur, yakni campuran
seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa, tanaman kelapa dengan tanaman sela tanaman
palawija, sayuran atau buah-buhan tergantung
dan desiccated coconut. Pada dasarnya seluruh
bagian buah kelapa dapat diolah menjadi umur kondisi lahan dan umur tanaman utama.
berbagai produk untuk berbagai keperluan. Hal Hasil penelitian Nasution dan Rachmat (1993),
Lay dan Pasang (2012), Alouw dan Wulandari
ini memungkinkan karena hasil penelitian
menungkapkan bahwa kandungan asam laurat (2020) juga menyatakan bahwa budi daya
dalam minyak kelapa memiliki manfaat tanaman kelapa sebaiknya melakukan budi daya
kesehatan. Produk yang dianggap memiliki polikultur untuk memberikan nilai ekonomis
kandungan kesehatan adalah minyak kelapa kepada petani selama mengalami jeda pada
proses peremajaan kelapa. Selain itu, peneliti
murni (VCO) yang permintaannya makin meluas
di pasar dunia. Konsumen meyakini bahwa VCO tersebut menambahkan pemerintah melalui Balit
dapat menjadi obat berbagai macam penyakit. Di Palma telah menghasilkan varietas-varietas baru
yang siap untuk diadopsi ke petani, hanya perlu
samping untuk kesehatan, minyak kelapa dapat
menjadi sumber utama pengganti bahan bakar sosialisasi dan distribusi benih unggul tersebut
minyak diesel fosil. Bahkan Filipina telah melalui program-program pengembangan kelapa
sehingga petani dapat secara cepat mengadopsi
mengembangkan campuran biodiesel kelapa
10% (B-10) sejak tahun 2002. Salah satu benih unggul tersebut.
kelebihan minyak kelapa di daerah tropis adalah Pemberdayaan petani bertujuan untuk
dapat digunakan sebagai pengganti solar tanpa meningkatkan potensi dan kemampuan petani
proses esterifikasi dan tanpa campuran (B-100) dalam rangka peningkatan produktivitas dan
sebagaimana yang telah digunakan di Marshall efisiensi secara berkelanjutan. Menurut
Island sejak awal 2005 tanpa modifikasi dan Suryonotonegoro (2002) pemberdayaan petani
gangguan pada mesin. Prosesnya pun dapat dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 67
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

pemulihan dan tahap pengembangan. Tahap lokasi sentra produsen dengan industri yang
pemulihan dimaksudkan untuk mendidik dan cukup jauh. Sentra produksi sebagian besar
mendorong motivasi petani dalam meningkatkan berada di Luar Pulau Jawa, sementara industri
produktivitas dan efisiensi pengolahan. Tahap pengolah kelapa kebanyakan berada di Pulau
pengembangan diarahkan untuk Jawa. Dari sisi kualitas, hasil olahan industri
mengembangkan usaha tani, agroindustri, dan kelapa juga belum sepenuhnya mengikuti
kelembagaan ekonomi. Pada tahap ini prosedur GHP, GMP, HACCP, dan SNI perlu
diharapkan petani mampu mengembangkan diperhatikan untuk meningkatkan daya saing dan
kelembagaan ekonomi yang mandiri. nilai tambah dari produk kelapa yang dihasilkan.
Kelembagaan petani perlu dibangun dengan
Peluang pengembangan industri kelapa
tujuan untuk memberikan pelayanan kepada
dapat dilakukan dengan melihat besarnya
petani-petani anggotanya, serta melobi
potensi yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu
pemerintah dalam hal kepentingan
sebaran luas tanaman kelapa tumbuh subur di
pengembangan usaha pertanian. Melalui
seluruh wilayah Indonesia. Indonesia memiliki
lembaga ekonomi di bidang pertanian
beragam varietas yang tidak dimiliki oleh negara
diharapkan dapat tercipta komunikasi, sehingga
lain seperti kelapa dalam, kelapa kopyor, kelapa
petani dapat menyalurkan aspirasi dan
genjah, dan kelapa hibrida. Dari sisi sumber daya
kepentingan dengan lebih baik, dan hendaknya
manusia, tenaga kerja yang diperlukan dalam
lembaga/wadah ekonomi dibangun atas inisiatif
industri kelapa tersedia secara memadai dengan
petani, sedangkan pemerintah dan instansi
sebaran yang merata karena 99,06%
terkait berperan dalam memfasilitasinya.
perkebunan kelapa adalah perkebunan rakyat.
Teknologi dan inovasi pengolahan kelapa Implementasi teknologi melalui penyediaan
perlu ditingkatkan melalui kegiatan research and varietas unggul baru yang telah dihasilkan dan
development, serta kerja sama dengan lembaga dirilis oleh Balai Penelitian Tanaman Palma
penelitian dan perguruan tinggi. Industri besar hingga mencapai 20 varietas. Untuk
diharapkan berperan aktif dalam menciptakan ketersediaan teknologi dari sisi industri telah
produk-produk jadi dari kelapa yang lebih dikembangkan hasil olahan dalam bentuk produk
bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi, seperti jadi yakni kopra, desiccated coconut (kelapa
halnya Filipina yang telah berhasil mengelola parut), coco instan milk/powder (santan kelapa),
berbagai produk turunan kelapa yang beraneka coconut crude oil, sabut kelapa, briket arang
ragam sehingga dapat memberi nilai tambah tempurung, arang aktif, minuman ringan dari air
kepada petani dan industri itu sendiri. kelapa, kecap, nata de coco, virgin coconut oil
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (VCO), dan biofuels.
melaksanakan program pengembangan industri
Permintaan ekpor olahan kelapa Indonesia di
prioritas, mendorong industri untuk
pasar dunia menunjukkan tren positif. Produk
meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan
ekspor yang memberikan kontribusi devisa bagi
penjaminan mutu produk melalui penerapan
negara adalah produk minyak kelapa mentah,
Good Hygiene Practices (GHP), Good
minyak kelapa setengah jadi, kelapa
Manufacturing Practices (GMP), dan Hazard
(diparut/dikeringkan), bungkil kelapa dengan
Analysis and Critical Control Points (HACCP),
kopra, serat kelapa, dan arang kelapa. Umumnya
sertifikasi Standard Nasional Indonesia (SNI) dan
hasil olahan industri kelapa didominasi produk
sertifikasi produk halal, sertifikasi mutu serta
olahan setengah jadi. Tantangan pada masa
bantuan mesin/peralatan pengolahan produk dan
depan adalah pengembangan inovasi dan
meningkatkan kapasitas laboratorium uji mutu
teknologi untuk menghasilkan produk-produk
(Kemenperin 2010). Hal ini bertujuan untuk
siap pakai yang permintaannya semakin
pemenuhan permintaan standar kualitas atau
meningkat di pasar dunia maupun domestik.
mutu yang dibutuhkan oleh eksportir dan
Beragamnya variasi produk yang dihasilkan
konsumen.
dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah
bagi industri dan petani.
PENUTUP
Produktivitas, biaya produksi, dan kualitas
merupakan faktor penentu daya saing dan
Industri pengolah kelapa menghadapi kinerja ekspor produk kelapa di pasar dunia.
beberapa tantangan utama, yaitu umur tanaman Banyak permasalahan yang ditemukan mulai di
yang sudah tua, produktivitas rendah,
sisi hulu hingga hilir (termasuk pascapanen dan
kelangkaan bahan baku yang membuat pemasaran) yang perlu segera dibenahi, antara
operasional industri berada di bawah kapasitas lain melalui (1) percepatan peremajaan secara
terpasangnya. Di samping itu, tingginya biaya
masif dengan menyediakan bibit unggul yang
logistik, terutama biaya transportasi akibat jarak
68 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 1, Juli 2022: 55-69

dapat diakses dengan harga terjangkau oleh (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
petani, terutama di sentra produksi utama yang Pertanian.
langsung berhubungan dengan para pengolah Bustami BR, Hidayat P. 2013. Analisis daya saing
dan eksportir, (2) perlu dibentuk suatu lembaga produk ekspor Provinsi Sumatera Utara. J Ekon
otoritas (seperti coconut center) di sentra Keuang. 1(2):56–71.
produksi yang dapat berfungsi sebagai mitra
Damanik S. 2007. Strategi pengembangan agribisnis
petani dan memberikan bantuan pemberdayaan kelapa (Cocos nucifera) untuk meningkatkan
(termasuk adopsi teknologi) kepada petani, pendapatan petani di Kabupaten Indragiri Hilir,
sekaligus sebagai penghubung dengan industri Riau. J Perspektif. 6(2):94–104.
pengolah dan membuka akses pasar bagi produk
Daryanto, A. 2009. Posisi daya saing pertanian
yang dihasilkan, dan (3) pemanfaatan dan
Indonesia dan upaya peningkatannya. Bogor (ID):
sosialisasi kebijakan pemerintah yang tertuang Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
pada PP No. 78 Tahun 2019 tentang Fasilitas Pertanian.
Pajak Penghasilan. Melalui peraturan ini
pemerintah memberi keringanan potongan pajak [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019.
Statistik perkebunan Indonesia komoditas kelapa
penghasilan sebesar 30% selama enam tahun,
2017–2019. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
masing-masing sebesar 5% per tahun. Perkebunan, Kementerian Pertanian.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan 2020.
UCAPAN TERIMA KASIH Akselerasi gratieks komoditas perkebunan
[Internet]. [diunduh 2021 Okt 20]. Tersedia dari:
Penulis mengucapkan terimakasih kepada http://ditjenbun.pertanian.go.id/akselerasi-
Dr. Syahyuti yang telah memberikan masukan gratieks-komoditas-perkebunan/
kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Doppo MR, Lolowang TF, Sondak LW. 2017. Analisis
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada kinerja industri tepung kelapa PT. Royal Coconut
para peneliti yang tulisannya telah dirujuk kelurahan Sarongsong satu Kecamatan Airmadidi
sehingga tulisan ini dapat diselesaikan sesuai Kabupaten Minahasa Utara. J Agri-Sosio Ekon.
dengan tujuannya. 13(2):19–32.
Dy TR, Reyes S. 2021. The Philippine coconut industry
performance, issues and recommendation
DAFTAR PUSTAKA [Internet]. [diunduh 2021 Nov 11]. Tersedia dari:
https://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pnadh939.pdf.
Allorerung D, Mahmud J. 2003. Dukungan kebijakan Hadi S. 2017. Model pengembangan industri kelapa di
iptek dalam pemberdayaan komoditas kelapa. Provinsi Riau. Prosiding seminar nasional
Kelembagaan perkelapaan di era otonomi daerah. perencanaan pembangunan inklusif desa-kota.
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa Ke-5; 2002 Universitas Andalas, Padang pada 23-24
Okt 22–24; Tembilahan, Indonesia. Bogor (ID): November 2016 [Internet]. [diunduh 2020 Mei 10].
Puslitbangbun. hlm. 70–82. Tersedia dari: https://pasca.unand.ac.id/id/
prosiding-seminar-nasional-perencanaan-
Alouw JC, Wulandari S. 2020. Present status and pembangunan-inklusif-desa-kota.
outlook of coconut development in Indonesia
[Internet]. [diunduh 2021 April 20]. Tersedia dari: Hendrawati TY, Syamsudin AB. 2016. Analisis
https://iopscience.iop.org kelayakan industri kelapa terpadu. J Teknol.
8(2):61–70. doi: 10.24853/jurtek.8.2.61-70.
Arifin. 2016. Pengantar agroindustri. Bandung (ID): CV
Mujahid Press.116 hlm. Heriyanto H, Karya D, Asrol.2019. Indonesian coconut
competitiveness in international markets. Int J
Aulia AN, Chasanah, Prasetyo AS, Nalawati N. 2020. Recent Eng (IJRTE). 8:102–113.
Competitiveness and export similarity of
Indonesia's coconut oil. J Agribest. 04(02):123– Hutabarat B, Pranadji T, Nasution A.1993. Dimensi
132. doi: 10.32528/agribestv4i2.3546. perdagangan kelapa dan kopra rakyat di Sulawesi
Utara. Forum Penelit Agro Ekon. 11 (2):24–36.
[Barantan] Badan Karantina Kementerian Pertanian
2020. Hambatan ekspor kelapa Indonesia. Bahan Ihwan K, Putri NT, Jonrinaldi. 2015. Usulan strategi
presentasi disampaikan pada FGD: kendala pengembangan industri pengolahan kelapa skala
utama, masalah dan tantangan peningkatan IKM di Kabupaten Indragilir Hilir. J Optimasi Sistem
ekspor kelapa dan lada mendukung program Industri. 14(2):227–237.
Gratieks; 2020 Juni 24; Bogor (ID): Pusat Sosial
[Kemendag] Kementerian Perdagangan 2020. Warta
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
ekspor. Edisi Juli 2020 [Internet]. [diunduh 2022
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Apr 2]. Tersedia dari: http://djpen.kemendag.go.id
Kementerian Pertanian 2007. Prospek dan arah
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian 2010.
pengembangan agribisnis kelapa. Ed ke-2. Jakarta
Roadmap industri pengolahan kelapa. Jakarta (ID):
INDUSTRI KELAPA INDONESIA: KINERJA DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGAN 69
MENUJU PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING
Juni Hestina, Helena Juliani Purba, Eddy Supriadi Yusuf, Frans Betsi Marjohan Dabukke,
Erwidodo, Delima Azhari, Valeriana Darwis

Direktorat Jenderal Industri Agro. Kementerian internasional. Prosiding Seminar Nasional.


Perindustrian. Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II.
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian:37-53.
Kindangen JG. 2007. Analisis kelayakan usaha
pengembanan industri kelapa terpadu skala Setiawan K, Hartono S, Suryantini A. 2014. Analisis
pedesaan di Sulawesi Utara. J Pengkaj Pengemb daya saing komoditas kelapa di Kabupaten
Teknol Pertan. 10(3):226–240. Kupang. J Agritech. 34(1):88–93.
Lay A, Pasang PM. 2012. Strategi dan implementasi Sukmaya SG, Perwita AT. 2018. Daya saing
pengembangan produk kelapa masa depan. J komoditas kelapa Indonesia dan produk
Perspekt. 11(1):1–22. turunannya [Internet]. [diunduh 2020 Mei 15].
Tersedia dari: https://jurnal.unej.ac.id.
Lumintang IM, Lolowang TF, Pangemanan LRJ. 2015.
Analisis daya saing kopra di Minahasa Selatan Suryonotonegoro GA. 2002. Pemberdayaan petani
[Internet]. [diunduh 2020 Mei 10]. Tersedia dari: kelapa. Dalam Kelembagaan Perkelapaan Di Era
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/articl Otonomi Daerah.Prosiding KNK V., 22-24 Oktober
e/view/8785. 2002. Tembilahan-Indragiri Hilir, Riau. Bogor (ID):
Badan Litbang Pertanian, Puslitbangbun.
Nasution A, Rachmat M. 1993. Agribisnis kelapa
rakyat di Indonesia: kendala dan prospek. Forum Tarigans DK. 2005. Diversifikasi usahatani kelapa
Penelit Agro Ekon.10(2):19–28. sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani. Perspektif. 4(2):71–78.
Pakasi CBD. 2013. Pengembangan kelapa sebagai
komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara dengan Turukay M. 2010. Analisis daya saing ekspor kopra
pendekatan klaster industri. Makalah disampaikan Indonesia di pasar dunia. J Budid Pertan. 6(2):72–
pada Seminar Nasional: Menggagas kebangkitan 77.
komoditas unggulan lokal pertanian dan kelautan
pada 2013 Juni. Madura (ID): Fakultas Pertanian Udayana GB. 2011. Peran agroindustry dalam
Universitas Trunojoyo Madura. pembangunan pertanian. J Singhadwala. 44:3–8.

Patty Z. 2011. Analisis produktivitas dan nilai tambah [UNDP-ILO] United Nation Development Programme-
kelapa rakyat (studi kasus di tiga kecamatan di International Labour Organization. 2013. Kajian
Kabupaten Halmahera Utara. J Agroforestri. kelapa dengan pendekatan rantai nilai dan iklim
6(2):153–159. usaha di Kabupaten Sarmi. Laporan Studi. Papua
(ID): Program Pembangunan Berpusat
Porter ME. 1990. The competitive advantages of Masyarakat.
nations. Harvard Business Review [Internet].
[diunduh 2020 Mei 10]. Tersedia dari: Vaulina S, Khairizal, Wahyudy HA. 2018. Efesiensi
https://hbr.org/1990/03/the-competitive- produksi usahatani kelapa dalam (Cocos Nucifera
advantage-of-nations. Linn) di Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten
Indragiri Hilir. J Agribis Indones. 6(1):47–58.
Purba HJ, Erwidodo, Azhari DH, Darwis V, Marojahan
FB, Hestina J, Yusuf ES. 2020. Strategi dan Wulandari S. 2009. Analisis peluang dan tantangan
kebijakan peningkatan ekspor kelapa dan lada pengembangan agroindustri kelapa. J Agrointek.
Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Bogor (ID): 4(1): 28–38.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Wulandari K, Anggreni R, Sulistiya. 2018. Analisis
Rinaldi FR, Karyani T. 2015. Analisis daya saing faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa di
ekspor komoditas kopra Indonesia di pasar Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo. J
Pertan Agros. 20(1):29–38.

You might also like