You are on page 1of 14

MENEPATI JANJI

MENURUT HUKUM ISLAM

Mata Kuliah : Studi Hukum Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : 1. Dr. Syauqi Mubarak


: 2. Dr. Mahmud Yusuf, M.S.i

Disusun Oleh:

NASRULLAH
NIM: 170211050161

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


PASCA SARJANA
HUKUM KELUARGA (HK)
BANJARMASIN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Menepati Janji ....................................................................... 2
B. Hukum Ingkar Janji ................................................................................. 3
C. Keutamaan dan Keistimewaan menepati janji ........................................ 4
D. Tafsir ayat tentang Menepati janji al - baqarah ayat 177 dan al - maidah
ayat 1 ....................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pergaulan kita sehari-hari, ada satu jenis bumbu pergaulan yang
disebut dengan ‘‘janji”. Janji sering digunakan oleh orang yang mengadakan
transaksi perdagangan, oleh politikus yang tengah berkampanye, oleh orang yang
memiliki hutang tetapi sampai waktunya dia belum bisa memenuhinya, bahkan
janji dilakukan pula oleh ibu-ibu kepada anak-anaknya di saat mau pergi ke pasar
tanpa mengajak mereka dengan maksud agar si anak rela untuk tidak ikut ke
pasar. Mereka begitu menganggap enteng untuk mengucapkan janji.
Ujung-ujungnya, ada di antara mereka yang konsisten dengan janjinya,
sehingga dia berupaya untuk memenuhi janjinya itu. Namun ada dan banyak pula
di antara mereka yang ingkar janji, sehingga membuat kecewa berat bagi orang
yang mendapat janji tadi.
Padahal Rasulullah Saw dengan tegas mengatakan bahwa janji itu adalah
hutang dan Allah SWT sendiri telah mengingatkan melalui Al Quran surat Al
Isra’ 34 bahwa janji itu harus ditepati, karena janji itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.
Di dalam makalah ini, sedikit kami jelaskan tentang tuntutan menepati
janji. Kami berharap dengan adanya makalah ini, semoga dapat membantu
menghadapi berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari janji?


2. Apakah hukum Ingkar janji?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari janji.


2. Untuk mengetahui hukum Ingkar janji.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menepati Janji

Janji menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang


menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Pengertian lain
menyebutkan, bahwa yang disebut dengan janji adalah pengakuan yang mengikat
diri sendiri terhadap suatu ketentuan yang harus ditepati atau dipenuhi.
Menepati janji berarti berusaha untuk memenuhi semua yang telah
dijanjikan kepada orang lain di masa yang akan datang. Jadi Orang yang menepati
janji orang yang dapat memenuhi semua yang dijanjikannya. Kalau Lawan dari
menepati janji adalah ingkar janji. Menepati janji merupakan salah satu sifat yang
sangat terpuji yang menunjukkan keluhuran budi manusia sekaligus menjdi hiasan
yang dapat mengantarkannya mencapai kesuksesan dari upaya yang dilakukan.1
Al Quran, menggunakan tiga istilah yang maknanya berjanji, yaitu :

1. wa ’ada. Contohnya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang


beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar
2. ahada. Contohnya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya (Q.S.Al: Mu’minun ).
3. aqada. Contohnya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. Aqad (perjanjian) di sini mencakup janji prasetia hamba kepada Allah
dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

Selanjutnya, janji dalam Arti ’aqad/’aqada menurut Abdullah bin Ubaidah ada 5
macam :

1
Bacaan madani manfaat dan keutamaan menepati janji – bacaan
madani,http://www.bacaanmadani.com/2017/03/manfaat-dan-keutamaan-menepatijanji.html?m=1.

2
3

 ‘aqad iman / kepercayaan yang biasa disebut ‘aqidah.


 ‘aqad nikah
 ‘aqad jual beli
 ‘aqad dalam arti perjanjian umuni
 ‘aqad sumpah.

‫َوأ َْوفُوا اِبلْ َع ْه اد إا َّن الْ َع ْه َد َكا َن َم ْسئُ ْولا‬


“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai
pertanggungjawabannya.” (Al-Isra`: 34)

‫ َوإا َذا ائْتُ ام َن َخا َن‬,‫ف‬ ‫ا‬


ْ ‫ َوإا َذا َو َع َد أ‬,‫ب‬
َ َ‫َخل‬ َ ‫ إا َذا َحد‬:‫آيَةُ الْ ُمنَاف اق ثَالَث‬
َ ‫َّث َك َذ‬
“Ciri - ciri munafik itu tiga; apabila berbicara ia dusta, apabila ia berjanji
mengingkari, dan apabila ia dipercaya khianat.” (HR. Muslim, Kitabul Iman, Bab
Khishalul Munafiq no. 107 dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).2

B. Hukum Ingkar Janji

Seorang mukmin tampil beda dengan munafik. Apabila dia berbicara, jujur
ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga
ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Sesungguhnya menepatijanji adalah
barometer yang dengannya diketahui orang yang baik dari yang jelek, dan orang
yang mulia dari yang rendahan. (Lihat Khuthab Mukhtarah, hal. 382-383).

Al-Qur`an sangat memperhatikan masalah janji dan memberi dorongan


serta memerintahkan untuk menepatinya. Allah SWT. berfirman dalam Surat An-
Nahl ayat 91, yang artinya:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….”( Surat An-
Nahl ayat 91).

2
Tim dai zulfah saudi arabia. 100 hadis populer untuk hafalan (surabaya: pustaka eLBA. 2014).
Hlm. 30.
4
Allah SWT. memerintahkan hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa
menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang
hamba kepada Allah SWT., janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya
sendiri seperti nadzar.
Ingkar janji adalah akhlak Iblis dan para munafikin. Seruan ini mungkin
bisa didengar, tetapi bagaimana dengan orang yang telah mati hatinya dan
dikuasai oleh setan? Apakah mereka mau dan mampu mendengar?

Ingkar janji terhadap siapapun tidak dibenarkan agama Islam, meskipun


terhadap anak kecil. Jika ini yang terjadi, disadari atau tidak, kita telah
mengajarkan kejelekan dan menanamkan pada diri mereka perangai yang tercela.

Abdullah bin Mas’ud ra. berkata: “Kedustaan tidak dibolehkan baik serius
atau main-main, dan tidak boleh salah seorang kalian menjanjikan anaknya
dengan sesuatu lalu tidak menepatinya.” (Shahih Al-Adabul Mufrad no. 300).
Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Al-Baihaqi,
menjelaskan, bahwa Nabi SAW. bersabda (yang artinya): “Jagalah enam
perkara dari kalian niscaya aku jamin bagi kalian surga; jujurlah bila berbicara,
tepatilah jika berjanji tunaikanlah apabila kalian diberi amanah, jagalah
kemaluan, tundukkanlah pandangan dan tahanlah tangan-tangan kalian (dari
sesuatu yang dilarang).”
Semua orang tidak akan suka kepada orang yang ingkar janji. Karenanya,
dia akan dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan tidak ada nilainya di mata
mereka. Allah berfirman dalam Surat Al-Anfal Ayat 55-56, yang
artinya: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah
orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang
kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka
mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-
akibatnya).3

C. Keutamaan dan Keistimewaan menepati janji

1. Memenuhi janji termasuk sifat orang-orang bertakwa sekaligus sebab


utama dalam menggapai ketakwaan(Q.s Ali-imran : 76).

3
Anggi setiawan. Makalah Tentang Pentingnya Menepati Janji berbagi ilmu,
http://anggistlicious.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-pentingnya-menepati.html.
5

2. Orang yang menepati janji, akan terbebas dari tuntutan baik dunia maupun
di akhirat. Setiap janji akan diminta pertanggungjawabannya.(Q.s Al-isra’
: 34)
3. Orang menepati janji, akan terhindar dari sifat munafik, sebab, perilaku
orang yang munafik salah satunya adalah ingkar janji.
4. Orang menepati janji akan meneladani sifat Allah SWT, yang tidak
mengingkari janji-Nya, (Q.s Ar-rum : 6)
5. Orang yang menepati janji dapat menjadi jalan untuk masuk surga firdaus.
Surga firdaus ini hanya diperintukan bagi orang yang memiliki sifat-sifat
baik, (Q.s Al-mukminun : 8)
6. Orang yang menepati janji akan dipercaya orang lain. Kepercayaan adalah
modal utama dalam meraih kebaikan dunia maupun di akhirat. Salah stu
sifat Nabi SAW. Yang mengantarkannya dipilih oleh Allah menjadi Nabi
dan rasul-Nya adalah karena ia orang yang dipercaya.
7. Orang yang menepati janji akan digolongkan menjadi golongan Nabi
muhammad Saw.
8. Orang yang menepati janji akan terhindar dari dosa besar dan akan meraih
keutamaan. Mengingkari janji antara sesama muslim hukumnya haram,
sekalipun terhadap orang kafir, lebih-ebih terhadap sesama muslim jadi,
memenuhi janji termasuk keutamaan, sedangkan mengingkarinya dosa
besar.
9. Orang yang menepati janji akan digolongkan termasuk orang yang
berakal.(Q.s Ar-ra’d : 19-20).
10. Menepati janji akan terciptanya antara individu ke harmaonisan yang
semakin erat. Orang yang Menepati janji merupakan wujud dari
memuliakan, menghargai, dan menghormati manusia.4

D. Tafsir ayat tentang Menepati janji al-baqarah ayat 177 dan al-maidah
ayat 1

a. Tafsir Syaikh abdurrahman bin nashir as-sa’di surah al-baqarah ayat: 177

4
Bacaan madani. manfaat dan keutamaan menepati janji – bacaan madani,
http://www.bacaanmadani.com/2017/03/manfaat-dan-keutamaan-menepati-janji.html?m=1.
6

‫ب ولَ اك َّن الْبَ َّر َم ْن اََمن اِب هللا والْيَ وام ْالَ اخ ار والْملَئا َك اة والْكاتَ ا‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ُّ ‫لَْي ا‬
‫ب‬ َ َ َ ْ َ َ َ ‫س الْ َّباَ ْن تُ َو ل ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم قبَ َل الْ َم ْش ارق َوالْ َم ْغ ار‬ َ
‫ َواَقَ َام‬,‫اب‬ ‫الر قَ ا‬‫ّي َواِف ا‬ ‫السا ئالا‬ ‫و‬ , ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬
‫ب‬ ‫الس‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ّي‬ ‫ا‬
‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ا‬‫و‬ ‫َب‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ذ‬ ‫ا‬
َ ِ ُ َ َ َ َ ْ َ ََ َ ِ ‫َوالنَّبا‬
‫ه‬ ‫ا‬
‫ب‬ ‫ح‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َت‬ ‫ا‬
‫و‬ , ‫ّي‬‫ا‬
ِ َ ْ َّ َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َْ َ ْ َ ْ ُ ْ
‫ك الَّ اذيْ َن‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬ ‫اا ا‬
َ ‫ أُولَئا‬,‫ّي الْبَأْ اس‬
َ ْ ‫الصااب يْ َن اِف الْبَأْ َساء َوالضََّراء َوح‬ َّ ‫ َو‬,‫اه ُدوا‬ َ ‫ َوالْ ُمف ْو َن اِبَ ْهده ْم اذض َع‬,‫ت‬ َّ ‫وَت‬
َ ‫الزَك ْو‬ َ َ‫الصل‬َّ
{ 177} .‫ن‬ َ ‫ك ُه ُم الْ ُمتَّ ُق ْو‬ َ ‫ص َدقُو َاوالُئا‬َ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.( surah al-baqarah ayat: 177)

Allah berfirman, “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan”, maksudnya, hal itu bukanlah suatu kebajikan yang
dimaksudkan dari hamba sehingga banyaknya pembahasan dan perdebatan
tentunya adalah merupakan usaha yang melelahkan yang tidak menghasilkan
kecuali perpecahan dan perselisihan. Ini adalah sejalan dengan sabda Rasulullah
saw.5
“Bukankan orang yang kuat itu adalah dengan perkelahian, akan tetapi orang
yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya pemarah,”.6
“Dan orang-orang yang menepati janjinya bila berjanji.” Janji adalah komitmen
terhadap apa yang telah diwajibkan oleh hamba itu sendiri, maka termasuk dalam
hal itu adalah seluruh hak-hak Allah, oleh karena itu Allah telah mewajibkan
semuanya atas hamba-hambanya dan mereka berkomitmen terhadapnya, di mana
mereka masuk dalam janji tersebut dan wajib atas mereka untuk menunaikannya,
dan juga hak-hak hamba telah diwajibkan oleh Allah atas mereka dan hak-hak
yang telah diwajibakan oleh seorang hambanya sendiri, seperti sumpah dan nadzar
atau semacamnya.7

5
Syaikh Abdurrahman bin nashir as’di. Tafsir Al-qur’an ( Jakarta: Darul haq, 2016), hlm.
224. Jilid 1
6
Diriwayatkan oleh al bukhari, no. 6114; dan muslim, no. 2609: dari abu hurairah.
7
Syaikh Abdurrahman bin nashir as’di. Tafsir Al-qur’an ( Jakarta: Darul haq, 2016), hlm.
2207. Jilid 1
7
b. Tafsir al- misbah M. Quraish Shihab tentang menepati janji surah al-Maidah
ayat 1.
‫ا‬ ‫ اُاهلَّت لَ ُكم َبايمةُ ااْلَنْع اام ااَّلما ي ْت لَى علَي ُكم غَي ر ُاُملاِى َّ ا‬,‫َيَ يُّها اْلًّ اذ ين اَمنوا اَوفُوا اِبلْع ُقواد‬
َ‫ ا َّن لل‬,‫الصْيد َواَنْتُ ْم ُحُرم‬ َْ ْ ْ َ ُ َ َ ََْ ْ ْ ْ ُ ْ ْ ْ َ َْ َ َ
{1}‫ك ُم َما يُاريْ ُد‬
ُ ‫ََْي‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu. (Yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji dan
umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya.( Q.sal-Maidah : 1)

Surah an-nisa mencakup sekian banyak ayat yang mengandung uraian


tentang akad, baik secara tegas maupun tersirat. yang secara tegas antara lain akad
nikah dan shidaq, serta akad perjanjian keamanan dan kerja sama yang tersirat
antara lain akad wasiat, titipan (wadi’ah), perwakilan (wakalah) dan lainnya.
Maka sangat wajar jika awal ayat pada surat al maidah ini memulai pesannya
kepada kaum beriman agar memenuhi semua akad dalam perjanjian yang tersurat
dan yang tersirat yang di kandung oleh surat yang masa lalu.8

Al-biqa’i mengemukakan hubungan yang lebih rinci. Menurutnya, pada


akhir surat yang lalu (Q.S. An- nisa’ [4]; 160), telah di uraiakan bahwa orang-
orang yahudi melakukan kedzoliman dengan mengabaikan perjanjian mereka itu
kepada Allah, telah di jatuhi sanksi, yakni berupa di haramkannya atas mereka
aneka makanan yang baik-baik yang telah di halalkan bagi mereka, yakni yang di
jelaskan dalam Q.S Al-an’am [6]; 145. Dalam surat An-nisa, Allah melanjutkan
kecamannya kepada ahli Al- kitab dan mengakhirinya dengan uraian tentang
warisan serta keharusan memenuhi perjanjian dan ketetapan-ketetapan Allah yang
maha mengetahui. Dari sini sangat wajar dan amat sesuai bila surat ini di mulai
dengan tuntunan kepada orang beriman untuk memenuhi akad dan ketentuan yang
ada sambil mengingatkan nikmatnya menyangkut di halalkannya binatang ternak
buat mereka.

Allah memulai tuntunannya ini dengan menyeru; hai orang- orang yang
beriman, untuk menbuktikan kebenaran imannya kalian, penuhilah akad-akad itu,
yakni baik akad antara kamu dengan Allah yang terjalin melalui pengakuan kamu
dengan beriman kepada Nabinya atau melalui nalar yang di anugrahkannya
kepada kamu, demikain juga perjanjian yang terjalin antara kamu dengan sesama

8
M. Quraish Shihab. Tafsir al-mishbah pesan, kesan dan keserasian Al- qur’an. (Jakarta: lentera
hati, 2002), Hlm. 5. Jilid 3
8

manusia, bahkan dalam perjanjian antara kamu dengan diri kamu sendiri. Bahkan
semua perjanjian, selama itu tidak mengandung pengharaman yang halal atau
penghalallan yang haram.9

Salah satu akad yang perlu kamu adalah bahwa telah di halalkan bagi
kamu apa yang sebelum ini di haramkan atas Ahli Al-kitab yaitu binatang ternak
itu, kecuali atau tetapi yang di bacakan pada kamu dalam Al-quran surat Al-
an’am dan ayat ketiga surat ini serta yang terdapat dalam sunnah yang shohih,
maka itu adalah haram, antara lain sabda Rasulullah. Yang mengharamkan semua
binatang yang bertaring. Yang demikian itu, dengan tidak menghalalkan, baik
dengan melakukan maupun sekedar meyakini kehalalan berburu ketika kamu
sedang dalam keadaan buruang, yakni berihram untuk melaksanakan haji, umrah
atau memasuki tanah haram. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
halal atau haram. Boleh atau tidak menurut yang dia kehendaki, dan berdasar
pengetahuan dan hikmahnya. Karena itu penuhilah ketentuan-ketentuanNya.
Berusalah mengetahui latar belakangnya. Bila kamu menemukan hikmah dan
rahasianya maka itu bersyukurlah dan bila tidak atau belum kamu temukan, maka
laksanakanlah dengan penuh ketaatan dan rendah hati.10
Ayat-ayat yang di mulai dengan panggilan (ya ayyuha alladzina amanu)
adalah ayat-ayat yang turun di mekah. Panggilan semacam ini bukan saja
panggilan mesra, tetapi juga di maksudkan agar yang di ajak mempersiapkan diri
melaksanan kandungan ajakan. Dalam konteks ini di riwayatkan bahwa sahabat
nabi ibnu mas’ud berkata; “jika ada panggilan ilahi ya ayyuha alldzina amanu.
Maka siapkan lah dengan baik pendengaranmu karena sesungguhnya ada
kebaikan yang dia perintahkan atau keburukan yang dia larang”.
Kata (Al-aqud) “adalah jama’(“aqad) atau akad yang pada mulanya
mengikat suatu dengan suatu sehingga tidak menjadi dan tidak berpisah
dengannya. jual beli misalnya adalah salah satu bentuk akad, yang menjadikan
barang yang di beli menjadi milik pembelinya, dia dapat melakukuan apa saja
dengan barang itu dan pemiliknya semula yakni penjualnya. Yakni penjualnya
dengan akad jaul beli tidak lagi memiliki wewenang sedikit pun atas barang yang
telah di jualnya. Demikian juga dengan akad pernikahan, yang denganya wanita
dan pria terikat dengan ketentuan-ketentuan, sehingga pria dapat berhubunga
seks dengannya. Dan wanita yang di nikahinya terikat pula sehingga tidak boleh
menikahi pria lain, kecuali bila ikatan itu di lepaskan lantaran satu dan lain sebab.

9
Ibid,. Hlm. 6
10
Ibid,. Hlm. 6
9

Kata (auwfu) sebagaimana penulis kemukakan ketika menafsirkan Q.S


An-nisa’ [4]; 173, pada mulanya berati memberikan sesuatu dengan sempurna,
dalam arti melebihi kadar Yang seharusnya. Menurut thahir ibnu ‘asyur, ketika
turunnya Al-Qur’an masyarakat mendapatkan kesulitan dalam menetapkan ukuran
yang adil karena kurangnya timbangan di kalangan mereka. Biasanya untuk
memberi rasa puas menyangkut kesempurnaan timbangan, mereka melebihkan
dari kadar yang di anggap adil dan seimbang.

Perintah ayat ini menunjukkan betapa Al- Qur’an sangat menekankan


perlunya memenuhi akad dalam segala bentuk dan maknanya dengan penuhan
sempurna, kalau perlu melebihkan dari yang seharusnya, serta mengecam mereka
yang meyia-nyiakannya. Ini karena rasa aman dan bahagia manusia secara pribadi
atau kolektif tidak dapat di penuhi, kecuali bila mereka memenuhi ikatan- ikatan
perjanjian yang mereka jalin. Sedemikian tegas Al-Qur’an dalam kewajiban
memenuhi akad hingga setiap muslim di wajibkan memenuhinya walaupun hal
tersebut merugikannya. Ini kalau di benarkan melepaskan ikatan perjanjian maka
rasa aman dimasyarakat akan terusik. Kerugian akibat yang timbul kewajiban
seseorang memenuhi perjanjian terpaksa di tetapkan memelihara rasa aman dan
ketenanagan seluruh anggota masyarakat dan memang kepentingan umum harus
didahulukan atas kepentingan perorangan.11

Yang di maksud dengan (al-an’am) dalam ayat ini adalah unta, sapi dan
kambing. Makna tersebut kemudian di perluaskan sehingga mencakup semua
binatang atau burung dan unggas yang memakan tumbuh-tumbuhan dan tidak ada
keterangan agama yang mengharamkannya. Ada juga ulama yang membatasi kata
ini dalam pengertian“segala binatang darat dan laut yang berkaki empat.” Ada
juga yang berpendapat bahwa yang di maksud dengan bahimat al-an’am adalah
janin yang telah mati dan keluar atau di keluarkan dari perut binatang yang telah
di sembelih secara sah. Ini, menurt al- Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani,
adalah pendapat Imam Syafi’i.
Allah mengharamkan berburu bagi yang sedang dalam keadaan berihram,
karena kota Mekah dan sekitar nya adalah kota yang dikehendaki Nya menjadi
kota yang aman dan tentram, bukan saja bagi manusia, tetapi bagi seluruh
makhluk, baik bintang maupun tumbuh-tumbuhan. Di sisi lain, Allah
mengarahkan manusia agar selama berihram, hendaknya hati dan pikiran tertuju
sepenuhnya kepada Allah.

11
Ibid,. Hlm. 7.
10
Thahir ibn ‘Asyur berpendapat bahwa pernyataan di halalkan kepada kamu
binatang ternak, merupakan pendahuluan bagi larangan-larangan yang datang
sesudah seperti tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang dalam keadaan
haram, tolong-menolonglah dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam
dosa dan permusuhan diantara kamu. Dengan menyebutkan terlebih dahulu
anugrah Allah menyangkut apa yang di halalkan, maka di harapkan jiwa kaum
muslimin akan dengan tenang menerima ketetapan-ketetapan Allah, seakan-akan
ayat ini menyatakan; jika kami mengharamkan untuk kamu sekian banyak hal,
maka sesungguhnya Kami telah menghalalkan buat kamu lebih banyak dari yang
diharamkan itu, jika Kami mewajibkan atas kamu sebagian sangat banyak
kewajiban, maka sesungguhnya kelapangan yang Kami anugrahkan sangat jauh
lebih banyak. Ini membukti bahwa Allah tidak menghendaki kecuali
kemaslahatan dan kebaikan manusia.12
Ayat ini disebut-sebut oleh ulama sebagai ayat yang sangat singkat
redaksinya, tetapi sangat padat kandungannya. Filisof al-Kindi pernah diminta
untuk menyusun kalimat singkat yang sarat makna seperti ayat-ayat Al-Qur’an.
Tetapi setelah tekun sekian hari menyindiri dan berpikir, dia mengaku tak mampu,
bahkan tak seorang pun akan mampu; “Aku membuka mushaf Al-Qur’an,
kutemukan surah Al-ma’idah dan ku perhatikan, ternyata ayatnya berbicara
tentang kewajiban menepati perjanjian, melarang melanggarnya, menghalalkan
secara umum, kemudian mengecualikan setelah pengecualian, kemudian
menjelaskan tentang kekuasaan Allah dan hikmah kebijaksanaan-Nya. Semua itu
hanya dalam dua baris. Sungguh, hal yang demikian tidak mungkin akan mampu
di lakukan oleh siapa pun.
Insya Allah pada uraian tentang akhir pasa surat Yasin semoga Allah memberi
keluangan dan kemampuan untuk menafsirkannya jika kita akan kembali
menemukan ucapan al-Kindi yang serupa.13

12 Ibid,. Hlm. 8.
13 Ibid,. Hlm. 9.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Seoarang muslim memandang makanan sebagai sarana untuk mencapai


sesuatu, bukan sebagai tujuan utama. Maka dari itu ia makan untuk menjaga
kesehatan tubuhnya. Yang menjadikannya layak untuk mendapatkan kemuliaan
dan kebahagiaan di akhirat. Ia makan bukan untuk sekedar makan serta bukan
karena nafsunya belaka. Oleh karenanya, sekiranya ia belum lapar, ia tidak
makan, maka ia tidak makan. Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan
atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan
nutrisi. Makanan yang di butuhkan manusia biasanya di buat melalui bertani atau
berkebun yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan.

Janji menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang


menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Pengertian lain
menyebutkan, bahwa yang disebut dengan janji adalah pengakuan yang mengikat
diri sendiri terhadap suatu ketentuan yang harus ditepati atau dipenuhi.

Al Quran, menggunakan tiga istilah yang maknanya berjanji, yaitu :

1. Wa ’ada. Contohnya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang


beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.
2. Ahada. Contohnya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan jan- jinya (Q.S.Al: Mu’minun).
3. Aqada. Contohnya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Aqad (perjanjian) di sini mencakup janji prasetia hamba kepada Allah dan
perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah : Pesan, kesan, dan keserasia Al-
Qur’an. Jakarta: lentara hati.

As-sa’di, Syaikh Nashir bin abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an : Surat: Al-
Fatihah, Al-baqarah, Ali imran. Jakarta: Darul haq.

Islam, muhammad al. 2016. Tuntunan adab-adab sunnah rasulullah saw untuk
kehidupan sehari-hari. Cetakan x -bogor: pustaka qur’an dan hadits.

Setiawan, Anggi. 2013. “Makalah Tentang Pentingnya Menepati Janji | berbagi


ilmu”, http://anggistlicious.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang
pentingnya-menepati.html.

Hardiyani, Innike. 2015. “my blog is my lite (health) makalah makanan sehat dan
tidaksehat”,http://innikehardiyani.blogspot.co.id/2015/03/makalahmakanan-
sehat-dan-tidak-sehat.html.
Madani, Bacaan. 2017. “manfaat dan keutamaan menepati janji – bacaan madani”,
http://www.bacaanmadani.com/2017/03/manfaat-dan-keutamaan-menepati
janji.html?m=1.

Alif, Irfan. 2015. “keutamaan memakan makanan yang halal”,


http://m.halhalal.com/keutamaan-memakan-makanan-halal/.

12

You might also like