You are on page 1of 9

RESUME PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


DALAM ERA OTONOMI

“BAB 3 Unsur Pokok Perencanaan Pembangunan”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. ZUL AZHAR, M.Si

DISUSUN OLEH :
AMANDA
22060097

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITASS NEGERI PADANG
2024
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DALAM ERA OTONOMI

BAB 3
Unsur Pokok Perencanaan Pembangunan

Dalam menentukan strategi pembangunan daerah sebaiknya dirumuskan dengan


memperhatikan kondisi umum dan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan, baik yang
sudah dilaksakan maupun belum. Sebab strategi pembangunan daerah sendiri pada dasarnya
adalah cara atau jalan terbaik untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
teoritis, ada empat jenis strategi yang digunakan. Untuk memudahkan pembaca, penulis akan
menyajikan tabel sebagai berikut:

Strategi pembangunan daerah dapat bersifat menyeluruh dan parsial. Strategi parsial
berkaitan dengan alokasi dan distribusi anggaran pendapatan dan belanja menurut satuan
kerja untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Keseluruhan upaya bersifat parsial
dianggap sebagai bagian dari upaya menyeluruh karena bagian dari sistem kerja dalam
organisasi yang telah dirumuskan melalui visi dan misi serta kewenangan tertentu bersifat
spesifik. Strategi menyeluruh dalam bentuk rencana jangka menengah dan panjang.
Sedangkan strategi parsial dalam bentuk rencana jangka pendek sebagai bagian dari rencana
jangka menengah dan panjang. Selanjutnya tentukan strategi fokus dan strategi campuran
yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor-sektor yang
potensial dikembangkan pada kawasan-kawasan yang memiliki faktor penumbuh.

Perencanaan pembangunan daerah, dimulai dengan analisis tentang kondisi umum


daerah yang berisikan kondisi saat perencanaan dimulai. Dilanjutkan dengan pembahasan
tentang visi dan misi pembangunan daerah yang menunjukkan arah yang dicita-citakan oleh
masyarakat. Selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap sasaran dan target pembangunan
yang perlu ditampilkan secara jelas dan tegas. Kemudian perumusan strategi pembangunan
daerah dengan memperhatikan kondisi daerah serta visi dan misi pembangunan yang telah
dirumuskan terdahulu. Strategi pembangunan tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut
dalam bentuk kebijakan pembangunan. Dan perlu dibahas pula program dan kegiatan yang
merupakan tindakan konkrit yang perlu dilakukan untuk mewujudkan strategi dan kebijakan
pembangunan daerah yang sebelumnya telah dirumuskan.
Dalam hal kebijakan pembangunan daerah, perlu dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan berbagai aspek penting seperti: visi dan misi pembangunan, kondisi daerah,
permasalahan pokok pembangunan dan proyeksi pembangunan ke depan, untuk selanjutnya
ditentukan prioritas pembangunan daerahnya. Biasanya, prioritas pembangunan didasarkan
pada beberapa pertimbangan tertentu, yaitu:

A. Berhubungan erat dengan visi dan misi pembangunan daerah,


B. Mencakup kehidupan sosial ekonomi pada negara dan daerah,
C. Merupakan sektor unggulan dan mempunyai keuntungan komparatif tinggi,
D. Dapat mendukung dan bersinergi dengan kegiatan lainnya,
E. Harus layak/manfaat yang berikan lebih besar dari biaya yang diperlukan, dan
F. Sesuai dengan kondisi sosial ekonomi daerah bersangkutan.

Kemudian, program dan kegiatan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan


upaya dan tindakan konkret dalam bentuk intervensi pemerintah dengan menggunakan
sejumlah sumberdaya, termasuk dana dan tenaga, dalam rangka melaksanakan kebijakan
pembangunan yang telah ditetapkan. Terakhir, memperhatikan indikator kinerja, yang
ditetapkan dalam lima unsur, yaitu: masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Masukan
yaitu dalam bentuk penggunaan dana atau tenaga kerja. Keluran adalah produk langsung,
sedangankan hasil adalah tingkat penggunaan dari keluaran tersebut oleh masyarakat.
Manfaat dapat berupa kontribusi, sedangkan dampak adalah pengaruh yang timbul sebagai
hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan.

1. Ruang Lingkup dan Bentuk Perencanaan Pembangunan Daerah

Secara umum, ada empat ruang lingkung dan bentuk perencanaan pembangunan yang
satu sama lainnya saling berkaitan. Pertama, perencanaan makro yang analisisnya bersifat
menyeluruh meliputi kesemua aspek dan sektor pembangunan. Kedua, perencanaan sektoral
yang hanya mencakup satu bidang atau sektor tertentu saja. Ketiga, perencanaan wilayah
yang hanya mencakup untuk wilayah administratif tertentu saja. Keempat, perencanaan
proyek yang mencakup perencanaan untuk membangun suatu proyek atau kegiatan tertentu
saja.

Perencanaan makro menyangkut dengan ruang lingkup dan bentuk perencanaan yang
berkaitan dengan kegiatan pembangunan secara keseluruhan, meliputi: pertumbuhan ekonomi
daerah, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan dan pemerataan
pembangunan, keuangan dan sumber pembiayaan pembangunan serta kebutuhan investasi
dan strategi serta kebijakan pembangunan secara menyeluruh. Dalam hal ini, perencana dapat
menambah pembahasan dengan aspek makro lainnya sesuai dengan visi dan misi
pembangunan daerah yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh kepala daerah terpilih.

Kemudian perencanaan sektoral. Merupakan perencanaan yang ruang lingkupnya hanya


untuk satu bidang atau sektor pembangunan tertentu saja, misalnya pertanian, pendidikan,
kesehatan, dan lainnya. Perencanaan sektoral ini diperuntukan khusus untuk dinas atau SKPD
tertentu, maka penyusunannya harus mengacu pada Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)
institusi bersangkutan. Perencanaan sektoral juga mempunyai visi dan misi sendiri sesuai
dengan aspirasi dan harapan dari SKPD bersangkutan. Namun, visi dan misi ini harus sejalan
dan tidak boleh bertentangan dengan visi dan misi kepala daerah sebagaimana tercantum
dalam RPJMD bersangkutan. Visi dan misi SKPD tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar
utama perumusan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan yang akan direncakan dalam
Renstra bersangkutan.

Selanjutnya, perencanaan wilayah. Pada dasarnya adalah ruang lingkup dan bentuk
perencanaan pembangunan yang di dalamnya terdapat unsur tata ruang dan lokasi kegiatan
ekonomi dan sosial secara terintegrasi. Dalam perencanaan wilayah, aspek perencanaan
penggunaan lahan menjadi sangat penting. Sasaran utama dari perencanaan penggunaan
lahan ini adalah untuk dapat menyesuaikan antara potensi ekonomi daerah dengan potensi
dan daya dukung lahan berikut konektivitasnya atau eksesibilitasnya antar wilayah sehingga
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menjadi lebih cepat dan efisien.

Terakhir, perencanaan proyek. Merupakan perencanaan yang khusus disusun untuk


pembangunan suatu proyek atau kegiatan tertentu, misalnya pembangunan jalan, pembangkit
tenaga listrik, sekolah, rumah sakit, dan lainnya. Untuk keperluan penyusunan perencanaan
proyek, terlebih dahulu perlu ditetapkan deskripsi rinci dari kegiatan yang akan dilakukan
tersebut termasuk umur proyek. Kemudian perlu diteliti semua unsur-unsur biaya yang harus
dikeluarga untuk mendukung pembangunan proyek. Di samping itu, perlu pula diteliti semua
unsur penerimaan dari hasil proyek dan manfaat ekonomi yang dapat ditimbulkan karena
adanya proyek seperti penyediaan lapangan kerja dan lain-lain. Secara umum, siklus proyek
meliputi kegiatan:

A. Tahap identifikasi, kebutuhan pembangunan proyek sesuai dengan kebutuhan


daerah atau rencana yang ditetapkan semula seperti RPJMD,
B. Tahap persiapan proyek, berisikan penelitian terhadap faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan proyek bersangkutan,
C. Tahap pelaksanaan, berbagai kegiatan yang menyangkut dengan konstruksi
pembangunan atau pengadaan fisik proyek bersangkutan,
D. Tahap evaluasi, yang melaksanakan kegiatan evaluasi kinerja proyek terhadap
pembangunan daerah menggunakan data hasil pelaksanaan operasional proyek.

2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah

Sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) 2004, perencanaan


pembangunan didefinisikan sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara dan masyarakat di tingkat pusat dan
daerah. Dengan demikian, masing-masing dokumen perencanaan berkaitan satu sama lainnya
dan harus dilihat sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Karena
SPPN ini telah ditetapkan dengan undang-undang, maka sifatnya mengikat dan pelanggaran
dari ketentuan yang ditetapkan akan mempunyai implikasi hukum tertentu. selanjutnya, akan
dipaparkan secara ringkas mengenai permasalahan pokok perencanaan pembangunan di
Indonesia, sasaran yang ingin dicapai, dilanjutkan dengan jenis dokumen serta mekanisme
pelaksanaannya. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan penetapan rencana, keterkaitan
antara perencanaan dan penganggaran serta monitoring dan evaluasi.

Mulai dari permasalahan perencanaan pembangunan di Indonesia. Permasalahan


pertama adalah adanya perubahan yang cukup fundamental tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang semula salah satu tugasnya adalah menyusun Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Permasalahan berikutnya adalah masih sangat dirasakan adanya “ego
sektoral” antara aparat pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Permasalahan selanjutnya yang juga sangat dirasakan sampai saat ini adalah kurang
terpadunya antara perencanaan dan penganggaran. Tidak hanya itu, tetapi kekurangterpaduan
ini juga dirasakan antara perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan. Terakhir, adalah
belum optimalnya dimanfaatkan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan rencana
pembangunan sehingga kebanyakan perencanaan yang disusun masih bersifat “top-down
planning”.

Selanjutnya, sasaran pokok SPPN mencakup lima hal pokok, yaitu:

A. Meningkatkan koordinasi antarpelaku pembangunan,


B. Meningkatkan keterpaduan dan sinergitas perencanaan antara pusat dan daerah serta
antar daerah yang terkait,
C. Meningkatkan keterpaduan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan,
D. Mengoptimalkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyusunan dan
pelaksanaan perencanaan pembangunan,
E. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, dan adil.

Kemudian, bentuk konkret dari hasil kegiatan perencanaan pembangunan adalah


tersusunnya dokumen perencanaan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam hal ini ada lima dokumen perencanaan, yaitu:

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
C. Rencana Strategis Institusi (Renstra SKPD)
D. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
E. Rencana Kerja Institusi (Renja SKPD)

Setelah itu, penting untuk adanya keterkaitan antar dokumen perencanaan


pembangunan. Keterkaitan pertama yang sangat penting dan harus diupayakan semaksimal
mungkin adalah antara RPJP Nasional dan RPJP Daerah. Sebagaimana ditetapkan dalam
SPPN 2004, penyusunan RPJP Daerah harus mengacu pada RPJP Nasional. Selanjutnya
adalah keterkaitan antara RPJM Nasional dengan RPJM Daerah, mengingat pembangunan
daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional untuk mewujudkan keterpaduan
dan sinergi pembangunan. Kemudian, RPJM dan Renstra adalah dokumen perencanaan
jangka menengah untuk periode 5 tahun. Agar perencanaan pembangunan menjadi lebih
operasional, maka rencana jangka menengah ini perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana
tahunan. Terakhir, sesuai dengan SPPN 2004, RKPD merupakan dasar penyusunan Rencana
Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD). Kerena itu penyusunan RKPD perlu dilakukan
secara rinci dengan tekanan utama pada penetapan program dan kegiatan prioritas tahun
bersangkutan.

Lebih lanjut, untuk mekanisme penyusunan rencana pembangunan, menyangkut


dengan prosedur pelaksanaan, instansi terlibat, jadwal pelaksanaannya dan pejabat yang
berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Mekanisme ini diperlukan sebagai pedoman
bagi aparat perencanaan dalam melaksanakan penyusunan dokumen berikut penetapannya.
Mekanisme perencanaan yang dilakukan pada tingkat nasional pada dasarnya adalah sama
dengan tingkat daerah dan perbedaannya hanyalah pada lembaga yang terlibat pada setiap
tahapan perencanaan.

Terkait dengan perencanaan dan penganggaran, sebelumnya untuk tingkat nasional,


anggaran didasarkan pada Program Perencanaan Pembangunan Nasional (PROPENAS).
Sedangkan untuk tingkat daerah, penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan Program
Pembangunan Daerah (PROPEDA) atau Rencana Strategis Daerah (Renstrada) yang disusun
sekali dalam lima tahun. Dalam rangka keterpaduan antara penyusunan perencanaan dan
penganggaran, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2005 menggariskan beberapa prosedur dan langkah
yang harus ditempuh dalam proses penyusunan anggaran, baik pada tingkat nasional maupun
daerah. Langkah-langkah tersebut yaitu; (a) Kebijakan Umum Anggaran (KUA), (b) Prioritas
dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA). Di samping
itu, diwajibkan pula menyusun Anggaran Kinerja agar alokasi dana menjadi lebih terarah.

Selanjutnya adalah pengendalian dan evaluasi. Pengendalian atau pemantauan


dilakukan pada waktu program dan kegiatan sedang dilaksanakan. Kegiatan pengendalian ini
dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara pelaksanaan program dan proyek dengan apa
yang direncakan sebelumnya. Unsur-unsur pengendalian yang dilakukan adalah dari segi
kesesuaian fisik dan kualitas kerja, realisasi penggunaan dana maupun waktu yang digunakan
untuk pelaksanaan program dan kegiatan. Kegiatan pengendalian dan evaluasi tersebut
dilakukan bukan untuk menemukan penyelewengan keuangan. Sasaran utama dari kegiatan
monitoring dan evaluasi adalah untuk dapat memastikan pelaksanaan program dan kegiatan
sesuai dengan rencana dan juga mendapat masukan untuk perbaikan penyusunan perencanaan
dimasa mendatang.
Terakhir, yaitu perencanaan pembangunan nasional versus daerah. Secara umum, ada
empat hal pokok yang menjadi dasar pertimbangan utama yang menyebabkan perlunya
masing-masing daerah menyusun dokumen perencanaannya sendiri, yaitu:

A. Struktur pembangunan daerah berbeda dengan struktur pembangunan nasional


B. Pada pembangunan daerah terdapat interaksi yang erat dengan daerah lainnya, baik
dalam hal perdagangan, perpindahan penduduk, dan mobilitas modal
C. Struktur dan komponen keuangan daerah berbeda dengan keuangan nasional
D. Ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah delam pengelolaan pembangunan
daerah berbeda dengan lingkup kewenangan pemerintah pusat

Perbedaan struktur pembangunan nasional dan daerah terletak pada ruang lingkup dan
sistem perencanaan pembangunan yang digunakan. Berbeda dengan tingkat nasional, pada
tingkat daerah terdapat interaksi yang sangat erat antara suatu daerah dengan daerah lainnya
terutama yang berdekatan. Perbedaan struktur keuangan nasional dan daerah juga sangat
dirasakan terutama dalam era otonomi daerah. Pada tingkat nasional, penerimaan negara
terutama berasal dari Pajak (PPn dan PPh) dan penghasilan dari minyak bumi. Sedangkan
pada tingkat daerah sumber utama penghasilan berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
baik dalam bentuk Pajak dan Retribusi Daerah serta Dana Perimbangan yang meliputi Dana
Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alama, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Dalam sistem NKRI, kewenangan dalam pengelolaan kegiatan pembangunan
juga dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten
atau kota.

3. Visi dan misi pembangunan daerah


Pembangunan daerah merupakan salah satu sub sistem dari pembanguan nasional
yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ditujukan
untuk meningkatkan harkat, martabat dan memperkuat jatidiri serta kepribadian
masyarakat dalam pendekatan lokal, nasional dan global.

4. Sasaran dan target pembangunan daerah


Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah berdasarkan Undang-Undang di
atas meliputi beberapa dokumen perencaan berikut ini, yaitu: 1) Rencana
pembangunan Jangka Panjang daerah (RPJPD); 2) Rencana Pembangunan Jangka
Menengah daerah (RPJMD); dan 3) Rencana Kerja Pemerintah daerah RKPD), 4)
Rencana Strategis

5. Strategi pembangunan daerah


strategi pengembangan fisik/lokalitas, strategi pengembangan dunia USAha,
strategi pengembangan sumberdaya manusia dan strategi pengembangan ekonomi
masyarakat.

6. Kebijakan pembangunan daerah


Program pembangunan daerah adalah program prioritas untuk mencapai visi dan misi
pembangunan jangka menengah daerah. Program pembangunan daerah dibuat di masing-
masing strategi untuk menunjukkan cerita strategi dan kelogisannya mencapai sasaran
terkait.

7. Prioritas pembangunan daerah


 peningkatan daya saing dan sumber daya manusia
 peningkatan daya saing perekonomian dan investasi
 penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
 peningkatan layanan dasar, kualitas infrastruktur dan lingkungan hidup.

8. Program dan kegiatan pembangynan daearah


Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/Daerah

Strategi Keadaan Kebutuhan Pengunaan

Strategi Keadaan Mencapai Berlandaskan kepada konsep dan teori


klasik normal keuntungan dengan beberapa asumsi dasar yang sesuai
maksimum untuk jangka menengah dan panjang

Strategi Keadaan Mewujudkan Untuk mengendalikan seluruh satuan kerja


sistemik normal keuntungan untuk beroperasi berdasarkan sistem kerja
optimum tertentu untuk mencapai keuntungan
optimum

Strategi Keadaan Mencapai Berdasarkan analisa situasi dan kondisi


evolusi krisis keuntungan yang sesuai untuk jangka pendek
maksimum

Strategi Keadaan mewujudkan Dengan menggerakkan beberapa satuan


proses krisis keuntungan kerja tertentu yang dianggap mampu
optimum mengatasi masalah dalam jangka panjang

You might also like