You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM SHELL AND TUBE HEAT

EXCHANGER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah mata kuliah LABTEK 2

Tanggal Praktikum: Kamis 27 Maret 2019

Tanggal Pengumpulan Laporan: Kamis, 03 April 2019

Dosen Pembimbing:

Oleh:

Delifa Ariesta 171411038


Melinda Indah K 1714110
M Akhid Maulana A 1714110
Weldy Putera 1714110

Kelompok 7 (2B D3 Teknik Kimia)

PROGAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
I. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan :

 Memahami konsep perpindahan panas pada Shell and Tube Heat Exchanger.
 Menghitung efisiensi perpindahan panas pada Shell and Tube Heat Exchanger.
 Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan dari Shell and Tube Heat
Exchanger.
 Menghitung konduktivitas panas keseluruhan pada Shell and Tube Heat Exchanger.

II. DASAR TEORI

Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai
pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang
dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas
dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas
alam, refrigerasi, pembangkit listrik.
Unit penukar panas adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida
yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan selalu
menggunakan alat ini, sehingga alat penukar panas ini mempunyai peran yang penting dalam suatu
proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar panas yang banyak dipakai adalah
Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan
sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube bundle
berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida
didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube
disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar panas akan menghemat biaya operasional harian
dan perawatan. Bila alat penukar panas dalam keadaan baru, maka permukaan logam dari pipa-
pipa pemanas masih dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama maka
terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan
kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien
perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat penukar panas selalu
mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat berfungsi sesuai dengan
perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas mencapai harga minimum.

Gambar 1. Shell and Tube Heat Exchanger

Sumber : http://www.kamui.co.jp/english/products/shell_and_tube/

2.1. Pengertian Shell and Tube Heat Exchanger

Shell and tube heat exchanger merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan
pada suatu proses seperti petroleum, industri kimia, dan industri HVAC. Shell and tube heat
exchanger mengandung beberapa u-tube sejajar di dalam shell. Shell and tube heat exchanger
digunakan saat suatu proses membutuhkan fluida untuk dipanaskan atau didinginkan dalam jumlah
besar. Berdasarkan desainnya, shell and tube heat exchanger menawarkan area penukaran panas
yang besar dan menyediakan efisiensi perpindahan panas yang tinggi. Untuk membuat
perpindahan panas yang lebih baik dan untuk menyangga tube yang ada di dalam shell, maka
sering dipasang baffle. Efektifitas perpindahan panas meningkat dengan dipasangnya baffle.
Efektifitas meningkat seiring dangan mengecilnya jarak antar baffle hingga suatu jarak tertentu
kemudian menurun,

Shell and tube heat exchanger merupakan bejana tekanan dengan banyak tube didalamnya.
Pada suatu proses, fluida mengalir melalui tube pada exchanger saat fluida lainnya mengalir keluar
tube yang berada di antara shell. Fluida pada sisi tube dan pada sisi shell terpisah oleh tube sheet.
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri perminyakan.
Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle
(berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-
pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell seperti
gambar diatas.
Alat penukar panas ini terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan
ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel.
Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas ini dipasang
sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal
( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

2.2. Komponen Shell and Tube Heat Exchanger


2.2.1. Shell and Tube
Heat exchanger tipe shell & tube menjadi satu tipe yang paling mudah dikenal. Tipe ini
melibatkan tubesebagai komponen utamanya. Salah satu fluida mengalir di dalam tube, sedangkan
fluida lainnya mengalir di luar tube. Pipa-pipa tube didesain berada di dalam sebuah ruang
berbentuk silinder yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-pipa tube tersebut
berada sejajar dengan sumbu shell.

Gambar 2. Heat Exchanger Tipe Shell & Tube

(a) satu jalur shell, satu jalur tube


(b) satu jalur shell, dua jalur tube

Sumber : http://artikel-teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-bagian-2/
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak digunakan pada heat
exchangertipe ini. Desain rangkaian pipa tube dapat bermacam-macam sesuai dengan fluida kerja
yang dihadapi.

Gambar 3. Macam-macam Rangkaian Pipa Tube Pada Heat Exchanger Shell & Tube

Sumber : http://artikel-teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-bagian-2/

Shell. Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain yang mengalir
di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk silinder dengan penampang melingkar.
Material untuk membuat shell ini adalah pipa silindris jika diameter desain dari shell tersebut
kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6 meter, maka digunakan bahan plat metal yang
dibentuk silindris dan disambung dengan proses pengelasan.
Gambar 4. Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell, dan Rear-End Head

Sumber : http://artikel-teknologi.com/macam-macam-heat-exchanger-alat-penukar-panas-bagian-2/

Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E adalah yang paling
banyak digunakan karena desainnya yang sederhana serta harga yang relatif murah. Shell tipe F
memiliki nilai efisiensi perpindahan panas yang lbih tinggi dari tipe E, karena shell tipe didesain
untuk memiliki dua aliran (aliran U). Aliran sisi shell yang dipecah seperti pada tipe G, H, dan J,
digunakan pada kondisi-kondisi khusus seperti pada kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe
K digunakan pada pemanas kolam air. Sedangkan shelltipe X biasa digunakan untuk proses
penurunan tekanan uap.

2.2.2. Connections : ukuran yang distandarkan untuk pemasangan yang mudah,


penambahan galur (thread) permukaan pelindung untuk memudahkan pemasangan

2.2.3. Gasket : Fiber berkualitas tinggi yang

2.2.4. Head : Berbahan standar cast iron atau steel head

2.2.5. Tube Sheet : Ubend tubes diperluas terhadap tube sheet yang membiarkan untuk
perluasan dan penyusunan tabung karena fluktuasi suhu.

2.2.6. Mounting : Saddles yang digabungkan dengan unit standar untuk mounting dengan
cepat dan mudah

2.2.7. Buffles : Adanya celah buffles dengan jark minimum antara tabung untuk menjamin
aliran fluida yang benar dan meminimalisasi bypass

Gambar 5. Komponen Shell and Tube Heat Exchanger

Sumber : http://gamasemesta.com/training-shell-tube-heat-exchanger.html
2.3. Pemilihan Fluida Yang Dilewatkan Pada Shell dan Tube

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam shell side
dan Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :

a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)

Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka pembersihan sisi shell jauh lebih
sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan di sebelah shell dan fluida yang kotor melalui
Tube.

b. Korosi

Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari paduan logam.
Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida dialirkan melalui Tube untuk menghemat
biaya yang terjadi karena kerusakan shell. Jika terjadi kebocoran pada Tube, heat exchanger masih
dapat difungsikan kembali. Hal ini disebabkan karena Tube mempunyai ketahanan terhadap
korosif, relatif murah dan kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.

c. Tekanan

Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan dinding yang tebal, hal
ini akan memakan biaya yang mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi
lebih baik dialirkan melalui Tube.

d. Temperatur

Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih tinggi pada Tube side,
karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah permukaan luar Tube atau ke arah shell sehingga
akan diserap sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Jika fluida dengan temperatur lebih
tinggi dialirkan padashell side, maka transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada
kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke lingkungan).

e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling

Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan fouling sebaiknya
dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung
sediment dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada stagnant zone
di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa
mencabutTube bundle.

f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate dilewatkan melalui shell karena
dapat menggunakan baffle. Koefisien heat transfer yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan
menempatkan fluida yang lebih viscous pada shell side sebagai hasil dari peningkatan turbulensi
akibat aliran crossflow (terutama karena pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan viskositas > 2
cSt dialirkan di shell side untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas yang diminta.
Koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat pada shell side, karena aliran turbulen akan
terjadi melintang melalui sisi luar Tube dan baffle.

2.4. Keuntungan Shell and Tube Heat Exchanger


 Memiliki permukaan perpundahan panas persatuan volume yang lebih besar.
 Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuik yang cukup baik untuk
operasi bertekanan.
 Tersedia dalam berbagai bahan kontruksi
 Prosedur pengoperasian lebih mudah

2.5. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas

Untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada Shell and Tube Heat Exchanger dapat
menggunakan persamaan berikut :

Keterangan :

Q = laju perpindahan panas (J/s)

Q = U A ∆TLMTD U = Koefisien perpindahan panas (m2)

∆TLMTD = Logmean temperature difference


(°C)
Keterangan :
Q = m Cp ∆T
M = massa cairan (kg)

Cp = kapasitas panas ( Q cairan panas )

∆T = perubahan Tpanasin – Tpanasout

∆T1− ∆T2
∆TLMTD = ∆T1
ln(∆T2)

2.6. Menentukan Efisiensi

Untuk mengetahui efisiensi shell and tube heat exchanger dapat menggunakan persamaan
berikut:

𝑄 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝜂= 𝑥 100%
𝑄 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠

𝑚𝑑 𝐶𝑝𝑑 ∆Td
= 𝑥 100%
𝑚𝑝 𝐶𝑝𝑝 ∆Tp

III. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1.Alat dan Bahan

Alat :
- Seperangkat alat heat exchanger (Shell and Tube Heat Exchanger)
- Stopwatch
- Ember berisi air dingin

Bahan :
- Steam
- Air
3.2. Prosedur Kerja
a. Kalibrasi laju alir
 Shell and Tube Heat Exchanger (STHE)

Air

Saluran fluida panas

Mengatur laju air panas

Menutup saluran pembuangan


yang menuju cooling tower

Menampung massa air, t = 10 detik

Menimbang

Mengulang sebanyak 7 titik

Menutup saluran fluida panas

Membuka saluran fluida dingin

Mengkalibrasi laju alir fluida


dingin seperti pada fluida panas

Gambar 3.3 Skema kerja yang dilakukan pada saat praktikum


 Double Pipe Heat Exchanger (DPHE)

Air

Saluran fluida panas

Mengatur katup pipa fluida panas

Menutup saluran pembuangan


yang menuju cooling tower

Menampung massa air, t = 10


detik

Menimbang

Mengulang sebanyak 7 titik

Menutup saluran fluida panas

Membuka saluran fluida dingin

Mengkalibrasi laju alir fluida


dingin seperti pada fluida panas

Gambar 3.4 Skema Kerja yang dilakukan pada saat praktikum


b. Percobaan

Air

Saluran fluida panas dan dingin

Menunggu steady state

Mengalirkan steam

Mengatur laju alir steam, hingga suhu


air panas 60°C

Mengatur laju alir fluida panas dengan


2 buah variasi

Mengatur laju alir fluida dingin dengan


3 buah variasi

Mencatat suhu masuk dan keluar fluida


dingin dan panas

Menimbang massa kondensat

Gambar 3.5 Skema kerja yang dilakukan pada saat praktikum

You might also like