Professional Documents
Culture Documents
Revisi (Selesai)
Revisi (Selesai)
LAPORAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)
PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)
Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberika n
kasih dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik
kerja industri di PT. Domas Sawit Inti Perdana. Adapun judul daripada
laporan ini adalah “ANALISA KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK
BEABS PADA INTI SAWIT DI PT. DOMAS SAWIT INTI PERDANA” dapat
terselesaikan dengan baik dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah
untuk hasil laporan praktik kerja industri yang telah dilaksanakan pada
semester 4 ini.
Pada penyusunan laporan hasil praktik kerja industri ini, keberhasilan dan
kelancaran dalam penulisan laporan ini juga tidak terlepas dari peran serta
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis banyak
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih dan karuniaNya
untuk kita semua.
2. Orang Tua dan juga seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil, dan doanya kepada penulis dalam
penyelesaian karya ilmiah ini
3. Bapak Poltak E. Hutajulu, M.T., selaku Direktur Utama Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan.
4. Bapak Dr. Golfrid Gultom MT selaku Pembantu Direktur I, Ibu New
Vita Mey Destty Marbun, ST, MT Selaku Pembantu Direktur II,
Bapak Irfan Rusmar, M.Ed., selaku Pembantu Direktur III Bidang
Kemahasiswaan Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
5. Ibu Tengku Rachmi Hidayani, M.Si selaku Ketua Jurusan Agribis nis
Kelapa Sawit Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
6. Ibu Meutia Mirnandaulia, ST, MT selaku Sekretaris Jurusan
Agribisnis Kelapa Sawit Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
iii
7. Bapak/Ibu selaku Dosen Wali Mahasiswa Politeknik Teknologi
Kimia Industri Medan.
8. Bapak Thibrani selaku Manager KCP (Kernel Crushing Plant)
9. Bapak Elbi Sinaga, selaku Supervisor Proses KCP (Kernel Crushing
Plant)
10. Bapak Robby Binoer, selaku Supervisor Unloading KCP (Kernel
Crushing Plant).
11. Bapak Masdi, Selaku Senior Supervisor QC (Quality Control) PT.
Domas Agrointi Prima
12. Bapak Budi Herwanto, selaku penanggung jawab Praktek Kerja
Industri di PT. Domas Sawit Inti Perdana
13. Seluruh pegawai dan mitra kerja PT. Bakrie Renewable Chemica ls
atas keramahannya kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah memberikan dukungannya dalam
penyelesaian laporan praktek kerja lapangan ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
iv
DAFTAR ISI
v
3.6.5 Hopper ............................................................................................21
3.6.6 Mesin First Press .............................................................................21
3.6.7 Mesin Second Press..........................................................................22
3.7 Minyak Inti Sawit (CPKO)......................................................................22
3.8 Kadar Air ...............................................................................................23
3.9 Moisture Analyzer ..................................................................................24
3.10 Asam Lemak Bebas ..............................................................................25
3.11 Ekstraksi Sokletasi ................................................................................27
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ......................... 29
4.1 Dasar Pemilihan Masalah ........................................................................29
4.2 Hasil ......................................................................................................29
4.2.1 Alat dan Bahan.................................................................................29
4.2.2 Prosedur Percobaan ..........................................................................30
4.2.3 Data ................................................................................................31
4.2.4 Perhitungan......................................................................................32
4.3 Pembahasan ...........................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................35
5.2 Saran .....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................. 38
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Standar Mutu Palm Kernel di PT. Domas Sawit Inti Perdana ..................... 38
Standar Mutu Crude Palm Kernel Oil di PT. Domas Agrointi Prima .......... 38
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam
rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja
terhadap pengembangan program pendidikan. Praktik Kerja Industri pada
dasarnya merupakan suatu penyelenggaraan yang mengintegrasikan secara
tersistem Pendidikan Dunia Usaha/Dunia Industri (Panduan Prakerin,
2010:1). Prakerin merupakan bagian dari program bersama antara kampus
dan Industri yang dilaksanakan di dunia industri. Prakerin dapat diartikan
sebagai suatu saat di mana seseorang bekerja dibawah bimbingan orang yang
sudah berpengalaman dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yamg diperlukan untuk memperoleh lapangan pekerjaan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan (Syahroni, 2020).
2
2. Membandingkan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah
dengan praktek yang dilaksanakan di lapangan atau tempat kerja.
3. Meningkatkan, memperluas keterampilan dan pengetahuan dalam
dunia kerja.
4. Mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah ke
masalah yang sebenarnya serta dapat mengatasi masalah-
masalah yang mungkin timbul didunia kerja yang nyata.
5. Menjadikan mahasiswa lebih dewasa, mandiri, bertanggung
jawab, disiplin dan sopan santun di dunia kerja.
6. Mempererat hubungan baik antara Politeknik Teknologi Kimia
Industri Medan dengan perusahaan tempat dilaksanakannya
Kerja Praktek yang diharapkan dapat berlangsung secara
berkesinambungan.
3
6. Menempah diri untuk berdisiplin kerja, baik itu waktu, tenaga
maupun pikiran.
7. Melatih diri untuk bertanggung jawab dan dapat mengendalika n
diri.
B. Bagi Instansi/Perusahaan
Manfaat bagi perusahaan dalam kerja praktek yang dilaksanakan oleh
para mahasiswa, yaitu antara lain:
1. Menjalin hubungan yang baik antara dunia pendidikan dan dunia
kerja.
2. Dapat memberikan informasi kepada para mahasiswa dalam
menjalani kerja praktek.
3. Ikut serta dalam mensukseskan rencana pemerintah yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
C. Bagi Kampus
Adapun manfaat kerja praktek bagi pihak kampus ialah:
1. Membina dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik
antara pihak kampus dan perusahaan.
2. Mempromosikan Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan
terhadap dunia kerja.
3. Menciptakan mahasiswa yang siap kerja.
4
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek kerja industri yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Ruang lingkup penerimaan & produksi departemen Kernel Crushing
Plant (KCP).
b. Ruang lingkup Laboratorium.
c. Ruang lingkup Environment, Safety and Health (EHS).
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
6
krim) ataupun non pangan (antara lain sabun, deterjen, produk farmasi,
kosmetik, pelumas industri, produk kimia pertanian dan bahan bakar).
PT. Domas Agrointi Prima Divisi Oleokimia menggunakan teknologi
dari JJ. LURGI, Malaysia, perusahaan rekayasa dan kontruksi pabrik kimia
asal malaysia dan sejak berdirinya dibantu oleh konsultan asing.
(Nurhidayanti, 2017).
7
2.3 Struktur Perusahaan
A. Struktur Departemen Kernel Crushing Plant (KCP)
8
B. Struktur Bakrie Renewable Chemicals
9
2.4 Visi dan Misi
Misi :
1. Menyediakan produk – produk yang berkualitas tinggi dan kompetitif
untuk pelanggan.
2. Mencapai dan mempertahankan operasi yang unggul.
3. Membutuhkan organisasi dari sumber daya manusia yang terbaik.
10
BAB III
KAJIAN TEORI
11
produsen utama kelapa sawit (Fauzi, 2008)
Kelapa sawit merupakan tanaman pohon yang dapat mencapai 24
meter. Bunga dan buah bergerombol, banyak cabang, buah kecil saat masak
merah hitam. Daging buahnya padat, daging dan buahnya mengand ung
Minyak yang digunakan sebagai bahan dalam minyak goreng, sabun dan lilin.
Ampasnya digunakan untuk pakan ternak dan cangkangnya digunaka n
sebagai arang. Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah
tropis dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kelapa sawit
menyukai tanah yang baik subur, di tempat terbuka dengan kelembaban
tinggi. Kelembaban yang tinggi itu termasuk curah hujan yang tinggi.
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dikenal.Varietas -
varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebalnya tempurung dan daging
buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan
tempurung, penampung irisan buah kandungan minyak dalam buah kelapa
sawit dapat dibagi atas tiga varietas yaitu :
1. Dura, dengan cangkang yang tebal yaitu antara 2 - 8 mm, daging
buah relatif tipis dan kandungan minyaknya rendah.
2. Pisifera, dengan biji yang kecil dengan dan mempunyai cangkang
yang sangat tipis tetapi daging buahnya tebal sehingga kandunga n
minyaknya tinggi.
3. Tenera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua
induknya, yaitu Dura dan Pisifera, dengan tempurung tipis dan
ketebalan 0,5-4 mm.
Persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak
dalam buah yang dihasilkan lebih banyak.
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan
buahnya menjadi masak 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan
buah kelapa sawit dapat dilihat pada perubahan warna kulitnya dari hijau pada
buah mudah menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu
kandungan minyak pada daging buah telah maksimal, jika terlalu matang,
12
buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya (Tim Penulis, 1997).
Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 g/butir yang duduk pada
bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung padakesempurnaa n
penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buahsawit yang
dipanen dalam bentuk tandan disebut tandan sawit. Hasil utama yang
diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat
padadaging buah dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Bagian inti
sawit menghasilkan minyak inti sawit (Palm kernel oil / PKO) (Anonim,
2013).
Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang berlaina n
sifatnya, yaitu minyak sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) yang berasal dari
sabut/daging kelapa sawit dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil) yang
berasal dari inti buah sawit (Anonim, 2009). CPO mempunyai ciri-ciri fisik
agak kental, berwarna kuning jingga kemerah-merahan, dan CPO yang telah
dimurnikan mengandung asam lemak bebas (ALB) sekitar 5% dan karoten
atau pro-vitaminE (800-900 ppm). Sebaliknya PKO mempunyai ciri-ciri fisik
minyak berwarnaputih kekuning-kuningan dengan kandungan asam lemak
bebas sekitar 5%(Anonim, 2009).
a
Gambar 3. 1 Bagian buah kelapa sawit (a) daging buah kelapa sawit (b) inti
kelapa sawit (c) cangkang kelapa sawit (Pardamean, 2017)
13
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari tanaman kelapa sawit itu
sendiri.Faktor- faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor
lingkungan, faktor genetis dan faktor teknis-argonomis. Dalam menunja ng
pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling berkait
dan mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai produksi kelapa sawit
yang maksimal, yang diharapkan ketiga faktor tersebut harus selalu ada dalam
keadaan optimal. Dari sekitar banyak faktor yang mempengar uhi
pertumbuhan kelapa sawit, dalam bab ini akan dibicarakan faktor lingkunga n
yang meliputi iklim dan tanah.(Renika, 2019)
3.3.1 Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu
banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol). Meskipun demikian kemampua n
produksi kelapa sawit pada masing- masing tanah tidaklah sama. Dua sifat
utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia tanah dan sifat fisik
tanah.(Renika, 2019)
1. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah secara sederhana adalah keasaman tanah dan komposisi
kandungan hara mineral yang ada dalam tanah.Sifat kimia tanah mempunya i
arti cukup penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan
tanah.Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan
pemupukan. Pemupukan dengan dosis yang tepat sangat membantu
pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga akan meningkatk a n
produksinya. Walaupun begitu, tanah yang mengandung unsur hara dalam
jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman
kelapa sawit.Sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan
14
keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada pH tanah antara 4,0 - 6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5 - 5,5.
2. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit dari
pada sifat kimianya.Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan
lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman
kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum
yang dalam tanpa lapisan panas, teksturnya mengandung liat dan debu 25 –
30%.
3.3.2 Iklim
Faktor iklim sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit
terletak antara 15o LU-15o LS. Beberapa unsur iklim yang penting yaitu curah
hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara dan angin, dijelaskan sebagai
berikut :
1. Curah hujan
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2.000-2.500 mm/tahun distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan.Curah hujan yang merata ini dapat
menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit.Air
merupakan pelarut unsur-unsur hara dalam tanah.Sehingga bantuaan
air, unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. Bila tanah dalam
keadaan kering , akar tanaman sulit menyerap ion mineral dari dalam
tanah. Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan akan
menurunkan produksi.
2. Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (dalam
proses asimilasi) juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah.
15
Karenanya, intensitas, kualiatas dan lama penyinaran amat
berpengaruh dalam proses itu. Lama penyinaran optimum yang
diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Kekurangan
atau kelebihan sinar matahari akan mengakibatkan buruk bagi
tanaman kelapa sawit.
3. Suhu
Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh
dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang
optimum.Suhu optimum itu berkisar antara 29-30o C. Beberapa faktor
yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggia n
tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat,
maka akan terjadi kenaikan suhu. Suhu akan berpengaruh terhadap
masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang
ditanam pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut akan
terlambat berbunga 1 tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam
didataran rendah.
4. Kelembapan udara dan angin
Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang sangat penting untuk
menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan udara dapat
mengurangi penguapan, sedangkan angin akan membantu
penyerbukan secara alamiah. Angin yang kering menyebabkan
penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam waktu
lama mengakibatkan tanaman layu.
16
- Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan
(minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain) tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen,
BBM, dan lain-lain).
- Inti sawit yang menghasilkan minyak inti sawit digunakan sebagai
bahan sabun, minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.
- Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar/sumber energi.
- Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap
- Bungkil atau abu sebagai pupuk kalium. (Hadi, 2004).
Komponen Jumlah
Minyak 47 – 52
Air 6–8
Protein 7,5 – 9,0
Extractable non nitrogen 23 – 24
Selulosa 5
Abu 2
Sumber : Hariyadi, 2014
17
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam.
Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Terdapat variasi
komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan nonprotein. Bagian
yang disebut Extractable non protein yang mengandung sukrosa, gula
pereduksi dan pati. Inti kelapa sawit atau kernel palm merupakan buah
tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan
tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kernel merupakan bagian
terpenting kedua setelah mesokarp karena dari inti inilah akan dihasilk a n
PKO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO. Inti ini mengand ung
minyak yang warnanya jernih, dan kualitas minyak inti lebih baik jika
dibandingkan dengan kualitas minyak daging buah (mesocarp). Hanya saja
kandungan minyaknya lebih sedikit dibanding dengan kandungan minyak
daging buah. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti kering sekitar
44 - 53 %. Minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) banyak digunaka n
sebagai bahan baku pada berbagai industri pangan dan non pangan. Minyak
inti sawit sangat baik digunakan dalam industri, misalnya industri pembuatan
minyak margarine. Pada pemakaiannya, lemak yang terkandung di dalam inti
sawit (disebut minyak inti sawit) di ekstraksi dan sisanya atau bungkilnya
yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Bungkil inti sawit
di inginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam
aminonya tidak berubah. Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengala mi
perubahan warna. Minyaknya akan lebih gelap dan sulit dipucatkan. Suhu
tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar
1300 C. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindark a n
terlalu banyak inti yang berubah. (Fauzi, 2008).
18
Gambar 3. 2 Inti Kelapa Sawit (Pardamean, 2017)
19
Gambar 3. 3 Alur Pengolahan Inti Kelapa Sawit (PT. DSIP, 2022)
20
content). Apabila PK untuk sampel atas inspect sesuai dengan kontrak yang
telah disepakati, maka bagian QC melaporkan kepada Supervisor Unloading
bahwasanya truck siap untuk dibongkar.
3.6.3 Unloading
Untuk truck muatan PK yang telah dianalisa sampel nya dan inspec
maka akan dilakukan pembongkaran. Jika inti sawit yang akan dibongkar
secara visual terlihat buruk maka akan di lakukan pengambilan sampel curah.
Untuk pengambilan sampel curah ada tiga bagian yaitu: bawah, tengah dan
atas, kemudian sampel diantar ke laboratorium QC untuk dianalisa dengan
perlakuan yang sama pada pengambilan sampel atas.
PK yang telah di bongkar akan jatuh ke conveyor dan dibawa menuju
elevator, melalui elevator tersebut PK diangkat menuju conveyor menuju silo
untuk disimpan sementara waktu.
3.6.4 Silo
Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan PK sementara. Maksimal
penyimpanan inti sawit disilo sebesar 500 MT. Setiap silo dilengkapi dengan
blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo.
Selain itu, blower juga berfungsi menjaga suhu di dalam silo agar stabil.
3.6.5 Hopper
Hopper merupakan tempat penampungan PK (Palm Kernel)
sementara sebelum diproses kedalam mesin pengepressan. Maksimal PK
yang dapat di tampung dalam satu lane hopper sebesar 250 Ton.
3.6.6 Mesin First Press
Kernel yang berada dalam hopper kemudian masuk kedalam mesin
first press untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang keluar dari
mesin first press akan dibawa oleh conveyor menuju Bak Oil Pit kemudia n
selanjutnya akan dipompa ke filter press untuk disaring. Setelah itu akan
dialirkan ke Buffer Tank, lalu ditransfer ke Daily Tank. Sedangkan ampas
dari mesin dibawa conveyor menuju hopper untuk masuk dalam tahap
pengepresan kedua yaitu second press
21
3.6.7 Mesin Second Press
Ampas yang berada didalam hopper kemudian masuk kedalam mesin
second press agar mendapatkan minyak yang masih terkandung didalamnya.
Minyak yang keluar dari mesin second press akan dibawa oleh conveyor
menuju Bak Oil Pit kemudian akan menuju ke Filter Press. Setelah itu akan
dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank. Sedangkan Ampas yang keluar
dari mesin second press akan dibawa oleh conveyor dan elevator menuju
gudang penyimpanan PKE. Ampas yang sudah berada digudang sudah
melewati proses penambahan air, hal ini disebut dengan AAW (After Adding
Water), Maksimal kadar air PKE yaitu 12%. Ampas yang ada digudang akan
dilakukan pemblendingan dan penyusunan sesuai dengan tanggal dan hari
produksinya.
Produksi tanggal 1-7 disusun di warehouse 1
Produksi tanggal 8-14 disusun di warehouse 2
Produksi tanggal 15-21 disusun di warehouse 3
Produksi tanggal 22-31 disusun di warehouse 4
22
Salah satu mutu minyak inti sawit tergantung pada kadar air dan kadar
asam lemak bebas. Jumlah kandungan air pada minyak dapat bertambah
disebabkan karena pengolahan minyak sawit itu sendiri serta saat
penyimpanan. Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisis minyak sawit yang dipacu oleh enzim lipase sehingga akan
terbentuk asam lemak dan gliserin. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya
faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi
ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim
Penulis, 1997).
Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu
dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi
proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama
proses penyimpanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi
penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dan kadar air inti
(Naibaho, 1998).
23
penimbunan. Adanya air di dalam minyak dapat mempengaruhi menurunnya
mutu minyak. (Aventi, 2016)
24
3.10 Asam Lemak Bebas
Asam-asam yang ditemukan didalam minyak dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap atau hanya
memiliki ikatan tunggal pada rantai karbonnya. Sedangkan asam lemak tidak
jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada rantai
karbonnya. Asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan dalam bahan
pangan adalah asam palmitat yaitu 15% – 50% dari seluruh bentuk-bentuk
lemak yang ada. Asam stearate ada dalam konsentrasi tinggi pada lemak
bijibijian tanaman tropis dan dalam lemak cadangan beberapa hewan darat,
yaitu 25% dari asam-asam lemak yang ada. Asam-asam dengan atom C lebih
dari duabelas tidak terlarut dalam air dingin maupun air panas. Asam lemak
dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam lemak C12 dan C14
sedikit menguap. Adapun komposisi minyak inti sawit adalah sebagai
berikut:
Jenis Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Kaproat (C6) 0,3
Asam Kaprilat (C8) 4,4
Asam Kaprat (C10) 3,7
Asam Laurat (C12) 48,3
Asam Miristat (C14) 15,6
Asam Palmitat (C16) 7,8
Asam Stearat (C18) 2,0
Asam Oleat (C18-1) 15,1
Asan Linoleat (C18-2) 2,7
Lain – Lain 0,1
Tabel 3. 2 Kandungan Asam Lemak Pada Minyak Inti Sawit (Ooi dan
Kifli, 2004)
25
Kadar asam lemak bebas sangat ditentukan oleh mutu panen yang
masuk ke pabrik. Oleh karena itu, asam lemak bebas merupakan mutu
produksi minyak kelapa sawit. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi
dalam minyak sawit dapat mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan
kadar asam lemak bebas dimulai pada saat diolah di pabrik. Hal ini
disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi minyak sawit
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.
Reaksi hidrolisis trigliserida dengan enzim lipase dapat dilihat pada
Gambar berikut.
26
3.11 Ekstraksi Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ula ng
dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang
diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat
disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat
tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat
secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang
digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat
mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut
sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali
dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu
pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda
maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilas i
uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang
akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan
pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang
terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
27
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat
lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu
zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
Contoh: Heksan, eter, petrolium eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
28
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
4.2 Hasil
4.2.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Moisture Analyzer
Kuas
Blender
Labu Ekstraksi
Alat Soklet
Oven
Desikator
Neraca analitis
Pipet tetes
Spatula
29
B. Bahan
NaOH 0,1005 N
N – Hexana
Isoporpyl Alcohol (IPA)
Inti sawit
Minyak inti sawit
Indikator PP 1%
30
7. Lanjutkan pengeringan normal heksan didalam oven pada
temperatur 130 – 133o C selama 1 jam
8. Kemudian dinginkan didalam desikator selama 30 menit
9. Lalu timbang berat labu ekstraksi dan minyak, kemudian kurangkan
(berat labu ekstraksi dan minyak – berat labu kosong) maka akan
didapat berat sampelnya.
10. Setelah itu tambahkan Isopropyl Alcohol (IPA) kedalam sampel
sebanyak 50 ml dan panaskan sebentar
11. Tambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
12. Titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 sampai berubah menjadi
warna merah muda.
4.2.3 Data
Tabel 4. 1 Data Hasil Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas pada Inti Sawit
31
Keterangan :
A : Inti Sawit Baru
B : Inti Sawit Setelah Penyimpanan 15 Hari
C : Inti Sawit Setelah Penyimpanan 30 Hari
4.2.4 Perhitungan
% FFA = 1,90 %
% FFA = 2,37 %
32
% FFA = 2,85 %
Keterangan :
N. NaOH = Normalitas NaOH
V. NaOH = Volume NaOH yang terpakai
W = Berat Sampel Minyak Inti Kelapa Sawit
BM = Berat Molekul Asam Laurat
4.3 Pembahasan
Pada penelitian ini menggunakan sampel penerimaan inti kelapa
sawit pada tanggal 23 Juni 2022. Kemudian sampel disimpan kedalam plastik
dan dimasukkan kedalam wadah berupa ember dan ditutup dengan rapat
kemudian disimpan dengan variasi waktu tertentu yaitu selama 15 hari dan
30 hari. Data hasil percobaan yang diperoleh kadar air dari inti sawit masih
memenuhi standar mutu yang telah ditentukan pabrik yaitu sebesar 8 %.
Tingginya kadar air pada inti sawit disebabkan pada proses pengeringan inti
sawit yang tidak baik, dimana jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya
pada penyimpanan akan menjadi lembab maka akan mengakibatk a n
meningkatnya kadar air selama penyimpanan. Hal ini dapat terlihat pada inti
sawit yang lama disimpan semakin meningkat kadar airnya, yaitu pada inti
sawit yang baru sebesar 6,90 %, sedangkan kadar air yang disimpan selama
15 hari sebesar 7,32 % dan kadar air pada inti sawit yang disimpan selama 30
hari sebesar 7,86 %.
Dan juga data dari hasil percobaan penentuan kadar asam lemak bebas
dari inti sawit juga masih memenuhi standar mutu pabrik yaitu 5% faktor
yang mempengaruhi dalam peningkatan kadar asam lemak bebas selama
penyimpanan disebabkan karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak,
dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor – faktor seperti panas, air,
keasaman, katalisator (enzim) dan proses pengeringan yang tidak baik serta
33
kadar air dalam inti sawit kering. Adapun faktor lain yaitu kadar inti pecah
dan inti berjamur. Hal ini dapat terlihat jelas pada inti sawit yang semakin
lama disimpan semakin meningkat asam lemak bebasnya, yaitu asam lemak
bebas pada inti sawit yang baru diproduksi sebesar 1,90 % sedangkan asam
lemak bebas ada inti sawit yang disimpan selama 15 hari sebesar 2,37% dan
kadar asam lemak bebas pada inti sawit yang disimpan selama 30 hari sebesar
2,85%
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan di laboratorium, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar air dari inti sawit yang masih baru dibongkar sebesar 6,90 %,
sedangkan kadar air dari inti sawit yang disimpan selama 15 hari
sebesar 7,32 %, dan kadar air dari inti sawit yang disimpan selama 30
hari sebesar 7,86%. Dimana dari data yang telah diperoleh tersebut,
hasil kadar air dari inti sawit yang baru dibongkar, yang disimpan 15
hari penyimpanan, dan 30 hari penyimpanan masih memenuhi standar
mutu pabrik PT. Domas Sawit Inti Perdana yaitu sebesar 8%.
2. Kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang masih baru dibongkar
sebesar 1,90 %, sedangkan kadar asam lemak bebas dari inti sawit
yang disimpan selama 15 hari sebesar 2,37%, dan kadar asam lemak
bebas dari inti sawit yang disimpan selama 30 hari sebesar 2,85%.
Dimana dari data yang telah diperoleh tersebut, hasil kadar asam
lemak dari inti sawit yang baru dibongkar, 15 hari penyimpanan, dan
30 hari penyimpanan masih memenuhi standar mutu pabrik PT.
Domas Sawit Inti Perdana yaitu sebesar 5%
5.2 Saran
Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas yang dapat
menurunkan mutu minyak inti sawit, sebaiknya kernel jangan terlalu lama
disimpan, hal ini dilakukan untuk mempertahankan mutu kernel sehingga
kernel tetap bermutu baik sampai ke konsumen
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Praktek Kerja Industri Di SMK N 1 Lembah Gumanti. Jurnal Bahana
Manajemen Pendidikan.
Tim Penulis, P.S. 1997. Kelapa Sawit. Cetakan Kedelapan. Jakarta : Penerbit
Swadaya.
Tim Prokja Prakerin. 2010. Buku Panduan dan Jurnal Prakerin SMK 1
Lembah gumanti Tahun Pelajaran 2009/2010. Solok: Sekolah
Menengah Kejuruan.
37
LAMPIRAN
Standar Mutu Crude Palm Kernel Oil di PT. Domas Agrointi Prima
38