You are on page 1of 21

Konsumerisme merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang

menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau
tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu
dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat
konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam
kehidupannya.

Seiring perkembangan kehidupan setiap manusia pastilah mengalami perubahan-perubahan dan


perubahan sudah terjadi sejak jaman dahulu kala. Sampai-sampai banyaknya perubahan yang
ada, manusia juga kadang kala juga kerepotan menghadapinya.

Perubahan dengan maksudnya yaitu proses perubahan masyarakat berserta dengan kebudayaan
dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern atau istilahnya disebut modernisasi. Namun,
globalisasi pun juga salah satu faktor mempengaruhi juga, karena penyeragaman budaya bagi
seluruh masyarakat dunia.

Globalisasi muncul karena adanya arus informasi dan komunikasi secara online. Sehingga dapat
menjangkau semua masyarakat. Akibatnya, manusia yang ada di dunia ini seolah-olah saling
berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan budaya yang sama. Akan menimbulkan,
ketidaksiapan manusia dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar
dan adanya problem sosial.

Dengan begitu, akan menimbulkan salah satu yaitu konsumerisme. Sedikit asal usul
konsumerisme, konsumerisme dilatar belakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung
oleh Karl Marx yang kemudian disusul liberialisme. Sehingga konsumerisme merupakan jantung
dari kapitalisme.

Kapitalisme global mulai berkembang pesat, segera setelah ‘Perang Dingin’ yang berakhir tahun
1980-an. Hal-hal tersebut merupakan pemicu utama berkembangnya kapitalisme global atau
globalisasi ekonomi yang diawali dengan pertemuan GATT di Maroko.

Konsumerisme yaitu paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang
menjalankan suatu proses konsumsi barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak
sepantasnya dan dilakukan secara sadar dan berkelanjutan.

Bagi masyarakat yang belum siap atau kaget dengan adanya perubahan-perubahan maka akan
timbul goncangan dalam kehidupan sosial dan budaya. Akibatnya, individu menjadi tertinggal
atau bisa frustasi. Selain itu, kondisi dapat menimbulkan suatu keadaan dan menjadi tidak serasi
dalam kehidupan masyarakat.

Lalu, pertanyaannya konsumerisme budaya atau gejala? Konsumerisme merupakan budaya,


karena manusia pada dasarnya konsumtif. Konsumtif yaitu bersifat konsumsi (hanya memakai,
tidak menghasilkan sendiri). Tanpa sadar konsumtif akan menjadikan sebagai penyakit jiwa
dalam kehidupannya.
Lebih memudahkan akan diberikan contoh, yaitu adanya besar-besaran diskon dan promo mulai
dari produk makanan atau minuman, otomotif, telekomunikasi, dan lain-lain.

Segala macam yang ditawarkan yang diberikan sangat menggiurkan tentunya, mengakibatkan
manusia menjadi pecandu dari suatu produk, akibatnya ia akan ketergantungan dan tidak dapat
atau sudah dihilangkan. Selain itu, ada juga setiap tindakan pembelian yang dilakukan oleh
manusia suatu produk sebenarnya tidak butuh, melainkan hanya memberikan kepuasan bagi
dirinya.

Mengapa sampai saat ini budaya konsumerisme masih ada? karena materialistis, mementingkan
konsumsi barang, mengglobalnya supermarket, minimarket, mall, dan lain-lain, serta
berperannya media massa seperti surat kabar, tv (televisi), majalah yang dapat dan mampu
menciptakan serta menyebarkan dengan kesan tanpa henti.

Apalagi juga didukung dengan iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan oran
tidak berpikir secara rasional terhadap kebuthan tetapi hanya berdasarkan penerimaan
pengkodean yang telah terframe dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada
dalam masyarakat.

Selain itu juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi. Pertama, konsumen
individu biasanya melakukan pemilihan merk atau brand yang dipengaruhi meliputi kebutuhan
konsumen, peresepsi atas karakteristik merk, sikap ke ara pilihan, demografi konsumen, dan
gaya hidup dan karateristik personalia (berhubungan orang atau nama orang).

Kedua, pengaruh lingkungan yang meliputi budaya (kemasyarakatan, norma, kesukuan), kelas
sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (anggota
keluarga, teman), dan faktor penentu yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti
keluar yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).

Ketiga, pengaruh iklan yang meliputi mempengaruhi konsumen, harga yang menonjol, distribusi
yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan, dan barang yang menarik.

Dampak konsumerisme juga dirasakan betul oleh individu, dampak tersebut terbagi menjadi dua
yaitu positif dan negatif. Dampak positif, yaitu kebutuhan pribadi terpenuhi, dapat meningkatkan
pendapatan nasional dan dapat meningkatkan orang untuk giat berusaha .

Sedangkan dampak negatif yaitu bersikap individual, bersikap pamer sehingga menimbulkan
perilaku sombong, hidup boros, orang tersebut akan mencari kesenangan dan kepuasan hidup
serta menimbulkan rasa tidak puas karena selalu ingi memiliki sesuatu yang baru.

Maka dari itu, gejala perubahan sosial dalam hal ini globalisasi budaya masyarakat cenderung ke
arah yang negatif, salah satunya timbulnya konsumerisme. Sebenarnya budaya konsumerisme
menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat hanya sebagai obyek saja.
Sebagai generasi penerus bangsa seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari dan
menentang budaya tersebut karena dampak negatif dan merugikan bagi setiap individu, serta
jangan sampai kita sebagai pendukung dan mengembangkan budaya hal tersebut.

Apalagi juga didukung dengan iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan oran
tidak berpikir secara rasional terhadap kebuthan tetapi hanya berdasarkan penerimaan
pengkodean yang telah terframe dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada
dalam masyarakat.

Selain itu juga adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi. Pertama, konsumen
individu biasanya melakukan pemilihan merk atau brand yang dipengaruhi meliputi kebutuhan
konsumen, peresepsi atas karakteristik merk, sikap ke ara pilihan, demografi konsumen, dan
gaya hidup dan karateristik personalia (berhubungan orang atau nama orang).

Kedua, pengaruh lingkungan yang meliputi budaya (kemasyarakatan, norma, kesukuan), kelas
sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (anggota
keluarga, teman), dan faktor penentu yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti
keluar yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).

Ketiga, pengaruh iklan yang meliputi mempengaruhi konsumen, harga yang menonjol, distribusi
yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan, dan barang yang menarik.

Dampak konsumerisme juga dirasakan betul oleh individu, dampak tersebut terbagi menjadi dua
yaitu positif dan negatif. Dampak positif, yaitu kebutuhan pribadi terpenuhi, dapat meningkatkan
pendapatan nasional dan dapat meningkatkan orang untuk giat berusaha .

Sedangkan dampak negatif yaitu bersikap individual, bersikap pamer sehingga menimbulkan
perilaku sombong, hidup boros, orang tersebut akan mencari kesenangan dan kepuasan hidup
serta menimbulkan rasa tidak puas karena selalu ingi memiliki sesuatu yang baru.

Maka dari itu, gejala perubahan sosial dalam hal ini globalisasi budaya masyarakat cenderung ke
arah yang negatif, salah satunya timbulnya konsumerisme. Sebenarnya budaya konsumerisme
menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat hanya sebagai obyek saja.

Sebagai generasi penerus bangsa seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari dan
menentang budaya tersebut karena dampak negatif dan merugikan bagi setiap individu, serta
jangan sampai kita sebagai pendukung dan mengembangkan budaya hal tersebut.

Konsumerisme
Konsumerisme muncul seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap
perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap penanggulangan yang cepat dari hal-hal yang
baru. Seperti produk baru, pengalaman baru dan citra baru.

Pengertian Konsumerisme
Pengertian konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-barang
(mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Dapat dikatakan pula
konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya tidak hemat.

Pengertian Konsumerisme Menurut Para Ahli

Adapun pengertian konsumerisme menurut pandangan para ahli adalah antara lain sebagai
berikut:

Collin Campbell

Konsumerisme adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak
orang dan bahkan menjadi tujuan hidup. Ketika semua itu terjadi segala kegiatan hanya berfokus
pada pemenuhan konsumsi saja.

Robert G. Dunn

Konsumerisme merupakan sebuah ideology yang menarik masyarakat dalam sistem produksi
massal dan merubah pola pandang terhadap konsumsi.

Zygmut Baumant

Konsumerisme adalah situasi dimana orang membeli barang berbagai barang semata-mata utuk
kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu. Menurutnya, hasrat adalah
keinginan untuk mengonsumsi.

Merriam-Webster

Konsumerisme memiliki dua definisi, yang pertama adalah paham yang mempercayai bahwa
menghabiskan banyak uang untuk barang dan jasa adalah sesuatu yang baik dan yang kedua
adalah aksi untuk perwujudan dari paham pertama.

Sasateli

Konsumerisme merupakan dampak dari adanya produk kapitalisme.

Baudrillard

Konsumerisme hadir berakar pada ide tenteang kebahagiaan dan hal inilah yang menjadi acuan
dasar tentang masyarakat konsumsi.

Dari pengertian konsumerisme oleh beberapa para ahli di atas, maka bisa disimpulkan bahwa
pengertian konsumerisme ialah ideologi atau paham yang merubah individu, kelompok, atau
komunitas menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan yang hanya melihat melalui nilai simbol bukan nilai gunanya.

Tujuan Konsumerisme
Tujuan dari konsumerisme adalah untuk mencapai kepuasan diri dengan mengonsumsi atau
membeli barang-barang (mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang yang dikonsumsi tersebut.
Selain daripada itu, konsumerisme juga menjadi tolak ukur keberadaan individu dalam kelas
sosial masyarakat.

Objek Konsumerisme

Objek dari konsumerisme adalah sebagai berikut:

1. Pola konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.


2. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.
3. Pergerakan taktis pasar dalam menjaring konsumen.

Ciri-ciri Fenomena Konsumerisme:

Karakteristik dalam konsumtif ini, antara lain sebagai berikut;

Pembeli ingin tampak berbeda dari yang lain

Hakekatnya sifat konsumtif ini ada lantaran masyarakat pada umumnya berkeinginan memiliki
barang yang tidak dimuli oleh orang lain atau contoh kelompok sosial lain. Alhasil, sikap
pembeli akan mencari barang-barang mewah terbaru yang kerapkali dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah limited edition yang dikenal sebagai barang berkwalitas baik serta mahal.

Kebanggaan penampilan

Kebanggaan yang muncul pada diri seserang sangatlah lekat dengan kepuasaan yang dimiliki
oleh dirinya. Perasaan akan kondisi seperti inilah menyebabkan seseorang memilih limited
edition sebagai fenomena sosial yang sangat mudah ditemukan.

Sekedar ikut-ikutan (pengikut)

Sifat yang dimiliki oleh seseorang dalam kepuasaan dirinya sendiri bisa terjadi lantaran ada
perasaan untuk ikutserta pada gaya penampilan orang lain. Kondisi inilah kemudian menjadikan
teman, saudara, ataupubahkan kakak dan beradik dalam satu keluarga turut serta dalam gaya
ikut-ikutan akibat proses mengajak satu sama lainnya.

Menarik perhatian orang lain

Kecenderungan yang pasti dimiliki oleh seseorang dalam prilaku konsumtif ialah ingin terlihat
menarik dihadapan orang lain. Menarik disini bukan lebih condong pada gaya hidup bukan pada
prilakunya. Misalnya saja untuk potngan rambut, baju, celana, dan lain sebagainya. Sehingga ada
sebuah perumpamaan bahwa kebutuhab primer jauh lebih kecil daripada skunder.

Dampak Konsumerisme
Dampak dari adanya konsumerisme yang melakat dalam kehidupan masyarakat secara garis
besarnya tebagi menjadi 2 bentuk. Dengan yang pertamkalinya ialah dampak positif dan dampak
negative yang akan terjadi pada kehidupan. Penjelasan akan pembagian tersebut adalah sebagai
berikut:

Dampak Positif

Meskipun akibat prilaku konsumtif dalam kehidupan masyarakat lebih besar dampak negatif,
akan tetapi beberapa kondisi bisa mengakibatkan pada dampak positif. Antara lain ialah sebagai
berikut;

Membuka Lapangan Kerja

Lapangan pekerjaan pada zaman seperti ini sangatlah susah ditemukan di Indonesia, yang
termasuk dalam karakteristik negara berkembang. Percaya ataupun tidak sikap konsumtif dalam
masyarakat akan menjadi inspirasi dalam membuka dan menambah lapangan pekerjaan.
Selengkapnya, baca; 20 Jenis Tenaga Kerja dan Contohnya Menurut Ahli

Alasan hal tersebut diungkapkan lantarana dengan melakukan produksi barang dalam jumlah
besar akan mengurangi jenis pengangguran. Misalnya saja beberapa ide inovatif dalam hal ini
ialah adanya sikap bermalas-masalan yang banyak dijumpai menjadi salah satu inspirasi
terciptanya produk “Kursi Malas” yang menjadi unggulan produksi salah satu alumni dari
mahasiswa UII.

Mengurangai Dampak Pengangguran

Koredor dalam terciptanya konsumtif dalam kehidupan masyarakat secara sekilas bisa menjadi
pengurangan dalam dampak pengangguran. Hal ini disebabkan lantaran banyak produk yang
tercipa dalam proses ini, meskipun haruslah diakui bahwa konsekuensinya sangat kecil.

Meningkatkan Motivasi

Proses dalam meningkatkan motivasi konsumen dalam masyarakat konsumtif ialah untuk
menambah jumlah penghasilan yang dimilkinya, dengan demikian secara kasap mata keinginan
untuk membeli barang-barang yang diperlukan meskipun ketegori tersier akan mudah
didapatkan.

Menciptakan Pasar Produsen

Masyarakat yang ada pada era konsumtif secara langsung dalam menjadi salah satu solusi dalam
bertambahnya jumlah barang yang akan menjadi prioritas dikonsumsi masyarakat, dengan
contoh fakta sosial seperti inilah produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.

Dampak Negatif
Dalam beberapa literatur yang telah dituliskan, dapat disebutkan bahwa masyarakat konsumtif
akan lebih menuai dampak negatif yang jauh lebih besar. Misalnya saja akibat tersebut adalah
sebagai berikut;

Konsumerisme menjadi budaya dalam masyarakat

Kebudayaan seperti konsumtif ini lambat laun akan menjadi pengaruh dalam kehidupan,
misalnya saja budaya untuk gengsi jauh lebih besar daripada mencari solusi atas permasalahan
yang terjadi. Padahal akibat dari gengsi atau gaya terlalu tinggi akan mengakibatkan kehidupan
tidak akan terlepas dari unsur pandangan kepada orang lain.

Uang tidak lagi memiliki arti

Akibat lainnya dalam konsumtif ini ialah nilai uang tidak memiliki makna sekalipun, lantaran
yang hadir dalam fikirannya sebatas bagimana menghabiskan uangnya tanpa lagi memberikan
jaminan untuk esok (masa tua) yang lebih baik.

Menimbulkan keresahan

Sikap masyarakat yang konsumtif akan berakibat pada keresaan antara kehidupan dalam bentuk
kelompok sosial. Kondisi seperti ini akan terjadi lantaran banyak beraganggapan bahwa
kebahagiaan tidak akan ada dalam pengertian masyarakat.

Ketimpangan sosial

Ketimpangan sosial biasasanya terjadi dalam kehidupan masyarakat lantaran memiliki jiwa
konsumtif, kondisi seperti ini bisa saja menjadi salah satu unsur yang menakutkan lantaran dalam
menjadi dorongan tingginya angkar kriminalias demi memunuhi kebutuhan hidupnya.

Mengurangi kesempatan untuk menabung

Jiwa konsumtif dalam masyarakat niscaya akan lebih banyak membelanjakan uangnya
dibandingkan dengan sikap untuk hemat, misalnya saja menyisihkan untuk ditabung, dibuatkan
usaha, ataupun dibuat sebagai salah satu sulusi investasi.

Tidak memikirkan masa depan

Jiwa-jiwa konsumtif dalam kehidupan masyarakat akan cenderung berupa auntuk tidak
memikirkan kebutuhan hidup yang akan datang, hal ini disebabkan lantaran orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang atau jasa pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di
masa tuanya.

Contoh Kasus Konsumerisme

Beragam contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat yang mudah untuk ditemukan
dalam berbagai bidangnya. Misalnya saja prilaku konsumtif ini antara lain sebagai berikut;
Sekolah

Dalam pengertian lembaga pendidikan seperti sekolah mudah menemukan prilaku yang
tergolong dalam konsumtif, misalnya dalam hal ini seperti penggunaan ponsel Iphone yang
dilihat sebagai penentu tingkatan dalam kelas sosial para pelajar. Hal ini lantaran pengguna
ponsel Iphone akan dilihat sebagai orang yang berada dalam kelas borjuis atau orang yang kaya.

Masyarakat

Contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat untuk hal ini misalnya saja
“Konsumerisme ruang”, yang terjadi lantaran hancurnya suatu lingkungan karena pemakaian
yang berlebihan oleh masyarakat. Karena masyarakat terobsesi untuk mempunyai kendaraan
lebih dari satu, jalan-jalan akan semrawut.

Agama

Dalam prilaku konsumtif juga banyak ditemukan dalam kajian keagamaan, misalnya untuk hal
ini terjadi pada perayaan Idul Fitri, masyarakat yang beragama menggandakan pengeluarannya,
antara lain untuk membeli barang-barang yang akan dipakai pada saat silaturahmi nanti. Ini
menjadi sebuah kebiasaan setiap tahunnya.

Sehari-Hari

Dalam kehidupan sehari-hari prilaku konsumtif ini juga kerapkali terjadi dalam kehidupan
masyarakat, kondisi ini misalnya saja dengan Membeli barang-barang merek terkenal dari luar
negri yang dilakukan sebagai salah sebuah hobim yang sejatinya kondisi inilah akan
mengakibatkan ruskanya keteraturan sosial dalam masyarakat.

Demikinalah penjelasan mengenai pengertian konsumerisme, ciri, dampak, dan contohnya.


Semoga dengan penjelasan ini bisa memberikan referensi dan memberikan pemahaman bagi
setiap pembaca yang sedang mencari “Materi Konsumerisme”. Terimakasih.

Bahaya Perilaku Konsumerisme, Materialisme, Hedonisme Pada


Kehidupan Seseorang






Apakah Anda mengetahui apa bahaya perilaku konsumerisme, materialisme,
serta hedonism pada kehidupan seseorang?

Mari, simak bahayanya berikut!

Rubrik Finansialku

Perilaku Konsumerisme, Materialisme, dan Hedonisme


Konsumerisme itu sendiri berasal dari kata consumere atau consumo, sumpsi,
sumptum (dalam bahasa latin) yang memiliki arti menghabiskan, memakai sampai
habis, memboroskan, menghambur-hamburkan, dan menggerogoti sampai habis.

Kata-kata tersebut menurunkan kata konsumen (pemakai atau orang yang


menghabiskan), konsumsi (sesuatu yang dimakan habis), dan konsumerisme
(pikiran atau mentalitas mau menghabiskan atau memboroskan).

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan masyarakat memang dipenuhi dengan


interaksi antara produsen (pembuat) dan konsumen (pemakai).

Ketika hubungan antara produsen dan konsumen seimbang maka kehidupan akan
berjalan dengan aman serta harmonis. Namun, ketika konsumen menjadi terlalu
boros atau konsumsi berlebihan maka keseimbangan dapat terganggu.

Konsumerisme merupakan mentalitas serta gaya hidup yang boros. Dalam


kehidupan konsumerisme maka orang akan menghabiskan barang dan jasa yang
tersedia secara berlebihan (menghambur-hamburkan).
Oleh karena itu, maka alam dan manusia dapat terganggu bahkan bisa sampai
rusak dan hancur.

Konsumerisme juga dapat berarti suatu paham atau gaya hidup yang menganggap
bahwa barang-barang mewah dijadikan ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan
bahkan ukuran kesuksesan dalam hidup.

Jadi, dalam kata lain konsumerisme juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang
tidak hemat atau boros.

[Baca Juga: Terbebas Dari Konsumerisme, Ini Cara Ampuh Mengatasi


Shopaholic!!]

Sedangkan materialisme berasal dari kata materia (dalam bahasa latin) yang
memiliki arti bahan, benda, ataupun barang.

Jadi, materialisme merupakan pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu


itu hanyalah benda atau barang, tidak lebih dan tidak kurang.

Ekstrimnya orang yang menganut paham materialisme ini tidak mengakui adanya
roh dan jiwa. Jadi, orang-orang yang menganut paham materialisme
memperlakukan segala sesuatu bahkan termasuk manusia sebagai barang atau
benda.

Lebih buruknya lagi, orang-orang tersebut memuja barang dan benda sebagai
tujuan hidup mereka. Oleh karena itu, mereka sering menjadikan manusia sebagai
korban hanya demi mendapatkan harta benda.

Hedonisme berasal dari kata hedone (dalam bahasa Yunani) yang memiliki arti
kenikmatan atau kesenangan (pleasure jika dalam bahasa Inggris). Jadi, hedonisme
adalah ajaran yang menganggap kenikmatan sebagai tujuan hidup.

Penganut hedonisme (kaum hedonis) merupakan orang-orang yang hidup hanya


untuk mengejar kenikmatan saja. Mereka memuja-muja kenikmatan dan mereka
hidup hanya untuk mencari kenikmatan saja.

Oleh karena itu, konsekuensinya mereka menghindari hal-hal yang tidak


menyenangkan. Mereka juga mudah mengeluh ketika menghadapi berbagai
kesulitan hidup.

[Baca Juga: Inilah 5 Cara Sederhana Berhemat agar Hidup Sejahtera]


Sering kali, ketiganya (konsumerisme, materialisme, dan hedonisme) berjalan
seiringan.

Orang-orang yang menganggap bahwa hidup ini hanya untuk kenikmatan saja
(hedonis) maka akan mencari-cari barang-barang yang dapat memuaskan dirinya
(materialis) yang akhirnya mengakibatkan perilaku konsumeristis atau
pemborosan.

Perilaku konsumerisme, materialisme, dan hedonisme ini bahkan sudah menjangkit


di seluruh lapisan masyarakat termasuk pelajar, siswa, ataupun mahasiswa.

Secara sederhananya dapat Anda lihat dari sisi penggunaan gadget, kendaraan,
fashion, pergaulan, dan lain sebagainya.

Perubahan yang cukup drastis ini dapat terjadi karena dampak dari perubahan
lingkungan sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi komunikasi
telah meningkat dengan luar biasa.

Oleh karena itu, pola pikir (mindset) masyarakat termasuk pelajar, siswa, dan
mahasiswa menjadi berubah.

5 Penyebab Perilaku Konsumerisme, Materialisme,


Hedonisme
Sebelum mengarah pada bahaya dari konsumerisme, materialisme, dan hedonisme.
Mari ketahui dulu penyebab perilaku konsumerisme, materialisme, dan hedonisme
berikut.

#1 Ketularan Budaya Konsumerisme, Materialisme, dan Hedonisme dari


Barat

Sekarang penularan serta infiltrasi budaya berlangsung dengan sangat pesat


melalui berbagai media seperti TV, iklan, internet, media sosial, koran, majalah,
film, dan sebagainya.

Anda bisa tonton video tips menghindari perilaku konsumtif melalui channel
Youtube Finansialku berikut ini:
#2 Para Pemimpin Formal Memberikan Contoh Hidup yang Konsumerisme,
Materialisme, dan Hedonisme

Salah satu contohnya adalah ketika para pemimpin formal seperti Presiden, Wakil
Presiden, para menteri dan pemimpin formal lainnya yang menggunakan mobil
dari produk asing, sehingga akhirnya ditiru oleh masyarakat.

#3 Pengukuran Kesuksesan atau Keberhasilan Hidup yang Dinilai dari


Materi

Yang menjadi penyebab timbulnya perilaku konsumerisme, materialisme, serta


hedonisme juga dikarenakan kesuksesan atau keberhasilan orang diukur dengan
harta benda dan kehidupan yang mewah.

Misalnya dengan kendaraan yang bagus, gadget mahal, fashion, dan sebagainya.

#4 Ingin Menunjukkan Status Sosial


Untuk menunjukkan status sosialnya seringkali ditunjukkan dengan hal-hal yang
bersifat materi seperti smartphone mahal, mobil keren, dan sebagainya.

#5 Perubahan Gaya Hidup ke Digital

Kini zaman sudah berubah. Terdapat perubahan gaya hidup dari yang tadinya
konvensional menjadi digital yang ditandai dengan berbagai perubahan
penampilan.

[Baca Juga: Hedonic Treadmill, Apa Itu? Kenali Ciri-ciri dan


Penanganannya!]

5 Bahaya Perilaku Konsumerisme, Materialisme, dan


Hedonisme
Kali ini rubrik Finansialku akan membahas berbagai bahaya dari perilaku
konsumerisme, materialisme, dan hedonisme. Berikut 5 bahaya perilaku
konsumerisme, materialisme, dan hedonisme.
#1 Mau Hidup Senang dengan Cepat Sehingga Memilih untuk Menjadi Kuli
(Buruh atau Pekerja) dan Konsumen Produk Industri Asing

Bahaya yang pertama dari perilaku konsumerisme, materialisme, dan hedonisme


adalah menjadikan orang Indonesia menjadi pekerja dan konsumen produk industri
asing hanya karena mau hidup senang dengan cepat.

Tentunya hal ini sangat disayangkan untuk negara kita tercinta, Indonesia. Menurut
Mohammad Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama mengatakan
bahwa:

“Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa produsen dan bukan konsumen.”

#2 Menjadi Bangsa yang Lemah

Jika orang Indonesia berperilaku konsumerisme, materialisme, dan hedonisme,


maka mereka sudah kehilangan “spirit juang” untuk merubah, memperbaiki, serta
memajukan negeri ini.

Hal itu dikarenakan orang-orang tersebut sudah berorientasi dan terkontaminasi


oleh konsumerisme, materialisme, dan hedonisme.

#3 Menjadi Pusat Penjualan Produk Asing

Sekarang ini hampir semua barang yang diperlukan merupakan barang impor.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 260 juta jiwa sudah menjadi
pasar yang memiliki potensial bagi negara-negara yang sudah maju.

Kini para pemimpin, ilmuan, serta seluruh rakyat Indonesia dibuat menjadi
konsumerisme terhadap produk dari industri asing.

#4 Menjadi Bangsa yang Terjajah Secara Ekonomi

Para pemimpin serta rakyat Indonesia yang sudah berperilaku konsumerisme,


materialisme, dan hedonisme secara tidak langsung telah menjadi bangsa yang
terjajah.
#5 Tidak Ada Kemandirian

Bahaya lainnya dari perilaku konsumerisme, materialisme, dan hedonisme adalah


tidak ada kemandirian. Padahal, Indonesia merupakan negara yang memiliki
kekayaan alam yang melimpah.

Namun, sayangnya kekayaan yang melimpah tersebut tidak dieksploitasi sendiri


sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sumber Daya Alam (SDA) sudah dikuras oleh para pihak asing dan para
kompradornya. Sedangkan bangsa Indonesia sudah hilang kemandiriannya.

Terhindar dari Perilaku Konsumerisme, Materialisme, dan


Hedonisme
Setelah mengetahui apa itu konsumerisme, materialisme, hedonisme dan
bahayanya, sekarang Anda dapat mengevaluasi diri Anda apakah Anda merupakan
pelakunya atau tidak.

Semoga Anda tidak masuk kedalam salah satu dari itu ya. Jika sudah terlanjur
menjadi pelakunya, maka usahakan untuk mencoba memperbaiki diri.

Jangan menjadi orang yang suka menghambur-hamburkan, hanya mencari harta


benda, dan hanya mencari kenikmatan aja. Ayo segera berubah untuk menjadikan
bangsa Indonesia yang lebih baik!

Anda bisa memulainya dengan merencanakan keuangan Anda dengan tepat. Anda
bisa membaca ebook dari Finansialku di bawah ini untuk membantu Anda
merencanakannya. Selamat membaca..

Konsumerisme
Konsumerisme muncul seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap
perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap penanggulangan yang cepat dari hal-hal yang
baru. Seperti produk baru, pengalaman baru dan citra baru.

Pengertian Konsumerisme
Pengertian konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-barang
(mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Dapat dikatakan pula
konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya tidak hemat.

Pengertian Konsumerisme Menurut Para Ahli

Adapun pengertian konsumerisme menurut pandangan para ahli adalah antara lain sebagai
berikut:

Collin Campbell

Konsumerisme adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak
orang dan bahkan menjadi tujuan hidup. Ketika semua itu terjadi segala kegiatan hanya berfokus
pada pemenuhan konsumsi saja.

Robert G. Dunn

Konsumerisme merupakan sebuah ideology yang menarik masyarakat dalam sistem produksi
massal dan merubah pola pandang terhadap konsumsi.

Zygmut Baumant

Konsumerisme adalah situasi dimana orang membeli barang berbagai barang semata-mata utuk
kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu. Menurutnya, hasrat adalah
keinginan untuk mengonsumsi.

Merriam-Webster

Konsumerisme memiliki dua definisi, yang pertama adalah paham yang mempercayai bahwa
menghabiskan banyak uang untuk barang dan jasa adalah sesuatu yang baik dan yang kedua
adalah aksi untuk perwujudan dari paham pertama.

Sasateli

Konsumerisme merupakan dampak dari adanya produk kapitalisme.

Baudrillard

Konsumerisme hadir berakar pada ide tenteang kebahagiaan dan hal inilah yang menjadi acuan
dasar tentang masyarakat konsumsi.

Dari pengertian konsumerisme oleh beberapa para ahli di atas, maka bisa disimpulkan bahwa
pengertian konsumerisme ialah ideologi atau paham yang merubah individu, kelompok, atau
komunitas menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan yang hanya melihat melalui nilai simbol bukan nilai gunanya.

Tujuan Konsumerisme
Tujuan dari konsumerisme adalah untuk mencapai kepuasan diri dengan mengonsumsi atau
membeli barang-barang (mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang yang dikonsumsi tersebut.
Selain daripada itu, konsumerisme juga menjadi tolak ukur keberadaan individu dalam kelas
sosial masyarakat.

Objek Konsumerisme

Objek dari konsumerisme adalah sebagai berikut:

1. Pola konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.


2. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.
3. Pergerakan taktis pasar dalam menjaring konsumen.

Ciri-ciri Fenomena Konsumerisme:

Karakteristik dalam konsumtif ini, antara lain sebagai berikut;

Pembeli ingin tampak berbeda dari yang lain

Hakekatnya sifat konsumtif ini ada lantaran masyarakat pada umumnya berkeinginan memiliki
barang yang tidak dimuli oleh orang lain atau contoh kelompok sosial lain. Alhasil, sikap
pembeli akan mencari barang-barang mewah terbaru yang kerapkali dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah limited edition yang dikenal sebagai barang berkwalitas baik serta mahal.

Kebanggaan penampilan

Kebanggaan yang muncul pada diri seserang sangatlah lekat dengan kepuasaan yang dimiliki
oleh dirinya. Perasaan akan kondisi seperti inilah menyebabkan seseorang memilih limited
edition sebagai fenomena sosial yang sangat mudah ditemukan.

Sekedar ikut-ikutan (pengikut)

Sifat yang dimiliki oleh seseorang dalam kepuasaan dirinya sendiri bisa terjadi lantaran ada
perasaan untuk ikutserta pada gaya penampilan orang lain. Kondisi inilah kemudian menjadikan
teman, saudara, ataupubahkan kakak dan beradik dalam satu keluarga turut serta dalam gaya
ikut-ikutan akibat proses mengajak satu sama lainnya.

Menarik perhatian orang lain

Kecenderungan yang pasti dimiliki oleh seseorang dalam prilaku konsumtif ialah ingin terlihat
menarik dihadapan orang lain. Menarik disini bukan lebih condong pada gaya hidup bukan pada
prilakunya. Misalnya saja untuk potngan rambut, baju, celana, dan lain sebagainya. Sehingga ada
sebuah perumpamaan bahwa kebutuhab primer jauh lebih kecil daripada skunder.

Dampak Konsumerisme
Dampak dari adanya konsumerisme yang melakat dalam kehidupan masyarakat secara garis
besarnya tebagi menjadi 2 bentuk. Dengan yang pertamkalinya ialah dampak positif dan dampak
negative yang akan terjadi pada kehidupan. Penjelasan akan pembagian tersebut adalah sebagai
berikut:

Dampak Positif

Meskipun akibat prilaku konsumtif dalam kehidupan masyarakat lebih besar dampak negatif,
akan tetapi beberapa kondisi bisa mengakibatkan pada dampak positif. Antara lain ialah sebagai
berikut;

Membuka Lapangan Kerja

Lapangan pekerjaan pada zaman seperti ini sangatlah susah ditemukan di Indonesia, yang
termasuk dalam karakteristik negara berkembang. Percaya ataupun tidak sikap konsumtif dalam
masyarakat akan menjadi inspirasi dalam membuka dan menambah lapangan pekerjaan.
Selengkapnya, baca; 20 Jenis Tenaga Kerja dan Contohnya Menurut Ahli

Alasan hal tersebut diungkapkan lantarana dengan melakukan produksi barang dalam jumlah
besar akan mengurangi jenis pengangguran. Misalnya saja beberapa ide inovatif dalam hal ini
ialah adanya sikap bermalas-masalan yang banyak dijumpai menjadi salah satu inspirasi
terciptanya produk “Kursi Malas” yang menjadi unggulan produksi salah satu alumni dari
mahasiswa UII.

Mengurangai Dampak Pengangguran

Koredor dalam terciptanya konsumtif dalam kehidupan masyarakat secara sekilas bisa menjadi
pengurangan dalam dampak pengangguran. Hal ini disebabkan lantaran banyak produk yang
tercipa dalam proses ini, meskipun haruslah diakui bahwa konsekuensinya sangat kecil.

Meningkatkan Motivasi

Proses dalam meningkatkan motivasi konsumen dalam masyarakat konsumtif ialah untuk
menambah jumlah penghasilan yang dimilkinya, dengan demikian secara kasap mata keinginan
untuk membeli barang-barang yang diperlukan meskipun ketegori tersier akan mudah
didapatkan.

Menciptakan Pasar Produsen

Masyarakat yang ada pada era konsumtif secara langsung dalam menjadi salah satu solusi dalam
bertambahnya jumlah barang yang akan menjadi prioritas dikonsumsi masyarakat, dengan
contoh fakta sosial seperti inilah produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.

Dampak Negatif
Dalam beberapa literatur yang telah dituliskan, dapat disebutkan bahwa masyarakat konsumtif
akan lebih menuai dampak negatif yang jauh lebih besar. Misalnya saja akibat tersebut adalah
sebagai berikut;

Konsumerisme menjadi budaya dalam masyarakat

Kebudayaan seperti konsumtif ini lambat laun akan menjadi pengaruh dalam kehidupan,
misalnya saja budaya untuk gengsi jauh lebih besar daripada mencari solusi atas permasalahan
yang terjadi. Padahal akibat dari gengsi atau gaya terlalu tinggi akan mengakibatkan kehidupan
tidak akan terlepas dari unsur pandangan kepada orang lain.

Uang tidak lagi memiliki arti

Akibat lainnya dalam konsumtif ini ialah nilai uang tidak memiliki makna sekalipun, lantaran
yang hadir dalam fikirannya sebatas bagimana menghabiskan uangnya tanpa lagi memberikan
jaminan untuk esok (masa tua) yang lebih baik.

Menimbulkan keresahan

Sikap masyarakat yang konsumtif akan berakibat pada keresaan antara kehidupan dalam bentuk
kelompok sosial. Kondisi seperti ini akan terjadi lantaran banyak beraganggapan bahwa
kebahagiaan tidak akan ada dalam pengertian masyarakat.

Ketimpangan sosial

Ketimpangan sosial biasasanya terjadi dalam kehidupan masyarakat lantaran memiliki jiwa
konsumtif, kondisi seperti ini bisa saja menjadi salah satu unsur yang menakutkan lantaran dalam
menjadi dorongan tingginya angkar kriminalias demi memunuhi kebutuhan hidupnya.

Mengurangi kesempatan untuk menabung

Jiwa konsumtif dalam masyarakat niscaya akan lebih banyak membelanjakan uangnya
dibandingkan dengan sikap untuk hemat, misalnya saja menyisihkan untuk ditabung, dibuatkan
usaha, ataupun dibuat sebagai salah satu sulusi investasi.

Tidak memikirkan masa depan

Jiwa-jiwa konsumtif dalam kehidupan masyarakat akan cenderung berupa auntuk tidak
memikirkan kebutuhan hidup yang akan datang, hal ini disebabkan lantaran orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang atau jasa pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di
masa tuanya.

Contoh Kasus Konsumerisme

Beragam contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat yang mudah untuk ditemukan
dalam berbagai bidangnya. Misalnya saja prilaku konsumtif ini antara lain sebagai berikut;
Sekolah

Dalam pengertian lembaga pendidikan seperti sekolah mudah menemukan prilaku yang
tergolong dalam konsumtif, misalnya dalam hal ini seperti penggunaan ponsel Iphone yang
dilihat sebagai penentu tingkatan dalam kelas sosial para pelajar. Hal ini lantaran pengguna
ponsel Iphone akan dilihat sebagai orang yang berada dalam kelas borjuis atau orang yang kaya.

Masyarakat

Contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat untuk hal ini misalnya saja
“Konsumerisme ruang”, yang terjadi lantaran hancurnya suatu lingkungan karena pemakaian
yang berlebihan oleh masyarakat. Karena masyarakat terobsesi untuk mempunyai kendaraan
lebih dari satu, jalan-jalan akan semrawut.

Agama

Dalam prilaku konsumtif juga banyak ditemukan dalam kajian keagamaan, misalnya untuk hal
ini terjadi pada perayaan Idul Fitri, masyarakat yang beragama menggandakan pengeluarannya,
antara lain untuk membeli barang-barang yang akan dipakai pada saat silaturahmi nanti. Ini
menjadi sebuah kebiasaan setiap tahunnya.

Sehari-Hari

Dalam kehidupan sehari-hari prilaku konsumtif ini juga kerapkali terjadi dalam kehidupan
masyarakat, kondisi ini misalnya saja dengan Membeli barang-barang merek terkenal dari luar
negri yang dilakukan sebagai salah sebuah hobim yang sejatinya kondisi inilah akan
mengakibatkan ruskanya keteraturan sosial dalam masyarakat.

You might also like