Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
REYHAN FAJRI
NISN: 0045315141
KABUPATEN KAMPAR
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Laporan Pratik Kerja Industri dengan judul Teknik Pemijahan Ikan Lele (Clarias gariepinus)
secara semi intensif Di Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau
dari tanggal 14 Februari samapai 23 Mei 2023 telah disetujui dan disahkan oleh SMKN 1
Perhentian raja.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Menyetujui,
Kepala SMKN 1 Perhentian Raja
semi intensif
Semester : 2 (genap)
Islam Riau
Alamat : Jln Kaharudin Nst No. 113, simpang tiga Kec. Bukit
Mengetahui:
0
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan prakerin ini penulis susun berdasarkan pengalaman dan data-data
yang kami peroleh selama melaksanakan prakerin ini di Balai Benih Ikan (BBI)
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.
Penulis menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu izinkan kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga
kegiatan prakerin dan laporan ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Muhammad Ifwandi, S.Pd sebagai kepala sekolah Smkn 1 PERHENTIAN
RAJA yang telah memberi kesempatan pada kami untuk melaksanakan
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
3. Bapak Nafrizal,S. Pi selaku ketua prakerin SMK Negeri 1 Perhentian Raja.
Ibu Wiwik Purwanti, S. Pi selaku kepala jurusan Agribisnis Perikanan Air
Tawar SMK Negeri 1 Perhentian Raja sekaligus pembimbing 1 dan Bapak
Defriadi Kasmedi,S.Pd selaku pembimbing II SMK Negeri 1 Perhentian
Raja.
4. Dr. Jarod Setiaji S.Pi., M.Sc. sebagai ketua jurusan falkutas pertanian
budidaya perairan dan Fahrul Rozi, S.Pi sebagai ketua jurusan yang telah
menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan prakerin ini mulai
dari administrasi, tempat prakerin, serta memberikan pembekalan kepada
siswa prakerin.
5. Terimakasih kepada pembimbing lapangan Rahman Fauzi,S.Pi beserta
jajaran yang telah mebimbing selama dilokasi Prakerin
6. Terimakasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah mendukung
penulis selama melakukan Prakerin
Penulis juga menyadari bahwa laporan masih jauh dari sempurna walaupun
penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dan daya upaya yang ada
1
pada kami. Semoga laporan Prakerin ini dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Reyhan Fajri
2
DAFTAR ISI
Isi Hal
3
3.2.2 Bahan .................................................................................................................... 21
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................................. 21
BAB IV .................................................................................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 23
Seleksi Induk ...................................................................................................................... 23
4.1 Persiapan Wadah Pemijahan .................................................................................. 24
Penyuntikan........................................................................................................................ 24
Penetasan Telur .................................................................................................................. 24
Perawatan Larva ................................................................................................................. 24
Perawatan Benih ................................................................................................................ 25
BAB V ................................................................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 26
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 26
Saran .................................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 28
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 31
4
DAFTAR TABEL
Isi Hal
Tabel 1 Struktur Dunia Usaha/Dunia Industri.........................................................5
Tabel 2 Klasifikasi Ikan Lele..................................................................................6
5
DAFTAR GAMBAR
Isi Hal
Gambar 1 Letak Geografis......................................................................................3
Gambar 2 morfologi Ikan Lele................................................................................4
6
DAFTAR LAMPIRAN
Isi Hal
Lampiran 1............................................................................................................20
Lampiran 2............................................................................................................20
Lampiran 3............................................................................................................21
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
pembudidayaan benih ikan lele saat ini harus segera meningkatkan hasil
permintaan yang tinggi terhadap konsumen yaitu ikan lele Menurut data yang
setiap tahunnya. Provinsi Jawa Timur tahun 2007 produksi ikan lele mencapai
48.450 ton, dan pada tahun 2008 bertambah 58.150 ton, dan tahun 2009
meningkat menjadi 69.760 ton. Sedangkan di provinsi Jawa Barat pada tahun
2007 sebesar 17.300 ton, pada tahun 2008 naik menjadi 20.860 ton dan kenaikkan
2002, dikarenakan jenis ikan lele yang selama ini tersebar dikalangan masyarakat
umum dan meznjadi komoditas utama perikanan nasional yaitu ikan lele (Clarias
untuk mengatasi persoalan nasional yang sedang dialami, maka upaya pemuliaan
yang tinggi. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah menciptakan strain
8
Ikan lele memiliki beberapa keunggulan dalam pemeliharaannya yang
lingkungan, tidak mudah stres serta produktifitas benih yang cukup tinggi (BPPI,
2014). Keberhasilan membudidayakan benih ikan lele tidak dapat lepas dari peran
utama yaitu proses mendapatkan benih yang unggul, benih yang memenuhi
bahwa untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan, salah satu faktor yang
menentukan adalah tersedianya benih yang memenuhi syarat baik dari segi
9
2. Untuk mengetahui cara penyuntikan dengan hormon ovaspec dan berapa
bagi beberapa ranah sebagai berikut: Hasil penelitian tentang pemijahan ikan lele
(Clarias gariepinus).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Gambar 2.Morfologi ikan lele (Clarias garipinus)
Sumber : http://taufiqabd.blosgpot.com
Menurut (Ardyanti, 2016) klasifikasi ikan lele, ikan lele dibentuk dari
gabungan persilangan strain ikan lele, Paiton, Dumbo yang diseleksi selama 3
generasi pada karakter pertumbuhan, klasifikasi ikan lele mutiara sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostrariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Claris
Spesies : Clarias gariepinus
2.3.2. Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Ikan lele memiliki tubuh sama dengan ikan lele pada umumnya yaitu
dengan sirip punggung dan anal yang Panjang. Kepalanya gepeng melonjong,
12
tersusun atas tulang tengkorak untuk membentuk pelindung kepala.Kulit
diselimuti oleh lendir yang licin dan mempunyai warna hitam pekat. (Khairuman
dan Amri, 2009), menyatakan bahwa ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal
yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang memudahkan ikan lele
berenang. Mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip
dada dilengkapi dengan sirip keras dan runcing yaitu disebut dengan patil yang
berguna sebagai senjata dan alat bantu gerak. Menurut (Mahyudin, 2009), ikan
lele mempunyai alat pernafasan berupa insang serta labirin sebagai alat
Insang pada ikan merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang
terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa fillamen
lengkungan insang kedua dan ke empat yang berfungsi untuk mengambil oksigen
dari atas permukaan air secara langsung. Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin,
berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang
membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit
oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang
pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba. ( Himawan, 2014). Ikan lele
mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6
dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasang diantaranya lebih panjang
dan besar.Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam atau patil yang
pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali
13
tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepala adalah
1:34. Ukuran mata sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk viliform dan
Ikan lele berwarna hitam pekat.Ikan lele memiliki empat pasang sungut
yang berfungsi sebagai alat penciuman dan alat peraba, hal ini merupaka ciri khas
golongan catfish, Menurut (Mahyudin, 2009), ikan lele termasuk dalam golongan
pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging. Ikan lele merupakan jenis
ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar peraira atau kolam (bottom
dan mencari makan pada malam hari tetapi dalam usaha budidaya akan
beradaptasi ( diurnal). Pada siang hari ikan lele lebih suka berdiam atau
budidaya intensif, ikan lele dapat dibiasakan diberi pakan pellet pada pagi hari
atau siang hari.Menurut Kordi (2010) bahwa ikan lele termasuk ikan pemakan
segala bahan makanan (omnivore), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan
alami lele adalah binatang – binatang renik, seperti kutu air dari kelompok
pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangan digemari ikan lele, tetapi harga
rugi.
2.3.4. Kualitas Air
tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan ikan lainnya.
Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari kualitas air,
14
baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin sukses
membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele
tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele secara
(Himawa, 2014). Umumnya ikan lele hidup normal di lingkungan yang memiliki
baik bagi ikan lele adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele,
(Himawan,2014). Kualitas Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat
yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan mahluk mahluk hidup di air. Kualitas air merupakan faktor
Oksigen terlarut adalah jumlah mg/L gas oksigen yang terlarut dalam air, oksigen
terlarut dalam air dapat berasal dari hasil proses fotosintesis oleh fitoplankton atau
tanaman air lainnya, dan difusi dari udara. Kandungan oksigen terlarut merupakan
faktor penting bagi kehhidupan ikan, karena oksigen dibutuhkan untuk respirasi,
kondisi perairan yang mempunyai nilai keasaman yang tepat bagi suatu individu
berkisar antara 6,7 – 8,2. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen
15
pemecahan nitrogen organik (protein dan Urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan
dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur
masing-masing.
Pakan alami adalah sejenis pakan ikan berupa organisme air yang merupakan
produsen primer pada ikan dalam rantai makanan. Pakan alami mampu
Beberapa jenis pakan ikan alami yang dapat dikembang biakkan secara massal
rendah lainnya seperti tubifex, siput, larva serangga air dan lain-lain (Suryati,
2002). Pada usaha budidaya pakan alami sangat dibutuhkan karena mempunyai
kandungan gizi yang tinggi dan lengkap serta mudah dicerna. Pakan alami
memiliki protein yang tinggi untuk menunjang pertumbuhan ikan seperti cacing
sutra yang memiliki protein yang tinggi Cacing sutra digolongkan kedalam
kelompok Nematoda. Disebut cacing sutra karena cacing ini memiliki tubuh yang
lunak dan sangat lembut seperti halnya sutra.(Khairuman dkk. 2008). Secara
umum cacing sutra atau cacing rambut terdiri atas dua lapisan otot yang
warna tubuh kemerahan, saluran pencernaannya berupa celah kecil mulai dari
16
mulut sampai anus. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil
mulai dari mulut sampai anus. Cacing sutra (Tubifex sp) ini hidup berkoloni
bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabungbergerak bolak balik
sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air
dan cacing akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada
dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebih cepat dibanding pakan
alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemak dan protein cacing ini
cukup tinggi. Cacing ini mempunyai kandungan protein 51,9 %, karbobidrat 20,3
%, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3 %. Sedangkan asam amino penyusun
proteinnya juga lengkap. Salah satu alternatif pakan awal adalah kuning telur
(Agustini, 2017). Kuning telur telah diketahui secara luas bahwa mempunyai
komposisi asam amino yang esensial yang lengkap dan baik, disamping mudah
bahan pakan dapat berdampak pada rendahnya kandungan nutrisi dan tingginya
biaya penyediaan pakan buatan yang dihasilkan (Muliantara, 2012). Pakan yang
terserang penyakit. Semakain tinggi kandungan protein dalam pakan maka dapat
17
meningkatka pertumbuhan, efisiensi pakan, dan sintasan ikan (Mudjiman,2007).
lemak, karbohidrat 6%, (Mardhia Novita, 2013). Kebutuhan protein ikan lele
dipengaruhi oleh umur, ukuran, fungsi fisiologis, kualitas, sumber protein dan
energi non protein (karbohidrat dan lemak), suhu air, jumlah pakan yang dimakan,
kualitas protein.
dampak kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan yang berupa
budidaya yang intensif akan akan menimbulkan dampak yang disebabkan oleh
intensif dapat disebut juga sebagai teknologi pertanian modern, begitu pula pada
banyak dengan tujuan memperoleh output yang lebih tinggi dalam kurun waktu
menjadi daging. Konversi pakan dalam bahasa praktis adalah jumlah pakan yang
dan bobot daging ikan yang dihasilkan atau feed conversion Rasio (FCR).
18
Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin sedikit pakan yang dibutuhkan
terhadap pertambahan bobot atau pertumbuhan ikan maka pakan tersebut baik
pakan adalah suatu ukuranyang menyatakan Rasio jumlah oakan yang dibutuhkan
besar nilai FCR maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk
dengan daya cerna ikan terhadap suatu bahan makanan.Nilai kecernaan suatu
suatu bahan makanan atau suatu pakan sangat penting sebagai dasar dalam
pakan menurun maka nilai FCR akan meningkat. Ini disebabkan ikan tidak
mampu mencerna makanan karena mengandung serat yang tinggi sehingga tidak
hidup suatu organisme dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu Survival
rate merupakan hal yang menentukan budidaya jika, survival rate rendah maka
hasil panen ikan yang didapatpun semakin sedikit. Nilai tingkat kelangsungan
19
hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup
air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat
keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan.
Faktor yang mempengaruhi Survival rate ikan lele yang perlu diperhatikan adalah
padat tebar, pemberian pakan, penyakit dan kualitas air. Meskipun lele bias
bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar tinggi tapi dengan batas
tertentu. Pada padat tebar tinggi yang merupakan ciri dari system budidaya
beberapa faktor seperti faktor pakan yang tidak mencukupi, kualitas air yang
buruk pemangsaan dan penyakit. Moralitas yang terjadi dapat digunakan sebagai
20
BAB III
METODELOGI PRAKTEK KERJA INDUSTRI
sampai dengan 23 Mei 2023 .Lokasi di Balai Benih Ikan Fakuktas Pertanian
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
3.3.Prosedur Kerja
21
d. Kemudian suntikkan cairan ovaprim kedalam tubuh ikan puyu dengan
memulai dari mencari tempat di atas punggung ikan lalu hitung 3 sirip
e. setelah itu suntik dimasukkan kedalam tubuh ikan tetapi jangan terlalu
dalam karena itu akan menyakiti ikan, dan suntik dimiringkan 45o
f. Setelah ikan disuntik, ikan jantan dan betina disatukan dalam satu wadah
dengan batu, tunggu hingga 24 jam hingga ikan tersebut memijah dan
menghasilkan telur.
g. Sesudah 24 jam ikan memijah, indukan dipisahkan dari wadah yang berisi
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Induk yang dipilih adalah induk yang telah matang gonad dengan ciri-ciri:
1. Induk Betina:
a. Alat kelamin relatif besar
b. Bewarna merah hati
c. Perut lebih besar
2. Induk Jantan
a. Kelamin agak meruncing
b. Merah di ujung kelamin
c. Pergerakan lincah
Sebelum diseleksi, induk ikan lele diberok selama 1 hari. Pemberokan ini
dilakukan untuk mengurangi kotoran yang ada pada ikan, mengurangi kadar
lemak didalam darah yang berakibat mengurangi jalan rangsangan ke otak dan
Seleksi induk dilakukan dengan cara menurunkan air kolam sampai ikan
ditemukan induk yang matang gonad, induk diangkat dan dimasukkan ke dalam
wadah lainnya untuk dipijahkan. Sedangkan induk ikan lele yang belum matang
23
4.2 Persiapan Wadah Pemijahan
Wadah pemijahan di bersihkan dan di sikat, Setelah wadah bersih isi air dan
endapkan Selama 3 hari, Setelah itu siapkan ijuk untuk telur- telur hasil
pemijahan.
4.3. Penyuntikan
suntik lebih kurang 1/2 cm. Posisi suntik lurus dengan badan ikan di sirip ketiga,
batu agar ikan tidak meloncat keluar bak.Tunggu hingga 12 jam hingga ikan
tersebut memijah dan menghasilkan telur yang sudah terbuahi. Setelah ovulasi
indukan dipisahkan dari wadah yang berisi telur supaya telur-telur tersebut tidak
rusak.
Setelah ovulasi telur akan menetas 24-32 jam berikut nya ikan lele pada
umum nya memiliki fekunditas telur pada betina sebanyak 20.000-40.000 butir
Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makanan tambahan sebab
masih mempunyai cadangan makanan dari kuningan telur (yolk sac) selama 3
hari.Dari hasil 24;penyuntikan jumlah larva ikan lele yang diperoleh sekitar
sebanyak 10.000 ekor. Setelah larva umur 4 hari sudah bisa diberi pakan berupa
24
4.6. Perawatan Benih
Setelah 7 hari benih lele di sortir dan pindahkan ke bak pendederan yang
tersebut sudah bisa diberi pakan buatan berupa pellet udang/tepung sampai umur
10 hari, kemudian sudah bisa diberi pakan pellet pf 100 dan pf 500 sesuai dengan
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Teknik pemijahan ikan lele yang telah dilaksanakan yaitu semi buatan
dengan perbandingan ikan jantan 1 dan betina 1. Dosis penyuntikan secara umum
0,3-0,5ml/kg.
a. Betina: tubuh gemuk dan agak lebar, warna badan agak gelap, ukuran
b. jantan: tubuh lebih langsing dari pada betina,warna badan agak cerah,
5.2. Saran
Dari hasil Praktek Kerja Industri (PRAKTEK) yang saya lakukan, adapun
berhati-hati supaya saat memasukkan jarum ke dalam tubuh ikan lele tidak
terlalu dalam tubuh ikan lele tidak terlalu dalam, jika terlalu dalam maka
alan menyakiti ikan serta dapat membuat ikan cacat atau pun mati
Selain itu, dosis penyuntikan yang digunakan harus sesuai dosis yang
ditentukan.
26
pakan harus lebih terkontrol supaya benih tumbuh dan berkembang secara
sempurna, kemudian suhu juga perlu diperhatikan agar larva ikan lele
pembimbing lapangan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R.N., Wijayanti, K, dan Winarti. (2014). Pengaruh Motivasi dan
AktivitasBelajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah.Unneas
Jurnal Of Mathematics Education, 3(2), Hal. 138-144
Ardyanti, R., D.D. Nindarwi, L.A. Sari dan P.D.W Sari. 2017. Manajemen
Pembenihan Lele Mutiara (Clarias SP.) Dengan Aplikasi Probiotik di
Unit Pelayanan Teknis Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya
(UPT PTPB) Kepanjen, Malang, Jawa Timur. Journal Aquakulutre And
Fish Health., 7(2) :84-89.
Asaduzzaman,M.,Wahab,M.A.,Verdegem,M.C.J.,Huque,S.,Salam,M.A.and
Azim.M.E., 2008.C/N Ratio Control and Substrate Addition For
Periphyton Development Jointly Enhance Freshwater Prawn
Macrobrachium Rosenbergii Production In Ponds .Aquaculture, 280;117
– 123
28
LAMPIRAN
29