Professional Documents
Culture Documents
Makalah Adinda Dwina 02011382126389
Makalah Adinda Dwina 02011382126389
WILLIBALD)
DIBUAT OLEH :
M. HASAN IZAZUDDIN
02011382126495
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
ANALISIS AKIBAT HUKUM PEMALSUAN DOKUMEN PERWAKINAN
CAMPURAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR
16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS
PERKAWINAN JESSICA ISKANDAR DAN LUDWIG FRANZ
WILLIBALD)
M. HASAN IZAZUDDIN
ABSTRAK
perkawinan, yaitu suatu hubungan hukum antara laki-laki dan perempuan yang
berlangsung lama, maka setiap manusia tidak dapat hidup terpisah dari
dilengkapi dengan peraturan yang ada agar mempunyai pilihan untuk mengontrol
seluruh bagian aktivitas publik.1 Pernikahan adalah penyatuan seorang pria dan
seorang wanita yang hidup bersama dan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk
mengetahui pentingnya perkawinan dapat dilihat dari penilaian para peneliti dan
memenuhi syarat-syarat tertentu. Karena keluarga yang bahagia dan kekal adalah
adalah “suatu hubungan lahiriah dan mendalam antara seorang laki-laki dan
seorang wanita sebagai pasangan yang bertekad untuk membentuk suatu keluarga
(keluarga) yang bahagia dan abadi dengan berdasarkan kepercayaan kepada Yang
Maha Esa Tuhan yang Mahakuasa." Sementara itu, sesuai dengan Kumpulan
1
Sasmiar, Perkawinan Campuran dan Akibat Hukumnya, Jurnal Ilmu Hukum Jambi,
vol. 2, no. 2, Universitas Jambi (2011), hlm. 40
2
Wirjono Prodjodikoro, 2011, Hukum Perkawinan di Indonesia, Cetakan Ketujuh,
Bandung: Sumur, hlm. 7
Peraturan Islam Pasal 4, “Perkawinan sah apabila dilengkapi dengan peraturan
antarbangsa dan negara dalam seluruh aspek kehidupan umat manusia. Hubungan
dalam berbagai bidang antara orang-orang yang berbeda kebangsaan dan negara,
berbeda karena perbedaan kewarganegaraan, yaitu salah satu pihak adalah warga
negara Indonesia dan pihak lainnya adalah warga negara asing,” bunyi Pasal 57
sahnya perkawinan maka akan berdampak terhadap perkawinan itu sendiri dan
keturunan yang dilahirkan. Oleh karena itu, syarat-syarat agar perkawinan itu sah
di mata hukum dan dapat dicatat harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan
ada permasalahan yang muncul dalam hubungan campuran, misalnya saja distorsi
3
Yuyun Yulianah, Hilman, Mumuh, 2019, Dampak Kebijakan Isbat Nikah Terhadap
Perkawinan Campuran di Kabupaten Cianjur, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol. 48, No. 4,
Universitas Suryakencana
timbul dari perkawinan itu tidak sah dan batal serta segala sesuatunya dianggap
tidak pernah ada. muncul. Perkawinan itu dapat batal karena tidak sah, tidak
Contoh kasus nikah campur yang batal adalah pernikahan Jessica Iskandar
dengan Ludwig Franz Willibald yang bubar dengan alasan Ludwig mengira
dengan Jessika Iskandar di Gereja Yesus Sejati Focal Jakarta, namun Jessika
pencatatan nikah dan selanjutnya membawa surat hadiah dari Gereja Yesus Asli
Focal Jakarta dengan nomor surat 013/GYS/jkt/VI/14 yang berisi data bahwa
Jessica dan Ludwig telah melalui pemberian pada tanggal 11 Desember 2013,
kemudian beberapa saat kemudian Gereja Yesus Sejati menolak bahwa mereka
tidak pernah menikahkan Jessica dan Ludwig. Karena surat pemberkatan Gereja
warga negara, dengan penekanan pada kesetaraan gender. Namun yang tidak
kalah pentingnya adalah pemberian perlindungan terhadap anak yang lahir dari
warga negara Indonesia dan warga negara asing yang merupakan keturunan dari
4
Martiman Prodjohamidjojo, 2011, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Center
Publishing, hlm. 25
5
Monica Putri, 2016, Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU/VIII/2010, Privat Law, Vol. IV, No.1, Universitas Sebelas Maret
perkawinan campuran.6 Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2019, anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah,
perdata dengan ibunya. Pernyataan ini mengandung makna bahwa pihak keluarga
dari pihak ibu akan dihadapkan pada segala kebutuhan si anak, tentunya hal ini
akan menjadi beban yang cukup besar yang ditanggung oleh pihak perempuan
sedangkan pihak ayah tidak mendapat atau tidak dibebani dengan hal apapun.
komitmen atau tanggung jawab mengenai anak tersebut. , padahal secara organik
Pengadilan, Perjanjian.
6
Rosa Kisworo, 2019, Problematika Hukum Perkawinan Campuran, Jurnal Privat Law,
Vol 7, No.1, Universitas Sebelas Maret Surakarta
7
Christine Mangiri, 2016, Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Ditinjau Dari Undang-
Undang Perkawinan, Lex Crimen, Vol. 5, No. 7
IV. Hasil dan Pembahasan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk menjadi suami istri—atau
lebih umum disebut perkawinan. Bahasa Arab merupakan asal muasal istilah
perkawinan sah antara suami dan istri.8 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2019, “ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa,”
perkawinan diartikan sebagai “ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan sebagai suami istri”. Sementara yang dimaksud dengan
Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan adalah perkawinan antara dua orang
yang di Indonesia terikat pada berbagai peraturan, dengan identitas yang berbeda-
Pernikahan merupakan suatu perbuatan yang bersifat agama dan juga sah,
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
guna mengatur hak, tanggung jawab, dan kewajiban setiap anggota keluarga guna
terdiri dari berbagai suku, agama, dan golongan kini tunduk pada hukum
Perkawinan. Hal ini menciptakan kepastian hukum dalam bidang perkawinan bagi
mereka semua. Namun pada kenyataannya suatu perkawinan tidak selalu berjalan
Pernikahan yang tidak disetujui secara hukum atau agama dilarang keras oleh
negara. Negara akan berusaha memaksakan sanksi pidana terhadap pelaku yang
seperti hak waris, status istri tidak jelas, tidak dilindungi undang-undang, dan
tidak dapat disebut janda atau anak perempuan karena telah mempunyai anak.10
kepercayaan dan kebenaran dengan tujuan mencari uang untuk diri sendiri. Sidang
perkara wajib menunjukkan segala peristiwa, kejadian atau kenyataan yang ada
kewajiban pembuktian ada pada sidang perkara, Pengadilan tinggal memilih dan
menganalisis kasus tersebut. Soal rekayasa atau pemalsuan terserah pada Hakim
9
Herni Widanarti, 2019, Tinjauan Yuridis Akibat Perkawinan Campuran Terhadap Anak,
Diponegoro Private Law, Vol.4, No.1
10
Monica Putri, 2016, Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU/VIII/2010, Privat Law, Vol. IV, No.1, Universitas Sebelas Maret
Pengadilan yang menanganinya.11 Pemalsuan Dokumen diatur dalam Pasal 263
ayat (1) KUHP yang mengandung makna bahwa barangsiapa membuat laporan
palsu atau memutarbalikkan surat, yang dapat memberikan suatu hak, komitmen
atau pelepasan kewajiban atau yang dijadikan data suatu kegiatan yang
dengan ancaman hukuman penjara paling lama enam tahun karena surat tersebut
terkesan asli dan tidak palsu. Karena menggunakannya dapat merugikan orang
untuk itu ”
campuran sesuai dengan asas Hukum Perdata Internasional mengenai hukum yang
perkawinan campuran secara tuntas. . Hal ini terutama terjadi ketika perkawinan
Karena undang-undang baru ini memperbolehkan anak yang lahir dari perkawinan
hukum anak yang lahir dari perkawinan campuran, khususnya dalam hubungan
antara anak dan ibunya. Oleh karena perkawinan kedua orang tua tidak sah, maka
akibat hukum dari tidak dicatatkannya perkawinan tersebut adalah tidak jelasnya
dapat dicabut. “Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak
Mengenai akibat yang sah dari putusnya suatu perkawinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) Peraturan No. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun
Pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku efektif pada saat
13
Dewi Nasitah, Perlindungan Hukum Bagi Anak Hasil Perkawinan Campuran, Artikel,
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
perkawinan.14 Selain itu, pada ayat (2) Pasal 28 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2. Pasangan yang berlaku jujur serta tulus, kecuali dalam hal harta bersama,
perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak yang lahir dari perkawinan tersebut
perkawinan tidak akan memutuskan hubungan yang sah dengan para wali,
terlepas dari apakah perkawinan wali tersebut berpisah, anak mempunyai pilihan
untuk memperoleh dari kedua wali dan para wali mempunyai komitmen untuk
dianggap sebagai milik sah mereka. Hal ini berbeda dengan akibat hukum bagi
anak yang dilahirkan tanpa adanya perkawinan yang sah dan kemudian
perkawinan tersebut dicabut oleh pengadilan, sehingga status sah anak tersebut
membatalkan perkawinan itu, tidak mempunyai akibat hukum apa pun sampai
dipandang tidak ada. Perkawinan itu batal sejak detik putusnya dan harta bersama
itu dengan sendirinya menjadi batal dan dianggap tidak pernah ada harta bersama.
Iskandar dengan Ludwig Franz Willibald yang bubar dengan alasan Ludwig
nikah siri dengan Jessika Iskandar di Gereja Yesus Sejati Focal Jakarta, namun
keperluan pencatatan nikah dan selanjutnya membawa surat hadiah dari Gereja
Yesus Asli Focal Jakarta dengan nomor surat 013/GYS/jkt/VI/14 yang berisi data
bahwa Jessica dan Ludwig telah melalui pemberian pada tanggal 11 Desember
2013, kemudian beberapa saat kemudian Gereja Yesus Asli menolak bahwa
itu harus dibatalkan. Hal ini sesuai Pasal 60 ayat (1) Peraturan No. 16 Tahun 2019
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 586.Pdt. Setelah memeriksa para saksi,
karena terbukti Jessica dan Ludwig hanya pernah menjalin hubungan suami istri
di luar nikah, bukan pernikahan resmi. Hal itu dilakukan Ludwig dan Jessica agar
bisa memiliki anak tanpa harus menikah secara sah. Anak Jessica dapat dianggap
sebagai anak yang berzina dalam hal ini, dan oleh karena itu, ia hanya memiliki
dijerat hukum pidana karena memalsukan surat pemberkatan Gereja. Jessica dapat
hukuman paling lama 6 tahun karena salah mengartikan surat hadiah dari Gereja
substansial dan tidak substansial secara sah, sehingga alasan yang sah atas
penyatuan mereka dengan pembagian kendali dan pembagian sumber daya tidak
jelas. Sejak dicabutnya perkawinan mereka, sejak awal perkawinan mereka belum
seorang anak. Oleh karena itu, sesuai Pasal 36 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
17
Ibid
2019 tentang Perkawinan, yang berlaku hanyalah harta warisan dan harta yang
Perkawinan Campuran
Keamanan yang sah adalah upaya yang sah untuk menjaga kebebasan bersama
serta kebebasan dan komitmen yang muncul dari hubungan yang sah antara
orang-orang sebagai subjek yang sah. Kebebasan dan komitmen adalah kekuasaan
yang diberikan kepada individu melalui peraturan. Hak dan tanggung jawab
adalah milik individu karena bergantung pada setiap orang, sehingga jika hukum
hipotesis Salmond tentang keamanan yang sah, dengan lebih spesifik bahwa
mata publik dalam kemacetan kepentingan pada saat-saat sibuk. Oleh karena
pengaturan daerah yang bertujuan untuk mengatur hubungan baik antar warga
negara dan antar masyarakat serta otoritas publik. Kaitan perilaku ini dianggap
18
Sudikno Mertokusumo, 2019, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya, hlm.52
19
Satjipto Raharjo,2014, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.53
Dalam perkawinan biasa atau perkawinan campuran, tidak ada jaminan akan
keluarga yang bahagia dan langgeng, karena ada saja permasalahan yang muncul,
dalam melahirkan. Kartu identitas, akta kelahiran, hak hukum seperti hak waris,
hingga status istri menjadi kabur. Negara berkewajiban menjaga hak-hak anak
apabila terjadi pembatalan yang berdampak pada status hukum anak agar anak
Keamanan generasi muda adalah upaya untuk membuat keadaan dan kondisi
adalah anugerah yang tak ternilai harganya untuk meneruskan garis keturunan
yang lebih baik. Tidak ada UU Perlindungan Anak 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Peraturan Jaminan Anak No. 23 Tahun 2002 memberi arti keamanan
Status hukum anak sah dan anak luar perkawinan dibedakan berdasarkan
mengandung makna bahwa “Anak asli adalah anak yang dilahirkan dalam atau
karena perkawinan yang sah”. Anak dapat dikatakan sah secara hukum dan agama
apabila merupakan hasil perkawinan yang sah, demikian penjelasan berikut ini.
Dengan sendirinya akan terjalin hubungan keperdataan antara anak sah dengan
orang tuanya serta keluarganya. Sementara bagi anak-anak yang dikandung di luar
nikah, mereka hanya mempunyai hubungan biasa dengan ibunya dan orang-orang
yang disayangi oleh ibunya. Begitu pula dalam pengaturan Peraturan Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perkawinan, Pasal 43 ayat (1) yang maknanya “Anak yang
hubungan perdata dengan ibu dan keluarganya, dan tidak dengan ayah atau
yang diterima oleh anak yang dilahirkan tanpa perkawinan, sehingga membatasi
perlindungan hukum terhadap kesejahteraan anak. dan kebutuhan. Hal ini juga
berdampak pada keberlangsungan hidup ibu dan keluarga ibu, karena secara
materi, perlindungan hukum, status anak sebagai ahli waris, dan kesejahteraan
anak, sedangkan ayah tidak berkewajiban. untuk melakukannya. meskipun dia
adalah ayah kandung anak tersebut, dia tetap bertanggung jawab terhadapnya.21
perkawinan yang sah yang menyatakan bahwa “Anak-anak yang dilahirkan di luar
mereka serta dengan seorang laki-laki sebagai ayah mereka yang dapat dibuktikan
pernyataan tersebut, jika status anak dapat dibuktikan, maka pemenuhan hak-hak
anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu dan keluarganya saja, tetapi juga
tanggung jawab ayah dan keluarganya. Namun anak hasil zina dikecualikan dari
ketentuan ini. Anak yang dikandung secara tidak sah adalah anak yang dilahirkan
dari hubungan yang dilakukan oleh agama dan keyakinan yang berbeda namun
tidak dicatatkan oleh Pencatat Nikah. Anak hasil zina adalah anak yang dilahirkan
tanpa adanya ikatan perkawinan, sehingga menjadikan anak tersebut tidak sah
secara materil dan formil, menurut definisi ini. Pengadilan yang Dilindungi
anak yang dilahirkan dari hubungan yang sah berdasarkan agama mereka yang
berbeda. Sementara yang kedua adalah seorang anak muda yang dilahirkan ke
keperdataan kepada kelompok anak pertama berupa hak kesulungan seperti hak
21
Kadek Wulan, 2018, “Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, Journal Ilmu Hukum, Vol. 4, No. 3, (2018 )
mencari nafkah, hak wali, hak asuh, dan hak waris. Sebaliknya, hak keperdataan
tambahan terhadap hak kesulungannya, sehingga anak tidak mendapat hak nafkah,
Anak yang lahir dalam atau akibat perkawinan yang sah hanya dapat diakui
dengan adanya akad perkawinan yang sah. Oleh karena itu, anak-anak yang
dilahirkan dalam atau akibat suatu perkawinan yang sah tetap menjadi anak-anak
yang sah sekalipun perkawinan itu pada akhirnya bubar. Hal ini memastikan
bahwa hubungan orangtua-anak tidak akan terputus. Orang tua wajib menyayangi
dan merawat anaknya hingga anak mencapai usia dewasa. Hal ini tidak sama
dengan keadaan anak yang dikandung di luar perkawinan yang sah dan kemudian
dilahirkan; dalam hal ini anak hanya mendapat pemenuhan haknya dari ibu dan
keluarga ibunya karena putusnya hubungan nasab dan dialihkan kepada ibu dan
keluarga ibunya.
permohonan nikah dari Jemaat yang diserahkan Jessica kepada Common Vault
pernah terlaksana, padahal pada saat itu mereka sudah mempunyai satu anak.
Namun dalam hal ini Jessica Iskandar dan Ludwig Franz Willibald belum
menikah, dan anak Jessica Iskandar juga merupakan anak yang lahir tanpa
perkawinan atau dapat dianggap sebagai anak zina. Anak luar nikah sebagaimana
hanyalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan, dan tidak dibedakan antara
anak hasil zina dan anak luar nikah. Status hukum anak luar nikah diatur dalam
menyatakan bahwa mereka hanya boleh mempunyai hubungan perdata dengan ibu
dan keluarganya. Begitu pula dalam pengaturan Peraturan Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perkawinan, Pasal 43 ayat (1) yang maknanya “Anak yang dibawa ke
dunia luar perkawinan hanya mempunyai hubungan biasa dengan ibunya dan
orang-orang yang dikasihi ibunya.” Jadi karena anak Jessica, dia hanya memiliki
hubungan yang sama dengan ibunya dan keluarga ibunya karena pernikahan
Jessica dan Ludwig tidak penting secara ketat atau sah, dan itu berarti bahwa anak
Jessica adalah anak yang dibawa ke dalam pernikahan. Anak yang lahir ke dunia
Peraturan Perkawinan, dan juga dapat dilakukan melalui perkawinan yang sah.
karena adanya larangan perkawinan, maka mereka tidak dapat menikah sampai
akhir zaman.23 Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada
generasi muda yang timbul karena pergaulan tersebut yang dapat dilakukan oleh
pelaku pergaulan bebas. Pekerjaan ini dilakukan agar anak mendapat kejelasan
22
Monica Putri, 2016, “Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU/VIII/2010”, Privat Law, Vol. IV, No.1, Universitas Sebelas Maret
23
Tami Rusli, 2013, ”Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, Pranata Hukum, Vol.8, No.2, Universitas Bandar Lampung
tentang status dan keamanan sah yang berkaitan dengan hak-hak istimewa anak
itu sendiri. Setiap anak berhak atas nama sebagai identitas pribadi dan status
segera setelah mereka lahir, berhak atas nama, dapat menjadi warga negara, dan
biasanya diasuh oleh orang tuanya. Hak istimewa bagi anak-anak termasuk
Hak anak atas agama, kesehatan, pendidikan, sosial, dan perlindungan khusus
pada prinsipnya harus terjamin pada saat perlindungan anak dilaksanakan. Karena
tidak ada satupun pasal dalam undang-undang perlindungan anak ini yang
menitikberatkan pada status anak yang harus mempunyai hak-hak tersebut, maka
berlaku bagi semua anak, termasuk anak sah dan anak luar nikah. Tidak ada UU
Perlindungan Anak 35 Tahun 2014 tentang koreksi Peraturan no. Hak-hak anak
berikut :
(Pasal 4) ”
2. “ Hak atas nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan (Pasal 5) ”
4. “ Hak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh orangtua (Pasal
7 ayat 1) ”
5. “ Hak untuk diasuh atau diangkat oleh orangtua asuh atau orangtua angkat
(Pasal 7 ayat) ”
11. “ Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
V. Penutup
A. Kesimpulan
aduk adalah perkawinan menjadi tidak sah dan segala sesuatu dianggap tidak
pernah terjadi. Dengan asumsi perkawinan itu tergantung pada niat jujur pasangan
yang sah bagi suami-istri serta anak-anaknya, sehingga pilihan penguasa yang
akibat yang sah setelah terjadinya pembatalan itu. . Akibat yang sah atas putusnya
tidak berlaku surut bagi anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. Oleh
tersebut tetap dianggap sebagai milik sah mereka. Hal ini berbeda dengan akibat
hukum bagi anak yang dilahirkan tanpa adanya perkawinan yang sah dan
kemudian perkawinan tersebut dicabut oleh pengadilan, sehingga status sah anak
perceraian, istri tidak berhak atas nafkah iddah apabila perkawinannya dibatalkan.
perkawinan dipandang tidak ada. Perkawinan itu batal sejak detik putusnya dan
harta bersama itu dengan sendirinya menjadi batal dan dianggap tidak pernah ada
sosial dan khusus harus dijamin dengan perlindungan anak. Anak-anak yang
dilahirkan dalam atau karena perkawinan besar tetap sebagai anak-anak sejati
meskipun suatu hari pernikahan tersebut dibatalkan, maka hubungan antara orang
tua dan anak mereka tidak akan terputus kapan pun. Hal ini tidak sama dengan
keadaan anak yang dikandung di luar perkawinan yang sah dan kemudian
dilahirkan; dalam hal ini anak hanya mendapat pemenuhan haknya dari ibu dan
keluarga ibunya karena putusnya hubungan nasab dan dialihkan kepada ibu dan
anak yang timbul karena putusnya hubungan campuran dapat dilakukan dengan
perkawinan itu tidak sah karena adanya pengingkaran perkawinan sehingga tidak
dapat kawin sampai akhir zaman. Hal ini merupakan upaya untuk memberikan
perlindungan hukum kepada anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut, baik
kejelasan kepada anak mengenai status dan perlindungan hukum atas hak-haknya
sendiri.
B. Saran
perusakan akta perkawinan karena dalam KUHP Pasal 263 ayat (1) yang
dapat menimbulkan hak, kewajiban, atau keringanan utang”. atau yang dijadikan
surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka bila menggunakannya dapat
pengaturan khusus mengenai sanksi bagi tindak pidana pemalsuan surat nikah,
maka aparat hukum dan pihak-pihak lain yang terkait dengannya akan mampu
A. BUKU
B. Jurnal
Anugerah Gilang, “Perlindungan Hukum Bagi Anak yang Lahir dari Perkawinan
Campuran”, Jurisprudence, Vol.4, No.1 (2014)
Christine Mangiri, “Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Ditinjau Dari Undang-
Undang Perkawinan”, Lex Crimen, Vol. 5, No. 7 (2016)
Kadek Wulan, “Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”, Journal Ilmu Hukum,
Vol. 4, No. 3, (2018)
C. Undang-Undang
UUD 1945