You are on page 1of 23

TRAUMA MEDULA SPINALIS

Tugas ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Eka Firmansyah Pratama, S.Kep. Ns, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Dessy Rahayu Sudrajat (751440122039)

Lutfiah Salsabila A. Patamani (751440122047)

Rensi Van Solang (751440122054)

Vivi Rahmawaty Kasim (751440122061)

PRODI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Trauma Medula Spinalis” ini dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Eka Firmansyah Pratama, S.Kep. Ns, M.Kep selaku dosen
pengampu pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarrya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gorontalo, 27 Februari 2024

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................3

2.1 Definisi........................................................................................................................3

2.2 Etiologi........................................................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinis........................................................................................................4

2.4 Patofisiologi.................................................................................................................4

2.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................5

2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................................5

2.7 Asuhan Keperawatan...................................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

3.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma medulla spinalis adalah cedera dengan angka kejadian yang rendah, biaya
pengobatan yang tinggi dan perubahan hidup yang dratis pada penderitanya. Cedera medulla
spinalis merupakan suatu kondisi medis yang kompleks dan mengakibatkan terganggunya
produktivitas pasien. Secara historis, cedera medulla spinalis dikaitkan dengan tingkat
kematian yang sangat tinggi. Namun, belakangan ini di negara-negara dengan angka
pendapatan perkapita yang tinggi, cedera medulla spinalis dipandang sebagai penghambat
produktivitas hidup dan lebih sebagai tantangan secara pribadi dan sosial yang harus dapat
diatasi.

Perubahan paradigma ini menyebabkan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di


Negara maju, yang artinya angka harapan hidup penderita cedera medulla spinalis menjadi
lebih baik lagi. Jenis pelayanan tersebut mulai dari peningkatan kualitas tanggap gawat
darurat, intervensi pengobatan dan reahabilitasi medik yang efektif, dan berbagai macam
kemajuan teknologi yang dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan angka harapan
hidup. Hasilnya, produktivitas seseorang dengan cedera medulla spinalis dapat ditingkatkan
dan fungsinya dalam masyarakat dapat dimaksimalkan (WHO, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari trauma medulla spinalis


2. Apa etiologi dari trauma medulla spinalis
3. Apa manifestasi klinis dari trauma medulla spinalis
4. Apa patofisiologi dari trauma medulla spinalis
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari medulla spinalis
6. Bagaimana penatalaksanaan dari trauma medulla spinalis
7. Bagaimaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan medulla spinalis

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi trauma medulla spinalis


2. Untuk mengetahui etiologi trauma medulla spinalis
3. Untuk mengetahui manfestasi klinis medulla spinalis
4. Untuk mengetahui patofisiologi trauma medulla soinalis

1
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang trauma medulla spinalis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma medulla spinalis
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan medulla spinalis

1.4 Manfaat Penulisan

1. Hasil penulisan ini dapat menambah informasi mengenai penyakit Trauma Medulla
Spinalis.
2. Hasil penulisan ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
bagi penulis dan menjadi sebuah pengalaman dalam menyusun makalah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak
langsung, yang menyebabkan lesi di medulla spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian (Pertiwi , 2017).

Cedera medula spinalis merupakan kedaan patologi akut pada medula spinalis
yang diakibatkan terputusnyakomunikasi sensorik dan motorikdengan susunan saraf
pusat dan saraf perifer. Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari
keadaan komplet dan inkomplet (Tarwoto, 2013).

2.2 Etiologi

Cedera Spinal Cord Injury disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang dimana tulang tersebut melampaui kemampuan tulang belakang dalam melindungi
saraf-saraf belakangnya. trauma langsung tersebut menurut (Anggraini. dkk. 2018) dapat
berupa:

1. kecelakaan lalu lintas


2. kecelakaan olahraga
3. Spondilitis ankilosa
4. Artritis reumatoid
5. luka tusuk
6. luka tembak
7. Injuri atau jatuh dari ketinggian (Anggraini. dkk. 2018).

3
2.3 Manifestasi Klinis

Menurut Maimunah, dkk (2016) tanda gejala pada penderita Spinal Cord Injury
diantaranya :

a. Kehilangan kontrol motorik karena kerusakan pada bagian depan sumsum tulang
belakang.
b. Kehilangan refleks karena kerusakan sumsum tulang belakang, titik transmisi siaptik
dari denyut sensori pada respons motorik
c. Kelumpuhan ringan
d. Kurangnya kendali usus dan kandung kemih
e. Rasa yang berubah (geli-parasethia, berkurang-hypoesthia, bertambah hyperesthesia)
f. Bradycardia, hipotensi, hipotermia karena masalah dengan sistem saraf spontan.

2.4 Patofisiologi

Terdapat dua patofisiologi terjadinya cedera tulang belakang, mekanisme primer dan
mekanisme sekunder. Pada mekanisme primer terjadinya cedera tulang belakang akibat dari
proses hiperekstensi, yaitu adanya akselerasi yang tiba-tiba sehingga menimbulkan daya yang
sangat besar yang diserap oleh tulang belakang sehingga menyebabkan bentuk dari tulang
belakang terlalu menekuk ke depan. Kedua yaitu kompresi yaitu saat posisi terduduk atau
berdiri maka akan ada tekanan atau kompresi yang sangat besar pada kolum vertebrae
tertentu karena menahan berat. Ketiga rotasi yaitu saat sendi berputar dengan derajat putaran
melebihi kemampuannya. Yang terakhir adalah injury penetrasi yaitu jika ada benda tajam
yang menusuk area tulang belakang dan merusak struktur yang ada di dalam tulang belakang.

Mekanisme sekunder terjadinya cedera tulang belakang adalah perdarahan atau masalah
vaskularisasi, tingginya oksigen pada sel-sel jaringan yang membentuk struktur tulang
belakang, pengeluaran neurotransmitter yang berlebihan menyebabkan jaringan nervus yang
berlebihan menghantarkan impuls, syok neurologic akibat iskemia dan hipoksia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, rusaknya akson yang menghambat penghantaran
impuls sensori. Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak
cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat
hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang (Muryati, 2015).

4
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Tarwoto (2013) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan diantaranya


yaitu:

1. X-Ray Kepala
X-Ray kepala dapat melihat keadaan tulang tengkorak, misal sinus dan beberapa
kelainan serebral karena pengapuran. Informasi yang dapat diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah mengidentifikasi fraktur tengkorak, kelainan vaskuler,
perubahan degenerative.
2. X-Ray spinal
X-Ray spinal dapat melihat daerah cervical, thorakal, lumbal, dan sakral dari
spinalis. X-Ray spinal memberi informasi data tentang dislokasi, fraktur vertebra,
erosi tulang, pengapuran, kollap vertebra, spondilosis.
3. Computed Tomografi (CT)
Computed Tomography Scanning merupakan kombinasi teknologi dari radiologi
Imaging dan komputer analisis. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran
secara mendetail bagian-bagian dari otak. Misalnya dapat menentukan bentuk,
ukuran dan posisi ventrikel, mendeteksi adanya perdarahan, tumor, kista, edema.
4. Angiografi Cerebral
Pemeriksaan ini sangat penting dalam memberikan informasi tentang kepatenan,
ukuran, obstruksi obstruksi pada pembuluh darah cerebral.
5. Lumbal Pungsi (LP)
Lumbal pungsi adalah prosedur memasukan alat/jarum ke dalam rongga arachnoid
melalui lumbal. Lumbal pungsi bertujuan untuk mengambil sampel cairan
serebrospinal. Dari hasil pemeriksaan Lumbal Pungsi dapat diketahui apakah ada
darah, jernih, keruh pada cairan serebrospinalis.

2.6 Penatalaksanaan

Bahrudin (2017) menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada Pasien
dengan Spinal Cord Injury yaitu:

1 Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera pasang collar
fiksasi leher, jangan gerakan kepala atau leher.
2 Jika ada fraktur kolumna vertebra torakalis, angkut Pasien dalam keadaan telungkup,
lakukan fiksasi torakal (pakai korset)

5
3 Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal.
4 Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun
karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik, akibatnya tekanan darah turun beri
infus bila mungkin plasma atau darah, dextran atau ekspafusin.
5 Gangguan pernafasan kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain dan
jaga jalan nafas tetap lapang.
6 Jika lesi, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis usahakan suhu badan
tetep normal.
7 Jika ada gangguan miksi; pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada
gangguan defekasi berikan laksan atau klisma.
8 Tindakan operasi dilakukan bila:
a. Ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
b. Gambaran neurologis progresif memburuk

2.7 Asuhan Keperawatan

Kasus

Seorang pasien umur 27 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan terjadi cedera dibagian
leher dan luka bakar dibagian tangan kanan dan kiri. Keluarga klien mengatakan klien
tersetrum listrik pada saat memperbaiki genteng atap rumah. Pada saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan nyeri serta tidak bisa menggerakan kedua bagian kaki dan tangannya. Klien
tampak mengerutkan dahi, klien tampak meringis. TD : 140/90 mmHg, N: 58x/menit, RR :
12x/menit. S: 36,5c.

A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar
Identitas Pasien
Nama : Tn.I
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jamping
Pekerjaan : Petani
Diagnosa Medis : Spinal Cord Injury Servical

6
2. Data Fokus
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke rumah sakit karena tersetrum listrik pada saat memperbaiki
genteng atap rumah. Klien jatuh pada ketinggian 4 meter. Klien sempat pingsan
pada saat dirujuk ke rumah sakit. Keluarga mengatakan terjadi cedera dibagian
leher dan luka bakar dibagian tengan kanan dan kiri.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu seperti alergi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita penyakit seperti
yang dialami pasien saat ini
d. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dibagian leher
e. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
2) Tanda-tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
N : 58x/menit
RR : 12x/menit
S : 36,5c
SPO2 : 99 %
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Rambut : bersih, warna rambut hitam, pertumbuhan rambut rata
Wajah : tidak terdapat edema pada wajah
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak iteril
Telinga : telinga berbentuk simetris
Mulut : mukosa bibir kering, gigi kotor, warna agak kekuningan

7
b) Leher
Tidak terdapat pembesaran tyroid

c) Dada/thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : suara paru disebelah kanan pekak
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Auskultrasi : suara nafas vesikular
d) Abdomen
Inspeksi : tak tampak luka di abdomen
Auskultrasi : bising usus 20 xmenit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani

e) Ekstermitas
Ekstremitas Atas : terpasang threeway di tangan kiri kekuatan otot
ekstermitas atas kanan 0 kiri 0 terdapat luka bakar dan
post faciotomy ditangan kanan dan kiri.
Ekstremitas Bawah : tampak balutan luka bakar di kaki kanan dan kaki kırı
pasien kekuatan otot kanan 0 kiri 0.

f) Anus : Tidak terdapat hemoroid


g) Neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4V5M6
Keterangan :

a. Membuka mata

1. Dengan rangsang nyeri tidak membuka mata


2. Membuka mata dengan rangsanga nyeri tekanan pada
supraorbita/kuku jari
3. Membuka mata dengan rangsang suara (menyuru pasien membuka
mata)
4. Spontan

8
b. Respon verbal/bicara

1. Tidak ada respon dengan rangsang nyeri


2. Mengerang tidak ada kata-kata
3. Dapat mengucapkan kata-kata tapi tidak berupa kalimat dan tidak
tepat
4. Dapat bicara dalam kahmat tetapi terdapat disorientasi waktu dan
tempat
5. Baik, dapat menjawab dengan kalimat baik dan tahu siapa ia, kapan
dan dimana ia berada.

c. Respon motornik/gerakan

1. Tidak ada respon denga rangsang nyeri


2 Dengan rangsang nyern terdapat gerakan ektensti
3 Dengan rangsang nyeri terdapat gerakan fleksi
4 Dapat menghindar dari rangsang nyeri
5. Mengetahui lokasi nyeri
6. Menuruti perintah
4) Aktivitas dan latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 

Berpakaian

Mobilisasi

Ambulasi ROM

9
5) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Hasil
Pemeriksaan
Cervical AP Keterangan Klinis: Burn Injury

Kesan :
1. Tak tampak jelas adanya fracture pada
vertebrata cervicalis yang tervisualisasi
2. Spasme muskulus interspinalis cervicalis.

Lumbosakral Keterangan klinis: burn injury + sups spinal cord


injury
Kesan:
1. Tak tampak adanya fraktur pada foto vertebra
lumbosakral ini. Saat
2. Spasme muskulus interspinalis lumbalis.

MSCT Kepala Keterangan Klinis : Spinal cord injury

Kesan :
1. Posterolisthesis grade 2 vertebra cervicalis 7
mengarah pada gambaran bilateral interfacet
dislocation.
2. Curiga fracture vertebra cervical 7

Pelvis Hasil
Kesan : pada foto saat ini tak tampak fracture
maupun kelainan pelvis.

10
Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Jenis Hasil Rujukan


Pemeriksaan
Albumin 3,28 g/dL 3,97-4,94
Hemoglobin 12,3 g/dL 13,0-18,0

6) Terapi Pengobatan

No Nam Obat Dosis Indikasi


1. Ceftriaxone 1 gr/12 jam Untuk mengurangi
infeksi
2. Ranitidine 50 mg/8 jam Mengobati ulkus
lambung
3. Paracetamol 1 gr/8 jam Mengurangi nyeri
dan anti radang
4. Laxadine 10cc/8 jam Pencahar obat
5. Fentnyl 3 cc/jam Pengurang rasa
nyeri

7) Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Trauma medulla Nyeri Akut
- Klien mengatakan spinalis
nyeri pada bagian
leher
- Klien mengatakan Spasme otot para
takut untuk vetebralis
berpindah posisi saat
berbaring
Iritasi serabut saraf
P : Nyeri di leher
Q : Seperti tersayat

11
R : Bagian leher Perasaan
S : Skala 7 nyeri/ketidaknyamana
T : Terus menerus n

DO :
- Klien tampak Nyeri Akut
meringis
- Klien tampak
mengerutkan
dahi
- Klien tampak
gelisah
- TTV
TD :140/90
mmHg
N : 58x/menit
RR : 12x/menit
S : 36,5c
2. DS : Tidak mampu Gangguan
- Klien beraktivitas Mobilitas Fisik
mengatakan
tidak bisa
menggerakan Tirah baring yang lama
kedua kaki dan
tangannya
- Klien Kehilangan daya otot
mengatakan sulit
untuk berpindah
dari satu tempat Penurunan otot
ke tempat lain

DO: Gangguan mobilitas


- Klien tampak fisik

12
dalam posisi
tirah baring
- Kekuatan Otot
0 0
0 0
3. DS : Cedera medulla Risiko Perfusi
- Keluarga klien spinalis Serebral Tidak
mengatakan Efektif
klien jatuh dari
ketinggian Perdarahan pada
- Klien sumsum tulang :
mengatakan hematomiela
merasa sakit
kepala
Perpindahan cairan
DO : dari intraseluler ke
- Klien tampak ekstraseluler
lemah
- Klien tampak Penurunan aliran darah
cemas ke jaringan otak

Risiko perfusi serebral


tidak efektif

B. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan Moblitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (D.0054)
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d cedera (D.0017)

13
C. INTERVENSI

No Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)


(D.0077) keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan masalah nyeri akut Observasi :
dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi skala nyeri
hasil tingkat nyeri menurun 2. Identifikasi faktor yang
(L.08066) : memperberat dan
1) Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
(5)
2) Gelisah menurun (5) Terapeutik :
3) Meringis menurun (5) Berikan teknik nonfarmakolis
4) Frekuensi nadi membaik untuk mengurangi rasa nyeri
(5) (ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam)

Edukasi :
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Gangguan Setelah diberikan tindakan Dukunga Mobilisasi


Mobilitas keperawatan selama 1x24 jam (I.05173)
Fisik diharapkan masalah nyeri
(D.00540) dapatakut teratasi dengan Observasi :
kriteria hasil mobilitas fisik Identifikasi toleransi fisik
meningkat (L.05042) : melakukan pergerakan
1) Pergerakan ekstremitas
meningkat (5) Terapeutik :
2) Kekuatan otot meningkat Libatkan keluarga untuk
14
(5) membantu pasien dalam
3) Gerakan terbatas meningkatkan pergerakan
menurun (5)
Edukasi :
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
misalnya duduk di sisi tempat
tidur
3. Risiko Setelah diberikan tindakan Manajemen Peningkatan
Perfusi keperawatan selama 1x24 jam Tekanan Intrakranial
Serebral diharapkan masalah risiko pefusi (I.06194)
Tidak serebral tidak efektif dapat
Efektif teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
(D.0017) perfusi serebral meningkat Monitor tanda/gejala
(L.05042) : peningkatan TIK (Tekanan
1) Sakit kepala menurun (5) darah, nadi)
2) Gelisah menurun (5)
3) Tekanan intrakranial Terapeutik :
membaik (5) 1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi semi
fowler
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


dx
1. 07/10/2023 1. Mengiidentifikasi skala nyeri S:
Hasil : Klien mengatakan skala - Klien mengatakan
nyeri 5 masih terasa nyeri
P : Nyeri di leher
2. Mengidentifikasi faktor yang Q : Seperti tersayat
memperberat dan memperingan R : Bagian leher

15
nyeri S : Skala 5
Hasil : Klien mengatakan akan T : Terus menerus
terasa nyeri jika berpindah posisi
O:
3. Memberikan teknik - Klien tampak
nonfarmakolis untuk lemas
mengurangi rasa nyeri (ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam) A : Masalah nyeri akut
Hasil : Klien tampak lebih rileks belum teratasi

4. Mengannjurkan memonitor P : Pertahankan


nyeri secara mandiri intervensi
Hasil : Klien mengerti dengan
yang dianjurkan oleh perawat

5. Mengkolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
analgetik
Hasil : Klien mau untuk minum
obat secara teratur

16
2. 07/10/2023 1. Identifikasi toleransi fisik S:
melakukan pergerakan - Klien mengatakan
Hasil : Klien hanya bisa sudah bisa sedikit
terbaring ditempat tidur bergerak miring
kanan/kiri
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam O:
meningkatkan pergerakan Kekuatan otot
Hasil : Untuk melakukan 3 1
mobilisasi dan aktivitas klien di 3 1
bantu oleh istrinya.
A:
3. Ajarkan mobilisasi sederhana Masalah gangguan
yang harus dilakukan misalnya mobilitas fisik belum
duduk di sisi tempat tidur tertasi
Hasil : Klien mampu duduk
ditempat tidur pada saat saat P:
tertentu. Pertahankan Intervensi

3. 07/10/2023 1. Monitor tanda/gejala S:


peningkatan TIK (Tekanan Keluarga klien
darah, nadi) mengatakan klien lebih
Hasil : TD :140/90 mmHg sering memejamkan
N : 58x/menit mata

2. Minimalkan stimulus dengan O:


menyediakan lingkungan yang - Klien tampak pucat
tenang - TTV
Hasil : Klien tampak lebih rileks TD :130/90 mmHg
N : 70x/menit
3. Berikan posisi semi fowler RR : 16x/menit
Hasil : Klien dalam posisi semi S : 36,5c
fowler

17
A:
Masalah risiko perfusi
serebral tidak efektif
belum teratasi

P:
Pertahankan Intervensi

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trauma medula spinalis adalah cedera serius yang dapat mengakibatkan dampak yang
signifikan pada kehidupan individu yang terkena. Dampaknya meliputi kecacatan fisik,
gangguan sensorik, dan masalah fungsi organ, yang dapat memengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan. Dengan pendekatan yang terintegrasi antara perawatan medis, rehabilitasi, dan
dukungan psikososial, banyak pasien dapat mencapai peningkatan dalam fungsi dan
kemandirian mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa perjalanan pemulihan dari trauma
medula spinalis sering kali merupakan proses jangka panjang.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula spinalis memegang peranan
krusial dalam pemulihan dan peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam prakteknya, asuhan
keperawatan ini melibatkan pendekatan holistik yang mencakup evaluasi komprehensif,
manajemen gejala, rehabilitasi, dan dukungan psikososial. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan fungsi fisik, mengurangi komplikasi, dan memfasilitasi adaptasi pasien
terhadap perubahan yang dihadapi. Dengan melibatkan pasien, keluarga, serta tim
interprofesional yang terkoordinasi, asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula
spinalis mampu memberikan perawatan yang terkoordinasi, empati, dan berkelanjutan.

3.2 Saran

Diharapkan untuk mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai medulla spinalis baik
dalam proses asuhan keperawatan dan dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
prosedur operasional serta dapat menjadikan pengalaman untuk kedepannya agar dapat
memaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. et al. (2018) ‘Prevalensi dan Pola Sensitivitas Enterobacteriaceae Penghasil


ESBL di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Prevalence and Susceptibility Profile of
ESBL-Producing Enterobacteriaceae in Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru’,
30(1), pp. 47–52.

Bahrudin, Mochamad ;. (2017). Patofisiologi NyerI (PAIN). e-Journal UMM, XIII(1), 7-13

Pertiwi D, Hardisman H. (2017). Gambaran distress pada mahasiswa preklinik tahun ketiga
fakultas kedokteran. J Pendidik Kedokt Indones.;3(3):145–53.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto.

20

You might also like