Professional Documents
Culture Documents
Kel.5 Trauma Medulla Spinalis
Kel.5 Trauma Medulla Spinalis
Tugas ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun Oleh :
Kelompok 5
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Trauma Medula Spinalis” ini dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Eka Firmansyah Pratama, S.Kep. Ns, M.Kep selaku dosen
pengampu pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarrya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
2.1 Definisi........................................................................................................................3
2.2 Etiologi........................................................................................................................3
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................4
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................................5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma medulla spinalis adalah cedera dengan angka kejadian yang rendah, biaya
pengobatan yang tinggi dan perubahan hidup yang dratis pada penderitanya. Cedera medulla
spinalis merupakan suatu kondisi medis yang kompleks dan mengakibatkan terganggunya
produktivitas pasien. Secara historis, cedera medulla spinalis dikaitkan dengan tingkat
kematian yang sangat tinggi. Namun, belakangan ini di negara-negara dengan angka
pendapatan perkapita yang tinggi, cedera medulla spinalis dipandang sebagai penghambat
produktivitas hidup dan lebih sebagai tantangan secara pribadi dan sosial yang harus dapat
diatasi.
1
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang trauma medulla spinalis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma medulla spinalis
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan medulla spinalis
1. Hasil penulisan ini dapat menambah informasi mengenai penyakit Trauma Medulla
Spinalis.
2. Hasil penulisan ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
bagi penulis dan menjadi sebuah pengalaman dalam menyusun makalah.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak
langsung, yang menyebabkan lesi di medulla spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian (Pertiwi , 2017).
Cedera medula spinalis merupakan kedaan patologi akut pada medula spinalis
yang diakibatkan terputusnyakomunikasi sensorik dan motorikdengan susunan saraf
pusat dan saraf perifer. Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari
keadaan komplet dan inkomplet (Tarwoto, 2013).
2.2 Etiologi
Cedera Spinal Cord Injury disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang dimana tulang tersebut melampaui kemampuan tulang belakang dalam melindungi
saraf-saraf belakangnya. trauma langsung tersebut menurut (Anggraini. dkk. 2018) dapat
berupa:
3
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Maimunah, dkk (2016) tanda gejala pada penderita Spinal Cord Injury
diantaranya :
a. Kehilangan kontrol motorik karena kerusakan pada bagian depan sumsum tulang
belakang.
b. Kehilangan refleks karena kerusakan sumsum tulang belakang, titik transmisi siaptik
dari denyut sensori pada respons motorik
c. Kelumpuhan ringan
d. Kurangnya kendali usus dan kandung kemih
e. Rasa yang berubah (geli-parasethia, berkurang-hypoesthia, bertambah hyperesthesia)
f. Bradycardia, hipotensi, hipotermia karena masalah dengan sistem saraf spontan.
2.4 Patofisiologi
Terdapat dua patofisiologi terjadinya cedera tulang belakang, mekanisme primer dan
mekanisme sekunder. Pada mekanisme primer terjadinya cedera tulang belakang akibat dari
proses hiperekstensi, yaitu adanya akselerasi yang tiba-tiba sehingga menimbulkan daya yang
sangat besar yang diserap oleh tulang belakang sehingga menyebabkan bentuk dari tulang
belakang terlalu menekuk ke depan. Kedua yaitu kompresi yaitu saat posisi terduduk atau
berdiri maka akan ada tekanan atau kompresi yang sangat besar pada kolum vertebrae
tertentu karena menahan berat. Ketiga rotasi yaitu saat sendi berputar dengan derajat putaran
melebihi kemampuannya. Yang terakhir adalah injury penetrasi yaitu jika ada benda tajam
yang menusuk area tulang belakang dan merusak struktur yang ada di dalam tulang belakang.
Mekanisme sekunder terjadinya cedera tulang belakang adalah perdarahan atau masalah
vaskularisasi, tingginya oksigen pada sel-sel jaringan yang membentuk struktur tulang
belakang, pengeluaran neurotransmitter yang berlebihan menyebabkan jaringan nervus yang
berlebihan menghantarkan impuls, syok neurologic akibat iskemia dan hipoksia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, rusaknya akson yang menghambat penghantaran
impuls sensori. Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak
cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat
hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang (Muryati, 2015).
4
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. X-Ray Kepala
X-Ray kepala dapat melihat keadaan tulang tengkorak, misal sinus dan beberapa
kelainan serebral karena pengapuran. Informasi yang dapat diperoleh dari
pemeriksaan ini adalah mengidentifikasi fraktur tengkorak, kelainan vaskuler,
perubahan degenerative.
2. X-Ray spinal
X-Ray spinal dapat melihat daerah cervical, thorakal, lumbal, dan sakral dari
spinalis. X-Ray spinal memberi informasi data tentang dislokasi, fraktur vertebra,
erosi tulang, pengapuran, kollap vertebra, spondilosis.
3. Computed Tomografi (CT)
Computed Tomography Scanning merupakan kombinasi teknologi dari radiologi
Imaging dan komputer analisis. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran
secara mendetail bagian-bagian dari otak. Misalnya dapat menentukan bentuk,
ukuran dan posisi ventrikel, mendeteksi adanya perdarahan, tumor, kista, edema.
4. Angiografi Cerebral
Pemeriksaan ini sangat penting dalam memberikan informasi tentang kepatenan,
ukuran, obstruksi obstruksi pada pembuluh darah cerebral.
5. Lumbal Pungsi (LP)
Lumbal pungsi adalah prosedur memasukan alat/jarum ke dalam rongga arachnoid
melalui lumbal. Lumbal pungsi bertujuan untuk mengambil sampel cairan
serebrospinal. Dari hasil pemeriksaan Lumbal Pungsi dapat diketahui apakah ada
darah, jernih, keruh pada cairan serebrospinalis.
2.6 Penatalaksanaan
Bahrudin (2017) menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada Pasien
dengan Spinal Cord Injury yaitu:
1 Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera pasang collar
fiksasi leher, jangan gerakan kepala atau leher.
2 Jika ada fraktur kolumna vertebra torakalis, angkut Pasien dalam keadaan telungkup,
lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
5
3 Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal.
4 Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun
karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik, akibatnya tekanan darah turun beri
infus bila mungkin plasma atau darah, dextran atau ekspafusin.
5 Gangguan pernafasan kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain dan
jaga jalan nafas tetap lapang.
6 Jika lesi, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis usahakan suhu badan
tetep normal.
7 Jika ada gangguan miksi; pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada
gangguan defekasi berikan laksan atau klisma.
8 Tindakan operasi dilakukan bila:
a. Ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
b. Gambaran neurologis progresif memburuk
Kasus
Seorang pasien umur 27 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan terjadi cedera dibagian
leher dan luka bakar dibagian tangan kanan dan kiri. Keluarga klien mengatakan klien
tersetrum listrik pada saat memperbaiki genteng atap rumah. Pada saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan nyeri serta tidak bisa menggerakan kedua bagian kaki dan tangannya. Klien
tampak mengerutkan dahi, klien tampak meringis. TD : 140/90 mmHg, N: 58x/menit, RR :
12x/menit. S: 36,5c.
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar
Identitas Pasien
Nama : Tn.I
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jamping
Pekerjaan : Petani
Diagnosa Medis : Spinal Cord Injury Servical
6
2. Data Fokus
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa ke rumah sakit karena tersetrum listrik pada saat memperbaiki
genteng atap rumah. Klien jatuh pada ketinggian 4 meter. Klien sempat pingsan
pada saat dirujuk ke rumah sakit. Keluarga mengatakan terjadi cedera dibagian
leher dan luka bakar dibagian tengan kanan dan kiri.
7
b) Leher
Tidak terdapat pembesaran tyroid
c) Dada/thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : suara paru disebelah kanan pekak
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Auskultrasi : suara nafas vesikular
d) Abdomen
Inspeksi : tak tampak luka di abdomen
Auskultrasi : bising usus 20 xmenit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
e) Ekstermitas
Ekstremitas Atas : terpasang threeway di tangan kiri kekuatan otot
ekstermitas atas kanan 0 kiri 0 terdapat luka bakar dan
post faciotomy ditangan kanan dan kiri.
Ekstremitas Bawah : tampak balutan luka bakar di kaki kanan dan kaki kırı
pasien kekuatan otot kanan 0 kiri 0.
a. Membuka mata
8
b. Respon verbal/bicara
c. Respon motornik/gerakan
9
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Hasil
Pemeriksaan
Cervical AP Keterangan Klinis: Burn Injury
Kesan :
1. Tak tampak jelas adanya fracture pada
vertebrata cervicalis yang tervisualisasi
2. Spasme muskulus interspinalis cervicalis.
Kesan :
1. Posterolisthesis grade 2 vertebra cervicalis 7
mengarah pada gambaran bilateral interfacet
dislocation.
2. Curiga fracture vertebra cervical 7
Pelvis Hasil
Kesan : pada foto saat ini tak tampak fracture
maupun kelainan pelvis.
10
Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
6) Terapi Pengobatan
7) Analisa Data
11
R : Bagian leher Perasaan
S : Skala 7 nyeri/ketidaknyamana
T : Terus menerus n
DO :
- Klien tampak Nyeri Akut
meringis
- Klien tampak
mengerutkan
dahi
- Klien tampak
gelisah
- TTV
TD :140/90
mmHg
N : 58x/menit
RR : 12x/menit
S : 36,5c
2. DS : Tidak mampu Gangguan
- Klien beraktivitas Mobilitas Fisik
mengatakan
tidak bisa
menggerakan Tirah baring yang lama
kedua kaki dan
tangannya
- Klien Kehilangan daya otot
mengatakan sulit
untuk berpindah
dari satu tempat Penurunan otot
ke tempat lain
12
dalam posisi
tirah baring
- Kekuatan Otot
0 0
0 0
3. DS : Cedera medulla Risiko Perfusi
- Keluarga klien spinalis Serebral Tidak
mengatakan Efektif
klien jatuh dari
ketinggian Perdarahan pada
- Klien sumsum tulang :
mengatakan hematomiela
merasa sakit
kepala
Perpindahan cairan
DO : dari intraseluler ke
- Klien tampak ekstraseluler
lemah
- Klien tampak Penurunan aliran darah
cemas ke jaringan otak
B. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan Moblitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (D.0054)
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d cedera (D.0017)
13
C. INTERVENSI
Edukasi :
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
15
nyeri S : Skala 5
Hasil : Klien mengatakan akan T : Terus menerus
terasa nyeri jika berpindah posisi
O:
3. Memberikan teknik - Klien tampak
nonfarmakolis untuk lemas
mengurangi rasa nyeri (ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam) A : Masalah nyeri akut
Hasil : Klien tampak lebih rileks belum teratasi
5. Mengkolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
analgetik
Hasil : Klien mau untuk minum
obat secara teratur
16
2. 07/10/2023 1. Identifikasi toleransi fisik S:
melakukan pergerakan - Klien mengatakan
Hasil : Klien hanya bisa sudah bisa sedikit
terbaring ditempat tidur bergerak miring
kanan/kiri
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam O:
meningkatkan pergerakan Kekuatan otot
Hasil : Untuk melakukan 3 1
mobilisasi dan aktivitas klien di 3 1
bantu oleh istrinya.
A:
3. Ajarkan mobilisasi sederhana Masalah gangguan
yang harus dilakukan misalnya mobilitas fisik belum
duduk di sisi tempat tidur tertasi
Hasil : Klien mampu duduk
ditempat tidur pada saat saat P:
tertentu. Pertahankan Intervensi
17
A:
Masalah risiko perfusi
serebral tidak efektif
belum teratasi
P:
Pertahankan Intervensi
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma medula spinalis adalah cedera serius yang dapat mengakibatkan dampak yang
signifikan pada kehidupan individu yang terkena. Dampaknya meliputi kecacatan fisik,
gangguan sensorik, dan masalah fungsi organ, yang dapat memengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan. Dengan pendekatan yang terintegrasi antara perawatan medis, rehabilitasi, dan
dukungan psikososial, banyak pasien dapat mencapai peningkatan dalam fungsi dan
kemandirian mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa perjalanan pemulihan dari trauma
medula spinalis sering kali merupakan proses jangka panjang.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula spinalis memegang peranan
krusial dalam pemulihan dan peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam prakteknya, asuhan
keperawatan ini melibatkan pendekatan holistik yang mencakup evaluasi komprehensif,
manajemen gejala, rehabilitasi, dan dukungan psikososial. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan fungsi fisik, mengurangi komplikasi, dan memfasilitasi adaptasi pasien
terhadap perubahan yang dihadapi. Dengan melibatkan pasien, keluarga, serta tim
interprofesional yang terkoordinasi, asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma medula
spinalis mampu memberikan perawatan yang terkoordinasi, empati, dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai medulla spinalis baik
dalam proses asuhan keperawatan dan dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
prosedur operasional serta dapat menjadikan pengalaman untuk kedepannya agar dapat
memaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Mochamad ;. (2017). Patofisiologi NyerI (PAIN). e-Journal UMM, XIII(1), 7-13
Pertiwi D, Hardisman H. (2017). Gambaran distress pada mahasiswa preklinik tahun ketiga
fakultas kedokteran. J Pendidik Kedokt Indones.;3(3):145–53.
20