You are on page 1of 12

DAKHI<L AL-NAQLI KISAH NABI AYYUB PADA TAFSIR AL-

QUR’A<N AL-‘AZ}I<M KARYA IBNU KATHI<R

Muhamad Erpian Maulana


Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Bandung 40614, Indonesia
Email : Erpianaveiro@gmail.com

_________________________

Abstract
The truth value of tafseer as a human thought (mufasser) are subjective. In fact, some of their interpretations are
defective. Dakhi<l is one of new study Qoran discipline that filter between valid interpretation and invalid
interpretation. Some of defective (dakhi<l) interpretation are found in prophet story interpretations. One of
famous prophet story is that prophet Ayyub was given an disgusting skin disease and left out by his family and
his believers. Ibnu Kathi<r with his phenomenal book Tafseer Al-Qur’an Al-‘Az}i<m was book that have used a
critics approach to peeling a content of interpretations, especially in prophet story interpretations. However,
some of his interpretations are defective. This purpose of research is to determine the forms of dakhi<l al-naqli
in Ibnu Kathi<r book about surah Al-Anbiya>[21]: 83-84 and surah S{a>d : 41-44 and to identified that prophet
Ayyub wasn‟t had a disgusting skin disease. Writters used qualitative research method with content-analysis as
a analysis data. The result of this research is found there are eight forms of dakhi<l al-naqli in surah Al-
Anbiya>[21]: 83-84 and collected in four of nine dakhi<l categories. Ibnu Kathi<r interpreted prophet Ayyub story
with hadi<th d{a’i<f, Isra’iliyyat story, invalid s{aha>bat thought and invalid tabiin thought. Writters found that in
surah S{a>d only one form of dakhi<l al-naqli and also only in one of nine categories that is interpreted prophet
Ayyub story with hadi<th da’i<f. The conclusion is that prophet Ayyub wasn‟t had a disgusting skin diseas.
Prophet Ayyub only had a leg disease, like a rheuamatism.
Keywords:
Tafseer; dakhi<l al-naqli; hadi<th; prophet Ayyub; skin disease.
__________________________

Abstrak
Nilai kebenaran penafsiran sebagai produk olah pikir manusia (dalam hal ini seorang mufasir) bersifat subjektif.
Bahkan, pada nyatanya sebagian penafsiran mengandung kecacatan. Dakhi<l merupakan salah satu disiplin „ulu>m
al-Qur’a>n yang baru yang dengannya seorang pembaca tafsir dapat membedakan antara penafsiran yang valid
dan penafsiran yang tidak valid. Kecacatan dalam penafsiran seringkali terjadi dalam penafsiran mengenai
kisah-kisah para nabi. Salah satu cerita yang masyhur adalah ditinggalkannya Nabi Ayyub oleh keluarga dan
para pengikutnya disebabkan oleh penyakit kulit akut yang dimiliki Nabi Ayyub. Ibnu Kathi<r merupakan
seorang mufasir yang menggunakan corak kritik dalam tafsirnya yang fenomenal, Tafsi<r Al-Qur’an Al-‘Az{i<m
dalam mengupas muatan penafsiran, terutama dalam penafsiran kisah para nabi dalam Alquran. Kendatipun
demikian, beberapa penafsiran Ibnu Kathi<r terhadap beberapa kisah Alquran mengandung kecacatan. Penelitian
ini bertujuan untuk menemukan jumlah dakhi<l al-naqli dalam QS. Al-Anbiya>[21]: 83-84 QS.S{a>d[38] : 41-44.
Dan untuk mengidentifikasi bahwa Nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kulit yang menjijikkan. Penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis-isi. Dalam penelitian ini ditemukan
delapan bentuk dakhi<l al-naqli dalam empat kategori dakhi>l al-naqli (dari sembilan kategori ) pada QS. Al-
Anbiya>[21]: 83-84. Diantaranya menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah, menafsirkan Alquran dengan
cerita Isra>‟iliyya>t, menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid dan menafsirkan Alquran
dengan pendapat tabiin yang tidak valid. Sementara dalam QS.S{a>d [38]: 41-44 penulis hanya menemukan satu
bentuk dakhi<>l al-naqli saja, yakni menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah. Simpulan yang didapatkan
penulis dari penafsiran Ibnu Kathi<r terkait kisah Nabi Ayyub adalah bahwa Nabi Ayyub tidak mengalami
penyakit kusta. Nabi Ayyub hanya mengalami penyakit diantara tulang kaki, sejenis penyakit rematik.
Kata Kunci:
Tafsir; dakhi<l al-naqli; hadis; Nabi Ayyub; penyakit kulit.
__________________________
Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

A. PENDAHULUAN kisah Nabi Ayyub as dan implikasinya dalam


Tafsir sebagai produk olah fikir manusia tafsir Ibnu Kathi<r.
(dalam hal ini seorang mufasir), tentu tak Adapun metode yang digunakan dalam
jarang ditemukan perbedaan pendapat. Hal ini penelitian ini ialah menggunakan penelitian
dipengaruhi oleh latar belakang, corak kualitatif dengan jenis data library research,
keilmuan serta kondisi waktu dan tempat serta yang meliputi buku, ensiklopedi, kamus,
kondisi sosio-politik gagasan dilahirkan. jurnal, dokumen, dan lain sebagainya.
Bahkan tak jarang produk gagasan dan Pendekatan yang digunakan adalah
pemikiran tersebut mengandung kecacatan, pendekatan analisis-isi, karena penelitian
yang kemudian dikenal dengan istilah dakhi>l. bertujuan untuk mengupas isi penafsiran Ibnu
Dakhi<l dalam tafsir yang dikutip dari Kathi<r terkait kisah Nabi Ayyub.
Ibra<hi<m Khali<fah bermakna penafsiran Sejatinya, pesan moral penafsiran lebih
Alquran dengan al-ma‟thu<r yang tidak sahih, utama terlepas dari kuat atau lemahnya suatu
penafsiran Alquran dengan al-ma‟thu<r yang riwayat. Namun pun demikian, memilah
sahih tetapi tidak memenuhi syarat-syarat riwayat yang layak dijadikkan hujjah sangat
penerimaan atau penafsiran Alquran dengan layak menjadi hitungan. Dengan pendekatan
pemikiran yang salah. 1 teori dakhi<l ini, pembaca tafsir dapat
Tafsir Ibnu Kathi<r ialah sebagai rujukan membedah dan memilah antara penafsiran
dari tafsi>r bi al-ma’thu<r yang mu’tabarah yang valid dan penafsiran yang tidak valid.
kedua setelah tafsir al-T{abari<. 2Ibnu Kathi<r Sehingga dapat memisahkan antara teks
adalah seorang mufasir yang menggunakan Alquran dan konteks sebuah penafsiran.
gaya kritik sebagai corak penafsirannya. B. PEMBAHASAN
Dalam karya utamanya Tafsi<r Al-Qur’a>n Al- Dari hasil penelitian ini, ditemukan
‘Az{im, Ibnu Kathi<r sering mengkritik riwayat- terdapat delapan riwayat yang termasuk pada
riwayat mengenai kisah-kisah, baik dari segi jenis riwayat dakhi<l dalam empat bentuk
sanad maupun kandungan matan.3 Kendatipun variatif dakhi>l al-naqli pada penafsiran QS.
demikian dalam penafsiran kisah Nabi Ayyub Al-Anbiya>[21]: 83-84. Penafsiran yang tidak
as, terdapat beberapa riwayat penafsiran yang layak dijadikan hujjah dalam menafsirakan
kevalidannya dipertanyakan. 4 Alquran menggunkan hadis-hadis yang secara
Sejauh tinjauan penulis, telah banyak kualitas dan kuantitas tidak vaid, pendapat
penelitian terhadap penafsiran maupun dari para sahabat dan tabiin yang tidak valid.
pemikiran Ibn Kathi<r dan kisah Nabi Ayyub. Sementara pada penafsiran QS.S{a>d [38]:
Kendatipun demikian, belm ada penelitian 41-44 ditemukan satu bentuk dakhi<l dengan
yang memfokuskan pada kecacatan kisah Nabi satu jenis variatif dakhi<l al-naqli, yaitu
Ayyub. menafsirkan Alquran dengan hadis yang tidak
Penelitian ini berfokus untuk mengkaji dan layak dijadikan hujjah.
menemukan keberadaan dakhi<l al-naqli pada Berikut rinciannya :
1. Dakhi<l al-naqli QS. Al-Anbiya>[21]: 83-84.

‫ى‬.‫ا َى‬ ِِ ‫أَُّي وىإِ ْذى َ َا ى َّبوىأَ يِّن ى َّب ِ ى الُّيُّيلى أَْذ ىأَ ى َّبال‬
1
Ibrahim Syuaib, Metodologi Kritik Tafsir
ُ َ ‫َ َ ْذ‬ َ َ َُ َ َ
ِ
‫ىضٍّلى َآتَ ْذي نَ هُىأ ْذَىلَوُى َ ثْذ لَ ُه ْذ ى َ َع ُه ْذ ى‬ ِ ِ ِ
(Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas ُ ‫فَ ْذستَ َجْذب نَ ىاَوُىفَ َك َش ْذفنَ ى َ ى وى ْذن‬
‫َ ْذاَ ًةى ِ ْذنى ِْذن ِ َ ى َ ِ ْذ َل ىاِلْذ َع ِ ِ َىن‬
Ushuluddin, 2008), 1.
2
Muhammad Husein Al-Dzahabi, At-Tafsir Wa Al-
Mufassirun (Kairo: Maktabah Wahbah, n.d.), 174. Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayyub,
3
Ali bin Muhammad al-Baghdadi Al-Khazin, ketika dia berdo‟a kepada Tuhannya,
Lubab Al-Ta’wil Fi Ma’ani Al-Tanzil (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 2004), 534.
“(Wahai Tuhanku). Sungguh aku telah
4
Mana<hij Ja>mi’ah al-Madi<nah al-‘Aliyah, Al- ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan
Dakhi<l Fi< Al-Tafsi<r (Madi<nah: Ja>mi’ah al-Madi<nah al- Yang Maha Penyayang dari semua yang
‘Aliyah, n.d.), 151.

146 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156


‫‪Muhamad Erpian Maulana‬‬ ‫‪Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-‬‬
‫‪Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r‬‬

‫‪penyayang”.‬‬ ‫‪Maka‬‬ ‫‪Kami kabulkan‬‬ ‫صىإِاَْذي ِوى َ َ َ َع ْذى‪.‬ى َُّبى‬ ‫ِ‬


‫وىفَ َ فَ َع ى اْذ ُق ْذل َ‬
‫ِ‬
‫غَْذي َلهُ‪،‬ىفَ َق اَ ْذى‪:‬ى َ َ ى الَّبوُىأَُّي َ‬
‫‪(do‟anya), lalu kami lenyapkan penyakit‬‬ ‫ِ َّب ِ ِ‬
‫يب‪،‬ىفَ َق َلى ََل ‪:‬ىإِ َّبن َىز ِ‬ ‫ىص َاِى َبِ ٍ‬
‫‪yang ada padanya, dan (Kami lipat‬‬ ‫كى َ ْذ ى َ َلى‬ ‫ْذ َ‬ ‫َ‬ ‫يسىأَتَ َى ِىِف ُ‬ ‫إنىإ ْذل َ‬
‫ىصنَ ِ ى َِ ى‬ ‫َنى َْذب َلأَىفَ ْذليَأْذ ُ ْذذى َُ ًة ىفَ ْذليَ ْذذ َْذَبوُىِ ْذس ِ َ‬ ‫ُسق و‪،‬ىفَإِ ْذنىأََ َاىأ ْذ‬
‫‪gandakan) jumlah mereka, sebagai suatu‬‬
‫‪rahmat dari Kami, dan untuk menjadi‬‬
‫ك‪.‬ىفَ َق اَ ى َاِ َ ِ‬ ‫وى َ ْذع َ ى َاِ َى‬ ‫ٍ‬
‫‪peringatan bagi semua yang menyembah‬‬ ‫و‪،‬ىفَ َق َىل‪:‬ى‬ ‫كىِلَُّي َ‬ ‫ْذ‬ ‫فَ ََلنىفَإِ َّبوُى َْذب َلأُى َ َتُ ُ‬
‫”‪Kami‬‬ ‫َنىأَ ْذ لِ َ ِكى ِ ئَ َى َ لْذ َ ىاٍ‪.‬ى‬ ‫يث‪.‬ىاِلَّب ِوى َلَ َّب ىإِ ْذنى ََلأْذتُأ ْذ‬‫َ ْذ ىأَتَ ِكى ْذْلَبِ ُى‬
‫‪Berikut riwayat-riwayat yang digunakan‬‬
‫‪Ibnu Kathi<r sebagai sandaran penafsiran :‬‬ ‫ح ِظَلى َْذن َه ى يِّنالْذز ُق‪،‬ىفَ َج َعلَ ْذ َىَّلىتَأْذِِتىأ ْذَى َلى‬ ‫ِ‬
‫فَ َخَل َ ْذ ىتَ ْذ َع ى َلَْذيو‪،‬ىفَ ُ‬
‫‪a. Sakit dan diasingkannya Nabi Ayyub‬‬ ‫َْذي ٍ ىفَ ُُِي ُ َ َه ‪،‬ىفَلَ َّب ى شت ى ليه ى اكى ف ى ل ىأ وى‬
‫ىشع ِلى ى َلًة ىفَب ْذتوى ِ نىصبِيَّب ٍى ِ نى نَ ِ‬ ‫ِ‬
‫بى‬ ‫صُ‬ ‫وى َ َّبَّتى ََلْذى َْذب َقىإَِّبَّلى اْذ َع َ‬ ‫طى ََلْذ ُىأَُّي َ‬ ‫َ َ َلى ا ُّي يِّن ُّيى‪:‬ىتَ َ َ َ‬ ‫تى‬ ‫ْذْلُ َى َ لَ َق ْذ ى ْذن َ ْذ َ ْذ َ َ ُ ْذ َ ْذ َ‬
‫َ اْذعِظَ ُم‪،‬ىفَ َك َ ِ ى ْذ َلأَتُوُىتَ ُق ُمى َلَْذي ِوى َ تَأْذتِ ِيوىِ َّباز ِاى َ ُك ُنىفِ ِيو‪،‬ىفَ َق اَ ْذ ى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْذِل ْذ ِ‬
‫و‪،‬ىفَلَ َّب ى َآهُى‬ ‫َشَل ف‪،‬ىفَأَ ْذطَْذ َى ى َ َع ًة ى َييِّنبًة ى َ ث ًةُي ىفَأَتَ ْذ ىِوىأَُّي َ‬
‫ك؟ى‬ ‫جى َْذن َ‬ ‫كى ُ َفيِّنل ُ‬‫تى ََّب َ‬ ‫ىا َ ْذ َ‬ ‫و‪،‬ىاَ ْذ َ‬ ‫اَوُى ْذ َلأَتُوُىاَ َّب ى َ َلى َ َ عُىوُ‪:‬ى َ ىأَُّي ُ‬ ‫ىى َذ ؟ى َ اَ ْذى‪:‬ى َ ِ لْذ ُ ِىِلَُ ٍسىفَأَ ْذ َع ُ ِ ى‪.‬ى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫أَْذ َكَلهُى َ َ َىل‪:‬ى ْذنىأَْذ َنىاَك َ‬
‫َنىتَع لىفَلَ َِ‬ ‫ِ‬
‫َصِ َِبى‬
‫َنىأ ْذ‬ ‫يلىاِلَّب ِوىأ ْذ‬ ‫ِ‬
‫يح ‪،‬ىفَ َه ْذلىى َل ٌ‬ ‫ىصح ًة‬
‫فَ َق َىل‪:‬ى َ ْذ ى ِ ْذش ىسبعِ ىسنَ ًة ِ‬
‫ُ َ ْذ َ َ َ‬ ‫ىَت ْذ ى‬ ‫فَأَ َ َلى ْذنوُ‪،‬ىفَلَ َّب ى َ َنى اْذغَ ُ ى َ َل َ ْذ ىفَطَلَبَ ْذ ىأ ْذ ْذ َ َ ْذ‬
‫ِ‬
‫كىفَ َخَل َ ْذ ‪،‬ىفَ َك َ ْذ ىتَ ْذع َ ُلى‬ ‫ِ‬
‫؟ىفجَز ى ِ ْذنى َا َ‬ ‫ىسنَ ًة َ‬ ‫ىسْذبع َ َ‬
‫اَو ِ‬
‫ُ َ‬ ‫كى‬ ‫كى ْذْلَ َِِ‪،‬ىفَأَ ْذطَْذ َى ى ِ ْذنى َا َ‬ ‫ل ى َ ْذلًة ىفَبَ َْذتوُى ِ ْذنىتِْذل َ‬ ‫فَ َحلَ َق ْذ ىأَْذ ًة‬
‫ِ‬
‫يسى ْذطَلَ َقىإ ََلى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّب‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫النَّب ِسى أَ ْذ ٍلى َ تَأْذتيوىِبَ ىتُص ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‪،‬ىفَ َق َىل‪:‬ى َ الَّب ِو َىَّلىأَ ْذ َع ُ وُى َ َّبَّتىأَ ْذلَ َ ى ِ ْذنى‬ ‫ِ‬
‫اطَّب َع م‪،‬ىفَأَتَ ْذ ىِوىأَُّي َ‬
‫ِ‬
‫يبىفَتُطْذع ُ وُ‪،‬ى َ إنىإ ْذل َ‬
‫ىص ِ َق ْذ ِ ىاَوُى َأَ َ َ ْذ ِن‪،‬ىفَأَتَ ُاَ ىفَ َق َىل‪:‬ى‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ُ لَ ْذ ِ ى ْذنىفلَ ْذ ط َ ى َ َ َ‬ ‫ىَملُ ًة ى َ ِز َى َ َز ًة ى‬ ‫ْذس َه َْذ‬ ‫ض َع ْذ ىَخَ َ َى ‪،‬ىفَلَ َّب ى َأَ ى َأ َ‬ ‫ىى َ ؟ىفَ َ َ‬ ‫أَْذ َن ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ا ََلى‬ ‫أَ ُ ىأَُّي وىأَص وى ِ نى اْذب ََل ِءى َ َذ ى َ َذ ‪،‬ىفَأْذتِي هى ُز هى ْذِ‬
‫َ ُ َ َُ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َُ َ َ‬ ‫ُ َ‬ ‫ىا َ ى ََّبوُى ََّبزى َ َ َّبىل‪:‬ىأَ يِّن ى َ َّب ِ َى الُّيُّيلى َأَْذ َ ى‬ ‫كَ‬ ‫َش ًة ‪،‬ىفَعِْذن َ ى َا َ‬
‫وى نْذوُى ََلأ‪.‬ىفَأَتَيَ هُ‪،‬ىفَلَ َّب ى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا َى ى‬ ‫أَ ى َّبال ِِ‬
‫ىشل َ‬ ‫ىَخْذلىأَْذض ُك َ ‪،‬ىفَإ َّبوُىإ ْذن َ‬ ‫َ َع ُك َ ى ْذن َ‬ ‫ْذ َ ُ‬
‫َظََل ىإِاَْذي ِوى َ َكيَ ‪،‬ىفَ َق َىل‪:‬ى َ ْذنىأَْذتُ َ ؟ىفَ َق ََّلى‪:‬ى َْذ ُنىفََُل ٌنى َ فََُل ٌىن!ى‬ ‫‪Artinya: “Al-Suddi menyatakan bahwa‬‬
‫‪akibat dari penyakit kulit yang dialami‬‬
‫ىَي ُف ِ ى ِْذن َ ى اْذبَ ََل ِء‪،‬ىفَ َق ََّلى َ ى‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫فل َّب بى َ ى َ َ َىل‪:‬ى َ ْذل َ بًة ىِبَ ْذن َىَّل َْذ‬ ‫‪Nabi Ayyub, daging Nabi Ayyub‬‬
‫ِِ‬
‫كى ْذتَ ََل َكى الَّبوُ؟ى‬ ‫لىشْذيئًة ى َ تُظْذ ِه ُلى َغْذي َلهُ‪،‬ىفَل َذا َ‬ ‫كى ُ ْذن َ ىتُ َ‬ ‫و‪،‬ىاَ َعلَّب َ‬ ‫أَُّي ُ‬
‫‪berjatuhan sampai tidak ada yang tersisa,‬‬
‫‪kecuali saraf dan tulangnya saja. Dalam‬‬
‫ِ‬
‫ىشْذيئًة ى‬
‫ت َ‬ ‫َسَلْذ ُ‬ ‫ْذسوُىإِ ََلى ا َّب َ ءى َُّبى َ َىل‪:‬ى ُى َ ى َ ْذعلَ ُ‪،‬ى َ ىأ ْذ‬ ‫فَ َلفَ َ ى َأ َ‬ ‫‪kondisi seperti itu, istri Nabi Ayyub tetap‬‬
‫َصِِبُىأ ْذَمىأَ ْذ َز ُ‪،‬ىفَ َق ََّلىاَىوُ‪:‬ى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫تىغَْذي َلىهُ‪.‬ى َ اَك َّبنى َ يِّن ى ْذتَ ََلِ ىايَ ْذنظَُلىأَأ ْذ‬
‫‪setia di sampingnya dan membantunya.‬‬
‫أَ ْذ َه ْذل ُ‬ ‫‪Melihat kondisi sakit yang tak kunjung‬‬
‫ىش ِلْذ َ ى ِ ْذنوُى ََلأت‪.‬ى َ َىل‪:‬ى‬ ‫َّبكىإِ ْذن َ‬‫ىَخْذ ِلَ ىفَإِ َ‬ ‫وى ِ ْذن َ‬ ‫و‪،‬ى ْذشَل ْذ‬ ‫َ ىأَُّي ُ‬ ‫‪mereda, istri Nabi Ayyub berkata kepada‬‬
‫يثىفَأََ َلُ َ ى َِ َذ ؟ى َ ََل ُ ُك َ ى‬ ‫بى َ َ َلى َ ءَ ُ َ ى ْذْلَبِ ُ‬ ‫ِ‬
‫فَغَل َ‬
‫‪suaminya : “Wahai Ayyub, bukankah jika‬‬
‫‪kau berdoa kepada Allah SWT., maka kau‬‬
‫َ َ َع ُ ُك َ ى َ َشَل ُ ُك َ ى َلَ َّب ى َ َل ٌىم‪.‬ىفَ َق َ ى ِ ْذنى ِنْذ ِهِ‪،‬ى َ َ َل َ ِ ى‬ ‫‪akan dibebaskan dari penyakit yang selama‬‬
‫ٍ‬ ‫لأَتُوىتَع لىاِلنَّب ِسىفَخب ز ْذ ِ‬ ‫‪ini menggerogotimu”. Nabi Ayyub pun‬‬
‫ِب‪،‬ىفَ َج َعلَ ْذ ى ََلُ ْذ ى‬ ‫ىصِ ٌّ‬ ‫تىِل ْذَى ِلى َْذي ى ََلُ ْذ َ‬ ‫َََ‬ ‫ْذ َ ُ ْذ َ ُ‬ ‫‪menjawab : “ Sungguh aku telah hidup‬‬
‫َنى ُ ظُ هُ‪،‬ىفَ َ َىبُ هُى ََلَ ‪.‬ى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ى‪،‬ى َ َ َنى ْذنُ ُه ْذ ى َ ئ ًة ‪،‬ىفَ َك ِلُى ىأ ْذ‬ ‫ُ ْذل ًة‬ ‫‪dalam keadaan sehat selama 70 tahun.‬‬
‫كى‬‫فَأَتَ ْذ ىِِوىإِ ََلىأَُّي و‪،‬ىفَأَْذ َكلهى َ َىل‪:‬ى ى ُ ْذن ِ ىتَأْذتِي ِ ى ِ َذ ‪،‬ىفَ ى اُ ِ‬ ‫‪Sedang bersabar menghadapi penyakit‬‬
‫َ َ َ‬ ‫َُ َ َ‬ ‫َ‬ ‫)‪selama 70 tahun (sebagai tanda bersyukur‬‬
‫بى‬ ‫ظ‪،‬ىفَطَلَ َ‬ ‫ِبى َ ِى ْذستَ ْذي َق َ‬ ‫اصِ َّب‬
‫اْذيَ ْذ َم؟ىفَأَ ْذ بَ َلتْذوُى ْذْلَبَ َىل‪.‬ى َ َىل‪:‬ىفَلَ َع َّبلى َّب‬ ‫‪masih tidak seberapa.” Istri Nabi Ayyub‬‬
‫ىَي ْذ هُىفَ ُه َ ى َْذبكِ ى َلَ ىأ ْذَىلِِىو‪.‬ى[فَ ْذطَلِ ِق ىِِوىإِاَْذي ِىو‪.‬ى‬ ‫اْذ َقلصىفَلَ َِ‬ ‫‪pun tersentak dan terdiam mendengar‬‬
‫ْذ َ ْذ‬ ‫‪jawaban suaminya, lalu ia keluar. Selama‬‬
‫ِ‬
‫ىش اٌى ََلُ ْذ ‪،‬ىفَ َق اَ ْذى‪:‬ى‬ ‫ىا َ َ َى اْذ َق ْذ م‪،‬ىفَنَطَ َحْذت َه َ‬ ‫فَأَ ْذ بَ لَ ْذ ى َ َّبَّتى َلَغَ ْذ َ‬
‫ظى‬ ‫ِبى َ ِى ْذستَ ْذي َق َ‬ ‫اصِ َّب‬ ‫تى َّب‬ ‫تى َ ِ‬
‫ىصع َ ْذ َ َ‬
‫تَعِسىأَُّي وى ْذْلَطَّب ىء!ىفَلَ َّب ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ‬
‫ِ‬
‫‪،‬ىَّلى َ ْذقبَ ُلى ِ ْذن ُه ْذ َ‬ ‫ص‪،‬ى َ َْذبكِ ى َلَ ىأ ْذَىل ِىو]ى َ‬
‫‪5‬‬
‫‪Ibn Kathi<r, Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r Ibn‬‬
‫ىشْذيئًة ى‬ ‫بى اْذ ُق ْذل َ‬‫َ ُى َ ى َطْذلُ ُ‬ ‫‪Kathi<r, 5th ed. (Beirut: Da<r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,‬‬
‫‪1419), 316.‬‬

‫‪Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156‬‬ ‫‪147‬‬


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

Nabi Ayyub dalam keadaan sakit, istrinya membangunkannya, dan memberikan roti
melakukan berbagai pekerjaan untuk tersebut kepada istri Nabi Ayyub.
menghidupi kehidupan mereka berdua. Di Kemudian istri Nabi Ayyub mendatangi
lain hal, Iblis pergi menuju Palestina suaminya, dengan sebuah roti di tangannya.
mendatangi dua orang pemuda, yang Namun Nabi Ayyub mengacuhkannya
sejatinya merupakan kerabat dari Nabi seraya berkata : “Engkau tidak pernah
Ayyub. Iblis pun berkata : “Saudaramu pulang ke rumah membawa roti. Mengapa
Ayyub mengalami sakit yang parah, engkau hari ini membawanya? Istrinya pun
berkunjunglah dan tengoklah kesana. Dan menjawab serangkaian kejadian yang
bawakan ia khamr terbaik di daerahmu, dialaminya. Nabi Ayyub pun berkata :
sungguh jika ia meminumnya maka ia akan “Sungguh anak itu akan terbangun, dan
sembuh. Mereka berdua pun menuruti akan menangis karena ia tidak mendapati
perintah Iblis tersebut dan menengoknya. roti untuknya, pergilah dan berikan kembali
Ketika mereka berdua melihat kondisi Nabi roti ini kepadanya”. Kemudian, istri Nabi
Ayyub, mereka pun menangis. Lalu Nabi Ayyub pun bergegas pergi kembali, sampai
Ayyub bertanya : “Siapa kalian?”. Mereka dia ditabrak oleh biri-biri sang pemilik
pun menjawab : “Kami adalah fula>n dan rumah. Ia pun berujar : “Celakalah Ayyub
fula>n”. Nabi Ayyub pun menyambut telah berbuat kesalahan karena telah
mereka seraya berkata : “Selamat datang menyuruhku pergi kesini”. Ketika ia
untuk kalian yang tidak mengasingkanku sampai di tempat tujuan, dia mendapati
ketika aku ditimpa musibah”. Mereka pun anak tersebut mencari roti tersebut dan
menjawab : “Wahai Ayyub, mungkin saja menangis kepada keluarganya. Anak
(engkau melakukan suatu dosa kecil) yaitu tersebut tidak menginginkan apapun selain
berupa merahasiakan sesuatu tetapi engkau roti itu. Dia pun berujar : “Allah benar-
menampakkan sebaliknya, karena dosa benar menyayangi Ayyub”. Kemudian ia
itulah Allah mengujimu.” Nabi Ayyub pun pun memberikannya kepada anak tersebut
mengangkatkan kepalanya menuju langit, dan lantas bergegas pulang. Dalam
lalu berkata : “Allah Maha Mengetahui, aku perjalanan pulang, ia didatangi oleh syaitan
tidak pernah merahasiakan sesuatu lalu aku dalam bentuk jasad seorang dokter, syaitan
menampakkan sebaliknya, melainkan Allah itu pun berkata kepadanya : “Sungguh,
mengujiku untuk melihat akankah aku suamimu telah mengalami sakit yang
bersabar menghadapinya atau sebaliknya”. begitu lama, jika kau ingin dia sembuh dari
Mereka berdua pun mengusulkan agar Nabi penyakitnya maka sembelihlah olehmu
Ayyub meminum khamr yang telah dibawa seekor hewan atas nama berhala suatu
oleh mereka dan meyakinkannya, jika Nabi kaum, percayalah ia akan terbebas dari
Ayyub meminumnya maka ia akan terbebas penyakitnya dan bisa bertaubat setelah itu”.
dari penyakit yang selama ini dialaminya. Istrinya pun menjelaskan hal tersebut. Nabi
Mendengar hal itu, Nabi Ayyub pun Ayyub pun memberikan tanggapan :
seketika marah, lalu berkata “Sungguh, Iblis telah datang kepadamu.
:“Yangmenemui kamu berdua adalah Iblis, Demi Allah, jika aku terbebas dari penyakit
dan ia menyuruh kamu berdua melakukan ini, aku akan menjilidmu sebanyak 100
ini. Sungguh ucapan, makanan, dan jilid. Kemudian istrinya pun keluar untuk
minuman kalian haram bagiku. Mereka bekerja, namun Nabi Ayyub mengutuknya
berdua pun pergi dari hadapan Nabi Ayyub. supaya sulit mendapati rezeki. Alhasil,
Istri Nabi Ayyub keluar rumah untuk tidak satu rumah pun yang menginginkan
bekerja membuat roti pada satu keluarga jasanya. Maka ketika istri Nabi Ayyub
yang memiliki bayi. Ketika ia membuatkan merasa berat, dan mengkhawatirkan jika
roti untuk penduduk rumah, anak mereka Nabi Ayyub kelaparan ia pun menjual
tertidur. Mereka enggan untuk kuciran rambutnya kepada salah satu anak

148 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

perempuan dari orang terpandang, mereka yang tidak dapat dibenarkan. „Abdurrahma>n
pun memberikannya makanan yang enak bin Saqa>f menulis sebagai berikut :
dan banyak. Istri Nabi Ayyub pun ‫ مجيع َّل ل ضى ابشل ى ايتىَّلتؤا ى يلى قصىِفى ل تبه ى اعلي ى‬...
kemudian mendatangi suaminya, dan Nabi
Ayyub tidak percaya. Beliau pun berkata ‫مللضى ْلفيفى َّل لى اشلوى رت ء َللى اِباى ْل ى غُيى‬
kepada istrinya : “Dari mana kau .‫اك‬
mendapatkan ini ?”. Istrinya pun menjawab
: “Aku bekerja untuk orang-orang, sebagai Artinya: “Sifat ja>‟iz bagi Rasul adalah
imbalan mereka pun memberikan aku semua jenis tabi‟at manusia yang tidak
makanan”. Nabi Ayyub pun memakannya. menunjukkan sisi kelemahan dalam
Keesokan harinya, istri Nabi Ayyub martabatnya yang tinggi, seperti penyakit
mencari pekerjaan namun tak kunjung yang ringan, makan, minum, merasakan
mendapatkannya. Dia pun kembali menjual panas serta dingin, lapar, dan lain-lain
kuciran rambutnya untuk mendapatkan sejenisnya.”
makanan. Dia pun kembali mendatangi Menurut Abu Shahbah, hal ini bertentangan
suaminya. Nabi Ayyub pun berkata : “Demi dengan kenyataan bahwa para nabi merupakan
Allah, aku tidak akan memakan makanan orang yang terpandang dari kaumnya dari segi
ini, sampai aku tahu bagaimana kamu kemuliaan, keutamaan nasab dan keturunan,
mendapatkannya”. Istrinya pun melepaskan dan juga kecerdasan. Kenyataan yang
kerudungnya. Maka ketika Nabi Ayyub demikian, yang menurutnya mustahil jika
mengetahui kondisi kepala istrinya, Nabi istrinya bekerja keras demi menghidupi Nabi
Ayyub jatuh tersungkurlemas.Ketika itulah, Ayyub. Di sisi lain, mustahil rasanya orang
Nabi Ayyub berdo‟a : yang mengimaninya (pengikutnya)
ِِ ‫“ أ يِّن ى َّب ِ ى الُّيُّيلى أَْذ ىأَ ى َّبال‬
‫ا َى”ى‬
meninggalkan Nabi Ayyub begitu saja dalam
ُ َ ‫َ َ ْذ‬ َ َ keadaan beliau sedang ditimpa musibah. 10
Al-Suddi memiliki nama lengkap Data di atas menegaskan bahwa riwayat
Muhammad bin Marwa>n bin „Abdullah bin penafsiran tersebut termasuk pada jenis dakhil<
„Isma>„i<l bin „Abdurrahma>n bin al-Suddi al- al-naqli pertama, yakni menafsirkan Alquran
Ku>fi<. Ia adalah seorang pengikut tabiin. dengan hadis yang tidak layak dijadikan
Mayoritas ulama berpendapat bahwa dia hujjah.
adalah seorang pembohong,d{o‘i>f, dha>hib al- ‫ى َ َّبثَنَ ى َ ِل ُلى ْذ ُنى‬،َ َ َ‫ىسل‬ ٍِ
hadi<th, matru>k al-hadi<th, laisa bi thiqqah, dan َ َُ‫ى َ َّبثَنَ ىأ‬، َِ‫َ َلى ْذ ُنىأَِ ى َ ِت َ َ َّبثَنَ ىأ‬
‫وى َلَْذي ِوى‬ ِ ِ ِ ِ ٍ
pemalsu hadis. 6 Menurut Imam yang empat َ ‫ى َ َنىِلَُّي‬:‫َ ِزمى َ ْذنى َْذب ى الَّبوى ْذ ِنى ُبَ ْذي ى ْذ ِنى ُ َ ْذٍُيى َ َىل‬
bahwa al-Suddi adalah seorang pengikut ‫ى‬،‫َنى َ ْذ ُ َ ى ِ ْذنوُى ِ ْذنى ِ ِحي ِو‬ ‫ىفَ َج ءَ ى َ ْذ ًة ىفَلَ ْذ ى َ ْذ تَ ِط َيع ىأ ْذ‬،‫ا َّب ََل ُمىأَ َ َ ِن‬
Syi‟ah.7 Maka tak heran, jika kelompok Syi„ah
memasukkanya sebagai salah satu referensi ‫ىاَ ْذ ى َ َنى الَّبوُى َلِ َ ى ِ ْذنى‬:‫ىفَ َق َلىأَ َ ُ ُاَ ىاِ ْذ َ ِىل‬،ٍ ‫فَ َق َ ى ِ ْذنى َعِي‬
‫ىَيَز ْذى‬ ِِ ِ ‫ىفَج ِز ىأَُّي‬، ‫أَُّي وى ي ل ى ى ت ََلهى ِ َذ‬
‫وى ْذنى َ ْذَل َ ى َ َز ًة ى ََلْذ َْذ‬
primer dan dinyatakan mempunyai riwayat
yang melimpah dalam tafsi<r bi al-ma‟thu>r.8 ُ َ َ َ ُ َ‫َ َ ْذ ًة َ ْذ‬
‫طى‬ ‫ى الَّب ُه َّب ىإِ ْذنى ُ ْذن َ ىتَ ْذعلَ ىأَ يِّن ى ََلْذىأَِ ْذ ىاَْذي لَ ًةى َ ُّي‬:‫ىفَ َق َىل‬،‫ط‬‫ىش ٍءى َ ُّي‬ ِ
Pemberian sifat sakit kulit yang akut ُ ‫ْذن َ ْذ‬
kepada seorang Rasul merupakan pendapat ‫يِّنقى ِ َنى ا َّب َ ِءى‬ َ ‫ص‬ ُ َ‫ىف‬، ِ‫ص يِّن ْذ‬
ِ
َ َ‫ىف‬، ٍ ‫َشْذب َع َنى َأََ ىأَ ْذلَ ُى َ َك َنى َ ئ‬
‫ى الَّب ُه َّب ىإِ ْذنى ُ نْذ َ ىتَ ْذعلَ ُىأَ يِّن ى ََلْذى َ ُك ْذن ِىيلى‬:‫ى َُّبى َ َىل‬،‫َ ُاَ ى َ ْذ َ َع ِن‬
6
Yu>suf bin ‘Abdurrahma>n Mizzi, Tahdhil Fi Al-
Rija>l, 26th ed. (Beirut: Muassasah al-Risalah, n.d.),
9
393. ‘Abdurrahma>n bin Saqa>f Ash‘ari, ‚Duru>s Al-
7
Husain Dzhahabi, Al-Isra>’iliyya>t Fi Al-Tafsi<r Wa ‘Aqa>‘id Al-Di<niyyah,‛ 3rd ed. (Banjaran: Mubarakul
Al-Hadi<th (Al-Qa>hirah: Maktabah Wahbah, n.d.), 92. Huda, 2015), 18.
8 10
Muhammad Hadi Ma‘rifah, Al-Tafsi<r Wal Al- Muhammad bin Muhammad Abu> Shahbah, Al-
Mufassiru>n Fi< Thaubihi< Al-Qushaibi< (Iran: Razavi Isra>’iliyya>t Wa Al-Maud}u>‘a>t Fi< Kutub Al-Tafsi<r Wa
University of Islamic Sciences, n.d.), 388. Al-H{adi<th (Mesir: Maktabah al-Sunnah, n.d.), 280.

Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156 149


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

‫يِّنقى ِ َنى‬
َ ‫ص‬ َ َ‫ىف‬، ٍ َ ‫ى َأََ ىأَ ْذلَ ُى َ َك َنى‬،‫ط‬
ُ َ‫ىف‬، ِ‫ص يِّن ْذ‬ ‫يص ِنى َ ُّي‬ َ َ
ِ mengangkatkan kepalanya sampai Allah
menyembuhkannya.”
‫ى‬، ‫ى ى لىس‬،‫ى اله ى عزتك‬:‫ى ى ل‬،‫ا ءى ا ى ع ن‬ Menurut Ibn Hajar dan al-Dhahabi bahwa
‫ىفَ َ ى َفَ َ ى‬، ‫فى َ يِّن‬ ِ ِ َ ِ‫ى الَّب ُه َّب ىِعَِّبزت‬:‫فق ل‬ Jari<r bin H{a>zim merupakan perawi yang
َ ‫ك َىَّلىأَْذفَعَُلأْذس ىأََ ًة ى َ َّبَّتىتَكْذش‬ thiqqah tetapi riwayat-riwayatnya dari
ِ
ُ‫فى َْذن ىو‬
َ ‫ْذسوُى َ َّبَّتى ُ ش‬ َ ‫َأ‬ Qata>dah lemah serta munkar, dan dia sering
Artinya: “Ibnu Abi H{a>t im berkata : Ayahku salah jika ia meriwayatkan hadis dari
menceritakan kepadaku, telah menceritakan hapalannya. 12 Menurut Yahya> al-H{ima>ni dia
kepada kami Abu Salamah, telah adalah seorang perawi hadis yang tadli<s dalam
menceritakan kepada kami Jari<r bin H{a>zim, hadisnya tentang sifat shalat Nabi. 13
dari „Abdullah bin „Ubaid bin „Umair Menjelang akhir hayatnya dia sering kali salah
berkata : Nabi Ayyub mempunyai dua meriwayatkan hadis. 14
saudara. Pada suatu hari mereka berdua Dari data di atas, riwayat penafsiran
mendatanginya, tapi mereka tidak bisa tersebut termasuk pada dakhi al-naqli kategori
mendekatinya, karena tidak kuat mencium kelima, yaitu menafsirkan Alquran dengan
bau penyakit (Nabi Ayyub as). Alhasil, pendapat yang tidak valid.
ِ ِ ٍِ
َ َ‫ى َ َّبثَنَ ى ُ َس ى ْذ ُنىإ ْذْس‬، َِ‫ى َ َّبثَنَ ىأ‬:‫َ َ َلى ْذ ُنىأَِ ى َ ىا‬
‫ى‬،‫يل‬
mereka berdiri dari kejauhan. Salah seorang
dari mereka berkata kepada yang lain : Jika
Allah mengetahui bahwasanya Ayyub ‫َنى‬‫ى َ ْذنى َ ْذ فى ابِ َك يل؛ىأ َّب‬،‫ى َ َّبثَنَ ىأَُ ى ِ ْذ َل َنى ْذْلَ ْذ َُّي‬،‫ىاَّب ٌا‬ َ َ‫َ َّبثَن‬
ِ
‫ى‬:‫ى َ َىل‬،‫ى" ط"ى‬:ُ‫وى َ َنى ُ َق ُلىاَىو‬ َ ‫اشْذَّبيطَ َنى اَّبذ ى ََّبل َج ِىِفىأَُّي‬
adalah seseorang yang baik, pastilah Allah
tidak mengujinya dengan sakit yang seperti
ini. Nabi Ayyub pun benar-benar gelisah ‫ى‬، ُ ‫ىفَ َج َع َل َىَّلى َ ْذ‬،"‫ك‬ ‫ى" ْذا ُى الَّبوَىفَيَ ْذش ِفيَ َى‬:‫وىتَ ُق ُىل‬ ِ
َ ‫َ َ َ ى ْذ َلأَاُىأَُّي‬
ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ‫ى َ ىأ‬:‫ل ُه ْذ ىابَ ْذع ٍى‬
‫َص َوُى‬ ُ ‫ىفَ َق َلى َ ْذع‬،‫يل‬ َ ‫َ َّبَّتى َ َّبلى وى َ َفٌلى ْذنى َِ ىإ ْذسَل ئ‬
mendengar hal itu. Nabi Ayyub pun berkata
: Ya Allah, jikalau Engkau mengetahui
ِ
bahwa aku tidak pernah bermalam pada ‫" َيِّنإِ يِّن ى َ َّب ِ َى‬:‫كى َ َىل‬َ ‫ىفَعِْذن َ ى َا‬،ُ‫َص َو‬ ِ ٍ ‫ىأَص وىإَِّبَّلىِ َذ ْذ‬
َ ‫بى َظي ٍ ىأ‬ َُ َ َ
satu malam pun, dalam keadaan kenyang ِ ِ
."‫الُّيُّيلى َأَْذ َ ىأَْذ َ ُى َّبال ا َى‬
dan aku mengetahui tempat orang yang
kelaparan (kecuali aku memberinya Artinya: “Ibn Abi Ha>t im berkata : “Ayahku
makanan), mohon benarkanlah aku. Langit telah menceritakan kepadaku, telah berkata
pun membenarkan hal itu, dan kedua kepada kami Mu>sa bin Isma>„i<l, telah
saudaranya pun mendengarkan hal itu. menceritakan kepada kami Hamma>d (bin
Kemudian Nabi Ayyub berkata : Ya Allah, Zaid), telah menceritakan kepada kami Abu
jikalau Engkau mengetahui bahwasanya „Imra>n al-Jauni („Abdul Malik bin Habib
aku tidak memiliki dua helai pakaian, dan al-Azdi<) dari Nauf al-Bika>li bahwa
aku mengetahui tempat orang yang sesungguhnya syaitan yang mendiami /
bertelanjang (kecuali aku memberinya salah menaiki Ayyub adalah Masu>t{, Nauf berkata
satu pakaianku), mohon benarkanlah aku. bahwa : “Istri Nabi Ayyub berkata kepada
Langit pun kembali membenarkannya dan Nabi Ayyub : “Berdo‟alah kepada Allah,
kedua saudaranya pun mendengarkannya. sungguh Allah akan menyembuhkanmu”.
Kemudian Nabi Ayyub berkata sambil
tersungkur dan bersujud : Ya Allah, aku tak
12
akan pernah mengangkatkan kepalaku Burha>nuddin H{alabi, Al-Ightiba>t{ Bi Man Rumiya
selamanya, sampai Engkau Min Al-Ruwwa>t Bi Al-Ikhtila>t{ (Al-Qa>hirah: Da>r al-
menyembuhkanku. Nabi Ayyub pun tidak Hadi<th, 1988), 73.
13
Ibnu H{ajar Asqala>ni, Ta‘ri<f Ahli Al-Taqdi<s Bi
Mara>tib Al-Maus{u>fi<n Bi Al-Tadli<s (‘Amman:
Maktabah al-Mana>r, 1983), 20.
14
Abu ‘Abdillah Muhammad bin Sa‘ad, Al-T}abaqa>t
Al-Kubra>, 7th ed. (Beirut: Da>r S{a>dir, 1968), 278.
11 15
Kathi<r, Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r Ibn Kathi<r, Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r Ibn
Kathi<r, 317. Kathi<r, 317.

150 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

ِ ِ ٍِ
َ َ‫ى َ َّبثَنَ ى ُ َس ى ْذ ُنىإ ْذْس‬، َِ‫ى َ َّبثَنَ ىأ‬:‫ى ْذ ُنىأَِ ى َ ىا‬
‫ى‬،‫يل‬
Namun Nabi Ayyub tidak mengindahkan
perkataan istrinya, hingga pada suatu ketika ٍ ِ
sekelompok Bani Isra‟il melewat dan ‫فى ْذ ِنى ِ ْذهَل َنى نى نى‬ َ ‫ىأَ ْذ بَ َلَ ى َل يِّن ى ْذ ِن َىزْذ ى َ ْذنى ُ ُس‬،‫ىاَّب ٌا‬
َ َ‫َ َّبثَن‬
‫س ِىِفى‬ ِ ِ
َ َ‫وىفَ َجل‬ ُ ‫ىفَتَ نَ َّبح ىأَُّي‬، ‫ى َأَاْذبَ َ وُى الَّبوُى ُ لَّب ًةى َنى ْذْلَنَّب‬:‫َبَّب ٍسى َ َىل‬
melihat Nabi Ayyub lalu satu sama lain di
antara mereka berkata : Mustahil dia (Nabi
Ayyub as) menderita penyakit seperti ini, ‫ى َ ى َْذب َ ى الَّب ِوىأَْذ َنى ىبى‬:‫ىفَ َق اَ ْذى‬،ُ‫تى ْذ َلأَتُوُىفَلَ ْذ ىتَ ْذع ِلفْذو‬ ِ ‫ى ء‬،ٍ ‫َ ِ ي‬
َ ََ َ
ِ‫وى َ َىبَ ْذ ىِِوىأَ ى‬ ِ ِ ‫َّب‬
َ ‫ىى ُىنَ ىاَ َع َّبلى اْذك ََل‬
َ ‫ىذ ى اْذ ُ ْذبتَ لَ ى اذ ى َ َن‬
kecuali karena dosa besar yang telah ia
perbuat. Mendengar hal itu, Nabi Ayyub
‫ى‬. ‫و‬‫كىأََ ىأَُّي ُى‬ ِ ‫ى ْذحي‬:‫ىفَ َق َىل‬.‫ىفَجعلَ ْذ ىتَ َكلُّي وىس ىًة‬،‫يِّناذئَ و‬
pun berkata : ََ َ َ َُ ََ َ
ِِ ‫وىإِ يِّن ى َّب ِ ى الُّيُّيلى أَْذ ىأَ ى َّبال‬ ِ ِ ِ
‫ا َى‬ ُ َ ‫َ َ ْذ‬ َ َ ‫َ يِّن‬ ‫وى َ ْذ ى َاَّبى‬ ُ ‫ى َ ْذحيَكىأََ ىأَُّي‬:‫ىأَتَ ْذ َخ ُلى يِّن ى َ ى َْذب َ ى الَّبو؟ىفَ َق َىل‬:‫َ اَ ْذى‬
Menurut Ibn Sa„ad, riwayat-riwayat Nauf ‫ى َ َاَّبى َلَْذي ِوى َ اَوُى َ َ اَ َ هُى ِيَ ًة ى‬،‫ َ َِِق َلى ْذ ُنى َبَّب ٍس‬، ِ َ َ ‫الَّبوُى َلَ َّب ى‬
al-Bika>li banyak terpengaruh dari Ka‟ab al-
Ahbar. Dia sering mendengar dan mempelajari ‫ى‬. ‫َ ِ ثْذ لَ ُه ْذ ى َ َع ُه ْذى‬
kisah-kisah darinya.16 Menurut penulis, fakta Artinya: “Ibnu Abi H{a>t im meriwayatkan :
ini semakin menguatkan indikasi kecacatan Ayahku telah menceritakan kepadaku, telah
pendapat atau riwayat dari Nauf al-Bikali. berkata kepada kami Musa bin „Isma>„i<l,
Mengingat benih-benih awal penafsiran telah berkata kepada kami H{ammad, telah
Isra>’iliyya>t masuk ke dalam tubuh Islam menceritakan kepada kami „Ali bin Yazi<d,
adalah melalui Ka‟ab al-Ahbar. Indikasi ini telah mengabarkan kepada kami Yu>suf bin
menegaskan bahwa penafsiran di atas Mihra>n dari Ibn „Abbas, dia berkata :
termasuk pada dakhi<l al-naqli kelima yaitu “Allah memberikan pakaian dari surga
menafsirkan Alquran dengan pendapat tabiin kepada Nabi Ayyub, lalu Nabi Ayyub
yang tidak valid. memakainya dan kemudian duduk di arah /
b. Rentan Waktu Sakit Nabi Ayyub sisi lain (menyendiri). Tak lama kemudian,
‫بى‬ِ َ‫ث ِىِفى اْذبَ ََل ِءى ُ َّب اًةى َ ِ لَ ًةى َُّبى ْذ تَ لَ ُف ِىِفى ا َّب ب‬َ ‫َ َ ْذ ى ُ ِ َ ىأََّبوُى َ َك‬ datanglah istrinya dalam keadaan tidak
ِ ِ mengenali Nabi Ayyub. Dia pun bertanya :
‫وى‬ُ ‫ى ْذتُل َ ىأَُّي‬:ُ‫ىفَ َق َلى ْذَلَ َ ُنى َ َتَ َاىا‬،‫ىى َذ ى ا ُّي َ ء‬ َ َ‫اْذ ُ َهييِّن ِ ىاَوُى َل‬ “Wahai hamba Allah, tahukah kamu
ِ ِ ِ ‫ىسنِ َ ى َأ ْذ‬ ِ ‫لَي ِوى ا َّب ََلمىسب‬
َ ‫ى ُلْذ ًةق ى َلَ ى ُ نَ َس ى َِ ىإ ْذسَل ئ‬، ‫َش ُهًةل‬
‫ى‬،‫يل‬ َ ‫ُ َ ْذ‬ ‫َ ْذ‬ kemana perginya hamba yang sedang diuji
‫ىففلجى هللى نوى أ ظ ىاَوُى ْذِلَ ْذ َلى‬،‫و ِىِفى َ َ ه‬ ِ ِ ‫فى ا َّب َ ُّي‬ ِ itu yang tak lama sebelumnya ada di tempat
ُ ‫ََتْذتَل‬ ini ?”. Barangkali anjing atau serigala
. َ‫َأَ ْذ َ َنى َلَْذي ِوى اثَّبنَ ىء‬ melarikannya. Kemudian, istri Nabi Ayyub
Dari riwayat di atas terlihat jelas bahwa mengajaknya untuk berbincang sebentar.
para periwayat berbeda pendapat mengenai Nabi Ayyub pun berkata : “Celakalah
rentan waktu Nabi Ayyub mengalami sakit, kamu. Ini aku suamimu, Ayyub. Istrinya
diantaranya tujuh tahun, empat dan 18 tahun. pun menjawab : “Apakah kamu mencoba
Lebih dari itu dalam badannya hinggap untuk merendahkanku wahai hamba Allah
beberapa jenis hewan. Berdasar hal ini, ?”. Nabi Ayyub pun menjawab untuk kedua
kalinya : “Celakalah kamu, ini aku
riwayat ini termasuk pada dakhi<l al-naqli
ketiga, yakni menafsirkan dengan cerita suamimu, Ayyub. Sungguh, Allah telah
menyembuhkan jasadku seperti sedia kala”.
Isra>'iliyya<t.
Dan dari mata rantai hadis ini pula, Ibn
c. Nabi Ayyub Memakai Pakaian Surga
„Abbas menyatakan bahwa harta dan
keturunan Nabi Ayyub pun dikembalikan
dalam keadaan saling berhadapan

16
Sa‘ad, Al-T}abaqa>t Al-Kubra>, 452.
17
Kathi<r, Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r Ibn
18
Kathi<r, 316. Kathi<r, 362.

Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156 151


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

mengamati, demikian pun keadaan kepada Ayyub : “Sungguh, Aku telah


keturunan tambahannya”. mengembalikan keluargamu dan hartamu,
Yu>suf bin Mihra>n merupakan tabiin bahkan aku pun menambahkannya.
generasi ke empat. Menurut Ibn Hajar, Yu>suf Sekarang, mandilah dengan menggunakan
bin Mihra>n adalah seorang perawi yang air ini. Sungguh ini adalah obat bagimu.
memiliki predikat layyin al-hadi<th.19 Imam Dan sekarang sungguh dekatilah para
Ahmad bin H}anbal berpendapat bahwa Yu>suf sahabatmu dan mohonkan ampunan untuk
bin Mih{ra>n adalah perawi hadis yang tidak mereka karena mereka telah bermaksiat
diketahui, dan satu-satunya murid yang ia kepadaku atasmu.”
miliki adalah „Ali bin Zaid.20 Para mufasir banyak yang menggunakan
Sementara itu, sama halnya dengan Isra>’iliyyat dalam penafsiran kisah Nabi
gurunya, „Ali bin Zaid juga merupakan tabiin Ayyub, salah satunya riwayat Wahab bin
generasi ke empat. Menurut al-Da>ruqut{ni Munabbih. Perlu diketahui, bahwa riwayat-
bahwa „Ali bin Zaid bin „Abdullah bin Abi< riwayat mengenai kisah dan sakit yang
Mali>kah Zahi<r bin „Abdullah bin Jud„a>n atau dialami Nabi Ayyub yang bersumber darinya
yang dikenal dengan „Ali bin Zaid adalah merupakan riwayat-riwayat yang tidak dapat
seorang layyin al-hadi<th. Namun di lain hal, dipertanggungjawabkan. Riwayat-riwayat
al-Da>ruqut}ni berpendapat bahwa riwayatnya darinya dalam berbagari referensi kitab-kitab
d}a„i<f.21 Senada dengan pendapat tersebut, Ibn tafsir adalah riwayat yang bercampur antara
H}ajar menyatakan bahwa „Ali bin Zaid adalah yang haq serta batil dan yang benar serta yang
seorang yang d}a„i<f.22 bohong.24
Dengan demikian, riwayat penafsiran Dengan demikian penafsiran di atas
tersebut termasuk pada dakhi<l al-naqli kedua termasuk pada dakhi<l al-naqli kelima, yaitu
yakni menafsirkan pendapat sahabat yang menafsirkan dengan pendapat tabiin yang
tidak valid. tidak valid.
ٍ ‫ى‬:‫يلى َ َىل‬ ٍ َ ‫ىاَّب اى نىز ٍى نىأَِ ى ِ ل َنى ْذْل ِ يِّنى نى‬
‫فى اْذبِ َك ِ يِّن‬
‫كى‬ َ ‫تى َلَْذي‬ ُ ‫وى َ ْذ ى َ َا ْذا‬ َ ‫ىأَْذ َ ى الَّبوُىإِ ََلىأَُّي‬:‫بى ْذ ُنى ُنَبيِّنىو‬
ُ ‫َ َ َلى َ ْذى‬ ‫ْذ َ َ ْذ َ ْذ ْذ‬ ‫َ َ َل َ ُ ْذ ُ َْذ َ ْذ‬
‫ىفَ ْذغتَ ِ ْذلى َِ َذ ى اْذ َ ِءىفَإِ َّبنىفِ ِيوى‬.‫ى َ ِ ثْذ لَ ُه ْذ ى َ َع ُه ْذى‬،‫ك‬ ِ ‫أُ ِِتىأَ ْذ لُى ِىِفى ْذْل ِ لاِى أُ ْذ ِط ى ِ ثْذ لَ ُه‬
… َ‫ىِفى ا ُّي ْذي‬
َ َ‫كى َ َ ا‬ َ َ‫أ ْذَىل‬ ‫ْذ‬ َ َ َ ‫َ َ ْذ‬
ِ
ُ ِ‫ى َ ْذستَ ْذغف ْذلى ََلُ ْذ ىفَإ‬، ‫شف ءكى لوى نىصح تكى ُ ْذلَ ًة‬
‫َّبه ْذ ى َ ْذ ى‬ Artinya: “H{ammad bin Zaid berkata, dari
Abu> „Ìmra>n al-Jauni< dari Nauf al-Bika>li
‫ص ْذِ ىفِ َى‬
‫يك‬ ََ berkata : Pahala keturunan Nabi Ayyub
Artinya: “Wahab bin Munabbih akan diberikan di akhirat, dan Allah
mengatakan : Allah telah mewahyukan memberikan kepadanya, dan Engkau pun
mengetahui hal inisemisal keturunannya di
dunia…”.
Nauf al-Bika>li adalah salah satu tokoh
19
Abu ‘Amr Nu>r al-Di<n Was{a>bi, Tuhfah Al-Labi<b besar tabiin generasi kedua, dan merupakan
Bi Man Takallama Fi<him Al-Ha>fiz} Ibn Hajar Min Al- seorang periwayat hadis mengenai kisah-
Ruwwa>t Fi< Ghair Al-Taqrib (Jumhur Mis{ra al-
‘Arabiyyah: Maktabah Ibn ‘Abbas li al-Nashr wa al-
kisah. Menurut Ibn Hajar, dia adalah seorang
Tauzi<‘, 2010). yang mastu>r al-hadi<th. Bahkan menurut Ibn
20
Mizzi, Tahdhil Fi Al-Rija>l, 463. „Abbas dia adalah seorang Ahli Kitab dan
21
dan ‘Is}a>m ‘Abdul al-Ha>di Mah}mu>d Muhammad riwayatnya tidak dapat diterima dan
Mahdi Muslimi, Ashra>f Mans}u>r Abdurrahman, dibenarkan. 25
Mausu>‘ah Al-Aqwal Abi< Al-H}asan Al-Da>ruqut}ni Fi<
Rija>l Al-Hadi<th Wa ‘Ilalihi (Beirut: ‘A<lim al-Kutub Li
al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 2001), 462.
22 24
Ibra>hi<m Laqqani, Tuhfah Al-Murid ‘Ala> Jauhar Mana<hij Ja>mi’ah al-Madi<nah al-‘Aliyah, Al-
Al-Tauh{i<d, ed. Tgh. Mujiburrahman (Surabaya: Dakhi<l Fi< Al-Tafsi<r, 158.
25
Pustaka Ilmu, 2010), 584. Abu> ‘Amr Nu>r al-Di<n Al-Was{a>bi, Tuhfah Al-
23
Kathi<r, Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r Ibn Labi<b Bi Man Takallama Fi<him Al-Ha>fiz} Ibn Hajar
Kathi<r, 318. Min Al-Ruwwa>t Fi< Ghair Al-Taqrib, 2nd ed. (Jumhur

152 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

d. Do’a Nabi Ayyub menggunakannya semata-semata untuk


‫وى‬ ِ ‫ىاَ َّب ى تَ لَ ى الَّبوىأَُّي وى َلَي ِوى ا َّب ََلمىِ َذ َى‬:‫َ َلى ِز ُ ى نى ي لَىا‬ meraih ridlo-Mu.”
ُ ‫ُ َ ْذ‬ ‫ْذ‬ َ َ ‫َ ْذ ُ َ ْذ‬ Pertama, dari jalur „Abdul Quddu>s kepada
‫ى‬:‫ى َُّبى َ َىل‬،‫ى َ ََلْذى بقىش ءىاوىأَ ْذ َ َنى َّباذ َ َل‬،ِ َ‫ْذِل ْذَى ِلى َ اْذ َ ِلى َ اْذ َا‬ Muhammad bin„Amr al-Qazwi<ni<. Al-Mizzi
ِ ِ َ‫وى ْذِل‬
‫ى اَّبذ ىأَ ْذ َ نْذ َ ىإِ ََّب‬،‫و‬
‫ىأَ ْذطَْذيتَِ ى اْذ َ َلى َ اْذ َاَ َ ى‬،‫يل‬ َ‫َاَ ُ َكى َ َّب ْذ‬
‫أ ْذ‬ dalam kitabnya menulis bahwa tidak ada
murid dari „Abdul Quddus yang bernama
ِ
‫تى اكى لوى‬ ُ ‫ىفَأَ َ ْذذ‬،‫ك‬ َ ‫ىا َ لَوُى َا‬ َ ‫ىش ْذعبَ ٌىإَِّبَّلى َ ْذ‬
ُ ‫فَلَ ْذ ى بقى نى َلْذِِب‬ Muhammad bin „Amr al-Qazwi<ni<. 26
‫ى ا ى َ ْذعلَ ُى‬،‫ىفليسىحي لى ي ى ينكىش ء‬،‫ى فلغ ى لِب‬، Kedua, dari jalur Muhammad bin „Amr al-
Qazwi<ni< kepada Muhammad bin H{asan al-
‫يسى ِ ْذنى‬ ِِ ِ ِ ِِ
ِ
ُ ‫ىفَلَق َ ىإ ْذل‬:‫ى َ َىل‬.‫ىصنَ ْذع ُ ى َ َ َ ى‬ َ ‫يسىِ اَّبذ‬ ُ ‫َ ُ يِّن ىإ ْذل‬ Qutaibah. Dari berbagai kitab rija>l al-hadi<th,
‫ى َ ى َ يِّن‬:‫وى َلَْذي ِوى ا َّب ََل ُىم‬ ِ
‫َّبكىأَ ْذطَْذيتَِ ى‬ َ ِ‫وىإ‬ ُ ‫ى َ َ َلىأَُّي‬:‫كى ُنْذ َكًةل ى َ َىل‬
َ ‫َا‬ penulis tidak menemukan keduanya
berinteraksi sebagai guru dan murid.
‫ى‬،ُ‫ىفَلَ ْذ ى َ ُق ْذ ى َلَ ى َ ِ ىأَ َ ٌ ى َ ْذش ُك ِ ىاِظُلْذ ٍ ى َلَ ْذ تُو‬، َ َ‫اْذ َ َلى َ اْذ َا‬ Ketiga, dari jalur Muhammad bin Hasan al-
‫ى َأَُ ُلى‬، ‫شىفَأَتْذ ُلُ َه‬ ِ ِ ‫ى أََّبوى َ َنى َأ‬،‫أَْذ ىتَعلَ ى َاِك‬ Qutaibah kepada Muhammad „Ali. Sama
ُ ‫ُىيلى اْذفَل‬َ ُ ُ َ َ ُ ‫َ َ ْذ‬ halnya dengan kondisi gugur sanad nomor
ِ ِ
‫كىإَِّبَّلى‬َ ‫انَ ْذف ِ ى ى فسىإ كىَلىَتلق ىا طءى افل شى َ ىتَ َلْذ ُ ى َا‬ dua, penulis tidak menemukan keduanya
َ ‫ْذتِغَ ءَى َ ْذ ِه‬
‫كى‬ berinteraksi sebagai guru dan murid. 27
Berdasar data tersebut, menurut penulis
Artinya:Yazid bin Maisarah berkata : riwayat di atas termasuk pada dakhi>l al-naqli
Ketika Nabi Ayyub diberikan ujian oleh kelima yakni menafsirkan Alquran dengan
Allah atas kehilangan keluarga, harta dan pendapat tabiin yang tidak valid.
keturunan, maka ia memuji Allah , Nabi 2. Dakhi<l al-naqli QS.S{a>d[S{[38] 41-44
Ayyub berkata : Wahai Tuhanku, Tuhan
Yang Maha Pengurus dari atas segala yang ‫بى‬ ٍ‫ص‬ ‫وىإِ ْذى َ َا ى ََّبوُىأَ يِّن ى َ َّب ِ َى اشْذَّبيطَ ُنىِنُ ْذ‬ َ ‫َ ْذ ُ ْذلى َْذب َ َ ىأَُّي‬
ِ ‫َ َ َذ ٍى‬
‫ ى َ َ َىْذب نَ ىاَوُى‬. ‫و‬ ‫ىى َذ ى ُغْذتَ َ ٌلى َ ٌِاى َ َشَل ٌى‬ َ‫ك‬ َ ‫ى ْذُ ْذ ىِ ِل ْذ ل‬.‫و‬
mengurus, yang telah berbuat baik
kepadaku. Engkau telah memberikanku
ِ ‫أَىلَوى ِ ثْذ لَه ى عه ى ْذا ًةى ِ نَّب ى ِ ْذ ل ِىِلُ ِيلى ْذِلَاْذب ِ ْذذىِي ِ َك‬
‫ىض ْذغثًة ى‬
harta dan keturunan, yang mana hatiku َ َُ َ َ َ َ َ ‫ْذ ُ َ ُ ْذ َ َ ُ ْذ‬
ِ
‫ىص ًِةل ى ْذع َ ى اْذ َعْذب ُ ىإَِّبوُىأََّب ٌى‬ ‫وىِِوى َََّلى َْذنَ ْذ‬
‫و‬ َ ُ‫ثىإَِّب ى َ َ ْذ َ ه‬ ‫ض ِل ْذ‬
‫فَ ْذ‬
hanya terisi oleh itu saja.
KemudianEngkaumengambil semuanya
dariku, dan aku kosongkan hatiku tiada Artinya: “Ingatlah mengenai hamba kami,
penghalang antaraku denganmu. Jikalau yakni Ayyub ketika menyeru rabb-Nya, “
musuhku (iblis) mengetahui apa yang telah Aku diganggu setan atas penderitaan dan
Engkau perbuat kepadaku, dia akan iri bencana”. Maka (Allah berfirman)
kepadaku. Yazid berkata : Iblis pun “Hentakkanlah kakimu; lalu ini air sejuk
melewatinya (mengetahuinya) dan untuk kamu mandi dan minum. Setelah itu
mengingkarinya. Zaid bin Maisaroh berkata kami anugerahkan dia untuk dapat
: Nabi Ayyub pun berkata : “Wahai berkumpul dengan keluarganya dan
Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah melipatkgandakanjumlah mereka, sebagai
memberikanku harta dan keturunan, dan rahmat yang kami berikan dan pelajaran
tidak ada seorang pun berada di depan bagi orang-orang yang berpikiran sehat.
pintuku mengadu atas kedzalimanku Ambillah seikat (rumput) oleh tanganmu,
kepadanya.Sungguh, aku memilih untuk maka pukullah itu dan janganlah
tidak menggunakan tempat tidurku sambil melanggar sumpah. Sesungguhnya, Kami
berkata : Wahai jiwaku, sungguh engkau
diciptakan bukan untuk merasakan tempat
tidur, aku memilih untuk tidak 26
Yu>su>f bin ‘Abdurrahman Al-Mizzi, Tahdhi<b Al-
Kama<l Fi< Asma> Al-Rija>l, 18th ed. (Beirut: Muassasah
al-Risalah, n.d.).
27
Mis{ra al-‘Arabiyyah: Maktabah Ibn ‘Abbas li al-Nashr Ibnu ‘Asa>kir, Ta>ri<kh Damashq, 52nd ed. (Da>r al-
wa al-Tauzi<‘, 2010), 125. Fikr li al-T{aba>‘ah wa al-Nashr wa al-Tauzi<‘, 1995).

Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156 153


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dan Anas bin Ma>lik, berkata bahwa Rasulullah
sangat taat (kepada Allah).” SAW bersabda : Sesunggunya Nabi Allah,
Berikut riwayat yang penulis temukan Ayyub mengalami musibah selama 18
kecacatannya : tahun, beliau ditolak (diasingkan), baik dari
a. Sakit dan Kembalinya Harta Kekayaan orang terdekatnya maupun paling jauh.
Nabi Ayyub Satu-satunya yang peduli kepada Nabi
‫سى ْذ ُنى َْذب ِى ْذِلَ ْذلَ ى‬ َِ ‫َ َلى نى ِل ٍلى نىأَِ ى ٍِا‬ Ayyub adalah dua saudara istimewanya,
ُ ُ ُ ‫ىمج ًةيع ى َ َّبثَنَ ى‬ َ ُ ‫ْذ ُ َ َ ْذ‬ setiap pagi dan sore mereka selalu melihat
ٍ ‫ىشه‬ ِ ِ
‫وى‬ َ ‫بىأَ ْذ بَ َلِ ى َ ف ُى ْذ ُنى َِز َ ى َ ْذنى ُ َقْذي ٍلى َ ِنى ْذ ِن‬ ٍ ‫أَ ْذ بَ لَ ى ْذنى ْذى‬
َُ َ keadaannya. Salah satu dari mereka berkata
‫َّب‬ ‫َّب‬ ِ ‫َّب‬ ِ ‫َّب‬ ِ ٍ ِ ِ ََ‫َ ْذنىأ‬ : Ketahuilah bahwa Nabi Ayyub telah
‫ىصل ى الوُى‬ َ ‫ىإ َّبنى َ ُس َلى الو‬:‫سى ْذ ِنى َ اكى َض َ ى الوُى َنْذوُى َ َىل‬ melakukan suatu dosa yang besar yang
‫ثىِِوى‬ َ ِ‫ِبى الَّب ِوىأ وى ليه اصَلا ا َلمىاَب‬ ِ
‫ى«إِ َّبنى َِ َّب‬:‫َلَْذيوى َ َسلَّب َ ى َ َىل‬ tidak pernah dilakukan oleh siapapun juga
‫بى َ اْذبَعِي ُ ىإَِّبَّلى َ ُ لَ ْذ ِ ى َ َ ى ِ ْذنى‬
sebelumnya. Lawan bicaranya pun
ُ ‫لوُى اْذ َق ِل‬ َ َ‫ىسنَ ًةىفَ َلف‬ َ ‫َََل ُؤهُىَثََ ِ َى َ ْذشَلَا‬ bertanya : Dosa apakah itu ? Ia menjawab;
‫ىفَ َق َلىأَ َ ُ ُاَ ى‬،‫صىإِ ْذ َ ِِوىِِوى َ َ ى َ ْذغ ُ َ ِنىإِاَْذي ِوى َ َ ُل َ ِن‬ ‫أَ َ يِّن‬ “Dosa yang menyebabkannya ia dalam
‫وى َ ْذبًة ى َ ىأَ ْذ َبَوُىأَ َ ٌ ى ِ َنى‬ ِ ِ ِ ِ ِ‫ا‬ kurun waktu 18 tahun, Allah tidak
ُ ‫بىأَُّي‬ َ َ ‫ص بوىتَ َعلَّب ْذ ى َ الَّبوىاََق ْذ ىأَ ْذ‬ َ menyayanginya, lalu menyembuhkannya.
‫ىسنَ ًةى ََلْذى‬ ِ ِ ِ
َ َ‫ىص بُوُى َ َ ى َ َك؟ى َ َلى ُ ْذن ُذىَثََ َى َ ْذشَلا‬ َ ُ‫اْذ َع اَ َ ى َ َلىاَو‬ Maka ketika mereka melihat kondisi Nabi
ِ ِ ِ Ayyub pada sore hari, salah satu dari
‫صِِِبى َّبال ُ ُلى َ َّبَّتى‬ ‫فى َ ىِوىفَلَ َّب ى َ َ ىإِاَْذيوى ََلْذى َ ْذ‬ َ ‫َ ْذلاَْذوُى الَّبوُىفَيَكْذش‬ mereka tak bisa menahan lisannya sehingga
‫َلمىَّلىأ ْذَا ِ ى َ ى‬ ‫وى َلَْذي ِوى اصَلاى ا‬ ِ
َ ُ ‫ىفَ َق َلىأَُّي‬،ُ‫كىاَو‬ َ ‫َ َ َلى َا‬ mengatakan kepada Nabi Ayyub apa yang
mereka obrolkan sebelumnya. Nabi Ayyub
‫َنى الَّبوَى ََّبزى َ َ َّبلى َ ْذعلَ ُىأَ يِّن ى ُ نْذ ُ ىأَُ ُّيلى َلَ ى َّبال ُ لَ ْذ ِ ى‬ ‫تَ ُق ُلىغَْذي َلىأ َّب‬ pun berkata : Aku tidak mengerti tentang
‫َتَ نَ َز َ ِنىفيذ ل نى هللىتع َلىفَأَْذ ِ ُىإِ ََلى َْذي ِيتىفَأُ َ ف ُيِّنلى َنْذ ُه َ ى َ َل ِىيَ َى‬ apa yang kalian bicarakan. Satu-satunya hal
yang aku pahami adalah bahwasanya Allah
‫جىإِ ََلى َ َ تِ ِوىفَإِ َ ى‬ َ ‫ى َ َلى َ َ َن‬،‫َنى ذ لى هللىتع َلىإَِّبَّل ِىِفى َ ٍّق‬
ُ ‫ىَيْذُل‬ ‫أ ْذ‬ Mengetahui bahwa aku berpapasan dengan
‫تى َ ْذٍمىأَْذطَأَى‬ ِِ ِ
َ َ ‫ل َى ىأَْذ َ َك ى ْذ َلأَتُوُىِيَ هى َ َّبَّتى َْذب لُ َغىفَلَ َّب ى َ َنى‬ ََ dua orang lelaki yang sedang berseteru,
mereka berdua pun membawa nama Allah.
‫َلَْذي َه ىفأ ى هللىتب كى تع َلىإَلىأ وى ليوى اصَلاى ا َلمىأ َِنى‬ Kemudian aku akan pulang, dan aku akan
ِ
‫وىف ستبطأتوىف اتفت ىتنظلى‬ ٌ ‫ىى َذ ى ُغْذتَ َ ٌلى ٌِاى َ َشل‬ َ‫ك‬ َ ‫ْذُ ْذ ىِ ِل ْذ ل‬ mengingkari mereka, hal itu aku lakukan
semata-mata karena aku tidak suka atas
‫بى الَّبوُى َ ىِِوى ِ َنى اْذبَ ََل ِءى َ ُى َ ى َلَ ىأَ ْذ َ ِنى َ ى‬ َ ‫فأ بلى ليه ى ىأَ ْذ َى‬ perilaku mereka yang membawa-bawa
ِ
‫ِبى هللىىذ ى‬ ‫ىى ْذلى َأَْذ َ ى َِ َّب‬َ ‫يك‬ َ ‫َ َنىفَلَ َّب ى َأَتْذوُى َ اَ ْذ ىأَ ْذ ى َ َ َكى الَّبوُىف‬
nama Allah atas hal yang belum tentu
benar. Rasulullah SAW. berkata : Bila Nabi
ِ
‫كىإِ ْذى َ َنى‬ َ ‫َشبَوَىِِوى ِ ْذن‬ ‫كى َ ى َأَْذ ُ ى َ ُ ًةَلىأ ْذ‬ َ ‫ىف ى هللى َلَ ى َا‬، ‫ملبتل‬ Ayyub ingin buang air besar atau kecil,
‫»ىأَْذ َ ُ ىاِلْذ َق ْذ ِحى‬1 «‫ى َ َلى َ َ َنىاَوُىأ ْذ َ َ ِنى‬، َ ‫ىى‬ ُ ََ‫يح ى َ َلىفَإِ يِّن ىأ‬ ‫صح ًة‬
ِ
َ
isterinya menuntunnya dengan memegang
tangannya menuju WC. Pada suatu
ِ
‫َلىس َح َتَ ْذ ىفَلَ َّب ى َ َ ْذ ىإ ْذ َ ُاَ ى‬ِ ‫َّب‬ ِ ِ ِ
َ ‫ثى الوُىتع‬ َ ‫َأَْذ َ ُ ىالشَّبعُيىفَبَ َع‬ hari,NabiAyyub ingin buang air, tetapi
‫ضى َأَفْذ َل َغ ِ ى ْذِلُ ْذ َل ى‬ ِِ ِ
َ َ‫بى َ َّبَّتىف‬ َ ‫َلَ ىأَْذ َ ى اْذ َق ْذ ِحىأَفْذ َل َغ ْذ ىفيوى َّباذ َى‬
isterinya tidak datang. Allah pun

‫ِِفىأَْذ َ ِ ى اشَّبعِ ُِيى َ َّبَّتىفَ َى‬


‫ض‬
mewahyukan kepada Nabi Ayyub : ‫أ ِنى‬
ِ
Artinya: “Ibn Jari<r dan Ibnu Abi< H{a>t im ٌ ‫ىى َذ ى ُ ْذغتَ َ ٌلى ٌِاى َ َشل‬
‫وى‬ َ‫ك‬ َ ‫ ْذُ ْذ ىِ ِل ْذ ل‬. Istri Nabi
berkata : Telah diceritakan kepada kami Ayyub pun meminta kepada suaminya
Yu>nus bin „Abdul „Ala>, telah diceritakan untuk memperlambat, ia pun mendapati
kepada kami Ibnu Wahab (Abdullah bin suaminya terbebas dari penyakit yang
Wahab), telah menceritakan kepada aku selama ini derita dan bahkan kini memiliki
Na>fi„ bin Yazi<d dari „Uqail („Uqail bin bentuk fisik yang sempurna, jauh dari
Kha>lid), dari al-Zuhri (Muhammad bin sebelumnya. Ketika melihat itu pun, istri
Muslim bin Shiha>buddin al-Zuhri) dari Nabi Ayyub berkata : Semoga Allah

154 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

memberkahimu, apakah kamu melihat Nabi Kebenaran pada riwayat ini bersifat nisbi,
Allah yang sedang ditimpa musibah itu ? yang menunjukkan bahwa kesahihan sanad
Demi Allah, aku tidak pernah melihat tidak menjamin matannya bukanlah
seorang lelaki sesempurna dirimu Isra>’iliyya>t.29
sebelumnya. Nabi Ayyub pun menjawab : 3. Sakit yang Paling Mungkin Menimpa
Lelaki sempurna ini adalah suamimu. Nabi Ayyub
Rasulullah SAW. berkata : Nabi Ayyub Menurut Ibrahim al-Laqqani bahwa
mempunyai dua wadah tempat musibah yang menimpa Nabi Ayyub hanyalah
penyimpanan dua jenis gandumyang jarang merupakan penyakit di antara kulit dan tulang
dimiliki oleh orang lain. Kemudian Allah kaki bukan merupakan penyakit kusta yang
mengutus dua awan. Maka ketika salah satu menjijikkan, karena bagaimanapun tidak ada
awan tersebut hinggap pada salah satu riwayat yang sahih yang menjelaskan hal
wadah tempat penyimpanan gandum jenis tersebut.30
al-qamh, awan itu menuangkan emas Teori-teori tersebut diperkuad dengan teks
hingga tumpah keluar dari permukaan. Alquran, bahwasanya ketika nabi
Begitupun yang dilakukan awan yang lain Ayyubdiperintah oleh Allah untuk
pada wadah tempat penyimpanan gandum menghentakkan kakinya tanah, maka mata air
jenis al-syâ’îr, awan itu menuangkan perak pun seketika naik dan meluap. Nabi Ayyub
hingga tumpah keluar. pun diperintahkan untuk mandi dan minum
Al-Alu>si< menyatakan bahwa riwayat- menggunakan air tersebut. Dikatakanbahwa
riwayat yang tersebar mengenai sakit Nabi Nabi Ayyub melakukannya dua kali, lalu
Ayyub bahkan sampai diasingkan serta hanya muncullah air yang hangat dan dingin, lalu
memiliki dua saudara yang peduli dan Nabi Ayyub pun meminumnya. Dalam hal ini,
dilempar ke tempat sampah Bani Isra‟il dan teks Alquran tidak menyebutkan terkait
sejenisnya, merupakan riwayat yang masih pengulangan Nabi Ayyub menghentakkan
menjadi perdebatan. Al-T{abarsi< menyatakan kakinya ke tanah dan meluapnya mata air
bahwa tidak mungkin jika seorang nabi untuk kedua kalinya, teks Alquran hanya
mengalami sakit yang membuatnya menjadi menyebutkan bahwa Nabi Ayyub
kotor dan dijauhi oleh manusia karena hal itu. melakukannya hanya satu kali, begitupun
Adapun musibah yang menimpa Nabi Ayyub meluapnya mata air.31
tentang kefakiran, sakit, dan kehilangan C. KESIMPULAN
keluarga maka mungkin saja untuk Allah Dalam penelitian ini ditemukan delapan
memberikan ujian seperti itu.28 Selain itu, jika bentuk dakhi<l al-naqli dalam empat kategori
benar bahwa Nabi Ayyub mengalami sakit dakhi>l al-naqli pada QS. Al-Anbiya>[21]: 83-
yang sedemikian lama, tentu sedikit waktu 84. Pertama. Penafsiran Alquran dengan
baginya untuk menyampaikan risalah beberapa hadis yang lemah, kedua, penafsiran
kenabiannya. Alquran dengan cerita Isra>’iliyya>t, ketiga
Abu Shahbah menyatakan bahwa para penafsiran Alquran dengan pendapat sahabat
ulama menilai penisbatan riwayat kisah ini yang tidak valid dan keempat, penafsirann
kepada Nabi Ayyub merupakan perbuatan Alquran dengan pendapat tabiin yang tidak
para pemalsu hadis yang menunggangi sanad valid. Sementara pada suratS{a>d[38]:41-44
dengan matan, atau karena kelemahan penulis hanya menemukan satu bentuk dakhil><
sebagian para perawi. Hal ini menunjukkan
bahwa riwayat ini adalah Isra>’iliyya>t.
29
Shahbah, Al-Isra>’iliyya>t Wa Al-Maud}u>‘a>t Fi<
Kutub Al-Tafsi<r Wa Al-H{adi<th, 279.
30
Laqqani, Tuhfah Al-Murid ‘Ala> Jauhar Al-
28
Shiha>buddin Mahmu>d Alu>si<, Ruh} Al-Ma‘A>ni< Fi Tauh{i<d, 181.
31
Tafsi<r Al-Qur’A>n Al-‘Az{i<m Wa Al-Sab‘i Al-Matha>ni, Shahbah, Al-Isra>’iliyya>t Wa Al-Maud}u>‘a>t Fi<
12th ed. (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah., n.d.), 199. Kutub Al-Tafsi<r Wa Al-H{adi<th, 281.

Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156 155


Muhamad Erpian Maulana Dakhi<l Al-Naqli kisah Nabi Ayyub Pada Tafsir Al-
Qur’a<n Al-‘Az}i<m Karya Ibnu Kathi<r

al-naqli , yakni menafsirkan Alquran dengan Al-Qa>hirah: Da>r al-Hadi<th, 1988.


hadis yang lemah. Simpulan yang didapatkan Kathi<r, Ibn. Tafsi<r Al-Qur’a<n Al-‘Az{i<m Tafsi<r
penulis dari penafsiran Ibnu Kathi<r terkait Ibn Kathi<r. 5th ed. Beirut: Da<r al-Kutub al-
kisah Nabi Ayyub adalah bahwa Nabi Ayyub ‘Ilmiyyah, 1419.
tidak mengalami penyakit kusta. Nabi Ayyub Laqqani, Ibra>hi<m. Tuhfah Al-Murid ‘Ala>
hanya mengalami penyakit diantara tulang Jauhar Al-Tauh{i<d. Edited by Tgh.
kaki, sejenis penyakit rematik. Mujiburrahman. Surabaya: Pustaka Ilmu,
2010.
DAFTAR PUSTAKA Ma‘rifah, Muhammad Hadi. Al-Tafsi<r Wal
‘Asa>kir, Ibnu. Ta>ri<kh Damashq. 52nd ed. Da>r Al-Mufasiru>n Fi<> Thaubihi< Al-Qushaibi<.
al-Fikr li al-T{aba>‘ah wa al-Nashr wa al- Iran: Razavi University of Islamic
Tauzi<‘, 1995. Sciences, n.d.
Abu ‘Amr Nu>r al-Di<n Was{a>bi. Tuhfah Al- Mana<hij Ja>mi’ah al-Madi<nah al-‘Aliyah. Al-
Labifiz} Ibn Hajar Min Al-Ruwwa>t Fi<him Dakhi<l Fi< Al-Tafsi<r. Madi<nah: Ja>mi’ah al-
Al-Ha>fiz} Ibn Hajar Min Al-Ruwwa>t Fi< Madi<nah al-‘Aliyah, n.d.
Ghair Al-Taqrib. 1st ed. Jumhur Mis{ra al- Mizzi, Yu>suf bin ‘Abdurrahma>n. Tahdhil Fi
‘Arabiyyah: Maktabah Ibn ‘Abbas li al- Al-Rija>l. 26th ed. Beirut: Muassasah al-
Nashr wa al-Tauzi<‘, 2010. Risalah, n.d.
Al-Dzahabi, Muhammad Husein. At-Tafsir Muhammad Mahdi Muslimi, Ashra>f Mans}u>r
Wa Al-Mufasirun. Kairo: Maktabah Abdurrahman, dan ‘Is}a>m ‘Abdul al-Ha>di
Wahbah, n.d. Mah}mu>d. Mausu>‘ah Al-Aqwal Abi< Al-
Al-Khazin, Ali bin Muhammad al-Baghdadi. H}asan Al-Da>ruqut}ni Fi< Rija>l Al-Hadi<th Wa
Lubab Al-Ta’wil Fi Ma’ani Al-Tanzil. ‘Ilalihi. Beirut: ‘A<lim al-Kutub Li al-Nashr
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004. wa al-Tauzi>‘, 2001.
Al-Mizzi, Yu>su>f bin ‘Abdurrahman. Tahdhi<b Sa‘ad, Abu ‘Abdillah Muhammad bin. Al-
Al-Kama<l Fi< Asma> Al-Rija>l. 18th ed. T}abaqa>t Al-Kubra>. 7th ed. Beirut: Da>r
Beirut: Muassasah al-Risalah, n.d. S{a>dir, 1968.
Al-Was{a>bi, Abu> ‘Amr Nu>r al-Di<n. Tuhfah Al- Shahbah, Muhammad bin Muhammad Abu>.
Labi<b Bi Man Takallama Fi<him Al-Ha>fiz} Al-Isra>’iliyya>t Wa Al-Maud}u>‘a>t Fi< Kutub
Ibn Hajar Min Al-Ruwwa>t Fi< Ghair Al- Al-Tafsi<r Wa Al-H{adi<th. Mesir: Maktabah
Taqrib. 2nd ed. Jumhur Mis{ra al- al-Sunnah, n.d.
‘Arabiyyah: Maktabah Ibn ‘Abbas li al- Syuaib, Ibrahim. Metodologi Kritik Tafsir.
Nashr wa al-Tauzi<‘, 2010. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati
Alu>si<, Shiha>buddin Mahmu>d. Ruh} Al-Ma‘A>ni< Bandung Fakultas Ushuluddin, 2008.
Fi Tafsi<r Al-Qur’A>n Al-‘Az{i<m Wa Al-
Sab‘i Al-Matha>ni. 12th ed. Beirut: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiyyah., n.d.
Ash‘ari, ‘Abdurrahma>n bin Saqa>f. ‚Duru>s Al-
‘Aqa>‘id Al-Di<niyyah,‛ 3rd ed. Banjaran:
Mubarakul Huda, 2015.
Asqala>ni, Ibnu H{ajar. Ta‘ri<f Ahli Al-Taqdi<s
Bi Mara>tib Al-Maus{u>fi<n Bi Al-Tadli<s.
‘Amman: Maktabah al-Mana>r, 1983.
Dzhahabi, Husain. Al-Isra>’iliyya>t Fi Al-Tafsi<r
Wa Al-Hadi<th. Al-Qa>hirah: Maktabah
Wahbah, n.d.
H{alabi, Burha>nuddin. Al-Ightiba>t{ Bi Man
Rumiya Min Al-Ruwwa>t Bi Al-Ikhtila>t{.

156 Al-Bayan: Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 4, 2 (Desember 2019): 146-156

You might also like