Professional Documents
Culture Documents
Bab 4 Kebijakan Pembangunan Kota Martapura 1
Bab 4 Kebijakan Pembangunan Kota Martapura 1
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KOTA MARTAPURA 2008
Laporan Antara IV - 5
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Masalah utama kependudukan yang dihadapi Kota Martapura adalah tingginya laju
pertumbuhan penduduk, pola penyebaran penduduk yang tidak merata, serta masalah
kesempatan kerja dan lapangan kerja yang masih terbatas dan masalah kesehatan
penduduk.
1. Jumlah dan Perkernbangan Penduduk.
Kota Martapura yang mempunyai luas sebesar 49,53 Km2 atau 4.953 Ha, pada tahun
1995 berpenduduk sebanyak 7.947 jiwa yang dalam waktu lima tahun terakhir (tahun
1993-1995) memiliki laju perkembangan penduduk rata-rata sebesar 1,154 %
pertahun.
2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk.
Penduduk di Kota Martapura menunjukkan penyebaran yang tidak merata ke
seluruh wilayah kota. Hal ini dapat dipahami karena terdapat desa/kelurahan yang
memiliki daya tampung, dan daya tarik yang kuat untuk menarik penduduk
bertempat tinggal di wilayahnya, dan ada juga sebagian desa/Kelurahan karena
memiliki kendala fisik (seperti tanah rawa dan daerah genangan) menyebabkan
penduduk tidak dapat bertempat tinggal di wilayah tersebut.
Melihat adanya ketimpangan dalam distribusi kepadatan penduduk tersebut, maka di
dalam RUTRK 2008 telah menetapkan kebijakan pendistribusian kepadatan penduduk.
Distribusi kepadatan penduduk tersebut berdasarkan pada perkiraan jumlah penduduk
dan kebutuhan lahan, serta kebijaksanaan distribusi fasilitas dan utilitas kota pada
masa mendatang, dengan konsep penyebaran sebagai berikut :
1. Prioritas arah penyebaran penduduk adalah ke bagian Timur dan Barat.
2. Menarik perkembangan kegiatan dari tepi-tepi jalan primer ke arah dalam melalui
peningkatan dan pengadaan fasiitas dan utilitas kota.
3. Membentuk pola-pola lingkungan yang nyaman dan bersih pada lahan-lahan
kosong dengan terlebih dahulu membentuk po!a pelayanan jaringan jalan sekunder.
Adapun kebijaksanaan distribusi kepadatan penduduk dalam RUTRK 2008 lebih
diarahkan pada pola pengaturan kepadatan penduduk yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Lebih dari 100 jiwa/ha diperuntukkan bagi lingkungan kepadatan tinggi.
2. Antara 50 - 100 jiwa/ha diperuntukkan bagi lingkungan kepadatan sedang.
3. Antara 0 - 50 jiwa/ha dipetuntukan bagi lingkungan dengan kepadatan rendah.
Laporan Antara IV - 7
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
3. Kondisi Sosial E.konomi.
Kondisi ekonomi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor terpusatnya kegiatan
perdagangan dan kondisi sosialnya, yaitu faktor distribusi penduduk, pola kegiatan
penduduk, pertumbuhan dan sistem pergerakannya.
4. Volume lalu-lintas.
Hal ini mengingat semua jenis kendaraan bermotor termasuk angkutan berat
melewati tengah kota yang menyebabkan rawannya tingkat kecelakaan serta
kebisingan lalu lintas kota.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan upaya untuk pemerataan
dan percepatan pengembangan Kota Martapura, maka dalam RUTRK 2008 konsep
pengembangan ruang Kota Martapura akan diarahkan menjadi 4 (empat) Bagian Wilayah
Kota (BWK), yang setiap bagiannya mengemban fungsi masing-masing. Fungsi tersebut
diberikan pula dalam rangka memenuhi kebutuhan hubungan fungsional antar kawasan
di setiap BWK. Oleh karena itu agar terjadi intensitas yang cukup tinggi di antara
kawasan maupun antara elemen dalam kawasan tersebut perlu adanya jaringan
penghubung yang sesuai dengan tingkatannya dengan fungsi dari setiap elemen kota
tersebut, maka perlu adanya jalan penghubung yang dapat memudahkan pencapaian
setiap BWK, yaitu jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antara elemen kegiatan
pusat kota dengan sub pusat kota.
Selain itu dalam memberikan pelayanan kebutuhan lokal setiap BWK perlu adanya
sistem pusat lingkungan di setiap BWK yang dicirikan dengan lapangan terbuka dan
pusat kegiatan lainnya atau jengan sistem pelayanan kebutuhan perekonomian maupun
pelayanan lainnya yang setingkat dengan pelayanan lokal.
Laporan Antara IV - 9
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
3. Untuk kebutuhan non rumah tangga (perkantoran, perdagangan, dan pendidikan)
adalah 20% dari kebutuhan rumah tangga.
4. Untuk kebutuhan pelayanan umum adalah 10% dari kebutuhan rumah tangga.
5. Tingkat kebocoran diperkirakan mencapai 20% dari total kebutuhan air.
Berdasarkan asumsi diatas maka kebutuhan air bersih di Kota Martapura hingga tahun
2016 dengan skala pelayanan sebesar 70% .
Standart buangan tinja di kota martapura adlah 0,12 m3/ orang/ hari
Standart air limbah dari air bersih adalah 70% dari jumlah kebutuhan air bersih.
Laporan Antara IV - 11
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura