You are on page 1of 14

Jurnal Biologi Indonesia 15(2): 153-165 (2019)

Evaluasi Pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. Tetraploid Secara In Vitro dan di


Lapang untuk Produksi Steviosida dan Rebaudiosida-A
(Growth Evaluation of Stevia rebaudiana Bert. Tetraploid Cultured In Vitro and in the
Field for Production of Stevioside and Rebaudioside-A)

Rifatul Adabiyah1*, Diah Ratnadewi2 & Tri Muji Ermayanti3


1
Program Studi Biologi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA-IPB University, Jl. Agatis Kampus IPB
Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680
2
Departemen Biologi-FMIPA-IPB University, Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680
2
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong, 16911
*Email: rifatuladabiyah@yahoo.co.id

Memasukkan: Mei 2019, Diterima: J uli 2019

ABSTRACT
Genetic improvement through tetraploid induction of Stevia rebaudiana is important in order to increase the
sweetener content, steviol glycoside. Tetraploid plants of several species after induction with colchicine and
oryzalin have higher growth and secondary metabolite contents compared to the diploid plants. This study was
aimed to evaluate growth as well as their stevioside and Reb-A content of S. rebaudiana tetraploid and diploid
(control) plants cultured in vitro and grown in the field after acclimation process. This study used 3 tetraploid
clones, namely B60.3H8, P1T22, P3T5, and 1 diploid clone as control. Shoot tips were cultured on MS
medium without addition of plant growth regulators for 6 weeks, then they were acclimated in a greenhouse,
followed by planting them in the field. Growth of shoot culture, plantlets in the greenhouse and plants in the
field were observed. Analysis of stevioside and Reb-A was done by HPLC. The results showed that plantlets of
diploid clone had higher in vitro growth and survival rate in the greenhouse than that of tetraploids. Tetraploid
clone P1T22 had similar growth as diploid plants, but higher than the growth of tetraploid B60.3H8 and P3T5.
Fresh and dry weights of B60.3H8 was similar with diploid plants, but higher than P1T22 and P3T5 tetraploid
clones. The highest level of stevioside and Rebaudiosida-A was found in tetraploid B60.3H8 clone, the lowest
was found in the diploid plants. The highest ratio of stevioside : Reb-A was found at B60.3H8 tetraploid clone.

Keywords: Stevia rebaudiana, in vitr o, field, gr owth, Stevioside, Rebaudioside-A, tetraploid

ABSTRAK
Perbaikan genetik melalui induksi tanaman tetraploid pada Stevia rebaudiana perlu dilakukan untuk
meningkatkan kadar bahan pemanis alami glikosida steviol. Tanaman tetraploid hasil induksi dengan kolkisin
maupun orizalin pada beberapa spesies mempunyai pertumbuhan dan kadar metabolit sekunder lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman diploidnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan Stevia
rebaudiana tetraploid dan diploid (kontrol) secara in vitro dan di lapang, serta mengetahui kadar steviosida
dan rebaudiosida-A (Reb-A) dari tanaman yang ditumbuhkan di lapang setelah aklimatisasi. Penelitian
menggunakan 3 klon tanaman tetraploid yaitu B60.3H8, P1T22, P3T5, dan 1 klon diploid sebagai kontrol.
Tunas pucuk ditanam pada media MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh selama 6 minggu, kemudian
diaklimatisasi di rumah kaca, untuk selanjutnya ditanam di lapang. Pertumbuhan kultur tunas, planlet di rumah
kaca dan tanaman di lapang diamati. Analisis kadar steviosida dan Reb-A dilakukan dengan HPLC. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa klon kontrol diploid memiliki pertumbuhan tunas in vitro dan daya tumbuh
pada tahap aklimatisasi di rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga klon tetraploid. Klon P1T22
tetraploid memiliki pertumbuhan serupa dengan klon diploid lebih tinggi dibandingkan dengan 2 klon
tetraploid lainnya yaitu B60.3H8 dan P3T5. Akan tetapi bobot basah dan bobot kering klon B60.3H8 serupa
dengan klon kontrol diploid lebih tinggi dibandingkan dengan klon P1T22 dan P3T5 tetraploid. Kadar
steviosida dan reb-A tertinggi terdapat pada klon B60.3H8 tetraploid dan terendah terdapat pada klon diploid.
Rasio kadar steviosida : Reb-A tertinggi terdapat pada klon tetraploid P1T22 sedikit lebih tinggi dengan klon
B60.3H8.

Kata Kunci: Stevia rebaudiana, in vitro, lapang, pertumbuhan, Steviosida, Rebaudiosida-A, tetraploid

PENDAHULUAN produksi senyawa metabolit sekunder golongan


glikosida steviol yang bermanfaat sebagai
Stevia rebaudiana Bert. merupakan pemanis alami (Geuns 2003; Luwanska et al.
tanaman yang berasal dari Paraguay dan telah 2015; Chiew et al. 2016). Rasa manis pada daun
dibudidayakan sejak lama di berbagai negara untuk Stevia mencapai 70-400 kali lebih tinggi

153
Adabiyah dkk.

dibandingkan dengan gula tebu (Raini & (Generally Recognized as Safe) di USA (Allen et
Isnawati 2011; Yadav et al. 2011 dan 2013). al. 2013).
Senyawa golongan glikosida steviol yang Kadar metabolit sekunder glikosida steviol
terdapat pada tanaman Stevia diantaranya pada Stevia dipengaruhi oleh banyak faktor
steviosida, rebaudiosida (A, B, C, D, E, F, M antara lain genotipe tanaman dan lingkungan
dan N), steviolbiosida rubusosida, dan tumbuhnya (Allen et al. 2013). Berbagai
dulkosida (A-B) (Geuns 2003; Abou-Arab et al. penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan
2010, Yadav et al. 2011, Wang et al. 2013, genotipe Stevia yang mengandung glikosida
Brower et al. 2014). steviol tinggi antara lain dengan memperbaiki
Brandle & Telmer (2007) dan Madan et al. teknik budidaya (pemupukan, sistem irigasi, jarak
(2010) melaporkan bahwa tanaman Stevia tanam dan waktu tanam) (Madan et al. 2010;
mengandung sedikitnya delapan jenis senyawa Lemus-Mondaca et al. 2012; Allen et al. 2013),
glikosida steviol. Akan tetapi saat ini telah berhasil pemuliaan konvensional dengan persilangan,
diindentifikasi lebih dari 30 senyawa glikosida seleksi kadar metabolit sekunder tinggi (Yadav et
steviol terkandung pada tanaman Stevia (FAO al. 2011; Libik-Konieczny et al. 2018), dan
JECFA Monographs 10, 2010; FAO JECFA mutagenesis dengan iradiasi sinar Gamma
Monographs 2017). Empat senyawa utama yang (Brower et al. 2014; Chiew et al. 2016). Berbagai
dihasilkan pada tanaman Stevia yaitu steviosida, penelitian tentang mikropropagasi telah banyak
rebaudiosida-A (Reb-A), rebaudiosida-C (Reb-C dilakukan dengan optimasi media dan berbagai
dan dulkosida-A (Yadav et al. 2011). Kadar teknik kultur jaringan untuk mendapatkan bibit
steviosida ditemukan paling banyak yaitu 4-13% yang berkualitas (Madan et al. 2010; Yadav et al.
(Brandle et al. 1998; Yadav et al. 2011), dan Reb- 2011).
A sebanyak 2-4% berdasarkan bobot kering Upaya lainnya untuk mendapatkan
tanaman (Yadav et al. 2011). genotipe unggul adalah melalui teknik
Sejak glikosida steviol resmi disetujui poliploidisasi. Tanaman Stevia yang tumbuh liar
sebagai bahan tambahan pangan pada pertemuan di alam pada umumnya adalah tanaman diploid
International Joint FAO/WHO Expert Committee dengan jumlah kromosom 2x=2n=22 (Yadav et
on Food Additives ke 73 tahun 2010 dan pada al. 2011). Beberapa penelitian poliploidisasi
pertemuan ke 84 tahun 2017 (FAO JECFA menggunakan kolkisin pada Stevia secara ex
Monographs 10 2010; FAO JECFA Monographs vitro dengan perendaman biji telah dilaporkan
20 2017), juga secara resmi glikosida steviol oleh Yadav et al. (2011 dan 2013), penelitian
diterima sebagai bahan tambahan pangan di Eropa serupa juga dilakukan oleh Rameshing et al.
(European Commission Regulation (EU) No (2015) dan Zhang et al. (2018). Tanaman
1131/2011 of 11 November 2011), maka triploid dan tetraploid yang dihasilkan dengan
perkembangan industri bahan baku berbasis menggunakan kolkisin menunjukkan bahwa
senyawa glikosida dari tanaman Stevia meningkat terdapat variasi morfologi dan kadar glikosida
tajam. Perkembangan penelitian tentang Stevia yang sangat tinggi sehingga seleksi individu
juga banyak dilakukan untuk mendapatkan tanaman perlu dilakukan. Kolkisin juga
genotipe tanaman dengan kandungan metabolit diaplikasikan pada tunas samping tanaman Stevia
glikosida steviol lebih tinggi dari tanaman liarnya di rumah kaca oleh Mahdi et al. (2018). Tingkat
(Libik-Konieczny et al. 2018), penelitian makin ploidi tanaman dikonfirmasi dengan menggunakan
banyak dilakukan terutama sejak diketahui bahwa flositometer setelah diberi perlakuan kolkisin.
selain senyawa glikosida steviol, Stevia juga Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
mengandung senyawa fenolik dan vitamin C tetraploid mempunyai kadar steviosida bervariasi
tinggi sehingga bermanfaat juga sebagai dan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
antioksidan dan antikanker (Koubaa et al. 2015). kontrol diploid. Pengukuran kadar Reb-A
Saat ini berbagai industri minuman dan pangan maupun senyawa glikosida steviol lainnya tidak
(Prakash et al. 2014; Koubaa et al. 2015) telah dilakukan (Mahdi et al. 2018).
banyak menggunakan bahan pemanis dari Stevia Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
karena glikosida steviol sudah berstatus GRAS pertumbuhan S. rebaudiana tetraploid dan diploid

154
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

(kontrol) secara in vitro dan di lapang, serta planlet Stevia ditanam pada polibag berisi media
mengetahui kadar steviosida dan rebaudiosida- campuran tanah, kompos dan sekam bakar dengan
A (Reb-A) dari tanaman yang ditumbuhkan di perbandingan 3:2:1. Polibag disungkup dengan
lapang setelah aklimatisasi. Tanaman Stevia plastik ditempatkan di dalam rumah kaca.
tetraploid yang dipergunakan dalam penelitian Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada umur 5
ini tidak hanya hasil induksi kolkisin tetapi juga MST, meliputi pencatatan tinggi tanaman dan
hasil induksi orizalin. jumlah daun.
Tanaman hasil aklimatisasi kemudian
BAHAN DAN CARA KERJA diperbanyak dengan stek pucuk digunakan sebagai
bahan tanam di lapang. Aklimatisasi dan
Penelitian menggunakan satu klon kultur penanaman di lapang dilakukan di Kebun Raya
tunas S. rebaudiana diploid (kontrol), dan tiga klon Cibodas. Persiapan penanaman dilakukan dengan
tetraploid yaitu klon B60.3H8, P1T22, P3T5 cara mengolah lahan kemudian dibuat bedengan
koleksi Laboratorium Biak Sel dan Jaringan dengan ukuran tinggi 15-20 cm, lebar 50-60 cm
Tanaman, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, dan panjang 1-5 m menyesuaikan bentuk lahan.
Cibinong. Kultur tunas berasal dari tanaman klon Setiap 1 m bedengan, tanah dicampur dengan
liar milik PT. Tapanuli Investasi Agro. Klon kompos sebanyak 25 kg. Bedengan ditutup dengan
B60.3H8 merupakan klon tetraploid hasil induksi mulsa plastik. Bibit hasil aklimatisasi ditanam
orizalin 60 mM dengan lama perendaman 3 hari, dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Penanaman di
klon P1T22 adalah tanaman tetraploid hasil lapang menggunakan sebanyak 30 tanaman untuk
induksi kolkisin 0,1% dengan lama perendaman masing-masing klon.
24 jam, sedangkan klon P3T5 adalah hasil Parameter pertumbuhan tanaman yang
induksi kolkisin 0,1% dengan lama perendaman diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
72 jam. jumlah cabang, bobot basah, dan bobot kering,
Perbanyakan tunas Stevia dilakukan secara pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap
in vitro pada media MS (Murashige & Skoog 30 tanaman setiap 1 minggu sekali selama 8-10
1962) tanpa penambahan zat pengatur tumbuh minggu hingga fase vegetatif akhir. Tinggi
(MS0). Tunas pucuk dari kultur berumur 4-6 tanaman diukur dengan menggunakan mistar,
minggu dipotong sepanjang 1,5-2,0 cm ditanam dimulai dari pangkal batang sampai ujung tunas
pada media MS0 yang mengandung 30 g/l gula tertinggi. Jumlah cabang dan jumlah daun
dan dipadatkan dengan agar sebanyak 8 g/l. dihitung secara keseluruhan. Bobot basah dan
Setelah pH diatur menjadi 5,8, media disterilisasi kering diambil dari tanaman Stevia yang
dengan menggunakan otoklaf pada suhu 120 oC, dipanen saat berumur 8-10 MST juga menjelang
tekanan 1 atm selama 20 menit. Penelitian fase vegetatif berakhir. Performa tanaman dan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan morfologi daun juga diamati sebelum tanaman
12 ulangan. Kultur diinkubasi di dalam ruang dipanen. Tanaman dipanen dari lapang dengan
inkubasi dengan suhu 25±2oC dengan penyinaran dicabut lalu dipisahkan bagian akar, batang dan
secara kontinyu. Pengamatan pertumbuhan daunnya, kemudian ditimbang untuk memperoleh
meliputi pengukuran tinggi tunas, jumlah daun, bobot basah. Sampel tanaman kemudian
jumlah buku, jumlah tunas lateral, dan jumlah dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 65°
akar, dilakukan setiap minggu hingga kultur C selama 2-3 hari atau setelah mencapai berat
berumur 6 minggu setelah tanam (MST). kering konstan. Sampel ditimbang untuk
Morfologi daun juga diamati sebelum planlet mendapatkan bobot kering tanaman. Semua data
diaklimatisasi. kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam,
Aklimatisasi dilakukan pada saat tanaman Analysis of Variance (ANOVA) dan apabila
berumur 6 MST. Planlet dikeluarkan dari botol kultur, berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan,
kemudian akar dicuci dengan air hingga bersih. Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).,).
Selanjutnya akar dioles dengan perangsang Analisis kadar steviosida dan rebaudiosida-
pertumbuhan akar (Root up) yang telah diencerkan A dilakukan menggunakan High Performance
dengan air hingga berbentuk pasta. Setelah diolesi, Liquid Chromatography (HPLC) menurut

155
Adabiyah dkk.

metode Martono et al. (2016). Sebanyak 0,50 g diatur pH 3 dengan asam fosfat encer): asetonitril:
bubuk kering daun Stevia dilarutkan dalam 25 TFA dengan perbandingan 65:35:0.01 (v/v/v).
ml etanol 60%. Larutan kemudian diekstraksi Suhu kolom adalah 30ºC, dengan kecepatan alir
pada suhu 40ºC selama 15 menit. Kemudian 0,6 mL/menit. Detektor yang digunakan adalah
disaring menggunakan kertas saring sehingga detektor UV (UV Smartline, Knauer, gmbh)
dihasilkan residu dan filtrat secara terpisah. panjang gelombang 210 nm. Sampel sebanyak 20
Residu diekstraksi kembali dengan 25 ml etanol µL diinjeksikan menggunakan injektor Rheodyne
60%. Tahapan ini diulang hingga 3 kali dan 7226i (Martono et al. 2016).
filtrat dikumpulkan dalam labu takar 100 ml.
Kemudian filtrat ditera hingga mencapai 100 ml HASIL
dengan menambahkan etanol 60%. Campuran
larutan disaring menggunakan saringan millipore Pertumbuhan tunas in vitro dapat dilihat pada
0,45 µm sebelum diinjeksikan ke HPLC. Analisis Gambar 1. Semua klon Stevia baik klon kontrol
HPLC dilakukan menggunakan kolom fase diploid dan ketiga klon tetraploid yaitu klon
stasioner Eurosphere C-18 (250 x 4,6 mm, 5 µm). tetraploid B60.3H8, P1T22 dan P3T5 mengalami
Perbandingan fase gerak: air-metanol (90:10,
A B

C D

Gambar 1. Per tumbuhan tunas in vitro S. rebaudiana klon kontr ol diploid dan tiga klon tetr aploid pada
umur 1-6 minggu setelah tanam (MST). A. tinggi tunas, B. jumlah daun, C. jumlah buku, D. jumlah tu-
nas lateral dan E. jumlah akar klon kontrol diploid. (♦); B60.3H8 tetraploid (▄); P1T22 tetraploid (▲);
dan P3T5 tetraploid (ⅹ).

156
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

pertambahan tinggi, kenaikan jumlah daun, Pertumbuhan akar klon kontrol diploid jauh
jumlah buku, jumlah tunas lateral dan jumlah lebih cepat dibandingkan dengan ketiga klon
akar dari umur 1-6 MST. Klon diploid memiliki tetraploid dimulai pada minggu ke-1 hingga ke-
pertumbuhan tunas lebih tinggi dimulai pada 6 MST (Gambar 1E).
minggu ke-2 MST dibandingkan dengan Pada umur 6 MST tinggi tunas klon diploid
pertumbuhan tinggi tunas ketiga klon tetraploid tidak berbeda nyata dengan klon P1T22 dan P3T5
(Gambar 1A). Pertumbuhan jumlah daun, tetraploid, namun lebih tinggi dibandingkan
jumlah buku dan jumlah tunas lateral dari ketiga dengan klon tetraploid B60.3H8 (Tabel 1).
klon tetraploid dan klon kontrol diploid Jumlah daun semua klon diploid dan tetraploid
mempunyai pola yang sama (Gambar 1B-D). pada umur 6 MST tidak berbeda nyata. Jumlah
Pertumbuhan jumlah daun dan jumlah buku buku klon kontrol diploid, klon P1T22 dan
pada semua klon hampir sama dimulai pada P3T5 tetraploid tidak berbeda nyata, namun
umur 0 hingga 6 MST. Pertumbuhan klon berbeda nyata dengan klon tetraploid B60.3H8
B60.3H8 tetraploid sedikit lebih lambat yang mempunyai jumlah buku terkecil. Ketiga
dibandingkan dengan ketiga klon lainnya klon tetraploid mempunyai jumlah buku yang
(Gambar 1B dan C). Pertumbuhan tunas lateral tidak berbeda nyata. Jumlah tunas lateral klon
dimulai pada umur 1 MST, namun setelahnya kontrol diploid tidak berbeda nyata dengan klon
tidak banyak mengalami peningkatan. Hanya tetraploid B60.3H8 maupun P1T22, namun
klon kontrol diploid sedikit mengalami berbeda nyata dengan klon tetraploid P3T5 yang
peningkatan mulai umur 5 MST (Gambar 1D). mempunyai jumlah tunas lateral terkecil. Ketiga

Tabel 1. Rer ata per tumbuhan tunas in vitro S. rebaudiana umur 6 MST pada media MS tanpa zat
pengatur tumbuh (MS0)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber -
beda nyata (Uji Duncan, P<0.05).

A B

C D

Gambar 2. Mor fologi daun S. rebaudiana in vitro umur 6 MST. A. Klon kontrol diploid; B. Klon B60.3H8
tetraploid; C. Klon P1T22 tetraploid; D. Klon P3T5 tetraploid. Skala: 0.5 cm.

157
Adabiyah dkk.

klon tetraploid mempnyai jumlah tunas lateral tanaman baik kontrol diploid maupun ketiga
yang tidak berbeda nyata. Klon kontrol diploid klon tetraploid bertambah tinggi setiap
mempunyai jumlah akar tertinggi dan berbeda minggunya mulai dari umur 1-8 dan sampai 9
nyata dengan ketiga klon tetraploid. Jumlah atau 10 MST (Gambar 3). Klon kontrol diploid
akar ketiga klon tetraploid tidak berbeda nyata memiliki kenaikan tinggi tanaman lebih besar
(Tabel 1). Hasil pengamatan morfologi daun dibandingkan dengan ketiga klon tetraploid,
pada tunas in vitro pada umur 6 MST dengan pertumbuhan akhir vegetatif yang
menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk berbeda-beda antar klon. Klon P1T22 tetraploid
daun antara klon kontrol diploid dengan klon dan klon P3T5 tetraploid mengalami kenaikan
tetraploid. Daun klon diploid memiliki bentuk tinggi tanaman hingga fase vegetatif yaitu pada
tepi daun yang lebih halus dengan ujung dan akhir pada umur 8 MST, klon kontrol diploid
pangkal daun lebih tumpul (Gambar 2A) mencapai fase vegetatif akhir pada umur 9 MST
dibandingkan dengan daun klon tetraploid. sedangkan klon B60.3H8 tetraploid berhenti
Bentuk tepi daun Stevia klon tetraploid lebih pada umur 10 MST (Gambar 3A) setelah itu
bergerigi (Gambar 2B-D). tanaman mulai berbunga.
Daya tumbuh planlet di rumah kaca pada Jumlah daun Stevia baik klon kontrol
tahap aklimatisasi disajikan pada Tabel 2. diploid maupun klon tetraploid mengalami
Keberhasilan tumbuh tertinggi terdapat pada kenaikan jumlah daun setiap minggunya hingga
klon kontrol diploid, sedangkan ketiga klon umur 10 MST (Gambar 3B). Klon kontrol
tetraploid memiliki tingkat keberhasilan hidup diploid memiliki pola pertumbuhan jumlah daun
pada tahap aklimatisasi lebih rendah lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga klon
dibandingkan klon kontrol diploid. Pada umur 5 tetraploid. Grafik jumlah cabang menunjukkan
MST, pertambahan tinggi tanaman dan jumlah bahwa, cabang tanaman mulai tumbuh pada
daun klon P1T22 tetraploid berbeda nyata umur 1 MST kemudian mengalami kenaikan
paling tinggi dibandingkan tanaman kontrol jumlah setiap minggunya hingga umur 10 MST
diploid maupun kedua klon tetraploid lainnya (Gambar 3C).
(Tabel 3). Pertumbuhan tanaman Stevia pada umur 8
Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di MST disajikan pada Tabel 4. Klon kontrol
lapang menunjukkan bahwa seluruh klon diploid memiliki tinggi tanaman tidak berbeda
nyata dengan klon P1T22 tetraploid dan klon
P3T5 tetraploid. Tanaman terendah terdapat
Tabel 2. Daya tumbuh planlet S. rebaudiana pada klon B60.3H8 tetraploid. Pada umur 8
tahap aklimatisasi di rumah kaca MST, klon P1T22 tetraploid memiliki jumlah
daun paling banyak, berbeda nyata dengan dua
klon tetraploid lainnya. Jumlah daun terkecil
terdapat pada klon B60.3H8 tetraploid. Jumlah
cabang tanaman umur 8 MST pada klon kontrol

Tabel 3. Rer ata per tambahan tinggi planlet dan per tambahan jumlah daun S. rebaudiana tahap aklima-
tisasi umur 5 MST di rumah kaca

Keterangan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber beda nyata
(Uji Duncan, P<0.05)

158
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

diploid tidak berbeda nyata dengan klon P1T22 cm (Gambar 4D). Daun Stevia klon kontrol
tetraploid, namun lebih tinggi sehingga berbeda diploid dan ketiga klon tetraploid memiliki tipe
nyata dengan klon P3T5 tetraploid dan B60.3H8 dan bentuk daun sama disebut sudip (spatulate),
tetraploid (Tabel 4). yaitu termasuk tipe tunggal dengan tangkai daun
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa melekat langsung pada batang dan tersusun
tanaman Stevia klon kontrol diploid dan ketiga berpasangan secara berhadapan bersilangan
klon tetraploid memiliki performa sama yaitu (folium opposita) di sepanjang batang utama
berbentuk semak, berukuran pendek dengan (Gambar 5A-D).
tinggi tanaman kurang dari 1 m, memiliki Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot
percabangan banyak pada batang utamanya basah akar Stevia klon B60.3H8 tetraploid pada
serta daun lebat. Klon kontrol diploid memiliki akhir fase vegetatif tertinggi, berbeda nyata
tinggi tanaman rata-rata 42 cm (Gambar 4A), dengan klon P1T22 tetraploid, klon P3T5
Klon B60.3H8 tetraploid memiliki tinggi tetraploid dan klon kontrol diploid (Tabel 5).
tanaman rata-rata 41 cm (Gambar 4B), klon Bobot basah batang terbesar terdapat pada klon
P1T22 tetraploid memiliki tinggi tanaman rata- kontrol diploid dan klon B60.3H8 tetraploid,
rata 39 cm (Gambar 4C), serta klon P3T5 tidak berbeda nyata dengan klon P1T22
tetraploid memiliki tinggi tanaman rata-rata 36 tetraploid, namun berbeda nyata dengan klon

Tabel 4. Rer ata per tambahan tinggi, jumlah daun dan jumlah cabang S. rebaudiana umur 8 MST di
lapang

Keterangan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber beda nyata
(Uji Duncan, P≤0.05)

Gambar 3. Rer ata per tumbuhan tanaman S. rebaudiana di lapang umur 0 hingga 8 (klon P1T22 dan
P3T5), 9 (kontrol) atau 10 MST (B60.3H8). A. Tinggi tanaman, B. Jumlah daun, C. Jumlah cabang klon
kontrol diploid. (♦); B60.3H8 Tetraploid (▄)); P1T22 Tetraploid (▲); dan P3T5 Tetraploid (ⅹ).

159
Adabiyah dkk.

P3T5 tetraploid. Klon P3T5 tetraploid memiliki P3T5 tetraploid dan klon kontrol diploid. Bobot
bobot basah batang terkecil. Bobot basah daun basah daun terkecil ada pada klon kontrol
tertinggi terdapat pada klon P1T22 tetraploid diploid (Tabel 5).
tidak berbeda nyata dengan klon B60.3H8 Pada umur 10 MST klon Stevia kontrol
tetraploid, namun berbeda nyata dengan klon diploid dan klon B60.3H8 tetraploid memiliki

A B C D

Gambar 4. Per for ma tanaman S. rebaudiana umur 8 MST di lapang. (A). kontr ol diploid; (B). B60.3H8
Tetraploid; (C). P1T22 Tetraploid; (D). P3T5 Tetraploid.

Gambar 5. Bentuk daun S. rebaudiana umur 8 MST di lapang. A. Klon kontr ol diploid; B. Klon B60.3H8
tetraploid; C. Klon P1T22 tetraploid; D. Klon P3T5 tetraploid. Skala: 1 cm.

Tabel 5. Rer ata bobot basah akar , batang dan daun S. rebaudiana akhir fase vegetatif (umur 8-10 MST
di lapang)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber -
beda nyata (Uji Duncan, P≤0.05)

Tabel 6. Rer ata bobot ker ing akar , batang dan daun S. rebaudiana akhir fase vegetatif (umur 8-10 MST di
lapang)

160
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

bobot kering akar tertinggi, berbeda nyata dikonservasi dalam jangka waktu sangat lama.
dengan klon P1T22 tetraploid dan klon P3T5 Dengan demikian upaya mendapatkan tanaman
tetraploid. Klon P3T5 tetraploid memiliki bobot berkadar metabolit sekunder tinggi pada Stevia
kering akar terkecil. Bobot kering batang dengan poliploidisasi secara in vitro merupakan
tertinggi terdapat pada klon kontrol diploid dan salah satu strategi yang tepat untuk produksi
klon B60.3H8, berbeda nyata dengan klon bibit dari tanaman induk unggul. Hasil
P1T22 tetraploid dan klon P3T5 tetraploid. penelitian menunjukkan bahwa aklimatisasi
Klon P3T5 tetraploid memiliki bobot kering tanaman diploid dan tetraploid menghasilkan
batang terkecil. Bobot kering daun terbesar prosentase daya hidup planlet yang cukup tinggi
terdapat pada klon B60.3H8 tetraploid, tidak (Tabel 2), oleh karena itu kultur jaringan dapat
berbeda nyata dengan klon P1T22 tetraploid diaplikasikan untuk produksi bibit tanaman
dan klon kontrol diploid namun berbeda nyata diploid maupun tetraploid dengan baik.
dengan klon P3T5 tetraploid. Klon P3T5 Senyawa antimitotik orizalin maupun
memiliki bobot kering daun terkecil (Tabel 6). kolkisin merupakan senyawa yang biasa
Hasil analisis kadar steviosida dan dipergunakan untuk memperoleh tanaman
rebaudiosida-A yang diukur pada tanaman Stevia poliploid (Salma et al. 2017). Pada tanaman
umur 8 MST tertera pada Tabel 7. Klon B60.3H8 Passiflora edulis (Rego et al. 2011), dan talas
tetraploid memiliki kadar steviosida dan (Wulansari et al. 2016; Ermayanti et al. 2018)
rebaudiosida-A tertinggi. Kadar steviosida terkecil senyawa kolkisin dan orizalin memiliki
terdapat pada klon P1T22, sedangkan kadar efektifitas yang sama dalam menghasilkan
rebaudiosida-A terkecil terdapat pada klon kontrol tanaman poliploid. Hasil penelitian pada Stevia
diploid. Rasio rebaudiosida-A terhadap steviosida menunjukkan bahwa tanaman tetraploid hasil
terbesar terdapat pada klon tetraploid P1T22. induksi kolkisin maupun orizalin juga
mempunyai pertumbuhan baik secara in vitro
PEMBAHASAN (Gambar 1) maupun di lapangan (Gambar 3)
serta mempunyai kandungan metabolit sekunder
Stevia rebaudiana secara alami berkembang yang sebanding (Tabel 7). Oleh karena itu kedua
biak secara generatif melalui biji dan secara senyawa antimitotik ini dapat diaplikasikan untuk
vegetatif melalui stek batang. Tanaman ini Stevia. Penggunaan orizalin lebih menguntungkan
mempunyai viabilitas biji rendah dan menurun karena senyawa ini mempunyai sifat kurang
sangat cepat (Madan et al. 2010; Yadav et al. beracun (Miguel & Leonhardt 2011) dan efektif
2011; Lemus-Mondaca et al. 2012), sehingga pada konsentrasi rendah (Sattler et al. 2016)
produksi bibit biasa dilakukan dengan stek dibandingkan dengan kolkisin.
batang. Akan tetapi oleh karena tenaga kerja Pertumbuhan tanaman diukur setiap minggu
yang mahal, maka produksi massal melalui hingga akhir fase vegetatif. Pengukuran
kultur jaringan merupakan cara yang banyak pertumbuhan dan biomassa dihentikan menjelang
disarankan (Madan et al. 2010), selain untuk tanaman berbunga. Gambar 3 menunjukkan bahwa
mempertahankan kualitas bibit yang dihasilkan, akhir masa vegetatif klon tetraploid P1T22 dan
juga bibit dapat tersedia sepanjang tahun. P3T5 adalah pada umur 8 MST, klon diploid
Peningkatan kualitas bibit juga mudah adalah 9 MST, sedangkan klon tetraploid
dilakukan (Ermayanti et al. 2017). Dengan B60.3H8 adalah 10 MST. Hal ini menunjukkan
kultur jaringan, klon-klon induk superior dapat bahwa genotipe tanaman Stevia klon diploid
Tabel 7. Rer ata kadar steviosida dan r ebaudiosida -A S. rebaudiana umur 8 MST di lapang

161
Adabiyah dkk.

maupun tetraploid mempunyai waktu bervariasi Hasil penelitian analisis kadar steviosida
dalam mencapai masa pembungaan (masa dan Reb-A yang tertera pada Tabel 7 lebih
generatif). Masa vegetatif yang pendek pada tinggi dibandingkan dengan kadar jenis
tanaman Stevia menguntungkan karena kadar glikosida yang sama yang dihasilkan oleh
senyawa glikosida steviol mencapai maksimum Yadav et al. (2013) pada tanaman tetraploid
pada saat tanaman menjelang pembungaan, dan hasil induksi dengan kolkisin yaitu dengan
kadarnya meningkat apabila ditanam pada musim- menghasilkan steviosida tertinggi adalah 7,45%,
musim dengan periode siang yang panjang sedangkan kadar Reb-A adalah 2,84% dengan
(Madan et al. 2010). Namun demikian rasio Reb-A: steviosida tertinggi adalah 0,51.
perolehan biomassa tanaman (terutama daun) Hal ini menunjukkan bahwa poliploidisasi dapat
yang maksimum juga sangat penting untuk meningkatkan kadar metabolit sekunder namun
mendapatkan total produksi senyawa metabolit dengan konsentrasi yang bervariasi. Kadar Reb-
sekunder paling tinggi. Oleh karena itu hasil A dari Stevia pada Tabel 7 juga lebih tinggi
penelitian menunjukkan bahwa klon tetraploid dibandingkan dengan hasil penelitian
P1T22 adalah klon paling baik dibandingkan Rameshing et al. (2015) pada tanaman
dengan kedua klon tetraploid lainnya dan tetraploid hasil diinduksi dengan kolkisin di
kontrol diploid. Hal ini didukung juga dengan lapangan. Kadar maksimum Reb-A adalah
kandungan metabolit sekundernya yang tinggi 5.90%, namun kadar steviosida yang diperoleh
(Tabel 7). lebih tinggi yaitu mencapai maksimum 13.97%,
Stevia mengandung dua senyawa metabolit dengan rasio Reb-A: steviosida tertinggi adalah
sekunder dengan kadar tinggi yaitu steviosida 0.58 (Rameshing et al. 2015). Dengan demikian
dan Reb-A. Pengembangan genotipe tanaman genotipe P1T22 pada penelitian ini lebih unggul
Stevia untuk mendapatkan kadar dengan rasio dibandingkan dengan hasil penelitian Yadav et
Reb-A dibandingkan dengan steviosida tinggi al (2013) maupun Rameshing et al. (2015).
sangat diperlukan untuk menekan rasa pahit Teknik ekstraksi senyawa glikosida juga
yang dihasilkan oleh steviosida setelah berpengaruh terhadap total produk akhir yang
dikonsumsi (Madan et al. 2010). Selain itu dihasilkan. Pada tahapan proses ekstraksi sering
kadar Reb-A tinggi sangat menguntungkan terjadi kehilangan sejumlah bahan yang
karena mempunyai rasa manis lebih tinggi dianalisis sihingga kadarnya berkurang
dibandingkan dengan steviosida (Allen et al. (Gardana et al. 2003; Puri et al. 2011; Koubaa et
2013). Hasil penelitian pada Tabel 7 al. 2015). Dengan demikian perlu dicari teknik
menunjukkan bahwa rasio Reb-A : steviosida ekstraksi yang tepat untuk meminimalkan
pada tanaman tetraploid B60.3H8 dan P1T22 kehilangan produk selama proses ekstraksi dan
lebih tinggi dibandingkan dengan klon pemurnian.
tetraploid P3T5 dan kontrol diploid. Klon Klon tetraploid P1T22 dan B60.3H8
B60.3H8 mempunyai kadar Reb-A tertinggi. mempunyai pertumbuhan, biomassa daun dan
Dengan demikian kedua klon tetraploid mempunyai rasio Reb-A : steviosida tidak
B60.3H8 dan P1T22 berpotensi dikembangkan berbeda nyata. Oleh karena itu kedua klon
lebih lanjut untuk produksi Reb-A tinggi. tetraploid ini dapat dikembangkan lebih lanjut
Selanjutnya kedua klon ini perlu diuji secara terutama untuk diketahui kadar Reb-D dan Reb-
agronomi pada beberapa musim tanam untuk M yang dikandungnya. Senyawa Reb-D dan
membuktikan bahwa pertumbuhan dan kadar Reb-M ini sangat penting karena secara
metabolit sekunder yang dikandungnya tetap komersial saat ini produk yang mempunyai nilai
stabil. Dengan demikian kedua klon ini secara ekonomi tinggi setelah Reb-A adalah glikosida
ekonomi menguntungkan untuk skala industri. steviol dengan kandungan Reb-D dan Reb-M
Teknik budidaya dan musim tanam perlu tinggi. Senyawa Reb-D mempunyai kadar rasa
ditentukan dengan cermat karena kedua faktor manis sama dengan Reb-A namun mempunyai
ini juga mempengaruhi biomassa dan kadar rasa pahit lebih rendah dibandingkan dengan
glikosida steviol yang dikandungnya (Huber Reb-A (Allen et al. 2013), sedangkan Reb-M
2017). mempunyai nilai ekonomi paling tinggi karena

162
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

mengandung rasa manis serupa Reb-A namun bitterness do not covary with Acesulfame
dengan rasa pahit lebih rendah dibandingkan K bitterness or polymorphisms in TAS2R9
dengan Reb-M (Prakash et al. 2014). and TAS2R31. Chemosensory Perception.
6(3):1-17.
KESIMPULAN Brandle, J., A. Starratt, & M. Gijzen. 1998. Stevia
rebaudiana: Its agricultural, biological, and
Pertumbuhan S. rebaudiana secara in vitro chemical properties. Canadian Journal of
klon tetraploid pada media MS tanpa zat Plants Sciences. 78: 527-536.
pengatur tumbuh serupa dengan tanaman Brandle, JE., & PG. Telmer. 2007. Steviol
kontrol diploid kecuali pada pertumbuhan akar, glycoside biosynthesis. Journal of
tanaman diploid lebih banyak. Pertumbuhan dan Phytochemistry. 68:1855-1863.
biomassa yang dihasilkan tanaman di lapang pada Brower, RJ., TL. Carlson, B. Dang, MD. Gonzalez,
klon diploid dan tetraploid juga tidak berbeda MM. Kennedy, & NE. Knutson. 2014. Stevia
nyata. Kadar steviosida dan rebaudiosida-A plants with an increased rebaudioside D content.
tertinggi terdapat pada klon B60.3H8 tetraploid US. Patent Application. 14(774): 440.
dengan rasio Reb-A: steviosida tertinggi terdapat Chiew, MS., KS. Lai, & Hussein. 2016. A review
pada klon tetraploid P1T22. Kedua klon tetraploid on induced mutagenesis of Stevia rebaudiana
ini berpotensi untuk dikembangkan pada skala Bertoni. Pertanika Journal of Scholarly
yang lebih besar. Research Reviews. 2(3):77-85.
Ermayanti, TM., AN. Wijayanta, & D. Ratnadewi.
UCAPAN TERIMA KASIH 2018. Induksi poliploidi pada tanaman Talas
(Colocasia esculenta (L.) Schott) kultivar
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kaliurang dengan perlakuan kolkisin secara
PT Tapanuli Investasi Agro yang telah memberi in vitro. Jurnal Biologi Indonesia. 14(1): 91-
ijin penggunaan bahan tanaman untuk penelitian 102.
dan menyediakan dana untuk analisis HPLC. Ermayanti, TM., DE. Rantau, E. Al Hafiizh, & E.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Maulana. 2017. Peningkatan pertumbuhan
Erwin Al Hafiizh, M.Si., Suluh Normasiwi S.Si. kultur tunas Stevia rebaudiana Bertoni pada
yang telah memberi dukungan pada penelitian media dengan peningkatan kadar vitamin dan
ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan glisin serta penggunaan jenis tutup tabung
kepada kepala Balai Konservasi Kebun Raya berbeda. Jurnal Biologi Indonesia. 13(2): 213
Cibodas-LIPI yang telah memberikan ijin -222.
penggunaan rumah kaca dan akses ke lapang European Commission regulation (EU) No
dan kepada Laboratorium Kimia, Fakultas Sains 1131/2011 of 11 November 2011. Brussels
dan Matematika, Universitas Kristen Satya (BE): EU.
Wacana untuk analisis kimia. Penelitian ini FAO JECFA Monographs 10. JECFA. 2010.
merupakan bagian kegiatan kerjasama Pusat Steviol glycosides. Compendium of Food
Penelitian Bioteknologi LIPI dengan PT Additive Specifications; 73th Meeting;
Tapanuli Investasi Agro Tahun 2018-2019. Rome. FAO. 17-22.
FAO JECFA Monographs 20. JECFA. 2017.
DAFTAR PUSTAKA Steviol glycosides from Stevia rebaudiana
Bertoni. Compendium of Food Additive
Abou-Arab, E., A. Araband, & MF. Salem. Specifications; 84th Meeting; Rome. FAO.
2010. Physico-chemical assessment of 50-69.
natural sweeteners steviosides produced Gardana. C., P. Simonetti, E. Canzi, R. Zanchi, &
from Stevia rebaudiana Bertoni plant. P. Pietta. 2003. Metabolism of stevioside and
African Journal of Food Science. 4: 269 - rebaudioside A from Stevia rebaudiana
281. extracts by human microflora. Journal of
Allen, AL., JE. McGeary, & JE. Hayes. 2013. Agricultural Food Chemistry. 51: 6618-6622.
Rebaudioside A and Rebaudioside D Geuns, JMC. 2003. Stevioside. Journal of

163
Adabiyah dkk.

Phytochemestry. 64: 913-921. Murashige, T., & F. Skoog. 1962. A revised


Huber, BM. 2017. Study on Stevia (Stevia medium for rapid growth and bio assays with
rebaudiana). Thesis for the Degree of Master tobacco cultures. Physiologia Plantarum. 15
of Science. Faculty of Horticultural Sciences, (3): 473-497.
North Carolina State University. Pp. 129. Prakash, I., A. Markosyan, & C. Bunders. 2014.
Koubaa, M., E. Roselló-Soto, J. Šic Žlabur, A. Development of next generation Stevia
Režek-Jambrak, M. Brnčić, N. Grimi, N. sweetener: Rebaudioside M. Foods. 3: 162-
Boussetta, & FJ. Barba. 2015. Current and 17.
new insights in the sustainable and green Puri, M., D. Sharma, & AK. Tiwari. 2011.
recovery of nutritionally valuable compounds Downstream processing of stevioside and its
from Stevia rebaudiana Bertoni. Journal of potential applications. Biotechnology
Agriculture Food Chemistry. 63: 6835–6846. Advances. 29: 781-791.
Lemus-Mondaca, R., A. Vega-Gálvez, L. Zura- Raini, M., & A. Isnawati. 2011. Kajian: Khasiat
Bravo, & K. Ah-Hen. 2012. Stevia dan keeamanan Stevia sebagai pemanis
rebaudiana Bertoni, source of a high-potency pengganti gula. Media Litbang Kesehatan.
natural sweetener: A comprehensive review 21(4): 145.
on the biochemical, nutritional and functional Rameshing, CN., SN., Hegde, MR. Wallalwar, &
aspects. Food Chemistry. 132: 1121-1132. M. Vasundhara. 2015. Crop improvement in
Libik-Konieczny, M., E. Capecka, E. Kakol, M. stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) trough
Dziurka, A. Grabowska-Joachimiak, E. colchicine. Research Environmental of Life
Sliwinska, & L. Pistelli. 2018. Growth, Sciences. 8(2): 393-396.
development and steviol glycosides content Rego, MM., ER. Rego, CH. Bruckner, FL. Finger,
in the relation to the photosynthetic activity & WC. Otoni. 2011. In vitro induction of
of several Stevia rebaudiana Bertoni strains autotetraploids from diploid yellow passion
cultivated under temperate climate conditions. fruit mediated by colchicine and oryzalin.
Scentiai Horticulturae. 234: 10 – 18. Plant Cell Tissue and Organ Culture. 107:
Luwanska, A., P. Aleksandra, M. Grazyna, & W. 451– 459.
Karolina. 2015. Application of in vitro stevia Salma, U., S. Kundu, & N. Mandal. 2017.
(Stevia rebaudiana Bertoni) cultures in Artificial polyploidy in medicinal plants:
obtaining steviol glycoside rich material. Advancement in the last two decades and
Journal of Herba Polinica. 61(1): 50-63. impending prospects. Journal of Crop
Madan, S., S. Ahmad, GN. Singh, K. Kohli, Y, Science Biotechnology. 20(1): 9-19.
Kumar, R. Singh, & M. Garg. 2010. Stevia Sattler, MC., CR. Carvalho, & WR. Clarindo.
rebaudiana (Bert.) Bertoni-A Review. Indian 2016. The polyploidy and its key role in
Journal of Natural Product and Resources. 1 plant breeding. Planta. 243: 281-296.
(1): 267-286. Wang, Q. 2013. High Rebaudioside-A Plant and
Mahdi, SA., CM. Meena, & A. Tholakabavi. Methods of Producing The Same and Uses
2018. Induction of genetic variability by There of. US. Patent Application. 13(977): 1-6.
colchicine treatment in Stevia rebaudiana Wulansari, A., AF. Martin, & TM. Ermayanti.
Bertoni. Al-Qadisiyah Journal Pure Science. 2016. Induksi tanaman poliploid talas
23(3): 161 – 173. (Colocsia esculenta L.) dengan perlakuan
Martono, Y., S. Riyanto, & S. Martono. 2016. orizalin secara in vitro. Jurnal Biologi
Determination of Stevioside and Rebaudioside Indonesia 12 (2): 297-305.
A from simulated Stevia beverages using Yadav, AK., S. Singh, D. Dhyani, & PS. Ahuja.
FTIR spectroscopy in combination with 2011. A review on the improvement of stevia
multivariate calibration. Journal of Medicinal (Stevia rebaudiana (Bertoni)). Canadian
Plants. 10(5): 349-355. Journal of Plant Sciences. 91: 1-27.
Miguel, TP., & KW. Leonhardt. 2011. In vitro Yadav, AK., S. Singh, SC. Yadav, D. Dhyani, G.
polyploid induction of orchids using oryzalin. Bhardwaj, A. Sharma, & B. Singh. 2013.
Scientia Horticulturae. 130: 314–319. Induction and morphochemical

164
Evaluasi pertumbuhan Stevia rebaudiana Bert. tetraploid secara in vitro

characterization of Stevia rebaudiana


colchiploids Indian Journal of Agricultural
Sciences. 83 (2): 159-165.
Zhang, H., S. An, J. Hu, Z. Lin, X. Liu, H. Bao,
& R. Chen. 2018. Induction, identification
and characterization of polyploidy in Stevia
rebaudiana Bertoni. Plant Biotechnology.
17(1227):1-6.

165

You might also like