You are on page 1of 10

INVESTIGASI PROPRIO MOTU TERHADAP PELANGGARAN HUKUM

PERANG PADA KONFLIK ISRAEL PALESTINA DALAM OPERATION


PROTECTIVE EDGE

Oleh:
Riri Delany, Diah Apriani Atika Sari
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
e-mail: ms.riridelany@gmail.com, atika_sari@staff.uns.ac.id

Abstract
Non-governmental organization swhich engaged in international human rights such as Human Rights
Watch, found some facts about the violation of the law of war on the armed conflict between Israel and
Palestine in a military operation called Operation Protective Edge. A number of Palestinian human rights
organizations have collected the facts of the violations and submitted an investigation request to the ICC.
Under Article 13 of the Rome Statute 1998, the International Criminal Court (ICC) or the International
CriminalCourt has threeformsofauthoritytoexamine a dispute. One of the misthrough the initiative of the ICC
Prosecutor or known as proprio motu. This paper will examine the issues in the request for investigation
of propriomotuonal leged violations of the war committed by Israel.
Keywords: operation protective edge, proprio motu, ICC

A. Pendahuluan and War Crimes Committed in Gaza, Palestine


in the course of ‘Operation Protective Edge’“
Operation Protective Edge merupakan
Situation of Palestine: Operation Protective Edge
operasi militer yang diprakarsai oleh pasukan
November, 2015 www.alhaq.org/publications/
militer Israel atau Israel Defense Force (IDF).
papers/22.Nov.GAZA.CLOSURE.pdf diunduh 9
Operasi tersebut dilaksanakan tanggal 8 Juli
April 2017, hlm. 24-25).
hingga 26 Agustus tahun 2014. IDF menyatakan
bahwa tujuan dari operasi militer ini adalah sebagai Operation Protective Edge mengakibatkan
bentuk pertahanan diri dan membalas serangan kerusakan yang meluas terhadap properti sipil.
yang dilakukan oleh Pasukan Hamas terhadap Seluruh lingkungan, seperti Khuza’a, Al-Shuja’iyya
wilayah Israel.(Daniel Rubeinstein, “KeyMoments dan Rafah tinggal reruntuhan. Selama operasi
in a 50-Day War : A Timeline” diakses dari http:// berlangsung, pasukan Israel menghancurkan
jcpa.org/timeline-key-moments-gaza-war/ pada secara total sebanyak 8.377 rumah dan hancur
tanggal 5 Mei 2017 pukul 06.30 WIB). sebagian sebanyak 23.597 rumah. Penghancuran
ini berpengaruh kepada penduduk dengan total
Menurut dokumentasi lapangan yang
250.918 orang, termasuk 67.448 wanita dan
dikumpulkan dan diarsipkan oleh Palestinian
124.678 anak-anak. Kehancuran ini menimpa
Human Right Organization (PHRO), operasi
5.000 rumah yang belum dibangun kembali dari
militer Israel yang dilakukan selama 50 hari telah
operasi militer sebelumnya.
mengakibatkan 2.217 warga Palestina tewas,
termasuk 674 pasukan perlawanan, dan 1.543 Pasukan Israel juga mengakibatkan
warga sipil: warga sipil menyumbang hampir kehancuran yang meluas terhadap obyek sipil,
70% dari keseluruhan warga tewas. Korban yang menunjang kelangsungan hidup dan
sipil termasuk 556 anak-anak, dan 293 wanita. kesejahteraan populasi warga sipil, seperti :
PHRO juga mendokumentasikan korban terluka 1. Kerusakan pada tanah pertanian seluas
sebanyak 1.442 wanita dan 2.647 anak-anak. 11.164.664 m2, yang berpengaruh langsung
(PHRO, “Palestinian Human Rights and Victims’ terhadap 33.848 individu;
Communication to the International Criminal 2. Kehancuran total pada 109 lembaga industri,
Court Pursuant to Article 15 of the Rome Statute dan 116 lainnya rusak sebagian;
Requesting Investigation and Prosecution of High- 3. Kehancuran total pada 693 bangunan entitas
Level Israeli Officials for Crimes Against Humanity komersial, dan 885 lainnya rusak sebagian;

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 25


4. Kehancuran total pada 111 sumur air dan 21 Perang (yang tidak terbatas pada pembunuhan
lainnya hancur sebagian; yang disengaja, serangan yang disengaja
5. Kerusakan pada 9 tempat pengolahan air; terhadap penduduk sipil dan obyek sipil serta
6. Kehancuran total pada 18 entitas yang terkait kerusakan meluas yang tidak dibenarkan dalam
dengan produksi dan distribusi listrik di Gaza, kepentingan militer).
serta kerusakan sebagian pembangkit listrik
utama gaza; C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
7. Kehancuran total pada 64 masjid, dan 128
1. Yurisdiksi ICC terhadap Israel
lainnya rusak sebagian. Sebuah gereja
juga mengalami kerusakan pada sebagian Sejumlah organisasi non-pemerintahan
bagunannya; di Palestina pada bulan November tahun
8. Kehancuran total pada sebuah bank, dan 3 2015 bersama-sama mengajukan kasus
lainnya rusak sebagian; pelanggaran hukum perang dalam Operation
Protective Edge untuk diinvestigasi oleh
9. Kehancuran total pada 30 bangunan Non-
Jaksa ICC. Organisasi tersebut yakni Al-
governmentalOrganization (NGO) atau
Haq, Al-Mezan Center for Human Rights,
organisasi non-pemerintah dan 49 lainnya
Aldameer Association for Human Rights,
rusak sebagian;
dan Palestinian Centre for Human Rights
10. Kehancuran total pada 15 markas polisi dan (PCHR) yang semuanya tergabung dalam
7 lainnya rusak sebagian; Palestinian Human Right Organization
11. Kehancuran total pada sebuah bangunan klub (PHRO). Kejahatan yang dinyatakan dalam
olahraga dan 6 lainnya rusak sebagian. pengajuan kasus oleh PHRO adalah kejahatan
Sektor pendidikan juga menjadi sasaran yang dilakukan oleh angkatan bersenjata
penghancuran dalam operasi militer. Kehancuran dan pejabat sipil Israel di jalur Gaza pada
total dialami sebanyak 7 sekolah, dan 58 lainnya tanggal 8 Juli – 26 Agustus 2014 atau disebut
mengalamai kerusakan sebagian. Taman kanak- dengan Operation Protective Edge. PHRO
kanak sebanyak 8 bangunan hancur total dan mengajukan permohonan kepada Jaksa ICC
44 rusak sebagian. Sebuah universitas juga untuk memulai investigasi menurut Pasal 15
mengalami kehancuran total, dan 5 lainnya rusak (3) Statuta Roma 1998 dalam hal kejahatan
sebagian. kemanusiaan termasuk namun tidak terbatas
Operasi militer juga telah mengakibatkan pada pembunuhan, penyiksaan, penderitaan,
kerusakan serius terhadap sektor kesehatan. dan tindakan tidak manusiawi lainnya, juga
Sebuah rumah sakit hancur total dan 10 rusak kejahatan perang yang termasuk dan tidak
sebagian. Klinik medis sebanyak 6 bangunan terbatas pada pembunuhan yang disengaja,
hancur total, dan 17 lainnya rusak sebagian. serangan yang disengaja terhadap penduduk
Operasi militer telah mengakibatkan pemindahan sipil maupun obyek sipil serta perusakan yang
dan pengungsian terbesar di Gaza sejak tahun tidak dibenarkan oleh kepentingan militer.
1967. Serangan terbesar mengkibatkan lebih dari Palestina telah mengaksesi Statuta ICC
500.000 warga Palestina mengungsi. pada tanggal 2 Januari 2015 dan mengajukan
Fakta peristiwa tersebut menunjukkan bahwa sebuah deklarasi berdasarkan Pasal 12 (3)
Israel telah melakukan pelanggaran terhadap Statuta ICC pada tanggal 1 Januari 2015
hukum dan kebiasaan perang. Tindakan tersebut (pengajuan berkas), yang mendeklarasikan
telah dianggap memenuhi kriteria kejahatan penerimaan yurisdiksi ICC atas pernyataan
perang berdasarkan Pasal 8 Statuta Roma tentang kejahatan yang dilakukan dalam okupasi
yurisdiksi Mahkamah terhadap Pelanggaran berat wilayah Palestina termasuk timur Jerusalem
terhadap Konvensi Jenewa 1949 (gravebreaches) sejak 13 Juni 2014. Pada tanggal 1 April 2015,
dan Pelanggaran-pelanggaran serius terhadap Palestina resmi menjadi negara pihak yang
hukum dan kebiasaan yang diterapkan dalam ke-123 dari Statuta Roma. Namun disisi lain,
sengketa bersenjata Internasional. PHRO dalam Israel bukan merupakan negara pihak dari
jurnalnya mengajukan permohonan investigasi Statuta Roma. Hal ini menjadi perdebatan
kepada Office the Prosecutor (OTP) atau Jaksa apakah kejahatan perang Israel dapat diadili
Penuntut Umum berdasarkan Pasal 15 ayat (3) melalui Mahkamah Pidana Internasional
Statuta Roma terhadap Kejahatan Kemanusiaan (ICC) atau tidak.
(yang tidak terbatas pada pembunuhan, Kejahatan perang yang dilakukan
penganiayaan, penyiksaan, dan tindakan yang oleh Israel ini tentunya harus
tidak berprikemanusiaan lainnya) dan Kejahatan dipertanggungjawabkan. Berdasarkan

26 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Riri Delany, Diah Apriani Atika Sari: Investigasi Proprio Motu terhadap Pelanggaran Hukum...

ketentuan hukum internasional (Definition pidana internasional. Pasal 11 Statuta Roma


of Agression, 1974), pihak yang telah 1998 mencerminkan tentang asas legalitas
merencanakan dan melaksanakan serangan dimana dalam pasal ini menegaskan bahwa
tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban yurisdiksi ICC hanya mencakup kejahatan
secara pribadi. Berkaitan dengan ketentuan yang dilakukan setelah Statuta Roma 1998
tersebut maka pemimpin Israel (presiden, mulai berlaku yaitu tanggal 1 Juli 2002, jadi
perdana menteri dan pejabat militer) berdasarkan Pasal 11 Statuta Roma ini ICC
dapat dimintai pertanggungjawaban tidak memiliki kewenangan untuk mengadili
melalui mekasnisme penegakan hukum kejahatan yang dilakukan sebelum tanggal
yang sifatnya Internasional. Adanya beban 1 Juli 2002.
pertanggungjawaban terhadap pimpinan suatu Ketiga, mekanisme penegakan hukum
negara dalam kasus kejahatan internasional pidana internasional melalui Mahkamah Pidana
sudah pernah dilakukan sebelumnya, misalnya Internasional atau International CriminalCourt
pada kasus pembantaian warga Bosnia- (ICC). Mahkamah ini bersifat permanen untuk
Herzegovina dimana Slobodan Milosevic mengadili kejahatan-kejahatan yang sangat
yang merupakan mantan Presiden Serbia serius (themostseriouscrimes). ICC menganut
dengan Radovan Karadjic sebagai penglima prinsip complementary. Berdasarkan prinsip
militer Serbia pada masa pemerintahan complementaryini maka ICC hanya sebagai
Milosevic. Keduanya diadili sebagai pelaku pelengkap pengadilan nasional suatu negara
pelanggaran HAM berat. karena negara tersebut sudah mempunyai
Sebelum membahas mekanisme kewajiban berdasar hukum internasional
penegakan hukum kejahatan Israel lebih untuk mengadili individu yang bertanggung
lanjut, perlu diketahui bahwa terdapat jawab atas kejahatan-kejahatan yang terjadi.
beberapa mekanisme penegakan hukum ICC akan melaksanakan yurisdiksinya apabila
terhadap tindak pidana Internasional. suatu pengadilan nasional negara tersebut
Pertama, mekanisme menurut Konvensi (Yustina Trihoni, 2013:159-160) :
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I/ 1977 a. Tidak mampu (unable) atau tidak bersedia
dalam Pasal 49 ayat (1) Konvensi Jenewa (unwilling);
I, Pasal 50 (1) Konvensi Jenewa II, Pasal b. Hanya menjalankan pengadilan pura-
129 (1) Konvensi Jenewa III dan Pasal 146 pura untuk membebaskan terdakwa dari
(1) Konvensi Jenewa IV yang merupakan pertanggunjawaban pidana;
ketentuan yang bersamaan. Ketentuan dalam c. Tidak menjalankan pengadilan secara
konvensi ini secara eksplisit menyatakan independen (mandiri) dan imparsial
bahwa negara dapat menggunakan National (tidak memihak).
Courtatau Mekanisme Nasional atau bisa
juga disebut dengan prinsip exhaustion of Berdasarkan ketiga mekanisme
local remedies. Sehingga konsekuensi dari penegakan hukum tersebut, penulis
negara yang telah meratifikasi Konvensi berpendapat bahwa kejahatan perang
Jenewa adalah dibebankannya kewajiban Israel sudah seharusnya diajukan kepada
untuk menerbitkan suatu Undang-undang Mahkamah Pidana Internasional. Sebab
nasional yang memberikan sanksi pidana selama konflik ini berjalan, tidak ditemui
efektif kepada setiap orang yang melakukan mekanisme penegakan hukum yang tegas
atau memerintahkan untuk melakukan terhadap pelanggaran berat yang dilakukan
pelanggaran berat terhadap Konvensi. pasukan bersenjata Israel bahkan sejak
Operation Cast Lead. Sehingga penulis
Kedua, mekanisme penegakan hukum beranggapan bahwa mekanisme pengadilan
melalui pengadilan Ad hoc Kejahatan nasional tidak berjalan dengan semestinya
Perang. Pengadilan ini bersifat ad hoc atau meskipun kedua pihak terutama Israel sudah
khusus/sementara, yang berarti mahkamah meratifikasi Konvensi Jenewa. PHRO dalam
tersebut dibentuk hanya untuk mengadili jurnal pengajuan kasusnya kepada ICC
kejahatan khusus yang terjadi di negara mengungkapkan bahwa “The Palestinian
yang bersangkutan dan hanya dibentuk Human Right Organizations assert that
dalam jangka waktu tertentu saja. Sebelum the incidents presented here in are not
adanya Mahkamah Pidana Internasional inadmissible under Article 17 of the Statute.
sebagai mekanisme penegakan hukum yang There are currently no on going investigations
sifatnya Internasional, mekanisme ad hoc ini or prosecutions adressing the conduct that
lah yang digunakan untuk mengadili tindak forms the basis crimes committed as part of

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 27


a wide spread or systematic attack against a to Article 12 (3) of the Statute, i.e.,
civilian population, as covered by Article 7 of after 13 June 2014. To the extent
the ICC Statute, or as partof a plan or policy that acts committed priorto 13 June
or as part of the large scale commission 2014 are included in the factual
of warcrimes, as set forth in Article 8 ofthe background, they are included
ICC Statute. Palestine isunableand Israel to provide context for the crimes
isunwilling” (Palestinian Human Rights that are alleged to have occurred
Organizations and Victims, Situation of after the Israel imilitary operation
Palestine : Operation Protective Edge, “Protective Edge” commenced on
November 2015:4). Terjemahan bebasnya 8 July 2014.” (Palestinian Human
yaitu Organisasi Hak Asasi Manusia Palestina Rights Organizations and Victims,
menyatakan bahwa insiden yang dipaparkan Situation of Palestine : Operation
di sini tidak dapat diijinkan berdasarkan Pasal Protective Edge, November 2015:95)
17 Statuta. Saat ini tidak ada investigasi Inti dari pernyataan tersebut adalah
atau penuntutan yang sedang berlangsung bahwa fakta peristiwa dalam Operation
yang mempertanyakan perilaku yang Protective Edge yang dipaparkan dalam
membentuk dasar kejahatan yang dilakukan jurnal pengajuan mereka telah memenuhi
sebagai bagian dari serangan yang meluas persyaratan untuk menetapkan yurisdiksi
atau sistematis terhadap penduduk sipil, temporal. Dalam hal ini Palestina resmi
sebagaimana tercakup dalam Pasal 7 Statuta menjadi negara pihak pada tanggal 1 April
ICC, atau sebagai bagian dari rencana atau 2015, maka Statuta berlaku sejak tanggal
kebijakan atau Bagian dari komisi kejahatan tersebut. Meskipun pada ketentuan
perang skala besar, sebagaimana diatur Statuta disebutkan bahwa yurisdiksi ICC
dalam Pasal 8 Statuta ICC. Palestina tidak akan berlaku setelah Statuta berlaku
mampu dan Israel tidak mau. Pernyataan terhadap negara pihak, yurisdiksi dapat
tersebut menjadi alasan bagi PHRO untuk dilaksanakan berdasarkan pengecualian
mengajukan kasus kejahatan perang dan dalam Pasal 12 paragraf 3. Pengecualian
kejahatan kemanusiaan ini kepada ICC. yang diisyaratkan dalam pasal tersebut
Berkaitan dengan batasan yurisdiksi telah dipenuhi oleh Palestina dengan
yang dimiliki ICC, penulis berpendapat bahwa melakukan deklarasi sejak 13 Juni
kasus kejahatan perang Israel dapat diadili 2014. Kejahatan yang dipersoalkan
melalui ICC, sebab kasus ini memenuhi dalam Operation Protective Edge itu
batasan yurisdiksi ICC yang dapat diuraikan sendiri berlangsung mulai tanggal 8
sebagai berikut : Juli 2014. Sehingga dapat disimpulkan
a. Temporal Jurisdiction (Ratione Temporis) bahwa yurisdiksi ICC dapat dilaksanakan
ICC hanya memiliki yurisdiksi terhadap kasus ini mengingat bahwa
terhadap kejahatan yang dilakukan konflik terjadi setelah adanya deklarasi,
setelah berlakunya Statuta Roma, yaitu 1 dan telah memenuhi syarat yurisdiksi
Juli 2002. Bilamana suatu negara menjadi temporal yang terdapat dalam Pasal 11
pihak setelah berlakunya Statuta, maka Statuta Roma 1998.
ICC hanya memiliki yurisdiksi terhadap
kejahatan yang dilakukan setelah Statuta b. Territorial Jurisdiction (Ratione Locti)
berlaku terhadap negara tersebut, kecuali ICC dapat mengadili kasus-kasus
jika negara tersebut membuat deklarasi yang diserahkan oleh negara peserta
sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal yang wilayahnya menjadi tempat
12 paragraf 3 (Statuta Roma, 1998). dilakukannya kejahatan Internasional.
PHRO dalam jurnal pengajuan nya Namun, ICC pun dapat menjalankan
menegaskan bahwa kasus ini memenuhi fungsi dan kewenangannya di wilayah
yurisdiksi temporal ICC sebagai berikut: negara bukan pihak, selama dibuat
“The acts set forth here insatisfy perjanjian khusus.
the requirements for establishing Berdasarkan fakta peristiwa yang
temporal jurisdiction over the telah dipaparkan pada Bab sebelumnya,
crimes alleged in that the acts Kejahatan yang dituduhkan terhadap
were committed after the date pasukan Israel dilakukan di wilayah
specified in the declaration lodged negara Palestina, yang secara resmi
by the State of Palestine pursuant telah menjadi negara peserta. Fakta

28 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Riri Delany, Diah Apriani Atika Sari: Investigasi Proprio Motu terhadap Pelanggaran Hukum...

tersebut telah memenuhi persyaratan dengan kejahatan-kejahatan


untuk menetapkan yurisdiksi territorial. tertentu.
Menurut Amerika Serikat,
c. Material Jurisdiction (Ratione Materiae) pelaksanaan yurisdiksi ICC terhadap
Jenis kejahatan yang menjadi ruang warga negara dari non state parties
lingkup yurisdiksi ICC adalah kejahatan bertentangan dengan prinsip-prinsip
yang merupakan the most serious crime hukum internasional (D. Scheffer,
atau kejahatan paling serius dalam American Journal of International Law,
pandangan masyarakat Internasional. 93, 1999:12). Prinsip hukum yang
Menurut Pasal 5 – 8 Statuta Roma 1998, dimaksud antara lain adalah Pacta
maka kejahatan yang dimaksud adalah tertiis nec nocent nec prosunt. Prinsip
sebagai berikut: ini telah menjadi hukum kebiasaan
internasional dan telah dikodifikasikan
1) The crime of Genocide atau
dalam Konvensi Wina 1969 tentang
Kejahatan Genosida;
Perjanjian Internasional. Menurut prinsip
2) Crimes against Humanity atau yang tertuang dalam Pasal 34 Konvensi
Kejahatan Kemanusiaan; Wina 1969 ini suatu perjanjian tidak
3) War crimes atau Kejahatan Perang; menimbulkan hak dan kewajiban bagi
4) The crime of Agression atau pihak ketiga tanpa persetujuannya.
Kejahatan Agresi. Menanggapi keberatan Amerika
Pembahasan sebelumnya telah tersebut, Michael P Scharf mengemuka-
menyimpulkan bahwa tindakan yang kan bahwa sebenarnya tidak ada satu
dilakukan Israel dalam Operation pasal pun dalam Statuta Roma yang
Protective Edge merupakan kejahatan membebani kewajiban pada pihak ketiga
perang (war crimes). Sehingga kejahatan (D. Arnaut, Virginia Journal of International
yang dipersoalkan dalam kasus ini telah Law,2003:405). Yang terjadi adalah
memenuhi salah satu dari yurisdiksi bahwa dengan pelaksanaan yurisdiksi
materiil ICC khususnya pada Pasal 8 ICC tersebut akan mempengaruhi
Statuta Roma. kepentingan non state parties. Tentu
Berdasarkan analisis diatas, saja hal ini sangat berbeda dengan
kejahatan perang yang dilakukan membebani atau menciptakan suatu
Israel telah memenuhi syarat yurisdiksi kewajiban sebagaimana diatur dalam
untuk dibawa ke Mahkamah Pidana Pasal 34 Konvensi Wina 1969.
Internasional. Israel seharusnya tetap Beberapa pakar hukum internasional
dapat diadili melalui Mahkamah Pidana mengemukakan bahwa negara pihak
Internasional meskipun negara tersebut Statuta Roma 1998 memiliki yurisdiksi
bukan merupakan negara pihak dari teritorial terhadap segala kejahatan yang
Statuta Roma 1998. ICC memiliki terjadi di wilayah atau teritorialnya. Hal
yurisdiksi terhadap warga negara yang ini berlaku terhadap pelaku kejahatan
berasal dari negara bukan pihak (non dari negara manapun baik negara
state parties) dalam kondisi-kondisi pihak Stauta Roma maupun bukan (non
sebagai berikut (Dapo Akande, Journal state parties). Apabila kejahatan yang
of International Criminal Justice, 618, dilakukan masuk kategori international
Desember 2003:1): crime maka berdasarkan prinsip universal
1) Dalam kasus yang diserahkan oleh yang dikenal dalam hukum internasional
Dewan Keamanan PBB kepada ICC; semua negara memiliki yurisdiksi
2) Dalam kasus warga negara dari non terhadap pelaku tanpa memperhatikan
state parties melakukan kejahatan nasionalitas si pelaku maupun tempat
di wilayah atau territorial negara dilakukannya kejahatan tersebut.
anggota Statuta Roma atau Negara Manakala suatu negara yang memiliki
yang sudah menerima yurisdiksi yurisdiski berkehendak melaksanakan
ICC berkaitan dengan kejahatan yurisdiksinya maka persetujuan dari
tersebut; negara asal pelaku kejahatan tidaklah
3) Dalam kasus negara non state disyaratkan. Kewenangan ICC untuk
parties sudah menyetujui untuk mengadili pelaku kejahatan yang masuk
melaksanakan yurisdiksi berkaitan kategori yang lingkup yurisdiksinya

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 29


merupakan pendelegasian dari negara parlemen, wakil terpilih atau pejabat
pihak yang di wilayahnya terjadi kejahatan pemerintah dalam hal apapun
internasional dan negara tersebut tidak tidak mengecualikan seseorang
mampu atau tidak mau mengadili sendiri dari tanggung jawab pidana di
untuk kemudian menyerahkan pelaku bawah statuta. Demikian pula dalam
untuk diadili di depan ICC. hal mengenai dirinya sendiri tidak
Hakikat didirikannya ICC adalah merupakan suatu alasan untuk
sebagai pengadilan pidana Internasional mengurangi hukuman.
yang memiliki kewenangan untuk 2) Kekebalan atau peraturan procedural
mengadili kejahatan Internasional. khusus yang mungkin terkait dengan
Penegakan terhadap kejahatan jabatan resmi dari seseorang baik
kemanusiaan, kejahatan perang, di bawah hukum nasional atau
bahkan genosida telah diakui sebagai internasional tidak menghalangi
iuscogens yang melahirkan kewajiban mahkamah untuk melaksanakan
ergaomnes bagi semua negara untuk yurisdiksinya atas orang tersebut.
mengadili pelaku kejahatan tersebut Pasal di atas tidak membedakan
(duty to punish). Prinsip duty to punish antara imunita personal dengan
bagi semua negara terhadap pelaku immunity ratione materiae. Sebaliknya
kejahatan internasional tanpa melihat Pasal 27 Statuta Roma 1998
kewarganegaraan pelaku serta wilayah merekomendasikan bahwa pejabat
di mana terjadinya kejahatan tersebut negara akan bertanggungjawab terhadap
yang kemudian dikenal sebagai prinsip segala tindakan yang dilakukannya
yurisdiksi universal bagi kejahatan atas nama negara , pejabat negara di
internasional. Prinsip universalitas dari sini termasuk pejabat yang menikmati
penegakan kejahatan internasional personal imunitas. Di samping Pasal 27
inilah yang seharusnya menjadi alasan pasal yang juga erat kaitannya dengan
ICC untuk tidak mensyaratkan consent masalah ini adalah Pasal 28 yang
dari negara tempat terjadinya perkara secara rinci menetapkan bahwa seorang
,atau negara pelaku atau korban atasan baik militer maupun sipil harus
berasal untuk melaksanakan yurisdiksi bertanggungjawab secara pidana ketika
mengadili pelaku kejahatan tersebut. terjadi kejahatan dalam yurisdiksi ICC
Terlebih lagi ketika melihat karakterisik yang dilakukan anak buahnya. Pasal
kejahatan dalam ICC yang kerapkali ini bertujuan untuk dapat menghukum
dilakukan baik langsung maupun tidak the most responsible person, walaupun
langsung oleh negara (stateactor), orang tersebut memiliki posisi sebagai
maka kemungkinan negara pelaku akan pemegang kekuasaan yang seringkali
melindungi organ negaranya sendiri sulit terjangkau hukum. Demikianlah
sangat besar (impunity). Sehingga Pasal 27 juga 28 Statuta Roma 1998
diperlukan mekanisme internasional memperkuat dukungan yurisdiksi ICC
untuk menghukum pelaku tanpa perlu terhadap warga dari non state party
persetujuan (consent). (Diajeng Wulan karena terhadap kejahatan internasional
Christianti, PADJAJARAN Jurnal Ilmu yang menjadi yurisdiksi ICC tersebut
Hukum, Vol.2, No.1, 2015:29) berlakulah yurisdiski universal. Imunitas
Satu argumen lagi yang dapat tidaklah relevan bagi siapapun, dari
diajukan untuk mendukung yurisdiski negara manapun, termasuk dari negara
ICC atas warga non state party adalah non state party dan dalam kapasitas
bahwa Pasal 27 Statuta Roma 1998 atau jabatan apapun. Sehingga dalam
mengatur tentang tidak relevannya hal ini Palestina sebagai negara pihak
jabatan resmi menetapkan sebagai yang unable untuk mengadili komandan
berikut: pasukan bersenjata Israel, berhak
1) Statuta berlaku sama terhadap semua untuk mengajukan kasus ini kepada
orang tanpa suatu perbedaan atas Mahkamah Pidana Internasional dan
dasar jabatan resmi. Secara khusus, meminta pertanggungjawaban meskipun
jabatan resmi sebagai seorang Israel merupakan non state party
kepala negara atau pemerintahan berdasarkan ius cogens dan prinsip
anggota suatu pemerintahan atau yurisdiksi universal.

30 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Riri Delany, Diah Apriani Atika Sari: Investigasi Proprio Motu terhadap Pelanggaran Hukum...

2. Bentuk Kewenangan ICC In Proprio Motu keterangan kepada majelis pra-sidang.


berdasarkan Pasal 15 Statuta Roma Keberhasilan penyidikan dapat tercapai
Pasal 15 (1) Statuta Roma menyatakan: apabila OTP membuat sebuah penunjukkan
“The Prosecutor may initiate investigations awal sebagai berikut:
proprio motu on the basis of information a. kelompok orang-orang yang terlibat
on crimes within the jurisdiction of the yang cenderung menjadi fokus sebuah
Court” yang terjemahannya sebagai berikut: investigasi untuk tujuan membentuk
Penuntut Umum dapat memulai penyelidikan kasus masa depan;
proprio motu atas dasar informasi tentang b. kejahatan dalam yurisdiksi pengadilan
kejahatan dalam jurisdiksi Mahkamah. Dalam yang diduga dilakukan selama insiden
konteks Statuta Roma, proprio motu adalah yang kemungkinan besar terjadi
kewenangan yang diberikan oleh Statuta sebagai fokus penyelidikan untuk tujuan
Roma kepada Office of the Prosecutor membentuk kasus masa depan.
(OTP) di Mahkamah Pidana Internasional Tentunya, kewenangan ini tidak bisa
untuk memulai investigasi atas kejahatan langsung dilaksanakan tanpa adanya
internasional yang menjadi yurisdiksi ICC tahapan dan pertimbangan. Berdasarkan
sesuai dengan Pasal 5 Statuta Roma, yakni Pasal 15 ayat 2 Statuta Roma, sebelum
genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, melaksanakan investigasi proprio motu, OTP
kejahatan perang, dan kejahatan agresi. harus mengumpulkan informasi selengkap-
Dengan adanya kewenangan ini, OTP (bisa lengkapnya dari negara yang berkepentingan,
dipadankan sebagai jaksa atau penuntut) dari badan-badan PBB, organisasi internasional
ICC tidak harus bersifat pasif dan menunggu (pemerintah dan non-pemerintah), dan
adanya laporan. Berdasarkan Pasal 13 sumber lain yang dapat dipercaya.
Statuta Roma, ICC lebih cenderung untuk
Setelah informasi selesai dikumpulkan,
memulai adanya investigasi atas kejahatan
OTP lalu mengajukan permohonan investigasi
internasional setelah adanya laporan Dewan
pada pre-trial chamber ICC (majelis hakim
Keamanan PBB atau negara para pihak
yang bertugas untuk menentukan investigasi,
Statuta Roma.
surat penangkapan, dan hal-hal lain yang
PHRO dalam jurnalnya Situation of diperlukan untuk jalannya persidangan ICC).
Palestine: Operation Protective Edge, Dalam laporannya, OTP harus menunjukkan
mengajukan permohonan investigasi informasi dan aspek-aspek terkait secara
terhadap kejahatan kemanusiaan dan jelas kepada pre-trial chamber (lihat Pasal
kejahatan perang yang dilakukan selama 15 ayat 3 Statuta Roma).
operasi tersebut melalui mekanisme in
Susana Sá Couto dan Katherine A.
proprio motu. PHRO berkeyakinan bahwa
Cleary dalam jurnalnya berjudul “The Gravity
Israel dapat dibawa ke Mahkamah Pidana
Threshold of the International Criminal Court”,
Internasional melalui mekanisme ini.
menyebutkan ada lima aspek yang harus
Berdasarkan Pasal 15 Statuta Roma ,OTP
dipertegas oleh OTP yaitu (Susana Sá Couto,
dimungkinkan untuk memulai penyelidikan
Articles in Law Reviews and Other Academic
atas inisiatifnya sendiri berdasarkan informasi
Journal, 2008:810):
kejahatan yang termasuk dalam yurisdiksi
Pengadilan. Ketentuan dalam Pasal 53 a. Derajat kejahatan (scale of the crimes);
(1) (a) - (c) Statuta menetapkan kerangka b. Tingkat kekejaman kejahatan (the
hukum untuk mengevaluasi dan mengatur severity of the crimes);
bahwa OTP harus mempertimbangkan c. Sifat sistematis dari kejahatan (the
yurisdiksi temporal, material, dan yurisdiksi systematic nature of the crimes);
territorial, serta admissibility atau standar d. Bagaimana kejahatan itu dilakukan (the
penerimaan (complementary & gravity) tanpa manner in which they were committed);
mengabaikan kepentingan keadilan. Standar dan
pembuktian sangat jika Jaksa menyimpulkan e. Dampak kejahatan kepada korban (the
bahwa terdapat dasar yang masuk akal untuk impact on victims).
melanjutkan kasus ke tahap investigasi, dia Kelima aspek ini lazim disebut dengan
harus mengajukan permohonan ke pre-trial gravity threshold atau gravity requirements.
chamber (prasidang) untuk mendapatkan Setelah disetujui, jaksa dapat melaksanakan
otorisasi penyelidikan, dan kemudian korban investigasi atas kejahatan internasional
dapat membuat pernyataan atau memberikan yang telah terjadi. Proprio motu dalam rezim

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 31


Statuta Roma, hanya diterapkan untuk 3. Hambatan yang ditemui dalam penerapan
kewenangan jaksa dalam memulai investigasi konsep In Proprio motu
atas kejahatan internasional tanpa adanya Namun demikian, meskipun ada
laporan terlebih dahulu. Tidak ada ketentuan ketentuan yang memungkinkan Pre-Trial
lain dalam Statuta Roma yang termasuk Chamber (pra-sidang) yang memberikan
proprio motu. wewenang dalam melakukan penyelidikan,
Menurut Luis Moreno-Ocampo, jaksa OTP tidak dapat dikatakan benar-benar
pertama di ICC, dalam jurnalnya berjudul i n d ep e n de n . Pad a a kh i rn ya , D e wa n
The International Criminal Court: Seeking Keamanan PBB masih lebih berkuasa atas
Global Justice, ketentuan proprio motu OTP independen untuk mempengaruhi
dalam Statuta Roma adalah hal yang penyelidikan atau jaksa penuntut yang tidak
menjadi pembeda ICC dengan pengadilan dapat melakukannya. Dewan Keamanan
internasional lainnya seperti International tetap dapat menunda penyelidikan terhadap
Criminal Tribunal for Rwanda atau International suatu situasi selama setahun, di samping itu
Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia. baik situasi yang dirujuk oleh Negara atau
Menurutnya, ketentuan proprio motu akan diprakarsai oleh jaksa, banyak hal dapat
memastikan terwujudnya keadilan di atas terjadi dalam waktu satu tahun penundaan.
keputusan-keputusan politis negara atau Terdapat hal-hal yang kemudian dapat
Dewan Keamanan PBB. (Luis Moreno- membuat situasi menjadi tidak dapat diterima
Ocampo, CaseWestern Reserve Journals of oleh ICC. Alasan lain mengapa Dewan
International Law, 2007:3) Keamanan masih menang meskipun ada
Sebagaimana ditunjukkan pada OTP independen terutama karena tiga dari
pembahasan sebelumnya mengenai fakta Dewan Keamanan dari lima anggota tetap
peristiwa dan analisis yurisdiksi terhadap (AS, China, Rusia) belum meratifikasi Statuta
fakta tersebut (temporal, territorial dan Roma. Jadi, mereka memiliki kekebalan total
material), telah menunjukkan adanya dari kekuatan jaksa independen.
dasar yang wajar dan masuk akal untuk Dengan cara yang sama, ICC tidak dapat
melanjutkan penyelidikan terhadap tindakan dikatakan independen terhadap Perserikatan
Israel di Gaza dengan pembenaran bahwa Bangsa-Bangsa, karena Dewan Keamanan
kejahatan Israel termasuk dalam yurisdiksi PBB dapat tetap melakukan persidangan di
pengadilan. Ada pula dasar yang masuk akal depan pengadilan kapan saja. Orang dapat
untuk menentukan pada tahap ini, bahwa dengan tepat mengatakan bahwa ketakutan
situasinya dapat diterima berdasarkan seorang jaksa penuntut independen tidak
Pasal 17, sebagaimana diuraikan mengenai separah kekuatan yang dimiliki Dewan
komparensi dan gravitasi. Pada tahap Keamanan atas ICC. ICC harus bersikeras
proses ini, penting untuk dipertimbangkan bahwa agar kekuasaan penangguhan Dewan
bahwa penilaian penerimaan mengacu pada Keamanan menjadi sah dan diberlakukan,
diterimanya satu atau lebih kasus yang semua anggota Dewan Keamanan harus
potensial dalam konteks situasi. Baik target meratifikasi Statuta Roma dan berhenti
potensial penyelidikan (yaitu, pejabat militer menggunakan dalih seperti independensi
dan politik Israel tingkat tinggi) maupun seorang jaksa karena ketidakpatuhan mereka
kejahatan potensial (yaitu, kejahatan terhadap Statuta Roma tidak sempurna. Ada
terhadap kemanusiaan dan kejahatan banyak celah dan pertanyaan yang tidak
perang) saat ini sedang dalam penyelidikan terjawab, tapi karena itulah ada Majelis Negara
atau penuntutan di Israel. Seperti yang yang memiliki mandat untuk bertemu secara
telah dilakukan oleh majelis banding, dalam teratur untuk merevisi dan memperbarui
keadaan yang demikian maka harusnya Statuta Roma seperti kasus yang terjadi di
kasus (atau situasi) dapat diterima. Oleh Kampala, Uganda dari tanggal 31 Mei sampai
karena itu, PHRO mendesak OTP untuk 11 Juni 2010. ( Kafayat Quadri, International
mengajukan permohonan ke majelis pra- Journal of Humanities and Management
sidang untuk melanjutkan penyelidikan atas Sciences, Vol.2, 2014:14)
kejahatan yang dilakukan Israel selama Mekanisme ini dapat ditempuh oleh
2014 khususnya pada Operation Protective Palestina, namun masih terdapat rintangan
Edge yang bertujuan mengokupasi wilayah yang dihadapi yaitu pengaruh dari dewan
Gaza. keamanan. Namun, pada dasarnya, selama
terdapat dasar yang kuat untuk berlakunya

32 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017


Riri Delany, Diah Apriani Atika Sari: Investigasi Proprio Motu terhadap Pelanggaran Hukum...

yurisdiksi ICC, kasus kejahatan Israel dalam Sehingga berdasarkan analisis ini, OTP
Operation Protective Edge dapat dibawa ke harus menyimpulkan bahwa ada dasar yang
muka pengadilan ICC untuk diadili dengan wajar untuk melanjutkan kasus kejahatan
menggunakan mekanisme ini. perang dalam Operation Protective Edge
Secara teoritis, OTP mungkin memulai dan memulai penyelidikan berdasarkan
investigasi bahkan sebelum Palestina persetujuan majelis pengadilan. Mekanisme
mengajukan deklarasi sesuai dengan Pasal ini tetap dapat dilakukan jika terdapat
12 ayat (3). Faktanya, OTP mungkin akan adanya dasar yang wajar untuk dilakukannya
teteap memulai investigasi pada kejahatan penyelidikan meskipun terdapat kemungkinan
yang diduga dilakukan terhadap Palestina, hambatan-hambatan yang berasal dari
bahkan jika ICC menyimpulkan bahwa Dewan Keamanan.
Palestina tetap bukan negara. (Daniel
Benoliel dan Ronen Perry, Michigan Journal of
E. Simpulan
International Law, Vol.32, Issue 1, 2010:117)
OTP berasumsi bahwa apabila OTP Berdasarkan uraian pembahasan dan
menganggap suatu tuduhan kejahatan pantas penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan
dilanjutkan prosesnya, maka kasus tersebut bahwa Pertama, tindakan Israel dapat diadili
kemungkinan mencapai suatu konsekuensi melalui Mahkamah Pidana Internasional dengan
yang jauh. Meskipun Israel bukan negara berdasarkan pemenuhan yurisdiksi temporal
pihak ICC, OTP harus menuntut agar Israel pada Pasal 11 Statuta Roma 1998, yurisdiksi
mengadili orang-orang yang bertanggung material pada Pasal 5 dan secara lebih rinci
jawab atas pelanggaran yang disebutkan itu. pada Pasal 8 ayat (2) huruf a dan b, serta
Selain itu, jika Israel mengabaikan permintaan yurisdiksi territorial. Kedua, Israel dapat diadili
OTP atau menolaknya, maka ICC, Otoritas menggunakan mekanisme in proprio motu atau
Palestina, dan banyak negara bagian lainnya inisiatif dari jaksa ICC atau OTP berdasarkan
yang memiliki wewenang moral yang cukup ketentuan Pasal 13 huruf c yang diatur secara
untuk mengusulkan agar negara anggota ICC lebih rinci dalam Pasal 15 beserta pemenuhan
seperti Inggris atau Kanada, menangkap dan syarat tentang pertimbangan penyelidikan dalam
menuntut penjahat perang Israel di bawah Pasal 53 ayat (1) huruf a-c, dan didukung dengan
undang-undang domestik mereka jika mereka adanya pengecualian berdasarkan Pasal 12 ayat
masuk ke wilayah negara-negara tersebut. (3).

Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017 33


Daftar Pustaka

Arnaut, D. 2003. “When in Rome … The International Criminal Court and the Avenues of U.S.
Participation”. Virginia Journal of International Law. Vol. 43 Page 405.
Benoliel, Daniel. & Perry, Ronan. 2010. “Israel, Palestine, and the ICC”. Michigan Journal of
International Law. Vol. 32 Issue 1. Michigan : Universityof Haifa.
Daniel Rubeinstein, “Key Moments in a 50-Day War : A Timeline” diakses dari http://jcpa.org/timeline-
key-moments-gaza-war/ pada tanggal 5 Mei 2017 pukul 06.30 WIB.
Diajeng Wulan Christianti.2015. “Yurisdiksi International Criminal Court (ICC) terhadap Warga Negara
Non-pihak Statuta Roma dan Dampaknya terhadap Indonesia”. PADJAJARAN Jurnal Ilmu Hukum, Vol.2,
No.1, Hlm 29
Moreno-Ocampo, Luis. 2007. “The International Criminal Court: Seeking Global Justice”. Case
Western Reserve Journalsof International Law. Vol. 40 Issue 1 Page 3. CaseWestern Reserve University.
Palestinian Human RightsOrganizations (PHRO). 2015. “Palestinian Human Rights and Victims’
Communication to the International Criminal Court Pursuant to Article 15 of the Rome Statute Requesting
Investigation and Prosecution of High-Level Israeli Officials for Crimes Against Humanity and War Crimes
Committed in Gaza, Palestine in the course of ‘Operation Protective Edge“. Situation of Palestine:
Operation Protective Edge.Page 25.
Quadri, Kafayat. 2014. “The proprio motu power of the ICC Prosecutor: the reasons omestates have
refused to ratify the Rome Statute”. International Journal of Humanities and Management Sciences.Vol.
2 Issue 1. Page 14. International Islamic Universityof Malaysia.
Sá Couto¸ Susana. 2008. “The Gravity Threshold of the International Criminal Court”. Articles in
Law Reviews and Other Academic Journal. Page 810. American University Washington College of Law.
Scheffer, D. 1999. “The United States and International Criminal Court”. American Journal of
International Law. Vol.93, Page 12.
Statuta Roma 1998
Trihoni, Yustina, Dr., 2013. Kejahatan Perang dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.

34 Belli ac Pacis. Vol. 3. No.1 Juni 2017

You might also like