You are on page 1of 28

Edisi 1140

Tahun XXIII/2021 13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M

URGENSI MEMBENTENGI
PERSATUAN UMAT

Diterbitkan oleh :
Bidang Penyelenggara Peribadatan
Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI)
Telp : 021-3868347
081586767837 / 081314124444
Agenda Shalat Jum’at Masjid Istiqlal
Tanggal 13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M

Waktu Adzan : 11.52 WIB


Khatib : DR. H. Hidayat Nurwahid, MA
Imam I : H.M. Anshoruddin Ibrahim, SQ, MA
Imam II : H.M. Salim Ghazali, SQ, S.Ud
Muadzin I : H. Ahmad Achwani, S.Ag
Muadzin II : H. Hasan Basri
Qori : H. Hasan Basri
(Maqro : QS. Al-Baqarah ayat 215 - 216)

Disiarkan Langsung :
TELEVISI REPUBLIK INDONESIA (TVRI) Nasional
YOUTUBE MASJID ISTIQLAL TV
IBADAH SHALAT JUMAT DILAKSANAKAN TERBATAS
DENGAN KETENTUAN PPKM LEVEL II

Daftar Isi
nPengantar Redaksi - 1 nKhutbah Jum’at - 2 nHikmah - 12
nGoresan Imam Besar - 15 nKajian Zhuhur Pilihan - 17
nPelayanan Bimbingan Ikrar Syahadat dan UPZ BAZNAS
Istiqlal - 20 nPelayanan Masjid Istiqlal - 21 nJadwal Narasumber
Kajian Dialog Zhuhur - 22 nShalat Ghaib - 23 nJadwal Waktu
Shalat - 24 nPelaksana Penerbitan Mimbar Jum’at - 24

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah bersabda :


Artinya : “Apabila engkau berkata pada temanmu “diamlah”
sewaktu imam (khatib) berkhutbah, maka engkau telah lalai
(telah sia-sialah pahala Jum’atnya)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mohon tidak dibaca ketika Khutbah berlangsung


PENGANTAR REDAKSI
Bismillah, walhamdulillah,
wasshalatu wassalam ‘ala sayyidinaa Rasulillah.
Pembaca Mimbar Jumat yang berbahagia, puja-puji bagi Allah
Subhanu wata'ala atas segala nikmat, taufiq dan hidayahNya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah deras kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wasallam, keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
terkhusus bagi jama'ah yang menyumbangkan sebagian hartanya
dalam membantu penerbitan Mimbar Jum'at pada tiap pekannya,
semoga mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Khutbah Jum'at kali ini mengambil tema “Urgensi
Membentengi Persatuan Umat” yang disampaikan oleh Dr.
H. M. Hidayat Nur Wahid, MA, beliau menjabarkan ada empat
hal yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam
untuk membentengi persatuan umat, satu diantaranya adalah
menjadikan perbedaan bukan sebagai faktor konflik dan
perpecahan, melainkan sebagai Katalisator Persatuan.
Selaras dengan tema utama, Kajian Dialog Zuhur membahas
“Bahaya Memecah Belah Agama” dalam kajian tematik Tafsir
Ibnu Katsir QS. Ar-Rum/30 ayat 31-32, disampaikan oleh Ustadz
Budi Utomo, MA, dan kiranya kita dapat memetik pelajaran
dalam bagaimana Rasulullah mencontohkan kepada kita pada
kolom hikmah “Mempersaudarakan Untuk Persatuan” oleh
Ustadz Subhan, S.Pd.I.
Masih melanjutkan dalam memahami “Makna Esoterik
Tahmid(5)” Goresan Imam Besar edisi ini Prof. Nasaruddin
Umar, menjelaskan pengertian Al-'Alamin, bahwa identitas Sang
Maharealitas (al-Haq), adalah dimana setiap kali kita bicara
tentang alam, maka setiap itu pula kita bicara dengan Allah
subhanahu wata'ala, Sang Maharealitas (al-Haq), karena alam
semesta ini tak lain adalah Realitas al-Haq itu sendiri. Akhirnya
selamat membaca, dan menuai manfaat serta hikmah yang
tersirat. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. [Me’]
13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 1
‫‪KHUTBAH JUM’AT‬‬

‫‪Urgensi Membentengi Persatuan Umat‬‬


‫)‪(Intisari Khutbah Jum’at, 13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M‬‬

‫‪Oleh : Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, MA.‬‬


‫)‪(Wakil Ketua MPR RI‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫ْاَّليْ َخلَ َقْاللذيل ََْوالَّنذ َ َارَْ ِخل ََا ل ْ ِل َماأْ اَ ََاأَْ اَيَّْ َ ذار ذ ََْ اَوْ‬ ‫الْ َحمدُ ْ ِهلل ذ ِ‬
‫ُْس ّيِدَ َان َْون َ ِبيذنَرْ ُم َح ّمد لاْ‬ ‫ْاَّليْ اََ َسل َََْ ُسو ََل َ‬ ‫اَ ََاأ َُْش ُكوَ لا‪ْ،‬ال َحمدُ ْ ِهلل ذ ِ‬
‫َا لاارْ‬ ‫ِ ِْإْ ِنا ِ َْو ِ َ‬ ‫اْونَا ِرً لَاْ َوأَا ِع ليارْا َىْ ِ‬ ‫ِا َ‬ ‫ْاْل َان ِمْ ُم َع ِل ّاًل َْو ُمََ ِ ّ ل‬
‫خ ََْي ا‬
‫َل‬ ‫َل‬
‫ُ‪ْ،‬و اَش ا َدُ ْ اَ ذيْ‬ ‫ََّْا َاو ََْل َ‬ ‫ِْ َْوهاادَ َُش َِْ َ ِ‬ ‫ُم ِنا لاْياأْ اَش ا َدُ ْ اَي َِْْا ََلَْا ذِ ُ‬
‫َل َل‬
‫ََِْْلَيا ِ ْ‬ ‫‪ْ،‬ص ذاى ُ‬ ‫ُم َح ذمدل اْعَبدُ َُش َْو ََ ُسو َُل َُْو َص َِيُّ ُْ ِمأْخَل ِق ِ َْو َخ ِلي ِ ِِل َ‬
‫ِْْ َعا ذ ْ‬ ‫صر ِب ِ َْو َس ذ ََّلْتَس ِلي لمرْ َ ِث لاْيا‪ ْ،‬اَ ذمارْبَعادُْ ‪ُ َ َّ :‬قاو ُُ ُ‬ ‫َوََ َىَْ ِ َِل َْو اَ َْ‬
‫ًاأ َْاا َمنُاواََّْلُ ذ ُقاواََّْل ذ َ ْ َح ذاقُُْ َقر ُِا ِ ْ َو ََُِْ ُماوُُ ذأْا ذِْ‬ ‫َّل‬
‫َو َا ذل‪ َ َّْ:‬أاُّيُّ َارَْ ذ َِّل َ‬
‫َل‬
‫ويْْ[َُْمعَاي‪َ ]102ْ:‬وَّ َ ُقو ُُْ َع ذ ْ ِمأْقَرئِ ٍل‪ْ َ َّْ:‬أاُّيُّ َرََّْللنذ ُارُْ‬ ‫َو اَ ُنُتْ ُّم ۡس ِل ُم َ‬
‫َّل‬ ‫َّل‬
‫ارْوبَا ذ ْ‬ ‫َُ ذ ُقوا َ بَْذ ُ ُُكَْ ذ َِّليْ َخلَ َق ُُكْ ِ ّمأْن ذ َۡ ٍس َْو ِهدَ ٍةْ َو َخلَ َقْ ِمَّنۡ َارْْ َز ۡو َ ََج َ‬
‫ويْ ِب ِ َْوََّل ۡ اْل َۡ َهار َمْۚ‬ ‫َّل َّل َّل‬
‫ِمَّنۡ ُ َمرْ َِ َا لرِْ َ ِث لْي َاْو ِن َسر لاْ َْۚوَُ ذ ُقواَْ ذ َ َْ ذ َِّليْت َ َسر َالُ َ‬
‫ُك ََِْْقي لبرْ[النسرا‪]1ْ:‬‬ ‫ا ذيََّْل ذ َ ََْك َيََْلَ ۡي ُ ۡ‬
‫‪Jumat‬الََّْل ذ ِ ْ َ‬ ‫َل‬
‫ارْو‪َِْ 2‬‬ ‫‪ ِ Mimbar‬ي لعا َ‬ ‫‪ْ:‬وََّل ۡع َْ ِِب ا ُموا‬
‫‪ََّ ِ ْNo.1140/XXIII/21‬لل ۡبا ِ‬ ‫َوَّ َ ُقااو ُُْال َمااو َىْ َا ا ذل ِْاَُْا َاٱ َُش َ‬
‫انْقُلُاو ِب ُ ُۡكْ‬ ‫يُكْا ْْۡ ُ ُ ۡنُتْ اَ َۡدَ ااْفَأال ذ َفْب َ ۡ َ‬ ‫َُ َََقُواۚ َْوََّل ْۡ َُواْ ِن ۡع َم َتََّْل ذ ِ ََْلَ ُ ۡ‬
ْۚ‫ويْ ِب ِ َْوََّل ۡ اْل َۡ َهار َم‬ ‫َّل َّل َّل‬
َ ُ‫ِمَّنۡ ُ َمرْ َِ َا لرِْ َ ِث لْي َاْو ِن َسر لاْ َْۚوَُ ذ ُقواَْ ذ َ َْ ذ َِّليْت َ َسر َال‬
]1ْ:‫ُك ََِْْقي لبرْ[النسرا‬ ۡ ُ ‫ا ذيََّْل ذ َ ََْك َيََْلَ ۡي‬
َِْ ‫ارْو‬ ‫َّل‬ ‫َلوَّ ُقااو ُُْالمااو َىْا ا ذل ِْاَْا َاٱَش َّل‬
َ ‫ْوَ ۡع َْ ِِب ا ُمواْ ِ ََّلل ۡبا ِالَْ ذ ِ ْ َ ِ ي لعا‬: َ ُ ُ َ َ ََ
‫َّل‬ ‫َّل‬ ۚ
ْ‫انْقُلُاو ِب ُ ُۡك‬ َ ۡ َ ‫َُ ََ ذَقُوا َْوَ ْۡ ُ َُواْ ِن ۡع َم َتَْ ذ ِ ََْلَ ۡي ُ ُۡكْا ْْۡ ُ ُ ۡنُتْ اَ َۡدَ ا لاْفَأال ذ َفْب‬
‫َل‬
ْ ُ ‫فَأا ۡص َب ۡح ُُتْ ِب ِن ۡع َم ِْ ِ ْاخ َۡو انل َْو ُْ ُ ۡنُتََْ َ ٰى َْش ََرْ ُح َۡ َاَ ٍةْ ِ ّم َاأََّْللنذار َِْفَأان َق َار‬
‫َّل َل‬
]103ْ:‫ويْ[َُْمعَاي‬ َ ُ‫ِ ّمَّنۡ َر ْۗ َ َر ِ َِلَُّْ َب ِ ّ ُنَْ ذ ُ ْلَ ُ ُۡك َْااَّ َ ِْ ِ ْلَ َعل ذ ُ ُۡكَْتَ ۡ َْد‬
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata'ala.
Kita bersyukur kepada Allah, karena dengan karunia Islam
dan iman, Allah juga karuniakan wasilah atau sarana untuk
menguatkan Islam dan iman, salah satu di antaranya dengan
adanya syariat kewajiban shalat Jum’at secara berjamaah, saat
itu umat bertemu dengan saudara-saudaranya yang banyak dan
beragam, tapi dengan satu spirit persaudaraan dan kesatu paduan
sebagai hamba-hamba Allah, dalam semangat memperdalam
dan mengamalkan taqwa sebagai ajaran yang mengingatkan
akan keragaman latar belakang umat yang justru diajarkan
agar keragaman itu menghadirkan keunggulan dan kemuliaan;
menjadi lebih bertaqwa, sebagaimana ditegaskan di dalam Al-
Quran, surah Al-Hujurat ayat 13. Dan itulah ajaran yang selalu
diingatkan oleh setiap khatib dalam khutbah Jum’atnya.

Jama’ah yang dirahmati Allah subhanahu wata'ala.


Bermacam ajaran penting yang terkandung dalam Al-Quran
dan Sunnah, diantaranya memang adalah bab persatuan dan
pentingnya persatuan dan persaudaraan antara sesama umat
Islam. Hal ini adalah ajaran yang sangat krusial, bahkan menjadi
kunci keberlangsungan risalah Islam sejak awal. Oleh karenanya
tidaklah heran, bahwa pertama yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau hijrah dan tiba di
Madinah, adalah membuat sejumlah instrumen dan arahan

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 3


dalam rangka merawat, menjaga, dan membentengi persatuan
dan ukhuwah diantara umat Islam. Salah satunya yaitu dengan
mempersaudarakan para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim. Hal ini
diabadikan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah,
ketika beliau membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bersaudaralah
kalian karena Allah; dua bersaudara, dua bersaudara”.
Kisah persaudaraan tersebut hanyalah satu contoh
bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membentengi
persatuan umat Islam dari ancaman perpecahan dan adu
domba. Komitmen umat Islam sepanjang sejarah tersebut tentu
dalam rangka menjalankan perintah Allah subhanahu wata'ala
untuk memelihara persatuan dan menjauhi perpecahan : “Dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan
bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar” (QS. Al-
Anfal/8 : 46)
Namun bukan berarti persatuan umat Islam selalu hadir
tanpa aral melintang. Sejak lama kehidupan umat Islam dari
sejak di era Makkiyah hingga era Madinah, bahkan hingga abad
ini, tidak lepas dari adanya perbedaan hingga perselisihan, yang
berdampak kepada persatuan umat, dengan ragam dinamika dan
levelnya. Terkadang perselisihan berubah menjadi pertikaian,
bahkan perpecahan. Walaupun perjalanan sejarah umat Islam
pada umumnya selalu bisa menemukan cara untuk islah dan
menghadirkan ukhuwah, tetapi perselisihan hingga perpecahan
kerap kali terjadi juga.
Padahal bukan hanya Sayyidina Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam saja yang memberikan keteladanan utama dalam
membentengi persatuan umat Islam, dan mengatasi berbagai
perbedaan dan upaya memecahbelah, sehingga Umat terbentengi
ukhuwahnya, persatuannya dan keberkahan dan kemenangannya.
Prinsip itu terus berlanjut pada masa Khulafaa' Rasyidin bahkan
para Imam dan Ulama terdahulu, baik dari kalangan salaf dan

4 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


khalaf, juga telah memberikan keteladanan-keteladanan penting
lainnya dalam membentengi persatuan umat Islam. Sebagaimana
para Imam dan Ulama-Ulama Empat Madzhab yang senantiasa
menegaskan sebuah pesan: “Al-khuruj minal khilaf mustahab
(Dianjurkan untuk menghindari khilaf/perselisihan)”. Maka
kendati pada dasarnya para Imam dan Ulama-Ulama Empat
Madzhab berbeda pandangan satu sama lain, tetaplah mereka
rahimahumullah menganjurkan dan mengedepankan toleransi
dan saling menghormati, yang dengan itu maka mereka telah
mewariskan cara efektif untuk memelihara dan membentengi
umat Islam dari perselisihan-perselisihan yang tidak produktif.
Hingga akhirnya kita bisa melihat buah kebaikan para Ulama
kita hari ini, dengan tersebarnya Islam di seluruh penjuru dunia
berkat keluwesan dan persaudaraan yang diajarkan para ulama
kita terdahulu.
Keteladanan dalam membentengi persatuan umat Islam
tidak hanya terdapat pada generasi lampau saja, melainkan juga
dapat kita temui pada masa kini, terutama yang dicontohkan
oleh para founding fathers Republik Indonesia yang kita cintai
dan syukuri ini. Bagaimana luar biasanya keteladanan para tokoh
dan Ulama umat Islam dalam menghadirkan kebersamaan dan
persatuan umat Islam yang sangat diperlukan bagi lahirnya
Republik Indonesia dengan selamat, sejak terbentuknya BPUPK,
kemudian hingga terbentuknya Panitia Sembilan dan PPKI. Para
Ulama dan tokoh umat Islam tidak hanya mempersatukan umat
Islam di bawah bendera Republik Indonesia, melainkan juga
secara serius membentengi persatuan bangsa dan negara dari
ancaman perpecahan dini. Demikianlah yang dicontohkan para
tokoh perwakilan umat Islam saat menerima penghapusan Tujuh
Kata dari Piagam Jakarta. Keteladanan Ki Bagus Hadikusumo,
KH Wahid Hasyim, Mr Kasman Singodimedjo, dan Mr Teuku M.
Hasan, dalam membentengi persatuan Umat dan Bangsa dengan
mengutamakan keselamatan bangsa Indonesia dari ancaman
disintegrasi dan perpecahan, itu merupakan buah terbaik dari

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 5


persatuan seluruh elemen dan kelompok umat Islam di Indonesia.
Semua contoh dan keteladanan tersebut, sejatinya merupakan
bukti komitmen para Ulama dan punggawa umat Islam dalam
menjalankan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
agar membentengi persatuan barisan umat Islam, sebagaimana
disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Perumpamaan seorang mumin bagi mumin lainnya bagaikan
sebuah bangunan yang saling mengokohkan” (HR. Muslim).
Selain itu, dalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Perumpamaan orang-orang beriman dalam
berkasih sayang dan cinta seperti tubuh yang padu, jika salah
satu anggotanya merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain ikut
merana karena sulit tidur dan demam” (HR. Muslim).
Tentu di tengah sengitnya berbagai perselisihan dan konflik
yang kita saksikan di dunia pada hari ini, tidak terkecuali di
tengah umat Islam, membuat kita perlu semakin serius dalam
upaya membentengi persatuan umat dari ancaman permusuhan,
perpecahan, dan pertikaian, adu domba, juga dengan berbagai
ajaran dan keteladanan universal yang terkandung dalam hadits-
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya
adalah:

1. Menjadi Mediator Perdamaian


Ketika ada seorang muslim, baik suatu pihak di tingkat
lokal maupun global, yang tengah bertikai dan berkonflik, maka
muslim yang lain yang tidak bertikai atau tidak termasuk dalam
kelompok yang bertikai seharusnya mengambil peran menjadi
mediator perdamaian bagi kedua belah pihak. Ini sesuai dengan
perintah Allah subhanahu wata'ala (QS. Al-Hujurat/49 ayat 10) :
“Orang-orang beriman itu bersaudara. Maka eratkanlah hubungan
(ishlahkan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Negara Indonesia, seusai Pembukaan UUD 1945 disepakati
menjadi Negara yang melindungi seluruh Rakyat Indonesia, juga

6 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


agar aktif menjalankan peran hadirkan/mediator perdamaian
di dunia internasional. Begitu pula di tingkat lokal, dengan
semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan negara,
maka perdamaian dan persatuan sesama umat Islam, bahkan
dengan agama dan kelompok lainnya, tentu menjadi keniscayaan
yang dipentingkan oleh Umat dan Negara. Karena itulah esensi
dari perintah ishlah yang terkandung dalam ayat tersebut, pun
yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hadirkan di Madinah
dalam memperdamaikan suku Aus dan Khazraj, sebagaimana
yang kita sebutkan pada pembukaan khutbah ini.

2. Menjadikan Perbedaan bukan sebagai faktor konflik/per-


pecahan, melainkan sebagai Katalisator Persatuan.
Sebagaimana telah kita saksikan dalam kasus para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan
mereka menuju Bani Quraizhah, bahwa perbedaan pendapat
tentang ibadah yang sangat penting (yaitu shalat ashar) tidaklah
menjadikan mereka melupakan tujuan bersama, maupun
meninggalkan persatuan sebagai umat Islam, umatnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan dalam khazanah keislaman,
perbedaan pendapat bukanlah sesuatu yang asing, baik dalam
qiraat, furu’ aqidah, hingga madzhab fikih. Namun perbedaan-
perbedaan tersebut tidak melahirkan konflik berkepanjangan,
apalagi konflik yang merusak.
Ternyata kuncinya adalah dengan kearifan dalam menyikapi
perbedaan, sebagaimana kearifan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya. Kearifan bahwa perbedaan
tak selalu bersifat ikhtilaf tadhaad (bertentangan), tetapi
justru lebih sering bersifat ikhtilaf tanawwu’ (variatif). Itulah
perbedaan yang membuka ruang kompromi, kombinasi,
kolaborasi, bahkan memicu terjadinya ijtihad dan berlomba
dalam kebaikan dan menghadirkan solusi. Itulah perbedaan yang
justru menjadi harmoni, katalisator yang merekatkan persatuan
umat, dan membentengi mereka dari konflik dan perpecahan

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 7


apalagi permusuhan. Maka selazimnya perbedaan semacam
ini didudukkan secara proporsional, dengan tetap disadari
keberadaannya dan dikelola dengan baik, sebagaimana cara yang
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
perjalanan hidupnya.

3. Meminimalisir Terjadinya Ketegangan atau Konflik


Sebuah konflik dan pertikaian muncul karena ada yang
memulai. Maka seyogyanya seorang muslim menahan diri dari
memulai dan memancing permasalahan yang menuai konflik
dan pertikaian di kemudian hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah memberikan sejumlah rambu kepada kita selaku
umatnya, terkait menjauhi pemicu konflik dan ketegangan, di
antaranya : “Tidak beriman orang yang tetangganya tidak merasa
aman dari gangguan-gangguannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia
tidak boleh menzaliminya, merendahkannya dan tidak pula
meremehkannya. Taqwa adalah di sini. – Beliau menunjuk
dadanya sampai tiga kali- (kemudian beliau bersabda lagi)
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan
saudaranya sesama muslim. Seorang Muslim terhadap Muslim lain;
haram darahnya, kehormatannya dan hartanya” (HR. Muslim).
Juga dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
lain : “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki dan
saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah
yang bersaudara” (Muttafaq ‘Alaih).

4. Menjunjung Tinggi Persamaan Hak dan Kesetaraan


Persatuan umat Islam dapat berlangsung harmonis dan
produktif bila semua pihak dalam umat ini, baik elitnya
maupun akar rumputnya, ulama dan umara, seluruhnya dapat
memaksimalkan dan mempertahankan hubungan yang sudah
baik, dan meminimalkan atau menghilangkan ganjalan yang
masih ada. Masing-masing memiliki persamaan hak dan

8 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


kesetaraan, karena pada hakekatnya dan idealnya mereka sama-
sama hamba Allah, hanyalah ketakwaan yang menjadi titik
pembeda tapi juga titik temu dan bersatunya umat ini.
Allah menerangkan bahwa takwa menjadi poros penentu
kemuliaan di antara manusia. Allah Ta'ala berfirman (QS. Al
Hujuraat/ 49: 13).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menguatkan makna
di atas dalam sabdanya : “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
Tuhan kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu (yaitu Adam).
Ketahuilah, tidak ada kemuliaan orang Arab atas orang Ajam
(non-Arab) dan tidak pula orang Ajam atas orang Arab. Begitu
pula orang berkulit merah (tidaklah lebih mulia) atas yang berkulit
hitam dan tidak pula yang berkulit hitam atas orang yang berkulit
merah, kecuali dengan takwa” (HR. Ahmad dan al-Bazzar).
Akhirul kalam, besar harapan dan doa kita kepada Allah
subhanahu wata'ala di akhir tahun ini, agar umat Islam di
Indonesia maupun di belahan dunia lainnya semakin mampu
dan maju dalam membentengi dan merawat persatuan sesama
umat Islam. Dan menjadikan pandemi Covid-19 dengan berbagai
varian dan dampaknya, justru mengokohkan ukhuwah dan
kesatupaduan umat dan bangsa, untuk mengatasinya. Berbagai
tantangan yang muncul dan akan muncul di tahun berikutnya,
seharusnya membuat umat semakin serius dalam menjaga dan
menguatkan ukhuwah dan persatuan, agar tidak runtuh dan
cerai berai akibat ketidaksiapan dalam menghadapi tantangan-
tantangan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memberikan keteladanan dalam keberhasilan menghadirkan
ukhuwah dan persatuan umat Islam di Madinah, betapa pun sulit
dan beratnya perjuangan beliau saat itu. Dan betapapun besarnya
upaya untuk memecahbelah ukhuwah dan persatuan umat.
Semoga Allah subhanahu wata'ala mudahkan langkah kita semua
dalam menjaga persatuan umat, dengan menguatkan semangat
dan praktik ukhuwah baik basyariah, wathaniah maupun
islamiyah. r

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 9


‫ُك ىِف ْال مق ْرآ ىن ْال اع ىظ ْ ىْي‪ ,‬اون ا اف اع ىِن اوا َّي م ْك‬ ‫اَب اركا هللا ىِل اولا م ْ‬
‫ُك‬‫هللا ىمنَا او ى ِمنْ م ْ‬ ‫ىب اما ىف ْي ىه ىم ْن اية وذكر الْ اح ىك ْ اْي اوتا اقبَلا م‬
‫الس ىم ْي مع ال اع ىل ْ مْي‪ ,‬او َآ مق ْو مل قا ْوِل ه ااذا‬ ‫ىت ا‬
‫ال اوتا مه او ىان َ مه ه امو َ‬
‫هللا ال اع ىظ ْ اْي ان َ مه ه امو ال اغ مف ْو مر َالر ىح ْْي‬
‫فا ْاس ات ْغ ىف مر ا‬
‫ِ‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫الْحْمْدْ ْهللِْحْداْ ْكْ ِْث ْيا َْكْ َْْمْرْ‪َْْ .‬شْهْدْ َْْنْ ْلْاْلْ ْاْ َْل هللاْ ْوحْ ْدهْْ‬
‫‪ْ.‬وَْشْهدَْْْ َْنْسْ ِيْدْنْْمْحْ َْمداْ‬ ‫شيْكْْلْْاْْرغْامْاْ ِْلمْنْْجْحْدْْ ِْب ِْهْ ْوكْفْرْ ْ‬ ‫لْ ِْ‬
‫ول ْس يِد ْاخللْْئِ ِْق ْ ْوْالْبشْ‪ْ.‬صْلْ ْ هللاْ ْْعْليْ ِْه ْ ْوعْلْ َْ ِ ِْلْ‬ ‫عبْدْهْ ْ ْورْسْ ْ‬
‫ْ هللا‪ْ َْ:‬و ِْصيْكْْ ْوااييْْ ِْبتْقْ ْو ِْ‬
‫ىْ هللاْ‬ ‫ْوَْصْ ِْا ِْبهْمْصْابِيْحْالغر ِر‪ْ.‬فْيْاْ ِعباد ِ‬
‫ت‪ْ.‬‬ ‫وطاع ِت ِْه ْلعلَك ْتف ِلحونْ‪ْْ .‬وافْعْ ْلوا ْاخلْيْ ْ ْواجْتْ ِْنبْوا ْعْ ِْن ْالس يآ ِْ‬
‫َن ْ ِْبمْلْئِكْ ِت ِْهْ‬‫ْواعْلْمْ ْوا َْْ َْن ْ هللاْ َْمركْ ْ ِْبآْمْ ٍر ْبدَ ْ ِْفي ِه ْ ِْبنْفْ ِْس ِْه ْ ْوث َ ْ‬
‫هللْ ِْمنْْ‬ ‫ِْْالْقْ ْرَ ِْنْالْكْ ِْر ِْيَْْعْ ْوذْْ ِْب ِْ‬ ‫المس بِح ِةْبِقد ِس ِه‪ْ.‬قاْلْْ هللاْْتْعْالْ ِ ْ‬
‫ْاَّلل ْوملئِكتهْ‬ ‫حي‪ْ :‬ا َن َ‬ ‫حن ْ ْالر ِْ‬ ‫ان ْ ْالرجِْ ِْي ْ ِْبسْ ِْم ْ ِْ‬
‫ هللا ْ ْالر ِْ‬ ‫الش يْطْ ِْ‬
‫اْاَّلينَْمنواْصلُّواْعلي ِهْوس ِلمواْتس ِلميا‪ْ.‬‬ ‫ب‪ْ,‬ايَُّْْْيُّ َ ِ‬ ‫يصلُّونْعلْالنَ ِ ِْ‬
‫ص ِْب ِْه َْْجْ ِْعيْ‪ ْ،‬وارضْ‬ ‫الْل َه َْم ْصْ ِْل ْعْلْ ْسْ ِْي ِْدنْ ْمْحْ َْم ٍْد ْ ْوعْلْ َْ ِ ِْل ْ ْو ْ‬
‫ْالر ِاش ِدين َْْ ِِب ْبكرْ ْوُعر ْوعثمانْ ْوع ِ ٍلْ ْ ْوعْلْْ‬ ‫اللْه َْم ْع ِن ْاخللفا ِء َ‬
‫التْا ِْب ِْعيْ ْوْتْ ِْب ِْعى ْالتْا ِْب ِْعيْ ْومن ْتبِعْهمْ ْ ِبْآحسْ ٍان ْاْلْ ْيْ ْو ِْم ْا ِْليْ ِْن‪ْ.‬‬
‫احْيْ‪ْ .‬اللْه َْم ْاغْ ِْفرْْ‬ ‫ْو ْارضْ ْ هللا ْعنَا ْْوعْ ْنمْ ْ ِْبْر ْح ِْتكْ ْايَْْرحْمْ ْ ْالر ِ ِ‬
‫‪ْMimbar‬والْمْ ْو ِ‪ْ10‬‬
‫اتْ‬ ‫‪No.1140/XXIII/21‬الْ ْحيْا ِ‬
‫‪Jumat‬ءْ ِْم ْنمْْ‬ ‫اتْ‬ ‫الؤم ِْنيْْالْ ْؤ ِْمنْ ِْ‬
‫اتْ ْو ْ‬‫ِْلْل ْمسْ ِْل ِْميْْ ْو ْالسْ ِْلمْ ِْ‬
‫ْالر ِاش ِدين َْْ ِِب ْبكرْ ْوُعر ْوعثمانْ ْوع ِ ٍلْ ْ ْوعْلْْ‬ ‫اللْه َْم ْع ِن ْاخللفا ِء َ‬
‫التْا ِْب ِْعيْ ْوْتْ ِْب ِْعى ْالتْا ِْب ِْعيْ ْومن ْتبِعْهمْ ْ ِبْآحسْ ٍان ْاْلْ ْيْ ْو ِْم ْا ِْليْ ِْن‪ْ.‬‬
‫احْيْ‪ْ .‬اللْه َْم ْاغْ ِْفرْْ‬ ‫ْو ْارضْ ْ هللا ْعنَا ْْوعْ ْنمْ ْ ِْبْر ْح ِْتكْ ْايَْْرحْمْ ْ ْالر ِ ِ‬
‫اتْالْحْيْا ِءْ ِْم ْنمْْ ْوالْمْ ْو ِْ‬
‫اتْ‬ ‫الؤم ِْنيْْالْ ْؤ ِْمنْ ِْ‬
‫اتْ ْو ْ‬ ‫ِْللْمْسْ ِْل ِْميْْ ْوالْسْ ِْلمْ ِْ‬
‫ات‪ْ .‬اللهْمْْ‬ ‫اض ْالْاجْ ِْ‬ ‫ات ْوْايْقْ ِ ْ‬‫سيْعْ ْقِْْريْبْ ْمْجِْيْبْ ْالْعْ ْو ِْ‬ ‫انْكْ ْ ِْ‬
‫‪ْ،‬واخذلْْ‬ ‫ص َْْمْة ْس ِي ِدنْ ْمْحْمْ ٍْد‪ْ،‬اللهمْ ْانْصْ ْمن ْنص ْا ِْليْنْ ْ‬ ‫انْ ْ‬
‫مْنْْخذلْا ِْليْنْ‪ْ،‬واجعلْبْلتناْانْدْوِْن ِيسْيْاْهْ ِْذ ِْهْبْلةَْْ ِمنةْمطم ِئنةْ‬
‫ح ْايْقْْيُّومْ‪َْ.‬للهمْ ْادْفْعْ ْعْنْا ْالغْلْءْ ْ ْوالبْلْءْ ْ ْوالوْبْءْ ْ ْوالفْحْشْاءْ‬ ‫ايْ ْ‬
‫ْوالْنكْر ْوالبْغْي ْْوالسْيْوف ْالْخْتلفْة ْْوالشْد ِْائدْ ْ ْوا ِْلمحْنْ ْمْاظْهْرْْ‬
‫ان ْالْس ِْل ِْميْْ‬ ‫ِْمنْا ْْومابْطنْ ْ ِْمنْ ْبْ ِْْلنْ ْاندونيس يا ْخاْصْةْ ْ ْو ِْمن ْبْْلْ ِْ‬
‫ي‪ْ.‬ربَناَْ ِتن ِاِْفْالُّ نياْحس نةْو ِِفْال ِخر ِةْحس نةْ‬ ‫بْالعْالْ ِ ْ‬
‫عْامةْْايْْر َْ‬
‫و ِقناْعذابْالنَ ِار‪ْ ْ.‬‬
‫ْﷲ‪ْ ,‬ا َن ْﷲ ْيآْمر ِْبلعدلِ ْوالحس ِان ْوايتا ِء ْ ِذي ْالقرِبْ‬ ‫عباد ِْ‬
‫وينىىْع ِنْالفحشا ِءْوالنك ِرْوالبغ ِيْي ِعظكْلعلَكْتْذكَرون‪ْ.‬وَوفواْ‬
‫ْﷲْاذاْعاهدُتْولْتنقضواْاليمانْبعدْتو ِكي ِدهاْوقدْجعلُتْ‬ ‫بِعه ِد ِ‬
‫ﷲ ْعليك ْك ِفيل ْا َن ْﷲ ْيعَل ْماْتفعلون‪ْ.‬فاذْكْ ْرواْﷲْ ْالعْ ِْظ ْيْ‬
‫الْ ِْليْلْ ْيْذْكْركْ‪ْ،‬واشْكْ ْروهْ ْعْلْ ْ ِنع ِم ِه ْي ِزدكْ‪ْ،‬واسْئْلْوهْ ْ ِْمنْ ْفْضْ ِ ِْلْ‬
‫اْت ْصنْعْوْنْ‪ْ .‬‬ ‫ﷲَْْكْبْ‪ْ،‬وْﷲْْيْعْ َْلْمْ ْ‬ ‫يع ِطكْ‪ْ،‬وْ َِّْلكْرْْ ِْ‬

‫‪13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M‬‬ ‫‪11‬‬


HIKMAH

Mempersaudarakan Untuk Persatuan


Oleh : Ustadz Subhan, S.Pd.I

H ijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Yatsrib


yang kemudian kelak bernama Madinah merupakan
langkah awal proses terbentuknya Darul Islam yang pertama
di muka bumi Kala itu, sesampainya di Madinah sebagian
besar kaum Muhajirin tidak memiliki apa-apa selain karena
perbekalan mereka sudah habis dalam perjalanan dan
kebanyakan dari mereka meninggalkan seluruh harta benda
mereka di Mekah. Maka dari itu, meskipun mereka bukan
dari kalangan petani seperti kaum Anshar pada umumnya,
sejumlah warga Anshar dengan sukarela memberi mereka
kelebihan harta yang dapat diberikan, ada yang menyerahkan
pohon kurma dan lahan pertanian mereka untuk digarap oleh
kaum Muhajirin dengan sistem bagi hasil bahkan ada juga yang
dengan tulus ikhlas memberikan harta mereka tanpa syarat
namun kesulitan ekonomi kaum Muhajirin ini akhirnya teratasi
dan tidak ada lagi yang bergantung kepada kaum Anshar
setelah penaklukan khaibar. Rasulullah sendiri mengembalikan
kebun kurma pemberian kaum Anshar setelah Bani Quraizhah
dan Bani Nadhir berhasil ditaklukan sikap dan perbuatan kaum
Anshar itu merupakan bukti kecintaan dan pengutamaan
mereka terhadap kaum Muhajirin. Allah subhanahu wata'ala
mengabadikan kemuliaan hati dan kebaikan kaum Anshar
terhadap kaum Muhajirin ini dalam firmanNya: “Dan orang-
orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mereka
mencintai yang berhijrah kepada mereka dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin) dan mereka

12 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka
sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan
itu)” (QS. Al-Hasyr: 9).
Ada beberapa riwayat yang menceritakan tingginya
perhatian dan pengutamaan kaum Anshar terhadap kaum
Muhajirin. Disebutkan, mereka bahkan pernah berkata
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “apabila anda
menghendaki, ambillah rumah-rumah kami,” akan tetapi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolak tawaran
itu dengan halus kemudian membangun rumah untuk para
sahabatnya di tanah-tanah hibah kaum Anshar dan di lahan-
lahan tak Bertuan. Beberapa orang Anshar juga berkata kepada
beliau, bagilah hasil kurma kami dengan mereka (orang-
orang Muhajirin), beliau menjawab, jangan! cukuplah kalian
membantu mereka dengan mengikutsertakan mereka dalam
merawat pohon pohon itu lalu membagi dua hasilnya. Orang-
orang Anshar pun menjawab, kami patuh dan kami taat.
Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menerapkan sistem persaudaraan pada tahun pertama Hijriah.
Beberapa riwayat menyebutkan syariat persaudaraan ini
diumumkan pertama kali di kediaman Anas bin Malik, namun
sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu dilaksanakan di
masjid, disebutkan pula bahwa sistem persaudaraan ini telah
diberlakukan dua kali, pertama hanya diterapkan antara
sesama Muhajirin, peristiwanya berlangsung di Mekah, kedua
diterapkan di antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, inilah
yang tengah kita bicarakan. Ibnu Sa'ad menyebutkan dengan
memakai riwayat dari gurunya al-Waqidi yang dinisbatkan
kepada sejumlah tabiin. Riwayatnya menyebutkan bahwa
setibanya di Mekah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mempersaudarakan Muhajirin dengan sesama Muhajirin dan
mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar,
beliau mempersaudarakan mereka atas dasar aqidah dan
persamaan derajat.

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 13


Demikianlah ketika Islam telah berjaya, semua kekuatannya
solid, masyarakatnya bersatu dan taraf kehidupannya mulai
membaik. Hikmah dari penerapan sistem persaudaraan, yakni :
1. Kelompok manapun yang ingin mencapai tujuan yang
sama harus merekatkan hubungan antar individu yang ada
didalamnya dengan menumbuhkan semangat persaudaraan
atau mempersaudarakan sesama mereka, dengan begitu
mereka akan berdiri sama tinggi duduk sama rendah dalam
berbagai keadaan, susah maupun senang, persaudaraan yang
didasari persamaan aqidah dan agama inilah yang menjadi
dasar kekuatan kaum muslimin Muhajirin dan Anshar, yakni
dasar kekuatan untuk meraih tujuan-tujuan agama dalam
berbagai lapangan kehidupan. Berangkat dari fakta itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersemangat
mempersaudarakan satu muslim dengan muslim yang
lainnya, ini merupakan bukti kesungguhan beliau yang
kemudian membuahkan keridaan Allah subhanahu wata'ala
bagi kaum muslimin untuk mengukuhkan keberadaannya di
muka bumi dan merealisasikan seluruh ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan.
2. Sistem persaudaraan yang diberlakukan di antara kaum
muslimin generasi pertama ini dapat menjadi acuan
bagi seluruh kaum muslimin dewasa ini, untuk menjalin
persaudaraan dan persatuan diantara sesama mereka, bisa
dilakukan dengan cara saling berbagi, saling mengasihi,
saling menasehati, lebih dari itu jalinan persaudaraan antar
sesama kaum muslimin ini juga harus bisa menghasilkan hak
dan kewajiban khusus yang berlaku di antara sesama mereka.
3. Negara manapun tidak akan berdiri dan tegak tanpa adanya
persatuan dan dukungan umatnya. Sedangkan persatuan dan
dukungan umatnya tidak akan terwujud tanpa adanya rasa
saling bersaudara dan mencintai. Wallahu a’lam. r

14 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


GORESAN IMAM BESAR

Makna Esoterik Tahmid (5)


Pengertian Al-‘Alamin
Oleh : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA

K ata al-‘alamin berasal dari akar kata ‘alima-ya’lamu berarti


memberi tanda, mengerti, memahami benar-benar. Dari
akar kata ini lahir sejumlah kata seperti al-‘alam (bendera), al-
‘alam (alam), al-‘alim bentuk jamak dari al-‘ulama’ (ahli ilmu
pengetahuan), dan al-‘alamah (alamat). Dengan demikian, kata
al-‘alamin (bentuk jamak dari al-‘alim) bisa berarti tanda-tanda
atau alamat, yakni sesuatu yang dengannya kita bisa mengetahui
sesuatu (ma bihi yu’lam al-syai). Kata al-‘alam secara populer
sering diartikan segala sesuatu selain Allah (kullu ma siwa Allah).
Kata al-‘alam dalam arti tanda sama dengan makna al-ayah
yang juga berarti tanda. Kata al-‘alam bisa berarti sebuah tanda
atau sesuatu yang dengannya Allah akan diketahui. Al-‘alam atau
alam semesta bisa diartikan sebagai sesuatu yang melahirkan
kesadaran dan pengetahuan terhadap Allah subhanahu wata'ala.
Dalam perspektif sufistik ditegaskan bahwa alam semesta ini
adalah manifestasi keberadaan Allah. Di mana ada alam semesta
di situ ada Dia karena alam semesta ini adalah setiap eksistent yang
ada dalam alam ini adalah tanda yang menyebabkan kesadaran
kepada lokus (al-madzhar) dalam mana Ia mewujudkan diri.
Setiap keberadaan (existent) yang ada di dalam alam semesta
ini adalah tanda yang menyebabkan kesadaran kepada kita akan
sebuah Nama dari Nama-Nama Ilahiyyah. Dalam pembahasan
terdahulu dijelaskan bahwa nama-nama setiap partikel alam
semesta ini pada hakekatnya adalah menginduk kepada nama
Sang Maha Agung (Zu al-Jalal), karena pada hakekatnya alam ini

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 15


adalah tajalli-Nya. Inilah yang kita sebut dengan “keesaan nama-
nama” (tauhid al-asma’).
Oleh karena al-‘alam ini terkait dengan al-‘alamah, yakni
tanda, alamat, atau identitas Sang Maharealitas (al-Haq) maka
setiap kali kita bicara tentang alam, setiap itu pula kita bicara
dengan Allah subhanahu wata'ala, Sang Maharealitas (al-Haq),
karena alam semesta ini tak lain adalah Realitas al-Haq itu
sendiri. Dengan kata lain, keseluruhan alam adalah al-Haq yang
memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai bentuk (form), baik
dalam form universal maupun dalam form particular. Baik yang
ada dalam wujud alam nyata (al-‘alam al-syahadah) maupun
dalam wujud alam gaib (al-‘alam al-gaib). Inilah yang diistilahkan
William C. Chittick dengan “Dia ada di dalam segala sesuatu”
(The ‘He’ in all things). Keseluruhan alam ini adalah sang penanda
dari Yang Ditandai, dan keseluruhan nama (al-asma’) adalah
nama dari Yang Dinamai (al-musamma), semuanya manifestasi
al-Haq. Dengan demikian, Allah subhanahu wata'ala dan alam
semesta ini merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan
(immanent). (Bersambung). (Harian Republika, 19 November
2021 M / 14 Rabi’ul Akhir 1443 H). r (DN)

‫ ورغب‬,‫ من تواضع ملن ال يكرمه‬:‫أظمل الظاملني لنفسه‬


‫ وقبل مدح من ال يعرفه‬,‫يف مودة من ال ينفعه‬
Orang paling tertipu adalah: yang merendah di hadapan
orang yang tidak menghargainya, yang mencintai orang
yang tidak bermanfaat
font 28
Orang paling tertipu adalah: yang merendah dibaginya, yang
hadapan orang bangga
yang tidak denganyang
menghargainya,
mencintai orang yangpujian orang
tidak bermanfaat yang
baginya, tidak
yang mengenalnya.
bangga dengan pujian orang yang tidak
mengenalnya.
(Imam Syafi'i rahimahumullah)

16 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


KAJIAN ZHUHUR PILIHAN

Bahaya Memecah Belah Agama


(Ar-Rum/30: 31-32) - Tafsir Ibnu Katsir
Oleh : Ustadz Budi Utomo, MA

W ahai umat Islam, bersatulah dan berhenti untuk terus


berbangga diri dengan kelompok-kelompok dan mengkotak-
kotakan umat Islam. Islam itu satu dan dijamin oleh Allah, yang
kemudian membuat sempalan berarti telah berlepas diri dari
Rasulullah Muhammad shalallahu 'alalihi wa sallam. Lihatlah apa
yang Allah nyatakan dalam Al-Qur'an yang artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan
mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”
(QS. Ar-Rum/30: 30 - 32)”.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu
Wadih, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ishaq, dari Zaid
ibnu Abu Maryam yang mengatakan bahwa Umar radhiallahu anhu
bersua dengan Mu'az ibnu Jabal, lalu Umar bertanya, "Apakah yang
menjaga keutuhan tegaknya umat ini?" Mu'az menjawab, "Ada tiga
perkara yang semuanya dapat menyelamatkan mereka, yaitu tetap
pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu;
salat yang merupakan agama; dan taat yang merupakan pemelihara
diri (dari perbuatan yang diharamkan)". Maka Umar berkata, "Engkau
benar". Sebuah riwayat dari Ibnu Jarir menyebutkan hal demikian.

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 17


Ini adalah larangan dari memecah belah agama, dengan
mengganti dan mengubahnya, atau mengimani sebagian dan
mengingkari sebagian lain. Ada yang membaca ‫فَ َار ُقوا ِديَنَ ُم‬
maka
artinya menjadi meninggalkan atau membuang agamanya di
belakang punggung mereka. Hal ini sesuai dengan kelakuan Kaum
Yahudi, Nasrani, Majusi, para penyembah berhala dan penganut
agama yang batil. Sebagai pembanding ada ayat serupa, yaitu (yang
artinya) :
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan
mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit
pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan
mereka hanyalah (terserah) kepada Allah” (QS. Al-An'am/6: 159).

Umat sebelum Rasulullah Muhammad shalallahu 'alalihi wa


sallam berselisih sesama mereka hingga terpecah pada banyak yang
berpegang kepada pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip batil.
Masing-masing merasa paling benar. Umat Islam akhir zaman pun
akan mengalami hal yang sama. Dari sekian banyak golongan hanya
satu yang selamat, yaitu ahli sunnah wal jama'ah. Mereka adalah yang
memegang erat Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, bersandar pada
amalan salaf ash-shalih era sahabat dan tabi'in, dan mengikuti ajaran
para Imam umat Islam masa lampau dan kini. Sebuah kata kunci
disampaikan Rasulullah Muhammad shalallahu'alalihi wa sallam
menunjukkan pegangan dan rujukan amalan golongan yang selamat,
yaitu (yang artinya) : “Apa yang ada padaku dan para sahabatku hari
ini” (HR. Hakim radhiallahu anhu).
Sungguh mengerikan klaim-klaim kebenaran dan eksklusivitas
pemahaman keagamaan. Inginnya menjadi yang paling benar namun
nyatanya, justru di hari akhir tidak diakui menjadi bagian dari umat
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Kalau sudah seperti itu, maka
apa arti syahadat kita ?
Ibn Katsîr memilih makna umum yang terdapat pada ayat yaitu
siapa saja yang mencerai-berai agama dan membebaskan tanggung
jawab Rasul akan perlakuan mencerai-berai dari umatnya. HAMKA
menerangkan tempat para mujtahid fiqh yang dikecualikan dari

18 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


perkara ini. Sejalan dengan penafsiran ini HAMKA membahasakan
dengan : “Merasa benar sendiri dan orang lain salah belaka, dan tidak
ada yang ingin mencari atau kembali kepada titik pertemuan, yaitu
Iman kepada Keesaan Allah!”
Sedangkan sebab turunan sebagaimana secara persis
dicantumkan dalam Tafsir al-Azhar ketika membahas tafsir Surat
al-An’am ayat 159 yang disebutkan oleh HAMKA terambil dari
penafsiran Muhammad Rasyid Rida adalah:
1. Perebutan kekuasaan pemerintahan.
2. Fanatik kebangsaan (nasionalisme sempit).
3. Fanatik mazhab (aliran, golongan, partai).
4. Memberi fatwa agama tidak didasarkan dalil-dalil yang kuat.
5. Infiltrasi musuh.
Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa dua bahaya besar bagi
masyarakat Islam yaitu statis pada perkara yang harus dinamis dan
berkembang juga kreatif mengadakan perubahan pada sesuatu yang
seharusnya tidak boleh berubah.
Sufyan Raji Abdullah menyebutkan latar belakang timbulnya
firqah dalam enam poin, yaitu :
1. Adanya kepentingan kelompok atau golongan.
2. Adanya pengaruh dari luar Islam.
3. Mengedepankan akal.
4. Pengaruh buku terjemahan filsafat Yunani.
5. Terpengaruh oleh paham-paham sesat.
6. Mendewakan pemikiran tokoh tertentu.
Imam Zarkasyi menyebutkan bahwa orang-orang yang senang
memperbesar dan mempertajam masalah khilafiyah adalah karena
dua sebab, yaitu :
1. Terlalu bodoh.
2. Menjadi alat musuh yang hendak memecah belah.
Pendapat ini bisa diterima karena semua yang menjerumuskan
manusia pada kesesatan adalah kebodohon yang sangat, baik bodoh
karena tidak memiliki keilmuan ataupun berilmu tetapi tertipu oleh
kebodohan orang lain ataupun hal-hal yang menjadikan akal tertutup
seperti fanatisme dan hawa nafsu. r

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 19


PELAYANAN BIMBINGAN IKRAR SYAHADAT

Telah terlaksana Ikrar Syadahat di Masjid Istiqlal pada periode


tanggal 7 - 13 Desember 2021 :

No. Nama Agama Semula


1 Metiyana Utama Kristen

Persyaratan Pelayanan Bimbingan Ikrar Syahadat :


1. Mengisi form data via online 5. Foto Copy Kartu Keluarga
https://muallafcenter.istiqlal. 6. Materai 10.000 : 2 (dua) lembar
or.id/daftar.php
7. Menyerahkan Surat Baptis
2. Pas foto ukuran 3 x 2 cm : (Asli)
3 (tiga) lembar (warna)
8. Surat Pengantar Kedutaan
3. Surat Pengantar dari RT bagi WNA
bagi WNI
9. Foto copy pasport bagi WNA
4. Foto copy KTP
10. Saksi 2 (dua) orang

Pelayanan Ikrar Syahadat / Pembinaan Muallaf / Kajian dan


Kegiatan Remaja Masjid Istiqlal, Narahubung: (Jamal) 0813
1412 4444 dan (Subhan) 0812 8829 7714.

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS Masjid Istiqlal


Menerima dan menyalurkan zakat, infaq, shadaqah
Bank Mega Syari’ah (BMS) No. rekening 1000212008
(an. UPZ Masjid Istiqlal)
Narahubung : Bapak H. Budi Firmansyah, MM
No HP/WA : 0856 9233 3688

20 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


PELAYANAN MASJID ISTIQLAL

Bagi jama’ah dan kaum Muslimin yang ingin meningkatkan


wawasan ke-Islaman dapat mengikuti kegiatan kajian dan
ta’lim, dibimbing oleh para Ustadz / Guru yang berpengalaman
sebagaimana jadwal dibawah ini :

Kegiatan Hari Pukul Materi


1. Majelis Ta’lim Rabu & 08.00 - Al-Qur’an,
Kaum Ibu Ahad 11.00 Aqidah, Akhlak,
Hadits, Fiqh
2. Pengajian Setiap 11.00 - Tahsinul Qur’an,
Remaja Istiqlal Ahad 12.00 Kajian Kitab Minhajul
(ARMI) Abidin, Majelis Taklim
Pemuda
3. Marching Setiap 09.00 - Perkusi, Horn
Band Istiqlal Ahad 15.00 line, Pit, dll
4. Seni Budaya Setiap 09.00 - Hadrah, Marawis dan
Remaja Ahad 11.00 Band
5. Pagar Nusa Setiap 07.00 - Seni Beladiri
Istiqlal Ahad 11.30
6. Tapak Suci Setiap 15.30 - Seni Beladiri
Istiqlal Ahad 20.00
7. Konsultasi Senin 10.30 - Pelayanan
Agama s/d 15.00 Permasalahan Agama
Jum’at

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 21


JADWAL NARASUMBER KAJIAN DIALOG ZHUHUR

No Hari Tgl/Bln Narasumber Bahasan/ Materi


1 Sabtu 18 Des Dr. H.M. Faisal Kifayatul Akhyar - Fi
Hamdani, MA Halli Ghayatil
-Ikhtishar
2
Ahad 19 Des Drs.H. Hasanuddin Tafsir Al-Maraghi
Sinaga, MA

3 Senin 20 Des Hj. Sumayyah Adabun Nisa (Al-


Ba'abduh, Lc Mausum bi kitab Al-
Ghayah wan Nihayah
4 Selasa 21 Des H.M. Farid Kaasyifatus Sajaa Fi
Fachruddin Saenong, Syarhi Safinatun Naja
MA, Ph.D
5 Rabu 22 Des Dr. Hj. Romlah Askar Asbaabul Wuruud

6 Kamis 23 Des Drs.H.A. Dzulfatah Kitab Nashoihud


Yasin, M.Ag Diniyah - wal
Washoya Al-
Imaniyyah

Saksikan siaran langsung shalat lima waktu di AJWA TV dan


Kajian Ba’da Dzuhur / Jum’at di Youtube : Masjid Istiqlal TV.
Kegiatan kajian atau program yang terlewatkan dapat pula
disaksikan melalui kanal Youtube diatas.
(Dukung layanan media Masjid Istiqlal silahkan
subscribe, comment, like and share)

22 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


SHALAT GHAIB

Niat Shalat Ghaib :

‫ض ال ِك َفايَِة لِلَّ ِه تَ َعالى‬ ِ ِ


َ ‫اُ َصلّ ِى َعلى الَم َوات الغَائبِي َن اَربَ َع تَكبِي َرات فَر‬
Shalat Ghaib berjama’ah yang telah dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 10 Desember 2021, adalah untuk :
1. Almarhumah Masfiah binti Suparman, usia 43 tahun Wafat,
03 Desember 2021 di Cilebut, Bogor
2. Almarhum Lalu Nanda Abdullah bin Mustafa, usia 53 tahun
Wafat 09 Desember 2021 di Jakarta
3. Almarhum Drs.Ec. Tanzilul Huda bin Zulkifli Rachman,
usia 61 tahun Wafat, 08 Desember 2021 di Jakarta
4. Almarhum H. Hermansyah bin H. Matjeh, usia 74 tahun
Wafat, di Banjar Baru, Kal-Sel
5. Almarhum Tahir bin Gereng, usia 78 tahun Wafat, 17
Nopember 2021 di Depok
6. Almarhumah Hj. Nurul Hidayati binti Marzuki, usia 56
tahun Wafat, di Sragen
7. Almarhumah Maryam binti Muhammad, usia 61 tahun
Wafat, 29 Nopember 2021 di Makassar
8. Almarhumah Tarseh binti Sarkono, usia 89 tahun Wafat, di
Kudus
9. Almarhumah Mumun binti Bapak Hasan, usia 48 tahun
Wafat, 10 Desember 2021 di Bogor
10. Almarhumah Ibu Umi Djamatin Purwaningsih binti
Soeherlan, usia 70 tahun wafat, 23 Oktober 2021 di Jakarta.

13 Jumadil Ula 1443 H / 17 Desember 2021 M 23


JADWAL WAKTU SHALAT
Untuk Jakarta dan sekitarnya berlaku Desember 2021
Tanggal Shubuh Zhuhur Ashar Maghrib ‘Isya

19 04 : 12 11 : 53 15 : 20 18 : 07 19 : 23
20 04 : 13 11 : 54 15 : 20 18 : 08 19 : 24
21 04 : 13 11 : 54 15 : 21 18 : 08 19 : 24
22 04 : 14 11 : 55 15 : 21 18 : 09 19 : 25
23 04 : 14 11 : 55 15 : 22 18 : 09 19 : 25
24 04 : 15 11 : 56 15 : 22 18 : 10 19 : 26
25 04 : 15 11 : 56 15 : 23 18 : 10 19 : 26

Jadwal shalat berdasarkan kalender Masjid Istiqlal Jakarta

Pelaksana Penerbitan Mimbar Jum’at


Penasehat: Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin
Umar, MA Penanggung Jawab: Kepala Bidang Penyelenggara
Peribadatan, KH. Bukhori Sail Attahiri, Lc, MA Pimpinan
Redaksi: H. Abu Hurairah Abd. Salam, Lc, MA Wakil Pim.
Redaksi: H. Djamalullail, M.Pd.I Sekretaris Redaksi: H. Ahmad
Mulyadi, SE.I Wakil Sekretaris: Abdul Rasyid Teguhdin Hamid,
M.Pd Dewan Redaksi: H. Saparwadi, SE.I; Drs. H.A. Dzulfatah
Yasin, M.Ag; Hendra Sofiyansyah, S.Sos; Budi Utomo, Lc, MA;
Ibrahim Atho, S.Ag; Habibah Munawaroh, S.Pd.I Bendahara:
Endang Suherna, SE Wakil Bendahara: Subhan, S.Pd.I TU dan
Sirkulasi: H. Aminuddin; Rullyansyah; Didiet Nanditio, SE; Joni
Sagara; Suharti; Aril Muhrizadipura.

24 Mimbar Jumat No.1140/XXIII/21


Imam Besar Prof. Dr. KH Nasaruddin memberikan Nasihat pada
Kegiatan Sosialisasi Reproduksi Remaja di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad
(12/12/2021) yang diselenggarakan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI)

Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) Perhimpunan


Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI 2021),
di Masjid Istiqlal, Jumat (10/12/2021).
JADWAL KAJIAN
DI MASJID ISTIQLAL

1. Tasawuf, Membedah Kitab Ihya Ulumiddin


Setiap Sabtu (Pukul 05.15 - 07.00)
Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA
2. Tematik Tafsir Al-Qur’anul Karim
Jum’at Pertama (Pukul 10.30 - 11.30)
Nara Sumber : Dr. KH. Muchlis M. Hanafi
3. Tasawuf, Membedah Kitab Al-Hikam
Jum’at Kedua (Pukul 10.30 - 11.30)
Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA
4. Tematik Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Jum’at Ketiga (Pukul 10.30 - 11.30)
Nara Sumber : Prof. Dr. KH. Ahmad Thib Raya, MA
5. Fiqih, Membedah Kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
Jum’at Keempat (Pukul 10.30 - 11.30)
Nara Sumber : Dr. H. Syaifuddin Zuhri, MA
6. Dialog Zhuhur (Mengkaji Kitab-kitab Klasik/Turats)
Senin s.d. Ahad (Usai Shalat Zhuhur)
Narasumber : Para Asatidz Pilihan

@masjidistiqlalofficial Masjid Istiqlal TV

@masjidistiqlal.official www.istiqlal.or.id

You might also like