You are on page 1of 6

Perbandingan Nikmat Dunia dan Akhirat

‫وم ْن‬ ِ ،‫باهلل ِمن ُش رو ِر َأْن ُف ِس نَا‬ ِ ُ‫ ونعوذ‬،‫ حَنْم ُده ونَس تَعِينُه ونَس َت ْغ ِفره و َنتُوب ِإلَي ِه‬،‫ِإ َّن احْل م َد لِلَّ ِه‬
ُ ْ ْ ُ َ ُُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َْ
‫َأش َه ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل‬
ْ ‫ َو‬،ُ‫ي لَه‬ ِ ِ ْ ‫ ومن ي‬،‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ من يه ِد ِه اهلل فَاَل م‬،‫َأعمالِنَا‬ ِ
َ ‫ض ل ْل فَاَل َه اد‬ ُ ْ ََ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َسيَِّئات‬
،‫ الَّ ِذ ْي َكا َن ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ َن اََّما َب ْع ُد‬،ُ‫َأن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬
َّ ‫ َوَأ ْش َه ُد‬،ُ‫يك لَه‬ َ ‫اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِر‬
‫ َف َقد فَ َاز الْ ُمَّت ُق ْو َن اَِّت ُقوا اهللَ َح َّق‬،‫ ُْأو ِصْي ُكم َو َن ْف ِسي بَِت ْق َوى اهلل‬،‫اضُر ْو َن‬ ِ ‫ َفيا َأيُّها احْل‬-
َ َ َ
.‫ُت َقاتِِه َواَل مَتُْوتُ َّن اِاَّل َوَأْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
.:‫الر ِجْي ِم‬
َّ ‫ان‬ ِ َ‫اهلل ِمن الشَّيط‬
ِ ِ ِ
ْ َ ِ‫ َأعُ ْوذُ ب‬.‫ال اهللُ َت َعاىَل يِف الْ ُق ْراٰن الْ َعظْي ِم‬ َ َ‫ق‬
َّ َ‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِمْن َه ا َز ْو َج َه ا َوب‬
‫ث ِمْن ُه َم ا‬ ِ‫سو‬ ٍ ‫ف‬
ْ ‫ن‬
َ ‫ن‬ ِ ‫ ي ا َأيُّه ا النَّاس َّات ُق وا ربَّ ُكم الَّ ِذي خلَ َق ُكم‬-
‫م‬
َ ْ ْ َ ُ َ ُ َ َ
‫اَأْلر َح َام ِإ َّن اللَّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬ ِِ ِ ِ ِ
ْ ‫ِر َجااًل َكث ًريا َون َساءً َو َّات ُقوا اللَّهَ الَّذي تَ َساءَلُو َن به َو‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
‫اُألمو ِر‬
ُ ‫ َو َشَّر‬،‫صلَّى اهلل عليه َوسلَّم‬ َ ‫ َو َخْيَر اهْلَُدى هدى حُمَ َّمد‬،‫اب اهلل‬ ُ َ‫َأص َد َق احْلَديْث كت‬ ْ ‫فَِإ َّن‬
‫ضاَل لٍَة يِف النَّا ِر‬ ٍ ٍ
َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َعة‬،ٌ‫ َو ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعة‬،‫حُمْ َدثَا ُت َها‬
َ ‫ َو ُك َّل‬،ٌ‫ضاَل لة‬
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah ‫ﷻ‬.

Sesungguhnya kehidupan dunia ini akan kita tinggalkan, dan kita semua akan menuju
kehidupan akhirat, yang merupakan tempat kehidupan abadi. Setiap kita saat ini berada
dalam rel menuju akhirat, dan tidak ada seorang pun dari kita yang keluar dari rel
tersebut. Hanya saja, tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan diri ini sampai ke
akhirat tersebut.

Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu pernah berkata,

ِ ‫ ولِ ُك ِّل و‬،ً‫اآلخ رةُ م ْقبِلَ ة‬


‫ فَ ُكونُوا ِم ْن‬،‫اح َد ٍة ِمْن ُه َم ا َبنُ و َن‬ ِ ‫ت‬ ِ َ‫ وارحَت ل‬،ً‫الد ْنيا م ْدبِرة‬
ُّ ِ َ‫قَ ْد ارحَت ل‬
‫ت‬
َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َْ
َ‫اب َوال‬ ِ ِ َ‫ فَِإ َّن الي وم عم ل وال‬،‫الد ْنيا‬ ُّ ِ ‫ والَ تَ ُكونُوا ِمن َأبن‬،‫اآلخ ر ِة‬
ِ ‫َأبنَ ِاء‬
ٌ ‫ َو َغ ًدا ح َس‬،‫اب‬ َ َ ‫س‬ ‫ح‬ َ
َ ٌ َ ََْ َ ‫اء‬ َ ْ ْ َ َ ْ
‫َع َم ٌل‬
“Sesungguhnya dunia semakin menjauh, sementara akhirat semakin mendekat. Masing-masing
memiliki pengikut. Maka jadilah kalian pengikut-pengikut akhirat dan janganlah menjadi pengikut-
pengikut dunia. Hari ini adalah waktu beramal bukan hisab, dan kelak adalah hari hisab dan tidak
ada kesempatan untuk beramal.
Sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬telah menyiapkan kenikmatan-kenikmatan yang sangat
indah di surga. Nabi Muhammad r telah bersabda, bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ِ ‫ والَ َخطَر َعلَى َق ْل‬،‫ت‬


‫ب بَ َش ٍر‬ ‫ع‬ ِ‫ والَ ُأذُ ٌن مَس‬،‫ ما الَ ع رَأت‬،‫الصاحِلِني‬
َّ ‫ي‬ ِ ‫َأع َددت لِعِب‬
‫اد‬
َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ‫نْي‬ َ َ َ َ ُ ْ ْ
“Aku telah menyiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata,
belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia.”

Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim tidak teperdaya dengan kenikmatan dunia
yang sifatnya fana dan penuh dengan kekurangan. Akan tetapi, hendaknya seorang muslim
meletakkan kerinduannya selalu pada kenikmatan akhirat dan surga, yang Allah ‫ﷻ‬
sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Ma’asyiral muslimin, pada kesempatan kali ini, khatib ingin menyampaikan
tentang perbandingan antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhirat.
1. Kenikmatan dunia yang akan hilang dan sirna, adapun kenikmatan akhirat
adalah kenikmatan abadi
Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman,

‫اَأْلواَل ِد‬ ِ
ْ ‫اخٌر َبْينَ ُك ْم َوتَ َكاثٌُر يِف‬
ْ ‫اَأْلم َوال َو‬ ُ ‫ب َوهَلٌْو َو ِزينَةٌ َوَت َف‬
ِ ُّ ُ‫﴿اعلَموا َأمَّنَا احْل ياة‬
ٌ ‫الد ْنيَا لَع‬ ََ ُْ
ِ ِ ٍ ‫َكمثَ ِل َغي‬
ٌ ‫ص َفًّرا مُثَّ يَ ُكو ُن ُحطَ ًاما َويِف اآْل خَر ِة َع َذ‬
‫اب‬ ُ ‫ب الْ ُك َّف َار َنبَاتُهُ مُثَّ يَه‬
ْ ‫يج َفَتَراهُ ُم‬ َ ‫َأع َج‬ْ ‫ث‬ ْ َ
ِ ِ
﴾‫الد ْنيَا ِإاَّل َمتَاعُ الْغُُرو ِر‬
ُّ ُ‫ض َوا ٌن َو َما احْلَيَاة‬ْ ‫َشدي ٌد َو َم ْغفَرةٌ ِّم َن اللَّ ِه َو ِر‬
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Allah ‫ ﷻ‬telah menyebutkan bahwa kehidupan dunia itu seperti senda gurau yang
cepat sirna, seperti air hujan yang turun menumbuhkan tanaman, lalu kering, lalu
rusak dan hancur. Demikianlah kenikmatan dunia, hanya sementara.
Adapun kenikmatan akhirat adalah kenikmatan yang abadi. Khatib tidak mengatakan
bahwa kenikmatan tersebut 100 tahun atau 1 miliar tahun, akan tetapi kenikmatan
tersebut abadi tanpa ada batas waktu. Oleh karenanya, barang siapa yang
mendahulukan kenikmatan dunia dengan mengorbankan kenikmatan akhirat yang
kekal abadi, maka sungguh dia adalah orang yang jahil. Sebagaimana firman Allah ‫ﷻ‬,

﴾‫ َواآْل ِخَرةُ َخْيٌر َو َْأب َقى‬،‫الد ْنيَا‬


ُّ ‫﴿بَ ْل ُتْؤ ثُِرو َن احْلَيَا َة‬
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Padahal kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17)

Sebagian orang memilih kenikmatan dunia dibandingkan kenikmatan akhirat


karena mereka hanya beriman dengan apa yang mereka lihat. Mereka hanya beriman
dengan kenikmatan yang bisa mereka lihat dengan mata kepala mereka. Adapun
kenikmatan yang tidak tampak, yang tidak pernah terbetik dalam benak tentang
akhirat, mereka kurang beriman dan kurang yakin.

2. Kenikmatan dunia tidak sempurna, adapun kenikmatan akhirat penuh dengan


kesempurnaan
Kenikmatan akhirat sangat jauh dari yang namanya kekurangan seperti kenikmatan
dunia. Barang siapa yang membaca tentang bagaimana kenikmatan bidadari di surga
yang Allah ‫ ﷻ‬siapkan bagi orang-orang yang bertakwa, lalu dia bandingkan dengan
para wanita di dunia, maka dia akan tahu bagaimana perbandingan antara nikmat
dunia dengan nikmat akhirat.
3. Kenikmatan dunia tidak bisa dinikmati selalu, adapun kenikmatan akhirat
senantiasa bisa dinikmati
Hal ini sebagaimana firman Allah ‫ ﷻ‬tentang buah-buahan di akhirat,

﴾‫﴿ُأ ُكلُ َها َداِئ ٌم َو ِظلُّ َها‬


“Buahnya ada tak henti-henti dan naungannya (demikian pula).” (QS. Ar-Ra’d: 35)

Tentunya berbeda dengan buah-buahan yang ada di dunia, kita melihat betapa
banyak buah-buahan yang hanya muncul pada musim dan waktu tertentu. Buah
tersebut tidak bisa tersedia di setiap waktu. Maka adapun di akhirat tanpa dibatasi
dengan musim dan waktu tertentu, setiap waktu buah-buahan tersebut bisa dinikmati.
Demikianlah seluruh kenikmatan di akhirat. Kenikmatan yang diinginkan langsung
hadir di hadapan kita. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

﴾‫﴿ولَ ُك ْم فِ َيها َما تَ ْشتَ ِهي َأن ُف ُس ُك ْم َولَ ُك ْم فِ َيها َما تَ ْشتَ ِهي‬
َ
“Di dalamnya kalian (penghuni surga) memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula)
di dalamnya apa yang kalian minta.” (QS. Fusshilat: 31)

Segala apa yang dihasratkan oleh penghuni surga, langsung dihadirkan oleh
Allah ‫ﷻ‬, dan apa yang diminta oleh penghuni surga langsung diberikan oleh Allah ‫ﷻ‬.
Tentunya, hal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan kenikmatan dunia.
betapa sering di antara kita mencari kenikmatan dunia, namun kenikmatan tersebut
tidak hadir di hadapan kita. Tidak perlu jauh-jauh, kita bisa melihat hal ini pada istri-
istri kita. Istri-istri kita tidak bisa kita nikmati setiap saat, ada kalanya mereka
berhalangan dan tidak bisa melayani suami-suami mereka, baik itu karena sakit,
karena nifas, atau karna haidnya. Adapun di akhirat tidak demikian, setiap penghuni
surga yang ingin berhubungan baik dengan istri maupun bidadari yang Allah berikan
kepadanya, bisa dia lakukan kapan saja dan siap untuk dinikmati.

4. Kenikmatan dunia diraih dengan penuh kepayahan, adapun nikmat akhirat


diraih tanpa kepayahan sedikit pun
Kenikmatan dunia, bagaimana pun besarnya kecilnya kenikmatan tersebut, setiap
orang pasti akan mencarinya. Betapa banyak orang yang bekerja keras membanting
tulang hanya untuk meraih secercah kenikmatan dunia yang sangat ringan. Itu pun
terkadang kenikmatan tersebut tidak dia dapatkan.
Berbeda dengan kenikmatan akhirat, yang kenikmatannya sangat mudah untuk diraih.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman tentang buah-buahan yang ada di surga,

﴾ٌ‫﴿قُطُو ُف َها َدانِيَة‬


“Dahan-dahannya dekat (rendah).” (QS. Al-Haqqah: 23)

Seseorang tatkala di surga tidak perlu untuk memanjat pohon karena dahan-
dahannya rendah, bahkan kapan saja dia inginkan maka dahan tersebut akan
mendekat kepadanya, dan dia pun tinggal memetik buahnya.
Demikian pula seperti minum, di dunia, seseorang yang hendak minum diharuskan
untuk berjalan dan mengambil air. Adapun di akhirat tidak demikian, kata Allah ‫ﷻ‬,
ٍ ِ‫يق و َكْأ ٍس ِّمن َّمع‬ ِ ٍ ِ َّ ِ ِ ُ ُ‫﴿يَط‬
﴾‫ني‬ َ َ ‫ بَأ ْك َواب َوَأبَار‬،‫وف َعلَْيه ْم ولْ َدا ٌن خُّمَل ُدو َن‬
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan
minuman yang diambil dari air yang mengalir.” (QS. Al-Waqi’ah: 17-18)

Penghuni surga tidak perlu berjalan pergi untuk mengambil minuman, namun
minuman mereka tersedia dan diantarkan kapa saja mereka inginkan.
Kenikmatan di dunia ini diraih dengan penuh perjuangan. Seseorang yang ingin
menikah, dia harus mengumpulkan uang terlebih dahulu, harus menyiapkan rumah,
harus menyiapkan berbagai kebutuhan pernikahan, dan yang lainnya, lalu setelah itu
barulah dia bisa menikmati istrinya. Adapun di surga, seorang laki-laki yang masuk ke
dalam surga langsung dinanti dan disambut oleh puluhan bidadari, tinggal dia memilih
bidadari mana yang dia kehendaki.

5. Kenikmatan dunia memiliki efek samping, adapun kenikmatan akhirat tidak


memiliki efek samping
Bagaimanapun seseorang menikmati kenikmatan dunia, pasti akan memberikan efek
samping baginya. Contohnya seperti makanan. Di dunia, orang yang makan pasti akan
buang air, karena ada kotoran yang harus dia keluarkan sebagai proses metabolisme.
Adapun di akhirat tidak demikian, orang makan dan minum bukan karena rasa lapar
dan haus, akan tetapi dalam rangka berlezat-lezatan, sehingga para penghuni surga
tidak mengeluarkan kotoran dari diri mereka setelah makan, yang ada hanyalah
sendawa yang itu pun baunya sangat wangi. Contohnya pula tatkala berhubungan.
Seorang laki-laki tatkala berhubungan di dunia maka akan ada air maninya, adapun di
akhirat tanpa air mani.
Demikianlah kenikmatan dunia jika dibandingkan dengan kenikmatan akhirat, akan
sangat jauh bedanya, karena kenikmatan dunia pasti memiliki efek samping,
sedangkan di akhirat tidak memiliki efek samping.

6. Kenikmatan dunia mendatangkan kejenuhan, adapun kenikmatan akhirat


tidak terjangkit kejenuhan
Bagaimanapun seseorang menikmati kenikmatan yang ada di dunia ini, pasti dia akan
merasa jenuh, terlebih lagi jika kenikmatan yang dia rasakan hanya kenikmatan itu-itu
saja. Adapun di akhirat, kenikmatan dirasakan tanpa ada kejenuhan, terlebih lagi
ditambah dengan beraneka ragam kenikmatan yang Allah ‫ ﷻ‬sediakan bagi penghuni
surga. Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan,
ِ ِ ِ ِ َّ ‫ِإ َّن‬
ُ‫ اَل مَيَلُّ َها َواَل مَتَلُّه‬،ً‫ني َسنَة‬
َ ‫الر ُج َل م ْن َْأه ِل اجْلَنَّة لَُي َعان ُق احْلَ ْو َراءَ َسْبع‬
“Sesungguhnya seorang laki-laki penghuni surga akan memeluk seorang wanita bidadari selama
tujuh puluh tahun, sama sekali dia tidak bosan terhadapnya, dan bidadari tersebut pun tidak merasa
bosan sama sekali.”

Ma’asyiral muslimin, inilah beberapa perbandingan antara kenikmatan dunia dan


akhirat yang perlu untuk kita renungkan. Kita perlu merenungkan kenikmatan akhirat
dengan beraneka ragam kenikmatannya, dengan keindahan, dan dengan
kesempurnaannya, agar hal tersebut memotivasi kita untuk rajin beribadah, untuk
senantiasa sujud dan tunduk kepada Allah ‫ﷻ‬, untuk berani berkorban bagi agama ini,
karena kita sadar bahwa tidak ada yang gratis di sisi Allah ‫ﷻ‬, dan Allah ‫ ﷻ‬hanya
memberikan balasan sesuai dengan apa yang hamba-hamba-Nya kerjakan dari amalan
salehnya selama di dunia ini.

‫َأسَت ْغ ِف ُرهُ ِإنَّهُ ُه َو‬ ٍ ِ ٍ ْ‫ول َقويِل ه َذا واَسَت ْغ ِفر اهلل يِل ولَ ُكم ولِساِئِر الْمسلِ ِم ِمن ُك ِّل َذن‬
ْ َ‫ب َو َخطيَئة ف‬ ْ َ ‫َأقٌ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ نْي‬
‫يم‬ ِ َّ ‫الْغَ ُفور‬
ُ ‫الرح‬ ُ
Khutbah kedua

ْ ‫ َو‬،‫الش ْك ُر لَ هُ َعلَى َت ْوفِ ِيق ِه َو ْامتِنَانِ ه‬


‫َأش َه ُد َأن اَل ِإلَ هَ ِإاَّل اهلل َو ْح َدهُ اَل‬ ُّ ‫ َو‬،‫احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه َعلَى ِإ ْح َس انِِه‬
‫ص لِى َعلَ ِيه‬ ِِ ْ ‫َّاعي ِإىَل ِر‬
َ ‫ َأللَّ ُه َّم‬،‫ض َوانه‬
ِ ‫َأن حُم َّم ًدا عب ُده ورس ولُه الد‬
ُ ُ َ َ ُ َْ َ َّ ‫َأش َه ُد‬ ْ ‫ َو‬،‫يما لِ َشْأنِِه‬ ِ َ ‫َش ِر‬
ً ‫يك لَهُ َت ْعظ‬
‫َأص َحابِِه َوِإ ْخ َوانِِه‬ ِِ
ْ ‫وع َل َأله َو‬
َ
Ma’asyiral muslimin yang dirahmati oleh Allah ‫ﷻ‬.

Ketahuilah bahwasanya kaum mukminin tatkala masuk ke dalam surga, maka


surga mereka pun bertingkat-tingkat. Allah ‫ ﷻ‬Maha Adil atas pembagian tingkatan
surga tersebut. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

﴾‫وها مِب َا ُكنتُ ْم َت ْع َملُو َن‬ َ ‫﴿وتِْل‬


َ ‫ك اجْلَنَّةُ الَّيِت ُأو ِر ْثتُ ُم‬ َ
“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian
kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)
            Tentu tidak akan sama tingkatan surga antara seorang yang amalannya sedikit
dengan orang yang memiliki amalan dan ibadah yang banyak. Oleh karenanya, ketika
Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫َّم َي ْو َمِئ ٍذ‬ ‫ِئ ٍ جِب‬ ِ


َ ‫ َوجيءَ َي ْو َم ذ َ َهن‬،‫ص ًّفا‬
َ ‫ص ًّفا‬
َ ‫ك‬ ُ َ‫ك َوالْ َمل‬َ ُّ‫ َو َج اءَ َرب‬،‫ض َد ًّكا َد ًّكا‬ُ ‫اَأْلر‬
ِ
ْ ‫﴿ َكاَّل ِإ َذا ُد َّكت‬
﴾ ‫ت حِلَيَايِت‬
ُ ‫َّم‬ْ ‫ول يَالَْيتَيِن قَد‬
ُ ‫ َي ُق‬،‫الذ ْكَرى‬ ِّ ُ‫َيتَ َذ َّكر اِإْل نسا ُن وَأىَّنٰ لَه‬
َ َ ُ
“Sekali-kali tidak, apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat
berbaris-baris. Pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam, dan pada hari itu sadarlah manusia,
akan tetapi tidak berguna lagi kesadaran itu. Dia mengatakan, ‘Alangkah baiknya kiranya aku
dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini’.” (QS. Al-Fajr: 21-24)

Semua manusia akan mengingat seluruh amalan yang pernah dia lakukan.
Kemaksiatan-kemaksiatan yang dahulu dia kerjakan, yang saat di dunia dia lupakan,
maka di akhirat kelak dia akan ingat. Pada saat itulah mereka sadar dan berandai-
andai untuk bisa beramal untuk kehidupan akhirat mereka.
Ketahuilah, para mufassir menyebutkan bahwa ayat ini berlaku bagi orang-orang
kafir, dan berlaku pula bagi orang-orang mukmin, bahkan sebagian ahli tafsir
menyebutkan bahwa ayat ini berbicara tentang orang-orang beriman.

Maka tidak mengherankan apabila Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan kepada kita untuk


berlomba-lomba untuk beramal saleh. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

﴾‫س الْ ُمَتنَافِ ُسو َن‬ ِ


َ ‫﴿ويِف َذل‬
ِ َ‫ك َف ْليََتنَاف‬ َ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang-orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin: 26)
Seorang mukmin sudah seharusnya memiliki cita-cita yang tinggi, agar dia pun
diberikan oleh Allah ‫ ﷻ‬surga yang tertinggi. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah mengajarkan kita
dalam sabdanya,

‫َأعلَى اجلَن َِّة‬ ِ


ْ ‫ط اجلَن َِّة َو‬
ُ ‫ فَِإنَّهُ َْأو َس‬،‫س‬ ْ َ‫ ف‬،َ‫فَِإ َذا َسَألْتُ ُم اللَّه‬
َ ‫اسَألُوهُ الف ْر َد ْو‬
“Apabila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah tengahnya surga
dan yang paling tinggi.”
‫ﷻ ‪. Kita berharap semoga Allah‬ﷻ ‪Ma’asyiral muslimin yang dirahmati oleh Allah‬‬
‫ﷻ ‪memberikan kita kemudahan untuk banyak beramal saleh, dan semoga Allah‬‬
‫‪menganugerahkan kepada kita husnulkhatimah.‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِئ‬


‫صلُّوا َعلَْيه َو َسلِّ ُموا تَ ْسل ً‬
‫يما‪،‬‬ ‫ين َآمنُوا َ‬ ‫صلُّو َن َعلَى النَّيِب ِّ‪ ،‬يَا َأيُّ َها الذ َ‬ ‫ِإ َّن اهللَ َو َماَل َكتَهُ يُ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ك‬‫ت َعلَى ِإْب َراهْي َم َو َعلَى ِآل ِإْب َراهْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫ص لَّْي َ‬
‫ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد َك َم ا َ‬ ‫‪ -‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ت َعلَى ِإْب َر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫مَح ْي ٌد جَم ْي ٌد‪َ .‬وبَ ا ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى ِآل حُمَ َّمد َك َم ا بَ َار ْك َ‬
‫ِ ِ‬
‫ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‬ ‫ِ‬
‫ِإْبَراهْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ات‪،‬‬‫ات اَأْلحي ِاء ِمْنهم واَأْلمو ِ‬ ‫ات والْمْؤ ِمنِ والْمْؤ ِمنَ ِ‬ ‫‪ -‬اَل ٰلّه َّم ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِم والْمسلِم ِ‬
‫ْ َ ُ ْ َ َْ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫ُ‬ ‫ْ ُ ْ نْي َ َ ُ ْ َ‬ ‫ُ‬
‫صًرا َك َم ا مَحَْلتَ هُ َعلَى الّ ِذيْ َن ِم ْن‬ ‫ِ‬
‫َأخطَْأنَا َربّنَا َوالَ حَتْم ْل َعلَْينَا ِإ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪َ -‬ربّنَا الَُتَؤ اخ ْذ نَا ِإ ْن نَسْينَا َْأو ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْرنَا‬
‫ت َم ْوالَنَا فَانْ ُ‬ ‫ف َعنّ ا َوا ْغف ْر لَنَ ا َو ْارمَحْنَ ا َأنْ َ‬ ‫َقْبلنَ ا َربّنَ ا َوالَ حًتَ ّم ْلنَ ا َم االَ طَاقَةَ لَنَ ا بِه َو ْاع ُ‬
‫َعلَى الْ َق ْوِم الْ َكافِ ِريْ َن‪.‬‬
‫ِ‬ ‫‪ -‬اللَّ ُه َّم إنَّا نَ ْسَألُ َ‬
‫اف ‪ ،‬والغىَن‬ ‫والع َف َ‬‫والت َقى ‪َ ،‬‬ ‫ك اهلَُدى ‪ُّ ،‬‬
‫ك َع َّم ْن ِس َو َاك‬ ‫‪ -‬اللَّه َّم ا ْك ِفنا حِب الَلِك عن حر ِامك وَأ ْغنِنا بَِف ْ ِ‬
‫ضل َ‬ ‫َ َ َ َ ْ ََ َ َ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك‬‫ك َومَجِ ي ِع َس َخ ِط َ‬ ‫ك َوفُ َجاءَة نِْق َمتِ َ‬ ‫ك َوحَتَ ُّو ِل َعافيَتِ َ‬ ‫ك ِم ْن َز َو ِال نِ ْع َمتِ َ‬ ‫‪ -‬اللَّ ُه َّم إنَّا َنعُ ْوذُ بِ َ‬
‫َألس َق ِام‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ك ِم َن الَْبَر ِ‬
‫ص َواجْلُنُون َواجْلُ َذ ِام َوم ْن َسيِِّئ اْ ْ‬ ‫‪ -‬اللَّ ُه َّم إنَّا َنعُ ْوذُ بِ َ‬
‫اب ِ‬
‫اآلخَر ِة‬ ‫الد ْنيا و َع َذ ِ‬ ‫ُّ‬ ‫ِ‬
‫ي‬ ‫ز‬ ‫خ‬‫‪ -‬اللهم أح ِسن عاقِبَتنَا يِف اُألمو ِر ُكلِّها‪ ،‬و ِأجرنَا ِمن ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ّ ْ ْ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب النّا ِر‪.‬‬‫‪َ -‬ر َبنَا ءَاتنَا يِف ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َويِف اَْألخَر ِة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫ويْن َهى َع ِن ال َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر‬ ‫ِ ِإ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫إن اهللَ يَ ْأ ُم ُر بالْ َع ْدل َواإْل ْح َس ان َو ْيتَ اء ذي الْ ُق ْرىَب َ‬ ‫اهلل‪َّ ،‬‬‫ِعب اد ِ‬
‫َ َ‬
‫الب ْغ ِي‪ ،‬يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪ .‬فَاذ ُك ُروا اهللَ الْ َع ِظْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر‬‫َو َ‬

You might also like