You are on page 1of 5

Khutbah Idul Fitri: Tiga Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran

Khutbah I

‫ اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر‬،‫ اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر‬،‫اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر اَهللُ أَ ْكبَ ُر‬
ِ ِ ِ ِ ْ ‫اَهلل أَ ْكب ر َكبِي را و‬
‫ص َد َق‬ َ ،ُ‫ الَ إِلوَ إِالَّ هللاُ َو ْح َده‬،ً‫اْلَ ْم ُدِ هلل َكثْي ًرا َو ُسْب َحا َن هللا بُ ْكَرًة َوأَصْيال‬ َ ًْ َُ ُ
ُ‫ الَ إِلوَ إِالَّ هللاُ َوالَ نَ ْعبُ ُد إِالَّ إِ ََّّيه‬،ُ‫اب َو ْح َده‬ َ ‫َحَز‬ ْ ‫ َوَىَزَم اْأل‬،ُ‫َعَّز ُجْن َده‬ َ ‫ َوأ‬،ُ‫صَر َعْب َده‬ َ َ‫ َون‬،ُ‫َو ْع َده‬
.‫اْلَ ْم ُد‬ ْ ‫هلل‬ ِ ‫ اَهلل أَ ْكب ر و‬،‫ الَ إِلو إِالَّ هللا وهللا أَ ْكب ر‬،‫صْي لَو ال ِّدين ولَو َك ِره الْ َكافِرو َن‬ ِ ِ‫ُمُْل‬
َ
َ ُ ُ ُ ُ َُ َ َ ْ ُ َ َْ َ ْ ُ َ ْ
ٍ ‫الصي ِام والْ ِقي ِام وجعلَنَا يي ر أ َُّض‬ ِ ِ ِ
َْ َ َ َ َ َ َ َّ َ ‫َعانَناَ َعل‬ َ ‫اا َن َوأ‬ َ ‫اَ ْْلَ ْم ُدِ هلل الَّذ ْي َوفَّ َقنَا ِِل َْمْتَ ِام َه ْر ِر َرَض‬
ِ ِِ ِ ‫ت للِن‬
ُ‫ك لَو‬ َ ْ‫ َوأَ ْه َر ُد أَ ْن الَ إِلوَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َه ِري‬.‫ ََْن َم ُدهُ َعلَ تَ ْوفْيق ِو َوى َدايَتِ ِو‬.‫َّاس‬ ْ ‫ُي ِر َج‬
ْ‫أ‬
ِ
َ‫السالَ ُم َعل‬َّ ‫الصالَةُ َو‬ َّ ‫ َو‬.‫ْي‬ َ ْ ِّ‫َن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُوُ َي َاَتُ النَّبِي‬
َّ ‫ َوأَ ْه َر ُد أ‬،‫ْي‬ ُ ْ ِ‫اْلَ ُق الْ ُمب‬
ْ ‫ك‬ ُ ‫الْ َمل‬
‫ أ ََّضا بَ ْع ُد فَيَا‬،‫ان إِ ََل يَ ْوِم ال ِّديْ َن‬ ٍ ‫سيِ ِد ََن ُُمَ َّم ٍد وعلَ آلِِو وصحبِ ِو والتَّابِعِْي وضن تَبِعرم ِبِِحس‬
َ ْ ْ َُ ْ ََ َْ َ ْ َ َ ََ َّ
‫اعتِ ِو لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫َح ُّس ُك ْم َعلَ ط‬ ُ ‫ َوأ‬،‫ أ ُْوصْي ُك ْم َونَ ْفس ْي بتَ ْق َوى هللا فَ َق ْد فَ َاز الْ ُمتَّ ُق ْو َن‬،‫عبَ َاد هللا‬
َِّ ‫ بِس ِم‬،‫الرِجي ِم‬ ِ َ‫هلل ِضن الشَّيط‬ ِ ِ ِ
‫اَّلل الَّر َْحَ ِن‬ ْ َّ ‫ان‬ ْ َ ‫َعوذُ ِِب‬ ُ ‫تُ ْر ََحُْو َن قَ َال هللاُ تَ َع َاَل ِِف الْ ُق ْرآن الْ َعظْي ِم أ‬
ِ ‫نات ِضن ا ْل َدى والْ ُفر‬ ٍ ِ‫َّاس وب ي‬ ِ ِِ ِ ِ َّ
‫قان فَ َم ْن‬ ْ َ ُ َ َّ َ ِ ‫الرحي ِم َه ْرُر َرَضاا َن الَّذي أُنْ ِزَل فْيو الْ ُق ْرآ ُن ُى ًدى للن‬
ِ ِ ِ
‫اَّللُ بِ ُك ُم‬ َّ ‫يد‬ َ ‫ص ْموُ َوَض ْن َكا َن َض ِريْااً أ َْو َعلَ َس َف ٍر فَع َّدةٌ ض ْن أَََّّيٍم أ‬
ُ ‫ُيَر يُِر‬ ْ ‫َه ِر َد ضْن ُك ُم الش‬
ُ َ‫َّرَر فَ ْلي‬
‫اَّللَ َعلَ َضا َى َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬ َّ ‫الْيُ ْسَر َوال يُِريْ ُد بِ ُك ُم الْ ُع ْسَر َولِتُ ْك ِملُوا الْعِ َّد َة َولِتُ َكِّّبُوا‬
Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,
Alhamdulillah dengan penuh hidayah Allah SWT, di pagi yang cerah ini kita dapat
bersama-sama melaksanakan shalat Idul Fitri 1441 H dengan penuh kekhusyukan,
kebahagiaan, dan persaudaraan. Kita juga merasa sedih dengan perginya bulan
Ramadhan. Begitu pula rasa bahagia itu hadir karena Allah masih memberikan kita umur
panjang sehingga mampu menyelesaikan ibadah selama Ramadhan hingga menjumpai
malam lailatul qadr. Hadirnya bulan Syawal kali ini tentunya menjadi sebuah renungan
bagi kita agar semangat ibadah Ramadhan tidak hilang. Oleh karena itu marilah kita
bersyukur atas nikmat Allah SWT atas hidayah dan inayah-Nya sehingga kita ditakdirkan
untuk hadir bersama-sama di masjid yang dimuliakan Allah ini, karena masih banyak
saudara-saudara kita yang berhalangan, tengah berada di jalan atau terbaring sakit.
Bahkan betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang tua kita,
saudara, kerabat, dan para tetangga. Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan
kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata. Tapi, kini mereka tidak
bersama kita lagi. Mereka telah berada di alam baka, hanya tinggal kenangan yang tak
akan terlupa.
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,
Idul Fitri tiba ketika umat Islam menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan selama satu
bulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, mereka menahan lapar, haus, berhubungan
1
badan, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari
terbenam. Secara bahasa, shaum (puasa) memang bersinonim dengan imsâk yang artinya
menahan. Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam
godaan material yang bisa membuat kita lupa diri. Proses latihan tersebut diwujudkan
dalam bentuk larangan terhadap hal-hal yang sebelumnya halal, seperti makan dan
minum. Inilah proses penempaan diri. Targetnya: bila manusia menahan diri dari yang
halal-halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram-haram. Puasa itu ibarat
pekan ujian nasional bagi siswa sekolah. Selama seminggu itu para murid digembleng
untuk belajar lebih serius, mengurangi jam bermain, dan menghindari hal-hal lain yang
bisa mengganggu hasil ujian tersebut. Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan. Ia
wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat (rahmah), ampunan
(maghfirah), dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr). Aktivitas ibadah sunnah
diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat.
Selayak siswa sekolah yang mendapatkan rapor selepas melewati masa-masa krusial
ujian, demikian pula orang-orang yang berpuasa. Setelah melewati momen-momen
penting sebulan penuh, umat Islam pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasil itu?
Jawabannya tak lain adalah predikat “takwa”, sebagaimana terdapat di al-Baqarah ayat
183:

‫ين ِض ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُقو َن‬


َ
ِ َّ‫الصيام َكما ُكتِب علَ ال‬
‫ذ‬ َ َ َ َ ُ َْ َ
ُ
ِ ‫َّي أَيُّرا الَّ ِذين آضنُوا ُكتِب علَي ُكم‬
ّ َ َ َ َ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Takwa merupakan hasil akhir dari puasa ramadhan dan merupakan standar paling tinggi
tingkat kemuliaan manusia. Seberapa tinggi derajat mulia manusia tergantung pada
seberapa tinggi takwanya. Inna akramakum ‘indallâhi atqâkum. Artinya orang-orang
berpuasa selama bulan ramadhan dengan iman yang penuh karena Allah dan mencari
ridha-Nya mestinya memperoleh derajat taqwa. Ada sedikitnya empat makna takwa
yaitu: Takut kepada Allah, berlindung kepada Allah, menjadikan Allah sebagai perisai, dan
menjaga diri dari perbuatan yang tidak disukai dan dibenci oleh Allah. Takut kepada Allah
itu tidak seperti takut kepada harimau atau sesuatu yang menakutkan. Takut kepada
Allah adalah takut akan siksanya, tapi dalam rasa takut itu terdapat rasa cinta dan
pemujaan. Karena taqwa berarti rasa sayang dan cinta, maka bertaqwa justru berlindung
kepada zat yang kita takuti tersebut, bahkan menjadikannya perisai dalam kehidupan
kita. Dalam konteks puasa Ramadhan, tentu takwa tak bisa digapai dengan sebatas
menahan lapar dan dahaga. Ada yang lebih substansial yang perlu ditahan, yakni
tergantungnya manusia kepada hal-hal selain Allah, termasuk hawa nafsu. Dr. Hamid
Fahmy Zarkasyi menyatakan bahwa hawa nafsu yang dimiliki manusia itu juga dimiliki
oleh hewan. Namun, Allah SWT selain memberi manusia syahwat tapi juga memberinya
akal dan ilmu. Dengan akal, syahwat manusia akan membawa kepada kebaikan. Namun,
tanpa akal dan ilmu syahwat akan menyesatkan. Maka, barangsiapa yang akalnya
mengikuti syahwatnya maka ia akan sesat, bahkan lebih sesat dari binatang. Namun, jika
syahwatnya mengikuti atau dipimpin oleh akalnya maka boleh jadi ia lebih mulia
daripada malaikat. Orang berzina, membunuh, mencuri itu karena syahwat. Orang
korupsi, merampok, memanipulasi itu karena dorongan syahwat. Ada pula orang berbeda
pendapat dan berselisih hingga bermusuhan karena syahwat. Bahkan boleh jadi ada
orang bertausiyah, menyalahkan orang lain dengan penuh syahwat. Untuk mengatasi ini
Imam al-Ghazali memberikan solusinya berupa kesabaran. Sabar dalam syahwat disebut
iffah. Hal tersebut dapat diperoleh dengan berpuasa.

2
Maka orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mencegah dirinya dari segala
macam perbuatan tercela semacam mengubar syahwat, berbohong, bergunjing,
merendahkan orang lain, riya’, menyakiti pihak lain, dan lain sebagainya. Tanpa itu, puasa
kita mungkin sah secara fiqih, tapi belum tentu berharga di mata Allah subhanahu
wata’ala. Rasulullah sendiri pernah bersabda:
ِِ ِ ِ ٍِ‫صائ‬ ِ ‫َكم‬
ُ‫س لَوُ ض ْن صيَاضو إَِّال ا ْْلُوع‬
َ ‫ي‬
َْ‫ل‬ ‫م‬ َ ‫ن‬
ْ ‫ض‬ ْ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya
selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,
Karena puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan lagi,
pertanyaan yang lebih relevan bukan saja “kemenangan atas apa yang sedang kita Idul
Fitri?” tapi juga “apa tanda-tanda kita telah mencapai kemenangan?”. Jangan-jangan kita
seperti yang disabdakan Nabi, termasuk golongan yang sekadar mendapatkan lapar dan
dahaga, tanpa pahala? Jika standar capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-
tanda bahwa kita sukses melewati Ramadhan pun tak lepas dari ciri-ciri muttaqîn (orang-
orang yang bertakwa). Semakin tinggi kualitas takwa kita, indikasi semakin tinggi pula
kesuksesan kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa
dalam diri kita, pertanda semakin gagal kita sepanjang Ramadhan. Lantas, apa saja ciri-
ciri orang bertakwa? Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan ciri-ciri orang takwa.
Salah satu ayatnya terdapat dalam Surat Ali Imran:

ُّ ‫اَّللُ ُِي‬
‫ب‬ ِ َّ‫ْي َع ِن الن‬
َّ ‫اس َو‬ ِ ِِ ِ َّ ‫السَّر ِاء و‬ ِ ِ ‫الَّ ِذين ي ْن‬
َ ‫ْي الْغَْي َظ َوالْ َع اف‬
َ ‫الاَّراء َوالْ َكاظم‬ َ َّ ‫ِف‬ ‫ن‬
َ ‫و‬‫ق‬ُ ‫ف‬ ُ َ
‫ْي‬ ِِ
َ ‫الْ ُم ْحسن‬
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ (senang) dan pada
saat dlarrâ’ (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran:
134)
Jamaah shalat Idul Fitri hafidhakumullah,
Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa. Pertama, gemar
menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun sulit. Orang
bertakwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti berjiwa sosial,
menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban untuk orang lain dalam setiap
keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga
kepada orang-orang memang membutuhkan. Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri,
sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat
fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai
dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka
yang lemah. Ayat tersebut menggunakan fi’il mudhari’ yunfiqûna yang bermakna aktivitas
itu berlangsung konstan/terus-menerus. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah
hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-
bulan berikutnya. Ciri kedua orang bertakwa adalah mampu menahan amarah.
Marah merupakan gejala manusiawi. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan
mengumbar marah begitu saja. Al-kâdhim (orang yang menahan) serumpun kata dengan
al-kadhîmah (termos). Kedua-duanya mempunyai fungsi membendung: yang pertama
membendung amarah, yang kedua membendung air panas. Selayak termos, orang

3
bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang
di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun
ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena tahu mudarat yang bakal ditimbulkan.
Termos hanya menuangkan air panas pada saat yang jelas maslahatnya dan betul-betul
dibutuhkan. Patutlah pada kesempatan lebaran ini, umat Islam mengontrol emosinya
sebaik mungkin. Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada orang-orang
pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan semestinya
telah melatih orang untuk berlapang dada, bijaksana, dan tetap sejuk menghadapi situasi
sepanas apa pun. Ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang
lain. Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan
maaf kepada Allah dengan membaca:

‫ف َع ِّن‬
ُ ‫اع‬ ُّ ‫ك َع ُف ٌّو ُُِت‬
ْ َ‫ب اْ َلع ْف َو ف‬ َ َّ‫اللَّ ُر َّم إِن‬
“Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan,
ampunilah aku.”
Kata ‘afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia
memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah SWT. Memohon ampun merupakan
bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai hamba yang banyak kesalahan dan tak
suci. Cara ini, bila dipraktikkan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang
selama Ramadhan tentang pentingnya maaf. Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci
dari kesalahan, alasan apa yang kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf
merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego,
gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya. Amatlah arif ulama-ulama di Tanah Air yang
menciptakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran.
Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah,
selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia. Sudah
berapa kali puasa kita lewati sepanjang kita hidup? Sudahkah ciri-ciri sukses Ramadhan
tersebut melekat dalam diri kita? Wallahu a’lam bish shawab.

ْ ‫س َع ِن اْ َل َوى فَِا َّن‬


َ َّ‫اْلَن‬ َ ‫ف‬ْ َّ
‫الن‬ ‫ي‬
َ ‫ر‬َ ‫ون‬
َ ِِ‫اف ض َقام رب‬
‫و‬ ّ َ َ َ ‫ي‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ض‬
َ ‫ا‬ ‫ض‬
َّ ‫ا‬
َ‫و‬َ . ِ
‫م‬ ‫ي‬
ْ
ِ‫الر‬
‫ج‬َّ ِ َ‫هلل ِضن الشَّيط‬
‫ان‬ ْ َ
ِ ‫اَعوذُ ِِب‬
ُْ
‫آن اْ َلع ِظْي ِم َونَ َف َع ِ ْن َوإِ ََّّي ُك ْم ِِبَا فِْي ِو ِض َن اْآلَّيَ ِت َوِذ ْك ِر‬
ِ ‫ ِبرَك هللا ِِل ولَ ُكم ِِف اْل ُقر‬.‫ِىي اْملأْوى‬
ْ ْ َ ْ ُ ََ ََ َ
. ‫الس ِمْي ُع الْ َعلِْي ُم‬
َّ ‫ َوتَ َقبَّ َل ِض ِّْن َوِضْن ُك ْم تِالََوتَوُ إِنَّوُ ُى َو‬.‫اْْلَ ِكْي ِم‬
Khutbah II

ِ َ‫هلل ر ِب الْعال‬ ِ ِ‫ اَ ْْلم ُد‬،×7 ‫اَهلل أَ ْكب ر‬


‫ك لَوُ َوأَ ْه َر ُد‬ َ ْ‫ أَ ْه َر ُد أَ ْن الَإِلَوَ إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َه ِري‬،‫ْي‬ ‫م‬
َْ َ ّ َ َْ َُ ُ
ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ
.‫ْي‬ َ ْ ‫َص َحابِو أَ ْْجَع‬ ْ ‫ص ِّل َو َسلّ ْم َعلَ َسيِّد ََن ُُمَ َّمد َو َعلَ آلو َوأ‬ َ ‫ اَللَّ ُر َّم‬،ُ‫َن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُو‬
َّ ‫أ‬
‫اَل ِ ِْف كِتَابِِو اْ َلع ِظْي ِم‬ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫هللا‬ ‫ال‬َ ‫ق‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬‫م‬ ِ‫هللا اِتَّ ُقوا هللا ح َّق تُ َقاتِِو والَ ََمْتُوتُ َّن إِالَّ وأَنْتم ضسل‬ ِ ‫اعباد‬ ِ ‫فَي‬
َ َ ُ ُْ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ
‫ اَللَّ ُر َّم‬."‫صلُّ ْوا َعلَْي ِو َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ن‬
ُ ‫َض‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ذ‬ِ َّ‫ َّي أَيُّرا ال‬,‫َّب‬
َ ْ َ َْ َ َ ّ َ َ ْ َ ُ ُ ِ ِ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ُّ
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫و‬َ‫ت‬ ‫ك‬
َ ِ‫"إِ َّن هللا وضالَئ‬
ََ َ

4
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ص ِل وسلِّم عل سيِ ِد ََن ُُم َّم ٍد وعل اَلِِو وأًصحابِِو أ ْ ِ‬
‫ْي َوَض ْن‬ ‫ْي َو ََتبِ ِع التَّابِع ْ َ‬
‫ْي‪َ .‬والتَّابِع ْ َ‬
‫َْجَع ْ َ‬ ‫َ ّ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ‬
‫ْي اَللَّ ُر َّم ا ْغ ِف ْر‬ ‫ك َّي اَرحم َّ ِ ِ‬ ‫ان إَِل ي وِم ال ِّدي ِن‪ .‬وعلَي نَا ضعرم بِر َْحتِ‬ ‫تَبِعرم ِبِِحس ٍ‬
‫الراَح ْ َ‬ ‫َ ََْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ْ ََُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ‬ ‫َُ ْ ْ َ‬
‫ب‬ ‫ي‬‫ِ‬
‫ر‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ك َِ‬
‫َس‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ات‪ ,‬اَْألَحي ِاء ِضْن رم واْألَضو ِ‬
‫ات‬ ‫لِْلمسلِ ِمْي واْملسلِماَ ِت‪ ,‬واْملؤِضنِْي واْملؤِضنَ ِ‬
‫ٌْ ْ ٌ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ َ َْ‬ ‫َْ‬ ‫َ ْ َْ َ ْ‬ ‫ُ ْ َْ َ ُ ْ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ات‪ .‬ربَّنَا افْ تَح ب ي نَ نَا وب ْي قَوِضنَا ِِبْْل ِق وأَنْت يي ر اْل َف ِِ‬
‫اُت‬ ‫اضي اْْلاج ِ‬ ‫ات َّي قَ ِ‬ ‫ُُِميب الدَّعو ِ‬
‫َْ‬ ‫َ ّ َ َ َ ُْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ُ ََ‬
‫ف الْ ُم ْختَلِ َف َ‬ ‫السيُ ْو َ‬
‫اللرم ْادفَ ْع َعنَّا الْبَ َالءَ َوالْغَ َالءَ َوالْ َوَِبءَ َوالْ َف ْح َشاءَ َوالْ ُمْن َكَر َوالْبَ ْغ َي َو ُّ‬
‫ْي‬ ‫م‬‫اص ً وِضن ب ْل َد ِان الْمسلِ ِ‬ ‫َّدائِ َد والْ ِمحن‪ ،‬ضا ظَرر ِضْن را وضا بطَن‪ِ ،‬ضن ب لَ ِ‬
‫ُ ْ َْ‬ ‫َوالش َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ‬
‫َّ‬ ‫ي‬ ‫ا‬‫ذ‬‫َ‬ ‫ى‬ ‫َن‬
‫َ‬ ‫د‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ ِ‬
‫ك َعلَ ُك ِّل َه ْيء قَديٌْر‪َ .‬ربَّنَا أَتنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَ ً َوِِف اْآليَرِة َح َسنَ ً َوقنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫َع َّاض ً‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ىب َويَْنر َ َع ِن اْل َف ْح َش ِاء َواْملْن َك ِر‬ ‫ر‬
‫َْ‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ل‬‫ا‬
‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬‫ان وإِي ت ِاء ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫هللا إِ َّن هللا َيْضر ِِبلْع ْد ِل واْ ِلحس ِ‬
‫ْ‬
‫َ َ ُُ َ َ َ َ‬
‫النَّا ِر ِعباد ِ‬
‫ََ‬
‫ُ‬
‫واْلب ْغ ِي يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن‪ .‬فَاذْ ُكروا هللا ي ْذ ُكرُكم وادعوه يست ِجب لَ ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫هللا أَ ْك َّب‬ ‫ُْ َ َ ْ ْ َ ْ ُْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ُ‬ ‫َ َ َ ْ َ ْ ُْ‬

‫‪5‬‬

You might also like