You are on page 1of 7

IDUL FITRI DAN PELAJARAN BERHARGA DARI PANDEMI

COVID-19

Khutbah I:

ُ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُه‬

ِ‫ هللَا ُ َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هلل‬,‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬,‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬,‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬
َ ‫ص َر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم اَأْلحْ ز‬
‫َاب‬ َ َ‫ق َو ْع َدهُ َون‬ َ ،ُ‫ اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ً‫ص ْيال‬
َ ‫ص َد‬ ِ ‫َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ‬
‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‬،ُ‫ الَِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَر‬،ُ‫َوحْ َده‬

‫ت أ ْع َمالِنا َم ْن يَ ْه ِده هللا فَال‬ ِ ‫إن ال َح ْم َد هلل نَحْ َم ُدهُ ونَستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهلل ِم ْن ُشر‬
ِ ‫ُور أنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬ َّ
َُ‫ض َّل لَهُ ومن يُضْ لِلْ فَال هَا ِدي له‬ ِ ‫ُم‬
‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه و َرسُولُه‬
َّ ‫ك لَهُ وأشه ُد‬ ْ ‫َأ ْشهَ ُد‬
َ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِري‬

ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬


‫أل‬ ِ َ‫أل ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوب‬ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫أل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
َ َّ‫أل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِفي ْال َعالَ ِم ْينَ ِإن‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ‫ي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمتَّقُوْ ن‬ ِ ْ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ُأو‬:‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
َ ‫ص ْي ُك ْم وَِإيَّا‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫ يَا َأيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬:‫قَا َل تَ َعالَى‬

ُ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرسُوْ لَه‬.‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا‬
ِ ‫فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬
‫َظي ًما‬

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral


Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Segala pujian hanyalah milik Allah swt, dzat yang Maha Perkasa pengatur
alam semesta ini. Marilah kesombongan dan keangkuhan yang selama ini
ada dalam dada, kita buang jauh-jauh dengan memohon belas kasihan dan
kasih sayang-Nya semoga dosa-dosa kita diampuni-Nya. Shalawat serta
salam kita sanjung agungkan kepada junjungan Nabi dan Rasul Allah yang
tidak diragukan lagi kecintaan kepada ummatnya yaitu Nabi Muhammad
saw. Karena ajaran beliaulah kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan
bathin.

Suasana Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2020 ini kita hadapi di tengah
suasana yang mengkhawatirkan, semoga khutbah Idul Fitri ini memberi
pencerahan bagi masyarakat Muslim yang bingung dan gamang dalam
menghadapi masa wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengan
Covid-19. Untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 sehingga ada
anjuran Pemerintah dan Ulama agar kita tetap berada di rumah (stay at
home), bekerja di rumah (work from home), belajar di rumah (e-learning
from home), dan beribadah di rumah (pray at home), dengan cara tidak
melakukan shalat jamaah di masjid, termasuk shalat Jumat dan Taraweh
selama Ramadhan.

Suasana baru seperti ini akhirnya menunjukkan perbedaan yang menyolok


antara orang yang berilmu dan orang yang hanya sekedar menjalankan
ibadah saja. Bagi yang berilmu seperti ulama kelihatan tenang dan tidak
terlihat panik sama sekali ketika ada himbauan untuk tidak melaksanakan
shalat Jumat, Rawatib, Tarawih dan Id secara berjamaah di masjid atau di
lapangan. Mereka paham fleksibilitas hukum Islam; mereka menyelami
sejarah tasyri’ (legislasi Islam); mereka mengkaji penerapan dalil-dalil
naqli dan ‘aqli dalam suasana tertentu. Sungguh nyata perbedaan antara
orang yang berilmu dengan tidak berilmu. Semakin tinggi ilmu yang
dimilikinya maka pengamalan ibadahnya semakin fleksibel. Semakin
sedikit ilmu yang dimilikinya maka rendah juga pemahaman ibadahnya,
beda orang berilmu dengan tidak Allah isyaratkan dalam surat Az Zumar
ayat 9:

َ‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى ٱلَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوٱلَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون‬
“Katakanlah wahai Muhammad apakah sama antara orang yang berilmu
dengan orang tidak berilmu.” (QS. Az Zumar : 9).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral


Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Bencana pandemi Covid-19 adalah realitas global yang menerjang tatanan


kehidupan umat manusia dari level internasional, hingga rumah tangga.
Kemunculannya menyerang siapa saja yang dapat terjangkiti, tanpa
memandang negara, agama, suku, ataupun strata sosial lainnya. Corona
menjadi musuh bersama yang harus dilawan dengan cara, memutus mata
rantai penyebarannya. Tidak elok jika masih ada yang selalu merespons
penanganan Covid-19 ini dengan kecurigaan politis dan bermain politik
demi ambisi kekuasaan sesaat. Tidak layak juga jika ada yang mencoba
mengeruk keuntungan materi dalam situasi pandemi seperti ini.

Covid-19 ini adalah musibah yang mengglobal. Virus ini tidak memilih
sasarannya hanya berdasarkan pertimbangan keagamaan ataupun aliran
tertentu. Siapapun memiliki potensi terpapar jika imun tidak kuat, tidak
menerapkan pola hidup sehat, ataupun tidak menerapkan physical
distancing. Covid-19 bukanlah tentara Allah swt, yang tidak akan
menargetkan hamba-Nya yang menjalankan keshalehan spiritual normatif.
Keshalehan bukan jaminan terhindar dari virus mematikan ini. Allah swt,
memperingatkan siapapun dalam surat Al-Anfal ayat 25:

ِ ‫صةً ۖ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َ َ‫صيبَ َّن الَّ ِذين‬
َّ ‫ظلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَا‬ ِ ُ‫َواتَّقُوا فِ ْتنَةً اَل ت‬
“Dan peliharalah dirimu dari siksa yang sekali-kali tidak hanya menimpa
secara khusus orangorang yang zalim di antara kamu. Dan ketahuilah
bahwa Allah swt, sangat keras pembalasan-Nya”. (QS. Al-Anfal : 25).

Hikmah dari bencana pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita berbagai


keteguhan bertauhid dan pengamalan ibadah sebagaimana yang diajarkan
oleh Nabi saw. Kita dapat belajar dari beberapa contoh di masa Nabi. Nabi
pernah menegur salah seorang sahabat karena membiarkan ontanya tidak
tertambat dengan dalih tawakkal kepada Allah swt, sementara ia masuk
masjid hendak shalat. Nabi pernah menganjurkan tinggal di rumah
daripada ke masjid hanya karena hujan lebat yang menakutkan. Nabi
pernah berujar agar yang sakit tidak bercampur dengan yang sehat, orang
sakit cukup di rumah saja:

َ ِ‫ُون ؟ فََأ ْخبَ َرنِي َرسُو ُل هللا‬


ُ‫صلَّى هللا‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن الطَّاع‬ َ ِ‫ت َرسُو َل هللا‬ ُ ‫ َسَأ ْل‬:‫ت‬ْ َ‫ َأنَّهَا قَال‬،َ‫ع َْن عَاِئ َشة‬
، ُ‫ْس ِم ْن َرج ٍُل يَقَ ُع الطَّاعُون‬ َ ‫ فَلَي‬، َ‫ فَ َج َعلَهُ َرحْ َمةً لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬،‫ ” َأنَّهُ َكانَ َع َذابًا يَ ْب َعثُهُ هللاُ َعلَى َم ْن يَ َشا ُء‬:‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫َب هللاُ لَهُ ِإاَّل َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر ال َّش ِهي ِد‬ َ ‫ُصيبُهُ ِإاَّل َما َكت‬ ِ ‫صابِرًا ُمحْ ت َِسبًا يَ ْعلَ ُم َأنَّهُ اَل ي‬َ ‫ث فِي بَ ْيتِ ِه‬ ُ ‫“ فَيَ ْم ُك‬

“Dari Siti Aisyah ra, ia berkata, ‘Ia bertanya kepada Rasulullah saw perihal
tha‘un, lalu Rasulullah saw memberitahukanku, zaman dulu tha’un adalah
azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya,
tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada
seseorang yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di
rumahnya dengan bersabar serta mengharapkan ridha ilahi seraya
menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah
menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran
seperti pahala orang yang mati syahid.’’ (HR Ahmad).

Masalah kebersihan misalnya, Islam menganjurkan tentang thaharah atau


kebersihan seperti mencuci tangan. Imbauan ahli kesehatan untuk sering
mencuci tangan itu merupakan penegasan akan tradisi thaharah dalam
Islam. Islam identik dengan kebersihan, bahkan diposisikan sebagai bagian
dari iman. Bahkan bab kitab Fikih selalu diawali dengan uraian tentang
bersuci, baru disusul dengan uraian lainnya seperti shalat dan seterusnya.
Rasulullah saw, mengajarkan pola hidup bersih. Anggota tubuh yang
dibersihkan ketika berwudhu pun adalah yang frekuensi aktivitasnya lebih
dominan berpotensi bersentuhan dengan virus, seperti tangan, muka
(termasuk mulut dan hidung), kepala (termasuk telinga), dan kaki. Pakaian
dan tempat yang digunakan juga harus terbebas dari najis. Berwudhu ini
adalah salah satu ritual dan kebiasaan yang dapat berfungsi preventif
terhadap tertularnya dari berbagai penyakit.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral


Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Musibah Covid-19 ini meniscayakan kebersamaan dan solidaritas segenap
pihak untuk mengatasinya. Pemerintah menjalankan perannya sebagai
pengambil kebijakan, ulama memberi fatwa dan masyarakat mematuhi dan
menjalankannya dengan baik adalah peran kewargaan yang sangat
dibutuhkan.  Yang kaya atau berpunya memberi bantuan, berupa sembako,
makanan, uang, dan selainnya kepada yang terdampak Covid-19.
Kebersamaan dalam menangani Covid-19 akan menjadi perekat solidaritas
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat kegotongroyongan yang
menjadi karakteristik masyarakat Indonesia harus semakin mewujud
dalam keseharian kita.

Sesuatu yang tidak terduga sebelumnya Ramadhan tahun ini, diiringi


pandemi Covid-19 yang melanda, sehingga telah merusak pelbagai tatanan
kehidupan, baik sosial, politik, budaya, bahkan keagamaan. Tahun ini,
segala kesemarakan dan syiar Ramadhan harus diredam. Kita berharap
semoga hanya tahun ini umat Islam menjalani Ramadhan dengan lebih
banyak di rumah saja (stay at home). Pasalnya, prinsip Islam
mendudukkan posisi keselamatan jiwa manusia di posisi tinggi dan
prioritas. Akibatnya, setiap hal yang berpotensi membahayakan
keselamatan jiwa manusia harus dihindari, termasuk syiarnya.

Terlepas dari itu, suasana berpuasa dengan banyak di rumah telah


memberi banyak waktu untuk kita memperbanyak bacaan Al-Qur’an, zikir,
belajar, bekerja dari rumah, shalat sunnat, dan semakin dekat dengan
keluarga, berbagi takjil, bershdaqah kepada orang yang berkekurangan,
terutama yang terdampak Covid-19 ini. Hikmah yang tidak terbayang
bahwa kita telah menjadikan rumah sebagai syurga, seorang ayah sebagai
kepala rumah tangga telah menjadi imam shalat bagi keluarga yang
mungkin selama ini tidak pernah atau jarang menjadi imam.

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, bisa jadi sebagian masyarakat


kehilangan kesempatan untuk bekerja, mencari nafkah untuk kebutuhan
sehari-hari. Zakat dari para muzakki akan sangat membantu kehidupan
mereka yang terdampak secara ekonomi. Di sinilah kesempatan emas bagi
umat Islam yang berkecukupan untuk mentasurufkan zakat harta,
memperbanyak infaq dan shadaqah sebagai bukti kasih sayang antara
sesama Muslim.

Sebagai akhir dari perjalanan spiritual Ramadhan, kita merayakan Idul


Fitri. ‘Ied berarti hari raya dan juga seakar dengan makna kata kembali.
Fitri berarti suci, berbuka, dan awal penciptaan. Merayakan Idul Fitri
berarti merayakan kesucian diri, kembali ke awal penciptaan seperti bayi
yang baru lahir. Idul Fitri juga berarti bergembira karena sudah boleh
makan dan minum di siang hari bahkan haram hukumnya seseorang
berpuasa pada hari itu. Sejalan dengan imbauan Pemerintah untuk
pembatasan sosial berskala besar, maka tradisi bermaafan dalam rangkaian
hari raya Idul Fitri, dengan kontak fisik bersalaman langsung, tentu lebih
baik ditiadakan dulu. Kegiatan bermaafan juga dapat dilakukan melalui
media komunikasi, seperti telepon, hand phone, SMS, percakapan melalui
media sosial dan semisalnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral


Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.

Substansi  perayaan ‘Ied adalah Pertama, memperdalam hubungan di


antara umat dan memperkuat ikatan iman satu sama lain; Kedua, keluar
sejenak dari kebiasaan atau rutinitas hidup yang monoton; Ketiga,
menggembirakan keluarga, orang tua, sanak saudara, dan sahabat, terlebih
bila sebelumnya berpisah atau berjauhan tempat tinggal; Keempat,
berekreasi, menunjukkan kegembiraan, kesenangan, dan
kebersamaan. Kelima, mengingatkan hak para fakir miskin, orang lemah,
dan orang yang berkebutuhan, termasuk mereka yang terdampak pandemi
Covid-19.

Islam meminta kita untuk berikhtiar hidup sehat, menjaga keselamatan


jiwa, dan cermat dalam beragama. Agama tidak identik dengan pembekuan
logika, melainkan mengoptimalkan akal dalam beragama secara
proporsional. Dinamika persoalan yang menyertai keseharian kita dapat
terjawab dengan baik jika logika beragama tidak ditanggalkan. Dengan
begitu, agama tetap selalu hadir dalam kelabu musibah Covid-19 ini.

Oleh sebab itu dalam situasi ini, kita diminta untuk memperbanyak doa,
istighfar, shalawat, zikir, dan bacaan Al-Qur’an. Kita semua berdoa semoga
musibah ini segera berlalu dan situasi kembali normal dan lebih baik lagi.
Kita mengambil hikmah dari musibah ini bahwa kita semakin dekat kepada
Allah swt, lebih banyak waktu bersama keluarga di rumah, lebih luang
waktu berkomunikasi dengan orang terdekat, kolega, rekan dan tetangga.

Demikian, khutbah Idul Fitri semoga kita terhindar dari  segala


marabahaya terutama dari Covid-19 dan semoga Covid-19 segera lenyap.

ِ ‫ت فَا ْستَ ْغفِرْ هُ اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬


‫َّح ْي ُم‬ ِ ‫ي َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬
َّ ‫اَقُوْ ُل قَوْ لِى هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر لِى َولَ ُك ْم َولِ َوالِ َد‬

Khutbah II:
ً‫ هللَا ُ َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرة‬,‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬,‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬
ُ‫ الَِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللا‬،ُ‫َاب َوحْ َده‬ َ ‫ص َر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم اَأْلحْ ز‬ َ َ‫ق َو ْع َدهُ َون‬ َ ‫ص َد‬َ ،ُ‫ اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ً‫ص ْيال‬ ِ ‫َوَأ‬
‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‬،ُ‫َأ ْكبَر‬

َ‫ِّين ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬


ِ ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الد‬ ْ ‫ق لِي‬ِّ ‫ين ْال َح‬
ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َأرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِد‬
‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه و َرسُولُه‬ َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِري‬ ْ ‫َأ ْشهَ ُد‬
‫َأ‬ َّ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َ َح‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن ِإال َو ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬ ‫هَّللا‬
 ُ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ ال َس ِديدًا * يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَه‬
ِ ‫فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬
‫َظي ًما‬

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬َ ‫ص ُّلونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
‫ار ْك َعلَى‬
ِ َ‫ َوب‬،‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫صلَّيْتَ و َسلّ ْمتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ َ ‫ َك َما‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫صلِّ و َسلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬،‫آل ُم َح َّم ٍد‬
َ َّ‫ فِي ال َعالَ ِم ْينَ ِإن‬،‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬

ِ ‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا‬


َ َّ‫ت اِن‬
ُ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْب‬ ِ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬
‫ت‬ِ ‫ال َّد ْع َوا‬
Ya Allah saat-saat yang syahdu ini, kami segenap hamba-hamba-Mu,
berkumpul, bersimpuh di tempat yang suci yang penuh rakhmat, menyebut
namaMu yang agung, berzikir, bermunajat kepadaMu dengan takbir,
tahmid, dan tahlil.

Ya Allah, bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan
jiwa-jiwa ini dalam cinta karenaMu dan dalam ketaatan kepadaMu, jangan
Engkau  biarkan setan musuhMu menggerogoti persaudaraan kami.

Ya Allah, berilah bimbinganMu untuk pemimpin negeri ini agar dapat


berlaku adil dengan syari’atMu di atas bumi yang tidak sejengkalpun
melainkan milikMu.

Ya Allah yang Maha Menyelamatkan, Engkau pelindung kami, Engkau


pemberi petunjuk orang-orang bingung, Engkau pemberi kecukupan orang
yang kekurangan, Engkau pemberi ketenangan orang yang gelisah.

Ya Allah, yang sakit Engkau sembuhkan, yang lupa Engkau ingatkan, yang
gelisah Engkau tenteramkan, yang sedih Engkau gembirakan, yang
meminta Engkau beri dan kabulkan.

Ya Rabbi, ampuni kami atas kehilafan dan dosa kami kepada anak-anak
kami, suami, isteri kami, belum mampu mendidik dan membahagiakan
mereka.

Ya Allah, yang mengetahui segala keburukan aib dan maksiat, ampuni


seburuk apapun masa lalu kami, tutupi seburuk apapun aib-aib kami.

Ya Rabb, karuniakan kami jasad yang terpelihara dari maksiat, terpelihara


dari harta haram, makanan haram, perbuatan haram. Izinkan jasad ini
pulang kelak, jasad yang bersih.

Ya Allah, bukakanlah lembaran-lembaran baru yang bersih yang


menggantikan masa lalu kami.

Ya Allah Tuhan yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang
tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni
setiap kata keras kami yang pernah terlontar pada mereka, Ya Allah.
Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan
kami berbakti kepada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk
kami agar ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah. Dan,
jika Engkau telah mengambil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah
mereka dengan kelembutan ampunan dan rakhmatMu, serta pertemukan
kami dengan mereka dalam keabadian nikmat syurga tidak akan nikmat
tanpa bersama kedua orang tua kami.

Ya Rabb, bukakan pintu hati kami agar selalu sadar bahwa hidup ini hanya
mampir sejenak, hanya Engkau tahu kapan ajal menjemput kami, jadikan
sisa umur menjadi jalan kebaikan bagi ibu bapak kami, jadikan kami
menjadi anak yang shaleh yang dapat memuliakan ibu bapak kami.

‫ َو َسيِّي ِء األ ْسقَ ِام‬، ‫ وال ُج َذ ِام‬، ‫ون‬


ِ ُ‫ َوال ُجن‬، ‫ص‬ َ ِ‫اللَّهُ َّم ِإنّا نعُو ُذ ب‬
ِ ‫ك ِمنَ البَ َر‬
َ ‫َربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى اَأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

َ‫ َو َسال ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِينَ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬. َ‫صفُون‬
ِ َ‫ك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما ي‬
َ ِّ‫ُس ْب َحانَ َرب‬

ُ‫َوال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُه‬


Bagikan ini:

You might also like