You are on page 1of 4

1 Samuel 3:1-21

Tema: Mendengar Panggilan Tuhan


Allah mendengar
Samuel menjadi pelayan umur 12 tahun.
Dia merupakan hakim terakhir sebelum akhirnya Israel memasuki masa kerajaan. Samuel juga nabi yang
mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Saul dan Daud.
Arti nama Samuel (‫ )ְׁש מּוֵ֔א ל‬adalah 'nama-Nya adalah Allah' ('syemu', namanya; 'El', Allah) hal ini sesuai dengan janji
Hana kepada Allah untuk menyerahkan anak yang akan dilahirkannya menjadi seorang nazir bagi Allah. Untuk
mengingat janjinya itulah Hana menamai anaknya 'Shemuel'
amuel 1:20; di situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan
seorang anak, dan Allah mendengarnya.
Samuel adalah tokoh Bangsa Israel yang hidup pada akhir masa kesukuan atau hakim-hakim dan awal masa
kerajaan. Ayahnya bernama Elkana. Kitab Samuel mencatat bahwa Elkana berasal dari suku Efraim,[4] sementara
Tawarikh menyebutkan bahwa dia berasal dari suku Lewi.[5]

Kelahiran dan kehidupan awal


Elkana mempunyai dua istri: Hana dan Penina. Penina yang dikaruniai anak menghina Hana yang tidak memiliki
anak. Saat pergi mempersembahkan kurban di Silo, Hana memohon agar dikaruniai anak dan bernazar anaknya
tersebut akan menjadi abdi di rumah Allah. Setelah Hana benar-benar hamil dan melahirkan seorang putra, dia
menamainya Samuel. Setelah usai disapih, Hana menyerahkan Samuel menjadi abdi di rumah Allah di Silo [6] dan
dirawat dalam pengawasan Eli, imam (pendeta) besar Silo.[7]

Meski Eli merupakan seorang imam, anak-anaknya terkenal suka berbuat jahat dan sewenang-wenang. [8] Banyak
orang sudah mengadu kepada Eli mengenai perbuatan anak-anaknya, tetapi anak-anak Eli tidak mengindahkan
nasihat ayahnya.[9] Seorang nabi kemudian datang pada Eli dan menyatakan bahwa Allah tidak berkenan dengan
keluarga Eli dan semua keturunannya akan terbunuh.[10]
Sementara itu, Samuel secara tekun menjadi abdi Allah sejak masih belia. Orang tuanya mengunjunginya setiap
ibadah kurban tahunan.[11] Disebutkan bahwa Samuel sendiri tumbuh menjadi pribadi yang disukai Allah dan
masyarakat.[12]

Disebutkan bahwa saat tidur di dekat tabut perjanjian di dalam Kemah Suci, Samuel bangun lantaran mendengar
suara memanggilnya. Samuel menghampiri Eli yang disangka telah memanggilnya, tapi Eli mengatakan kalau dia
tidak memanggil. Kejadian tersebut terulang sampai tiga kali dan Eli kemudian sadar bahwa itu adalah panggilan
Allah. Eli meminta Samuel tidur kembali, tetapi jika terdengar panggilan kembali, Eli meminta agar Samuel
mengatakan, "Bicaralah, Tuhan, hamba-Mu mendengarkan." Samuel mematuhi Eli dan sangat terdengar panggilan
kembali, Samuel mengatakan seperti yang diperintahkan. Allah kemudian menyatakan bahwa akan terjadi sesuatu
yang dahsyat terhadap bangsa Israel, juga menegaskan hukuman bagi keluarga Eli. Pagi harinya, Eli meminta
Samuel menghadap dan menceritakan hal yang telah dialaminya. Samuel menceritakan semuanya, termasuk
mengenai hukuman pada keluarga Eli. Mendengar firman Allah yang disampaikan lewat Samuel, Eli hanya bisa
pasrah dan berkata, "Dia Tuhan. Biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik". [13]

Dua puluh tahun kemudian[sunting | sunting sumber]


Ini adalah masa yang penting dalam sejarah Israel. Selama 20 tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh
negeri berada di bawah penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan spiritual di
negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran[17] dan tempat tinggalnya,[18] pengaruhnya meluas
ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam
rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat.

Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya
di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel,
mempersiapkan diri untuk perang besar melawan bangsa Filistin yang kini datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa
untuk menghancurkan bangsa Israel. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel,
pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka
melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang tewas.

Akhir penindasan Filistin[sunting | sunting sumber]


Pertempuran ini, yang mungkin terjadi sekitar 1095 SM, mengakhiri 40 tahun penindasan oleh Filistin. Untuk
mengenang pembebasan besar itu, dan sebagai tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tuhan, Samuel
membangun sebuah batu besar di medan peperangan, dan menyebutnya Eben-Haezer, dan berkata, "Sampai di
sini TUHAN menolong kita".[19] Di tempat yang sama ini, 20 tahun sebelumnya, bangsa Israel mengalami kekalahan
besar, ketika Tabut Allah direbut.

Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di Israel. [20] Selama itu Samuel melakukan
tugas sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal (tidak jelas apakah
ini yang di lembah sungai Yordan, ataukah di sebelah barat gunung Ebal dan Gerizim. Sejumlah pakar meyakini
yang kedua), kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.

Samuel adalah teladan yang baik bagi semua anak

Tuhan menyayangi Samuel sejak kecil karena dialah yang kelak menggantikan pendeta Eli
sebagai juru bicara Tuhan. Ia tidak seperti anak-anak kebanyakan yang banyak menghabiskan
waktunya bermain di luar. Samuel harus membantu pendeta Eli melakukan pekerjaan di bait
Allah di Silo.

Ketaatannya mengabdi di Bait Suci Tuhan sejak kecil membuat hati Tuhan senang. Ketulusan
hati yang ada pada diri anak kecil inilah yang menjadikannya istimewa. Inilah teladan yang
harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya sejak dini.
Selain itu, mari kita tiru teladan iman Hana sebagai seorang ibu. Seorang ibu yang mengasihi
Tuhan dan menepati janjinya untuk memberikan anak pertamanya menjadi hamba Tuhan.

“Nanti kalau anak itu sudah disapih, Aku akan menuntunnya, lalu dia akan menghadap hadirat
TUHAN dan tinggal disana seumur hidupnya.” ( 1 Samuel 1:22 )

Ada beberapa teladan dan karakter yang dapat dipelajari kepemimpinan Samuel:
1. Samuel tidak ragu menyatakan kebenaran , 1 samuel 3:18 “lalu Samuel
memberitahukan semuanya itu kepadanya dengan tidak menyembunyikan sesuatu
pun. Kemudian eli berkata:Dia Tuhan, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-
Nya baik.”
2. Samuel tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri, 1
samuel12:14 : jawab mereka: “Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak
memperlakukan kami dengan kekerasan dan tidak menerima apa-apa dari tangan
siapapun.
3. Samuel memiliki kasih kepada orang lain (1 samuel 15:35)
4. Samuel taat sepenuhnya kepada Allah (1samuel 8:10)
5. Samuel mengutamakan perintah Tuhan (1 samuel 15:22)
6. Selalu berdoa dan meminta petunjuk kepada Tuhan dalam mengambil keputusan.

You might also like