You are on page 1of 9

DOI:

Penerapan Model Teori Virginia Handerson Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke di Ruang Rawat
Inap

Valentino Febryandy
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta; Valentino.febryandy@gmail.com
Irna Nursanti
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta; irnanursanti@umj.ac.id

ABSTRACT
Stroke is a term commonly used to describe changes in a person's neurological system caused by a disruption of
blood flow to a part of the brain. Stroke patients usually experience problems such as movement constraints,
difficulty with restraint, loss of motor response and even imbalance. Therefore, Stroke patients should be given
and fulfilled their basic needs by performing optimal nursing care. The concept that can be applied in the
fulfilment of basic needs in stroke patients as presented by Virginia Handerson is by doing The Theory "The
Actifities Of Living". In the Virginia Handersonian theory it has four categories of biological, psychological,
sociological, and spiritual needs with a total of 14 components that are studied in nursing caregiving using the
theory model of Virginia Handersen. This research method is a case study with a nursing orphanage approach
based on Virginia Handerson's Theory. Data collection is carried out through interviews, observations, physical
examinations and documentation studies. The instrument used is a study format based on Virginia Handerson's
nursing theory which uses four categories: Biological, Psychological, Sociological, and Spiritual. The results of
the trial were obtained patients obtaining Cerebri infarction on the right thalamus as well as headache
complaints, patient fainting before entering the hospital, patient has a history of hypertension and has fallen
from the car, in the hospital previously patient diagnosed SNH and polysitemia vera, on the MRI examination
was concluded that bleeding (new) in the right temporo-parietal lobe. Long bleeding in the left parietal lobus
with peripheral edema, and no visible mass/SOL. Patients complain of dizziness indicated with high voltage,
patients need help when fulfilling their needs, as well as patients have disorders in swallowing reflexes so that
nutritional intake is inadequate, there are three nursing problems raised namely, Risk of ineffective cerebral
tissue perfusion, nutritional deficits, and disruption of physical mobility. The intervention was based on SLKI
and SIKI and after a nursing orphanage for 3 days it was obtained that the patient reached the conclusion that
two nursing problems were partially resolved. It is hoped that nurses will be able to provide and improve the
quality of services in providing nursing foster care based on the Virginia Handerson approach.

Keywords: Nursing Care; Stroke; Virginia Handerson.

ABSTRAK
Stroke merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk medefenisikan perubahan pada system neurologis
seseorang yang dikarenakan adanya gangguan aliran darah ke bagian otak. Stroke dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikenadalikan oleh jaringan yang tidak tersuplai aliran darah tersebut. Pasien stroke
biasanya sering mengalami masalah seperti keterbatasan gerak, kesulitan berbiara, kehilangan respon motorik
bahkan gangguan keseimbangan. Oleh karena itu pasien Stroke harus diberikan dan dipenuhi kebutuhan
dasarnya dengan melakukan asuhan keperawatan secara optimal. Konsep yang bisa diterapkan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien stroke seperti yang dikemukakan Oleh Virginia handerson yaitu
dengan melakukan Teori “The Actifities Of Living”. Pada teori Virginia Handerson ini memiliki 4 kategori yaitu
kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual dengan total 14 komponan yang di kaji dalam
melakukan asuhan keperawatan menggunakan teori model dari Virginia Handerson. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memberikan asuhan keperawatan menggunakan Teori model Virginia Handerson pada Tn. H yang
menderita Stroke. Metode Penelitian ini yaitu Studi kasus dengan pendekatan Asuhan keperawatan yang
berdasarkan Teori Virginia Handerson. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Instrumen yang digunakan yaitu format pengkajian berdasarkan
dengan teori keperawatan Virginia handerson Dimana menggunakan empat Kategori yaitu Biologis, Psikologis,
Sosiologis, dan Spiritual. Hasil Pengkajian didapatkan pasien didapatkan Infark Cerebri pada thalamus kanan
serta keluhan sakit kepala, pasien pingsan sebelum masuk rumah sakit, pasien memiliki Riwayat hipertensi dan
pernah jatuh dari mobil, dirumah sakit sebelumnya pasien didiagnosa SNH dan polisitemia vera, pada p
Pemeriksaan MRI didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan (baru) di lobus temporo-parietal kanan. Perdarahan
lama di lobus parietal kiri dengan perifokal oedem, dan tak tampak massa/SOL. Pada pemeriksaan CT scan
didapatkan infark cerebri di thalamus kanan. Pasien mengeluh pusing ditunjukkan dengan Tensi yang tinggi,
pasien membutuhan bantuan saat pemenuhan kebutuhannya, serta pasien memiliki gangguan pada reflek
menelan sehingga asupan nutrisi tidak adekuat, terdapat tiga masalah keperawatan yang diangkat yaitu, Resiko
perfusi jaringan serebral tidak efektif, deficit nutrisi, dan gangguan mobilitas fisik. Intervensi dilakukan
berdasarkan SLKI dan SIKI dan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan bahwa pasien
didapatkan kesimpulan dua masalah keperawatan sebagian teratasi. Diharapkan perawat mampu memberikan
dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan Virginia
Handerson.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan; Stroke; Teori Virginia Handerson.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stroke Sebagai salah satu penyakit yang paling besar menyebabkan kecacatan serta kematian nomor tiga
didunia(1). Pada tahun 2019, terdapat 12,2 juta kasus stroke, menjadikannya penyebab kematian nomor dua di
dunia dan penyebab kematian dan kecacatan nomor tiga jika digabungkan. Stroke iskemik adalah kasus yang
paling sering terjadi dan merupakan 62,4% dari seluruh stroke. Stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik merupakan kasus stroke yang sering
terjadi dengan presentase 85% (2) , disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu
seperti aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus. Faktor risiko terjadinya stroke non hemoragik, antara
lain hipertensi, diabetes mellitus (DM), hiperkolesterol, merokok, komsumsi alkohol, Atrial fibrillation dan
faktor risiko lainnya seperti Obesitas, aktifitas fisik, penggunaan obat terlarang dan penggunaan kontrasepsi
oral(3). Faktor risiko kejadian stroke seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia), perilaku
merokok, obesitas, penyakit jantung, konsumsi alkohol berlebihan, aterosklerosis, penyalahgunaan obat, dan
gangguan pernapasan saat tidur. (4)
Penderita stroke memiliki permasalahan yang cukup kompleks, mulai dari perawatan hingga rehabilitasi.
Beberapa masalah yang sering timbul pada pasien stroke diantaranya penurunan fungsi gerak dan pada
ekstremitas kesulitan bicara, hingga gangguan pada reflek menelan. Pada proses penyembuhannya, pasien
membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan Biologis, spiritual, fisiologis maupun
psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Pada penelitian ini bertujuan untuk
menerapkan teori model Virginia Handerson dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien stroke.

METODE

Metode penelitian ini yaitu studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
berdasarkan teori keperawatan Virginia handerson. Sampel dalam penelitian ini yaitu Tn. H.. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dokumentasi hasil
pemeriksaan, dan melakukan asuhan keperawatan berdasarkan teori Virginia Handeron. Instrumen yang
digunakan yaitu format pengkajian berdasarkan teori keperawatan

KONSEP TEORI JEAN WATSON

Virginia Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of
Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dengan meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung dokter. Akan
tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Definisi keperawatan
menurut henderson harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Menurutnya tugas unik perawat adalah
membantu individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat melalui upayanya melaksanakan berbagai ativitas
guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat
dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau pengetahuan
untuk itu (5).
Gambar 1. Bagan teori Virginia Handersom

Dukungan kesehatan dalam tercapainya kesehatan klien, penyembuhan maupun meninggal dengan
tenang dilakukan dengan pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia sehingga perawat tidak hanya sekedar
mengikuti perintah doketr akan tetapi lebih pada bagaimana perawat berkontribusi dalam membantu seseorang
dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada
dokter ketika mengunjungi pasien. Pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia dilakukan oleh perawat dengan
tetap memperhatikan sumber kesulitan yang dialami pasien baik karena kurangnya kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan. Sehingga tujuan keperawatan untuk mencapai kemandirian dapat mencapai hasil yang optimal.
Henderson mengusulkan komponen keperawatan dasar manusia sebagai berikut (6) :

1. Aspek Biologis

Bernafas secara Normal


Bernafas secara normal dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan oksigenasi pasien dimana
inspirasi dan ekspirasi tidak mengalami gangguan atau hambatan. Berkaitan dengan bernafas secara normal,
perawat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: karakteristik pernapasannya, kesimetrisan struktur dan
pergerakan dada, abdomen dan hidung, bunyi yang menyertai pernapasan, posisi pasien, ekspresi, dan
perubahan dalam warna, dan keluhan pasien saat ini yang mengindikasikan kesulitan bernapas, frekuensi
pernafasan pasien yang normal (16-20x/mnt), kemampuan pasien dalam melakukan inspirasi dan ekspirasi,
pernafasan regular/ireguler, pernafasan dangkal/dalam, ekspansi dada, penggunaan otot bantu napas & cuping
hidung, sianosis perifer, tidal volume, capillary refill time (CRT), hambatan (alat bantu pernafasan).

Makan dan minum yang Adekuat


Makan dan minum yang cukup diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang memenuhi standar
kecukupan nutrisi, yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Berat Badan (BB) ideal. Dalam hal ini perawat perlu
mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, tentang perilaku makan
dan minum, kemampuan menentukan makan dan minum yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan
memasak dan menyiapkan makanan sendiri. Perawat juga harus mengobservasi adanya nafsu makan, makanan
kesukaan, permintaan pasien untuk makanan yang ingin dimakan saat itu, dan fobia, serta mengkaji apakah ada
radang pada mukosa mulut, nyeri pada gigi, kesulitan menelan atau kelemahan yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien setelah makan.

Proses Eliminasi
Eliminasi dapat diartikan sebagai pembuangan sampah tubuh. Manusia membuang air besar dan kecil,
dan mengeksresi cairan tubuh yang lain adalah cara untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh mereka, dan
merupakan sebuah kepuasan. Perawat mengkaji kemampuan mengeliminasi, misalnya kemampuan buang air
besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), jumlah, frekuensi, konsistensi, kesulitan dalam BAK dan atau BAB
dan bagaimana pasien mempertahankan fungsi normal dari BAB dan atau BAK, serta kebiasaan eliminasi

Bergerak dan menjaga postur Tubuh


Bergerak dan mempertahankan postur tubuh dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
mobilisasi dan kemampuan untuk mempertahankan postur tubuh termasuk keseimbangan tubuh. Postur dikaji
untuk tanda-tanda kelemahan, adanya nyeri saat berganti posisi. Gaya berjalan, adanya kekakuan, atau
ketegangan dari seluruh tubuh atau beberapa bagian tubuh.
Tidur dan Beristirahat
Istirahat dan tidur yang adekuat dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan tidur pasien (rata-rata 6-
8 jam per hari), tidak adanya gangguan dalam pola tidur pasien. Pengkajian pola tidur harus mengindikasikan
waktu tidur siang atau malam dan durasinya. Kedalaman atau soundness harus diperhatikan. Kualitas dan
kuantitas tidur, pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, penggunaan obat/alat bantu sebelum dan selama tidur serta
penyebab gangguan tidur pada pasien.

Berpakaian dan melepas pakaian


Pemilihan pakaian yang sesuai berkaitan dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan personal higyene
pasien. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan pemilihan pakaian yang sesuai adalah jenis pakaian,
kemampuan memakai & melepaskan, kebersihan, dan kerapihan.

Menjaga Temperatur Tubuh


Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal diperoleh melalui berbagai proses fisiologis,
termasuk transfer panas secara fisik dan kimia. Pengoperasian mekanisme ini dimediasi oleh sistem saraf pusat.
Sumber utama dari panas tubuh adalah pembakaran makanan di dalam tubuh. Panas yang dihasilkan dari
aktivitas otot menjaga suhu tubuh, aktivitas ini dengan sigap menaikkan atau menurunkan suhu tubuh sesuai
kebutuhan. Panas dieliminasi melalui proses radiasi, penguapan, dan konveksi. Dan perawat perlu mengakaji
berkaitan dengan upaya mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal adalah sensasi terhadap suhu,
kemampuan berkompensasi terhadap panas/dingin, dalam hal ini mengatur cara berpakaian dan memodifikasi
lingkungan

Menyediakan lingkungan psikologis, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung, melindungi, dan
memperbaiki
Perawat harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan eksternal terhadap sehat dan sakit
individu. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal termasuk diantaranya kesejahteraan jiwa dan
spiritual serta keyakinan sosial budaya seorang individu. Selain variabel tersebut, variabel epidemiologis,
variabel eksternal lainnya meliputi kenyamanan, privacy, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang indah.

Membantu pemenuhan kebutuhan manusia


Perawat menyadari adanya kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal dari dirinya
sendiri dan juga pasien. Pasien harus dapat memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu sebelum
dapat memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Kebutuhan nutrisi, eliminasi dan ventilasi
adalah contoh kebutuhan biofisik dasar, sementara kebutuhan aktifitas, inaktifitas dan seksualitas termasuk
kebutuhan psikofisik dasar. Pencapaian dan afiliasi merupakan kebutuhan psikososial yang tingkatannya lebih
tinggi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan intrapersonal – interpersonal yang tingkatannya juga tinggi.
Kebutuhan pasien harus terpenuhi dari urutan kebutuhan terendah sebelum mencapai kebutuhan yang lebih
tinggi.

Kebersihan dan Kerapian


Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan mempertahankan kebersihan tubuh adalah kemampuan
pasien dalam merawat rambut, kuku, gigi, telinga, hidung, genitalia.

Menghindari bahaya dari lingkungan


Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan upaya menghindari bahaya lingkungan dan mencegah
cedera adalah pengetahuan pasien, kemampuan pasien dalam menghindari bahaya, risiko cedera dan
pencegahan terhadap cedera.

2. Aspek Psikologis

Komunikasi yang baik


Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh suasana hati dan biasanya selalu merefleksikan kondisi
mental, jika tidak ada masalah fisik. Apa yang seseorang atau pasien katakan dan bagaimana pasien tersebut
mengatakannya harus diperhatikan. Hal-hal lain ini termasuk kemampuan pasien berkomunikasi, kesulitan
dalam berkomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi.

Belajar, dan Rasa Keingintahuan


Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan belajar adalah kemampuan pasien dalam belajar, tingkat
kecerdasan, dan kemampuan konsentrasi.
3. Aspek Sosiologis

Bekerja
Hal –hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bekerja adalah kemampuan pasien untuk bekerja, visi,
harapan dalam bekerja dan hambatan dalam bekerja.

Rekreasi
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bermain adalah minat bermain, frekuensi bermain dan jenis
rekreasi/permainan (khusus bagi anak, sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak).

4. Aspek Spiritual

Beribadah
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan beribadah adalah kemampuan pasien dalam menjalankan
ibadah dan kebutuhan akan mentor/pembimbing rohani.

Proses keperawatan menurut Handerson

1. Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien berdasarkan 14 komponen
kebutuhan dasar manusia. Pengumpulan data menggunakan observasi, indra penciuman, peraba dan
pendengaran. Setelah terkumpul semua data, perawat menganalisa data tersebut dan membandingkannya
dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisa ini akan menentukan diagnosa keperawatan
yang akan muncul.
2. Diagnosa keperawatan menurut Henderson didalam Asmadi (2008) dibuat dengan mengenali kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan serta dengan mempertimbangkan
kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.
3. Tahap perencanaan menurut Henderson didalam Asmadi (2008) meliputi aktivitas penyusunan rencana
perawatan sesuai kebutuhan individu termasuk didalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya
perubahan serta dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat-sakit.
4. Selanjutnya pada tahap implementasi, perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah
disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit,
atau membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual,
tergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan
intelektual serta fisik individu.
5. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

HASIL PENELITIAN

Peneliti akan menjabarkan hasil penelitian ini berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses
asuhan keperawatan dari teori Virginia Handerson.

Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sakit kepala badan terasa lemas ditunujkan dengan
terjadi peningkatan tekanan darah 180/95 mmHg, pasien diberikan terapi kolaboratif.

Handerson menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat yaitu: Biologi, sosiologi, Psikologis
dan Spiritual. Pengkajian pada kasus Tn. H sesuai dengan teori Handerson yaitu The actifities of living (7):

1. Aspek Biologis mencakup :

a. Bernafas secara normal : Proses ventilasi dan pertukaran normal, pasien tidak ada keluhan sesak nafas ,
batuk tidak ada, suara nafas vesicular dan tidak terpasang alat bantu nafas, respirasi 22x/mnt

b. Nutrisi / Makanan dan cairan : nafsu makan menurun, frekuensi makan 3xsehari tetapi hanya setengah
porsi, reflek makan menurun menyebabkan nafsu makan berkurang.

c. Eliminasi : buang air besar tidak ada masalah, frekuensi 1xsehari, tidak ada gangguan pada saat
eliminasi
d. Bergerak dan menjaga postur tubuh : dari hasil pemeriksaan pergerakan sendi bebas, tidak ada
kelainan pada ekstremitas, pasien merasakan nyeri saat begerak, proses berpindah di bantu, ektremitas
terasa lemah, toileting dibantu serta pasien bedrest.

e. Istirahat tidur : pasien tidur adekuat, tidur 6-7 jam/ hari, tidak ada gangguan saat tidur

f. Memilih pakaian : pakaian pasien bersih, terlihat nyaman dan tidak terasa panas.
g. Menjaga suhu tubuh : Suhu tubuh dalam batas normal 36,7c.
h. Kebersihan dan kerapian : Pasien mandi 1x sehari, pasien tampak bersih, cuman mulut terlihat sedikit
kotor
i. Menghindari bahaya : Pasien di jaga oleh keluarga, terpasang plang bed tempat tidur, keadaan Cahaya
ruangan cukup, lantai tidak licin

2. Aspek Psikologis mencakup :

a. Komunikasi dengan orang lain : Pasien tampak berkomunikasi dengan baik, pasien mengutarakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat
b. Belajar dan rasa keingintahuan : pasien mengemiliki keinginahuan lebih terhadap penyakit yang
dialami, pasien tampak memperhatikan saat diberikan edukasi terkait penyakit dan pencegahannya

3. Aspek Sosiologis
a. Bekerja : Pasien selama sakit tidak bekerja
b. Rekreasi : Pasien selama sehat jarang berekreasi dan berliburan karena pekerjaan, saat libur pasien
hanya beristirahat dirumah

4. Aspek Spiritual
a. Beribadah : Pasien selama sakit beribadah kalua mamapu, pasien biasanya sholat di tempat tidur

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang peneliti angkat terkait kasus Tn. H berdasarkan SLKI dan SDKI adalah
Pada aspek Bioogis yaitu Resiko perfusi Jaringan Serebral tidak efektif berhubungan dengan terjadinya
peningkatan tekanan intra kranial, selanjutnya yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan reflek
menelan akibat gangguan fungsi Neurologis, dan yang ketiga Yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan rentang gerak

Perencanaan
Perencanaan keperawatan menurut virginia handerson yaitu suatu perencanaan dengan tujuan
merubah/mempengaruhi biologis, psikologis, Rohani serta rekreasi Dimana dalam empat aspek tersebut dalam
kasusu ini membahas tentang biologisnya yang difokuskan dalam suhu tubh dan skala nyerinya sehingga proses
penyembuhannya akan lama bila dalam aspek biologisnya belum teratasi (8). Pada diagnose keperawan yang telah
disusun dilakukanlah perencanan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, berdasarakan SLKI dan SDKI
penyusunan intervesi dengan Observasi/ Monitoring, terapeutik, manajemen intervensi sesuai diagnose da
kolaborasi terapi (9).

Implementasi

Pada kasus ini pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dilaksanakan selama tiga hari, seluruh
rencana tindakan keperawatan dapat diaplikasikan dengan baik dan tidak ada masalah yang berarti, banyak hal
yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini. Adapun faktor yang mendukung pelaksanaan
implementasi tersebut mulai dari adanya keinginan klien untuk sembuh sehingga pasien menerima saran dan
anjuran perawat, adanya keinginan klien untuk mengetahui tentang kondisi dan penanganannya, adanya
keinginan klien untuk berkolaborasi dengan penulis dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien terkhususnya
pemenuhan kebutuhan bergerak dan mempertahankan postur yang diingkan serta pemenuhan nutrisi. Semua
masalah yang ada penulis dapat melaksanakannya dari tindakan yang telah direncanakan dan diimplementasikan
atas persetujuan klien
Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari tahap-tahap proses keperawatan untuk mengetahui
apakah masalah keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan (10). Pada kasus yang telah penulis
uraikan evaluasi berdasarkan penegakan diagnose yang dilakukan implementasi selama 3 hari bahwa intervensi
dan implementasi sudah mencapai tujuan dan kreteria hasil yang diharapkan. Pada diagnose keperawatan
pertama keadaan pasien di hari ketiga sudah menunjukkan sedikit perbaikan, intervensi secara mandiri dan
kolaboratif yang diberikan memberikan output yang sesuai, tanda vital sudah berada direntang normal, tidak ada
nyeri kepala, posisi pasien bedrest nyaman, pada diagnose kedua input makanan dan cairan sudah mulai
membaik, pasien sebelumnya hanya mengabiskan ½ porsi makanan, sekarang pasien telah menghabiskan semua
makanan yang diberikan, intervensi yang diberikan memberikan output yang susuai dengan yang diharapkan,
pasien makan sedikit tapi sering sehingga nutrisi yang diberikan terpenuhi. Pada diagnose ketiga keadaan
mobilitas pasien masih perlu dilakukan pengawasan, mencegah terjadinya kakauan otot akibat bedrest yang
Panjang dilakukan edukasi untuk melakukan ROM kepada pasien, pasien dibantu dalam memenuhi kebutuhan
dasar, serta keklaurga diberikan edukasi untuk memberikan bantuan perawatan kepada pasien. Berdasrkan dari
evaluasi hasil yang diharapkan cukup baik, sehingga asuhan keperawatan menggunakan teori Virginia
Hnaderson dapat terus dikembangkan dalam proses keperawatan.

PEMBAHASAN
Virginia Henderson memperkenalkan definisi keperawatan. Virginia Henderson mendefinisikan tentang
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya dan kecintaanya dengan keperawatan saat ia
melihat korban-korban perang dunia. Ia mengatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip
kesetimbangan fisiologis. Menurutnya, “Tugas unik perawat ialah membantu individu, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat, melalui usahanya melakukan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan
individu atau proses meninggal dengan damai” dengan begitu maksud dari teori Virginia Henderson yaitu
berusaha mengembalikan kemandirian, kekuatan, kemampuan, kemauan, dan pengetahuan individu tersebut.
Selain itu, Virginia Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan “The Actifities of Living”.
Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat ialah membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin (11). Disaat seorang pasien dalam keadaan sakit maka ia akan mengalami
penurunan kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien. Setelah melewati masa tersebut maka seorang
pasien akan berangsur-angsur mendapatkan kemandiriannya kembali walaupun kemandirian sifatnya relatif
karena manusia adalah makhluk sosial atau tidak bisa hidup tanpa orang lain dan kebutuhan tiap-tiap manusia
berbeda. Disinilah peran perawat sebagai penolong (helper) dalam berusaha mewujudkan kesehatan pasien
membantunya mendapatkan kembali kemandirianya berdasarkan 14 komponen dasar kebutuhan manusia dari
bernafas secara normal, makan dan minum yang cukup, eliminasi (BAB dan BAK), bergerak dan
mempertahankan postur tubuh, tidur dan istirahat, memilih pakaian yang tepat, mempertahankan suhu tubuh
dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan,
menjaga kebersihan diri dan penampilan, menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan
opini, beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk
membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi, belajar, menemukan,
atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia (12).
Pada kasus diatas telah dilakukan pengkajian sesuai dengan komponen teori dari Virginia Handerson,
pada penerapan teori hasil yang harapkan cukup signifikan sesuai. Menurut teori model Virginia Henderson ada
14 komponen kebutuhan dasar manusia yang dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen
kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai
kebutuhan dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data, perawat menggunakan
metode wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi melalui indra penglihatan, penciuman, peraba, dan
pendengaran. Setelah data terkumpul, perawat menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan
pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan
muncul (13). Penetapan diagnose hingga evaluasi memberikan outpun sesuai dengan kreteria yang diharapkan.

ANALISIS TEORI

Kekuatan Teori
1. Cara pengkajian dengan melakukan pendekatan dengan teori 14 kebutuhan dasar manusia virginia
henderson dapat menginterpretasi respon klien atau pasien sehingga pengkajian dapat dilakukan terhadap
penyakit yang dialami pasien.
2. Dapat mengidentifikasi secara holistik kebutuhan dan respon yang ditimbulkan oleh klien atau pasien
untuk digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan menyeluruh dan berkesinambungan
berdasarkan tingkatan kebutuhan dan ketergantungan pasien.
3. Sebagai ahli teori keperawatan Henderson telah memberi dampak yang begitu besar dalam memepengaruhi
citra keperawatan sebagai profesi yang mendunia.
4. Teori-teori yang telah dikemukaan oleh Henderson bukanlah teori atau model abstrak semata saja
melainkan teori yang dibuat berdasarkan keanekaragaman pengalaman yang Ia miliki selama
mendedikasikan kecintaannya pada dunia keperawatan.
5. Henderson mengasumsikan bahwa perawat adalah profesi yang unik dan mandiri karena keperawatan
adalah profesi yang dapat berkerja sendiri atau mandiri bersama tim kesehatan lainya bukan hanya karena
instruksi dari dokter.
6. Henderson mengemukakan model dan teori dasar keperawatannya dengan menghubungkannya dengan
aktivitas sehari-hari.
7. Dalam pemaparan model dan teori dasar keperawatannya,Henderson memberikan gambaran bagaimana
tugas seorang perawat.
8. Teori henderson berpendapat bahwa melakukan pendekatan terhadap pasien dengan tahapan-tahapan
seperti: mengkaji dan melakukan berbagai usaha pendekatan dapat mengoptimalkan perkembangan
pemulihan pasien lebih cepat.
9. Model dan teori kebutuhan dasar yang diungkapkan Henderson bekerja secara berkesinambungan untuk
mendapatkan kemandirian yang menjadi tujuan utama dalam teori ini,tahapan yang
berupamengkaji,menganalisis hingga mengevaluasi segala proses pemulihan kemandirian.
10. Henderson mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang dalam perkembangan sehat,sakit hingga
mati membutuhkan orang lain

Kelemahan Teori

1. Model dan teori Henderson hanya mendasarkan segala tugas perawat hanya pada fokus akan salah satu
pihak yaitu pada penyembuhan atau pemulihan secara fisik saja.
2. Teori Henderson mengungkapkan segala komponen dasar manusia, Hubungan antara pasien dan perawat,
pendekatan dengan berbagai tahapan, bahkan pengaplikasian teori tersebut hanya berfokus pada
terwujudnya kemandirian pasien.
3. Model dan teori dasar keperawatan dalam teori Virginia Henderson hanya di berfokus pada 14 komponen
kubutuhan dasar manusia yang Ia ungkapkan.
4. Pada teori virgina Henderson tidak memuat tentang adanya riwayat kesehatan seperti: riwayat kesehatan
sekarang,riwayat kesehatan masa lalu,keluhan pasien.
5. Ketidaksesuaian pada butir sebelumnya menyebabkan ketidaksesuaian pencantuman riwayat kesehatan
keluarga dalam kemampuan menghindari bahaya dan trauma pada lingkungan dalam pengkajian dan
pendekatan teori Virginia Henderson

KESIMPULAN

Intervensi dan implementasi yang ditegakkan oleh penulis sudah sesuai dengan teori Virginia Henderson sesuai
diagnosa yang ditegakkan, implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang disusun, disertai
respon hasil dari pasien, tahap evaluasi dari diagnosa keperawatan yang penulis implementasikan selama 3 hari
berhasil dilakukan, teori Model Verginia Henderson efektif diaplikasikan pada pasien dengan Stroke Non
Hemoragik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurartianti, N., & Wahyuni, N. T. (2017). Pengaruh Terapi Genggam Bola Terhadap Peningkatan Motorik
Halus Pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan, 8(1), 922.
2. Hsieh, Y.-C. (2010). Early Menarche And Ischemic Stroke Risk. International Journal of gerontology:
Vol:4,no 1
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta:
Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013
4. Nelson, John., Watson, Jean. 2012. Measuring Caring. LLC: Springer Publishing Company.
5. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta
6. Smeltzer SC & Bare,B.G (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, vol
2, Alih bahasa: Wluyo, Jakarta, EGC
7. Virginia Henderson (1991). “Sifat Keperawatan: Definisi dan Implikasinya terhadap Praktik, Penelitian,
dan Pendidikan: Refleksi Setelah 25 Tahun”, ABRAMS
8. Ambarwati, Fitri R. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta; Dua Satria Offset
9. Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
10. Amelia, R. (2021) ‘Deteksi Dini Penyakit Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibaru Bekasi’,
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), pp. 494–499. doi: 10.31849/dinamisia.v5i2.4250
11. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
12. Susanto, Joko .,dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Selemba Medika
13. Risnah., Irwan Muhammad. 2021. Falsafah Dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi Keilmuan. Samata:
Alauddin University Press.

You might also like