You are on page 1of 19

MAKALAH

Taksonomi Yang Mendasari Hasil Bealajar Fisika


( Bloom, Bloom Revisi, Krathwoll, Simpson Dan Harrow )
Dosen Pengampu: Yanthy Leonita Perdana Simajuntak S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok : VI

Nama : Alfian Yosafat : 4223321019


Arsyilva Hudra : 422211039
Trisna Herawati : 4223121037
Kelas : PSPF 22 C
Mata Kuliah : PAP FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami , sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas Makalah
mata kuliah “ Pengukuran Assesment Pembelajaran Fisika ” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Taksonomi Yang Mendasari Hasil Bealajar Fisika
(Bloom,Bloom Revisi, Krathwoll, Simpson Dan Harrow) semoga makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang topik tersebut. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Yanthy Leonita Perdana Siamanjuntak, S.Pd.,M.Pd atas bimbingan nya
kami dapat mengerjakan tugas ini dengan baik. Serta kepada semua teman – teman yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada kami dalam proses pengerjaan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih.

Medan, 11 Maret 2024

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
2.1 Taksonomi Bloom ......................................................................................... 5
2.2 Taksonomi Bloom Revisi ............................................................................... 10
2.3 Taksonomi Krathwool ................................................................................... 13
2.4 Taksonomi Simpson ...................................................................................... 14
2.5 Taksonomi Harrow ........................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taksonomi pendidikan merujuk pada sistem klasifikasi dan hierarki dalam tujuan
pembelajaran dan pengajaran. Latar belakang taksonomi pendidikan melibatkan evolusi
konsep ini sepanjang sejarah pendidikan dan kontribusi berbagai ahli pendidikan dalam
mengembangkan kerangka kerja yang memandu desain kurikulum dan penilaian pembelajaran.
Salah satu taksonomi pendidikan paling terkenal adalah Taksonomi Bloom, yang
dikembangkan oleh sekelompok ahli pada tahun 1956. Taksonomi ini mengklasifikasikan
tujuan pembelajaran ke dalam enam tingkat, mulai dari pengetahuan (knowledge) hingga
evaluasi (evaluation). Bloom's Taxonomy menjadi dasar penting dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang dapat mengukur pemahaman dan kemampuan siswa secara progresif.
Selain itu, taksonomi pendidikan telah berkembang untuk mencakup aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik pembelajaran. Dimensi afektif, yang mencakup sikap dan
nilai, diakui sebagai elemen penting dalam proses pendidikan. Taksonomi seperti Taksonomi
Krathwohl memperluas konsep Bloom untuk mencakup dimensi afektif, menyediakan
kerangka kerja yang lebih komprehensif untuk merancang pengalaman pembelajaran. Melalui
taksonomi pendidikan, pendidik dapat merencanakan pembelajaran yang berfokus pada
pencapaian tujuan tertentu dan memastikan evaluasi yang holistik terhadap pencapaian siswa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana taksonomi bloom mengklarifikasi hasil belajar siswa?


2. Bagaimana taksonomi bloom revisi mengklarifikasi hasil belajar siswa?
3. Bagaimana taksonomi Krathwol mengklarifikasi hasil belajar siswa?
4. Bagaimana taksonomi Simpson mengklarifikasi hasil belajar siswa?
5. Bagaimana taksonomi Harrow mengklarifikasi hasil belajar siswa?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan taksonomi hasil belajar menurut Bloom


2. Menjelaskan taksonomi hasil beljat menurut Bloom Revisi.
3. Menjelaskan Taksonomi hasil belajar menurut Krathwol
4. Menjelaskan Taksonomi hasil belajar menurut Simpson
5. Menjelaskan Taksonomi hasil belajar menurut Harrow

4
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Taksonomi Bloom


A. Pengertian Taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang
berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi berarti klasifikasi
berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu
yang mempelajari tentang klasifikasi. Taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasai
yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan-golongkan
dalam sistematika itu. Beberapa istilah lain yang juga meggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut yang secara konvensional telah lama dikenal taksonomi tujuan
pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah
penalaran, penghayatan dan pengamalan.

B. Klafikasi Taksonomi

Adapun tasonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:


 Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam
tingkatan atau kategori, yaitu:
1) Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui
bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti
tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi pokok bacaan;
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

5
3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus
atau problem yang konkret atau nyata dan baru. kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur metode, rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam
aplikasi suaturumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada
pemecahan problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih
tinggi daripada kemampuan.
4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi
bagian- bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk
merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada
kemampuan.
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian
dihubungkan stu sama lain. Kemampuan mengenali data atau informasi yang harus didapat
untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
membuat suatu rencanapenyusunan satuan pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun suatu
program kerja. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
6) Evaluasi (evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu
ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan
pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang
unik dalam analisis dansintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :
1. Evaluasi berdasarkan bukti internal
2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya
melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam jenjang ini adalah : membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan,
mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas,
menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum,
membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.

6
 Ranah Afektif (affective domain)
Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons
emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan
David Krathwol, antara lain:
1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari
adanya suatu fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Misalnya juga
kemampuan mengakui adanyaperbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi(responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
danberpartisipasi dalam suatu kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi
terhadap rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikantanggapan. Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap,menrima, menolak atau mengabaikan.
Misalnya menerima pendapat orang lain.
4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pad suatu skala nilai dan dijadikan pedoman dalam
bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang,
seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga
kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

7
 Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)
Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor dengan
pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan
pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rician dalam ranah ini tidak dibuat oleh
Bloom, namun oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:

1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyaratisyarat sensoris dalam memandu aktivitas
motrik. Penggunaan alat indera sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan. Misalnya, pemilihan warna.
2) Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. kesiapan fisik,
mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. Tahap
awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan cobacoba. Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena
sudah dilatih secukupnya. membiasakan gerakangerakan yang telah dipelajari sehingga
tampildengan meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap dengan
lancar, tepat dan efisien. gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari
pola-polagerakan yang kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
persyaratankhusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi. Misalnya, keterampilan bertanding.
7) Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri.
Misalnya, kemampuannya membuat kreasi tari baru.

8
C. Teori Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom
Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan dan merupakan
penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
1. Teori Belajar Behavioristik (Tingkah Laku)
Belajar menurut aliran behavioristik adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respons. Proses belajar sebagai perubahan perilaku yang
dapat diamati dan timbul sebagai hasil pengalaman.
2. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan teori belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Teori kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti berpikir dan
memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajaran sehingga dapat menginterpretasi dan
mengorganisir informasi secara aktif.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori ini merupakan teori yang paling abstrak. Teori ini memandang bahwa proses belajar
vharus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Para pendidik membantu peserta didik
untuk mengembangkan dirinya dengan mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Teori
ini yang melatari dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom dengan
tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotor) yang harus dikuasai atau dipelajari oleh peserta
didik. Taksonomi ini, banyak membantu para praktisi pendidikan untuk memformulasikan
tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur.

D. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom

Prinsip belajar sebagai dasar dalam upaya pembelajaran ini meliputi:


1. Kematangan Jasmani dan Rohani
Kematangan jasmani ini, telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya cukup
kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani yaitu telah memiliki
kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar seperti kemampuan
berpikir, ingatan dan sebagainya.
2. Kesiapan
Kesiapan ini harus dimiliki oleh seorang yang hendak melakukan kegiatan belajar yaitu
kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlegkapan belajar. Kesiapan fisik
berarti memiliki tenaga cukup dan memiliki minat dan motivasi yang cukup.

9
3. Memahami Tujuan
setiap orang yang belajar harus memahami apa dan ke mana arah tujuannya serta manfaat
apa bagi dirinya. Dengan mengetahui tujuan belajar akan dapat mengadakan persiapan yang
diperlukan, baik fisik maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat berjalan
lancar dan berhasil dengan memuaskan.
4. Memiliki Kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan belajar agar hasil yang diperoleh
memuaskan dan penggunaan waktu dan tenaga tidak terbuang percuma yaitu lebih efisien.
5. Ulangan dan Latihan
Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan.

E. Dimensi Perkembangan Individu yang Melandasi Taksonomi Bloom


Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik maupun non fisik.
Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis, progresif dan berkelanjutan. Di
sini akan dibahas dimensi perkembangan individu yang melandasi Taksonomi Bloom, yaitu
dimensi perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif atau perkembangan kapasitas nalar
otak (inteligensi) berlangsung sangat pesat sampai masa remaja. Setelah itu cenderung
stagnan atau berangsur menurun kesehatannya seiring dengan pertambahan usia.

2.2 Taksonomi Bloom Revisi


Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir
setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes,
dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir ini memudahkan guru memahami, menata,
dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan. Mungkin banyak orang bertanya
mengapa buku hebat Taksonomi Bloom harus direvisi? Ada beberapa alasan mengapa
Handbook Taksonomi Bloom perlu direvisi, yakni: pertama, terdapat kebutuhan untuk
mengarahkan kembali fokus para pendidik pada handbook, bukan sekedar sebagai dokumen
sejarah, melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telah “mendahului” zamannya
(Rohwer dan Sloane, 1994). Hal tersebut mempunyai arti banyak gagasan dalam handbook
Taksonomi Bloom yang dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait
dengan masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum
standar, dan asesmen autentik. Alasan kedua adalah adanya kebutuhan untuk memadukan

10
pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran- pemikiran baru dalam sebuah kerangka
kategorisasi tujuan pendidikan. Masyarakat dunia telah banyak berubah sejak tahun 1956,
dan perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara berpikir danpraktik pendidikan. Alasan
yang ketiga adalah taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi
dasar untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan
pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerjanyaumumnya
mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dan kata bendanya mendeskripsikan
pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata benda. Menurut
Tyler (1994) rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang menunjukkan
jenis perilaku yang akan diajarkan kepada siswa dan isi pembelajaran yang membuat siswa
menunjukkan perilaku itu. Alasan keempat yaitu proporsi yang tidak sebanding dalam
penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan
penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Pada taksonomi Bloom lebih
memfokuskan penggunakan taksonomi pada asesmen. Alasan yang kelima adalah pada
kerangka pikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam kategorinya
(pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) daripada sub-
subkategorinya. Alasan keenam adalah ketidakseimbangan proporsi subkategori dari
taksonomi Bloom. Kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori
namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori. Alasan ketujuh adalah
taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen, padahal dalam dunia
pendidikan tidak hanya dosen yang berperan untuk merencanakan kurikulum, pembelajaran,
dan penilaian. Sehingga Taksonomi Bloom ranahkognitif yang telah direvisi Anderson dan
Krathwohl (2001:66-88) yakni:
A. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan
yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan
ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks.
Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).
Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan
hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil
kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau

11
secara cepat dan tepat.
B. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber
seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan
anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh
atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujukpada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih
obyek, kejadian, ide,permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses
kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
C. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu
prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan
berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan
meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
D. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap
bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari
tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan
menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran
di sekolah- sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan
menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan
menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan
siswa untuk mampu membedakan fakta danpendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu
informasi pendukung.
E. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan
standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.
Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
siswa. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek

12
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu
operasi atau produk.
F. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama
untukmembentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu
produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar
siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir
kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam
Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat
agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan
bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi
dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2)
memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5)
mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).

2.3 Taksonomi Krathwol


Struktur hasil belajar kognitif menurut Krathwol aalah sebagai berikut :
1. Mengingat ( Remember ) mengembangkan pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang termaksud dengan mengenali ( recognizing) dan mengingat atau
menyebut kembali ( Recognizing)
2. Mengerti ( Understand) mendeterminasi pesan atau isi pembelajaran lisan, tulisan
dan komunikasi dalam bentuk lain, termaksud diantaranya :
a. Menginterpretasi (Interpreting)
b. Mengilustrasikan dengan contoh (examplifyng)
c. Mengklasifikasi ( classifying)
d. Meringkas ( summarizing)
e. Menginferensi (Inferring)
f. Membandingkan (comparing)
g. Menjelaskan ( explaining)
3. Menerapkan ( Apply) melakukan kegiatan sesuai prosedur dalam kondisi tertentu
a. Mengekseskusi ( executing)
b. Menerapkan (Implementing)

13
4. Menganalisis ( Analyze) memilah milah materi atau objek berdasarkan bagian-
bagiannyadan mendeteksi hubungan antar bagian
a. Membeda-bedakan
b. Mengorganisir
c. Mengenali sebab akibat
5. Mengevaluasi ( Evaluation ) membuat keputusan berasarkan criteria dan standar
tertentu
a. Mengecek atau memeriksa
b. Mengkritisi
6. Mengkreasi ( Create) mengatur unsure-unsur secara rapi untuk menghasilkan
sesuatu yang baru, utuh, asli, bermanfaat.
a. Menurunkan atau meniru
b. Menyusun rencana
c. Membuat atau memproduksi

2.4 Taksonomi Simpson


Tujuan kawasan psikomotor yang dikembangkan oleh Simpson (1972) mulai dari tingkat
yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yaitu: Persepsi (Perception), Kesiapan/Set,
Respon terpimpin (Guided respons), Mekanisme (Mechanism), Complex Overt Respons, dan
Originasi (Origination).

1. Persepsi (Perception) adalah berhubungan dengan penggunaan indera untuk


mengarahkan kegiatan motorik. Mulai dari kesadaran ada stimulus sampai kepada
memilih tugas yang relevan untuk menterjemahkannya ke dalam suatu kegiatan
(performance) tertentu. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan
panas.
2. Kesiapan/Set, adalah Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan
emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan,
menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.
3. Respon terimpin (Guided respons) adalah langkah permulaan dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, meliputi: menirukan, trial and error. Ketetapan dari
performance ditentukan oleh instruktur atau oleh kriteria yang sesuai. Contoh:
Mengikuti arahan dari instruktur.
4. Mekanisme (Mechanism) mekanisme (Mechanism), merupakan performance yang
menunjukkan bahwa respons yang dipelajari telah menjadi kebiasaan dan

14
gerakangerakan dapat dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran. Ini
merupakan performance dari bermacam-macam keterampilan. Contoh: menggunakan
computer.
5. Complex Oert Respons yaitu performance yang sangat terampil dan gerakan motorik
yang memerlukan pula gerakan kompleks. Kemahiranya ditunjukkan dengan cepat,
lancar, dan tepat dengan energi minimum, tanpa ragu-ragu dan otomatis (dilakukan
dengan mudah dan terkontrol baik). Conth: Keahlian bermain piano.
6. Originasi Origination), yaitu penciptaan pola-pola gerakan yang baru untuk
menyesuaikan dengan situasi/masalah yang khusus. Hasil belajarnya ditekankan pada
kreativitas yang didasarkan pada keterampilan tingkat tinggi.

2.5 Taksonomi Harrow

Harrow (1972) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar psikomotot terdiri atas:
Gerakan reflex, Gerakangerakan fundamental, Kemampuan perceptual, Kemampuan fisis,
Gerakan keterampilan, dan Komunikasi tanpa kata-kata.
1. Gerakan refleks, yaitu gerakan yang dilakukan tanpa disadari yang tertuju kepada
suatu rangsang tertentu, (mengedipkan mata, menggeliat, menguap, membegkokkan
badan, dan meyesuaikan sikap badan).
2. Gerakan-gerakan fundamental. Merupakan polapola gerakan yang terbentuk dari
gabungan gerakangerakan refleks dan menjadi dasar gerakan keterampilan yang
kompleks (berjalan, lari, melompat, meluncur, membungkuk, melengkung, berputar,
memegang, menggerakan jari, dsb).
3. Kemampuan perseptual. Kemampuan menafsirkan rangsangan dari berbagai cara
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (‘mendengarkan’ mengikuti perintah
verbal, ‘gerakan terkoordinasi’, loncat tali, menangkap, kinestetik discrimination,
visual, auditory, dan tactile discrimination).
4. Kemampuan fisis. Karakteristik organik yang esensial untuk mengembangkan
gerakan keterampilan tinggi, termasuk ketahanan, kekuatan, fleksibilitas, dan
ketangkasan (lari jarak jauh, berenang, angkat berat, gulat, ballet,
membengkokkan/melengkungkan punggung, menyentuh jari kaki, mengetik).
5. Gerakan keterampilan. Adanya tingkatan efisiensi pada saat melakukan tugas-tugas
gerakan kompleks secara utuh, meliputi semua gerakan keterampilan yang terbentuk
atas pola-pola gerakan locomotor dan manipulatif, termasuk keterampilan adaptif

15
sederhana, adaptif majemuk, dan adaptif kompleks.
6. Komunikasi tanpa kata-kata. Komunikasi yang dilakukan dengan cara gerakan-
gerakan tubuh sampai dengan koreografis yang canggih (sikap badan, gerak tangan,
ekspresi raut muka, gerakan dansa, gerakan tari)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang
berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi berarti klasifikasi
berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu
yang mempelajari tentang klasifikasi.

Prinsip belajar sebagai dasar dalam upaya pembelajaran pada taksonomi bloom ini
meliputi:Kematangan jasmani dan rohani, Kesiapan, Memahami Tujuan, Memiliki
Kesungguhan, dan Ulangan dan Latihan.
Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam
Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat
agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan
bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi
dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2)
memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5)
mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).
Tujuan kawasan psikomotor yang dikembangkan oleh Simpson (1972) mulai dari tingkat
yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yaitu: Persepsi (Perception), Kesiapan/Set,
Respon terpimpin (Guided respons), Mekanisme (Mechanism), Complex Overt Respons, dan
Originasi (Origination).

Harrow (1972) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar psikomotot terdiri atas: Gerakan
reflex, Gerakangerakan fundamental, Kemampuan perceptual, Kemampuan fisis, Gerakan
keterampilan, dan Komunikasi tanpa kata-kata.

Struktur hasil belajar kognitif menurut Krathwol aalah sebagai berikut yaitu : Mengingat,
Mengerti, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mengkreasi.

17
3.2 Saran

Taksonomi adalah sistem klasifikasi organisme untuk memahami keragaman hayati.


Saran untuk taksonomi yang efektif adalah menggabungkan data molekuler, morfologi, dan
ekologi guna mencapai pemahaman holistik tentang hubungan evolusioner dan fungsi
ekosistem organisme tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abul.(2009) Penilaian dan Proses Hasil Belajar. Yogyakarta : Rosda Grafik
M. Chabib Thoha,. (1990) .Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan .Jakarta : Raja
Grafindo Nassution, Asnan. (2005) Pengantar Evalusi Pendidikan, Jakarta :
Grafindo Pustaka Supardi.(2014). Penilaian Autentiki.Bandung : Pustaka

Asmin. (2014) . Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan
Modern. Medan : Larispa

19

You might also like