Professional Documents
Culture Documents
Kelas A2/4
Prodi Ilmu Hukum
Penulis :
Raisya Ghina Nabilah (41151010210066)
2023
ABSTRACT
Maladministration is a word that is closely related to the duties and functions of the
Ombudsman. This word has become popular in the community and has become a daily conversation
along with news about the performance of the Ombudsman of the Republic of Indonesia in overseeing
the ongoing bureaucratic reform. In general, people understand 'maladministration' as 'trivial'
administrative errors that are not too important (trivial matters). According to article 1 number 3 of Law
Number 37 of 2008 concerning the Ombudsman of the Republic of Indonesia. clearly stipulates the
duties and authorities of the Ombudsman of the Republic of Indonesia, namely receiving and
completing reports on alleged maladministration in the administration of public services. Writing this
article uses research methods from various articles and books on maladministration and various cases
of abuse of office which are problematic maladministration in Indonesia. In this article, we identify
several factors that contribute to maladministration, including corruption, lack of transparency, abuse
of authority, deviation of procedures, neglect of legal obligations, negligence, discrimination, lack of
information, and unprofessionalism. It is hoped that this article will become material for study and
become a reference in the implementation of public service practices, so that they can be even better
and encourage the implementation of public service apparatus to avoid maladministration.
ABSTRAK
Maladministrasi merupakan salah satu kata yang sangat lekat dengan tugas dan fungsi
Ombudsman. Kata ini telah memasyarakat dan menjadi pembicaraan sehari-hari seiring dengan berita
tentang kinerja Ombudsman Republik Indonesia dalam mengawal berlangsungnya reformasi birokrasi.
Pada umumnya, masyarakat memahami ‘maladministrasi’ sebagai kesalahan administratif ‘sepele‘ yang
tidak terlalu penting (trivial matters). Menurut pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008
Tentang Ombudsman Republik Indonesia. secara jelas menetapkan tugas dan wewenang Ombudsman
Republik Indonesia yakni menerima dan menyelesaikan laporan atas dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian dari berbagai
artikel dan buku tentang maladministrasi dan berbagai kasus penyalahgunaan jabatan yang menjadi
problematika maladministrasi di Indonesia. Dalam artikel ini, kami mengidentifikasi beberapa faktor
yang berkontribusi terhadap terjadinya maladministrasi, termasuk korupsi, ketidaktransparan,
penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur, pengabaian kewajiban hukum, kelalaian,
diskriminasi, ketidakjelasan informasi, dan ketidak profesionalan. Artikel ini diharapkan menjadi bahan
kajian dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan praktik pelayanan publik, untuk bisa menjadi lebih
baik lagi dan mendorong agar terselenggaranya aparatur pelayanan publik untuk tidak melakukan
maladministrasi.
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penelitian
II. Pembahasan
Maladministrasi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata A malmahum yang berarti
buruk atau jelek dan administrare yang berarti layanan. Maka arti kata maladministrasi
adalah pelayanan yang buruk atau jelek. Penggunaan kata maladministrasi pada umumnya
berkaitan dengan layanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Dalam konteks
masyarakat demokrasi, maladministrasi mencerminkan kegagalan suatu pemerintahan dalam
memenuhi hak-hak sipil. Maksudnya tidak adanya peningkatan dan perbaikan kualitas
penyelenggaraan pelayanan publik yang diharapkan oleh warga negaranya. Berkaca pada
jumlah pengaduan Ombudsman RI tahun 2020 hanya berjumlah 14.044 aduan, ini masih dalam
kategori yang kecil.
Secara umum, ketentuan maladministrasi sudah ada dan tersebar dalam banyak ketentuan
perundang-undangan pemerintah dan DPR. Peraturan perundang-undangan yang mencakup
berbagai salah urus, terutama tindakan pengaturan tersebut, perilaku, pengambilan keputusan
dan kejadian yang melanggar hukum dan etika penyelenggaraan negara dan lembaga negara,
pegawai negeri, manajer perusahaan swasta dan publik, orang yang membantu pemerintah
memberikan pelayanan publik. Tidak ada aturan tentang bentuk banding administratif secara
harfiah (langsung) sebagai salah urus. Pengaturan mengenai bentuk pelanggaran administratif
tersebar dalam berbagai bentuk undang-undang lain hanya berhubungan dengan tugas dan
tanggung jawab dasar lembaga yang menyediakan pelayanan publik. Landasan hukum yang
langsung menyebut tentang pencegahan dan penyelesaian maladministrasi adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan
pencegahan praktek-praktek maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme.
• meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain
yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;
• memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor
ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
• meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari
instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
• melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan
Laporan;
• menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;
• membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk
membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;
• demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.
a) menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara
lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
Dalam pasal 1 UU 25/2009 tentang Layanan Publik mencatat bahwa; “Pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
pelayanan setiap warga negara dan penduduk yang timbul karena undang-undang mengenai
barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.” Dan dari cakupan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pelayanan publik
merupakan amanat konstitusi yang terdapat dalam pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, pelayanan publik ini merupakan
hak konstitusional warga negara Indonesia, karena pelayanan publik merupakan janji
konstitusional negara Indonesia kepada seluruh warga negaranya. Oleh karena itu, negara harus
menjamin terwujudnya hak-hak warga negaranya secara optimal. Namun, banyak pejabat
pemerintah yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi janji konstitusi, terus
melakukan maladministrasi yang merugikan warga negara baik materiil maupun nonmateriil.
Padahal, lembaga administrasi publik memiliki kewajiban untuk melaksanakan hak-hak dasar
masyarakat dalam pelayanan publik, oleh karena itu penting untuk memastikan perlindungan
hukum bagi setiap warga negara yang menerima kerugian baik materiil maupun nonmateri
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Selain itu, pejabat publik harus mendapat jaminan
perlindungan hukum jika kegiatannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menurut
Sjachran Basa, warga ditawari perlindungan jika sikap pejabat negara merugikan mereka. Pada
saat yang sama, perlindungan administrasi publik terjadi dari sikap kegiatannya yang benar dan
tepat menurut hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain, melindungi
administrasi. negara karena melakukan pelanggaran hukum.
Dengan menganut konsep negara kesejahteraan, pemimpin negara atau lembaga negara
dibebani kewajiban untuk melayani kepentingan umum dan menyelenggarakan kesejahteraan
umum (bestuurszorg), di mana penyelenggara negara praktis banyak ikut campur dalam
kehidupan rakyat. kepada warga negara Campur tangan negara dalam pelaksanaan tugas publik
sering mengakibatkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung bagi pihak mana pun,
terutama ketika kekuasaan diberikan oleh freires Ermessen. yang memiliki tanggung jawab
pemerintahan yang luas kepada warga negara atau pihak ketiga yang hampir semua negara
telah mengadopsi hukum. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan prinsip
negara hukum modern, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (1945) bahwa “Indonesia adalah negara hukum”. Hal itu
menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan konstitusi, yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia (1945). Tanggung jawab hukum adalah tugas yang terkait
dengan otoritas atau tugas publik yang diberikan oleh otoritas administrasi publik.
Secara khusus, kewajiban untuk menjelaskan dan membenarkan keputusan atau tindakan
yang diambil. Kita dapat menarik garis antara akuntabilitas dan demokrasi. Akuntabilitas
dalam negara demokrasi didasarkan pada prinsip rule of law, lembaga non-pemerintah dapat
mengontrol tugas-tugas pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut antara lain parlemen (Deputy
body), kehakiman (judiciary), atau ombudsman Indonesia. Lembaga independen lainnya.”
Kewajiban melapor diartikan sebagai wujud kewajiban melaporkan keberhasilan atau
kegagalan misi organisasi dalam mencapai maksud dan tujuan yang ditetapkan dengan
pelaporan berkala. Penjelasan UU No. 3 Ayat 7 .28 di 1999 Membersihkan kantor negara dan
Bebas dari korupsi, konspirasi dan nepotisme, mereka mengatakan apa yang mereka maksud
“Asas tanggung jawab” adalah asas yang menentukan bahwa setiap tindakan dan hasil akhir
operator Negara harus bertanggung jawab kepada publik atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara menurut peraturan perundang-undangan yang ada. Tujuan
akuntabilitas hukum adalah untuk memastikan bahwa tindakan pemerintah didasarkan pada
hukum yang mencakup pertimbangan rasional, ekonomis, efisien dan adil. Jika tindakan
otoritas publik memiliki konsekuensi terhadap hak dan kepentingan individu, akuntabilitas
juga mensyaratkan bahwa otoritas administrasi publik harus mengambil tindakan korektif yang
tepat terhadap korban maladministrasi. Diskresi dan praktik merupakan kegiatan lembaga
negara yang digunakan oleh penyelenggara negara dalam penyelenggaraan urusan negara
berdasarkan norma-norma UU Tata Negara. Pertimbangan dan kebijakan harus memasukkan
unsur mismanagement dalam pelayanan publik Pertanggungjawaban harus menjadi
kewenangan mutlak Peradilan Tata Usaha Negara. Namun, UU PTUN hanya mengatur
penghukuman (beshikkind) terhadap keputusan pejabat publik berdasarkan Pasal 53(1) UU
PTUN No 5 Tahun 1986
Kapolsek astana anyar, Kompol Yuni Purwanti, terjerat penyalahgunaan narkotika, Kasus ini
berdasarkan aduan masyarakat ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri
yang kemudian diteruskan ke Propam Polda Jabar. Ke-12 anggota tersebut kemudian
diamankan Propam Polda Jabar, dan dilakukan pendalaman. Eks Kapolsek Astana Anyar itu
pun sempat mengajukan banding ke Mabes Polri namun ditolak. Ia menegaskan, apabila ada
anggota yang menyalahgunakan narkoba akan dipecat atau di PTDH.
Hasil Analisa:
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Soenaryati Hartono, Panduan Investigasi Untuk: Ombudsman Indonsia. Komisi Ombudsman Nasional,
Jakarta,
2003,