You are on page 1of 8

PENGARUH DIGITALISASI PEMBAYARAN TERHADAP

KINERJA KEUANGAN

Muhammad Raffi Firdaus (C1210160)

Manajemen, Universitas Koperasi Indonesia Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor,


Jl. Jatinangor Km. 205 Cibeusi, Sumedang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363

Email : raffifir21@gmail.com

ABSTRACT

The use of digital-based payment systems is experiencing quite rapid growth at this time,
financial institutions such as banks under the government or the private sector are also
encouraging the use of digital-based financial payments. This is supported because the digital
system is safe, effective and efficient. This paper examines the regulation and implementation
of digital payment systems in Indonesia. Digital financial transactions are relatively easier,
faster and more efficient, thereby increasing the productivity of Indonesia's financial and
economic performance. However, the use of digital payments is also inseparable from its
drawbacks, in terms of security, e money cards have the potential to be lost because they are
not stored properly and many people easily forget e-money application passwords. Bank
Indonesia stated that digitalization of payments in Indonesia was supported by the payment
system Blue Print initiative (BSPI 2025) in an effort to recover together and build a sustainable
economy, so that it benefits all levels of society. The role of the government is also necessary
in monitoring the implementation of digital payment system activities so that problems that
arise can be resolved more quickly and do not harm the user community.

Keywords: digital payments, financial performance, e-money, financial transactions

ABSTRAK

Penggunaan sistem pembayaran berbasis digital mengalami pertumbuhan cukup pesat saat ini,
lembaga keuangan seperti bank yang berada dibawah. pemerintahan maupun swasta juga
mendorong penggunaan pembayaran keuangan yang berbasis digital. Hal ini didukung karena
sistem digital aman, efektif, dan efisien. Tulisan ini mengkaji regulasi dan implementasi sistem
pembayaran digital di Indonesia. Transaksi keuangan digital relatif lebih mudah, cepat, dan
efisien sehingga meningkatkan produktifitas kinerja keuangan dan perekonomian Indonesia.
Namun penggunaan pembayaran digital juga tidak terlepas dari kekurangannya, dalam hal
keamanan, kartu e- money berperpotensi hilang karena tidak disimpan dengan baik dan
banyaknya orang orang yang mudah melupakan kata sandi aplikasi e-money. Bank Indonesia
menyatakan digitalisasi pembayaran di Indonesia didukung inisiatif Blue Print sistem
pembayaran (BSPI 2025) dalam upaya pulih. bersama dan membangun ekonomi
berkelanjuatan, agar bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Peran pemerintah juga perlu
dalam memantau pelaksanaan kegiatan sistem pembayaran digital ini agar permasalahan-
permasalahan yang muncul dapat terselesaikan lebih cepat dan tidak masyarakat pengguna.

Kata kunci : pembayaran digital, kinerja keuangan, e-money, transaksi keuangan

PENDAHULUAN

Digitalisasi merupakan suatu bentuk perubahan dari yang asalnya serba konvensional
menjadi bentuk yang digital atau serba menggunakan teknologi dan internet. Pada saat ini di
Indonesia sedang marak perpindahan sistem pembayaran dari pembayaran tunai berpindah
menjadi pembayaran non tunai (fintech), hal ini disebabkan karena pembayaran non tunai di
anggap lebih efisien dan efektif apalagi jika digunakan dalam pembayaran ketikan melakukan
transaksasi online. Pembayaran digital secara umum dilakukan dengan cara transfer antar bank
atau intra bank secara online, pembayaran non tunai dapat berupa aplikasi pembayaran digital
yang saat ini banyak digunakan masyarakat contohnya aplikasi shopee pay, ovo, dana, go- pay,
dan aplikasi lainnya, alat pembayaran digital selanjutnya yaitu kartu seperti kartu ATM, cek,
bilyet giro, nota debit, kartu kredit, dan e-money atau uang elektronik.

Ekonomi digital dan inklusi keuangan akan tumbuh lebih cepat berkat inovasi sistem
pembayaran dan digitalisasi, yang juga akan meningkatkan efektivitas sistem pembayaran
industri. Penting untuk mengelola bisnis dengan sistem pembayaran operator dengan baik
untuk mencegah masalah teknologi dan duplikasi dalam sistem pembayaran nontunai. Penting
untuk mengatur sistem pembayaran yang efektif dan responsif yang mencakup semua aspek
penerapan sistem pembayaran untuk mengakomodasi perkembangan ekonomi dan keuangan
digital. Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia, artikel ini membahas hukum dan
penerapan metode pembayaran digital.
KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini diperlukan beberapa referensi baik dari buku dari jurnal maupun
dari berita-berita terkini dari sitem pembayaran digital di Indonesia. Digitalisasi pembayaran
merupakan bentuk perpindahan dan perubahan pembayaran dari manual secara tunai menjadi
nontunai dengan teknologi digital. Menurut Pram 2016 E-payment atau pembayaran digital
merupakan metode pembayaran yang memiliki fasilitas teknologi dan internet sebagai sarana
perantara

PEMBAHASAN

Digitalisasi pembayaran di Indonesia dan perkembagannya

Sistem pembayaran di Indonesia terus berevolusi seiring zaman mengikuti evolusi uang,
hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya inovasi teknologi dan model bisnis, tradisi
masyar
akat yang berubah menjadi lebih modern, dan munculnya kebijakan-kebijakan otoritas. Sistem
pembayaran digital di Indonesia dimulai pada tahun 1661 yang ditandai dengan munculnya
sistem pembayaran transfer dana elektronik. tahun 1920 munculnya kartu kredit, tahun 1981
EFTPOS, tahun 1999 munculnya internet banking karena adanya teknologi baru yang lebih
canggih. Ada tiga hal yang terkena dampak perkembangan ini. Di satu sisi, Danaan dan
digitalisasi perekonomian menciptakan banyak peluang bagi inklusi keuangan. Inovasi
memberi setiap orang solusi digital yang terjangkau dan praktis. Sebuah peluang muncul
Inovasi digital yang juga melampaui hambatan tradisional terhadap inklusi keuangan,
sebagaimana dinyatakan oleh Cartens (2018), mencakup integrasi teknologi dan layanan
pembiayaan; harga masuk yang tinggi, kurangnya pengalaman pribadi, dan kepercayaan diri
yang rendah.

Di sisi lain, data granular sangat penting untuk integrasi keuangan dan ekonomi digital.
Peluang baru untuk pendanaan dan pertumbuhan ekonomi dimungkinkan oleh revolusi data
dan inovasi teknologi informasi (Amamiya, 2018). Model bisnis korporasi semakin selaras
sebagai salah satu penentu daya saing. Perusahaan dapat mengkomersialkan atau
memanfaatkan informasi melalui efek jaringan, sehingga meningkatkan pendapatan Anda.
Kementerian Perdagangan dan Industri India (2019) menyatakan bahwa posisi sumber daya
digital dengan hak kekayaan intelektual atau modal ventura serupa. statistik pertumbuhan
terperinci untuk negara-negara seperti Indonesia, yang biasanya memiliki basis pelanggan yang
cukup besar. Indonesia, yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia, memberikan peluang besar bagi komersialisasi big data. digital tertentu.
Yang terakhir yaitu peran non-bank semakin berkembang ketika Anda mengubah
struktur dan urutan sektor ekonomi. Inovasi layanan dimulai muncul setelah mengubah mode
Prosedur operasional untuk penyediaan jasa keuangan menggunakan teknologi dan clustering
data granular. Model bisnis Agregator pasar berkembang pesat. Model bisnis ini
menghubungkan konsumen (pengguna akhir) ke perusahaan yang memilikinya melalui
layanan, produk, atau layanan apa pun proses konsolidasi dan standarisasi produk atau layanan.

Secara global, bank sentral mempromosikan penggunaan opsi pembayaran nontunai.


karena efektivitas, keamanan, dan efisiensi relatif sistem pembayaran. Selain itu, sistem
perdagangan ini murah, cepat, dan mudah digunakan sehingga meningkatkan produksi
perekonomian bangsa (Lintang, 2018:2). Diluncurkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 14
Agustus 2014, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan pasar uang elektronik yang pesat di tanah air. Tujuan dari gerakan ini adalah
untuk membangun masyarakat yang mampu non-finansial. Banyaknya teknologi yang
digunakan dalam sistem pembayaran dan keuangan menunjukkan bahwa individu telah
menerima sistem ini sebagai komponen penting dalam transaksi keuangan mereka. Jumlah dan
nilai transaksi elektronik ditunjukkan pada diagram pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Grafik Volume dan Nilai Transaksi Uang Elektronik 2008- 2019 Sumber: Bank
Indonesia, 2019.
Gambar 2. Grafik penggunaan masyarakat Indonesia terhadap dompet digital Sumber:
Databooks, 2022.
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah dan volume transaksi elektronik
meningkat signifikan pada tahun 2018. Pada tahun 2018, jumlah transaksi meningkat sebesar
209,8% dari 2,9 miliar pada tahun 2017 menjadi hanya 943,3 juta transaksi. Pada Juli 2019,
jumlah transaksi elektronik mencapai 2,7 miliar, mendekati akhir tahun 2018. Jumlah transaksi
elektronik juga mengalami peningkatan yang sama, yakni naik menjadi 281,39%. Pada tahun
2018, volume transaksi pembayaran uang elektronik sebesar 47,2 triliun rupiah. Angka tersebut
meningkat menjadi Rp34,8 triliun, hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2017 sebesar
Rp12,4 triliun. Per Juli 2019, volume transaksi elektronik melebihi volume transaksi tahun
2018 yaitu Rp69

Sedangkan pada gambar 2 terlihat bagaimana masyarakat sering menggunakan dompet


digital dalam suatu transaksi pembayaran dan transaksi lainnya dan menunjukan bahwa paling
tidak mereka kebanyakan menggunakannya paling jarang adalah sebulan sekali dengan data
26,4% dan data tidak menggunakan sekali itu berada di urutan paling rendah yaitu sebesar 4%.

Sistem pembayaran digital di Indonesia


Menyadari pentingnya regulasi, Bank Indonesia (BI) mengambil inisiatif untuk
menetapkan arah kebijakan sistem pembayaran Indonesia melalui peluncuran “Cetak Biru
Sistem Pembayaran Indonesia 2025: Memanfaatkan Sistem Pembayaran Nasional di Era
Digital”. Cetak biru ini mencakup pemutakhiran ketentuan sistem pembayaran melalui
penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 22/23/PBI/2020 yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Juli 2021. Sistem Pembayaran PBI mencakup berbagai aspek. seperti pembatasan
akses, penyelenggaraan sistem pembayaran (access policy), penutupan penyelenggaraan sistem
pembayaran (withdrawal policy), peran BI dalam urusan sistem pembayaran, integrasi
manajemen informasi, dan perluasan fasilitas pemeriksaan kemajuan teknologi. Peraturan
sistem pembayaran ini dirancang berdasarkan pendekatan fungsional dan berbasis risiko,
sehingga memastikan bahwa peraturan tersebut tidak berlaku secara universal (satu ukuran
untuk semua), khususnya dalam hal kebijakan akses dan implementasi sistem pembayaran
DUA dan komponen terkait. Selain itu, PBI Code Sistem Pembayaran mengedepankan
pengaturan yang berprinsip dan mendorong penguatan fungsi Self-Regulatory Organization
(SRO).

Jalur Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) Tahun 2025 yang meliputi transmisi
pengawasan, persetujuan, pemantauan, dan pelaporan serta diawali dengan reformasi sistem
pengaturan pembayaran, ditunjukkan dengan diterbitkannya aturan ini. Dengan
mempertimbangkan peningkatan akses dan kebutuhan konsumen, tujuan dari pengaturan ini
adalah untuk mencapai keseimbangan antara upaya memaksimalkan peluang inovasi digital
dan upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan pembayaran. Hal ini akan memungkinkan
terselenggaranya sistem pembayaran yang cepat, mudah, terjangkau, aman, dan dapat
diandalkan. Secara umum, reformasi peraturan bertujuan untuk merestrukturisasi bisnis sistem
pembayaran dan menawarkan lingkungan yang menyeluruh untuk pengoperasian sistem,
sehingga memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan keuangan dan
ekonomi di era digital.

PBI Sistem Pembayaran mencakup beberapa aspek utama, antara lain visi sistem
pembayaran Indonesia, keahlian BI di bidang tersebut, tujuan dan ruang lingkup
penyelenggaraan sistem pembayaran, komponen sistem pembayaran, penyelenggara jasa
sistem pembayaran, dan perizinan penyelenggara jasa pembayaran (PJP) dan penyelenggara
infrastruktur sistem pembayaran (PIP), penyelenggaraan PJP, PIP, dan penyelenggara jasa
penunjangnya, inovasi teknologi sistem pembayaran, pemantauan penyelenggaraan sistem
pembayaran, dan pengelolaan sistem pembayaran. informasi terkait. Implementasi reformasi
regulasi akan didukung oleh penyusunan peraturan pelaksanaan pasca ditetapkannya PBI ini.
Perlu diperhatikan bahwa seluruh ketentuan hukum yang ada mengenai sistem pembayaran BI
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang dituangkan dalam PBI ini.

Selain negara, lembaga dan organisasi non-pemerintah juga telah mengadopsi sistem
pembayaran yang tidak dipungut biaya. Saat ini, banyak penyedia sistem pembayaran telah
muncul sebagai industri mandiri. Penyelenggara sistem pembayaran ini juga tergabung dengan
berbagai organisasi, seperti Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), yang bertujuan
untuk meningkatkan pengaruh penyelenggara sistem pembayaran Indonesia dalam
mengembangkan sistem pembayaran industri yang lebih efisien dan merumuskan peraturan
khusus untuk penerapannya. sistem pembayaran. Namun perlu diingat bahwa regulasi makro
masih berada di bawah kendali BI

KESIMPULAN

Perkembangan sistem pembayaran dari tunai menjadi nontunai atau secara digital tidak
lepas dari pengaruh pertumbuhan dan perkembangan teknologi dan evolusi uang dan tradisi
masyarakat yang semakin modern, perkembangan sistem pembayaran secara digital
mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2017 sampai saat ini, hal ini terjadi
akibat banyaknya pertumbuhan e-commerce yang lebih mudah jika mealkukan pembayaran
digital dan pembayaran digital dikenal masyarakan sebagai sistem pembayaran yang lebih
efektif dan efisien.

Dengan pertumbuhan tersebut pembayaran digital mempengaruhi kinerja keuangan di


Indonesia menjadi lebih efisien dan terdata, pembayaran digital ini juga mempengaruhi
pertumbuhan dan inklusi perekonomian di Indonesia dan membantu perkembangan usaha-
usaha baik mikro maupun usaha makro di Indonesia. Perekonomian Indonesia juga tercatat
lebih stabil namun sistem ini juga memiliki beberapa dampak negative namun (vania,
2022)pemerintan RI akan selalu mengawasi sistem pembayaran digital ini agar tidak terjadi hal
yang tidak di inginkan dan sistem pembayaran digital ini bisa berjalan dengan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Deka Anggun Lestari, E. D. (2020). Pengaruh Payment Gateway terhadap


Kinerja Keuangan UMKM. palembang: jerami ilmu sukses.

Indonesia, b. (2019). bank indonesia: navigasi sistem pembayaran nasional


di era digital. jakarta: bank indonesia.

Indonesia, B. (2021). BI REFORMASI PENGATURAN SISTEM


PEMBAYARAN INDONESIA. jakarta: Bank Indonesia.

satya, v. e. (2021). PENGATURAN SISTEM PEMBAYARAN DIGITAL


UNTUK STABILITAS SISTEM KEUANGAN INDONESIA. bidang ekonomi dan kebijakan
publik. 7.

vania, h. f. (2022). Frekuensi Penggunaan Dompet Digital di Indonesia. databooks.

You might also like