You are on page 1of 7

PROPOSAL PROYEK PERUBAHAN

PEMUDA , ORGANISASI DAN


PEMBAHARUAN SOLUSI

ORCHIDAMOTY
Nusa Tenggara Barat
ABSTRACT

Youth interest in leadership is critical to developing a strong and capable


generation. However, there has been a significant drop in interest in this recently.
Some of the issues that contribute to a decline in adolescent interest in leadership
require urgent study. For starters, the influence of social media and modern
entertainment has diverted youth attention away from activities that foster
leadership. They are more focused on rapid gratification and enjoyment, ignoring
the development of leadership abilities, which necessitate devotion and constant
effort. Second, a lack of motivating role models is a factor. Youth want role models
who can motivate them to participate in leadership activities. Without this figure,
individuals may feel disoriented and unmotivated. Third, education that focuses too
much on academics and does not provide space for the development of soft skills,
such as communication and leadership, also contributes to this problem. Youth
especially teenagers may feel that academic competition takes precedence over
developing leadership skills. Therefore, it is necessary to take steps to overcome
this problem. Schools and educational institutions should involve youth in
extracurricular activities that develop leadership skills. Governments and
community organizations can also facilitate interesting and interactive leadership
training programs. In addition, it is important to promote inspiring role models,
both among youth and adults, so that the younger generation has strong role models
in developing their interest in leadership. With the right actions, it is hoped that the
interest in leadership among youth can increase again for a brighter future.

2
PENDAHULUAN

Manusia masa depan memiliki kesadaran diri yang jelas serta kemampuan
beradaptasi terhadap perubahan, termasuk melakukan perubahan yang signifikan
dalam dinamika perubahan yang cepat. Mahasiswa sebagai agen perubahan bahkan
pengarah perubahan sudah sewajarnya menjadi garda terdepan yang membawa
angin segar bagi pembangunan bangsa Indonesia ini, dimanapun mereka berada.
Sejarah mencatat bahwa dalam semua gerakan inovasi selalu dicanangkan oleh anak
muda. Jika kita melihat sejarahnya, proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
reformasi yang terjadi di Indonesia dimulai oleh kaum muda. Hal ini terjadi karena
karakteristik anak muda yang memiliki cita-cita tinggi, mau bekerja keras dan
memiliki cita-cita yang besar untuk menatap masa depannya.

Kampus sebagai sarana produksi intelektual harus mampu melahirkan


pemimpin-pemimpin bangsa yang akan membawa negaranya menuju kejayaan.
Pemimpin diciptakan dengan membentuk. Mengubah mentalitas Anda untuk
menjadi seorang pemimpin membutuhkan banyak usaha. Pelajar adalah status sosial
yang berharga. Sebagai mahasiswa, banyak yang menyebutnya sebagai agen
perubahan atau intelektual. Kecerdasan berpikir dan persepsi sosial-politik yang
sensitif merupakan keharusan dalam diri siswa. Siswa terikat pada perubahan.
Mengubah tatanan sosial, sistem dan kondisi masyarakat. Untuk memberdayakan
mahasiswa, mahasiswa di kampus dilatih untuk berorganisasi dan melatih
keterampilan kepemimpinan mereka dalam kegiatan kemahasiswaan melalui
organisasi di kampus. Tempat belajar tidak selalu di ruang kelas, bisa juga melalui
organisasi di dalam kampus yang juga berperan penting dalam membentuk manusia
untuk masa depan.

3
PENGALAMAN

Saya dibesarkan dari lingkungan keluarga yang selalu mengingatkan bahwa saya
harus menjadi seseorang yang membawa perubahan bagi perekonomian keluarga.
Pendiktean tersebut kurang lebih menjadi dasar dari segala tindak dan kelakuan saya
sebagai manusia yang sangat individualis, mengedepankan segala pencapaian diri
yang terkurung dalam lingkup-lingkup akademis, karena sampai beberapa tahun
lalu, itulah satu-satunya cara bertahan dan diakui berprestasi oleh masyarakat.
Namun seiring waktu, saya menyadari, bahwa kemampuan dan kecerdasan
bersosialisasi, emosional, kepemimpinan, membawa banyak pemimpin besar dunia
pada puncak kejayaannya. Walau demikian hal tersebut tidak serta merta
menjadikan saya seseorang yang beralih dari pemgejaran terhadap prestasi-prestasi
akademik ke arah non akademik. Langkah pertama yang saya lakukan, adalah
mengambil bagian sebagai anggota di dua organisasi kampus saat masih menjadi
mahasiswa baru yakni di English Club dan Forum Kajian Ekonomi Islam.

Keikutsertaan saya tersebut, yang walaupun tidak seaktif yang pengurus organisasi
harapkan, setidaknya telah membawa saya pada banyak pemikiran baru. Bahwa
saya bertemu dengan banyak kepala yang rela dipangkas waktu tidurnya untuk
mengabdi bagi mahasiswa yang bahkan tidak tahu mereka bekerja untuknya,
meluangkan tenaga, pikiran, bahkan materi. Hingga kutipan Anies
Baswedan yang berbunyi “Your High GPA Will Get You To Job Interview, But It’s
Your Leadership, That Will Get You The Future”, membuat saya tersadar, bahwa
kita tidak harus terkotakan kotakan dalam akademik atau non akademik untuk jadi
hebat jika kita bisa berkontribusi dan mengambil peran pada keduanya secara
maksimal.

4
Hingga pada akhirnya, hal tersebut mengantarkan saya menjadi Ketua
Umum English Club FEB UNRAM 2021, dan Sekretaris Jenderal BEM FEB
UNRAM pada 2022. Tahun tahun penuh suka dan duka cita, perihal bagaimana
saya ingin terus beprestasi secara akademik namun juga tidak ingin melalaikan
amanah di organisasi. Keterlibatan tersebut membuat saya menyadari bahwa skill
kepemimpinan, manajemen waktu, manajemen konflik, manajemen organisasi,
manajemen acara, membawa kita pada banyak pencapaian dalam hidup. Namun saat
sebagai mahasiswa Fast Track (Mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 dan S2
secara bersamaaan), saya melihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang maka akan semakin tidak tertarik mereka terhadap tawarantawaran hidup
berorganisasi terutama di lingkungan kampusm, bahkan dengan adanya Merdeka
Belajar Kampus Merdeka, organisasi semakin kehilangan pamor dan pengikutnya.
Mahasiswa berbondong-bondong mengejar wadah pengembangan diri sendiri,
terutama karena tidak adanya apresisasi dari kampus terhadap mahasiswa yang aktif
berorganisasi kecuali piagam. Jarang sekali saya melihat orang-orang yang pintar
secara akademik, turut ambil bagian dalam organisasi kampus.

5
HARAPAN

Ada begitu banyak mahasiswa yang berbondong-bondong mengikuti


kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang selain karena
persyaratan yang bisa dibilang mudah, juga menjanjikan prospek apresiasi yang
jauh lebih hebat dibandingkan yang mampu diberikan oleh organisasi. Beberapa
kampus mungkin telah menerapkan bahwa pengurus organisasi akan memperoleh
konversi nilai setidaknya pada KKN, namun hal tersebut hanya berlaku di segelintir
kampus. Walaupun saya dibesarkan dengan kepercayaan penuh pada kalimat John
F Kennedy yang mengatakan bahwa “Ask not what your country can do for you,
Ask what you can do for your country”, namun kata-kata tersebut sayangnya tidak
berlaku bagi setiap kepala sehingga bukan sesuatu yang sulit membuat orang
meninggalkan amanah di organisasi karena lebih tertarik pada beragam program
yang kini ada dan menjanjikan.

Pemerintah dan institusi pendidikan seharusnya mampu memberikan keadilan dan


apresiasi yang sama besarnya bagi mahasiswa yang ikut dikegiatan akademik
maupun non akademik, karena paling tidak, mahasiswa yang telah aktif dalam
kegiatan berorganisasi menjadi garda terdepan dalam menyuarakan dan memediasi
keluhan mahasiswa. Begitu pula bagi mahasiwa yang berprestasi secara akademik
kemudian mampu memberikan pemikiran yang cemerlang bagi kemajuan
organisasi yang harusnya bisa mereka ikuti. Namun zaman tentu memberikan
tantangan yang berbeda sehingga solusi yang dipersyaratkan juga berbeda-beda,
sehingga penting sekali untuk terus memperbaharui skill kepemimpin dan
manajemen, sehingga beragam masalah yang hadir terus mampu kita tawarkan
solusinya. Bagaimana menjadikan organisasi sebagai wadah yang benar-benar
bergerak sesuai tujuan pendiriannya dan juga menjadikannya tetap eksis ditengah
beragam jerat karir individualis menjadikan kita perlu terus belajar menghadapi
resiko.

RENCANA AKSI

6
Sebagai anak bangsa yang berkeinginan kuat untuk mengadakan
serangkaian upaya untuk mencetak bibit-bibit pemimpin masa depan yang siap
memperbaiki keadaan bangsa di masa depan saya meyakini bahwa mahasiswa tidak
hanya dituntut untuk belajar atau hanya sekedar mencari pengalaman saja demi
mendapatkan gelar sarjana. Esensi seorang mahasiswa sejatinya mengemban cukup
banyak tanggung jawab sebagai pemuda bangsa. Tidak hanya permasalahan di
ranah kemanusiaan saja, mahasiswa juga dituntut mampu menggali solusi atas
segala permasalahan-permasalahan bangsa yang hadir baik di internal kampus
maupun eksternal kampus.

Memperjuangkan hak-hak organisasi itu sendiri untuk memperoleh apresiasi


adalah bagian dari upaya menjadikan organisasi tetap memiliki maruah dan
kebesaranya sebagai organisasi. Sehingga organisasi tetap tumbuh tidak hanya
sebagai sarana pengembangan minat bakat namun juga agent of aspiration terhadap
kebijakan-kebijakan kampus maupun pemerintah yang dinilai dapat dilakukan
untuk mengembangkan kapasistas mahasiswa maupun civitas akademika maupun
non akademika didalamnya, begitu juga sebaiknya menjadi agent of control
terhadap kebijakan kampus atau pemerintah yang merugikan mahasiswa dan rakyat.

Mahasiswa pada tingkat pendidikan apapun, perlu berkumpul dan


menyuarakan pendapat termasuk pada lingkungan Master maupun doktor, karena
masalah yang dihadapi selalu baru, dan diskusi adalah bagian yang selalu perlu
dilakukan oleh kita semua yang mengaharapkan perubahan yang lebih baik bagi
Nusa dan Bangsa. Sehingga “Jangan Tanyakan apa yang bisa negaramu berikan
untukmu, tapi tanyakan, apa yang bisa kau berikan untuk negaramu?”.

You might also like