Professional Documents
Culture Documents
Teori-Akuntansi-Suwardjono Convert Compress
Teori-Akuntansi-Suwardjono Convert Compress
Teori-Akuntansi-Suwardjono Convert Compress
Disusun Oleh :
SURABAYA
2016
DAFTAR ISI
B. Pengembangan Akuntansi..................................................................................3
C. Peran Riset Akuntansi........................................................................................4
D. Pengertian Akuntansi..........................................................................................4
E. Seni, Sains, Dan Teknologi................................................................................5
F. Perekayasaan Laporan Keuangan.......................................................................7
G. Teori Akuntansi Sebagai Sains...........................................................................8
H. Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis.........................................................9
I. Perspektif Teori Akuntansi...............................................................................10
J. Verifikasi Teori Akuntansi...............................................................................16
REFERENSI
2
Standar akuntansi memberi pedoman perlakuan akuntansi terhadap suatu
kejadian. Pedoman tersebut terefleksi dalam pendefinisian, pengukuran, penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan elemen-elemen atau pos-pos laporan keuangan.
Praktik akuntansi dipengaruhi oleh factor lingkungan (social, ekonomik, dan
politis) tempat akuntansi dijalankan.
Di balik praktik akuntansi sebenarnya terdapat seperangkat gagasan-
gagasan yang melandasi praktik tersebut berupa asumsi-asumsi dasar, konsep-
konsep, penjelasan, deskripsi, dan penalaran yang keseluruhannya membentuk
bidang pengetahuan teori akuntansi. Teori akuntansi menjelaskan mengapa
praktik akuntansi berjalan seperti yang diamati sekarang. teori akuntansi
membahas perlakuan-perlakuan dan model-model alternative yang dapat menjadi
jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam praktik.
B. PENGEMBANGAN AKUNTANSI
Akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai
pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikan di dunia nyata dan sebagai
suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Akuntansi
3
sebagai serangkaian prosedur, metoda, dan teknik tanpa memperhatikan teori
di balik praktiknya apabila dari segi profesi. Akuntansi dipandang sebagai
pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan
keuangan. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberikan
pedoman yang lebih luas daripada standar akuntansi karena tidak semua
perlakuan akuntansi secara eksplisit diatur dalam standar akuntansi. Pada
akademisi, akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan
teori.
Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik
dijalanakan sesuai dengan PABU dan bidang teori berkepentingan dengan
penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktik
akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut
teori akuntansi. Teori akuntansi memusatkan perhatian pada aspek mengapa
(why to account the way it is or the way it should be).
D. PENGERTIAN AKUNTANSI
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau
pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang pengetahuan. Artinya,
kedudukan akuntansi dalam tatanan pengetahuan juga akan menentukan
4
pengertian dan lingkup teori akuntansi. Akuntansi didefinisi sebagai
seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup luas dan
dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi
secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi.
Akuntansi sebagai kegiatan penyediaan jasa (service activity)
mengisyaratkan bahwa akuntansi yang akhirnya harus diterapkan untuk
merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan harus
bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi
diterapkan (to be useful in making economic decisions).
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi didefinisikan sebagai
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa
berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu
lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Akuntansi akan mempunyai peran yang nyata jika informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil keputusan
ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan
ekonomik negara. Pelaporan keuangan (financial reporting) sebagai sistem
nasional harus direkayasa dengan saksama untuk pengendalian alokasi
tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku.
Kebijakan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perilaku
pengambil keputusan ekonomik jelas merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan dalam alokasi sumber daya ekonomik. Pengendalian secara
otomatis dapat dicapai melalui standar akuntansi yang merupakan cara
tertentu sebagai hasil akhir dari proses perekayasaan.
5
magang pada praktisi. Penyebutan akuntansi sebagai seni sebenarnya
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dalam praktiknya akuntansi
melibatkan banyak pertimbangan nilai yang menuntut keahlian dan
pengalaman untuk memilih perlakuan yang terbaik. Jadi, kalau akuntansi
dikatakan sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya
bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan.
Akuntansi dikatakan sebagai sains jika terdapat kriteria penting
untuk menguji validitas pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat
pengetahuan. Kriteria tersebut adalah koherensi, korespondensi, keterujian,
dan keuniversalan. Koherensi menuntut bahwa seperangkat pernyataan-
pernyataan bersifat logis dari asumsi yang mendasarinya. Korespondensi
menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang melandasinya
didukung oleh fakta empiris di dunia nyata. Keterujian menghendaki
terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori.
Keuniversalan menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu
untuk menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang
dibahas. Proses evaluasi untuk menentukan apakah kriteria tersebut dipenuhi
disebut dengan proses validasi. Proses validasi ini juga melibatkan
pertimbangan, tetapi dalam sains pertimbangan tersebut dikendalikan oleh
metode atau kaidah ilmiah.
Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan banyak
membahas gejala akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metoda
akuntansi tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong manajemen
memanipulasi laba, dan apakah partisipasi salam penyusunan anggaran
mempengaruhi kinerja manajer divisi. Tujuan akuntansi adalah menghasikan
atau menemukan prinsip-prinsip umum (general priciples) untuk
menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (tujuan
pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan (teori).
Akuntansi dikatakan sebagai teknologi karena jika dilihat dari
karakteristik akuntansi, sebenarnya seperangkat pengetahuan akuntansi
seperti teknologi yang harus dikembangkan sesuai dengan sifat teknologi
6
tersebut agar lebih bermanfaat dan mempunyai pengaruh nyata dalam
kehidupan sosial tertentu. Karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan
teknologi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “rekayasa informasi dan
pengendalian keuangan.” Sebagai teknologi, akuntansi dapat memanfaatkan
teori-teori dan pengetahuan yang dikembangkan dalam disiplin ilmu yang lain
untuk mencapai tujuan tertentu tanpa harus mengembangkan teori itu sendiri.
Akuntansi dirancang untuk memperlancar kegiatan ekonomik dan
oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi untuk kepentingan
(kebijakan) politik. Akuntansi harus resnposif terhadap kebutuhan masyarakat
dan juga harus merefleksi kondisi sosial, politis, hukum, budaya, dan
ekonomik tempat akuntansi beroperasi atau diterapkan.
7
disediakan dan dilaporkan dalam suatu negara untuk tujuan pengambilan
keputusan ekonomik.
8
hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Oleh karena itu,
teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi
sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau
peristiwa dalam akuntansi.
Karena teori akuntansi disetarakan dengan sains, apa yang dibahas
dan dihasilkan harus memenuhi kriteria sains yaitu bebas nilai (tidak untuk
mencapai tujuan sosial atau ekonomik tertentu), koheren, universal, dan dapat
diuji/diverifikasi secara empiris. Kebutuhan untuk memenuhi kriteria ini
menjadikan arah teori akuntansi bergeser dari menghasilkan prinsip dan
praktik akuntansi baru yang lebih baik menuju ke menguji validitas
penjelasan suatu fenomena atau fakta akuntansi. Pergeseran arah ini ditentang
oleh banyak pihak karena dengan pendekatan semacam ini tidak akan
menghasilkan jawaban berupa teknik atau prinsip baru untuk memecahkan
masalah akuntansi.
9
Perekayasaan akuntansi menghasilkan suatu rerangka konseptual.
Fungsi rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan
dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi. Penalaran
logis dapat digunakan untuk menilai apakah praktik yang sekarang berjalan
telah mendukung atau menjamin tercapainya tujuan pelaporan yang
dicanangkan dalam rerangka konseptual.
Meskipun menggunakan metode yang sama, penalaran logis harus
dibedakan dengan penalaran ilmiah. Teori akuntansi sebagai sains juga
memerlukan penalaran logis tetapi penalaran ilmiah tersebut bersifat
universal dan objektif dan tidak dipengaruhi oleh tujuan-tujuan dan kebijakan
khusus yang berlaku dalam suatu lingkungan. Penalaran logis dalam
akuntansi justru digunakan untuk membenarkan praktik atau perlakuan
tertentu dengan maksud untuk “memaksakan” praktik atau perlakuan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Penalaran logis dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan praktik baru jika memang tujuan tertentu hanya dapat
dicapai dengan menciptakan praktik yang baru. Praktik yang baru dapat
dikembangkan dengan penerbitan standar baru oleh badan yang berwenang.
Dengan standar tersebut, diharapkan praktik di masa mendatang akan menjadi
terarah dan konsisten menuju ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang
diharapkan. Dalam penalaran ini, tujuan merupakan komponen paling penting
untuk ditentukan karena tujuan yang berbeda akan menghasilkan struktur
yang berbeda pula. Jika penalaran ini dapat disebut sebagai teori umum
akuntansi, maka penalaran semacam ini akan membentuk suatu yang biasa
disebut teori akuntansi normatif.
10
justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif
lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
1. Aspek Sasaran Teori
Aspek sasaran ini mendasari perbedaan teori akuntansi
menjadi teori akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya
merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains
atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi
positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi
normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin
dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu peristiwa
sesuai dengan fakta yang terjadi atas dasar pengamatan empiris.
Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesuatu
pernyataan itu benar atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Sedangkan
penjelasan normatif berisi pernyataan untuk menilai apakah sesuatu itu
baik atau buruk, relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan
kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan
untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga
bersifat pembuat kebijakan.
11
Atas dasar perbedaan aspek di atas, sasaran teori akuntansi
positif adalah menghasilkan penjelasan tentang apa yang terjadi secara
objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Teori akuntansi positif
mengajukan proposisi atau hipotesis bahwa perusahaan pemanufakturan
cenderung memilih MPKP sedangkan perusahaan perdagangan
cenderung memilih MTKP.
Teori akuntansi positif berusaha menentukan apakah hipotesis
tersbut benar atau salah dengan menggunakan metoda ilmiah atas dasar
pengamatan data yang nyatanya terjadi. Tujuan teori positif adala untuk
mendeskripsi, teori akuntansi tidak berkepentingan untuk menilai
apakah metoda MPKP lebih baik atau lebih bermanfaat daripada
metoda MTKP.
Di lain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah
menghasilkan penjelasan mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih
baik atau lebih efektif daripada perlakuan akuntansi alternatif karena
tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Jadi, perbedaan teori akuntansi
positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang
masalah yang menjadi perhatian masing-masing teori.
12
membahas masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan
penyimpulan. Ketiga bidang ini menjadi teori yang melandasi
terciptanya komunikasi yang efektif.
Terdapat tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika,
semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaah logika dan kaidah
bahasa, yaitu hubungan logis di antara tanda-tanda atau simbol-simbol
bahasa. Semantika menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan
dunia kenyataan (fakta) yang disimbolkannya. Pragmatika membahas
dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada
tidaknya perubahan perilaku penerima.
13
bahasan dan pemahaman menjadi teori akuntasi sematik, sintaktik, dan
pragmatik.
14
struktur akuntansi dalam suatu negara, yaitu manajemen, entitas
pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan
pedoman penyusunan laporan.
15
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu
pernyataan atau penjelasan. Peranan logika sangat penting dalam
penalaran. Teori yang disusun dengan penalaran yang baik akan
mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting
dalam rangka menerima atau menolak kebenaran (validitas) suatu teori.
Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan
sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.
1) Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang
berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (disebut
premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
Pernyataan umum dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral,
ideologi, keyakinan, atau budaya.
Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis
penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau
norma yang dianggap benar, baik, atau relevan dalam kaitannya
dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas.
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi
penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan
akuntansi.
2) Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran
deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan khusus
dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan
generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Hubungan antara
premis dan konklusi dalam penalaran ini tidak langsung dan
tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam
penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin
16
kebenaran konklusi yang bersifat generalisasi. Kebenaran
konklusi hanya dapat dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya
digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi
penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Hipotesis
merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.
Bila bukti empiris (atas dasar pengamatan terhadap sampel)
konsisten dengan atau mendukung generalisasi tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa generalisasi tersebut menjadi teori yang
valid dan mempunyai daya prediksi yang tinggi.
Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori
akuntansi normatif biasanya berbasis penalaran deduktif
sedangkan teori akuntansi positif berbasis penalaran induktif.
Secara umum dapat dikatakan bahwa teori akuntansi sebagai
penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan
deduktif. Teori akuntansi sebagai sains bersifat positif,
pragmatik, dan induktif.
17
akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi dan
diukur implikasinya.
Teori akuntansi positif dievaluasi validitasnya atas dasar kesesuaian
teori dengan fakta yang terjadi. Menentukan fakta melibatkan observasi
secara objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui
penelitian dengan metode ilmiah. Oleh karena itu, validitas teori akuntansi
positif banyak dilakukan dengan penelitian empiris. Penelitian empiris
didasarkan atas pengamatan terbatas (sampel) untuk menguji teori secara
statistis. Karena teori akuntansi positif bersifat bebas nilai, maka verifikasi
dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak diarahkan untuk
menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk
menentukan kebijakan.
Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan
fakta sehingga verifikasi validitasnya mengandalkan penalaran logis semata.
Baru setelah teori tersebut dipraktikkan dalam bentuk kebijakan, pengujian
secara empiris dapat dilakukan untuk menguji penalaran yang mendasarinya.
Teori akuntansi semantik melibatkan penyimbolan fakta sehingga
mengandung unsur empiris. Oleh karena itu, validitas teori dapat diverifikasi
secara empiris dengan pengamatan.
Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang
besar karena teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku
pasar/individual sebagai reaksi terhadap informasi akuntansi. Verifikasi teori
ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi
bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat seakan-akan
menggunakan informasi tersebut.
Karena teori akuntansi semantik, sintaktik, dan pragmatik tidak
berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan
pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapat-
dapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penalaran logis, bukti
empiris, daya prediksi, dan pertimbangan nilai yang telah disepakati.
18
Referensi:
Suwardjono. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.