You are on page 1of 22

MAKALAH

DAMPAK PERSALINAN TERHADAP STATUS KESEHATAN MENTAL


PEREMPUAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segalah puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggp untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa kepada baginda tercinta
kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan sukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas makalah dari mata kuliah “Fisiologi Dalam
Peayanan Kebidanan” dengan judul “Dampak Persalinan Terhadap Status
Kesehatan Mental Perempuan”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman untuk makalah kami, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mambantu dalam pengusunan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Makassar, 01 Desember 2022

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
A. Persalinan .......................................................................................... 3
B. Kesehatan Mental………………………………………………...... 9
C. Pengaruh Aspek Psikis terhadap Kesehatan Mental.................... 11

D. Kesehatan Mental Pada Masa Persalinan..................................... 13

BAB III PENUTUP ………………………………………………………. 18


A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses
melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama
pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan.
Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian
serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses
persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan. Rasa cemas dapat
timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya
dan bayinya (Lail, 2019).
Kecemasan mengadapi persalinan dirasakan seluruh ibu hamil khususnya
primigravida, dari penelitian yang dilakukan mengenai faktorfaktor yang
berhubungan dengan tinkat kecemasan menjelang persalinan, dari 64
responden diperoleh 10.9% mengalami kecemasan ringan, 70,3% kecemasan
sedang, dan 18,8% kecemasan berat (Handayani, 2017). Sedangkan menurut
Astuti (2017) dalam penelitian yang Hubungan Karakteristik ibu Hamil
Primigravida Trimester ketiga dengan tingkat kecemasan di RSUD Pasar
Rebo menyatakan bahwa dari 47 responden yang diteliti diperoleh 93,6%
mengalami kecemasan ringan dan 6,4% mengalami kecemasan berat . Hasil
penelitian oleh Fazria (2016) di Desa Tualang Teungoh, langsa Semua ibu
hamil mengalami kecemasan menghadapi persalinan dan sebanyak 48%
mengalami tingkat kecemasan berat (Lail, 2019).
Gangguan psikologis pada perempuan pasca melahirkan ini sebenarnya
terjadi pada sekitar 30-75% ibu melahirkan.Tahun 2016,ditemukan 3 kasus
penderita depresi pasca melahirkan dan depresi itu sudah masuk ke dalam
jenis kelainan jiwa berat. Sementara depresi- depresi yang ringan tidak
terekspos semua, sementara di AS, sekitar dua dari1.000 ibuyang mengalami
depresi pasca melahirkan (postpartum depression) beranjakmenjadi penderita

1
postpartum psychosis yang ditunjukkan dengankelainan jiwa (Siti et al.,
2018).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Anita satriani pada tahun 2013 di
Wilayah Puskesmas Doplang Kabupaten Blora dengan melakukan wawancara
terhadap 9 perempuan pasca melahirkan, 6 orang merasa senang dan bahagia,
3 di antaranya menyatakan bahwa dirinya merasa tertekan dengan kehadiran
bayi yang baru dilahirkan. Satu dari tiga ibu tersebut menyatakan bahwa
dirinya belum siap menerima kelahiran putra pertamanya karena merasa
dirinya masih terlalu muda dengan pernikahan yang dipaksakan oleh orang
tua. Responden kedua menyatakan bahwa kelahiran anak keduanya initerlalu
dekat dengan anak pertama yang hanya berselisih 16 bulan sehinggamerasa
takut dan khawatir kalau tidak bisa mengasuh keduanya, dan responden
ketiga merasa sudahcapek mengurusi anak karena kelahiran kali ini adalah
yang keenam. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan rasa tidaknyaman
dalam diri ibu yang baru melahirkan ini. Tanda-tanda perasaan tertekan,
susah tidur, rasa malu, rasatakut dan sebagainya juga menunjukkan bahwa
ibu-ibu ini mengalami stress pada persalinannya (Siti et al., 2018)

B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak persalinan terhadap status kesehatan mental perempuan?
C. Tujuan
Mampu memahami dampak persalinan terhadap status kesehatan mental
perempuan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah Proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. Padahal masih banyak definisi yang
dikemukakan. Persalinan merupakan proses mengeluarkan janin dari
Rahim, sampai janin turun ke jalan lahir, kehamilan cukup bulan (37 – 42
Minggu ) ( BKKBN, 2019 ).
Persalinan merupakan tugas berat yang harus dilakukan seorang
ibu hamil. Diperlukan segenap tenaga dan pikiran untuk
melaksanakannya. Rasa sakit, rasa lelah, tegang, dan hal lainnya
membayangi proses persalinan yang dihadapi. Banyak ibu hamil
merasakan bahwa persalinan merupakan proses yang cukup menakutkan
untuk dilalui, namun ada juga ibu hamil yang mengatakan bahwa proses
melahirkan adalah merupakan kodrat wanita yang mudah untuk dilalui
(Lail, 2019).
Persalian adalah proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit
yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
Proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, diantaranya ibu hamil
harus memiliki pengetahuan untuk menghadapi persalinan, kesehatan
yang baik, adanya perasaan nyaman saat melahirkan, dan dukungan dari
suami dan keluarga. Melahirkan merupakan hal yang paling di nantikan

3
oleh ibu hamil. Persalinan terasa akan menyenangkan karena janin yang
selama sembilan bulan di dalam rahim akan terlahir ke dunia (Lail,
2019).
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Lail, 2019).

2. Fisiologi pada Persalinan


Fisiologi Persalinan ialah Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup di dunia luar dari Rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dgn pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Indri et al., 2021).
3. Perubahan Psikologi Ibu Bersalin dan Pasca bersalin
a. Psikologi Ibu Bersalin
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika
iatidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang
disampaikankepadanya. Wanita bersalin biasanya akan
mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai. Dari beberapa problem
psikologis pra melahirkan yang telah ditemukan dilapangan, maka
akan dikorelasikan dengan yang disampaikan, yaitu problem pra
melahirkan diantaranya: (Siti et al., 2018).
1) Meningkatnya kecemasan, semakin meningkatnya kecemasan
makaintensitas nyeri semakin tinggi
2) Kelelahan, kehabisan tenaga, dan kekhawatiran ibu
mengakibatkanintensitas nyeri semakin kuat mengakibatkan
siklus stres-nyeri-stressehingga ibu tidak mampu bertahan lagi

4
3) Stres melahirkan juga terjadi pada janin yang berakibat makin
lamanya proses persalinan sehingga mengakibatkan kegawatan
pada bayi
4) Meningkatnya plasma kortisol yang berakibat menurunnya
respon imunibu dan janin sehingga stres bisa membahayakan ibu
dan bayi.
Oleh sebab itu, problem yang sering ditemukan sesuai
denganmaterinya yakni : Pertama, kecemasan yang berlebihan
akan meningkatkanrasa nyeri, itu sesuai dengan data di lapangan
bahwa problem psikologis pasien pra melahirkan yaitu kondisi
psikis yang dipengaruhi oleh kondisi fisik yang tidak baik.
Kedua, pada saat melahirkan tidak didampingi oleh keluargadan
suami, maka akan terjadi stress pada pasien sehingga akan
mempengaruhistress pada janin yang berakibat semakin lama
proses pesalinan. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat
akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang
berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyamandengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin,
memberi sentuhan, memberi penenangan yang non farmakologi,
memberi analgesia jika diperlukan dan yang paling penting
berada disisi pasien adalah bentuk- bentuk dukungan psikologis.
Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan
berjalan lebih mudah (Siti et al., 2018).
Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan,
ibudapatmengatasinya dengan meminta keluarga atau suami
untukmemberikansentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinandapatberjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikandoronganmoril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/
keluarga sertamemberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama
dan keyakinan (Siti et al., 2018).

5
Pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses
persalinan, yaitu menemukan bahwa para ibu yang didampingi
seorangsahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama
proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil
mengalami komplikasi yangmemerlukan tindakan medis
daripada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-Ibu dengan
pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih
cepatdan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula
bahwa kehadiransuami atau kerabat dekat akan membawa
ketenangan dan menjauhkan sangibu dari stress dan kecemasan
yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan,
kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara
psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara
fisik (Siti et al., 2018).
Pengaruh yang signifikan dari pendampingan suami
terhadap tingkat kecemasan ibu selama proses persalinan normal.
Partisipasi suami yang cukuptinggi dalam pendampingan istri
menunjukkan bahwa suami menyadari akan peran yang bisa
dilakukannya dalammemberikan dukungan fisik dan dorongan
moral kepada istri yang sedang melahirkan. Sehingga diperlukan
dukungan suami selama proses persalinan istrinya (Siti et al.,
2018).
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu
oleh para ibuhamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di
sisi lain merupakan halyang paling mendebarkan. Persalinan
terasa akan menyenangkan karena sikecil yang selama sembilan
bulan bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir
kedunia. Disisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan
khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses
persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu

6
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan (Lail,
2019).
Gangguan yang terjadi pada seorang ibu menjelang
persalinan, yang bersumber pada rasa takut & sakit pada fisik
ygteramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan , baik
fisik maupun psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin,
perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap
orang namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga dan
penolong persalinan agar ia dapat menerimakeadaan yang terjadi
selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga iadapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadipada
dirinya.Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui
oleh penolong persalinan dalammelaksanakan tugasnya sebagai
pendamping atau penolong persalinan. Perubahan psikologis
pada kala satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam
persalinan, trauma bagi ibu yang pertama kali melahirkan,
perubahan-perubahan yang di maksud adalah: (Siti et al., 2018).
1) Perasaan tidak enak.
2) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi.
3) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara
lain apakah persalinan berjalan normal atau tidak.
4) Menganggap persalinan sebagai cobaan.
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
6) Apakah bayi normal atau tidak.
7) Apakah ia sanggup merawat bayinyah.
8) Ibu cemas.
Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan
terjadi “fluktuasi” hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara
lain menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu yang
baru melahirkan (Lail, 2019).

7
1) Kurangnya persiapan mental
Yang dimaksud di sini adalah kondisi psikis atau mental yang
kurangdalam menghadapi berbagai kemungkinan seputar peran
ganda merawat bayi, pasangan,dan diri sendiri. Terutama hal-
hal baru dan “luar biasa” yang bakal dialami setelah
melahirkan. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.
Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-
minggu terakhir masa kehamilan itu menimbulkan banyak
gangguan psikis dan pada akhirnya meregangkan jalinan
hubungan ibu dan anakyang semula tunggal dan harmonis.
Maka beban inilah yang menjadi latar belakang dari impuls-
impuls emosional yang diwarnai oleh sikap permusuhan
terhadap bayinya. Lalu ibu tersebut mengharapkan jika
bayiyang dikandungnya untuk segera dikeluarkan dari
rahimnya.
2) Gangguan bounding attachment
Pengertian bounding attachmet/ keterikatan awal/ ikatan batin
adalahsuatu proses dimana sebagai hasil dari interaksi terus
menerus antara bayidan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan
b. Psikologi ibu nifas (Pasca Bersalin)
Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai enam minggu berikutnya. Bila ibu gagal beradaptasi terhadap
perubahan yangdialamiunya maka kemungkinan dapat terjadi
masalah gangguan kesehatan jiwa, Depresi post partum adalah
depresi berat yang terjadi 7 hari setelahmelahirkan dan berlangsung
30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada
tahun 1988 (Siti et al., 2018).
Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan , mudahmarah, gangguan nafsu

8
makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post
partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saatibu
mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada
masa awal post partum, yang disebut dengan “baby blues/ maternity
blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “,
psikosis/psikosa post, partum atau melankolia” Diantara dua keadaan
ekstrim tersebut terdapatkeadaan yang mempunyai tingkat keparahan
sedang yaitu “depressi post partum/neurosa post partum” (Siti et al.,
2018).

B. Kesehatan Mental
1. Kesehatan
Pada umumnya Anda akan mengartikan Kesehatan merupakan
kondisi dimana Anda memiliki kondisi fisik, mental dan keadaan yang
baik pada diri seseorang. Seperti Anda ketahui organisasi kesehatan
dunia atau biasa disebut dengan World Health Organization (WHO)
memberikan asumsi bahwa Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana
fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang dimiliki seseorang yang tidak
hanya berupa penyakit atau kelemahan (Lail, 2019).
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 1992
Kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan semua orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Meskipun Anda terlihat dari fisiknya sehat, tetapi hal itu belum tentu dari
segi mental Anda juga sehat. Gangguan mental bukan hanya saja diidap
oleh orang gila saja, tetapi banyak sekali gangguan mental yang perlu
Anda ketahui. Pengertian kesehatan yang menyeluruh ini dianggap hal
sepele bagi khalayak umum, banyak yang beranggapan bahwa gangguan
mental itu seperti orang gila. Tetapi pada kenyataannya hanya beberapa
kasus saja yang diakibatkan oleh sakit jiwa, tetapi gangguan jiwa adalah
salah satu tipe yang lain dan bermacam-macam jenisnya yang perlu Anda

9
ketahui. Sehingga jika Anda stress akan berakibat pada gangguan
kehamilan (Lail, 2019).
2. Mental
Banyak yang beranggapan bahwa Mental secara umum
berhubungan dengan kejiwaan, tapi banyak menurut para ahli belum bisa
secara definitive mengartikan pengertian dari mental, tetapi Secara
etimologi kata “ mental ” berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki
pengertian hamper sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan (Lail, 2019).
Menurut Al-Quusy (2017) memberikan artian bahwa mental
merupakan hubungan antara fungsifungsi psikologis yang memiliki
kemampuan menghadapi segala bentuk permasalahan psikologis yang
dapat menimpa Anda dan orang lain, yang pada akhir berdampak
terhadap emosi, maka dari emosi itulah bahwa kondisi mental Anda
dapat terpangaruh.
Dari sini dapat kita ketahui lebih signifikan bahwa
mental itu terkait dengan, jiwa, hati (qalbu), akal , dan etika (moral) serta
tingkah laku) seseorang. Makan dari sini Anda dapat mengetahui bahwa
dari atu kesatuan tersebut inilah yang membentuk mentalitas atau
kepribadian (citra diri) Anda. Citra diri baik dan jelek tergantung pada
mentalitas yang Anda buat (Lail, 2019).
4. Kesehatan Mental
Menurut Darajat (dalam Bastaman, 2019) Kesehatan Mental
dapat diartikan tercapainya keselarasan yang alami antara fungsi-fungsi
dari kejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara diri kita sebagai
manusia dengan diri kita sendiri serta lingkungannya. Berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi diatas
memadukan unsur agama yang nantinya dapat Anda upayakan
penerapannya dalam kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-

10
prinsip kesehatan mental dan pengembangan hubungan baik dengan
sesama manusia.
Pengertian kesehatan mental yang diambil dari paham ilmu
kedokteran adalah dimana perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang menjadi salah satu kondisi yang harus berkembang secara optimal
dari diri Anda atau diri orang lain. Perkembangan itu harus di selaraskan
dengan adanya hubungan sosial dengan orang lain. Oleh karena itu
makna kesehatan mental mempunyai sifat - sifat yang harmonis ( serasi )
dan memperhatikan semua segi - segi dalam penghidupan manusia dan
dalam hubungannya dengan manusia lain (Lail, 2019).
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene,
Sesuai dengan penjelasan mental dari kata yunani, Mental hygiene ini
merujuk pada pengembangan dan aplikasi berbagai macam prinsip-
prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan
unsur psikologis dan pencegahan dari kemungkinan timbulnya kerusakan
mental atau malajudjusment. Jadi, kesehatan mental adalah aspek
terpenting dalam kehidupan seseorang. Aspek psikis manusia pada
dasarnya adalah semacam bentuk dari kumpulan sistem biologis, sebagai
sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi
dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek mental dan
psikis
tidak dapat dipisahkan untuk melihat sisi jiwa manusia (Lail, 2019).

C. Pengaruh Aspek Psikis terhadap Kesehatan Mental


Anda harus mengetahui apa saja bentuk dari aspek psikis itu sendiri yang
berpengaruh terhadap kesehatan mental Anda: (Lail, 2019).
1. Pengalamanaawalaindividua
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman
yang terjadi dimasa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan
bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental
individu di kemudian hari.

11
Dengan adanya upaya peningkatan kebutuhan akan berdampak
kepada Kesehatan mental pada seseorang. Orang yang telah mencapai
kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap
kemampuan bakat, ketrampilan sepenuhnya, akan mencapai tingkatan
apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Pada dasarnya sudah ada beberapa penelitian yang mengatakan
bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, itu disebabkan
oleh kurangnya atau ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah
kebutuhan dasar yang tersusun secara hierarki, seperti kebutuhan
biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan
harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.

2. Gangguan dan penyakit jiwa


Gangguan kesehatan mental menurut psikologi, ada
hubungannya dengan stress atas kegiatan Anda sendiri. Kondisi ini
dianggap tidak normal dalam perkembangan manusia. Berikut ini
beberapa aspek psikis yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental
Anda: (Lail, 2019).
a. Psikosomatik
Penyakit ini biasanya memiliki ciri-ciri pada kelainan atau
keluhan pada tubuh anda yang dapat disebabkan dari berbagai faktor
emosional yang sukar untuk disembuhkan seperti sulit untuk tidur
karena banyaknya masalah yang anda hadapi, hilang nafsu makan,
dan adanya makan yang terlalu berlebihan.
b. Kelainan kepribadian
Biasanya para penderita penyakit ini akan sulit untuk beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya. Semisal biasanya emosi para penderita
ini akan mudah naik atau “meledak”.
c. Retardasi mental

12
Gangguan ini merupakan gangguan yang menyerang pada sistem
perkembangan jiwa Anda atau lebih tepatnya keterlambatan dalam
perkembangan jiwa Anda, contohnya Anda akan sulit memahami
ilmu pengetahuan atau kata-kata baru yang baru Anda pelajari, dan
sulit untuk memahami hal-hal baru.
d. Rasionalisasi
Biasanya pada si penderita ini akan mengalami adanya gangguan
kesehatan mental berapa gangguan kejiwaan yang sering
memutarbalikkan fakta dari ego diri Anda sendiri yang nantinya
dapat mengakibatkan kepercayaan diri Anda hilang.
e. Neurosis
Neurosis merupakan gangguan jiwa yang dapat menyerang si
penderitanya dalam keadaan sadar, dengan tingkah laku yang aneh
dan susunan syaraf yang dapat merusak system motorik Anda. Anda
dapat mengetahui ciri-ciri penderita neuross ini antara, sering
mengalami kecemasan, menimbulkan konflik, dan adanya kerusakan
pada aspek kepribadian Anda, phobia, serta gangguan pencernaan.
Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa
jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya
sendiri.
f. Psikosis
Gangguan ini sudah sulit untuk diobati karena sudah menyerang
pada kondisi menyeluruh psikis atau kejiwaan Anda.

D. Kesehatan Mental Pada Masa Persalinan


Persalinan adalah salah satu peritiwa penting nan bersejarah yang dialami
oleh kehidupan seluruh Wanita di bumi ini. Hakikat manusia menurut
perspektif psikologi adalah seorang wanita yang percaya bahwa kita dianggap
sempurna ketika dapat melahirkan seorang anak. Ini merupakan peristiwa
yang sangat positif dimana dapat menjadi masa transisi yang terasa
menyenangkan untyuk berlaih ke tahap kehidupannya yang baru (Lail, 2019).

13
Persalinan juga disebut sebagai saat-saat yang berat dalam hidup.
Mengapa? Karena disinilah terjadi pertaruhan nyawa antara hidup dan mati.
Resa cemas, panik disertai ketakutahn yang tinggi, ketidakpastian ditambah
sakit yang luar biasa timbul menjelang proses kelahiran. Rasa ini timbul
akibat kekhawatiran yang muncul akan proses persalinan yang dialaminya
dengan calon bayinya nanti. Sebab itulah, wanita yang sedang menghadapi
persalinan membutuhkan selain kematangan fisik, mereka juga membutuhkan
kesiapan secara psikologis. Buruknya kematangan psikologis ( Kesehatan
mental ) seorang wanita juga akan memperngaruhi proses persalinannya.
Anggapan-anggapan bahwa persalinan itu sakit selalu membayangi si calon
ibu. Nah, anggpapan inilah yang menyebabkan sistem syaraf simpatetik
seperti sistem saraf endokrin dimana kebanyakan akan membuat ibu hamil
yang sedang menuju proses persalinan lebih mudah marah atau tersinggung,
sering melamun dan gelisah. Berikut adalah faktor psikologis terhadap
persalinan (Lail, 2019).

1. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah kesehatan mental


pada masa persalinan
Perlu Anda ketahui sesuai penjelasan diatas, rasa cemas dan
gelisah sering menghantui ibu hamil ketika masa persalinan mari untuk
selanjutnya kita pelajari tentang faktor apa saja yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan mental pada masa persalinan (Lail, 2019).
a. Kekhawatiran
b. Takut akan kematian
c. Trauma akan kelahiran
d. Perasaan bersaah
e. Kecemasan
f. Gelisah
g. Narsistis
h. Stress
i. Konflik batin

14
j. Sedih sekaligus Bahagia

2. Masalah Kesehatan Mental yang dapat terjadi pada masa


persalinan.
Setelah Anda mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya
masalah kesehatan mental pada masa persalinan, sekarang Anda akan
diberikan pengetahuan apa saja masalah yang dapat terjadi pada masa
persalinan, mari kita pelajari dengan seksama. Berikut ini adalah
beberapa macam gangguan psikologi yang bisa kita identifikasi pada saat
masa persalinan. Masa persalinan bisa berarti masa sebelum persalinan,
pada saat persalinan dan setelah persalinan. Kira-kira apa saja
gangguannya dan bagaimana cara untuk mengatasi gangguan psikologi
selama masa persalinan tersebut? (Lail, 2019).
a. Kecemasan
Kecemasan adalah hal yang biasanya terjadi menjelang
persalinan. Ibu hamil yang menantikan proses kelahiran pertama kali
biasanya akan mulai gugup dan cemas. Ia tidak berhenti memikirkan
hal-hal yang menurutnya berbahaya. Tentu saja, apabila kecemasan
ini tidak dikelola dengan baik, maka kondisi psikis ibu tersebut akan
semakin memburuk. Tidak menutup kemungkinan pula ia bisa
sampai mengalami gangguan obsesif kompulsif.
Untuk mengatasi kecemasan ini, maka dukungan dari orang
terdekat (suami atau keluarga) benar-benar dibutuhkan. Cara
menghilangkan kecemasan ini efektif. Mendengar pengalaman yang
menenangkan akan lebih baik, sebab bagaimana pun juga seringkali
ibu yang akan melahirkan justru terpapar oleh informasi-informasi
yang semakin membuatnya khawatir.
b. Ketakutan
Ketakutan berbeda dengan kecemasan. Kecemasan merupakan
suatu bentuk kekhawatiran pada objek yang tidak jelas (hanya ada di
pikiran dan tidak jelas bentuknya seperti apa). Sementara itu,

15
ketakutan merupakan bentuk kekhawatiran pada sesuatu yang jelas
objeknya. Dalam masa persalinan, seorang wanita bisa saja menjadi
takut pada proses persalinan normal. Ia membayangkan apakah janin
yang akan dilahirkannya selamat atau tidak. Atau kesakitan yang ada
pada saat bersalinan apakah ia sanggup jalani atau tidak. Untuk
mengatasi ketakutan, maka seorang wanita perlu ditenangkan
terlebih dahulu. Mendengarkan apa yang menjadi keluhannya adalah
hal yang baik yang bisa dilakukan. Sikap menggurui atau
memintanya berhenti takut justru tidak akan membantu mengurangi
ketakutannya.
c. Sikap Pasif
Sikap pasif timbul manakala seorang Wanita hamil memiliki
keengganan pada saat akan melahirkan. Ini juga didorong dengan
dukungan yang lemah dari lingkungan sekitar. Perhatian suami dan
keluarga yang kurang akan menimbulkan sikap yang pasif dari
seorang Wanita hamil. Oleh karenanya, penting untuk memberikan
dukungan kepadanya. Untuk mengatasi sikap pasif ini, kita bisa
memberikan sistem dukungan yang baik berupa bentuk perhatian
dan kasih sayang kepadanya. Bagaimana pun juga, hal ini akan
sangat berpengaruh pada kelancaran proses persalinannya nanti.
d. Hipermaskulin
Kondisi hipermaskulin menggambarkan bagaimana seorang calon
ibu merasa goyah keinginannya antara ingin atau tidak punya anak.
Padahal, ia sudah berada di saat-saat menjelang persalinannya.
Akibatnya, emosinya menjadi tidak stabil. Ini biasanya terjadi pada
wanita yang memang berkarir. Pikirannya menjadi buyar karena ia
ingin mempertahankan cara dia bekerja, tetapi di sisi lain juga
merindukan kehadiran anak. Gangguan psikologi pada masa
reproduksi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Lagi, untuk
mengatasi hal ini maka kita bisa memberikan sistem dukungan yang

16
baik. Mendengarkan keluhannya dan sama-sama mencari
penyelesaian Bersama adalah hal yang tepat untuk dilakukan.
e. Hiperaktif
Menjelang persalinan, seorang Wanita juga bisa menjadi lebih
hiperaktif karena ia ingin segera melaksanakan proses persalinan.
Oleh karenanya, ia menjadi lebih banyak beraktivitas demi proses
persainan yang berlangsung sesegera mungkin. Menenangkan ibu
hamil dengan cara memberikan pengertian-pengertian tentang proses
permasalahan ini. Psikologi konseling juga bisa dilakukan agar
wanita menjadi lebih siap.
f. Kompleks maskulin
Kompleks maskulin adalah bentuk dari hiperaktif yang tidak
tertangani. Pada saat persalinan, seorang wanita menjadi lebih
agresif lagi. Sikapnya menunjukkan bahwa proses persalinan yang ia
alami harus segera selesai dan tidak ingin membuang-buang waktu.
Sikapnya menjadi lebih pengatur pada orang-orang di sekitarnya.
Untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa persalinan ini, maka
ada baiknya tenaga medis yang membantu persalinan menghadirkan
orang paling terdekatnya (suami).
g. Halusinasi hipnagonik
Pada saat akan bersalin, seorang Wanita pasti akan mengalami
kontraksi-kontraksi. Ada fase istirahat selama kontraksi tersebut.
Seorang ibu bisa mengalami kondisi tidur semu. Di sinilah terjadi
kondisi halusinasi hipnagonik. Ia akan menjadi tidak tenang karena
muncul pikiran-pikiran yang tidak-tidak. Bahkan, kadang bisa juga
muncul gangguan psikosomatis. Untuk mengatasinya, maka kita bisa
tetap mempertahankan interaksi pada ibu menjelang persalinan.
h. Sindrom Baby Blues
Biasanya terjadi setelah proses persalinan. Bounding attachment
yang kurang baik menyebabkan seorang ibu justru menolak
kehadiran bayinya. Oleh karenanya, dukungan berupa pemberian

17
motivasi dan juga langkah-langkah untuk siap mengalami perubahan
status menjadi ibu bisa diberikan supaya sindrom ini tidak terjadi.
Itulah beberapa macam masalah Kesehatan mental yang dapat terjadi
pada masa persalinan. Kita memang harus tahu apakah seorang
wanita yang akan melahirkan memiliki suatu permasalahan atau
tidak. Harapannya, proses persalinan bisa berjalan dengan lancar dan
juga baik. Mengatasi gangguan psikologi dalam masa persalinan
memang membutuhkan keterampilan dan juga kepekaan tersendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Mental dapat diartikan tercapainya keselarasan yang alami
antara fungsi-fungsi dari kejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara
diri kita sebagai manusia dengan diri kita sendiri serta lingkungannya.
Berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai
hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi diatas
memadukan unsur agama yang nantinya dapat Anda upayakan penerapannya
dalam kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental
dan pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.

B. Saran

18
Untuk mengatasi kecemasan pada ibu pasca bersalin, maka dukungan dari
orang terdekat (suami atau keluarga) benar-benar dibutuhkan, Cara
menghilangkan kecemasan ini efektif. Mendengar pengalaman yang
menenangkan akan lebih baik, sebab bagaimana pun juga seringkali ibu yang
akan melahirkan justru terpapar oleh informasi-informasi yang semakin
membuatnya khawatir.

DAFTAR PUSTAKA

Indri, S., Intan, W., & Nassuriyah. (2021). Dampak Kehamilan Terhadap Status
Kesehatan Mental Perempuan. SCRIBD.
https://www.scribd.com/presentation/500565024/DAMPAK-KEHAMILAN-
TERHADAP-STATUS-KESEHATAN-MENTAL-PEREMPUAN
Lail, N. H. (2019). Modul Asuhan Kebidanan Komprehensif. In Asuhan
Kebidanan Komprehensif. penerbitannurani@gmail.com
Siti, H., Yuliana, N., & Nunung. (2018). MAKALAH PSIKOLOGI PERSALINAN.
Academia.
https://www.academia.edu/36388468/MAKALAH_PSIKOLOGI_PERSALI
NAN

19

You might also like