Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Along with the development of the times and science, there is also a method of
interpretation derived from philosophy, namely hermeneutics. Hermeneutics as a new
method in the interpretation of the Qur'an is expected to be able to reveal things that
cannot be known through the old method of interpretation. This study aims to examine
the various hermeneutical approaches in Islamic studies. The method used in this
research is literature study. The results of this study conclude that hermeneutics can be
interpreted as an interpretation method that pays attention to the context of words (from
a text) and the cultural context of their thoughts. Hermeneutics is divided into three
varieties, namely the theory of hermeneutics which focuses its discussion on
methodology, philosophy of hermeneutics whose focus is on tracing the ontological
status of efforts to understand (understanding), and critical hermeneutics which
emphasizes its language concerning efforts to uncover the causes of distortions in
understanding. The hermeneutic method is considered to have a characteristic, namely
the development of the contextualization value of a text to be studied. Hermeneutics in
Islamic studies through the interpretation of the Qur’an finds a match between the
verses of the Qur’an and science, which also shows the miracles of the Qur’an and its
glory.
Abstrak
Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, maka dikenal
pula metode tafsir yang berasal dari ilmu filsafat yakni hermeneutika.
Hermeneutika sebagai metode baru dalam penafsiran Al-Quran diharapkan
mampu menyingkap hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui metode tafsir
lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagi pendekatan
hermeneutika dalam studi Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian
51
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
ini adalah studi literatur. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
hermeneutik dapat diartikan sebagai suatu metode interpretasi yang
memperhatikan konteks kata-kata (dari suatu teks) dan konteks budaya
pemikirannya. Hermeneutika terbagi dalam tiga ragam yaitu teori
hermeneutika yang menitikberatkan bahasannya pada metodologi, filsafat
hermeneutika yang fokus bahasannya adalah menelusuri status ontologis dari
upaya pemahaman (memahami), dan hermeneutika kritis yang menekankan
bahasanya menyangkut upaya pembuka penyebab-penyebab distorsi dalam
pemahaman. Metode hermeneutika dianggap memiliki ciri khas yaitu
pengembangan nilai kontekstualisasi suatu teks yang akan diteliti.
Hermeneutika dalam studi Islam melalui tafsir Al-Quran menemukan
kesesuaian antara ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu pengetahuan, yang juga
menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an dan kemuliaannya.
Pendahuluan
Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi umat Islam (Tabrani, 2014;
Mulyani et al., 2018). Al-Quran tidak hanya membahas hubungan manusia dengan
Allah saja, melainkan juga membahas hubungan manusia dengan sesamanya, serta
manusia dengan alam. Terdapat banyak metode dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Quran seperti dirayah dan riwayat (Zaini, 2015; Ainiyah, 2013). Melalui metode-
metode ini dapat disingkap hal-hal yang tersembunyi dalam Al-Quran, sehingga
tuntunan hidup manusia menjadi semakin jelas dan terarah, walaupun tak jarang
juga terdapat pihak yang menyalahgunakan metode tafsir Al-Quran demi
kepentingan pribadi maupun golongan tertentu, sehingga mengaburkan nilai-nilai
petuah hidup Al-Quran.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, maka dikenal
pula metode tafsir yang berasal dari ilmu filsafat yakni hermeneutika (Sidik &
Sulistyana, 2021). Hermeneutika sebagai metode baru dalam penafsiran Al-Quran
diharapkan mampu menyingkap hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui metode
tafsir lama (Busyra, 2021; Syafieh, 2017; Ahmadi, 2017). Selanjutnya,
hermeneutika juga diharapkan mampu menafsirkan teks-teks keislaman lain,
semisal hadits dan kitab turats sehingga mampu menyesuaikan khazanah keislaman
dalam setiap kondisi zaman (Zulaiha, 2017; Muchtar, 2016; Alwi, 2014).
52
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan studi literatur. Penelitian kualitatif yaitu penelitian menyajikan
penemuan-penemuan dengan cara deskriptif, yang tidak dapat dicapai dengan cara-
cara kuantifikasi (Rahmah et al., 2021; Rahmat & Alawiyah, 2020; Widha et al.,
2021; Rahmat et al., 2021; Gustaman et al., 2021). Studi literatur adalah untaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,
mencatat, serta mengolah penelitian (Rahmah et al., 2021; Marufah et al., 2021;
Ardinata et al., 2022; Yuliarta & Rahmat, 2021). Data yang digunakan sebagai
referensi dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder melalui sumber data
non-insani yang berwujud dokumen yang terdiri dari buku dan jurnal ilmiah.
53
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
dibawa oleh Hermes, perantara atau penafsir (Hermes), dan penyampaian pesan
itu oleh sang perantara agar bisa dipahami dan sampai kepada yang menerima.
Istilah hermenutika pertama kali ditemukan dalam karya Plato. Plato dengan
jelas menyatakan hermeneutika memiliki arti menunjukkan sesuatu (Saifuddin,
2020). Perkembangan pemikiran hermeneutika dalam teologi Kristen terjadi pada
abad pertengahan yang dibawa oleh Thomas Aquinas (1225-1274).
Kemunculannya yang didahului oleh transmisi karya-karya Aristoteles ke dalam
pemikiran Islam mengindikasikan kuatnya pengaruh pemikiran Aristoteles dan
Aristotelian Muslim khususnya al-Farabi (870-950 M), Ibn Sina (980-1037 M) dan
Ibn Rushd (1126-1198 M). Dalam karyanya Summa Theologia, Aristoteles
menunjukkan kecenderungan filsafat naturalistik. Pemahaman literal lebih banyak
merujuk kepada hermeneutika Aristoteles dalam Peri Hermenias-nya. Tujuannya
adalah untuk menyusun teologi Kristen agar memenuhi standar formulasi ilmiah
dan sekaligus merupakan penolakannya terhadap interpretasi alegoris (Zarkasyi,
2006). Kemudian pada perkembangannya, Hermeneutika digunakan di kalangan
sebagian cendekiawan Kristen Protestan sekitar tahun 1654 M. Mereka itu adalah
yang tidak puas, dengan penafsiran gereja terhadap teks Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru (Shihab, 2015; Priambodo et al., 2020; Muara et al., 2021).
Sementara itu, para ahli seperti Bleicher (dalam Shihab, 2015) kemudian membagi
Hermeneutika dalam tiga ragam sebagai berikut.
a. Teori hermeneutika yang menitikberatkan bahasannya pada metodologi.
b. Filsafat hermeneutika yang fokus bahasannya adalah menelusuri status
ontologis dari upaya pemahaman (memahami).
c. Hermeneutika kritis yang menekankan bahasanya menyangkut upaya pembuka
penyebab-penyebab distorsi dalam pemahaman.
54
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
metode interpretasi yang mempunyai tugas untuk memahami isi dan makna sebuah
kata, kalimat, teks, serta untuk menemukan instruksi-instruksi yang terdapat dalam
bentuk simbol-simbol (Taufiq & Ilham, 2021).
Dalam hermeneutik, pada umumnya disepakati bahwa luas cakupan
hermeneutik berkisar pada tiga hal, yaitu dunia teks (the world of the text), dunia
pengarang (the world of the author), dan dunia pembaca (the world of the reader), atau
biasa disebut triadik hermeneutic (Budiyanto, 2020; Adri et al., 2020; Muara et al.,
2021). Hermeneutik berbicara mengenai hampir semua hal yang berkaitan dengan
tiga hal tersebut mencakup teks, pembacaan, pemahaman, tujuan penulisan,
konteks, situasi historis, dan situasi atau kondisi paradigmatik pemaknaan pembaca
ataupun pengarang.
55
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
perubahan sesuai dengan kondisi zaman dan tempat, melainkan Al-Quran harus
dipahami sebagai kalamullah yang sesuai dengan setiap kondisi zaman dan tempat
(Sulthoni, 2019; Fahimah, 2019; Syarifah et al., 2020).
Namun hal ini juga tidak membatasi Hermeneutika dalam posisi manusia
sebagai penafsir, sehingga penafsiran ayat-ayat Al-Quran tidak lagi digantungkan
kepada wahyu, hadits maupun atsar, sebagaimana berlaku dalam tafsir riwayat,
melainkan diserahkan kepada penafsir itu sendiri.Metode hermeneutika dianggap
memiliki ciri khas, yaitu pengembangan nilai kontekstualisasi suatu teks yang
akan diteliti. Lebih dari itu, hermeneutika berusaha menggali makna dengan
mempertimbangkan batas yang jelas dan melingkupi teks. Batas yang dimaksud
adalah teks, pengarang, dan pembaca atau mufassir (Ma’arif, 2020; Wathani,
2016).
Pendekatan hemeneutika bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia dapat melakukan aktivitas seperti menulis, membaca dan berfikir tidak
lepas dari bahasa. Demikian juga dengan Al-Quran, bahasa teks menjadi salah satu
faktor penting dalam memahami Al-Qur’an maupun hadits. Sebab bahasa (teks)
merupakan satu-satunya yang digunakan untuk menyapa pembacanya. Al-Quran
sendiri menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi yang dipakainya.
Menyadari pentingnya teks ini, maka langkah pertama dalam menafsirkan Al-
Quran adalah memahami teksnya yang berbahasa Arab. Dengan memahami
bahasa Arab, seorang penafsir akan memiliki bekal awal untuk memahami makna,
hikmah maupun hukum Al-Qur’an secara tepat. Oleh karena itu, dari sudut teks ini
terdapat tiga aspek yang harus dipahami, yaitu: (1) dalam teks, ide dan teks tersebut
lepas dari pengarang, (2) di belakang teks, teks merupakan kristalisasi linguistik
dari realitas yang mengitarinya, dan (3) di depan teks, makna baru yang tercipta
setelah pembaca dengan batas yang dimilikinya untuk memahami teks tersebut
(Khoiri, 2022; Putri et al., 2021; Pratikno et al., 2020; Bastian et al., 2021).
Peranan hermeneutika dalam studi Islam melalui tafsir Al-Quran adalah
menemukan kesesuaian antara ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu pengetahuan yang
juga menunjukkan kemukjizatan Al-Quran dan kemuliaannya. Diharapkan dengan
metode hermeneutika yang sesuai dengan kaidah tafsir Al-Quran dapat
56
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa hermeneutik dapat
diartikan sebagai suatu metode interpretasi yang memperhatikan konteks kata-kata
(dari suatu teks) dan konteks budaya pemikirannya. Hermeneutika terbagi dalam
tiga ragam yaitu teori hermeneutika yang menitikberatkan bahasannya pada
metodologi, filsafat hermeneutika yang fokus bahasannya adalah menelusuri status
ontologis dari upaya pemahaman (memahami), dan hermeneutika kritis yang
menekankan bahasanya menyangkut upaya pembuka penyebab-penyebab
distorsi dalam pemahaman. Metode hermeneutika dianggap memiliki ciri khas
yaitu pengembangan nilai kontekstualisasi suatu teks yang akan diteliti.
Hermeneutika dalam studi Islam melalui tafsir Al-Qur’an menemukan kesesuaian
antara ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu pengetahuan, yang juga menunjukkan
kemukjizatan Al-Qur’an dan kemuliaannya.
Daftar Pustaka
Adri, K., Rahmat, H. K., Ramadhani, R. M., Najib, A., & Priambodo, A. (2020).
Analisis Penanggulangan Bencana Alam dan Natech Guna Membangun
Ketangguhan Bencana dan Masyarakat Berkelanjutan di Jepang.
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 361-374.
Ahmadi, A. (2017). HERMENEUTIKA AL-QUR'AN; Kajian atas Pemikiran
Fazlur Rahman dan Nasr Hamid Abu Zayd tentang Hermeneutika al-Qur'an.
El-Waroqoh: Jurnal Ushuluddin dan Filsafat, 1(1).
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-
Ulum, 13(1), 25-38.
Alwi, R. (2014). PEMETAAN ARAH BARU STUDI TAFSIR ALQURAN DI
INDONESIA ERA REFORMASI. Madania: Jurnal Kajian Keislaman, 18(1),
1-12.
Ardinata, R. P., Rahmat, H. K., Andres, F. S., & Waryono, W. (2022).
Kepemimpinan transformasional sebagai solusi pengembangan konsep smart
city menuju era society 5.0: sebuah kajian literatur [Transformational
leadership as a solution for the development of the smart city concept in the
57
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
58
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
59
Acta Islamica Counsenesia: Counselling Research and Applications
Vol. 2, No. 1 (2022), pp. 51-60
60