Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
GDI) yang mengatur angka harapan hidup, angka melek huruf, angka
dari 117 negara. Kondisi ini jauh lebih rendah dari negara – negara
(PP) dan Komisi Perlindungan Anak (KPA) yang bersifat “cross cutting
kuat, dan baru sebatas wacana saja, selain itu sangat tergantung
masing.
penjabat dari tingkat pusat sampai tingkat daerah maupun desa, tak
dan kelestarian hasil pembangunan tidak akan berhasil bila tidak ada
menjadi buah bibir dari semua kalangan yang merasa terlibat dalam
dan evaluasi.
utamaan gender.
Persoalan Perempuan
perempuan.
6
rumah tangga melayani kaum berjuis kota, TKI melayani orang asing,
ekonomi politik.
pengambilan keputusan.
7
dunia laki-laki.
yang muncul bisa jadi tidak hanya dari perempuan itu sendiri, tetapi
3.459.432 jiwa, yang terdiri laki-laki 1.711.042 jiwa atau (49,46%) dan
2008).
2008).
B. Rumusan Masalah
Kesetaraan Gender?
Kesetaraan Gender?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
sama, maka setiap karyawan yang memiliki filter yang unik dan
dan mana yang diabaikan, mana yang disukai dan mana yang
Filter Anda, lebih dari pada ras, jenis kelamin, atau kebangsaan
mereka salah satu atau negative. Jika hal ini adalah masalah, apa
persepsi.
(dunia sekitar kita) tergantung pada indera mereka. Akan tetapi, input
penciuman, dan perasa. Terdapat banyak hal lagi yang disebut indera
maupun dari luar tubuh. Contoh rangsangan dari luar tubuh adalah
tekanan, dan energi kimia dari berbagai obyek yang dapat kita cium
sisi benda tidak bergerak, seperti patung dan pohon. Secara perlahan
mengarahkan mata pada sisi obyek yang lain. Orang mungkin merasa
“riil”.
1. Subproses Persepsi
sosial budaya.
terhadap obyek mati seperti meja, atau gedung karena kita menarik
demikian oleh situasi. Jika salah satu karyawan kerja mungkin anda
malam dan kemudian tidur berlebihan. Hal itu akan menjadi atribusi
eksternal.
mengaktivasi indera.
penting.
cukup layak.
B. Partisipasi
hasil pelaksanaannya.
(Juliatara,2002: 89-90)
pemerintah.
kebutuhan masyarakatnya.
C. Pengarusutamaan Gender
mata) maupun intangible (tidak kasat mata) dalam kondisi dan relasi
merupakan langkah politis baru dalam advokasi isu gender waktu itu,
kelamin).
1. Kesetaraan Gender
system budayanya.
ini karena asumsinya adalah bahwa petani itu identik dengan petani
dipersoalkan.
kaum perempuan.
domestik lebih banyak dan lebih lama (burden). Dengan kata lain
banyak masalah.
gender.
perempuan.
dan evaluasi. Selama enam tahun terakhir, wilayah ini nyaris belum
Definisi dari Razavi dan Miller berikut ini sangat tepat untuk
5. Transformasi Institusi
tertentu.
6. Kesamaan Kesempatan
sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang
akan terancam.
38
ia dapat menjadi sensitif dan menjadi sorotan orang banyak. Dalam hal
rekrutmen elit politik, bisa diungkapkan sistem nilai, derajat dan tipe
basis dan stratifikasi sosial dalam sebuah masyarakat. Kita juga bisa
politik, serta derajat politisasi dan partisipasi politik masyarakat. Hal ini
memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat
untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi
penguatan; dan
41
1990:47).
(Surbakti, loc.cit).
42
kebaikan dari laki-laki (istri yang akan berkiprah dalam politik hams
untuk berperan di bidang politik. Etika politik yang dinilai belum "jujur
belakang laki-laki.
berperan dalam kehidupan publik dan politik. Stigma yang sering kali
ditetapkan masyarakat.
struktural.
kebutuhan perempuan.
kelompok perempuan.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan
lain”.
kemudian dianalisa.
49
C. Lokasi Penelitian
Yogyakarta.
Pada penelitian ini data yang diperoleh dari dua sumber utama
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang
50
mendalam.
E. Pemilihan Informan
Yogyakarta.
4. Tokoh masyarakat/adat.
5. Tokoh agama
51
F. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara
(terlampir)
2. Pedoman Observasi
berlangsungnya wawancara.
52
3. Alat Perekam
dapat saja berbeda bila dilakukan oleh orang lain atau dalam waktu
3. Mengambil kesimpulan.
54
BAB IV
Gender
yang mau berpolitik masih terbatas dan disisi lain, banyak politisi laki-
laki yang kurang bersemangat untuk memenuhi kuota tersebut. Hal ini
menanggapi masalah perempuan tidak terlepas dari visi dan misi dari
sehingga agenda setting yang dibawa oleh para wakil partai tersebut
Meskipun dari sebagian fraksi –fraksi yang ada di DPRD Propinsi DIY
oleh partai itu sendiri, hal ini sebenarnya mereka lakukan hanya untuk
fraksi PDIP yang menjabat sebagai ketua DPRD Propinsi DIY ( Bp. H.
Djuwarto) ;
mengatakan :
“Kalau dalam lingkup sini bisa, tapi untuk ke pemda itu masih
dirasa sulit. Meski disini sudah ada kantor PP (Pemberdayaan
Perempuan) cara pandang pimpinan masih terbatas bahwa
pengertian gender itu adalah ke perempuan saja. Bahkan DPRD
sendiri pun sebagian masih punya pikiran yang bias gender”.
(Wawancara oleh Yuni Lestari: Tanggal 12-07-2008)
menyebutkan :
“Yaa selama masih bentuk inpres saya kira belum begitu kuat,
jadi perlu ditingkatkan menjadi undang-undang yang baku, begitu
supaya dapat dijadikan dasar hukum bagi para pembuat
kebijakan.” (Wawancara oleh Yuni Lestari: Tanggal 23-07-2008).
gender itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan, perlu kerja
keras dan usaha serta dukungan semua pihak tidak hanya dari
anggota legislatif saja, tapi juga dukungan dan kebijakan dari partai-
partai politik, karena setiap kebijakan partai akan diakui oleh wakilnya
di legislatif.
Gender
“Yah itu saya kira memang salah satu sikap laki-laki yang
memang sengaja ditunjukkan, barangkali mungkin kalau di
dalam hatinya ada pengakuan, tetapi kan mungkin merasa
gengsi, perasaan takut tersaing, dan lain sebagainya. Karena
memandang perempuan itu bukan sebagai mitra, perempuan itu
sebagai lawan gitu. Sehingga tidak layak untuk didukung. Saya
yakin kalau laki-laki mendukung kiprah perempuan di area politik
ini juga menjadi salah satu dorongan yah untuk mewujudkan
kesetaraan gender.” (Wawancara oleh Yuni Lestari : Tanggal 21-
07-2008)
kesetaraan gender.
61
BAB V
A. Kesimpulan
berikut :
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Affifah, Neng Dara, 2005, Gender & Islam, Kapal Perempuan , Jakarta.
Badjuri, Abdul Kahar & Yuwono, Teguh, 2002, Kebijakan Publik – Konsep
dan Strategi,Universitas Diponegoro, Semarang.
Hafiz, Liza, 2004, Perempuan Dalam Wacana Politik Orde Baru, Pustaka
LP3ES, Jakarta.