Professional Documents
Culture Documents
Kitab Duratun Nasihin ISBN Part 1
Kitab Duratun Nasihin ISBN Part 1
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggu-
naan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggu-
naan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di-
pidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).
UU No. 28 Tahun 2014
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JAKARTA ISLAMIC CENTRE
Takhrij Hadis Durratun Nasihin
Mei 2023, Cetakan 1
xiv + 592 hlm; 193 x 265 mm
Penasehat:
Kepala Pusat PPIJ (Jakarta Islamic Centre)
KH. M. Subki, Lc.
Penanggung Jawab:
Kepala Divisi Komunikasi dan Penyiaran
M. Zein, M.Si.
Penulis:
Dr. KH. Ahmad Lutfi Fathullah
Judul Asli Buku:
Kajian Hadis Kitab Durrat Al-Nasihin
Penerjemah:
Usman, S.Ag., Lc., MA.
Editor:
Dr. KH. Nurul Huda Maarif, MA.
Paimun A. Karim, S.Si.
Farid Broto Susatyo, ST.
Pembaca Ahli:
Dr. Hj. Faizah Ali Sybromalisi, MA.
Penata Letak:
Irfan Fahmi
Desain Sampul:
Dede Suryana
Penerbit:
JAKARTA ISLAMIC CENTRE
(Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta)
Jl. Kramat Jaya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Indonesia 14260
Telp./Fax. 021-21487513
E-mail: info@islamic-center.or.id
Website: http://islamic-center.or.id
PENGANTAR PENULIS
PUJI dan syukur kita panjatkan ke hadirat pustakaan UIA, Perpustakaan Pusat Islam, Per
Allāh SWT., karena berkat hidayah dan rahmat- pustakaan Sulaymāniyyah Istanbul, Perpus
Nya, buku ini dapat diselesaikan dengan baik. takaan Kuprulli Istanbul, Perpustakaan Nasional
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah al-Asad Damaskus, Perpustakaan Universitas
kan kepada junjungan kita, Nabi Muḥammad Jordan, Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta,
Saw., para keluarga, para sahabat dan para pe karena dari sanalah Penulis dapat mengumpul
ngikutnya hingga hari Kiamat. kan info-info dan data penting terkait tema yang
Apresiasi yang setinggi-tingginya dan terima dikaji di dalam karya ini.
kasih yang sedalam-dalamnya Penulis sampaikan Untuk almarhum ayahanda dan untuk
kepada promotor Penulis yang bernama Prof. ibunda yang terus memberikan dorongan dan
Madya Dr. Jawiah Dakir yang telah banyak mem doa, dinda Jehan Azhari dan ananda Hanin
berikan bimbingan dan arahan, sampai akhirnya Fathullah atas kesabarannya menunggu di negeri
karya ini dapat diselesaikan tepat waktu. Ucapan Shām selama Penulis menjalankan tugas belajar
terima kasih disampaikan juga kepada para di Malaysia. Terima kasih, karya ini merupakan
komentator dari Fakultas Pengkajian Islam dan anugerah Allāh Swt. bagi kita semua.
jajarannya, Fakultas Uṣūluddīn dan Falsafah, Terakhir, kepada semua kakak dan adik
serta Pusat Pengkajian Siwazah atas kerja sama Penulis, serta kawan-kawan yang banyak mem
dan bantuan yang telah diberikan selama proses berikan dorongan dan bantuan, disampai
penulisan karya ini. Penghargaan dan terima kan juga terima kasih yang setinggi-tingginya.
kasih juga Penulis sampaikan kepada guru-guru Semoga buku ini bermanfaat untuk umat Islam di
Penulis di Universitas Damaskus dan Universitas Nusantara dan menjadi amal jariyah bagi Penulis.
Jordan, terutama Prof. Dr. Nūr al-Dīn ‘Itr, Prof. Amin!
Dr. Muṣṭafā al-Bughā, Prof. Dr. Muḥammad Sa‘īd
Ramaḍān al-Būṭī, Prof. Dr. Hammām Sa‘īd, Prof. Jl. Guru Mugni No. 8
Madya Dr. Sulṭān Akāyilah, Shaykh Ḥusayn al- Ahmad Lutfi Fathullah
Khaṭṭāb. Shaykh ‘Abd al-Qadīr al-Arna’ūṭ yang Kuningan Jakarta 12950
berkat bimbingan dari merekalah Penulis dapat Indonesia
mulai mendalami Hadis dan Ilmu Hadis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Juni 1998.
kepada Perpustakaan Tun Sri Lanang UKM, Per
Abstrak Takhrij Hadis Durratun Nasihin
vii
ABSTRAK
KITAB Durratun Nāṣiḥīn ditulis oleh ‘Uthmān bin kitab yang berkaitan dengannya, serta beberapa
Ḥasan al-Khūbawī (w. 1241 H./1824 M.). Kitab ini kitab yang masih dalam bentuk manuskrip.
merupakan salah satu kitab yang sangat terkenal Temuan penting dalam kajian ini adalah bahwa
dan telah tersebar luas di Indonesia, serta kitab ini selain mengandung Hadis ṣaḥīḥ, ḥasan,
menjadi rujukan utama di beberapa pesantren/ dan ḍa‘īf, juga terdapat Hadis yang sangat ḍa‘īf/
pondok. Kitab ini juga telah dicetak berulang lemah dan mawḍū‘/palsu serta tidak mempunyai
kali dan diterjemahkan ke dalam Bahasa sumber dan kemungkinan bukan Hadis yang
Indonesia dalam 7 (tujuh) versi penerjemahan sama sekali tidak boleh dijadikan sebagai dalil,
yang berbeda. Di samping itu, kitab ini juga yang jumlahnya lebih dari sepertiga total Hadis
telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dalam kitab ini. Selain itu, masih banyak terdapat
asing lainnya, seperti Turki dan Urdu. Dalam Hadis yang tidak dapat ditemukan sumbernya,
kitab ini terdapat lebih dari 800 Hadis Nabi Saw. meskipun Penulis telah melakukan penelusuran
Mengingat Hadis merupakan sumber rujukan literatur di beberapa perpustakaan, termasuk di
kedua dalam syari’at Islam setelah al-Qur’an, Turki dan Shīria, serta menggunakan program
maka kajian terhadap Hadis yang terdapat dalam Hadis berbasis komputer. Beberapa Hadis
kitab Durratun Nāṣiḥīn menjadi sangat penting tersebut dapat ditemukan sumbernya dari kitab-
dilakukan. Tujuannya agar umat Islam dapat kitab Shī‘ah. Hadis-hadis yang seperti ini dikenal
terhindar dari berdalil dan beramal berdasarkan dengan istilah lam aqif ‘alayh atau la yu‘raf lahu
Hadis mawḍū’/palsu. Kajian Hadis (takhrīj dan aṣl, dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan
hukum Hadis) merupakan pokok bahasan utama hasil kajian ini, umat Islam di Nusantara dapat
dalam buku ini yang ditulis berdasarkan penelitian terhindar dari mengamalkan atau mempercayai
kepustakaan dengan pendekatan analitis dan Hadis-hadis yang tidak boleh dijadikan sebagai
kritik, di mana Penulis telah merujuk pada hampir dalil.
semua kitab Hadis yang telah dicetak dan kitab-
Pengantar Kepala Pusat PPIJ Takhrij Hadis Durratun Nasihin
ix
PENGANTAR
KEPALA PUSAT PPIJ (JAKARTA ISLAMIC CENTRE)
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur dan bermusyawarah bagi ulama dan masyarakat
kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya Betawi; ketiga, sebagai tempat sosialisasi produk-
buku Takhrij Hadis Durratun Nasihin ini. Buku ini produk kebudayaan Islam Betawi di tengah-
karya seorang Doktor Falsafah alumnus Universiti tengah masyarakat Betawi dan masyarakat
Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Malaysia, umum; keempat, sebagai tempat pembibitan
Fakultas Pengajian Islam bidang studi ilmu hadis dan pengkaderan ustadz-ustadz muda Betawi
tahun 1998, Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. yang akan menjadi ulama-ulama Betawi yang
Beliau menjadikan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn karya berkualitas, bukan saja untuk masyarakat Betawi
Utsman ibn Hasan Al-Khubawi (w. 1824) sebagai saja, tetapi juga untuk kepentingan umat Islam
objek dalam disertasi yang berjudul “Kajian secara keseluruhan di kemudian hari; dan kelima,
Hadis Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn”. Selanjutnya atas sebagai salah satu tempat pemberdayaan, se
persetujuan pihak keluarga besar Almarhum Kiai hingga masyarakat Betawi tidak tertinggal di
Ahmad Lutfi Fathullah, maka tesis setebal 800 bidang sosial dan ekonomi dengan akhlak dan
halaman tersebut diterjemahkan dari bahasa tingkat pemahaman keislaman yang memadai.
Melayu ke Bahasa Indonesia oleh Pusat Peng Dengan kelima fungsi tersebut, Betawi Corner
kajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau JIC tidak hanya berfungsi layaknya museum yang
yang lebih dikenal dengan Jakarta Islamic Centre hanya menyimpan manuskrip, buku, dokumen-
dengan judul Takhrij Hadis Durratun Nasihin. dokumen dan produk-produk sejarah lainnya.
Kitab ini sangat populer di tengah masyarakat Tetapi lebih dari itu, Betawi Corner dapat menjadi
Indonesia, khususnya di kalangan pondok pusat pengkajian dan pengembangan Islam
pesantren. Karena itu pula dalam penulisan judul Betawi yang manfaatnya diharapkan tidak hanya
buku ini tidak menggunakan transliterasi standar dirasakan oleh masyarakat Betawi saja, tetapi
agar lebih familiar di tengah masyarakat. juga oleh masyarakat luas. Dan penerbitan karya-
Sejak tahun 2007 Jakarta Islamic Centre karya intelektual ulama Betawi, sebagaimana
sudah mengembangkan gagasan Betawi Corner buku Takhrij Hadis Durratun Nasihin ini adalah
dengan lima fungsi, yaitu: pertama, sebagai tem salah satu realisasi dari fungsi-fungsi tersebut.
pat pendokumentasian, pelestarian, pengkajian Sekaligus kita berharap dapat memperpanjang
dan pengembangan produk-produk budaya dan umur intelektual para ulama Betawi tersebut
intelektual Islam Betawi yang representatif; karena kemanfaatan yang panjang bagi
kedua, sebagai tempat bertemu, berdiskusi, masyarakat luas.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Pengantar Kepala Pusat PPIJ
x
KH. M. Subki, Lc
DAFTAR ISI
Bagian I
PENDAHULUAN
Bagian II
PENGENALAN KITAB DURRAH AL-NĀṢIḤĪN
Bagian III
TAKHRĪJ HADIS-HADIS DURRAH AL-NĀṢIḤĪN
Bagian IV
ANALISA TAKHRĪJ KITAB HADIS DURRAH AL-NĀṢIḤĪN
Bagian V
KESIMPULAN
PENUTUP ........................................................................................................................................................................................................................................... 5
BIBLIOGRAFI ................................................................................................................................................................................................................................. 5
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................................................................................................................................... 5
Takhrij Hadis Durratun Naasihin Pedoman Transliterasi
xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Vokal
Vokal Pendek
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
--------- a فعل fa‘ala
--------- i حسب ḥasiba
--------- u كتب kutiba
Vokal Panjang
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
ي/ا ā ض،كاتب
�ق kātib, qaḍā
ي ī كريم karīm
و ū حروف ḥurūf
Diftong
Vokal Panjang
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
و aw قول qawl
ي ay سيف sayf
ي iyy رجيع
ي raj‘iyy/raj‘ī
و uww عدو ‘aduww/‘adū
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Pedoman Transliterasi
xviii
DAFTAR SINGKATAN
2. Menjelaskan Hadis-hadis yang dapat diguna dikeluarkan oleh Mu’assasah al-‘Ālamiyyah dan
kan sebagai ḥujjah dan yang tidak boleh Ariss Computer Inc. untuk melengkapi kajian
dijadikan sebagai ḥujjah. dalam buku ini.
3. Mengenal dengan pasti terhadap Hadis- Penulis juga telah berkunjung ke tempat
hadis yang berstatus palsu dan sangat kelahiran al-Khūbawī di Istanbul. Di samping
ḍa‘īf yang sudah banyak tersebar luas di itu, Penulis juga telah mengunjungi 3 (tiga) per
Nusantara, khususnya di Indonesia. pustakaan kenamaan di negeri itu yang banyak
4. Memberikan penilaian terhadap kitab menyimpan koleksi khazanah keislaman klasik
Durrah al-Nāṣiḥīn, apakah layak untuk dibaca yang mempunyai nilai sangat tinggi dalam
dan dijadikan sumber rujukan ataukah tidak. dunia keilmuan Islam, yaitu: Perpustakaan
5. Menghindari umat Islam Indonesia dari Sulaymāniyyah, Perpustakaan Kuprulli, dan Per
mengamalkan atau berdalil dengan Hadis- pustakaan Universitas Istanbul.
hadis yang tidak layak dijadikan sebagai Perpustakaan al-Ẓāhiriyyah dan Perpusta
ḥujjah dan sandaran. kaan Nasional al-Asad di Shīria juga telah Penulis
6. Berkhidmat untuk menjaga dan memelihara datangi. Di perpustakaan ini, terdapat beberapa
Hadis dan Sunnah Rasul Saw. manuskrip yang sangat relevan dengan kajian
dalam buku ini. Penulis juga sempat mengunjungi
D. Batasan Kajian Perpustakaan Universitas Jordan, meskipun tidak
Dalam mengkaji kitab Durrah al-Nāṣiḥīn banyak rujukan yang bisa dikutip dari koleksi
yang terdiri dari 75 bab. Kajian dalam buku ini kitab-kitab di perpustakaan ini.
hanya akan difokuskan pada penelitian terhadap Di Malaysia, di samping Perpustakaan UKM,
Hadis-hadis marfū‘, yang jumlahnya lebih Perpustakaan UIA adalah sumber rujukan utama
dari 800 Hadis. Sementara Hadis-hadis yang karena koleksinya lengkap. Penulis juga telah
mawqūf dan maqṭū‘ tidak termasuk yang dikaji mengunjungi Perpustakaan Pusat Islam dan Per
dalam buku ini. Pembatasan kajian ini perlu pustakaan Kolej Anjung Selatan. Di Indonesia,
dilakukan, karena nilai Hadis yang marfū‘ sangat Perpustakaan Masjid Istiqlal dan Perpustakaan
berbeda dengan nilai Hadis yang mawqūf dan Nasional juga telah Penulis kunjungi untuk
maqṭū‘. Hadis-hadis yang mawqūf dan maqṭū‘ melengkapi data terkait penggunaan kitab ini di
dikategorikan sebagai perkataan manusia biasa. Indonesia.
Sedangkan Hadis yang marfū‘ merupakan sabda Dalam upaya melakukan takhrīj Hadis,
baginda Nabi Muḥammad Saw. Sehinggga ada Penulis sangat terpengaruh oleh metode takhrīj
hadis-hadis yang mengancam mereka yang Hadis yang digunakan oleh Shaykh Shu‘ayb al-
sengaja memalsukan Hadis marfū‘. Arna’ūṭ. Metode ini merupakan pengembangan
dari metode yang dipakai oleh Ibn Ḥajar dan
E. Metodologi Kajian al-Sakhāwī dalam beberapa kitab mereka.
Buku ini ditulis dengan menggunakan kajian Sedangkan al-Suyūṭī adalah sumber rujukan
kepustakaan dengan memakai kaedah analitis utama dalam menilai perawi Hadis, selain kitab
dan kritis. Penulis telah merujuk hampir semua Mawsū‘ah al-Aṭrāf dan Kanz al-‘Ummāl.
kitab-kitab Hadis yang berkaitan dengannya yang Dalam melakukan kritik Hadis, Penulis sering
telah dicetak. Ada juga beberapa rujukan masih merujuk pada pendapat Ibn Ḥajar dan al-Sakhāwī,
dalam bentuk manuskrip. Selain itu, Penulis juga dengan tetap mengambil pendapat ulama-ulama
menggunakan dua software program Hadis yang Hadis sebelumnya sesuai dengan peringkat
Bagian I ∞ Pendahuluan Takhrij Hadis Durratun Nasihin
3
kepakaran mereka. Penulis mengacu juga pada dalam Bahasa Indonesia dan banyaknya istilah-
pendapat ulama-ulama Hadis kontemporer yang istilah tersebut dalam kajian ini. Karena itu, untuk
masih hidup di zaman ini seperti: Aḥmad Shākir, memudahkan pembaca, istililah-istilah tersebut
Abū Ghuddah, al-Albānī, al-Arna’ūṭ, Nūr al-Dīn dikompilasi dan dijelaskan dalam glosari yang
‘Itr, Najam ‘Abdul Raḥmān Khalaf, Ḥamdī al-Salafī, ada dalam lampiran buku ini.
dan lain-lain, dengan tetap mempertimbangkan Terakhir, Penulis mengakui bahwa kajian ini
dan membandingkannya dengan pendapat cukup sulit dan butuh ratusan literatur, sehingga
ulama-ulama Hadis terdahulu. diperlukan pengetahuan yang cukup dalam
Dalam melakukan penilaian terhadap status bidang ilmu Hadis, ilmu ‘ilal al-Ḥadīth, metodo
Hadis, jika Hadis tersebut diriwayatkan oleh al- logi ulama Hadis, peringkat kepakaran mereka,
Bukhārī dan Muslim atau salah satu dari kedua dan beberapa disiplin ilmu Hadis lainnya. Hal-hal
nya, maka Hadis-hadis tersebut langsung di tersebut sedikit banyaknya telah mempengaruhi
tetapkan sebagai Hadis ṣaḥīḥ tanpa dikaji lagi. pendapat ulama ahli Hadis yang berbeda-beda
Sedangkan jika Hadis-hadisnya berasal dari terkait sanad Hadis yang secara langsung ber
riwayat Sunan al-Nasā’ī, Sunan Abī Dāwud, Sunan pengaruh juga terhadap hukum Hadis itu sendiri.
al-Tirmidhī atau Sunan Ibn Mājah, maka Penulis Karena itu, adanya kemungkinan pendapat
akan mengkaji riwayat-riwayat tersebut dan Penulis berbeda dengan pendapat para pakar
membandingkannya dengan pendapat al-Albānī, Hadis lainnya merupakan suatu keniscayaan
Ibn Ḥajar, al-Sakhāwī, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan yang tidak dapat dihindarkan. Meskipun Penulis
ulama-ulama lainnya. Hal yang sama Penulis telah berusaha mengkaji Hadis-hadis secermat
lakukan ketika menemui Hadis-hadis yang diri mungkin, perbedaan pendapat tidak dapat di
wayatkan oleh perawi-perawi lainnya. hindarkan, karena memang ruangnya sangat
Dalam menjelaskan kredibilitas perawi, terbuka. Selain itu, keterbatasan pengetahuan
Penulis banyak memakai istilah-istilah asli al-jarḥ Penulis juga menjadi faktor penyebab lainnya.
wa al-ta‘dīl dalam Bahasa Arab. Meskipun demi Maka, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kian, banyak juga istilah yang dijelaskan mak dinantikan.
sudnya. Hal ini terpaksa Penulis lakukan, karena Wa Allāh waliyyu al-tawfīq. Wa al-ḥamd
sulitnya mengungkapkan istilah-istilah tersebut lillāhi Rabb al-‘ālamīn.
Bagian II
PENGENALAN KITAB
DURRAH AL-NĀṢIḤĪN
Būlaq al-Qāhirah untuk pertama kalinya Penulis menemukan satu institusi yang
pada tahun 1264 H.8 Selain itu, pada tahun sangat intensif mengkaji kitab ini, yaitu
1368 H., dicetak juga di beberapa percetakan Maktabah al-Dirāsāt wa al-Buḥūth al-‘Arabiyyah
lainnya seperti Maktabah al-Mujallad al- wa al-Islāmiyyah di bawah bimbingan Shaykh
‘Arabī (tanpa tahun) dan al-Maktabah (tanpa Ibrāhīm Muḥammad Ramaḍān, dan hasil
nama) pada tahun 1368 H.9 kajiannya dicetak oleh Dār al-Qalam, Bayrūt.
c) Di Libanon, manuskrip ini dicetak oleh Akan tetapi, setelah Penulis telusuri, cetakan
beberapa percetakan, seperti: Dār al-Kutub tersebut ternyata masih belum lengkap karena
al-‘Arabī, Dār al-Qalam, al-Maktabah al- belum membahas mengenai kedudukan Hadis-
Thaqāfiyyah (semuanya tanpa menyebutkan hadisnya, dengan beberapa pertimbangan:
tahun cetakan), dan Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah a) Tidak ada kajian awal tentang kitab ini, baik
pada tahun 1993.10 yang terkait dengan biografi pengarang,
d) Di India, manuskrip ini dicetak di Calcuta manuskrip, kandungan isi, metodologi, dan
pada tahun 1281 H. dan 1301 H.11 lain sebagainya.
e) Di Indonesia, manuskrip ini dicetak oleh b) Dalam mengkaji kandungan Hadis-hadisnya,
Penerbit Toha Putra, Semarang dan Dār al- Penulis hanya menemukan 23 Hadis saja
Nasher al-Miṣriyyah, Surabaya (keduanya dari jumlah total sebanyak 820 Hadis yang
tanpa menyebutkan tahun cetakan). ada penjelasannya. Hadis-hadis yang telah
dibahas itu berasal dari Hadis-hadis kutub
B. Kajian Terdahulu al-sittah, sedangkan 2 (dua) Hadis lainnya
1. Kajian/Taḥqīq Kitab berasal dari riwayat al-Ḥākim.
Setelah melakukan penelusuran literatur c) Cetakan Bayrūt.tersebut hanya memuat
dan mengkaji katalog buku-buku yang ada, penjelasan yang sangat singkat, yaitu:
Penulis tidak menemukan seorang pun yang hanya menyebutkan 23 biografi ulama yang
telah membuat kajian terhadap kitab D.N. ini terdapat di dalam kitab, menjelaskan makna
secara komprehensif. Kajian yang pernah ada, 10 perkataan yang sulit dipahami (sharḥ al-
hanya berupa sharḥ dalam Bahasa Turki yang mufradāt), dan hanya menjelaskan sebagian
ditulis pada tahun 1264 H., sebagaimana yang kecil saja dari letak surah dan ayat al-Qur’an
dijelaskan oleh Brockelmann.12 yang ada dalam kitab D.N.
8 Cetakan pertama disimpan di Perpustakaan al- Di Indonesia, sejumlah murid Shaykh ‘Alawī
Sulaymāniyyah, Istanbul, Turki. Dalam cetakan ini, terdapat al-Mālikī (pakar Hadis yang tinggal di Makkah)
penambahan Hadis yang ditulis dalam sebagian majlis/bab. pernah menyatakan bahwa beberapa kitab
Semua tambahan Hadis tersebut dikutip dari kitab Daqā’iq
al-Akhbār. Versi cetakan ini sama dengan cetakan Maktabah
kuning (turāth) yang tersebar luas di Indonesia
al-Mujallad al-‘Arabī yang ada sekarang. Sedangkan versi banyak memuat Hadis-hadis palsu. Di antara
lainnya mengikuti cetakan Turki. Cetakan Turki lebih otentik, salah satu kitab yang disebutkan ialah kitab
sehingga buku ini mengikuti versi cetakan Turki.
Durrah al-Nāṣiḥīn ini.13 Terhadap pernyataan
9 Cetakan ini tersimpan di Perpustakaan Tan Sri
Lanang UKM. tersebut, Penulis berpendapat bahwa penilaian
10 Cetakan ini sebagiannya disimpan di Perpustakaan tersebut masih belum dikatakan ilmiah,
Nasional al-Asad, Damshiq.
11 Brockelmann, Arabiscen Litteratur, Vol. II, hlm. 641
dan Vol. II, hlm. 745. 13 Hadis Palsu dalam Kitab Kuning, Majalah Tempo,
12 Ibid., Vol. II, hlm. 745. 15 Januari 1994, No. 46.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
8
karena belum didukung oleh suatu kajian yang tahun 1979 dan diterbitkan oleh Penerbit
terperinci. Meskipun secara substantif, Penulis Toko Kitab al-Munawwar, Semarang.
setuju dengan pernyataan tersebut. Orang yang Ketiga, diterjemahkan oleh Rasihin Abdul
banyak membaca kitab-kitab Hadis sekalipun Gani pada tahun 1985 dan diterbitkan oleh
belum layak disebut sebagai pakar Hadis, apalagi Penerbit Wicaksono, Semarang. Keempat,
jika hanya membaca kitab D.N. 10 halaman, diterjemahkan oleh Abu Hf. Ramadhan
kemudian menarik kesimpulan seperti yang BA pada tahun 1987 dan diterbitkan
mereka tulis. Bukankah kesimpulan semacam oleh Penerbit Mahkota, Surabaya. Versi
itu belum layak disebut sebagai kajian ilmiah? terjemahan ini telah dicetak ulang berkali-
Atas dasar itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan kali. Cetakan ke sembilannya pada tahun
bahwa kitab D.N. belum pernah dikaji secara 1993. Kelima, diterjemahkan oleh Dr.
komprehensif dan di-takhrīj Hadis-hadisnya Syamsuddin Manap, pada tahun 1987 dan
secara lengkap. dicetak dalam edisi Bahasa Malaysia oleh
Victory Agencie, Kuala Lumpur pada tahun
2. Terjemahan Kitab 1989. Keenam, diterjemahkan oleh Anshory
Sebagaimana telah disebutkan dalam Pen Umar Sitanggal pada tahun 1990 dan
dahuluan buku ini, bahwa kitab Durrah al- diterbitkan oleh CV Asy-Syifa’, Semarang.
Nāṣiḥīn merupakan kitab yang sangat terkenal, Ketujuh, diterjemahkan oleh Abu Hiyad pada
terutama di kalangan pecinta kajian tasawuf. tahun 1993 dan diterbitkan oleh Penerbit
Dalam sepuluh tahun pertama setelah dunia Mesir, Surabaya.
Islam mengenal media cetak, kitab D.N. ini
telah berhasil dicetak lebih dari 5 (lima) kali. 3. Penggunaan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn di
Bersamaan dengan meluasnya animo pembaca, Indonesia
kitab ini pun telah berhasil diterjemahkan ke Kitab ini sangat terkenal di Indonesia dan
beberapa bahasa, antara lain: sering dibaca di Masjid, Surau, sekolah dan
a) Bahasa Turki. Kitab ini telah diterjemahkan pesantren. Selain dibuktikan dengan banyaknya
oleh ‘Abdul Kadīr Akcicek pada tahun 1984 versi terjemahan, sebagaimana disebutkan
dan diterbitkan oleh Penerbit Huzur Yayinevi. di atas, hal ini juga dapat dibuktikan dengan
b) Bahasa Urdu. Kitab ini telah diterjemahkan hasil penelitian yang ditulis oleh Martin van
oleh ‘Abdul Karīm bin Amanatullāh dan Bruinessen mengenai kitab kuning di pesantren
diterbitkan di Calcuta pada tahun 1307 H.14 dan hasil pendataan kitab-kitab yang dibaca di
c) Bahasa Indonesia. Buku ini telah dialih pesantren-pesantren oleh Masdar F. Mas’udi dan
bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia kawan-kawannya.
oleh beberapa penerjemah. Pertama, di Data yang ditulis oleh Martin van Bruinessen
terjemahkan oleh H. Salim Bahreisy pada mengenai penggunaan kitab-kitab Hadis di
tahun 1978 dan diterbitkan oleh Penerbit beberapa pesantren di Indonesia tampak pada
TB. Balai Buku, Surabaya dengan judul ter table 1.1. di bawah ini:15
jemahan Bekal Juru Da’wah. Kedua, di
terjemahkan oleh Abdullāh Shonhaji pada
14 Brockelmann, Arabiscen Litteratur, Vol. II, hlm. 641 15 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren
dan Vol. II, hlm. 745. dan Tarekat, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 160.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
9
Tabel 1.1.
Penggunaan Kitab Hadis di Pesantren Indonesia
Daerah16 dan Jumlah Pesantren
Nama Kitab
Sumatera 4 Kalsel 3 Jabar 9 Jateng 12 `Jatim 18 Jumlah 46 Level
Bulūgh al-Marām 1 0 6 5 12 24 Thanawiyah
Subul al-Salām 1 1 0 0 0 3
Riyāḍ al-Ṣāliḥīn 1 0 7 6 9 23 Āliyah/Khawāṣ‘
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 2 1 6 7 5 21 Khawāṣ
Tajrīd al-Ṣarīḥ 0 0 1 1 4 6 Āliyah‘
Jawāhir al-Bukhārī 1 0 0 1 2 4
Ṣaḥīh Muslim/Sharḥ al-Nawawī 1 0 7 2 7 17 Tsanawiyah
Arba‘īn al-Nawawī 3 0 5 1 6 17 Thanawiyah
Majālis al-Saniyyah 1 0 0 0 2 3
Durrah al-Nāṣiḥīn 1 1 2 3 4 11 Āliyah‘
Tanqīḥ al-Qawl 0 1 2 1 1 5
Mukhtār al-Aḥādīth 1 0 2 0 2 4
Uṣfūriyyah‘ 0 1 0 0 2 4
Sumber: Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat.
Gambar 1.1.
Prosentase Jadwal Penggunaan Kitab Hadis
16 Daerah-daerah yang dimaksud di sini, yaitu: Sumatera adalah Pulau Sumatera. Kalsel adalah Kalimantan Selatan.
Jabar adalah Jawa Barat. Jateng adalah Jawa Tengah. Jatim adalah Jawa Timur.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
10
Data tersebut menunjukkan bahwa kitab dan Madura, serta 18 pesantren di luar Jawa
D.N. di 11 pesantren dari 46 pesantren yang dan Madura. Meskipun tidak disebutkan daftar
menjadi objek penelitian ini dengan prosentase semua kitab yang dibaca di setiap pesantren,
sebanyak 23,91 % pesantren menggunakan kitab bahkan ada di antaranya yang tidak disebutkan
ini. sama sekali. Namun paling tidak, terdeteksi 24
Dalam penelitian yang ditulis oleh Masdar F. pesantren telah menggunakan kitab D.N. ini
Mas’udi dan kawan-kawannya disebutkan daftar sebagai salah satu dari daftar kitab-kitab yang
kitab-kitab yang dibaca di 237 pesantren di Jawa dikaji di pesantren.17 (Lihat Tabel 1.2.).
Tabel 1.2.
Penggunaan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn di Pesantren
Daerah Nama Pesantren dan Kabupaten/Kotamadya
Jawa Barat 1. Bani Syahrir, Cirebon.
2. Nurul Amal, Pandeglang.
3. Nurul Huda, Majalengka.
Jawa Tengah 4. Assalafiyah, Sleman Yogya.
5. al-Iḥsaniyyah, Pegandon, Kendal.
6. al-Khadlir, Tugu, Semarang.
7. al-Manar, Tengaran, Semarang.
8. Asta’in, Tengaran, Semarang.
9. Hidayatul Mubtadiin, Magelang.
10. Mishlachul Muta’allimin, Pemalang.
Jawa Timur 11. al-Azis, Mayang, Jember.
12. al-Badri, Kotoh, Kalisat, Jember.
13. al-Ihsan, Leces, Probolinggo.
14. Darul Amien, Gembolo, Banyuwangi.
15. Hidayatul Mubtadi’in, Ampel, Jember.
16. Ihyaul Ulum, Dukun, Gresik.
17. Mambaul Huda, Banyuwangi.
18. Mambaul Ulum, Paiton, Probolinggo.
19. Riyadhatul Uqul, Bangorejo, Banyuwangi.
Madura 20. al-Nuqayah, Guluk-guluk, Sumenep.
21. Syairun Najah, Untong Bara
Sumatera 22. al-Hisyamiyyah Darul Ulum, Tapanuli Selatan.
23. al-Qadiriyah, Srikaton, Lampung Selatan
Sumber: Direktori Pesantren
17 Masdar F. Mas’udi, Muntaha Azhari, HA. Azis, Slamet Efendi Yusuf, Muhammad Ichwan Sam, Arief Mudatsir, Isron
Basuni, Hussein Muhammad, Arifin Junaidi, Ghazi Dz & Budi Sulistiyo, Direktori Pesantren, P3M, Jakarta, 1986, jil. 1, hlm. 1-395.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
11
Dari dua data tersebut dan didukung oleh kepalsuannya), maka ia termasuk salah seorang
banyaknya versi terjemahan dan pencetakan pendusta.”19
kitab ini di Indonesia, tampak jelas bahwa kitab Dan Hadis Nabi Saw. yang lainnya:
Durrah al-Nāṣiḥīn telah menjadi kitab yang ter
kenal dan dibaca oleh berbagai kalangan di من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من
Indonesia. Konsekuensi logisnya, banyak Hadis- 20
النار
hadis dari kitab tersebut yang dipakai oleh ma
syarakat luas. Karena itu, penelitian terhadap ke “Siapa yang sengaja mendustakanku, maka
kuatan (ke-ṣaḥīḥ-an) Hadis-hadis yang terdapat ia telah mempersiapkan tempat duduknya dari
dalam kitab ini menjadi sangat penting untuk api neraka.”
melindungi umat Islam agar tidak menggunakan Dalam upaya melakukan takhrīj, analisis,
Hadis-hadis yang sangat lemah atau palsu se dan kritik Hadis-hadis nanti, Penulis akan mem
bagai dasar ibadah dan amalan mereka. fokuskan pada penilaian terhadap kekuatan
Hadis-hadis tersebut dari segi ṣaḥīḥ, Ḥasan,
4. Pembatasan Kajian dan ḍa‘īf-nya, tanpa harus menyebutkan semua
Dalam buku ini, Penulis membatasi kajian perawi yang meriwayatkan Hadis tersebut.
dengan memfokuskan pembahasan pada upaya Penulis juga akan membatasi diri dengan hanya
pen-takhrīj-an Hadis, analisis dan kritik Hadis. Hal men-takhrīj Hadis-hadis yang marfū‘,21 atau
ini didorong oleh minat dan spesifikasi keilmuan yang dihukumi marfū‘. Sementara Hadis-hadis
Penulis di bidang Hadis, serta kepedulian Penulis yang mawqūf22 dan maqṭū‘23 tidak dibahas oleh
terhadap bahaya pemakaian Hadis-hadis palsu Penulis. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah
yang banyak terdapat di dalam kitab D.N. ini. Hadis yang harus dikaji, yaitu lebih dari 820 Hadis.
Rasūlullāh Saw. memberikan peringatan tentang Di samping itu, Hadis yang mawqūf dan maqṭū‘
bahaya meriwayatkan Hadis palsu melalui tentu tidak sebanding dengan Hadis yang marfū‘,
sabdanya: karena ancaman kursi dari api neraka disediakan
َ untuk mereka yang memalsukan Hadis yang
ٌ وهو َيرى َّأنه كذب،ث عنى بحديث َ َّ َ َ
من حد
ِ ٍ marfū‘. Dalam riwayat Muslim disebutkan lebih
َّ َ ُ َ
18 َ ْ jelas melalui sabda Rasūlullāh Saw. di bawah ini:
فهو أحد الكذ ِابين
“Siapa meriwayatkan satu Hadis dan ia
tahu bahwa Hadis itu palsu (tanpa menjelaskan 19 Semua terjemahan Hadis-hadis dalam buku
ini ditulis oleh Penulis sendiri, kecuali jika diriwayatkan
sebaliknya.
18 Muslim bin al-Ḥajjāj al-Qushayrī, Ṣaḥīḥ Muslim, 20 Abū ‘Abd. Allāh Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī,
Taḥ. Muḥammad Fu’ād ‘Abd. al-Bāqī, al-Maktabah al- Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Dār al-Fikr, Bayrūt, t.th, Kitāb al-‘Ilm, Bāb
Islāmiyyah, Istanbul, t.th, Kitāb al-Muqaddimah, Bāb TaghlīẒ Ithm Man Kadhdhaba ‘alā al-Nabī Saw., h.n. 107, 108, 109;
al-Kadhib, hlm. 1; Abū ‘Īsā Muḥammad bin ‘Īsā al-Tirmidhī, Muslim, Ṣaḥīḥ, al-Muqaddimah, Bāb Taghlīẓ al-Kadhib, h.n.
Sunan al-Tirmidhī, Taḥ. Aḥmad Shākir dan Muḥammad 3.
Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1987, 21 Hadis marfū‘ adalah Hadis yang dinisbatkan
Kitāb al-‘Ilm, Bāb Fīman Rawā Ḥadīthan wa Huwa Yarā kepada Rasūlullāh Saw. baik berupa perkataan maupun
Annahū Kadhib, hlm. 2662; Abū ‘Abd Allāh ‘Umar bin Yazīd perbuatan atau sifat dan taqrīr-nya. Lihat glosori istilah.
al-Qazwīnī, Sunan Ibn Mājah, Tah. Muḥammad Fu’ād ‘Abd 22 Hadis mawqūf adalah Hadis yang disandarkan
al-Bāqī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, t.th, Kitāb al- kepada sahabat Nabi.
Muqaddimah, Bāb Man Ḥaddatha ‘an Rasūl Allāh Saw. 23 Hadis maqṭū‘ adalah Hadis yang disandarkan
Ḥadīthan, hlm. 40. kepada tābi‘īn.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
12
َ َ َ َ َ َ َّ
َ َمن ك َذب،على أ َحد ليس كك ِذ ٍب َ إن كذ ًبا َع َلَّي Tafsīr al-Kashshāf dan Tafsīr al-Zamakhsharī
ٍ ِ yang ditulis oleh Imām Maḥmūd bin ‘Umar
ّ َ َََْ ً ّ ََ ُ َ َ
24
فليتبوأ مقعده من النار،علَّي متع ِمدا al-Zamakhsharī (528 H.). Tafsir ini sangat
terkenal dan telah berulang kali naik cetak.
“Sesungguhnya berbohong kepadaku tidak Hadis-hadisnya juga telah di-takhrīj oleh Ibn
sama dengan berbohong kepada salah seorang Ḥajar dalam kitab al-Kāfī al-Shāf fī Takhrīj
(di antara kalian). Siapa yang dengan sengaja Aḥādīth al-Kashshāf. Tafsir ini menjadi
mendustakanku, maka hendaklah ia menyedia referensi kedua yang dipakai ketika ia
kan tempat duduknya dari api neraka.” menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an di dalam
kitab D.N.. Dalam kitab D.N., tafsir ini sering
C. Sumber Rujukan Kitab Durrah al- disingkat dengan al-Kashshāf.
Nāṣiḥīn 3) Lubāb al-Ta’wīl fī Ma‘ānī al-Tanzīl atau
1. Sumber Rujukan dalam Tafsir dikenal dengan sebutan Tafsīr al-Khāzin yang
Ada beberapa kitab tafsir yang dijadikan ditulis oleh ‘Alā’ al-Dīn ‘Alī bin Muḥammad
rujukan oleh pengarang kitab D.N. , di antaranya: al-Baghdādī yang lebih dikenal dengan
1) Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl atau sebutan al-Khāzin (725 H.). Ini termasuk
lebih dikenal dengan Tafsīr al-Bayḍāwī yang kitab tafsir yang cukup terkenal dan telah
ditulis oleh Imām al-Baydāwī, yang nama dicetak beberapa kali oleh percetakan
lengkapnya adalah Naṣr al-Dīn ‘Abdullāh bin terkenal seperti Dār al-Fikr, Bayrūt. Dalam
‘Umar al-Bayḍāwī al-Shayrāzī al-Shāfi‘ī (692 kitab D.N., tafsir ini sering disingkat dengan
H.). Tafsir ini merupakan referensi utama al-Lubāb atau al-Khāzin saja.
yang dipakai kitab D.N. dalam menafsirkan 4) Irshād al-‘Aql al-Salīm ilā Mazāyā al-Qur’ān
ayat-ayat yang dikutip. Ini merupakan kitab al-Karīm atau yang lebih dikenal dengan Tafsīr
tafsir yang sangat terkenal, yang telah Abī Sa‘ūd. Kitab tafsir ini ditulis oleh al-Qāḍī
dicetak berulang kali, diringkas, dan di-Sharḥ Abū al-Sa‘ūd Muḥammad bin Muḥammad
oleh beberapa ulama kenamaan seperti al- al-‘Imād (951 H.). Tafsir yang cukup terkenal
Shihāb al-Khafājī (1069 H.), Shaykh Zādah ini telah dicetak beberapa kali. Dalam kitab
(950 H.), yang keduanya juga dijadikan D.N., tafsir ini sering disingkat dengan Tafsīr
rujukan oleh al-Khūbawī. Hadis-hadis yang Abū Sa‘ūd saja.
terdapat dalam kitab tafsir ini telah di- 5) Madārik al-Tanzīl wa al-Ḥaqā’iq al-Ta’wīl
takhrīj oleh ‘Abd. al-Ra’ūf al-Munāwī (1031 atau yang terkenal dengan sebutan Tafsīr al-
H.) dalam kitab yang berjudul al-Fatḥ al- Nasafī, yang ditulis oleh Imām al-Nasafī ‘Abd
Samāwī fī Takhrīj Aḥādith Tafsīr al-Bayḍāwī. Allāh bin Aḥmad (701 H.). Tafsir ini sangat
Dalam kitab D.N. ini, al-Khūbawī sering terkenal dan diklasifikasikan sebagai tafsir
menulisnya dengan sebutan Qāḍī Bayḍāwī dengan Hadis ma’thūr.
atau Qāḍī saja. 6) Ma‘ālim al-Tanzīl atau yang terkenal dengan
2) al-Kashshāf ‘an Haqā’iq Ghawāmid al- sebutan Tafsīr al-Baghawī, yang ditulis oleh
Tanzīl wa ‘Uyūn al-Ta’wīl fī Wujūh al-Ta’wīl Ḥusayn bin Mas‘ūd al-Farrā’ al-Baghawī
atau yang lebih terkenal dengan sebutan (516 H.). Tafsir ini cukup terkenal dan dapat
dikategorikan sebagai tafsir dengan Hadis
ma’thūr. Dalam kitab D.N., tafsir ini sering
24 Muslim, Ṣaḥīḥ, al-Muqaddimah, Bāb Taghlīẓ al-
Kadhib, h.n. 4. disebut dengan Ma‘ālim saja.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
13
7) ‘Ināyah al-Qāḍī wa Kifāyah al-Rāḍī ‘alā cukup terkenal, tetapi al-Khūbawī jarang
Tafsīr al-Bayḍāwī atau lebih terkenal dengan mengutip dari kitab tafsir yang telah dicetak
sebutan Ḥāshiyah al-Shihāb. Kitab tafsir ini berulang kali ini.
ditulis oleh al-Shihāb al-Khafājī Aḥmad bin 12) Baḥr al-‘Ulūm atau yang lebih terkenal
Muḥammad (1069 H.). Dalam kitab D.N., dengan sebutan Tafsīr al-Samarqandī, yang
tafsir ini sering disebut dengan Shihāb saja ditulis oleh Abū Layth Naṣr bin Muḥammad
atau Ḥāshiyah Shihāb. Kitab ini dicetak bin Aḥmad al-Samarqandī (860 H.). Kitab ini
bersama kitab Tafsīr al-Bayḍāwī. dicetak dalam tiga jilid.
8) Ḥāshiyah Shaykh Zādah ‘alā Tafsīr al- 13) Tafsīr al-FātiḤah. al-Khūbawī beberapa kali
Bayḍāwī, yang ditulis oleh Muṣliḥ al-Dīn mengutip dari kitab tafsir ini, tetapi Penulis
Muḥammad bin Muṣṭafā al-Tujāwī al-Ḥanafī tidak dapat memastikan tafsir ini ditulis oleh
yang lebih terkenal dengan julukan Shaykh siapa, karena ada beberapa kitab tafsir yang
Zādah (950 H.). Kitab ini dicetak empat berjudul Tafsīr al-Fātiḥah yang disebutkan
jilid. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering oleh Ḥājī Khalīfah dalam Kashf al-Ẓunūn
menyebutnya dengan sebutan Shaykh dan Ismā‘īl Bāshā dalam Īḍāḥ al-Maknūn.
Zādah saja. Dari beberapa manuskrip kitab Tafsīr al-
9) Rūh al-Bayān yang ditulis oleh Ismā‘īl Ḥaqqī Fātiḥah yang Penulis telusuri, Penulis tidak
al-Barūsawī (1137 H.). Tafsir ini telah dicetak menemukan kutipan-kutipan tersebut dari
dalam volume sebanyak 10 jilid oleh Penerbit manuskrip-manuskrip yang ada.
Dār al-Fikr. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī 14) al-Kashf wa al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān
sering menyebutnya dengan sebutan Tafsīr atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsīr al-
Ḥaqqī saja. Tha‘labī yang ditulis oleh Abū IsḤāq Aḥmad
10) Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm, yang ditulis oleh bin Muḥammad bin Ibrāhīm al-Tha‘labī
Abū Sa‘īd al-Ḥanafī. Tafsir ini masih belum (427 H.).25 Dalam kitab D.N., al-Khūbawī
dicetak untuk publik, dan manuskripnya sering menyebutnya dengan sebutan Tafsīr
masih tersimpan rapi di Perpustakaan al- Tha’labī. Kitab ini telah dicetak dalam empat
Asad Shīria dengan nomor panggil 627 dan jilid.
7500. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering 15) al-Taysīr fī al-Tafsīr, yang ditulis oleh Najm
menyebutnya dengan sebutan Tafsīr Ḥanafī. al-Dīn Abū Ḥafs ‘Umar bin MuḤammad al-
al-Khūbawī sering mengutip Hadis-hadis Nasafī al-Ḥanafī (537 H.).26 Dalam kitab D.N.,
faḍīlah dari kitab tafsir ini. Sayangnya, Hadis- al-Khūbawī sering menyebutnya dengan
hadis yang ada dalam kitab tafsir ini, baik sebutan Tafsīr Taysīr.
yang dikutip oleh al-Khūbawī maupun yang 16) Tafsīr al-‘Uyūn. Penulis belum dapat
tidak dikutip, banyak yang bersifat gharīb memastikan yang dimaksud dengan kitab
dan sukar ditemukan padanannya dalam tafsir ini. Kemungkinannya adalah al-‘Uyūn
kitab-kitab Hadis terkenal dan kredibel, fī Ta’wil al-Qur’ān yang ditulis oleh Abū
bahkan Hadis-hadis tersebut mempunyai al-Ḥasan ‘Alī bin Muḥammad al-Baṣrī al-
ciri-ciri Hadis palsu.
11) al-Tafsīr al-Kabīr atau lebih dikenal dengan
sebutan Tafsīr al-Fakhr al-Rāzī, yang ditulis 25 Muṣṭafā bin ‘Abd Allāh Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn
‘an Asamī al-Kutub wa al-Funūn, al-Maktabah al-Islāmiyyah,
oleh Imām Fakhr al-Dīn Abū Bakr al-Rāzī. Ṭahrān, 1977, jil. 1, hlm. 444 dan jil. 2, hlm. 1496.
(606 H) Kitab tafsir ini termasuk kitab yang 26 Ibid., jil. 1, hlm. 460 dan 519.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
14
Mawardī (450 H.).27 Dalam kitab D.N. sering 22) Ḥimāyah min Yāsin. Kitab ini belum diketahui
disingkat al-‘Uyūn. penulisnya. Ḥājī Khālifah dan Ismā‘īl Bāshā
17) Tafsīr Abī al-Layth, yang ditulis oleh Abū al- tidak menyebutkan kitab ini.
Layth Naṣr bin Muḥammad bin Ibrāhīm al-
Samarqandī yang dikenal dengan julukan 2. Sumber Rujukan dalam Hadis
Imām al-Hudā (393 H.).28 al-Khūbawī Hadis-hadis yang dikutip oleh al-Khūbawī
selalu mengutip dengan menyingkat nama bukan hanya berasal dari kitab-kitab Hadis,
tafsirnya dengan sebutan Abū al-Layth. tetapi banyak juga yang diambil dari kitab-kitab
18) al-Baṣā’ir fī al-Tafsīr, yang lebih dikenal tasawuf seperti Tanbīh al-Ghāfilīn, Durrah al-
dengan nama Tafsīr al-Nīsābūrī. Tafsir ini Wā‘iẓīn, Zubdah al-Wā‘iẓīn, Ḥayāh al-Qulūb,
ditulis dalam Bahasa Persia oleh al-Shaykh dan sebagainya. Empat kitab induk itulah yang
Zāhir al-Dīn Abū Ja‘far Muḥammad bin dijadikan sebagai rujukan utama al-Khūbawī
Maḥmūd al-Nīsābūrī (599 H.).29 Dalam kitab dalam mengutip Hadis-hadis yang dituliskannya
D.N. tafsir ini sering disebut al-Nīsābūrī saja. dalam kitab D.N. Adapun kitab-kitab Hadis yang
19) al-Durr al-Manthūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’thūr betul-betul dapat dikategorikan sebagai kitab
yang ditulis oleh Imām Jalāl al-Dīn ‘Abd al- Hadis dan dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī,
Raḥmān bin Abī Bakr al-Suyūṭī (911 H.). adalah sebagai berikut:
Tafsir ini sangat terkenal dan telah dicetak 1) al-Shifā fī Ḥuqūq al-Muṣṭafā Saw. karya al-
berkali-kali. Dalam kitab D.N. tafsir ini Qāḍī ‘Iyāḍ al-Busṭị (544 H.). Kitab ini sangat
disebut dengan al-Durr al-Manthūr atau al- terkenal di kalangan umat Islam, bahkan
Durr al-Manthūr li al-Suyūṭī. dapat disebut sebagai kitab kumpulan Hadis-
20) al-Wasīṭ fī Mukhtaṣar al-Muḥīṭ atau dikenal hadis populer sebelum dituliskannya kitab
juga dengan nama Tafsīr al-Wasīṭ. Kitab Riyāḍ al-Ṣāliḥīn karya Imām al-Nawawī (646
tafsir ini ditulis oleh Badr al-Dīn Muḥammad H.). Kitab ini telah dicetak dan disyarahi oleh
bin Shihāb al-Dīn Aḥmad bin Mūsā al-‘Aynī beberapa ulama, di antaranya: ‘Alī al-Qārī
al-Ḥanafī (855 H.).30 Tafsir ini merupakan (1030 H.) dan al-Khafājī (1069 H.). Hadis-
ringkasan dari kitab tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ hadis yang terdapat dalam kitab ini juga
karya Ibn Ḥayyān. Dalam kitab D.N. tafsir ini sudah di-takhrīj oleh beberapa ulama, di
ditulis dengan sebutan Tafsīr Wasīṭ. antaranya: al-Qāsim bin Qaṭbughā (879 H.),
21) al-Jāmi‘ li AḤkām al-Qur’ān atau lebih al-Suyūṭī (911 H.), dalam kitab yang berjudul
terkenal dengan sebutan Tafsīr al-Qurṭubī, Manāhil al-Ṣafā fī Takhrīj AḤādīth al-Shifā,
yang ditulis oleh al-Imām Abū ‘Abdillāh dan Abū al-‘Alā Idrīs bin Muḥammad al-
Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣāri al-Qurtubī Ḥusaynī al-‘Irāqī dalam kitab Manāhil al-
(671 H.). Tafsir ini sangat terkenal dan sudah Ṣafā fī Takhrīj Aḥādīth al-Sidād wa al-Wafā
mengalami cetak ulang berkali-kali. fī Takmīl Manāhil al-Ṣafā wa Aḥādith al-
Shihāb.31
2) al-Jāmi‘ al-Saghīr, karangan Jalāl al-Dīn al-
27 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1888.
28 Ibid., jil. 1, hlm. 441; Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 13, Suyūṭī (911 H.). Kitab ini sangat terkenal dan
hlm. 91. telah disyarahi oleh al-Munāwī dalam dua
29 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 246 dan
460; Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 12, hlm. 7.
30 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 2, hlm, 705 dan 31 al-Kallānī. al-Risālah al-Mustaṭrafah. Dār al-
Hidāyah al-‘Arifīn, jil. 2, hlm. 421. Bashāir al-Islāmiyah. Bayrut. 1986. Hlm. 187.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
15
kitab yang keduanya juga dijadikan rujukan Qāḍī. Sedangkan dalam manuskrip yang ter
dalam kitab D.N. ini. simpan di Perpustakaan Kuprulli, Istanbul,
3) Fayḍ al-Qadīr fī SharḤ al-Jāmi‘ al-Saghīr, penulis kitab tersebut adalah Imām al-
karya ‘Abd al-Ra’ūf al-Munāwī (1031 H). Ghazalī. Dalam kitab Kashf al-Ẓunūn disebut
Kitab ini telah dicetak dalam enam jilid besar kan bahwa ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī hanya
oleh Penerbit Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt. penerjemahnya saja.33 Dalam kitab Īḍāḥ al-
4) al-Tasyīr bi Sharḥ al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr, yang Maknūn, Ismā‘īl Bāshā menjelaskan bahwa
juga ditulis oleh al-Munāwī. Kitab ini lebih Abū al-Layth juga mempunyai karya dengan
ringkas daripada kitab Fayḍ al-Qadīr yang judul yang sama.34
telah disebutkan di atas. Kitab ini telah di Di dalam kitab tersebut terdapat banyak
cetak dalam dua jilid oleh Penerbit Maktabah Hadis gharīb yang mempunyai ciri-ciri Hadis
al-Imām al-Shāfi‘ī, Riyāḍ. palsu, tetapi belum diteliti secara seksama.
5) al-Targhīb wa al-Tarhīb, karya al-Mundhirī, Kitab ini memang dicetak bersama kitab al-
Abū Muḥammad ‘Abd al-‘Aẓīm bin ‘Abd al- Durr al-Ḥisān fī al-Ba‘ath wa Na‘īm al-Jinān
Qawī bin Salamah al-Miṣrī (900 H). Kitab yang disinyalir sebagai karya al-Suyūṭī (tetapi
ini cukup terkenal. Meskipun terdapat bukan al-Suyūṭī penulis kitab al-Jāmi‘ al-
banyak Hadis ḍa‘īf, tapi beliau memberikan Ṣaghīr dan al-Jāmi‘ al-Kabīr yang wafat pada
isyarat akan ke-ḍa‘īf-annya. Kitab ini dicetak 911 H., karena kitab tersebut tidak masuk
berulang kali dan diterbitkan oleh oleh Dār dalam daftar kitab-kitab karya al-Suyūṭī). Di
Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī dalam empat jilid. samping itu, di dalam kitab tersebut banyak
6) al-Firdaws bi Ma’thūr al-Khiṭāb, karya sekali terdapat Hadis-hadis gharīb yang
al-Daylamī, Abū Shujā‘ Sayruwayih bin tidak ditemukan dalam kitab-kitab lain karya
Shahardar al-Daylamī (558 H.). Menurut al-Suyūṭī. Karena adanya keraguan itulah, di
para ulama, kitab ini merupakan sumber Perpustakaan Nasional al-Asad, Damshiq,
Hadis-hadis ḍa‘īf, jika Hadis-hadisnya hanya Shīria,35 kitab ini masuk dalam kategori kitab
terdapat dalam kitab tersebut.32 Kitab ini yang tidak boleh dibaca umum. Akan tetapi,
dicetak dalam lima jilid. Dalam kitab D.N., di Perpustakaan Awam Islam, Pusat Islam,
kitab ini sering disebut dengan al-Daylamī Kuala Lumpur,36 kitab ini dapat ditemukan
atau al-Firdaws.
sebagai bagian dari rujukan umum. Dalam
7) Daqā’iq al-Akhbār fī Dhikr al-Jannah wa
kitab D.N., kitab ini sering disebut dengan
al-Nār. Kitab ini merupakan salah satu dari
nama Daqā’iq al-Akhbār atau Daqā’iq saja.
referensi utama Hadis yang sering dirujuk,
8) Kanz al-Akhbār. Kitab ini belum terdeteksi
tetapi kesahihan kitab ini masih diragukan.
penulisnya. Dalam manuskrip yang ter
Kitab ini telah dicetak beberapa kali, yaitu
tahun 1983 oleh Penerbit Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, Bayrūt. Dalam cetakan ini dan juga 33 Lihat Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hal. 757;
versi cetakan lainnya ditulis pengarangnya Ramaḍān Shīshan, Fahras Makhṭūṭāt Maktabah Kuprulli,
adalah Imām ‘Abd al-Raḥīm bin Aḥmad al- Munaẓẓamah al-Mu‘tamar al-Islāmī Markaz al-Buḥūth li al-
Tārīkh wa al-Funūn wa al-Thaqāfah al-Islāmiyyah, Istanbul,
1986, jil. 2, hlm. 568.
32 Lihat Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān bin Abū Bakar al- 34 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 1, hlm. 474.
Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr dalam Jāmi‘ al-Aḥādīth, Taḥ. ‘Abbās 35 Tersimpan deengan kode panggil W 71093, W
Aḥmad Ṣaqr dan Aḥmad ‘Abd al-Jawwād, Dār al-Fikr, Bayrūt, 3733, S 10266, dan S 4068.
1994, jil. 1, hlm 18. 36 Tersimpan dengan kode panggil 61782.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
16
19) Jāmi‘ al-Azhār min Ḥadīth al-Nabī al-Anwār, merujuk pada karya-karya ulama Ḥanafiyah
karya Zayn al-Dīn ‘Abd al-Ra’ūf bin ‘Alī al- bukan hanya dalam masalah fikih. Dalam
Munāwī al-Shafī‘ī (1031 H.). Kitab ini dicetak pembahasan-pembahasan yang lain, al-Khūbawī
bersamaan dengan kitab al-Jāmī‘ al-Saghīr juga sering mengutip dari karya-karya yang
dan al-Jāmi‘ al-Kabīr. al-Khūbawī menyebut ditulis oleh ulama Ḥanafī seperti Abū al-Layth al-
kitab ini dengan singkatan Jāmi‘ al-Azhār. Samarqandī. Demikian pula dalam masalah tafsir,
20) al-Mawā‘iẓ fī al-Aḥādith al-Qudsiyyah. Kitab ia sering mengutip dari ulama Ḥanafī seperti al-
ini dinisbatkan sebagai salah satu dari karya Bayḍāwī, al-Khāzin, Abū Sa‘ūd, dan yang lainnya.
Imām al-Ghazālī sebagaimana tertulis dalam Berikut ini beberapa kitab rujukan dalam
versi cetaknya. ‘Abd al-Raḥmān Badawī me masalah fikih yang sering dikutip oleh al-
nampik kitab ini sebagai karya Imām al- Khūbawī, yaitu:
Ghazālī.40 Setelah membaca seluruh kitab 1) Tatār Khānah fī al-Fatāwā yang ditulis oleh
ini, Penulis juga sependapat dengan ‘Abd al- al-Imām al-Faqīh ‘Ālim bin ‘Alā’ al-Ḥanafī. Ḥājī
Raḥmān, karena isinya sangat aneh, dan tidak Khalīfah dalam Kashf al-Ẓunūn menyebutkan
mungkin ulama sekaliber al-Ghazālī menulis bahwa kitab ini termasuk karya besar dan
kitab seperti itu. Apalagi Hadis-hadis yang di ditulis dalam beberapa jilid.41
sebutkan tidak ditemukan pada bab-bab yang 2) al-Muḥīṭ al-Burhānī fī al-Fiqh al-Nu‘mānī,
sama dalam kitab-kitab al-Ghazālī lainnya. karya al-Imām Burhān al-Dīn Muḥammad
Dalam kitab D.N., al-Khūbawī menyebut kitab bin Aḥmad bin al-Ṣadr yang lebih dikenal
ini dengan sebutan al-Mawā‘iẒ saja. dengan sebutan Burhān al-A’immah (616
21) Jawāhir al-Bukhārī. Penulis belum bisa me H.).42
mastikan siapa penulis kitab Jawāhir al- 3) Tuḥfah al-Mulūk, karya Zayn al-Dīn
Bukhārī yang dimaksudkan oleh al-Khūbawī, Muḥammad bin Abī Bakar Ḥasan al-Rāzī
karena ada beberapa kitab yang berjudul al-Ḥanafī. Sebagaimana dijelaskan oleh
sama. Ḥājī Khalīfah, kitab ini telah di-sharḥ oleh
beberapa ulama mazhab Hanafi.43
Selain mengutip dari kitab-kitab Hadis 4) Tabyīn al-Maḥārim, karya al-Shaykh Sinān
yang telah disebutkan di atas, al-Khūbawī juga al-Dīn Yūsuf al-Amasī al-Ḥanafī (1000 H.).
mengutip Hadis-hadis dari kitab al-Bukhārī, Kitab ini berisi kumpulan fatwa-fatwa ulama
Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Ḥākim, al- fikih.44
Ṭabarānī, dan lain-lain. Hanya saja pengutipannya 5) Multaqā al-Abḥur, karya Imām Ibrāhīm bin
tidak langsung dari sumbernya, tapi dari sumber Muḥammad al-Ḥalabī (956 H.). Kitab ini
lain yang menyebutkan bahwa Hadis-hadis itu merupakan kitab fikih mazhab Ḥanafī dan
diriwayatkan oleh perawi-perawi di atas. telah dicetak setebal dua jilid oleh Penerbit
Mu’assasah al-Risālah, Bayrut dengan taḥqīq
3. Sumber Rujukan dalam Fikih oleh Wahbī Sulaymān al-Albānī.45
Dalam membahas masalah-masalah fikih,
al-Khūbawī yang bermazhab Ḥanafī lebih sering
41 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 268.
42 Ibid., jil. 2, hlm. 1619.
40 ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, al- 43 Ibid., jil. 1, hlm. 374-375.
Majlis al-A‘lā Liri‘āyah al-Funūn wal al-Ādāb wa al-‘Ulūm al- 44 Ibid., jil. 1, hlm. 342.
Ijtimā‘iyyah, al-Imārāt, 1961, hlm. 287. 45 Ibid., jil. 2, hlm. 1814.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
18
6) Fatāwa al-Qāḍī Khān, yang ditulis oleh al- sering disingkat dengan Zubdah saja.
Ḥasan bin Manṣūr bin Maḥmūd al-Ḥanafī 2) Durrah al-Wā‘iẓīn wa Dhakr al-Wā‘iẓīn, karya
(593 H.) atau yang lebih dikenal dengan Qāḍī Abū ‘Abd Allāh Muḥammad bin Salamah bin
Khān atau Qāḍaykhān.46 Dalam kitab D.N., Ja‘far al-Quḍā‘ī al-Shāfi‘ī (405 H.). Menurut
al-Khūbawī menyebutnya dengan sebutan Dr. Ramaḍān Shīshān, al-Quḍā‘ī bukan
Qāḍaykhān saja. Versi cetak kitab ini ada penulis kitab tersebut, Ḥājī Khalīfah telah
sebanyak empat jilid. keliru dalam hal ini. Penulis sesungguhnya
7) Baḥr al-Kalām wa Nahr al-Li‘ām fī Sharḥ Iẓhār adalah orang yang sangat bijaksana, yang
Ni‘mah al-Islām li al-Shaykh Muḥammad hidup pada masa pemerintahan Sultan
bin Najjār al-Ḥanafī. Kitab ini ditulis oleh Muḥammad al-Fātiḥ, yang namanya juga
Muḥammad bin ‘Abd al-Laṭīf al-Maqdisī al- tidak jelas. Akan tetapi, kitab ini telah selesai
Shāfi‘ī.47 Dalam kitab D.N., kitab ini disingkat ditulis pada tahun 1041 H.50 Menurut hemat
dengan Baḥr al-Kalām. Penulis, pengarang kitab ini adalah seseorang
8) Ghaniyyāh al-Muṭahallā Sharḥ Maniyyāh yang namanya tidak dikenal sebagaimana
al-Muṣallā wa Ghaniyyāh al-Mubtada’ li yang dijelaskan oleh Dr. Ramaḍān, karena
al-Shaykh Muḥammad bin Muḥammad seperti yang telah Penulis teliti terhadap
al-Kashghārī (705 H.). Kitab ini ditulis oleh manuskrip kitab ini di Perpustakaan Kuprulli,
Ibrāhīm bin Muḥammad al-Ḥalabī al-Ḥanafī tidak disebutkan nama pengarangnya. Kitab
(956 H.). Kitab ini termasuk salah satu kitab ini termasuk kitab yang paling banyak dirujuk
fikih mazhab Ḥanafī.48 oleh al-Khūbawī dalam D.N.
3) al-Mawā‘iẒah al-Ḥasanah. Penulis belum
4. Sumber Rujukan dalam Tasawuf dapat menemukan kitab tersebut. Ḥājī
Kitab D.N. ini pada dasarnya merupakan Khalīfah dan Ismā‘īl Bāshā juga tidak
kitab tasawuf/nasihat, sehingga tidak heran jika menyebutkan kitab ini dalam karya mereka
sumber rujukannya lebih banyak berasal dari berdua. al-Khūbawī sering mengutip dari
kitab-kitab tasawuf, terutama kitab-kitab yang kitab ini, dengan menyebutkan judulnya
ditulis oleh para sufi dari Turki, di samping juga secara singkat, yaitu al-Mawā‘iẒah saja.
kitab-kitab yang ditulis oleh ulama sufi lainnya 4) Ḥayāh al-Qulūb karya ‘Abd al-Bārī bin Turkhā
seperti al-Ghazālī dan al-Samarqandī. al-Saynūbī. Dalam kitab D.N. sering disebut
Berikut ini beberapa kitab-kitab tasawuf dengan Ḥayāh saja. Kitab ini sudah bisa
yang dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī dalam ditemukan versi cetaknya.
kitab D.N., antara lain: 5) al-Majālis al-Sunaniyyah, yang ditulis al-
1) Zubdah al-Wā‘iẓīn. Penulisnya tidak di Shaykh Ḥasan bin Um Sinān. Kitab ini sudah
ketahui. Kitab ini terdiri dari 48 bab,49 dan dicetak di Istanbul pada tahun 1260 H.
merupakan kitab yang paling sering dirujuk 6) Rawḍāh al-‘Ulamā’, yang ditulis al-Shaykh
oleh al-Khūbawī. Dalam kitab D.N., kitab ini Abū ‘Alī Ḥusayn bin Yaḥyā al-Zandūsī al-
Ḥanafī.51
7) Safīnah al-Abrār al-Jāmi‘ah li al-Āthār wa
46 Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 3, hlm. 297.
47 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 188 dan
225. 50 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 745;
48 Ibid., jil. 2, hlm. 1886-1887. Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 1, hlm. 348-349.
49 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 954. 51 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 928.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
19
al-Akhbār karya ‘Izz al-Dīn Muḥammad bin 14) Tanbīh al-Ghāfilīn, karya al-Imām Abū al-
Aḥmad al-Makkī al-Ḥanbalī (855 H.).52 Layth Naṣr Muḥammad bin Aḥmad bin
8) al-Shifā fī al-Maw‘iẒah karya Bahā’ al-Dīn Ibrāhīm al-Samarqandī, yang diberi gelar
Yūsuf al-Andū‘ī.53 Dalam kitab D.N., kitab ini Imām al-Hudā (393 H.). Kitab ini sudah di-
disebut dengan Shifā Andū‘i. taḥqīq dan dicetak oleh Penerbit Dār Ibn
9) Majālis al-Abrār wa Masālik al-Akhyār Kathīr, Damshiq.
(dalam Bahasa Turki). Kitab ini merupakan 15) Bidāyah al-Hidāyah, karya Imām al-Ghazālī,
terjemahan dari kitab Majālis al-Shaykh Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad
Aḥmad bin ‘Abd al-Qādir al-Rūmī. Kitab ini bin Muḥammad al-Ghazālī (505 H.). Ini
masih belum ada versi cetaknya, sementara termasuk kitab yang sangat populer dan
manuskripnya tersimpan di Perpustakaan telah dicetak berkali-kali dengan pen-taḥqīq
Kuprulli, Istanbul, dengan kode panggil 133.54 yang berbeda-beda.
10) Khāliṣah al-Ḥaqā’iq limā fīh min Asālīb al- 16) Mukāshafah al-Qulūb al-Muqarrib ilā
Daqā’iq, karya Abū al-Qāsim ‘Imād al-Dīn Ḥaḍrah ‘Allām al-Ghuyūb, karya Imām al-
bin Aḥmad al-Fārayabī (607 H.).55 Kitab Ghazālī. Kitab ini sangat terkenal dan telah
ini belum ada versi cetaknya. Sementara dicetak berkali-kali. Beberapa pengkaji
manuskripnya disimpan di Perpustakaan menolak bahwa kitab ini ditulis oleh Imām
Nasional al-Asad, Damshiq dengan kode al-Ghazālī.58
panggil 5402 dan 9728. Dalam D.N., kitab ini 17) Mishkāh al-Anwār. Kitab ini belum bisa di
sering disingkat dengan sebutan Khāliṣah al- pastikan pengarangnya. Ḥājī Khalīfah me
Ḥaqā’iq atau Khāliṣah saja. nyebutkan 5 kitab lainnya dengan judul
11) Akhlaṣ al-Khāliṣah, karya Maḥmūd bin yang hampir sama. Kitab ini juga dinisbatkan
Muḥammad al-Rāyid (909 H.). Kitab ini kepada Imām al-Ghazālī, tetapi ditolak oleh
merupakan ringkasan dari kitab Khāliṣah Ḥājī Khalīfah dan ‘Abd al-Raḥmān al-Badawī.59
al-Ḥaqā’iq di atas. Manuskrip kitab ini ter 18) MinḤāj al-Muta‘allim. Kitab ini dianggap
simpan di Perpustakaan Kuprulli, Istanbul, sebagai salah satu karya Imām al-Ghazālī,
dengan kode panggil 1607.56 namun kebenarannya diragukan oleh ‘Abd
12) Shir‘ah al-Islām karya Imām Rukn al-Dīn al-Raḥmān al-Badawī. Karena itu, ia meng
Muḥammad bin Abī Bakar, yang lebih klasifikasikan kitab ini ke dalam kitab-kitab
terkenal dengan nama Imām Zādah al- yang masih belum dapat dipastikan Imām
Ḥanafī (573 H.). Kitab ini dicetak bersamaan al-Ghazālī mana yang dimaksud (majhūl al-
dengan syarah Shaykh Sayyid ‘Alī Zādah. hawiyyah).60
13) Majma’ al-Laṭā’if, ditulis oleh ‘Awad al- 19) al-Ṭarīqah al-Muḥammadiyyah. Kitab ini
Balikir al-Shā‘ir al-Mutakhalliṣ Biḍalālih (952 ditulis oleh Muḥammad bin Bīr ‘Alī yang lebih
H.).57 dikenal dengan al-Bīrkawī (981 H.). Kitab ini
52 Ibid., jil. 2, hlm. 992. 58 Lihat ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-
53 Ibid., jil. 2, hlm. 1047. Ghazālī, hlm. 367-369.
54 Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 3, hlm. 65. 59 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1693-
55 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm.699. 1694; ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, hlm.
56 Ibid., jil. 1, hlm. 38; Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 381-382.
1, hlm. 339. 60 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1878; Abd
57 Ismā‘īl Bāsha, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 2, hlm. 436. al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, hlm. 419.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
20
tergolong terkenal dan telah di-sharḤ oleh depan kitab ini hilang. Akan tetapi dapat
beberapa ulama, di antaranya al-Qūnawī, diketahui informasi bahwa kitab ini ditulis
yang juga dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī. setelah al-Munāwī wafat (1031 H.), karena
Kitab ini telah ada versi cetaknya. kitab ini dikutip dari karangan al-Munāwī.
20) Kashf al-Asrār yang ditulis oleh Badr al- Manuskrip kitab ini dapat ditemukan di
Dīn ‘Alī bin al-Shaykh Ṣadr al-Qūnawī al- Perpustakaan Sulaymāniyyah dengan kode
Ṣūfī (1216 H.). Dalam D.N., kitab ini sering panggil 739.
disebut Sharḥ} Bīrkawī li al-Qūnawī.
21) Zahrah al-Riyāḍ wa Nuzhah al-Qulūb wa 5. Sumber Rujukan dalam Cerita dan Hikayat
al-Maraḍ, karya al-Shaykh Sulaymān bin Selain dari kitab-kitab tasawuf di atas, cerita
Dāwud al-Saqsinī. Menurut Ḥājī Khalīfah, dan hikayat yang dikutip oleh al-Khūbawī dalam
kitab ini terkenal sebagai kitab-kitab yang kitab D.N. banyak diambil dari kitab-kitab khusus
berisi nasihat. Akan tetapi, isinya tidak hikayat seperti yang akan disebutkan di bawah
dapat dijadikan sebagai pegangan.61 Kitab ini:
ini belum ada versi cetaknya, sementara 1) Rawḍ al-Rayyāḥīn, atau dikenal juga dengan
manuskripnya tersimpan di Perpustakaan judul Nuzhah al-Nawāẓir wa Tuḥfah al-
Kuprulli, Istanbul dengan kode panggil Qulūb al-Ḥawādir fī Ḥikāyah al-Ṣāliḥīn wa
151.62 Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering al-Awliyā’ al-Akābir. Kitab ini ditulis oleh
mengutip kitab ini. Abū Muḥammad ‘Abdullāh bin As‘ad al-Yāfi‘ī
22) Bahjah al-Anwār karya al-Shaykh Sulaymān al-Yamanī. Kitab ini telah dicetak beberapa
bin Dāwud al-Surī. Kitab ini aslinya ber kali di antaranya oleh Penerbit al-‘Amīrah al-
bahasa Persia, kemudian diterjemahkan ‘Uthmāniyyah, Turki pada tahun 1886.
dalam Bahasa Arab dengan judul Nuzhah al- 2) al-Sab‘iyyāt fī Mawā‘iẓ al-Bariyyāt karya Abū
Qulūb, kemudian oleh pengarangnya diubah Naṣr Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān al-
lagi menjadi Zahrah al-Riyāḍ sebagaimana Hamadānī. Kitab ini telah dicetak beberapa
disebutkan di atas.63 kali di antaranya oleh Penerbit Muṣṭafā al-
23) Rawḍāh al-‘Abidīn, karya Abū al-Fatḥ Bābī al-Ḥalabī pada tahun 1955.
Muḥammad bin ‘Uthmān al-Karājakī al-Shī‘ī 3) Rawnaq al-Majālis, karya Abū Ḥafṣ ‘Umar
(449 H.).64 bin Ḥasan al-Samarqandī al-Ḥanafī yang
24) Majālis al-Rūmī, yang ditulis al-Shaykh wafat pada tahun 840 H. Kitab ini memuat
Aḥmad al-Rūmī. Kitab ini belum ada versi 220 cerita/hikayat. Kitab ini telah dicetak
cetaknya, sementara manuskripnya ter oleh Penerbit al-Miriyah, Makkah, pada
simpan di Perpustakaan Sulaymāniyyah tahun 1305 H. bersama kitab al-Yaqūṭah li
dengan kode panggil 738. Ibn al-Jawzī.
25) Mi‘rājiyyah al-Majālis fī al-Wa‘aẓ. Penulis 4) al-Mu‘jizah al-Nabawiyyah (dalam Bahasa
kitab ini belum diketahui karena halaman Turki), yang ditulis Ibrāhīm Naẓīrā al-
Ardiniwayh al-Rūmī.65
jadi fokus kajian dalam buku ini. Berikut ini bebe 4. Tidak membiasakan diri menyebutkan nama
rapa metodologi yang sering digunakan, yaitu: perawi Hadis di level sahabat. al-Khūbawī
1. Mengutip Hadis dari Kumpulan Kitab-kitab tidak mensyaratkan dirinya untuk menye
Hadis butkan nama perawi di level sahabat dalam
Kumpulan kitab-kitab Hadis yang sering setiap Hadis yang dikutipnya. Kadang-kadang
dikutip oleh al-Khūbawī di antaranya: al- ia menyebutkannya, dan lebih sering tidak.
Shifā’, al-Jāmi‘ al-Saghīr, Zubdah al-Wā‘iẓīn, Dari total 827 Hadis, hanya 355 Hadis yang
dan lain-lain. al-Khūbawī tidak melaku disebutkan perawi dari kalangan sahabat
kan pengutipan langsung dari kitab-kitab atau sekitar 42,92 %.
induk Hadis, seperti Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ 5. Menyebutkan Hadis dengan redaksi sesuai
Muslim, Sunan Abī Dāwud, dan lain-lain, lafaz-lafaz dari kitab yang dikutip, bukan
kecuali kitab Musnad al-Daylamī. dari kitab induk Hadis yang ada sanad-nya.
Di samping itu, al-Khūbawī tidak mem Sehingga tidak heran, jika redaksi yang
batasi dengan ketat pengutipan Hadis-hadis dikutip tidak sama dengan redaksi Hadis
dari kumpulan kitab-kitab Hadis itu. Ia me dari kitab Induk Hadis yang ada sanad-nya.
ngutip Hadis dari kitab apa saja, tanpa mem Misalnya, dapat dilihat pada Hadis ke 36, 82,
pertimbangkan mu‘tabar atau tidak, dan 120, 169, 170, 191, 334, 335, 347, 359, 399,
tanpa melihat penulisnya dikenal atau tidak. 402, dan 404.
Salah satu contoh kitab yang tidak mu‘tabar 6. Tidak mensyaratkan Hadis-hadis yang di
adalah Zahrah al-Riyāḍ, dan contoh kitab kutipnya dapat dijadikan sebagai ḥujjah
yang tidak dikenal penulisnya adalah Zubdah dan boleh diamalkan. Sebagaimana halnya
al-Wā‘iẓīn dan Daqā’iq al-Akhbār yang tidak kitab-kitab nasihat dan tasawuf pada
dapat dipastikan penulisnya. al-Khūbawī umumnya, kitab Durrah al-Nāṣiḥīn juga
cukup banyak mengutip dari kitab tersebut.67 tidak mensyaratkan pengutipan Hadis yang
2. Tidak Menyebutkan Sanad dapat dijadikan sebagai ḥujjah dan dalil. Hal
Dalam menyebutkan Hadis-hadis, al- ini tampak jelas dari Hadis yang kualitasnya
Khūbawī tidak pernah menyebutkan sanad sangat ḍa‘īf dan palsu, yang jumlahnya men
sama sekali, baik sanad dari dia sendiri mau capai 253 Hadis atau 30,2 %.
pun sanad dari perawi yang dikutip. 7. Tidak menghukumi Hadis atau mengkritik
3. Tidak membiasakan diri menyebutkan asal nya.
perawi Hadis, misalnya dari al-Bukhārī, Ketika menyebutkan Hadis-hadis, al-
Muslim, dan sebagainya. al-Khūbawī tidak Khūbawī tidak menyebutkan penilaian
mengharuskan penyebutan rawi-rawi Hadis terhadap Hadis-hadis tersebut, apakah
dalam kitabnya. Terkadang ada beberapa masuk kategori ṣaḥīḥ, ḥasan, ḍa‘īf ataupun
Hadis yang disebutkan asal perawinya. Tetapi, palsu. Hanya ada satu Hadis yang dinilai se
kebanyakan Hadis-hadis yang ada di dalam bagai Hadis palsu oleh al-Khūbawī, tanpa
kitabnya, tidak disebutkan asal perawinya. disebutkan matannya, yaitu Hadis mengenai
Dari 827 Hadis, hanya 96 Hadis yang disebut salat raghā’ib (Hadis ke 164).
kan perawinya atau sekitar 11,6%. 8. Tidak menggunakan redaksi periwayatan
Hadis seperti روى، روي، قال, sebagai isyarat
yang dapat mengindikasikan kekuatan Hadis
67 Lihat kajian mengenai sumber rujukan kitab pada
pembahasan sebelumnya. yang akan disebutkan.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
23
Dalam kitab-kitab Hadis mereka, para ulama seperti ini, karena banyak sekali Hadis palsu yang
Hadis umumnya memakai lafaz-lafaz tertentu disebutkan dengan lafaz قال, dan Hadis ṣaḥīḥ
untuk mengisyaratkan kekuatan Hadis yang dengan lafaz روي. Contohnya Hadis-hadis yang ia
akan disampaikan, seperti lafaz قالuntuk Hadis sebutkan pada nomor 9, 20, 40, 41, 44, 46, 564,
yang kuat, رويuntuk Hadis yang lemah, dan 577, 578, 579, 600, 623, 624, 650, 766, 771, 780,
sebagainya. al-Khūbawī tidak memakai metode 784, 805, 807, dan 818.
Bagian III
TAKHRĪJ HADIS-HADIS
DURRAH AL-NĀṢIḤĪN
68 Ibn ManẒūr, Jamāl al-Dīn Muḥammad bin Makram 69 Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-
al-Miṣrī, Lisān al-‘Arab, Dār Ṣādir dan Dār al-Bayrut, Bayrūt, Asānid, Dār al-Qalam, Riyāḍ, 1979, hlm. 10-11.
1988, jil. 2, hlm. 249. 70 Ibid., hlm 12.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
26
Pada tahun 1996 PT. Ariss Computer Inc 2) Takhrīj Aḥādīth al-Muhadhdhab li Abī Isḥāq
yang kantor pusatnya berada di Beirut bekerja al-Shayrāzī oleh Muḥammad bin Mūsā al-
sama dengan PT. Anẓimat al-Ḥawāsib yang kantor Ḥazimī (584 H.).
pusatnya di Riyāḍ, telah berhasil merilis program 3) al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq karya al-Ḥāfiẓ
Hadis berbasis computer yang dinamakan Ibn al-Jawzī (597 H.).72
Maktabah al-Ḥadīth al-Sharīf. Program ini terdiri 4) Takhrīj Aḥādīth al-Mukhtaṣar al-Kabīr li
dari 35 kitab, yang dibagi menjadi: 11 kitab induk Ibn Ḥājib oleh al-Ḥāfiẓ Ibn ‘Abd al-Hādī al-
Hadis lengkap dengan sanad-nya, 8 kitab sharḥ Maqdisī (744 H.).73
terhadap Kitab Induk Hadis, 13 kitab mengenai 5) Tanqīḥ al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq, karya
perawi Hadis (rijāl al-Ḥadīth), 2 kitab lughah al- Ibn ‘Abd al-Hādī (744 H.).74
Ḥadīth, dan 2 kitab mu‘jam. 6) Tanqīḥ Kitāb al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq
Sebelas Kitab Induk Hadis yang dimaksud karya al-Ḥāfiẓ al-Dhahabī (748 H.).75
adalah kitab-kitab: Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ 7) Takhrīj fī Aḥādīth al-Ta‘līq al-Kashshāf li al-
Muslim, Sunan Abū Dāwud, Sunan al-Tirmidhī, Zamakhsharī karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd Allāh bin
Sunan al-Nasā’ī al-Sughrā, Sunan al-Nasā’ī al- Yūsuf al-Zaylā‘ī (762 H.).76
Kubrā, Sunan Ibn Mājah, Musnad Aḥmad bin 8) Naṣb al-Rāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Hidāyah
Ḥanbal, Sunan al-Dārimī, dan Miṣbāḥ al-Zujājah. li al-Marghīnānī karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd Allāh bin
Sedangka 13 kitab rijāl al-Hadith yang dimaksud Yūsuf al-Zaylā‘ī (762 H.).77
adalah kitab-kitab: Tahdhīb al-Kamāl, Tahdhīb 9) Takhrīj Aḥādīth Minhāj al-Bayḍāwī li al-
al-Tahdhīb, al-Ikmāl, Is‘āf al-Mubaṭṭa’, al-Kashf Imām al-Bayḍāwī karya al-Ḥāfiẓ Tāj al-Dīn al-
al-Ḥathīth, al-Ightibāṭ, al-Kawākib al-Nayyirāt, Subkī (771 H.).78
Jāmi‘ al-Taḥṣīl, Ṭabaqāt al-Mudallisīn, Asmā’ al- 10) Rashād al-Faqīh ilā Adillah al-Tanbīh li al-
Mudallisīn, Ta‘jīl al-Manfa‘ah, dan Tadhkirah al- Shayrāzī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Kathīr (774 H.).79
Ṭālib al-Mu‘allim. 11) al-Badr al-Munīr fī Takhrīj al-Aḥādīth wa
Dua kitab Bahasa yang dimaksud adalah al-Āthār al-Waqī‘ah fī al-Sharḥ al-Kabīr li
kitab al-Nihāyah fī Gharīb al-Ḥadīth dan kitab al-Rāfi‘ī, karya al-Ḥafiẓ ‘Umar bin ‘Alī Ibn
Gharīb al-Ḥadīth. Sedangkan dua kitab mu‘jam Mulaqqin (804 H.).80
adalah Mu‘jam al-Buldān dan Mu‘jam mā 12) al-Mughnī ‘an Ḥaml al-Asfār fī Takhrīj mā fī
al-Iḥyā’ min al-Akhbār li al-Imām al-Ghazālī,
Ustu‘jim.
karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al-Raḥīm bin Ḥusayn al-
‘Irāqī (806 H.).81
D. Daftar Nama-nama Kitab Takhrīj
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pen-
takhrīj-an Hadis telah dimulai sejak abad kelima 72 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
73 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Hijriyah. Berikut ini akan disebutkan daftar Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
kitab-kitab takhrīj sesuai dengan tahun wafat 74 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
penulisnya, yaitu: 75 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
1) Takhrīj Aḥādīth al-Umm li al-Imām al-Shāfi‘ī
76 Ibid.
oleh Imām al-Bayhaqī (458 H.).71 77 Ibid., hlm. 96; al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
78 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
71 Yūsuf ‘Abd al-Raḥmān al-Mar‘ishlī, Muqaddimah 79 Ibid.
Kitāb Takhrīj Aḥādīth Sharḥ al-Mawāqif fī ‘Ilm Kalām li al- 80 Ibid., hlm, 97; al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm, 18.
Suyūṭī, Dār al-Ma‘rifah Bayru<t, 1986, hlm. 96. 81 Ibid.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
28
13) Takhrīj Aḥādīth allatī Yushīr ilayhā al- Muḥammad al-Ṣādiq al-Ghummārī (1410 an
Tirmidhī fī kull Bāb, karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al- H.).89
Raḥīm bin Ḥusayn al-‘Irāqī (806 H.). 82 23) Ghāyah al-Marām fī Takhrīj Aḥādīth al-Ḥalāl
14) Takhrīj Aḥādīth Arba‘īn al-Nawawī, karya al- wa al-Ḥarām li Yūsuf al-Qarḍāwī karya Nāṣir
Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 H.), dan juga ditulis oleh al-Dīn al-Albānī.90
al-Ḥāfiẓ al-Sakhāwī (903 H.).83
15) Natā’ij al-Afkār fī Takhrīj Aḥādīth al-Adhkār Daftar kitab takhrīj di atas merupakan contoh
li al-Nawawī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 takhrīj terhadap kitab tertentu. Selain men-
H.).84 takhrīj berdasarkan kitab tertentu, para ulama
16) al-Dirāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Hidāyah lil Hadis juga telah melakukan takhrīj berdasarkan
al-Marghīnanī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 topik tertentu atau berdasarkan satu Hadis
H.). tertentu. Adapun contoh kitab Hadis mengenai
17) al-Talkhīṣ al-Ḥabīr fī Takhrīj Aḥādīth Sharḥ topik tertentu adalah sebagai berikut:
al-Wajīz al-Kabīr li al-Rāfi‘ī, karya al-Ḥāfiẓ 1) Aḥādīth Dhamm al-Ghinā’ wa al-Ma‘āzif
Ibn Ḥajar (852 H.). fī al-Mīzān, yang ditulis oleh ‘Abdullāh bin
18) Hidāyah al-Ruwāt fī Takhrīj Aḥādīth al- Yūsuf al-Judayi‘.
Maṣābīḥ wa al-Mishkāt (al-Maṣābīḥ li al- 2) Dalā’il al-Taḥqīq fī Ibṭāl Qiṣṣah al-Gharāniq
Baghawī dan Mishkāh li al-Khātib al-Tabrīzī), karya ‘Alī bin Ḥasan bin ‘Alī al-Ḥalabī.
karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 H.).85 3) al-Tanqīḥ limā Jā’a fī Ṣalāh al-Tasbīḥ, karya
19) al-Kāfī al-Shaff fī Takhrīj Aḥādīth al-Kashshāf Jāsim Sulaymān al-Fuhaydī.91
li al-Zamakhsharī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar
(852 H.).86 Contoh kitab takhrīj mengenai Hadis-hadis
20) Takhrīj Aḥādīth al-Shifā’ li Ḥuqūq al-Muṣṭafā tertentu adalah sebagai berikut:
li al-Qāḍī ‘Iyāḍ karya Qāsim Ibn Qaṭlubughā 1) al-Isti‘ādhah wa al-Ḥasbalah minman
(879 H.), dan karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī ṢaḤḤahā Ḥadīth al-Basmalah karya Aḥmad
(911 H.) yang diberi judul Manāhil al-Ṣafā fī bin Muḥammad al-Ṣiddīq al-Ghummārī.
Takhrīj Aḥādīth al-Shifā’.87 2) al-Iṣābah fī Siḥḥah Ḥadīth al-Dhubābah
21) Tuḥfah al-Rāwī fī Takhrīj Aḥādīth al-Bayḍāwī karya Khalīl Ibrāhīm Malā Khātir.
(Tafsīr al-Bayḍāwī) karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al- 3) Āthār al-Burhān fī ‘alā Ḍu‘fi Ḥadīth Ista‘īnū
Ra’ūf al-Munāwī (1031 H.).88 ‘alā Injāḥ al-Ḥawā’ij bi al-Kitmān yang
22) al-Hidāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Bidāyah ditulis oleh Abū Lu’ay Khālid Aḥmad al-
li Ibn Rushd, karya al-Shaykh Aḥmad bin Mu’adhdhin.92
Namun belakang ini, pen-takhrīj-an satu dalam kitab-kitab musnad pada bab Musnad
kitab turāth pada umumnya tidak lagi dilakukan Abū Hurayrah.
secara khusus seperti yang telah dilakukan para 2. Men-takhrīj dengan cara mengetahui kata
ulama di atas, akan tetapi dilakukan bersamaan pertama (awal) dari lafaz Hadis. Ini adalah
dengan pen-taḥqīq-an kitab itu sendiri. Bahkan, cara yang paling mudah dibanding dengan
hampir semua ulama yang men-taḥqīq satu cara-cara lainnya. Penggunaannya diharus
kitab turāth tertentu pada zaman sekarang ini, kan mengetahui dengan pasti kata pertama
terutama kitab-kitab yang banyak mengandung lafaz Hadis yang akan di-takhrīj. Jika sudah
Hadis-hadis, maka selain men-taḥqīq-nya, me dapat dipastikan kata pertamanya tersebut,
reka juga men-takhrīj Hadis-hadis yang terdapat pen-takhrīj dapat merujuk kitab-kitab fahāris
dalam kitab tersebut seperti: (indeks) atau kitab indeks kumpulan beberapa
1) Jāmi‘ al-Uṣūl li Ibn al-Athīr yang di-taḥqīq kitab seperti indeks kitab Jāmi‘ al-Uṣūl li Ibn
oleh al-Shaykh ‘Abd al-Qādir al-Arna’ūṭ. al-Athīr atau kitab Mawsū‘ah Aṭrāf al-Ḥadīth
2) al-Riḥlah fī Ṭalab al-Ḥadīth li al-Khaṭīb al- karya Abū Hājir Muḥammad Basyūnī Zaghlūl.
Baghdadī yang di-taḥqīq oleh Dr. Nūr al-Din Saat ini, hampir semua kitab Hadis telah
‘Iṭr. dibuat indeksnya dan telah dicetak secara
3) Faḍā’il al-Awqāt li al-Bayhāqī yang di-taḥqīq terpisah ataupun dicetak pada akhir kitab. Ini
oleh ‘Adnān’ Abd al-Raḥmān al-Qaysī. termasuk metode yang paling mudah.
4) al-Iḥsān fī Taqrīb Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān yang di- 3. Men-takhrīj dengan cara mendeteksi satu
taḥqīq oleh Shu‘ayb al-Arna’ūṭ. kalimat (yang sering diulang/terkenal/ bentuk
5) Musnad Abū Ya‘lā al-Mūṣilī yang di-taḥqīq kata kerja) dari redaksi Hadis. Cara ini cukup
oleh Ḥusayn Salīm Asad. mudah, pemakainya bisa memilih satu lafaz
6) al-Qawl al-Badī‘ fī al-Ṣalāh ‘alā al-Ḥabīb tertentu, kemudian mencarinya dalam kitab
al-Shafī‘ li al-Sakhāwī yang di-taḥqīq oleh al-Mu‘jam al-Mafahras li Alfāẓ al-Ḥadīth.
Bashīr Muḥammad ‘Uyūn. 4. Men-takhrīj dengan cara mengetahui satu
judul dari judul-judul yang terkandung
E. Metodologi Men-takhrīj Hadis dalam Hadis itu, dengan memilih judul yang
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lebih dikenal/masyhur. Metode ini meng
teori men-takhrīj Hadis adalah satu kaedah baru haruskan pen-takhrīj mengerti makna judul
yang mungkin dalam prakteknya sudah dilaku yang terdapat di dalam Hadis tersebut, lalu
kan oleh para ulama terdahulu, namun baru di mencarinya pada kitab-kitab tertentu yang
ungkapkan oleh ulama sekarang secara lebih mengandung judul itu.
jelas dan terperinci. Dr. Maḥmūd al-Ṭaḥḥān telah 5. Men-takhrīj dengan cara meneliti sifat-
mengklasifikasikan metode pen-takhrīj-an Hadis sifat khas yang dimiliki Hadis tersebut, baik
menjadi 5 kaedah, yaitu : pada sanad ataupun matan-nya.93 Metode
1. Men-takhrīj dengan cara mengetahui nama ini merupakan metode yang paling sulit di
sahabat yang meriwayatkan Hadis. Peng banding yang lainnya. Terutama bagi mereka
gunaan kaedah ini mengharuskan seorang yang bukan pakar. Penggunaan metode ini
pen-takhrīj mengetahui sahabat yang mengharuskan pen-takhrīj mengenal dengan
meriwayatkan Hadis tersebut. Jika diketahui pasti sifat-sifat khas yang ada di dalam Hadis
bahwa sahabat yang meriwayatkan adalah
Abū Hurayrah, maka Hadis ini dapat dicari 93 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 37-38.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
30
itu, baik yang terdapat dalam sanad seperti diri. Karena itulah, Penulis dalam pen-takhrīj-an
irsāl,94 waqaf95 atau ‘illah96 maupun dalam Hadis-hadis kitab D.N. ini, tidak bergantung pada
matan seperti mempunyai ciri-ciri Hadis satu atau dua metode saja, akan tetapi memakai
masyhur, palsu, gharīb dan sebagainya. semua metode tersebut, ditambah bantuan
komputer program Hadis keluaran Mu’assasah
Masing-masing metode mempunyai kemu al-‘Ālamiyyah dan PT. Ariss Computer Inc seperti
dahan dan kelebihan, serta kekurangannya sen yang telah dijelaskan di atas.
PADA bagian ini, Penulis akan men-takhrīj semua غفر له ما تقدم من ذنبهadalah Hadis yang sangat
Hadis marfū‘ yang ada dalam kitab Durrah al- terkenal di kalangan umat Islam.
Nāṣiḥīn sesuai dengan bab-bab yang ada pada
kitab tersebut. Hukum Hadis: Ṣāḥīḥ
Bab 1 Hadis 2
Keutamaan Bulan Ramaḍān نزلت صحف إبراهيم عليه السلام أول ليلة
Hadis no 1 sampai no 17
، وأنزلت التوراة لست من رمضان،من رمضان
Hadis 1 والزبور لثماني عشرة،والإنجيل لثلاثة عشرة
من صام رمضان . والقرآن لأربع وعشرين،من رمضان
“Siapa yang berpuasa di bulan Ramaḍān.” “Suhuf (lembaran-lembaran) Ibrāhīm di
turunkan pada malam pertama bulan Ramaḍān,
Takhrīj Hadis: Taurat diturunkan pada malam keenam Ramaḍān,
Banyak Hadis yang dimulai dengan penggalan Injil diturunkan pada malam ketigabelas, Zabūr
kata tersebut. Salah satunya Hadis ke 23 yang diturunkan pada malam kedelapanbelas dari
akan dibahas secara lengkap nanti. Hadis ini bulan Ramaḍān, dan al-Qur’ān diturunkan pada
disebutkan secara singkat karena pengarangnya malam keduapuluh empat.”
hanya ingin memberikan contoh saja atau karena
Hadis ini sangat terkenal, sehingga tidak perlu Takhrīj Hadis:
disebutkan sampai akhir lafaznya. Alasan kedua Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad dalam
lebih tepat karena Hadis من صام رمضان إيمانا واحتسابا al-Musnad, al-Baihaqī dalam al-Sunan dan al-
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
32
Asmā’ wa al-Ṣifāt, al-Aṣfahānī dalam al-Targhīb, ada dua orang ulama yang menguatkannya, yaitu
al-Ṭabarānī dalam al-Mu‘jam al-Kabīr seperti Aḥmad bin Ḥanbal dan Ibn Ḥibbān.
diisyaratkan oleh al-Haythamī. Semuanya melalui
‘Imrān al-Qaṭṭān dari Qatādah dari Abū Mulayih Hadis 3
dari Wāṣilah bin al-Asqa‘.97
Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibn Ḍurays ،رغم أنف رجل ذكرت عنده ولم يصل علي
dalam Faḍā’il al-Qur’ān secara maqṭū sebagai
perkataan Abū al-Jald.98 ورغم أنف رجل عنده أبواه أو أحدهما فلم
ورغم أنف،يعمل في حقهما عملا يدخله الجنة
Hukum Hadis: Ḥasan
Menurut Yaḥyā, ‘Imrān al-Qaṭṭān adalah رجل دخل عليه رمضان وتم رمضان قبل أن
orang yang ḍa‘īf. Sedangkan menurut Ibn Ḥibbān,
ia termasuk orang yang thiqah. Aḥmad berkata: .يغفر له
“Saya berharap bahwa ia ṣāliḥ al-Ḥadīth.”99 “Celakalah hidung seseorang—maksudnya,
al-Haythamī dalam Majma‘ al-Zawā’id ia ditimpa kehinaan dan kerendahan—ketika
mengingatkan bahwa dalam sanad Hadis ini ter disebut namaku di sisinya, sedang ia tidak ber
dapat perawi yang bernama ‘Imrān al-Qaṭṭān shalawat untukku. Dan celakalah hidung sese
yang mempunyai kredibilitas seperti di atas, orang yang kedua orang tuanya atau salah satu
sedangkan perawi selainnya adalah thiqah. al- dari keduanya ada di sisinya, sedang ia tidak me
Suyūṭī menilai Hadis ini ḥasan dan al-Munāwī lakukan suatu perbuatan untuk memenuhi hak
sependapat dengan al-Suyūṭī. Namun ia meng keduanya, yang menyebabkan ia masuk surga.
ingatkan bahwa dalam sanad Hadis ini terdapat Dan celakalah hidung seseorang yang didatangi
‘Imrān al-Qaṭṭān seperti yang diingatkan al- bulan Ramaḍān, sedang Ramaḍān itu usai tapi ia
Haythamī.100 Kesimpulannya, Hadis ini ḥasan, belum diampuni (dosa-dosanya).”
meskipun ‘Imrān di-ḍa‘īf-kan oleh Yaḥyā, karena
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
97 Aḥmad bin Muḥammad bin Han}bal al-Shaybānī, Aḥmad, al-Ḥākim dan Ibn Ḥibbān dari Abū
Musnad, al-Maktabah al-Islāmī, Bayrūt, 1978, jil. 4, hlm.
107; Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, al-Sunan al-
Hurayrah.101
Kubrā, Dār al-Fikr, t.th., Bayrūt, Kitāb al-Jizyah, Bāb Dhikr
Kutub Anzalahā Allāh, jil. 9, hlm. 188; Aḥmad bin Ḥusayn Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
bin ‘Alī al-Bayhaqī, al-Asmā’ wa al-Ṣifāt, Dār al-Kuttāb al-
al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan gharīb.
‘Arabī, Bayrūt, 1985, hlm. 243; Ismā‘īl bin Muḥammad bin
al-Faḍl al-Aṣfahānī, al-Targhīb wa al-Tarhīb, Dār al-Ḥadīth, al-Ḥakim, Ibn Ḥibbān, dan al-Dhahabī menilainya
al-Qāhirah, 1993, jil. 2, hlm. 378, h.n. 1818; ‘Alī bin Abū ṣaḥīḥ. Ibn Ḥajar men-ṣaḥīḥ-kan Hadis ini karena
Bakar al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, Dār al-Kutub al-
‘Arabī, 1982, jil. 1, hlm. 197.
98 Muḥammad bin Ayyūb bin al-Ḍurays, Faḍā’il 101 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb
al-Qur’ān wa Mā Unzil bi al-Makkah wa Mā Unzil bi al- Raghma Anf Rajul, h.n. 3545; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm.
Madīnah, Taḥ. Ghazwah bin Budayr, Dār al-Fikr, Dimashq, 253; Muḥammad Abū ‘Abd Allāh al-Ḥākim al-Nīsābūrī, al-
1988, hlm. 92, h.n. 192. Mustadrak ‘alā al-Ṣaḥīḥayn fī al-Ḥadīth, Dār al-Fikr, Bayrūt,
99 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 197. 1978, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Raghma Anf Rajul, jil. 1, hlm 549;
100 Muḥammad ‘Abd al-Ra’ūf al-Munāwī, Fayḍ al- ‘Alī bin Balbān al-Fārisī, al-Iḥsān Bitaqrīb Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān,
Qadīr fī Sharḥ al-Jāmi‘ al-Saghīr, Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt, Taḥ. Kamāl Yūsuf al-Ḥūt, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
1972, jil. 2, hlm. 75, h.n. 2734. 1987, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 905.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
33
mempunyai banyak shawāhid.102 Karena itu, Hadis “Siapa yang merasa bahagia dengan da
ini dapat dinilai ṣaḥīh dengan alasan di atas. tangnya (bulan) Ramaḍān, maka Allāh meng
haramkan tubuhnya dari api (neraka).”
Hadis 4
Takhrīj Hadis:
من صلى علي يوم الجمعة مائة مرة جاء يوم Hadis ini belum ditemukan perawinya di
semua kitab yang menjadi rujukan buku ini. al-
.القيامة ومعه نور لوقسم ذلك النور لوسعهم Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya secara
“Siapa yang membaca shalawat untukku eksplisit.105
pada Hari Jum’at sebanyak 100 kali, maka ia
akan datang di Hari Kiamat disertai cahaya, yang Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
seandainya cahaya itu dibagikan kepada seluruh Jika dilihat dari redaksi dan isi Hadis ini,
makhluk, niscaya (cahaya itu) memenuhi/men ia mempunyai ciri-ciri Hadis palsu, yaitu satu
cukupi mereka.” amalan kecil dengan pahala yang begitu besar.
Alasan kedua karena Hadis ini tidak ditemukan
Takhrīj Hadis: dalam kitab-kitab Hadis yang mu‘tabar, termasuk
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym dalam kitab-kitab yang memuat Hadis-hadis ḍa‘īf.
dalam Ḥilyah al-Awliyā’ dari ‘Alī.103 Maka, Hadis ini dapat digolongkan sebagaimana
yang dikenali dalam istilah ilmu Hadis dengan
Hukum Hadis: Ḍa‘īf lā yu‘raf lah aṣl atau lā aṣla lah (tidak diketahui
Abū Nu‘aym mengatakan bahwa Hadis ini sumber asalnya). Ini menyebabkan Hadis itu
gharīb dari Hadis Ibrāhīm dan Ibn ‘Ajlān yang dinilai palsu. Karena itu, Hadis ini palsu karena
tidak kami tulis kecuali dari Hadis Muḥammad sebab di atas.
bin Aḥmad al-Bukhārī. al-Sakhāwī juga men-
ḍa‘īf-kan Hadis ini mengikuti pendapat Abū Hadis 6
Nu‘aym.104 Kesimpulannya, Hadis ini ḍa‘īf dengan
alasan tersebut di atas. إذا كان أول ليلة من رمضان يقول اهلل تعالى
من ذا الذي يحبنا فنحبه ومن ذا الذي يطلبنا
Hadis 5
ومن ذا الذي يستغفرنا فنغفر له،فنطلبه
من فرح بدخول رمضان حرم اهلل جسده على
فيأمر اهلل الكرم الكاتبين في،بحرمة رمضان
.النيران
شهر رمضان بأن يكتبوا لهم الحسنات ولا
cintai Kami, maka Kami pun akan mencintainya. sejak malam hingga Subuh: “Wahai orang yang
Siapa yang mencari Kami, maka Kami pun akan menginginkan kebaikan, sempurnakan dan
mencarinya. Dan siapa memohon ampunan bergembiralah! Wahai orang yang menginginkan
kepada Kami, maka Kami pun akan mengampuni keburukan, tahanlah dan perhatikanlah! Masih
nya demi kehormatan bulan Ramaḍān. Maka adakah orang yang meminta ampunan, maka ia
Allāh memerintahkan para malaikat pencatat, akan diampuni…dst.”
untuk mencatat kebaikan mereka, tidak mencatat
keburukan mereka dan Allāh menghapus dosa- Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
dosa mereka yang telah lampau.” Hadis riwayat al-Baihaqī ini ḍa‘īf karena
pada sanad-nya terdapat Nāshib bin ‘Amrū yang
Takhrīj Hadis: dinilai al-Bukhārī sebagai munkar al-ḥadīth dan
Hadis dengan lafaz ini belum dapat ditemukan al-Dāraquṭnī sebagai ḍa‘īf.108 Sedangkan riwayat
perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab yang disebutkan al-Khūbawī adalah palsu,
al-Ḥayāh atau Zubdah al-Wā‘iẓīn.106 Hanya saja, sebab ia belum dapat ditemukan kecuali dalam
makna potongan pertama diriwayatkan oleh al- sumber yang tidak mu‘tabar.109 Ini menjadikan
Bayhaqī dalam Faḍā‘il al-Awqāt dari Ibn Mas‘ūd Hadis tersebut tidak dikenali dalam sumber
dengan lafaz sebagai berikut: yang terpercaya. Selain itu, makna Hadis ini
juga bertentangan dengan hukum syari’at di
إذا كان أول ليلة من شهر رمضان فتحت mana sesuatu dosa yang dilakukan pada bulan
Ramaḍān tetap akan dicatat dan diberi hukuman.
أبواب الجنان فلم يغلق منها باب واحد الشهر
Sebagaimana ditegaskan Allāh Swt. dalam
وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب،كله Sūrah al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya: “Maka
siapa yang berbuat kebaikan sekecil atom akan
ونادى، وغلت عتاة الجن،واحد الـشهر كله diberikan pahalanya. Dan siapa yang berbuat
kejahatan sekecil atom, maka akan diberikan
،مناد من السماء كل ليلة إلى انفجار الصبح
balasannya.” Ibn ‘Abbās dan Imām al-Shāfi‘ī, se
ويا باغي الشر اقصر،يا باغي الخير تمم وأبشر bagaimana diriwayatkan al-Baihaqī, menegas
kan bahwa: jika suatu amalan pada bulan-bulan
107
. إلخ... هل من مستغفر يغفر له،وأبصر tertentu mendapat pahala yang berlipat ganda,
“Jika datang awal malam bulan Ramaḍān, maka dosa yang dilakukan pada bulan-bulan
maka pintu-pintu surga terbuka, dan selama itupun akan diberikan balasan yang berlipat
satu bulan penuh tidak ada satu pintu pun yang ganda pula.110
tertutup. Kemudian pintu neraka ditutup, dan
selama satu bulan penuh tidak ada satu pintu
neraka pun yang terbuka, dan jin diikat dengan
kencang, kemudian ada yang berseru dari langit
108 Lih. biografi Nāshib dalam Muḥammad bin
Aḥmad bin ‘Uthmān al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl fī Naqd al-
106 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 7-8. Rijāl, Taḥ. ‘Alī Muḥammad al-Bajāwī, Dar Iḥyā’ al-Kutub al-
107 Abū Bakar Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, ‘Arabī, Bayrūt, t.th. jil. 4, hlm. 239.
Faḍā’il al-Awqāt, Taḥ. ‘Adnān ‘Abd al-Raḥmān al-Qaysī, 109 Lihat pembahasan sebelumnya mengenai
Maktabah al-Manārah, Makkah,1990, hlm. 168-170, h.n. sumber rujukan dalam tasawuf.
51. 110 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 81 dan 87.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
35
Shu‘ab meriwayatkan Hadis ini melalui jalur Ibn Mas‘ūd tanpa melalui Jarīr yang tersebut
Ibn Khuzaymah. al-Ṭabarānī juga meriwayatkan di atas dalam kitab Tanbīh al-Ghāfilīn, dengan
Hadis ini dari Abū Mas‘ūd al-Ghaffārī yang sanad sebagai berikut:
dalam sanad-nya terdapat al-Miṣbāḥ bin Yastam,
seorang yang dinilai ḍa‘īf menurut al-Haythamī.112 ثنا،ثنا أبو القاسم عبد الرحمن بن محمد
ثنا أبو وهب، ثنا محمد بن الفضل،فارس
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai palsu oleh Ibn Jawzī dalam ثنا إياس عن علي بن زيد عن،عبد اهلل بن بكر
kitab al-Mawḍū‘at dengan alasan bahwa dalam
sanad Hadis tersebut terdapat perawi yang
114
. سعيد بن المسيب عن ابن مسعود مرفوعا
dituduh pendusta, yaitu Jarīr bin Ayyūb. Akan Tetapi sanad inipun lemah, karena ‘Alī bin
tetapi, al-Suyūṭī dalam kitab al-La‘ālī menolak Zayd lemah menurut kebanyakan ulama. al-
hukum ini dengan mengatakan bahwa Hadis ini Nābilsī menyebutkan Hadis ini dalam Faḍā’il al-
ada yang diriwayatkan melalui jalan lain tanpa Shuhūr tanpa memberi komentar apapun.115
melalui Jarīr yaitu dari sahabat Abū Shārik al- Dalam hal ini, Penulis sependapat dengan al-
Ghaffārī. Namun al-Shawkanī dalam kitab al- Suyūṭī, meski kualitasnya sangat lemah, namun
Fawā’id menolak bantahan al-Suyūṭī dan tetap Hadis ini tidak bisa dikategorikan palsu. Sebab,
menguatkan pendapat Ibn al-Jawzī, yaitu palsu. meskipun sanad selain yang melalui Jarīr adalah
Beliau berkata: “Sesungguhnya Hadis yang palsu lemah, akan tetapi dapat dibuktikan bahwa Hadis
tidak akan keluar dari kedudukannya yang palsu, ini mempunyai asal seperti yang dikenal dalam
meski perawi-perawi meriwayatkannya.” Alasan musṭalaḥ Hadis sebagai laha aṣl. Maka Hadis ini
kedua karena pada Hadis ini tampak jelas adanya termasuk dalam kategori ḍa‘īf.
ciri-ciri Hadis palsu. 113
Penulis menemukan bahwa Abū Layth al-
Samarqandī telah meriwayatkan Hadis ini dari
Hadis 9
، تالي القرآن:الجنة مشتاق إلى أربعة نفر
112 Muḥammad bin Isḥāq bin Khuzaymah, Ṣaḥīḥ Ibn وحافظ اللـسان ومطعم الجيعان والصائمين
Khuzaymah, Taḥ. Dr. Muḥammad Muṣṭafā al-A‘ẓamī, al-
Maktab al-Islāmī, Bayrūt, t.th., Kitāb al-Ṣawm, Bāb Dhikr .في شهر رمضان
Tazyīn al-Jannah, h.n. 1886. Abū Ya‘lā Aḥmad bin ‘Alī al-
Tamīmī al-Mūṣilī, Musnad, Dār al-Ma’mūn li al-Turāth, “Surga itu rindu kepada empat orang: orang
Bayrūt, 1984, jil. 9, hlm. 180, h.n. 5272; al-Aṣfahānī, al- yang membaca al-Qur’ān, orang yang menjaga
Targhīb, jil. 2, hlm. 355-356, h.n. 1765; Abū Bakar Aḥmad
bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, Dār al-
lisannya, orang yang memberi makanan orang
Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1990, jil. 3. hlm. 313. h.n. 3634; yang kelaparan, dan orang yang berpuasa pada
Sulaymān bin Aḥmad Abū Sulaymān al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam bulan Ramaḍān.”
al-Kabīr, Maṭba‘ah al-Zahrā’ al-Ḥadīthah, Mūṣil, t.th., jil. 22,
hlm 967; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 141.
113 ‘Abd Rahman bin ‘Alī bin al-Jawzī, al-Mawdū‘āt, 114 Naṣr bin Muḥammad Abū Layth al-Samarqandī,
Dār al-Fikr, Bayrūt, 1983, jil. 2, hlm. 189; Jalāl al-Dīn ‘Abd Tanbīh al-Ghāfilīn, Dār Ibn Kathīr, Dimashq, 1993, h.n. 459.
al-Raḥmān al-Suyūṭī, al-La’ālī al-Maṣnu‘āh fī al-Aḥādīth 115 ‘Abd al-Ghanī bin Ismā‘īl al-Nābulsī, Faḍā’il al-
al-Mawḍū‘ah, Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt, 1983, jil. 2 hlm. 52; Shuhūr wa al-Ayyām, Taḥ. Muṣṭafā ‘Abd al-Qādir ‘Aṭā’, Dār
Muḥammad bin ‘Alī al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah fī al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1986, hlm. 47; lihat biografi
al-Aḥādīth al-Mawḍū‘ah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, ‘Alī bin Zayd dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm.
t.th., hlm. 286. 127-129.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
37
Takhrīj Hadis:
مهللا: يدعو له البيت ويقول،قام إلى الصلاة
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawnaq al- وينظر.وسع قبره ونور حفرته وزد رحمته
Majālis.116
:اهلل تعالى إليه بالرحمة ويقول عند الدعاء
Hukum Hadis: 117palsu.
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab
ومنك،يا عبدي منك الدعاء ومنا الإجابة
1 poin 4, kitab Rawnaq al-Majālis adalah kitab ومنك الاستغفار ومنا،السؤال ومنا النوال
cerita atau hikayat. Karena itu, Hadis ini besar
kemungkinan merupakan imajinasi tukang cerita. .الغفران
Keempat golongan yang dikatakan dalam Hadis
“Apabila seseorang dari kalian bangun dari
ini sebagai kelompok yang dirindukan oleh surga
tidurnya pada bulan Ramaḍān, lalu bergerak
adalah benar-benar termasuk ahli surga. Tetapi
dari satu sisi ke sisi yang lain, maka berkatalah
apakah surga itu merinduinya atau tidak, belum
dapat ditemukan Hadis yang mengisyaratkan hal malaikat kepadanya: “Bangkitlah, semoga Allāh
itu. Hadis seperti ini lebih mendekati palsu. memberkati kamu dan semoga Allāh mengasihi
kamu.” Bila ia bangkit dengan niat menunaikan
shalat, maka tempat tidurnya itu mendoakan
Hadis 10 nya, seraya mengucapkan: “Ya Allāh, berilah
إذا استيقظ أحدكم من نومه في شهر رمضان ia kasur-kasur yang tinggi!” Dan bila ia me
ngenakan pakaiannya, maka pakaiannya pun
وتحرك في فراشه وتقلب من جانب إلى جانب mendoakannya, seraya menucapkan: “Ya Allāh,
berilah ia pakaian-pakaian surga!” Dan bila ia
. قم بارك اهلل فيك ورحمك اهلل:يقول له ملك mengenakan kedua sandalnya, maka sandalnya
itu mendoakannya dengan mengucapkan:
:فإذا قام بنية الصلاة يدعو له الفراش ويقول
“Ya Allāh, mantapkanlah kedua kakinya pada
وإذا لبس.مهللا اعطه الفرش المرفوعة ṣirāt!.” Dan bila ia mengambil bejana, maka
bejana itu mendoakannya seraya berkata: “Ya
مهللا اعطه من: يدعو له الثوب ويقول،ثوبه Allāh, berilah ia piala-piala surga!” Dan bila
ia berwudu, maka air mendoakannya seraya
تدعو له نعلاه، وإذا لبس نعليه.حلل الجنة
mengucapkan: “Ya Allāh, bersihkanlah ia dari
وإذا. مهللا ثبت قدميه على الصراط:وتقولان dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan!” Dan
bila ia berdiri untuk memulai shalatnya, maka
مهللا اعطه:تناول الإناء يدعو له الإناء ويقول rumahnya mendoakan, seraya mengucapkan:
“Ya Allāh, luaskanlah kuburnya, terangi liang
وإذا توضأ يدعو له الماء.من أكواب الجنة kuburnya dan tambahkanlah rahmatnya!”
وإذا. مهللا طهره من الذنوب والخطايا:ويقول Sedang Allāh memandang kepadanya dengan
penuh rahmat, lalu berfirman ketika orang itu
berdoa: “Wahai hamba-Ku, darimu doa, dari
116 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 8. Kami perkenan. Darimu permintaan, dari Kami
117 Setiap Hadis yang belum dapat dipastikan
hukumnya, maka hukumnya secara umum akan disimpulkan
pemberian. Dan darimu permohonan ampunan,
pada Bab III, Kesimpulan. dari Kami ampunan.”
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
38
Hadis 13
هذا لمن صام رمضان سوى ما عمل،الطعام
من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم .من الحسنات
.من ذنبه “Apabila tiba hari pertama bulan Ramaḍān,
“Siapa menghidupkan malam Ramaḍān maka bertiuplah angin dari bawah ‘Arash yang
dengan penuh keimanan dan berharap pahala, disebut angin Mutsīrah, dan bergerak-geraklah
maka akan diampuni dosa-dosanya yang ter daun-daun pohon surga, sehingga terdengarlah
dahulu.” oleh karena gema, yang orang tidak pernah
mendengar gema yang lebih indah dari itu.
Takhrīj Hadis: Maka, para bidadari pun memperhatikan itu,
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan lalu berkata: “Ya Allāh, jadikanlah untuk kami
Muslim dari Abū Hurayrah.122 pada bulan ini suami-suami di antara hamba-
hamba-Mu.” Maka, tidak seorang pun hamba
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ Allāh yang berpuasa pada bulan Ramaḍān,
kecuali dijodohkan oleh Allāh dengan seorang
istri dari bidadari-bidadari itu dalam rumah,
Hadis 14
sebagaimana Allāh mengatakan dalam firman-
إذا كان أول ليلة من رمضان هبت ريح من Nya yang dahulu: “(Bidadari-bidadari jelita yang
putih bersih dipingit dalam rumah).” Sedang
تحت العرش يقال لها المثيرة وتتحرك أوراق setiap bidadari mengenakan 70 pakaian yang
warnanya tidak sama. Dan untuk setiap wanita
أشجار الجنة فيسمع من ذلك صدى لم يسمع ada sebuah tahta yang terbuat dari permata
السامعون أحسن منه فتنظر الحور العين إلى yaqut merah bertahtakan mutiara, dan pada
setiap tahta, terdapat 70 kasur dan 70 hidangan
مهللا اجعل لنا في هذا الشهر من:ذلك فيقلن dari berbagai macam makanan. Ini semua untuk
orang yang berpuasa pada bulan Ramaḍān,
فما من عبد صام رمضان إلا،عبادك أزواجا selain (pahala) kebaikan-kebaikan yang pernah
dilakukannya.”
زوجه اهلل تعالى من تلك الحور في الخيمة كما
قال اهلل تعالى في كلامه القديم )حور مقصورات Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan al-Baihaqī dalam al-
( وعلى كل حوراء منهن سبعون123في الخيام Shu‘ab al-iman, Abū Shaykh dalam Thawāb al-
A‘māl, al-Aṣfahānī dalam al-Targhīb dan Ibn al-
ولكل امرأة سرير،حلة ليست على لون واحد
Jawzī dalam al- ‘Ilal, semuanya dari Ibn ‘Abbās.124
وعلى كل،من ياقوتة حمراء منسوج بالدر Penulis mendapati bahwa semua yang me
riwayatkan Hadis ke 5; Ibn Khuzaymah, al-Baihaqī,
سرير سبعون فراشا وسبعون مائدة من ألوان
124 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3 hlm. 304; al-
122 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Taṭawwu‘ Aṣbahānī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 358-359, h.n. 1768; ‘Abd
Qiyām Ramaḍān, h.n. 37; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣalāh al- al-Raḥ}mān bin ‘Alī bin al-Jawzī, al- ‘Ilal al-Mutanāhiyah fī
Musāfirīn, Bāb al-Targhīb fī Qiyām Ramaḍān, h.n. 759. al-Aḥādīth al-Wāhiyah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
123 al-Qur’ān, al-Raḥmān 55: 72. 1983, jil. 2, hlm. 534-537, h.n. 880.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
40
Takhrīj Hadis:
Bab 2
Hadis ini belum ditemukan perawinya.
Keutamaan Bulan Ramaḍān Penulis hanya menemukannya dalam Dalā’il
Hadis dari no 18 sampai no 35 al-Khayrāt karangan al-Jazūlī dan dua kitab
Shī‘ah Jāmi‘ al-Akhbār dan Biḥār al-Anwār yang
Hadis 18 dikutip dari kitab Jāmi‘ al-Akhbār. Semuanya
tanpa menyebutkan sanad atau mengisyaratkan
يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
Zubdah al-Wā‘iẓīn.134
،فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج
ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu, karena hanya disebut
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian kan dalam kitab-kitab yang tidak mu‘tabar dan
telah mampu menikah, maka hendaknya ia me tanpa adanya sanad.
nikah, karena menikah itu lebih mampu me
nundukkan pandangan mata dan menjaga ke
Hadis 20
maluan. Dan siapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا
menjadi tameng baginya.”
.أجزي به
Takhrīj Hadis:
“Setiap perbuatan anak Adam adalah untuk
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya
Muslim dari Ibn Mas‘ūd.133
puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan
membalasnya.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Takhrīj Hadis:
Hadis 19 Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
يا محمد لا يصلي عليك:جائني جبريل وقال Hurayrah.135
ومن،أحد إلا صلى عليه سبعون ألف ملك Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Takhrīj Hadis:
138 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm.143-144 h.n. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān dalam
35; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Imān, jil. 2, hlm 5, h.n. 3603; al-
al-Majrūḥīn dari Anas bin Mālik melalui al-Arūz
Iṣfahānī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 379, h.n. 1820.
139 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 292; Alī bin Abū bin Ghālib. al-Baihaqī juga telah meriwayatkannya
Bakar al-Haythamī, Kashf al-Astār ‘an Zawā’id al-Bazzār,
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1979, jil. 1, hlm. 458; al-
Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 145-146 h.n. 36; Shu‘ab 140 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Ṣawm
al-Īmān, jil. 2, hlm. 5, h.n. 3602; al-Haythamī, Majma‘ al- Ramaḍān, h.n. 38 dan 1901; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣalāh al-
Zawā’id, jil. 3, hlm. 140. Musāfirīn, Bāb al-Targhīb fī Qiyām Ramaḍān, h.n. 760.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
46
Hadis 26
Hadis 25
إن اهلل خلق ملكا له أربعة أوجه من وجه إلى
إذا كانت آخر ليلة من رمضان بكت السماوات
وجه مسيرة ألف سنة فبوجه يسجد إلى يوم
والأرض والملائكة مصيبة لأمة محمد صلى اهلل
سبحانك ما أعظم:القيامة يقول في سجوده
أي مصيبة، يا رسول اهلل: قيل،عليه وسلم
الويل: وبوجه ينظر إلى جهنم ويقول،جمالك
: وبوجه ينظر إلى الجنان ويقول،لمن دخلها
141 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 178; al-
Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 303, h.n. 3604.
142 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 191; ‘Alī
وبوجه ينظر إلى عرش،طوبى لمن دخلها
bin Muḥammad bin ‘Arrāq al-Kinānī, Tanzīh al-Sharī‘ah
‘an al-Aḥādīth al-Shanī‘ah al-Mawḍū‘ah, Dār al-Kutub al- رب ارحم ولا تعذب صائمي:الرحمن ويقول
‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1981, jil. 2, hlm. 146; al-Shawkānī, al-
Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 89-90.
143 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm 11. 144 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 12.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
47
.رمضان من أمة محمد عليه الصلاة والسلام وسلم ولا يكتبوا عليهم السيئات ويذهب
“Sesungguhnya Allāh menciptakan malaikat .عنهم ذنوبهم الماضية
yang mempunyai empat wajah. Dari satu ke lain
wajah sejauh perjalanan seribu tahun. Dengan “Sesungguhnya Allāh memerintahkan para
salah satu wajahnya, ia bersujud sampai hari malaikat pencatat yang mulia, pada bulan
Kiamat. Dalam sujudnya ia berkata: “Mahasuci Ramaḍān supaya mencatat kebaikan-kebaikan
Engkau, betapa agung keindahan-Mu!” Dan umat Muḥammad dan jangan mencatat ke
dengan wajah yang lain, ia memandang neraka salahan-kesalahan mereka, serta menghapuskan
Jahannam, seraya berkata: “Celakalah orang dosa-dosa mereka yang telah lalu.”
yang memasukinya!” Dan dengan wajah yang
lain, ia memandang ‘Arash seraya berkata: Takhrīj Hadis:
“Tuhanku, kasihanilah dan jangan Engkau siksa Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
orang-orang yang berpuasa Ramaḍān dari umat Ia merupakan potongan dari Hadis yang ke 6.
Muḥammad!” al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
Riyāḍ.146
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al- Hadis ini dapat dinilai palsu, karena dua
Riyāḍ.145 alasan. Pertama, tidak ditemukan dalam kitab-
kitab yang mu‘tabar. Kedua, kandungan makna
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. nya bertentangan dengan syariat Islam, yaitu
Hadis ini dinilai palsu, karena adanya bebe bahwasanya suatu pahala atau dosa akan tetap
rapa faktor. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan diberikan balasannya masing-masing tanpa
dalam kitab-kitab yang mu‘tabar. Dengan demi melihat hari, bulan dan tahun dikerjakannya
kian, Hadis ini tidak dikenali dalam sumber yang dosa atau pahala tersebut. Bahkan Ibn ‘Abbās
mu‘tamad. Kedua, dari segi bahasanya, Hadis dan Imām Shāfi‘ī, seperti diriwayatkan oleh al-
ini mirip bahasa para tukang cerita (al-Qaṣṣās). Bayhaqī, menegaskan bahwa dosa suatu per
Hal ini diperkuat dengan sumber rujukan Hadis buatan yang dilakukan pada bulan-bulan mulia
ini, yaitu kitab Zahrah al-Riyāḍ, kitab yang dapat akan lebih besar dibandingkan dengan dosa yang
dikategorikan sebagai buku cerita. Seperti yang dikerjakan pada bulan-bulan lain, sebagaimana
diketahui dalam ilmu Hadis, tukang cerita adalah pahala yang akan diberikan pun berlipat ganda.147
salah satu sumber Hadis palsu. Kemungkinan, ini
salah satu dari Hadis-hadis tukang cerita itu. Hadis 28
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما
Hadis 27
.تقدم من ذنبه
إن اهلل يأمر الكرم الكاتبين في شهر رمضان
“Siapa berpuasa Ramaḍān karena iman dan
أن يكتبوا الحسنات لأمة محمد صلى اهلل عليه
146 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 12-13.
145 Ibid. 147 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 81 dan 86.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
48
berharap pahala, maka akan diampuni dosa- Hadis ini dinilai palsu oleh beberapa ulama,
dosanya yang terdahulu.” seperti al-Dāraquṭnī, al-Rāzī, al-Jawzaqānī, Ibn
al-Jawzī, al-Suyūṭī, al-Shawkanī dan lain-lain,
Takhrīj Hadis: dengan sebab yang telah dijelaskan di atas.150
Hadis ini sama dengan Hadis nomor 23.
Hadis 30
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع
Hadis 29 .والعطس
الكذب والغيبة:خمسة أ شياء تخبط الصوم “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak
memperoleh pahala apa-apa dari puasanya,
.والنميمة واليمين الغموس والنظر بالشهوة
kecuali lapar dan haus.”
“Ada lima perkara yang menghancurkan
puasa: berdusta, menggunjing, mangadu domba, Takhrīj Hadis:
bersumpah palsu, dan memandang (lawan jenis) Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah,
dengan shahwat.” Aḥmad, al-Ḥakim dan al-Baihaqī, dari Abū
Hurayrah dengan lafaz awalnya رب صائم.151
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Jawzaqānī Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
dalam al-Abāṭīl, al-Rāzī dalam al-‘Ilal dan al- Fu’ād ‘Abd al-Bāqī telah keliru ketika men
Dāraquṭnī, seperti dikutip oleh Ibn al-Jawzī, jelaskan Hadis ini dan berkata: dalam al- Zawā’id,
semuanya dari Anas. Hadis ini diriwayatkan juga isnād Hadis ini ḍa‘īf. Akan tetapi melihat sanad
oleh al-Daylamī tanpa sanad dari ‘Alī.148 Ibn Mājah, ia tidak bermasalah. Setelah merujuk
balik kitab al-Zawā‘id (yang dimaksud adalah
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kitab Miṣbāh al-Zujājah), ternyata al-Būṣīrī me
Hadis riwayat dari Anas melalui Sa‘īd bin ngatakan Hadis ini isnād-nya ṣaḥīḥ dan perawinya
‘Ansabah dari Baqiyyah dari Muḥammad bin al- thiqāt. al-Ḥākim menilai Hadis ini ṣaḥīḥ mengikut
Ḥajjāj dari Jabān dari Anas. Menurut Yaḥyā, Ibn syarat al-Bukhārī, dan al-Dhahabī menyetujui
Junayd dan al-Dāraquṭnī, Sa‘īd adalah pendusta. penilaian tersebut.152
Sedangkan semua perawi setelahnya sampai
pada Anas adalah majrūḥīn (cacat).149
150 al-Rāzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 147, h.n. 766; al-
Jawzaqānī, al-Abāṭil, hlm. 164, h.n. 338; Ibn al-Jawzī, al-
Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 196; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm.
148 Abū ‘Abd Allāh al-Ḥusayn bin Ibrāhīm bin Ḥusayn 60; al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 94; ‘Abd Allāh bin Yūsuf
al-Jawzaqānī, al-Abāṭil wa al-Manākir wa al-Ṣiḥaḥ wa al- al-Zaylā‘ī, Naṣb al-Rāyah li Aḥādīth al-Hidāyah, Dār al-
Mashāhir, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1996, hlm. 164, h.n. 338; Ibn Ma’mūn, al-Qāhirah, 1938, jil. 2, hlm. 483.
al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm, 196; Abū Muḥammad ‘Abd 151 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Mā Jā’a
Raḥman al-Rāzī, ‘Ilal al-Ḥadīth, Maktabah al-Muthannā, fī al-Ghībah wa al-Rafath li al-Ṣā’im, h.n. 1690. Aḥmad,
Baghdād, t.th., jil. 2 hlm. 147, h.n. 766; al-Daylamī, Musnad, Musnad, jil. 2, hlm. 373; al-Ḥākim, Mustadrak, Kitāb al-
jil. 2, hlm. 197, h.n. 2979. Ṣiyām, Bāb Man Afṭara fī Ramaḍān, jil. 1, hlm. 431; al-
149 Lihat biografi Sa‘īd dalam al-Dhahabī, Mīzān al- Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb al-Ṣā’im Yantazih
I‘tidāl, jil. 2, hlm. 154; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 3, hlm. Ṣiyāmah ‘an al-Laghāt, jil. 4, hlm. 270.
39. 152 Aḥmad bin Abū Bakar al-Būsīrī, Miṣbāh al-Zujājah
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
49
Hadis 33
Hadis 31
، فأقبل، اقبل:إن اهلل تعالى خلق العقل فقال
ما من وعاء أبغض إلى اهلل من بطن ملئ من
من أنت ومن أنا؟: ثم قال. فأدبر، ادبر:ثم قال
.حرام
. أنت ربي وأنا عبدك الضعيف:قال العقل
“Tidak ada wadah yang lebih dibenci Allāh
dari pada perut yang dipenuhi (makanan) yang
يا عقل ما خلقت خلقا أعز:فقال اهلل تعالى
haram.” : فقال لها، ثم خلق اهلل تعالى النفس.منك
Takhrīj Hadis: من أنت ومن أنا؟: ثم قال، فلم تجب،اقبلي
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- فعذبها بنار جهنم. أنا أنا وأنت أنت:فقالت
Wā‘iẓīn.153 مائة سنة ثم أخرجها فقال من أنت ومن أنا؟
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ثم جعلها في نار الجوع مائة،فأجابته كالأول
Karena belum ditemukan sanad maupun
perawinya, juga karena Hadis ini telah dikutip ،سنة فسألها فأقرت بأنها العبد وأنه الرب
dari kitab yang tidak mu‘tabar, yaitu Zubdah
.فأوجب اهلل تعالى عليها الصوم بسبب ذلك
al-Wā‘iẓīn, maka Hadis ini dapat dinilai palsu.
Ia termasuk dalam kaidah Hadis yang tidak “Sesungguhnya Allāh menciptakan akal, lalu
mempunyai asal yang mu‘tamad. berkata: “Menghadaplah kamu!” Maka, akal
pun menghadap. Kemudian Allāh berfirman:
Hadis 32 “Membelakanglah kamu!” Maka, akal pun mem
belakang. Selanjutnya, Allāh bertanya: “Siapakah
.الصوم لي وأنا أجزي به kamu? Dan siapa Aku?” Akal menjawab:
“Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang
lemah.” Maka, Allāh pun berfirman: “Wahai
akan membalasnya.”
akal, Aku tidak menciptakan satu makhluk pun
yang lebih mulia dari kamu.” Selanjutnya Allāh
Takhrīj Hadis:
menciptakan nafsu, lalu berfirman kepadanya:
Hadis ini potongan dari Hadis yang telah
“Menghadaplah kamu!” Namun, nafsu itu tidak
disebutkan pada nomor 20.154
mematuhi. Kemudian Allāh bertanya kepadanya:
“Siapakah kamu? Dan siapakah Aku?” Nafsu
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
menjawab: “Aku adalah aku dan Kamu adalah
Kamu.” Maka, disiksalah nafsu itu oleh Allāh
dalam neraka Jahannam selama 100 tahun.
Kemudian dikeluarkan lagi, lalu Allāh bertanya
fī Zawā’id Ibn Mājah, Dār al-Ḥanān, Bayrūt, 1986, jil. 1, hlm. kepadanya: “Siapakah kamu dan siapa Aku?”
301-302; Muḥammad bin Aḥmad al-Dhahabī, Talkhīṣ al-
Namun, nafsu itu tetap menjawab seperti
Mustadrak, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1978, jil. 1, hlm. 431.
153 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 13. semula, hingga kemudian ditaruh di neraka
154 Ibid., hlm. 58.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
50
dalam kondisi lapar selama 100 tahun lamanya, nolak mengatakan Hadis ini palsu, meskipun
lalu ditanya Allāh, barulah ia mengaku bahwa beliau tidak menolak untuk mengatakan bahwa ia
dirinya adalah hamba, sedang Dia adalah Tuhan. sangat ḍa‘īf. Sebab, Hadis ini telah diriwayatkan
Maka, oleh sebab itulah, Allāh mewajibkan oleh ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal dalam
atasnya berpuasa.” Zawā’id al-Musnad karangan ayahnya, Aḥmad
bin Ḥanbal, dengan cara mursal, akan tetapi
Takhrīj Hadis: sanad-nya baik, dan ia (Hadis ini) diriwayatkan
Hadis ini tidak dinisbahkan kepada Rasūlullāh secara musnad (bersambung) oleh al-Ṭabarānī
Saw. oleh al-Khūbawī. Ia hanya menyebutkan de dalam Mu‘jam al-Kabīr dan al-Awsat dengan
ngan lafaz yang diindikasikan ḍa‘īf (mengguna sanad yang lemah.157 Maka Hadis ini mempunyai
kan redaksi ruwiya ‘an/diriwayatkan dari). Akan asal sesuai pendapat al-Suyūṭī.
tetapi, Hadis ini mempunyai makna Hadis marfū‘
atau dalam ilmu Hadis disebut dengan istilah Hadis 34
lah ḥukm al-raf‘ (Hadis itu mempunyai status
marfū‘). Maka Hadis ini banyak disebutkan dalam كل حسنة يعملها ابن آدم يضاعف أجرها من
kitab-kitab Hadis seperti yang akan diterangkan
nanti. فإنه لي،عشرة إلى سبعمائة ضعف إلا الصوم
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Dāwud al-
.وأنا أجزي به
Muḥabbar dalam kitab al-‘Aql seperti diisyaratkan
oleh al-Sakhāwī.155 “Setiap kebaikan yang dilakukan oleh anak
Adam, dilipatgandakan pahalanya dari 10 sampai
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. 700 kali lipat, selain puasa. Sesungguhnya puasa
Hampir semua ulama Hadis menilainya se itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi
bagai Hadis palsu, antara lain: Ibn Ḥibbān, al- balasannya.”
‘Uqaylī, Ibn Taymiyyah, Ibn Qayyim, al-Dhahabī,
al-Zarkashī, Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Ibn ‘Arrāq dan Takhrīj Hadis:
al-Sakhāwī. Penyebab Hadis ini palsu seperti Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abdul al-Razzāq
yang dikatakan Ibn Taymiyyah yaitu bertentangan dalam al-Muṣannaf dan Aḥmad dalam Musnad-
dengan aqidah dan syariat Islam. Selain itu, nya melalui dua jalur periwayatan. Salah satunya
seperti yang dikatakan oleh al-Sakhāwī, bahwa melalui ‘Abdul al-Razzāq di atas, juga diriwayat
Dāwud bin al-Muḥabbar adalah pendusta kan oleh Mālik. Semuanya dari Abū Hurayrah
menurut ahli Hadis.156 Akan tetapi al-Suyūṭī me dan seluruh perawinya thiqāt.158 al-Bukhārī dan
Muslim meriwayatkan juga Hadis ini melalui
155 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 118,
h.n. 233. ‘Amāmah dan Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1971, hlm. 124
156 Lihat Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalīm al-Ḥawrānī @ Ibn dan 286; Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, hlm.
al-Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, Taḥ. Muḥammad Luṭfī al- 28; Ibn al-‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 204; al-Rāzī,
Ṣabbāgh, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, hlm. 57, h.n. ‘Ilal al-Ḥadīth, jil. 1, hlm. 125 dan 238, h.n. 345 dan 692.
6; Muḥammad bin Abū Bakar Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al- 157 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm. 130.
Manār al-MunĪf fĪ Aḥādīth al-Ṣaḥīḥ wa al-Ḍa‘īf, Maktabah 158 ‘Abd al-Razzāq bin Ḥammām al-Ṣan‘ānī, al-
al-Maṭbū‘āt al-Islāmiyyah, Ḥalab, 1982, hlm. 66; al-Sakhāwī, Muṣannaf, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1979, h.n. 7893;
al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 118, h.n. 233; ‘Alī bin Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 266 dan 480; Mālik bin Anas al-
Muḥammad bin Sulṭān al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah fī al- Aṣbahī, al-Muwaṭṭa’, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, t.th, Kitāb
Akhbār al-Mawḍū‘ah, Taḥ. Muḥammad al-Ṣabbāgh, Dār al- al-Ṣiyām, Bāb Jāmi‘ al-Ṣiyām.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
51
Mālik, tetapi keduanya meriwayatkannya secara dataran rendah maupun dataran tinggi, lalu dari
singkat tanpa menyebutkan lafaz di atas.159 segenggam tanah itu Dia menciptakan Adam.”
melalui sanad Abū al-Qāsim, serta al-Khaṭīb dan Hadis ini menurut al-Khūbawī diriwayatkan
Ibn Bashkuwāl yang meriwayatkannya melalui dari Abū Hurayrah, akan tetapi yang benar
al-Khaṭīb. al-Daylamī meriwayatkannya pula adalah dari Abū al-Dardā’ yang diriwayatkan oleh
melalui Ibn Lālā dan sanad-nya (sanad Ibn Lālā) Abū Dāwud, Ibn Mājah dan Ibn Ḥibbān dengan
sangat ḍa‘īf.163 redaksi yang sedikit berbeda. Di samping itu,
lafaz di sini juga sudah diringkaskan.165 Sedangkan
Hukum Hadis: Ḥasan. riwayat Abū Hurayrah ada dalam Ṣaḥīḥ Muslim
Hadis dengan sanad melalui Ibn Lālā telah dan Sunan al-Tirmidhī. Akan tetapi lafaznya jauh
dinilai sangat ḍa‘īf oleh al-Sakhāwī, karena berbeda meskipun dalam bab yang sama, yaitu
sanad-nya sangat ḍa‘īf. Akan tetapi melalui jalan keutamaan menuntut ilmu.
lain, secara zahirnya, tidak bermasalah. Ibn ‘Adiy
sendiri tidak men-ḍa‘if-kan sanad Hadis yang Hukum Hadis: Ṣāḥīḥ.
diriwayatkannya, bahkan Hadis ini telah dijadi
kan dalil mengenai kelebihan ulama ahli Hadis. Hadis 39
Alasan mereka karena tidak ada orang yang lebih
banyak membaca shalawat kepada baginda Nabi يا أبا ذر لأن تغدو فتعلم بابا من كتاب اهلل
Muḥammad Saw. selain dari ahli-ahli Hadis.164
ولأن،تعالى خير لك من أن تصلي مائة ركعة
Hadis 38 تغدو فتعلم بابا من العلم عمل به أو لم يعمل
من سلك طريقا إلى العلم سلك اهلل به طريقا إلى .خير لك من أن تصلي ألف ركعة
وإن العالم يستغفر له من في السموات،الجنة “Wahai Abū Dharr, kepergianmu belajar satu
bab dari Kitab Allāh, itu lebih baik bagimu dari
وأن،ومن في الأرض حتى الحيتان في البحر pada kamu shalat seratus rakaat. Dan sesung
guhnya kepergianmu belajar satu bab ilmu, baik
.العلماء ورثة الأنبياء
diamalkan ataupun tidak, itu lebih baik bagimu
“Siapa menempuh jalan menuju ilmu, dari pada kamu shalat seribu rakaat.”
maka dengannya Allāh akan menunjukkan jalan
menuju surga. Dan sesungguhnya orang yang Takhrīj Hadis:
berilmu itu dimohonkan ampun oleh makhluk- Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah dan
makhluk di bumi, sampai ikan-ikan di laut. Se Ibn ‘Abd al-Barr dari Abū Dharr.166
sungguhnya ulama itu pewaris para nabi.”
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrihi.
Takhrīj Hadis:
al-Mundhirī mengatakan bahwa sanad Ibn belum menemukannya dalam Musnad al-
Mājah nilainya ḥasan. Tetapi al-Būṣīrī mengata Daylamī yang sudah dicetak. Kemungkinan Hadis
kan bahwa dua perawi pada sanad Ibn Mājah ini tidak tertulis dalam satu manuskrip yang di
ḍa‘īf, yaitu ‘Abdullāh bin Ziyād dan ‘Alī bin Zayd jadikan sumber pencetakan sekarang.169
bin Jad‘an. Hadis ini mempunyai shāhid yang
diriwayatkan al-Tirmidhī.167 Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Sanad Ibn Mājah itu ḍa‘īf, karena ‘Alī bin al-‘Irāqī menilai Hadis ini palsu, karena dua
Ziyād itu ḍa‘īf menurut beberapa ulama seperti dari perawi dalam sanad al-Daylamī adalah
Ibn Ma‘īn, Abū Zur‘ah, Aḥmad dan lain-lain. pendusta, yaitu Ja‘far bin Sahal dan al-Jārūd.
Akan tetapi ke-ḍa‘īf-annya bukan disebabkan ia Ditambah seorang lagi yaitu Muḥammad bin
tidak thiqah, melainkan kelemahan hafalannya. ‘AbdiIlāh al-Qāḍī yang dinilai ḍa‘īf. Ibn ‘Arrāq juga
Sedangkan ‘Abdullāh bin Ziyād tidak diketahui secara tektual menilai Hadis ini palsu. al-Mundhirī
keadaannya (mastūr). Ini menyebabkan Hadis hanya mengingatkan bahwa dalam Hadis ini ada
Ibn Mājah ini ḍa‘īf. Namun karena ia mempunyai kemungkaran. al-Zābidī, secara lahiriah, tidak
dua shāhid yang kuat dari Hadis al-Tirmidhī menilai Hadis ini sampai derajat palsu. Ia juga
seperti diisyaratkan al-Būṣīrī, maka Hadis ini tidak men-ḍa‘īf-kannya, disebabkan sanad-
dapat dinilai ḥasan li-ghayrih.168 nya terlalu lemah. Ia menyebutkan dua Hadis
ḍa‘īf lainnya yang juga diriwayatkan al-Daylamī
Hadis 40 sebagai shāhid dari Hadis di atas.170 Pendapat
Penulis, dua Hadis tersebut tidak bisa dijadikan
من تعلم بابا من العلم ليعلم الناس أعطى له shāhid yang dapat memperkuat Hadis ini, karena
perbedaan yang jauh antara kedua Hadis itu
.ثواب سبعين نبيا dengan Hadis di atas.
“Siapa belajar satu bab ilmu untuk diajarkan Selain itu, Hadis ini juga dapat dinilai palsu
pada orang lain, maka ia diberi pahala 70 nabi.” berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn
Qayyim, yang menegaskan bahwa ciri Hadis palsu
Takhrīj Hadis: adalah pahala yang dijanjikan untuk amalan
Hadis ini seperti dikatakan oleh al-‘Irāqī tertentu sama seperti pahala yang diberikan
dan al-Mundhirī, diriwayatkan oleh al-Daylamī. pada seorang Nabi. Hal ini mustahil, sebab
al-Ghazālī dalam al-Iḥya’ dan al-Mundhirī me sekalipun seseorang beribadah sejak ia lahir
nyebutkannya dengan lafaz shiddīqan, bukan sampai meninggal, ia tidak akan mendapatkan
nabiyyan seperti yang disebutkan oleh al-‘Irāqī pahala menyamai pahala seorang Nabi,171 apalagi
dan beberapa ulama lain. Akan tetapi Penulis 70 Nabi. Karena itu, Hadis ini tetap palsu.
Hadis 41
167 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 62; al-Būṣīrī,
Miṣbaḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 72-73, al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 127-129; Yūsuf bin ‘Abd al-Raḥmān al-
Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Taḥ. Dr. Bashshār 169 Muḥammad bin Muḥammad al-Ḥusaynī al-
‘Awad Ma‘rūf, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1983, jil. 20, Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn Bisharḥ Iḥyā’ ‘Ulūm al-
hlm. 434-445; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Taqrīb Dīn, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, t.th, jil. 1, hlm. 106;
al-Tahdhīb, Taḥ. Muḥammad ‘Awwāmah, Dār al-Rashīd, al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 98.
Ḥalab, 1992, hlm. 304 dan 401. 170 Ibid. dan Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, hlm 18.
168 Ibid. 171 Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 40.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
54
“Siapa yang melakukan shalat berjamaah Hadis. Ulama Hadis seperti al-Zarkashī, Ibn Ḥajar,
dan duduk di majlis ilmu, serta mendengar firman yang kemudian diikuti oleh al-Sakhāwī, al-Suyūṭī
Allāh lalu mengamalkannya, maka Allāh akan dalam kitab al-Durar, Ibn ‘Arrāq, ‘Alī al-Qārī dan
memberinya enam perkara: rizki dari usaha yang al-Shawkanī menilai Hadis ini palsu. Mereka
halal, selamat dari azab kubur, menerima kitab mengatakan Hadis ini tidak ada sumbernya (lā
dengan tangan kanan, melewati ṣirāṭ bagaikan aṣla lah).177
kilat yang menyambar, dihimpun bersama para Beberapa ulama yang bukan ahli Hadis
nabi, dan Allāh membangun untuknya sebuah seperti al-Fakhr al-Rāzī, al-Isnawī, Ibn Qudāmah,
gedung di surga dan permata yaqūt merah yang al-Yāfī‘ī dan Ibrāhīm al-Nājī telah mengatakan
mempunyai empat puluh pintu.” bahwa Hadis ini marfū‘ sebagai Hadis Rasūlullāh
Saw. Tetapi, mereka tidak dapat menunjukkan
Takhrīj Hadis: sanad atau perawi Hadis ini.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Sebagian ulama lainnya seperti al-Taftāzānī,
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- Abū Bakar al-Mūṣīlī dan al-Suyūṭī dalam al-
Wā‘iẓīn.176 Khaṣāiṣ telah mengisyaratkan kebenaran makna
Hadis tersebut. Sementara al-‘Ajlūnī menguat
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kan pendapat ini, karena sesuai dengan ke
Hadis ini dinilai palsu karena beberapa nyataannya.178
sebab. Pertama, ia belum ditemukan sanad dan Pendapat para ulama Hadis yang menilai
perawinya. Kedua, sumber Hadis ini adalah kitab Hadis ini palsu mempunyai alasan yang jelas, yaitu
yang tidak mu‘tabar. Ketiga, bahasa matan Hadis Hadis ini tidak mempunyai sumber dan ini adalah
ini yang tidak seperti bahasa Nabi Saw. yang paling tepat. Sedangkan kebenaran makna
Hadis tidak menjadikan suatu Hadis menjadi
Hadis 44 ṣaḥīḥ atau ḥasan atau ḍa‘īf. Dalam kitab-kitab
muṣṭalaḥ al-ḥadīth telah ditegaskan, betapa
.علماء أمتي كأنبياء بني إسرائيل banyak Hadis palsu yang mempunyai makna yang
benar, akan tetapi ia tetap Hadis palsu. Dengan
“Para ulama umatku seperti para nabi Banī
kata lain, ia bukan sabda Rasūlullāh Saw.
Isrā’īl.”
جهة الفضل عند اهلل تعالى من ألف شهيد إن اهلل تعالى خلق تحت العرش مدينة مكتوبا
“Kebaikan dunia dan akhirat itu didapat .على بابها من زار العلماء فكأنما زار الأنبياء
dengan ilmu, dan kemuliaan dunia dan akhirat
pun diraih dengan ilmu. Satu orang alim lebih “Sesungguhnya Allāh menciptakan di bawah
besar dari segi keutamaan di sisi Allāh dari pada ‘Arash sebuah kota yang tertulis pada pintunya:
seribu pahlawan shahid.” Siapa berkunjung pada para ulama, maka seolah-
olah ia berkunjung pada para nabi.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Takhrīj Hadis:
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mukāshafah Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat
al-Asrār.183 ditemukan. Namun Hadis dengan makna yang
Hadis yang ditemukan dalam perkara yang hampir sama ditemukan melalui riwayat Abū
hampir sama adalah Hadis riwayat al-Tirmidhī Nu‘aym al-Aṣbahānī dalam Tārīkh Aṣbahān
dari Ibn ‘Abbās, dan al-Ājurī dalam Akhlāq al- dari Ibn ‘Abbās melalui Ḥafṣ bin Muḥammad
‘Ulamā’ dari Ibn ‘Abbās dan Abū Hurayrah. Satu al-‘Adanī dengan lafaz: “Siapa mengunjungi
dari lafaznya adalah:” فقيه واحد أشد عىل الشيطان من ulama, maka seakan-akan ia mengunjungiku.
ألف عابد. Artinya: “Seorang ahli fikih lebih sulit bagi Ssiapa menyalami ulama, maka seakan-akan
setan dari seribu ahli ibadah.” Imām al-Nawawī ia menyalamiku. Siapa yang menemani ulama,
dalam Kitāb al-‘Ilm mengutip Imām al-Shāfi‘ī: maka seakan-akan ia menemaniku. Dan siapa
من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد اآلخرة فعليه بالعلم. menemaniku di duia, maka ia akan menemaniku
Artinya: “Siapa menginginkan dunia, maka ia pada hari Kiamat.185
wajib mempunyai ilmu dan siapa menginginkan
akhirat, maka ia wajib mempunyai ilmu.”184 Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis Ibn ‘Abbās di atas telah dinilai palsu
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. oleh beberapa ulama seperti al-Suyūṭī, al-‘Ajlūnī
Hadis al-Khūbawī dinilai palsu karena dua dan ‘Alī al-Qārī. Sebabnya seorang perawi dalam
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab- sanad Hadis tersebut dituduh pendusta, yaitu
kitab rujukan yang mu‘tabar. Kedua, makna Ḥafṣ bin ‘Umar al-Adanī.186
kandungannya yang tidak logis, di mana per Sedangkan Hadis yang disebutkan oleh al-
bandingan seorang ulama lebih mulia dibanding Khūbawī dapat juga dinilai palsu, karena tidak
dengan seribu orang yang mati shahid. diketahui sumbernya. Sebab ketika para ulama
yang disebutkan di atas membahas mengenai
Hadis Ibn ‘Abbās, tidak seorangpun menyebutkan
Hadis 48 Hadis ini. Ini menunjukkan dua kemungkinan:
Pertama, mereka mengetahui adanya Hadis ini,
183 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 16. tetapi karena ia palsu, maka tidak disebutkan.
184 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Mā
Jā’a fī Faḍl al-Fiqh ‘alā al-‘Ibādah, h.n. 2681; Abū Bakar
Muḥammad bin Ḥusayn al-Ājūrī, Akhlāq al-‘Ulamā’, Taḥ. 185 Aḥmad bin ‘Abd Allāh al-Aṣbahānī, Tārīkh
Fārūq Ḥamādah, Maktabah al-Ma‘rifah, Dimashq, 1972, Aṣbahān, Taḥ. Dr. Sven Dedering. E.J. Brill, Leiden 1931, jil.
hlm. 35-36; Abū Zakariyyā Yaḥyā bin Sharaf al-Nawawī, 2, hlm. 264.
Kitāb al-‘Ilm wa Ādāb al-‘Ālim wa al-Muta‘allim, Taḥ. ‘Abd 186 al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 251, h.n.
Allāh Badrān, Dār al-Khayr, Bayrūt, 1993, hlm. 67. 2494; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 345.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
58
“Wafatnya seorang alim lebih dicintai oleh dalam kitab yang mu‘tabar. Kedua, bahasa
Iblīs dari pada meninggalnya 70 ahli ibadah.” matan Hadis ini tidak seperti bahasa Nabi Saw.
kerusakan. Ketiga, pahlawan shahid yang ter Hadis. Ini berarti bahwa Hadis ini tidak mempunyai
bunuh di medan perang. Keempat, dermawan asal. Selain itu, yang dikenali mengenai mereka
yang mencari harta yang halal, lalu membelanja yang masuk surga tanpa hisab adalah Hadis
kannya di jalan Allāh tanpa riya. Mereka berebut yang dirwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan
satu sama lain untuk memasuki surga terlebih lain-lainnya, dengan tidak memperinci mereka
dahulu. Maka, Allāh pun mengutus malaikat yang masuk, yaitu sejumlah tujuh puluh ribu
Jibrīl untuk mengadili mereka. Pertama-tama, orang. Dalam penjelasan mengenai Hadis ini,
Jibrīl bertanya kepada pahlawan shahid. Kata tidak seorang ulama Hadispun yang memerinci
Jibrīl kepadanya: “Apakah yang telah engkau ketujuhpuluh ribu itu dengan Hadis ini. Ini
lakukan, sehingga engkau ingin masuk surga menunjukkan Hadis tidak dikenali. Ketiga, bahasa
terlebih dahulu?” Maka ia menjawab: “Aku matan Hadis ini lebih menyerupai bahasa tukang
telah terbunuh di medan perang demi mencari cerita ( )القصاصdari bahasa Nabi Saw. Karena itu,
rida Allāh.” Jibrīl bertanya: “Dari siapa kamu Hadis ini dapat dinilai palsu.
mendengar pahala orang yang mati shahid?”
Dia menjawab: “Dari ulama.” Jibril berkata Hadis 55
kepadanya: “Peliharalah kesopannmu! Jangan
engkau mendahului gurumu!” Kemudian Jibrīl .فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم
memalingkan kepalanya kepada orang yang
“Keutamaan orang alim atas orang yang
telah haji. Dan ia pun menjawab seperti tadi.
beribadah, itu seperti keutamaanku atas orang
Kemudian Jibrīl berpaling pula kepada orang
yang terendah di antara kalian.”
yang derwamawan, dan ia pun menjawab seperti
tadi. Akhirnya, orang alim itu berkata: “Tuhanku,
Takhrīj Hadis:
tiadalah aku memperoleh ilmu selain karena
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari
kedermawanan orang yang dermawan itu dan
Abū Umāmah dengan lafaz awalnya:
dengan sebab kebajikannya.” Allāh berfirman:
“Benarlah orang alim itu, wahai Riḍwān! Bukalah 195
.إلخ... إن اهلل وملائكته حتى النملة
pintu-pintu surga sehingga orang yang yang
dermawan itu masuk surga, sedang mereka itu
masuk sesudahnya.” Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai gharīb oleh al-Tirmidhī.
Takhrīj Hadis: Dalam riwayat lain ia mengatakan ḥasan ṣaḥīḥ.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. al-Suyūṭī menilainya ṣaḥīḥ, tetapi al-Munāwī
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mishkāh al- mengingatkan bahwa al-Tirmidhī telah menilai
Anwār.194 nya gharīb, dan dalam riwayat lain ḥasan ṣaḥīḥ.
Dalam sanad al-Tirmidhī terdapat al-Walīd bin
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Jamīl yang menurut Abū Zur‘ah ia ḍa‘īf. Dalam
Hadis ini tidak ditemukan perawinya, ter Mīzān al-I‘tidāl, menurut Abū Zur‘ah, al-Walīd
masuk dalam kitab-kitab khusus yang membahas adalah syeikh yang lemah. Dan mengikut penda
mengenai kehidupan di akhirat. Ini menunjukkan pat Abū Dāwud, ia adalah perawi yang periwa
bahwa Hadis ini tidak dikenali oleh para ulama
195 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Faḍl al-Fiqh
194 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 17-18. ‘alā al-‘Ibādah, h.n. 2685.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
62
النظر إلى وجه العالم عبادة والجلوس معه “Sesungguhnya Allāh, para malaikat-Nya,
dan seluruh penghuni langit dan bumi, sampai
201
.عبادة والالكم معه عبادة semut di dalam liangnya, dan ikan di laut, benar-
benar mendoakan orang yang mengajarkan
“Memandang wajah orang alim itu ibadah,
kebaikan kepada sesama manusia.”
duduk bersamanya ibadah, dan berbicara
dengannya juga ibadah.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
sebagai lanjutan dari Hadis ke 55 (فضل العالم عىل
Beberapa ulama seperti al-Sakhāwī dan ‘Alī
كفضيل عىل أدناكم
ي )العابد.
al-Qāri telah menilai Hadis ini palsu. al-Sakhāwī
berkata bahwa Hadis itu telah diriwayatkan oleh
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Daylamī dari Anas tanpa sanad.202
Menurut pendapat Penulis, sebab palsunya
Hadis ini adalah dari segi matan-nya yang jelas Hadis 59
mempunyai ciri-ciri Hadis palsu, yaitu lemahnya
منها،إن اهلل جعل بني آدم على ثمان خصال
bahasa Hadis ini, sehingga menandakan ia bukan
kata-kata Rasūlullāh Saw., walaupun terdapat وجه مليح ولسان فصيح:أربع لأهل الجنة
shāhid yang diriwayatkan oleh al-Daylamī juga
dari Abū Hurayrah, dengan lafaz: :خمس من العبادة وجه: وأربع لأهل النار،وقلب نقي ويد سخي
قلة الطعام والعقود ف ي� المسجد والنظر إىل الكعبة والنظر
.عابس ولسان فاحش وقلب شديد ويد بخيل
( ف ي� المصحف والنظر إىل العالمAda lima hal yang
termasuk dalam kategori ibadah: sedikit makan, “Sesungguhnya Allāh menciptakan anak
mengikat kontrak di masjid, memandang Ka‘bah, cucu Adam dengan delapan sifat. Empat di
menatap Muṣḥaf dan melihat wajah orang alim), antaranya menjadi milik penghuni surga: wajah
tetapi seperti yang dikatakan oleh al-Munāwī, yang berseri, lidah yang fasih, hati yang takwa,
sanad-nya terdapat Sulaymān bin al-Rabī‘ yang dan tangan yang dermawan. Dan empat sifat
lainnya menjadi milik penghuni neraka: wajah
.الجاهلون
Hadis 62
“Waspadalah pada tiga golongan manusia!
Yaitu ulama yang lalai, orang fakir yang angkuh, من أنفق درهما على طالب العلم فكأنما أنفق
dan orang ṣūfī yang bodoh.”
.مثل جبل أحد من الذهب في سبيل اهلل
Takhrīj Hadis: “Siapa yang menginfakkan satu dirham
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. pada orang yang mencari ilmu, maka seolah-
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Daqā’iq al- olah ia menginfakkan emas sebesar gunung
Akhbār.205 Uḥud di jalan Allāh.”
Hadis 64
Ḥaqā’iq Limā fīh min Asālib al-Daqā’iq wa Niṣāb Ghāyāt 211 Muḥammad bin al-Qattāl al-Nīsābūrī, Rawḍah al-
al-Daqā’iq, MMS. Cod. Or. 5402 dan 9728, Perpustakaan Wā‘iẓīn, Maktabah al-Ḥaydariyyah, Najf, 1966, hlm. 334; al-
Nasional al-Asad, Dimashq, t.th, hlm. 64A; al-Khūbawī, Sabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 195, h.n. 481; al-Khūbawī,
Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18. Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18.
209 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Abwāb al-Ṣalāh, Bāb 212 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 4, hlm. 55, h.n.
Faḍl Takbīrah al-U<lā, h.n. 241. 5663, (Hadis ini dikesan dalam kitab yang di-taḥqīq oleh
210 al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 3, hlm.16, al-Mundhirī, al- Fawwāz, sedangkan dalam cetakan yang di-taḥqīq oleh al-
Targhīb, jil. 1, hlm. 263. Ḥūt, ia tidak dikesan).
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
66
217 Lihat biografi Muḥammad bin Ḥumayd dalam al- bin Ya‘qūb al-Fayrūzabādī, al-Ṣalāh wa al-Bishār fī al-Ṣalāh
Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 25, hlm. 97-102. dan biografi al- ‘alā Khayr al-Bashar, Taḥ. Ibrāhīm bin Ismā‘īl al-‘Aṣr, Dār
Ṣalat bin al-Ḥākim dalam ‘Abd al-Raḥmān bin Muḥammad al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1985, hlm 59; Ibn al-Jawzī, al-
bin Abī Ḥātim al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, Maṭba‘ah Dā’irat ‘Ilal, jil. 2, hlm. 842, h.n. 1409.
al-Ma‘ārif al-‘Uthmāniyyah, al-Hind, 1953, jil. 4, hlm. 441. 220 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 321-322;
218 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Abwāb al-Ṣalāh, Bāb Muḥammad bin Abū Bakar Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Jalā’
Faḍl al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw., h.n. 486; al-Sakhāwī, al- al-Afhām fī al-Salāh wa al-Salām ‘alā Khayr al-Anām, Taḥ.
Qawl al-Badī‘, hlm. 321-322. Ṭāhā Yūsuf Shāhin, Dār al-Qalam, Bayrūt, 1977, hlm. 62-63;
219 al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 5, hlm. 42; Muḥammad Ibn al-Jawzi, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 842, h.n. 1409.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
68
Qayyim berkata: “Sepertinya si pendusta yang diisyaratkan terdapat dalam kitab Kanz al-
hina ini tidak mengetahui bahwa selain Nabi, ‘Ummāl karangan al-Hindī di atas.223
apabila ia shalat sepanjang umur Nabi Nūh a.s.,
ia tidak akan mendapatkan pahala seperti yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
didapatkan oleh seorang Nabi.”222 Meskipun Hadis ini tidak diketahui sanad-
Alasan yang kedua, Hadis ini begitu jelas nya, namun karena Hadis ini hanya diriwayatkan
menyebutkan dan memastikan pahala yang di oleh al-Daylamī, maka kaedah yang disebutkan
janjikannya. Seandainya Hadis ini ṣaḥīḥ atau ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī dalam muqaddimah kitab al-Jāmi‘
saja, maka mustahil ulama-ulama Hadis seperti al-Kabīr berlaku untuk Hadis ini, yaitu jika ada
al-Maqdīsī, al-Mundhirī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī, al- satu Hadis hanya diriwayatkan oleh al-Daylamī
Munāwī dan lain-lainnya tidak menyebutkan Hadis atau al-Khaṭīb dalam Tārīkh-nya atau Ibn ‘Asākir
ini dalam kitab-kitab mereka ketika membahas dalam Tārīkh-nya saja, maka hal ini menunjukkan
tentang shalat tarawih. Ini menunjukkan dua bahwa Hadis itu ḍa‘īf.224
kemungkinan: Pertama, Hadis ini tidak diketahui
oleh mereka, maka Hadis ini boleh dikatakan Hadis 70
tidak mempunyai asal yang jelas ()ال أصل له. Kedua,
mereka mengetahui Hadis ini, tapi karena palsu, كان النبي صلى اهلل عليه وسلم يعتكف العشر
maka mereka tidak menyebutkannya sebagai dalil
kelebihan shalat tarawih. ثم اعتكف،الأخير من رمضان حتى توفاه اهلل
.أزواجه بعده
Hadis 69
“Nabi (selalu) melakukan i’tikaf pada sepuluh
من اعتكف إيمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من malam yang terakhir dari bulan Ramaḍān,
sampai Allāh mewafatkannya. Kemudian istri-
.ذنبه istri beliau beri’tikaf sesudahnya.”
“Siapa yang beri’tikaf karena iman dan
ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah Takhrīj Hadis:
lalu.” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari ‘Āishah.225
Takhrīj Hadis:
Hadis ini seperti yang disampaikan oleh al- Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hindī, diriwayatkan oleh al-Daylamī dari ‘Āishah.
al-Hindī sendiri mengutip dua lafaz dari riwayat
al-Daylamī. Salah satunya dengan tambahan
kata ومن اعتكف فال يحرمن الكالم. Tetapi dalam 223 ‘Alā’ al-Dīn al-Muttaqī bin Hishām al-Dīn al-Hindī,
Kanz al-‘Ummāl fī Ma‘rifah Sunan al-Aqwāl wa al-Af‘āl,
kitab Musnad al-Daylamī yang telah tercetak,
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 8, hlm. 530 dan
Penulis tidak menemukan Hadis ini. Sedangkan 532; Muḥammad Sa‘īd Zaghlūl, Mawsū‘ah Aṭrāf al-Ḥadīth
dalam kitab Mawsū‘ah al-Aṭrāf, Hadis ini hanya al-Nabawī al-Sharīf, Dār ‘Ālam al-Turāth, Bayrūt, 1989, jil.
8, hlm. 112.
224 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr, jil. 1, hlm. 3.
222 ‘Umar Ḥasan Fallātah, al-Waḍ‘ fī al-Ḥadīth, 225 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-I‘tikāf, Bāb al-I‘tikāf fī
Maktabah al-Ghazālī, Dimashq, 1981, jil. 2, hlm. 72; Ibn al-‘Ashr al-Awā’il, h.n. 2026; Muslim, ṢaḤīḥ, Kitāb al-I‘tikāf,
Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 50. Bāb I‘tikāf al-‘Ashr al-Awā’il, h.n. 1172.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
70
Bab 5
Takhrīj Hadis:
Ketenteraman Hati
Hadis ini disebutkan oleh ‘Abd al-Raḥīm al-
dengan Menyaksikan Qāḍī dalam Daqā’iq al-Akhbār tanpa menyebut
Kekuasaan Allāh Swt. kan sanad dan perawinya. al-Khūbawī mengutip
Hadis dari no 71 sampai no 73 nya dari Mukāshafah al-Qulūb, namun Penulis
tidak menemukannya dalam versi kitab yang
sudah dicetak.227
Hadis 71 Hadis dengan makna seperti ini disebutkan
من كانت لأخيه عنده مظلمة من عرض أو oleh al-Ṣāliḥī dalam Kanz al-Akbar sebagai per
kataan Abū Samrah al-Nakha‘ī dengan lafaz: 228
مال فليطلب من المظلوم أن يهبها له أو
قيل اسمـه عبد- وذكر أبو سمرة النخعي
يستحل منه أو يقضى منه قبل أن يأخذ منه
اهلل بن عباس – أن منكـرا ونكيرا أتيا رجلا
.خصماؤه يوم لا يوجد دينار ولا درهم
فقال. إنا ضاربوك مائة ضربة:إلى قبره وقالا
“Siapa yang pernah menganiaya saudara
nya mengenai kehormatan atau harta, maka hen وتشفع ببعض. إني كنت كذا وكذا:الميت
daklah ia meminta pada orang yang teraniaya itu
ثم لم،أعماله الصالحة حتى حطا عنه عشرا
agar menyerahkan padanya atau menghalalkan
untuknya atau membalas kepadanya sebelum ia يزل يتـشـفع حتى حطا الجميع إلا شربة
dibalas oleh seteru-seterunya pada hari di mana
tidak terdapat dinar atau dirham.” فضرباه ضربة فالـتـهـبت القبر عليه نارا
Takhrīj Hadis:
مررت بمظلوم:لما ضربتماني؟ قال:فـقال
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari .فاستغاث بك فلم تغثه
Abū Hurayrah.226
Hukum Hadis:
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan
kesahihannya. Namun seperti yang akan di
rumuskan pada bab kesimpulan, Hadis dengan
Hadis 72
riwayat seperti ini lebih mendekati palsu.
من رأى مظلوما فاستغاث به فلم يغثه ضرب
Hadis 73
.في قبره مائة سوط من نار
“Siapa yang melihat orang teraniaya, lalu
orang itu meminta tolong kepadanya, namun ia 227 ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī, Daqā’iq al-Akhbār fī Dhikr
tidak menolongnya, maka ia akan dipukul dalam al-Jannah wa al-Nār, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
kuburnya seratus kali deraan cemeti dari api.” 1984, hlm. 28; al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 24.
228 ‘Abd al-Raḥmān bin Abī Dāwud al-Ṣāliḥī, al-Kanz
al-Kabīr fī al-Amr bi al-Ma‘ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar,
226 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb Man Maktabah Nizār Muṣṭafā al-Bāz, Makkah, 1997, jil. 1, hlm.
Kānat Lahū MaẒlamah ‘Inda al-Rajul, h.n. 2449. 163.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
71
yang men-ḍa‘īf-kannya, kecuali Ibn al-Jawzī yang Wahhāb bin Mujāhid dari bapaknya dari Ibn
secara kurang teliti mengatakan bahwa beliau ‘Abbās. al-Khūbawī mengutipnya dari Tafsīr Abū
ḍa‘īf menurut ulama-ulama Hadis. Mengikut al-Layth. Dalam tafsir tersebut, Abū al-Layth
pendapat Abū Ḥātim, ia adalah rawi yang ṣadūq menyebutkannya sebagai perkataan al-Kalbī.235
(jujur). Jadi sanad ini dapat dinilai ḥasan.233
Menurut Penulis, riwayat-riwayat lain yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
mursal, karena banyak diriwayatkan melalui Dalam sanad Hadis ini terdapat ‘Abd al-
beragam jalur periwatan dari beberapa tābi‘īn, Wahhāb bin Mujāhid al-Makkī. Wakī‘ berkata
begitu pula terdapat shawāhid seperti Hadis Ibn bahwa ia tidak mendengar dari bapaknya.
‘Abbās, maka Hadis ini bisa dikategorikan ṣaḥīḥ Menurut Yaḥyā, ia adalah periwayat yang Hadis
lighayrih. nya tidak boleh dicatat. Mengikut pendapat
Aḥmad, ia adalah rawi yang lemah. al-Nasā’ī juga
Hadis 75 menyatakan bahwa ia adalah rawi yang tidak
thiqqah. Ibn Ḥajar mengatakan bahwa ia matrūk
نزلت هذه الآية “الذين ينفقون أموالهم بالليل dan al-Thawrī menuduhnya sebagai pendusta.
Jadi, sanad ini sangat ḍa‘īf.236
في شأن علي بن أبي طالب 234
” إلخ..والنهار Ibn Kathīr setelah mengatakan bahwa sanad
di atas ḍa‘īf, menambahkan bahwa Hadis ini
فلما،كانت له أربعة دراهم ولم يملك غيرها
telah diriwayatkan oleh Ibn Mardiwayh melalui
نزل التحريض على الصدقة تصدق بدرهم jalan berbeda dari Ibn ‘Abbās.237 Secara lahirnya,
Ibn Kathīr menguatkan riwayat yang asal dengan
بالليل وبدرهم بالنهار وبدرهم في السر وبدرهم riwayat Ibn Mardiwayh ini. Karena itu, Hadis ini
dapat dinilai ḍa‘īf.
. فنزلت هذه الآية،في العلانية
“Ayat ini turun tentang ‘Alī bin Abī Ṭālib. Ia Hadis 76
mempunyai empat dirham dan tidak punya lain
nya. Namun, tatkala turun perintah supaya ber إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي
sedekah, ia bersedekah sedirham pada waktu
malam, sedirham di waktu siang, sedirham
dalam rahasia, dan sedirham lagi dalam terang-
235 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 1, 642; ‘Alī bin
terangan.” Maka turunlah ayat ini.” Aḥmad al-Wāḥidī, al-Wasīṭ fī Tafsīr al-Qur’ān, Taḥ. ‘Ādil
Aḥmad, ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ, Dr. Aḥmad Mīrah,
Takhrīj Hadis: Dr. Aḥmad ‘Abd al-Ghanī dan Dr. ‘Abd al-Raḥmān Uways,
Maktabah Dār al-Bāz, Makkah, 1994, jil. 1, hlm. 234; al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Wāḥidī, dan Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 26; Abū al-Layth Naṣr
seperti yang dikatakan oleh al-Suyūṭī, diriwayat bin Muḥammad al-Samarqandī, Tafsīr al-Samarqandī al-
kan juga oleh ‘Abd al-Razzāq, ‘Abd bin Ḥumayd, Musammā Baḥr al-‘Ulūm, Taḥ. ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ,
‘Ādil Aḥmad ‘Abd al-Mawjūd dan Zakariyyā ‘Abd al-Majīd al-
Ibn Jarīr, Ibn Mundhir, Ibn Abī Ḥātim, al-Ṭabarānī
Nūtī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1993, jil. 1, hlm. 234.
dan Ibn ‘Asākir. Kesemuanya melalui ‘Abd al- 236 al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 18, hlm. 516-518;
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 682; Ibn Ḥajar, Taqrīb
al-Tahdhīb, hlm. 368.
233 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 32; 237 Ismā‘īl bin Kathīr al-Dimashqī, Tafsīr al-Qur’ān al-
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 156. ‘Aẓīm, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, 1969, jil. 1, hlm.
234 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 274. 469.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
73
Khūbawī tidak menyebutkan sumber rujukannya. Ṭabarī dari Ibn ‘Umar. al-Zabīdī menambahkan
Selain itu, lafaz matannya tidak menyerupai bahwa Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Nasā’ī,
sabda Rasūlullāh Saw. atau yang dikenali dengan al-Baihaqī dan al-Kharā‘īṭī dalam Makārim al-
istilah lā yushbih kalām al-anbiyā’. Karena itu, Akhāq, semuanya dengan lafaz:
Hadis ini dinilai palsu.
وسقاه حتى،من أطعم أخاه خبزا حتى يشبعه
Hadis 82 بعد،يرويه بعده اهلل عن النار سبع خنادق
ما من مسلم يطعم أخاه حتى يشبعه ويسقيه 244
مابين خندقين مسيرة خمسمائة سنة
حتى يرويه إلا بعده اهلل تعالى من النار وجعل “Siapa memberi makan saudaranya se
potong roti sampai ia kenyang, dan memberinya
بينه وبينها سبعة خنادق بين كل خندقين minum sampai ia hilang hausnya, maka Allāh
akan menjauhkannya dari api neraka sebanyak
خمسمائة عام ونادت جهنم يا رب ائذن لي
tujuh jurang. Jarak antara satu jurang dan jurang
بالسجود شكرا لك فقد أردت أن تعتق أحدا lainnya sama dengan perjalanan 500 tahun.”
من أمة محمد من عذابي لأني كنت أستحي من Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf, munkar dengan
lafaz ini.
محمد أن أعذب المتصدق من أمته فلا بد لي
al-‘Irāqī berkata bahwa Ibn Ḥibbān me
ثم أمر اهلل تعالى ليدخل الجنة،من طاعتك ngatakan, Hadis ini bukan sabda Rasūlullāh Saw.
al-Dhahabī berkata: gharīb munkar.245 al-Ḥākim
.المتصدق بلقمة خبز أو بقبضة تمرة dalam al-Mustadrak-nya telah men-ṣaḥīḥ-kan
sanad Hadis ini dan al-Dhahabī menyetujuinya.
“Tidak seorang muslim pun yang memberi
Maka sebab Hadis ini di-ḍa‘īf-kan adalah karena
makan saudaranya sampai kenyang, dan mem
matan Hadisnya yang gharīb seperti yang tampak
berinya minum sampai puas, kecuali Allāh men
dari perkataan Ibn Ḥibbān. Sedangkan lafaz yang
jauhkannya dari neraka, dan menjadikan antara
disebutkan al-Khūbawī lebih gharīb dari lafaz
ia dan neraka itu tujuh jurang, yang antara
al-Ḥākim dan lain-lainnya. Bahkan potongan
tiap-tiap dua jurang sejauh perjalanan lima
terakhirnya bermula dari kata-kata .. ونادت جهنم
ratus tahun. Dan berserulah Jahannam: “Ya
إلخ, lebih menyerupai penambahan dari perawi
Tuhanku, izinkanlah aku bersujud, karena rasa
Hadis ini dari kalangan pemberi nasihat. 246
terima kasih kepada-Mu. Sesungguhnya aku
ingin agar Engkau membebaskan seseorang dari
umat Muḥamamd dari azabku. Karena aku malu Hadis 83
kepada Muḥammad untuk menyiksa orang yang
bersedekah di antara umatnya. Padahal, aku taat
244 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb
kepada-Mu.” Kemudian Allāh memerintahkan
Faḍīlah Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, jil. 4, hlm. 129; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-
supaya masuk surga orang yang bersedekah Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, hlm. 233.
dengan sesuap roti atau segenggam kurma.” 245 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, hlm.
233.
246 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 12; al-Ḥākim, al-
Takhrīj Hadis: Mustadrak, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Faḍīlah Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, jil.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim, al- 4, hlm. 129; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 129.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
76
فلما سمع النبي صلى اهلل عليه وسلم قولها رفع Hadis 84
إلهي بحق الرأيا التي:عصاه على يدها فقال السخاء شجرة في الجنة أغصانها متدليات في
. فصارت كما كانت.حكت اصلح يدها . فمن أخذ غصنا منها قاده إلى الجنة،الدنيا
“Sesungguhnya seorang wanita telah
والبخيل شجرة في النار أغصانها متدليات في
datang kepada Nabi, sedang tangan yang
kanan telah lunglai. Wanita itu berkata: “Wahai . فمن أخذ غصنا منها قاده إلى النار،الدنيا
Nabi Allāh, berdoalah kepada Allāh, sehingga
Dia memperbaiki tanganku.” Nabi bertanya “Kedermawanan itu sebatang pohon dalam
kepadanya: “Apa yang membuat tanganmu surga, yang dahan-dahannya menjuntai ke
lunglai?” Jawab wanita itu: “Saya bermimpi dunia. Siapa mengambil salah satu di antaranya,
seolah-olah Kiamat telah terjadi, neraka telah maka dahan itu akan membimbingnya ke surga.
dinyalakan, dan surga telah didekatkan. Tiba-tiba Dan kekikiran itu sebatang pohon dalam neraka,
saya melihat ibuku berada di neraka Jahannam, yang dahan-dahannya menjuntai ke dunia. Siapa
sedang tangannya memegang sepotong lilin yang mengambil salah satu di antaranya, maka
dan tangannya yang lain memegang secarik dahan itu akan membimbingnya ke neraka.”
kain yang kecil. Dengan kedua benda itu ia
melindungi dirinya dari api neraka. Maka saya Takhrīj Hadis:
bertanya: “Kenapakah saya melihat engkau Hadis ini disebutkan al-Ghazālī dalam al-
berada di lembah ini, padahal engkau dulu Iḥyā’. al-‘Irāqī dalam takhrīj Hadis-hadis al-Iḥyā’
taat kepada Tuhanmu, sementara suamimu
pun rela kepadamu?” Jawab ibuku: “Wahai 247 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 27.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
77
mengatakan, Hadis ini diriwayatkan Ibn Ḥibbān lainnya, perawinya hanya setingkat ḍa‘īf, tidak
dalam al-Majrūḥīn, Ibn ‘Adiy dalam al-Kāmil dan sampai ke level pemalsu atau pendusta Hadis.
al-Dāraquṭnī dalam al-Mustajiddāt. Semuanya Maka Hadis ini dapat dikategorikan sebagai
dari Abū Hurayrah. Juga diriwayatkan oleh Abū ḍa‘īf.251
Nu‘aym dari Jābir. Semua sanad di atas ḍa‘īf.
Hadis ini juga telah diriwayatkan Ibn al-Jawzī Hadis 85
dalam al-Mawḍū‘āt dari sahabat-sahabat di atas,
juga dari al-Ḥusayn dan Abī Sa‘īd.248 والبخيل بعيد،السخي قريب إلى الحق والخلق
Hadis ini juga diriwayatkan Khaṭīb al-
Baghdadī dari Jābir. Tetapi Hadis ini diriwayatkan .من الحق والخلق
melalui jalan yang sama yaitu ‘Āṣim bin ‘Abdillāh. “Orang dermawan itu dekat \pada Allāh dan
al-Baihaqī juga telah meriwayatkannya dalam al- makhluk-Nya; dan orang yang pelit itu jauh dari
Shu‘ab dari al-Ḥusayn dan Abū Hurayrah. Namun Allāh dan makhluk-Nya.”
sanad-nya sama dengan sanad yang dituduh Ibn
al-Jawzī, yaitu palsu.249 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. melalui Sa‘īd bin Muḥammad dari Yaḥyā bin
Hadis ini telah dinilai palsu oleh Ibn al-Jawzī. Sa‘īd dari al-A‘raj dari Abū Hurayrah. al-Baihaqī
Tetapi ditolak oleh beberapa ulama, seperti al- meriwayatkan juga dalam Shu‘ab al-Īmān
‘Irāqī, al-Suyūṭī, Ibn ‘Arrāq, al-Shawkanī dan lain- melalui jalan ini, juga dari ‘Ā’ishah, Jābir dan Ibn
lain. Mereka hanya mengatakan bahwa Hadis ini Mas‘ūd, semuanya secara marfū‘. Tetapi semua
ḍa‘īf. Bahkan dalam al-Jāmi‘ al-Saghīr, al-Suyūṭī jalannya beliau hukumkan ḍa‘īf. al-Khaṭīb juga
menilainya ḥasan. al-Munāwī mengingatkan meriwayatkan dalam kitab al-Bukhalā’ dari Abū
bahwa Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh al-‘Irāqī Hurayrah melalui dua jalur. Tetapi dalam kedua
dan palsu oleh Ibn al-Jawzī.250 sanad-nya terdapat Muḥammad al-Warrāq. al-
Alasan penolakan mereka karena Hadis ini Haythamī mengatakan bahwa Hadis ini juga
mempunyai beberapa jalur periwayatan. Meski diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsāṭ.
pun pada beberapa jalur periwayatan tersebut Ibn al-Jawzī meriwayatkannya juga dari Anas bin
terdapat perawi yang dituduh pendusta, sehingga Mālik dan sahabat-sahabat di atas.252
hal ini mengakibatkan Hadisnya dikategorikan
palsu, tetapi pada beberapa jalur periwayatan Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī berkata: Hadis ini gharīb. Kami
248 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 3, hlm 302-303; al-‘Irāqī, tidak mengetahuinya dari Hadis Yaḥyā bin Sa‘īd
al-Mughnī, jil. 3, hlm. 303.
249 al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 4, hlm. 137. al-
Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 434-435, h.n. 1875 dan 251 Ibid.
1877. 252 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Bir wa al-Ṣilah, Bāb
250 Ibn al-Jawzī, al-Mawdū‘āt, jil. 2, hlm. 182-183; Mā Jā’a fī al-Sakhā’, h.n. 1961; al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān,
al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 303; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. jil. 7, hlm. 427-428, h.n. 10843-10851; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-
2, hlm. 93; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 38; al- Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm, 730-731; Abū Bakar Aḥmad
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 138; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh bin ‘Alī al-Khaṭīb al-Baghdādī, al-Bukhalā’, Taḥ. Maḥmūd
al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 139; al-Shawkānī, al-Fawā’id al- Ibrāhīm Salīm, Maktabah Ibn Sinā, al-Qāhirah, t.th., hlm.
Majmū‘ah, hlm.78; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 525; 36-38, h.n. 1; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm.
al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 9, hlm 720. 127-128; Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 180-182.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
78
dari al-A‘raj dari Abū Hurayrah, kecuali dari berarti bahwa Hadis ini palsu, karena al-thābit
riwayat Sa‘īd bin Muḥammad. Yang betul adalah mencakup Hadis ṣaḥīḥ dan ḍa‘īf. Hadis ini ḍa‘īf.
yang diriwayatkan dari Yaḥyā bin Sa‘īd dari Maka menilai Hadis ini palsu bukanlah hukuman
‘Ā’ishah secara mursal.253 yang baik ”.257
Sa‘īd bin Muḥammad al-Warrāq menurut Alasan ketiga, al-Tirmidhī dan lain-lainnya
al-Bukhārī, al-Baihaqī, Ibn Sa‘ad, Ibn Ḥajar dan menduga bahwa Sa‘īd telah bersendirian dalam
beberapa ulama lain adalah ḍa‘īf, mengikut meriwayatkan Hadis ini dari Yaḥyā bin Sa‘īd
pendapat al-Dāraquṭnī, ia adalah perawi yang dengan sanad seperti di atas adalah kurang
matrūk. Ibn ‘Adiy berkata: Saya berharap bahwa tepat, karena Ibn ‘Arrāq menemukan bahwa Sa‘īd
ia adalah rawi yang Hadisnya tidak ditinggalkan.254 telah diikuti oleh ‘Abd ‘Azīz bin Abī Ḥāzim yang
Mengenai riwayat dari ‘Ā’ishah, semuanya diriwayatkan oleh al-Daylamī. Begitu juga Hadis
adalah ḍa‘īf. Demikian pula Hadis yang diriwayat ‘Ā’ishah, al-Baihaqī telah meriwayatkannya dari
kan oleh al-Khaṭīb ataupun Ibn al-Jawzī, karena jalan Sa‘īd bin Maslamah dan Talīd bin Sulaymān.
dalam sanad mereka ada perawi yang ḍa‘īf. Meskipun keduanya ḍa‘īf, tapi ia dapat menjadi
Begitu pula riwayat dari Anas bin Mālik.255 bukti bahwa Hadis ini bukan palsu. Bahkan bisa
Hadis ini meskipun dinilai palsu oleh Ibn al- naik menjadi ḥasan.258
Jawzī dalam al-Mawḍū‘āt, kemudian diikuti oleh Penulis berpendapat bahwa Hadis ini belum
‘Alī al-Qārī, tetapi penilaian tersebut dibantah bisa menjadi Ḥasan lighayrih, karena sanad asal
beberapa ulama dengan alasan bahwa Hadis adalah ḍa‘īf, bahkan sangat ḍaī‘f, dan sanad yang
ini telah diriwayatkan al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān akan dijadikan penguatnya juga ḍa‘īf, maka ia
dan al-Baihaqī dari jalan seperti yang disebut di tetap menjadi ḍa‘īf seperti hukuman beberapa
atas. Adapun Sa‘īd bin Muḥammad al-Warrāq, ulama semisal al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān, al-Baihaqī,
sekalipun ia ḍa‘īf, tetapi ia tidak sampai dituduh al-Mundhirī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan
pendusta atau pembuat Hadis palsu. Maka lain-lain terhadap Hadis ini.259
Hadisnya menjadi ḍa‘īf.256
Alasan kedua adalah apa yang dikatakan Hadis 86
oleh Ibn Ḥajar.
“Alasan Ibn al-Jawzī mengkategorikan Hadis .البخيل لا يدخل الجنة ولو كان زاهدا
ini palsu dengan dalil kata-kata al-Dāraquṭnī;
“Orang yang pelit tidak akan masuk surga,
Hadis ini mempunyai banyak jalan, tetapi tidak
sekalipun ia orang yang zuhud.”
ada satupun yang thābit”. Perkataan ini tidak
Takhrīj Hadis:
253 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Bir wa al-Ṣilah, Bāb Hadis ini disebutkan oleh ‘Alī al-Qārī dalam
Mā Jā’a fī al-Sakhā’, h.n. 1961. al-Asrār al-Marfū‘ah yang kemudian diikuti oleh
254 Lihat biografi al-Warrāq dalam al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 156-157; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
al-‘Ajlūnī dalam Kashf al-Khafā’ dengan lafaz
hlm. 239.
255 Lihat Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm.
139. 257 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 239,
256 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 180-182; h.n. 557; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm.
‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 483; al-Sakhāwī, al- 730-731. al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 450, h.n. 1468.
Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 239, h.n. 557; al-Zabīdī, Ittiḥāf 258 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 139.
al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm, 730-731; al-Rāzī, ‘Ilal, jil. 2, 259 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 38; al-
hlm. 283-284, h.n. 2352-2353. Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 139.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
79
البخيل ال يدخل الجنة ولو كان عابدا. al-Sakhāwī dalam Daqā’iq al-Akhbār seperti disebutkan di atas.
Maqāṣid al-Ḥasanah menyebutkannya dengan Hadis ini juga tidak ditemukan dalam kitab khusus
lafaz lain yaitu البخيل عدو هللا ولوكان راهبا. Semuanya yang membahas penghormatan pada para tamu,
tanpa menyebutkan perawi Hadis ini.260 yaitu al-Ināfah dan al-Karam wa al-Jūd. Hal ini
menunjukkan Hadis ini tidak dikenali oleh ulama
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis. Selain itu, jika memang Hadis ini dikutip
Hadis ini dinilai palsu oleh al-Sakhāwī yang dari kitab Daqā’iq, maka kitab tersebut bukan
kemudian diikuti oleh ‘Alī al-Qārī dan al-‘Ajlūnī. kitab mu‘tabar. Demikian pula ini kitab Shi‘āh.
Alasan mereka karena Hadis ini tidak mempunyai Karena itu, Hadis ini dapat dinilai palsu.
asal.261
Hadis 88
Hadis 87
إن الضيف إذا دخل بيت المؤمن دخل معه
ومن أكرمني،من أكرم الضيف فقد أكرمني
.ألف بركة وألف رحمة
ومن أبغض الضيف فقد.فقد أكرم اهلل
“Sesungguhnya apabila seorang tamu me
.أبغضني ومن أبغضني فقد أبغض اهلل تعالى masuki rumah seorang mukmin, maka masuklah
bersamanya seribu berkah dan seribu rahmat.”
“Siapa memuliakan tamu, maka sesung
guhnya ia memuliakanku. Siapa memuliakanku, Takhrīj Hadis:
maka sesungguhnya ia memuliakan Allāh. Siapa Hadis ini belum ditemukan perawinya. Ibn
membenci tamu, maka sesungguhnya ia mem al-Jawzī menyebutkannya dalam kitab Bustān
benciku. Dan siapa membenciku, maka sesung al-Wā‘iẓīn tanpa menyebutkan sanad ataupun
guhnya ia membenci Allāh.” perawinya.263
Hadis 89
260 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 143
dan 339, h.n. 287 dan 557; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, ما من أحد يأتيه الضيف فيكرمه بما وجد من
hlm. 148; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 312.
261 Ibid.
262 ‘Alī Muḥammad Dakhīl, Thawāb al-A‘māl wa
‘Iqabuhā, Dār al-Murtaḍā, Bayrūt, t.th, hlm. 429; al- 263 ‘Abd al-Raḥmān bin ‘Alī bin al-Jawzī, Bustān al-
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 28. Wā‘iẓīn, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1989, hlm. 90.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
80
komen tentang ke-ṣaḥīḥ-an atau ke-ḍa‘īf-an Ḥātim, ia bukan perawi yang kuat hafalannya,
Hadis ini.269 Sedangkan Hadis-hadis keutamaan sedangkan menurut al-Bukhārī, ia orang yang
menuntut ilmu sudah dijelaskan pada bab ketiga. riwayat Hadisnya diingkari.272
Hadis 91
Bab 7
.اتقوا النار ولو بشق تمرة
Celaan pada Orang
“Peliharalah dirimu dari neraka, sekalipun
yang Makan Riba
dengan setengah kurma.”
Hadis no 93 sampai no 104
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis 93
Muslim dari ‘Adiy bin Ḥātim.270
من قال مهللا صل على محمد وأنزله المنزل
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. .المقرب عندك يوم القيامة وجبت له شفاعتي
“Siapa yang mengucapkan: ‘Ya Allāh, rah
Hadis 92
matilah Muḥammad dan tempatkanlah ia pada
الصدقة تمنع سبعين نوعا من أنواع البلاء tempat yang didekatkan!’ dipastikan ia men
dapat shafaatku.”
.أهونها الجذام والبرص
“Sedekah itu mencegah tujuh puluh macam Takhrīj Hadis:
bencana. Paling ringan di antaranya adalah Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, al-
lepra dan sopak.” Bazzār, Ibn Abī ‘Āṣim, Ismā‘īl al-Qāḍī dan al-
Ṭabarānī dalam al-Kabīr. Semuanya dari Ruwayfi‘
Takhrīj Hadis: bin Thābit melalui Ibn Lahī‘ah.273
Hadis diriwayatkan oleh al-Khaṭīb dari Anas al-Sakhāwī mengisyaratkan bahwa Hadis
bin Mālik melalui al-Ḥārith bin Nu‘mān.271 ini juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-
Awsāṭ, Ibn Bashkuwāl dalam al-Qurbah, dan Ibn
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Abī al-Dunyā dalam al-Ḍu‘afā’ dengan riwayat
Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī dan yang serupa dari Ruwayfi‘ bin Thābit. al-Qāḍī
al-Munāwī. Sebab dalam sanad Hadis tersebut ‘Iyāḍ dalam al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. juga
terdapat al-Ḥārith bin Nu‘mān. Menurut Abū menyebutkan Hadis ini dari riwayat Zayd bin al-
269 Lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Man 272 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 82; al-
Qāl Inna al-Īmān Huwa al-‘Amal, h.n. 83; Muslim, Saḥīḥ, Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 236-237; al-Dhahabī,
Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Kawn al-Īmān bi Allāh Afḍal al- Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 444.
A‘māl, h.n. 83-84; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 157, 273 Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 108; al-Haythamī,
h.n. 462; al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jil. 4, hlm. 4 dan 8. Kashf al-Astār, jil. 1, hlm 299; ‘Amru bin Abī ‘Āṣim al-
270 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ittaqū al- Shaybānī, al-Sunnah, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1993,
Nār, h.n. 1417; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ḥath hlm. 381; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 5, hlm. 25-26;
‘alā al-Ṣadaqah, h.n. 1016. Ismā‘īl bin Isḥāq al-Qāḍī, Faḍl al-Salāh ‘alā al-Nabī Saw., al-
271 al-Khaṭīb, Tārīkh al-Baghdād, jil. 8, hlm. 208. Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1977, hlm. 53.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
82
Ḥubāb.274
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḥasan. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim dari Abū
Hadis ini telah dinilai ḥasan oleh al- Hurayrah. Dalam sanad-nya terdapat Ibrāhīm bin
Mundhirī, al-Haythamī dan al-Sakhāwī. al- Haytham al-Ghaffārī.277
Haythamī mengatakan bahwa beberapa isnād
mereka ḥasan.275 Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
al-Albānī dalam taḥqīq-nya terhadap kitab al-Ḥākim menilai Hadis ini dengan isnād-
al-Sunnah dan Faḍl al-Ṣalāh telah men-ḍa‘īf- nya ṣaḥīḥ. Tetapi al-Dhahabī dalam komentarnya
kan Hadis ini dengan alasan dalam sanad-nya terhadap Hadis al-Ḥākim ini berkata: Ibrāhīm,
terdapat Ibn Lahī‘ah, seorang perawi yang ḍa‘īf.276 yaitu Ibn Haythamah yang menurut al-Nasā’ī, ia
Penulis menguatkan pendapat yang meng-ḥasan- ditinggalkan. al-Mundhirī dalam al-Targhīb juga
kan Hadis ini, karena sekalipun Ibn Lahī‘āh ḍa‘īf, menyebutkan Hadis ini seraya mengingatkan
tetapi Hadis ini mempunyai banyak shawāhid bahwa Ibrāhīm adalah seorang penghayal. Karena
yang dapat menguatkannya seperti Hadis al- itu, al-Suyūṭī menilai Hadis ini ḍa‘īf. Hanya saja
Bukhārī dan Muslim mengenai doa setelah azan, al-Munāwī yang mengomentari kitab al-Jāmi‘ al-
selain masih ada kemungkinan adanya jalur lain Saghīr mengingatkan bahwa dalam sanad-nya
yang tidak melalui Ibn Lahī‘āh, seperti Hadis Zayd terdapat Ibrāhīm, dan ia ditinggalkan.278
bin al-Ḥubāb.
Hadis 95
Hadis 94
وما هي؟: قالوا،اجتنبوا السبع الموبقات
أربعة حق على اهلل أن لا يدخلهم الجنة ولا
الشرك باهلل والسحر وقتل النفس التي:قال
مدمن خمر وآكل مال اليتيم:يذيقهم نعيمها
حرم اهلل إلا بالحق وأكل الربا وأكل مال
.بغير حق وعاق الوالدين
وقذف،اليتيم والتولى والفرار يوم الزحف
“Ada empat golongan yang pasti Allāh tidak
akan memasukkan mereka ke dalam surga dan .المحصنات الغافلات المؤمنات
tidak akan merasakan nikmatnya surga, yaitu:
“Hindarilah olehmu tujuh perkara yang
pemabuk khamr, pemakan riba, pemakan harta
membinasakan! Para sahabat bertanya: “Apakah
anak yatim tanpa hak, dan pendurhaka terhadap
itu?” Nabi menjawab: “Menyekutukan Allāh,
ibu-bapak.”
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allāh
selain dengan alasan yang benar, memakan riba,
274 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 65; al-Qāḍī
‘Iyāḍ, al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw., hlm 48.
275 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 65; al- 277 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Buyū‘, Bāb Inna
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 504; al-Haythamī, Majma‘ Arbā al-Ribā, jil. 2, hlm. 37.
al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 163; Ibn Qayyim, Jalā’ al-Afham, 278 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Buyū‘, Bāb Inna
hlm. 46. Arbā al-Ribā, jil. 2, hlm. 37; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil 2,
276 Ibn Abī ‘Āṣim, al-Sunnah, hlm. 381; Ismā‘īl bin hlm. 37; al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 5; al-Munāwī,
Isḥāq al-Qāḍī al-Makkī al-Jaḥsumī, Faḍl al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 469; lihat juga biodata Ibrāhīm bin
Saw., Taḥ Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, al-Maktab al- Khaythamah dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1 hlm.
Islāmī, Bayrūt, 1977, hlm.53. 30.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
83
Takhrīj Hadis:
Hadis 99 Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Jābir.
al-Tirmidhī dan Abū Dāwud meriwayatkannya
إذا باع الرجل الدرهم بالدرهمين والدينار dari Ibn Mas‘ūd. Dalam riwayat Muslim dari Ibn
Mas‘ūd lafaznya adalah لعن رسول هللا آكل الربا وموكله.291
فإذا عمل شيئا من الحيلة،بالدينارين فقد ربى
فقد ربى وخادع اهلل عز وجل واتخذوا آيات Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
لعن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم آكل الربا يقول اهلل تعالى.يقولون مهللا لا تقم الساعة أبدا
“Rasūlullāh melaknati para pemakan riba, هؤلاء آكل: من هؤلاء؟ قال،يا جبرائيل
orang yang memberi makan riba, penulisnya,
الربا من أمتك [لا يقومون إلا كما يقوم الذي
dan saksinya.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini merupakan potongan dari Hadis 294 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 11-14; al-Bayhaqī,
mengenai cerita Isrā’ dan Mi‘rāj yang panjang, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm. 380-396; al-Suyūṭī, al-Durr
al-Manthūr, jil. 4, hlm. 267.
295 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 173-174;
293 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 275. Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 408.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
87
فإذا، فتأخذ الملائكة الذنوب كلها،طاهرا إن اهلل يحشر مساجد الدنيا يوم القيامة كأنها
ربنا:فرغ العبد من الصلاة تقول الملائكة بخت ينض قوائمها من العنبر وأعناقها من
يا ملائكتي:أنعيدها عليه؟ فيقول اهلل تعالى الزعفران ورؤوسها من المسك وآذانها من
.لايليق بكرمي إلا العفو فقد غفرت خطاياه الزبرجد والمؤذنون يقودونها والأئمة يسوقونها
“Apabila seorang hamba Allāh bertakbir فيمرون في عرصات يوم القيامة كالبرق
untuk shalat, maka Allāh berkata kepada para
أهؤلاء من: فيقول أهل القيامة.الخاطف
malaikat: “Angkatlah dosa-dosa hamba-Ku ini
dari lehernya, sehingga ia menyembah-Ku dalam الملائكة المقربين أم من الأنبياء والمرسلين؟
keadaan suci.” Maka, diambillah oleh para
malaikat itu dosa-dosa seluruhnya. Lalu apabila فينادى لا بل هؤلاء من أمة محمد صلى اهلل
ia telah menyelesaikan shalatnya, maka para
.وسلم يحفظون الصلوات بالجماعة
malaikat berkata: “Ya Tuhan kami, apakah dosa-
dosa itu kami kembalikan lagi padanya?” Allāh “Sesungguhnya Allāh menghimpun masjid-
menjawab: “Wahai para malaikat-Ku, tidak masjid di dunia pada hari Kiamat. Seolah-olah
lah patut atas nama kemurahan-Ku, selain me mereka adalah unta putih. Kaki-kakinya dari
maafkan. Sesungguhnya Aku telah memaafkan Ambar. Lehernya dari Za‘farān. Kepalanya dari
kesalahan-kesalahannya.” Kasturi dan telinga-telinganya dari Zabarjad
hijau. Sedang para mu’adhdhīn menuntun
Takhrīj Hadis: mereka dan para imam menggiring mereka.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Mereka lewat di pelataran hari Kiamat bagaikan
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.308 kilat yang menyambar. Maka berkatalah orang-
orang yang mengalami Kiamat itu: “Apakah
mereka golongan malaikat yang didekatkan
307 ‘Abd al-Mun‘im al-Ḥāfī dalam taḥqīq kitab Qūt al- ataukah golongan para nabi dan utusan Tuhan?”
Qulūb li Abī Ṭālib al-Makkī, Dār al-Rashād, al-Qāhirah, 1991,
jil. 1, hlm. 12.
Maka, diserukanlah: “Tidak! Tetapi mereka itu
308 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 33. golongan umat Muḥammad yang memelihara
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
92
وعنقه متصل بالعرش ويقول اهلل تعالى لهذا ثلاث من حافظ عليهن فهو ولي:قال تعالى
صلي على عبدي كما صلى على نبيي:الملك قيل. ومن ضيعهن فهو عدو لي حقا،لي حقا
محمد صلى اهلل عليه وسلم فيصلي عليه إلى الصلاة والصوم:يا رسول اهلل وما هن؟ قال
.يوم القيامة ، هن أمانة بين اهلل وعبده: قال،وغـسل الجنابة
“Siapa bershalawat kepadaku karena meng .أمر بالمحافظة عليهن
hormatiku, maka Allāh menjadikan dari shalawat
“Allāh berfirman: “Ada tiga perkara, siapa
itu malaikat yang mempunyai sepasang sayap,
memeliharanya, maka ia benar-benar wali-Ku
satu di timur dan satu lagi di barat, sedang
dan siapa menyia-nyiakannya, maka ia benar-
kedua kakinya berada di bawah bumi ketujuh,
benar musuh-Ku.” Seseorang bertanya: “Ya
dan lehernya berkait dengan ‘Arash. Allāh ber
Rasūlallāh, apakah itu?” Beliau menjawab:
kata padanya: “Doakanlah hamba-Ku ini se
“Shalat, puasa dan mandi janabah.” Rasūlullāh
bagaimana ia bershalawat pada Nabi-Ku
bersabda: “Ketiga-tiganya adalah amanat antara
Muḥammad.” Malaikat pun mendoakannya
Allāh dan hamba-Nya. Allāh memerintahkan
sampai Hari Kiamat.”
agar semua itu dipelihara baik-baik.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis:
al-Sakhāwī mengisyaratkan bahwa Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam
ini diriwayatkan oleh Ibn Shāhin dalam kitab
al-Awsāṭ, seperti yang diisyaratkan al-Haythamī.
al-Targhīb, dari Anas bin Mālik. Dalam sanad-
al-Suyūṭī menambahkan bahwa Sa‘īd bin Manṣūr
nya terdapat al-‘Alā’ bin Ḥakam al-Bas>rī. Juga
juga meriwayatkannya dalam Musnad-nya dari
diriwayatkan oleh al-Daylamī dalam Musnad al-
Ḥasan al-Baṣrī secara mursal.314 Namun Penulis
Firdaws dan Ibn Bashkuwāl.312
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. 313 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 169-170; Ibn
‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 331; al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘itidāl, jil. 3, hlm. 98.
312 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 169-170. 314 al-Haythamī, Majma‘, jil. 1, hlm. 292; al-Suyūṭī,
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
94
belum dapat menemukannya dalam kitab yang sebagai tidak mu‘tabar.317 Karena itu, Hadis ini
sudah dicetak. dapat dinilai palsu.
al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 462. 317 Lihat Bab I, terkait sumber rujukan dalam
315 Ibid. tasawwuf.
316 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 34-35. 318 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 35.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
95
“Siapa memelihara shalat-shalatnya, maka rima shalat mereka. Laki-laki yang shalat sen
baginya cahaya, tanda bukti dan keselamatan dirian tanpa bacaan, laki-laki yang shalat tanpa
pada hari Kiamat. Dan siapa yang tidak memeli menunaikan zakat, laki-laki yang mengimami
haranya, maka shalat itu tidak menjadi cahaya, suatu kaum, sedang mereka tidak menyukai
tanda bukti maupun keselamatan baginya.” nya, laki-laki hamba sahaya yang melarikan diri,
laki-laki peminum khamer yang sangat gemar,
Takhrīj Hadis: wanita yang dimurkai suaminya, wanita yang
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Ibn melakukan shalat tanpa tutup kepala, pemimpin
Ḥibbān, al-Dārimī dan al-Ṭabarānī dari ‘Abdullāh yang sombong lagi zalim, laki-laki yang me
bin ‘Amru.319 makan riba, dan laki-laki yang tidak tercegah
oleh shalatnya dari melakukan perbuatan yang
Hukum Hadis: ṢaḤīḥ. jahat dan mungkar.”
Semua perawi di atas meriwayatkan Hadis
ini dengan jalur yang sama dengan Aḥmad. al- Takhrīj Hadis:
Haythamī mengatakan bahwa perawi-perawi Hadis ini disebutkan oleh Ibn Ḥajar dalam
dalam sanad Aḥmad adalah thiqāt.320 al-Isti‘dād li-yawm al-Ma‘ād tanpa menyebutkan
sanad maupun mengisyaratkan perawinya, juga
Hadis 119 tanpa menyebutkan nama sahabat perawi Hadis
ini.321
رجل صلى:عشرة نفر لايقبل اهلل صلاتهم Dalam kitab al-Maḥasin (Shī‘ah), Hadis ini
disebutkan dengan lafaz:
ورجل صلى ولا يؤدي،وحيدا بغير قرائة
العبد الأبق:ثمانية لا يقبل اهلل منهم صلاة
، ورجل يؤم قوما وهم له كارهون،زكاته
والناشز وزوجها ساخط،حتى يرجع إلى مولاه
ورجل شارب الخمر،ورجل مملوك آبق
والجارية، ومانع الزكاة وتارك الوضوء،عليها
وامرأة، وامرأة زوجها ساخط عليها،مدمنا
وإمام قوم وهم له،المدركة تصلي بغير خمار
ورجل، والإمام الجابر الجائر،صلت بغير خمار
يا رسول اهلل وما: قالوا. والزبين،كارهون
ورجل لاتنهاه صلاته عن الفحشاء،آكل الربا
الرجل يدافع الغـائط والبول:الزبين؟ قال
.والمنكر
فهؤلاء الـثمانية لا يقبل منهم.والسكران
“Ada sepuluh orang yang Allāh tidak mene
dari Ibn ‘Abbās secara marfū‘.327 Akan tetapi, bin Abī Sulaym dan YaḤyā bin Ṭalḥah. Selain al-
dalam semua riwayat, tidak disebutkan lafaz مقتا Albānī belum ada ulama yang menilai palsu,
kecuali ‘Alī bin al-Junayd.
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Layth bin Abī Sulaym adalah perawi yang
Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh beberapa ḍa‘īf. Namun ia bukan pendusta, sehingga
ulama, di antaranya: al-Zaylā‘ī, al-‘Irāqī, al- Hadis yang diriwayatkannya boleh dikategorikan
Haythamī, al-Suyūṭī dan al-Munāwī, karena sebagai Hadis palsu. Begitu juga Yaḥyā bin Ṭalḥah.
dalam sanad Hadis ini terdapat beberapa orang Layth telah di-ḍa‘īf -kan oleh Ibn Ma‘īn, Aḥmad,
perawi yang ḍa‘īf seperti Layth bin Abī Sālim, al-Nasā’ī, dan Ibn Ḥibbān. Akan tetapi, Ibn Ma‘īn
dan Yaḥyā bin Ṭalḥah.328 Di samping itu, Hadis sendiri mengatakan Hadisnya boleh ditulis.
ini terkadang diriwayatkan secara mursal seperti Aḥmad mengatakan: Hadisnya bertentangan,
riwayat Ḥasan al-Baṣrī, atau mawqūf seperti akan tetapi banyak orang meriwayatkannya. Ibn
riwayat Ibn Mas‘ūd. Ada juga riwayat marfū‘ Ḥibbān mengatakan bahwa ia pikun menjelang
seperti riwayat ‘Imrān bin Ḥusayn dan Ibn ‘Abbās. akhir hayatnya. al-Dāraquṭnī berkata: Ia seorang
al-Albānī menilai Hadis ini dengan bāṭil perawi Hadis, sedangkan yang diingkari dari
(palsu), baik sanad maupun matan-nya. beliau adalah penyatuan (periwayatan dari) ‘Aṭā’,
Dari sudut sanad, yang benar adalah Hadis Ṭāwūs dan Mujāhid saja.330
mawqūf dari perkataan Ibn Mas‘ūd, Ḥasan al- Sedangkan Yaḥyā bin Ṭalḥah, menurut al-
Baṣrī, Qatādah dan lainnya. Ia menguatkan Dhahabī, Hadisnya dapat diterima, dan telah di-
pendapatnya dengan kata-kata Ibn Kathīr bahwa thiqah-kan. al-Tirmidhī meriwayatkan darinya.
yang paling benar dari semua riwayat adalah Menurut al-Nasā‘ī, Hadisnya tidak bernilai.
yang mawqūfāt. Juga perkataan Ibn ‘Urwah Menurut ‘Alī bin al-Junayd, ia adalah pendusta.
dengan maksud yang sama. Sedangkan dari Akan tetapi, pendapat al-Junayd jarang dijadikan
sudut matan, Hadis ini bertentangan dengan akal rujukan, bahkan al-Dhahabī mengutipnya dengan
sehat dan syariat.329 kata-kata: pendapat Ibn al-Junayd adalah yang
Menurut pendapat Penulis, Hadis ini dari paling jelek.331
segi sanad seperti yang telah diungkapkan oleh Sedangkan kata-kata Ibn Kathīr bahwa
ulama-ulama terdahulu, yaitu tidak sampai ke yang lebih benar dari semua riwayat adalah
level palsu. Perawi yang dikritik di sini ialah Layth riwayat yang mawqūfāt, bukan berarti riwayat
yang marfū‘ itu mawḍū‘ (palsu). Hal ini sama
327 Sulaymān bin Aḥmad al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al- seperti yang sudah dijelaskan pada Hadis ke
Kabīr, taḥqīq Ḥamdī al-Salafī, Maṭba‘ah al-Zahrā’, Mūṣīl, 98; al-Dāraquṭnī menilai Hadis itu bahwa yang
t.th, jil. 11, hlm. 46; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 20, hlm 155; Aḥmad lebih benar adalah yang mawqūf. Lalu Ibn Ḥajar
bin Muḥammad bin Ḥanbal, al-Zuhd, Dār al-Kutub al-‘Arabī,
Bayrūt, 1988, hlm. 375; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 5,
berkata bahwa perkataan al-Dāraquṭnī ini tidak
hlm. 145; Muḥammad bin Salamah al-Quḍā’ī, Musnad al- berarti bahwa yang marfū‘ itu mawḍū‘.332
Shihāb, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1986, jil. 1, hlm. 305- Matan Hadis ini, secara tekstual memang
306, h.n. 508-509.
328 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 258;
al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 556; al-Suyūṭī, al-
Durar al-Muntathirah, hlm. 393; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, 330 Lihat biografi Layth bin Abī Sulaym dalam Ibn
jil. 6, hlm. 221; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 201. ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 6, hlm 2105-2108; al-Dhahabī, Mīzān al-
329 Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Silsilah al- I‘itidāl, jil. 3, hlm. 320-323.
Aḥādīth al-Ḍa‘īfah, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, jil. 1, 331 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘itidāl, jil. 4, hlm. 387.
hlm. 14-17; Ibn Kathīr, Tafsīr, jil. 3, hlm. 415. 332 Lihat pembahasan sebelumnya.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
98
334 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 35. 336 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 275, h.n.
335 Lihat Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, 377.
Dalā’il al-Nubuwwah wa Ma‘rifah Aḥwāl Ṣāḥib al-Sharī‘ah, 337 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 95; al-
jil. 2, hlm. 354-3405. Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm. 229.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
100
Hadis 123
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
إذا كان يوم القيامة خرج شيئ من جهنم اسمه Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab
mu‘tabar mengenai perkara-perkara akhirat dan
خريش من ولد العقرب طوله ما بين السماء
telah dikutip dari kitab yang tidak mu‘tabar. Jadi
وعرضه من المشرق والمغرب،والأرض Hadis ini dinilai palsu, karena termasuk dalam
kaedah Hadis yang tidak dikenali sumbernya.
يا خريش:فيقول جبرائيل عليه السلام
خمسة:إلى أين تذهب ولمن تطلب؟ فيقول
Bab 9
، والثاني مانع الزكاة، الأول تارك الصلاة:نفر Kelebihan Tauhid
، والرابع شارب الخمر،والثالث عاق الوالدين Hadis dari no 124 sampai no 134
صلى عليك عشر مرات أنا آخذ بيدي وأمره Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
أنا أسقيه من: وقال ميكائيل،على الصراط Hadis ini dinilai palsu karena beberapa
sebab. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan dalam
أنا أسجد هلل ما: وقال إسرافيل،حوضك kitab-kitab rujukan yang mu‘tabar, termasuk
dalam beberapa kitab khas mengenai kelebihan
: وقال عزرائيل،أرفع رأسي حتى يغفر اهلل له bershalawat pada Nabi Saw. Kedua, kandungan
maknanya salah, yaitu mengenai arwahnya
akan dicabut sebagaimana dicabutnya arwah
Qur’ān, Taḥqīq ‘Adil AḤmad, ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ, para nabi. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh
Dr. Aḥmad Muḥammad Mīrah, Dr. Aḥmad ‘Abd al-Ghanī dan al-Bukhārī, ‘Ā’ishah menjelaskan sakit yang
Dr. ‘Abd al-Raḥmān, Uways, Maktabah Dār al-Bāz, Makkah,
dirasakan Nabi Saw. ketika ruhnya dicabut jauh
1994, jil. 1, hlm. 421; Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 5, hlm. 1693-
1694; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 7, hlm. 193; al-Qurṭubī, lebih dahsyat dibanding arwah manusia biasa.343
Tafsīr, jil. 4, hlm. 42; Abū ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin Jadi, bagaimana mungkin pahala itu berupa
Aḥmad al-Qurṭubī, al-Tidhkār fī Afḍal al-Adhkār, Taḥqīq balasan yang lebih sukar dan lebih buruk. Karena
Fawwāz Aḥmad Zumarlī, Dār al-Kitāb al-‘Arabī, Bayrūt, 1988,
hlm. 235; Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, jil. 2, hlm. 19;
itu, Hadis ini dapat dinilai palsu.
al-Baghawī, Tafsīr, jil. 1, hlm. 330.
340 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 5, hlm. 1693; al-Dhahabī,
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 223, 330 dan 331; al-Ḥalabī,
Hadis 126
Kashf al-Ḥathīth, hlm. 199.
341 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 6, hlm. 326;
‘Abd al-Ra’ūf bin Tāj al-‘Ārifīn al-Munāwī, al-Fatḥ al-Samāwī
Bitakhrīj Aḥādīth al-Bayḍāwī, Taḥqīq Aḥmad Mujtabā al- 342 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 37.
Salafī, Dār al-‘Iṣmah, al- Riyāḍ, 1988, jil. 1, hlm. 347, h.n. 343 Lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maghāzī, Bāb
237; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 330-331. Maraḍ al-Nabī Saw. wa Wafātih, h.n.4175.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
102
لما ادعت اليهود أنه:قال أبو سليمان الدمشقي اهلل أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولو العلم قائما
وادعت النصارى،لا دين أفضل من اليهوديـة وفي رواية.بالقسط لاإله إلا هو العزيز الحكيم
أنه لا دين] إن الدين عند اهلل الإسلام[ أفضل وأنا أشهد أنك لا إله إلا أنت العزيز:الطبراني
345
نزلت هذه الآية،من النصرانية .الحكيم
menurunkan kami kepada suatu kaum yang meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari Ḥumayd dan
melakukan kemaksiatan-kemaksiatan terhadap- Ja‘far al-Ṣādiq. Alasan kedua adalah seperti yang
Mu? Maka Allāh menjawab: “Demi keperkasaan- disampaikan oleh Ibn Ḥajar mengapa Ibn al-Jawzī
Ku dan keagungan-Ku, tidak seorang hamba pun menilai palsu, karena adanya pahala yang terlalu
yang membaca tiap-tiap sehabis shalat fardu, besar yang dijanjikan dalam Hadis ini. Ibn al-
kecuali Aku ampuni ia, dan Aku tempatkan ia ke Jawzī berkata bahwa Hadis ini telah diketahuinya
dalam surga Firdaus, dan Aku memandangnya sejak kecil dan hatinya tertarik dengan Hadis ini.
setiap hari tujuh puluh kali, dan Aku tunaikan Tetapi, setelah ia mengetahui bahwa Hadis ini
tujuh puluh hajatnya. Yang paling ringan di palsu, ia langsung meninggalkannya.
antaranya adalah ampunan.” Dan Nabi pun Pendapat tersebut ditolak oleh al-‘Irāqī,
membaca ayat ini: Shahidallāhu annahū lā ilāha kemudian diikuti oleh Ibn Ḥajar dan al-Suyūṭī.
illa huwa wal malā’ikatu wa ‘ulul ‘ilmi qā’iman Alasan mereka, al-Ḥārith di atas adalah thiqah.
bil qisṭi lā ilāha illā huwal ‘azizul ḥakīm. Lalu Ia di-thiqah-kan oleh Ḥammad bin Zayd, Abū
beliau bersabda: “Dan aku tergolong orang yang Zur‘ah, Abū Ḥatim, Ibn Ma‘īn dan al-Nasā’ī,
menyaksikan hal itu.” Sedang menurut lafaz al- dan al-Bukhārī meriwayatkan Hadisnya sebagai
Ṭabrānī: “Dan aku bersaksi bahwa Engkau, tiada shāhid. Namun untuk menilainya sebagai Hadis
Tuhan melainkan Engkau, Yang Maha Perkasa ṣaḥīḥ juga bermasalah. Menurut Ibn Ḥajar,
Lagi Maha Bijaksana.” dalam sanad ini ada yang terputus namun tidak
nampak, yaitu ḍamīr ( )ـهpada bapak dan kakek
Takhrīj Hadis: Abū Ja‘far di atas boleh ditafsirkan al-Bākir dari
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī dalam al-Ḥusayn atau Zayn al ‘Ābidīn dari ‘Alī. Akan
‘Amal al-Yawm dan Ibn Ḥibbān dalam al-Majrūḥīn tetapi, pendengaran ( )سماعal-Bākir dari al-
keduanya melalui al-Ḥārith bin ‘Umayr dari Ḥusayn atau Zayn al ‘Ābidīn dari ‘Alī bermasalah.
Abū Ja‘far bin MuḤammad dari bapaknya dari Sebagian ulama berpendapat bahwa keduanya
kakeknya dari ‘Ali bin Abū Ṭālib. al-Suyūṭī meng tidak mendengar dari bapaknya.
isyaratkan bahwa al-Daylamī meriwayatkannya al-Suyūṭī, selain mengutip pendapat al-‘Irāqī
pula dari Abū Ayyūb dengan sedikit perbedaan dan Ibn Ḥajar di atas, juga menguatkan Hadis
lafaz.350 ini dengan riwayat al-Daylamī dari Abū Ayyūb
dengan sanad sebagai berikut:
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Ada kontroversi ulama dalam menilai Hadis حدثنا، أنبأنا طالب،أنبأنا أبو منصور العجلي
ini. Ibn Ḥibbān dan Ibn al-Jawzī menilainya palsu
أبو القاسم علي بن محمد بن عيسى بن موسى بن
dengan alasan bahwa dalam sanad Hadis ter
dapat al-Ḥārith bin ‘Umayr. Menurut Ibn Ḥibbān, ،الحسين البزارحدثنا محمد بن علي المصري
ia meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari perawi-
perawi thiqah. Menurut al-Ḥākim, al-Ḥarith ،أنبأنا محمد بن عبد الرحمن بن بحير بن ريسان
حدثنا يحي بن،حدثنا عمرو بن الربيع بن طارق
350 Aḥmad bin Muḥammad bin Isḥāq al-Daynūrī Abū حدثنا إسحاق بن أسـيد عن يعقوب بن،أيوب
Bakar bin Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, Dār al-Ṭibā‘ah
al-Muḥammadiyyah, al-Qāhirah, 1969, hlm. 56; Ibn Ḥibbān, إبـراهيم عن محمد بن ثابت شرحبيل عن عبد
al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 223; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm.
228-230.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
104
351
اهلل بن يزيد الخطمي عن أبي أيوب مرفوعا له جناحان أبيضان مكللان بالدر والياقوت
Namun, shāhid yang dikemukakan al-Suyūṭī أحدهما بالمشرق والآخر بالمغرب إذا
ini dalam sanad-nya terdapat Muḥammad bin
‘Abd Raḥmān, ia dituduh oleh Ibn ‘Adiy dan نشرهما تجاوز المشرق والمغرب فيرتفع إلى
al-Khaṭīb sebagai pendusta, maka riwayat ini
وله دوي كدود،السماء حتى ينهي إلى العرش
sama sekali tidak dapat menguatkan Hadis asal.
Karena itu, Hadis ini tetap ḍa‘īf, karena sanad اسكن بعزة: فيقول له حملة العرش،النحل
Hadis yang asal ḍa‘īf disebabkan adanya sanad
yang terputus. al-Qurṭubī menyebutkan Hadis ini لا أسكن حتى يغفر: فيقول.اهلل وعظمته
dalam al-Tidhkār tanpa memberikan komentar.352
فيعطيه اهلل سبعين ألف لسان،اهلل لقائله
Hadis 128 .فيستغفرون لصاحبه إلى يوم القيامة
من شهد أن لا إله إلا اهلل وأن محمدا رسول “Apabila seorang hamba yang mukmin
mengatakan, “lā ilāha illa Allāh, Muḥammad
.اهلل حرم اهلل النار عليه Rasūlullāh,” maka keluarlah malaikat dari mulut
nya, seperti seekor burung hijau yang memiliki
“Siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
sepasang sayap putih bertatahkan mutiara dan
Allāh, dan bahwa Muḥammad itu utusan Allāh,
permata. Salah satu di antaranya berada di
maka Allāh mengharamkan neraka atas dirinya.”
timur. Sedang yang lain di barat. Apabila kedua
sayap itu ia tebarkan, maka keduanya melampaui
Takhrīj Hadis:
timur dan barat. Lalu terbanglah malaikat itu ke
Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhārī, dan
langit, hingga sampailah ia ke ‘Arash. “Diamlah
Muslim dari ‘Ubbādah bin al-Ṣāmit.353
kamu, demi keperkasaan dan keagungan Allāh!”
Jawab malaikat itu: “Aku takkan diam, sehingga
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Allāh mengampuni orang yang mengucapkan
kata-kata tadi.” Maka Allāhpun memberi
Hadis 129 nya tujuh puluh ribu lidah yang memohonkan
ampunan bagi pembaca kata-kata tadi sampai
إذا قال العبد المؤمن لا إله إلا اهلل محمد
Hari Kiamat.”
رسول اهلل خرج من فمه ملك مثل طير أخضر
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz ini belum dapat di
351 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 223; Ibn
al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 244-245; al-Suyūṭī, al- temukan perawinya. Hadis ini disebutkan al-
La’ālī, jil. 1, hlm. 228-230; Lihat biografi al-Ḥārith dalam al- Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn tanpa
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 440. menyebutkan sanad. Hadis semisal ini sering
352 al-Qurṭubī, al-Tidhkār, hlm. 235-236; Lihat
disebut dalam kitab-kitab Hadis palsu, sebagai
biografi Muḥammad bin ‘Abd Raḥmān dalam al-Dhahabī,
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 621. contoh Hadis palsu yang dibuat tukang cerita.354
353 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Man Khaṣṣa
bi al-‘Ilm, h.n. 128,129; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb
al-Dalīl ‘alā man Māta ‘alā al-Tawhīd Dakhala al-Jannah, 354 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 417, h.n.
h.n. 29. 369; lihat Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 46; Ibn al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
105
360 al-Qur’ān, ‘Alī ‘Imrān 3: 18. 362 Ibn al-Jawzī, Zād al-Masīr, jil. 1, hlm. 362; lihat
361 ‘Alī bin Aḥmad al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, biografi al-Kalbī dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3,
Dār al-Kitāb al-Jadīd, al-Qāhirah, 1969, hlm. 86. hlm. 557-559.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
108
engkau baik-baik saja.” Lalu datang sedekah Hadis ini dengan ḥasan.365
seraya berkata: “Ya Tuhanku, akulah sedekah.”
Maka Allāh berfirman: “Sesungguhnya engkau
pun baik-baik saja.” Lalu datanglah puasa seraya Bab 10
berkata: “Ya Tuhanku, akulah puasa.” Maka
Allāh berfirman: “Kalian datang baik-baik saja.”
Keutamaan Bertaubat
Selanjutnya datanglah Islam, lalu berkatalah Hadis dari no 135 sampai no 151
Islam itu: “Dan Engkau Yang Maha Sejahtera.”
Maka Allāh pun berfirman: “Engkau datang Hadis 135
dalam keadaan baik-baik. Denganmu Aku meng
ambil dan denganmu Aku memberi.” ما أصر من استغفر وإن عاد في اليوم سبعين
Takhrīj Hadis:
.مرة
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad dan “Tidaklah meneruskan dosa orang yang me
Abū Ya‘lā dari Abū Hurayrah melalui ‘Ubbād mohon ampun, sekalipun ia mengulangi dosanya
bin Rāshid. al-Haythamī mengisyaratkan bahwa tujuh puluh kali dalam sehari.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Awsaṭ.363 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud
Hukum Hadis: Ḥasan. dan al-Tirmidhī, Ibn Sinnī dan al-Bayhaqī dalam
al-Haythamī mengatakan bahwa pada sanad Shu‘abal-iman. Semuanya melalui ‘Uthmān bin
Aḥmad terdapat ‘Ubbād bin Rāshid, yang dinilai Wāqid dari Abū Nusayrah dari pembantu ()موىل
thiqah oleh Abū Ḥatim. Akan tetapi beberapa Abū Bakar dari Abū Bakar. Lafaz al-Bayhaqī: لم
ulama lainnya menilai ḍa‘īf. Selain ‘Ubbād, يرصsebagai ganti dari ما أرص. 366
perawi dalam sanad Aḥmad adalah perawi-
perawi ṣaḥīḥ.364 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Setelah melihat biografi ‘Ubbād, ternyata al-Tirmidhī mengatakan bahwa isnād-nya
beliau termasuk perawi yang Hadisnya diriwa tidak kuat ()ليس إسناده بالقوي. al-‘Irāqī, al-Suyūṭī
yatkan oleh al-Bukhārī, dengan digabungkan dan al-Munāwī juga menilainya ḍa‘īf.367 Sebabnya
bersama perawi lain. Selain itu, diriwayatkan pada sanad ini terdapat seorang perawi yang tidak
juga oleh Abū Dāwud, al-Nasā’ī dan Ibn Mājah, dikenali, yaitu pembantu Abū Bakar. al-Munāwī
meskipun al-Bukhārī sendiri memasukkan nama
‘Ubbād dalam kitab al-Ḍu‘afā’. Aḥmad menyata
365 MuḤammad bin IsmĀ‘īl al-Bukhārī, al-Ḍu‘afā’,
kan bahwa ia thiqah dan ṣāliḥ. al-Dhahabī ber Dār ‘Ālam al-Kutub, Bayrūt, 1984, hlm. 152; Ibn Ḥajar, Taqrīb
pendapat ia ṣadūq. Sedangkan Ibn Ḥajar berkata al-Tahdhīb, hlm. 290; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm.
bahwa ia ṣadūq, akan tetapi mempunyai bebe 365.
366 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb fī al-
rapa kesalahan. Karena itulah, Penulis menilai
Istighfār, h.n. 1514; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt,
Bāb (tanpa judul, no. 107), h.n. 3559; Ibn Sinnī, ‘Amal al-
Yawm wa al-Laylah, hlm. 141; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān,
363 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 362; Abū Ya‘lā, jil. 5, hlm. 409, h.n. 7099.
Musnad, jil. 11, hlm. 104-105, h.n. 6231; al-Haythamī, 367 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm 406; al-Suyūṭī, al-
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 345. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 417; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil.
364 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 345. 5, hlm. 422-423.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
109
...اهلل صلى اهلل عليه وسلم موته بسنة أو شهر أو يوم أو ساعة حتى بلغ
الروح الحلقوم ولم يمكن له النطق والإعتذار
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Dalam sanad tersebut di atas terdapat .بلسانه وندم بقلبه قد غفرت له
seorang perawi yang dituduh pendusta, yaitu
“Jibrīl berkata: “Ya Muḥammad, sesungguh
Ismā‘īl bin Yaḥyā. Ia dituduh pendusta oleh al-
nya Allāh menyampaikan salam kepadamu, dan
Azdī, Abū ‘Alī al-Nīsābūrī, al-Dāraquṭnī, dan al-
berfirman: “Siapa yang bertaubat dari umatmu
Ḥakim.379 Jadi sanad ini mawḍū‘. Hadis ini dinilai
satu tahun sebelum kematiannya, maka diterima
palsu.
taubatnya.” Nabi bersabda: “Ya Jibrīl, satu tahun
bagi umatku terlalu banyak, dikarenakan sering
Hadis 140 nya lalai dan berangan-angan panjang.” Maka
pergilah Jibrīl, kemudian kembali lagi dan ber
يا محمد إن اهلل يقرئك السلام:قال جبرائيل kata: “Ya Muḥammad, sesungguhnya Tuhanmu
. من تاب من أمتك قبل موته بسنة قبلته:ويقول berfirman: “Siapa bertaubat satu bulan sebelum
kematiannya, maka taubatnya diterima.” Nabi
ياجبرائيل:فقال النبي صلى اهلل عليه وسلم bersabda: “Ya Jibrīl, satu bulan bagi umatku
terlalu banyak.” Maka pergilah Jibrīl, lalu kembali
السنة لأمتي كثيرة لغلبت الغفلة وطول lagi dan berkata: “Ya Muḥammad, sesungguh
nya Tuhanmu berfirman: “Siapa bertaubat satu
يا محمد: فذهب جبرائيل ثم رجع فقال.الأمل
hari sebelum kematiannya, maka diterimalah
من تاب قبل موته بشهر قبلت:إن ربك يقول taubatnya.” Nabi bersabda: “Ya Jibrīl, satu hari
bagi umatku terlalu banyak.” Maka Jibrīl pun
، يا جبرائيل: فقال صلى اهلل عليه وسلم.توبته pergi lagi, kemudian kembali lalu berkata: “Ya
Muḥammad, sesungguhnya Allāh berfirman:
فذهب جبرائيل ثم رجع.الشهر لأمتى كثير
“Siapa bertaubat satu jam sebelum kematiannya,
من تاب قبل: يا محمد إن ربك يقول:فقال maka taubatnya akan diterima.” Nabi bersabda:
“Ya Jibrīl, satu jam bagi umatku terlalu banyak.”
فقال صلى اهلل عليه.موته بيوم قبلت توبته Jibrīl pun pergi lagi, kemudian kembali lalu ber
kata: “Ya Muḥammad, sesungguhnya Allāh me
فذهب. يا جبرائيل اليوم لأمتي كثير:وسلم
nyampaikan salam kepadamu dan berfirman:
يا محمد إن ربك يقول:جبرائيل ثم رجع فقال “Siapa menghabiskan seluruh umurnya dalam
kemaksiatan-kemaksiatan, dan tidak kembali
: فقال.من تاب قبل موته بساعة قبلت توبته juga kepada-Ku satu tahun, atau satu bulan, atau
satu hari atau satu jam sebelum kematiannya,
يا: فذهب ثم رجع فقال.الساعة لأمتي كثيرة
sehingga ruhnya mencapai kerongkongan,
من مضى:محمد إن اهلل يقرأك السلام ويقول sedang ia tidak dapat berbicara dan memohon
maaf lagi dengan lidahnya, namun bisa
جميع عمره في المعاصي ولم يرجع إلي قبل menyesal dengan hatinya, sesungguhnya Aku
mengampuninya.”
Takhrīj Hadis:
فلم، تب إلى اهلل:النبي صلى اهلل عليه وسلم
Hadis dengan lafaz seperti ini, yaitu adanya
dialog antara Jibrīl dengan Rasūlullāh Saw. belum فتبسم،يعمل بلسانه وأحال عينيه نحو السماء
dapat ditemukan. Namun dengan makna yang
sama tanpa potongan terakhir, yaitu bermula : فقلت، رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
dari lafaz: ولم يكن له النطق واإلعتذار بلسانه وندم بقلبه
هذا: فقال،يارسول اهلل ماحملك على التبسم
فد غفرت له, diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Ḥākim,
al-Ṭabarī dan lain-lain dari ‘Abd Allāh bin ‘Amru المريض لم يعمل بلسانه التوبة وأومأ ببصره إلى
dengan lafaz: ومن تاب،من تاب قبل موته عاما تيب عليه
، ساعة:ح� قال ت، يوما:ح� قالقبل موته بشهر تيب عليه ت ياملائكتي: فقال اهلل تعالى،السماء وندم بقلبه
ت. .380
فواقا:ح� قال
al-Ḥākim juga meriwayatkan dari ‘Abd
إن عبدي عجز عن التوبة بلسانه وندم بقلبه
al-Raḥmān al-Baylamānī dari bapaknya dari اشهدوا أني قد غفزت،فلا أضيع توبته بقلبه
beberapa orang sahabat dengan lafaz: :قال أحدهم
من تاب قبل موته قبل سنة تاب هللا:سمعت رسول هللا يقول .له
وأنا: قال. نعم: سمعته من رسول هللا؟ قال: فقال اآلخر.عليه
“Pernah saya bersama Nabi menemui se
إلخ.. : قال آخر. قد سمعته.381
orang lelaki Anṣār di kala ia sedang sakaratul
maut. Maka bersabdalah Nabi: “Bertaubatlah
Hukum Hadis: Ḍa‘īf, munkar dengan lafaz ini.
kepada Allāh!” Orang itu tidak dapat melaku
Hadis ‘Abd Allāh bin ‘Amru ini ḍa‘īf, sebab
kan dengan lidahnya, namun ia putar-putar
pada sanad-nya terdapat perawi yang tidak
kan kedua matanya ke arah langit. Maka ter
disebutkan namanya (mubham). Hadis yang
senyumlah Nabi, sehingga saya bertanya: “Ya
kedua, al-Ḥākim tidak menilainya. Beliau hanya
Rasūlallāh, kenapakah Anda tersenyum?” Jawab
mengisyaratkan bahwa riwayat yang lebih benar
Nabi: “Sesungguhnya orang sakit ini tidak dapat
adalah riwayat Ibn Baylamānī dari beberapa
melakukan taubat dengan lidahnya, lalu ber
orang sahabat. al-Dhahabī tidak memberikan
isyarat dengan matanya ke langit dan menyesal
komentarnya.382 Sedangkan riwayat yang
dengan hatinya. Maka Allāh berfirman: “Wahai
disebutkan oleh al-Khūbawī adalah munkar.
malaikat-malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-
Ku ini tidak mampu bertaubat dengan lidahnya,
Hadis 141 namun menyesal dengan hatinya. Maka, Aku
takkan menyia-nyiakan taubat dan penyesalan
دخلت مع النبي صلى اهلل عليه وسلم على
dengan hatinya. Saksikanlah bahwa Aku benar-
فقال،رجل من الأنصار وهو في حالة النزع benar telah mengampuninya.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
380 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 206; al-Ḥākim, al- al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Durrah al-
Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb Man Tāba ilā Allāh Qabl
Majālis.383
al-Ghargharah Tāba Allāh ‘Alayh, jil. 4, hlm. 258.
381 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb
Man Tāba ilā Allāh Qabl al-Ghargharah Tāba Allāh ‘Alayh,
jil. 4, hlm. 258-259.
382 Ibid; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 258. 383 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 42.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
113
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Dalam sanad Ibn Abī al-Dunyā dan al-Baihāqī
Hadis ini dinilai palsu, karena belum dapat yang marfū‘, terdapat Aḥmad bin Budayl al-Kūfī,
ditemukan dalam kitab-kitab yang mu‘tabar, ter yang dinilai ḍa‘īf oleh al-Dāraquṭnī dan Ibn ‘Adiy.
masuk dalam beberapa kitab khusus mengenai Juga terdapat Salam bin Sālim, yang dinilai ḍa‘īf
taubat, seperti karangan Ibn Abī al-Dunyā, Ibn al- oleh Ibn Ma‘īn, Aḥmad, al-Nasā’ī, Abū Ḥātim dan
Qayyim dan Ibn Qudāmah. Karena itu, Hadis ini lain-lain.386
dapat dikategorikan tidak mempunya asal.
Hadis 143
Hadis 142
عليكم بلا إله إلا اهلل والاستغفار فأكثروا
الذنب على المصر باللسان المستغفر
أهلكت:منهما فإن إبليس عليه اللعنة قال
.كالمستهزئ بربه
الناس بالذنوب والمعاصي وأهلكوني بلا إله
“Orang yang memohon ampunan dengan
lidah, tapi terus-menerus melakukan dosa, itu فلما رأيت ذلك أهلكتهم،إلا اهلل والاستغفار
seperti orang yang memperolok Tuhannya.”
.بالهوى وهم يحسبون أنهم مهتدون
Takhrīj Hadis: “Senantiasalah kamu membaca Lā ilāha illa
Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh Allāh dan istighfār. Perbanyaklah kamu mem
Ibn Abī al-Dunyā dalam kitab al-Tawbah dan al- baca keduanya. Karena sesungguhnya Iblīs ber
Baihāqī meriwayatkannya dalam Shu‘ab al-Īmān kata: “Aku telah membinasakan manusia de
dari Ibn ‘Abbās dengan lafaz: المستغفر من الذنب ngan dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan,
وهو مقيم عليه كالمستهزئ بربه. Juga diriwayatkan namun mereka membinasakanku dengan lā
secara mawqūf sebagai perkataan Ibn ‘Abbās ilāha illa Allāh dan istigfār. Tatkala aku melihat
oleh al-Baihāqī, juga oleh Ibn ‘Asākir seperti yang hal itu, maka aku binasakan mereka dengan
diisyaratkan oleh al-Zabīdī.384 hawa nafsu, sedang mereka menyangka bahwa
mereka mendapat petunjuk.”
Hukum Hadis: Mawqūf, ḍa‘īf.
al-‘Irāqī berkata bahwa sanad Hadis yang Takhrīj Hadis:
marfū‘ adalah ḍa‘īf. al-Zabīdī menambahkan bah Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Abī ‘Āṣim
wa dalam sanad Ibn Abī al-Dunyā ada yang tidak dalam al-Sunnah, Abū Ya‘lā dan al-Ṭabarānī
dikenali. al-Mundhirī berkata bahwa riwayat yang dalam al-Du‘ā’ secara ringkas. Semuanya melalui
mawqūf lebih mendekati kebenaran, bahkan al- ‘Uthmān bin Maṭar dari ‘Abd al-Ghafūr dari Abū
Zabīdī mengatakan bahwa yang mawqūf itulah Nusayrah dari Abū Rajā’ al-Atāridī dari Abū Bakar
yang lebih benar.385 al-Ṣiddīq.387
384 ‘Abd Allāh bin MuḤammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī Targhīb, jil. 4, hlm. 97.
al-Dunyā, al-Tawbah, Maktabah al-Qur’ān, al-Qāhirah, t.th, 386 Lihat biografi Aḥmad bin Budayl dalam Ibn ‘Adiy,
hlm. 86, h.n. 85; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 436, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 359; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
h.n. 7178; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. hlm. 143-144; dan biografi Salam bin Sālim dalam Ibn ‘Adiy,
604. al-Kāmil, jil. 3, hlm. 326; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
385 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 406; al-Zabīdī, hlm. 185.
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. 604; al-Mundhirī, al- 387 Ibn Abī ‘Āṣim, al-Sunnah, jil. 1, hlm. 9; Abū Ya‘lā,
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
114
Hadis 144
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf
Hadis ini dinilai ḍa‘īf oleh al-Haythamī, al- يارب وعزتك لا أزال أغوي بني:قال إبليس
Suyūṭī, al-Munāwī dan al-Būṣīrī seperti yang
فقال اهلل.آدم مادامت أرواحهم في أجسادهم
dikutip al-A‘ẓamī dan Ḥusayn S<alim Asad.
Sebabnya adalah salah seorang perawinya وعزتي وجلالي يا ملعون لا أزال أغفر:تعالى
yang bernama ‘Uthmān bin Maṭar al-Shaybanī
dinilai ḍa‘īf. al-Albānī menilai Hadis ini dengan .لهم ماستغفروا
mengatakan bahwa isnād-nya mawḍū‘ (palsu).
“Ya Tuhanku, demi keperkasaan-Mu, aku
Menurut al-Albānī, selain ‘Uthmān, gurunya yang
akan tetap menyesatkan anak cucu Adam selagi
bernama ‘Abd al-Ghafūr juga dinilai ḍa‘īf, bahkan
ruh mereka masih berada dalam tubuhnya.”
Ibn Ḥibbān mengatakan bahwa ia termasuk
Maka Allāh berfirman: “Demi keperkasaan-
orang yang memalsukan Hadis.388
Ku dan keagungan-Ku, wahai terkutuk, Aku
Dalam biografi ‘Abd al-Ghafūr ditemukan
akan tetap mengampuni mereka selagi mereka
pendapat al-Bukhārī bahwa para ulama me
memohon ampunan.”
ninggalkan Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abd
al-Ghafūr. Ibn Ma‘īn berpendapat bahwa Hadis
Takhrīj Hadis:
riwayat ‘Abd al-Ghafūr tidak bernilai sama sekali.
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Abū
Ibn ‘Adiy berkata: Ia adalah lemah atau munkar
Ya‘lā, al-Ṭabarānī dalam al-Du‘ā’ dan Abu Nu‘aym
al-ḥadīth.389
dari Abū Sa‘īd al-Khudrī melalui Layth dari Yazīd
Melihat kredibilitas ‘Abd al-Ghafūr, penilaian
bin ‘Abd al-Hād dari ‘Amru bin Abī ‘Amru dari Abū
Hadis ini sebagai Hadis yang sangat lemah lebih
Sa‘īd dengan lafaz:
tepat dari pada penilaian palsu. Sebab, ulama
yang mengatakan bahwa ‘Abd al-Ghafūr di atas - لا أبرح أغوي ابن آدم:إن إبليس قال لربه
sebagai pemalsu Hadis adalah Ibn Ḥibbān saja.
Pernyataan al-Bukhārī, Ibn Ma‘īn, dan Ibn ‘Adiy مادامت الأرواح- في لفظ الطبراني بني آدم
menilainya sebagai perawi yang sangat lemah,
فبعزتي وجلالي لا أبرح أغفر: قال له ربه.فيهم
tetapi tidak sampai ke tahap pendusta. Mungkin
karena itu al-Haythamī dan al-Būṣīrī hanya 390
.لهم ما استغفروني
mengatakan isnād-nya ḍa‘īf.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Aḥmad dan
Abū Ya‘lā dari Abū Sa‘id al-Khudrī melalui Ibn
Lahī‘ah. Lafaz awal riwayat Abū Ya‘lā dan salah
Musnad, jil. 1, hlm. 42, h.n. 136; Sulaymān bin Aḥmad al- satu riwayat Aḥmad: وعزتك يا رب: إن الشيطان قال... .391
Ṭabarānī, Kitāb al-Du‘ā’, Dār al-Bashā’ir, Bayrūt, 1987, jil. 3,
hlm. 1601, h.n. 1780.
388 al-Haythamī, Majmā‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 207; Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 139; al-Munāwī, Fayḍ
al-Qadīr, jil. 4, hlm. 354-355; al-A‘ẓamī, Taḥqīq al-Maṭālib
al-‘Āliyah, jil. 3, hlm. 96; Ḥusayn Sālim Asad dalam Taḥqīq 390 Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 29 dan 41; Abū Ya‘lā,
Musnad Abī Ya‘lā, jil. 1, hlm. 43; Muḥammad Nāṣir al-Dīn Musnad, jil. 2, hlm. 458, h.n. 1273; al-Ṭabarānī, al-Du‘ā’, jil.
al-Albānī dalam Taḥqīq al-Sunnah, jil. 1, hlm. 43. 2, hlm. 1600, h.n. 1779; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil.
389 Lihat biografi ‘Abd Ghafūr dalam Ibn Ḥibbān, al- 8, hlm. 332.
Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 148; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, 391 AḤmad, Musnad, jil. 3, hlm. 29 dan 76; Abū Ya‘lā,
hlm. 641. Musnad, jil. 2, hlm. 530, h.n. 1399.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
115
Takhrīj Hadis: hlm. 791, h.n. 13; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 12,
hlm. 12, h.n. 12346; Sulaymān bin AḤmad bin Ayyūb al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, Taḥqīq Kamāl Yūsuf al-Ḥūt,
Anas, al-Dārimī dan al-Ṭabarānī dalam al-Du‘ā’ Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1986, hlm.
dari Abū Dharr, al-Ṭabarānī dalam al-Ṣaghīr dan 302, h.n. 20; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm.
216.
al-Kabīr dari Ibn ‘Abbās, juga dalam al-Awsaṭ
393 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 205; al-
seperti yang diisyaratkan oleh al-Haythamī.392 Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 496.
394 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 283-285;
Ibn Ḥibbān, al-Majrūhīn, jil. 1, hlm. 361; ‘Abd al-Raḥmān bin
392 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Faḍl ‘Alī bin al-Jawzī, al-Ḍu‘afā’ wa al-Matrūkīn, Dār al-Kutub al-
al-Tawbah, h.n. 3540; al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Riqāq, Bāb ‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1986, jil. 2, hlm. 43; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-
Idhā Taqarrab al-‘Abd ilā Allāh; al-Ṭabarānī, al-Du‘ā’, jil. 2, Tahdhīb, hlm. 269.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
116
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, Ibn
Hadis 147
Mājah, al-Nasā’ī dalam A‘māl al-Yawm, al-Ḥākim, واهلل لأستغفر اهلل وأتوب إليه في اليوم أكثر
Abū Nu‘aym, al-Bayhāqī, al-Ṭabarānī dalam al-
Kabīr dan al-Du‘ā’, Ibn Sinnī dalam ‘Amāl al-Yawm, .من سبعين مرة
Ibn Abī al-Dunyā dalam al-Faraj ba‘d al-Shiddah
“Demi Allāh, sesungguhnya aku benar-benar
dan lain-lain semuanya melalui al-Ḥakam bin
memohon ampun kepada Allāh dan bertaubat
Mus‘ab dari Muḥammad bin ‘Ali bin ‘Abd Allāh
kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari.”
bin ‘Abbās dari bapaknya dari kakeknya.395
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī, dari
Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ al-isnād oleh al-
Abū Hurayrah.399
Ḥākim. Akan tetapi al-Dhahabī menolaknya,
karena pada sanad-nya terdapat al-Ḥakam, yaitu
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
perawi yang tidak dikenali. al-Suyūṭī juga telah
menilainya ṣaḥīḥ, tetapi ditolak oleh al-Munāwī
dengan alasan sama seperti yang disebutkan Hadis 148
al-Dhahabī. Abū Nu‘aym mengatakan Hadis
يا أيها الناس توبوا إلى اهلل فإني أتوب إليه في
ini gharīb, sebab ia telah diriwayatkan oleh al-
Ḥakam dari MuḤammad bin ‘Alī, dan al-Ḥakam .اليوم مائة مرة
“Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu dipertimbangkan terlebih dahulu. Ibn ‘Adiy
kepada Allāh, karena sesungguhnya aku pun menyatakan bahwa Hadis-hadisnya tidak terjaga
bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (غ� محفوظة )أحاديثه ي. al-Nasā’ī mensifatinya tidak
kuat ()ليس بالقوي. Jadi ia ḍa‘īf. Hadis ini telah
Takhrīj Hadis: dinilai ḍa‘īf oleh al-Tirmidhī, al-Dhahabī, al-‘Irāqī,
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari al- al-Munāwī dan lain-lain.402
Aghar bin Yasār.400
Hadis 150
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
.هلك المسوفون
Hadis 149 “Binasalah orang yang suka menunda-
nunda.”
.كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون
“Seluruh anak cucu Adam gemar berbuat Takhrīj Hadis:
salah dan sebaik-baiknya orang yang gemar Hadis dengan lafaz ini disebutkan al-
berbuat salah adalah mereka yang banyak Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn. al-
bertaubat.” Aṣbahānī dalam al-Targhīb meriwayatkannya
dari Ibn ‘Abbās melalui Thābit bin Muḥammad
Takhrīj Hadis: al-Kūfī al-‘Ābid dengan lafaz: النادم ينتظر من هللا
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, الرحمةdi dalamnya terdapat: احذروا التسويف فإن
Ibn Mājah, Aḥmad, al-Dārimī, al-Ḥākim dan al- يأ� بغتة
الموت ت ي.
403
Hadis 153 من أحيا أول ليلة من رجب لم يمت قلبه إذا
التكبيرة الأولى يدركه المؤمن مع الإمام خير وصب اهلل الخير من فوق رأسه،ماتت القلوب
وله من الأجر كمن،له من ألف حجة وعمرة ويشفع، وخرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه،صبا
،تصدق بوزن جبل أحد ذهبا على المسكين لسبعين ألفا من أهل الخطايا قد استوجبوا
، حديث صحيح يصلح للحجة،مخصوصة فيه من صلى بعد المغرب في ليلة من رجب
وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل عشرين ركعة يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب
ثم قال « وأما الأحاديث.« الهروي الحافظ والإخلاص وسلم عشر تسليمات حفظه اهلل
الواردة في فضل رجب أو فضل صيامه أو تعالى وأهل بيته وعياله في بلاء الدنيا وعذاب
410
:صيام شيئ منه صريحة فهي على قسـمين .الآخرة
.“ ضعيفة وموضوعة “Siapa shalat sesudah Maghrib pada malam
dari bulan Rajab sebanyak dua puluh rakaat
“Tidak ada Hadis ṣaḥīḥ yang dapat dijadikan yang pada setiap rakaatnya membaca al-Fātiḥah
ḥujjah mengenai keutamaan bulan Rajab, dan al-Ikhlāṣ, dan salam sebanyak sepuluh kali,
berpuasa di dalamnya, berpuasa pada hari-hari maka Allāh memeliharanya berserta keluarga
tertentu di dalamnya, dan beribadah di malam- dan orang-orang tanggungannya dari bencana
malam hari tertentu pada bulan itu. al-Imām dunia dan azab akhirat.”
al-Ḥāfiẓ Abū Ismā‘īl al-Ḥarawī telah mendahului
saya memastikan hal ini. Kemudian ia berkata: Takhrīj Hadis:
Mengenai Hadis-hadis tentang keutamaan Rajab, Ibn al-Jawzī menyebutkan Hadis seperti ini
puasanya atau puasa pada hari-hari tertentu di diriwayatkan oleh al-Jawzaqānī dari Anas bin
dalamnya yang jelas-jelas menyebutkan hal itu, Mālik dengan lafaz akhirnya:
ia terbagi menjadi dua jenis: ḍa‘īf dan palsu.”
Sebelum Ibn Ḥajar, Ibn Qayyim juga telah حفظه اهلل تعالى في نفسه وماله وأهله وولده
mengisyaratkan kaedah seperti yang disebutkan
Ibn Ḥajar. Beliau berkata dalam kitab al-Manār وأجير من عذاب القبر وجاز على الصراط
al-Munīf: “Semua Hadis mengenai puasa Rajab 412
.كالبرق الخاطف بغير حساب ولا عذاب
dan shalat pada malam-malam tertentu di bulan
itu adalah dusta yang nyata.” 411
Hadis ini dinilai palsu, sebab tidak ada dalam Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
daftar beberapa Hadis yang ḍa‘īf yang disebut Hadis ini telah dinilai palsu oleh beberapa
kan oleh Ibn Ḥajar, sehingga diklasifikasikan se ulama seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Qayyim, Ibn Ḥajar,
bagai Hadis palsu, meskipun Ibn Ḥajar tidak al-Suyūṭī, ‘Alī al-Qārī, al-Shawkanī dan Ibn ‘Arrāq.
menyebutkannya secara langsung. Kemudian ia Sebabnya seperti yang dikatakan oleh Ibn al-
memberikan sebagian kecil contoh Hadis palsu Jawzī, kebanyakan perawi dalam sanad Hadis
yang dimaksud. tersebut tidak dikenali.413 Hadis ini termasuk
dalam kaedah yang disebutkan Ibn Ḥajar di atas.
Hadis 155
412 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 123; Ibn
Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 96, al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil.
410 Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Tabyīn al- 2, hlm. 55-56; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 461;
‘Ajab Bimā Wurid fī Faḍl Rajab, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 90; al-Shawkānī, al-
Bayrūt, 1988, hlm. 11 dan 14. Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 47.
411 Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 96. 413 Ibid; Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 20-21.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
121
Hadis 157 bin Nāṣir al-Ḥāfiẓ dari Abū al-Qāsim bin Mandah
dari Abū al-Ḥasan ‘Alī bin ‘Abdullāh bin Jahdam
رأيت ليلة المعراج نهرا ماؤه أحلى من العسل dari ‘Ali bin Muḥammad bin Sa‘īd al-Baṣrī dari
bapaknya dari Khalaf bin ‘Abdullāh dari Ḥumayd
فقلت لمن.وأبرد من الثلج وأطيب من المسك
al-Ṭawīl dari Anas.418
. لمن صلى عليك في رجب:هذا ياجبريل؟ قال
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Aku melihat pada malam Mi‘rāj sebuah Dalam sanad Hadis ini terdapat perawi yang
sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih bernama ‘Alī bin ‘Abdullāh bin Jahdam al-Sudā‘ī
sejuk dari es, dan lebih harum dari kesturi. Aku yang lebih dikenali dengan nama Ibn Jahdam.
bertanya pada Jibrīl: “Untuk siapakah ini?” Ia dituduh sebagai pendusta. Beberapa perawi
Jawab Jibrīl: “Untuk orang yang bershalawat lainnya dalam sanad ini tidak dikenali. Bahkan
kepadamu di bulan Rajab.” beberapa ulama Hadis mengatakan bahwa
barangkali mereka belum lagi dilahirkan. Hadis ini
Takhrīj Hadis: telah dinilai palsu oleh Ibn al-Jawzī, Ibn Qayyim,
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al- Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī dan lain-lain.419
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.416
Hadis 159
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ،صوم أول يوم من رجب كفارة ثلاث سنين
Meskipun belum ditemukan perawi Hadis
ini, namun al-Sakhāwī mengatakan bahwa tidak ثم، والثالث كفارة سنة،والثاني كفارة سنتين
ada satu Hadispun yang ṣaḥīḥ mengenai shalawat
kepada Nabi Saw. di bulan Rajab..417 Berdasarkan .كل يوم كفارة شهر
kaedah inilah Hadis ini dinilai palsu. “Puasa pada awal Rajab adalah penghapus
dosa selama tiga tahun, pada hari kedua adalah
Hadis 158 penghapusan dosa selama dua tahun, dan pada
hari ketiga adalah penghapusan dosa selama
، وشعبان شهري،إن رجب شهر اهلل satu tahun. Berikutnya setiap hari adalah peng
hapusan dosa satu bulan.”
.ورمضان شهر أمتي
“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allāh, Takhrīj Hadis:
Sha‘bān adalah bulanku, dan Ramaḍān adalah Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-
bulan umatku.” Suyūtī, diriwayatkan oleh Abū Muḥammmad al-
Khallāl dalam Faḍā’il Rajab dari Ibn ‘Abbās.420
Takhrīj Hadis:
Hadis yang disebutkan al-Khūbawī di sini Hukum Hadis: Mawḍu‘/Palsu.
adalah potongan dari Hadis panjang yang
diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzī dari Muḥammad 418 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 125.
419 Ibid; Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 95-96;
Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 19-21; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil.
416 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 45. 2, hlm. 55-56.
417 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm 298. 420 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 70.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
123
al-Suyūṭī menilai Hadis ini lemah, tetapi al- “Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai
Munāwī mengatakan sangat lemah. Kemudian yang disebut sungai Rajab, lebih putih dari susu
ia mengutip pendapat Ibn Ṣalāḥ dan Ibn Rajab dan lebih manis dari madu. Siapa berpuasa sehari
al-Ḥambalī yang mengisyaratkan palsunya Hadis- pada bulan Rajab, maka Allāh memberinya
hadis mengenai puasa Rajab. al-Albānī hanya minum dari sungai itu.”
men-ḍa‘īf-kan Hadis ini.421
Hadis ini dapat dinilai palsu berdasarkan Takhrīj Hadis:
kaedah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn Hadis ini diriwayatkan Ibn Ḥibbān dalam
Ḥajar seperti yang telah dijelaskan pada Hadis ke al-Majrūḥīn dan al-Bayhaqī dalam Faḍā‘il al-
154. Awqāt dan al-Shayrāzī dalam al-Alqāb, seperti
diisyaratkan al-Suyūṭī. Semuanya dari Anas.424
Hadis 160 al-Khūbawī mengisyatkan bahwa Hadis
ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim.425
إنه صلى اهلل عليه وسلم لم يصم بعد رمضان Tetapi isyarat ini salah, karena al-Bukhārī dan
Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini dan tidak
.إلا رجب وشعبان ada seorang ulama Hadispun yang mengisyarat
“Sesungguhnya Nabi tidak berpuasa se kan ke arah itu, apalagi kualitas Hadis ini sangat
sudah bulan Ramaḍān, selain bulan Rajab dan lemah, bahkan ada beberapa ulama menilainya
Sha‘bān.” palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayat
kan Hadis ini.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Shu‘ab dari Abū Hurayrah.422 Hadis ini telah dinilai palsu oleh beberapa
ulama seperti Ibn al-Jawzī, al-Dhahabī dan Ibn
Hukum Hadis: Ḍa‘īf Ḥajar dalam Lisān al-Mīzān. Sebabnya dalam
al-Bayhaqī mengatakan bahwa sanad Hadis sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, yaitu
ini ḍa‘īf.423 Manṣūr bin Yazīd. Ibn al-Jawzī mengatakan
bahwa dalam sanad-nya banyak perawi yang
tidak diketahui.426 al-Suyūṭī dan Ibn Ḥajar dalam
Hadis 161
kitab Tabyīn al-‘Ajab hanya men-ḍa‘īf-kan Hadis
إن في الجنة نهرا يقال له رجب أشد بياضا ini, berbeda dengan penilaiannya terhadap
Hadis ini dalam Lisān al-Mīzān seperti dijelaskan
من صام يوما من،من اللبن وأحلى من العسل di atas. Ia mengatakan bahwa isnād-nya secara
umum lemah, tidak sampai menjadikan Hadis ini
.رجب سقاه اهلل من ذلك النهار
palsu.427
إلا كتب اهلل له عبادة سنة صام،بهما وجه اهلل
Hadis 162 .نهارها وقام ليالها
كل الناس جياع يوم القيامة إلا الأنبياء “Wahai Thaubān, mereka itu diazab dalam
kubur mereka. Lalu aku mendoakan mereka,
،وأهليهم وصائم رجب وشعبان ورمضان maka Allāh pun meringankan azab mereka.
Selanjutnya Nabi bersabda: “Wahai Thaubān,
.فإنهم شباع لاجوع لهم ولا عطش sekiranya mereka berpuasa satu hari saja
“Semua manusia kelaparan pada hari pada bulan Rajab, dan tidak tidur satu malam
Kiamat, selain para nabi, keluarga mereka dan pada bulan itu, niscaya mereka tidak akan
orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, diazab dalam kubur mereka.” Aku bertanya:
Sha‘bān, dan Ramaḍān. Sesungguhnya mereka “Ya Rasūlallāh, apakah puasa sehari dan shalat
kenyang, tidak merasa lapar maupun haus.” semalam di bulan itu dapat menolak azab
kubur?” Jawab Nabi: “Wahai Thaubān, demi
Takhrīj Hadis: Allāh yang telah membangkitkan aku benar-
Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat benar sebagai seorang Nabi, tidak seorang
ditemukan. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab muslim pun, baik laki-laki maupun perempuan,
Zubdah al-Wā‘iẓīn.428 yang berpuasa sehari dan shalat semalam di
bulan Rajab, yang dengan itu menginginkan
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. keridaan Allāh, kecuali Allāh mencatat untuknya
Hadis ini boleh dinilai palsu berdasarkan ibadah satu tahun, yang ia puasai siangnya dan
kaedah yang disebutkan oleh Ibn Ḥajar dan Ibn shalati malam-malamnya.”
Qayyim seperti disebutkan pada Hadis ke 154.
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini belum
Hadis 163
ditemukan. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
ودعوت، هؤلاء يعذبون في قبورهم،يا ثوبان Rawnaq al-Majālis.429
ومسلمة يصوم يوما ويقوم ليلة من رجب يريد .الأحاديث الواردة في صلاة الرغائب موضوعة
“Hadis-hadis yang meriwayatkan tentang
427 Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 29; al-Suyūṭī, al-
Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 312.
428 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 47. 429 Ibid.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
125
،تجب
438 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Salāh, Bāb al-Du‘ā’,
h.n. 1481; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa
استجاب، كذلك من سمع اسمي فصلى علي-2 judul, no. 65), h.n. 3476; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Sahuw,
Bāb al-Taḥmīd wa al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Ṣalāh,
h.n. 1282; Aḥmad, Musnad, jil. 6, hlm. 18; Ibn Khuzaymah,
Ṣaḥīh, Kitāb al-Ṣalāh Bāb al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-
al-Qiṣāṣ min al-Rijāl wa al-Nisā’, jil. 6, hlm. 377; al-Ṭabarī, Tashahhud, h.n. 709-710; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh,
Tafsīr, jil. 5, hlm. 291; al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, Bāb Ṣifah al-Ṣalāh, h.n. 1957; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb
hlm.144; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 3, hlm. 270-271; al-Ṣalāh, Bāb Idhā Ṣallā Aḥadukum Falyabda’ Bitaḥmīd
‘Abd al-RaḤmān, al-Tha‘alabī, Tafsīr al-Tha‘alabī, Mu’assalah Allāh, jil. 1, hlm. 230; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil.
al-A‘lāmī li al-Maṭbū‘āt, Bayrut, (t.th.), jil. 1, hlm. 270; 18, hlm. 308-309, h.n. 790-795; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-
Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf fī Takhrīj Aḥādīth Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-
al-Kashshāf, di akhir kitab Tafsīr al-Kashshāf, Maktabah al- Bārī, jil. 11, hlm. 165; Muḥammad bin ‘Abd Allāh al-Khaṭīb
Ma‘ārif, al-Riyāḍ., (t.th.) hlm. 43. al-Tabrīzī, Mishkāh al-Maṣābīh, taḥqīq Muḥammad Nāṣir al-
437 Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, jil. 1, hlm. Dīn al-Albānī, al-Maktab al-Islāmī, Dimashq, 1961, jil. 1, hlm.
491. 293, h.n. 930; al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257-258.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
129
Allāh kulla du‘ā’ih. Ada kemungkinan potongan palsu, karena termasuk dalam kategori tidak
redaksi itu merupakan penggalan dari Hadis dikenali sumbernya.
lain yang digabungkan al-Khūbawī dengan lafaz
penyambung wa kadzālika. Dengan demikian, Hadis 170
Hadis ini berarti diriwayatkan dari Faḍālah.
Penulis cenderung sepakat dengan pen وإن،خير النساء امرأة إن نظرت إليها سرتك
dapat yang mengatakan bahwa Hadis ini terbagi
menjadi dua bagian, karena dari semua perawi وإن غبت عنها حفظتك في،أمرت أطاعت
yang telah disebutkan tidak ada seorang pun
.مالك ونفسها
yang menyebutkan potongan redaksi akhir.
Hadis yang kedua ini belum dapat ditemukan “Sebaik wanita adalah wanita yang apabila
perawinya. Hadis pertama dengan lafaz seperti kamu memandangnya, maka menggembirakan
di atas adalah riwayat al-Ṭabarānī dan Ibn mu. Dan apabila kamu menyuruhnya, ia patuh
Bashkuwāl. Sedangkan riwayat lainya terdapat padamu, dan apabila kamu tidak ada di sisinya,
perbedaan redaksi.439 maka ia menjagamu pada hartamu dan dirinya.”
Dāwud dan al-Nasā’ī ṣaḥīḥ. al-Suyūṭī dan al- gurunya Abū Nu‘aym, dan ia tidak mengkritiknya,
Munāwī menilai Hadis Abū Hurayrah ṣaḥīḥ.442 maka ia termasuk perawi yang tidak bermasalah.
Dengan demikian, Hadis ini dapat menguatkan
Hadis 171 riwayat Ibn ‘Adiy dan menjadi ḥasan.444
ما من امرأة تحيض إلا كان حيضها كفارة لما أن رجلا في عهد النبي صلى اهلل عليه وسلم
مضى من ذنوبها وإن قالت في أول يوم الحمد لاتخرجي من:خرج غازيا فقال لامرأته
، واستغفر اهلل من كل ذنب،هلل على كل حال فمرض أبوها.هذا البيت حتى أرجع إليك
كتب اهلل لها براءة من النار وجوازا على فقال صلى اهلل،فأرسلت رسولا إلى رسول اهلل
الصراط وأمانا من العذاب ورفع اهلل تعالى لها وكذا مرة بعد مرة.ٍأطيعي زوجك: عليه وسلم
بكل يوم وليلة درجة أربعين شهيدا إذا كانت فأطاعت زوجها ولم تخرج من البيت فمات
.ذاكرة هلل تعالى في حيضها أبوها ولم تره فصبرت على ذلك حتى رجع
“Tidak seorang wanita pun yang mengalami زوجها إليها فأوحى اهلل إلى النبي صلى اهلل
haid, kecuali haidnya menjadi penghapus
dosa-dosanya yang telah lewat. Dan jika ia .عليه وسلم أن اهلل قد غفر لها بطاعة زوجها
mengatakan pada hari yang pertama: “Segala
“Bahwasanya seorang lelaki di zaman Nabi
puji bagi Allāh atas setiap keadaan, dan aku
hendak berangkat perang, maka berkatalah ia
memohon ampun kepada Allāh dari setiap dosa,”
kepada istrinya: “Janganlah kamu keluar rumah
maka Allāh menetapkan baginya kebebasan dari
ini, sehingga aku pulang kepadamu!” Tiba-
neraka, dapat melewati ṣirāt, dan aman dari
tiba ayah wanita itu menderita sakit. Maka
azab Allāh. Dan Allāh mengangkat untuknya
dikirimlah olehnya seorang delegasi kepada
pada setiap sehari semalam, derajat empat
Rasūlullāh. Beliau lalu bersabda: “Patuhilah
puluh orang yang mati shahid, apabila selama
suamimu!” Dan demikianlah ia lakukan berkali-
haidnya ia tetap mengingat Allāh.”
kali, maka ia pun mematuhi suaminya dan tidak
keluar dari rumah, sampai ayahnya meninggal
Takhrīj Hadis:
dunia, sedang ia tiak sempat melihatnya, namun
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
bersabar atas hal itu, sehingga suaminya pulang.
Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.446
Maka Allāh mewahyukan kepada Nabi bahwa
Allāh mengampuni wanita itu, karena patuh
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
pada suaminya.
Hadis ini dinilai palsu karena beberapa se
bab. Pertama, belum dapat ditemukan perawi
Takhrīj Hadis:
nya. Kedua, dari segi matan, bahasanya tidak me
Lafaz Hadis yang disebutkan oleh al-Khūbawī
nyerupai bahasa para Nabi Saw. Ketiga, pahala
seperti di atas terdapat dalam semua kitab versi
yang dijanjikan menunjukkan Hadis ini dibuat
cetak. Namun Penulis menemukan adanya
oleh para pendusta Hadis.
kekeliruan dalam lafaz terakhir yang seharusnya
adalah له, bukan لها. Sebab yang dimaksudkan
Hadis 174 dalam Hadis ini dimaafkan dosanya adalah bapak
si perempuan tersebut, bukan dosa perempuan
itu sendiri.
Kisah ini disebutkan oleh al-Haythamī, Ibn
446 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 49-50.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
132
ظهرها والقطران يصب في حلقها ،ورأيت فكانت تتزين للرجال وتغتاب الناس .وأما التي
امرأة معلقة بثديها من وراء ظهرها والزقوم يقطع جسدها بمقراض من النار فكانت تشهر
يصب في حلقها ،ورأيت امرأة معلقة قد شدت نفسها للناس يعني ليروا زينتها وتحب كل من
رجلها مع يدها إلى ناصيتها وقد صلطت يراها بهذه الزينة من الرجال .وأما التي شد
عليها حيات وعقارب ،ورأيت امرأة تأكل رجلها مع يدها إلى ناصيتها وسلطت عليها
جسدها والنار توقد من تحتها ،ورأيت امرأة الحيات والعقارب فكانت تقدر على الصلاة
تقطع جسدها بمقراض من النار ،ورأيت والصيام ولم تتوضأ ولم تصل ولم تغتسل من
امرأة مسودة الوجه وتأكل أمعاءها ،ورأيت الجنابة .وأما التي رأسها كرأس الخنزير وبدنها
امرأة صمعاء عمياء خرساء في تابوت من نار كبدن الحمار فكانت نمامة وكاذبة .وأما التي
يخرج دماغها من منحرها وبدنها منتن من على صورة الكلب فتانة تبغض زوجها.
البرص والجذام ،ورأيت امرأة رأسها كرأس “Pada malam aku diisra’kan ke langit, aku
melihat kaum wanita dalam siksaan hebat. Kini
الخنزير وبدنها كبدن الحمار لها ألف ألف نوع aku ingat keadaan mereka dan menangis. Saya
berkata: “Ya Rasūlallāh, apa yang telah engkau
من العذاب ،ورأيت امرأة على صورة الكلب
lihat?” Beliau menjawab: “Aku melihat seorang
تدخل العقارب والحيات من قبلها أو من wanita yang digantung dengan rambutnya, se
dang otak di kepalanya mendidih. Aku melihat se
فيها وتخرج من دبرها والملائكة يضربون على orang wanita digantung dengan lidahnya, semen
tara tangannya dikeluarkan dari punggungnya,
رأسها بمقاطع من نار .فقامت فاطمة وقالت: sedang dicurahkan pada kerongkongannya. Aku
يا أبي ويا قرة عيني أخبرني ما كانت أعمال melihat seorang wanita digantung dengan buah
dadanya dari arah punggungnya sedang air kayu
هذه النساء؟ فقال صلى اهلل عليه وسلم :يا zaqqūm dituangkan dalam kerongkongannya.
Aku melihat wanita digantung, sedang kedua
فاطمة ،أما المعلقة بشعرها فكانت لا تكتم kakinya diikat bersama kedua tangannya pada
شعرها من الرجال ،وأما المعلقة بلسانها ubun-ubunnya, sementara ia dikuasai oleh ular-
ular dan kalajengking-kalajengking. Aku melihat
فكانت تؤذي زوحها بلسانها .وأما المعلقة seorang wanita memakan tubuhnya dan di
bawah tubuhnya ada api yang menyala-nyala.
بثديها فكانت ترضع أطفال الخلق من غير Aku melihat seorang wanita yang memotong-
motong tubuhnya sendiri dengan gunting dari
أمر زوجها .وأما المعلقة برجلها فكانت امرأة
api. Aku melihat seorang wanita berwajah hitam
تخرج من بيتها بغير إذن الزوج ولا تغتسل dan memakan usus-ususnya sendiri. Aku melihat
seorang wanita yang tuli, buta dan bisu, dalam
من الحيض والنفاس .وأما التي تأكل جسدها
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
134
sebuah peti dari api. Otaknya keluar dari lubang wanita penggoda yang menjengkelkan suaminya.
hidungnya, sedang badannya berbau busuk,
karena sopak dan kusta. Aku melihat seorang Takhrīj Hadis:
wanita kepalanya seperti kepala babi dan tubuh Hadis ini ditemukan dalam dua kitab Shī‘ah,
nya seperti tubuh keledai. Ia mendapat sejuta yaitu oleh ‘Alī Muḥammad ‘Alī Dakhīl dalam
macam azab. Dan aku melihat seorang wanita Thawāb al-A‘mal tanpa sanad, dan al-Musāwī
berbentuk anjing, sedang kalajengking-kala dalam Jazā’ al-A‘māl dengan sanad berikut:
jengking dan ular-ular masuk lewat farjinya
atau lewat mulutnya, lalu keluar lewat dubur عن عبد العظيم بن عبد اهلل الحسيني عن
nya, sementara malaikat memukuli kepalanya
محمد بن علي الرضا عن أبيه موسى بن جعفر
dengan penggada-penggada dari api.” Maka
bangkitlah Fāṭimah, lalu berkata: “Wahai ayah عن أبيه جعفر بن محمد عن أبيه محمد بن علي
ku, wahai bola mataku, beritahukanlah kepada
ku perbuatan-perbuatan apakah yang telah di عن أبيه علي بن الحسين عن أبيه الحسين بن علي
lakukan oleh wanita-wanita itu?”
:عن أبيه أمير المؤمنين علي بن أبي طالب قال
Jawab Nabi: “Wahai Fatimah! Adapun
wanita yang digantung dengan rambutnya, dulu دخلت أنا وفاطمة على رسول اهلل صلى اهلل
ia tidak menyembunyikan rambutnya dari kaum
laki-laki. Adapun yang digantung lidahnya, dulu : فقلت،عليه وسلم وجدته يبكي بكاء شـديدا
ia menyakiti hati suaminya dengan lidahnya.
فداك أبي وأمي يا رسول اهلل ما الذي أبكاك؟
Adapun wanita yang digantung pada buah
dadanya, ia dulu menyusui anak-anak orang lain أسرى بي إلى السماء رأيت452 يا علي ليلة:قال
tanpa perintah suaminya. Adapun yang digantung
pada kedua kakinya, ia wanita yang keluar dari إلخ.. نساء من أمتي في عذاب شديد
rumahnya tanpa izin suami, dan tidak mandi dari
haid dan nifas. Adapun wanita yang memakan
Hukum Hadis: Ḍa‘īf, munkar.
tubuhnya sendiri, ia dulu berhias untuk laki-laki
Pada sanad di atas terdapat beberapa
lain dan menggunjing orang. Adapun wanita
masalah. Pertama, Muḥammad bin ‘Alī al-Riḍā
yang dipotong-potong tubuhnya dengan gunting
dari bapaknya Mūsā bin Ja‘far. Menurut Penulis,
dari api, ia dulu mempertontonkan dirinya
yang benar adalah ‘Alī al-Riḍā, bukan Muḥammad
kepada orang lain, yakni supaya mereka melihat
bin ‘Alī. Sebab dalam biografi Mūsā disebutkan,
perhiasannya, dan ia menyukai tiap-tiap lelaki
di antara yang meriwayatkan Hadis-hadisnya
yang melihatnya dengan perhiasan seperti itu.
adalah anak-anaknya: ‘Ali, Ibrāhīm dan Ismā‘īl.
Adapun wanita yang diikat kedua kakinya beserta
Menurut Ibn Ḥibbān, ‘Alī al-Riḍā meriwayatkan
kedua tangannya pada ubun-ubunnya dan
dari bapaknya perkara-perkara yang aneh, salah
dikuasai ular-ular dan kalajengking-kalajengking,
menduga dan sering salah meriwayatkan. Ibn
ia mampu menunaikan shalat dan puasa,
namun ia tidak berwudu, tidak shalat, dan tidak
pula mandi dari janabah. Adapun wanita yang 452 Hāshim bin Ḥusayn al-Musāwī al-Jazā’irī, Jazā’
berkepala babi dan tubuhnya seperti keledai, ia al-A‘māl wa Āthār al-A‘mal fī Dār al-Dunyā, Maṭba‘ah al-
Shuhadā’, Qūm, 1990, jil. 2, hlm. 184-186; ‘Alī Muḥammad
adalah wanita pengadu domba dan pendusta. Dakhīl, Thawāb al-A‘mal, hlm. 551; al-Khūbawī, Durrah al-
Adapun wanita yang berbentuk anjing, ia adalah Nāṣiḥīn, hlm. 50-51.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
135
Zāhir berkata ia meriwayatkan dari bapaknya kuat dugaan bahwa Hadis ini tidak mempunyai
perkara-perkara yang aneh.453 sumber (lā aṣla lah).
Selain itu, ‘Abd al-‘Aẓīm bin ‘Abd Allāh al-
Husaynī belum ditemukan kredibilitasnya dalam Hadis 178
kitab-kitab biografi golongan Sunni. Sedang
kan perawi-perawi lainnya thiqah dan imām. أيما امرأة عذبت زوجها بلسانها فهي في لعنة
Namun demikian, Ibn Ḥibban ketika menyebut
kan biografi Ja‘far bin Muḥammad mengingat .اهلل وسخطه ولعنة الملائكة والناس أجمعين
kan bahwa riwayatnya dapat dijadikan ḥujjah, “Wanita mana pun yang menyakiti suaminya
kecuali jika diriwayatkan oleh anak-anaknya, dengan lisannya, maka ia akan mendapat laknat
sebab riwayat anak-anaknya banyak sekali yang dan murka Allāh, laknat malaikat dan semua
munkar.454 manusia.”
Kesimpulannya, Hadis ini dapat dinilai ḍa‘if
dan munkar, dengan tidak menutup kemungkinan Takhrīj Hadis:
bahwa kualitasnya bisa lebih rendah sekiranya Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
kredibilitas ‘Abd ‘Aẓīm ditemukan. al-Khūbawī secara tekstual tidak menyebutkan
sumber rujukannya.456
Hadis 177
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
ما من امرأة تؤذي زوجها بلسانها إلا جعل اهلل Hadis ini dinilai palsu dengan sebab yang
sama seperti Hadis yang sebelumnya.
لسانها يوم القيامة سبعين ذراعا ثم عقد خلف
.عنقها Hadis 179
“Tidak seorang wanita pun yang menyakiti ما من امرأة قالت لزوجها مارأيت منك خيرا
suaminya dengan lisannya, kecuali Allāh
panjangkan lidahnya tujuh puluh hasta di Hari إلا أحبط اهلل عملها سبعين سنة ولو كانت
Kiamat, kemudian diikat di belakang lehernya.”
.تصوم النهار وتقوم الليل
Takhrīj Hadis: “Tidak ada seorang wanita pun yang
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. berkata pada suaminya: “Saya tidak melihat
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.455 sedikit pun kebaikan darimu,” kecuali Allāh akan
menghapuskan amalan-amalannya selama 70
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. tahun, meskipun ia siang berpuasa dan malam
Hadis ini dinilai palsu, sebab selain belum tahajjud.”
ditemukan sumbernya, al-Khūbawī sendiri tidak
menyebutkan sumber rujukannya. Ini memper Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn ‘Adiy dari
453 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 106; al- Anas bin Mālik dari ‘Ā’ishah, juga oleh Ibn Abī
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 158 dan jil. 4, hlm. 201.
454 Lihat biografi Ja‘far bin Mūsā dalam Ibn Ḥibbān,
al-Thiqāt, jil. 2, hlm. 106.
455 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51. 456 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
136
al-Dunyā dalam kitab al-‘Iyāl dari Ḥasan al-Baṣrī suaminya: “Laknat Allāh atasmu!” padahal ia
secara mursal. Namun dalam kedua riwayat adalah wanita yang zalim, maka Allāh akan
tersebut tidak terdapat potongan redaksi yang melaknatnya dari atas tujuh langit dan oleh
ن
terakhir, yakni lafaz: سبع� سنة ولو كانت تصوم النهار segala makhluk selain jin dan manusia.”
ي
وتقوم الليل.457
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Riwayat Ibn ‘Adiy dinilai ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī, al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.459
sebab dalam sanad-nya terdapat Yūsuf bin
Ibrāhīm yang dinlai ḍa‘īf oleh beberapa ulama, Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
seperti Ibn ‘Adiy, Abū Ḥātim, al-Dhahabī dan lain- Hadis ini dinilai palsu dengan alasan yang
lain. Bahkan al-Bukhārī mengatakan, ia perawi sama seperti Hadis ke 177-178.
Hadis yang aneh-aneh.458 Riwayat Ibn Abī al-
Dunyā juga ḍa‘īf, karena masuk kategori mursal, Hadis 181
sementara mursal termasuk Hadis ḍa‘īf.
Riwayat dengan tambahan seperti yang أيما امرأة ادخلت على زوجها الغم في أمر
disebutkan oleh al-Khūbawī, boleh dinilai palsu,
karena tidak ditemukan dalam riwayat kitab- لايقبل اهلل منها،النفقة أو كلمته مالا يطيقه
kitab yang mu‘tabar. Juga bertentangan dengan
.صرفا ولاعدلا
kaedah syariat yang ṣaḥīḥ seperti “siapa yang
berbuat kebaikan, ia akan mendapat pahalanya “Wanita mana pun yang mendatangkan
dan siapa berbuat kejahatan, ia akan mendapat duka cita kepada suaminya dalam persoalan
dosanya.” Ditambah lagi dosa yang diancam nafkah atau membebaninya sesuatu di luar
dalam Hadis ini terlalu besar, bahkan jauh lebih kemampuannya, maka Allāh takkan menerima
besar dari sebagian amalan yang dikategorikan amalnya sedikit pun (pelayanannya dan
sebagai dosa-dosa besar (al-kabā’ir). keadilannya).”
Takhrīj Hadis:
Hadis 180
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
أيما امرأة قالت لزوجها عليك لعنة اهلل وهي Hadis ini hanya disebutkan dalam kitab Makārim
al-Akhlāq (Shī‘ah) tanpa menyebutkan sanad
لعنها اهلل تعالى من فوق سبع سماوات،ظالمة maupun mengisyaratkan perawinya dengan lafaz
tambahan: إال أن يتوب وترجع وتطلب منه طاقته. al-
.وكل شيئ خلقه اهلل تعالى إلا الثقلين
Khūbawī sendiri tidak menyebutkan sumbernya.460
“Wanita mana pun yang berkata kepada
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu, karena tidak ditemu
457 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 7, hlm. 2624; ‘Abd Allāh bin
Muḥammad bin Abī al-Dunyā, Kitāb al-‘Iyāl, Taḥqīq Najm
‘Abd al-Raḥmān Khalf, Dār Ibn Qayyim, al-Riyāḍ, 1990, jil. 2, 459 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
hlm. 745, h.n. 550. 460 al-Ḥasan bin al-Faḍl al-Ṭabrasī, Makārim al-
458 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 102; al- Akhlāq, taḥqīq al-Sayyid ‘Alā’ al-Dīn al-‘Alawī, Dār al-Kutub
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 411, Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, al-Islāmiyyah, Ṭahrān, 1376H/1955, hlm. 246; al-Khūbawī,
jil. 7, hlm. 2624; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 461. Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
137
kan sanad-nya dan hanya disebutkan dalam kitab “Wanita mana pun yang keluar dari rumah
yang tidak mu‘tabar. suaminya tanpa seizinnya, maka ia dikutuk oleh
segala sesuatu yang disinari oleh matahari dan
Hadis 182 bulan, sampai ia kembali ke rumah suaminya.”
maknanya tidak logis dan tidak wajar, sehingga “Siapa mempunyai dua orang istri, lalu
menunjukkan bahwa Hadis ini karangan para condong pada seorang di antara keduanya,
pemalsu Hadis belaka. bukan yang lainnya,” menurut riwayat lain, “dan
tidak berlaku adil di antara keduanya,” maka ia
Hadis 188 datang pada hari Kiamat, sedang salah satu dari
kedua sisinya miring.”
أيما رجل كان له امرأتان فلم يعدل بينهما في
Takhrīj Hadis:
ولم يسو بينهما في المضجع والمطعم،النفقة Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al-
Tirmidhī, al-Nasā’ī, Ibn Mājah dan lain-lain dari
ولا،والمشرب فهو بريئ مني وأنا بريئ منه
Abū Hurayrah secara marfū‘ melalui Hammām
.نصيب له في شفاعتي إلا أن يتوب bin al-Munabbih.471
Hadis 190
Hadis 189
حق: فجار له ثلاثة حقوق:الجيران ثلاثة
من كان له امرأتان فمال إلى أحدهما دون
جاء- ولم يعدل بينهما: وفي رواية- الآخرى
471 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb al-Qasm
.يوم القيامة وأحد شقيه مائل Bayn al-Nisā’, h.n. 2133; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb ‘Ashrah
al-Nisā’ Bāb Mayl al-Rajul ilā Ba‘ḍ Nisā’ih Dūna Ba‘ḍ, h.n.
3942; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Nikāh, Bāb Mā Jā’a fī
al-Taswiyah Bayn al-Ḍarā’ir, h.n. 1141; Ibn Mājah, Sunan,
470 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 52. Kitāb al-Nikāh, Bāb al-Qismah, h.n. 1979.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
140
Dalam salah satu sanad Hadis ini terdapat hukum Hadis ini ṣaḥīḥ.480
‘Āṣim bin ‘Ubaydillāh yang dinilai lemah dan tidak
bisa dijadikan Ḥujjah oleh Ibn Mā‘īn. Sedangkan Hadis 193
menurut Ibn Ḥibbān, ia sering menghayal dan
salah dalam meriwayatkan Hadis. al-Nasā’ī dan ولا،لا يستقيم إيمان العبد حتى يستقيم قلبه
Ibn Ḥajar menilainya sebagai perawi yang lemah.
al-‘Irāqī menilai sanad Ibn Mājah lemah, karena ولايدخل،يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه
terdapat ‘Āṣim bin ‘Ubaydillāh.477
.المؤمن الجنة حتى يأمن جاره من لسانه
Akan tetapi sanad al-Ṭabarānī hasan, karena
diriwayatkan tanpa melalui ‘Āṣim. Ibn Ḥajar “Takkan lurus iman seseorang sampai hati
seperti yang dikutip al-Sakhāwī, menilai Hadis ini nya lurus. Takkan lurus hatinya sampai lurus
ḥasan, karena mempunyai banyak shawāhid.478 lidahnya. Dan takkan masuk surga seorang muk
min, sehingga tetangganya aman dari lisannya.”
Hadis 192
Takhrīj Hadis:
.اعبدوا الرحمن Hadis ini diriwayatkan Aḥmad dan Ibn Abī
al-Dunyā dalam al-Ṣamt. Seperti diisyaratkan
“Sembahlah olehmu Tuhan Yang Maha
oleh al-‘Irāqī, Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Kasih!”
al-Kharā’iṭī. Semuanya melalui jalan ‘Ali bin
Sa‘dah al-Bāhilī dari Qatādah dari Anas. Dalam
Takhrīj Hadis:
lafaz Ibn Abī al-Dunyā disebutkan dengan sedikit
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan
perbedaan redaksi.481
al-Bukhārī dalam al-Adab dari ‘Abd Allāh bin
al-Bayhaqī dalam Shu‘ab al-iman meriwayat
Salam, Aḥmad, Ibn Hibban dan lain-lain dari
kannya dari Ḥasan al-Baṣrī dari beberapa saha
Ibn ‘Umar dengan redaksi yang lebih lengkap.
batnya secara marfū‘ dengan lafaz sampai kata-
ِal-Ḥākim meriwayatkannya dari Abū Hurayrah ت.482
kata ح� يستقيم لسانه
dengan lafaz yang berbeda, tetapi mempunyai
makna yang sama.479
Hukum Hadis: Ḥasan.
al-‘Irāqī mengatakan bahwa dalam sanad
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis ini ada kelemahannya. Di dalam sanad Hadis
Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ oleh al-Tirmidhī, Ibn
ini terdapat seorang perawi yang bermasalah, ‘Alī
Ḥibbān dan al-Ḥākim. Ibn Ḥajar menyetujui
bin Mas‘adah. al-Haythamī mengatakan bahwa
ia adalah thiqah menurut beberapa ulama
dan ḍa‘īf menurut yang lainnya. al-Bukhārī, al-
477 al-Ḍhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 353-354; Nasā’ī dan Ibn Ḥibbān juga menilainya lemah,
Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.285.
478 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 402; al-Sakhāwī,
al-Qawl al-Badī‘, hlm. 167-169. 480 Ibid; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 11, hlm. 19.
479 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Mā Jā’a 481 Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 198; ‘Abd Allāh bin
fī Faḍl Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, h.n. 1855; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb Muḥammad Ibn Abi al-Dunya, al-Ṣamt wa Ādāb al-Lisān,
al-Birr wa al-Iḥsān, Bāb Ifshā’ al-Salām, h.n 489 & 505; taḥqīq Muḥammad ‘Abd al-Qādir ‘Aṭā’, Mu’assasah al-Kutub
Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī, al-Ādāb al-Mufrad, Pnyt. al-Thaqāfiyah, Bayrūt, 1988, hlm. 182-183, h.n. 9; al-‘Irāqī,
Kamāl Yūsuf al-Ḥūt, ‘Ālam al-Kutub, Bayrūt, 1985, BĀb Ifshā’ al-Mughnī, jil. 3, hlm. 138.
al-Salām, h.n. 981. 482 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 1, hlm. 41, h.n. 8.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
142
ما من أحد يأتيه الضيف فأكرمه الا فتح اهلل Hadis 198
“Tidak seorang pun yang didatangi tamu الضيف إذا دخل على أخيه المسلم دخل معه
lalu ia memuliakannya, melainkan Allāh mem
وغفر اهلل ذنوب أهل،الف بركة وألف رحمة
bukakan untuknya sebuah pintu surga.”
ذلك البيت ولو كانت ذنوبهم أكثر من زبد
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al- وأعطاه اهلل تعالى ثواب،البحر وورق الأشجار
Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.486
وكتب له بكل لقمة أكلها الضيف،ألف شهيد
Hukum Hadis: ثواب حجة مبرورة وعمرة مقبولة وبنى اهلل
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Meskipun mempunyai makna yang sahih, ومن أكرم ضيفا فكأنما،تعالى مدينة في الجنة
namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
kesimpulan, Hadis seperti ini lebih mendekati
.أكرم سبعين نبيا
palsu. “Jibrīl a.s. telah memberitahukan kepadaku.
Ia berkata; “Sesungguhnya apabila seorang tamu
Hadis 197 memasuki rumah saudaranya yang muslim,
maka masuklah bersamanya seribu berkah dan
الملائكة يقومون قى منزل فيه ضيف seribu rahmat, dan Allāh mengampuni dosa-
dosa penghuni rumah itu, sekalipun dosa mereka
“Para malaikat berdiri di dalam rumah yang
lebih banyak dari buih di lautan dan lebih dari
ada tamunya.”
daun-daun pepohonan dan Allāh memberinya
pahala seribu orang yang mati shahid, dan
Takhrīj Hadis:
menetapkan untuknya dari setiap suapan yang
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
dimakan oleh tamunya itu, pahala haji yang
Khūbawī mengutipnya dari kitab A‘rujiyyah.
mabrur dan umrah yang diterima, dan Allāh
Hadis ini ditemukan dalam kitab Khāliṣah al-
Ta‘ālā membangunkan untuknya sebuah kota
Haqa’iq tanpa menyebutkan sanad dan perawi.487
di surga. Dan siapa memuliakan tamu, maka
seolah-olah ia memuliakan tujuh puluh nabi.”
Hukum Hadis: -
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Takhrīj Hadis:
Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
kesimpulan, Hadis seperti ini lebih mendekati
ditemukan, termasuk dalam kitab khusus tentang
palsu.
keutamaan menghormati tamu, yaitu kitab al-
Ināfah fī al-Ṣadaqah wa al-Ḍiyāfah karangan Ibn
Ḥajar al-Haytamī. al-Khūbawī mengutipnya dari
kitab Kanz al-Akhbār.488
486 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54.
487 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54; al-
Fārayābī, Khāliṣah al-Ḥaqā’iq, hlm. 64. 488 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
144
“Sesungguhnya dalam sedekah terdapat Muslim dari Ibn Mas‘ūd dengan lafal;
lima perkara: Pertama, sedekah menambah
harta mereka. Kedua, obat bagi penyakit. Ketiga, ...أفضل الأعمال الصلاة لوقتها ثم بر الوالدين
Allāh menghilangkan bencana dari mereka. Ke Lafal riwayat yang masyhur adalah ketika
empat, mereka dapat meniti di atas ṣirāṭ bagai Baginda Saw. ditanya:
kan kilat menyambar. Dan kelima, mereka masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab.” ... أي الأعمال أفضل؟ قال الصلاة على وقتها
Takhrīj Hadis:
إلخ
Hadis ini tidak ditemukan perawinya. al- seperti yang telah disebutkan pada Hadis ke
Khūbawī mengutipnya dari kitab Daqa’iq al- 202. 497
Akhbār.495
Hukum Hadis: -
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Hadis ini dihukumi palsu, sebab selain Secara teks, ia mempunyai makna yang ṣaḥīḥ.
karena hanya ditemukan dan dikutip dari kitab Namun tidak semua perkataan yang maknanya
yang tidak mu‘tabar, makna Hadis ini juga me ṣaḥīḥ adalah sabda Rasūlullāh Saw. Penulis
nunjukkan palsu. Sebab, pahala yang dijanji menduga bahwa lafal ini riwayat para pemberi
kan terlalu besar, terutama pahala masuk surga nasihat. Apalagi ia dikutip dari kitab Daqa’iq al-
tanpa dihisab. Orang yang akan masuk surga Akhbār yang tidak mu‘tabar.
tanpa dihisab, hanyalah tujuh puluh ribu orang.
Sedangkan orang yang memberi sedekah jumlah
nya sudah beratus-ratus juta. Jadi jelaslah bahwa
Bab 14
Hadis ini buatan manusia saja.
Keutamaan Cinta karena Allāh
Hadis 205 dan Rasul-Nya
Hadis dari no 206 sampai no 217
وأفضل،أفضل الأعمال الصلوات الخمس
الآخلاق التواضع Hadis 206
“Amal yang paling utama ialah shalat lima وعشرا إذا،من صلى علي عشرا إذا أصبح
waktu dan akhlak yang paling utama ialah
tawaduk.” آمنه اهلل تعالى من الفزع الأكبر يوم،أمسى
وكان مع الذين أنعم اهلل عليهم من،القيامة
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini belum dapat ditemukan .النبيين والصديقين
perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
Daqa’iq al-Akhbār.496 Hadis yang terkenal dalam “Siapa yang membaca shalawat untukku
tema yang sama adalah yang diriwayatkan sepuluh kali di waktu pagi dan sepuluh kali di
495 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 56. 497 Muslim, ṢaḤīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Kawn
496 Ibid. al-Īmān Afḍal al-A‘māl, h.n. 85 ; lih. hlm. 199.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
147
من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي فكيف يكون فيها حال؟،فلا اراك ابدا
499
عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
501
)فنزلت (ومن يطع اهلل والرسول
“Sesunggulmya ayat ini turun mengenai
“Siapa yang bershalawat kepadaku pada
Thaubān, bekas budak Rasūlullāh Saw. Ia sangat
waktu pagi sepuluh kali dan pada waktu sore
mencintai Rasūlullāh dan sedikit sabar untuk
supuluh kali, maka ia mendapatkan shafaatku
berpisah darinya. Pada suatu hari, ia datang pada
pada Hari Kiamat kelak.”
Nabi, sedang wajahnya telah berubah. Tubuhnya
kurus dan tampak sedih pada wajahnya. Maka
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
Rasūlullāh bertanya tentang kondisinya. Ia
al-Haythamī dan al-Sakhāwī menghukumi
menjawab, ‘Ya Rasūlullāh, tidak ada rasa nyeri
sanad al-Ṭabarānī ini ḍa‘īf, karena terdapat
maupun penyakit dalam diriku. Hanya saja bila
sanad yang terputus. al-Sakhāwī menghukumi
aku tidak melihatmu, aku merasa sangat gelisah,
sanad Ibn Abī ‘Āṣim ini ḍa‘īf.500 Sedangkan Hadis
hingga aku bertemu denganmu. Aku ingat akan
dengan lafal yang disebut al-Khūbawī adalah
akhirat lalu aku khawatir jangan-jangan aku
palsu. Karena, selain tidak ditemukan perawinya,
tidak dapat melihatmu di sana, karena aku tahu
ia dikutip dari kitab yang tidak mu‘tabar.
bahwa engkau diangkat bersama para nabi.
Jika aku dimasukkan ke surga, aku berada pada
Hadis 207 tingkat di bawah tingkatanmu. Dan jika aku
tidak dimasukkan, maka aku takkan melihatmu
إن هذه الأية نزلت في حق ثوبان مولى رسول
selama-lamanya. Maka bagaimana keadaanku
وكان شديد الحب لرسول اهلل قليل،اهلل di sana?” Maka turunlah: (Dan siapa mentaati
Allāh dan Rasul...)”
فأتى النبي يوما وقد تغير،الصبر عن مفارقته
Takhrīj Hadis:
Hadis ini disebutkan oleh al-Wāḥidī dalam
498 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 57. Asbāb al-Nuzūl dari al-Kalbī, tanpa disebutkan
499 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 179.
500 Ibid; dan al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10,
hlm. 120. 501 al-Qur’ān, al-Nisā’ 4: 69
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
148
Riwayat al-Bayhaqī merupakan perkataan menghukumi Hadis ini ḍa‘īf, tetapi al-Munāwī
Mālik bin Dīnār. Beliau adalah seorang Tābi‘īn. secara teks tidak menyetujuinya, sebab sanad
Jadi riwayat dari beliau disebut maqṭū‘, dan nya sangat ḍa‘īf seperti dijelaskan di atas. Namun
maqṭū‘ adalah satu dari jenis Hadis ḍa‘īf. beliau menambahkan, dalam bab ini terdapat
beberapa Hadis lain yang layyin.511 Jadi kemung
Hadis 209 kinannya al-Suyūṭī menghukuminya dengan ḍa‘īf
saja, kerena ada beberapa shawāhid.
ومن أحبني كان،من أحب سنتي فقد أحبني
.معي في الجنة Hadis 210
“Siapa saja yang mencintai sunahku, maka من أحب شيئا أكثر من ذكره
berarti ia mencintaiku. Dan siapa mencintaiku, ia “Siapa mencintai suatu, maka ia akan
akan berada di surga bersamaku.” banyak menyebutnya.”
Hukum Hadis: Sangat Ḍa‘īf. فطوبى،إن الدين بدأ غريبا وسيرجع غريبا
Sanad al-Bayhaqī dan Ibn ‘Adiy sangat ḍa‘īf.
للغرباء الذين يصلحون ما أفسد الناس من
Ḥasan bin Qutaybah, menurut Ibn ‘Adiy, tidak
terlalu bermasalah (arjū annahū lā ba’sa bih). بعدي من سنتيز
Tetapi al-Dhahabī menolak pendapat ini dengan
mengingatkan bahwa ia binasa (hālik). Menurut “Sesungguhnya agama ini muncul sebagai
al-Dāraquṭnī, Hadisnya ditinggalkan (matrūk sesuatu yang asing dan akan kembali sebagai
al-ḥadīth). Abū Ḥātim berpendapat ia ḍa‘īf. al- sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-
‘Uqaylī berkata, “Ia banyak salah duga (kathīr al- orang yang asing, yang memperbaiki hal-hal
awhām)”. yang dirusak oleh manusia sepeninggalku dari
Dalam sanad al-Ṭabarānī dan Abū Nu‘aym sunnahku.”
yang meriwayatkannya dari al-Ṭabarānī, terdapat
‘Abd al-‘Azīz bin Abī Ruwwād dan Maḥmūd bin Takhrīj Hadis:
Ṣāliḥ. ‘Abd al ‘Azīz menurut pendapat Abū Ḥatim Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Aḥmad dan lain-lain dari ‘Amru bin ‘Awf.521
أعدت لعبادي الصالحين ما لا عين:قال تعالى عليهم حسرة وإن دخلوا الجنة ما يرون من
“Allāh berfirman, ‘Aku telah mempersiapkan “Tidak ada suatu kaum yang duduk di suatu
bagi hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang majlis tanpa membaca shalawat untukku, kecuali
tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar majlis itu menjadi penyesalan bagi mereka. Jika
telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati se mereka masuk surga, mereka tidak melihat
orangpun.” pahala.”
. ثم يلعنونه سبعين مرة،رد عليه من هم معه من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة
“Apabila seorang muslim mengucapkan يستغفرون له ما دام إسمي في ذلك الكتاب
salam kepada muslim yang lain, lalu ia men
“Siapa saja yang menulis shalawat padaku
jawabnya, maka ia didoakan para malaikat
dalam sebuah buku, maka para malaikat senan
tujuh puluh kali. Dan jika ia tidak menjawabnya,
tiasa memohonkan ampun untuknya selama
maka salam itu dijawab oleh malaikat yang ada
namaku masih tertera dalam buku itu.”
bersama memberi salam, kemudian mereka
mmgutuk orang yang disalami itu tujuh puluh
Takhrīj Hadis:
kali.”
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Awsaṭ, al-Khaṭīb dalam Sharaf Aṣḥāb
531 al-Bukhārī, al-Ādāb, Bāb inna al-Salām Ism min
al-Ḥadīth dan al-Aṣbahānī dalam al-Targhīb.
Asmā’illāh, h.n. 992; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 2, hlm.
417; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 132-423, h.n. al-Sakhāwī menjelaskan bahwa Hadis ini juga
8779 dan 8782-8784.
532 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm. 79; al-
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 427-428; al-Haythamī, 533 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 2, hlm. 258; al-‘Iraqī, al-
Kashf al-Astār, jil. 2, hlm. 417; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. Mughnī, jil. 2, hlm. 258.
417; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm.13; al-Munāwī, 534 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 258; al-Zabīdī,
Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 151. Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 275.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
155
.يشربها فيحمد اهلل تعالى قال انس خدمت رسول اهلل عشرين سنة فلم
“Anas berkata:” Saya telah melayani ولا لشئ لم تفعله،يقل لي لشئ فعلته لم فعلته
Rasūlullāh Saw. selama 20 tahun. Namun, beliau
tidak pernah nengucapkan kepadaku tentang
sesuatu yang telah aku lakukan; kenapa kamu Hadis 2:
melakukan itu? Dan tidak pula tentang apa يا أنس إني موصيك بوصية فاحفظها اكثر
yang aku tidak lakukan; kenapa kamu tidak
melakukannya? Tapi pernah beliau bersabda, وإذا دخلت،الصلاة في الليل يحبك الحفظة
“Wahai Anas, sesungguhnya aku mewasiatkan
kepadamu suatu wasiat, maka peliharalah! ،عن أهلك فسلم عليهم يزد اهلل في بركاتك
Perbanyaklah shalat malam, niscaya kamu
وإذا استطعت ان تأوي إلى فراشك إلا على
dicintai para malaikat penjaga. Dan apabila
kamu menemui keluargamu, maka ucapkanlah وإذا،طهارة فافعل فإنك إذا مت مت شهيدا
salam kepada mereka, niscaya Allāh memberi
keberkahan. Dan jika bisa kamu tidak mendatangi خرجت من عند أهلك فسلم على من لقيت
tempat tidurmu kecuali dalam keadaan suci,
ووقر كبير المسلمين،يزد اهلل حسناتك
maka lakukanlah! Karena jika mati, niscaya kamu
mati dalam keadaan shahid. Dan apabila kamu وارحم صغيرهم أكن أنا وأنت في الجنة كهاتين
keluar dari sisi keluargamu, maka ucapkanlah
salam kepada orang yang kamu temui, niscaya .وشبه بين السبابة والوسطى
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
157
Hadis ke 3:
وصل بالليل والنهار،فإنها صلاة الأوابين
واعلم يا أنس أن اهلل يرضى عن العبد باللقمة ولا تنم إلا وأنت طاهر فإن،تحفظك الحفظة
يأكلها فيحمد اهلل عليها والشربة من ماء . ووقر الكبير وارحم الصغير،مت مت شهيدا
يشربها فيحمد اهلل تعالى Hadis 3:
Diriwayatkan oleh Muslim, al-Tirmidhī dan
Hadis 1: lain-lain dari Anas dengan lafal,
Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim.541
إن اهلل ليرضى عن العبد أن يأكل الأكلة
Hadis 2:
al-Bayhaqī meriwayatkan Hadis pertama فيحمده عليها أو أن يشرب الشربة فيحمده
dan sebagian dari Hadis ini melalui beberapa
jalan dan beberapa lafal.542 Antara lafalnya:
543
عليها
خدمت رسول اهلل فما قال لشيء فعلته لم Hukum Hadis:
Hadis 1: Ṣaḥīh.
ولا قال لشيء كسرته لما كسرته وكنت،فعلته Hadis 2: Ḥasan.
Hadis 3: Ṣaḥīḥ.
واقفا على رأس رسول اهلل تلا أصب على يديه Hukum Hadis pertama Ṣaḥīḥ, karena di
riwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim. Demi
ألا أعلمك: فرفع رسول اهلل رأسه فقال،الماء
kian pula Hadis ketiga, karena diriwayatkan oleh
بلى بأبي: قلت:ثلاث خصال تنتفع بها؟ قال Muslim. Sedangkan hukum Hadis yang kedua
adalah ḥasan. Sebab Hadis ini mempunyai
قال من لقيت من أمتي.وأمي يا رسول اهلل banyaknya shawāhid dan mutāba‘āt, maka
paling rendah ia boleh dihukumi ḥasan.
وإذا دخلت بيتك،فسلم عليه يطل عمرك
وصل صلاة،فسلم عليهم يكثر خير بيتك Hadis 225
.الضحى فإنها صلاة الأبرار ، وأطعموا الطعام،يا أيها الناس أفشوا السلام
Dalam riwayat lain: وصلوا بالليل والناس نيام تدخلون الجنة
وسلم على،يا أنس اسبغ الوضوء يزد في عمرك “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah
salam, berilah makan dan shalatlah di malam
وسلم على من لقيت،أهل بيتك يكثر خير بيتك
hari di kala orang-orang sedang tidur, niscaya
وصل صلاة الضحى،من أمتي تكثر حسناتك kalian masuk surga.”
Takhrīj Hadis:
541 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb, al-Ādāb, Bāb Ḥusn
al-Khuluq wā Sakhā’, hlm. 6038; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Faḍā’il, Bāb Kāna Rasūlullāh Saw. Aḥsan al-Nās Khuluqan, 543 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Dhikr wa al-Du‘ā’, Bāb
h.n. 2309. Istiḥbāb Ḥamdillāh Ta‘ālā Ba‘d al-Akl wa al-Shurb, h.n.
542 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 427-429, 2734; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Mā Jā’a fī
h.n. 8758-8765. al-Ḥamd ‘alā al-Ṭa‘ām, h.n. 1916.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
158
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn dari luarnya. Di sana terdapat kenikmatan-
Mājah dan al-Ḥākim dari ‘Abd Allāh bin Salām.544 kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak
pernah didengar telinga dan tak pernah terlintas
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. di hati seorang pun.” Mereka bertanya, ‘Ya
al-Tirmidhī, al-Ḥākim dan al-Dhahabī Rasūlallāh, untuk siapakah rumah-rumah itu?’
menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ.545 Jawab Nabi, “Untuk orang yang menebarkan
salam, memberi makan, melanggengkan puasa
Hadis 226 dan shalat malam di kala orang-orang sedang
tidur.” Kami bertanya, ‘Siapakah yang mampu
إن في الجنة غرفا من ألوان كلها يرى ظاهرها melakukan itu ya Rasūlallāh? Beliau menjawab,
“Aku akan beritahukan kepadamu tentang itu.
فيها من، وباطنها من ظاهرها،من باطنها Siapa bertemu saudaranya lalu mengucapkan
salam kepadanya, maka berarti ia telah
النعيم مالا عين رأت ولا أذن سمعت ولا
menyebarkan salam. Siapa memberi makan
لمن تلك يا رسول: قالوا.خطر على قلب بشر keluarganya dan orang-orang yang menjadi
tanggungannya sehingga kenyang, maka berarti
لمن أفشوا السلام وأطعموا الطعام:اهلل؟ قال ia telah memberi makan. Siapa puasa di bulan
Ramaḍān dan enam hari di bulan Shawāl, maka
: قلنا.وأدام الصيام وصلى بالليل والناس نيام
berarti ia telah melanggengkan puasa. Dan
سأخبركم:ومن يطيق ذلك يا رسول اهلل؟ قال siapa menunaikan shalat Ishā’ dan shalat Ṣubuḥ
berjamaah, maka berarti ia telah menunaikan
من لقي أخاه وسلم عليه فقد افشى،عن ذلك shalat malam di kala orang sedang tidur.’”
ومن صلى العشاء والغداة مع جماعة فقد صلى Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih
.بالليل والناس نيام Menurut al-Suyūṭī, riwayat Abū Nu‘aym dan
al-Bayhaqī tidak kuat. Namun dikuatkan riwayat
“Sesungguhnya dalam surga ada rumah- al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān dan lain-lain dari Ibn
rumah dari berbagai macam warna. Luarnya bisa Mālik. Hadis yang dimaksudkan al-Suyūṭī adalah:
dilihat dari dalamnya. Dan dalamnya bisa dilihat
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها
544 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul, no. 42), h.n. 2485; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb أعدها اهلل لمن أطعم،وباطنها من ظاهرها
al-Aṭ‘imah, Bāb Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, h.n. 3251; al-Ḥākim, al-
Mustadrak, Kitāb al-Hijrah, Bāb Ikhbāruh Saw. Biwulāt al- الطعام وافشى السلام وصلى بالليل والناس
Amr Ba‘dah, jil. 3, hlm. 13.
545 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul, no. 42), h.n. 2485; al-Ḥākim, al-Mustadrak,
Kitāb al-Hijrah, Bāb Ikhbāruh Saw. Biwulāt al-Amr Ba‘dah, 546 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 2. 2:56; al-
jil. 3, hlm. 13.; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm. 12. Bayhaqī, al-Ba‘th wa al-Nushūr, hlm 176-177, h.n. 253.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
159
نيام
547
ثنا كثير بن،أخبرنا العباس بن أحمد الحمصي
ثنا ابن أبي رواد عن، ثنا بقية بن الوليد،عبيد
Hadis 227
نافع عن ابن عمر
من تكلم قبل السلام فلا تجيبوه al-Albānī menghukumi Hadis dengan sanad
“Siapa berbicara sebelum mengucapkan dari Ibn Sinnī ini ḥasan.550 Akan tetapi seorang
salam, maka janganlah kamu menjawabnya.” perawi dalam sanad ini belum ditemukan
biodatanya, yaitu al-‘Abbās bin Aḥmad al-Ḥumṣī.
Takhrīj Hadis: al-Albānī juga tidak menerangkan biodata beliau.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī, al- Jadi, untuk menghukumi Hadis ini ḥasan adalah
Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ dan Abū Nu‘aym dari kurang teliti. Maka Penulis mengambil pendapat
Ibn ‘Umar dengan lafal, ulama-ulama terdahulu seperti al-‘Irāqī dan al-
Suyūṭī yang menghukumi Hadis ini ḍa‘īf. Hadis
من بدأ الالكم قبل السلام فلا تجيبوه ini mempunyai shāhid yang diriwayatkan oleh
al-Tirmidhī, Abū Ya‘lā dan al-Quḍā‘ī dari Jābir
Dalam lafal al-Ṭabarānī السؤالsebagai ganti
548
.الكالم secara marfū‘ melalui ‘Ansabah bin ‘Abd al-
Raḥmān dengan lafal السالم قبل الكالم. Akan tetapi
Hadis ini sangat ḍa‘īf, karena seorang perawinya,
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
yaitu ‘Ansabah, menurut Abū Ḥātim Hadisnya
al-‘Irāqī mengatakan sanad al-Ṭabarānī dan
matrūk dan termasuk pemalsu Hadis. Ibn Ḥibbān
Abū Nu‘aym tidak kuat (layyin). al-Haythamī dan
mengatakan bahwa ia pemilik Hadis-hadis palsu.
al-Zabīdī mengatakan dalam sanad al-Ṭabarānī
Ibnu Ḥajar mengatakan matrūk. Abū Ḥātim
terdapat H<arūn bin Muḥammad Abū Ṭayyib. Ia
menuduhnya pemalsu Hadis.551 Jadi, riwayat ini
dituduh pendusta. al-Suyūṭī menghukumi Hadis
tidak dapat dijadikan penguat Hadis yang asal.
ini ḍa‘īf.549 Ibn Sinnī meriwatkannya dengan jalur
berbeda;
Hadis 228
إن إبليس عليه اللعنة يبكي عند سلام المؤمن
547 ‘Abd Raḥmān al-Suyūṭī; al-Budūr al-Sāfirah fi
Umūr al-Ākhirah, Maktabah al-Qur’ān; al-Qāhirah, t.th., ويقول وأويلاه لايفترق هذان المؤمنان حتى
hlm. 403; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 173, dan jil. 5. hlm.
343; Ibn Ḥibbān. Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Iḥsān, Bāb al- .يغفر لهما
Raḥmah, h.n. 509; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān,
Bāb al-Jannah Mi’at Darajah, jil. 1, hlm. 80. “Sesungguhya Iblīs yang terkutuk menangis
548 Ibn Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 90,
h.n. 213; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, hlm. 199; al-
Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Awsaṭ, jil. 1, hlm. 269-270, h.n. 43. 550 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah, jil. 2,
549 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 257; al-Haythamī, hlm. 479.
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 32; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah 551 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Isti’dhān, Bāb Mā Jā’a
al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 273; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, fī al-Kalām Qabl al-Salām, h.n. 2700; Abū Ya‘lā, Musnad, jil.
jil. 2, hlm. 43; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 94; 4, hlm, 48. h.n. 2059; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 56, h.n.
Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al- 34; Lih, biografi ‘Ansabah dalam al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl,
Ṣaḥīḥah wa Shay’ min Naf’ihā wa Fawā’idihā, Maktabah jil. 6, hlm. 402-403; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 178-
al-Ma‘ārif, al-Riyāḍ, 1988, jil. 2, hlm. 479. 179; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 433.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
160
di kala orang mukmin menyampaikan salam, Lafal seperti ini, disebut al-Khūbawī dikutip
dan ia berkata: “Celaka! Kedua orang mukmin ini dari kitab Mishkāh al-Maṣābih.553 Akan tetapi
tidak akan berpisah hingga keduanya mendapat setelah melihat sendiri kitab al-Mishkāh, temyata
anpunan.” al-Khūbawī salah besar dalam mengutipnya.
Sebab al-Khaṭīb al-Tabrīzī, pengarang kitab al-
Takhrīj Hadis: Mishkāh tidak menyebutkannya seperti yang
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. dikutip al-Khūbawī, melainkan menyebutkan
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab al-Manqūlāt.552 dengan dua riwayat terpisah seperti berikut;
فمن أخذ منه سمكة يبست يداه،يصلى عليك ما يبكيك يا عمر؟ قال أبكانى أنا كنا في زيادة
وتصير السمكة من جملة الأحجار فإذا كمل فإنه لايكمل شيء إلا،من ديننا
makna yang hampir sama dengan penggalan Terdapat perbedaan yang jelas antara lafal al-
awal, adalah yang diriwayatkan al-Bazzār dari Khūbawī dengan lafal al-Bukhārī, Muslim dan
‘Ā’ishah dengan lafal; lain-lain. Makna lafal al-Khūbawī, Bilal masuk ke
rumah Rasūlullāh Saw. dan Baginda memerintah
قالت ما مر علي ليلة مثل ليلة قال يا عائشة kannya untuk meminta Abū Bakar menjadi imam
shalat. Sedangkan dalam riwayat lainnya, Bilāl
حتى أذن البلال،هل طلع الفجر؟ فأقول لا
tidak masuk, Rasūlulllāh Saw. hanya mendengar
الفجر ثم جاء بلال فقال صلى اهلل عليه وسلم suaranya. Kemudian baginda memerintahkan
yang hadir dalam rumah itu seperti ‘Ā’ishah,
ما هذا؟ قال هذا بلال فقال مري أبا بكر Ḥafṣah dan lain-lainnya untuk memerintahkan
Abū Bakar menjadi imam shalat.571
568
فليصل بالناس
Selain itu, beberapa penggalan lafal al-
Penggalan Hadis mengenai Jibrīl a.s. datang Khūbawī sangat gharīb dan tidak masuk akal.
berjumpa Nabi Saw. sebelum ajal tiba, juga Antaranya disebutkan bahwa Abū Bakar pingsan.
diriwayatkan oleh Ibn Sa‘ad, al-Bayhaqī, Ibn Juga, adanya dialog antara Rasūlullāh Saw.
Hishām dan lain-lain. Namun perbedaan lafal dengan Jibrīl beberapa saat sebelum ajal tiba.
yang mereka riwayatkan dengan lafal yang di Bahkan sampai ajal tiba. Kalaupun para sahabat
sebutkan oleh al-Khūbawī amatlah besar.569 dapat mendengar perkataan Rasūlullāh Saw.,
apakah mereka dapat mendengar perkataan Jibrīl
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu dengan lafal ini. dan Malaikat maut? Sedangkan Rasūlullāh Saw.
Riwayat ‘Ā’ishah adalah ṣaḥīḥ. Selain perawi untuk menceritakan dialog ini adalah mustahil,
sanad al-Bazzār thiqāt, seperti yang dikatakan sebab ajal baginda sudah hampir tiba. Apalagi
oleh al-Haythamī, al-Bukhārī dan Muslim meri dalam Hadis yang ṣaḥīḥ dan akan disebutkan
wayatkan pula Hadis ini dari ‘Ā’ishah dengan lafal, pada Hadis setelah ini (237 dan 239) kata-kata
terakhir baginda adalah,
قالت عائشة لما مرض رسول اهلل صلى اهلل
أوصيكم بالصلاة وما ملكت أيمانكم
أتاه بلال،عليه وسلم مرضه الذي مات فيه
Dalam riwayat lain
يؤذنه بالصلاة فقال مرو أبا بكر فليصل بالناس
في الرفيق الأعلى
Muslim meriwayatkan juga dari Abū Mūsā.570
مهللا اغفرلي وارحمني وألحقني مع الرفيق جزاك اهلل خيرا إذ أخبرتني أن ذلك إبليس
lafal lain dalam riwayat al-Bukhārī dan Ibn وصب الماء الفضل، فغسله علي.جنازة محمد
Mājah,
...بن عباس وأسامة بن زيد
577
بالرفيق الأعلى Dan diriwayatkan pula, bahwa ‘Alī telah
Ketiga, Ibn al-Jawzī dan Ibn Ḥajar mengatakan meletakkan Rasūlullāh Saw. di atas dipan untuk
bahwa kata-kata Baginda Saw. adalah Hadis memandikannya, ketika tiba-tiba terdengarlah
seperti riwayat ‘Ā’ishah di atas. Ibn Ḥajar suatu seruan memanggil dari sudut rumah
menegaskan bahwa Hadis yang diriwayatkan dengan suara keras; ‘Janganlah memandikan
oleh al-Ḥākim dan Ibn Sa‘ad melalui beberapa Muḥammad, karena ia suci lagi mensucikan!’
jalur yang menyatakan bahwa Rasūlullāh Saw. Maka berpengaruhlah hal itu sedikit dalam diriku.
meninggal di pangkuan ‘Alī adalah Hadis-hadis ‘Alī berkata, ‘Siapa kamu? Sesungguhnya Nabi
yang diriwayatkan oleh golongan Shī‘ah yang telah menyuruh kami melalukan hal itu!’ Dan
tidak patut dijadikan pegangan.578 tiba-tiba terdengar pula seruan lain, ‘Wahai ‘Alī,
mandikanlah ia, karena sesungguhnya seruan
yang pertama dari Iblīs laknatullah, karena
577 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maghāzī, Bāb Maraḍ dengki pada Muḥammad dan bermaksud agar
al-Nabī Saw. wa Wafātih, h.n. 4436, 4 437, 4440 dan lih. h.n,
4451, 4463 dan 5674; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Salām, Bāb
Muḥammad masuk ke dalam kuburnya dalam
Istiḥbāb Ruqiyyat al-Marīḍ, h.n. 2191; al-Tirmidhī, Sunan, keadaan tidak dimandikan. Maka berkatalah ‘Alī,
Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa judul, no. 76), h.n. 3496; Ibn ‘Semoga Allāh membalas kebaikanmu, karena
Mājah, Sunan, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Dhikr Maraḍ al-Rasūl
Saw, h.n. 1619; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Maghāzī,
Bāb Ākhir Waṣiyyah al-Nabī Saw al-Ṣalāh, jil. 3, hlm. 57. ‘ind al-Mamāt, Dār al-Fikr al-Lubnānī, Bayrūt, 1992, hlm. 66;
578 ‘Abd al-Raḥmān bin ‘Alī bin al-Jawzī, al-Thabāt Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 8, hlm. 138-139.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
170
dengan beliau? Kebanyakan dari mereka kepadaku, maka shalawat itu diambil oleh
tertipu dengan pengakuan seseorang yang Malaikat Maut dengan izin Allāh lalu disampai
mengaku sebagai Hidir, sedangkan mereka kan ke kuburku. Maka berkatalah malaikat itu,
tidak mempunyai bukti bahwa orang yang ‘Ya Muḥammad, sesungguhnya Fulān dari umat
mengaku sebagai Hidir itu tidak berbohong.583 mu bershalawat kepadamu.’ Maka aku berkata,
‘Sampaikanlah kepadanya dariku sepuluh ke
baikan dan katakan kepadanya, ‘Kamu mem
Bab 17 peroleh shafaatku (Muḥammad).’ Selanjutnya,
malaikat itu naik, sehingga sampailah ia ke
Celaan pada Peminum Khamar ‘Arash, lalu berkata, ‘Ya Rabb, sesungguhnya
Hadis dari no 240 sampai no 249 Fulān bin Fulān telah bershalauat kepada ke
kasihmu, Muḥammad, sekali.’ Maka Allāh Ta‘ālā
Hadis 240 berfirman, ‘Sampaikanlah kepadanya dari-Ku
sepuluh kebaikan.’ Kemudian Allāh Ta‘ālā men
إذا صلى المؤمن علي قبض تلك الصلاة ملك ciptakan dari shalawatnya itu, dengan setiap
hurufnya, seorang malaikat yang mempunyai
الموت بإذن اهلل تعالى وبلغها إلى قبري فيقول tiga ratus enam puluh kepala, dan pada setiap
الملك يا محمد إن فلانا من أمتك صلى عليك kepala terdapat tiga ratus enam puluh wajah,
pada setiap wajah terdapat tiga ratus enam
فأقول بلغه مني عشر صلوات وقل له حلت puluh mulut, pada setiap mulut terdapat tiga
ratus enam puluh lidah, yang dengan setiap
ثم يصعد الملك حتى ينتهى إلى،له شفاعتي lidahnya malaikat itu berbicara dan memuji Allāh
العرش فيقول يا رب إن فلان بن فلان صلى Ta‘ālā dengan tiga ratus enam puluh macam
pujian. Maka, dicatatlah pahala dari semua
على حبيبك محمد مرة فيقول اهلل تعالى بلغه itu orang yang bershalawat kepada Nabi Saw.
sampai hari Kiamat.’”
ثم يخلق اهلل تعالى من،مني عشر صلوات
Takhrīj Hadis:
صلاته بكل حرف ملكا له ثلاثمائة وستون
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
، وفي كل رأس ثلاثمائة وستون وجها،رأسا al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Ḥayāh al-
Qulūb.584
وفي كل فم،وفي كل وجه ثلاثمائة وستون فما
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
ثلاثمائة وستون لسانا يتكلم بكل لسان ويثنى
Hadis ini dihukumi palsu dengan beberapa
فيكتب،على اهلل تعالى بثلاثمائة وستين نوعا sebab. Pertama, ia tidak ditemukan, termasuk
dalam kitab-kitab khusus mengenai keutamaan
ثواب ذلك المصلى على النبي إلى يوم القيامة bershalawat kepada Nabi Saw. Kedua, makna
Hadis dan pahala yang dijanjikan sama sekali
“Apabila seorang mukmin bershalawat
tidak menyerupai pahala yang biasa dijanjikan
dari suatu amalan. Ini menunjukkan bahwa lafal
583 Diringkas dari perkataan Ibn Qayyim dalam al-
Manār al-Munīf, hlm. 69-76. 584 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 70.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
172
ini adalah rekaan, bukan sabda Nabi Saw. Karena ‘Umar.586 Adapun lafal ini adalah lafal al-Dārimī.
itu, Hadis ini dapat dihukumi palsu. Sedangkan lafal yang lainnya adalah,
من كان يؤمن باهلل واليوم الآخر فلا يجلس لا يحل لأحد يؤمن باهلل واليوم الآخر أن يجلس
589
على مائدة يشرب عليها الخمر
Hadis 243
Hukum Hadis: Ḥasan.
Dalam sanad al-Tirmidhī terdapat Layth إذا زنى العبد او شرب الخمر نزع اهلل عنه
bin Abī Sulaym. Menurut al-Bukhārī, ia jujur.
Tetapi mungkin salah dalam beberapa perkara
الإيمان كما يخلع الإنسان القميص من رأسه
(ṣadūq wa rubamā yahimu fī shai‘). Ibn Ḥajar “Apabila seorang hamba Allāh berzina atau
menyifatinya sebagai perawi yang jujur, namun meminum khamer, maka Allāh mencabut iman
banyak lupa, sehingga tidak dapat membedakan darinya sebagaimana orang melepas baju dari
apa yang diriwayatkan. Akibatnya, riwayatnya kepalanya.”
ditinggalkan.590 Dalam sanad al-Dārimī terdapat
Ḥasan bin Abī Ja‘far al-Jufrī. Menurut Ibn al- Takhrīj Hadis:
Madīnī, Aḥmad dan al-Nasā’ī, ia ḍa‘īf. Mengikuti Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim dari
pendapat al-Bukhārī, ia munkar al-ḥadīth. Ibn Abū Hurayrah dengan lafal,
‘Adiy mengatakan bahwa ia bukan seorang yang
sengaja untuk berdusta (mimman lā yata‘mmad
594
...من زنى أو شرب الخمر
al-kādhib).591 Ibn Ḥajar menghukumi sanad al-
Nasā’ī baik, sanad al-Tirmidhī ḍa‘īf dan sanad
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Abū Dāwud terputus (munqaṭi‘).592 Sedangkan
al-Ḥākim mengatakan bahwa sanad ini ṣaḥīḥ
dalam sanad al-Bayhaqī dan Aḥmad dari ‘Umar
menurut syarat Muslim. al-Dhahabī menye
terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan
tujuinya. al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ.
namanya (mubham). Sanad Aḥmad dari Jābir
Sedangkan al-Munāwī menguatkan Hadis ini
terdapat Ibn Lahi‘ah. Ia ḍa‘īf seperti yang telah
dengan mengutip kata-kata al-Dhahabī dalam
dijelaskan sebelum ini.
kitab al-Kabā’ir, bahwa sanad Hadis ini jayyid.595
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
gharīb. al-Suyūṭī dan al-Albānī menghukumi
nya ḥasan.593 Penulis menguatkan pendapat ini, Hadis 244
karena meskipun semua sanadnya ḍa‘īf kecuali
sanad al-Nasā’ī, namun ia dapat saling menguat
إذا زنى العبد أو شرب الخمر خرج منه الإيمان
kan, sehingga dapat menjadikannya ḥasan.
فإذا فرغ من ذلك،فكان فوق رأسه كالظلمة
589 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jil. 9, hlm. 248, h.n. العمل رجع إليه الإيمان
17089.
590 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Adab, Bāb Mā Jā’a fī “Apabila seorang hamba Allāh berzina atau
Dukhūl al-Ḥammam, h.n. 2801; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
meminum khamer, maka keluarlah iman darinya
hlm. 464.
591 al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 6, hlm. 73-77; al-
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 482.
592 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 9, hlm. 250. 594 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā
593 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Adab, Bāb Mā Jā’a fī Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm 22.
Dukhūl al-Ḥammam, h.n. 2801; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, 595 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā
jil. 2, hlm. 552; Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Ṣaḥīḥ al- Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm 22; al-Dhahabī,
Jāmi‘ al-Saghīr wa Ziyādatih, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 22; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2,
1979, jil. 5, hlm. 348, h.n. 6382. hlm. 524; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 112.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
174
lalu iman itu berada di atas kepalanya bagaikan Allāh akan memberinya minum dari sungai
payung. Apabila ia telah usai dari perbuatannya Ghawṭah yaitu sungai yang mengalir dari farji
itu, maka iman itu kembali lagi kepadanya.” para pelacur. Sungai itu menyakiti penghuni
neraka karena baunya (yang busuk).”
Takhrīj Hadis:
al-Dhahabī menyebutkan Hadis ini dalam Takhrīj Hadis:
al-Kabā’ir dengan lafal seperti ini tanpa menye Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Ibn
butkan perawinya. Abū Dāwud dan al-Ḥākim Ḥibban, al-Hakim, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr
meriwayatkannya dari Abū Hurayrah, akan tetapi serta Abū Ya‘lā dari Abū Mūsā al-Ash‘arī.598
dalam lafal keduanya tidak disebutkan kata-kata
�ب الخمر أو ش. al-Tirmidhī menyebutkan Hadis ini Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
tanpa sanad dengan lafal seperti lafal Abū Dāwud al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-
juga dari Abū Hurayrah.596 Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī menghukumi
Hadis ini ḥasan. Akan tetapi al-Munāwī menguat
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ kan Hadis ini dengan mengutip pendapat al-
al-Ḥākim, al-Dhahabī dan al-Suyūṭī meng Ḥākim dan al-Dhahabī di atas.599
hukumi Hadis ini ṣaḥīḥ. Ibn Ḥajar mengatakan
bahwa sanad al-Ḥākim kuat.597 Hadis 246
وقاطع،ثلاثة لايدخلون الجنة مدمن الخمر فوالذي، وإن مات فلا تصلوا عليه،تعودوه
ومن مات مدمن، ومصدق السحرة،الرحم بعثني بالحق نبيا ما شرب الخمر إلا ملعون
وهو،الخمر سقاه اهلل تعالى من نهر الغوطة ومن،في التوراة والإنجيل والزبور والفرقان
نهر يجري من فروج الزانيات يؤذي أهل النار ،أطعمه لقمة سلط على جسده حية وعقربا
من ريحه ،ومن قضي حاجته فقد أعانه على هدم الإسلام
“Ada tiga orang yang takkan masuk surga: ومن،ومن أقرضه فقد أعانه على قتل مؤمن
pecandu khamer, pemutus silaturrahim, dan
جالسه حشره اهلل يوم القيامة أعمى لا حجة له
orang yang percaya pada tukang-tukang sihir.
Dan siapa mati sebagai pecandu khamer, maka “Siapa saja yang meminum khamer, maka
596 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Sunnah, Bāb al-Dalīl 598 Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 399; Ibn Ḥibbān,
‘alā Ziyādāt al-Īmān wa Nuqṣānih; h.n. 4690; al-Tirmidhī, Ṣaḥīh, Kitāb al-Ashribah, Bāb Adāb al-Shurb, h.n. 5322; al-
Sunan, Kitāb al-Īmān, Bāb lā Yaznī al-Zānī Wahuwa Mu’min, Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Thalāth
h.n 2625; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā lā Yadkhul al-Jannah, jil. 4,hlm. 146.
Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm. 22. 599 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb
597 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā Dhikr Thalāth lā Yadkhul al-Jannah, jil. 4, hlm. 146; al-
Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil 1. hlm. 22; al-Dhahabī, Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 146; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 33; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 12, hlm. Saghīr, jil. 1, hlm. 480; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm.
61; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 87. 327.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
175
janganlah kalian menikahinya. Jika ia sakit, ‘Amru, bukan sabda Rasūlullāh Saw.602 Dalam
maka janganlah kalian menjenguknya. Dan jika Hadis yang dihukumi palsu oleh Ibn al-Jawzī dan
ia mati, maka janganlah kalian menyalatinya. al-Dhahabī disebutkan bahwa Rasūlullāh Saw.
Demi Allāh yang telah mengutus aku sebagai melarang untuk bersahabat dengan orang yang
Nabi, tidaklah meminum khamer kecuali orang meminum arak, memberikan salam kepadanya
yang terkutuk dalam Taurāt, Injīl, Zabūr dan al- dan menjenguknya ketika sakit.603
Furqān. Siapa memberinya makan sesuap, maka
Allāh akan menguasakan atas tubuhnya seekor Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
ular dan seekor kalajengking. Siapa memenuhi Hadis ini dapat dihukumi palsu, sebab selain
hajatnya, maka berarti telah membantunya tidak ditemukan siapa perawinya, beberapa
menghancurkan Islam. Siapa menghutanginya, makna kandungannya dipastikan sebagai per
maka ia telah membantunya membunuh seorang kataan sahabat, sedangkan penyandarannya
mukmin. Dan siapa menemaninya, maka Allāh kepada Rasūlullāh Saw. adalah palsu. Sebab lain
akan menghimpun pada hari Kiamat sebagai nya, karena maknanya bertentangan dengan
orang buta yang tidak mempunyai pembela.” hukum syariat Islam, yaitu peminum arak tidak
dihukumi sebagai murtad, tetapi tetap muslim.
Takhrīj Hadis: Seorang muslim, walaupun mempunyai banyak
Hadis dengan lafal seperti ini (dengan dosa, jika meninggal tetap wajib dishalati.
perbedaan mendahulukan beberapa perkataan
diantaranya) disebutkan oleh Abū Layth al- Hadis 247
Samarqandī dalam kitab ‘Uqūbah Ahl al-Kabā’ir
tanpa menyebutkan sanad maupun nama فإنه كان،اجتنبوا الخمر فإنها أم الخبائث
sahabat yang meriwayatkannya. ‘Abd al-Qādir
atau pen-taḥqīq kitab ini yang telah banyak men- رجل مؤمن كان قبلكم يتعبد ويعتزل الناس
taḥqīq kitab-kitab Hadis, juga belum mampu
فعلقته امرأة سوء فأرسلت إليه خادما فقال
menemukan perawi Hadis ini.600
Dalam kitab Hadis Shī‘ah, ia disebutkan oleh فدخل فطفقت كلما،إنا ندعوك للشهادة
al-Sabzawarī dengan lafal yang sama. Hanya
beberapa penggalannya didahulukan dalam دخل بابا أغلقته دونه حتى إذا أفضى أي بلغ
Jāmi‘ al-Akhbār dari ‘Ā’ishah tanpa menyebutkan
إلى امرأة جالسة وعندها غلام وزجاجة فيها
sanadnya.601 Apa yang ditemukan dalam kitab-
kitab Hadis yang mu‘tamad adalah Hadis yang خمر فقالت أنا لم ندعك للشهادة ولكن ندعوك
melarang kita untuk memberi salam kepada
mereka yang meminum arak dan menjenguk لقتل هذا الغلام أو تقع علي أو تشرب كأسا
nya ketika sakit. Namun kedua anjuran yang di
. فإن أبيت صحت بك وفضحتك،من الخمر
sampaikan oleh Ibn ‘Umar dan ‘Abd Allāh bin
العشاء شربوها فلا يصبحون إلا وقد ذهب Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
al-Tirmidhī mengatakan bahwa Hadis ini
ثم نزل في،عنهم السكر وعلموا ما يقولون ḥasan ṣaḥīḥ gharīb. al-Ḥākim menghukumi ṣaḥīḥ
dan al-Dhahabī menyetujuinya.611
609
)تحريمها (إنما الخمر والميسر
“Diriwayatkan bahwa ‘Abdurraḥmān bin Hadis 249
‘Awf pernah membuat makanan dan minuman
lalu dipanggillah beberapa sahabat Rasūlullāh. .جنبوا مسجدكم صبيانكم ومجنينكم
Ketika itu khamer masih dibolehkan. Maka
“Hindarkanlah masjid kalian dari anak-anak
makan minumlah mereka. Tatkala mereka telah
kecil dan orang-orang gila di antara kalian.”
terhuyung-huyung mabuk, datanglah waktu
shalat Maghrib. Mereka lalu menyuruh salah
Takhrīj Hadis:
seorang dari mereka maju mengimami shalat
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah dari
mereka. Teryata ia membaca, ‘Katakanlah,
Wāthilah melalui al-Ḥarith bin Nabhān. Ibn al-
wahai orang-orang kafir, Aku menyembah apa
Jawzī juga meriwayatkannya dalam al-‘Ilal dari
yang kamu sembah dan kamu menyembah
Abū al-Dardā’, Wāthilah, dan Abū Umāmah.
Tuhan yang aku sembah.’ Tanpa, ‘lā.’ Maka,
Dalam sanadnya terdapat al-‘Alā’ bin Kathīr.
turunlah, (Janganlah kamu mendekati shalat,
sedang kamu mabuk!). Sesudah itu, mereka
tidak lagi meminum khamer pada waktu-waktu 610 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ashribah, Bāb fī
Taḥrīm al-Khamr, h.n. 3671; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr
shalat. Apabila mereka telah shalat Ishā’, barulah
al-Qur’ān, Bāb Tafsīr min Sūrah al-Nisā’, h.n. 3026; al-
mereka meminumnya, sehingga tidaklah mereka Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Aḥādīth
menjumpai waktu Subuh, kecuali kemabukan itu Taḥrīm al-Khamr, jil. 4, hlm 143.
telah hilang dari mereka, dan mereka sadar akan 611 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr al-Qur’ān,
Bāb Tafsīr min Sūrah al-Nisā’, h.n. 3026; al-Ḥākim, al-
Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Aḥādīth Taḥrīm
608 al-Qur’ān, al-Nisa’ 4: 43. al-Khamr, jil. 4, lilm 143; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4,
609 al-Qur’ān, al-Mā’idah 5: 90. hlm. 143.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
178
dengan mengemukakan beberapa jalur riwayat. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Beliau mengatakan, Hadis al-Diyā’ ini ḥasan dan Muslim dari Ibn Mas‘ūd.618
rijāl sanadnya rijāl al-ṣaḥīḥ, meskipun terdapat
‘an‘anah ( )عنعنةdi dalamnya.617 Riwayat ini dapat Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
menguatkan riwayat Aḥmad. Maka Hadis ini
sekurang-kurangnya menjadi ḥasan. Hadis 253
من قال مهللا صل على محمد وأنزله المنزل اهلل؟ قال الذين يحسدون الناس على ما آتاهم
Takhrīj Hadis:
618 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Aḥādīth al-Anbiyā’, Bāb
Khalq Ādam wa Dzuriyyātih, h.n. 3335 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
al-Qasāmah, Bāb Bayān Ithm Man Sanna al-Qatl, h.n. 1677.
617 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Man 619 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 3, hlm. 234; al-‘Irāqī, al-
Sallam ‘Alayy Sallamtu ‘Alayh, jil. 1, hlm. 223; al-Dhahabī, Mughnī, jil. 3, hlm. 234; Abū al-Shaykh, al-Amthāl, Dār
al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 223; al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. al-Salafiyyah, Bayrūt, 1987, hlm. 232, h.n. 201; al-Khaṭīb,
155-156; Lihat juga Ibn al-Qayyim, Jalā‘ al-Afhām, hlm. 32- Tārīkh Baghdād, jil. 5, hlm. 56-57, al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3,
33. hlm. 184; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 195.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
180
Ṭabarānī terdapat Ismā‘īl bin ‘Amru al-Bajalī. Ia (yarwī al-‘ajā’ib). Tetapi Ibn Ma‘īn mengatakan
ḍa‘īf tetapi thiqah menurut Ibn Ḥibbān. al-‘Irāqī ia thiqah. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh Abū
mengatakan sanad al-Ṭabarānī ḍa‘īf. Dāwud, al-Tirmidhī dan Ibn Mājah.622 Penilaian
thiqah Ibn Ma‘īn itu kuat sekali. Lebih kuat dari
Hadis 254 penilaian ḍa‘īf-nya Ibn Ḥibbān. Jadi, riwayatnya
masih dapat diterima meskipun tidak sampai ke
والشيطان خلق،إن الغضب من الشيطان tahap ṣaḥīḥ, tetapi masih boleh dikatakan ḥasan.
Maka, Penulis setuju dengan pendapat al-Suyūṭī
فإذا غضب، وإنما تطفأ النار بالماء،من النار dan al-Arna’ūṭ yang menilai Hadis ini ḥasan.
أحدكم فليتوضأ
Hadis 255
“Sesungguhnya marah itu dari setan. Sedang
setan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api ،إن فيكم من يكون سريع الغضب سريع الفيئ
hanya bisa dipadamkan dengan air. Apabila se
orang dari kalian marah, maka berwudhulah!” ،وفيكم من يكون سريع الغضب بطيئ الفيئ
،فخيركم من يكون بطيئ الغضب سريع الفيئ
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, .وشركم من كان سريع الغضب بطيئ الفيئ
Aḥmad dan al-Baghawī dalam al-Sunnah. Semua
nya dari ‘Aṭiyyah al-Sa‘dī melalui Abū Wā’il al- “Sesungguhnya diantara kamu sekalian
Qāṣ.620 ada orang yang cepat marah, cepat reda. Ada
pula yang cepat marah, lambat reda. Maka
Hukum Hadis: Ḥasan yang terutama di antara kalian adalah orang
al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ḥasan. Ibn yang tidak cepat marah dan cepat reda (apabila
Ḥajar menyebutkan Hadis ini dalam Fatḥ al-Bārī marah). Dan yang terburuk di antara kalian ialah
tanpa memberikan pendapatnya. Begitu juga orang yang cepat marah dan tidak cepat reda.”
al-Munāwī. al-Albānī men-ḍa‘īf -kan Hadis ini
dengan alasan sanadnya daif. Shu‘ayb al-Arna’ūt Takhrīj Hadis:
menilainya ḥasan.621 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Perawi yang dikritik dalam Hadis ini ialah Aḥmad dan al-Ḥākim. Semuanya dari Abū Sa‘d
Abū Wā’il yang nama sebenarnya ‘Abd Allāh al-Khuḍrī melalui ‘Alī bin Zayd bin Jad‘ān dengan
bin Bāhir al-Ṣan‘ānī. Menurut Ibn Ḥibbān beliau lafal awalnya,
ḍa‘īf, karena meriwayatkan hal-hal yang aneh 623
ألا إن بني آدم خلقوا على طبقات..
620 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Mā Yuqāl Hukum Hadis: Ḥasan.
‘Ind al-Ghaḍab, h.n. 478; Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 226;
Ḥusayn bin Mas‘ūd al-Baghawī, Sharḥ al-Sunnah, Taḥ.
Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1983, jil. 13, 622 Lihat biografi Abū Wā’il dalam al-Dhahabī, Mīzān
hlm. 161, h.n. 3583. al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 395.
621 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 10, hlm. 467; al-Suyūṭī, 623 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Fitān, Bāb Mā Akhbar
al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 280; al-Albānī dalam Taḥqīq al-Nabī Saw Aṣbah Bimā Huwa Kā’in ilā Yawm al-Qiyāmah,
Kitāb Mishkāh al-Maṣābīḥ li al-Tabrīzī, jil. 3, hlm. 635, h.n. 2191; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 19, al-Ḥākim, al-
h.n. 5113; Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, Kitāb Sharḥ al-Sunnah li al- Mustadrak, Kitāb al-Fitan wa al-Malāḥim, Bāb Khayr al-Rijāl
Baghawī, jil. 13, hlm. 161. Man Kān Baṭī’ al-Ghaḍab Sarī‘ al-Fay’, jil. 4 hlm. 505-506.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
181
Dalam naskah yang di-taḥqīq Fu’ad ‘Abd menyebutkan kata-kata أو يؤديه إىل الكفر. Ibn Mājah
al-Bāqī, al-Tirmidhī mengatakan bahwa Hadis juga meriwayatkannya dari Anas dengan lafal,
ini ḥasan ṣaḥīḥ. Begitu pula pada naskah yang
di-taḥqīq Ibrāhīm Ghūṭah ‘Awad. Namun dalam الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
syarah al-Mubārkafūrī, al-Tirmidhī menghukumi
والصدقة تطفىء الخطيئة ما يطفىء الماء
nya ḥasan. al-Mubārkafūrī memberikan alasan
bahwa dalam sanad Hadis ini terdapat ‘Alī bin والصيام جنة من، والصلاة نور المؤمن،النار
Zayd. Ia ṣadūq menurut al-Tirmidhī, tetapi ḍa‘īf
mengikuti pendapat ulama lainnya. Jadi, Hadis ini النار
626
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Isnād-nya ṣaḥīḥ.
Hadis ini diriwayatkan Abū Dāwud dari
al-Mundhirī dan al-Haythamī mengatakan,
Abū Hurayrah dengan lafal العشب:أو قال, tanpa
624 Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān al-Mubārkafūrī, 626 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb fī al-
Tuḥfah al-Ahwadhī bi Sharḥ Jāmi‘ al-Tirmidhī, Taḥ. ‘Abd al- Ḥasad, h.n. 4903; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-
Raḥmān Muḥammad ‘Uthmān, Maṭba‘ah al-Ma‘rifah, Miṣr, Ḥasad, h.n. 4210.
1964, jil. 6, hlm. 422. 627 Ibn Majāh, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-Ḥasad,
625 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Fitan wa al- h.n. 4210; Muḥammad bin Ismā‘īl al- Bukhārī, al-Tārīkh al-
Malāḥim, Bāb Khayr al-Rijāl Man Kān Baṭī’ al-Ghaḍab Sarī‘ Kabīr, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, t.th, jil. 1, hlm. 272.
al-Fay’, jil. 4, hlm. 505-506; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 628 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 309,
506. h.n. 8157.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
182
al-Zabīdī mengatakan bahwa Hadis ini juga Dhahabī, dan al-Shawkanī menghukumi palsu,
diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym dari Ibn ‘Umar.634 sebab Sa‘īd bin Sallām telah dituduh pendusta
oleh Aḥmad dan Ibn Numayr. Menurut al-
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Bukhārī ia telah memalsukan Hadis. Sedangkan
al-‘Irāqī mengatakan bahwa sanad keduanya al-Nasā’ī mengatakan bahwa ia ḍa‘if>. Mengikuti
ḍa‘if>.635 pendapat al-‘Ijlī, ia lā ba’sa bih. Dalam riwayat
dari Ibn ‘Abbās terdapat al-Abzarī, iapun telah
Hadis 260 dituduh pendusta. Begitu pula dengan Ḥusayn
bin ‘Alwān. Menurut Ibn ‘Adiy, ia pendusta.639
فإن،استعينوا على قضاء الحوا ئج بالكتمان Beberapa ulama lain seperti Abū Nu‘aym,
al-‘Irāqī, al-Sakhāwī, al-Suyūṭī, al-‘Ajlūnī dan
.كل ذي نعمة محسود al-Zabīdī mengatakan, bahwa Hadis ini tidak
“Jadikanlah diam sebagai penolongmu sampai ke taraf palsu, melainkan hanya setingkat
dalam menunaikan keperluan, karena setiap ḍa‘īf. Alasan mereka karena Hadis ini telah
orang yang memperoleh nikmat itu didengki diriwayatkan juga tanpa melalui Sa‘īd, Ḥusayn
(ada pendengkinya).” ataupun al-Abzarī di atas. Seperti sanad Ibn
Abī al-Dunyā tanpa melalui jalur ini, meskipun
Takhrīj Hadis: dikatakan oleh al-‘Irāqī sangat ḍa‘īf. al-Sakhāwī
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī menyebutkan riwayat lain dari ‘Alī oleh al-Khāl‘ī
dalam al-Kabīr dan al-Saghīr, al-‘Uqaylī dalam al- dalam al-Fawā’id dengan lafal,
Ḍu‘afā’, Abū Nu‘aym, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab
استعينوا على قضاء الحوائج بكتمان لها
dan al-Quḍā‘ī. Semuanya dari Mu‘ādh melalui
Sa‘d bin Sallām.636 Ibn ‘Adiy juga meriwayatkannya al-Zabīdī juga menyebutkan riwayat lain
dari Mu‘ādh dengan jalan berbeda, namun pada yaitu dari Ibn ‘Umar.640 Menurut al-Sakhāwī,
sanadnya terdapat Ḥusayn bin ‘Alwān.637 al- Hadis ini boleh dikuatkan (isti’nās) dengan Hadis
Khaṭīb juga meriwayatkannya dari Ibn ‘Abbās yang diriwayatkan al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ
melalui al-Ḥusayn bin ‘Abd Allāh al-Abzarī.638 dari Ibn ‘Abbās dengan lafal,
Jadi, Hadis ini boleh dihukumi ḍa‘īf, karena Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
adanya shāhid dan beberapa jalur yang menguat Hadis ini dihukumi palsu, karena beberapa
kan seperti yang telah diuraikan. Beberapa tahun sebab. Pertama, ia tidak ditemukan, termasuk
lalu seorang ulama telah menulis kitab Ithbāt al- dalam kitab-kitab khusus mengenai shalawat
Burhān fī Siḥḥah Ḥadīth Ista‘īnū ‘alā al-Ḥawā’ij bi kepada Nabi Saw. Kedua, Hadis ini dikutip dari
al-Kitmān, di mana beliau membuktikan ke-ḍa‘īf- kitab yang tidak mu‘tabar, yaitu Zubdah al-
an Hadis ini.642 Wā‘iẓīn. Ketiga, matan Hadis ini tidak seperti
bahasa Nabi Saw.
،لأن اهلل تعالى لايحتسب دعاء قلب غافل Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Shawāl
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf, munkar dengan
Hadis dari no 266 sampai no 274
lafal ini.
Hadis ini hampir sama dengan Hadis sebelum
ini (ke 263) Hadis 266
من صلى علي يوم الجمعة مائة مرة جاء يوم
Hadis 265
القيامة ومعه نور لو قسم ذلك النور بين الخلانق
اجتهدوا يوم الفطر قي الصدقة وأعمال الخير
.كلهم لوسعهم
واكثروا التسبيح،والبر من الصلاة والزكاة
“Siapa bershalawat kepadaku seratus kali
والتهليل فإنه اليوم الذي يغفر اهلل فيه ذنوبكم pada hari Jum’at, maka ia akan datang pada
Hari Kiamat dan bersamanya sebuah cahaya
ويستجيب دعاءكم وينظر إليكم بالرحمة yang jika cahaya itu dibagikan diantara makhluk
.والمغفرة seluruhnya niscaya akan merata untuk mereka.”
Bab 20
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Kelebihan Puasa Enam Hari
650 al-Sabazawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 153, h.n.
649 Ibid. 345; al-Majlisī, Biḥār al-Anwār, jil. 91, hlm. 63.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
187
654 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 81. 656 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 187.
655 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 349, h.n. 657 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 111; al-
3737. Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 187.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
189
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih
Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ dari
Hadis dengan riwayat dari Ḥusayn terdapat
al-Ḥusayn bin ‘Alī dan dari ‘Alī, juga dari Hirmīs.
Ya‘lā. Menurut Abū Ḥātim, ia tidak dikenali
Riwayat dari Ḥusayn bin ‘Alī diriwayatkan oleh
(majhūl), tetapi thiqah menurut pendapat Ibn
Abū Dāwud, Aḥmad dan al-Bayhaqī dalam al-
Ḥibbān. Riwayat dari ‘Alī terdapat seorang yang
Sunan dan al-Shu‘ab. Semuanya melalui Ya‘lā
tidak disebutkan namanya (mubham). Kedua
bin Abī Yaḥyā.658 Riwayat dari ‘Alī diriwayatkan
jenis riwayat ini termasuk ḍa‘īf. Begitu pula
oleh Abū Dāwud, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab
dengan riwayat yang mursal. Sedangkan riwayat
dan al-Sunan, melalui seorang perawi yang tidak
dari Hirmīs, seperti dikatakan oleh al-Haythamī,
disebutkan namanya (mubham).659
dalam sanad-nya terdapat ‘Uthmān bin Fāyiḍ
Sedangkan riwayat dari al-Hirmīs, seperti
yang dinilai ḍa‘īf. Menurut al-Bukhārī terdapat
dikatakan oleh al-Haythamī, diriwayatkan oleh
kritikan terhadap dirinya (fīh naẓar). Ibn Ma‘īn
al-Ṭabarānī dalam ketiga Mu‘jam-nya melalui
berpendapat lays bi shay’. Ibn ‘Adiy mengatakan
‘Uthmān bin Fāyiḍ.660 Hadis ini juga telah
mayoritas yang diriwayatkannya tidak terjaga
diriwayatkan secara mursal oleh Mālik dan ‘Abd
(ghayr mahfūẓ). Ibn Ḥajar menyifatinya ḍa‘īf.663
al-Razzāq dari Zayd bin Aslam dengan lafal,
al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ. Abū
.اعطوا السائل وإن جاء على فرس Dāwud, seperti yang ditegaskan oleh al-‘Irāqi,>
tidak memberikan pendapatnya terhadap
Ia telah diriwayatkan secara bersambung Hadis ini (sakata ‘anh). Ini menunjukkan bahwa
oleh Ibn ‘Adiy melalui ‘Abd Allāh bin Zayd bin Hadis ini ṣaḥīḥ/ḥasan. al-‘Alā’ī menghukumi
Aslam dari bapaknya dari Abū Ṣāliḥ dari Abu ḥasan. al-Sakhāwī, al-Suyūṭī dan al-Zabīdī telah
Hurayrah. al-Sakhāwī mengingatkan bahwa ‘Abd menyebutkan beberapa jalur dan shawāhid Hadis
Takhrīj Hadis:
664 Khalīl bin Kaykaldī, al-Naqd al-Ṣaḥīḥ limā Hadis ini diriwayatkan dari dua orang
I‘taraḍa ‘Alayh min Aḥadīth al-Maṣābīḥ, Dār al-Imām sahabat, Sa‘ad dan ‘Abd Allāh bin Mughaffal.
Muslim, Bayrūt, 1990, hlm. 56-60; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid Hadis Sa‘ad telah diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
al-Ḥasanah, hlm. 337-338, h.n. 883; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
Saghīr, jil. 2, hlm. 358; al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah,
Aḥmad dan Abū Ya‘lā. Semuanya melalui Ibn
hlm. 351, h.n. 3340; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, ‘Abāyah dari mawlā (pembantu) Sa‘ad. Lafal
jil.302. hlm. 302. yang disebutkan di atas adalah lafal riwayat Sa‘ad
665 al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 65; al-Zabīdī, Ittiḥāf
dengan kisah bahwa beliau mendengar anaknya
al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm. 302.
666 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Ḥusn berdoa,
Islām al-Mar’i, h.n. 42; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb
Idhā Hamma al-‘Abd Bilḥasanah Kutib wa Idhā Hamma
Bisayyi’ah Lam Yuktab, h.n. 129. 667 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 190.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
191
Takhrīj Hadis:
فاستوى جالسا.والروم وهم لا يعبدون اهلل
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn
أفي شك أنت يا ابن الخطاب؟ أولئك قوم:فقال Mubārak, Ibn Sunnī, Ibn Abī al-Dunyā dalam al-
Shukūr dan al-Baghawī. Semuanya dari ‘Amru
:عجلت لهم طيباتهم في الحيات الدنيا فقلت bin Shu‘ayb dari bapaknya dari datuknya, melalui
al-Muthannā bin al-Ṣabāh. al-Tirmidhī juga
استغفر لى يا رسول اهلل
meriwayatkan dari Suwayd bin Naṣr dari Ibn
Lafal yang disebutkan ini lafal Muslim. Lafal Mubārak dari al-Muthannā dari ‘Amru langsung
al-Bukhārī hanya berbeda sedikit. Sedangkan dari datuknya. Lafal mereka,
riwayat lain yaitu dengan lafal,
،خصلتان من كانتا فيه كتبه اهلل صابرا شاكرا
أما ترضى أن تكون لهم الدنيا ولنا الآخرة
.ومن لم يكونا فيه لم يكتبه اهلل شاكرا وصابرا
juga diriwayatkan oleh Muslim dalam bab
yang sama.682 ،من نظر في دينه إلى من هو فوقه فاقتدى به
ومن نظر في دنياه إلى من هو دونه فحمد اهلل على
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
،ما فضل اهلل به عليه كتب اهلل شاكرا صابرا
Hadis 283
ونظر في،ومن نظر في دينه إلى من هو دونه
خصلتان من كانتا فيه كتب اهلل له شاكرا
دنياه إلى من هو فوقه فأسف على ما فاته منه لم
صابرا من نظر في دينه إلى من هو فوقه فاقتدى 68
يكتبه منه لم يكتبه اهلل شاكرا ولا صابرا
ومن نظر في دنياه إلى من هو دونه فحمد اهلل،به
.على ما تفضل به عليه Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
“Ada dua perkara, yang bila keduanya gharīb. al-Suyūṭī menghukuminya ḥasan. Akan
ada dalam diri seseorang, maka Allāh akan tetapi, al-Munāwī menolaknya dengan alasan
mencatatnya sebagai orang yang bersyukur bahwa dalam sanadnya terdapat al-Muthannā.
lagi bersabar; orang yang dalam hal agama ia Ia ḍa‘īf menurut Ibn Ma‘īn dan ditinggalkan
memandang pada orang lain yang lebih unggul (matrūk) mengikuti pendapat al-Nasā’ī.684
darinya, lalu mengikutinya, dan orang yang Melihat jalur Hadis ini, semuanya melalui al-
mengenai dunianya memandang pada orang
yang lebih rendah darinya lalu memuji Allāh atas 683 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
karunia yang Dia berikan kepadanya.” (tanpa judul, no. 58), h.n. 2512; Ibn al-Mubārak, al-Zuhd
(qism al-zawā’id), hlm. 50, h.n. 186; Ibn Sunnī, ‘Amal al-
Yawm, hlm. 293, 310; Ibn Abī al-Dunyā, al-Shukr, hlm. 77,
h.n. 200; al-Baghawī, Sharīf al-Sunnah, jil. 14, hlm. 293, h.n.
4102.
682 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb 684 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
al-Ghurfah al-‘Uliyyah al-Musharrifah wa Ghayr al- (tanpa judul. no. 58), h.n. 2512; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr,
Musharrifah, h.n. 2469, dan lih. 5191, Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb jil. 1, hlm. 467; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 317;
al-Ṭalāq, Bāb fī al-Ilā’ wa I‘tizāl al-Nisā’ wa Takhyīrihinn, h.n. lih. biografi al-Muthannā dalam Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
1479 dan selelahnya. hlm. 519.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
196
Muthannā. Ia, menurut Ibn Ḥajar, ḍa‘īf, lemah Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
ingatan (pikun) pada akhir hayatnya (ikhtalaṭa
bi ākhirah) dan ia seorang yang kuat ibadahnya. Hadis 286
Melihat kredibilitas ini, maka sanad ini ḍa‘īf.
Dengan begitu Hadis ini secara teks juga menjadi إن في الجنة مائة درجة ما بين الدرجتين مائة
ḍa‘īf.
عام
“Sesunguhnya dalam surga ada seratus
Bab 22 tingkatan. Jarak antara dua tingkatan sejauh
Penjelasan Mengenai Iman perjalaan seratus tahun.”
Takhrīj Hadis:
Hadis 287
Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke-
221. إن في الجنة مائة درجة لو أن العالمين اجتمعوا
Aḥmad, Abū Nu‘aym, al-Bazzār, al-Khaṭīb dan al- oleh al-Bukhārī dan Muslim dengan lafal: شع�ة
ي
Quḍā‘ī. Semuanya dari Abū Mas‘ud. al-Tirmidhī bukan شعرة.700
meriwayatkannya dari Anas dengan lafal,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
إن الدال على الخير كفاعله
Muslim, Abū Dāwud dan al-Tirmidhī juga
meriwayatkannya dari Abū Mas‘ūd dengan lafal, Bab 23
698
من دل على خير فله مثل أجر فاعله Balasan terhadap Mereka yang
Meninggalkan Perintah Allāh
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ Hadis dari no 293 sampai no 300
Hadis riwayat al-Bazzār dan al-Quḍā‘ī
dengan lafal seperti disebutkan dalam Durrah al- Hadis 293
Nāṣiḥīn, ini sanadnya sangat ḍa‘īf. Sebagaimana
yang dikatakan oleh al-‘Irāqī, al-Haythamī juga أن رسول اهلل حاصر يهود بني قريظة احدى
menjelaskan ke-ḍa‘īf-an riwayat ini. Riwayat al-
فسألوا الصلح ما صلح إخوانهم،عشر ليلة
Tirmidhī dari Anas juga ḍa‘īf. Beliau mengatakan
bahwa Hadis ini gharīb melalui jalan ini. Begitu بني النضير على أن يسيروا إلى أذرعات وأريحا
pula yang dijelaskan oleh al-Bazzār. Namun,
riwayat Muslim dan lainnya yang juga dari Abū فأبى رسول اهلل إلا أن ينزلوا،من أراضي الشام
Mas‘ūd dengan lafal sedikit berbeda, seperti
على حكم سعد بن معاذ فأبوا وقالوا أرسل إلينا
yang dijelaskan, adalah ṣaḥīḥ. Jadi Hadis ini ṣaḥīḥ
dengan riwayat Muslim.699 وكان مناصحا لهم،أبا لبابة مروان بن المنذر
Hadis 292
فبعثه إليهم فقالوا،لأن عياله وماله في أيديهم
يخرج من النار من كان في قلبه شعرة من له ماترى هل ننزل على حكم سعد؟ فأشار إلى
“Akan keluar dari neraka orang yang dalam ، فنزلت آية،حتى علمت أني خنت اهلل ورسوله
hatinya terdapat iman meski sehelai rambut.”
فسد نفسه على سارية من سواري المسجد
Takhrīj Hadis: لا واهلل لا أذوق طعاما ولا شرابا حتى:وقال
Hadis dengan lafal seperti ini adalah satu
dari riwayat Hadis al-Shafā‘ah, seperti yang telah فمكث سبعة أيام،أموت أو يتوب اهلل علي
dijelaskan pada Hadis ke 290. Ia diriwayatkan
: فقيل له، ثم تاب عليه،حتى خر مغشيا عليه
698 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 17, h.n. 622- 700 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tawhīd, Bāb Kalām al-
632. Rabb ‘Azza wa Jalla Yawm al-Qiyāmah Ma‘a al-Anbiyā’ wa
699 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 573; al- Ghayrihim, h.n. 751; Muslim, Sahih, Kitāb al-Īmān, Adnā Ahl
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 536-537. al-Jannah Manzilah Fīhā, h.n. 193.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
200
Takhrīj Hadis: 705 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Sunnah, Bāb Luzūm
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al- al-Sunnah, h.n. 2607; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb
Tirmidhī, Ibn Mājah dan lain-lain dari ‘Irbāḍ bin Mā Jā’a fī al-Akhdh bi al-Sunnah, h.n. 2676; Ibn Mājah,
Sunan, Kitāb al-Muqaddimah, Bāb Itbā‘ Sunnah al-Khulafā’
Sariyah dengan lafal awalnya,
al-Rāshidīn al-Mahdiyyīn, h.n. 42.
706 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Mā Jā’a fī
al-Akhdh bi al-Sunnah, h.n. 267; al-Ḥākim, al-Mustadrak,
Kitāb al-‘Ilm, Bāb ‘Alaykum Bisunnatī, jil. 1, hlm. 96-97; al-
703 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 488, 489 Dhahabī, al-Talkhīs>, jil. 1, hlm. 97; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar
dan 490. al-‘Asqallānī, al-Talkhīṣ al-Ḥabīr fī Takhrīj Aḥādīth al-Rāfi‘ī
704 Ibid., jil. 2, hlm. 490. al-Kabīr, Dār al-Ma‘rifah, jil. 1, Bayrūt, t.th. jil. 4. hlm. 190.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
202
mana baju dipakai di badan, dan bid‘ah banyak Sanad Ibn Abī al-Dunyā ḥasan, karena
terjadi. Maka siapa yang mengikuti sunnahku beberapa perawinya, yaitu Azhar bin Marwān
pada hari itu, ia akan menjadi asing dan tinggal dan Ja‘far bin Sulaymān mempunyai kredibilitas
sendirian. Dan siapa yang mengikuti bid‘ah yang yang tidak dapat menjadikan Hadis ṣaḥīḥ.708
dibuat orang-orang, ia akan memperoleh teman Namun Hadis yang disebutkan al-Khūbawī
lima puluh atau lebih.’ Para sahabat bertanya, bukanlah riwayat Ibn Abī al-Dunyā dan perbedaan
‘Wahai Rasūlullāh, adakah seseorang sesudah kandungannya cukup besar. Karena itu, Penulis
kami yang lebih utama dari kami?’ ‘Tentu ada,’ tidak dapat memastikan hukum Hadis ini.
jawab Nabi. Mereka bertanya ‘Mereka melihat
engkau, ya Rasūlullāh?’ ‘Tidak!’ jawab beliau. Hadis 296
Mereka bertanya, ‘Jadi bagaimanakah keadaan
mereka pada waktu itu?’ Nabi menjawab, من تمسك بسنتي عند فساد أمتي فله أجر مائة
‘Seperti garam dalam air. Kalbu mereka larut se
bagaimana larutnya garam.’ Mereka bertanya, شهيد
‘Bagaimana mereka hidup di masa itu?’ Jawab “Siapa berpegang teguh pada sunnahku di
Nabi, ‘Bagaikan ulat dalam cuka.’ Mereka ber kala rusaknya umatku, maka ia mendapatkan
tanya, ‘Bagaimana cara memelihara agama me pahala seratus orang mati shāhid.”
reka?’ Nabi menjawab, ‘Bagaikan bara di tangan.
Jika bara itu ia letakkan akan padam dan jika ia Takhrīj Hadis:
pegang akan membakar tangannya.’” Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke-
213.
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini tidak ditemukan Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
perawinya. al-Khūbawī secara lahirnya tidak
menyebutkan sumbernya atau mengutipnya dari
Hadis 5 (297)
kitab al-Maw‘iẓah. Namun potongan darinya
diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā dalam al- خمس في:عشرة مما عليهن أبوكم إبراهيم
‘Uqūbāt dan al-Daylamī dari Ibn ‘Abbās dengan
lafal: أما التي في الرأس.الرأس وخمس في الجسد
يأتي على الناس زمان يذوب فيه القلب كما فالسواك والمضمضة والاستنساق وقص
من: مم ذاك؟ تقال: قال.يذوب الملح في الماء وأما التي في الجسد.الشارب وإعفاء اللحية
707
المنكر لا يستطيع يغيره فالختان والاستحداد ونتف الإبط وقص
ولكل عضو عبادة حتى الختان.الآظفار
Hukum Hadis: -
.للذكر
707 ‘Abdullāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī
al-Dunyā, al-‘Uqūbāt, Taḥ. Muḥammad Khayr Ramaḍān 708 Lih, biografi keduanya dalam Muḥammad bin
Yūsuf, Bayrūt, Dār Ibn Ḥazm, 1996, hlm. 47, h.n. 46; al- Ḥibbān al-Busṭī, al-Thiqāt, Maṭba‘ah Dā’irah al-Ma‘ārif al-
Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 5, hlm. 440, h.n. 8677; al- ‘Uthmāniyyah, al-Hind, 1980, jil. 8, hlm. 132 dan jil. 6, hlm.
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 92. 140-141; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 408-411.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
203
Takhrīj Hadis: جاء قوم إلى رسول اهلل فقال لهم ألكم طعام؟
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari
قال. نعم: نعم فلكم شراب؟ قالوا:قالوا
‘Ā’ishah dengan sedikit perbedaan lafal.709
. نعم: قال وتبرزونه؟ قال. نعم:فتصفونه؟ قال
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
يقوم أحدكم إنى، فإمعادهما كمعاد الدنيا:قال
Hadis 298 710
خلف بيته فيمسك على أنفه من نتنه
فسأله عن،إن رجلا جاء إلى النبي من أرض Ibn al-Mubārak dan Ibn Abī al-Dunyā dalam
al-Jū‘ meriwayatkan Hadis di atas dari Abī ‘Āṣim
. فأخبره بسعة أرضه وكثرة النعم فيها،أرضه secara mursal.711 Aḥmad, al-Ṭabarānī dalam
al-Kabīr, Ibn Abī al-Dunyā dalam al-Jū‘ dan al-
فقال النبي كيف تفعلون؟ قال إنا نتخذ ألوانا
Bayhaqī dalam Shu‘ab-al-iman meriwayatkan
تصير إلى ماذا؟: ثم قال.من الطعام ونأكلها melalui ‘Alī bin Ja‘d dari al-Ḍaḥḥāk bin Sufyān
dengan lafal,
إلى ما تعلم يا رسول اهلل يعني تصير بولا:قال
يا ضحاك ما طعامك؟ قال يا رسول اهلل اللحم
.وغائطا فقال كذلك مثل الدنيا
ثم يصير إلى ماذا؟ قال إلى ما قد: قال.واللبن
“Sesungguhnya seseorang datang kepada
Nabi dari suatu wilayah. Lalu, ia bertanya tentang علمت قال فإن اهلل تعالى ضرب ما يخرج من
wilayahnya itu. Ia memberitahukan akan luasnya
wilayah yang mereka tinggali dan banyaknya
712
ابن آدم مثلا للدنيا
nikmat di dalamnya. Maka Nabi Saw. bertanya,
‘Bagaimana kalian menyikapinya?’ Ia menjawab,
‘Kami menikmati berbagai macam makanan dan 710 Ibn al-Mubārak, al-Zuhd, hlm. 169. h.n. 492; al-
memakannya.’ Nabi bertanya, ‘Kemudian men Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 6, hlm. 248, h.n. 6119.
711 Ibn al-Mubārak, al-Zuhd, hlm. 168, h.n. 491; ‘Abd
jadi apa?’ Ia menjawb, ‘Menjadi sesuatu yang
Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī al-Dunyā, al-
Anda ketahui, wahai Rasūlullāh (yakni kencing Jū‘, Taḥ. Muḥammad Khayr Ramaḍān Yūsuf, Dār Ibn Ḥazm,
dan kotoran). Maka Nabi menjawab, ‘Seperti itu Bayrūt, 1997, hlm. 169-110, h.n. 167.
712 Ahmad, Musnad, jil. 3, Hlm. 452; al-Ṭabarānī, al-
Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 382, h.n. 8138; Ibn Abī al-Dunyā,
709 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṭahārah, Bāb Khiṣāl al- al-Jū‘, hlm. 106-107, h.n. 164; al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān, jil.
Fiṭrah, h.n. 261. 5, hlm. 29, h.n. 5653.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
204
Sanad terputus yang dimaksudkan di sini rujukannya.719 Hadis yang hampir sama maksud
ialah al-Muṭṭalib dari Abū Mūsā. al-Muṭṭalib nya diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā dalam
adalah seorang tābi‘īn, thiqah, namun hanya al-‘Uqūbāt sebagai perkataan Muḥammad bin
sempat mendengar dari dua atau tiga orang Wāsi‘ dengan lafal,
sahabat; antaranya Ummu Salamah. Sedangkan
riwayat beliau dari Abū Mūsā terputus, karena الذنب على الذنب يميت القلب
beliau tidak pemah mendengar langsung dari Dan sebagai perkataan Mālik bin Dīnār
Abū Mūsā. Abū Ḥātim al-Rāzī mengatakan, dengan lafal,
kebanyakan riwayat beliau mursal. Ibn Ḥajar
mensifatinya ṣadūq, banyak tadlīs dan irsāl.718
720
ما ضرب عبد عقوبة أعظم من قسوة القلب
Hadis munqaṭi‘ adalah salah satu jenis Hadis
Hadis lain ditemukan dalam kitab Shī‘ah
ḍa‘īf; namun ḍa‘īf-nya Hadis ini tidaklah parah.
sebagai perkataan ‘Alī bin Abī Ṭālib dengan lafal,
Apalagi terputusnya di sini antara seorang tābi‘īn
yang thiqah pada seorang sahabat. ما جفت الدموع إلا لقسوة القلب وما قسوة
Hadis 300
721
القلب إلا لكثرة الذنوب
al-Rawandī dalam Lub al-Ḥubāb seperti yang
وقسوة القلب،جمود العين من قسوة القلوب dikutip oleh al-Nūrī dalam Mustadrak al-Wasā’il
وكثرة الذنوب من نسيان،من كثرة الذنوب (Shī‘ah) menyebutkan sabda Nabi ‘Isā dengan
lafal,
الموت ونسيان الموت من طول الأمل وطول
وجفوة العيون،قسوة القلب من جفوة العيون
الامل من حب الدنيا وحب الدنيا رأس كل
وكثرة الذنوب من حب،من كثرة الذنوب
خطيئة 722
وحب الدنيا رأس كل خطيئة،الدنيا
“Keringnya mata, karena kerasnya hati.
Kerasnya hati, karena banyaknya dosa. Banyak
nya dosa, karena lupa mati. Lupa mati, karena Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
panjangnya angan-angan. Panjangnya angan- Hadis-hadis yang diriwayatkan Ibn Abī al-
angan, karena cinta dunia. Dan cinta dunia Dunyā adalah maqṭū‘ sebagai perkataan dua
adalah sumber segala kesalahan (dosa).” orang ṭābi‘īn. Sedangkan Hadis yang disebutkan
al-Khūbawī dari sudut bahasanya, sama seperti
Takhrīj Hadis: bahasa yang disebutkan Ibn Abī al-Dunyā. Arti
Hadis dengan lafal ini tidak ditemukan pe nya, ia bukan sabda Rasūlullāh Saw. Ia dihukumi
rawinya. al-Khūbawī tidak menyebutkan sumber palsu, karena menisbahkan perkataan manusia
biasa sebagai sabda Rasūlullāh Saw.
723
صليت أنا وملائكتي عليه عشرا
Bab 24
Hukum Hadis: Ḍa‘īf; gharīb dengan lafal ini.
Firman Allāh Swt. tentang al-Sakhāwī menghukumi sanad al-Ṭabarānī
Mereka yang Menyimpan Emas tidak bermasalah dalam perkara mutāba‘ah,
dan Perak sebab pada sanadnya terdapat Abū Z{ilāl. Sanad
seperti ini dapat dihukumi ḍa‘īf.724 Sedangkan
Hadis dari no 301 sampai no 312
lafal yang disebutkan al-Khūbawī adalah gharīb.
Hadis 301
Hadis 302
خرج مني جبرائيل أنفا فأخبرني عن ربي عز
من اتاه مالا ولم يؤد زكاته مثل ماله يوم القيامة
وجل أنه قال أي مسلم صلى عليك مرة واحدة
شجاعا أقرع يطوق ذلك الشجاع طوقا في
فأكثروا،إلا صليت أنا وملائكتي عليه عشرا
أنا مالك:عنقه فيعذبه عذابا شديدا فيقول
فإذا صليتم فصلوا،علي الصلاة يوم الجمعة
.الذي كنزته في الدنيا ولم تؤد زكاته
علي تعظيما “Siapa saja yang dikaruniai harta oleh
“Baru saja Jibrīl keluar dari bersamaku Ia Allāh, sedang ia tidak menunaikan zakatnya,
telah memberi kabar padaku dari Allāh ‘Azza wa maka pada hari Kiamat hartanya diserupakan
Jalla bahwa Dia berfirman, ‘Tidak seorang muslim ular bertanduk, yang melilit kuat di lehernya,
pun yang bershalawat kepadamu satu kali, kemudian menyiksanya dengan siksa yang pedih.
kecuali Aku dan para malaikat-Ku bershalawat Kemudian ia berkata, ‘Aku adalah hartamu yang
kepadanya sepuluh kali. Maka bershalawatlah telah engkau simpan di dunia, sedang kamu
kamu sekalian kepadaku sebanyak-banyaknya tidak mengeluarkan zakatnya.’”
pada hari Jum’at. Apabila kamu bershalawat,
maka bershalawatlah kepadaku dengan sikap Takhrīj Hadis:
takzim.’” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
Abū Hurayrah.725
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini belum ditemukan, Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
namun Hadis serupa tanpa penggalan terakhir
عيل تعظيما
فإذا صليتم فصلوا يdiriwayatkan oleh al- Hadis 303
Ṭabarānī dalam al-Kabīr dari Anas, seperti yang
diisyaratkan oleh al-Sakhāwī. Lafal al-Ṭabarānī, من اتاه اهلل مالا ولم يؤد زكاته إذا كان يوم
القيامة صفحت له صفائح من النار فأحمي من منع الصدقة منع اهلل تعالى عنه:والثالث
عليها في نار جهنم فتحرق بها جبهته وجنباه من منع الدعاء لنفسه منع، والثالث.العافية
وكلما بردت أعيدت له في يوم كان،وظهره من منع الحضور، والخامس.اهلل عنه الإجابة
.مقداره ألف سنة فلا،مع الجماعة منع اهلل عنه كمال الإيمان
“Siapa saja yang dikaruniai harta oleh .يكون إيمانه كاملا
Allāh, sedang ia tidak mennaikan zakatnya,
maka pada hari Kiamat akan dihamparkan “Siapa mencegah dirinya dari lima perkara,
baginya lempengan api, kemudian dipanaskan maka Allāh mencegah darinya lima perkara:
lempengan-lempengan itu di atas api neraka Pertama, siapa enggan membayar zakat atas
Jahannam, lalu dibakarlah dengan lempengan hartanya, maka Allāh enggan menjaga hartanya
itu dahinya, lambungnya, dan punggungnya. dari bencana. Kedua, siapa yang enggan me
Dan setiap kali lempengan itu dingin, maka ngeluarkan sepersepuluh dari hasil bumi yang
dipanaskan kembali pada suatu hari yang tumbuh dari tanah, maka Allāh enggan memberi
sepadan dengan seribu tahun.” keberkahan dari semua usahanya. Ketiga, siapa
enggan bersedekah, maka Allāh enggan memberi
Takhrīj Hadis: keselamatan padanya. Keempat, siapa enggan
Hadis ini potongan dari Hadis panjang yang berdoa untuk dirinya, maka Allāh enggan mem
diriwayatkan Muslim dari Abū Hurayrah dengan beri ijābah. Kelima, siapa enggan hadir bersama
lafal Muslim, orang banyak, maka Allāh enggan memberikan
kesempurnaan iman kepadanya, sehingga iman
ما من صاحب ذهب ولا فضة لا يؤدي منها nya tidak sempurna.”
حقها إلا إذا كان يوم القيامة صفحت له Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
726
... صفانح من نار
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.727
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis 304 Hadis ini dihukumi palsu, karena tidak
ditemukan dalam rujukan yang mu‘tabar.
:من منع نفسه من خمس منع اهلل عنه خمسا Ia hanya dikutip dari kitab yang tidak boleh
dijadikan sandaran, sebab pengarangnya saja
من منع الزكاة من ماله منع اهلل حفظ،الأول tidak diketahui namanya. Karena itu, Hadis ini
من منع العشر مما خرج، والثاني.ماله من الأفات dapat dikategorikan sebagai Hadis yang tidak
dikenal sumber rujukannya.
.من الأرض منع اهلل تعالى البركة من كل كسبه
berpendapat ia ditulis Hadisnya dan dapat dijadi hak kami, yang telah diwajibkan atas mereka,’
kan ḥujjah. Lalu, Abū Zur‘ah berpendapat ia lā Maka Allāh Ta‘ālā berfirman, ‘Demi keperkasaan-
ba’sa bih. Ibn ‘Adiy juga berpendapat tidak ada Ku dan keagungan-Ku, sesungguhnya akan Aku
cacat dan Hadisnya bisa ditulis. Ibn Ḥajar me jauhkan mereka, dan sungguh, akan Aku dekat
ngatakan bahwa ia ṣadūq, tapi banyak salahnya kan kalian.’ Rasūlullāh pun membaca, ‘Dan orang-
(kathīr al-khaṭa’).739 orang yang dalam hartanya tersedia bagian
Namun demikian, Hadis ‘Ā’ishah di atas tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan
dihukumi sendiri oleh Imām Aḥmad sebagai Hadis orang yang tidak mempunyai apa-apa.’”
Mawḍū‘ yang beliau perintahkan untuk dihapus
dari Musnad-nya. Akan tetapi seperti dikatakan Takhrīj Hadis:
Ibn Ḥajar, ia tidak dihapus karena terlupa atau Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-
karena mereka yang menulisnya dari ‘Abdullāh Mundhirī, al-Haythamī dan al-Suyūṭī, diriwayat
tidak menghapusnya. Selain Aḥmad, beberapa kan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Ṣaghīr dan al-Awsaṭ
ulama lain seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Taymiyyah, dan Abū al-Shaykh dalam al-Thawāb. Keduanya
Ibn Qayyim, al-‘Irāqī dan Ibn Ḥajar menghukumi dari Anas melalui al-Ḥārith bin Nu‘mān.742
Hadis riwayat ‘Ā’ishah ini palsu.740 Karena itu,
Hadis yang disebutkan al-Khūbawī juga bisa Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
dihukumi palsu. al-Mundhirī yang menyebutkan Hadis ini
dalam al-Targhīb mengingatkan bahwa al-Ḥarith
Hadis 311 menurut Abū Ḥātim tidak kuat (lays bi al-qawiy).
Menurut al-Bukhārī munkar al-ḥadīth. Ibn Ḥajar
يقولون،ويل للأغنياء من الفقراء يوم القيامة menyifatinya ḍa‘īf. al-Suyūṭī menghukumi Hadis
ini ḍa‘īf.743
يقول.ربنا ظلمونا حقوقنا التي فرضت عليهم
.اهلل تعالى وعزتى وجلالي لأبعدنهم ولأقربنكم Hadis 312
وتلى رسول اهلل (والذين في أموالهم حق معلوم رأيت ليلة المعراج وراء جبل قاف مدينة
741
)للسائل و المحروم ألحمد هلل: فلما رأوني قالوا،مملوئة من بني آدم
“Umpatan celaka dari orang-orang fakir فأمنوا بي وعلمتهم،الذي أرانا وجهك يا محمد
ditujukan kepada orang-orang kaya di hari
Kiamat. Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, orang- وبعد ذلك سألتهم من أنتم؟،أحكام الشريعة
orang kaya itu telah menganiaya kami atas hak-
‘Ulamā’.746
Bab 25
Hukum Hadis: -palsu.
Keutamaan Bulan Rajab Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Hadis dari no 313 sampai no 321 Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
terakhir, Hadis seperti ini lebih mendekati palsu.
Hadis 313
Hadis 315
رأيت ليلة المعراج نهارا ماؤه أحلى من العسل
إن أردتم الراحة وقت الموت من العطش
فقلت،وأبرد من الثلج وأطيب من المسك
،والخروج مع الإيمان والنجاة من الشيطان
لجبرائيل يا جبرائيل لمن هذا؟ قال لمن صلى
فاحترموا هذه الشهور كلها بكثرة الصيام
.عليك فى رجب
والندم على ما سلف من الأثام واذكروا خالق
“Aku melihat pada malam Mi‘rāj sebuah
sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih .الأنام تدخلوا جنة ربكم بالسلام
sejuk dari es dan lebih harum dari misik. Maka
aku bertanya pada Jibrīl, ‘Wahai Jibrīl, untuk “Jika kamu ingin bebas dari kehausan
siapakah ini?’ Jawabnya, ‘Untuk orang yang saat hendak mati, keluar membawa iman dan
bershalawat padamu di bulan Rajab.’” selamat dari setan, maka hormatilah bulan-
bulan ini semunya dengan banyak berpuasa dan
Takhrīj Hadis: menyesal atas dosa-dosa yang telah lalu, dan
Hadis ini sama dengan Hadis ke-157. ingatlah Pencipta manusia, niscaya kamu masuk
surga Tuhanmu dengan selamat.”
Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Hadis 314
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
أنيبوا إلى ربكم واستغفروا من ذنوبكم Riyāḍ.747
عن أنس بن مالك قال لقيت معاذ بن جبل Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu
Hadis dengan lafal seperti ini dapat di
فقلت له من أين جئت؟ قال جئت من عند hukumi palsu, sebab sudah ditambahkan dengan
perkataan yang bukan sabda Rasūlullāh Saw.
النبي فقلت ما سمعت منه؟ قال سمعت من
dengan sengaja agar dapat dikira bahwa Hadis ini
،قال لا إله إلا اهلل خالصا مخلصا دخل الجنة ṣaḥīh. Potongan pertamanya masyhur dan ṣaḥīḥ.
Penambahan seperti ini hampir sama dengan
ومن صام يوما من رجب يبتغي به وجه اهلل contoh Hadis palsu dalam kitab-kitab muṣṭalaḥ
yang disebabkan penambahan, yaitu penam
دخل الجنة ثم دخلت على رسول اهلل فقلت إن
bahan kata-kata أو جناحdalam Hadis ṣaḥīḥ,
. قال صدق معاذ.معاذا أخبرني بكذا وكذا
لا سبق إلا في ثلاث في نصل أو حافر أو خف
Dari Anas bin Mālik r.a., ia berkata, aku
menjadi
pernah bertemu Mu‘ādh bin Jabal r.a., maka aku
bertanya kepadanya, ‘Dari mana engkau datang, لا سبق إلا في أربعة
wahai Mu‘ādh?’ Dia menjawab, ‘Aku datang dari
sisi Nabi Saw.’. Saya bertanya, ‘Apa yang engkau Seperti yang sudah dijelaskan, kebanyakan
dengar dari beliau?’ Jawabnya, ‘Saya merdengar, Hadis mengenai kelebihan puasa Rajab itu palsu.749
‘Siapa mengucapkan Lā ilāha illa Allāh, dengan
ikhlas dan memurnikan, maka ia akan masuk Hadis 517
surga. Dan siapa berpuasa sehari di bulan Rajab,
yang dengan itu ia mengharapkan rida Allāh, ألا إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق
maka ia akan masuk surga. Kemudian, aku
والسنة اثنا عشر شهرا،السماوات والأرض
menemui Rasūlullāh, lalu bertanya, ‘Sesungguh
nya Mu‘ādh telah memberitahu aku begini dan ثلاثة متوالية ذو القعدة،منها أربعة حرم
begini.’ Maka beliau Saw. bersabda, ‘Benarlah
Mu‘ādh.’” وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين
Takhrīj Hadis:
.جمادي وشعبان
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat “Ketahuilah, bahwa zaman berputar seperti
ditemukan. Anas dan Mu‘ādh telah meriwayatkan keadaan saat Allāh menciptakan langit dan bumi.
potongan pertama yaitu من قال ال إله إال هللا مخلصا Satu tahun itu dua belas bulan, di antaranya
دخل الجنة. empat bulan haram, tiga bulan berturut-
Beberapa lafal riwayat beliau disebutkan
dalam al-Iḥyā’ dan al-Ittiḥāf. Namun penggalan
748 Lihat, Takhrīj Aḥādīth al-Iḥyā’, h.n. 1482, 3172
keduanya إلخ... ومن صام يوما من رجبtidak dan 3749; dan lihat juga catatan kaki pada kajian Hadis ke-
ditemukan. Penulis menduga, terdapat penam 180.
bahan (al-idrāj) dalam Hadis ini. Sebab, potongan 749 Muḥammad bin ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-
Ḥākim al-Nīsābūrī, al-Madkhal ‘ilā al-Ṣaḥīḥ, Taḥ. Dr. Rabī‘
Hadis pertama ini masyhur, dan disebutkan lagi
bin Ḥadī, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1984, hlm. 32.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
215
وإذا قلت سبحان اهلل ولا إله الا اهلل واهلل Hukum Hadis: -palsu,
Meskipun hukum Hadis ini belum dapat di
.أكبر فقد حججت وعمرت pastikan, namun ia lebih mendekati palsu, karena
“Wahai ‘Ā’ishah, janganlah kamu tidur tidak mempunyai sumber. Lihat pembahasan se
sebelum melakukan empat perkara: sebelum lengkapnya dalam rumusan di bab ketiga.
kamu menghatamkan al-Qur’ān, sebelum kamu
menjadikan para nabi sebagai pemberi shafaat Hadis 324
kepadamu pada hari Kiamat, sebelum kamu
menjadikan kaum muslimin rida kepadamu, روي عن أبي أمامة الباهلي في سبب نزول هذه
dan sebelum melakukan haji dan ‘umrah.’ Lalu,
أن ثعلبة بن 761
)الآية (ومنهم من عاهد ااهلل
Nabi Saw. pun memulai shalatnya. Maka aku
pun tetap diam di tempat tidurku sampai beliau حاطب الأنصاري كان ملازما بمسجد رسول
menyelesaikan shalatnya. Setelah Nabi selesai
shalat, ‘Ā’ishah berkata, ‘Ya Rasūlallāh, aku وكانت جبهته كركبة البعير،اهلل ليلا ونهارا
tebus engkau dengan bapak ibuku. Engkau telah
من كثرة السجود على الأرض والحجارة
menyuruh aku empat perkara yang tak mampu
aku lakukan di saat ini.’ Rasūlullāh Saw. tersenyum “Diriwayatkan dari Abū Umāmah al-Bāhilī
lalu bersabda, ‘Apabila kamu membaca, ‘qul r.a. tentang sebab turunnya ayat ini, bahwa
Huwallāh aḥad’ tiga kali, maka seolah-olah pada mulanya Tha‘labah bin Ḥāṭib al-Anṣārī
kamu telah menghatamkan al-Qur’ān. Apabila senantiasa pergi ke Masjid Rasūlullāh siang dan
malam. Dahinya bagaikan lutut unta, karena darimu adalah orang-orang dermawan, sedang
banyaknya bersujud di atas tanah dan batu- urusanmu dimusyawarahkan sesamamu, maka
batu.” permukaan bumi lebih baik bagimu daripada
dalamnya. Sedang apabila pejabat-pejabatmu
Takhrīj Hadis: adalah orang-orang jahat darimu, orang-orang
Hadis ini sama dengan Hadis pertama di kaya darimu adalah orang-orong kikir darimu,
atas, yaitu Hadis ke 322. sedang urusannmu diserahkan pada wanita-
wanitamu, maka dalamnya bumi lebih baik
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf. bagimu dari permukaannya.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. .يا أيها الناس توبوا إلى اهلل تعالى قبل أن تموتوا
،وبادروا بالأعمال الصالحة قبل أن تشغلوا
Hadis 330
وصلوا الذي بينكم وبين ربكم بكثرة ذكركم
.أفضل الأعمال أحمزها
وأثروا الصدقة في السر والعلانية،له تعالى
“Amal yang paling utama ialah yang paling
berat.” .ترزقوا وتنصروا وتجبروا
770 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb Iqāmah al-Ṣalāh, Bāb 772 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 204, h.n.
Farḍ al-Jum‘ah, h.n. 1081; Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 4. hlm. 386; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 169-170.
1498; Abū Ya‘lā, Musnad, jil. 3, hlm. 282, h.n. 1856; al- 773 Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Irwā’ al-Ghalīl
Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 204, h.n. 386. fī Takhrīj Aḥādīth al-Manār al-Sabīl, al-Maktab al-Islāmī,
771 Lihat biografi ‘Abd Allāh al-‘Adawī dalam al- Bayrūt, 1980, jil. 3, hlm. 50-54.
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 485- 486; Ibn Ḥajar, 774 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 4, hlm. 273,
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 322; dan biografi ‘Alī bin Zayd dalam h.n. 4402; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 297.
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidal, jil. 3, hlm. 127-129; Ibn Ḥajar, 775 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 109;
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 401. al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 297; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
223
sebaliknya.
Hadis 333
Hadis 334
ومن كان،من كان له مال فليتصدق بماله
،لما خلق اهلل تعالى الأرض تحركت ومالت
ومن كان له قوة،له علم فليتصدق بعلمه
.فخلق الجبال فوضعها عليها فاستقرت
.فليتصدق بقوته
يا:فتعجب الملائكة من شدة الجبال فقالوا
“Siapa mempunyai harta, maka hendaklah ia
bersedekah dengan hartanya. Siapa mempunyai :رب هل من خلقك شيء أشد من الجبال؟ قال
ilmu, maka hendaklah bersedekah dengan ilmu
nya. Dan siapa mempunyai kekuatan, hendaklah هل من خلقك، يا رب: فقالوا. الحديد،نعم
bersedekah dengan kekuatannya.”
يا: قالوا. النار، نعم:شيء أشد من الحديد؟ قال
Takhrīj Hadis: : هل من خلقك شيء أشد من النار؟ قال،رب
al-Khūbawī mengutip Hadis ini dari kitab
Jāmi‘ al-Azhār. Dalam kitab tersebut al-Suyūṭī هل من خلقك أشد، يا رب: فقالوا. الماء،نعم
menjelaskan bahwa ia diriwayatkan oleh Ibn
Sunnī dari Ibn ‘Umar dengan lafal yang sama,
هل، يا رب: فقالوا. الريح، نعم:من الماء؟ قال
namun tanpa penggalan terakhir, ابن، نعم:من خلقك شيء أشد من الريح؟ قال
776
ومن كان له قوة فليتصدق بقوته آدم يتصدق صدقة بيمينه يخفيها عن شماله
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Sunnī
.فهو أشد منه
secara umum tanpa menjelaskan kitab tertentu,
biasanya dimaksudkan adalah riwayat beliau “Setelah Allāh Ta‘ālā menciptakan bumi,
dalam kitab ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah. Namun maka bumi itu bergerak-gerak dan goncang
Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab tersebut. lalu Dia menciptakan gunung-gunung. Gunung-
Kemungkinannya, Ibn Sunnī meriwayatkannya gunung itu Dia pancangkan di atas bumi,
dalam kitab lain, namun al-Suyūṭī lupa maka bumi pun diam, sehingga para malaikat
menyebutkannya. terheran-heran dengan kehebatan gunung-
gunung itu. Maka mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku,
Hukum Hadis: -ḍa‘īf, adakah di antara makhluk-Mu yang lebih hebat
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan. lagi dari gunung-gunung?’ Jawab Allāh, ‘Ada,
Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga besi.’ Mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku, adakah
nanti, Hadis seperti ini dapat dihukumi atau di antara makhluk-Mu yang lebih hebat dari
lebih mendekati Hadis ḍa‘īf, dengan tidak besi?’ Jawab Allāh, ‘Ada, api.’ Mereka bertanya,
menutup kemungkinan ia lebih kuat dari itu atau ‘Ya Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu
yang lebih hebat dari api?’ Jawab Allāh, ‘Ada,
air.’ Mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku, adakah di
Saghīr, jil. 2, hlm. 82; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm.
antara makhluk-Mu yang lebih hebat dari air?’
236.
776 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 105; al- Jawab Allāh, ‘Ada, angin.’ Mereka bertanya, ‘Ya
Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr/al-Azhār, jil. 7, hlm. 358, h.n. 22929. Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu yang
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
224
Takhrīj Hadis:
فكل يوم احمل ما رزقها اهلل تعالى إليها،إلي
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Dāraquṭnī dan وخلق لي في هذا البحر ملكا على صورة،مرتين
al-Bayhaqī dari Abū Mas‘ūd secara marfū‘ melalui
Jābir al-Ju‘fī. al-Dāraquṭnī telah meriwayatkan ضفداع فيحملني فيغوص في البحر حتى
nya juga secara mawqūf dengan lafal berbeda
sebagai perkataan Abū Mas‘ūd melalui Jābir di يضعني على تلك الصخرة فتشق حتى تخرج
atas. Beliau mengatakan bahwa yang mawqūf
ثم،تلك الدودة منها فأطعمها مما يكون معي
781 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 379-381. 784 al-Dāraquṭnī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb
782 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 111, h.n. al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud, jil. 1, hlm. 355;
166; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 671, Ibn Ḥajar, al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257.
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 366. 785 Lih. al-Zaylā‘ī, Naṣb al-Rāyah, jil. 1, hlm. 427; al-
783 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 78. Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
226
oleh al-Ghazālī dalam al-Iḥyā’.788 Hadis ini juga diriwayatkan dari Sahal oleh
Abū Dāwud dan Ibn Ḥibbān dengan lafal
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
al-‘Irāqī mengatakan, bahwa beliau belum من سأل وله ما يغنيه فإنما يستكثر من النار
menemukan asal Hadis ini (lam ajid lahū aslan).
من جمرة جهنم) فقالوا يا رسول:(وفي رواية
Sedangkan al-Zabīdī tidak memberikan pen
dapatnya ketika menyebutkan Hadis ini dan 791
قدر ما يغديه ويعشيه:اهلل وما يغنيه؟ قال
menukil pendapat al-‘Irāqī.789
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal seperti ini diriwayatkan Hadis 341
oleh Ibn ‘Adiy dan Ibn Sunnī dalam al-Qanā‘ah
ومن سأل وله خمسون درهما أو عدلها من
dari Abū Hurayrah. al-Daylamī meriwayatkan
pula dengan sedikit perbedaan lafal. Ibn Abī al- . أربعون:الذهب فقد سأل إلحافا وفى رواية
Dunyā juga meriwayatkannya dalam al-Qanā‘ah
“Siapa meminta-minta, padahal ia mem
dari Rajā’ bin Ḥaywah dengan lafal,
punyai lima puluh dirham atau emas yang se
. أوصيني:قال رجل للنبي صلى اهلل عليه وسلم harga dengannya, maka berarti ia telah me
minta-minta dengan mendesak.” Sedangkan me
: ما غنى اهلل؟ قال: قال. استغن بغنى اهلل:قال nurut lafal lainnya, “empat puluh dirham.”
790
غداء يوم أو عشاء ليلة
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal خمسون درهما, diriwayatkan
oleh Abū Dāwud, Ibn Mājah, Aḥmad, al-Ḥākim
788 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 4, hlm. 261.
789 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil.4, hlm. 241; al-Zabīdī,
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm. 304.
790 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 1098; Muḥammad 791 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakāh Bāb Man
bin Isḥāq al-Daynuwarī @ Ibn Sunnī, al-Qanā‘ah, Taḥ. ‘Abd Yu‘ṭā min al-Ṣadaqah, h.n. 1629; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb
Allāh bin Yūsuf al-Juday, Maktabah al-Rushd, al-Riyāḍ, 1989, al-Zakāh, Bāb al-Mas’alah wa al-Akdh wa Mā Yata‘allaq Bih,
hlm. 72, h.n. 52; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 1, hlm. h.n. 3385.
88, h.n. 280; ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn 792 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 129; al-
Abī al-Dunyā, al-Qanā‘ah wa al-Ta‘affuf, Taḥ. Muṣṭafā ‘Abd Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 495; al-Albānī, Ḍa‘īf al-
al-Qādir ‘Aṭā’, Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 269, h.n. 923; al-‘Irāqī, al-Mughnī,
1993, hlm. 69, h.n. 128. jil. 4, hlm. 266.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
228
. من سأل وله أربعون درهما فهو الملحف فإنه منبهة للكريم،عليكم بالمال واصطناعه
Dalam riwayat Ibn Khuzymah terdapat وإياكم ومسألة الناس فإنه،ويغني به عن اللئيم
penambahan lafal وهو مثل سف المسألة. al-Nasā’ī
dan Ibn Ḥibbān juga meriwayatkan dari ‘Aṭā’ dari
آخر كسب الرجل
seorang sahabat dari Banī Asad secara marfū‘, Lafal ini adalah lafal riwayat Ibn Abī al-
Dunyā.795
.من سأل وله أوقية أو عدلها فقد سأل إلهافا
794
(قال الراوي) والأوقية أربعون درهما Hukum Hadis: Mawqūf, Ḍa‘īf.
Sanad Hadis ini ṣaḥīḥ. Namun ia mawqūf
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. dan Hadis mawqūf adalah jenis Hadis ḍa‘īf.
Hadis dengan kedua riwayat adalah ṣaḥīḥ.
Bab 28
Hadis 342
Celaan Membantu Orang Zalim
Hadis dari no 343 sampai no 351
793 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Yu‘ṭī
al-Ṣadaqah wa Ḥad al-Ghinā, h.n. 1628; al-Nasā’ī, Sunan,
Kitāb al-Zakāh, Bāb Ḥad al-Ghinā, h.n. 2590; Ibn Mājah, Hadis 343
Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Sa’al ‘an Z{ahr al-Ghinā,
h.n. 1840; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 467; al-Ḥākim, al- يا محمد أما يرضيك أن:إنه أتاني الملك فقال
Mustadrak, Kitāb al-Zakāh, Bāb Miqdār al-Ghinā, jil. 1, hlm.
407; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣadaqāt, Bāb lā Waqt Fīmā ربك عز وجل يقول إنه لا يصلي عليك أحد
Yu‘ṭā al-Fuqarā’ wa al-Masākīn.
794 al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man al- ولا يسلم،من أمتك إلا صليت عليه عشرا
Mulhif, h.n. 2592, dan Bāb Idhā Lam Yakun Lahū Darāhim,
h.n. 2594; Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb
Tashbīh al-Mulhif Biman Saff al-Mas’alah, h.n. 2448; Ibn
Ḥibban, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Mas’alah wa al-Akhdh
wa Mā Yata‘allaq Bih, h.n. 3381; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al- 795 Aḥmad, Musnad, jil. 5, hlm. 61; al-Bukhārī, al-
Ṣadaqāt, Bāb lā Waqt Fīmā Yu‘ṭī al-Fuqarā’ wa al-Masākīn., Ādāb, Bāb Taswiyah al-Akābir, h.n. 361, dan lih. h.n. 953;
jil. 7, hlm. 24. Ibn Abī al-Dunyā, al-Qanā‘ah, hlm. 27, h.n. 26.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
229
.عليك أحد من أمتك إلا سلمت عليه عشرا من دعا لظالم بالبقاء فقد أحب أن يعصي اهلل
. بلى:قلت .في أرضه
“Sesungguhnya telah datang kepadaku “Siapa mendoakan panjang umur bagi orang
seorang malaikat, lalu berkata, ‘Ya Muḥammad, zalim, maka berarti ia ingin agar Allāh didurhakai
tidak senangkah engkau jika Tuhanmu Ymg Maha di muka bumi-Nya.”
Perkasa dan Maha Agung berfirman; ‘Tidak
seorang pun dari umatmu yang bershalawat Takhrīj Hadis:
kepadamu, melainkan Aku merahmatinya Hadis ini disebutkan al-Ghazālī dalam al-
sepuluh kali; dan tidak sorang pun dari umatmu Iḥyā’ dalam tiga tempat. Sekali disebutkan
yang mengucapkan salam kepadamu, melainkan sebagai khabar, sekali sebagai sabda Rasūlullāh
Aku menyalaminya sepuluh kali?’ Aku menjawab; Saw., dan sekali lagi sebagai perkataan Ḥasan
‘Tentu.’” al-Baṣrī. al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dan Ibn Abī
al-Dunyā dalam al-Ṣamt telah meriwayatkannya
Takhrīj Hadis: sebagai perkataan Ḥasan al-Baṣrī. Sedangkan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasā’ī, Aḥmad, Abū Nu‘aym meriwayatkannya sebagai perkataan
al-Dārimī dan Ibn Ḥibbān. Semuanya dari Abū Sufyān al-Thawrī.798
Ṭalḥah al-Ansārī. Lafal ini hampir sama dengan
lafal Ibn Ḥibbān, sedangkan lafal yang lainnya Hukum Hadis: Maqṭū‘, ḍa‘īf.
tanpa menyebutkan kata-kata بىل.796 al-‘Irāqi dan al-Shawkanī mengatakan
Hadis ini perkataan Ḥasan al-Baṣrī, bukan sabda
Hukum Hadis: Ḥasan. Rasūlullāh Saw.799
al-Sakhāwī mengatakan bahwa sanad Ibn
Ḥibbān terdapat Sulaymān sahaya al-Ḥasan Hadis 345
bin ‘Alī. Ia menurut al-Nasā’ī tidak masyhur. al-
Dhahabī mengatakan bahwa tidak ada yang من سن سنة حسنة فله أجرها واجر من عمل
meriwayatkan darinya, kecuali Thābit al-Bunānī.
Namun al-Sakhāwī menambahkan bahwa ومن سن سنة سيئة فعليه وزرها ووزر،بها
Sulaymān tidak menyendiri dalam meriwayatkan
.من عمل بها
Hadis ini. Ia telah diikuti (taba‘ah) Isḥāq bin Ka‘ab
seperti yang diriwayatkan Aḥmad dengan sanad “Siapa saja yang membuat tradisi yang
yang ḍa‘īf.797 Karena itu, Hadis ini menjadi ḥasan. baik, maka akan memperoleh pahalanya dan
pahala orang yang melakukan tradisi itu. Dan
siapa membuat tradisi ymg buruk, maka ia
Hadis 344
akan nenerima dosanya dan dosa orang yang
796 al-Nasā’ī, Sunan, Kitab al-Sahw, Bāb Faḍl al- 798 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 2, hlm. 111 dan 184, dan
Taslīm ‘alā al-Nabi Saw. h.n. 1283; Aḥmad, Musnad, jil. 4, jil. 3, hlm. 156; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 53-51;
hlm. 429; al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb Faḍl al- Ibn Abī al-Dunyā, al-Ṣamt, hlm. 130, h.n. 230; Abū Nu‘aym,
Salāh ‘alā al-Nabi Saw.; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 7, hlm. 46, dan jil. 8, hlm. 240.
Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 911. 799 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 111; al-Shawkānī,
797 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 161-162. al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 211.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
230
Dalam sanad Abū Shaykh, al-Ṭabarānī dan pulan Ibn Ḥajar. Namun untuk menjadikan Hadis
salah satu sanad Ibn ‘Asākir, terdapat ‘Abd al- ini ḥasan seperti dihukumkan al-Albānī adalah
Raḥmān bin Qays al-Ḍabbī yang dituduh pendusta hal yang sukar. Riwayat ṣadūq memang dihukumi
oleh Abū Zur‘ah, Ibn Mahdī dan lainnya. Menurut ḥasan. Tetapi ṣadūq lahū aghlāṭ paling tinggi
al-Bukhārī, Hadisnya hilang (dhahaba ḥadīthuh). ḍa‘īf, yang mudah untuk dikuatkan menjadi
Ibn Ḥajar menyifatinya matrūk. Selain al-Ḍabbī, ḥasan jika ada mutāba‘ah dan shawāhid. Namun
dalam sanadnya juga terdapat Sukayn bin Sarrāj semua sanad (jalur kedua) melalui Bakar yang
yang dituduh pemalsu Hadis oleh Ibn Ḥibbān dan mempunyai kredibilitas seperti di atas. Apalagi
disifati oleh al-Rāzī sebagai tidak thiqah.803 Jadi, kitab-kilab Ibn Abī al-Dunyā, Ibn ‘Asākir dan Ibn
sanad Hadis ini mawḍū‘. Isḥāq bukan kitab sumber Hadis ḥasan. Jadi
al-Albānī menghukumi sanad Hadis di atas menghukuminya ḍa‘īf mungkin lebih baik.
sangat ḍa‘īf. Akan tetapi beliau menilai jalur
kedua ḥasan, yaitu sanad Ibn Abī al-Dunyā, Abū Hadis 347
Isḥāq dan sanad Ibn ‘Asākir yang lain. Sebab
Bakar bin Khunays disifati oleh Ibn Ḥajar sebagai من أعان مظلوما حزينا مطروحا كتب اهلل
jujur, tapi memiliki banyak kesalahan (ṣadūq
lah aghlāṭ). Maka Hadis ini beliau masukkan ke واحدة منها اصلاح،له ثلاثة وسبعين مغفرة
dalam kitab Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah.804
أمره في الدنيا واثنتان وسبعون درجة في
Dalam biografi Bakar bin Khunays ditemu
kan, bahwa beliau di-ḍa‘īf-kan oleh al-Nasā’ī. .العقبى
Menurut Abū Ḥātim ṣāliḥ, tetapi tidak kuat (ṣāliḥ
“Siapa menolong orang teraniaya yang
lays bi al-qawiy). al-Dāraquṭnī berpendapat di
sedih dan terbuang, maka Allāh mencatat untuk
tinggalkan (matrūk). Sedangkan Ibn Ma‘īn me
nya tujuh puluh tiga ampunan. Salah satu di
nyifatinya ḍa‘īf dan dalam riwayat lain syaikh ṣāliḥ
antaranya berupa perkaranya di dunia dan yang
lā ba’sa bih. Ibn Ḥibbān berkata, bahwa ia me
tujuh puluh dua menaikkan derajat di akhirat.”
riwayatkan Hadis-hadis palsu dari orang-orang
Kūfah dan Baṣrah, yang memberikan keyakinan
Takhrīj Hadis:
bahwa dialah yang membuatnya. Sedangkan Ibn
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam
Ḥajar mengatakan bahwa ia seorang yang jujur,
Shu‘ab al-iman, al-‘Uqaylī dalam al-Ḍu‘afā’,
tetapi banyak salah. Ibn Ḥibbān telah melampaui
Ibn ‘Adiy dalam al-Kāmil, Ibn Ḥibbān dalam al-
dalam membicarakan dirinya.805
Ḍu‘afā’, al-Bukhārī dalam al-Tārīkh al-Kabīr, al-
Melihat kredibilitas Bakar seperti yang di
Khaṭīb dalam al-Tārīkh, al-Bazzār dalam Musnad
laporkan di atas, Penulis setuju dengan kesim
seperti disebutkan dalam Kashf al-Astār, Ibn Abī
al-Dunyā dalam Qaḍā’ al-Ḥawā’ij, dan al-Kharā’iṭī
803 Lihat biografi Sukayn dalam Ibn Ḥibbān, al- dalam Makārim al-Akhlāq, Abū Nu‘aym dalam
Majrūḥīn, jil. 1. hlm 360, al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. Tārīkh Aṣbahān. Semuanya dari Anas melalui
2, hlm. 174; biografi ‘Abd al-Raḥmān bin Qays dalam al- Ziyād bin Abī Ḥassan dengan lafal,
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 583; Ibn Ḥajar, Taqrīb
al-Tahdhīb, hlm. 349. من أغاث ملهوفا كتب اهلل له ثلاثا وسبعين
804 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Saḥīḥah, jil. 3,
hlm. 481, h.n. 1194.
805 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm, 341; Ibn
واثنان، واحدة منها صلاح أمره كله،مغفرة
Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 126.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
232
،ومن صلى علي صلاة صلي اهلل عليه عشرا :يحشر الناس يوم القيامة على ثلاثة أصناف
ومن،ومن صلى علي عشرا صلى اهلل عليه مائة صنف مشاة وصنف ركبان وصنف مشاة على
:صلى علي مائة كتب اهلل بين عينيه براءتين قيل يا رسول اهلل كيف يمشون على.وجوههم
براءة من النفاق وبراءة من النار واسكنه اهلل وجوههم؟ قال إن الذي أمشاهم على أقدامهم
bagaimana cara mereka berjalan dengan seekor unta, dan sepuluh orang di atas seekor
wajah?’ Rasūlullāh menjawab, ‘Sesungguhnya unta.”
Dhāt yang memperjalankan mereka dengan
kakinya, mampu membuat mereka jalan dengan Takhrīj Hadis:
wajahnya. Adapun mereka turun dengan cepat, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
dengan wajah mereka, dari setiap tempat yang Muslim dari Abū Hurayrah dengan lafal sedikit
tinggi dan batu karang.’” berbeda.823
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh al-
Daylamī dari Abū Dharr dengan lafal,
Hadis 358
فمن،لعن اهلل فقيرا تواضع لغني من أجل ماله
من كانت عنده مظلمة لأخيه من عرض أو من
فعل ذلك منهم فقد ذهب ثلثا دينه
شيء آخر فليستحلله اليوم قبل أن لايكون Beliau juga meriwayatkannya dari Abū
إن كان له من عمل صالح أخذ،دينار ولا درهم Hurayrah dengan lafal,
Abū Nu‘aym seperti yang dikatakan oleh al- mawḍū‘, tetapi ia menunjukkan bahwa Hadis ini
Sakhāwī, meriwayatkannya dari Abū Hurayrah mempunyai asal/sumber atau lahū aṣl.830
dengan lafal,
al-Ṭabarānī juga meriwayatkannya dari Anas .والأحمق من اتبع هواها وتمنى على اهلل الأماني
dengan lafal, “Orang yang cerdik (yang berakal lagi cer
das), ialah orang yang menundukkan nafsunya
،من أصبح حزينا على الدنيا ساخطا على ربه
(mengalahkannya), dan beramal untuk kehi
ومن اصبح يشكو مصيية نزلت به فإنما يشكو dupan setelah mati. Sedang orang bodoh adalah
orang yang menuruti keinginannya dan meng
ومن خضع لغني لينال مما في يده،اهلل تعالى angankan terhadap Allāh bermacam angan-
angan, (bahwa Dia akan memberikan kenik
ومن أعطى القرآن،أسخط اهلل عز وجل
matan di surga).”
828
فدخل النار أبعده اهلل
Takhrīj Hadis:
Hadis ini juga diriwayatkan secara mawqūf Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, al-
oleh al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dari Ibn Mas‘ūd Nasā’ī, Ibn Mājah, Aḥmad dalam Musnad dan al-
sebagai perkataan beliau dengan lafal, Zuhd, al-Ḥākim, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr dan
al-Ṣaghīr dan Musnad al-Shāmiyyīn, al-Bayhaqī
من خضع لغني ووضع له نفسه إعظاما له
dalam al-Shu‘ab, Abū Nu‘aym, Ibn Abī al-Dunyā
ذهب ثلثا مروئته وسطر،وطمعا فيما قبله dalam Muḥāsabah al-Nafs, al-Khaṭīb dan al-
Quḍā‘ī. Semuanya dari Shaddād bin Aws melalui
829
دينه Abū Bakar bin ‘Abd Allāh bin Abī Maryam.831
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf. 830 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm 133; al-
Hadis ini dihukumi palsu oleh Ibn al-Jawzī, al- Dhahabī, Tartīb al-Mawḍū‘āt, hlm. 266, h.n. 948; al-Suyūṭī,
Dhahabī dan al-Shawkanī, karena pada sanadnya al-La’ālī, jil. 2, hlm. 318; al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah,
hlm. 389-390; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 302;
ada Muḥammad bin al-Qāsim al-Ṭālikānī. Ia
al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 408, h.n. 1102;
pemalsu Hadis. Namun al-Suyūṭī, al-Sakhāwī al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 239; al-‘Ajlūnī,
dan al-‘Ajlūnī menolaknya dengan alasan Hadis Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 241; ‘Abd al-Raḥmān bin Abū
ini mempunyai beberapa jalur yang meskipun Bakar al-Suyūṭī, al-Nukat al-Badī‘āt ‘alā al-Mawḍū‘āt, Taḥ.
‘Āmir Aḥmad Ḥaydar, Bayrūt, Dār al-Jinān, t.th., hlm. 226.
beberapa diantaranya sangat ḍa‘īf bahkan 831 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul no 25), h.n. 2461; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb Ṣifah
al-Qiyāmah, Bāb (tanpa judul, no. 25), h.n. 2459; Ibn Mājah,
828 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 3, hlm. 467, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Dhikr al-Mawt wa al-Isti‘dād lah,
h.n. 5449; al-Khaṭīb, Tārīkh al-Baghdād, jil. 4, hlm. 368; h.n. 4260; Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 124; Aḥmad, al-Zuhd,
al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm. 268, h.n. 713; al- hlm. 66, h.n. 206; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān,
Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 408, h.n. 1102. Bāb al-Kayyis Man Danā Nafsuh wa ‘Amil Limā Ba‘d al-
829 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jld. 6, hlm. 298, h.n. Mawt, jil. 1, hlm. 57; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 7,
8232. hlm. 284, h.n. 7143; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
239
316, h.n. 849; Sulaymān bin Aḥmad bin Ayyūb al-Ṭabarānī, 833 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 497-498;
Musnad al-Shāmiyyīn, Taḥ. Ḥamdī ‘Abd al-Majīd al-Salafī, Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 623.
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 1, h.n. 463, dan jil. 834 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 350, h.n.
2, h.n. 7143; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 350, 1045; lihat biografi ‘Awn bin ‘Ammārah dalam al-Dhahabī,
111, 1046; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 1, hlm. 267, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 306.
dan jil. 8, hlm. 174; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 12, hlm. 835 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb al-
50; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 140, h.n. 185; ‘Abd Allāh Kayyis Man Danā Nafsuh wa ‘Amil Limā Ba‘d al-Mawt, jil. 1,
bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī al-Dunyā, Muḥāsabah hlm. 57 dan lihat jil. 4, hlm. 325; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil.
al-Nafs, Taḥ. Majdī al-Sayyid Ibrāhīm, Maktabah al-Qur’ān, 1, hlm. 57 dan jil. 4, hlm. 325. Lihat juga pembahasan Hadis
al-Qāhirah, t.th., hlm. 28, h.n. 1. ini dalam al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah, hlm. 343, h.n.
832 al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil, 1, hlm. 57; al-Suyūṭī, al- 330; al-Zarkashī, al-Tadhkirah, hlm. 139; al-‘Ajlūnī, Kashf al-
Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 256; al- Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, Khafā’, jil. 2, hlm. 136, h.n. 2029; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid
jil. 5, hlm. 67-68. al-Ḥasanah, hlm. 229-230, h.n. 850.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
240
836 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 14, hlm. 39; al-Haythamī, 837 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 261.
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 387; al-Suyūṭī, al-Durr al- 838 Ibid., hlm. 285 dan 253.
Manthūr, jil. 4, hlm. 189. 839 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 217.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
241
والنار،الجنة أقرب إلى أحدكم من شراك نعله ، يا محمد:خرج من عندي جبريل آنفا فقال
“Surga lebih dekat pada seorang dari kalian تعالى عبد اهلل خمسمائة عام على رأس جبل
dari pada tali sandalnya, dan neraka pun seperti
يحيط به بحر فأخرج اهلل له عينا عذبة في أسفل
itu.”
...جبل وشجرة رمان كل يوم تخرج رمانة
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari من قواك بعبادة خمسمائة:فيقول اهلل تعالى
Ibn Mas‘ūd.845
سنة؟ ومن أنزلك في جبل وسط البحر وأخرج
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. الماء العذب من بين المالح وأخرج تلك الرمانة
كل ليلة وإنما تثمر في السنة مرة؟ من قبض
Hadis 366
فذلك. أنت يا رب: روحك ساجدا؟ فيقول
لا يدخل أحد منكم عمله الجنة ولا يجيره من
. وبرحمتي أدخل الجنة،كله برحمتي
. ولا أنا أدخل الجنة إلا برحمة اهلل تعالى،النار
“Baru saja Jibrīl keluar dari sisiku. Ia
“Tidak seorong pun dari kalian yang
berkata, ‘Ya Muḥammad, demi Allāh yang telah
dimasukkan ke surga maupun diselamatkan dari
mengutus engkau benar-benar sebagai nabi,
neraka oleh amalnya dan aku pun tidak masuk
sesungguhnya salah seorang hamba Allāh Ta‘ālā
surga karena amalku, tapi karena rahmat Allāh
menyembah Allāh selama lima rutus tahun di
Ta‘ālā.”
puncak sebuah gunung yang dikelilingi laut.
Maka Allāh mengeluarkan mata air yang segar
Takhrīj Hadis:
di kaki gunung dan sebatang pohon delima
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
yang setiap hari mengeluarkan buahnya .…..
Abū Hurayrah dan ‘Ā’ishah dan Muslim dari Jābir.
Allāh Ta‘ālā bertanya, ‘Siapakah yang telah
Lafal ini adalah lafal Muslim, tetapi tanpa kata,
memberimu kekuatan untuk beribadah selama
846
ادخل الجنة lima ratus tahun dan siapa pula yang memberi
tempat kepadamu di sebuah gunung di tengah
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. laut, lalu mengeluarkan air yang segar di antara
air yang asin, serta mengeluarkan buah delima
itu setiap malam, padahal pohon itu hanya
845 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Jannah berbuah sekali dalam setahun dan siapa yang
Aqrab ilā Aḥadikum min Shirāq Na‘lih, h.n. 6488. mencabut nyawamu dalam keadaan sujud?’
846 al-Bukhārī, Saḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Qaṣd Hamba itu menjawab, ‘Engkau, ya Tuhan-Ku.’
wa al-Mudāwamah ‘alā al-‘Amal, h.n. 6463; Muslim, Ṣaḥīḥ,
Allāh berfirman, ‘Itu semua adalah rahmat-Ku.
Kitāb Ṣifah al-Munāfiqīn, Bāb Lan Yadkhul Aḥad al-Jannah bi
‘Amalih bal Raḥmah Allāh, h.n. 2818. Dan dengan rahmat-Ku pula masuklah kamu ke
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
243
surga!’”
إن أمامكم عقبة لا يجوزها المثقلون من
Takhrīj Hadis: .الذنوب إلا بمشقة عظيمة
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Kharā’iṭī
dalam Faḍīlah al-Shukr, dan al-Ḥākim dengan “Sesungguhnya di depan kalian ada jalan
dua jalan. Semuanya dari Jābir melalui Sulaymān mendaki, yang tak bisa dilewati oleh orang-
bin Haram.847 orang yang keberatan dosa, melainkan dengan
kesukaran hebat.”
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ al- Takhrīj Hadis:
isnād. Akan tetapi al-Dhahabī menolaknya de Hadis ini diriwayatkan al-Ḥākim, Abū
ngan alasan bahwa Sulaymān tidak dapat dijadi Nu‘aym dan al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dari Abū
kan pegangan (lā yu‘tamad). al-Dhahabī juga al-Dardā’.850
menyebutkan Hadis ini ketika menulis biografi
Sulaymān dan menafikan kesahihannya, karena Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
bertentangan dengan al-Qur’ān seperti firman al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-
Allāh, Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī menghukumi
Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-Munāwī menyetujuinya.851
848
ادخلوا لجنة بما كنتم تعملون
“Masuklah kamu ke surga dengan apa yang Hadis 369
telah kamu kerjakan!”
مرحبا بك وبمن جئت من عندهم جئت من
Ibn Ḥajar mengutip pendapat al-Dhahabī يقول، يا رسول اهلل: فقال.قوم أحبهم اهلل
ini tanpa memberikan pendapat.849 Jadi Hadis
ini palsu, sebab selain sanadnya lemah, makna هم، إن الأغنياء قد ذهبوا بالخير كله:الفقراء
Hadis ini bertentangan dengan al-Qur’ān yaitu
ويتصدقون ولا نقدر،يحجون ولا نقدر عليه
seseorang itu akan masuk surga dengan usaha
dan amalnya di dunia selain dengan rahmat Allāh سبحان اهلل والحمد هلل: إذا قال الفقير...عليه
sendiri.
لحق شيئا لم يلحقه،ولا إله إلا اهلل واهلل أكبر
Hadis 368 وكذلك،الغني وإن أنفق عشرة ألاف درهم
فرجع إليهم فاخبرهم بذلك.أعمال البر كلها
847 al-Hākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb
Ḥikāyah al-‘Abidīn, jil. 4, hlm. 250; Muḥammad bin Ja‘far
al-Kharā’iṭī, Faḍl al-Shukr ‘alā Ni‘mah Allāh wa Mā Yajib 850 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aḥwāl, Bāb
al-Shukr ‘alā al-Mun‘im ‘Alayh, Taḥ. Muḥammad Muṭī’ al- (tanpa judul), jil. 4, hlm. 574; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’,
Ḥāfiẓ, Dār al-Fikr, t.tp., 1982, hlm. 51-52, h.n. 59. jil. 1, hlm. 226; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 309,
848 al-Qur’ān, al-Naḥl 16: 36. h.n. 10408.
849 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb 851 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aḥwāl, Bāb
Ḥikāyah al-‘Abidīn, jil. 4, hlm. 250, al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. (tanpa judul), jil. 4, hlm. 574; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4,
4, hlm. 250; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 227-228; hlm. 574; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 297; al-
Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 3, hlm. 108-109. Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 2, hlm. 430.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
244
dan lain-lain, sebagiannya dari Ḥusayn bin ‘Alī orang yang mempunyai pemerintahan dan ke
dan sebagian yang lain dari ‘Alī ibn Abī Ṭālib.859 kuasaan yang adil, yang bersedekah dan orang
yang dikaruniai ketaatan kepada Allāh. Kedua,
Hukum Hadis: Ḥasan. orang yang pengasih, yang lembut perasaan
Ibn Ḥajar yang membahas mengenai per nya terhadap setiap orang yang ada hubungan
bedaan sanad-sanad dan riwayat-riwayatnya kerabat dan setiap muslim. Ketiga, orang saleh
mengatakan bahwa hukum Hadis ini kurang yang mencegah diri dari yang tidak halal dan
lebih ḥasan, begitu pula al-Sakhāwī. al-Ḥākim, tidak patut, yang mempunyai keluarga. Dan
al-Dhahabī, dan al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini penghuni neraka itu ada lima. Pertama, orang
ṣaḥīḥ. Sedangkan al-Munāwī menguatkan pen yang lemah, yang tidak tahan menghadapi
dapat Ibn Ḥajar. Demikian pula Penulis.860 syahwat, tidak mau berkeluarga dan tidak mau
bekerja. Kedua, pengkhianat yang tidak menyem
Hadis 374 bunyikan kerakusannya. Ia tidak punya keinginan
selain untuk berkhianat, sekalipun barang yang
ذو سلطان مقسط متصدق:أهل الجنة ثلاثة diinginkan itu remeh. Ketiga, orang yang setiap
pagi maupun sore selalu menipu dirimu (tentang
ورجل رحيم رقيق القلب لكل ذي،موفق keluarga dan hartamu). Lalu perawi menyebut
kan bahwa Nabi Saw. menyebutkan di antara
. وعفيف متعفف ذو عيال،رحم ومسلم
yang lima itu adalah pelit, pendusta, orang yang
الضعيف الذي لا صبر له:وأهل النار خمسة berakhlak buruk, dan orang yang berbuat keji.”
يا محمد:فرأيت جبرائيل نزل عن يميني فقال إن المفلس من أمتي: فقال.درهم له ولا متاع
862 [.. فقرأ ]إن اهلل يأمر بالعدل والإحسان من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي
فاستقر الإيمان في: قال عثمان، إلى آخر الآية قد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك
.قلبي يومئذ دم هذا وضرب هذا فيعطي هذا من حسناته
“Ketika aku membicarakanmu, saat itu فإذا فرغت حسناته قبل،وهذا من حسناته
aku melihat ke arah langit, maka aku melihat
Jibrīl turun di sisi kananku dan berkata, ‘Wahai أن يقضى ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت
Muḥammad! lalu ia membaca, ‘Sesungguhnya
.عليه ثم طرح في النار
Allāh memerintahkan untuk adil dan berbuat
baik…hingga akhir ayat.’ ‘Uthmān berkata, “Taukah kamu sekalian siapakah orang
‘Maka menetaplah iman di dalam hatiku pada yang bangkrut? Para sahabat menjawab, ‘Orang
hari itu.’” bangkrut di kalangan kami ialah orang yang
tidak mempunyai dirham maupun harta benda.’
Takhrīj Hadis: Nabi Saw. menjawab, ‘Sesungguhnya orang
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dalam yang bangkrut dari umatku ialah orang yang
al-Ādāb, Aḥmad, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr pada hari Kiamat datang membawa shalat,
seperti dikutip oleh al-Haythamī, juga oleh Ibn puasa dan zakat. Ia datang dalam keadaan telah
Abī Ḥātim dan Ibn Mardiwayh dalam syarah- mengecam ini, menuduh itu, memakan harta
syarah mereka, sebagaimana yang dikutip oleh ini, menumpahkan darah si itu dan memukul
al-Suyūṭī. Semuanya dari ‘Uthmān bin Maz‘ūn. ini, maka kebaikan-kebaikan orang itu diberikan
al-Bukhārī dan Aḥmad meriwayatkannya melalui pada si ini, dan di antara kebaikan-kebaikannya
‘Abd al-Ḥamīd dari Shahr bin Hawshab.863 diberikan pula kepada si itu. Jika kebaikan-ke
baikannya telah habis sebelum hutangnya lunas,
Hukum Hadis: Ḥasan. maka diambillah dari kesalahan-kesalahan
Sanad Hadis al-Bukhārī dan Aḥmad ḥasan, mereka lalu dilempar pada orang itu, kemudian
sebab ia diriwayatkan melalui ‘Abd al-Ḥamīd iapun dicampakkan ke neraka.”
dari Shahr bin Hawshab. Keduanya dinilai ṣadūq
oleh Ibn Ḥajar.864 Maka Hadis ini dapat dihukumi Takhrīj Hadis:
ḥasan. Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Hurayrah.865
Hadis 376
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
المفلس فينا من لا:أتدرون من المفلس؟ قالوا
Hadis 377
862 al-Qur’ān, al-Naḥl 16: 90.
863 al-Bukhārī, al-Ādāb al-Mufrad, Bāb al-Baghy, hn. من كان له مظلمة لأخيه من عرض أو شيء
893; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 318; al-Haythamī, Majma‘
al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 48; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil.
4, hlm. 240-241. 865 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb
864 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 333 dan 269. Taḥrīm al-Z{ulm, h.n. 2581.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
248
Dalam naskah yang di-taḥqīq oleh Fu’ād ‘Abd lebih dicintai Allāh daripada orang alim yang
al-Bāqī, al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan. pelit.”
Dalam Sharḥ al-Mishkāh karangan al-Ṭībī dan
al-Qārī, beliau menghukuminya gharīb. Dalam Takhrīj Hadis:
‘Āriḍāh al-Aḥwadhī dan Tuḥfah al-Aḥwadhī, Hadis ini sama dengan Hadis ke 85. Hanya
beliau menghukuminya ḥasan gharīb. Ibn ‘Arabī, saja dalam redaksi ini ada penambahan lafal
al-Ṭībī, al-Qārī dan al-Mubārkafūrī tidak mem yaitu,
berikan pendapatnya. Adapun Penulis menguat
kan naskah yang menghukumi Hadis ini sebagai والجاهل السخي أحب إلى اهلل من العالم البخيل
ḥasan gharīb, karena lebih sesuai dengan kaidah
al-Tirmidhī.871 Kesimpulannya, Hadis ini ḥasan Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
melalui jalur yang pertama. al-Albānī juga meng
hukuminya ḥasan.872
Hadis 380
Hadis 381
871 Lihat Sunan al-Tirmidhī, Taḥ. Fu’ād ‘Abd al-Bāqī,
h.n. 2021; al-Ḥusayn bin ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-
Ṭībī, al-Kāshif ‘an Ḥaqā’iq al-Sunan, Taḥ. Dr. ‘Abd al-Ḥamīd
فلينظر أحدكم إلى من،المرء على دين خليله
Hindāwī, Maktabah Nizār Muṣṭafā al-Bāz, Makkah, 1997,
jil. 10, hlm. 3238-3239, h.n. 5088; ‘Alī bin Muḥammad .يخالل
bin Sulṭān al-Qārī, Mirqāt al-Mafātīḥ Sharḥ Mishkāh al-
Maṣābīḥ, Taḥ. Ṣidqī Muḥammad Jamīl al-‘Aṭṭār, al-Maktabah “Seseorang terlihat dalam keberagamaan
al-Tijāriyyah, Makkah, t.th, jil. 8, hlm. 815-816, h.n. 5088; sahabatnya, maka hendaknya salah seorang dari
Muḥammad bin ‘Abd Allāh Abū Bakar bin ‘Arabī, ‘Āriḍah al- kalian melihat pada siapa orang itu bersahabat.”
Aḥwadhī Lisharḥ Ṣaḥīḥ al-Tirmidhī, Dār al-Kutub al-‘Arabī,
Bayrūt, t.th., jil. 8, hlm. 176-178; al-Mubārkafūrī, Tuḥfaḥ al-
Aḥwadhī, jil. 6, hlm. 166. Takhrīj Hadis:
872 al-‘Albānī, Ṣaḥīḥ Sunan Abī Dāwud, jil. 3, hlm. Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
907-908, h.n. 3997.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
250
Hadis 384
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis riwayat al-Tha‘labī sanadnya mawḍū‘, أكثروا الصلاة علي فإن صلاتكم مغفرة
karena terdapat al-Kalbī, seperti yang dijelas
واطلبوا لي الوسيلة والدرجة الرفيعة،لذنوبكم
kan sebelum ini dan akan dijelaskan di bawah
bahwasanya ia dituduh pendusta.881 Riwayat .فإن وسيلتي عند ربي شفاعة لكم
kedua melalui Juwaybir juga sangat ḍa‘īf, karena
Juwaybir bin Sa‘īd sangat ḍa‘īf. Ia dinilai oleh “Perbanyaklah shalawat kepadaku! Sesung
al-Nasā’ī dan al-Dāraquṭnī sebagai orang yang guhnya shalawat kalian adalah ampunan bagi
Hadisnya layak ditinggalkan (matrūk al-ḥadīth).882 dosa-dosa kalian dan mintakan untukku wasilah,
Riwayat al-Ṭabarānī pada sanadnya terdapat ‘Abd kedudukan yang tinggi. Sesungguhnya wasilahku
al-A‘lā. Menurut Yaḥyā dan Abū Dāwud ia tidak di sisi Tuhanku menjadi shafaat bagi kalian.”
cacat (lays bi shay’). Ibn Numayr dan al-Nasā’ī
berkata matrūk (ditinggalkan). al-Dāraquṭnī ber Takhrīj Hadis:
pendapat ia ḍa‘īf. Adapun al-Haythamī menyata Hadis ini seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī
kan bahwa ia ditinggalkan dan pendusta (matrūk dan al-Hindī dalam Kanz al-‘Ummāl, diriwayatkan
kadhdhāb).883 Jadi sanad ini sangat ḍa‘īf. oleh Ibn ‘Asākir dari Ḥasan bin ‘Alī. Penulis me
Riwayat Ibn Isḥāq dan al-Ṭabarī pada sanad nemukan bahwa Abū Ya‘lā meriwayatkannya
nya terdapat Muḥammad bin al-Sā’ib al-Kalbī. Ia, pula dari Abū Hurayrah melalui Layth bin Abī
seperti dikatakan Ibn Ḥajar, dituduh pendusta Sulaym dengan redaksi,
dan pengikut mazhab Rafīḍah. Selain Ibn al-Sā’ib,
أكثروا الصلاة علي فإن صلاتكم علي زكاة
Ibn Isḥāq sendiri ḍa‘īf menurut beberapa ulama,
meskipun beliau imam dalam perkara sejarah. ، يا رسول اهلل: فقيل. وسلوا لي الوسيلة،لكم
Ibn Ḥajar menilainya saduq. Hanya saja men-
tadlīs dan dituduh sebagai Shī‘ah dan penganut أعلى درجة في الجنة ليس:وما الوسيلة؟ قال
Qadariyah.884 Jadi sanad ini sangat ḍa‘īf, bahkan
وأنا أرجو أن،ينالها إلا رجل واحد من الناس
mawḍū’. Karena itu, tidak dapat menguatkan
riwayat pertama. Akan tetapi Hadis ini mempunyai 886
أكون أنا هو
shawāhid bahwa Nabi Saw. mikraj dari rumah
Ummu Hāni’. Jadi, Hadis dapat dihukumi ḍa‘īf. “Perbanyaklah shalawat kepadaku! Sesung
Secara teks, Hadis ini bertentangan dengan guhnya shalawat kalian atasku adalah zakat bagi
Hadis sebelumnya yang ṣaḥīḥ (Hadis ke 382). kalian, dan mohonlah wasilah untukku!’ Lantas
Namun masih bisa dipadukan seperti yang telah ditanya, ‘Wahai Rasūlullāh; apakah wasilah itu?’
diusahakan Ibn Ḥajar dalam Fatḥ al-Bārī.885 Beliau menjawab, ‘Derajat tertinggi di surga.
Tidak ada yang dapat menggapainya kecuali
hanya satu orang saja dari seluruh manusia dan
aku berharap orang itu adalah aku.’”
881 Lihat biografi al-Kalbī dalam al-Ḥalabī, Kashf al-
Astār, hlm. 230-231.
882 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 427. 886 Abū Ya‘lā, Musnad, jil. 11, hlm. 298, h.n. 6414;
883 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 531; al- al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 180; ‘Alā’ al-Dīn al-
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 76. Muttaqī bin Ḥishām al-Dīn al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl fī Sunan
884 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 479 dan 467. al-Aqwāl wa al-Af‘āl, Sunt. Bakar Ḥayyānī dan Ṣafwah al-
885 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 7, hlm. 207. Ṣaqa’, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 1, hlm. 489.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
253
disebutkan di atas.
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Terkait riwayat Abū Ya‘lā, seperti yang Hadis 385
dikatakan al-Haythamī, bahwa sanadnya ḍa‘īf,
karena terdapat Layth. Layth ini thiqah, akan من قال حين يسمع النداء مهللا رب هذه الدعوة
tetapi mudallis. Layth menurut Ibn Ḥajar ṣadūq,
namun ia mukhtaliṭ (pikun), sehingga tidak bisa التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة
membedakan Hadisnya. Karena itu ditinggalkan
والفضيلة والدرجة الرفيعة وابعثه مقاما
periwayatannya.887 Dalam riwayat ini, Layth
meriwayatkan dari Ka‘b dengan kalimat ‘an ()عن. .محمودا الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
Menurut kaidah ilmu Hadis, kemungkinan besar
“Siapa yang berdoa ketika mendengar
sanadnya terputus. Maka sanad ini menjadi ḍa‘īf.
seruan (azan) ya Allāh, Tuhan bagi seruan yang
Hadis ini mempunyai shawāhid. Namun
sempurna ini, dan shalat yang tegak, berikanlah
semuanya mengenai bagian kedua Hadis ini,
Muḥammad wasilah dan keutamaan, derajat
yaitu mengenai al-wasīlah. ‘Abd Razzāq, Aḥmad
yang luhur, dan berikan padanya kedudukan
dan al-Bazzār meriwayatkan Hadis mengenai
mulia yang telah Engkau janjikan, sesungguhnya
masalah ini juga melalui Layth dengan redaksi
...عيل فسلوا ييل الوسيلة Engkau tidak pernah mengingkari janji.”
ي “ إذا صليتمJika kalian ber
shalawat kepadaku, maka mohonkanlah wasilah
Takhrīj Hadis:
untukku…”
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
al-Tirmidhī juga meriwayatkannya melalui
Jābir, tanpa diakhiri dangan redaksi, إنك ال تخلف
Layth dengan redaksi; ( سلوا ييل الوسيلةMohonkanlah
890
الميعاد
wasilah untukku!) tanpa ada redaksi 888عيلإذا صليتم ي
“Jika kalian bershalawat untukku.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Jadi, kata-kata عيل زكاة لكم أو مغفرة
فإن صالتكم ي
لكمtidak ditemukan dalam riwayat lain. Karena Hadis 386
itu, riwayat dengan redaksi ini adalah gharīb.
al-Suyūṭī maupun al-Hindī tidak memberikan
لما وصل النبي إلى الدرجات العاليات والمراتب
pendapatnya terhadap Hadis ini. Begitu pula al- يا محمد بماذا:الرفيعة أوحى اهلل تعالى إليه
Munāwī. Sedangkan al-Albānī menghukuminya
ḍa‘īf.889 Penulis menguatkan pendapat yang تشرفني بأن تنسبني إلى نفسك:أشرفك؟ قال له
mengatakan ḍa‘īf karena alasan seperti yang
فأنزل اهلل تعالى سبحان الذي أسرى.بالعبودية
887 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 144; 891
بعبده ليلا
Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 464.
888 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jld. 2, hlm. 216, h.n. “Ketika Nabi Saw. telah sampai pada ke
3120; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 265; al-Haythamī, Kashf
al-Astār, jil. 1, hlm. 184, h.n. 363; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb
dudukan yang tinggi dan martabat yang luhur,
al-Manāqib, Bāb Rasūlullāh Saw. Khatam al-Nabiyyīn, h.n.
3616; dan lihat Catatan/ta‘līq Sulaym Asad dalam Musnad
Abū Ya‘lā, jil. 11, hlm. 298-299. 890 al-Bukhārī, Ṣaḥīh, Kitāb al-Ādhān, Bāb al-Du‘ā’
889 Ibid; al-Munawi, Fayḍ al-Qadīr, jil. 2, hlm. 88; al- ‘ind al-Ādhān, h.n. 614. dan lihat h.n. 4719.
Albānī, Da‘īf al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 338, h.n. 1202. 891 al-Qur’ān, al-Isrā’ 15: 1.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
254
Allāh memberikan wahyu padanya, ‘Wahai sangat ḍa‘īf.893 Namun demikian, Hadis ini tidak
Muḥammad dengan apa aku membuatmu tersebut dalam semua Hadis yang disebutkan. Ini
mulia?’ Nabi Saw. menjawab, ‘Engkau menjadi menunjukkan, bahwa Hadis ini palsu.
kanku mulia dengan menisbahkan diriku pada-
Mu dengan ubudiah.’ Maka Allāh Swt. menurun Hadis 387
kan ayat, ‘Mahasuci Zat yang memperjalankan
hamba-Nya pada malam hari…’” .أول مسجد وضع في الأرض المسجد الحرام
“Masjid pertama kali yang dibangun di muka
Takhrīj Hadis:
bumi adalah Masjid al-Ḥarām.”
Hadis ini belum ditemukan dalam pelbagai
kitab Hadis yang ada pada Penulis. al-Khūbawī
Takhrīj Hadis:
mengutip Hadis ini dari kitab Mi‘rājiyyah dan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
berkata
Muslim dari Abū Dharr. Adapun redaksi al-
892
... لما وصل:قال البرهان النسفي Bukhārī adalah,894
“al-Burhān al-Nasafī berkata, ‘Ketika telah أي مسجد وضع في الأرض، يا رسول اهلل:قلت
sampai…’”
ثم أي؟: قلت: قال. المسجد الحرام:أولا؟ قال
Hadis ini secara teks tidak dinisbahkan
: كم بينهما؟ قال: قلت. المسجد الأقصى: قال
sebagai sabda Rasūlullāh Saw., tetapi sebagai
perkataan al-Burhān al-Nasafī, namun ia mem ثم أينما أدركتك الصلاة بعد،أربعون سنة
punyai makna sama dengan Hadis marfū‘. Sebab
perkara seperti ini termasuk yang tidak mungkin .فصله فإن الفضل فيه
diketahui oleh akal manusia biasa. “Aku bertanya, ‘Wahai Rasūlullāh, apakah
masjid yang pertama kali dibangun di muka
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. bumi?’ Beliau menjawab, ‘Masjid al-Ḥarām.’ Aku
Karena belum dapat ditemukan di pelbagai berkata, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab,
kitab yang mu‘tamad dan ia hanya dikutip dari ‘Masjid al-Aqṣā.’ Aku bertanya lagi, ‘Berapa jeda
kitab Mi‘rājiyyah, dan kitab tersebut tidak waktu antara keduanya?’ Beliau menjawab,
mu‘tamad, maka kemungkinan Hadis ini palsu ‘Empat puluh tahun. Kemudian di mana pun
sangat besar. engkau menemukan shalat setelah masa itu,
al-Bayhaqī setelah menyebutkan beberapa maka shalatlah! Sebab, terdapat keutamaan di
Hadis tentang Isra’ dan Mi‘rāj yang menurut dalamnya.’”
beliau sanadnya kuat, berkata bahwa Hadis-
hadis tentangnya banyak sekali, dan mayoritas Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
diriwayatkan dengan sanad sangat ḍa‘īf dan
palsu. Kemudian beliau menyebutkan puluhan
Hadis yang menurut beliau ḍa‘īf, tapi mendekati 893 al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm. 354-
sangat ḍa‘īf. Begitu juga yang sebetulnya 405.
894 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Aḥādīth al-Anbiyā’, Bāb
(tanpa judul, no. 10), h.n. 3366; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Masājid wa Mawāḍi‘ al-Ṣalāh, Bāb (Muqaddimah), h.n.
892 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 127. 520.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
255
itu berkata, ‘Angkat salah satu kakimu!” Nabi Sedangkan bagian kedua, Penulis tidak yakin
Saw. mengangkatnya. Kemudian orang itu ber akan kesahihannya, sebab cerita tersebut tidak
kata, ‘Angkatlah yang satunya lagi.’ Nabi Saw. terdapat dalam kitab-kitab Hadis dan sejarah
menjawab, ‘Jika aku mengangkatnya, maka Nabi Saw. yang mu‘tamad, yang telah dirujuk.
aku akan jatuh.’ Maka orang kafir itu berkata, Seandainya cerita itu memang ada, tentu cerita
‘Jika kamu tidak bisa terbang sejengkal saja itu akan masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab
dari bumi, bagaimana mungkin kamu bisa naik sejarah atau Hadis. Selain itu, kedudukan umat
hingga ke langit dan Sidrah al-Muntahā?’ Maka Islam yang masih lemah tidak memungkinkan
ia berkata, ‘Keluarlah dari Masjid al-Ḥarām dan ‘Alī berbuat demikian, karena hal ini akan
ceritakan peristiwa ini kepada ‘Alī. Sesungguhnya dapat dijadikan alasan bagi pihak musuh untuk
ia akan menjawabmu.’ Maka Nabi Saw. keluar membunuh ‘Alī dan Nabi Saw. sendiri, atau
dari Masjid al-Ḥarām dan menemui ‘Alī, lalu paling tidak meminta kepada ‘Alī dan keluarganya
menceritakan kisah tersebut kepadanya. Lalu ia pampasan. Cerita tentang ini tidak ditemukan
menanyakan pedangnya……’” dalam sejarah. Jadi Hadis bagian kedua ini palsu.
Kesimpulannya, Hadis dengan redaksi seperti
Takhrīj Hadis: dalam Durrah al-Nāṣiḥīn itu palsu. Sedangkan
Hadis ini merupakan dua Hadis yang bagian pertama Hadis itu ṣaḥīḥ seperti yang
berbeda. Bagian pertama Hadis ini diriwayatkan dijelaskan di atas.
oleh al-Ḥākim dan al-Bayhaqī dalam al-Dalā’il,
juga oleh Ibn Mardiwayh seperti yang dikutip Hadis 390
oleh al-Suyūṭī. Semuanya dari ‘Ā’ishah dengan
redaksi sedikit berbeda sampai lafal: سيم ي فلذا أتيت بدابة وهي أشبه الدواب بالبغل وهو
الصديق.896 (Karena itu, ia dinamai aṣ-Ṣiddīq).
Bagian kedua, bermula dari perkataan وجاء فانطلق: قال.البراق الذي كان يركبه الأنبياء
... يا محمد:( واحد منهم فقالLalu datang salah satu
بي يضع يده عند منتهى بصره فسمعت نداء عن
dari mereka berkata, ‘Wahai Muḥammad…).
Hadis dengan cerita dan maksud seperti ini يميني يا محمد على رسلك فمضيت ولم أعرج
belum dapat ditemukan dalam kitab-kitab Hadis
dan sejarah yang mu‘tamad. عليه ثم سمعت نداء عن شمالي ولم ألتفت
ثم استقبلتني امرأة وعليها من كل زينة،إليه
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis bagian pertama dihukumi ṣaḥīḥ فمضيت ولم. على رسلك:فمدت يدها وقالت
oleh al-Ḥākim dan disetujui oleh al-Dhahabī.897
: أو قال- ثم أتيت ببيت المقدس.ألتفت إليها
899 al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’, jil. 3, hlm. 313; Ibn Ḥibbān, 900 al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 283 dan
al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 313; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 289; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 4, hlm. 268-269; al-
3, hlm. 173; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 408. Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 6-7.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
259
Mereka berkata, ‘Kemudian pagi ini kamu telah ‘Abbās di atas adalah ṣaḥīḥ.905 Sedangkan sanad
berada di tengah kami?’ ‘Benar,’ jawab beliau. riwayat bagian selanjutnya dihukumi ṣaḥīḥ oleh
Maka larilah beberapa orang musyrik mencari al-Ḥākim dan disetujui oleh al-Dhahabī.906 Jadi
Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq lalu mereka katakan, ‘Sudah kedua Hadis itu dapat dihukumi ṣaḥīḥ.
dengarkah kamu berita dari sahabatnmu itu? Ia
mengaku bahwa dirinya telah diperjalankan tadi Hadis 394
malam.’ ‘Benarkah ia telah berkata begitu?’ tanya
Abū Bakar. Mereka menjawab, ‘Ia telah berkata أن النبي صلى اهلل عليه وسلم سئل هل رأيت
begitu.’ Maka kata Abū Bakar, ‘Sesungguhnya ia
berkata benar.’ ‘Kamu membenarkan ia?’ tanya . رأيت بفؤادي ولم أره بعيني:ربك؟ قال
mereka. Maka Abū Bakar menegaskan, ‘Aku “Sesungguhnya Nabi Saw. pernah ditanya,
membenarkan ia bahkan yang lebih jauh lagi apakah engkau melihat Tuhanmu?’ Beliau men
dari itu.’” jawab, ‘Aku melihat dengan fuadku. Aku tidak
melihatnya dengan kedua mataku.’”
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan redaksi seperti ini hingga se Takhrīj Hadis: -
belum perkataan �ك الم� ن
ش فسىع رجل من, diriwayat
ي Hadis ini, seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī,
kan oleh al-Nasā’ī, Aḥmad, Ibn Abī Shaybah, diriwayatkan oleh ‘Abd bin Ḥumayd, Ibn al-
al-Bazzār, Abū Nu‘aym dan al-Ṭabarānī dalam Mundhir, al-Ṭabarī dan Ibn Abī Ḥātim. Semuanya
al-Kabīr dan al-Awsaṭ, seperti dikutip oleh al- dari Muḥammad bin Ka‘b al-Quraẓī dari beberapa
Haythamī dan al-Suyūṭī dari Ibn ‘Abbās.903 Sedang orang sahabat dengan redaksi
kan bagian selanjutnya, dimulai dari perkataan
الم� ن
�ك ش فسىع رجل منhingga akhir, diriwayatkan لم: هل رأيت ربك؟ قال، يا رسول اهلل:قالوا
ي
oleh al-Ḥākim, al-Bayhaqī dan Ibn Mardiwayh,
seperti dikutip oleh al-Suyūṭī, semuanya dari
907
.أره بعيني ورأيته بفؤادي مرتين
‘Ā’ishah.904 “Mereka bertanya, ‘Wahai Rasūlullāh, apa
kah engkau melihat Tuhanmu?’ Beliau menjawab,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. ‘Aku tidak melihat-Nya dengan kedua mataku,
al-Haythamī mengatakan bahwa perawi aku melihat-Nya dengan fuadku sebanyak dua
pada sanad Aḥmad adalah perawi Hadis ṣaḥīḥ. kali.’”
al-Suyūṭī mengatakan bahwa sanad riwayat Ibn
Ibn Khuzaymah dalam al-Tawḥīd juga me
riwayatkannya dari ‘Abd Allāh bin al-Ḥārith bin
903 Aḥmad, Musnad, jil. 1, h.n. 309; Ibn Abī Shaybah,
al-Muṣannaf, Kitāb al-Maghāzī, Bāb Ḥadīth al-Isrā’, jil. 8,
hlm. 445; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 3, hlm. 221- 905 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 65;
222, h.n. 2468; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 1, hlm. 45- al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 265-266.
46, h.n. 56; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 65; 906 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-
al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 265-266. Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī Bakar
904 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al- Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm.
Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī Bakar 63.
Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Bayhaqi, Dalā’il al-Nubuwwah, 907 al-Suyūṭī, Manāhil al-Ṣafā, hlm. 99, h.n. 415; al-
jil. 2, hlm. 260-261; al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 6, hlm. 160; al-Ṭabarī, Tafsīr,
hlm. 265-266. jil. 27, hlm. 49.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
261
Nūfal secara mawqūf sebagai perkataan beliau pernah melihat Nabi Saw., tetapi tidak pernah
رأى ب ي. (Nabi
dengan redaksi: الن� بفؤاده ولم يره بعينه 908
bersahabat atau bercakap dengannya. Berbeda
melihat dengan fuadnya dan ia tidak melihat dengan bapak dan kakeknya. Keduanya adalah
dengan kedua matanya). sahabat.910 Hadis ini tidak dinisbahkan sebagai
sabda Rasūlullāh Saw., melainkan pendapat ‘Abd
Hukum Hadis: - Allāh. Jadi Hadis ini tergolong Hadis mawqūf.
Riwayat yang marfū‘ adalah ḍa‘īf. Sedangkan Namun ia mengandung makna marfū‘.
riwayat yang mawqūf ṣaḥīḥ. Namun demikian, Kesimpulannya, Hadis yang diriwayatkan
ia mempunyai hukum marfū‘. al-Ṭabarī meriwa secara marfū‘ adalah ḍa‘īf. Sedangkan yang
yatkannya dari ‘Abd bin Ḥumayd. Dalam sanad diriwayatkan secara mawqūf adalah ṣaḥīḥ.
ini terdapat perawi bernama Mūsā bin ‘Ubayd Meskipun demikian, ia mempunyi hukum marfū‘.
al-Rabazī. Kemungkinannya nama Mūsā bin Hadis yang bermaksudkan sama atau kontradiktif
‘Ubaydah al-Ḥumayrī (dalam Tafsīr al-Ṭabarī dengan Hadis ini banyak diriwayatkan oleh
yang dicetak adalah nama yang salah, sebab Ibn Khuzaymah dalam kitab al-Tawḥīd dan al-
perawi yang meriwayatkan dari Muḥammad Dāraquṭnī dalam kitab al-Ru’yah dan al-‘Ajūrī
bin Ka‘b adalah Mūsā bin ‘Ubayd, bukan Mūsā dalam kitab al-Sharī‘ah. Silahkan rujuk kitab-
bin ‘Ubaydah). Menurut Aḥmad, Hadis-hadis kitab tersebut.911
Mūsā bin ‘Ubayd tidak boleh ditulis (lā yuktab
ḥadīthuh). al-Nasā’ī menilainya ḍa‘īf. Ibn Ma‘īn
berpendapat ia tidak cacat (lays bi shay’). Dalam Bab 33
satu riwayat lain mengatakan Hadisnya tidak
boleh dijadikan ḥujjah. Yaḥyā bin Sa‘īd berkata,
Penjelasan Mengenai
“Kami berhati-hati terhadap riwayatnya.” Namun Keutamaan Manusia
Ibn Sa‘ad berpendapat Mūsā bin ‘Ubayd thiqah, Hadis dari no 395 sampai no 402
tetapi riwayatnya tidak boleh dijadikan ḥujjah
(thiqah wa lays biḥujjah). Ibn Shaybah berkata,
Hadis 395
ṣadūq, sangat ḍa‘īf. Ibn ‘Adiy menjelaskan
bahwa ke-ḍa‘īf-an pada riwayatnya jelas terlihat .من سلم علي عشرا فكأنما أعتق رقبة
(al-ḍa‘īf ‘alā riwāyatih bayyin). Ibn Ḥajar
menyimpulkannya sebagai perawi ḍa‘īf, terlebih “Siapa mengucap salam padaku sepuluh
lagi jika Mūsā bin ‘Ubayd meriwayatkan dari ‘Abd kali, maka seolah-olah ia memerdekakan budak.”
Allāh bin Dīnār.909 Jadi riwayat ini ḍa‘īf.
Sanad dari riwayat Ibn Khuzaymah, semua Takhrīj Hadis:
perawinya thiqāt. ‘Abd Allāh bin al-Ḥārith ter Hadis ini disebutkan oleh al-Qāḍī ‘Iyāḍ dalam
golong sebagai sahabat. Namun beliau digolong al-Shifā’ dari Ibn Wahb. al-Hindī menjelaskan,
kan sebagai sahabat junior. Sebab beliau hanya
Dalam sanad Hadis ini terdapat Ibn Lahī‘ah. pula dari Ibn ‘Umar secara mawqūf sebagai
Seperti yang telah banyak diterangkan, ia termasuk perkataan beliau.919
perawi yang ḍa‘īf. al-Tirmidhī menghukumi
Hadis ini gharīb. al-Suyūṭī menghukuminya ḍa‘īf. Hukum Hadis: Mawqūf, ḍa‘īf.
Namun al-Sakhāwī mengatakan, meskipun sanad Abū Nu‘aym menghukumi riwayatnya
al-Tirmidhī, Aḥmad dan lainnya ḍa‘īf, tetapi Hadis gharīb dari Hadis Yaḥyā dan Nāfi‘ secara marfū‘
ini mempunyai banyak shawāhid, diantaranya dan muttaṣil. al-Haythamī mengatakan, riwayat
yang diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dengan al-Ṭabarānī pada sanadnya terdapat beberapa
sanad yang baik. al-Mundhirī mengatakan bahwa perawi yang ḍa‘īf, tetapi thiqah menurut sebagian
perawi-perawi pada sanad al-Ṭabarānī thiqāt. al- ulama. al-Suyūṭī menyebutkan Hadis ini tanpa
Munāwī mengutip al-‘Iraqi yang mengatakan, menyebutkan hukumnya.920 al-‘Askarī, seperti
bahwa sanadnya jayyid. Ibn Ḥajar mengatakan yang dikatakan al-Sakhāwi,> menghukumi bahwa
perawinya thiqāt.917 Menurut Penulis, Hadis ini menyebutnya sebagai riwayat yang marfū‘ adalah
bisa menjadi ḥasan li - ghayrihi. salah. Yang benar adalah riwayat yang mawqūf.
al-Sakhāwī menyetujui pendapat ini.
Hadis 398 Penulis menguatkan pendapat terakhir,
yaitu Hadis ini mawqūf. Sebab kalau melihat
.من كثر كلامـه كثر سـقـطـه dari redaksi Hadis ini sepenuhnya, ia lebih mirip
sebagai perkataan seorang manusia biasa dari
“Siapa yang banyak bicaranya, banyak
pada sebagai perkataan Nabi Saw. Apalagi Hadis
salahnya.”
ini telah diriwayatkan secara mawqūf sebagai
perkataan Ibn ‘Umar.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘ym,
al-Quḍā‘ī, al-‘Askarī, dan seperti yang dikutip Hadis 399
oleh al-Haythamī, al-Sakhāwī dan al-Suyūṭī,
. ومن تكبر وضعه اهلل،من تواضع رفعه اهلل
diriwayatkan juga oleh al-Ṭabarānī dalam al-
Awsaṭ. Semuanya dari Ibn ‘Umar secara marfū‘. “Siapa yang rendah hati, maka Allāh akan
Sebagian melalui jalan Ibn ‘Ajlān, dan sebagian mengangkatnya dan siapa yang tinggi hati,
lagi melalui Yaḥyā bin Abī Kathīr. Keduanya dari maka Allāh akan menjatuhkannya.”
Nāfi‘ dari Ibn ‘Umar.918 al-Quḍā‘ī dan al-‘Askarī,
seperti disebutkan al-Sakhāwī, meriwayatkannya Takhrīj Hadis:
Hadis dengan redaksi seperti ini disebutkan
oleh al-Ghazālī dalam al-Ihyā‘. al-‘Irāqī menjelas
917 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 534; al- kan, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bazzār dari
Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 416, h.n. 1141; al-
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 536; al-Munāwī, Fayḍ al-
Qadīr, jil. 6, hlm. 171. 919 al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 236-237, h.n. 372-
918 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 74; al- 374; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah hlm. 426, h.n.
Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 236-237, h.n. 372-374; Abū Hilāl 1171.
al-‘Askarī, Jamharāt al-Amthāl, Taḥ. Muḥammad Abū al- 920 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 74; al-
Faḍl Ibrāhīm dan ‘Abd al-Majīd Qatāmish, Dār al-Jīl, Bayrūt, Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 302; al-Sakhāwī,
1988, jil. 1, hlm. 19; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 426, h.n. 1171; al-Suyūṭī, al-
hlm. 302; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 426, hn. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 552-553; al-Munāwī, Fayḍ al-
1171; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 552-553. Qadīr, jil. 6, hlm. 213-214.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
264
Ṭalḥah, oleh al-Ṭabarānī dari ‘Ā’ishah, dan oleh shawāhid yang kuat, diantaranya seperti diriwa
Aḥmad dan Abū Ya‘lā dari Abū Sa‘īd.921 Redaksi yatkan oleh Muslim, al-Tirmidhī dan lain-lain,
al-Bazzār adalah sebagai berikut: dari Abū Hurayrah dengan redaksi:
،من يتواضع هلل سبحانه درجة رفعه اهلل درجة Takhrīj Hadis:
Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke
ومن يتكبر على اهلل درجة يضعه اهلل به درجة
330.
. حتى يجعله فى أسفل سافلين
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Siapa yang merendah kepada Allāh Swt.
satu derajat, maka Allāh akan mengangkatnya
Hadis 401
satu derajat. Siapa yang sombong di hadapan
Allāh satu derajat, maka Allāh akan jatuhkan :لما خلق اهلل تعالى آدم وذريته قالت الملائكة
ia satu derajat, hingga menjadikannya di dasar
yang paling bawah.” يا رب خلقتهم يأكلون ويشربون وينكحون
turunannya, malaikat berkata, ‘Wahai Rabb, kan dalam kitab al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl dan al-Tārīkh
Engkau menciptakan mereka; mereka makan, al-Kabīr tanpa disertai pendapat tentang keadilan
mereka minum, mereka kawin, mereka naik atau kecacatannya. Ibn Ḥibbān memasukkan
kendaraan, mereka memakai pakaian, mereka nama beliau dalam kitab al-Thiqāt. Jadi riwayat
tidur dan bersenang-senang. Sedangkan Engkau ini boleh dihukumi ḥasan.926 Sedangkan riwayat
tidak menjadikan bagi kami satu pun dari itu ‘Abd al-Razzāq, al-Ṭabarī, Ibn al-Mundhir dan Ibn
semua. Maka jadikanlah dunia untuk mereka Abī Ḥātim adalah mawqūf sebagai perkataan
dan akhirat untuk kami.’ Allāh berfirman, ‘Aku Zayd bin Aslam, maka riwayat ini ḍa‘īf. al-Bayhaqī
takkan menjadikan makhluk yang telah Aku juga menjelaskan akan adanya riwayat dari Jābir
ciptakan dengan Tangan-Ku dan Aku tiupkan ke tanpa meriwayatkannya dengan sanad. Namun
dalamnya ruh-Ku, sebagaimana makhluk yang beliau sendiri mengatakan bahwa kemungkinan
Aku ciptakan dengan “Kun”, lalu ia jadi. ṣaḥīḥ-nya sedikit. Keteguhannya perlu diteliti
(wa fī thubūtih naẓar).927 Jadi, Hadis ini boleh
Takhrīj Hadis: dihukumi ḥasan dengan riwayat al-Bayhaqī
Hadis ini seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī, dalam al-Asmā’ dan al-Shu‘ab.
diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr
dan al-Awsaṭ, sebagaimana juga yang dikutip Hadis 402
al-Haythamī dari Ibn ‘Umar. al-Bayhaqī dalam al-
Shu‘ab dan al-Asmā’ wa al-Ṣifāt meriwayatkan من أعطي شيئا من غير مسألة فليأخذه فإنما
nya dari ‘Urwah bin Ruwaym dari seorang Anṣār
dari Rasūlullāh Saw. ‘Abd al-Razzāq, Ibn Jarīr .هو رزق من اهلل
al-Ṭabarī, Ibn al-Mundhir dan Ibn Abī Ḥātim “Siapa yang diberi sesuatu tanpa meminta,
meriwayatkannya dari Zayd bin Aslam secara maka hendaklah ia mengambilnya. Sesungguh
mawqūf.924 nya itu merupakan rezeki dari Allāh.”
“Jika datang kepadamu dari sebagian harta Hurayrah seperti dalam Durrah al-Nāsiḥīn,
berupa sesuatu yang engkau tanpa mendamba diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan lain-lainnya.931
kannya dan tidak pula memintanya, maka ambil
lah! Adapun terhadap selain itu, maka janganlah Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
engkau ikuti nafsumu.”
Hadis 404
Dalam redaksi Muslim yang lain,
ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان ويصليان
إذا ساق اهلل إليك رزقا من غير مسألة ولا
علي إلا وأنهما لم ينصرفا حتى يغفراهلل ذنوبهما
930
إشراف نفس فخذه فإن اهلل أعطاكه
.ما تقدم وما تأخر من كرمه
“Jika Allāh mengalirkan padamu suatu
rezeki yang tanpa engkau pinta juga bukan yang “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu
engkau berhasrat padanya, maka terimalah. Se berjabat tangan, lalu keduanya bershalawat
sungguhnya Allāh memberikannya kepadamu.” kepadaku, melainkan keduanya tidak akan ber
pisah, sehingga Allāh mengampuni dosa kedua
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. nya dari yang telah lalu dan yang akan datang,
Hadis ini ṣaḥīḥ dengan riwayat al-Bukhārī karena kemuliannya.”
dan Muslim.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī,
Bab 34 Abū Ya‘lā, Ibn Ḥibbān dalam al-Du‘afā’. al-
Sakhāwī dalam al-Qawl al-Badī‘ menjelaskan ia
Penjelasan Mengenai Shalat diriwayatkan juga oleh Abū Nu‘aym dalam al-
Tahajjud Ḥilyah, al-Ḥasan bin Sufyān dalam Musnad, al-
Hadis dari no 403 sampai no 422 Rashīd al-‘Aṭṭār dan Ibn Bashkuwāl. Semuanya
dari Anas dengan redaksi sedikit berbeda. Dalam
beberapa riwayat menggunakan redaksi, ما من
ن
عبدينatau متحاب� ف ي� هللا ما من عبدينsebagai ganti
Hadis 403 ي
ما من مسلم�ن.932
ي
.هو المقام الذي أشفع فيه لأمتي
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
“Tahajjud adalah kedudukan yang mana aku Abu Nu‘aym seperti yang dikutip al-Sakhāwī
memberi shafaat kepada umatku.”
Takhrīj Hadis: 931 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Sa’al
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan al-Nās Takaththuran, hn. 1475, dan lihat h.n. 4718, 6565
Muslim dari Anas. Sedangkan riwayat dari Abū dan 7440; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Adnā Ahl al-
Jannah Manzilah, h.n. 320; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-
Tafsīr, Bāb Sūrah al-Isrā’, h.n. 3137.
932 Ibn Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 63,
Mas’alah, h.n. 1405. h.n. 194; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 286; Abū Ya‘lā,
930 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ibāḥah Musnad, jil. 5, hlm. 334, hn. 2960; al-Sakhāwī, al-Qawl al-
Liakhdh Man U‘ṭiy min Ghayr Mas’alah, h.n. 1405. Badī‘, hlm. 344.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
267
menghukumi Hadis riwayatnya dengan gharīb. “Sesungguhnya aku dudukkan ia lebih tinggi
Akan tetapi al-Sakhāwī menyanggahnya dengan darimu, karena tidak ada di dunia orang yang
mengatakan bahwa ia sangat ḍa‘īf. al-Albānī bershalawat lebih banyak melebihi dirinya.
menghukuminya sangat munkar dengan redaksi Setiap pagi ia berkata, ‘Ya Allāh sampaikanlah
ini. Hadis ini sangat ḍa‘īf, karena di dalam shalawat kepada junjungan kita Muḥammad
sanadnya terdapat Durust bin Ḥamzah. Ia ḍa‘īf sebanyak orang yang bershalawat kepadanya.
menurut al-Dāraquṭnī. al-Bukhārī berkata, Sampaikanlah shalawat kepadanya sebanyak
“Hadisnya tidak dapat diikuti”. Sebab keduanya, orang yang tidak bershalawat kepadanya.
seperti yang dikatakan al-Albānī, dalam Hadis ini Sampaikanlah shalawat kepadanya sebagaimana
ada penambahan kalimat عيل ويصليا يyang tidak Engkau cinta untuk bershalawat kepadanya.
terdapat pada riwayat yang masyhur dan banyak Sampaikanlah shalawat kepada Muḥammad
diriwayatkan dari beberapa sahabat. 933 sebagaimana Engkau memerintahkan untuk
Namun demikian, Hadis ini telah dikatakan bersalawat kepadanya. Karena itulah, aku
ṣaḥīḥ melalui mimpi yang berlaku bagi beberapa dudukkan ia di tempat yang lebih tinggi darimu.”
orang sufi yang saleh, seperti yang diceritakan
oleh al-Fākihānī dan dikutip oleh al-Sakhāwī.934 Takhrīj Hadis:
Menurut Penulis, apa yang diceritakan oleh Hadis ini sama dengan Hadis ke 105.
al-Fākihānī, jika ia benar, tidak dapat men-
ṣaḥīḥ-kan Hadis ini. Sebab pen-taṣḥīḥ-an dan Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
pen-ḍa‘īf-an berdasarkan sanad dan matan,
bukan berdasarkan mimpi. Maka Hadis ini tetap Hadis 406
dihukumi ḍa‘īf.
.أمر النبي بقيام الليل وكتب عليه دون أمته
Hadis 405 “Nabi Saw. memerintahkan Qiyām al-Layl
dan diwajibkan ia atas diri beliau, tidak atas
إنما أجلسته أعلى منك لأنه ليس في الدنيا من
umatnya.”
:يصلي أكثر منه وهو يقول كل غداة وعشي
Takhrīj Hadis:
مهللا صل على سيدنا محمد بعدد من صلى Hadis dengan redaksi seperti ini belum
ditemukan, namun makna yang dimaksudkan
وصل على سيدنا محمد بعدد من لم يصل،عليه
adalah sama seperti Hadis ke 409 seperti yang
وصل على محمد كما تحب أن يصلى،عليه muncul dalam kajian Ibn Hajar mengenai masalah
ini dalam kitab al-Talkhīṣ.935 Pembahasan menge
وصل على محمد كما أمرت أن يصلي،عليه nainya akan dibincangkan pada Hadis ke 409.
، وييسر عليه الحساب،من القبر أبيض الوجه ليلة أسرى بي إلى السماء أوصاني ربي بخمسة
ويعطى،ويمر على الصراط كالبرق الخاطف لا تعلق قلبك بالدنيا فإني لم: فقال،أشياء
ḍa‘īf, juga beberapa contoh yang palsu. Namun diriwayatkan oleh Ibn Sunnī dalam ‘Amal al-
demikian, Hadis ini tidak ditemukan dalam daftar Yawm dengan sanad yang ḍa‘īf, seperti dikatakan
tersebut. Ini menunjukkan bahasa Hadis ini ter oleh ‘Abd Allāh Sirāj al-Dīn. Redaksinya,
masuk Hadis-hadis palsu yang tidak disebutkan
keseluruhannya oleh al-Bayhaqī.947 - ما من عبد يقول حين رد اهلل إليه روحه
لآ إله إلا اهلل وحده لا:- أي عندما يستيقظ
Hadis 412
شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء
من استيقظ من النوم فقال لا إله إلا اهلل وحده
إلا غفر اهلل له ذنوبه ولو كانت مثل زبد،قدير
له الملك وله الحمد وهو على كل،لا شريك له 949
البحر
سبحان اهلل والحمد هلل واهلل أكبر،شيء قدير
“Tidaklah seorang hamba berkata ketika
رب،ولاحول ولا قوة إلا باهلل العلي الظيم Allāh kembalikan ruhnya kepadanya, artinya
ketika bangun tidur, ‘Tiada Tuhan selain Allāh,
اغفر لي ولوالدي وللمؤمنين والمؤمنات فقد Dialah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-
Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, Dia Maha
. غفر له ربه
kuasa atas segala sesuatu,’ melainkan Allāh
“Siapa yang bangun dari tidurnya membaca, mengampuni semua dosanya meskipun seperti
‘Tiada Tuhan selain Allāh, Dialah yang Esa, tiada buih di lautan.”
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-
Nya pujian, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Hukum Hadis: -
Mahasuci Allāh. Segala puji bagi Allāh. Allāh Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Mahabesar, tiada daya dan upaya kecuali dengan Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga
Allāh yang Mahaluhur dan Maha Agung. Wahai nanti, Hadis-hadis seperti ini lebih mendekati
Tuhanku, ampunilah aku dan orangtuaku, serta Hadis palsu.
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan!’,
maka Tuhannya akan mengampuninya.” Hadis 413
Takhrīj Hadis: عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم
Hadis dengan redaksi ini belum dapat
ditemukan perawinya, termasuk dalam kitab- .من الأنبياء والأولياء
kitab khusus mengenai doa seperti karangan al- “Hendaklah kalian menjalankan Qiyām al-
Nasā’ī, Ibn Sunnī, al-Ṭabarānī, al-Nawawī, Abū Layl! Sesungguhnya ia merupakan kebiasaan
Bakar al-Ṭarṭūsī dan Shaykh ‘Abd Allāh Sirāj al- orang-orang saleh sebelum kalian dari kalangan
Dīn. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah para nabi dan wali.”
al-Wā‘iẓīn atau Shir‘ah al-Islām.948 Sedangkan
makna bagian pertama Hadis ini ditemukan Takhrij Hadis:
Hadis ini telah diriwayatkan dari beberapa
947 Lih. al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm.
364-405. 949 Ibn Sunnī, ‘Amal al-Yawm, hlm. 6-7, h.n. 10; ‘Abd
948 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 141. Allāh Sirāj al-Dīn, al-Du‘ā’, hlm. 40-41.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
272
sebagai sabda Rasūlullāh Saw. dan sanadnya “Khamar adalah muaranya dosa. Perempuan
ḥasan sebagaimana yang dihukumi oleh al- adalah tali pengikatnya setan. Dan cinta dunia
Arna’ūṭ. Sedangkan bagian seterusnya ḍa‘īf, adalah sumber segala kesalahan.”
karena mawqūf sebagai perkataan Ibn ‘Umar
atau maqṭū‘ sebagai perkataan Mujāhid.959 Jadi Hadis ini telah diriwayatkan pula sebagai
Hadis tersebut bukan sabda Rasūlullāh Saw. sabda Nabi ‘Īsā a.s. oleh Abū Nu‘aym dan al-
Penambahan perkataan seseorang ke dalam Bayhaqī dalam al-Shu‘ab.961
satu Hadis Nabi Saw. jika dimaksudkan sebagai al-Sakhāwī juga menerangkan bahwa Hadis
penafsiran, adalah tidak diharamkan, sebagai ini juga telah diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā
mana yang terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan dalam Makāyid al-Shayṭān sebagai perkataan
yang lainnya. Sedangkan Hadis di atas, penam Mālik bin Dīnār. Ibn Yūnus dalam Tārikh Miṣr
bahan di sini seakan-akan bukan merupakan meriwayatkannya dari Sa‘ad bin Mas‘ūd sebagai
penafsiran. Ia menjadi kelanjutan redaksi se perkataan beliau. Sedangkan Ibn Taymiyyah
belumnya. Maka Hadis dengan redaksi seperti di mengatakan bahwa Hadis ini perkataan Jundub
atas mawḍū‘, karena Nabi Saw. tidak menyebut al-Bajalī.962
kannya demikian. Nabi Saw. hanya menyabda
kannya sebagaimana riwayat Abū Dāwud, Ibn Hukum Hadis: Mursal, ḍa‘īf.
Khuzaymah dan lain-lainnya, seperti yang telah Perbedaan riwayat seperti di atas menye
dijelaskan. babkan perbedaan pendapat ulama mengenai
kekuatan Hadis ini. al-Bayhaqī, Ibn al-Jawzī, Ibn
Hadis 418 Taymiyyah, al-‘Irāqī dan al-Ṣaghānī menghukumi
Hadis ini mawḍū‘. Sedangkan Ibn Ḥajar, al-
.حب الدنيا رأس كل خطيئة Sakhāwī dan al-Suyūṭī menguatkan pendapat
yang mursal. Sebab sanad riwayat al-Bayhaqī
“Cinta dunia adalah sumber segala
dari Ḥasan al-Baṣri} adalah ḥasan. Mursal adalah
kesalahan (dosa.)”
salah satu jenis Hadis ḍa‘īf.963
Takhrīj Hadis:
Hadis ini telah diriwayatkan secara mursal
oleh al-Bayhaqī dalam Shu‘ab al-iman dan al-
Zuhd dari Ḥasan al-Baṣrī. al-Daylamī, seperti 10501; al-Bayhaqī, al-Zuhd, hlm. 134, h.n. 248; al-Sakhāwī,
al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182, h.n. 384; al-Mundhirī, al-
yang dikutip oleh al-Sakhāwī, meriwayatkannya
Targhīb, jil. 3, hlm. 257.
dari ‘Alī. al-Munzirī juga menyebutkan Hadis ini 961 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 6, hlm. 388; al-
sebagai riwayat Ruzayn dari Khudhayfah dari Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 323-324.
Rasūlullāh Saw. dengan redaksi, 962 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182-
183, h.n. 384; Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalīm al-Ḥawrānī @ Ibn
Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, Taḥ. Muḥammad Luṭfī al-
، والنساء حبائل الشيطان،الخمر جماع الإثم Ṣabbāgh, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, hlm. 58, h.n. 7.
963 Ibn Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, hlm. 58, h.n. 7;
960
وحب الدنيا رأس كل خطيئة al-Ḥasan bin Muḥammad al-Ṣaghānī, Mawḍū‘āt al-Ṣaghānī,
Taḥ. Dr. Najm ‘Abd al-Raḥmān Khalaf, Dār al-Ma’mūn li al-
Turāth, Dimashq, 1985, hlm. 37, h.n. 35; al-Sakhāwī, al-
959 Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, Taḥqīq al-Iḥsān Bitartīb Ṣaḥīḥ Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182-183, h.n. 384; al-Suyūṭī, al-
Ibn Ḥibbān, jil. 6, hlm. 311. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 498; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr,
960 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 338, h.n. jil. 3, hlm. 369.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
275
sanad. Hadis yang tidak dikenal sanadnya adalah kannya dari Ibn ‘Umar, dan dalam masalah ini
Hadis palsu. Karena itu, dihukumi palsu. terdapat juga riwayat dari Anas.969 Di sini, Ibn
Ḥajar tidak memberikan kritik terhadap sanad
Hadis 422 al-Daylamī. Ini menunjukkan sanadnya tidak
bermasalah atau paling tidak boleh diterima. Di
.التكبيرة الأولى خير من الدنيا وما فيها samping itu penjelasan beliau bahwa Anas juga
meriwayatkan Hadis mengenai masalah yang
“Takbir yang pertama (dalam shalat ber
sama, menunjukkan bahwa Hadis ini mempunyai
sama imam) lebih baik daripada dunia dan
shāhid. Jadi Hadis ini maqbūl dan boleh dihukumi
isinya.”
ḥasan atau ḍa‘īf, karena ḍa‘īf boleh diterima
dalam masalah-masalah faḍā’il al-a‘māl.
Takhrīj Hadis:
Redaksi yang disebutkan al-Khūbawī خ� من ي
Hadis dengan redaksi seperti ini belum
الدنيا وما فيهاkemungkinannya adalah tafsiran atau
dapat ditemukan. al-Hindī mengatakan bahwa al-
ungkapan lain dari خ� من ألف بدنة يseperti yang
Daylamī meriwayatkan Hadis mengenai masalah
biasa dikatakan oleh orang Arab.
yang sama dari Ibn ‘Umar dengan redaksi,
al-Ḥākim. Semuanya dari Anas. Ibn Abī Syahbah “Allāh telah melarangku mengusir mereka.
juga meriwayatkannya dari Ibn ‘Umar. Redaksi ini Mereka berkata, “Maka sediakan satu hari
adalah redaksi al-Nasā’ī dan Ibn Abī Shaybah dari untuk kami dan satu hari untuk mereka.”
Ibn ‘Umar. Sedangkan redaksi yang lainnya tanpa Beliau menjawab, “Aku tidak mau.” Merekapun
menyebutkan kalimat terakhir, yaitu, berkata, “Kalau begitu, buatlah satu majlis!
Hampirilah kami dengan wajahmu dan palingkan
970
ورفعت له عشر درجات punggungmu kepada mereka!” Maka turunlah
“Dan diangkat baginya sepuluh derajat.” firman Allāh Swt., “Dan sabarkan dirimu.”
dari orang-orang yang dicintai Allāh.” Delegasi “Sesungguhnya orang-orang fakir dari
itu berkata, “Ya Rasūlallāh orang-orang fakir kalangan Muḥājirīn lebih dahulu masuk surga
itu berkata, bahwa orang-orang kaya itu benar- daripada orang-orang kaya, pada Hari Kiamat
benar memborong kebaikan seluruhnya. Mereka kelak, dengan selisih masa empat puluh musim.”
berhaji, sedang kami tidak mampu melaku
kannya. Mereka bersedekah sedang kami tidak Takhrīj Hadis:
mampu melakukannya. Mereka memerdekakan Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
hamba sahaya, sedang kami tidak mampu me Sa‘īd.977
lakukannya. Dan apabila mereka sakit, mereka
menyuruh ambil simpanan, dikarenakan harta Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
mereka yang berlebih.” Maka bersabdalah Nabi Secara lahiriah, riwayat Muslim adalah
Saw., “Sampaikan salam kepada orang-orang mu‘allaq, karena beliau langsung mengatakan
fakir itu dan sampaikan kepada mereka pesanku, قال عبد هللا. Aḥmad bin Shākir menjelaskan
bahwa siapa di antara kalian yang bersabar bahwa perkataan tersebut merupakan isyarat
dengan ikhlas, maka ia akan memperoleh tiga kepada sanad sebelumnya seperti dalam riwayat
perkara yang tidak diberikan kepada orang- Aḥmad, karena pada sanad tersebut Muslim
orang kaya. Pertama, dalam surga ada sebuah meriwayatkannya melalui ‘Abdullāh.978
ruangan yang dipandangi oleh penghuni surga
seperti halnya penghuni dunia ini memandang Hadis 428
bintang-bintang. Takkan sampai ke tempat
itu selain seorang nabi, seorang wali, seorang دخلت يوما على رسول اهلل وهو:عن عمر
shahid atau seorang mukmin yang fakir. Kedua,
orang-orang fakir akan masuk surga setengah وإذا الحصير قد أثر في،مضجع على حصير
hari sebelum orang-orang kaya, yang itu sama
ونظرت في حزينته فرأيت نحو صاعا،جنبه
dengan 500 tahun, di mana mereka dapat
menikmati tempat mana saja yang mereka : ما يبكيك؟ قلت: فقال،من شعير فبكيت
kehendaki. Sedang Sulaymān bin Dāwud a.s.
masuk surga 40 tahun setelah masuknya para ،كسرى وقيصر ينامان على فراش حرير
nabi lainnya. Dikarenakan harta dan kerajaan
.وأنت رسول اهلل أرى فيك الفقر ما أرى
yang telah diberikan Allāh Ta‘ālā kepadanya di
dunia.” يا عمر! ألا ترضى أن تكون لنا الآخرة:فقال
Takhrīj Hadis:
Hadis ini sama dengan Hadis ke 369. .ولهم الدنيا
“Dari ‘Umar; Pada suatu hari aku masuk ke
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. rumah Rasūlullāh Saw. sedangkan beliau dalam
Hadis 427
977 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-
إن فقراء المهاجرين يسبقون الأغنياء يوم Muqaddimah), h.n. 2979.
978 Muslim, Ṣaḥīh, Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-
.القيامة إلى الجنة بأربعين خريفا Muqaddimah), h.n. 2979; Aḥmad, Musnad, jil. 2, 169;
Aḥmad Shākir, Taḥqīq Musnad Aḥmad, jil. 6, hlm. 151, h.n.
6578.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
280
bila kami mendengar nama Muḥammad Saw., meneladaninya, dan orang yang melihat dalam
maka banjirlah mata kami dengan air mata. Dan hal dunianya pada orang yang lebih rendah dari
kami berdoa dengan hati yang khusyuk serta pada dirinya, sehingga ia bersyukur memuji Allāh
bersyukur kepada Allāh atas kefakiran yang Swt. atas karunia yang diberikan kepadanya.”
menimpa kami.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis: Hadis ini sama dengan Hadis ke 283.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Ia disebutkan oleh al-Sabzawarī dalam Jāmi‘ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Akhbār (Shī‘ah) tanpa sanad dari Anas. al-
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- Hadis 432
Wā‘iẓīn.980
ومن،الضيف بركة من اهلل ونعمة من اهلل
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dapat dihukumi palsu, karena dua ومن لم يكرم،أكرم الضيف فهو معي في الجنة
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab-
.الضيف فليس مني
kitab yang mu‘tabar. Ia hanya ditemukan dalam
kitab Shī‘ah yang menyebutkannya tanpa sanad. “Tamu adalah keberkahan dari Allāh dan
Hadis yang disebutkan tanpa sanad, menurut nikmat dari-Nya. Orang yang memuliakan tamu,
kaidah ulama Hadis, dapat dikategorikan sebagai maka ia akan bersamaku di surga. Siapapun
Hadis palsu.981 Kedua, ia dikutip dari kitab yang tidak memuliakan tamu, maka bukanlah
yang tidak mu‘tabar seperti yang telah banyak golonganku.”
dijelaskan sebelum ini.
Takhrīj Hadis:
Hadis 431 : Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
خصلتان من كانتا فيه كتب اهلل تعالى شاكرا Riyāḍ.982
“Rasūlullāh Saw. tak pernah kenyang me Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
makan roti selama tiga hari berturut-turut, ‘Amru bin al-Ḥārith.996
hingga beliau meninggal dunia.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis 440
Muslim dari ‘Ā’ishah. Redaksi ini salah satu dari
redaksi Muslim.994 لقد مات النبي وما في بيتي شيئ يأكله ذو كبد
ما ترك رسول اهلل إلا سلاحه وبغلته وأرضا فأما اليوم الذي أشبع فيه فأحمدك وأثني
aku hendak memohon dengan kerendahan hati kata-kata beliau: Dalam bab ini terdapat pula
kepada-Mu dan berdoa kepada-Mu. Sedang Hadis yang diriwayatkan dari Faḍālah bin ‘Ubayd.
pada hari aku kenyang, aku hendak memuji dan Begitu juga Hadis ke 442 dengan shawāhid-nya.
memuja kepada-Mu.”
Hadis 442
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, :إن جبرائيل عليه السلام نزل يوما فقال له
Aḥmad, al-Ṭabarānī, Abū Nu‘aym, al-Baghawī
dan lain-lainnya dari Abū Umāmah. Semuanya :يا محمد إن اهلل تعالى يقرؤك السلام ويقول
melalui ‘Alī bin Zayd dari al-Qāsim.998
أتحب أن أجعل لك هذه الجبال ذهبا وتكون
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih. يا: فأطرق ساعة ثم قال،معك حيثما كنت
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan,
kemudian diikuti oleh al-Suyūṭī. Namun al- جبرائيل إن الدنيا دار من لادار له ومال من
Munāwī mengingatkan bahwa al-‘Irāqī mengata
فقال له.لا مال له قد يجمعها من لا عقل له
kan dalam sanad ini terdapat perawi yang ḍa‘īf.
Namun yang Penulis temukan dalam al-Mughnī, . ثبتك اهلل بالقول الثابت:جبرائيل
al-‘Irāqī tidak memberikan pendapat terhadap
hukum ḥasan yang diberikan al-Tirmidhī. “Bahwa Jibrīl a.s. turun, lalu berkata
Kemungkinan beliau menyebutkan perkara kepada beliau, ‘Ya Muḥammad, sesungguhnya
tersebut dalam kitab-kitab yang lain. Ibn Ḥajar Allāh Ta‘ālā menyampaikan salam kepadamu,
menyebutkan Hadis al-Tirmidhī ini juga tanpa dan berfirman kepadamu, ‘Sukakah kamu,
memberikan komentar.999 bila gunung-gunung ini Aku jadikan emas
Dalam sanad ini terdapat ‘Ubaydillāh bin untukmu dan menyertaimu di mana saja kamu
Zahr yang menurut Ibn Ḥajar Ṣadūq yukhṭi’. Juga berada?’ Maka Nabi menunduk sesaat lalu
terdapat ‘Alī bin Zayd yang menurut Ibn Ḥajar bersabda, ‘Wahai Jibrīl, sesungguhnya dunia ini
ḍa‘īf. Namun ia merupakan perawi dalam Ṣaḥīḥ negeri orang yang tak punya negeri dan harta
Muslim.1000 orang yang tak punya harta. Ia benar-benar
Menurut Penulis, Hadis ini boleh dihukumi dikumpulkan oleh orang yang tak punya akal.’
ḥasan lighayrih. Selain sanadnya tidak terlalu Maka berkatalah Jibrīl kepada beliau, ‘Semoga
ḍa‘īf. Hadis ini juga mempunyai shawāhid, Allāh mengokohkan engkau ya Muḥammad,
seperti yang dikutip oleh al-Tirmidhī dengan dengan perkataan yang kokoh.’”
Takhrīj Hadis:
998 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a fī
Hadis dengan redaksi ini disebutkan oleh
al-Kafāf wa al-Ṣabr ‘Alayh, h.n. 2347; Aḥmad, Musnad, jil.
5, hlm. 254; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 207, al-Qāḍī ‘Iyāḍ dalam al-Shifā’ dari ‘Ā’ishah, tanpa
h.n. 7835; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, hlm. 133; menyebutkan perawinya. al-Suyūṭī mengatakan
al-Baghawī, Sharḥ al-Sunnah, jil. 14, hlm. 246. bahwa Hadis dengan redaksi seperti ini belum
999 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a fī
al-Kafāf wa al-Ṣabr ‘Alayh, h.n. 2347; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
ditemukan. Yang ditemukan adalah apa yang
Saghīr, jil. 2, hlm. 116-117; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam al-Zuhd
hlm. 312; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 312; Ibn Ḥajar, Fatḥ dan lain-lainnya dari ‘Aṭā’ dari Ibn ‘Abbās secara
al-Bārī, jil. 11, hlm. 292.
marfū‘ dalam Hadis yang panjang. Redaksinya:
1000 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 371 dan 401.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
286
لو سألت اهلل أن يجعل جبال تهامة ذهبا لفعل Hadis 443
Begitu juga Aḥmad dalam al-Musnad yang إنا كنا آل محمد لنمكث شهرا ما نـسـتوقد
meriwayatkannya secara ringkas dengan redaksi,
.نارا ماهو إلا التمر والماء
1001
الدنيا دار من لا دار له
“Sesungguhnya kami, keluarga Muḥammad,
Selain al-Bayhaqī dalam al-Zuhd, al-Ṭabarānī benar-benar tinggal dalam sebulan tanpa
juga meriwayatkannya dalam al-Awsaṭ, seperti menyalakan api. Tak ada apa-apa selain kurma
yang dikutip oleh al-Haythamī. Namun keduanya dan air.”
meriwayatkannya melalui Sa‘ad bin Wālid.1002
Sedangkan Hadis ‘Ā’ishah, selain diriwayat Takhrīj Hadis:
kan oleh Aḥmad dalam al-Zuhd. Ia juga diriwayat Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
kan oleh al-Bayhaqī dalam al-Dalā’il dan al-Khaṭīb Muslim dari ‘Ā’ishah. Redaksi ini adalah redaksi
dalam al-Tārīkh. Semuanya melalui ‘Abbād bin Muslim.1005
‘Abbad dari Mujālid bin Sa‘īd dari Masrūq dari
‘Ā’ishah.1003 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.