You are on page 1of 304

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggu-
naan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggu-
naan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di-
pidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).
UU No. 28 Tahun 2014
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JAKARTA ISLAMIC CENTRE
Takhrij Hadis Durratun Nasihin
Mei 2023, Cetakan 1
xiv + 592 hlm; 193 x 265 mm

Penasehat:
Kepala Pusat PPIJ (Jakarta Islamic Centre)
KH. M. Subki, Lc.
Penanggung Jawab:
Kepala Divisi Komunikasi dan Penyiaran
M. Zein, M.Si.
Penulis:
Dr. KH. Ahmad Lutfi Fathullah
Judul Asli Buku:
Kajian Hadis Kitab Durrat Al-Nasihin
Penerjemah:
Usman, S.Ag., Lc., MA.
Editor:
Dr. KH. Nurul Huda Maarif, MA.
Paimun A. Karim, S.Si.
Farid Broto Susatyo, ST.
Pembaca Ahli:
Dr. Hj. Faizah Ali Sybromalisi, MA.
Penata Letak:
Irfan Fahmi
Desain Sampul:
Dede Suryana

Penerbit:
JAKARTA ISLAMIC CENTRE
(Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta)
Jl. Kramat Jaya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Indonesia 14260
Telp./Fax. 021-21487513
E-mail: info@islamic-center.or.id
Website: http://islamic-center.or.id

© Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Kata Pengantar Takhrij Hadis Durratun Nasihin
v

PENGANTAR PENULIS

PUJI dan syukur kita panjatkan ke hadirat pus­takaan UIA, Perpustakaan Pusat Islam, Per­
Allāh SWT., karena berkat hidayah dan rahmat- pus­takaan Sulaymāniyyah Istanbul, Perpus­
Nya, buku ini dapat diselesaikan dengan baik. takaan Kuprulli Istanbul, Perpustakaan Nasional
Shalawat dan salam semoga senantiasa ter­curah­ al-Asad Damaskus, Perpustakaan Universitas
kan kepada junjungan kita, Nabi Muḥammad Jordan, Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta,
Saw., para keluarga, para sahabat dan para pe­ karena dari sanalah Penulis dapat me­ngumpul­
ngikut­nya hingga hari Kiamat. kan info-info dan data penting terkait tema yang
Apresiasi yang setinggi-tingginya dan terima dikaji di dalam karya ini.
kasih yang sedalam-dalamnya Penulis sampaikan Untuk almarhum ayahanda dan untuk
kepada promotor Penulis yang bernama Prof. ibunda yang terus memberikan dorongan dan
Madya Dr. Jawiah Dakir yang telah banyak mem­ doa, dinda Jehan Azhari dan ananda Hanin
beri­kan bimbingan dan arahan, sampai akhirnya Fathullah atas kesabarannya menunggu di negeri
karya ini dapat diselesaikan tepat waktu. Ucapan Shām selama Penulis menjalankan tugas belajar
terima kasih disampaikan juga kepada para di Malaysia. Terima kasih, karya ini merupakan
komen­tator dari Fakultas Pengkajian Islam dan anugerah Allāh Swt. bagi kita semua.
jajaran­nya, Fakultas Uṣūluddīn dan Falsafah, Terakhir, kepada semua kakak dan adik
serta Pusat Pengkajian Siwazah atas kerja sama Penulis, serta kawan-kawan yang banyak mem­
dan bantuan yang telah diberikan selama proses beri­kan dorongan dan bantuan, disampai­
penulisan karya ini. Penghargaan dan terima kan juga terima kasih yang setinggi-tingginya.
kasih juga Penulis sampaikan kepada guru-guru Semoga buku ini bermanfaat untuk umat Islam di
Penulis di Universitas Damaskus dan Universitas Nusan­tara dan menjadi amal jariyah bagi Penulis.
Jordan, terutama Prof. Dr. Nūr al-Dīn ‘Itr, Prof. Amin!
Dr. Muṣṭafā al-Bughā, Prof. Dr. Muḥammad Sa‘īd
Ramaḍān al-Būṭī, Prof. Dr. Hammām Sa‘īd, Prof. Jl. Guru Mugni No. 8
Madya Dr. Sulṭān Akāyilah, Shaykh Ḥusayn al- Ahmad Lutfi Fathullah
Khaṭṭāb. Shaykh ‘Abd al-Qadīr al-Arna’ūṭ yang Kuningan Jakarta 12950
berkat bimbingan dari merekalah Penulis dapat Indonesia
mulai mendalami Hadis dan Ilmu Hadis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan Juni 1998.
kepada Perpustakaan Tun Sri Lanang UKM, Per­
Abstrak Takhrij Hadis Durratun Nasihin
vii

ABSTRAK

KITAB Durratun Nāṣiḥīn ditulis oleh ‘Uthmān bin kitab yang berkaitan dengannya, serta beberapa
Ḥasan al-Khūbawī (w. 1241 H./1824 M.). Kitab ini kitab yang masih dalam bentuk manuskrip.
merupakan salah satu kitab yang sangat terkenal Temuan penting dalam kajian ini adalah bahwa
dan telah tersebar luas di Indonesia, serta kitab ini selain mengandung Hadis ṣaḥīḥ, ḥasan,
menjadi rujukan utama di beberapa pesantren/ dan ḍa‘īf, juga terdapat Hadis yang sangat ḍa‘īf/
pondok. Kitab ini juga telah dicetak berulang lemah dan mawḍū‘/palsu serta tidak mempunyai
kali dan diterjemahkan ke dalam Bahasa sumber dan kemungkinan bukan Hadis yang
Indonesia dalam 7 (tujuh) versi penerjemahan sama sekali tidak boleh dijadikan sebagai dalil,
yang berbeda. Di samping itu, kitab ini juga yang jumlahnya lebih dari sepertiga total Hadis
telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dalam kitab ini. Selain itu, masih banyak terdapat
asing lainnya, seperti Turki dan Urdu. Dalam Hadis yang tidak dapat ditemukan sumbernya,
kitab ini terdapat lebih dari 800 Hadis Nabi Saw. meskipun Penulis telah melakukan penelusuran
Mengingat Hadis merupakan sumber rujukan literatur di beberapa perpustakaan, termasuk di
kedua dalam syari’at Islam setelah al-Qur’an, Turki dan Shīria, serta menggunakan program
maka kajian terhadap Hadis yang terdapat dalam Hadis berbasis komputer. Beberapa Hadis
kitab Durratun Nāṣiḥīn menjadi sangat penting tersebut dapat ditemukan sumbernya dari kitab-
dilakukan. Tujuannya agar umat Islam dapat kitab Shī‘ah. Hadis-hadis yang seperti ini dikenal
terhindar dari berdalil dan beramal berdasarkan dengan istilah lam aqif ‘alayh atau la yu‘raf lahu
Hadis mawḍū’/palsu. Kajian Hadis (takhrīj dan aṣl, dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan
hukum Hadis) merupakan pokok bahasan utama hasil kajian ini, umat Islam di Nusantara dapat
dalam buku ini yang ditulis berdasarkan penelitian terhindar dari mengamalkan atau mempercayai
kepustakaan dengan pendekatan analitis dan Hadis-hadis yang tidak boleh dijadikan sebagai
kritik, di mana Penulis telah merujuk pada hampir dalil.
semua kitab Hadis yang telah dicetak dan kitab-
Pengantar Kepala Pusat PPIJ Takhrij Hadis Durratun Nasihin
ix

PENGANTAR
KEPALA PUSAT PPIJ (JAKARTA ISLAMIC CENTRE)

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur dan bermusyawarah bagi ulama dan masyarakat
kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya Betawi; ketiga, sebagai tempat sosialisasi produk-
buku Takhrij Hadis Durratun Nasihin ini. Buku ini produk kebudayaan Islam Betawi di tengah-
karya seorang Doktor Falsafah alumnus Universiti tengah masyarakat Betawi dan masyarakat
Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Malaysia, umum; keempat, sebagai tempat pembibitan
Fakultas Pengajian Islam bidang studi ilmu hadis dan peng­kaderan ustadz-ustadz muda Betawi
tahun 1998, Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA. yang akan menjadi ulama-ulama Betawi yang
Beliau menjadikan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn karya ber­kualitas, bukan saja untuk masyarakat Betawi
Utsman ibn Hasan Al-Khubawi (w. 1824) sebagai saja, tetapi juga untuk kepentingan umat Islam
objek dalam disertasi yang berjudul “Kajian se­cara keseluruhan di kemudian hari; dan kelima,
Hadis Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn”. Selanjutnya atas se­bagai salah satu tempat pemberdayaan, se­
persetujuan pihak keluarga besar Almarhum Kiai hingga masya­rakat Betawi tidak tertinggal di
Ahmad Lutfi Fathullah, maka tesis setebal 800 bidang sosial dan ekonomi dengan akhlak dan
halaman tersebut diterjemahkan dari bahasa tingkat pe­mahaman keislaman yang memadai.
Melayu ke Bahasa Indonesia oleh Pusat Peng­ Dengan kelima fungsi tersebut, Betawi Corner
kajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau JIC tidak hanya berfungsi layaknya museum yang
yang lebih dikenal dengan Jakarta Islamic Centre hanya menyimpan manuskrip, buku, dokumen-
dengan judul Takhrij Hadis Durratun Nasihin. dokumen dan produk-produk sejarah lainnya.
Kitab ini sangat populer di tengah masyarakat Tetapi lebih dari itu, Betawi Corner dapat menjadi
Indonesia, khususnya di kalangan pondok pusat pengkajian dan pengembangan Islam
pesantren. Karena itu pula dalam penulisan judul Betawi yang manfaatnya diharapkan tidak hanya
buku ini tidak menggunakan transliterasi standar dirasakan oleh masyarakat Betawi saja, tetapi
agar lebih familiar di tengah masyarakat. juga oleh masyarakat luas. Dan penerbitan karya-
Sejak tahun 2007 Jakarta Islamic Centre karya intelektual ulama Betawi, sebagaimana
sudah mengembangkan gagasan Betawi Corner buku Takhrij Hadis Durratun Nasihin ini adalah
dengan lima fungsi, yaitu: pertama, sebagai tem­ salah satu realisasi dari fungsi-fungsi tersebut.
pat pendokumentasian, pelestarian, peng­kajian Sekaligus kita berharap dapat memperpanjang
dan pengembangan produk-produk budaya dan umur intelektual para ulama Betawi tersebut
intelektual Islam Betawi yang representatif; karena kemanfaatan yang panjang bagi
kedua, sebagai tempat bertemu, berdiskusi, masyarakat luas.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Pengantar Kepala Pusat PPIJ
x

Akhirnya, saya mengucapkan selamat dan


terima kasih atas penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan banyak manfaat.

Jakarta, 7 April 2023

KH. M. Subki, Lc
DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ........................................................................................................................................................................................................... v


ABSTRAK .............................................................................................................................................................................................................................................. vii
PENGANTAR KEPALA PPIJ (JAKARTA ISLAMIC CENTRE) ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................................................................................................... xi

Bagian I
PENDAHULUAN

A. Fokus Kajian ........................................................................................................................................................................................................................ 1


B. Alasan Pemilihan Kajian ....................................................................................................................................................................................... 1
C. Tujuan Kajian ..................................................................................................................................................................................................................... 1
D. Batasan Kajian .................................................................................................................................................................................................................. 2
E. Metodologi Kajian ....................................................................................................................................................................................................... 2

Bagian II
PENGENALAN KITAB DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

A. Pengenalan Umum ...................................................................................................................................................................................................... 5


1.. Biografi Pengarang ........................................................................................................................................................................................... 5
a.. Nama, Tahun Kelahiran dan Tahun Kematiannya .............................................................................................. 5
b.. Karya-karya al-Khūbawī .................................................................................................................................................................. 5
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Daftar Isi
xii

c.. Pujian Ulama terhadap al-Khūbawī .................................................................................................................................. 5


2.. Sistematika Pembahasan dalam Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn ..................................................................................... 5
3.. Manusrkrip dan Versi Cetakan ............................................................................................................................................................ 5
B. Kajian Terdahulu ............................................................................................................................................................................................................ 7
1.. Kajian/Taḥqīq Kitab ......................................................................................................................................................................................... 7
2.. Terjemahan Kitab ............................................................................................................................................................................................... 7
3.. Penggunaan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn di Indonesia ....................................................................................................... 7
4.. Pembatasan Kajian ........................................................................................................................................................................................... 7
C. Sumber Rujukan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn ........................................................................................................................................ 7
1.. Sumber Rujukan dalam Tafsir .............................................................................................................................................................. 7
2.. Sumber Rujukan dalam Hadis .............................................................................................................................................................. 7
3.. Sumber Rujukan dalam Fikih ................................................................................................................................................................ 7
4.. Sumber Rujukan dalam Tasawuf ....................................................................................................................................................... 7
5.. Sumber Rujukan dalam Cerita dan Hikayat .......................................................................................................................... 7
6.. Sumber Rujukan dalam Masalah-masalah Lainnya ...................................................................................................... 7
D. Metodologi Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn ...................................................................................................................................................... 7
1.. Metodologi Umum .......................................................................................................................................................................................... 7
2.. Metodologi Spesifik ........................................................................................................................................................................................ 7

Bagian III
TAKHRĪJ HADIS-HADIS DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

A. Makna Takhrīj dalam Bahasa .......................................................................................................................................................................... 5


B. Makna Takhrīj dalam Istilah Ilmu Hadis ............................................................................................................................................. 5
C. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Takhrīj ........................................................................................................................................... 5
D. Daftar Nama-nama Kitab Takhrīj ................................................................................................................................................................ 5
E. Metodologi/Kaedah Men-takhrīj Hadis ............................................................................................................................................. 5

Bagian IV
ANALISA TAKHRĪJ KITAB HADIS DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

 Bab 1: Keutamaan Bulan Ramaḍān ........................................................................................................................................................... 5


 Bab 2: Keutamaan Bulan Ramaḍān ........................................................................................................................................................... 5
 Bab 3: Keutamaan Ilmu ........................................................................................................................................................................................... 5
 Bab 4: Keutamaan Bulan Ramaḍān ........................................................................................................................................................... 5
 Bab 5: Ketenteraman Hati dengan Menyaksikan Kekuasaan Allāh Swt. ........................................................... 5
 Bab 6: Keutamaan Memberi Sedekah di Jalan Allāh Swt. ................................................................................................. 5
 Bab 7: Celaan kepada Orang yang Makan hasil Riba .............................................................................................................. 5
Daftar Isi Takhrij Hadis Durratun Nasihin
xiii

 Bab 8: Keutamaan Shalat Berjamaah ...................................................................................................................................................... 5


 Bab 9: Keutamaan Tauhid .................................................................................................................................................................................... 5
 Bab 10: Keutamaan Bertaubat ........................................................................................................................................................................ 5
 Bab 11: Keutamaan Bulan Rajab ................................................................................................................................................................... 5
 Bab 12: Kelebihan Laki-laki terhadap Perempuan .................................................................................................................... 5
 Bab 13: Keutamaan Orang Tua ....................................................................................................................................................................... 5
 Bab 14: Keutamaan Cinta karena Allāh dan Rasul-Nya ........................................................................................................ 5
 Bab 15: Keutamaan Mengucapkan Salam .......................................................................................................................................... 5
 Bab 16: Wafatnya Nabi Saw. .............................................................................................................................................................................. 5
 Bab 17: Celaan pada Peminum Khamar ............................................................................................................................................... 5
 Bab 18: Celaan terhadap Dengki .................................................................................................................................................................. 5
 Bab 19: Turunnya al-Mā’idah (Hidangan) dari Langit berkat Doa nabi ‘Īsā .................................................... 5
 Bab 20: Keutamaan Puasa Enam Hari Shawāl ............................................................................................................................... 5
 Bab 21: Keutamaan Berdoa dengan Suara Lantang dan Suara Lirih ...................................................................... 5
 Bab 22: Penjelasan Mengenai Iman .......................................................................................................................................................... 5
 Bab 23: Balasan terhadap Mereka yang Meninggalkan Perintah Allāh Swt. ................................................ 5
 Bab 24: Firman Allāh Swt. tentang Mereka yang Menyimpan Emas dan Perak ....................................... 5
 Bab 25: Keutamaan Bulan Rajab ................................................................................................................................................................... 5
 Bab 26: Keutamaan Sifat Pemurah ............................................................................................................................................................. 5
 Bab 27: Penjelasan Mengenai Rezeki ...................................................................................................................................................... 5
 Bab 28: Celaan Membantu Orang Zalim .............................................................................................................................................. 5
 Bab 29: Keadaan Manusia pada Hari Kiamat .................................................................................................................................. 5
 Bab 30: Ampunan Bagi Orang yang Bertaubat .............................................................................................................................. 5
 Bab 31: Penjelasan Mengenai Adil dan Iḥsān ................................................................................................................................ 5
 Bab 32: Penjelasan Mengenai Mi‘rāj Nabi Saw. ........................................................................................................................... 5
 Bab 33: Penjelasan Mengenai Keutamaan Manusia ............................................................................................................... 5
 Bab 34: Penjelasan Mengenai Shalat Tahajjud .............................................................................................................................. 5
 Bab 35: Penjelasan Mengenai Keutamaan para Sahabat .................................................................................................. 5
 Bab 36: Keburukan Dunia dan Kehancurannya ............................................................................................................................ 5
 Bab 37: Rasa Sakit Ketika Meninggal ....................................................................................................................................................... 5
 Bab 38: Penjelasan Mengenai Mereka yang Meninggalkan Shalat ........................................................................ 5
 Bab 39: Celaan Terhadap Mereka yang Berpaling dari al-Qur’ān ............................................................................. 5
 Bab 40: Pedihnya Kematian ............................................................................................................................................................................... 5
 Bab 41: Penjelasan Mengenai Hari Kiamat ....................................................................................................................................... 5
 Bab 42: Penjelasan Mengenai Orang yang Tidak Tawāḍu‘ ............................................................................................... 5
 Bab 43: Celaan terhadap Maksiat dan Kezaliman ...................................................................................................................... 5
 Bab 44: Mengenai Berzikir dan Bertauhid ......................................................................................................................................... 5
 Bab 45: Mengenai Kelebihan Berzikir ..................................................................................................................................................... 5
 Bab 46: Penjelasan Mengenai Mengkhianati Amanah ......................................................................................................... 5
 Bab 47: Kutamaan Membaca al-Qur’ān ................................................................................................................................................ 5
 Bab 48: Azab Orang Kafir di dalam Neraka Jahanam ............................................................................................................. 5
 Bab 49: Penyembelihan Ibrahim terhadap Putranya ............................................................................................................. 5
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Daftar Isi
xiv

 Bab 50: Kesabaran Nabi Ayyūb ....................................................................................................................................................................... 5


 Bab 51: Penjelasan Mengenai Api Neraka ......................................................................................................................................... 5
 Bab 52: Penjelasan Mengenai Surga ........................................................................................................................................................ 5
 Bab 53: Mengenai Istighfār Malaikat bagi Orang-orang Mukmin ............................................................................ 5
 Bab 54: Penjelasan Mengenai Istikamah ............................................................................................................................................. 5
 Bab 55: Mengenai Kelebihan Bertaubat .............................................................................................................................................. 5
 Bab 56: Keutamaan Bulan Sha‘bān ............................................................................................................................................................ 5
 Bab 57: Penjelasan Mengenai Cinta dan Benci karena Allāh Swt. ........................................................................... 5
 Bab 58: Mengenai Permusuhan Setan ................................................................................................................................................... 5
 Bab 59: Berhijrah karena Taat kepada Allāh Swt. ....................................................................................................................... 5
 Bab 60: Keutamaan Malam al-Barā’ah .................................................................................................................................................. 5
 Bab 61: Penjelasan Mengenai Hari Kiamat ....................................................................................................................................... 5
 Bab 62: Celaan bagi Orang yang Durhaka kepada Orang Tua dan Keutamaan Mematuhinya . 5
 Bab 63: Penjelasan Mengenai Buruk Sangka dan Ghībah ................................................................................................ 5
 Bab 64: Penjelasan Mengenai Mukjizat Nabi Saw. ................................................................................................................... 5
 Bab 65: Mengenai Tangisan ............................................................................................................................................................................... 5
 Bab 66: Penjelasan Mengenai Keutamaan Hari Jum’at ....................................................................................................... 5
 Bab 67: Penjelasan Mengenai Neraka Jahannam dan Zabāniyah ............................................................................ 5
 Bab 68: Penjelasan Mengenai Taubat ..................................................................................................................................................... 5
 Bab 69: Mengenai Tanda-tanda Kebahagiaan dan Kesengsaraan ........................................................................... 5
 Bab 70: Penjelasan Mengenai Keadaan Jiwa Manusia ......................................................................................................... 5
 Bab 71: Penjelasan Mengenai Hari Raya Idul Fitri ..................................................................................................................... 5
 Bab 72: Mengenai Keutamaan 10 Dhulḥijjah ................................................................................................................................. 5
 Bab 73: Penjelasan Mengenai Keutamaan Malam al-Qadr ............................................................................................ 5
 Bab 74: Keutamaan Berkurban dan Penjelasan Mengenai Takbirnya ................................................................. 5
 Bab 75: Keutamaan Sūrah al-Ikhlāṣ Diiringi Basmalah ......................................................................................................... 5

Bagian V
KESIMPULAN

A. Hasil Penelitian Sumber Referensi ............................................................................................................................................................ 5


1.. Sumber Referensi Tafsir .............................................................................................................................................................................. 5
2.. Sumber Referensi Hadis ............................................................................................................................................................................. 5
3.. Sumber Referensi Fikih ................................................................................................................................................................................ 5
4.. Sumber Referensi Tasawuf ...................................................................................................................................................................... 5
5.. Sumber Referensi Hikayat ........................................................................................................................................................................ 5
B. Hasil Penelitian Hadist-Hadis Durrah al-Nāsiḥīn ...................................................................................................................... 5
1.. Klasifikasi Kekuatan Hadis ........................................................................................................................................................................ 5
a.. Hadis-Hadis Ṣaḥīḥ ................................................................................................................................................................................. 5
b.. Hadis-Hadis Ḥasan ............................................................................................................................................................................... 5
Daftar Isi Takhrij Hadis Durratun Nasihin
xv

c.. Hadis-hadis Ḍa‘īf .................................................................................................................................................................................... 5


d.. Hadis-hadis Sangat Ḍa‘īf dan Palsu ................................................................................................................................... 5
e.. Hadis-hadis yang Belum Dapat Dipastikan Hukumnya ................................................................................ 5
f.. Hadis-hadis yang Bukan Hadis ................................................................................................................................................ 5
2.. Pembagian Sumber Riwayat Hadis ................................................................................................................................................. 5
a.. Hadis-hadis Riwayat al-Bukhārī dan Muslim atau Salah Satunya ..................................................... 5
b.. Hadis-hadis Riwayat al-Sunan al-Arba‘ah .................................................................................................................. 5
c.. Hadis-hadis Riwayat Perawi Lainnya ................................................................................................................................ 5
d.. Hadis-hadis yang Hanya Terdeteksi dalam Kitab-kitab Shī‘ah .............................................................. 5
e.. Hadis-hadis yang Belum Ditemukan Perawinya .................................................................................................. 5
C. Kesimpulan dan Saran ............................................................................................................................................................................................ 5

PENUTUP ........................................................................................................................................................................................................................................... 5
BIBLIOGRAFI ................................................................................................................................................................................................................................. 5
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................................................................................................................................... 5
Takhrij Hadis Durratun Naasihin Pedoman Transliterasi
xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Contoh Transliterasi


‫ء‬ ‘ ‫سأل‬ sa’ala
‫ب‬ b ‫بدل‬ badala
‫ت‬ t ‫تمر‬ tamr
‫ث‬ th ‫ثورة‬ thawrah
‫ج‬ j ‫جمل‬ jamal
‫ح‬ Ḥ ‫حديث‬ Ḥadīth
‫خ‬ kh ‫خالد‬ khālid
‫د‬ d ‫ديوان‬ dīwān
‫ذ‬ dh ‫ذهب‬ dhahab
‫ر‬ r ‫ن‬
�‫رحم‬ raḤmīn
‫ي‬
‫ز‬ z ‫زمزم‬ zamzam
‫س‬ s ‫رساب‬ sarāb
‫ش‬ sh ‫شمس‬ shams
‫ص‬ ṣ �‫ص‬ ‫ب‬ ṣabr
‫ض‬ ḍ �‫ضم‬
‫ي‬ ḍamīr
‫ط‬ ṭ ‫طاهر‬ ṭāhir
‫ظ‬ ẓ ‫مظهر‬ maẓhar
‫ع‬ ‘ ‫عبد‬ ‘abd
‫غ‬ gh ‫غريب‬ gharīb
‫ف‬ f ‫فقه‬ fiqh
‫ق‬ q ‫ض‬
�‫قا‬ qāḍī
‫ك‬ k ‫كتاب‬ kitāb
‫ل‬ l ‫لسان‬ lisān
‫م‬ m ‫مذاهب‬ madhāhib
‫ن‬ n ‫نوم‬ nawm
‫و‬ w ‫وقف‬ waqafa
‫ه‬ h ‫هبط‬ habaṭa
‫ي‬ y ‫يوم‬ yawm
Pedoman Transliterasi Takhrij Hadis Durratun Nasihin
xvii

Vokal

Vokal Pendek
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
--------- a ‫فعل‬ fa‘ala
--------- i ‫حسب‬ ḥasiba
--------- u ‫كتب‬ kutiba

Vokal Panjang
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
‫ي‬/‫ا‬ ā ‫ ض‬،‫كاتب‬
�‫ق‬ kātib, qaḍā
‫ي‬ ī ‫كريم‬ karīm
‫و‬ ū ‫حروف‬ ḥurūf

Diftong

Vokal Panjang
Huruf Arab Huruf Latin Contoh Asal Transliterasi
‫و‬ aw ‫قول‬ qawl
‫ي‬ ay ‫سيف‬ sayf
‫ي‬ iyy ‫رجيع‬
‫ي‬ raj‘iyy/raj‘ī
‫و‬ uww ‫عدو‬ ‘aduww/‘adū
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Pedoman Transliterasi
xviii

DAFTAR SINGKATAN

D.N. : Durrah al-Nāsiḥīn


Dr. : Doktor
Ed. : edisi
Graf. Bar. : Grafik Bergambar
H. : Hijriyah
h.n. : Hadis Nomor
hlm. : Halaman
Ibid. : Di tempat yang sama
jil. : Jilid
Lih. : Lihat
Mss. : Manuskrip
Pnyt. : Penyunting
Sunt. : Suntingan
T.pt. : Tanpa penerbit
T.th. : Tanpa tahun
T.tp. : tanpa tempat penerbit
Tah. : Taḥqīq
Bagian I
PENDAHULUAN

AL-ḤAMDULILLĀH, segala puji bagi Allāh. B. Alasan Pemilihan Kajian


Shalawat dan salam semua tercurah kepada Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn dapat dikategorikan
baginda Nabi Muḥammad, sahabat, kerabat dan sebagai salah satu kitab tasawuf yang banyak
pengikutnya. berisi nasihat-nasihat spiritual. Di kalangan ahli
Hadis, sudah difahami bahwa kitab-kitab tasawuf
A. Fokus Kajian sering mengandung Hadis-hadis ṣaḥīḥ dan ḥasan,
Dalam hukum Islam, Hadis merupakan sum­ serta ḍa‘īf, amat ḍa‘īf, atau bahkan palsu. Apalagi
ber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an. Ber­ jika pengarangnya bukan ahli Hadis.
beda dengan al-Qur’an yang kebenarannya sudah Dengan tersebarnya Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn
dapat dipastikan, status kebenaran Hadis masih di kalangan masyarakat luas, maka berarti telah
perlu dikaji, karena tidak semua Hadis ber­kualitas ter­sebar luas pula isi dan kandungan Hadis-
ṣaḥīḥ. Ada Hadis yang berkualitas ḥasan dan ḍa‘īf. hadisnya. Karena itu, penting sekali mengkaji
Bahkan banyak juga Hadis yang palsu. kualitas dan status Hadis-hadisnya agar dapat di­
Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn merupakan salah jelas­kan dan dibedakan antara Hadis-hadis yang
satu kitab terkenal dan tersebar luas di Indonesia. boleh digunakan sebagai ḥujjah dan dalil, dengan
Dalam kitab ini, terdapat lebih dari 800 Hadis. Hadis-hadis yang tidak boleh digunakan sebagai
Hadis-hadis dalam kitab ini masih belum dikaji ḥujjah dan dalil.
dan diteliti kualitasnya. Di dalam buku ini, semua
Hadis tersebut dikaji, diteliti, dianalisis, dan C. Tujuan Kajian
dikritik, agar dapat dipastikan status hukum dan Tujuan dalam penulisan buku ini dapat
kualitasnya, sehingga para pembaca kitab ini dijelaskan sebagai berikut, yaitu:
mengetahui dengan pasti mana Hadis-hadis yang 1. Untuk mengetahui status hukum Hadis-
boleh dan yang tidak boleh digunakan sebagai hadis yang terdapat di dalam Kitab Durrah
dalil. al-Nāṣiḥīn.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian I ∞ Pendahuluan
2

2. Menjelaskan Hadis-hadis yang dapat diguna­ dikeluarkan oleh Mu’assasah al-‘Ālamiyyah dan
kan sebagai ḥujjah dan yang tidak boleh Ariss Computer Inc. untuk melengkapi kajian
dijadikan sebagai ḥujjah. dalam buku ini.
3. Mengenal dengan pasti terhadap Hadis- Penulis juga telah berkunjung ke tempat
hadis yang berstatus palsu dan sangat kelahiran al-Khūbawī di Istanbul. Di samping
ḍa‘īf yang sudah banyak tersebar luas di itu, Penulis juga telah mengunjungi 3 (tiga) per­
Nusantara, khususnya di Indonesia. pusta­kaan kenamaan di negeri itu yang banyak
4. Memberikan penilaian terhadap kitab me­nyim­pan koleksi khazanah keislaman klasik
Durrah al-Nāṣiḥīn, apakah layak untuk dibaca yang mempunyai nilai sangat tinggi dalam
dan dijadikan sumber rujukan ataukah tidak. dunia keilmuan Islam, yaitu: Perpustakaan
5. Menghindari umat Islam Indonesia dari Sulaymāniyyah, Perpustakaan Kuprulli, dan Per­
mengamalkan atau berdalil dengan Hadis- pus­takaan Universitas Istanbul.
hadis yang tidak layak dijadikan sebagai Perpustakaan al-Ẓāhiriyyah dan Per­pusta­
ḥujjah dan sandaran. kaan Nasional al-Asad di Shīria juga telah Penulis
6. Berkhidmat untuk menjaga dan memelihara datangi. Di perpustakaan ini, terdapat beberapa
Hadis dan Sunnah Rasul Saw. manuskrip yang sangat relevan dengan kajian
dalam buku ini. Penulis juga sempat mengunjungi
D. Batasan Kajian Perpustakaan Universitas Jordan, meskipun tidak
Dalam mengkaji kitab Durrah al-Nāṣiḥīn banyak rujukan yang bisa dikutip dari koleksi
yang terdiri dari 75 bab. Kajian dalam buku ini kitab-kitab di perpustakaan ini.
hanya akan difokuskan pada penelitian terhadap Di Malaysia, di samping Perpustakaan UKM,
Hadis-hadis marfū‘, yang jumlahnya lebih Perpustakaan UIA adalah sumber rujukan utama
dari 800 Hadis. Sementara Hadis-hadis yang karena koleksinya lengkap. Penulis juga telah
mawqūf dan maqṭū‘ tidak termasuk yang dikaji mengunjungi Perpustakaan Pusat Islam dan Per­
dalam buku ini. Pembatasan kajian ini perlu pustakaan Kolej Anjung Selatan. Di Indonesia,
dilakukan, karena nilai Hadis yang marfū‘ sangat Per­pustakaan Masjid Istiqlal dan Perpustakaan
berbeda dengan nilai Hadis yang mawqūf dan Nasional juga telah Penulis kunjungi untuk
maqṭū‘. Hadis-hadis yang mawqūf dan maqṭū‘ melengkapi data terkait penggunaan kitab ini di
dikategorikan sebagai perkataan manusia biasa. Indonesia.
Sedangkan Hadis yang marfū‘ merupakan sabda Dalam upaya melakukan takhrīj Hadis,
baginda Nabi Muḥammad Saw. Sehinggga ada Penulis sangat terpengaruh oleh metode takhrīj
hadis-hadis yang mengancam mereka yang Hadis yang digunakan oleh Shaykh Shu‘ayb al-
sengaja memalsukan Hadis marfū‘. Arna’ūṭ. Metode ini merupakan pengembangan
dari metode yang dipakai oleh Ibn Ḥajar dan
E. Metodologi Kajian al-Sakhāwī dalam beberapa kitab mereka.
Buku ini ditulis dengan menggunakan kajian Sedang­kan al-Suyūṭī adalah sumber rujukan
kepustakaan dengan memakai kaedah analitis utama dalam menilai perawi Hadis, selain kitab
dan kritis. Penulis telah merujuk hampir semua Mawsū‘ah al-Aṭrāf dan Kanz al-‘Ummāl.
kitab-kitab Hadis yang berkaitan dengannya yang Dalam melakukan kritik Hadis, Penulis sering
telah dicetak. Ada juga beberapa rujukan masih merujuk pada pendapat Ibn Ḥajar dan al-Sakhāwī,
dalam bentuk manuskrip. Selain itu, Penulis juga dengan tetap mengambil pendapat ulama-ulama
menggunakan dua software program Hadis yang Hadis sebelumnya sesuai dengan peringkat
Bagian I ∞ Pendahuluan Takhrij Hadis Durratun Nasihin
3

kepakaran mereka. Penulis mengacu juga pada dalam Bahasa Indonesia dan banyaknya istilah-
pendapat ulama-ulama Hadis kontemporer yang istilah tersebut dalam kajian ini. Karena itu, untuk
masih hidup di zaman ini seperti: Aḥmad Shākir, memudahkan pembaca, istililah-istilah tersebut
Abū Ghuddah, al-Albānī, al-Arna’ūṭ, Nūr al-Dīn dikompilasi dan dijelaskan dalam glosari yang
‘Itr, Najam ‘Abdul Raḥmān Khalaf, Ḥamdī al-Salafī, ada dalam lampiran buku ini.
dan lain-lain, dengan tetap mempertimbangkan Terakhir, Penulis mengakui bahwa kajian ini
dan membandingkannya dengan pendapat cukup sulit dan butuh ratusan literatur, sehingga
ulama-ulama Hadis terdahulu. diperlukan pengetahuan yang cukup dalam
Dalam melakukan penilaian terhadap status bidang ilmu Hadis, ilmu ‘ilal al-Ḥadīth, metodo­
Hadis, jika Hadis tersebut diriwayatkan oleh al- logi ulama Hadis, peringkat kepakaran mereka,
Bukhārī dan Muslim atau salah satu dari kedua­ dan bebe­rapa disiplin ilmu Hadis lainnya. Hal-hal
nya, maka Hadis-hadis tersebut langsung di­ ter­sebut sedikit banyaknya telah mem­pe­ngaruhi
tetap­kan sebagai Hadis ṣaḥīḥ tanpa dikaji lagi. pen­dapat ulama ahli Hadis yang ber­beda-beda
Sedangkan jika Hadis-hadisnya berasal dari ter­kait sanad Hadis yang secara lang­sung ber­
riwayat Sunan al-Nasā’ī, Sunan Abī Dāwud, Sunan pengaruh juga terhadap hukum Hadis itu sendiri.
al-Tirmidhī atau Sunan Ibn Mājah, maka Penulis Karena itu, adanya kemung­kinan pendapat
akan mengkaji riwayat-riwayat tersebut dan Penulis ber­beda dengan pen­dapat para pakar
mem­ban­ding­kannya dengan pendapat al-Albānī, Hadis lain­nya merupakan suatu keniscayaan
Ibn Ḥajar, al-Sakhāwī, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan yang tidak dapat dihindarkan. Meski­pun Penulis
ulama-ulama lainnya. Hal yang sama Penulis telah ber­usaha mengkaji Hadis-hadis secermat
laku­kan ketika menemui Hadis-hadis yang di­ri­ mung­kin, perbedaan pendapat tidak dapat di­
wa­yat­kan oleh perawi-perawi lainnya. hindar­kan, karena memang ruangnya sangat
Dalam menjelaskan kredibilitas perawi, ter­buka. Selain itu, keterbatasan pengetahuan
Penulis banyak memakai istilah-istilah asli al-jarḥ Penulis juga menjadi faktor penyebab lainnya.
wa al-ta‘dīl dalam Bahasa Arab. Meskipun demi­ Maka, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kian, banyak juga istilah yang dijelaskan mak­ dinantikan.
sud­nya. Hal ini terpaksa Penulis lakukan, karena Wa Allāh waliyyu al-tawfīq. Wa al-ḥamd
sulit­nya mengungkapkan istilah-istilah tersebut lillāhi Rabb al-‘ālamīn.
Bagian II
PENGENALAN KITAB
DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

A. Pengenalan Umum kelahirannya. ‘Umar Riḍā Kaḥḥālah dalam kitab


1. Biografi Pengarang Mu‘jam al-Mu’allifīn hanya menyebutkan bahwa
a. Nama, Tahun Kelahiran dan Tahun ia hidup pada 1224 H, yaitu tahun selesainya
Kematiannya penulisan kitab D.N. ini.3
Pengarang kitab Durrah al-Nāṣiḥīn (se­lanjut­ Brockelmann dalam karyanya Arabiscen
nya disebut D.N. saja) ialah ‘Uthmān bin Ḥasan Literatur juga tidak menyebutkan tahun ke­
bin Aḥmad al-Shākir al-Khūbawī al-Rūmī al- lahiran­nya. Bahkan ia telah melakukan kesalahan,
Ḥanafī. Ia hidup di zaman Dinasti ‘Uthmānī pada karena mengatakan bahwa al-Khūbawī me­
akhir abad ke 12 Hijriyah dan awal abad ke 13 ninggal pada 1224 H/1809 M, padahal tahun ter­
Hijriyah.1 Sayangnya, tidak banyak kitab biografi sebut adalah tahun diselesaikannya penulisan
dan ensiklopedia yang membahas riwayatnya. kitab D.N. seperti yang disebutkan di akhir kitab
Bahkan tidak ada satu kitabpun yang secara tersebut.4
langsung menyebutkan tahun kelahirannya.2
Ismā‘īl Bāshā dalam kitab Hidāyah al-‘Ārifīn b. Karya-karya al-Khūbawī
dan Īḍāḥ al-Maknūn, yang merupakan rujukan Di dalam buku-buku yang ditulis mengenai
utama dalam penulisan biografi al-Khūbawī, biografi al-Khūbawī, hanya menyebutkan satu
hanya menyebutkan tahun kematiannya, yaitu karya, yaitu kitab Durrah al-Nāṣiḥīn, yang akan
1241 H/1826 M, tanpa menyebutkan tahun

3 ‘Umar Riḍā Kaḥḥālah, Mu‘jam al-Mu’allifīn, Dār al-


1 Ismā‘īl Bāshā, Hidāyah al-‘Arifīn fī Asmā’ al-Muallifīn Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, t.th., jil 6, hlm. 252-253.
wa Āthār al-Muṣannifīn, Maktabah al-Muthannā, Baghdād, 4 Lih. Carl Brocklmann, Arabiscen Literatur, zwiter
1977, jil. I. hlm. 661; Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn fī al- band, E.J. Brill, Leiden, 1949, Vol. II, hlm. 641 dan zweciter
Dhayl ‘alā Kashf al-Zamān min Asāmī al-Kutub wa al-Funūn, supplentband, E.J. Brill, Leiden, 1938, Vol. II, hlm. 745;
Maktabah al-Ja‘farī, Ṭahrān, 1378 H., jil. 1., hlm. 462. ‘Uthmān bin Ḥasan al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, Dār al-
2 Ibid. Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1993, hlm. 316.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
6

dikaji dalam buku ini. yang berarti mutiara nasihat. Nasihat-nasihat


tersebut dikutip dari 5 (lima) rujukan utama,
c. Pujian Ulama terhadap al-Khūbawī yaitu: al-Qur’an dan tafsirnya, Hadis-hadis Nabi
Ismā‘īl Bāshā dalam kitab yang telah di­sebut­ Muḥammad Saw., hukum-hukum fikih, cerita
kan di atas menulis biografi al-Khūbawī tanpa dan hikayat, dan kata-kata bijak dari para ulama
menyebutkan satu gelar pun seperti al-‘Allāmah, yang dikenal dengan istilah al-ḥikam.
al-Shaykh, al-Imām dan sebagainya yang sering
digunakan ketika ia menuliskan biografi ulama 3. Manusrkrip dan Versi Cetakan
ternama lainnya. Kitab D.N. yang penulisannya selesai pada
‘Umar Riḍā Kaḥḥālah dalam Mu‘jam al- tahun 1224 H./1809 M., termasuk kategori kitab
Mu’allifīn memuji al-Khūbawī dengan mem­beri­ turāth yang baru, karena rentang waktunya
kan gelar wā‘iẓ (pemberi nasihat), mufassir (ahli belum terlalu lama. Sayangnya pada saat itu per­
tafsir), dan muḥaddith (ahli Hadis).5 Pemberian cetakan belum dikenal di dunia Islam.
gelar tersebut cukup beralasan karena kitab Dalam penelusuran terhadap manuskrip
D.N. mencakup banyak nasihat, tafsir, dan Hadis. kitab turāth ini, Penulis tidak menemukan satu
Menurut hemat Penulis, al-Khūbawī lebih tepat isyarat pun yang menunjukkan di perpustakaan
diberi gelar wā‘iẓ. mana manuskrip tersebut dikoleksi. Bahkan
Brockelmann dalam bukunya Arabiscen Literatur,
2. Sistematika Pembahasan dalam Kitab D.N. yang sering dijadikan rujukan untuk men­
Kitab D.N. dapat diklasifikasikan menjadi cari lokasi manuskrip kitab-kitab turāth ber­
4 (empat) pokok pembahasan. Pertama, tafsir bahasa Arab juga tidak menyebutkan di mana
ayat-ayat al-Qur’an. Ayat-ayat yang dipilih untuk keberadaan manuskrip tersebut. Penulis juga
ditafsirkan adalah ayat-ayat yang sesuai dengan tidak menemukan manuskrip tersebut di dua
judul bab.6 Pembahasan lebih lanjut akan perpustakaan terkenal di Turki: Sulaymāniyyah
dijelaskan pada Bab I. Kedua, Hadis-hadis Nabi dan Kuprulli, ketika Penulis melakukan kunjungan
Muḥammad Saw. Kitab ini membahas lebih dari ke Turki dan Shīria pada 1995.
820 Hadis, baik yang statusnya ṣaḥīḥ, ḥasan, ḍa‘īf, Namun demikian, manuskrip tersebut
maupun palsu. Pembahasan lebih lanjut akan sudah dicetak selang beberapa tahun setelah
dijelaskan pada Bab II. Ketiga, masalah-masalah al-Khūbawī meninggal. Berikut ini beberapa
fikih. Sebagaimana halnya tafsir, masalah fikih cetakan tersebut:
yang dibahas dalam kitab ini terbatas pada a) Di Turki, manuskrip ini telah diterbitkan
masalah-masalah fikih yang berkaitan dengan oleh beberapa percetakan. Di Percetakan
judul majlis (bab). Misalnya, masalah puasa pada al-Amire dicetak beberapa kali, yaitu: tahun
hari shak (hari ragu) yang akan dibahas pada 1262 H., 1263 H., 1266 H., 1267 H., 1269 H.,
bahasan tentang keutamaan puasa. Keempat, 1306 H., dan 1308 H. Di Percetakan Aly Bey,
nasihat. Nasihat merupakan pokok bahasan yang Istanbul, pada tahun 1291 H. dan 1287 H. Di
terdapat dalam kitab ini seperti tampak jelas Percetakan Haj Muḥarram Efendi, Istanbul,
pada judul kitabnya, yaitu Durrah al-Nāṣiḥīn pada tahun 1281 H., 1287 H., dan 1323 H.7
b) Di Mesir, manuskrip ini dicetak di Percetakan

5 Kaḥḥālah, Mu‘jam al-Mu’allifīn, jil. 6, hlm. 252.


6 Istilah majlis dalam kitab-kitab tasawuf seperti kitab 7 Semua cetakan tersebut tersimpan di Perpustakaan
D.N. ini sama saja dengan bab dalam kitab-kitab lain. al-Sulaymāniyyah, Istanbul, Turki.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
7

Būlaq al-Qāhirah untuk pertama kalinya Penulis menemukan satu institusi yang
pada tahun 1264 H.8 Selain itu, pada tahun sangat intensif mengkaji kitab ini, yaitu
1368 H., dicetak juga di beberapa percetakan Maktabah al-Dirāsāt wa al-Buḥūth al-‘Arabiyyah
lainnya seperti Maktabah al-Mujallad al- wa al-Islāmiyyah di bawah bimbingan Shaykh
‘Arabī (tanpa tahun) dan al-Maktabah (tanpa Ibrāhīm Muḥammad Ramaḍān, dan hasil
nama) pada tahun 1368 H.9 kajiannya dicetak oleh Dār al-Qalam, Bayrūt.
c) Di Libanon, manuskrip ini dicetak oleh Akan tetapi, setelah Penulis telusuri, cetakan
beberapa percetakan, seperti: Dār al-Kutub tersebut ternyata masih belum lengkap karena
al-‘Arabī, Dār al-Qalam, al-Maktabah al- belum membahas mengenai kedudukan Hadis-
Thaqāfiyyah (semuanya tanpa menyebutkan hadisnya, dengan beberapa pertimbangan:
tahun cetakan), dan Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah a) Tidak ada kajian awal tentang kitab ini, baik
pada tahun 1993.10 yang terkait dengan biografi pengarang,
d) Di India, manuskrip ini dicetak di Calcuta manuskrip, kandungan isi, metodologi, dan
pada tahun 1281 H. dan 1301 H.11 lain sebagainya.
e) Di Indonesia, manuskrip ini dicetak oleh b) Dalam mengkaji kandungan Hadis-hadisnya,
Penerbit Toha Putra, Semarang dan Dār al- Penulis hanya menemukan 23 Hadis saja
Nasher al-Miṣriyyah, Surabaya (keduanya dari jumlah total sebanyak 820 Hadis yang
tanpa menyebutkan tahun cetakan). ada penjelasannya. Hadis-hadis yang telah
dibahas itu berasal dari Hadis-hadis kutub
B. Kajian Terdahulu al-sittah, sedangkan 2 (dua) Hadis lainnya
1. Kajian/Taḥqīq Kitab berasal dari riwayat al-Ḥākim.
Setelah melakukan penelusuran literatur c) Cetakan Bayrūt.tersebut hanya memuat
dan mengkaji katalog buku-buku yang ada, penjelasan yang sangat singkat, yaitu:
Penulis tidak menemukan seorang pun yang hanya menyebutkan 23 biografi ulama yang
telah membuat kajian terhadap kitab D.N. ini terdapat di dalam kitab, menjelaskan makna
secara komprehensif. Kajian yang pernah ada, 10 perkataan yang sulit dipahami (sharḥ al-
hanya berupa sharḥ dalam Bahasa Turki yang mufradāt), dan hanya menjelaskan sebagian
ditulis pada tahun 1264 H., sebagaimana yang kecil saja dari letak surah dan ayat al-Qur’an
dijelaskan oleh Brockelmann.12 yang ada dalam kitab D.N.

8 Cetakan pertama disimpan di Perpustakaan al- Di Indonesia, sejumlah murid Shaykh ‘Alawī
Sulaymāniyyah, Istanbul, Turki. Dalam cetakan ini, terdapat al-Mālikī (pakar Hadis yang tinggal di Makkah)
penambahan Hadis yang ditulis dalam sebagian majlis/bab. pernah menyatakan bahwa beberapa kitab
Semua tambahan Hadis tersebut dikutip dari kitab Daqā’iq
al-Akhbār. Versi cetakan ini sama dengan cetakan Maktabah
kuning (turāth) yang tersebar luas di Indonesia
al-Mujallad al-‘Arabī yang ada sekarang. Sedangkan versi banyak memuat Hadis-hadis palsu. Di antara
lainnya mengikuti cetakan Turki. Cetakan Turki lebih otentik, salah satu kitab yang disebutkan ialah kitab
sehingga buku ini mengikuti versi cetakan Turki.
Durrah al-Nāṣiḥīn ini.13 Terhadap pernyataan
9 Cetakan ini tersimpan di Perpustakaan Tan Sri
Lanang UKM. tersebut, Penulis berpendapat bahwa penilaian
10 Cetakan ini sebagiannya disimpan di Perpustakaan tersebut masih belum dikatakan ilmiah,
Nasional al-Asad, Damshiq.
11 Brockelmann, Arabiscen Litteratur, Vol. II, hlm. 641
dan Vol. II, hlm. 745. 13 Hadis Palsu dalam Kitab Kuning, Majalah Tempo,
12 Ibid., Vol. II, hlm. 745. 15 Januari 1994, No. 46.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
8

karena belum didukung oleh suatu kajian yang tahun 1979 dan diterbitkan oleh Penerbit
terperinci. Meskipun secara substantif, Penulis Toko Kitab al-Munawwar, Semarang.
setuju dengan pernyataan tersebut. Orang yang Ketiga, diterjemahkan oleh Rasihin Abdul
banyak membaca kitab-kitab Hadis sekalipun Gani pada tahun 1985 dan diterbitkan oleh
belum layak disebut sebagai pakar Hadis, apalagi Penerbit Wicaksono, Semarang. Keempat,
jika hanya membaca kitab D.N. 10 halaman, diterjemahkan oleh Abu Hf. Ramadhan
kemudian menarik kesimpulan seperti yang BA pada tahun 1987 dan diterbitkan
mereka tulis. Bukankah kesimpulan semacam oleh Penerbit Mahkota, Surabaya. Versi
itu belum layak disebut sebagai kajian ilmiah? terjemahan ini telah dicetak ulang berkali-
Atas dasar itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan kali. Cetakan ke sembilannya pada tahun
bahwa kitab D.N. belum pernah dikaji secara 1993. Kelima, diterjemahkan oleh Dr.
komprehensif dan di-takhrīj Hadis-hadisnya Syamsuddin Manap, pada tahun 1987 dan
secara lengkap. dicetak dalam edisi Bahasa Malaysia oleh
Victory Agencie, Kuala Lumpur pada tahun
2. Terjemahan Kitab 1989. Keenam, diterjemahkan oleh Anshory
Sebagaimana telah disebutkan dalam Pen­ Umar Sitanggal pada tahun 1990 dan
dahuluan buku ini, bahwa kitab Durrah al- diterbitkan oleh CV Asy-Syifa’, Semarang.
Nāṣiḥīn merupakan kitab yang sangat terkenal, Ketujuh, diterjemahkan oleh Abu Hiyad pada
terutama di kalangan pecinta kajian tasawuf. tahun 1993 dan diterbitkan oleh Penerbit
Dalam sepuluh tahun pertama setelah dunia Mesir, Surabaya.
Islam mengenal media cetak, kitab D.N. ini
telah berhasil dicetak lebih dari 5 (lima) kali. 3. Penggunaan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn di
Bersamaan dengan meluasnya animo pembaca, Indonesia
kitab ini pun telah berhasil diterjemahkan ke Kitab ini sangat terkenal di Indonesia dan
beberapa bahasa, antara lain: sering dibaca di Masjid, Surau, sekolah dan
a) Bahasa Turki. Kitab ini telah diterjemahkan pesantren. Selain dibuktikan dengan banyaknya
oleh ‘Abdul Kadīr Akcicek pada tahun 1984 versi terjemahan, sebagaimana disebutkan
dan diterbitkan oleh Penerbit Huzur Yayinevi. di atas, hal ini juga dapat dibuktikan dengan
b) Bahasa Urdu. Kitab ini telah diterjemahkan hasil penelitian yang ditulis oleh Martin van
oleh ‘Abdul Karīm bin Amanatullāh dan Bruinessen mengenai kitab kuning di pesantren
diterbitkan di Calcuta pada tahun 1307 H.14 dan hasil pendataan kitab-kitab yang dibaca di
c) Bahasa Indonesia. Buku ini telah dialih­ pesantren-pesantren oleh Masdar F. Mas’udi dan
bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia kawan-kawannya.
oleh beberapa penerjemah. Pertama, di­ Data yang ditulis oleh Martin van Bruinessen
terjemahkan oleh H. Salim Bahreisy pada mengenai penggunaan kitab-kitab Hadis di
tahun 1978 dan diterbitkan oleh Penerbit beberapa pesantren di Indonesia tampak pada
TB. Balai Buku, Surabaya dengan judul ter­ table 1.1. di bawah ini:15
jemahan Bekal Juru Da’wah. Kedua, di­
terjemahkan oleh Abdullāh Shonhaji pada

14 Brockelmann, Arabiscen Litteratur, Vol. II, hlm. 641 15 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren
dan Vol. II, hlm. 745. dan Tarekat, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 160.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
9

Tabel 1.1.
Penggunaan Kitab Hadis di Pesantren Indonesia
Daerah16 dan Jumlah Pesantren
Nama Kitab
Sumatera 4 Kalsel 3 Jabar 9 Jateng 12 `Jatim 18 Jumlah 46 Level
Bulūgh al-Marām 1 0 6 5 12 24 Thanawiyah
Subul al-Salām 1 1 0 0 0 3
Riyāḍ al-Ṣāliḥīn 1 0 7 6 9 23 Āliyah/Khawāṣ‘
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī 2 1 6 7 5 21 Khawāṣ
Tajrīd al-Ṣarīḥ 0 0 1 1 4 6 Āliyah‘
Jawāhir al-Bukhārī 1 0 0 1 2 4
Ṣaḥīh Muslim/Sharḥ al-Nawawī 1 0 7 2 7 17 Tsanawiyah
Arba‘īn al-Nawawī 3 0 5 1 6 17 Thanawiyah
Majālis al-Saniyyah 1 0 0 0 2 3
Durrah al-Nāṣiḥīn 1 1 2 3 4 11 Āliyah‘
Tanqīḥ al-Qawl 0 1 2 1 1 5
Mukhtār al-Aḥādīth 1 0 2 0 2 4
Uṣfūriyyah‘ 0 1 0 0 2 4
Sumber: Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat.

Gambar 1.1.
Prosentase Jadwal Penggunaan Kitab Hadis

Penggunaan Kitab Hadis di Pesantren-


Pesantren Indonesia • Bulūgh al-Marām
• Subul al-Salām
30
• Riyāḍ al-Ṣāliḥīn
• Tajrīd al-ṢarīḤ
25
• Jawāhir al-Bukhārī
20 • Ṣaḥīḥ Muslim/Sharḥ
al-Nawawī
15 • Arba‘īn al-Nawawī
• Majālis al-Saniyyah
10 • Durrah al-Nāṣiḥīn
• Tanqīh al-Qawl
5 • Mukhtār al-Aḥādīth
• ‘Uṣfūriyyah
0

16 Daerah-daerah yang dimaksud di sini, yaitu: Sumatera adalah Pulau Sumatera. Kalsel adalah Kalimantan Selatan.
Jabar adalah Jawa Barat. Jateng adalah Jawa Tengah. Jatim adalah Jawa Timur.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
10

Data tersebut menunjukkan bahwa kitab dan Madura, serta 18 pesantren di luar Jawa
D.N. di 11 pesantren dari 46 pesantren yang dan Madura. Meskipun tidak disebutkan daftar
menjadi objek penelitian ini dengan prosentase semua kitab yang dibaca di setiap pesantren,
sebanyak 23,91 % pesantren menggunakan kitab bahkan ada di antaranya yang tidak disebutkan
ini. sama sekali. Namun paling tidak, terdeteksi 24
Dalam penelitian yang ditulis oleh Masdar F. pesantren telah menggunakan kitab D.N. ini
Mas’udi dan kawan-kawannya disebutkan daftar sebagai salah satu dari daftar kitab-kitab yang
kitab-kitab yang dibaca di 237 pesantren di Jawa dikaji di pesantren.17 (Lihat Tabel 1.2.).

Tabel 1.2.
Penggunaan Kitab Durrah al-Nāṣiḥīn di Pesantren
Daerah Nama Pesantren dan Kabupaten/Kotamadya
Jawa Barat 1. Bani Syahrir, Cirebon.
2. Nurul Amal, Pandeglang.
3. Nurul Huda, Majalengka.
Jawa Tengah 4. Assalafiyah, Sleman Yogya.
5. al-Iḥsaniyyah, Pegandon, Kendal.
6. al-Khadlir, Tugu, Semarang.
7. al-Manar, Tengaran, Semarang.
8. Asta’in, Tengaran, Semarang.
9. Hidayatul Mubtadiin, Magelang.
10. Mishlachul Muta’allimin, Pemalang.
Jawa Timur 11. al-Azis, Mayang, Jember.
12. al-Badri, Kotoh, Kalisat, Jember.
13. al-Ihsan, Leces, Probolinggo.
14. Darul Amien, Gembolo, Banyuwangi.
15. Hidayatul Mubtadi’in, Ampel, Jember.
16. Ihyaul Ulum, Dukun, Gresik.
17. Mambaul Huda, Banyuwangi.
18. Mambaul Ulum, Paiton, Probolinggo.
19. Riyadhatul Uqul, Bangorejo, Banyuwangi.
Madura 20. al-Nuqayah, Guluk-guluk, Sumenep.
21. Syairun Najah, Untong Bara
Sumatera 22. al-Hisyamiyyah Darul Ulum, Tapanuli Selatan.
23. al-Qadiriyah, Srikaton, Lampung Selatan
Sumber: Direktori Pesantren

17 Masdar F. Mas’udi, Muntaha Azhari, HA. Azis, Slamet Efendi Yusuf, Muhammad Ichwan Sam, Arief Mudatsir, Isron
Basuni, Hussein Muhammad, Arifin Junaidi, Ghazi Dz & Budi Sulistiyo, Direktori Pesantren, P3M, Jakarta, 1986, jil. 1, hlm. 1-395.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
11

Dari dua data tersebut dan didukung oleh kepalsuannya), maka ia termasuk salah seorang
banyaknya versi terjemahan dan pencetakan pendusta.”19
kitab ini di Indonesia, tampak jelas bahwa kitab Dan Hadis Nabi Saw. yang lainnya:
Durrah al-Nāṣiḥīn telah menjadi kitab yang ter­
kenal dan dibaca oleh berbagai kalangan di ‫من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من‬
Indonesia. Konsekuensi logisnya, banyak Hadis- 20
‫النار‬
hadis dari kitab tersebut yang dipakai oleh ma­
sya­rakat luas. Karena itu, penelitian terhadap ke­ “Siapa yang sengaja mendustakanku, maka
kuatan (ke-ṣaḥīḥ-an) Hadis-hadis yang ter­dapat ia telah mempersiapkan tempat duduknya dari
dalam kitab ini menjadi sangat penting untuk api neraka.”
me­lindungi umat Islam agar tidak meng­guna­kan Dalam upaya melakukan takhrīj, analisis,
Hadis-hadis yang sangat lemah atau palsu se­ dan kritik Hadis-hadis nanti, Penulis akan mem­
bagai dasar ibadah dan amalan mereka. fokuskan pada penilaian terhadap kekuatan
Hadis-hadis tersebut dari segi ṣaḥīḥ, Ḥasan,
4. Pembatasan Kajian dan ḍa‘īf-nya, tanpa harus menyebutkan semua
Dalam buku ini, Penulis membatasi kajian perawi yang meriwayatkan Hadis tersebut.
dengan memfokuskan pembahasan pada upaya Penulis juga akan membatasi diri dengan hanya
pen-takhrīj-an Hadis, analisis dan kritik Hadis. Hal men-takhrīj Hadis-hadis yang marfū‘,21 atau
ini didorong oleh minat dan spesifikasi keilmuan yang dihukumi marfū‘. Sementara Hadis-hadis
Penulis di bidang Hadis, serta kepedulian Penulis yang mawqūf22 dan maqṭū‘23 tidak dibahas oleh
terhadap bahaya pemakaian Hadis-hadis palsu Penulis. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah
yang banyak terdapat di dalam kitab D.N. ini. Hadis yang harus dikaji, yaitu lebih dari 820 Hadis.
Rasūlullāh Saw. memberikan peringatan tentang Di samping itu, Hadis yang mawqūf dan maqṭū‘
bahaya meriwayatkan Hadis palsu melalui tentu tidak sebanding dengan Hadis yang marfū‘,
sabdanya: karena ancaman kursi dari api neraka disediakan
َ untuk mereka yang memalsukan Hadis yang
ٌ‫ وهو َيرى َّأنه كذب‬،‫ث عنى بحديث‬ َ َّ َ َ
‫من حد‬
ِ ٍ marfū‘. Dalam riwayat Muslim disebutkan lebih
َّ َ ُ َ
18 َ ْ jelas melalui sabda Rasūlullāh Saw. di bawah ini:
‫فهو أحد الكذ ِابين‬
“Siapa meriwayatkan satu Hadis dan ia
tahu bahwa Hadis itu palsu (tanpa menjelaskan 19 Semua terjemahan Hadis-hadis dalam buku
ini ditulis oleh Penulis sendiri, kecuali jika diriwayatkan
sebaliknya.
18 Muslim bin al-Ḥajjāj al-Qushayrī, Ṣaḥīḥ Muslim, 20 Abū ‘Abd. Allāh Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī,
Taḥ. Muḥammad Fu’ād ‘Abd. al-Bāqī, al-Maktabah al- Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Dār al-Fikr, Bayrūt, t.th, Kitāb al-‘Ilm, Bāb
Islāmiyyah, Istanbul, t.th, Kitāb al-Muqaddimah, Bāb TaghlīẒ Ithm Man Kadhdhaba ‘alā al-Nabī Saw., h.n. 107, 108, 109;
al-Kadhib, hlm. 1; Abū ‘Īsā Muḥammad bin ‘Īsā al-Tirmidhī, Muslim, Ṣaḥīḥ, al-Muqaddimah, Bāb Taghlīẓ al-Kadhib, h.n.
Sunan al-Tirmidhī, Taḥ. Aḥmad Shākir dan Muḥammad 3.
Fu’ād ‘Abd al-Bāqī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1987, 21 Hadis marfū‘ adalah Hadis yang dinisbatkan
Kitāb al-‘Ilm, Bāb Fīman Rawā Ḥadīthan wa Huwa Yarā kepada Rasūlullāh Saw. baik berupa perkataan maupun
Annahū Kadhib, hlm. 2662; Abū ‘Abd Allāh ‘Umar bin Yazīd perbuatan atau sifat dan taqrīr-nya. Lihat glosori istilah.
al-Qazwīnī, Sunan Ibn Mājah, Tah. Muḥammad Fu’ād ‘Abd 22 Hadis mawqūf adalah Hadis yang disandarkan
al-Bāqī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, t.th, Kitāb al- kepada sahabat Nabi.
Muqaddimah, Bāb Man Ḥaddatha ‘an Rasūl Allāh Saw. 23 Hadis maqṭū‘ adalah Hadis yang disandarkan
Ḥadīthan, hlm. 40. kepada tābi‘īn.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
12

َ َ َ َ َ َ َّ
َ‫ َمن ك َذب‬،‫على أ َحد‬ ‫ليس كك ِذ ٍب‬ َ ‫إن كذ ًبا َع َلَّي‬ Tafsīr al-Kashshāf dan Tafsīr al-Zamakhsharī
ٍ ِ yang ditulis oleh Imām Maḥmūd bin ‘Umar
ّ َ َََْ ً ّ ََ ُ َ َ
24
‫ فليتبوأ مقعده من النار‬،‫علَّي متع ِمدا‬ al-Zamakhsharī (528 H.). Tafsir ini sangat
terkenal dan telah berulang kali naik cetak.
“Sesungguhnya berbohong kepadaku tidak Hadis-hadisnya juga telah di-takhrīj oleh Ibn
sama dengan berbohong kepada salah se­orang Ḥajar dalam kitab al-Kāfī al-Shāf fī Takhrīj
(di antara kalian). Siapa yang dengan sengaja Aḥādīth al-Kashshāf. Tafsir ini menjadi
men­dustakanku, maka hendaklah ia me­nye­dia­ referensi kedua yang dipakai ketika ia
kan tempat duduknya dari api neraka.” menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an di dalam
kitab D.N.. Dalam kitab D.N., tafsir ini sering
C. Sumber Rujukan Kitab Durrah al- disingkat dengan al-Kashshāf.
Nāṣiḥīn 3) Lubāb al-Ta’wīl fī Ma‘ānī al-Tanzīl atau
1. Sumber Rujukan dalam Tafsir dikenal dengan sebutan Tafsīr al-Khāzin yang
Ada beberapa kitab tafsir yang dijadikan ditulis oleh ‘Alā’ al-Dīn ‘Alī bin Muḥammad
rujukan oleh pengarang kitab D.N. , di antaranya: al-Baghdādī yang lebih dikenal dengan
1) Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl atau sebutan al-Khāzin (725 H.). Ini termasuk
lebih dikenal dengan Tafsīr al-Bayḍāwī yang kitab tafsir yang cukup terkenal dan telah
ditulis oleh Imām al-Baydāwī, yang nama dicetak beberapa kali oleh percetakan
lengkapnya adalah Naṣr al-Dīn ‘Abdullāh bin terkenal seperti Dār al-Fikr, Bayrūt. Dalam
‘Umar al-Bayḍāwī al-Shayrāzī al-Shāfi‘ī (692 kitab D.N., tafsir ini sering disingkat dengan
H.). Tafsir ini merupakan referensi utama al-Lubāb atau al-Khāzin saja.
yang dipakai kitab D.N. dalam menafsirkan 4) Irshād al-‘Aql al-Salīm ilā Mazāyā al-Qur’ān
ayat-ayat yang dikutip. Ini merupakan kitab al-Karīm atau yang lebih dikenal dengan Tafsīr
tafsir yang sangat terkenal, yang telah Abī Sa‘ūd. Kitab tafsir ini ditulis oleh al-Qāḍī
dicetak berulang kali, diringkas, dan di-Sharḥ Abū al-Sa‘ūd Muḥammad bin Muḥammad
oleh beberapa ulama kenamaan seperti al- al-‘Imād (951 H.). Tafsir yang cukup terkenal
Shihāb al-Khafājī (1069 H.), Shaykh Zādah ini telah dicetak beberapa kali. Dalam kitab
(950 H.), yang keduanya juga dijadikan D.N., tafsir ini sering disingkat dengan Tafsīr
rujukan oleh al-Khūbawī. Hadis-hadis yang Abū Sa‘ūd saja.
terdapat dalam kitab tafsir ini telah di- 5) Madārik al-Tanzīl wa al-Ḥaqā’iq al-Ta’wīl
takhrīj oleh ‘Abd. al-Ra’ūf al-Munāwī (1031 atau yang terkenal dengan sebutan Tafsīr al-
H.) dalam kitab yang berjudul al-Fatḥ al- Nasafī, yang ditulis oleh Imām al-Nasafī ‘Abd
Samāwī fī Takhrīj Aḥādith Tafsīr al-Bayḍāwī. Allāh bin Aḥmad (701 H.). Tafsir ini sangat
Dalam kitab D.N. ini, al-Khūbawī sering terkenal dan diklasifikasikan sebagai tafsir
menulisnya dengan sebutan Qāḍī Bayḍāwī dengan Hadis ma’thūr.
atau Qāḍī saja. 6) Ma‘ālim al-Tanzīl atau yang terkenal dengan
2) al-Kashshāf ‘an Haqā’iq Ghawāmid al- sebutan Tafsīr al-Baghawī, yang ditulis oleh
Tanzīl wa ‘Uyūn al-Ta’wīl fī Wujūh al-Ta’wīl Ḥusayn bin Mas‘ūd al-Farrā’ al-Baghawī
atau yang lebih terkenal dengan sebutan (516 H.). Tafsir ini cukup terkenal dan dapat
dikategorikan sebagai tafsir dengan Hadis
ma’thūr. Dalam kitab D.N., tafsir ini sering
24 Muslim, Ṣaḥīḥ, al-Muqaddimah, Bāb Taghlīẓ al-
Kadhib, h.n. 4. disebut dengan Ma‘ālim saja.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
13

7) ‘Ināyah al-Qāḍī wa Kifāyah al-Rāḍī ‘alā cukup terkenal, tetapi al-Khūbawī jarang
Tafsīr al-Bayḍāwī atau lebih terkenal dengan mengutip dari kitab tafsir yang telah dicetak
sebutan Ḥāshiyah al-Shihāb. Kitab tafsir ini berulang kali ini.
ditulis oleh al-Shihāb al-Khafājī Aḥmad bin 12) Baḥr al-‘Ulūm atau yang lebih terkenal
Muḥammad (1069 H.). Dalam kitab D.N., dengan sebutan Tafsīr al-Samarqandī, yang
tafsir ini sering disebut dengan Shihāb saja ditulis oleh Abū Layth Naṣr bin Muḥammad
atau Ḥāshiyah Shihāb. Kitab ini dicetak bin Aḥmad al-Samarqandī (860 H.). Kitab ini
bersama kitab Tafsīr al-Bayḍāwī. dicetak dalam tiga jilid.
8) Ḥāshiyah Shaykh Zādah ‘alā Tafsīr al- 13) Tafsīr al-FātiḤah. al-Khūbawī beberapa kali
Bayḍāwī, yang ditulis oleh Muṣliḥ al-Dīn mengutip dari kitab tafsir ini, tetapi Penulis
Muḥammad bin Muṣṭafā al-Tujāwī al-Ḥanafī tidak dapat memastikan tafsir ini ditulis oleh
yang lebih terkenal dengan julukan Shaykh siapa, karena ada beberapa kitab tafsir yang
Zādah (950 H.). Kitab ini dicetak empat berjudul Tafsīr al-Fātiḥah yang disebutkan
jilid. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering oleh Ḥājī Khalīfah dalam Kashf al-Ẓunūn
menyebutnya dengan sebutan Shaykh dan Ismā‘īl Bāshā dalam Īḍāḥ al-Maknūn.
Zādah saja. Dari beberapa manuskrip kitab Tafsīr al-
9) Rūh al-Bayān yang ditulis oleh Ismā‘īl Ḥaqqī Fātiḥah yang Penulis telusuri, Penulis tidak
al-Barūsawī (1137 H.). Tafsir ini telah dicetak menemukan kutipan-kutipan tersebut dari
dalam volume sebanyak 10 jilid oleh Penerbit manuskrip-manuskrip yang ada.
Dār al-Fikr. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī 14) al-Kashf wa al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān
sering menyebutnya dengan sebutan Tafsīr atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsīr al-
Ḥaqqī saja. Tha‘labī yang ditulis oleh Abū IsḤāq Aḥmad
10) Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm, yang ditulis oleh bin Muḥammad bin Ibrāhīm al-Tha‘labī
Abū Sa‘īd al-Ḥanafī. Tafsir ini masih belum (427 H.).25 Dalam kitab D.N., al-Khūbawī
dicetak untuk publik, dan manuskripnya sering menyebutnya dengan sebutan Tafsīr
masih tersimpan rapi di Perpustakaan al- Tha’labī. Kitab ini telah dicetak dalam empat
Asad Shīria dengan nomor panggil 627 dan jilid.
7500. Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering 15) al-Taysīr fī al-Tafsīr, yang ditulis oleh Najm
menyebutnya dengan sebutan Tafsīr Ḥanafī. al-Dīn Abū Ḥafs ‘Umar bin MuḤammad al-
al-Khūbawī sering mengutip Hadis-hadis Nasafī al-Ḥanafī (537 H.).26 Dalam kitab D.N.,
faḍīlah dari kitab tafsir ini. Sayangnya, Hadis- al-Khūbawī sering menyebutnya dengan
hadis yang ada dalam kitab tafsir ini, baik sebutan Tafsīr Taysīr.
yang dikutip oleh al-Khūbawī maupun yang 16) Tafsīr al-‘Uyūn. Penulis belum dapat
tidak dikutip, banyak yang bersifat gharīb memastikan yang dimaksud dengan kitab
dan sukar ditemukan padanannya dalam tafsir ini. Kemungkinannya adalah al-‘Uyūn
kitab-kitab Hadis terkenal dan kredibel, fī Ta’wil al-Qur’ān yang ditulis oleh Abū
bahkan Hadis-hadis tersebut mempunyai al-Ḥasan ‘Alī bin Muḥammad al-Baṣrī al-
ciri-ciri Hadis palsu.
11) al-Tafsīr al-Kabīr atau lebih dikenal dengan
sebutan Tafsīr al-Fakhr al-Rāzī, yang ditulis 25 Muṣṭafā bin ‘Abd Allāh Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn
‘an Asamī al-Kutub wa al-Funūn, al-Maktabah al-Islāmiyyah,
oleh Imām Fakhr al-Dīn Abū Bakr al-Rāzī. Ṭahrān, 1977, jil. 1, hlm. 444 dan jil. 2, hlm. 1496.
(606 H) Kitab tafsir ini termasuk kitab yang 26 Ibid., jil. 1, hlm. 460 dan 519.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
14

Mawardī (450 H.).27 Dalam kitab D.N. sering 22) Ḥimāyah min Yāsin. Kitab ini belum diketahui
disingkat al-‘Uyūn. penulisnya. Ḥājī Khālifah dan Ismā‘īl Bāshā
17) Tafsīr Abī al-Layth, yang ditulis oleh Abū al- tidak menyebutkan kitab ini.
Layth Naṣr bin Muḥammad bin Ibrāhīm al-
Samarqandī yang dikenal dengan julukan 2. Sumber Rujukan dalam Hadis
Imām al-Hudā (393 H.).28 al-Khūbawī Hadis-hadis yang dikutip oleh al-Khūbawī
selalu mengutip dengan menyingkat nama bukan hanya berasal dari kitab-kitab Hadis,
tafsirnya dengan sebutan Abū al-Layth. tetapi banyak juga yang diambil dari kitab-kitab
18) al-Baṣā’ir fī al-Tafsīr, yang lebih dikenal tasawuf seperti Tanbīh al-Ghāfilīn, Durrah al-
dengan nama Tafsīr al-Nīsābūrī. Tafsir ini Wā‘iẓīn, Zubdah al-Wā‘iẓīn, Ḥayāh al-Qulūb,
ditulis dalam Bahasa Persia oleh al-Shaykh dan sebagainya. Empat kitab induk itulah yang
Zāhir al-Dīn Abū Ja‘far Muḥammad bin dijadikan sebagai rujukan utama al-Khūbawī
Maḥmūd al-Nīsābūrī (599 H.).29 Dalam kitab dalam mengutip Hadis-hadis yang dituliskannya
D.N. tafsir ini sering disebut al-Nīsābūrī saja. dalam kitab D.N. Adapun kitab-kitab Hadis yang
19) al-Durr al-Manthūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’thūr betul-betul dapat dikategorikan sebagai kitab
yang ditulis oleh Imām Jalāl al-Dīn ‘Abd al- Hadis dan dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī,
Raḥmān bin Abī Bakr al-Suyūṭī (911 H.). adalah sebagai berikut:
Tafsir ini sangat terkenal dan telah dicetak 1) al-Shifā fī Ḥuqūq al-Muṣṭafā Saw. karya al-
berkali-kali. Dalam kitab D.N. tafsir ini Qāḍī ‘Iyāḍ al-Busṭị (544 H.). Kitab ini sangat
disebut dengan al-Durr al-Manthūr atau al- terkenal di kalangan umat Islam, bahkan
Durr al-Manthūr li al-Suyūṭī. dapat disebut sebagai kitab kumpulan Hadis-
20) al-Wasīṭ fī Mukhtaṣar al-Muḥīṭ atau dikenal hadis populer sebelum dituliskannya kitab
juga dengan nama Tafsīr al-Wasīṭ. Kitab Riyāḍ al-Ṣāliḥīn karya Imām al-Nawawī (646
tafsir ini ditulis oleh Badr al-Dīn Muḥammad H.). Kitab ini telah dicetak dan disyarahi oleh
bin Shihāb al-Dīn Aḥmad bin Mūsā al-‘Aynī beberapa ulama, di antaranya: ‘Alī al-Qārī
al-Ḥanafī (855 H.).30 Tafsir ini merupakan (1030 H.) dan al-Khafājī (1069 H.). Hadis-
ringkasan dari kitab tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ hadis yang terdapat dalam kitab ini juga
karya Ibn Ḥayyān. Dalam kitab D.N. tafsir ini sudah di-takhrīj oleh beberapa ulama, di
ditulis dengan sebutan Tafsīr Wasīṭ. antaranya: al-Qāsim bin Qaṭbughā (879 H.),
21) al-Jāmi‘ li AḤkām al-Qur’ān atau lebih al-Suyūṭī (911 H.), dalam kitab yang berjudul
terkenal dengan sebutan Tafsīr al-Qurṭubī, Manāhil al-Ṣafā fī Takhrīj AḤādīth al-Shifā,
yang ditulis oleh al-Imām Abū ‘Abdillāh dan Abū al-‘Alā Idrīs bin Muḥammad al-
Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣāri al-Qurtubī Ḥusaynī al-‘Irāqī dalam kitab Manāhil al-
(671 H.). Tafsir ini sangat terkenal dan sudah Ṣafā fī Takhrīj Aḥādīth al-Sidād wa al-Wafā
mengalami cetak ulang berkali-kali. fī Takmīl Manāhil al-Ṣafā wa Aḥādith al-
Shihāb.31
2) al-Jāmi‘ al-Saghīr, karangan Jalāl al-Dīn al-
27 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1888.
28 Ibid., jil. 1, hlm. 441; Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 13, Suyūṭī (911 H.). Kitab ini sangat terkenal dan
hlm. 91. telah disyarahi oleh al-Munāwī dalam dua
29 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 246 dan
460; Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 12, hlm. 7.
30 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 2, hlm, 705 dan 31 al-Kallānī. al-Risālah al-Mustaṭrafah. Dār al-
Hidāyah al-‘Arifīn, jil. 2, hlm. 421. Bashāir al-Islāmiyah. Bayrut. 1986. Hlm. 187.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
15

kitab yang keduanya juga dijadikan rujukan Qāḍī. Sedangkan dalam manuskrip yang ter­
dalam kitab D.N. ini. simpan di Perpustakaan Kuprulli, Istanbul,
3) Fayḍ al-Qadīr fī SharḤ al-Jāmi‘ al-Saghīr, penulis kitab tersebut adalah Imām al-
karya ‘Abd al-Ra’ūf al-Munāwī (1031 H). Ghazalī. Dalam kitab Kashf al-Ẓunūn disebut­
Kitab ini telah dicetak dalam enam jilid besar kan bahwa ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī hanya
oleh Penerbit Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt. pe­nerjemahnya saja.33 Dalam kitab Īḍāḥ al-
4) al-Tasyīr bi Sharḥ al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr, yang Maknūn, Ismā‘īl Bāshā menjelaskan bahwa
juga ditulis oleh al-Munāwī. Kitab ini lebih Abū al-Layth juga mempunyai karya dengan
ringkas daripada kitab Fayḍ al-Qadīr yang judul yang sama.34
telah disebutkan di atas. Kitab ini telah di­ Di dalam kitab tersebut terdapat banyak
cetak dalam dua jilid oleh Penerbit Maktabah Hadis gharīb yang mempunyai ciri-ciri Hadis
al-Imām al-Shāfi‘ī, Riyāḍ. palsu, tetapi belum diteliti secara seksama.
5) al-Targhīb wa al-Tarhīb, karya al-Mundhirī, Kitab ini memang dicetak bersama kitab al-
Abū Muḥammad ‘Abd al-‘Aẓīm bin ‘Abd al- Durr al-Ḥisān fī al-Ba‘ath wa Na‘īm al-Jinān
Qawī bin Salamah al-Miṣrī (900 H). Kitab yang disinyalir sebagai karya al-Suyūṭī (tetapi
ini cukup terkenal. Meskipun terdapat bukan al-Suyūṭī penulis kitab al-Jāmi‘ al-
banyak Hadis ḍa‘īf, tapi beliau memberikan Ṣaghīr dan al-Jāmi‘ al-Kabīr yang wafat pada
isyarat akan ke-ḍa‘īf-annya. Kitab ini dicetak 911 H., karena kitab tersebut tidak masuk
berulang kali dan diterbitkan oleh oleh Dār dalam daftar kitab-kitab karya al-Suyūṭī). Di
Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī dalam empat jilid. samping itu, di dalam kitab tersebut banyak
6) al-Firdaws bi Ma’thūr al-Khiṭāb, karya sekali terdapat Hadis-hadis gharīb yang
al-Daylamī, Abū Shujā‘ Sayruwayih bin tidak ditemukan dalam kitab-kitab lain karya
Shahardar al-Daylamī (558 H.). Menurut al-Suyūṭī. Karena adanya keraguan itulah, di
para ulama, kitab ini merupakan sumber Perpustakaan Nasional al-Asad, Damshiq,
Hadis-hadis ḍa‘īf, jika Hadis-hadisnya hanya Shīria,35 kitab ini masuk dalam kategori kitab
terdapat dalam kitab tersebut.32 Kitab ini yang tidak boleh dibaca umum. Akan tetapi,
dicetak dalam lima jilid. Dalam kitab D.N., di Perpustakaan Awam Islam, Pusat Islam,
kitab ini sering disebut dengan al-Daylamī Kuala Lumpur,36 kitab ini dapat ditemukan
atau al-Firdaws.
sebagai bagian dari rujukan umum. Dalam
7) Daqā’iq al-Akhbār fī Dhikr al-Jannah wa
kitab D.N., kitab ini sering disebut dengan
al-Nār. Kitab ini merupakan salah satu dari
nama Daqā’iq al-Akhbār atau Daqā’iq saja.
referensi utama Hadis yang sering dirujuk,
8) Kanz al-Akhbār. Kitab ini belum terdeteksi
tetapi kesahihan kitab ini masih diragukan.
penulisnya. Dalam manuskrip yang ter­
Kitab ini telah dicetak beberapa kali, yaitu
tahun 1983 oleh Penerbit Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, Bayrūt. Dalam cetakan ini dan juga 33 Lihat Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hal. 757;
versi cetakan lainnya ditulis pengarang­nya Ramaḍān Shīshan, Fahras Makhṭūṭāt Maktabah Kuprulli,
adalah Imām ‘Abd al-Raḥīm bin Aḥmad al- Munaẓẓamah al-Mu‘tamar al-Islāmī Markaz al-Buḥūth li al-
Tārīkh wa al-Funūn wa al-Thaqāfah al-Islāmiyyah, Istanbul,
1986, jil. 2, hlm. 568.
32 Lihat Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Raḥmān bin Abū Bakar al- 34 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 1, hlm. 474.
Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr dalam Jāmi‘ al-Aḥādīth, Taḥ. ‘Abbās 35 Tersimpan deengan kode panggil W 71093, W
Aḥmad Ṣaqr dan Aḥmad ‘Abd al-Jawwād, Dār al-Fikr, Bayrūt, 3733, S 10266, dan S 4068.
1994, jil. 1, hlm 18. 36 Tersimpan dengan kode panggil 61782.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
16

simpan di Perpustakaan Sulaymāniyyah, 13) Mashāriq al-Anwār al-Muḥammadiyyah min


Istanbul, dengan kode panggil 1053, Penulis Ṣiḥāḥ al-Akhbār al-Muṣṭafawiyyah karya al-
tidak menemukan nama pengarangnya. Imām Riḍā al-Dīn Ḥasan bin MuḤammad al-
Hadis-hadis dalam kitab ini banyak yang Ṣaghānī (650 H.). Kitab ini telah di-sharḥ oleh
gharīb dan sukar ditemukan padanannya beberapa ulama, antara lain: Ibn Mālik dan
dalam kitab-kitab Hadis terkenal lainnya. Shaykh Zādah, yang juga dijadikan sumber
9) Maṣābīḥ al-Sunnah, karya Imām al-Baghawī, rujukan oleh al-Khūbawī. Kitab ini juga dapat
Ḥusayn bin Mas‘ūd al-Farrā’ al-Baghawī ditemukan versi cetaknya.
(516 H.). Kitab ini termasuk salah satu kitab 14) Mubāriq al-Azhār fī Sharḥ Mashāriq al-
terkenal yang telah di-sharḥ oleh lebih Anwār, karya Ibn Mālik (797 H.). Kitab ini
dari 20 ulama terkenal, di antaranya Ibn merupakan sharḥ dari kitab al-Mashāriq di
Mālik, yang juga dijadikan rujukan oleh al- atas, serta telah di-taḥqīq dan dicetak oleh
Khūbawī.37 Dalam kitab D.N., kitab ini sering Dār al-Qalam, Bayrūt.
disebut al-Maṣābīḥ saja atau MaṣābīḤ al- 15) Ḥadīth Arba‘īn fī Faḍāil Qul Huwa Allāh al-
Sharīf. Aḥad, karya al-Sayyid al-Sharīf Yūsuf bin
10) Sharḥ al-Maṣābīḥ li Ibn Mālik. Yang di­ ‘Abd Allāh al-Ḥusaynī al-Armūnī. Kitab ini
maksud al-Maṣābīḥ di sini adalah Maṣābīḥ belum ada versi cetaknya, tetapi manuskrip­
al-Sunnah sebagaimana disebutkan se­ nya tersimpan di Perpustakaan Kurpulli,
belum­nya. Sedangkan Ibn Mālik di sini Istanbul dengan kode panggil 391, dan di
adalah Muḥammad bin ‘Abd Laṭīf al-Rūmī Perpustakaan Aya Sofia, Istanbul dengan
al-Ḥanafī. Dalam kitab D.N., kitab ini selalu kode panggil 515.38
disebut Sharḥ al-Maṣābīḥ li Ibn Mālik. Kitab 16) al-Durar al-Mutanāthirah fī al-Aḥādīth al-
ini juga telah ada versi cetaknya. Mushtahirah, karya al-Suyūṭī. Kitab ini telah
11) Sharḥ al-Maṣābīḥ. Penulis belum dapat dicetak berulang kali oleh Dār al-I‘tiṣām,
memastikan siapakan pensyarah kitab al- Qāhirah. al-Khūbawī sering menyebut kitab
Maṣābīḥ yang dimaksud oleh al-Khūbawī, ini dalam kitab D.N. dengan singkatan al-
karena ia menyebutkannya secara umum. Durar saja.
Padahal lebih 20 ulama yang men-sharḥ 17) al-Tadhkirah fī Aḥwāl al-Mawlā wa Umūr
kitab al-Maṣābīḥ. al-Ākhirah yang ditulis oleh al-Imām Shams
12) Mishkāh al-Maṣābīḥ, karya al-‘Allāmah al-Dīn Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Aḥmad
Muḥammad bin ‘Abd Allāh al-Khaṭīb al- al-Anṣārī al-Qurṭubī (671 H.). Kitab ini sudah
Tabrīzī yang wafat setelah tahun 737 H. Kitab di-taḥqīq dan dicetak oleh Penerbit Ibn
ini merupakan sharḥ dari kitab Maṣābīḥ al- Zaydūn, Bayrūt.
Sunnah yang tersebut di atas. Selain telah 18) Sharḥ Ḥadīth al-Salām qabl al-Kalām, karya
dicetak dengan taḥqīq Nāṣir al-Dīn al-Albānī, al-Imām Aḥmad bin Sulaymān al-Rūmī al-
kitab ini juga telah dicetak bersama sharḥ- Ḥanafī yang lebih dikenal dengan nama Ibn
nya, yaitu Mirqāt al-Mafātīḥ Sharḥ Mishkāh Kamāl Bāshā (940 H.).39
al-Maṣābīḥ li ‘Alī al-Qārī (1014 H.). Dalam
kitab D.N., kitab ini disingkat Mishkāh saja.
38 Ramaḍān Shīshān, Fahras Makhṭūṭāt, jil. 1, hlm.
202; Ismā‘īl Bāshā, Hidāyah al-‘Ārifīn, jil. 2, hlm. 564.
37 Lihat daftar nama-nama pen-sharaḥ kitab ini 39 Ismā‘īl Bāshā, Hidāyah al-‘Ārifīn, jil. 1, hlm. 141-
dalam Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1699. 142.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
17

19) Jāmi‘ al-Azhār min Ḥadīth al-Nabī al-Anwār, merujuk pada karya-karya ulama Ḥanafiyah
karya Zayn al-Dīn ‘Abd al-Ra’ūf bin ‘Alī al- bukan hanya dalam masalah fikih. Dalam
Munāwī al-Shafī‘ī (1031 H.). Kitab ini dicetak pembahasan-pembahasan yang lain, al-Khūbawī
bersamaan dengan kitab al-Jāmī‘ al-Saghīr juga sering mengutip dari karya-karya yang
dan al-Jāmi‘ al-Kabīr. al-Khūbawī menyebut ditulis oleh ulama Ḥanafī seperti Abū al-Layth al-
kitab ini dengan singkatan Jāmi‘ al-Azhār. Samarqandī. Demikian pula dalam masalah tafsir,
20) al-Mawā‘iẓ fī al-Aḥādith al-Qudsiyyah. Kitab ia sering mengutip dari ulama Ḥanafī seperti al-
ini dinisbatkan sebagai salah satu dari karya Bayḍāwī, al-Khāzin, Abū Sa‘ūd, dan yang lainnya.
Imām al-Ghazālī sebagaimana tertulis dalam Berikut ini beberapa kitab rujukan dalam
versi cetaknya. ‘Abd al-Raḥmān Badawī me­ masalah fikih yang sering dikutip oleh al-
nampik kitab ini sebagai karya Imām al- Khūbawī, yaitu:
Ghazālī.40 Setelah membaca seluruh kitab 1) Tatār Khānah fī al-Fatāwā yang ditulis oleh
ini, Penulis juga sependapat dengan ‘Abd al- al-Imām al-Faqīh ‘Ālim bin ‘Alā’ al-Ḥanafī. Ḥājī
Raḥmān, karena isinya sangat aneh, dan tidak Khalīfah dalam Kashf al-Ẓunūn menyebutkan
mung­kin ulama sekaliber al-Ghazālī me­nulis bahwa kitab ini termasuk karya besar dan
kitab seperti itu. Apalagi Hadis-hadis yang di­ ditulis dalam beberapa jilid.41
sebut­kan tidak ditemukan pada bab-bab yang 2) al-Muḥīṭ al-Burhānī fī al-Fiqh al-Nu‘mānī,
sama dalam kitab-kitab al-Ghazālī lainnya. karya al-Imām Burhān al-Dīn Muḥammad
Dalam kitab D.N., al-Khūbawī menyebut kitab bin Aḥmad bin al-Ṣadr yang lebih dikenal
ini dengan sebutan al-Mawā‘iẒ saja. dengan sebutan Burhān al-A’immah (616
21) Jawāhir al-Bukhārī. Penulis belum bisa me­ H.).42
mastikan siapa penulis kitab Jawāhir al- 3) Tuḥfah al-Mulūk, karya Zayn al-Dīn
Bukhārī yang dimaksudkan oleh al-Khūbawī, Muḥammad bin Abī Bakar Ḥasan al-Rāzī
karena ada beberapa kitab yang berjudul al-Ḥanafī. Sebagaimana dijelaskan oleh
sama. Ḥājī Khalīfah, kitab ini telah di-sharḥ oleh
beberapa ulama mazhab Hanafi.43
Selain mengutip dari kitab-kitab Hadis 4) Tabyīn al-Maḥārim, karya al-Shaykh Sinān
yang telah disebutkan di atas, al-Khūbawī juga al-Dīn Yūsuf al-Amasī al-Ḥanafī (1000 H.).
mengutip Hadis-hadis dari kitab al-Bukhārī, Kitab ini berisi kumpulan fatwa-fatwa ulama
Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Ḥākim, al- fikih.44
Ṭabarānī, dan lain-lain. Hanya saja pengutipannya 5) Multaqā al-Abḥur, karya Imām Ibrāhīm bin
tidak langsung dari sumbernya, tapi dari sumber Muḥammad al-Ḥalabī (956 H.). Kitab ini
lain yang menyebutkan bahwa Hadis-hadis itu merupakan kitab fikih mazhab Ḥanafī dan
diriwayatkan oleh perawi-perawi di atas. telah dicetak setebal dua jilid oleh Penerbit
Mu’assasah al-Risālah, Bayrut dengan taḥqīq
3. Sumber Rujukan dalam Fikih oleh Wahbī Sulaymān al-Albānī.45
Dalam membahas masalah-masalah fikih,
al-Khūbawī yang bermazhab Ḥanafī lebih sering
41 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 268.
42 Ibid., jil. 2, hlm. 1619.
40 ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, al- 43 Ibid., jil. 1, hlm. 374-375.
Majlis al-A‘lā Liri‘āyah al-Funūn wal al-Ādāb wa al-‘Ulūm al- 44 Ibid., jil. 1, hlm. 342.
Ijtimā‘iyyah, al-Imārāt, 1961, hlm. 287. 45 Ibid., jil. 2, hlm. 1814.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
18

6) Fatāwa al-Qāḍī Khān, yang ditulis oleh al- sering disingkat dengan Zubdah saja.
Ḥasan bin Manṣūr bin Maḥmūd al-Ḥanafī 2) Durrah al-Wā‘iẓīn wa Dhakr al-Wā‘iẓīn, karya
(593 H.) atau yang lebih dikenal dengan Qāḍī Abū ‘Abd Allāh Muḥammad bin Salamah bin
Khān atau Qāḍaykhān.46 Dalam kitab D.N., Ja‘far al-Quḍā‘ī al-Shāfi‘ī (405 H.). Menurut
al-Khūbawī menyebutnya dengan sebutan Dr. Ramaḍān Shīshān, al-Quḍā‘ī bukan
Qāḍaykhān saja. Versi cetak kitab ini ada penulis kitab tersebut, Ḥājī Khalīfah telah
sebanyak empat jilid. keliru dalam hal ini. Penulis sesungguhnya
7) Baḥr al-Kalām wa Nahr al-Li‘ām fī Sharḥ Iẓhār adalah orang yang sangat bijaksana, yang
Ni‘mah al-Islām li al-Shaykh Muḥammad hidup pada masa pemerintahan Sultan
bin Najjār al-Ḥanafī. Kitab ini ditulis oleh Muḥammad al-Fātiḥ, yang namanya juga
Muḥammad bin ‘Abd al-Laṭīf al-Maqdisī al- tidak jelas. Akan tetapi, kitab ini telah selesai
Shāfi‘ī.47 Dalam kitab D.N., kitab ini disingkat ditulis pada tahun 1041 H.50 Menurut hemat
dengan Baḥr al-Kalām. Penulis, pengarang kitab ini adalah seseorang
8) Ghaniyyāh al-Muṭahallā Sharḥ Maniyyāh yang namanya tidak dikenal sebagaimana
al-Muṣallā wa Ghaniyyāh al-Mubtada’ li yang dijelaskan oleh Dr. Ramaḍān, karena
al-Shaykh Muḥammad bin Muḥammad seperti yang telah Penulis teliti terhadap
al-Kashghārī (705 H.). Kitab ini ditulis oleh manuskrip kitab ini di Perpustakaan Kuprulli,
Ibrāhīm bin Muḥammad al-Ḥalabī al-Ḥanafī tidak disebutkan nama pengarangnya. Kitab
(956 H.). Kitab ini termasuk salah satu kitab ini termasuk kitab yang paling banyak dirujuk
fikih mazhab Ḥanafī.48 oleh al-Khūbawī dalam D.N.
3) al-Mawā‘iẒah al-Ḥasanah. Penulis belum
4. Sumber Rujukan dalam Tasawuf dapat menemukan kitab tersebut. Ḥājī
Kitab D.N. ini pada dasarnya merupakan Khalīfah dan Ismā‘īl Bāshā juga tidak
kitab tasawuf/nasihat, sehingga tidak heran jika menyebutkan kitab ini dalam karya mereka
sumber rujukannya lebih banyak berasal dari berdua. al-Khūbawī sering mengutip dari
kitab-kitab tasawuf, terutama kitab-kitab yang kitab ini, dengan menyebutkan judulnya
ditulis oleh para sufi dari Turki, di samping juga secara singkat, yaitu al-Mawā‘iẒah saja.
kitab-kitab yang ditulis oleh ulama sufi lainnya 4) Ḥayāh al-Qulūb karya ‘Abd al-Bārī bin Turkhā
seperti al-Ghazālī dan al-Samarqandī. al-Saynūbī. Dalam kitab D.N. sering disebut
Berikut ini beberapa kitab-kitab tasawuf dengan Ḥayāh saja. Kitab ini sudah bisa
yang dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī dalam ditemukan versi cetaknya.
kitab D.N., antara lain: 5) al-Majālis al-Sunaniyyah, yang ditulis al-
1) Zubdah al-Wā‘iẓīn. Penulisnya tidak di­ Shaykh Ḥasan bin Um Sinān. Kitab ini sudah
ketahui. Kitab ini terdiri dari 48 bab,49 dan dicetak di Istanbul pada tahun 1260 H.
merupakan kitab yang paling sering dirujuk 6) Rawḍāh al-‘Ulamā’, yang ditulis al-Shaykh
oleh al-Khūbawī. Dalam kitab D.N., kitab ini Abū ‘Alī Ḥusayn bin Yaḥyā al-Zandūsī al-
Ḥanafī.51
7) Safīnah al-Abrār al-Jāmi‘ah li al-Āthār wa
46 Kaḥḥālah, Mu‘jam, jil. 3, hlm. 297.
47 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 188 dan
225. 50 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 745;
48 Ibid., jil. 2, hlm. 1886-1887. Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 1, hlm. 348-349.
49 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 954. 51 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 928.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
19

al-Akhbār karya ‘Izz al-Dīn Muḥammad bin 14) Tanbīh al-Ghāfilīn, karya al-Imām Abū al-
Aḥmad al-Makkī al-Ḥanbalī (855 H.).52 Layth Naṣr Muḥammad bin Aḥmad bin
8) al-Shifā fī al-Maw‘iẒah karya Bahā’ al-Dīn Ibrāhīm al-Samarqandī, yang diberi gelar
Yūsuf al-Andū‘ī.53 Dalam kitab D.N., kitab ini Imām al-Hudā (393 H.). Kitab ini sudah di-
disebut dengan Shifā Andū‘i. taḥqīq dan dicetak oleh Penerbit Dār Ibn
9) Majālis al-Abrār wa Masālik al-Akhyār Kathīr, Damshiq.
(dalam Bahasa Turki). Kitab ini merupakan 15) Bidāyah al-Hidāyah, karya Imām al-Ghazālī,
terjemahan dari kitab Majālis al-Shaykh Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad
Aḥmad bin ‘Abd al-Qādir al-Rūmī. Kitab ini bin Muḥammad al-Ghazālī (505 H.). Ini
masih belum ada versi cetaknya, sementara termasuk kitab yang sangat populer dan
manuskripnya tersimpan di Perpustakaan telah dicetak berkali-kali dengan pen-taḥqīq
Kuprulli, Istanbul, dengan kode panggil 133.54 yang berbeda-beda.
10) Khāliṣah al-Ḥaqā’iq limā fīh min Asālīb al- 16) Mukāshafah al-Qulūb al-Muqarrib ilā
Daqā’iq, karya Abū al-Qāsim ‘Imād al-Dīn Ḥaḍrah ‘Allām al-Ghuyūb, karya Imām al-
bin Aḥmad al-Fārayabī (607 H.).55 Kitab Ghazālī. Kitab ini sangat terkenal dan telah
ini belum ada versi cetaknya. Sementara dicetak berkali-kali. Beberapa pengkaji
ma­nu­skrip­nya disimpan di Perpustakaan menolak bahwa kitab ini ditulis oleh Imām
Nasional al-Asad, Damshiq dengan kode al-Ghazālī.58
panggil 5402 dan 9728. Dalam D.N., kitab ini 17) Mishkāh al-Anwār. Kitab ini belum bisa di­
sering disingkat dengan sebutan Khāliṣah al- pasti­kan pengarangnya. Ḥājī Khalīfah me­
Ḥaqā’iq atau Khāliṣah saja. nye­but­kan 5 kitab lainnya dengan judul
11) Akhlaṣ al-Khāliṣah, karya Maḥmūd bin yang hampir sama. Kitab ini juga dinisbatkan
Muḥammad al-Rāyid (909 H.). Kitab ini kepada Imām al-Ghazālī, tetapi ditolak oleh
me­rupa­kan ringkasan dari kitab Khāliṣah Ḥājī Khalīfah dan ‘Abd al-Raḥmān al-Badawī.59
al-Ḥaqā’iq di atas. Manuskrip kitab ini ter­ 18) MinḤāj al-Muta‘allim. Kitab ini dianggap
simpan di Perpustakaan Kuprulli, Istanbul, sebagai salah satu karya Imām al-Ghazālī,
dengan kode panggil 1607.56 namun kebenarannya diragukan oleh ‘Abd
12) Shir‘ah al-Islām karya Imām Rukn al-Dīn al-Raḥmān al-Badawī. Karena itu, ia meng­
Muḥammad bin Abī Bakar, yang lebih klasifikasikan kitab ini ke dalam kitab-kitab
terkenal dengan nama Imām Zādah al- yang masih belum dapat dipastikan Imām
Ḥanafī (573 H.). Kitab ini dicetak bersamaan al-Ghazālī mana yang dimaksud (majhūl al-
dengan syarah Shaykh Sayyid ‘Alī Zādah. hawiyyah).60
13) Majma’ al-Laṭā’if, ditulis oleh ‘Awad al- 19) al-Ṭarīqah al-Muḥammadiyyah. Kitab ini
Balikir al-Shā‘ir al-Mutakhalliṣ Biḍalālih (952 ditulis oleh Muḥammad bin Bīr ‘Alī yang lebih
H.).57 dikenal dengan al-Bīrkawī (981 H.). Kitab ini

52 Ibid., jil. 2, hlm. 992. 58 Lihat ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-
53 Ibid., jil. 2, hlm. 1047. Ghazālī, hlm. 367-369.
54 Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 3, hlm. 65. 59 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1693-
55 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm.699. 1694; ‘Abd al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, hlm.
56 Ibid., jil. 1, hlm. 38; Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 381-382.
1, hlm. 339. 60 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 1878; Abd
57 Ismā‘īl Bāsha, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 2, hlm. 436. al-Raḥmān Badawī, Mu’allafāt al-Ghazālī, hlm. 419.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
20

tergolong terkenal dan telah di-sharḤ oleh depan kitab ini hilang. Akan tetapi dapat
beberapa ulama, di antaranya al-Qūnawī, diketahui informasi bahwa kitab ini ditulis
yang juga dijadikan rujukan oleh al-Khūbawī. setelah al-Munāwī wafat (1031 H.), karena
Kitab ini telah ada versi cetaknya. kitab ini dikutip dari karangan al-Munāwī.
20) Kashf al-Asrār yang ditulis oleh Badr al- Manuskrip kitab ini dapat ditemukan di
Dīn ‘Alī bin al-Shaykh Ṣadr al-Qūnawī al- Perpustakaan Sulaymāniyyah dengan kode
Ṣūfī (1216 H.). Dalam D.N., kitab ini sering panggil 739.
disebut Sharḥ} Bīrkawī li al-Qūnawī.
21) Zahrah al-Riyāḍ wa Nuzhah al-Qulūb wa 5. Sumber Rujukan dalam Cerita dan Hikayat
al-Maraḍ, karya al-Shaykh Sulaymān bin Selain dari kitab-kitab tasawuf di atas, cerita
Dāwud al-Saqsinī. Menurut Ḥājī Khalīfah, dan hikayat yang dikutip oleh al-Khūbawī dalam
kitab ini terkenal sebagai kitab-kitab yang kitab D.N. banyak diambil dari kitab-kitab khusus
berisi nasihat. Akan tetapi, isinya tidak hikayat seperti yang akan disebutkan di bawah
dapat dijadikan sebagai pegangan.61 Kitab ini:
ini belum ada versi cetaknya, sementara 1) Rawḍ al-Rayyāḥīn, atau dikenal juga dengan
manuskripnya tersimpan di Perpustakaan judul Nuzhah al-Nawāẓir wa Tuḥfah al-
Kuprulli, Istanbul dengan kode panggil Qulūb al-Ḥawādir fī Ḥikāyah al-Ṣāliḥīn wa
151.62 Dalam kitab D.N., al-Khūbawī sering al-Awliyā’ al-Akābir. Kitab ini ditulis oleh
mengutip kitab ini. Abū Muḥammad ‘Abdullāh bin As‘ad al-Yāfi‘ī
22) Bahjah al-Anwār karya al-Shaykh Sulaymān al-Yamanī. Kitab ini telah dicetak beberapa
bin Dāwud al-Surī. Kitab ini aslinya ber­ kali di antaranya oleh Penerbit al-‘Amīrah al-
bahasa Persia, kemudian diterjemahkan ‘Uthmāniyyah, Turki pada tahun 1886.
dalam Bahasa Arab dengan judul Nuzhah al- 2) al-Sab‘iyyāt fī Mawā‘iẓ al-Bariyyāt karya Abū
Qulūb, kemudian oleh pengarangnya diubah Naṣr Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān al-
lagi menjadi Zahrah al-Riyāḍ sebagaimana Hamadānī. Kitab ini telah dicetak beberapa
disebutkan di atas.63 kali di antaranya oleh Penerbit Muṣṭafā al-
23) Rawḍāh al-‘Abidīn, karya Abū al-Fatḥ Bābī al-Ḥalabī pada tahun 1955.
Muḥammad bin ‘Uthmān al-Karājakī al-Shī‘ī 3) Rawnaq al-Majālis, karya Abū Ḥafṣ ‘Umar
(449 H.).64 bin Ḥasan al-Samarqandī al-Ḥanafī yang
24) Majālis al-Rūmī, yang ditulis al-Shaykh wafat pada tahun 840 H. Kitab ini memuat
Aḥmad al-Rūmī. Kitab ini belum ada versi 220 cerita/hikayat. Kitab ini telah dicetak
cetaknya, sementara manuskripnya ter­ oleh Penerbit al-Miriyah, Makkah, pada
simpan di Perpustakaan Sulaymāniyyah tahun 1305 H. bersama kitab al-Yaqūṭah li
dengan kode panggil 738. Ibn al-Jawzī.
25) Mi‘rājiyyah al-Majālis fī al-Wa‘aẓ. Penulis 4) al-Mu‘jizah al-Nabawiyyah (dalam Bahasa
kitab ini belum diketahui karena halaman Turki), yang ditulis Ibrāhīm Naẓīrā al-
Ardiniwayh al-Rūmī.65

61 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 2, hlm. 962.


62 Ramaḍān Shīshān, Fahras, jil. 3, hlm. 74.
63 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 257.
64 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 1, hlm. 70 dan
595. 65 Ismā‘īl Bāshā, Īḍāḥ al-Maknūn, jil. 4, hlm. 508.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
21

6. Sumber Rujukan dalam Masalah-masalah Dhulḥijjah; kelebihan malam Laylatul Qadar;


Lainnya kelebihan memotong kurban, dan kelebihan
Hanya ada satu kitab yang dapat disebutkan surat al-Ikhlāṣ sebagai bab terakhir.
sebagai referensi kitab D.N. di luar masalah- 2) Dalam setiap bab dimulai dengan me­nye­but­
masalah di atas, yaitu kitab Bustān, karya al- kan ayat al-Qur’ān yang sesuai dengan judul
Shaykh Muṣliḥ al-Dīn yang lebih dikenal dengan bab yang ada. Kemudian disusul dengan me­
panggilan Sa‘dī al-Shayrāzī (691 H.). Sebagaimana ngutip tafsir ayat dari Tafsīr al-Bayḍāwī.
dijelaskan oleh Ḥājī Khalīfah, kitab ini termasuk 3) Jika di dalam kitab Tafsīr al-Bayḍāwī tidak
kitab terkenal yang banyak dipakai orang di disebutkan sebab-sebab turunnya ayat ter­
zaman itu (di Turki) sebagai pengantar untuk sebut, maka akan dikutip dari kitab tafsir
mempelajari Bahasa Persia.66 lain.
4) Setelah disebutkan tafsir dan riwayat terkait
D. Metodologi Kitab Durrah sebab-sebab turunnya ayat, lalu al-Khūbawī
al-Nāṣiḥīn akan menyebutkan Hadis mengenai kele­
Secara singkat, metodologi kitab ini dibagi bihan shalawat kepada Nabi Saw. Dalam
menjadi dua: umum dan khusus. bebe­rapa bab, al-Khūbawī mendahulukan
1. Metodologi Umum pe­nye­butan Hadis mengenai kelebihan ber­
Metodologi kitab Durrah al-Nāṣiḥīn secara shalawat kepada Nabi daripada penyebutan
umum dapat dijelaskan sebagai berikut: sebab-sebab turunnya ayat, seperti terlihat
1) Kitab ini dibagi menjadi 75 bab. Pembagian pada bab ke 35 dab 54.
bab-bab ini tidak dilakukan dengan metodo­ 5) Setelah menyebutkan Hadis mengenai ke­
logi tertentu, seperti metodologi dalam pe­ utamaan bershalawat, kemudian dilanjut­
nulisan kitab fikih, Hadis, akidah, tasawuf, kan dengan penjelasan mengenai nasihat-
dan lain-lain. Pengarang kitab ini mem­per­ nasihat yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’ān
siapkan kitab ini sebagai bahan pe­ngajian dan tafsirnya, Hadis-hadis, cerita-cerita,
yang akan dibaca pada awal bulan Ramaḍān. hukum fikih, dan mutiara hikmah sesuai bab
Hal ini tampak jelas pada empat bab yang dibahas.
pertama yang dikemukakan dan bab-bab 6) Hampir setiap masalah yang dibahas, al-
ter­akhir. Misalnya, kitab ini dimulai dengan Khūbawī akan menyebutkan sumber rujukan
pem­bahasan mengenai bab keutamaan dari kata-kata tersebut. Ada juga sumber
bulan Ramaḍān, kemudian disusul dengan rujukan yang disebutkan pada akhir setiap
bab ten­tang keutamaan berpuasa, lalu bab kutipan (metode ini paling sering dilakukan).
ke­utamaan ilmu pengetahuan. Kemudian Terkadang sebaliknya, sumber rujukan di­
pe­nulis­nya kembali mengulang bab keempat sebut­kan sebelum pengutipan. Cara ini
dengan menyebutkan secara khusus ke­ jarang dilakukan, namun jumlahnya cukup
utamaan bulan Ramaḍān. banyak.
Pada akhir kitab ini, al-Khūbawī me­
nutup dengan bab-bab berikut ini: pen­ 2. Metodologi Khusus
jelasan mengenai Idul Fitri, kelebihan 10 Metodologi khusus yang dimaksud di sini
adalah metode yang dipakai oleh al-Khūbawī
dalam mengutip Hadis-hadis yang merupakan
66 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn, jil. 1, hlm. 225. unsur terpenting dalam buku ini, sekaligus men­
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin
22

jadi fokus kajian dalam buku ini. Berikut ini bebe­ 4. Tidak membiasakan diri menyebutkan nama
rapa metodologi yang sering digunakan, yaitu: perawi Hadis di level sahabat. al-Khūbawī
1. Mengutip Hadis dari Kumpulan Kitab-kitab tidak mensyaratkan dirinya untuk me­nye­
Hadis but­kan nama perawi di level sahabat dalam
Kumpulan kitab-kitab Hadis yang sering setiap Hadis yang dikutipnya. Kadang-kadang
dikutip oleh al-Khūbawī di antaranya: al- ia menyebutkannya, dan lebih sering tidak.
Shifā’, al-Jāmi‘ al-Saghīr, Zubdah al-Wā‘iẓīn, Dari total 827 Hadis, hanya 355 Hadis yang
dan lain-lain. al-Khūbawī tidak melaku­ disebutkan perawi dari kalangan sahabat
kan pe­ngutipan langsung dari kitab-kitab atau sekitar 42,92 %.
induk Hadis, seperti Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ 5. Menyebutkan Hadis dengan redaksi sesuai
Muslim, Sunan Abī Dāwud, dan lain-lain, lafaz-lafaz dari kitab yang dikutip, bukan
kecuali kitab Musnad al-Daylamī. dari kitab induk Hadis yang ada sanad-nya.
Di samping itu, al-Khūbawī tidak mem­ Sehingga tidak heran, jika redaksi yang
batasi dengan ketat pengutipan Hadis-hadis dikutip tidak sama dengan redaksi Hadis
dari kumpulan kitab-kitab Hadis itu. Ia me­ dari kitab Induk Hadis yang ada sanad-nya.
ngutip Hadis dari kitab apa saja, tanpa mem­ Misalnya, dapat dilihat pada Hadis ke 36, 82,
pertimbangkan mu‘tabar atau tidak, dan 120, 169, 170, 191, 334, 335, 347, 359, 399,
tanpa melihat penulisnya dikenal atau tidak. 402, dan 404.
Salah satu contoh kitab yang tidak mu‘tabar 6. Tidak mensyaratkan Hadis-hadis yang di­
adalah Zahrah al-Riyāḍ, dan contoh kitab kutip­nya dapat dijadikan sebagai ḥujjah
yang tidak dikenal penulisnya adalah Zubdah dan boleh diamalkan. Sebagaimana halnya
al-Wā‘iẓīn dan Daqā’iq al-Akhbār yang tidak kitab-kitab nasihat dan tasawuf pada
dapat dipastikan penulisnya. al-Khūbawī umum­nya, kitab Durrah al-Nāṣiḥīn juga
cukup banyak mengutip dari kitab tersebut.67 tidak mensyaratkan pengutipan Hadis yang
2. Tidak Menyebutkan Sanad dapat dijadikan sebagai ḥujjah dan dalil. Hal
Dalam menyebutkan Hadis-hadis, al- ini tampak jelas dari Hadis yang kualitasnya
Khūbawī tidak pernah menyebutkan sanad sangat ḍa‘īf dan palsu, yang jumlahnya men­
sama sekali, baik sanad dari dia sendiri mau­ capai 253 Hadis atau 30,2 %.
pun sanad dari perawi yang dikutip. 7. Tidak menghukumi Hadis atau mengkritik­
3. Tidak membiasakan diri menyebutkan asal nya.
perawi Hadis, misalnya dari al-Bukhārī, Ketika menyebutkan Hadis-hadis, al-
Muslim, dan sebagainya. al-Khūbawī tidak Khūbawī tidak menyebutkan penilaian
meng­harus­kan penyebutan rawi-rawi Hadis ter­hadap Hadis-hadis tersebut, apakah
dalam kitab­nya. Terkadang ada beberapa masuk kategori ṣaḥīḥ, ḥasan, ḍa‘īf ataupun
Hadis yang disebutkan asal perawinya. Tetapi, palsu. Hanya ada satu Hadis yang dinilai se­
kebanyakan Hadis-hadis yang ada di dalam bagai Hadis palsu oleh al-Khūbawī, tanpa
kitabnya, tidak disebutkan asal perawi­nya. disebutkan matannya, yaitu Hadis mengenai
Dari 827 Hadis, hanya 96 Hadis yang di­sebut­ salat raghā’ib (Hadis ke 164).
kan perawinya atau sekitar 11,6%. 8. Tidak menggunakan redaksi periwayatan
Hadis seperti ‫ روى‬،‫ روي‬،‫ قال‬, sebagai isyarat
yang dapat mengindikasikan kekuatan Hadis
67 Lihat kajian mengenai sumber rujukan kitab pada
pembahasan sebelumnya. yang akan disebutkan.
Bagian II ∞ Pengenal Kitab Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
23

Dalam kitab-kitab Hadis mereka, para ulama seperti ini, karena banyak sekali Hadis palsu yang
Hadis umumnya memakai lafaz-lafaz tertentu disebutkan dengan lafaz ‫قال‬, dan Hadis ṣaḥīḥ
untuk mengisyaratkan kekuatan Hadis yang dengan lafaz ‫روي‬. Contohnya Hadis-hadis yang ia
akan disampaikan, seperti lafaz ‫ قال‬untuk Hadis sebutkan pada nomor 9, 20, 40, 41, 44, 46, 564,
yang kuat, ‫ روي‬untuk Hadis yang lemah, dan 577, 578, 579, 600, 623, 624, 650, 766, 771, 780,
sebagainya. al-Khūbawī tidak memakai metode 784, 805, 807, dan 818.
Bagian III
TAKHRĪJ HADIS-HADIS
DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

KAJIAN takhrīj kitab-kitab Durrah al-Nāṣiḥīn B. Makna Takhrīj dalam Istilah


akan dibahas dalam 2 (dua) bagian. Pertama, Ilmu Hadis
pengenalan umum yang terdiri dari penjelasan Ada tiga makna takhrīj menurut pandangan
makna takhrīj, sejarah perkembangannya, dan ulama ahli Hadis. Pertama, takhrīj bermakna
contoh-contoh kitab takhrīj yang ditulis sebelum al-ikhrāj. Maksudnya menjelaskan Hadis pada
buku ini. Kedua, kajian takhrīj itu sendiri yang orang lain dengan memberitahu siapa yang me­
meliputi semua Hadis-hadis dalam kitab Durrah riwayat­kannya. Kedua, takhrīj berarti me­nge­luar­
al-Nāṣiḥīn. Semua Hadis yang marfū‘ akan kan Hadis dari sumber kitab asli dan me­ri­wa­yat­
dianalisis, dikritik, dan diberikan kesimpulan kan­nya. Ketiga, takhrīj berarti memberikan infor­
status/hukumnya. masi tentang sumber Hadis yang asli.69
Dari tiga definisi takhrīj Hadis tersebut, Dr.
A. Makna Takhrīj dalam Bahasa Maḥmūd al-Ṭaḥḥān meredefinisi makna takhrīj
Takhrīj dalam Bahasa Arab berasal dari sebagai berikut:
kata kharaja (‫ )خرج‬yang artinya keluar. Dalam “Takhrīj adalah memberikan informasi me­
Kamus Lisān al-‘Arab, ia berarti naqīd al-dukhūl ngenai sumber atau tempat Hadis itu berada
(lawannya masuk).68 sedangkan kata kharraja pada kitab aslinya beserta sanad-nya, kemudian
ّ
(‫)خرج‬takhrījan artinya mengeluarkan (sessuatu) dijelaskan mengenai kekuatan hukum Hadis itu
atau lawannya memasukkan. (status ke-ṣaḥiḥan-nya, pen.)”70
Dalam buku ini, Penulis memakai pengertian
takhrīj sebagaimana yang didefinisikan oleh Dr.
Maḥmūd al-Ṭaḥḥān.

68 Ibn ManẒūr, Jamāl al-Dīn Muḥammad bin Makram 69 Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-
al-Miṣrī, Lisān al-‘Arab, Dār Ṣādir dan Dār al-Bayrut, Bayrūt, Asānid, Dār al-Qalam, Riyāḍ, 1979, hlm. 10-11.
1988, jil. 2, hlm. 249. 70 Ibid., hlm 12.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
26

C. Sejarah dan Perkembangan dengan keadaaan sekarang. Jarang sekali dapat


Ilmu Takhrīj ditemukan adanya seorang ḥuffāẓ Hadis. Kalau
Dalam sejarah perkembangan Ilmu Hadis, pun ada, jumlahnya tidak banyak. Maka, untuk
men-takhrīj Hadis bukan merupakan hal baru. mempermudah cara men-takhrīj Hadis perlu
Kegiatan ini muncul setelah makin panjangnya diperkenalkan metode-metodenya oleh bebe­
silsilah sanad dan telah dibukukannya semua rapa ulama, di antaranya oleh Dr. Maḥmūd al-
Hadis-hadis yang ada. Semakin panjang sanad ṬaḤḥān pada tahun 1978 dalam kitab Uṣūl al-
Hadis menyebabkan semakin susah dan ter­ Takhrīj wa Dirāsah al-Asānid. Pada tahun yang
batas­nya orang yang menghafal Hadis dengan sama, Dr. Abū Muḥammad ‘Abd al-Mahdī bin
sanad-nya sendiri sampai ke Rasūlullāh Saw. ‘Abd al-Qādir bin ‘Abd al-Hādī memperkenalkan
Karena itu, orang tidak lagi menyampaikan Hadis metode takhrīj Hadis dengan judul Turuq
de­ngan sanad-nya sendiri. Bahkan, ada ke­cen­ Takhrīj Hadīth Rasūl Allāh Saw. Kemudian pada
derungan untuk tidak menyebut sama sekali tahun 1988 Muḥammad ‘Uthmān al-Khasht
siapa yang me­riwayatkannya, cukup me­ngata­kan menerbitkan kitab Mafātih ‘Ulūm al-Ḥadīth wa
bahwa apa yang disampaikannya itu me­rupa­kan Ṭuruq Takhrījih. Karya lainnya adalah kitab yang
sabda Rasūlullāh Saw. ditulis oleh Dr. Muḥammad Bakkār yang berjudul
Selain alasan di atas, ada sebagian ulama ‘Ilm Takhrīj al-Ḥadīth dan Dr. Walīd Ḥasan al-
yang bermaksud meringkas sanad. Karena itu, ‘Anānī dengan judul Manhaj Dirāsah al-Asānid
ketika menyebutkan suatu Hadis, mereka meng­ wa al-Ḥukm ‘Alayhā yang diterbitkan pada tahun
anggap cukup hanya dengan menyebutkan 1996. Kitab yang terakhir ini dibahas mengenai
perawi­nya, seperti: al-Bukhārī, Muslim, Abū cara men-takhrīj Hadis secara mendetail.
Dāwud, al-Tirmidhī, dan sebagainya. Dalam Setelah meluasnya pemakaian komputer
konteks inilah takhrīj Hadis itu menjadi penting, dan mulai dikenalnya alat canggih ini di dunia
untuk memperjelas hukum Hadis yang sudah Islam, maka pembuatan program Hadis pun
ada. mulai dilakukan, lengkap dengan pen-takhrīj-an
Meskipun kegiatan takhrīj Hadis sudah Hadis-hadis dalam satu program komputer.
banyak dilakukan, tetapi tidak dapat dipastikan al-Mu’assasah al-‘Ālamiyyah yang kantor
siapa orang pertama yang melakukannya ter­ pusatnya di Kuwait bekerja sama dengan PT. al-
hadap satu kitab tertentu. Dari daftar contoh Sakhar telah berhasil merilis program Ṣaḥīḥ al-
kitab-kitab takhrīj Hadis, kegiatan ini telah di­ Bukhārī pada tahun 1990. Kesuksesan ini disusul
mulai pada pertengahan abad kelima Hijriyah. dengan keberhasilan merilis program Hadis dari
Metodologi takhrīj Hadis berbeda dengan kitab-kitab Sembilan (kutub al-tis‘ah), yaitu: Ṣaḥīḥ
ilmu takhrīj Hadis itu sendiri. Ilmu takhrīj Hadis al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abī Dāwud,
termasuk ilmu baru yang mulai diperkenalkan Sunan al-Tirmidhī, Sunan al-Nasā’ī, Sunan Ibn
sekitar 20 tahun belakangan ini. Dasar pen- Mājah, Sunan al-Dārimī, Muwaṭṭa’ Mālik, dan
takhrīj-an Hadis yang dilakukan oleh ulama ter­ Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, lengkap dengan
dahulu dilakukan melalui hafalan, sehingga pen-takhrīj-an dengan memakai lima teori
ulama yang mampu melakukan takhrīj terbatas takhrīj yang akan dijelaskan pada pembahasan
pada ulama yang bergelar al-ḥāfiẓ (penghafal) berikutnya. Selain itu, ada dua kaidah baru, yaitu
seperti al-Zaylā‘ī (763 H.), al-‘Irāqī (805 H.), Ibn pemberian nomor Hadis dan pelacakan nama
Ḥajar (855 H.), al-Sakhāwī (903 H.), al-Suyūṭī (911 perawi tidak hanya terbatas pada level sahabat
H.), dan sebagainya. Kondisi ini jauh berbeda saja.
Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
27

Pada tahun 1996 PT. Ariss Computer Inc 2) Takhrīj Aḥādīth al-Muhadhdhab li Abī Isḥāq
yang kantor pusatnya berada di Beirut bekerja al-Shayrāzī oleh Muḥammad bin Mūsā al-
sama dengan PT. Anẓimat al-Ḥawāsib yang kantor Ḥazimī (584 H.).
pusatnya di Riyāḍ, telah berhasil merilis program 3) al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq karya al-Ḥāfiẓ
Hadis berbasis computer yang dinamakan Ibn al-Jawzī (597 H.).72
Maktabah al-Ḥadīth al-Sharīf. Program ini terdiri 4) Takhrīj Aḥādīth al-Mukhtaṣar al-Kabīr li
dari 35 kitab, yang dibagi menjadi: 11 kitab induk Ibn Ḥājib oleh al-Ḥāfiẓ Ibn ‘Abd al-Hādī al-
Hadis lengkap dengan sanad-nya, 8 kitab sharḥ Maqdisī (744 H.).73
terhadap Kitab Induk Hadis, 13 kitab mengenai 5) Tanqīḥ al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq, karya
perawi Hadis (rijāl al-Ḥadīth), 2 kitab lughah al- Ibn ‘Abd al-Hādī (744 H.).74
Ḥadīth, dan 2 kitab mu‘jam. 6) Tanqīḥ Kitāb al-Taḥqīq fī Aḥādīth al-Ta‘līq
Sebelas Kitab Induk Hadis yang dimaksud karya al-Ḥāfiẓ al-Dhahabī (748 H.).75
adalah kitab-kitab: Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ 7) Takhrīj fī Aḥādīth al-Ta‘līq al-Kashshāf li al-
Muslim, Sunan Abū Dāwud, Sunan al-Tirmidhī, Zamakhsharī karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd Allāh bin
Sunan al-Nasā’ī al-Sughrā, Sunan al-Nasā’ī al- Yūsuf al-Zaylā‘ī (762 H.).76
Kubrā, Sunan Ibn Mājah, Musnad Aḥmad bin 8) Naṣb al-Rāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Hidāyah
Ḥanbal, Sunan al-Dārimī, dan Miṣbāḥ al-Zujājah. li al-Marghīnānī karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd Allāh bin
Sedangka 13 kitab rijāl al-Hadith yang dimaksud Yūsuf al-Zaylā‘ī (762 H.).77
adalah kitab-kitab: Tahdhīb al-Kamāl, Tahdhīb 9) Takhrīj Aḥādīth Minhāj al-Bayḍāwī li al-
al-Tahdhīb, al-Ikmāl, Is‘āf al-Mubaṭṭa’, al-Kashf Imām al-Bayḍāwī karya al-Ḥāfiẓ Tāj al-Dīn al-
al-Ḥathīth, al-Ightibāṭ, al-Kawākib al-Nayyirāt, Subkī (771 H.).78
Jāmi‘ al-Taḥṣīl, Ṭabaqāt al-Mudallisīn, Asmā’ al- 10) Rashād al-Faqīh ilā Adillah al-Tanbīh li al-
Mudallisīn, Ta‘jīl al-Manfa‘ah, dan Tadhkirah al- Shayrāzī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Kathīr (774 H.).79
Ṭālib al-Mu‘allim. 11) al-Badr al-Munīr fī Takhrīj al-Aḥādīth wa
Dua kitab Bahasa yang dimaksud adalah al-Āthār al-Waqī‘ah fī al-Sharḥ al-Kabīr li
kitab al-Nihāyah fī Gharīb al-Ḥadīth dan kitab al-Rāfi‘ī, karya al-Ḥafiẓ ‘Umar bin ‘Alī Ibn
Gharīb al-Ḥadīth. Sedangkan dua kitab mu‘jam Mulaqqin (804 H.).80
adalah Mu‘jam al-Buldān dan Mu‘jam mā 12) al-Mughnī ‘an Ḥaml al-Asfār fī Takhrīj mā fī
al-Iḥyā’ min al-Akhbār li al-Imām al-Ghazālī,
Ustu‘jim.
karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al-Raḥīm bin Ḥusayn al-
‘Irāqī (806 H.).81
D. Daftar Nama-nama Kitab Takhrīj
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pen-
takhrīj-an Hadis telah dimulai sejak abad kelima 72 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
73 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Hijriyah. Berikut ini akan disebutkan daftar Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
kitab-kitab takhrīj sesuai dengan tahun wafat 74 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
penulisnya, yaitu: 75 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
1) Takhrīj Aḥādīth al-Umm li al-Imām al-Shāfi‘ī
76 Ibid.
oleh Imām al-Bayhaqī (458 H.).71 77 Ibid., hlm. 96; al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 18.
78 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth
Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96.
71 Yūsuf ‘Abd al-Raḥmān al-Mar‘ishlī, Muqaddimah 79 Ibid.
Kitāb Takhrīj Aḥādīth Sharḥ al-Mawāqif fī ‘Ilm Kalām li al- 80 Ibid., hlm, 97; al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm, 18.
Suyūṭī, Dār al-Ma‘rifah Bayru<t, 1986, hlm. 96. 81 Ibid.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
28

13) Takhrīj Aḥādīth allatī Yushīr ilayhā al- Muḥammad al-Ṣādiq al-Ghummārī (1410 an
Tirmidhī fī kull Bāb, karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al- H.).89
Raḥīm bin Ḥusayn al-‘Irāqī (806 H.). 82 23) Ghāyah al-Marām fī Takhrīj Aḥādīth al-Ḥalāl
14) Takhrīj Aḥādīth Arba‘īn al-Nawawī, karya al- wa al-Ḥarām li Yūsuf al-Qarḍāwī karya Nāṣir
Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 H.), dan juga ditulis oleh al-Dīn al-Albānī.90
al-Ḥāfiẓ al-Sakhāwī (903 H.).83
15) Natā’ij al-Afkār fī Takhrīj Aḥādīth al-Adhkār Daftar kitab takhrīj di atas merupakan contoh
li al-Nawawī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 takhrīj terhadap kitab tertentu. Selain men-
H.).84 takhrīj berdasarkan kitab tertentu, para ulama
16) al-Dirāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Hidāyah lil Hadis juga telah melakukan takhrīj berdasarkan
al-Marghīnanī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 topik tertentu atau berdasarkan satu Hadis
H.). tertentu. Adapun contoh kitab Hadis mengenai
17) al-Talkhīṣ al-Ḥabīr fī Takhrīj Aḥādīth Sharḥ topik tertentu adalah sebagai berikut:
al-Wajīz al-Kabīr li al-Rāfi‘ī, karya al-Ḥāfiẓ 1) Aḥādīth Dhamm al-Ghinā’ wa al-Ma‘āzif
Ibn Ḥajar (852 H.). fī al-Mīzān, yang ditulis oleh ‘Abdullāh bin
18) Hidāyah al-Ruwāt fī Takhrīj Aḥādīth al- Yūsuf al-Judayi‘.
Maṣābīḥ wa al-Mishkāt (al-Maṣābīḥ li al- 2) Dalā’il al-Taḥqīq fī Ibṭāl Qiṣṣah al-Gharāniq
Baghawī dan Mishkāh li al-Khātib al-Tabrīzī), karya ‘Alī bin Ḥasan bin ‘Alī al-Ḥalabī.
karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar (852 H.).85 3) al-Tanqīḥ limā Jā’a fī Ṣalāh al-Tasbīḥ, karya
19) al-Kāfī al-Shaff fī Takhrīj Aḥādīth al-Kashshāf Jāsim Sulaymān al-Fuhaydī.91
li al-Zamakhsharī, karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar
(852 H.).86 Contoh kitab takhrīj mengenai Hadis-hadis
20) Takhrīj Aḥādīth al-Shifā’ li Ḥuqūq al-Muṣṭafā tertentu adalah sebagai berikut:
li al-Qāḍī ‘Iyāḍ karya Qāsim Ibn Qaṭlubughā 1) al-Isti‘ādhah wa al-Ḥasbalah minman
(879 H.), dan karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī ṢaḤḤahā Ḥadīth al-Basmalah karya Aḥmad
(911 H.) yang diberi judul Manāhil al-Ṣafā fī bin Muḥammad al-Ṣiddīq al-Ghummārī.
Takhrīj Aḥādīth al-Shifā’.87 2) al-Iṣābah fī Siḥḥah Ḥadīth al-Dhubābah
21) Tuḥfah al-Rāwī fī Takhrīj Aḥādīth al-Bayḍāwī karya Khalīl Ibrāhīm Malā Khātir.
(Tafsīr al-Bayḍāwī) karya al-Ḥāfiẓ ‘Abd al- 3) Āthār al-Burhān fī ‘alā Ḍu‘fi Ḥadīth Ista‘īnū
Ra’ūf al-Munāwī (1031 H.).88 ‘alā Injāḥ al-Ḥawā’ij bi al-Kitmān yang
22) al-Hidāyah fī Takhrīj Aḥādīth al-Bidāyah ditulis oleh Abū Lu’ay Khālid Aḥmad al-
li Ibn Rushd, karya al-Shaykh Aḥmad bin Mu’adhdhin.92

82 Ibid. 89 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth


83 Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān al-Sakhāwī, Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 101.
al-Maqāṣid al-Ḥasanah fī Bayān Kathīr min al-Aḥādīth al- 90 Ibid.
Mushtahirah ‘alā al-Alsinah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 91 Kitab-kitab tersebut dan beberapa contoh lainnya,
Bayrūt, 1986, hlm. 52. semuanya telah dicetak, sebagaimana disebutkan oleh
84 al-Mar‘ishlī, Muqaddimah Kitāb Takhrīj Aḥādīth Muḥy al-Dīn ‘Aṭiyyah, Ṣalāḥ al-Dīn Ḥafanī dan Muḥammad
Sharḥ al-Mawāqif, hlm. 96. Khayr Ramaḍān Yūsuf dalam kitab Dalīl Mua’allafāt al-
85 Ibid., hlm, 99. Ḥadīth al-Sharīfah al-Maṭbū‘ah Qadīman wa Ḥadīthan, Dār
86 Ibid. Ibn Hazm, Bayrūt, 1995, jil. 1, hlm. 640-641.
87 Ibid., hlm, 100. 92 Ibid., jil 1, hlm. 642-647. Jumlah kitab yang
88 Ibid., hlm, 100; al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm, 19. disenaraikan untuk kategori ini sebanyak 32 kitab.
Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
29

Namun belakang ini, pen-takhrīj-an satu dalam kitab-kitab musnad pada bab Musnad
kitab turāth pada umumnya tidak lagi dilakukan Abū Hurayrah.
secara khusus seperti yang telah dilakukan para 2. Men-takhrīj dengan cara mengetahui kata
ulama di atas, akan tetapi dilakukan bersamaan pertama (awal) dari lafaz Hadis. Ini adalah
dengan pen-taḥqīq-an kitab itu sendiri. Bahkan, cara yang paling mudah dibanding dengan
hampir semua ulama yang men-taḥqīq satu cara-cara lainnya. Penggunaannya di­harus­
kitab turāth tertentu pada zaman sekarang ini, kan mengetahui dengan pasti kata per­tama
terutama kitab-kitab yang banyak mengandung lafaz Hadis yang akan di-takhrīj. Jika sudah
Hadis-hadis, maka selain men-taḥqīq-nya, me­ dapat dipastikan kata pertamanya tersebut,
reka juga men-takhrīj Hadis-hadis yang ter­dapat pen-takhrīj dapat merujuk kitab-kitab fahāris
dalam kitab tersebut seperti: (indeks) atau kitab indeks kumpulan beberapa
1) Jāmi‘ al-Uṣūl li Ibn al-Athīr yang di-taḥqīq kitab seperti indeks kitab Jāmi‘ al-Uṣūl li Ibn
oleh al-Shaykh ‘Abd al-Qādir al-Arna’ūṭ. al-Athīr atau kitab Mawsū‘ah Aṭrāf al-Ḥadīth
2) al-Riḥlah fī Ṭalab al-Ḥadīth li al-Khaṭīb al- karya Abū Hājir Muḥammad Basyūnī Zaghlūl.
Baghdadī yang di-taḥqīq oleh Dr. Nūr al-Din Saat ini, hampir semua kitab Hadis telah
‘Iṭr. dibuat indeksnya dan telah dicetak secara
3) Faḍā’il al-Awqāt li al-Bayhāqī yang di-taḥqīq terpisah ataupun dicetak pada akhir kitab. Ini
oleh ‘Adnān’ Abd al-Raḥmān al-Qaysī. termasuk metode yang paling mudah.
4) al-Iḥsān fī Taqrīb Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān yang di- 3. Men-takhrīj dengan cara mendeteksi satu
taḥqīq oleh Shu‘ayb al-Arna’ūṭ. kalimat (yang sering diulang/terkenal/ ben­tuk
5) Musnad Abū Ya‘lā al-Mūṣilī yang di-taḥqīq kata kerja) dari redaksi Hadis. Cara ini cukup
oleh Ḥusayn Salīm Asad. mudah, pemakainya bisa memilih satu lafaz
6) al-Qawl al-Badī‘ fī al-Ṣalāh ‘alā al-Ḥabīb tertentu, kemudian mencarinya dalam kitab
al-Shafī‘ li al-Sakhāwī yang di-taḥqīq oleh al-Mu‘jam al-Mafahras li Alfāẓ al-Ḥadīth.
Bashīr Muḥammad ‘Uyūn. 4. Men-takhrīj dengan cara mengetahui satu
judul dari judul-judul yang terkandung
E. Metodologi Men-takhrīj Hadis dalam Hadis itu, dengan memilih judul yang
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lebih dikenal/masyhur. Metode ini meng­
teori men-takhrīj Hadis adalah satu kaedah baru harus­kan pen-takhrīj mengerti makna judul
yang mungkin dalam prakteknya sudah dilaku­ yang ter­dapat di dalam Hadis tersebut, lalu
kan oleh para ulama terdahulu, namun baru di­ men­cari­nya pada kitab-kitab tertentu yang
ungkap­kan oleh ulama sekarang secara lebih me­ngan­dung judul itu.
jelas dan terperinci. Dr. Maḥmūd al-Ṭaḥḥān telah 5. Men-takhrīj dengan cara meneliti sifat-
meng­klasifikasikan metode pen-takhrīj-an Hadis sifat khas yang dimiliki Hadis tersebut, baik
men­jadi 5 kaedah, yaitu : pada sanad ataupun matan-nya.93 Metode
1. Men-takhrīj dengan cara mengetahui nama ini merupakan metode yang paling sulit di­
sahabat yang meriwayatkan Hadis. Peng­ banding yang lainnya. Terutama bagi me­reka
gunaan kaedah ini mengharuskan seorang yang bukan pakar. Penggunaan metode ini
pen-takhrīj mengetahui sahabat yang mengharuskan pen-takhrīj me­ngenal de­ngan
meriwayatkan Hadis tersebut. Jika diketahui pasti sifat-sifat khas yang ada di dalam Hadis
bahwa sahabat yang meriwayatkan adalah
Abū Hurayrah, maka Hadis ini dapat dicari 93 al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, hlm. 37-38.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian III ∞ Takhrij Hadis-Hadis Durrah al-Nasihin
30

itu, baik yang terdapat dalam sanad seperti diri. Karena itulah, Penulis dalam pen-takhrīj-an
irsāl,94 waqaf95 atau ‘illah96 mau­pun dalam Hadis-hadis kitab D.N. ini, tidak bergantung pada
matan seperti mem­punyai ciri-ciri Hadis satu atau dua metode saja, akan tetapi memakai
masy­hur, palsu, gharīb dan sebagainya. semua metode tersebut, ditambah bantuan
komputer program Hadis keluaran Mu’assasah
Masing-masing metode mempunyai ke­mu­ al-‘Ālamiyyah dan PT. Ariss Computer Inc seperti
dahan dan kelebihan, serta kekurangannya sen­ yang telah dijelaskan di atas.

94 Irsāl adalah urutan sanad yang tidak bersambung.


95 Waqaf adalah sanad yang terhenti pada satu
peringkat tertentu.
96 ‘Illah adalah kejanggalan/kecacatan yang tidak
terlihat dengan jelas dalam Hadis.
Bagian IV
ANALISA TAKHRĪJ KITAB HADIS
DURRAH AL-NĀṢIḤĪN

PADA bagian ini, Penulis akan men-takhrīj semua ‫ غفر له ما تقدم من ذنبه‬adalah Hadis yang sangat
Hadis marfū‘ yang ada dalam kitab Durrah al- terkenal di kalangan umat Islam.
Nāṣiḥīn sesuai dengan bab-bab yang ada pada
kitab tersebut. Hukum Hadis: Ṣāḥīḥ

Bab 1 Hadis 2
Keutamaan Bulan Ramaḍān ‫نزلت صحف إبراهيم عليه السلام أول ليلة‬
Hadis no 1 sampai no 17
،‫ وأنزلت التوراة لست من رمضان‬،‫من رمضان‬
Hadis 1 ‫ والزبور لثماني عشرة‬،‫والإنجيل لثلاثة عشرة‬
‫من صام رمضان‬ .‫ والقرآن لأربع وعشرين‬،‫من رمضان‬
“Siapa yang berpuasa di bulan Ramaḍān.” “Suhuf (lembaran-lembaran) Ibrāhīm di­
turun­kan pada malam pertama bulan Ramaḍān,
Takhrīj Hadis: Taurat diturunkan pada malam keenam Ramaḍān,
Banyak Hadis yang dimulai dengan penggalan Injil diturunkan pada malam ketigabelas, Zabūr
kata tersebut. Salah satunya Hadis ke 23 yang diturunkan pada malam kedelapanbelas dari
akan dibahas secara lengkap nanti. Hadis ini bulan Ramaḍān, dan al-Qur’ān diturunkan pada
disebutkan secara singkat karena pengarangnya malam keduapuluh empat.”
hanya ingin memberikan contoh saja atau karena
Hadis ini sangat terkenal, sehingga tidak perlu Takhrīj Hadis:
disebutkan sampai akhir lafaznya. Alasan kedua Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad dalam
lebih tepat karena Hadis ‫من صام رمضان إيمانا واحتسابا‬ al-Musnad, al-Baihaqī dalam al-Sunan dan al-
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
32

Asmā’ wa al-Ṣifāt, al-Aṣfahānī dalam al-Targhīb, ada dua orang ulama yang menguatkannya, yaitu
al-Ṭabarānī dalam al-Mu‘jam al-Kabīr seperti Aḥmad bin Ḥanbal dan Ibn Ḥibbān.
diisyaratkan oleh al-Haythamī. Semuanya melalui
‘Imrān al-Qaṭṭān dari Qatādah dari Abū Mulayih Hadis 3
dari Wāṣilah bin al-Asqa‘.97
Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibn Ḍurays ،‫رغم أنف رجل ذكرت عنده ولم يصل علي‬
dalam Faḍā’il al-Qur’ān secara maqṭū sebagai
perkataan Abū al-Jald.98 ‫ورغم أنف رجل عنده أبواه أو أحدهما فلم‬
‫ ورغم أنف‬،‫يعمل في حقهما عملا يدخله الجنة‬
Hukum Hadis: Ḥasan
Menurut Yaḥyā, ‘Imrān al-Qaṭṭān adalah ‫رجل دخل عليه رمضان وتم رمضان قبل أن‬
orang yang ḍa‘īf. Sedangkan menurut Ibn Ḥibbān,
ia termasuk orang yang thiqah. Aḥmad berkata: .‫يغفر له‬
“Saya berharap bahwa ia ṣāliḥ al-Ḥadīth.”99 “Celakalah hidung seseorang—mak­sud­nya,
al-Haythamī dalam Majma‘ al-Zawā’id ia ditimpa kehinaan dan kerendahan—ketika
meng­ingatkan bahwa dalam sanad Hadis ini ter­ disebut namaku di sisinya, sedang ia tidak ber­
dapat perawi yang bernama ‘Imrān al-Qaṭṭān shalawat untukku. Dan celakalah hidung sese­
yang mem­punyai kredibilitas seperti di atas, orang yang kedua orang tuanya atau salah satu
sedang­kan perawi selainnya adalah thiqah. al- dari kedua­nya ada di sisinya, sedang ia tidak me­
Suyūṭī menilai Hadis ini ḥasan dan al-Munāwī laku­kan suatu perbuatan untuk memenuhi hak
se­pen­dapat dengan al-Suyūṭī. Namun ia meng­ keduanya, yang menyebabkan ia masuk surga.
ingat­kan bahwa dalam sanad Hadis ini terdapat Dan celakalah hidung seseorang yang didatangi
‘Imrān al-Qaṭṭān seperti yang diingatkan al- bulan Ramaḍān, sedang Ramaḍān itu usai tapi ia
Haythamī.100 Kesimpulannya, Hadis ini ḥasan, belum diampuni (dosa-dosanya).”
meski­pun ‘Imrān di-ḍa‘īf-kan oleh Yaḥyā, karena
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
97 Aḥmad bin Muḥammad bin Han}bal al-Shaybānī, Aḥmad, al-Ḥākim dan Ibn Ḥibbān dari Abū
Musnad, al-Maktabah al-Islāmī, Bayrūt, 1978, jil. 4, hlm.
107; Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, al-Sunan al-
Hurayrah.101
Kubrā, Dār al-Fikr, t.th., Bayrūt, Kitāb al-Jizyah, Bāb Dhikr
Kutub Anzalahā Allāh, jil. 9, hlm. 188; Aḥmad bin Ḥusayn Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
bin ‘Alī al-Bayhaqī, al-Asmā’ wa al-Ṣifāt, Dār al-Kuttāb al-
al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan gharīb.
‘Arabī, Bayrūt, 1985, hlm. 243; Ismā‘īl bin Muḥammad bin
al-Faḍl al-Aṣfahānī, al-Targhīb wa al-Tarhīb, Dār al-Ḥadīth, al-Ḥakim, Ibn Ḥibbān, dan al-Dhahabī menilainya
al-Qāhirah, 1993, jil. 2, hlm. 378, h.n. 1818; ‘Alī bin Abū ṣaḥīḥ. Ibn Ḥajar men-ṣaḥīḥ-kan Hadis ini karena
Bakar al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, Dār al-Kutub al-
‘Arabī, 1982, jil. 1, hlm. 197.
98 Muḥammad bin Ayyūb bin al-Ḍurays, Faḍā’il 101 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb
al-Qur’ān wa Mā Unzil bi al-Makkah wa Mā Unzil bi al- Raghma Anf Rajul, h.n. 3545; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm.
Madīnah, Taḥ. Ghazwah bin Budayr, Dār al-Fikr, Dimashq, 253; Muḥammad Abū ‘Abd Allāh al-Ḥākim al-Nīsābūrī, al-
1988, hlm. 92, h.n. 192. Mustadrak ‘alā al-Ṣaḥīḥayn fī al-Ḥadīth, Dār al-Fikr, Bayrūt,
99 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 197. 1978, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Raghma Anf Rajul, jil. 1, hlm 549;
100 Muḥammad ‘Abd al-Ra’ūf al-Munāwī, Fayḍ al- ‘Alī bin Balbān al-Fārisī, al-Iḥsān Bitaqrīb Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān,
Qadīr fī Sharḥ al-Jāmi‘ al-Saghīr, Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt, Taḥ. Kamāl Yūsuf al-Ḥūt, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
1972, jil. 2, hlm. 75, h.n. 2734. 1987, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 905.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
33

mem­punyai banyak shawāhid.102 Karena itu, Hadis “Siapa yang merasa bahagia dengan da­
ini dapat dinilai ṣaḥīh dengan alasan di atas. tang­nya (bulan) Ramaḍān, maka Allāh meng­
haram­kan tubuhnya dari api (neraka).”
Hadis 4
Takhrīj Hadis:
‫من صلى علي يوم الجمعة مائة مرة جاء يوم‬ Hadis ini belum ditemukan perawinya di
semua kitab yang menjadi rujukan buku ini. al-
.‫القيامة ومعه نور لوقسم ذلك النور لوسعهم‬ Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya secara
“Siapa yang membaca shalawat untukku eksplisit.105
pada Hari Jum’at sebanyak 100 kali, maka ia
akan datang di Hari Kiamat disertai cahaya, yang Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
se­andainya cahaya itu dibagikan kepada seluruh Jika dilihat dari redaksi dan isi Hadis ini,
makhluk, niscaya (cahaya itu) memenuhi/men­ ia mempunyai ciri-ciri Hadis palsu, yaitu satu
cukupi mereka.” amalan kecil dengan pahala yang begitu besar.
Alasan kedua karena Hadis ini tidak ditemukan
Takhrīj Hadis: dalam kitab-kitab Hadis yang mu‘tabar, termasuk
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym dalam kitab-kitab yang memuat Hadis-hadis ḍa‘īf.
dalam Ḥilyah al-Awliyā’ dari ‘Alī.103 Maka, Hadis ini dapat digolongkan sebagaimana
yang dikenali dalam istilah ilmu Hadis dengan
Hukum Hadis: Ḍa‘īf lā yu‘raf lah aṣl atau lā aṣla lah (tidak diketahui
Abū Nu‘aym mengatakan bahwa Hadis ini sumber asalnya). Ini menyebabkan Hadis itu
gharīb dari Hadis Ibrāhīm dan Ibn ‘Ajlān yang dinilai palsu. Karena itu, Hadis ini palsu karena
tidak kami tulis kecuali dari Hadis Muḥammad sebab di atas.
bin Aḥmad al-Bukhārī. al-Sakhāwī juga men-
ḍa‘īf-kan Hadis ini mengikuti pendapat Abū Hadis 6
Nu‘aym.104 Kesimpulannya, Hadis ini ḍa‘īf dengan
alasan tersebut di atas. ‫إذا كان أول ليلة من رمضان يقول اهلل تعالى‬
‫من ذا الذي يحبنا فنحبه ومن ذا الذي يطلبنا‬
Hadis 5
‫ ومن ذا الذي يستغفرنا فنغفر له‬،‫فنطلبه‬
‫من فرح بدخول رمضان حرم اهلل جسده على‬
‫ فيأمر اهلل الكرم الكاتبين في‬،‫بحرمة رمضان‬
.‫النيران‬
‫شهر رمضان بأن يكتبوا لهم الحسنات ولا‬

102 Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Fatḥ al-Bārī


‫يكتبوا عليهم السيآت ويمحوا اهلل عنهم‬
Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Dār al-Fikr, Bayrūt, t.th., jil. 11, hlm.
168.
.‫ذنوبهم الماضية‬
103 Aḥmad bin ‘Abd Allāh Abū Nu‘aym al-Aṣbahānī,
Ḥilyah al-Awliyā’ wa Ṭabaqāt al-Awliyā’, Dār al-Kutub al-
“Apabila malam pertama (bulan) Ramaḍān
‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1988, jil. 8, hlm. 47. datang, maka Allāh berfirman: Siapa yang men­
104 Muḥammad bin ‘Abd Raḥmān al-Sakhāwī, al-
Qawl al-Badī‘ fī al-Ṣalāh ‘alā al-Ḥabīb al-Shafī‘, Maktabah
al-Muayyad dan Maktabah al-Bayān, Bayrūt, t.th., hlm. 285. 105 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 7.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
34

cintai Kami, maka Kami pun akan men­cintai­nya. sejak malam hingga Subuh: “Wahai orang yang
Siapa yang mencari Kami, maka Kami pun akan menginginkan kebaikan, sempurnakan dan
me­ncarinya. Dan siapa memohon ampunan bergembiralah! Wahai orang yang menginginkan
kepada Kami, maka Kami pun akan meng­ampuni­ keburukan, tahanlah dan perhatikanlah! Masih
nya demi kehormatan bulan Ramaḍān. Maka adakah orang yang meminta ampunan, maka ia
Allāh memerintahkan para malaikat pencatat, akan diampuni…dst.”
untuk mencatat kebaikan mereka, tidak mencatat
keburukan mereka dan Allāh menghapus dosa- Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
dosa mereka yang telah lampau.” Hadis riwayat al-Baihaqī ini ḍa‘īf karena
pada sanad-nya terdapat Nāshib bin ‘Amrū yang
Takhrīj Hadis: dinilai al-Bukhārī sebagai munkar al-ḥadīth dan
Hadis dengan lafaz ini belum dapat ditemukan al-Dāraquṭnī sebagai ḍa‘īf.108 Sedangkan riwayat
perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab yang disebutkan al-Khūbawī adalah palsu,
al-Ḥayāh atau Zubdah al-Wā‘iẓīn.106 Hanya saja, sebab ia belum dapat ditemukan kecuali dalam
makna potongan pertama diriwayatkan oleh al- sumber yang tidak mu‘tabar.109 Ini menjadikan
Bayhaqī dalam Faḍā‘il al-Awqāt dari Ibn Mas‘ūd Hadis tersebut tidak dikenali dalam sumber
dengan lafaz sebagai berikut: yang terpercaya. Selain itu, makna Hadis ini
juga bertentangan dengan hukum syari’at di
‫إذا كان أول ليلة من شهر رمضان فتحت‬ mana sesuatu dosa yang dilakukan pada bulan
Ramaḍān tetap akan dicatat dan diberi hukuman.
‫أبواب الجنان فلم يغلق منها باب واحد الشهر‬
Sebagaimana ditegaskan Allāh Swt. dalam
‫ وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب‬،‫كله‬ Sūrah al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya: “Maka
siapa yang berbuat kebaikan sekecil atom akan
‫ ونادى‬،‫ وغلت عتاة الجن‬،‫واحد الـشهر كله‬ diberikan pahalanya. Dan siapa yang berbuat
kejahatan sekecil atom, maka akan diberikan
،‫مناد من السماء كل ليلة إلى انفجار الصبح‬
balasannya.” Ibn ‘Abbās dan Imām al-Shāfi‘ī, se­
‫ ويا باغي الشر اقصر‬،‫يا باغي الخير تمم وأبشر‬ bagaimana diriwayatkan al-Baihaqī, me­negas­
kan bahwa: jika suatu amalan pada bulan-bulan
107
.‫ إلخ‬...‫ هل من مستغفر يغفر له‬،‫وأبصر‬ tertentu mendapat pahala yang berlipat ganda,
“Jika datang awal malam bulan Ramaḍān, maka dosa yang dilakukan pada bulan-bulan
maka pintu-pintu surga terbuka, dan selama itupun akan diberikan balasan yang berlipat
satu bulan penuh tidak ada satu pintu pun yang ganda pula.110
tertutup. Kemudian pintu neraka ditutup, dan
selama satu bulan penuh tidak ada satu pintu
neraka pun yang terbuka, dan jin diikat dengan
kencang, kemudian ada yang berseru dari langit
108 Lih. biografi Nāshib dalam Muḥammad bin
Aḥmad bin ‘Uthmān al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl fī Naqd al-
106 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 7-8. Rijāl, Taḥ. ‘Alī Muḥammad al-Bajāwī, Dar Iḥyā’ al-Kutub al-
107 Abū Bakar Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, ‘Arabī, Bayrūt, t.th. jil. 4, hlm. 239.
Faḍā’il al-Awqāt, Taḥ. ‘Adnān ‘Abd al-Raḥmān al-Qaysī, 109 Lihat pembahasan sebelumnya mengenai
Maktabah al-Manārah, Makkah,1990, hlm. 168-170, h.n. sumber rujukan dalam tasawuf.
51. 110 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 81 dan 87.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
35

Hadis 7 Hadis ini dengan lafaz Hadis ke 2, tidak ada


seorangpun dari mereka yang menyebutkan atau
‫إن صحف إبراهيم عليه السلام أنزلت ليلة‬ mengisyaratkan adanya riwayat lain, meskipun ia
ḍa‘īf, seperti lafaz ini. Padahal Hadis ini sangat
‫ والتوراة لست ليال من‬،‫أول شهر رمضان‬
penting dalam menjelaskan Hadis pertama.
‫رمضان بعد سبعمائة عام من صحف إبراهيم‬ Ini menunjukkan dua kemungkinan; pertama,
sebenarnya mereka mengetahui kualitas Hadis ini
‫ والزبور لاثني عشر ليلة منه‬،‫عليه السلام‬ palsu, tetapi mereka menyamarkannya dengan
tidak menyebutkan kualitas kesahihannya.
‫ والإنجيل‬،‫خلت من بعد التوراة بخمسمائة عام‬
Kedua, mereka tidak mengetahui adanya riwayat
،‫لثماني عشرة منه بعد الزبور بألف ومائتي سنة‬ yang lain. Hal ini menyebabkan Hadis ini lā yu‘raf
lah aṣl (tidak diketahui sumber asalnya). Maka
‫والفرقان لسبع وعشرين منه بعد الإنجيل‬ Hadis dengan matan seperti ini adalah palsu.

‫بستمائة وعشرين سنة‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


“Sesungguhnya Suhuf (lembaran-lembaran) Hadis ini dapat dinilai palsu dengan adanya
Ibrāhīm diturunkan pada malam pertama bulan penambahan redaksi. Akan tetapi jika tidak ada
Ramaḍān, sedang Taurat diturunkan pada malam penambahan keterangan masa di atas, maka ia
keenam bulan Ramaḍān 700 tahun setelah Suhuf akan menjadi ḥasan seperti Hadis ke 2.
Ibrāhīm. Kemudian Zabūr diturunkan pada
malam kedua belas Ramaḍān 500 tahun setelah Hadis 8
Taurat. Injil diturunkan pada malam kedelapan
belas bulan Ramaḍān 1200 tahun sesudah ‫لو تعلم أمتي مافي رمضان لتمنوا أن تكون‬
Zabūr. Sedang al-Furqān diturunkan pada malam
keduapuluh tujuh bulan Ramaḍān, 620 tahun
.‫السنة كلها رمضان‬
sesudah Injīl.” “Seandainya umatku mengetahui apa yang
ada pada bulan Ramaḍān, niscaya mereka akan
Takhrīj Hadis: menginginkan agar setahun penuh menjadi
Hadis dengan lafaz seperti ini belum ditemu­ Ramaḍān.”
kan. Yang dapat ditemukan adalah Hadis lafaz
Hadis ke 2. Perbedaan antara kedua lafaz ini Takhrīj Hadis:
adalah adanya penambahan keterangan masa Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Khuzaymah
di­turun­kannya kitab-kitab itu, yaitu kata-kata dalam al-Ṣaḥīḥ, Abū Ya‘lā dalam al-Musnad
“setelah 700 tahun dari lembaran Ibrāhīm, setelah dan al-Aṣbahānī dalam al-Targhīb. Semuanya
500 tahun, dan Injil setelah 620 tahun.” Aḥmad, me­lalui Jarīr bin Ayyūb dari al-Sha‘bī dari Nāfi‘
al-Baihaqī, al-Aṣfahānī, al-Qurṭubī, al-Haythamī, bin Buraydah dari Ibn Mas‘ūd. Ibn Khuzaymah
al-Suyūṭī dan al-Munāwī111 yang menyebutkan juga me­riwa­yatkan dari sahabat Abū Mas‘ūd
al-Ghaffārī. Tetapi beliau meriwayatkan­nya
me­lalui Jarīr bin Ayyūb. al-Baihaqī dalam al-
111 Lihat Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 107; al-
Bayhaqī, al-Sunan al-Kubrā, Kitāb al-Jizyah, Bāb Dhikr Kutub
Anzalahā Allāh; al-Bayhaqī, al-Asmā’ wa al-Ṣifāt, hlm.
243; al-Aṣfahānī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 378, h.n. 1818; al- Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 197.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
36

Shu‘ab meriwayatkan Hadis ini melalui jalur Ibn Mas‘ūd tanpa melalui Jarīr yang tersebut
Ibn Khuzaymah. al-Ṭabarānī juga meriwayatkan di atas dalam kitab Tanbīh al-Ghāfilīn, dengan
Hadis ini dari Abū Mas‘ūd al-Ghaffārī yang sanad sebagai berikut:
dalam sanad-nya terdapat al-Miṣbāḥ bin Yastam,
seorang yang dinilai ḍa‘īf menurut al-Haythamī.112 ‫ ثنا‬،‫ثنا أبو القاسم عبد الرحمن بن محمد‬
‫ ثنا أبو وهب‬،‫ ثنا محمد بن الفضل‬،‫فارس‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai palsu oleh Ibn Jawzī dalam ‫ ثنا إياس عن علي بن زيد عن‬،‫عبد اهلل بن بكر‬
kitab al-Mawḍū‘at dengan alasan bahwa dalam
sanad Hadis tersebut terdapat perawi yang
114
. ‫سعيد بن المسيب عن ابن مسعود مرفوعا‬
dituduh pendusta, yaitu Jarīr bin Ayyūb. Akan Tetapi sanad inipun lemah, karena ‘Alī bin
tetapi, al-Suyūṭī dalam kitab al-La‘ālī menolak Zayd lemah menurut kebanyakan ulama. al-
hukum ini dengan mengatakan bahwa Hadis ini Nābilsī menyebutkan Hadis ini dalam Faḍā’il al-
ada yang diriwayatkan melalui jalan lain tanpa Shuhūr tanpa memberi komentar apapun.115
melalui Jarīr yaitu dari sahabat Abū Shārik al- Dalam hal ini, Penulis sependapat dengan al-
Ghaffārī. Namun al-Shawkanī dalam kitab al- Suyūṭī, meski kualitasnya sangat lemah, namun
Fawā’id menolak bantahan al-Suyūṭī dan tetap Hadis ini tidak bisa dikategorikan palsu. Sebab,
menguatkan pendapat Ibn al-Jawzī, yaitu palsu. meskipun sanad selain yang melalui Jarīr adalah
Beliau berkata: “Sesungguhnya Hadis yang palsu lemah, akan tetapi dapat dibuktikan bahwa Hadis
tidak akan keluar dari kedudukannya yang palsu, ini mempunyai asal seperti yang dikenal dalam
meski perawi-perawi meriwayatkannya.” Alasan musṭalaḥ Hadis sebagai laha aṣl. Maka Hadis ini
kedua karena pada Hadis ini tampak jelas adanya termasuk dalam kategori ḍa‘īf.
ciri-ciri Hadis palsu. 113
Penulis menemukan bahwa Abū Layth al-
Samarqandī telah meriwayatkan Hadis ini dari
Hadis 9
،‫ تالي القرآن‬:‫الجنة مشتاق إلى أربعة نفر‬
112 Muḥammad bin Isḥāq bin Khuzaymah, Ṣaḥīḥ Ibn ‫وحافظ اللـسان ومطعم الجيعان والصائمين‬
Khuzaymah, Taḥ. Dr. Muḥammad Muṣṭafā al-A‘ẓamī, al-
Maktab al-Islāmī, Bayrūt, t.th., Kitāb al-Ṣawm, Bāb Dhikr .‫في شهر رمضان‬
Tazyīn al-Jannah, h.n. 1886. Abū Ya‘lā Aḥmad bin ‘Alī al-
Tamīmī al-Mūṣilī, Musnad, Dār al-Ma’mūn li al-Turāth, “Surga itu rindu kepada empat orang: orang
Bayrūt, 1984, jil. 9, hlm. 180, h.n. 5272; al-Aṣfahānī, al- yang membaca al-Qur’ān, orang yang menjaga
Targhīb, jil. 2, hlm. 355-356, h.n. 1765; Abū Bakar Aḥmad
bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, Dār al-
lisannya, orang yang memberi makanan orang
Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1990, jil. 3. hlm. 313. h.n. 3634; yang kelaparan, dan orang yang berpuasa pada
Sulaymān bin Aḥmad Abū Sulaymān al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam bulan Ramaḍān.”
al-Kabīr, Maṭba‘ah al-Zahrā’ al-Ḥadīthah, Mūṣil, t.th., jil. 22,
hlm 967; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 141.
113 ‘Abd Rahman bin ‘Alī bin al-Jawzī, al-Mawdū‘āt, 114 Naṣr bin Muḥammad Abū Layth al-Samarqandī,
Dār al-Fikr, Bayrūt, 1983, jil. 2, hlm. 189; Jalāl al-Dīn ‘Abd Tanbīh al-Ghāfilīn, Dār Ibn Kathīr, Dimashq, 1993, h.n. 459.
al-Raḥmān al-Suyūṭī, al-La’ālī al-Maṣnu‘āh fī al-Aḥādīth 115 ‘Abd al-Ghanī bin Ismā‘īl al-Nābulsī, Faḍā’il al-
al-Mawḍū‘ah, Dār al-Ma‘rifah, Bayrūt, 1983, jil. 2 hlm. 52; Shuhūr wa al-Ayyām, Taḥ. Muṣṭafā ‘Abd al-Qādir ‘Aṭā’, Dār
Muḥammad bin ‘Alī al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah fī al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1986, hlm. 47; lihat biografi
al-Aḥādīth al-Mawḍū‘ah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, ‘Alī bin Zayd dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm.
t.th., hlm. 286. 127-129.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
37

Takhrīj Hadis:
‫ مهللا‬:‫ يدعو له البيت ويقول‬،‫قام إلى الصلاة‬
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawnaq al- ‫ وينظر‬.‫وسع قبره ونور حفرته وزد رحمته‬
Majālis.116
:‫اهلل تعالى إليه بالرحمة ويقول عند الدعاء‬
Hukum Hadis: 117palsu.
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab
‫ ومنك‬،‫يا عبدي منك الدعاء ومنا الإجابة‬
1 poin 4, kitab Rawnaq al-Majālis adalah kitab ‫ ومنك الاستغفار ومنا‬،‫السؤال ومنا النوال‬
cerita atau hikayat. Karena itu, Hadis ini besar
kemungkinan merupakan imajinasi tukang cerita. .‫الغفران‬
Keempat golongan yang dikatakan dalam Hadis
“Apabila seseorang dari kalian bangun dari
ini sebagai kelompok yang dirindukan oleh surga
tidurnya pada bulan Ramaḍān, lalu bergerak
adalah benar-benar termasuk ahli surga. Tetapi
dari satu sisi ke sisi yang lain, maka berkatalah
apakah surga itu merinduinya atau tidak, belum
dapat ditemukan Hadis yang mengisyaratkan hal malaikat kepadanya: “Bangkitlah, semoga Allāh
itu. Hadis seperti ini lebih mendekati palsu. mem­berkati kamu dan semoga Allāh mengasihi
kamu.” Bila ia bangkit dengan niat me­nunai­kan
shalat, maka tempat tidurnya itu men­doakan­
Hadis 10 nya, seraya mengucapkan: “Ya Allāh, berilah
‫إذا استيقظ أحدكم من نومه في شهر رمضان‬ ia kasur-kasur yang tinggi!” Dan bila ia me­
ngena­kan pakaiannya, maka pakaiannya pun
‫وتحرك في فراشه وتقلب من جانب إلى جانب‬ men­doa­kannya, seraya menucapkan: “Ya Allāh,
beri­lah ia pakaian-pakaian surga!” Dan bila ia
.‫ قم بارك اهلل فيك ورحمك اهلل‬:‫يقول له ملك‬ me­ngena­kan kedua sandalnya, maka sandalnya
itu men­doa­kannya dengan mengucapkan:
:‫فإذا قام بنية الصلاة يدعو له الفراش ويقول‬
“Ya Allāh, mantapkanlah kedua kakinya pada
‫ وإذا لبس‬.‫مهللا اعطه الفرش المرفوعة‬ ṣirāt!.” Dan bila ia mengambil bejana, maka
bejana itu mendoakannya seraya berkata: “Ya
‫ مهللا اعطه من‬:‫ يدعو له الثوب ويقول‬،‫ثوبه‬ Allāh, berilah ia piala-piala surga!” Dan bila
ia berwudu, maka air mendoakannya seraya
‫ تدعو له نعلاه‬،‫ وإذا لبس نعليه‬.‫حلل الجنة‬
meng­ucap­kan: “Ya Allāh, bersihkanlah ia dari
‫ وإذا‬.‫ مهللا ثبت قدميه على الصراط‬:‫وتقولان‬ dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan!” Dan
bila ia berdiri untuk memulai shalatnya, maka
‫ مهللا اعطه‬:‫تناول الإناء يدعو له الإناء ويقول‬ rumahnya men­doa­kan, seraya mengucapkan:
“Ya Allāh, luaskanlah kubur­nya, terangi liang
‫ وإذا توضأ يدعو له الماء‬.‫من أكواب الجنة‬ kuburnya dan tam­bah­kan­lah rahmatnya!”
‫ وإذا‬.‫ مهللا طهره من الذنوب والخطايا‬:‫ويقول‬ Sedang Allāh memandang kepada­nya dengan
penuh rahmat, lalu berfirman ketika orang itu
berdoa: “Wahai hamba-Ku, darimu doa, dari
116 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 8. Kami perkenan. Darimu per­mintaan, dari Kami
117 Setiap Hadis yang belum dapat dipastikan
hukumnya, maka hukumnya secara umum akan disimpulkan
pemberian. Dan darimu per­mohonan ampunan,
pada Bab III, Kesimpulan. dari Kami ampunan.”
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
38

Takhrīj Hadis: Hadis ini dikatakan oleh al-Tirmidhī sebagai ḥasan


Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. tetapi gharīb. Maksudnya adalah gharīb dari
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- ṭarīq ini. Namum, karena Hadis ini mempunyai
Wā‘iẓīn.118 shāhid dalam riwayat al-Baihaqī yang sanad-nya
tidak bermasalah, maka Ibn Ḥajar tetap meng-
Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu. ḥasan-kannya. Kesimpulannya, Hadis ini ḥasan.120
Meskipun belum ditemukan sanad dan
perawinya, namun karena Hadis ini dikutip dari Hadis 12
kitab yang tidak mu‘tabar dan tidak diketahui
pengarangnya, maka Hadis ini dapat dikategori­ ‫من صلى علي مائة في كل يوم جمعة غفر اهلل له‬
kan sebagai Hadis yang tidak dikenali dalam kitab
yang mu‘tamad. Hadis dengan kategori semacam
.‫ولو كانت ذنوبه مثل زبد البحر‬
ini lebih mendekati kepalsuan. “Siapa membaca shalawat 100 kali untukku
pada hari Jum’at, maka Allāh mengampuninya,
Hadis 11 sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di lautan.”

‫إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي‬ Takhrīj Hadis:


Hadis dengan lafaz ini belum dapat ditemu­
.‫صلاة‬
kan. Akan tetapi al-Sakhāwī dalam al-Qawl al-
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di Badī‘ menyebutkan Hadis yang menyerupai
sisiku pada Hari Kiamat ialah orang yang paling Hadis ini dengan lafaz: “Siapa membaca shalawat
banyak membaca salawat untukku.” kepadaku 100 kali pada hari Jum’at, maka
kesalahannya selama 80 tahun akan diampuni.”
Takhrīj Hadis: Ia mengatakan tidak menemukan sumber Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn ini yang marfū‘ sebagai sabda Rasūlullāh Saw.
Ḥibbān dan Ibn Abī Shaybah. Semuanya melalui Kemudian beliau menyebutkan Hadis lain yang
Mūsā bin Ya‘qūb.119 menyerupainya yaitu: “Siapa membaca shalawat
kepadaku 100 kali pada hari Jum’at, maka
Hukum Hadis: Ḥasan. kesalahannya selama 20 tahun akan diampuni.”
al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan gharīb. Ia menilai, secara literal Hadis ini tidak sahih.121
Sedangkan Ibn Ḥibbān men-ṣaḥīḥ-kannya. Per­ Artinya palsu.
masalahannya di sini terletak pada Mūsā bin
Ya‘qūb. Dijelaskan al-Sakhāwī, al-Dāraquṭnī me­ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
ngata­kan bahwa Mūsā telah sendirian (sanad- Hadis yang disebutkan di dalam kitab ini juga
nya berlainan dengan sanad perawi lain). Maka, adalah palsu, selain karena belum ditemukan
perawinya, ciri-ciri Hadis palsu dalam Hadis ini
118 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 8-9. lebih jelas dari Hadis yang disebutkan al-Sakhāwī
119 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bab al-Salāh di atas.
‘alā al-Nabī, h.n. 484; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq,
Bāb al-Du‘ā’, h.n. 908; ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin Abī
Shaybah, al-Kitāb wa al-Muṣannaf fī al-Aḥādīth wa al- 120 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 191; Ibn Ḥajar,
Āthār, Sunt. Kamāl Yūsuf al-Ḥūt, Dār al-Tāj, Bayrūt, 1989, jil. Fatḥ al-Bārī, jil. 11, hlm. 167.
11, hlm. 505. 121 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 285.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
39

Hadis 13
‫ هذا لمن صام رمضان سوى ما عمل‬،‫الطعام‬
‫من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم‬ .‫من الحسنات‬
.‫من ذنبه‬ “Apabila tiba hari pertama bulan Ramaḍān,
“Siapa menghidupkan malam Ramaḍān maka bertiuplah angin dari bawah ‘Arash yang
dengan penuh keimanan dan berharap pahala, disebut angin Mutsīrah, dan bergerak-geraklah
maka akan diampuni dosa-dosanya yang ter­ daun-daun pohon surga, sehingga terdengarlah
dahulu.” oleh karena gema, yang orang tidak pernah
mendengar gema yang lebih indah dari itu.
Takhrīj Hadis: Maka, para bidadari pun memperhatikan itu,
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan lalu berkata: “Ya Allāh, jadikanlah untuk kami
Muslim dari Abū Hurayrah.122 pada bulan ini suami-suami di antara hamba-
hamba-Mu.” Maka, tidak seorang pun hamba
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ Allāh yang berpuasa pada bulan Ramaḍān,
kecuali dijodohkan oleh Allāh dengan seorang
istri dari bidadari-bidadari itu dalam rumah,
Hadis 14
sebagaimana Allāh mengatakan dalam firman-
‫إذا كان أول ليلة من رمضان هبت ريح من‬ Nya yang dahulu: “(Bidadari-bidadari jelita yang
putih bersih dipingit dalam rumah).” Sedang
‫تحت العرش يقال لها المثيرة وتتحرك أوراق‬ setiap bidadari mengenakan 70 pakaian yang
warnanya tidak sama. Dan untuk setiap wanita
‫أشجار الجنة فيسمع من ذلك صدى لم يسمع‬ ada sebuah tahta yang terbuat dari permata
‫السامعون أحسن منه فتنظر الحور العين إلى‬ yaqut merah bertahtakan mutiara, dan pada
setiap tahta, terdapat 70 kasur dan 70 hidangan
‫ مهللا اجعل لنا في هذا الشهر من‬:‫ذلك فيقلن‬ dari berbagai macam makanan. Ini semua untuk
orang yang berpuasa pada bulan Ramaḍān,
‫ فما من عبد صام رمضان إلا‬،‫عبادك أزواجا‬ selain (pahala) kebaikan-kebaikan yang pernah
dilakukannya.”
‫زوجه اهلل تعالى من تلك الحور في الخيمة كما‬
‫قال اهلل تعالى في كلامه القديم )حور مقصورات‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan al-Baihaqī dalam al-
‫( وعلى كل حوراء منهن سبعون‬123‫في الخيام‬ Shu‘ab al-iman, Abū Shaykh dalam Thawāb al-
A‘māl, al-Aṣfahānī dalam al-Targhīb dan Ibn al-
‫ ولكل امرأة سرير‬،‫حلة ليست على لون واحد‬
Jawzī dalam al- ‘Ilal, semuanya dari Ibn ‘Abbās.124
‫ وعلى كل‬،‫من ياقوتة حمراء منسوج بالدر‬ Penulis mendapati bahwa semua yang me­
riwayatkan Hadis ke 5; Ibn Khuzaymah, al-Baihaqī,
‫سرير سبعون فراشا وسبعون مائدة من ألوان‬
124 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3 hlm. 304; al-
122 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Taṭawwu‘ Aṣbahānī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 358-359, h.n. 1768; ‘Abd
Qiyām Ramaḍān, h.n. 37; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣalāh al- al-Raḥ}mān bin ‘Alī bin al-Jawzī, al- ‘Ilal al-Mutanāhiyah fī
Musāfirīn, Bāb al-Targhīb fī Qiyām Ramaḍān, h.n. 759. al-Aḥādīth al-Wāhiyah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
123 al-Qur’ān, al-Raḥmān 55: 72. 1983, jil. 2, hlm. 534-537, h.n. 880.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
40

al-Aṣfahānī, Abū Ya‘lā dan al-Samarqandī telah Hadis 15


meriwayatkan Hadis ini dari Ibn Mas‘ūd dan Abū
Mas‘ūd al-Ghaffāri. Dalam riwayat mereka, Hadis ‫من حضر مجلس العلم في رمضان كتب اهلل‬
ini adalah sambungan dari Hadis ke 5 tersebut.
‫تعالى له بكل قدم عبادة سنة ويكون معي تحت‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf ‫ ومن داوم على الجماعة في رمضان‬،‫العرش‬
Menurut Ibn al-Jawzī, Hadis ini tidak ṣaḥīḥ
disebabkan ada tiga perawinya yang dikritik, ‫أعطاه اهلل تعالى بكل ركعة مدينة تملأ من‬
yaitu pertama, al-Ḍaḥḥāk yang menurut Yaḥyā
‫ ومن بر والديه في رمضان ينال‬،‫نعم اهلل تعالى‬
bin Sa‘īd adalah ḍa‘īf. Kedua, al-Qāsim bin Ḥakam
tidak dikenali (majhūl). Ketiga, al-‘Alā’ bin ‘Amru ،‫ وأنا كفيله في الجنة‬،‫نظر اهلل تعالى بالرحمة‬
yang menurut Ibn Ḥibbān tidak boleh ber-ḥujjah
dengan periwayatannya.125 ‫وما من امرأة تطلب رضا زوجها في رمضان‬
Pendapat Penulis, Hadis ini tidak sampai
‫ ومن قضى حاجة‬،‫إلا ولها ثواب مريم وآسية‬
ke level palsu, karena al-Qāsim bin Ḥakam di
atas tidak majhūl seperti disangkakan, akan ‫أخيه المسلم في رمضان قضى اهلل تعالى له ألف‬
tetapi beliau thiqah menurut al-Nasā’ī dan
ṣadūq menurut Ibn Ḥajar. Disamping Hadis ini .‫حاجة يوم القيامة‬
juga mempunyai shāhid dari Hadis Ibn ‘Umar “Siapa menghadiri majelis ilmu pada bulan
yang diriwayatakan Ibn al-Jawzī dalam ‘Ilal, Ramaḍān, maka Allāh menetapkan baginya untuk
meskipun sanad-nya ḍa‘īf, akan tetapi dapat setiap langkah, ibadah satu tahun, sedang ia
mengisyaratkan bahwa Hadis ini mempunyai akan ada bersamaku di bawah ‘Arash. Dan siapa
asal. Bahkan al-Mundhirī dalam al-Targhīb senantiasa berjama’ah pada bulan Ramaḍān,
mengatakan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh maka Allāh akan memberinya untuk setiap
Abū Shaykh dalam Thawāb al-A‘māl dan al- raka’at, sebuah kota yang penuh dengan nikmat-
Baihaqī. Dalam isnād al-Baihaqī tidak ada yang nikmat Allāh. Dan siapa berbuat baik kepada ibu-
disepakati bersama bahwa ia ḍa‘īf. Ditambah bapaknya pada bulan Ramaḍān, maka ia akan
lagi bahwa Hadis ini telah diriwayatkan juga dari mendapat perhatian Allāh dengan penuh rahmat,
Ibn Mas‘ūd dan Abū Mas‘ūd al-Ghaffārī oleh Ibn sedang aku menjamin ia masuk surga. Dan tidak
Khuzaymah, al-Baihaqī, al-Aṣfahānī, Abū Ya‘lā, ada seorang wanita yang memohon rida dari
dan al-Samarqandī dengan sanad yang ḍa‘īf suaminya pada bulan Ramaḍān, kecuali ia akan
seperti yang telah dijelaskan di atas.126 Namun mendapatkan pahala Maryam dan Āsiyah. Dan
demikian, tidak berarti bahwa Hadis ini menjadi siapa memenuhi hajat saudaranya yang muslim
ḥasan. Sebaliknya Hadis ini juga tidak boleh pada bulan Ramaḍān, maka Allāh akan memenui
dikategorikan sebagai palsu. seribu hajatnya pada hari kiamat.”

125 Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 536-537, h.n. 881.


Takhrīj Hadis:
126 Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar, Tahdhīb al-Tahdhīb, Dār Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Ma‘ārif al-Niẓāmiyyah, al-Hind, 1327 H, jil. 3, hlm. 311; al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Dhakhīrat al-
Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 536-537, h.n. 881; ‘Abd al- ‘Abidīn dari Hadis Anas.127
‘Aẓīm bin ‘Abd al-Qawiy al-Mundhirī, al-Targhīb wa al-Tarhīb
min al-Ḥādīth al-Sharīf, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt,
1968, jil. 2, hlm. 99. 127 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 10.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
41

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kemungkinan: Pertama, sebagai tafsiran, yang


Hadis ini dinilai palsu karena beberapa berarti idrāj. Ini tidak berpengaruh dalam hukum
sebab. Salah satunya, karena redaksinya seperti Hadis. Kedua, penambahan dengan sengaja, ini
lafaz para wu‘āẓ (pemberi nasihat), bukan seperti berarti ziyādah. Ini akan menyebabkan Hadis
bahasa Nabi Saw. Selain itu, satu potongan kata dinilai palsu dan penambahan tersebut datang
pun dari Hadis ini tidak ditemukan dalam rujukan dari sumber yang tidak mu‘tamad. Sebab, jika
yang mu‘tabar. Ini menunjukkan bahwa Hadis ia datang dari sumber yang mu‘tamad, kita
ini tidak dikenali dalam sumber-sumber yang dapat membandingkan sanad-nya, apakah
mu‘tamad. Karena itu, Hadis ini dinilai palsu. penambahan itu datang dari perawi yang thiqah,
maka akan diterima, atau dari yang lemah, maka
Hadis 16 akan ditolak, atau dari yang dituduh sebagai
pendusta, maka akan menjadi Hadis palsu.
‫من أسرج في مسجد من مساجد اهلل تعالى في‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫رمضان كان له نورا في قبره وكتب له ثواب‬ al-Shakhāwī, al-‘Ajlūnī dan Ibn Ṭāhir menilai
Hadis ini (tanpa ada kata-kata ‫)� رمضان‬
‫ ف ي‬dengan
‫ وصلت عليه‬،‫المصلين في ذلك المسجد‬
sanad-nya ḍa‘īf.129 Sedangkan hukum Hadis
‫ واستغفر له حملة العرش ما دام‬،‫الملائكة‬ dengan penambahan kata-kata tersebut seperti
yang terdapat dalam kitab Durrah al-Nāṣiḥīn ini
.‫ذلك في المسجد‬ adalah palsu.
“Siapa memasang lampu pada salah satu
masjid Allāh pada bulan Ramaḍān, maka ia Hadis 17
akan memperoleh cahaya dalam kuburnya, dan
ditetapkan baginya pahala orang-orang yang ‫إذا كان أول ليلة من رمضان صفدت الشياطين‬
melakukan shalat di dalam masjid itu, didoakan ‫ومردة الجن وغلقت أبواب النيران ولم يفتح‬
oleh para malaikat, dan dimohonkan ampun
oleh para pemikul ‘Arash selama lampu itu masih ‫ وفتحت أبواب الجنان ولم يغلق‬،‫باب منها‬
berada di dalam masjid.”
‫ ويقول اهلل تعالى في كل ليلة من‬،‫باب منها‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-
397, h.n. 1059; ‘Abd al-Raḥmān bin Abū Bakar al-Suyūṭī,
Sakhāwī dan al-Suyūṭī diriwayatkan oleh Ibn
al-Durr al-Manthūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’thūr, Dār al-Kutub
Abū Usāmah dalam Musnad-nya, Abū al-Shaykh al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1990, jil. 1, hlm. 352, jil. 3, hlm. 394;
dalam Thawāb al-A‘māl dan Sālim al-Rāzī dalam ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin Aḥmad al-Qurṭubī, Tafsīr al-
al-Targhīb, semuanya dari Anas bin Mālik. Hanya Qurṭubī al-Musammā bi al-Jāmi‘ Liaḥkām al-Qur’ān, Dār al-
Kutub al-‘Arabī, Bayrūt, 1967, jil. 12, hlm. 275.
saja dalam lafaz yang mereka sebutkan, juga lafaz 129 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm.
yang disebutkan oleh al-Qurṭubī dalam Tafsīr- 396-397, h.n. 1059; Muḥammad bin Ṭāhir al-Maqdisī al-
nya, semuanya tidak menyebutkan kata-kata �‫ف ي‬ Qaysarānī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, Taḥ. ‘Imād al-Dīn Aḥmad
Ḥaydar, Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1985,
‫ رمضان‬.128 Tambahan ini bisa jadi karena ada dua
hlm. 37; Ismā‘īl bin Muḥammad al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’
wa Muzīl al-Ilbās ‘Amma Ishtahar min al-Ahādīth ‘alā Alsinah
al-Nās, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, 1351H/1930, jil.
128 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 396- 2, hlm. 226, h.n. 2371; al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 26.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
42

kata: “Dan apabila tiba hari Jum’at, maka Allāh


‫ هل من سائل فأعطيه‬:‫رمضان ثلاث مرات‬
mem­bebas­kan setiap jam sejuta tawanan dari
‫ هل من‬،‫سؤاله؟ هل من تائب فأتوب عليه‬ neraka.”130
Dalam riwayat al-Baihaqī yang lain dari
‫مستغفر فأغفر له؟ ويعتق اهلل بكل يوم من‬ Ḥasan al-Baṣrī disebutkan secara mursal dengan
lafaz: “Sesungguhnya pada setiap malam bulan
‫رمضان ألف ألف عتيق من النار قد استوجب‬ Ramaḍān, Allāh membebaskan 600 ribu tawanan
‫ وإذا كان يوم الجمعة يعتق في كل‬،‫العذاب‬ neraka dan apabila sampai pada malam terakhir
bulan Ramaḍān, maka Allāh membebaskan
‫ فإذا كان آخر‬،‫ساعة ألف ألف عتيق من النار‬ tawanan sebanyak orang yang dibebaskan sejak
awal bulan.”131
‫يوم من رمضان يعتق بعدد من أعتق من أول‬ Akan tetapi, asal Hadis ini ada pada riwayat
.‫الشهر‬ al-Tirmidhī, al-Nasā’ī, Ibn Mājah, al-Ḥākim dan
lain-lain dari Hadis Abū Hurayrah tanpa me­nye­
“Apabila tiba malam pertama bulan but­kan bilangan orang yang dibebaskan pada
Ramaḍān, maka setan-setan dan jin-jin Marid setiap malamnya, tetapi dengan redaksi yang
diikat, sedang pintu-pintu neraka ditutup. Tidak umum. Sedangkan dalam Ṣaḥīḥ Muslim dari
ada satu pintu pun di antaranya yang dibuka. Abū Hurayrah dengan lafaz: “Jika datang bulan
Dan pintu-pintu surgapun dibuka. Tidak ada satu Ramaḍān, maka pintu-pintu surga dibuka,
pintu pun di antaranya yang ditutup. Sedang pintu-pintu neraka dikunci, dan setan-setan
Allāh pada malam hari setiap bulan Ramaḍān, dibelenggu.”132
berfirman tiga kali: “Apakah ada orang yang
meminta, maka akan aku beri permintaanya? Hukum Hadis: Ḥasan, gharīb dengan lafaz ini.
Apakah ada orang yang bertaubat, maka akan Sanad al-Baihaqī dinilai baik, karena tidak
aku terima tuabatnya? Apakah ada orang yang ditemukan perawi yang dikritik meskipun tidak
memohon ampunan, maka akan aku ampuni sampai ke derajat perawi ṣaḥīḥ. Selain itu, Hadis
ia?” Dan Allāh membebaskan pada setiap hari ini cukup banyak shawāhid-nya. Karena itu,
bulan Ramaḍān sejuta tawanan dari neraka, riwayat al-Baihaqī adalah Ḥasan. Sedangkan
yang seharusnya diazab. Dan apabila tiba Hari lafaz yang disebutkan al-Khūbawi adalah gharīb,
Jum’at, maka Allāh membebaskan setiap jam karena adanya perbedaan seperti yang dijelas­
sejuta tawanan dari neraka. Dan apabila tiba hari kan di atas.
terakhir dari bulan Ramaḍān, maka Allāh akan
membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan
sejak awal Ramaḍān.”
130 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 304, h.n.
3606.
Takhrīj Hadis: 131 Ibid., jil. 3, hlm. 303, h.n. 3604.
Hadis dengan lafaz lengkap seperti ini di­ 132 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb al-
Muqaddimah, h.n. 1079; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Ṣawm,
riwayat­kan oleh al-Baihaqī dalam al-Shu‘ab
Bāb Mā Jā’a fī Faḍl Shahr Ramaḍān, h.n. 682; al-Nasā’ī,
dari Ibn Mas‘ūd dengan sedikit perbedaan Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Faḍl Shahr Ramaḍān, h.n. 2097-
lafaz. Dalam lafaz al-Baihaqī disebutkan dengan 2107; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Mā Jā’a fī Faḍl
redaksi: “60 ribu tawanan” sebagai ganti dari Shahr Ramaḍān, h.n. 1642; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb
al-Ṣiyām, Bāb Idhā Kān Awwalu Layālāt min Ramaḍān, jil.
“sejuta tawanan.” Juga tidak terdapat kata- 1, h.n. 421.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
43

Takhrīj Hadis:
Bab 2
Hadis ini belum ditemukan perawinya.
Keutamaan Bulan Ramaḍān Penulis hanya menemukannya dalam Dalā’il
Hadis dari no 18 sampai no 35 al-Khayrāt karangan al-Jazūlī dan dua kitab
Shī‘ah Jāmi‘ al-Akhbār dan Biḥār al-Anwār yang
Hadis 18 dikutip dari kitab Jāmi‘ al-Akhbār. Semuanya
tanpa menyebutkan sanad atau mengisyaratkan
‫يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة‬ perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
Zubdah al-Wā‘iẓīn.134
،‫فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج‬
‫ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu, karena hanya di­sebut­
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian kan dalam kitab-kitab yang tidak mu‘tabar dan
telah mampu menikah, maka hendaknya ia me­ tanpa adanya sanad.
nikah, karena menikah itu lebih mampu me­
nun­dukkan pandangan mata dan menjaga ke­
Hadis 20
maluan. Dan siapa yang tidak mampu, maka
hen­dak­lah ia berpuasa, karena puasa itu dapat ‫كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا‬
men­jadi tameng baginya.”
.‫أجزي به‬
Takhrīj Hadis:
“Setiap perbuatan anak Adam adalah untuk
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya
Muslim dari Ibn Mas‘ūd.133
puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan
mem­balasnya.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

Takhrīj Hadis:
Hadis 19 Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
‫ يا محمد لا يصلي عليك‬:‫جائني جبريل وقال‬ Hurayrah.135

‫ ومن‬،‫أحد إلا صلى عليه سبعون ألف ملك‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

.‫صلت عليه الملائكة كان من أهل الجنة‬


Hadis 21
“Jibrīl telah datang kepadaku dan berkata:
“Wahai Muḥammad, tidak seorang pun yang ‫إذا كان يوم القيامة يجيئ قوم لهم أجنحة‬
bershalawat kepadamu, kecuali ada 70 ribu
malaikat yang mendoakannya.” Dan siapa yang 134 Muḥammad bin Sulaymān al-Jazūlī, Dalā’il al-
didoakan oleh para malaikat, maka ia tergolong Khayrāt, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Miṣr, t.th., hlm. 24;
penghuni surga.” Muḥammad bin Muḥammad al-Sabzawārī, Jāmi’ al-Akhbār,
Taḥ. ‘Alā’ ‘Alī Ja‘fār, Mu’assasah ‘Alī al-Bayt li Iḥyā’ al-Turāth,
Bayrūt, 1993, hlm. 156, h.n. 364; al-Khubāwī, Durrah al-
133 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Nikāḥ, Bab Qawl al- Nāṣiḥīn, hlm. 11.
Nabī Saw Man Istaṭā‘a al-Bā’ah, h.n. 5065; Muslim, Ṣaḥīḥ, 135 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣawm, Bāb Faḍl al-Ṣiyām,
Kitāb al-Nikāḥ, Bāb Istiḥbāb al-Nikāh., h.n. 1400. h.n. 1101.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
44

‫كأجنحة الطير فيطيرون بها على حيطان‬


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫ من أنتم؟‬:‫ فيقول لهم خازن الجنة‬،‫الجنة‬ Hadis ini telah disebutkan oleh al-Dhahabī
dalam al-Mīzān dan Ibn Ḥajar dalam al-Lisān.
‫ نحن من أمة محمد صلى اهلل عليه‬:‫فيقولون‬ Keduanya dalam terjemah Ḥumayyid al-Qaysī
dengan mengutip kata-kata pen-ḍa‘īf-an Ibn
:‫ هل رأيتم الحساب؟ فيقولون‬:‫ فيقول‬،‫وسلم‬ Ḥibbān: “Jika ia (Ḥumayyid) tidak bermaksud
‫ هل رأيتم الصراط؟‬:‫ ثم يقول ثانيا‬،‫لا‬ untuk ber­bohong, maka ia tidak tahu apa yang
ia kata­kan”. al-Ḥākim berpendapat bahwa
‫ بم وجدتم هذه‬:‫ ثم يقول‬،‫ لا‬:‫فيقولون‬ Ḥumayyid ini pendusta.137 Maka Hadis ini dinilai
palsu.
‫ عبدنا اهلل تعالى سرا في‬:‫الدرجات؟ فيقولون‬
. ‫دار الدنيا ودخلنا الجنة سرا في دار الآخرة‬ Hadis 22
“Apabila Hari Kiamat datang, maka datang­ ‫أعطيت أمتي خمسة أشياء لم تعط لأحد‬
lah suatu kaum yang mempunyai sayap seperti
sayap burung. Dengan sayap-sayap itu mereka ‫ الأول إذا كان أول ليلة من رمضان‬:‫قبلهم‬
terbang melintasi tembok-tembok surga. Maka
‫ ومن ينظر اهلل إليه‬،‫ينظر اهلل إليهم بالرحمة‬
ber­kata­lah penjaga surga kepada mereka:
“Siapa­kah kalian?” Mereka men­jawab: “Kami ‫ والثاني يأمر اهلل‬.‫بالرحمة لايعذبه بعده أبدا‬
umat Muḥammad.” “Apakah kalian telah meng­
alami hisab?” tanya penjaga surga. “Tidak,” ‫ أن رائحة‬:‫ والثالث‬،‫الملائكة بالاستغفار لهم‬
jawab mereka. “Apakah kalian telah mengalami
ṣirāṭ?” tanya lagi. Mereka men­jawab: “Tidak.”
،‫فم الصائم أطيب عند اهلل من ريح المسك‬
Kemu­dian penjaga surga itu bertanya: “Dengan ‫ يقول اهلل تعالى للجنة اتخذي زينتك‬:‫والرابع‬
apa­kah kalian memperoleh derajat-derajat ini?”
Mereka men­jawab: “Kami telah menyembah ،‫ طوبى لعبادي المؤمنين هم أوليائي‬:‫ويقول‬
Allāh se­cara rahasia di dunia, lalu Allāh me­
masuk­kan kami ke surga secara rahasia di
.‫ يغفر اهلل تعالى لهم جميعا‬:‫والخامس‬
akhirat.” “Umatku dikarunia lima perkara yang tidak
diberikan kepada seseorang yang hidup sebelum
Takhrīj Hadis: mereka. Pertama, apabila malam pertama bulan
Hadis ini telah diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān Ramaḍān tiba, maka Allāh memandang mereka
dalam al-Majrūhīn dan al-Sullamī dalam al- dengan kasih sayang, dan siapa yang dipandang
Arba‘īn. Keduanya melalui Ḥumayyid bin ‘Alī al-
Qaysī dari Anas bin Mālik. al-Daylamī juga me­
riwayat­kannya dalam Musnad al-Firdaws melalui ‘Abd Raḥmān al-Sakhāwī, Takhrīj al-Arba‘īn al-Sullāmiyyah,
al-Maktabah al-Islāmiyyah, Bayrūt, 1988, hlm 108-109,
al-Sullamī.136
h.n. 23; Shayruyah bin Shahradar al-Daylamī, al-Firdaws
Bima’thūr al-Khiṭāb @ Musnad al-Firdaws, Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1986, jil. 1, hlm. 255, h.n. 990.
136 Muḥammad bin Ḥibbān al-Tamīmī, al-Majrūḥīn 137 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1 hlm. 614; Aḥmad
min al-Muḥaddithīn wa al-Ḍu‘afā’ wa al-Matrūkīn, Dār al- bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Lisān al-Mīzān, Mu’assasah
Wa‘i, Ḥalab, 1397H/1977, jil. 1, hlm. 263; Muḥammad bin al-A‘lamī, Bayrūt, 1987, jil. 2, hlm. 365-366.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
45

Allāh dengan kasih sayang, maka Dia tidak


‫من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما‬
akan menyiksanya sesudah itu untuk selama-
lamanya. Kedua, Allāh menyuruh para malaikat .‫تقدم من ذنبه‬
memohon ampunan untuk mereka. Ketiga, bau
mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allāh “Siapa berpuasa Ramaḍān karena iman dan
dari pada minyak kasturi (misik). Keempat, Allāh berharap pahala, maka akan diampuni dosa-
berkata kepada surga: “Berhiaslah engkau!,” dan dosanya yang terdahulu.”
berkata: “Berbahagialah hamba-hamba-Ku yang
beriman. Mereka adalah kekasih-kekasih-Ku. Takhrīj Hadis:
Dan kelima, Allāh mengampuni mereka semua.” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari Abū Hurayrah.140
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Faḍā’il al-Awqāt dan Shu‘ab al-Īmān; dan al-
Aṣfahānī dalam al-Targhīb. Semuanya dari Jābir Hadis 24
bin ‘Abdullāh melalui Zāyid bin al-Ḥawārī. al-
Baihaqī berkata: “Dia ḍa‘īf.”138 ‫إن اهلل في كل ساعة من رمضان يعتق ستمائة‬
‫ألف رقبة من النار ممن استوجب العذاب إلى‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai ḍa‘īf, karena sanad-nya ‫ وفي ليلة القدر يعتق بعدد من‬،‫ليلة القدر‬
ḍa‘īf, disebabkan ḍa‘īf-nya Jābir bin ‘Abdullāh.
Meskipun Hadis ini mempunyai shāhid dari Hadis ‫ وفي يوم الفطر يعتق‬،‫أعتق من أول شهر‬
Abū Hurayrah yang diriwayatkan juga oleh Aḥmad
.‫بعدد من أعتق من أول الشهر إلى يوم الفطر‬
dalam al-Musnad, al-Bazzār dalam al-Musnad,
al-Baihaqī dalam kedua kitab di atas, al-Ṭabarānī “Sesungguhnya Allāh pada setiap saat
dalam al-Mu‘jam al-Kabīr serta al-Ṭaḥāwī dalam bulan Ramaḍān membebaskan 600 ribu orang
Mushkil al-Āthār, akan tetapi semua riwayat itu dari neraka di antara mereka yang sepatutnya
melalui Hishām bin Zāyid Abū al-Miqdam yang mendapat siksa, sampai tiba Malam Qadar.
dinilai ḍa‘īf dalam Hadis, seperti dijelaskan al- Sedang pada Malam Qadar, Dia membebaskan
Bazzār dan al-Haythamī.139 sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal
bulan. Dan pada Hari Idul Fitri, Dia membebaskan
Hadis 23 sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal
bulan sampai Hari Idul Fitri.”

Takhrīj Hadis:
138 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm.143-144 h.n. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān dalam
35; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Imān, jil. 2, hlm 5, h.n. 3603; al-
al-Majrūḥīn dari Anas bin Mālik melalui al-Arūz
Iṣfahānī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 379, h.n. 1820.
139 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 292; Alī bin Abū bin Ghālib. al-Baihaqī juga telah meriwayatkannya
Bakar al-Haythamī, Kashf al-Astār ‘an Zawā’id al-Bazzār,
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1979, jil. 1, hlm. 458; al-
Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 145-146 h.n. 36; Shu‘ab 140 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Ṣawm
al-Īmān, jil. 2, hlm. 5, h.n. 3602; al-Haythamī, Majma‘ al- Ramaḍān, h.n. 38 dan 1901; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣalāh al-
Zawā’id, jil. 3, hlm. 140. Musāfirīn, Bāb al-Targhīb fī Qiyām Ramaḍān, h.n. 760.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
46

dalam Shu‘ab al-Īmān dari Ḥasan al-Baṣrī secara


‫ ذهاب رمضان‬:‫هي؟ قال صلى اهلل عليه وسلم‬
mursal tanpa melalui al-Arūz di atas.141
‫ والصدقات‬،‫فإن الدعوات فيه مستجابة‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai palsu oleh Abū Ḥātim, Ibn al- .‫ والعذاب مدفوع‬،‫مقبولة والحسنات مضاعفة‬
Jawzī, Ibn ‘Arrāq dan al-Shawkanī, karena di­riwa­
“Bila tiba malam terakhir bulan Ramaḍān,
yatkan melalui al-Arūz bin Ghālib. Menurut Abū
maka menangislah langit, bumi, dan para
Ḥātim, tidak boleh ber-ḥujjah dengan al-Arūz
ma­laikat atas musibah yang menimpa umat
kalau ia sendirian. Menurut al-Bukhārī, ia adalah
Muḥammad Saw. Seseorang bertanya: “Musibah
orang yang munkar al-Ḥadīth.142
apa­kah itu?” Rasūlullāh menjawab: “Perginya
al-Suyūṭī menolak penilaian Hadis ini se­
bulan Ramaḍān, karena sesungguhnya doa-doa
bagai palsu, karena al-Arūz menurut Ibn ‘Adiy
di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah di­
hanya meriwayatkan beberapa Hadis yang tidak
terima, kebaikan-kebaikan dilipatgandakan, dan
terjaga, dengan harapan ia tidak bermasalah.
azab ditolak.”
Ini berarti ia bukan pendusta. Selain itu, kata al-
Suyūṭī, Hadis ini mempunyai beberapa shawāhid.
Takhrīj Hadis:
Antara lain Hadis al-Baihaqī di atas.143
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Penulis setuju untuk tidak menggolongkan
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Ḥayāh al-
Hadis ini sebagai palsu, sebab ia mempunyai
Qulūb dari Jābir.144
banyak shawāhid. Meskipun shāhid Hadis al-
Baihaqī di atas lemah, karena Hadisnya mursal,
Hukum Hadis: Hadis palsu
tetapi masih ada lagi beberapa shawāhid lain
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
yang disebutkan oleh al-Suyūṭī yang menandakan
Namun demikian, seperti yang akan dijelaskan
bahwa Hadis ini mempunyai asal. Maka ia tidak
pada bab kesimpulan, Hadis dengan kategori ini
boleh dinilai palsu, meski dapat dikategorikan
lebih mendekati kepada Hadis palsu.
Hadis ḍa‘īf atau sangat ḍa‘īf.

Hadis 26
Hadis 25
‫إن اهلل خلق ملكا له أربعة أوجه من وجه إلى‬
‫إذا كانت آخر ليلة من رمضان بكت السماوات‬
‫وجه مسيرة ألف سنة فبوجه يسجد إلى يوم‬
‫والأرض والملائكة مصيبة لأمة محمد صلى اهلل‬
‫ سبحانك ما أعظم‬:‫القيامة يقول في سجوده‬
‫ أي مصيبة‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫ قيل‬،‫عليه وسلم‬
‫ الويل‬:‫ وبوجه ينظر إلى جهنم ويقول‬،‫جمالك‬
:‫ وبوجه ينظر إلى الجنان ويقول‬،‫لمن دخلها‬
141 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 178; al-
Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 303, h.n. 3604.
142 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 191; ‘Alī
‫ وبوجه ينظر إلى عرش‬،‫طوبى لمن دخلها‬
bin Muḥammad bin ‘Arrāq al-Kinānī, Tanzīh al-Sharī‘ah
‘an al-Aḥādīth al-Shanī‘ah al-Mawḍū‘ah, Dār al-Kutub al- ‫ رب ارحم ولا تعذب صائمي‬:‫الرحمن ويقول‬
‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1981, jil. 2, hlm. 146; al-Shawkānī, al-
Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 89-90.
143 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm 11. 144 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 12.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
47

.‫رمضان من أمة محمد عليه الصلاة والسلام‬ ‫وسلم ولا يكتبوا عليهم السيئات ويذهب‬
“Sesungguhnya Allāh menciptakan malaikat .‫عنهم ذنوبهم الماضية‬
yang mempunyai empat wajah. Dari satu ke lain
wajah sejauh perjalanan seribu tahun. Dengan “Sesungguhnya Allāh memerintahkan para
salah satu wajahnya, ia bersujud sampai hari malaikat pencatat yang mulia, pada bulan
Kiamat. Dalam sujudnya ia berkata: “Mahasuci Ramaḍān supaya mencatat kebaikan-kebaikan
Engkau, betapa agung keindahan-Mu!” Dan umat Muḥammad dan jangan men­catat ke­
dengan wajah yang lain, ia memandang neraka salahan-kesalahan mereka, serta meng­hapus­kan
Jahannam, seraya berkata: “Celakalah orang dosa-dosa mereka yang telah lalu.”
yang memasukinya!” Dan dengan wajah yang
lain, ia memandang ‘Arash seraya berkata: Takhrīj Hadis:
“Tuhanku, kasihanilah dan jangan Engkau siksa Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
orang-orang yang berpuasa Ramaḍān dari umat Ia merupakan potongan dari Hadis yang ke 6.
Muḥammad!” al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
Riyāḍ.146
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al- Hadis ini dapat dinilai palsu, karena dua
Riyāḍ.145 alasan. Pertama, tidak ditemukan dalam kitab-
kitab yang mu‘tabar. Kedua, kandungan makna­
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. nya bertentangan dengan syariat Islam, yaitu
Hadis ini dinilai palsu, karena adanya bebe­ bah­wa­sanya suatu pahala atau dosa akan tetap
rapa faktor. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan di­beri­kan balasannya masing-masing tanpa
dalam kitab-kitab yang mu‘tabar. Dengan demi­ me­lihat hari, bulan dan tahun dikerjakannya
kian, Hadis ini tidak dikenali dalam sumber yang dosa atau pahala tersebut. Bahkan Ibn ‘Abbās
mu‘tamad. Kedua, dari segi bahasanya, Hadis dan Imām Shāfi‘ī, seperti diriwayatkan oleh al-
ini mirip bahasa para tukang cerita (al-Qaṣṣās). Bayhaqī, menegaskan bahwa dosa suatu per­
Hal ini diperkuat dengan sumber rujukan Hadis buatan yang dilakukan pada bulan-bulan mulia
ini, yaitu kitab Zahrah al-Riyāḍ, kitab yang dapat akan lebih besar dibandingkan dengan dosa yang
dikategorikan sebagai buku cerita. Seperti yang dikerja­kan pada bulan-bulan lain, sebagaimana
diketahui dalam ilmu Hadis, tukang cerita adalah pahala yang akan diberikan pun berlipat ganda.147
salah satu sumber Hadis palsu. Kemungkinan, ini
salah satu dari Hadis-hadis tukang cerita itu. Hadis 28
‫من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما‬
Hadis 27
.‫تقدم من ذنبه‬
‫إن اهلل يأمر الكرم الكاتبين في شهر رمضان‬
“Siapa berpuasa Ramaḍān karena iman dan
‫أن يكتبوا الحسنات لأمة محمد صلى اهلل عليه‬
146 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 12-13.
145 Ibid. 147 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 81 dan 86.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
48

berharap pahala, maka akan diampuni dosa- Hadis ini dinilai palsu oleh beberapa ulama,
dosanya yang terdahulu.” seperti al-Dāraquṭnī, al-Rāzī, al-Jawzaqānī, Ibn
al-Jawzī, al-Suyūṭī, al-Shawkanī dan lain-lain,
Takhrīj Hadis: dengan sebab yang telah dijelaskan di atas.150
Hadis ini sama dengan Hadis nomor 23.
Hadis 30
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع‬
Hadis 29 .‫والعطس‬
‫ الكذب والغيبة‬:‫خمسة أ شياء تخبط الصوم‬ “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak
memperoleh pahala apa-apa dari puasanya,
.‫والنميمة واليمين الغموس والنظر بالشهوة‬
kecuali lapar dan haus.”
“Ada lima perkara yang menghancurkan
puasa: berdusta, menggunjing, mangadu domba, Takhrīj Hadis:
bersumpah palsu, dan memandang (lawan jenis) Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah,
dengan shahwat.” Aḥmad, al-Ḥakim dan al-Baihaqī, dari Abū
Hurayrah dengan lafaz awalnya ‫رب صائم‬.151
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Jawzaqānī Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
dalam al-Abāṭīl, al-Rāzī dalam al-‘Ilal dan al- Fu’ād ‘Abd al-Bāqī telah keliru ketika men­
Dāraquṭnī, seperti dikutip oleh Ibn al-Jawzī, jelas­kan Hadis ini dan berkata: dalam al- Zawā’id,
semua­nya dari Anas. Hadis ini diriwayatkan juga isnād Hadis ini ḍa‘īf. Akan tetapi melihat sanad
oleh al-Daylamī tanpa sanad dari ‘Alī.148 Ibn Mājah, ia tidak bermasalah. Setelah merujuk
balik kitab al-Zawā‘id (yang dimaksud adalah
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kitab Miṣbāh al-Zujājah), ternyata al-Būṣīrī me­
Hadis riwayat dari Anas melalui Sa‘īd bin ngata­kan Hadis ini isnād-nya ṣaḥīḥ dan perawi­nya
‘Ansabah dari Baqiyyah dari Muḥammad bin al- thiqāt. al-Ḥākim menilai Hadis ini ṣaḥīḥ mengikut
Ḥajjāj dari Jabān dari Anas. Menurut Yaḥyā, Ibn syarat al-Bukhārī, dan al-Dhahabī menyetujui
Junayd dan al-Dāraquṭnī, Sa‘īd adalah pendusta. penilaian tersebut.152
Sedangkan semua perawi setelahnya sampai
pada Anas adalah majrūḥīn (cacat).149
150 al-Rāzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 147, h.n. 766; al-
Jawzaqānī, al-Abāṭil, hlm. 164, h.n. 338; Ibn al-Jawzī, al-
Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 196; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm.
148 Abū ‘Abd Allāh al-Ḥusayn bin Ibrāhīm bin Ḥusayn 60; al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 94; ‘Abd Allāh bin Yūsuf
al-Jawzaqānī, al-Abāṭil wa al-Manākir wa al-Ṣiḥaḥ wa al- al-Zaylā‘ī, Naṣb al-Rāyah li Aḥādīth al-Hidāyah, Dār al-
Mashāhir, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1996, hlm. 164, h.n. 338; Ibn Ma’mūn, al-Qāhirah, 1938, jil. 2, hlm. 483.
al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm, 196; Abū Muḥammad ‘Abd 151 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Mā Jā’a
Raḥman al-Rāzī, ‘Ilal al-Ḥadīth, Maktabah al-Muthannā, fī al-Ghībah wa al-Rafath li al-Ṣā’im, h.n. 1690. Aḥmad,
Baghdād, t.th., jil. 2 hlm. 147, h.n. 766; al-Daylamī, Musnad, Musnad, jil. 2, hlm. 373; al-Ḥākim, Mustadrak, Kitāb al-
jil. 2, hlm. 197, h.n. 2979. Ṣiyām, Bāb Man Afṭara fī Ramaḍān, jil. 1, hlm. 431; al-
149 Lihat biografi Sa‘īd dalam al-Dhahabī, Mīzān al- Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb al-Ṣā’im Yantazih
I‘tidāl, jil. 2, hlm. 154; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 3, hlm. Ṣiyāmah ‘an al-Laghāt, jil. 4, hlm. 270.
39. 152 Aḥmad bin Abū Bakar al-Būsīrī, Miṣbāh al-Zujājah
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
49

Hadis 33
Hadis 31
،‫ فأقبل‬،‫ اقبل‬:‫إن اهلل تعالى خلق العقل فقال‬
‫ما من وعاء أبغض إلى اهلل من بطن ملئ من‬
‫ من أنت ومن أنا؟‬:‫ ثم قال‬.‫ فأدبر‬،‫ ادبر‬:‫ثم قال‬
.‫حرام‬
.‫ أنت ربي وأنا عبدك الضعيف‬:‫قال العقل‬
“Tidak ada wadah yang lebih dibenci Allāh
dari pada perut yang dipenuhi (makanan) yang
‫ يا عقل ما خلقت خلقا أعز‬:‫فقال اهلل تعالى‬
haram.” :‫ فقال لها‬،‫ ثم خلق اهلل تعالى النفس‬.‫منك‬
Takhrīj Hadis: ‫ من أنت ومن أنا؟‬:‫ ثم قال‬،‫ فلم تجب‬،‫اقبلي‬
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- ‫ فعذبها بنار جهنم‬.‫ أنا أنا وأنت أنت‬:‫فقالت‬
Wā‘iẓīn.153 ‫مائة سنة ثم أخرجها فقال من أنت ومن أنا؟‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ‫ ثم جعلها في نار الجوع مائة‬،‫فأجابته كالأول‬
Karena belum ditemukan sanad maupun
perawinya, juga karena Hadis ini telah dikutip ،‫سنة فسألها فأقرت بأنها العبد وأنه الرب‬
dari kitab yang tidak mu‘tabar, yaitu Zubdah
.‫فأوجب اهلل تعالى عليها الصوم بسبب ذلك‬
al-Wā‘iẓīn, maka Hadis ini dapat dinilai palsu.
Ia termasuk dalam kaidah Hadis yang tidak “Sesungguhnya Allāh menciptakan akal, lalu
mempunyai asal yang mu‘tamad. berkata: “Menghadaplah kamu!” Maka, akal
pun menghadap. Kemudian Allāh berfirman:
Hadis 32 “Membelakanglah kamu!” Maka, akal pun mem­
belakang. Selanjutnya, Allāh bertanya: “Siapakah
.‫الصوم لي وأنا أجزي به‬ kamu? Dan siapa Aku?” Akal menjawab:
“Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang
“Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang
lemah.” Maka, Allāh pun berfirman: “Wahai
akan membalasnya.”
akal, Aku tidak menciptakan satu makhluk pun
yang lebih mulia dari kamu.” Selanjutnya Allāh
Takhrīj Hadis:
men­cipta­kan nafsu, lalu berfirman kepadanya:
Hadis ini potongan dari Hadis yang telah
“Meng­hadaplah kamu!” Namun, nafsu itu tidak
disebutkan pada nomor 20.154
mematuhi. Kemudian Allāh bertanya kepadanya:
“Siapa­kah kamu? Dan siapakah Aku?” Nafsu
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
men­jawab: “Aku adalah aku dan Kamu adalah
Kamu.” Maka, disiksalah nafsu itu oleh Allāh
dalam neraka Jahannam selama 100 tahun.
Kemu­dian dikeluarkan lagi, lalu Allāh bertanya
fī Zawā’id Ibn Mājah, Dār al-Ḥanān, Bayrūt, 1986, jil. 1, hlm. kepada­nya: “Siapakah kamu dan siapa Aku?”
301-302; Muḥammad bin Aḥmad al-Dhahabī, Talkhīṣ al-
Namun, nafsu itu tetap menjawab seperti
Mustadrak, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1978, jil. 1, hlm. 431.
153 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 13. semula, hingga kemudian ditaruh di neraka
154 Ibid., hlm. 58.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
50

dalam kondisi lapar selama 100 tahun lamanya, nolak mengatakan Hadis ini palsu, meskipun
lalu ditanya Allāh, barulah ia mengaku bahwa beliau tidak menolak untuk mengatakan bahwa ia
dirinya adalah hamba, sedang Dia adalah Tuhan. sangat ḍa‘īf. Sebab, Hadis ini telah diriwayatkan
Maka, oleh sebab itulah, Allāh mewajibkan oleh ‘Abdullāh bin Aḥmad bin Ḥanbal dalam
atasnya berpuasa.” Zawā’id al-Musnad karangan ayahnya, Aḥmad
bin Ḥanbal, dengan cara mursal, akan tetapi
Takhrīj Hadis: sanad-nya baik, dan ia (Hadis ini) diriwayatkan
Hadis ini tidak dinisbahkan kepada Rasūlullāh secara musnad (bersambung) oleh al-Ṭabarānī
Saw. oleh al-Khūbawī. Ia hanya me­nye­but­kan de­ dalam Mu‘jam al-Kabīr dan al-Awsat dengan
ngan lafaz yang diindikasikan ḍa‘īf (meng­guna­ sanad yang lemah.157 Maka Hadis ini mempunyai
kan redaksi ruwiya ‘an/di­riwayat­kan dari). Akan asal sesuai pendapat al-Suyūṭī.
tetapi, Hadis ini mem­punyai makna Hadis marfū‘
atau dalam ilmu Hadis disebut dengan istilah Hadis 34
lah ḥukm al-raf‘ (Hadis itu mempunyai status
marfū‘). Maka Hadis ini banyak disebutkan dalam ‫كل حسنة يعملها ابن آدم يضاعف أجرها من‬
kitab-kitab Hadis seperti yang akan diterangkan
nanti. ‫ فإنه لي‬،‫عشرة إلى سبعمائة ضعف إلا الصوم‬
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Dāwud al-
.‫وأنا أجزي به‬
Muḥabbar dalam kitab al-‘Aql seperti diisyaratkan
oleh al-Sakhāwī.155 “Setiap kebaikan yang dilakukan oleh anak
Adam, dilipatgandakan pahalanya dari 10 sampai
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. 700 kali lipat, selain puasa. Sesungguhnya puasa
Hampir semua ulama Hadis menilainya se­ itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi
bagai Hadis palsu, antara lain: Ibn Ḥibbān, al- balasannya.”
‘Uqaylī, Ibn Taymiyyah, Ibn Qayyim, al-Dhahabī,
al-Zarkashī, Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Ibn ‘Arrāq dan Takhrīj Hadis:
al-Sakhāwī. Penyebab Hadis ini palsu seperti Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abdul al-Razzāq
yang dikatakan Ibn Taymiyyah yaitu bertentangan dalam al-Muṣannaf dan Aḥmad dalam Musnad-
dengan aqidah dan syariat Islam. Selain itu, nya melalui dua jalur periwayatan. Salah satu­nya
seperti yang dikatakan oleh al-Sakhāwī, bahwa melalui ‘Abdul al-Razzāq di atas, juga di­riwayat­
Dāwud bin al-Muḥabbar adalah pendusta kan oleh Mālik. Semuanya dari Abū Hurayrah
m­enurut ahli Hadis.156 Akan tetapi al-Suyūṭī me­ dan seluruh perawinya thiqāt.158 al-Bukhārī dan
Muslim meriwayatkan juga Hadis ini melalui
155 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 118,
h.n. 233. ‘Amāmah dan Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1971, hlm. 124
156 Lihat Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalīm al-Ḥawrānī @ Ibn dan 286; Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, hlm.
al-Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, Taḥ. Muḥammad Luṭfī al- 28; Ibn al-‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 204; al-Rāzī,
Ṣabbāgh, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, hlm. 57, h.n. ‘Ilal al-Ḥadīth, jil. 1, hlm. 125 dan 238, h.n. 345 dan 692.
6; Muḥammad bin Abū Bakar Ibn Qayyim al-Jawziyyah, al- 157 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm. 130.
Manār al-MunĪf fĪ Aḥādīth al-Ṣaḥīḥ wa al-Ḍa‘īf, Maktabah 158 ‘Abd al-Razzāq bin Ḥammām al-Ṣan‘ānī, al-
al-Maṭbū‘āt al-Islāmiyyah, Ḥalab, 1982, hlm. 66; al-Sakhāwī, Muṣannaf, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1979, h.n. 7893;
al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 118, h.n. 233; ‘Alī bin Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 266 dan 480; Mālik bin Anas al-
Muḥammad bin Sulṭān al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah fī al- Aṣbahī, al-Muwaṭṭa’, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, t.th, Kitāb
Akhbār al-Mawḍū‘ah, Taḥ. Muḥammad al-Ṣabbāgh, Dār al- al-Ṣiyām, Bāb Jāmi‘ al-Ṣiyām.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
51

Mālik, tetapi keduanya meriwayatkannya secara dataran rendah maupun dataran tinggi, lalu dari
singkat tanpa menyebutkan lafaz di atas.159 segenggam tanah itu Dia menciptakan Adam.”

Hukum Hadis: ṢaḤīḥ. Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
Hadis 35 al-Tirmidhī, Aḥmad, Ibn Khuzaymah dalam al-
Tawḥīd dan Abū Nu‘aym. Semuanya dari Abū
‫من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ماتقدم‬ Mūsā dalam Hadis yang panjang dengan lafaz
awalnya: “Sesungguhnya Allāh menciptakan
.‫من ذنبه‬ Adam dari segenggam tanah…”.161
“Siapa menghidupkan malam Ramaḍān
de­ngan penuh keimanan dan berharap pahala, Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
maka akan diampuni dosa-dosanya yang ter­ al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan ṣaḥīḥ.162
dahulu.”
Hadis 37
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan ‫إن أنجاكم يوم القيامة من أهوالها ومواطنها‬
Muslim dari Abū Hurayrah.160
.‫أكثركم علي صلاة‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. “Sesungguhnya orang yang paling selamat
di antara kalian pada hari Kiamat dari kengerian-
kengeriannya dan jurang-jurangnya, ialah
Bab 3 orang yang paling banyak membaca shalawat
untukku.”
Keutamaan Ilmu
Hadis no 36 sampai no 65 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn ‘Adiy dari
Hadis 36 Ibn Mas‘ūd melalui Khālid bin Ya‘qūb. al-Sakhāwī
mengatakan bahwa Hadis ini diriwayatkan juga
‫أنه تعالى قبض قبضة من جميع الأرض سهلها‬ dari Anas bin Mālik oleh Abū al-Qāsim dalam
kitab al-Targhīb, Ibn ‘Asākir, Abū al-Yaman
.‫وحزنها فخلق منها آدم‬
“Bahwasanya Allāh menggenggam se­
geng­gam tanah dari seluruh lapisan bumi, baik 161 Sulaymān bin al-Ash‘ath al-Sajastānī Abū Dāwud,
Sunan Abī Dāwud, Taḥ. ‘Izzat ‘Ubayd al-Da‘ās, t.pt, Ḥims,
1971, Kitāb al-Sunnah, Bāb fī al-Qadr, h.n. 4693; al-Tirmidhī,
Sunan, Kitāb al-Tafsīr, Bāb Sūrah al-Baqarah, h.n. 2955.
159 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣawm, Bāb Faḍl al- Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 400 dan 406; Muḥammad
Sawm, h.n. 1894; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Faḍl bin Isḥāq bin Khuzaymah, Kitāb al-Tawḥīd wa Ithbāt Ṣifāt
al-Ṣiyām, h.n. 37. al-Rabb ‘Azza wa Jall, Taḥ. Muḥammad Khalīl Ḥawās, Dār
160 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Taṭawwu‘ al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1983, hlm. 64; Abū Nu‘aym,
Qiyām Ramaḍān min al-Īmān, h.n. 37; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 104.
Ṣalāh al-Musāfirīn, Bāb al-Targhīb fī Qiyām Ramaḍān, h.n. 162 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Tafsīr, Bāb Sūrah al-
759. Baqarah, h.n. 2955.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
52

m­elalui sanad Abū al-Qāsim, serta al-Khaṭīb dan Hadis ini menurut al-Khūbawī diriwayatkan
Ibn Bashkuwāl yang meriwayatkannya melalui dari Abū Hurayrah, akan tetapi yang benar
al-Khaṭīb. al-Daylamī meriwayatkannya pula adalah dari Abū al-Dardā’ yang diriwayatkan oleh
melalui Ibn Lālā dan sanad-nya (sanad Ibn Lālā) Abū Dāwud, Ibn Mājah dan Ibn Ḥibbān dengan
sangat ḍa‘īf.163 redaksi yang sedikit berbeda. Di samping itu,
lafaz di sini juga sudah diringkaskan.165 Sedangkan
Hukum Hadis: Ḥasan. riwayat Abū Hurayrah ada dalam Ṣaḥīḥ Muslim
Hadis dengan sanad melalui Ibn Lālā telah dan Sunan al-Tirmidhī. Akan tetapi lafaznya jauh
dinilai sangat ḍa‘īf oleh al-Sakhāwī, karena berbeda meskipun dalam bab yang sama, yaitu
sanad-nya sangat ḍa‘īf. Akan tetapi melalui jalan keutamaan menuntut ilmu.
lain, secara zahirnya, tidak bermasalah. Ibn ‘Adiy
sendiri tidak men-ḍa‘if-kan sanad Hadis yang Hukum Hadis: Ṣāḥīḥ.
diriwayatkannya, bahkan Hadis ini telah dijadi­
kan dalil mengenai kelebihan ulama ahli Hadis. Hadis 39
Alasan mereka karena tidak ada orang yang lebih
banyak membaca shalawat kepada baginda Nabi ‫يا أبا ذر لأن تغدو فتعلم بابا من كتاب اهلل‬
Muḥammad Saw. selain dari ahli-ahli Hadis.164
‫ ولأن‬،‫تعالى خير لك من أن تصلي مائة ركعة‬
Hadis 38 ‫تغدو فتعلم بابا من العلم عمل به أو لم يعمل‬
‫من سلك طريقا إلى العلم سلك اهلل به طريقا إلى‬ .‫خير لك من أن تصلي ألف ركعة‬
‫ وإن العالم يستغفر له من في السموات‬،‫الجنة‬ “Wahai Abū Dharr, kepergianmu belajar satu
bab dari Kitab Allāh, itu lebih baik bagimu dari
‫ وأن‬،‫ومن في الأرض حتى الحيتان في البحر‬ pada kamu shalat seratus rakaat. Dan se­sung­
guh­nya kepergianmu belajar satu bab ilmu, baik
.‫العلماء ورثة الأنبياء‬
di­amalkan ataupun tidak, itu lebih baik bagimu
“Siapa menempuh jalan menuju ilmu, dari pada kamu shalat seribu rakaat.”
maka dengannya Allāh akan menunjukkan jalan
menuju surga. Dan sesungguhnya orang yang Takhrīj Hadis:
ber­ilmu itu dimohonkan ampun oleh makhluk- Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah dan
makhluk di bumi, sampai ikan-ikan di laut. Se­ Ibn ‘Abd al-Barr dari Abū Dharr.166
sung­guh­nya ulama itu pewaris para nabi.”
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrihi.
Takhrīj Hadis:

165 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb al-Ḥath


163 ‘Abd Allāh bin ‘Adiy al-Jarjānī, al-Kāmil fī Ḍu‘afā’ ‘alā Ṭalab al-‘Ilm. h.n. 3641; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-
al-Rijāl, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1988, jil. 3, hlm. 906; al-Sakhāwī, Muqaddimah, Bāb Faḍl al-‘Ulamā’, h.n. 223; Ibn Ḥibbān,
al-Qawl al-Badī‘, hlm. 178; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Dhikr Waṣf al-‘Ulamā’, h.n. 88.
jil. 5, hlm. 277, h.n. 8175. Lihat juga al-Qāḍī ‘Iyāḍ bin Mūsā 166 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Muqaddimah, Bāb
al-Yahbusī, al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Ṣallā Allāh ‘alayh wa Sallam, Faḍl Man Ta‘allam al-Qur’ān, h.n. 219; Yūsuf bin ‘Abd Allāh
al-Mukhtār al-Islāmī li al-Ṭibā‘ah, al-Qāhirah, t.th, hlm. 51. al-Qurṭubī, Ibn ‘Abd al-Barr, Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm wa Faḍlih,
164 Ibid. al-Maktabah al-Salafiyyah, al-Madīnah, 1968, hlm. 30.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
53

al-Mundhirī mengatakan bahwa sanad Ibn belum me­nemukannya dalam Musnad al-
Mājah nilainya ḥasan. Tetapi al-Būṣīrī mengata­ Daylamī yang sudah dicetak. Kemungkinan Hadis
kan bahwa dua perawi pada sanad Ibn Mājah ini tidak tertulis dalam satu manuskrip yang di­
ḍa‘īf, yaitu ‘Abdullāh bin Ziyād dan ‘Alī bin Zayd jadi­kan sumber pencetakan sekarang.169
bin Jad‘an. Hadis ini mempunyai shāhid yang
diriwayatkan al-Tirmidhī.167 Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Sanad Ibn Mājah itu ḍa‘īf, karena ‘Alī bin al-‘Irāqī menilai Hadis ini palsu, karena dua
Ziyād itu ḍa‘īf menurut beberapa ulama seperti dari perawi dalam sanad al-Daylamī adalah
Ibn Ma‘īn, Abū Zur‘ah, Aḥmad dan lain-lain. pendusta, yaitu Ja‘far bin Sahal dan al-Jārūd.
Akan tetapi ke-ḍa‘īf-annya bukan disebabkan ia Ditambah seorang lagi yaitu Muḥammad bin
tidak thiqah, melainkan kelemahan hafalannya. ‘AbdiIlāh al-Qāḍī yang dinilai ḍa‘īf. Ibn ‘Arrāq juga
Sedangkan ‘Abdullāh bin Ziyād tidak diketahui secara tektual menilai Hadis ini palsu. al-Mundhirī
keadaannya (mastūr). Ini menyebabkan Hadis hanya mengingatkan bahwa dalam Hadis ini ada
Ibn Mājah ini ḍa‘īf. Namun karena ia mempunyai kemungkaran. al-Zābidī, secara lahiriah, tidak
dua shāhid yang kuat dari Hadis al-Tirmidhī menilai Hadis ini sampai derajat palsu. Ia juga
seperti diisyaratkan al-Būṣīrī, maka Hadis ini tidak men-ḍa‘īf-kannya, disebabkan sanad-
dapat dinilai ḥasan li-ghayrih.168 nya ter­lalu lemah. Ia menyebutkan dua Hadis
ḍa‘īf lain­nya yang juga diriwayatkan al-Daylamī
Hadis 40 sebagai shāhid dari Hadis di atas.170 Pendapat
Penulis, dua Hadis tersebut tidak bisa dijadikan
‫من تعلم بابا من العلم ليعلم الناس أعطى له‬ shāhid yang dapat memperkuat Hadis ini, karena
per­bedaan yang jauh antara kedua Hadis itu
.‫ثواب سبعين نبيا‬ dengan Hadis di atas.
“Siapa belajar satu bab ilmu untuk diajarkan Selain itu, Hadis ini juga dapat dinilai palsu
pada orang lain, maka ia diberi pahala 70 nabi.” berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn
Qayyim, yang menegaskan bahwa ciri Hadis palsu
Takhrīj Hadis: adalah pahala yang dijanjikan untuk amalan
Hadis ini seperti dikatakan oleh al-‘Irāqī tertentu sama seperti pahala yang diberikan
dan al-Mundhirī, diriwayatkan oleh al-Daylamī. pada seorang Nabi. Hal ini mustahil, sebab
al-Ghazālī dalam al-Iḥya’ dan al-Mundhirī me­ sekalipun seseorang beribadah sejak ia lahir
nye­but­kan­nya dengan lafaz shiddīqan, bukan sampai meninggal, ia tidak akan mendapatkan
nabiyyan seperti yang disebutkan oleh al-‘Irāqī pahala menyamai pahala seorang Nabi,171 apalagi
dan beberapa ulama lain. Akan tetapi Penulis 70 Nabi. Karena itu, Hadis ini tetap palsu.

Hadis 41
167 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 62; al-Būṣīrī,
Miṣbaḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 72-73, al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 127-129; Yūsuf bin ‘Abd al-Raḥmān al-
Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā’ al-Rijāl, Taḥ. Dr. Bashshār 169 Muḥammad bin Muḥammad al-Ḥusaynī al-
‘Awad Ma‘rūf, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1983, jil. 20, Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn Bisharḥ Iḥyā’ ‘Ulūm al-
hlm. 434-445; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Taqrīb Dīn, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, t.th, jil. 1, hlm. 106;
al-Tahdhīb, Taḥ. Muḥammad ‘Awwāmah, Dār al-Rashīd, al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 98.
Ḥalab, 1992, hlm. 304 dan 401. 170 Ibid. dan Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, hlm 18.
168 Ibid. 171 Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 40.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
54

dan membenci mereka.”


‫من جلس عند العالم ساعتين أو أكل معه‬
‫لقمتين أو سمع منه كلمتين أو مشى معه‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Daylamī dari
‫ كل جنة‬،‫خطوتين أعطاه اهلل تعالى جنتين‬ Anas bin Mālik melalui al-Qāsim bin Ibrāhīm al-
Maltī dengan lafaz: “Ikutilah para ulama, karena
.‫مثل الدنيا مرتين‬ sesungguhnya mereka adalah pelita dunia dan
“Siapa duduk di sisi orang alim selama dua cahaya akhirat!”174
jam, makan bersamanya dua suapan, mendengar
darinya dua kata, atau berjalan bersamanya Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
dua langkah, maka Allāh akan memberikan dua Hadis ini dinilai palsu oleh al-Suyūṭī dalam
surga, yang masing-masing seluas dua kali lipat Dhayl al-Mawḍū‘āt seperti dikatakan oleh al-
dunia.” Munāwī, karena dalam sanad-nya terdapat
perawi yang oleh al-Dāraquṭnī dituduh sebagai
Takhrīj Hadis: pembohong, yaitu al-Qāsim bin Ibrāhīm. Akan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Daylamī tetapi al-Suyūṭī dalam al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr menilai
seperti diisyaratkan oleh Ibn Ṭāhir al-Maqdisī.172 Hadis ini ḍa‘īf saja, tetapi ditolak al-Munāwī
dengan alasan al-Qāsim dituduh pembohong
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. oleh al-Dāraqutnī dan disetujui oleh Ibn Ḥajar.175
Hadis ini termasuk dalam rumusan yang
dikatakan Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, bahwa Hadis Hadis 43
“Memandang wajah orang alim adalah ibadah.
Demikian pula duduk dan makan bersamanya,” ‫من صلى الصلاة مع الجماعة وجلس في حلقة‬
yang diriwayatkan al-Daylamī tanpa sanad dari
Anas adalah tidak ṣaḥīḥ.173
‫العلم وسمع كلام اهلل وعمل به أعطاه اهلل‬
‫ الرزق من الحلال وينجو من‬:‫تعالى ستة أشياء‬
Hadis 42
‫عذاب القبر ويعطي كتابه بيمينه ويمر على‬
:‫سألت جبرائيل عن أصحاب العلم فقال‬
‫ ويحشر مع النبيين‬،‫الصراط كالبرق الخاطف‬
‫هم سراج أمتك في الدنيا والآخرة طوبى لمن‬
‫وبنى اهلل له بيتا في الجنة من ياقوتة حمراء له‬
.‫عرفهم والويل لمن أنكرهم وأبغضهم‬
.‫أربعون بابا‬
“Saya pernah bertanya kepada Jibrīl tentang
orang-orang yang berilmu. Maka ia menjawab:
“Mereka adalah pelita-pelita umatmu di dunia
174 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 1, hlm. 71, h.n.
dan akhirat. Beruntunglah orang yang mengenal
209.
mereka dan celakah orang yang mengingkari 175 ‘Abd al-Raḥmān bin Abū Bakar al-Suyūṭī, al-Jāmi‘
al-Saghīr min Ḥadīth al-Bashīr al-Nadhīr, Taḥ. Muḥy al-Dīn
‘Abd al-Ḥamīd, Dār Khadamāt al-Qur’ān, t.tp, t.th, jil. 1, hlm.
172 Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, 17; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 106; Lihat biografi
hlm. 21. al-Qāsim dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 367;
173 Ibid. Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 4, hlm. 456-457.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
55

“Siapa yang melakukan shalat berjamaah Hadis. Ulama Hadis seperti al-Zarkashī, Ibn Ḥajar,
dan duduk di majlis ilmu, serta mendengar firman yang kemudian diikuti oleh al-Sakhāwī, al-Suyūṭī
Allāh lalu mengamalkannya, maka Allāh akan dalam kitab al-Durar, Ibn ‘Arrāq, ‘Alī al-Qārī dan
memberinya enam perkara: rizki dari usaha yang al-Shawkanī menilai Hadis ini palsu. Mereka
halal, selamat dari azab kubur, menerima kitab mengatakan Hadis ini tidak ada sumbernya (lā
dengan tangan kanan, melewati ṣirāṭ bagaikan aṣla lah).177
kilat yang menyambar, dihimpun bersama para Beberapa ulama yang bukan ahli Hadis
nabi, dan Allāh membangun untuknya sebuah seperti al-Fakhr al-Rāzī, al-Isnawī, Ibn Qudāmah,
gedung di surga dan permata yaqūt merah yang al-Yāfī‘ī dan Ibrāhīm al-Nājī telah mengatakan
mempunyai empat puluh pintu.” bahwa Hadis ini marfū‘ sebagai Hadis Rasūlullāh
Saw. Tetapi, mereka tidak dapat menunjukkan
Takhrīj Hadis: sanad atau perawi Hadis ini.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Sebagian ulama lainnya seperti al-Taftāzānī,
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- Abū Bakar al-Mūṣīlī dan al-Suyūṭī dalam al-
Wā‘iẓīn.176 Khaṣāiṣ telah mengisyaratkan kebenaran makna
Hadis tersebut. Sementara al-‘Ajlūnī me­nguat­
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kan pendapat ini, karena sesuai dengan ke­
Hadis ini dinilai palsu karena beberapa nyataannya.178
sebab. Pertama, ia belum ditemukan sanad dan Pendapat para ulama Hadis yang menilai
perawinya. Kedua, sumber Hadis ini adalah kitab Hadis ini palsu mempunyai alasan yang jelas, yaitu
yang tidak mu‘tabar. Ketiga, bahasa matan Hadis Hadis ini tidak mempunyai sumber dan ini adalah
ini yang tidak seperti bahasa Nabi Saw. yang paling tepat. Sedangkan kebenaran makna
Hadis tidak menjadikan suatu Hadis menjadi
Hadis 44 ṣaḥīḥ atau ḥasan atau ḍa‘īf. Dalam kitab-kitab
muṣṭalaḥ al-ḥadīth telah ditegaskan, betapa
.‫علماء أمتي كأنبياء بني إسرائيل‬ banyak Hadis palsu yang mempunyai makna yang
benar, akan tetapi ia tetap Hadis palsu. Dengan
“Para ulama umatku seperti para nabi Banī
kata lain, ia bukan sabda Rasūlullāh Saw.
Isrā’īl.”

Takhrīj Hadis: Hadis 45


Hadis ini termasuk yang terkenal di kalangan
.‫نوم العالم خير من عبادة الجاهل‬
umat Islam. Banyak disebutkan ulama dalam
kitab dan ceramah mereka. Tetapi tidak seorang “Tidurnya orang alim lebih baik dari
pun ulama yang menyebutkan perawinya.
177 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 286; Ibn
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, hlm. 20; ‘Abd al-
Ada perbedaan pendapat antara para Raḥmān bin Abū Bakar al-Suyūṭī, al-Durar al-Mutanāthirah
fī al-Aḥādīth al-Mushtahirah, Taḥ, Muḥammad ‘Abd al-Qādir
ulama yang dapat dibagi dalam dua kelompok.
‘Aṭā’, Dār al-I‘tiṣām, al-Qāhirah, t.th, hlm. 293; ‘Alī al-Qārī, al-
Pertama, ulama Hadis. Kedua, selain ulama Asrār, hlm. 247; al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm.
286; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 83.
178 al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 286; al-‘Ajlūnī,
176 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 16. Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 83.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
56

ibadahnya orang bodoh.” Hadis 46

Takhrīj Hadis: ‫من أراد أن يحفظ العلم فعليه أن يلازم‬


Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym
،‫ الأولى صلاة الليل ولو ركعتين‬:‫خمس خصال‬
dan al-Daylamī. Keduanya melalui Abū al-
Bahturī dari Salmān al-Fārisī dengan lafaz: ‫ والثالثة التقوى في‬،‫والثانية دوام الوضوء‬
“Tidur berlandaskan ilmu lebih baik dari shalat
berlandaskan kebodohan.”179 ‫ والرابعة أن يأكل للتقوى لا‬،‫السر والعلانية‬
.‫ والخامسة السواك‬،‫للشهوات‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini disebutkan oleh al-Ghazālī dalam “Siapa yang hendak menghafal ilmu, maka
al-Iḥyā’. al-‘Irāqī yang men-takhrīj Hadis-hadis hendaklah ia membiasakan lima perkara:
al-Iḥyā’ mengatakan bahwa yang diketahui Pertama, shalat malam sekalipun dua raka’at.
adalah Hadis ‫ الصائم‬bukan ‫العالم‬. Begitu pula yang Kedua, senantiasa berwudu. Ketiga, bertakwa
dikatakan oleh ‘Alī al-Qārī dalam al-Asrār al- dalam sepi maupun ramai. Keempat, makan
Marfū‘ah.180 untuk memperoleh kekuatan beribadah
al-Suyūṭī dalam al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr menilai (bertakwa), bukan untuk memenuhi syahwat.
Hadis Abū Nu‘aym dan al-Daylamī di atas sebagai Kelima, bersiwak.”
Hadis ḍa‘īf. Tetapi al-Munāwī mengingatkan,
dalam sanad Abū Nu‘aym dan al-Daylamī ter­ Takhrīj Hadis:
dapat Abū al-Bahturī yang menurut al-Dhahabī Hadis ini belum ditemukan perawinya, ter­
perekayasa dan pendusta. Maka Hadis ini adalah masuk dalam al-Ḥath’ ‘alā Ḥifz al-‘Ilm karangan
palsu, meskipun mempunyai makna yang benar Ibn al-Jawzī, Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm karya Ibn ‘Abd al-
seperti yang diterangkan oleh ‘Alī al-Qārī dalam Barr, Taqyīd al-‘Ilm karya al-Khaṭīb dan Kitāb al-
kitabnya tersebut di atas, karena banyak Hadis ‘
Ilm karya al-Nawawī. al-Khūbawi mengutipnya
yang maknanya ṣaḥīḥ, tetapi Hadis itu palsu atau dari kitab Mukāshafah al-Asrār.182
bukan sabda Rasūlullāh Saw.181
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu karena beberapa
179 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 4, hlm. 385; al-
sebab. Pertama, belum ditemukan dalam kitab-
Daylamī, Firdaws, jil. 4, h.n. 6732. kitab yang mu‘tabar. Kedua, bahasa dalam matan
180 Maksudnya redaksi Hadis yang dikenali oleh para Hadis ini tidak menyerupai bahasa Nabi Saw.,
ahli Hadis adalah ‫خ� من عبادة الجاهل‬
‫ نوم الصائم ي‬bukan ‫نوم العالم‬ tetapi lebih mendekati bahasa para pemberi
‫خ� من عبادة الجاهل‬
‫ ي‬Dengan arti lain bahwa Hadis ini tidak
mempunyai asal. Lihat ‘Abd al-Raḥīm bin al-Ḥusayn al-‘Irāqī, nasihat.
al-Mughnī ‘an Ḥaml al-Asfār fi al-Asfār fī Takhrīj mā fī al-
Iḥyā’ min al-Akhbār, Mu’assasah al-Ḥalabī wa Shurakāh
li al-Nashr wa al-Tawzī‘, al-Qāhirah, 1967, jil. 1, hlm. 304; Hadis 47
Muḥammad al-Ḥaddād, Takhrīj Aḥādīth Iḥyā’, jil. 2, hlm.
869, h.n. 1130. ‫خير الدنيا والآخرة مع العلم وشرف الدنيا‬
181 Muḥammad bin Muḥammad Abū Ḥāmid al-
Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Mu’assasah al-Ḥalabī wa ‫والآخرة مع العلم والعالم الواحد أكبر من‬
Shurakāh li al-Nashr wa al-Tawzī‘, al-Qāhirah, 1967, jil.
1, hlm. 304; al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 374; al-
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 291, h.n. 9294. 182 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 16.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
57

‫جهة الفضل عند اهلل تعالى من ألف شهيد‬ ‫إن اهلل تعالى خلق تحت العرش مدينة مكتوبا‬
“Kebaikan dunia dan akhirat itu didapat .‫على بابها من زار العلماء فكأنما زار الأنبياء‬
dengan ilmu, dan kemuliaan dunia dan akhirat
pun diraih dengan ilmu. Satu orang alim lebih “Sesungguhnya Allāh menciptakan di bawah
besar dari segi keutamaan di sisi Allāh dari pada ‘Arash sebuah kota yang tertulis pada pintunya:
seribu pahlawan shahid.” Siapa berkunjung pada para ulama, maka seolah-
olah ia berkunjung pada para nabi.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Takhrīj Hadis:
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mukāshafah Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat
al-Asrār.183 ditemukan. Namun Hadis dengan makna yang
Hadis yang ditemukan dalam perkara yang hampir sama ditemukan melalui riwayat Abū
hampir sama adalah Hadis riwayat al-Tirmidhī Nu‘aym al-Aṣbahānī dalam Tārīkh Aṣbahān
dari Ibn ‘Abbās, dan al-Ājurī dalam Akhlāq al- dari Ibn ‘Abbās melalui Ḥafṣ bin Muḥammad
‘Ulamā’ dari Ibn ‘Abbās dan Abū Hurayrah. Satu al-‘Adanī dengan lafaz: “Siapa mengunjungi
dari lafaznya adalah:” ‫فقيه واحد أشد عىل الشيطان من‬ ulama, maka seakan-akan ia mengunjungiku.
‫ألف عابد‬. Artinya: “Seorang ahli fikih lebih sulit bagi Ssiapa menyalami ulama, maka seakan-akan
setan dari seribu ahli ibadah.” Imām al-Nawawī ia menyalamiku. Siapa yang menemani ulama,
dalam Kitāb al-‘Ilm mengutip Imām al-Shāfi‘ī: maka seakan-akan ia menemaniku. Dan siapa
‫من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد اآلخرة فعليه بالعلم‬. menemaniku di duia, maka ia akan menemaniku
Artinya: “Siapa menginginkan dunia, maka ia pada hari Kiamat.185
wajib mempunyai ilmu dan siapa menginginkan
akhirat, maka ia wajib mempunyai ilmu.”184 Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis Ibn ‘Abbās di atas telah dinilai palsu
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. oleh beberapa ulama seperti al-Suyūṭī, al-‘Ajlūnī
Hadis al-Khūbawī dinilai palsu karena dua dan ‘Alī al-Qārī. Sebabnya seorang perawi dalam
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab- sanad Hadis tersebut dituduh pendusta, yaitu
kitab rujukan yang mu‘tabar. Kedua, makna Ḥafṣ bin ‘Umar al-Adanī.186
kandungannya yang tidak logis, di mana per­ Sedangkan Hadis yang disebutkan oleh al-
bandingan seorang ulama lebih mulia di­banding Khūbawī dapat juga dinilai palsu, karena tidak
dengan seribu orang yang mati shahid. diketahui sumbernya. Sebab ketika para ulama
yang disebutkan di atas membahas mengenai
Hadis Ibn ‘Abbās, tidak seorangpun menyebutkan
Hadis 48 Hadis ini. Ini menunjukkan dua kemungkinan:
Pertama, mereka mengetahui adanya Hadis ini,
183 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 16. tetapi karena ia palsu, maka tidak disebutkan.
184 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Mā
Jā’a fī Faḍl al-Fiqh ‘alā al-‘Ibādah, h.n. 2681; Abū Bakar
Muḥammad bin Ḥusayn al-Ājūrī, Akhlāq al-‘Ulamā’, Taḥ. 185 Aḥmad bin ‘Abd Allāh al-Aṣbahānī, Tārīkh
Fārūq Ḥamādah, Maktabah al-Ma‘rifah, Dimashq, 1972, Aṣbahān, Taḥ. Dr. Sven Dedering. E.J. Brill, Leiden 1931, jil.
hlm. 35-36; Abū Zakariyyā Yaḥyā bin Sharaf al-Nawawī, 2, hlm. 264.
Kitāb al-‘Ilm wa Ādāb al-‘Ālim wa al-Muta‘allim, Taḥ. ‘Abd 186 al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 251, h.n.
Allāh Badrān, Dār al-Khayr, Bayrūt, 1993, hlm. 67. 2494; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 345.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
58

Kedua, mereka tidak mengetahui. Dua kemung­


‫إن اهلل تعالى خلق مدينة من نور تحت العرش‬
kinan itu menunjukkan Hadis ini palsu.
‫مثل الدنيا عشر مرات فيها ألف شجرة من‬
Hadis 49
‫ فإذا كان‬،‫در وياقوت وزبرجد ولؤلؤ ومرجان‬
‫جلوس ساعة عند العلماء أحب إلى اهلل من‬
‫يوم القيامة فتحت أوراقها ثم ينادي مناد من‬
.‫عبادة ألف سنة‬
‫قبل الرحمن أين الذي صلوا الصلوات الخمس‬
“Duduk satu jam di hadapan para ulama
lebih disukai Allāh dari pada beribadah seribu ‫مع الجماعة فجلسوا في حلقة العلم يجيئون إلى‬
tahun.”
‫ظل هذه الأشجار اليوم فيجيئون فيجلسون‬
Takhrīj Hadis: ‫ ثم يوضع بين أيديهم مائدة‬،‫تحت هذه الاشجار‬
Hadis seperti ini telah diriwayatkan oleh
al-Daylamī dengan lafaz: ‫جلوس ساعة عند مذاكرة‬ ،‫من نور فيها ما تشتهيه الأنفس وتلذ الأعين‬
‫ن‬
�‫المسك‬ ‫العلم أحب إىل هللا عز وجل من أن يتصدق عىل‬
‫ي‬ .‫فيقال لهم كلوا منها جميعا‬
‫ع� ألف دينار‬‫( ش‬Duduk satu jam dalam majlis ilmu
lebih dicintai oleh Allāh ‘azza wa jalla dari pada “Sesungguhnya Allāh menciptakan sebuah
bersedekah sepuluh ribu dinar kepada fakir kota dari cahaya di bawah ‘Arash sepuluh kali
miskin) dan Hadis lain yang diriwayatkan oleh lipat dunia, di mana terdapat seribu pohon dari
Ibn al-Jawzī dalam kitab al-Mawḍū‘āt dengan intan, yaqūt, zabarjad, mutiara, dan marjan.
lafaz: ‫حضور مجلس علم أفضل من صالة ألف ركعة وعيادة‬ Apabila tiba hari Kiamat, maka daun-daun
‫( ألف مريض وشهود ألف جنازة‬Menghadiri majlis pohon itu bermekaran, kemudian terdengarlah
ilmu lebih utama dari pada shalat 1000 rakaat, panggilan dari Tuhan Yang Maha Rahman: “Di
menjenguk seribu orang sakit dan menyaksikan manakah orang yang telah melakukan shalat
seribu jenazah).187 lima waktu berjamaah lalu duduk dalam majlis
ilmu, biarlah hari ini mereka datang kepada
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. naungan pohon-pohon ini.” Maka, mereka
Ibn Ṭāhir al-Maqdīsī telah menilai Hadis pun datang lalu duduk di bawah pohon-pohon
seperti ini palsu tanpa menyebutkan alasannya.188 tersebut. Kemudian dipasanglah di hadapan
Penulis setuju pendapat al-Maqdīsi, karena ciri- mereka sebuah meja makan dari cahaya, di
ciri Hadis palsu jelas sekali pada Hadis ini, yaitu mana terdapat makanan-makanan yang disukai
pahala yang dijanjikan sangat besar dibanding nafsu dan sedap dipandang mata. Lalu dikatakan
amalan yang sangat sederhana. kepada mereka: “Makanlah makanan-makanan
itu semuanya!”
Hadis 50
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
187 al-Daylamī, Firdaws, jil. 2, hlm. 109, h.n. 2574; al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mukāshafah
Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 223; al-Suyūṭī, al-
La’ālī, jil. 1, hlm. 200.
188 Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt,
hlm. 20.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
59

al-Asrār.189 takhrīj Hadis ini dalam kitab Kashf al-Khafā’


mengatakan bahwa Hadis yang mirip dengan
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis ini telah diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dari
Hadis ini dinilai mawḍū‘, karena belum di­ Abū al-Dardā’ dengan lafaz:
temu­kan dalam kitab mu‘tabar. Selain itu, kan­
dungannya lebih menyerupai cerita isrā’iliyyāt, ‫موت العالم مصيبة لاتجبر وثملة لاتسد وهو‬
yang tidak menyerupai sabda Rasūlullāh Saw.
‫ وموت قبيلة أيسر من موت عالم‬،‫نجم طمس‬
“Matinya seorang alim adalah musibah
Hadis 51
yang tak tergantikan dan sebuah kebocoran yang
‫ما من مؤمن يحزن بموت عالم إلا كتب اهلل له‬ tak bisa ditambal. Wafatnya ulama itu ibarat
bintang yang padam. Meninggalnya satu suku
.‫ثواب ألف عالم وألف شهيد‬ lebih ringan dari pada meninggalnya seorang
“Tidak seorang mukmin pun yang bersedih alim.”191
atas kematian seorang alim, kecuali Allāh me­ Hadis ini menurut al-Zabīdī mempunyai
netap­kan untuknya pahala seribu orang alim dan beberapa shāhid, antara lain, yang diriwayatkan
seribu pahlawan mati shahid.” oleh al-Zubayr bin Bikār dengan redaksi sebagai
berikut:
Takhrīj Hadis:
‫إذا مات العالم أثلم في الإسلام ثلمة لايسدها‬
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mukāshafah ‫شيئ إلى يوم القيامة‬
al-Asrār.190
“Jika ada satu orang alim meninggal, maka
terjadi kebocoran dalam Islam yang tidak bisa
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
ditambal sampai hari Kiamat.”
Hadis ini tidak ditemukan perawinya. Namun
Sedangkan riwayat al-Daylamī dari Ibn ‘Umar
ciri-ciri palsu Hadis ini nampak jelas, yaitu pahala
dengan lafaz sebagai berikut:
yang dijanjikan terlalu besar bagi satu amalan
yang sangat sederhana. Karena itu, Hadis ini ‫ما قبض عالما إلا كان ثغرة في الإسلام لا تسد‬
dapat dinilai palsu.
“Allāh tidak mencabut (nyawa) seorang
alim, kecuali akan terjadi kebocoran dalam Islam
Hadis 17 (52)
yang tidak bisa ditambal.”
.‫موت العالم موت العالم‬ Sementara redaksi yang diriwayatkan oleh
al-Baihaqī adalah sebagai berikut:
“Matinya orang alim adalah matinya alam.”
‫موت عالم أحب إلى إبليس من موت سبعين‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini tidak dapat
192
‫عابد‬
ditemukan perawinya. al-‘Ajlūnī ketika men-
191 al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 289, h.n.
2664.
189 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 17. 192 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 1, hlm.
190 Ibid. 73.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
60

“Wafatnya seorang alim lebih dicintai oleh dalam kitab yang mu‘tabar. Kedua, bahasa
Iblīs dari pada meninggalnya 70 ahli ibadah.” matan Hadis ini tidak seperti bahasa Nabi Saw.

Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Hadis 54


Sekalipun Hadis ini mempunyai shawāhid,
tetapi ia tidak dapat menaikkan Hadis ini menjadi ‫إذا كان يوم القيامة يؤتى بأربعة نفر عند باب‬
ṣaḥīḥ. Shawāhid yang disebutkan oleh ulama,
hanya sebagai dalil bahwa Hadis ini mempunyai ‫ الأول‬:‫الجنة بغير رؤية الحساب والعذاب‬
asal, yang berarti tidak boleh dinilai sebagai
‫ والثاني الحاج الذي‬،‫العالم الذي عمل بعلمه‬
Hadis palsu.
‫ والثالث الشهيد‬،‫حج بغير عمل الفساد‬
Hadis 53
‫ والرابع السخي الذي‬،‫الذي قتل في المعركة‬
‫سيأتي زمان على أمتي يفرون من العلماء‬ ‫اكتسب مالا حلالا وأنفقه في سبيل اهلل بغير‬
:‫والفقهاء فيبتليهم اهلل تعالى بثلاث بليات‬ ‫ فينازع بعضها بعضا لدخول الجنة أولا‬.‫رياء‬
‫ والثانية يسلط‬،‫أولاها يرفع البركة من كسبهم‬ ،‫فيرسل اهلل تعالى جبرائيل ليحكم بينهم‬
‫ والثالثة‬،‫اهلل تعالى عليهم سلطانا ظالما‬ ‫ ما عملت في‬:‫فيسأل أولا الشهيد فيقول له‬
.‫يخرجون من الدنيا بغير إيمان‬ :‫ فيقول‬،‫الدنيا وأنت تريد دخول الجنة أولا‬
“Akan tiba suatu masa pada umatku, mereka
lari dari para ulama dan para fuqahā’. Maka,
‫ ممن‬:‫ فيقول‬.‫قتلت في المعركة لرضا اهلل تعالى‬
Allāh menguji mereka dengan tiga cobaan. .‫ من العلماء‬:‫سمعت ثواب الشهيد؟ فيقول‬
Pertama, Allāh menghilangkan berkah dari
usaha mereka. Kedua, Allāh menguasakan atas ‫ ثم‬،‫ احفظ الأدب لا تقدم على معلمك‬:‫فيقول‬
mereka seorang raja yang zalim. Ketiga, mereka
keluar dari dunia tanpa iman.”
‫ ثم إلى‬،‫يرفع رأسه إلى الحاج فيقول مثل ذلك‬
‫ إلهي‬:‫ ثم يقول العالم‬،‫السخي فيقول مثل ذلك‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. ‫ماحصلت العلم إلا بسخاوة السخي وبسبب‬
Hadis ini disebutkan al-Shabzawārī (Shī‘ah)
dalam Jāmi‘ al-Akhbār tanpa sanad. al-Khūbawī ‫ يا‬، ‫ فيقول اهلل عز وجل صدق العالم‬،‫إحسانه‬
mengutipnya dari Mukāshafah al-Asrār.193
‫رضوان افتح أبواب الجنة حتى يدخل السخي‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. .‫الجنة وهؤلاء بعده‬
Hadis ini dinilai palsu dengan beberapa
“Apabila tiba Hari Kiamat, maka di­datang­
argumen. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan
kan­lah empat orang dari sisi pintu surga tanpa
mengalami hisab dan azab. Pertama, orang
alim yang mengamalkan ilmunya. Kedua, orang
193 al-Shabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 356, h.n.
995; al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 17. haji yang menunaikan hajinya tanpa ber­buat
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
61

kerusakan. Ketiga, pahlawan shahid yang ter­ Hadis. Ini berarti bahwa Hadis ini tidak mempunyai
bunuh di medan perang. Keempat, derma­wan asal. Selain itu, yang dikenali mengenai mereka
yang mencari harta yang halal, lalu mem­belanja­ yang masuk surga tanpa hisab adalah Hadis
kan­nya di jalan Allāh tanpa riya. Mereka berebut yang dirwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan
satu sama lain untuk memasuki surga terlebih lain-lainnya, dengan tidak memperinci mereka
dahulu. Maka, Allāh pun mengutus malaikat yang masuk, yaitu sejumlah tujuh puluh ribu
Jibrīl untuk mengadili mereka. Pertama-tama, orang. Dalam penjelasan mengenai Hadis ini,
Jibrīl bertanya kepada pahlawan shahid. Kata tidak seorang ulama Hadispun yang memerinci
Jibrīl kepadanya: “Apakah yang telah engkau ketujuhpuluh ribu itu dengan Hadis ini. Ini
lakukan, sehingga engkau ingin masuk surga menunjukkan Hadis tidak dikenali. Ketiga, bahasa
terlebih dahulu?” Maka ia menjawab: “Aku matan Hadis ini lebih menyerupai bahasa tukang
telah terbunuh di medan perang demi mencari cerita (‫ )القصاص‬dari bahasa Nabi Saw. Karena itu,
rida Allāh.” Jibrīl bertanya: “Dari siapa kamu Hadis ini dapat dinilai palsu.
mendengar pahala orang yang mati shahid?”
Dia menjawab: “Dari ulama.” Jibril berkata Hadis 55
kepadanya: “Peliharalah kesopannmu! Jangan
engkau mendahului gurumu!” Kemudian Jibrīl .‫فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم‬
memalingkan kepalanya kepada orang yang
“Keutamaan orang alim atas orang yang
telah haji. Dan ia pun menjawab seperti tadi.
beribadah, itu seperti keutamaanku atas orang
Kemudian Jibrīl berpaling pula kepada orang
yang terendah di antara kalian.”
yang derwamawan, dan ia pun menjawab seperti
tadi. Akhirnya, orang alim itu berkata: “Tuhanku,
Takhrīj Hadis:
tiadalah aku memperoleh ilmu selain karena
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari
kedermawanan orang yang dermawan itu dan
Abū Umāmah dengan lafaz awalnya:
dengan sebab kebajikannya.” Allāh berfirman:
“Benarlah orang alim itu, wahai Riḍwān! Bukalah 195
.‫إلخ‬... ‫إن اهلل وملائكته حتى النملة‬
pintu-pintu surga sehingga orang yang yang
dermawan itu masuk surga, sedang mereka itu
masuk sesudahnya.” Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini dinilai gharīb oleh al-Tirmidhī.
Takhrīj Hadis: Dalam riwayat lain ia mengatakan ḥasan ṣaḥīḥ.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. al-Suyūṭī menilainya ṣaḥīḥ, tetapi al-Munāwī
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Mishkāh al- meng­ingatkan bahwa al-Tirmidhī telah menilai­
Anwār.194 nya gharīb, dan dalam riwayat lain ḥasan ṣaḥīḥ.
Dalam sanad al-Tirmidhī terdapat al-Walīd bin
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Jamīl yang menurut Abū Zur‘ah ia ḍa‘īf. Dalam
Hadis ini tidak ditemukan perawinya, ter­ Mīzān al-I‘tidāl, menurut Abū Zur‘ah, al-Walīd
masuk dalam kitab-kitab khusus yang membahas ada­lah syeikh yang lemah. Dan mengikut pen­da­
mengenai kehidupan di akhirat. Ini menunjukkan pat Abū Dāwud, ia adalah perawi yang pe­riwa­
bahwa Hadis ini tidak dikenali oleh para ulama
195 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Faḍl al-Fiqh
194 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 17-18. ‘alā al-‘Ibādah, h.n. 2685.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
62

yatan­nya tidak bermasalah.196


Hadis ini mempunyai shawāhid, yang di­ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
riwayatkan oleh Ibn al-Jawzī dalam kitab al-‘Ilal al-‘Irāqī, seperti yang dikutip oleh al-Zabīdi,>
melalui dua jalur periwayatan dan Ibn ‘Abd al- menilai Hadis ini dengan riwayat Abū Bakarah
Barr dalam kitab Taqyīd al-‘Ilm. Tetapi ketiga sebagai Hadis ḍa‘īf, karena sanad-nya. Tetapi,
sanad-nya sangat ḍa‘īf, bahkan terdapat perawi al-Haythamī mengatakan bahwa Hadis Abū
yang di­tuduh pendusta, sehingga tidak dapat Bakarah yang diriwayatkan oleh al-Bazzār dan
me­nguat­kan riwayat al-Tirmidhī. Karena itu, al-Ṭabarānī dalam ketiga Mu‘jam-nya, perawi-
Hadis ini tetap dinilai ḍa‘īf.197 perawinya thiqah. Dengan kata lain, al-Haythamī
menguatkan Hadis dengan jalur riwayat ini. al-
Hadis 56 ‘Ajlūnī yang mengutarakan perbedaan pendapat
tersebut tidak memutuskan pendapat manakah
.‫كن عالما أو متعلما أو سامعا ولاتكن رابعا‬ yang lebih kuat.199
Setelah melihat sanad riwayat Abū
“Jadilah kamu ornag yang alim, pelajar, atau
Bakarah, pendapat al-‘Irāqī yang menilai Hadis
pendengar. Dan janganlah kamu menjadi orang
ini ḍa‘īf adalah lebih kuat karena Hadis Abū
keempat!”
Bakarah semuanya diriwayatkan melalui jalan
‘Aṭā’ bin Muslim. Menurut Aḥmad: Hadisnya
Takhrīj Hadis:
bertentangan, mengikut pendapat Abū Dāwud:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym, ‫ش‬
ia tidak berarti sama sekali (‫ب�ء‬ ‫)ليس هو ي‬, Abū
al-Bazzār, al-Ṭabarānī dalam kitab Mu‘jam-nya
Bakar bin Abū Dāwud berkata: Hadis-hadisnya
dan Khaṭīb al-Baghdadī dari Abū Bakarah secara
layyin, tetapi Ibn Ma‘īn mengatakan bahwa ia
marfū‘ dengan lafaz: ‫اغد عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا‬
thiqah. Tetapi, pen-thiqah-an Ibn Ma‘īn tidak
‫والتكن الخامس فتهلك‬. Hadis ini juga diriwayatkan
menguatkan riwayat ‘Aṭa’, karena pen-ḍa‘īf-an
oleh al-Ṭabarānī dalam Mu‘jam al-Kabīr dan Ibn
Aḥmad, Abū Dāwud dan anaknya adalah dari segi
‘Abd al-Barr secara mawqūf dari perkataan Ibn
‫اغد عالما أومتعلما والتغد ن‬ periwayatan Hadis. Sedangkan pen-thiqah-an
Mas‘ūd dengan lafaz: �‫ب‬ ‫ي‬ Ibn Ma‘īn adalah dari segi umumnya. Selain itu,
‫ذلك‬, dalam riwayat al-Ṭabarānī ditambah redaksi:
Hadis ini juga telah diriwayatkan secara mawqūf
‫فإن لم تفعل فأحب العلماء وال تبغضه‬. Ibn ‘Abd al-Barr
dan maqṭū‘ dengan lafaz yang berbeda-beda.
dan al-‘Uqaylī juga meriwayatkannya dari Ḥasan
Kesimpulannya Hadis ini tetap ḍa‘īf.200
al-Baṣrī secara maqṭu‘ sebagai perkataan Ibn
Mas‘ūd dengan lafaz sedikit berbeda. Ibn ‘Abd
al-Barr juga meriwayatkannya dari Abū al-Dardā’ al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 22; Aḥmad bin
secara mawqūf sebagai perkataan Ibn Mas‘ūd.198 ‘Alī al-Khatīb al-Baghdādī, Tārikh Baghdād, Dār al-Kitāb al-
‘Arabī, Bayrūt, t.th, jil. 12, hlm. 294-295; Muḥammad bin
‘Amru bin Mūsā al-Makkī al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’ al-Kabīr, Taḥ.
‫ شيخ ن‬dan ‫ ليس به بأس‬adalah
196 Kedua lafaz ini, yaitu �‫ل‬ ‘Abd al-Mu‘ṭī Amīn Qal‘ajī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
‫ي‬
lafaz yang menandakan bahwa perawi tersebut ḍa‘īf, akan 1984, jil. 3, hlm. 28; Ibn ‘Abd al-Barr, Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm,
tetapi tidak terlalu ḍa‘īf. Hadis-hadis yang diriwayatkan hlm 34-35.
perawi ini masih boleh dikategorikan sebagai Hadis ḍa‘īf. 199 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm.
197 al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 433-444; al- 73; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 148, h.n. 437; al-
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 101; Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 22.
1, hlm. 69; Ibn ‘Abd al-Barr, Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm, jil. 1, hlm. 200 al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 148, h.n.
22; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 337. 437; Khaṭīb al-Baghdādī, Tārīkh Baghdād, jil. 12, hlm. 295;
198 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 7, hlm, 237; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 22.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
63

menurut al-Dhahabī, ia ditinggalkan oleh al-


‫ن‬
Dāraquṭnī (�‫الدارقط‬ ‫)تركه‬.203
Hadis 57 ‫ي‬

.‫النظر إلى وجه العالم عبادة‬ Hadis 58


“Melihat wajah orang alim itu ibadah.”
‫إن اهلل وملائكته وأهل السموات والأرض‬
Takhrīj Hadis: ‫حتى النملة في جحرها والحوت في البحر‬
Hadis diriwayatkan oleh al-Daylamī dari
Anas bin Mālik dengan lafaz: .‫ليصلون على معلم الناس خيرا‬

‫النظر إلى وجه العالم عبادة والجلوس معه‬ “Sesungguhnya Allāh, para malaikat-Nya,
dan seluruh penghuni langit dan bumi, sampai
201
.‫عبادة والالكم معه عبادة‬ semut di dalam liangnya, dan ikan di laut, benar-
benar mendoakan orang yang mengajarkan
“Memandang wajah orang alim itu ibadah,
kebaikan kepada sesama manusia.”
duduk bersamanya ibadah, dan berbicara
dengannya juga ibadah.”
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
sebagai lanjutan dari Hadis ke 55 (‫فضل العالم عىل‬
Beberapa ulama seperti al-Sakhāwī dan ‘Alī
‫كفضيل عىل أدناكم‬
‫ي‬ ‫)العابد‬.
al-Qāri telah menilai Hadis ini palsu. al-Sakhāwī
berkata bahwa Hadis itu telah diriwayatkan oleh
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Daylamī dari Anas tanpa sanad.202
Menurut pendapat Penulis, sebab palsunya
Hadis ini adalah dari segi matan-nya yang jelas Hadis 59
mempunyai ciri-ciri Hadis palsu, yaitu lemahnya
‫ منها‬،‫إن اهلل جعل بني آدم على ثمان خصال‬
bahasa Hadis ini, sehingga menandakan ia bukan
kata-kata Rasūlullāh Saw., walaupun terdapat ‫ وجه مليح ولسان فصيح‬:‫أربع لأهل الجنة‬
shāhid yang diriwayatkan oleh al-Daylamī juga
dari Abū Hurayrah, dengan lafaz: :‫خمس من العبادة‬ ‫ وجه‬:‫ وأربع لأهل النار‬،‫وقلب نقي ويد سخي‬
‫قلة الطعام والعقود ف ي� المسجد والنظر إىل الكعبة والنظر‬
.‫عابس ولسان فاحش وقلب شديد ويد بخيل‬
‫( ف ي� المصحف والنظر إىل العالم‬Ada lima hal yang
termasuk dalam kategori ibadah: sedikit makan, “Sesungguhnya Allāh menciptakan anak
mengikat kontrak di masjid, memandang Ka‘bah, cucu Adam dengan delapan sifat. Empat di
menatap Muṣḥaf dan melihat wajah orang alim), antaranya menjadi milik penghuni surga: wajah
tetapi seperti yang dikatakan oleh al-Munāwī, yang berseri, lidah yang fasih, hati yang takwa,
sanad-nya terdapat Sulaymān bin al-Rabī‘ yang dan tangan yang dermawan. Dan empat sifat
lainnya menjadi milik penghuni neraka: wajah

201 al-Daylamī, al-Firdaws, jil. 4, hlm. 294, h.n. 6867.


202 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 446; 203 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 446;
‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū ‘ah, hlm. 271; al-Shawkānī, al- ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū ‘ah, hlm. 271; al-Shawkānī, al-
Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 287; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 287; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr,
jil. 3, hlm. 459. jil. 3, hlm. 459.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
64

yang cemberut, lidah yang keji, hati yang kasar


‫ والثالث بسخاوة‬،‫والثاني بعدل الأمراء‬
dan tangan yang kikir.”
.‫ والرابع بدعوة الفقراء‬،‫الأغنياء‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya “Teraturnya dunia itu dengan empat per­
dan termasuk dalam kitab al-‘Aẓamah. al- kara. Pertama, dengan ilmu para ulama. Kedua,
Khūbawī mengutipnya dari kitab Daqā’iq al- de­ngan adilnya pemimpin negara. Ketiga, de­
Akhbār.204 ngan kedermawanan orang-orang kaya. Ke­
empat, dengan doa orang-orang fakir.”
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini hanya ditemukan dalam kitab Takhrīj Hadis:
yang tidak mu‘tabar, yaitu Daqā’iq al-Akhbār, Hadis ini diisyaratkan oleh Ibn ‘Arrāq dan
kitab yang pengarangnya tidak dapat dipastikan. diriwayatkan oleh Ibn Najjār dari ‘Alī bin Ḥujur
Hadis ini dinilai palsu, karena tidak diketahui langsung dari Rasūlullāh Saw. secara mu‘ḍal.206
sumbernya.
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Ibn ‘Arrāq menyebutkan sebab Hadis ini
Hadis 60 dinilai palsu, karena ‘Alī tidak dikenali. Demikian
‫احذروا ثلاث أصناف من الناس وهم العلماء‬ juga beberapa perawi lain dalam sanad tersebut.
Lebih-lebih lagi Hadis ini diriwayatkan secara
‫الغافلون والفقراء المداهنون والمتصوفون‬ mu‘ḍal.207

.‫الجاهلون‬
Hadis 62
“Waspadalah pada tiga golongan manusia!
Yaitu ulama yang lalai, orang fakir yang angkuh, ‫من أنفق درهما على طالب العلم فكأنما أنفق‬
dan orang ṣūfī yang bodoh.”
.‫مثل جبل أحد من الذهب في سبيل اهلل‬
Takhrīj Hadis: “Siapa yang menginfakkan satu dirham
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. pada orang yang mencari ilmu, maka seolah-
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Daqā’iq al- olah ia menginfakkan emas sebesar gunung
Akhbār.205 Uḥud di jalan Allāh.”

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Takhrīj Hadis:


Hadis ini dinilai palsu dengan sebab yang Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
sama seperti Hadis sebelumnya. Hadis ini disebutkan oleh al-Fārayābī dalam
Khāliṣah al-Ḥaqā’iq tanpa meyebutkan sanad
Hadis 61 atau perawinya. al-Khūbāwī mengutip Hadis ini
dari kitab Daqā’iq al-Akhbār.208
،‫ أولهما بعلم العلماء‬:‫قوام الدنيا بأربعة أشياء‬
206 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 1, hlm. 278.
204 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18. 207 Ibid.
205 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18. 208 Mahmūd bin Aḥmad al-Fārayābī, Khāliṣah al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
65

‫من صلى الصبح ثم جلس ليذكر اهلل تعالى‬


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu dengan dua sebab. ‫يعطيه اهلل تعالى في الفردوس سبعين قصرا‬
Pertama, tidak ditemukan kecuali dalam kitab
yang tidak mu‘tabar. Kedua, pahala yang dijanji­ .‫من ذهب وفضة‬
kan terlalu besar untuk amalan yang sederhana.
“Siapa yang shalat Subuh, kemudian ia
duduk untuk mengingat Allāh, maka Allāh akan
Hadis 63 memberinya dalam surga tujuh puluh istana dari
emas dan perak.”
‫من صلى صلاة في الجماعة مع المسلمين أربعين‬
.‫يوما لم تفته ركعة كتب اهلل له براءة من النفاق‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
“Siapa yang melakukan shalat berjama’ah Hadis ini hanya disebutkan dalam dua kitab
bersama kaum muslimin selama empat puluh Shī‘ah; Rawḍāh al-Wā‘iẓīn dan Jāmi‘ al-Akhbār.
hari tanpa terlewat satu rakaat pun, maka Allāh Keduaya tanpa menyebutkan sanad. al-Khūbawī
menetapkan ia terlepas dari kemunafikan.” mengutipnya dari kitab Daqā’iq al-Akhbār. 211
al-Daylamī meriwayatkan Hadis ini dengan
Takhrīj Hadis: makna serupa dari al-Ḥasan bin ‘Alī dengan lafaz:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari
Anas bin Mālik dengan lafaz sedikit berbeda. ‫من صلى الغداة في مسجد ثم جلس يذكر اهلل‬
Menurut al-Tirmidhī, Hadis ini telah diriwayatkan
dari Anas secara mawqūf, tidak diketahui adanya
‫ فإذا طلعت حمد اهلل‬،‫إلى أن تطلع الشمس‬
orang yang meriwayatkannya secara marfū‘, ‫وقام فصلى ركعتين إلا أعطاه اهلل ألف ألف‬
kecuali yang diriwayatkan Salām dari Ṭa‘mah dari
Ḥabīb dari Anas.209
212
‫قصر في الجنة وكان عند اهلل من الأوابين‬
“Siapa yang menunaikan shalat Subuh di
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
masjid, kemudian ia duduk berdzikir pada Allāh
al-‘Irāqī berkata bahwa perawi-perawi isnād
sampai terbitnya matahari, tatkala matahari
al-Tirmidhī thiqāt. Meskipun Hadis di atas tidak
terbit ia memuji Allāh dan melakukan shalat dua
diriwayatkan secara marfū‘ kecuali oleh Salām,
rakaat, maka Allāh akan memberikan kepadanya
tetapi Salām adalah thiqah, maka Hadis ini dapat
satu juta istana di surga dan dicatat sebagai
dinilai ṣaḥīḥ.210
orang yang bertaubat.”

Hadis 64

Ḥaqā’iq Limā fīh min Asālib al-Daqā’iq wa Niṣāb Ghāyāt 211 Muḥammad bin al-Qattāl al-Nīsābūrī, Rawḍah al-
al-Daqā’iq, MMS. Cod. Or. 5402 dan 9728, Perpustakaan Wā‘iẓīn, Maktabah al-Ḥaydariyyah, Najf, 1966, hlm. 334; al-
Nasional al-Asad, Dimashq, t.th, hlm. 64A; al-Khūbawī, Sabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 195, h.n. 481; al-Khūbawī,
Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18. Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 18.
209 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Abwāb al-Ṣalāh, Bāb 212 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 4, hlm. 55, h.n.
Faḍl Takbīrah al-U<lā, h.n. 241. 5663, (Hadis ini dikesan dalam kitab yang di-taḥqīq oleh
210 al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 3, hlm.16, al-Mundhirī, al- Fawwāz, sedangkan dalam cetakan yang di-taḥqīq oleh al-
Targhīb, jil. 1, hlm. 263. Ḥūt, ia tidak dikesan).
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
66

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


‫ يا رسول اهلل أقريب ربنا فنناجيه أم‬:‫فقال‬
Hadis riwayat al-Daylamī di atas dinilai
palsu oleh Ibn ‘Arrāq. Sedangkan Hadis yang ‫بعيد فنناديه؟ فنزلت هذه الآية «وإذا سألك‬
disebutkan al-Khūbawī lebih utama untuk dinilai
palsu, sebab ciri-ciri kepalsuannya lebih jelas.213
215
»‫عبادي عني فإني قريب‬
“Bahwasanya seorang a‘rābī (pedalaman)
Hadis 65 datang pada Nabi, lalu ia berkata: “Ya Rasūlallāh,
apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kita bisa
‫إنما مثل الصلاة كمثل نهر جار على باب‬ memanggilnya dengan berbisik-bisik, ataukah
‫أحدكم يغتسل فيه كل يوم خمس مرات هل‬ Dia jauh, sehingga kita harus menyeru-Nya?”
Maka turunlah ayat: “Jika hamba-Ku bertanya
‫ كذلك الصلاة‬:‫ قال‬.‫ لا‬:‫يبقى عليه وسخ؟ قالوا‬ tentang-Ku, maka sesungguhnya Aku dekat.”

.‫تغسل الذنوب‬ Takhrīj Hadis:


“Sesungguhnya perumpamaan shalat Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarī dalam
adalah seperti sebuah sungai yang mengalir di Tafsīr-nya dari Ibn Ḥumayd dari Jarīr dari ‘Abdah
depan pintu seorang di antara kamu, di mana al-Sajastānī dari al-Ṣalat bin al-Ḥakīm dari
ia mandi setiap harinya lima kali. Masih adakah bapaknya, dari kakeknya. al-Suyūṭī dalam al-
kotoran yang tersisa padanya?” Para sahabat Durr al-Manthūr menyebutkan bahwa Hadis ini
menjawab: “Tidak!” diriwayatkan oleh al-Ṭabarī, al-Baghawī dalam
Mu‘jam-nya, Ibn Abī Ḥātim, Abū al-Shaykh dan
Takhrīj Hadis: Ibn Mardiwayh. Semuanya melalui al-Ṣalat bin
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan al-Ḥakīm dari seorang Anṣār dari bapaknya, dari
Muslim dari Abū Hurayrah dengan lafaz sedikit kakeknya.216
berbeda.214
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Menurut Penulis, sanad Hadis ini ḍa‘īf,
sebab terdapat beberapa perawi yang tidak
dikenali, yaitu seorang dari Anṣār, bapaknya dan
kakeknya.
Bab 4
Pada sanad Ibn Jarīr, secara lahirnya tidak
Kelebihan Bulan Ramaḍān ada yang tidak dikenali. Tetapi sanad ini lemah,
Hadis dari no 66 sampai no 70 karena riwayatnya melalui Muḥammad bin
Ḥumayd al-Rāzī. Menurut banyak ulama, seperti
al-Bukhārī dan al-Nasā’ī, beliau lemah, bahkan
Hadis 66
telah dituduh pendusta oleh beberapa ulama
‫أن أعرابيا جاء إلى النبي صلى اهلل عليه وسلم‬
215 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 186.
213 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 123. 216 Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān
214 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Mawāqīt al-Ṣalāh, Bāb fī Tafsīr al-Qur’ān, Maṭba‘ah Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalabī,
al-Ṣalawāt al-Khams, h.n. 528; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al- Mīsr,1954, jil. 2, hlm. 158; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil.
Masājid, Bāb al-Mashy ilā al-Ṣalāh, h.n. 667. 1, hlm. 352.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
67

yang lain. Di samping itu, dalam kutub al-rijāl


ditemukan al-Ṣalat tidak meriwayatkan Hadis Hukum Hadis: Mawqūf ḍa‘īf.
dari bapaknya, dari kakeknya. Ini menguatkan Hadis ini dinilai ḍa‘īf oleh kebanyakan ulama,
alasan bahwa riwayat al-Ṭabarī itu salah.217 karena ia adalah Hadis mawqūf. Hadis ini bukan
perkataan Rasūlullāh Saw., tetapi perkataan
Hadis 67 ‘Umar bin al-Khaṭṭāb. al-Sakhāwī mengatakan,
yang mawqūf lebih menyerupai kebenaran. Ibn
‫ما من دعاء إلا بينه وبين السماء حجاب حتى‬ Qayyim menjelaskan lagi, bahwa yang mawqūf
lebih benar. Ibn ‘Asākir berkata: “Tidak ada Hadis
‫يصلي على النبي صلى اهلل عليه وسلم فإذا صلى‬ dalam bab ini yang marfū‘ sebagai perkataan
Rasūlullāh Saw.” Riwayat yang me-marfu‘-kan
‫ وإذا‬،‫عليه يخرق ذلك الحجاب ويدخل الدعاء‬
Hadis ini, yaitu riwayat Ibn ‘Arafah adalah ḍa‘īf,
.‫لم يفعل ذلك رجع دعاؤه‬ begitu juga riwayat Ibn al-Jawzī, karena seorang
perawinya, yaitu Ibrāhīm al-Wāsiṭī sangat ḍa‘īf.220
“Tidak ada satu doa pun, kecuali terhalangi
tabir antara doa itu dan langit, sampai orang
itu membaca shalawat Nabi. Bila ia telah Hadis 68
bershalawat padanya, maka tembuslah tabir itu,
‫سئل النبي صلى اهلل عليه وسلم عن فضائل‬
dan doa pun masuk. Dan bila ia tidak melakukan,
maka doanya kembali lagi.” ‫ يخرج المؤمن‬:‫التراويح في شهر رمضان فقال‬

Takhrīj Hadis: ‫ وفي ليلة‬،‫ذنبه في أول ليلة كيوم ولدته أمه‬


Hadis ini diriwayatkan secara mawqūf oleh
‫ وفي‬،‫ يغفر له ولأبويه إن كانا مؤمنين‬:‫الثانية‬
al-Tirmidhī dan beberapa perawi lainnya seperti
al-Baihaqī, al-Ṭabarānī dalam Mu‘jam al-Awsāṭ, ‫ ينادي ملك من تحت العرش‬:‫الليلة الثالثة‬
sebagaimana diisyaratkan oleh al-Sakhāwī.
Keduanya dari ‘Alī bin Abī Ṭālib. Sedangkan .‫استأنف العمل غفر اهلل ما تقدم من ذنبك‬
riwayat al-Tirmidhī adalah mawqūf pada ‘Umar
‫ له من الأجر مثل قراءة‬:‫وفي الليلة الرابعة‬
bin al-Khaṭṭāb.218
Hadis ini diriwayatkan juga secara marfū‘ ‫ وفي الليلة‬.‫التوراة والإنجيل والزبور والفرقان‬
oleh Ibn ‘Arafah dalam kitab Juzu’-nya dari ‘Alī
bin Abī Ṭālib sebagaimana yang diisyaratkan oleh ‫ أعطاه اهلل تعالى مثل من صلى في‬:‫الخامسة‬
al-Zabīdī, dan oleh Ibn al-Jawzī dalam al-‘Ilal dari
Ibn Mas‘ūd.219
‫المسجد الحرام ومسجد المدينة ومسجد‬

217 Lihat biografi Muḥammad bin Ḥumayd dalam al- bin Ya‘qūb al-Fayrūzabādī, al-Ṣalāh wa al-Bishār fī al-Ṣalāh
Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 25, hlm. 97-102. dan biografi al- ‘alā Khayr al-Bashar, Taḥ. Ibrāhīm bin Ismā‘īl al-‘Aṣr, Dār
Ṣalat bin al-Ḥākim dalam ‘Abd al-Raḥmān bin Muḥammad al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1985, hlm 59; Ibn al-Jawzī, al-
bin Abī Ḥātim al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, Maṭba‘ah Dā’irat ‘Ilal, jil. 2, hlm. 842, h.n. 1409.
al-Ma‘ārif al-‘Uthmāniyyah, al-Hind, 1953, jil. 4, hlm. 441. 220 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 321-322;
218 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Abwāb al-Ṣalāh, Bāb Muḥammad bin Abū Bakar Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Jalā’
Faḍl al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw., h.n. 486; al-Sakhāwī, al- al-Afhām fī al-Salāh wa al-Salām ‘alā Khayr al-Anām, Taḥ.
Qawl al-Badī‘, hlm. 321-322. Ṭāhā Yūsuf Shāhin, Dār al-Qalam, Bayrūt, 1977, hlm. 62-63;
219 al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 5, hlm. 42; Muḥammad Ibn al-Jawzi, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 842, h.n. 1409.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
68

Masjid Madīnah dan Masjid Aqṣā. Pada malam


‫ أعطاه اهلل تعالى‬:‫ وفي الليلة السادسة‬.‫الأقصى‬
keenam, Allāh memberinya pahala orang yang
‫ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له‬ berthawaf di Baytul Ma‘mūr dan dimohonkan
ampun oleh setiap batu dan cadas. Pada malam
‫ فكأنما‬:‫ وفي الليلة السابعة‬.‫كل حجر ومدر‬ ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi
Mūsā dan kemenangan atas Fir‘aun dan Hāmān.
‫أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون‬ Pada malam kedelapan, Allāh memberinya apa
‫ أعطاه اهلل ما أعطى‬:‫ وفي الليلة الثامنة‬.‫وهامن‬ yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrāhīm. Pada
malam kesembilan, seolah-olah ia menyembah
:‫ وفي الليلة التاسعة‬.‫إبراهيم عليه السلام‬ Allāh sebagaimana ibadah Nabi. Pada malam
kesepuluh, Allāh mengaruniainya kebaikan dunia
‫فكأنما عبد اهلل عبادة النبي صلى اهلل عليه‬ dan akhirat. Pada malam kesebelas, ia keluar
‫ يرزق اهلل تعالى خير‬:‫ وفي الليلة العشرة‬.‫وسلم‬ dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut
ibunya. Pada malam kedua belas, ia datang pada
‫ يخرج‬:‫ وفي الليلة الحادية عشرة‬.‫الدنيا والآخرة‬ hari Kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di
malam purnama. Pada malam ketiga belas, ia
‫ وفي الليلة‬.‫من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه‬ datang pada hari Kiamat dalam keadaan aman
‫ جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر‬:‫الثانية عشرة‬ dari setiap keburukan. Pada malam keempat
belas …… Pada malam ketiga puluh, Allāh
‫ جاء يوم‬:‫ وفي الليلة الثالثة عشرة‬.‫ليلة البدر‬ berfirman: “Wahai hamba-Ku, makanlah buah-
buahan surga, mandilah dari air Salsabīl, dan
‫ وفي الليلة الرابعة‬.‫القيامة آمنا من كل سوء‬ minumlah dari Kawthar. Akulah Tuhanmu dan
engkau hamba-Ku.”
‫ يقول اهلل‬:‫ وفي ليلة الثلاثين‬:‫ إلى قوله‬...:‫عشرة‬
‫ يا عبادي كل من ثمار الجنة واغتسل‬:‫تعالى‬ Takhrīj Hadis:
Penulis belum dapat menemukan perawi
‫من ماء السلسبيل واشرب من الكوثر أنا ربك‬ Hadis ini. Hadis ini juga tidak ditemukan di dalam
kitab mu‘tabar tentang Hadis-hadis keutamaan
.‫وأنت عبدي‬
amalan tertentu yang menyebutkan Hadis ini.
“Nabi ditanya tentang keutamaan-keuta­ al-Khūbawī sendiri mengutip Hadis ini dari kitab
maan tarawih di bulan Ramaḍān. Maka beliau Majālis.221
ber­sabda: “Malam pertama, dosa-dosa keluar
dari orang mukmin, seperti saat ia dilahir­kan oleh Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
ibunya. Pada malam kedua, ia diampuni, dan Meskipun Penulis belum menemukan
juga kedua orang tuanya, jika kedua­nya mukmin. perawi yang meriwayatkan Hadis ini, tetapi
Pada malam ketiga, seorang malaikat berseru di karena tanda-tanda kepalsuan Hadis ini sudah
bawah ‘Arash: “Mulailah beramal, semoga Allāh sangat jelas, maka Hadis ini dinilai palsu. Di
mengampuni dosamu yang telah lewat!” Pada antara tanda-tanda kepalsuan Hadis ini adalah
malam keempat, ia memperoleh pahala seperti adanya janji mendapatkan pahala seperti yang
pahala membaca Taurat, Injīl, Zabūr, dan al- dikerjakan oleh Nabi-nabi. Dalam hal ini Ibn
Furqān. Pada malam kelima, Allāh memberinya
pahala seperti orang yang shalat Masjidil Ḥarām, 221 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 20-21.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
69

Qayyim berkata: “Sepertinya si pendusta yang diisyaratkan terdapat dalam kitab Kanz al-
hina ini tidak mengetahui bahwa selain Nabi, ‘Ummāl karangan al-Hindī di atas.223
apabila ia shalat sepanjang umur Nabi Nūh a.s.,
ia tidak akan mendapatkan pahala seperti yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
didapatkan oleh seorang Nabi.”222 Meskipun Hadis ini tidak diketahui sanad-
Alasan yang kedua, Hadis ini begitu jelas nya, namun karena Hadis ini hanya diriwayatkan
me­nye­butkan dan memastikan pahala yang di­ oleh al-Daylamī, maka kaedah yang disebutkan
janji­kan­nya. Seandainya Hadis ini ṣaḥīḥ atau ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī dalam muqaddimah kitab al-Jāmi‘
saja, maka mustahil ulama-ulama Hadis seperti al-Kabīr berlaku untuk Hadis ini, yaitu jika ada
al-Maqdīsī, al-Mundhirī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī, al- satu Hadis hanya diriwayatkan oleh al-Daylamī
Munāwī dan lain-lainnya tidak me­nye­but­kan Hadis atau al-Khaṭīb dalam Tārīkh-nya atau Ibn ‘Asākir
ini dalam kitab-kitab mereka ketika mem­bahas dalam Tārīkh-nya saja, maka hal ini menunjukkan
tentang shalat tarawih. Ini me­nun­juk­kan dua bahwa Hadis itu ḍa‘īf.224
kemungkinan: Pertama, Hadis ini tidak di­ketahui
oleh mereka, maka Hadis ini boleh di­kata­kan Hadis 70
tidak mempunyai asal yang jelas (‫)ال أصل له‬. Kedua,
mereka mengetahui Hadis ini, tapi karena palsu, ‫كان النبي صلى اهلل عليه وسلم يعتكف العشر‬
maka mereka tidak me­nye­but­kan­nya sebagai dalil
kelebihan shalat tarawih. ‫ ثم اعتكف‬،‫الأخير من رمضان حتى توفاه اهلل‬
.‫أزواجه بعده‬
Hadis 69
“Nabi (selalu) melakukan i’tikaf pada sepuluh
‫من اعتكف إيمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من‬ malam yang terakhir dari bulan Ramaḍān,
sampai Allāh mewafatkannya. Kemudian istri-
.‫ذنبه‬ istri beliau beri’tikaf sesudahnya.”
“Siapa yang beri’tikaf karena iman dan
ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah Takhrīj Hadis:
lalu.” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari ‘Āishah.225
Takhrīj Hadis:
Hadis ini seperti yang disampaikan oleh al- Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hindī, diriwayatkan oleh al-Daylamī dari ‘Āishah.
al-Hindī sendiri mengutip dua lafaz dari riwayat
al-Daylamī. Salah satunya dengan tambahan
kata ‫ومن اعتكف فال يحرمن الكالم‬. Tetapi dalam 223 ‘Alā’ al-Dīn al-Muttaqī bin Hishām al-Dīn al-Hindī,
Kanz al-‘Ummāl fī Ma‘rifah Sunan al-Aqwāl wa al-Af‘āl,
kitab Musnad al-Daylamī yang telah tercetak,
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 8, hlm. 530 dan
Penulis tidak menemukan Hadis ini. Sedangkan 532; Muḥammad Sa‘īd Zaghlūl, Mawsū‘ah Aṭrāf al-Ḥadīth
dalam kitab Mawsū‘ah al-Aṭrāf, Hadis ini hanya al-Nabawī al-Sharīf, Dār ‘Ālam al-Turāth, Bayrūt, 1989, jil.
8, hlm. 112.
224 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr, jil. 1, hlm. 3.
222 ‘Umar Ḥasan Fallātah, al-Waḍ‘ fī al-Ḥadīth, 225 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-I‘tikāf, Bāb al-I‘tikāf fī
Maktabah al-Ghazālī, Dimashq, 1981, jil. 2, hlm. 72; Ibn al-‘Ashr al-Awā’il, h.n. 2026; Muslim, ṢaḤīḥ, Kitāb al-I‘tikāf,
Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 50. Bāb I‘tikāf al-‘Ashr al-Awā’il, h.n. 1172.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
70

Bab 5
Takhrīj Hadis:
Ketenteraman Hati
Hadis ini disebutkan oleh ‘Abd al-Raḥīm al-
dengan Menyaksikan Qāḍī dalam Daqā’iq al-Akhbār tanpa menyebut­
Kekuasaan Allāh Swt. kan sanad dan perawinya. al-Khūbawī mengutip­
Hadis dari no 71 sampai no 73 nya dari Mukāshafah al-Qulūb, namun Penulis
tidak menemukannya dalam versi kitab yang
sudah dicetak.227
Hadis 71 Hadis dengan makna seperti ini disebutkan
‫من كانت لأخيه عنده مظلمة من عرض أو‬ oleh al-Ṣāliḥī dalam Kanz al-Akbar sebagai per­
kataan Abū Samrah al-Nakha‘ī dengan lafaz: 228
‫مال فليطلب من المظلوم أن يهبها له أو‬
‫ قيل اسمـه عبد‬- ‫وذكر أبو سمرة النخعي‬
‫يستحل منه أو يقضى منه قبل أن يأخذ منه‬
‫اهلل بن عباس – أن منكـرا ونكيرا أتيا رجلا‬
.‫خصماؤه يوم لا يوجد دينار ولا درهم‬
‫ فقال‬.‫ إنا ضاربوك مائة ضربة‬:‫إلى قبره وقالا‬
“Siapa yang pernah menganiaya saudara­
nya mengenai kehormatan atau harta, maka hen­ ‫ وتشفع ببعض‬.‫ إني كنت كذا وكذا‬:‫الميت‬
daklah ia meminta pada orang yang ter­aniaya itu
‫ ثم لم‬،‫أعماله الصالحة حتى حطا عنه عشرا‬
agar menyerahkan padanya atau meng­halal­kan
untuknya atau membalas kepadanya sebelum ia ‫يزل يتـشـفع حتى حطا الجميع إلا شربة‬
dibalas oleh seteru-seterunya pada hari di mana
tidak terdapat dinar atau dirham.” ‫فضرباه ضربة فالـتـهـبت القبر عليه نارا‬

Takhrīj Hadis:
‫ مررت بمظلوم‬:‫لما ضربتماني؟ قال‬:‫فـقال‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari .‫فاستغاث بك فلم تغثه‬
Abū Hurayrah.226
Hukum Hadis:
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan
kesahihannya. Namun seperti yang akan di­
rumuskan pada bab kesimpulan, Hadis dengan
Hadis 72
riwayat seperti ini lebih mendekati palsu.
‫من رأى مظلوما فاستغاث به فلم يغثه ضرب‬
Hadis 73
.‫في قبره مائة سوط من نار‬
“Siapa yang melihat orang teraniaya, lalu
orang itu meminta tolong kepadanya, namun ia 227 ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī, Daqā’iq al-Akhbār fī Dhikr
tidak menolongnya, maka ia akan dipukul dalam al-Jannah wa al-Nār, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
kuburnya seratus kali deraan cemeti dari api.” 1984, hlm. 28; al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 24.
228 ‘Abd al-Raḥmān bin Abī Dāwud al-Ṣāliḥī, al-Kanz
al-Kabīr fī al-Amr bi al-Ma‘ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar,
226 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb Man Maktabah Nizār Muṣṭafā al-Bāz, Makkah, 1997, jil. 1, hlm.
Kānat Lahū MaẒlamah ‘Inda al-Rajul, h.n. 2449. 163.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
71

‫من زنى بامرأة مسلمة أو غير مسلمة حرة كانت‬


Hadis 74
‫أو أمة فمات بغير توبة فتح اهلل له في قبره‬
.‫بارك اهلل فيما أمسكت وفيما أعطيت‬
،‫ثلاثمائة باب من نار يعذب فيه إلى يوم القيامة‬
“Semoga Allāh memberkahi pada apa yang
.‫فإذا كان يوم القيامة يدخل النار مع الداخلين‬ kamu tahan dan apa yang kamu berikan.”

“Siapa berzina dengan seorang wanita


Takhrīj Hadis:
muslimat atau bukan muslimat, baik wanita
Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh
merdeka ataupun hamba sahaya, lalu ia mati
al-Haythamī dan Ibn Ḥajar, diriwayatkan oleh
sebelum bertaubat, maka Allāh membukakan
al-Bazzār dari Abū Hurayrah melalui Ṭālūt bin
baginya dalam kuburnya tiga ratus pintu dari
‘Ubbād. al-Bazzār, Ibn Abī Ḥātim, al-Ṭabarānī dan
api, di mana ia diazab sampai hari Kiamat. Lalu
Ibn Mardiwayh meriwayatkannya juga melalui
bila tiba hari Kiamat, ia masuk ke dalam neraka
jalur yang berbeda dari Abū ‘Awānah secara
bersama orang-orang lain yang memasukinya.”
mursal. al-Ṭabarānī dan Ibn Abī Ḥātim melalui
jalur yang berbeda pula, meriwayatkan dari
Takhrīj Hadis:
‘Ikrimah dengan makna yang sama. al-Ṭabarī juga
Hadis ini menurut al-Suyūṭī diriwayatkan
meriwayatkan Hadis dengan makna yang sama
oleh al-Ḥarith bin Uthāmah dalam Musnad-nya,
dari Ibn ‘Abbās melalui beberapa jalur.
dan dari beliau Dāwud bin al-Muḥabbar me­
Selain itu, al-Ṭabarī meriwayatkan Hadis ini
riwayat­kan Hadis ini.229
dari Mujāhid dan Qatādah secara mursal. al-
Ṭabarānī juga meriwayatkan dengan makna yang
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
hampir sama sebagai perkataan al-Zuhrī.231
Hadis ini dinilai palsu oleh banyak ulama
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Shāshī
seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī dan Ibn
dalam Musnad-nya, dari Ibn Mas‘ūd secara
‘Arrāq. Penyebabnya salah seorang perawi sanad
mawqūf. Pada sanad-nya terdapat Khālid bin
Hadis ini, Maysarah bin ‘Abd Rabbuh, dituduh
Makhlad dan Mūsā bin Ya‘qūb. Keduanya ḍa‘īf.232
sebagai pemalsu Hadis.230

Hukum Hadis: Ḥasan.


Dalam sanad riwayat yang marfū‘ terdapat
Bab 6 Ṭālūt. al-Haythamī mengatakan, bahwa beliau
Kelebihan Memberi Sedekah di thiqah menurut al-‘Ijlī, Abū Haythamah dan Ibn
Ḥibbān. Ia ḍa‘īf menurut Shu‘bah. al-Dhahabī
Jalan Allāh Swt.
mengatakan beliau belum menemukan ulama
Hadis dari no 74 sampai no 92

231 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 32;


229 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 191. al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 3, hlm. 51, h.n. 2216; Ibn
230 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm. 108-109; Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 8, hlm. 332.
al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 191; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al- 232 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 32;
Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 338-339. Lihat juga biografi Maysarah al-Haytham bin Kulayb al-Shāshī, Musnad, Maktabah al-
bin ‘Abd Rabbuh dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, ‘Ulūm wa al-Ḥikam, al-Madīnah al-Munawwarah, 1990. h.n.
hlm. 230-232. 413-414.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
72

yang men-ḍa‘īf-kannya, kecuali Ibn al-Jawzī yang Wahhāb bin Mujāhid dari bapaknya dari Ibn
secara kurang teliti mengatakan bahwa beliau ‘Abbās. al-Khūbawī mengutipnya dari Tafsīr Abū
ḍa‘īf menurut ulama-ulama Hadis. Mengikut al-Layth. Dalam tafsir tersebut, Abū al-Layth
pendapat Abū Ḥātim, ia adalah rawi yang ṣadūq menyebutkannya sebagai perkataan al-Kalbī.235
(jujur). Jadi sanad ini dapat dinilai ḥasan.233
Menurut Penulis, riwayat-riwayat lain yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
mursal, karena banyak diriwayatkan melalui Dalam sanad Hadis ini terdapat ‘Abd al-
beragam jalur periwatan dari beberapa tābi‘īn, Wahhāb bin Mujāhid al-Makkī. Wakī‘ berkata
begitu pula terdapat shawāhid seperti Hadis Ibn bahwa ia tidak mendengar dari bapaknya.
‘Abbās, maka Hadis ini bisa dikategorikan ṣaḥīḥ Menurut Yaḥyā, ia adalah periwayat yang Hadis­
lighayrih. nya tidak boleh dicatat. Mengikut pendapat
Aḥmad, ia adalah rawi yang lemah. al-Nasā’ī juga
Hadis 75 menyatakan bahwa ia adalah rawi yang tidak
thiqqah. Ibn Ḥajar mengatakan bahwa ia matrūk
‫نزلت هذه الآية “الذين ينفقون أموالهم بالليل‬ dan al-Thawrī menuduhnya sebagai pendusta.
Jadi, sanad ini sangat ḍa‘īf.236
‫في شأن علي بن أبي طالب‬ 234
”‫ إلخ‬..‫والنهار‬ Ibn Kathīr setelah mengatakan bahwa sanad
di atas ḍa‘īf, menambahkan bahwa Hadis ini
‫ فلما‬،‫كانت له أربعة دراهم ولم يملك غيرها‬
telah di­riwayatkan oleh Ibn Mardiwayh melalui
‫نزل التحريض على الصدقة تصدق بدرهم‬ jalan berbeda dari Ibn ‘Abbās.237 Secara lahirnya,
Ibn Kathīr menguatkan riwayat yang asal dengan
‫بالليل وبدرهم بالنهار وبدرهم في السر وبدرهم‬ riwayat Ibn Mardiwayh ini. Karena itu, Hadis ini
dapat dinilai ḍa‘īf.
.‫ فنزلت هذه الآية‬،‫في العلانية‬
“Ayat ini turun tentang ‘Alī bin Abī Ṭālib. Ia Hadis 76
mem­punyai empat dirham dan tidak punya lain­
nya. Namun, tatkala turun perintah supaya ber­ ‫إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي‬
sedekah, ia bersedekah sedirham pada waktu
malam, sedirham di waktu siang, sedirham
dalam rahasia, dan sedirham lagi dalam terang-
235 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 1, 642; ‘Alī bin
terangan.” Maka turunlah ayat ini.” Aḥmad al-Wāḥidī, al-Wasīṭ fī Tafsīr al-Qur’ān, Taḥ. ‘Ādil
Aḥmad, ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ, Dr. Aḥmad Mīrah,
Takhrīj Hadis: Dr. Aḥmad ‘Abd al-Ghanī dan Dr. ‘Abd al-Raḥmān Uways,
Maktabah Dār al-Bāz, Makkah, 1994, jil. 1, hlm. 234; al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Wāḥidī, dan Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 26; Abū al-Layth Naṣr
seperti yang dikatakan oleh al-Suyūṭī, diriwayat­ bin Muḥammad al-Samarqandī, Tafsīr al-Samarqandī al-
kan juga oleh ‘Abd al-Razzāq, ‘Abd bin Ḥumayd, Musammā Baḥr al-‘Ulūm, Taḥ. ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ,
‘Ādil Aḥmad ‘Abd al-Mawjūd dan Zakariyyā ‘Abd al-Majīd al-
Ibn Jarīr, Ibn Mundhir, Ibn Abī Ḥātim, al-Ṭabarānī
Nūtī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1993, jil. 1, hlm. 234.
dan Ibn ‘Asākir. Kesemuanya melalui ‘Abd al- 236 al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 18, hlm. 516-518;
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 682; Ibn Ḥajar, Taqrīb
al-Tahdhīb, hlm. 368.
233 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 32; 237 Ismā‘īl bin Kathīr al-Dimashqī, Tafsīr al-Qur’ān al-
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 156. ‘Aẓīm, Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, Bayrūt, 1969, jil. 1, hlm.
234 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 274. 469.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
73

.‫صلاة‬ ‫ نعم‬:‫من خلقك شيئ أشد من الحديد؟ قال‬


“Sesungguhnya orang yang paling dekat ‫ يا رب هل من خلقك شيئ أشد‬:‫ فقالوا‬.‫النار‬
denganku pada hari Kiamat adalah orang yang
paling banyak membaca shalawat kepadaku.” ‫ يا رب هل من‬:‫ فقالوا‬.‫ نعم الماء‬:‫من النار؟ قال‬
‫ نعم ابن آدم‬:‫خلقك شيئ أشد من الماء؟ قال‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini sama dengan Hadis ke 11. ‫يتصدق صدقة بيمينه يخفيها عن شماله فهو‬
Hukum Hadis: Ḥasan. .‫أشد منه‬
“Tatkala Allāh telah menciptakan bumi dan
Hadis 77 ia pun bergerak-gerak, maka Allāh menciptakan
gunung-gunung. Gunung-gunung itu Dia
‫ما من دعاء إلا بينه وبين اهلل حجاب حتى‬ letakkan di atasnya, sehingga ia pun tenang.
‫ فإذا فعل ذلك خرق‬،‫يصلي صاحبه على محمد‬ Maka terheran-heranlah para malaikat dan
berkata: “Ya Tuhanku, apakah ada di antara
.‫الحجاب واستجيب له الدعاء‬ makhluk-Mu sesuatu yang lebih hebat dari
gunung ini?” Allāh menjawab: “Ya, besi.” Maka
“Tidak ada satu doa pun kecuali dihalangi
para Malaikat bertanya: “Ya Tuhanku, apakah
oleh suatu tabir antara ia dan Allāh, sampai
ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat lagi
orang yang berdoa itu membaca shalawat pada
dari besi?” “Ya, api,” jawab Allāh. Para malaikat
Nabi Muḥammad. Bila ia telah melakukannya,
bertanya pula: “Ya Tuhanku, apakah ada di
maka tembuslah tabir itu dan dikabulkanlah
antara makhluk-Mu sesuatu yang lebih hebat
doanya.”
dari api?” “Ya, air,” jawab Allāh. Para malaikat
bertanya pula, “Ya Tuhanku, apakah ada di
Takhrīj Hadis:
antara makhluk-Mu sesuatu yang lebih hebat
Hadis ini sama dengan Hadis ke 67. Per­
lagi dari air?” “Ya,” jawab Allāh, “Anak Adam
bedaannya hanya dari segi lafaznya. Dalam
‫ن‬ yang mengeluarkan sedekah dengan tangan
riwayat ini digunakan lafaz ‫وب� هللا‬
‫ ي‬sebagai ganti
‫ن‬ kanannya seraya menyembunyikannya dari
dari ‫وب� السماء‬
‫ ي‬. tangan kirinya, ialah yang lebih hebat dari air.”

Hukum Hadis: Ḍa‘īf.


Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Hadis 78 Aḥmad dan lain-lain yang semuanya melalui
Sulaymān bin Abī Sulaymān, dari Anas bin Mālik.238
‫لما خلق اهلل تعالى الأرض تحركت خلق الجبال‬
‫فوضعها عليها فاستقرت فتعجب الملائكة‬ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī menilai Hadis ini gharīb.
‫ يا رب هل من خلقك شيئ أشد من‬:‫وقالوا‬
238 al-Tirmidhī, Sunan, Titāb Tafsīr al-Qur’ān, Bāb
‫ يا رب هل‬:‫ فقالوا‬.‫ نعم الحديد‬:‫الجبال؟ قال‬ (tanpa judul no. 59), h.n. 3369; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm
124.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
74

Sanad Hadis ini tidak dikenali kecuali dari jalur


peirwayatan di atas. al-Mundhirī dalam al- Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Targhīb juga mengisyaratkan ke-ḍa‘īf-an Hadis Hadis ini telah dinilai ṣaḥīḥ oleh Ibn Ḥibbān,
ini dengan menggunakan lafaz ‫روي‬. Penyebabnya al-Ḥākim, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan lain-lain.242
karena salah seorang perawi dalam sanad Hadis
ini, yaitu Sulaymān bin Abī Sulaymān, dinilai Hadis 81
sebagai perawi yang tidak dikenali.239
‫الصدقة إذا خرجت من يد صاحبها تكلمت‬
Hadis 79 ‫ وكنت‬،‫ كنت صغيرة فكبرتني‬:‫بخمس كلمات‬
.‫إن اهلل طيب لا يقبل إلا الطيب‬ ‫ كنت عدوا‬،‫حارسي فالآن صرت حارسك‬
“Sesungguhnya Allāh itu Maha Baik. Ia tidak
‫ وكنت‬،‫ وكنت فانية فأبقيتني‬،‫فأحببتني‬
menerima selain yang baik.”
.‫قليلة فكثرتني‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū “Apabila sedekah itu telah keluar dari
Hurayrah.240 tangan pemberinya, maka ia berbicara dengan
lima perkataan. Pertama, aku asalnya kecil,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. lalu engkau besarkan aku. Kedua, dulu engkau
yang menjaga aku, dan sekarang akulah yang
menjaga engkau. Ketiga, dulu aku musuh, lalu
Hadis 80
engkau jadikan aku kekasih. Keempat, dulu aku
.‫سبق درهم على مائة ألف درهم‬ menjadi barang yang fana, lalu engkau jadikan
aku kekal. Kelima, dulu aku sedikit, lalu engkau
“Satu dirham mengungguli seratus ribu jadikan aku banyak.”
dirham.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis: Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasā’ī, Hadis ini disebutkan oleh al-Fārayābī dalam
Ibn Ḥibbān, al-Ḥakim dan lain-lain dari Abū Khāliṣah al-Ḥaqā’iq tanpa menyebutkan sanad
Hurayrah.241 ataupun mengisyaratkan perawinya. al-Khūbawī
secara lahirnya tidak menyebutkan sumbernya.243
239 al-Tirmidhī, Sunan, Titāb Tafsīr al-Qur’ān, Bāb
(tanpa judul no. 59), h.n. 3369; al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
2, hlm. 30; lihat juga biografi Sulaymān bin Abī Sulaymān Hadis ini tidak ditemukan perawinya. al-
dalam Tahdhīb al-Kamāl, jil. 11, hlm. 442-443.
240 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣadaqah, Bāb Qabūl al-
Ṣadaqah, h.n. 1015.
241 Aḥmad bin Shu‘ayb al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, 242 Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ṣadaqah
Suntingan ‘Abd al-Fattāḥ Abū Ghuddah, Dār al-Bashā’ir, al-Taṭawwu‘, h.n. 3336, al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-
Bayrūt, 1988, Kitāb al-Zakāh, Bāb Juhd al-Muqil, h.n. 2525- Zakāh, Bāb Sabaqa Dirham, jil 1, hlm 416; al-Munāwī, Fayḍ
2526; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ṣadaqah al-Qadīr, jil. 4, hlm. 92.
al-Taṭawwu‘, h.n. 3336; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al- 243 al-Fārayābī, Khālisah al-Haqā’iq, hlm. 23; al-
Zakāh, Bāb Sabaqa Dirham, jil. 1, hlm. 416. Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 26.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
75

Khūbawī tidak menyebutkan sumber rujukannya. Ṭabarī dari Ibn ‘Umar. al-Zabīdī menambahkan
Selain itu, lafaz matannya tidak menyerupai bahwa Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Nasā’ī,
sabda Rasūlullāh Saw. atau yang dikenali dengan al-Baihaqī dan al-Kharā‘īṭī dalam Makārim al-
istilah lā yushbih kalām al-anbiyā’. Karena itu, Akhāq, semuanya dengan lafaz:
Hadis ini dinilai palsu.
‫ وسقاه حتى‬،‫من أطعم أخاه خبزا حتى يشبعه‬
Hadis 82 ‫ بعد‬،‫يرويه بعده اهلل عن النار سبع خنادق‬
‫ما من مسلم يطعم أخاه حتى يشبعه ويسقيه‬ 244
‫مابين خندقين مسيرة خمسمائة سنة‬
‫حتى يرويه إلا بعده اهلل تعالى من النار وجعل‬ “Siapa memberi makan saudaranya se­
potong roti sampai ia kenyang, dan mem­beri­nya
‫بينه وبينها سبعة خنادق بين كل خندقين‬ minum sampai ia hilang hausnya, maka Allāh
akan menjauhkannya dari api neraka sebanyak
‫خمسمائة عام ونادت جهنم يا رب ائذن لي‬
tujuh jurang. Jarak antara satu jurang dan jurang
‫بالسجود شكرا لك فقد أردت أن تعتق أحدا‬ lainnya sama dengan perjalanan 500 tahun.”

‫من أمة محمد من عذابي لأني كنت أستحي من‬ Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf, munkar dengan
lafaz ini.
‫محمد أن أعذب المتصدق من أمته فلا بد لي‬
al-‘Irāqī berkata bahwa Ibn Ḥibbān me­
‫ ثم أمر اهلل تعالى ليدخل الجنة‬،‫من طاعتك‬ ngata­kan, Hadis ini bukan sabda Rasūlullāh Saw.
al-Dhahabī berkata: gharīb munkar.245 al-Ḥākim
.‫المتصدق بلقمة خبز أو بقبضة تمرة‬ dalam al-Mustadrak-nya telah men-ṣaḥīḥ-kan
sanad Hadis ini dan al-Dhahabī menyetujuinya.
“Tidak seorang muslim pun yang memberi
Maka sebab Hadis ini di-ḍa‘īf-kan adalah karena
makan saudaranya sampai kenyang, dan mem­
matan Hadisnya yang gharīb seperti yang tampak
beri­nya minum sampai puas, kecuali Allāh men­
dari perkataan Ibn Ḥibbān. Sedangkan lafaz yang
jauhkannya dari neraka, dan menjadikan antara
disebutkan al-Khūbawī lebih gharīb dari lafaz
ia dan neraka itu tujuh jurang, yang antara
al-Ḥākim dan lain-lainnya. Bahkan potongan
tiap-tiap dua jurang sejauh perjalanan lima
terakhirnya bermula dari kata-kata .. ‫ونادت جهنم‬
ratus tahun. Dan berserulah Jahannam: “Ya
‫ إلخ‬, lebih menyerupai penambahan dari perawi
Tuhanku, izinkanlah aku bersujud, karena rasa
Hadis ini dari kalangan pemberi nasihat. 246
terima kasih kepada-Mu. Sesungguhnya aku
ingin agar Engkau membebaskan seseorang dari
umat Muḥamamd dari azabku. Karena aku malu Hadis 83
kepada Muḥammad untuk menyiksa orang yang
bersedekah di antara umatnya. Padahal, aku taat
244 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb
kepada-Mu.” Kemudian Allāh memerintahkan
Faḍīlah Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, jil. 4, hlm. 129; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-
supaya masuk surga orang yang bersedekah Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, hlm. 233.
dengan sesuap roti atau segenggam kurma.” 245 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, hlm.
233.
246 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 12; al-Ḥākim, al-
Takhrīj Hadis: Mustadrak, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Faḍīlah Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, jil.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim, al- 4, hlm. 129; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 129.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
76

putriku, semasa di dunia aku adalah wanita yang


‫أن امرأة أتت إلى النبي صلى اهلل عليه وسلم‬
pelit. Dan ini adalah tempat orang-orang pelit
‫ يا نبي اهلل‬:‫ فقالت‬،‫وقد يبست يدها اليمنى‬ (bakhīl).” ….. Tatkala Nabi mendengar perkataan
wanita itu, maka beliau letakkan tongkatnya
‫ فقال لها النبي‬،‫ادعو اهلل حتى يصلح يدي‬ pada tangannya. Maka tangan itu pun menjadi
sehat kembali, dan sembuh seperti sedia kala.”
:‫ أيبس يدك؟ فقالت‬:‫صلى اهلل عليه وسلم‬
‫رأيت في المنام قد قامت القيامة والجحيم‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
‫سعرت والجنة أزلفت فرأيت في نار جهنم‬ al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.247

‫والدتي في يدها قطعة من الشحم وفي الآخر‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


‫ مالك‬:‫ فقلت‬.‫خرقة صغيرة تنل بهما النار‬ Hadis ini tidak ditemukan perawinya. al-
Khūbawī sendiri tidak menyebutkan sumber
‫أراك في هذا الوادي وكنت مطيعة لربك‬ rujukan Hadis ini. Kemungkinan Hadis ini
karangan tukang cerita yang banyak sekali mem­
‫ يا ابنتي كنت في‬:‫وراضيا عنك زوجك؟ قالت‬ buat Hadis-hadis palsu. Hadis ini dinilai palsu,
:‫ إلى قوله‬... ‫الدنيا بخيلة وهذا الموضع للبخلاء‬ karena tidak dikenali sumbernya.

‫فلما سمع النبي صلى اهلل عليه وسلم قولها رفع‬ Hadis 84
‫ إلهي بحق الرأيا التي‬:‫عصاه على يدها فقال‬ ‫السخاء شجرة في الجنة أغصانها متدليات في‬
.‫ فصارت كما كانت‬.‫حكت اصلح يدها‬ .‫ فمن أخذ غصنا منها قاده إلى الجنة‬،‫الدنيا‬
“Sesungguhnya seorang wanita telah
‫والبخيل شجرة في النار أغصانها متدليات في‬
datang kepada Nabi, sedang tangan yang
kanan telah lunglai. Wanita itu berkata: “Wahai .‫ فمن أخذ غصنا منها قاده إلى النار‬،‫الدنيا‬
Nabi Allāh, berdoalah kepada Allāh, sehingga
Dia memperbaiki tanganku.” Nabi bertanya “Kedermawanan itu sebatang pohon dalam
kepadanya: “Apa yang membuat tanganmu surga, yang dahan-dahannya menjuntai ke
lunglai?” Jawab wanita itu: “Saya bermimpi dunia. Siapa mengambil salah satu di antaranya,
seolah-olah Kiamat telah terjadi, neraka telah maka dahan itu akan membimbingnya ke surga.
dinyalakan, dan surga telah didekatkan. Tiba-tiba Dan kekikiran itu sebatang pohon dalam neraka,
saya melihat ibuku berada di neraka Jahannam, yang dahan-dahannya menjuntai ke dunia. Siapa
sedang tangannya memegang sepotong lilin yang mengambil salah satu di antaranya, maka
dan tangannya yang lain memegang secarik dahan itu akan membimbingnya ke neraka.”
kain yang kecil. Dengan kedua benda itu ia
melindungi dirinya dari api neraka. Maka saya Takhrīj Hadis:
bertanya: “Kenapakah saya melihat engkau Hadis ini disebutkan al-Ghazālī dalam al-
berada di lembah ini, padahal engkau dulu Iḥyā’. al-‘Irāqī dalam takhrīj Hadis-hadis al-Iḥyā’
taat kepada Tuhanmu, sementara suamimu
pun rela kepadamu?” Jawab ibuku: “Wahai 247 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 27.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
77

mengatakan, Hadis ini diriwayatkan Ibn Ḥibbān lain­nya, perawinya hanya setingkat ḍa‘īf, tidak
dalam al-Majrūḥīn, Ibn ‘Adiy dalam al-Kāmil dan sampai ke level pemalsu atau pendusta Hadis.
al-Dāraquṭnī dalam al-Mustajiddāt. Semuanya Maka Hadis ini dapat dikategorikan sebagai
dari Abū Hurayrah. Juga diriwayatkan oleh Abū ḍa‘īf.251
Nu‘aym dari Jābir. Semua sanad di atas ḍa‘īf.
Hadis ini juga telah diriwayatkan Ibn al-Jawzī Hadis 85
dalam al-Mawḍū‘āt dari sahabat-sahabat di atas,
juga dari al-Ḥusayn dan Abī Sa‘īd.248 ‫ والبخيل بعيد‬،‫السخي قريب إلى الحق والخلق‬
Hadis ini juga diriwayatkan Khaṭīb al-
Baghdadī dari Jābir. Tetapi Hadis ini diriwayatkan .‫من الحق والخلق‬
melalui jalan yang sama yaitu ‘Āṣim bin ‘Abdillāh. “Orang dermawan itu dekat \pada Allāh dan
al-Baihaqī juga telah meriwayatkannya dalam al- makhluk-Nya; dan orang yang pelit itu jauh dari
Shu‘ab dari al-Ḥusayn dan Abū Hurayrah. Namun Allāh dan makhluk-Nya.”
sanad-nya sama dengan sanad yang dituduh Ibn
al-Jawzī, yaitu palsu.249 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. melalui Sa‘īd bin Muḥammad dari Yaḥyā bin
Hadis ini telah dinilai palsu oleh Ibn al-Jawzī. Sa‘īd dari al-A‘raj dari Abū Hurayrah. al-Baihaqī
Tetapi ditolak oleh beberapa ulama, seperti al- meriwayatkan juga dalam Shu‘ab al-Īmān
‘Irāqī, al-Suyūṭī, Ibn ‘Arrāq, al-Shawkanī dan lain- melalui jalan ini, juga dari ‘Ā’ishah, Jābir dan Ibn
lain. Mereka hanya mengatakan bahwa Hadis ini Mas‘ūd, semuanya secara marfū‘. Tetapi semua
ḍa‘īf. Bahkan dalam al-Jāmi‘ al-Saghīr, al-Suyūṭī jalannya beliau hukumkan ḍa‘īf. al-Khaṭīb juga
menilainya ḥasan. al-Munāwī mengingatkan meriwayatkan dalam kitab al-Bukhalā’ dari Abū
bahwa Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh al-‘Irāqī Hurayrah melalui dua jalur. Tetapi dalam kedua
dan palsu oleh Ibn al-Jawzī.250 sanad-nya terdapat Muḥammad al-Warrāq. al-
Alasan penolakan mereka karena Hadis ini Haythamī mengatakan bahwa Hadis ini juga
mempunyai beberapa jalur periwayatan. Meski­ diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsāṭ.
pun pada beberapa jalur periwayatan tersebut Ibn al-Jawzī meriwayatkannya juga dari Anas bin
ter­dapat perawi yang dituduh pendusta, sehingga Mālik dan sahabat-sahabat di atas.252
hal ini meng­akibatkan Hadisnya dikategorikan
palsu, tetapi pada beberapa jalur periwayatan Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī berkata: Hadis ini gharīb. Kami
248 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 3, hlm 302-303; al-‘Irāqī, tidak mengetahuinya dari Hadis Yaḥyā bin Sa‘īd
al-Mughnī, jil. 3, hlm. 303.
249 al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 4, hlm. 137. al-
Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 434-435, h.n. 1875 dan 251 Ibid.
1877. 252 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Bir wa al-Ṣilah, Bāb
250 Ibn al-Jawzī, al-Mawdū‘āt, jil. 2, hlm. 182-183; Mā Jā’a fī al-Sakhā’, h.n. 1961; al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān,
al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 303; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. jil. 7, hlm. 427-428, h.n. 10843-10851; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-
2, hlm. 93; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 38; al- Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm, 730-731; Abū Bakar Aḥmad
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 138; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh bin ‘Alī al-Khaṭīb al-Baghdādī, al-Bukhalā’, Taḥ. Maḥmūd
al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 139; al-Shawkānī, al-Fawā’id al- Ibrāhīm Salīm, Maktabah Ibn Sinā, al-Qāhirah, t.th., hlm.
Majmū‘ah, hlm.78; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 525; 36-38, h.n. 1; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm.
al-Zabīdī, al-Ittiḥāf, jil. 9, hlm 720. 127-128; Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 180-182.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
78

dari al-A‘raj dari Abū Hurayrah, kecuali dari berarti bahwa Hadis ini palsu, karena al-thābit
riwayat Sa‘īd bin Muḥammad. Yang betul adalah mencakup Hadis ṣaḥīḥ dan ḍa‘īf. Hadis ini ḍa‘īf.
yang diriwayatkan dari Yaḥyā bin Sa‘īd dari Maka menilai Hadis ini palsu bukanlah hukuman
‘Ā’ishah secara mursal.253 yang baik ”.257
Sa‘īd bin Muḥammad al-Warrāq menurut Alasan ketiga, al-Tirmidhī dan lain-lainnya
al-Bukhārī, al-Baihaqī, Ibn Sa‘ad, Ibn Ḥajar dan menduga bahwa Sa‘īd telah bersendirian dalam
beberapa ulama lain adalah ḍa‘īf, mengikut meriwayatkan Hadis ini dari Yaḥyā bin Sa‘īd
pendapat al-Dāraquṭnī, ia adalah perawi yang dengan sanad seperti di atas adalah kurang
matrūk. Ibn ‘Adiy berkata: Saya berharap bahwa tepat, karena Ibn ‘Arrāq menemukan bahwa Sa‘īd
ia adalah rawi yang Hadisnya tidak ditinggalkan.254 telah diikuti oleh ‘Abd ‘Azīz bin Abī Ḥāzim yang
Mengenai riwayat dari ‘Ā’ishah, semuanya diriwayatkan oleh al-Daylamī. Begitu juga Hadis
adalah ḍa‘īf. Demikian pula Hadis yang diriwayat­ ‘Ā’ishah, al-Baihaqī telah meriwayatkannya dari
kan oleh al-Khaṭīb ataupun Ibn al-Jawzī, karena jalan Sa‘īd bin Maslamah dan Talīd bin Sulaymān.
dalam sanad mereka ada perawi yang ḍa‘īf. Meskipun keduanya ḍa‘īf, tapi ia dapat menjadi
Begitu pula riwayat dari Anas bin Mālik.255 bukti bahwa Hadis ini bukan palsu. Bahkan bisa
Hadis ini meskipun dinilai palsu oleh Ibn al- naik menjadi ḥasan.258
Jawzī dalam al-Mawḍū‘āt, kemudian diikuti oleh Penulis berpendapat bahwa Hadis ini belum
‘Alī al-Qārī, tetapi penilaian tersebut dibantah bisa menjadi Ḥasan lighayrih, karena sanad asal
beberapa ulama dengan alasan bahwa Hadis adalah ḍa‘īf, bahkan sangat ḍaī‘f, dan sanad yang
ini telah diriwayatkan al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān akan dijadikan penguatnya juga ḍa‘īf, maka ia
dan al-Baihaqī dari jalan seperti yang disebut di tetap menjadi ḍa‘īf seperti hukuman beberapa
atas. Adapun Sa‘īd bin Muḥammad al-Warrāq, ulama semisal al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān, al-Baihaqī,
sekalipun ia ḍa‘īf, tetapi ia tidak sampai dituduh al-Mundhirī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan
pendusta atau pembuat Hadis palsu. Maka lain-lain terhadap Hadis ini.259
Hadisnya menjadi ḍa‘īf.256
Alasan kedua adalah apa yang dikatakan Hadis 86
oleh Ibn Ḥajar.
“Alasan Ibn al-Jawzī mengkategorikan Hadis .‫البخيل لا يدخل الجنة ولو كان زاهدا‬
ini palsu dengan dalil kata-kata al-Dāraquṭnī;
“Orang yang pelit tidak akan masuk surga,
Hadis ini mempunyai banyak jalan, tetapi tidak
sekalipun ia orang yang zuhud.”
ada satupun yang thābit”. Perkataan ini tidak

Takhrīj Hadis:
253 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Bir wa al-Ṣilah, Bāb Hadis ini disebutkan oleh ‘Alī al-Qārī dalam
Mā Jā’a fī al-Sakhā’, h.n. 1961. al-Asrār al-Marfū‘ah yang kemudian diikuti oleh
254 Lihat biografi al-Warrāq dalam al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 156-157; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
al-‘Ajlūnī dalam Kashf al-Khafā’ dengan lafaz
hlm. 239.
255 Lihat Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm.
139. 257 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 239,
256 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 180-182; h.n. 557; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm.
‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 483; al-Sakhāwī, al- 730-731. al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 450, h.n. 1468.
Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 239, h.n. 557; al-Zabīdī, Ittiḥāf 258 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 139.
al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm, 730-731; al-Rāzī, ‘Ilal, jil. 2, 259 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 38; al-
hlm. 283-284, h.n. 2352-2353. Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 139.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
79

‫البخيل ال يدخل الجنة ولو كان عابدا‬. al-Sakhāwī dalam Daqā’iq al-Akhbār seperti disebutkan di atas.
Maqāṣid al-Ḥasanah menyebutkannya dengan Hadis ini juga tidak ditemukan dalam kitab khusus
lafaz lain yaitu ‫ البخيل عدو هللا ولوكان راهبا‬. Semuanya yang membahas penghormatan pada para tamu,
tanpa menyebutkan perawi Hadis ini.260 yaitu al-Ināfah dan al-Karam wa al-Jūd. Hal ini
menunjukkan Hadis ini tidak dikenali oleh ulama
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis. Selain itu, jika memang Hadis ini dikutip
Hadis ini dinilai palsu oleh al-Sakhāwī yang dari kitab Daqā’iq, maka kitab tersebut bukan
kemudian diikuti oleh ‘Alī al-Qārī dan al-‘Ajlūnī. kitab mu‘tabar. Demikian pula ini kitab Shi‘āh.
Alasan mereka karena Hadis ini tidak mempunyai Karena itu, Hadis ini dapat dinilai palsu.
asal.261
Hadis 88
Hadis 87
‫إن الضيف إذا دخل بيت المؤمن دخل معه‬
‫ ومن أكرمني‬،‫من أكرم الضيف فقد أكرمني‬
.‫ألف بركة وألف رحمة‬
‫ ومن أبغض الضيف فقد‬.‫فقد أكرم اهلل‬
“Sesungguhnya apabila seorang tamu me­
.‫أبغضني ومن أبغضني فقد أبغض اهلل تعالى‬ masuki rumah seorang mukmin, maka masuklah
bersamanya seribu berkah dan seribu rahmat.”
“Siapa memuliakan tamu, maka se­sung­
guh­nya ia memuliakanku. Siapa memulia­kan­ku, Takhrīj Hadis:
maka sesungguhnya ia memulia­kan Allāh. Siapa Hadis ini belum ditemukan perawinya. Ibn
membenci tamu, maka sesungguhnya ia mem­ al-Jawzī menyebutkannya dalam kitab Bustān
benciku. Dan siapa membenciku, maka se­sung­ al-Wā‘iẓīn tanpa menyebutkan sanad ataupun
guh­nya ia membenci Allāh.” perawinya.263

Takhrīj Hadis: Hukum Hadis: ḍa‘īf,


Hadis ini belum dapat ditemukan perawi­ Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
nya. Hadis ini terlacak disebutkan dalam ‘Alī Selain belum ditemukan perawinya, Ibn al-Jawzī
Muḥammad Dakhīl dalam Thawāb al-A‘māl juga tidak menyebutkan sanad-nya dan tidak
(Shī‘ah) tanpa menyebutkan sanad. Secara juga mengisyaratkan perawinya. Namun karena
lahiriah al-Khūbawī mengutipnya dari kitab beliau adalah seorang pakar Hadis, maka seperti
Daqā’iq al-Akhbār.262 yang dirumuskan pada kesimpulan nanti, Hadis
ini dapat dinilai ḍa‘īf, dengan tidak menutup
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kemungkinan kualitasnya lebih dari itu.
Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab

Hadis 89
260 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 143
dan 339, h.n. 287 dan 557; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, ‫ما من أحد يأتيه الضيف فيكرمه بما وجد من‬
hlm. 148; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 312.
261 Ibid.
262 ‘Alī Muḥammad Dakhīl, Thawāb al-A‘māl wa
‘Iqabuhā, Dār al-Murtaḍā, Bayrūt, t.th, hlm. 429; al- 263 ‘Abd al-Raḥmān bin ‘Alī bin al-Jawzī, Bustān al-
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 28. Wā‘iẓīn, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1989, hlm. 90.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
80

‫ ومن عمر‬.‫الطعام إلا فتح اهلل له بابا في الجنة‬ 266


. ‫الجنة‬
‫ ومن منع الطعام عن‬،‫خرابا وجبت له الجنة‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu dengan lafaz ini.
‫الجائع منع اهلل فضله عنه يوم القيامة وعذبه‬ al-Suyūṭī menilai Hadis Aḥmad ṣaḥīḥ dan
Hadis Abū Nu‘aym ḍa‘īf.267 Sedangkan Hadis yang
‫ ومن أطعم جائعا لوجه اهلل وجبت‬،‫في النار‬
disebutkan oleh al-Khūbawī adalah palsu, sebab
.‫له الجنة‬ hanya beberapa potongan redaksinya saja yang
ditemukan. Selain itu, Hadis ini juga dikutip dari
“Tidak seorang pun yang didatangi tamu, lalu kitab yang tidak mu‘tabar.
ia memuliakan tamu itu dengan makanan yang
ada, melainkan Allāh membukakan untuknya
Hadis 90
sebuah pintu di surga. Dan siapa meramaikan
bangunan kosong, yakni mengenyangkan orang ‫ طلب‬:‫أفضل الأعمال على ظهر الأرض ثلاثة‬
yang lapar, maka pastilah ia mendapat surga.
Dan siapa mencegah makanan dari orang .‫العلم والجهاد والكسب من الحلال‬
yang lapar, maka Allāh mencegah karunia-Nya
“Amal yang paling utama di muka bumi ada
darinya pada hari Kiamat, dan mengazabnya di
tiga: mencari ilmu, berjihad, dan mencari rizki
neraka. Dan siapa memberi makan orang lapar
yang halal.”
demi keridaan Allāh, maka pastilah ia mendapat
surga.”
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini disebutkan
Takhrīj Hadis:
oleh Abū Layth al-Samarqandī dalam Tanbīh al-
Hadis dengan lafaz ini belum dapat
Ghāfilīn dari Sa‘īd bin Musayyab dari Abū Sa‘īd
ditemukan perawinya. al-Khūbawī mengutipnya
al-Khudrī.268
dari kitab Daqā’iq al-Akhbār.264 Namun makna
beberapa potongan redaksinya ditemukan dalam
Hukum Hadis:
riwayat lain dengan lafaz yang berbeda.
Penulis belum dapat menilai Hadis ini, karena
Potongan ketiga diriwayatkan oleh Aḥmad
sumbernya tidak jelas meskipun maknanya
dari Ibn ‘Umar dengan lafaz:
betul. Dalam Hadis al-Bukhārī, ketika ditanya
‫من منع فضل ماء أو كلاء منعه اهلل فضله يوم‬ amalan apakah yang lebih baik, Rasūlullāh Saw.
menjawab: al-Jihād. al-‘Ajlūnī dalam Kashf al-
265
. ‫القيامة‬ Khafā’ dan al-Hindī dalam Kanz al-‘Ummāl juga
menyebutkan satu Hadis yang diriwayatkan oleh
Potongan keempat diriwayatkan oleh Abū
Ibn Lālā dari Abū Sa‘īd al-Khudrī dengan lafaz
Nu‘aym dari Abū Sa‘īd dengan lafaz:
‫ أفضل األعمال الكسب من الحالل‬tanpa memberikan
‫من أطعم مسلما جائعا أطعمه اهلل من ثمار‬
266 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, hlm. 134.
267 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 560 dan
496.
264 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 28. 268 Abū Layth al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm.
265 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 178. 428, h.n. 669.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
81

komen tentang ke-ṣaḥīḥ-an atau ke-ḍa‘īf-an Ḥātim, ia bukan perawi yang kuat hafalannya,
Hadis ini.269 Sedangkan Hadis-hadis keutamaan sedangkan menurut al-Bukhārī, ia orang yang
menuntut ilmu sudah dijelaskan pada bab ketiga. riwayat Hadisnya diingkari.272

Hadis 91
Bab 7
.‫اتقوا النار ولو بشق تمرة‬
Celaan pada Orang
“Peliharalah dirimu dari neraka, sekalipun
yang Makan Riba
dengan setengah kurma.”
Hadis no 93 sampai no 104
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis 93
Muslim dari ‘Adiy bin Ḥātim.270
‫من قال مهللا صل على محمد وأنزله المنزل‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. .‫المقرب عندك يوم القيامة وجبت له شفاعتي‬
“Siapa yang mengucapkan: ‘Ya Allāh, rah­
Hadis 92
mati­lah Muḥammad dan tempatkanlah ia pada
‫الصدقة تمنع سبعين نوعا من أنواع البلاء‬ tempat yang didekatkan!’ dipastikan ia men­
dapat shafaatku.”
.‫أهونها الجذام والبرص‬
“Sedekah itu mencegah tujuh puluh macam Takhrīj Hadis:
bencana. Paling ringan di antaranya adalah Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, al-
lepra dan sopak.” Bazzār, Ibn Abī ‘Āṣim, Ismā‘īl al-Qāḍī dan al-
Ṭabarānī dalam al-Kabīr. Semuanya dari Ruwayfi‘
Takhrīj Hadis: bin Thābit melalui Ibn Lahī‘ah.273
Hadis diriwayatkan oleh al-Khaṭīb dari Anas al-Sakhāwī mengisyaratkan bahwa Hadis
bin Mālik melalui al-Ḥārith bin Nu‘mān.271 ini juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-
Awsāṭ, Ibn Bashkuwāl dalam al-Qurbah, dan Ibn
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Abī al-Dunyā dalam al-Ḍu‘afā’ dengan riwayat
Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī dan yang serupa dari Ruwayfi‘ bin Thābit. al-Qāḍī
al-Munāwī. Sebab dalam sanad Hadis tersebut ‘Iyāḍ dalam al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. juga
terdapat al-Ḥārith bin Nu‘mān. Menurut Abū menyebutkan Hadis ini dari riwayat Zayd bin al-

269 Lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Man 272 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 82; al-
Qāl Inna al-Īmān Huwa al-‘Amal, h.n. 83; Muslim, Saḥīḥ, Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 236-237; al-Dhahabī,
Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Kawn al-Īmān bi Allāh Afḍal al- Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 444.
A‘māl, h.n. 83-84; al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 157, 273 Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 108; al-Haythamī,
h.n. 462; al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jil. 4, hlm. 4 dan 8. Kashf al-Astār, jil. 1, hlm 299; ‘Amru bin Abī ‘Āṣim al-
270 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ittaqū al- Shaybānī, al-Sunnah, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1993,
Nār, h.n. 1417; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ḥath hlm. 381; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 5, hlm. 25-26;
‘alā al-Ṣadaqah, h.n. 1016. Ismā‘īl bin Isḥāq al-Qāḍī, Faḍl al-Salāh ‘alā al-Nabī Saw., al-
271 al-Khaṭīb, Tārīkh al-Baghdād, jil. 8, hlm. 208. Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1977, hlm. 53.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
82

Ḥubāb.274
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḥasan. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim dari Abū
Hadis ini telah dinilai ḥasan oleh al- Hurayrah. Dalam sanad-nya terdapat Ibrāhīm bin
Mundhirī, al-Haythamī dan al-Sakhāwī. al- Haytham al-Ghaffārī.277
Haythamī mengatakan bahwa beberapa isnād
mereka ḥasan.275 Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
al-Albānī dalam taḥqīq-nya terhadap kitab al-Ḥākim menilai Hadis ini dengan isnād-
al-Sunnah dan Faḍl al-Ṣalāh telah men-ḍa‘īf- nya ṣaḥīḥ. Tetapi al-Dhahabī dalam komentarnya
kan Hadis ini dengan alasan dalam sanad-nya terhadap Hadis al-Ḥākim ini berkata: Ibrāhīm,
terdapat Ibn Lahī‘ah, seorang perawi yang ḍa‘īf.276 yaitu Ibn Haythamah yang menurut al-Nasā’ī, ia
Penulis menguatkan pendapat yang meng-ḥasan- ditinggalkan. al-Mundhirī dalam al-Targhīb juga
kan Hadis ini, karena sekalipun Ibn Lahī‘āh ḍa‘īf, menyebutkan Hadis ini seraya mengingatkan
tetapi Hadis ini mempunyai banyak shawāhid bahwa Ibrāhīm adalah seorang penghayal. Karena
yang dapat menguatkannya seperti Hadis al- itu, al-Suyūṭī menilai Hadis ini ḍa‘īf. Hanya saja
Bukhārī dan Muslim mengenai doa setelah azan, al-Munāwī yang mengomentari kitab al-Jāmi‘ al-
selain masih ada kemungkinan adanya jalur lain Saghīr mengingatkan bahwa dalam sanad-nya
yang tidak melalui Ibn Lahī‘āh, seperti Hadis Zayd terdapat Ibrāhīm, dan ia ditinggalkan.278
bin al-Ḥubāb.
Hadis 95
Hadis 94
‫ وما هي؟‬:‫ قالوا‬،‫اجتنبوا السبع الموبقات‬
‫أربعة حق على اهلل أن لا يدخلهم الجنة ولا‬
‫ الشرك باهلل والسحر وقتل النفس التي‬:‫قال‬
‫ مدمن خمر وآكل مال اليتيم‬:‫يذيقهم نعيمها‬
‫حرم اهلل إلا بالحق وأكل الربا وأكل مال‬
.‫بغير حق وعاق الوالدين‬
‫ وقذف‬،‫اليتيم والتولى والفرار يوم الزحف‬
“Ada empat golongan yang pasti Allāh tidak
akan memasukkan mereka ke dalam surga dan .‫المحصنات الغافلات المؤمنات‬
tidak akan merasakan nikmatnya surga, yaitu:
“Hindarilah olehmu tujuh perkara yang
pemabuk khamr, pemakan riba, pemakan harta
membinasakan! Para sahabat bertanya: “Apakah
anak yatim tanpa hak, dan pendurhaka terhadap
itu?” Nabi menjawab: “Menyekutukan Allāh,
ibu-bapak.”
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allāh
selain dengan alasan yang benar, memakan riba,
274 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 65; al-Qāḍī
‘Iyāḍ, al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw., hlm 48.
275 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 65; al- 277 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Buyū‘, Bāb Inna
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 504; al-Haythamī, Majma‘ Arbā al-Ribā, jil. 2, hlm. 37.
al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 163; Ibn Qayyim, Jalā’ al-Afham, 278 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Buyū‘, Bāb Inna
hlm. 46. Arbā al-Ribā, jil. 2, hlm. 37; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil 2,
276 Ibn Abī ‘Āṣim, al-Sunnah, hlm. 381; Ismā‘īl bin hlm. 37; al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 5; al-Munāwī,
Isḥāq al-Qāḍī al-Makkī al-Jaḥsumī, Faḍl al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 469; lihat juga biodata Ibrāhīm bin
Saw., Taḥ Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, al-Maktab al- Khaythamah dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1 hlm.
Islāmī, Bayrūt, 1977, hlm.53. 30.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
83

memakan harta anak yatim, berpaling dan lari


di kala perang, dan menuduh berzina terhadap Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
wanita baik-baik, yang lalai lagi beriman.” Ada kontroversi yang hebat dalam menilai
Hadis ini. Ibn al-Jawzī menilainya sebagai Hadis
Takhrīj Hadis: palsu. Ibn ‘Adiy secara lahirnya men-ḍa‘īf-kan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis ini. Tetapi beberapa ulama telah men-
Muslim dari Abū Hurayrah.279 ṣaḥīḥ-kannya, seperti al-Ḥākim, al-Dhahabī, al-
‘Irāqī, al-Suyūṭī dan al-Munāwī.281
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Penyebab utama perselisihan di sini,
karena adanya perbedaan, baik dari segi matan
Hadis 96 maupun sanad. Dari segi matan-nya, dalam
riwayat ini disebutkan tujuh puluh tiga, dalam
‫الربا ثلاثة وسبعين بابا أيسرها أن ينكح الرجل‬ riwayat lain tujuh puluh dua dan ada pula
tujuh puluh saja. Dari segi sanad-nya, ada yang
.‫أمه‬ meriwayatkannya secara mawqūf yang berarti
“Riba itu ada tujuh puluh tiga bab. Yang ini perkataan sahabat. Tetapi lebih banyak yang
paling ringan di antaranya adalah seumpama meriwayatkannya marfū‘. Selain itu, riwayat Ibn
laki-laki menikahi ibunya sendiri.” Mājah adalah ḍa‘īf, karena diriwayatkan melalui
Abū Ma‘shar Najīḥ bin ‘Abd al-Raḥmān yang
Takhrīj Hadis: dinilai ḍa‘īf oleh Ibn Ma‘īn, al-Bukhārī, al-Nasā’ī,
Hadis ini telah diriwayatkan oleh beberapa al-Dāraquṭnī, Ibn Ḥajar dan lain-lain.282
perawi dari beberapa sahabat, baik secara Tetapi, isnād riwayat dari Abū Hurayrah
marfū‘ maupun mawqūf dengan sedikit per­ adalah ṣaḥīḥ, sebagaimana ditegaskan al-Ḥākim,
bedaan redaksi, antara lain Ibn Mājah dari Abū al-Rāzī, al-‘Irāqī, al-Dhahabī, meskipun matan-
Hurayrah dan juga dari Ibn Mas‘ūd; al-Ḥākim nya munkar, karena bercampur dengan Hadis
dari Ibn Mas‘ūd; al-‘Uqaylī dari Abū Hurayrah yang ke 98 setelah ini. Namun banyaknya jalur,
secara marfū‘ dan dari ‘Abdullāh bin Salām menguatkan Hadis ini satu dengan lainnya.283
secara mawqūf; al-Baihaqī dalam al-Shu‘ab
secara marfū‘ dari Ibn ‘Abbās dan Abū Hurayrah, Hadis 97
dan secara mawqūf dari perkataan Ka‘ab dan
‘Abdullāh bin Salām; dan Ibn Jārūd dari Abū ‫نصيب الربا أعظم عند اهلل من ثلاث وثلاثين‬
Hurayrah secara marfū‘.280

281 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 245-248; al-


279 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Waṣāyā, Bāb Qawluh Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 48; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah,
Ta‘ālā: ‫ إن اللذين يأكلون أموال اليتامى‬, h.n. 2766; Muslim, Saḥīḥ, jil. 2, hlm. 194; al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm.
Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān al-Kabā’ir, h.n. 89. 149-150; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 606; al-
280 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Tijārah, Bāb al-Taghlīẓ Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 50; al-Rāzī, ‘Ilal al-Ḥadīth,
fī al-Ribā, h.n. 2274-2275; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb jil. 1, hlm. 379.
al-Buyū‘, Bāb Inna Arbā al-Ribā ‘Irḍu al-Rajul; al-‘Uqaylī, 282 Lihat biografi Abū Ma‘shar dalam al-Dhahabī,
al-Ḍu‘afā’, jil. 2, hlm. 257; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 4, Mīzān al-I‘itidāl, jil. 4, hlm. 246-248; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-
hlm 392-395; Muḥammad bin ‘Alī al-Jārūdī, al-Muntaqā min Tahdhīb, hlm. 559.
al-Sunan al-Musnadah ‘an Rasūl Allāh Saw., Maktabah al- 283 al-Rāzī, ‘Ilal al-Ḥadīth, jil. 1, hlm. 379; al-Munāwī,
Ma‘ārif, al-Riyāḍ, 1988, hlm. 215. Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 50.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
84

.‫زنية يزنيها الرجل في الإسلام‬ .‫ست وثلاثين زنية‬


“Dosa riba lebih besar di sisi Allāh dari pada “Satu dirham riba yang dimakan oleh
tiga puluh tiga perzinaan yang dilakukan seorang seorang laki-laki, padahal ia tahu, adalah lebih
lelaki dalam Islam.” berat (dosanya)dari pada tiga puluh enam
perzinaan.”
Takhrīj Hadis:
al-‘Irāqī mengatakan bahwa Hadis ini di­riwa­ Takhrīj Hadis:
yatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā dengan sanad yang Hadis ini diriwayatkan Aḥmad, al-Ṭabarānī
ḍa‘īf.284 al-Bayhaqī juga meriwayatkan Hadis ini dalam al-Kabīr dan al-Awsāṭ dan al-Dāraquṭnī
dalam al-Shu‘ab dari Anas melalui Abū Mujāhid dari ‘Abdullāh bin Hanẓalah secara marfū‘.
dengan lafaz sedikit berbeda. Lafaz awalnya al-Bayhaqī, Aḥmad dan al-Dāraquṭnī dengan
dimulai dengan kata: ‫إن الرجل يصيب من الربا أعظم عند‬ sanad lain meriwayatkannya juga dari ‘Abdullāh
�‫أر‬ ‫ن‬
‫ وإن ب ي‬،‫وثالث� زنية يزنيها الرجل‬
‫ي‬ ‫هللا ف ي� الخطيئة من ست‬ bin Hanẓalah dari Ka‘b secara mawqūf sebagai
‫الربا عرض الرجل المسلم‬. 285
perkataannya. al-Dāraquṭnī mengatakan, riwayat
mawqūf lebih ṣaḥīḥ dari riwayat marfū‘. al-
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Bayhaqī juga meriwayatkannya secara marfū‘
Hadis ini dinilai ḍa‘īf oleh al-‘Irāqī karena dari Ibn ‘Abbās dan Abū Hurayrah.288
sanad-nya ḍa‘īf. Akan tetapi, al-Zabīdī menolak­
nya dan berkata bahwa sanad-nya tidak terdapat Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
perawi yang ḍa‘īf.286 Ibn al-Jawzī telah keliru ketika menilai Hadis
Melihat sanad Ibn Abī al-Dunyā di atas, ini palsu, sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Ḥajar,
ternyata Abū Mujāhid yang nama sebenarnya al-Suyūṭī, al-Shawkanī dan lain-lain. Sebabnya,
ialah ‘Abd Allāh bin Kīsān al-Marwazī adalah perawi yang dituduh sebagai penyebab palsunya
perawi yang lemah. Ia dinilai lemah oleh al- Hadis ini, yaitu Ḥusayn bin Muḥammad bin
Bukhārī, Abū Ḥātim dan al-Nasā’ī. al-Bayhaqī Bahrām, adalah thiqah dan merupakan rijāl al-
setelah meriwayatkan Hadis itu mengatakan ṢaḤiḥayn seperti dikatakan Ibn Ḥajar. al-‘Irāqī
bahwa Abū Mujāhid telah bersendirian dan ia mengatakan bahwa perawi dalam sanad Hadis
perawi munkar.287 ini thiqah. al-Suyūṭī menilai Hadis ini ṣaḥīḥ.
Sedangkan kata-kata al-Dāraquṭnī bahwa yang
Hadis 98 mawqūf lebih ṣaḥīḥ dari yang marfū‘, seperti
ditegaskan Ibn Ḥajar, ini tidak berarti bahwa yang
‫درهم الربا يأكله الرجل وهو يعلم أشد من‬ marfū‘ itu menjadi palsu.289

288 Aḥmad, Musnad, jil. 5, hlm. 225; al-Dāraquṭnī,


284 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 178; al-Zabīdī, Sunan, Kitāb al-Buyū‘, Bāb (tanpa judul); al-Bayhaqi, Shu‘ab
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 7, hlm 535. al-Īmān, jil. 4, hlm. 392-394.
285 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 4, hlm. 395. 289 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 246; ‘Alī
286 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 178; al-Zabīdī, bin Aḥmad bin Ḥajar al-‘Asqallānī, al-Qawl al-Musaddad,
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 7, hlm 535. Maṭba‘ah Dār al-Ma‘ārif al-Uthmāniyyah, Ḥaydarabad,
287 Ibid., dan lihat biografi Abū Mujāhid dalam al- 1979, hlm. 51-53; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 83, al-Zabīdī,
Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 15, hlm. 480-481; al-Dhahabī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, hlm. 446; al-Shawkānī, al-
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 475. Fawā’id, hlm. 149; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 524,
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
85

Takhrīj Hadis:
Hadis 99 Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Jābir.
al-Tirmidhī dan Abū Dāwud meriwayatkannya
‫إذا باع الرجل الدرهم بالدرهمين والدينار‬ dari Ibn Mas‘ūd. Dalam riwayat Muslim dari Ibn
Mas‘ūd lafaznya adalah ‫لعن رسول هللا آكل الربا وموكله‬.291
‫ فإذا عمل شيئا من الحيلة‬،‫بالدينارين فقد ربى‬
‫فقد ربى وخادع اهلل عز وجل واتخذوا آيات‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

.‫اهلل هزوا‬ Hadis 101


“Bila seorang laki-laki menukar satu dirham
‫ فانطلق بي جبريل إلى رجل كثيرة كل رجل‬...
dengan dua dirham, dan satu dinar dengan dua
dinar, maka ia benar-benar telah melakukan riba. ‫منه بطنه مثل بطن البعير الضحخم منضدين‬
Lalu bila ia melakukan sesuatu alasan, maka ia
benar-benar telah melakukan riba, dan menipu ‫بعضهم على بعض على سابلة آل فرعون يطؤهم‬
Allāh serta mempermainkan ayat-ayat-Nya.”
‫آل فرعون يعرضون لى النار غضوا وعشيا‬
Takhrīj Hadis: ‫ يخبطون الحجارة‬،‫يقبلون مثل الإبل المنهومة‬
Hadis ini telah dikutip oleh al-Khūbawī dari
Firdaws al-Akhbār. Namun Hadis ini tidak ditemu­ ‫ فإذا أحس‬،‫ لايسمعون ولا يعقلون‬،‫والشجر‬
kan dalam kitab tersebut yang telah dicetak.290
‫بهم أصحاب تلك البطون قاموا فتميل بهم‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. ‫ ثم يقوم أحدهم فيميل به‬.‫بطونهم فيصرعون‬
Hadis ini dinilai ḍa‘īf berdasarkan kaedah
yang disebutkan oleh al-Suyūṭī dan telah dijelas­ ‫بطنه فيصرع فلا يستطيعون أن يرجعوا أي‬
kan pada bab pertama. Hal ini tidak menutup
kemungkinan Hadis ini lebih kuat dari itu atau
‫أن يزايلوا مكانهم حتى يغشاهم آل فرعون‬
sebaliknya jika sanad-nya ditemukan. .‫ فذلك عذابهم في البرزخ‬،‫مقبلين ومدبرين‬

Hadis 100 ‫ وآل فرعون‬:‫وقال عليه الصلاة والسلام‬

‫لعن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم آكل الربا‬ ‫ يقول اهلل تعالى‬.‫يقولون مهللا لا تقم الساعة أبدا‬

.‫وموكله وكاتبه وشاهده‬ :‫قلت‬ 292


.]‫[أدخلوا آل فرعون أشد العذاب‬

“Rasūlullāh melaknati para pemakan riba, ‫ هؤلاء آكل‬: ‫ من هؤلاء؟ قال‬،‫يا جبرائيل‬
orang yang memberi makan riba, penulisnya,
‫الربا من أمتك [لا يقومون إلا كما يقوم الذي‬
dan saksinya.”

291 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Masāqāt, BĀb La‘ana Ākil


al-Ribā, h.n. 1597-1598; Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Buyū‘,
Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, hlm 139; al- Bāb fī Ākil al-Ribā, h.n. 3333; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-
‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 115. Buyū‘, Bāb Mā Jā’a fī Ākil al-Ribā, h.n. 1206.
290 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 30. 292 al-Qur’ān, Ghāfir 40: 46.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
86

diriwayatkan oleh al-Ṭabarī dan al-Bayhaqī dalam


293
.]‫يتخبطه الشيطان من المس‬
Dalā‘il al-Nubuwwah. al-Suyūṭī mengisyaratkan
“… Maka bertolaklah Jibrīl membawaku bahwa Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibn Abī
menuju laki-laki yang banyak. Masing-masing Ḥātim dan Ibn Mardiwayh. Semuanya melalui
mereka berperut seperti perut unta yang gemuk. Abū Hārūn al-‘Abdī dari Abū Sa‘īd al-Khudrī.294
Saling tindih sesama mereka di jalan keluarga
Fir‘aun. Sedang keluarga Fir‘aun menginjak Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
mereka, dalam keadaan dipanggang di atas api Dalam sanad Hadis ini terdapat Abū Hārūn
pagi dan petang. Mereka maju ke depan bagai­ al-‘Abdī yang nama sebenarnya ialah ‘Umārah
kan unta yang dihardik. Maksudnya, seperti unta bin Juwayn. Ia dinilai pendusta oleh Ḥammād
yang diteriaki supaya cepat-cepat berjalannya, bin Zayd, Shu‘bah dan Ṣāliḥ bin Muḥammad
atau seperti Dhun Nahm (yang keterlaluan da­ Abū ‘Alī. Menurut al-Nasā’ī, ia adalah orang
lam memperturutkan syahwat kepada makanan yang riwayat Hadisnya ditinggalkan. Sedangkan
lantaran lapar).” Mereka membentur batu-batu menurut Ibn Ma‘īn, ia adalah orang lemah yang
dan pohon-pohon. Tidak mendengar dan tidak riwayat Hadisnya tidak dapat dibenarkan. Aḥmad
pula berpikir. Apabila orang-orang mempunyai mensifatkannya sebagai orang yang riwayat
perut-perut seperti itu merasakan kedatangan Hadisnya kurang bernilai. Ibn Ḥajar berkata,
me­reka, maka mereka pun bangkit, dan oleh penilaian terhadap al-‘Abdī cukup beragam: ada
karena­nya perut-perut mereka miring, lalu me­ yang menyebutnya Shī‘ah, Hadisnya ditinggalkan,
reka pun tersungkur. Kemudian salah satu dari dan ada juga yang menilainya sebagai pendusta.295
me­reka bangkit. Maka miringlah karena perut­ Kesimpulannya, sanad ini sangat ḍa‘īf, sehingga
nya, se­hingga tersungkur, lalu tidak dapat lagi Hadisnya pun dinilai sangat ḍa‘īf.
kem­bali, yakni tidak bisa meninggalkan tempat
me­reka, sehingga didatangi oleh keluarga Hadis 102
Fir‘aun. Yakni diinjak-injak oleh mereka maju
mun­dur. Demi­kian itulah azab mereka di alam ‫ فقص عليه ما‬،‫هل رأى أحد منكم من رؤيا‬
Barzakh. Nabi Saw. berkata; keluarga Fir‘aun
ber­kata: “Ya Allāh, janganlah Engkau dirikan
‫ هل رأى أحد‬:‫ فيوما قال‬.‫شاء اهلل أن يقص‬
Sā‘ah selama-lamanya. Maka, Allāh berfirman: ‫ قال صلى اهلل‬.‫ لا‬:‫منكم من رؤيا الليلة؟ قلنا‬
“Masuk­kah keluarga Fir‘aun ke dalam azab yang
ter­berat!” Aku bertanya: Wahai Jibrīl, siapakah ‫ لكني رأيت الليلة شخصين أتياني‬: ‫عليه وسلم‬
me­reka? Jibrīl menjawab: “Mereka adalah pe­
makan riba dari umatmu; ‘Mereka tidak dapat ‫فأخرجاني إلى أرض مقدسة فانطلقنا حتى‬
ber­diri me­lain­kan seperti berdirinya orang yang
‫ وعلى سط‬،‫أتينا على نهر من دم فيه رجل قائم‬
dipukul keras-keras oleh setan lantaran penyakit
gila.’” ‫النهر رجل بين يديه حجارة فأقبل الرجل‬

Takhrīj Hadis:
Hadis ini merupakan potongan dari Hadis 294 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 11-14; al-Bayhaqī,
mengenai cerita Isrā’ dan Mi‘rāj yang panjang, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm. 380-396; al-Suyūṭī, al-Durr
al-Manthūr, jil. 4, hlm. 267.
295 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 173-174;
293 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 275. Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 408.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
87

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


‫ فإذا أراد أن يخرج رمى الرجل‬،‫الذي في النهر‬
‫الذي على الشط بحجر في فيه فرده حيث‬ Hadis 103
‫ فجعل كلما جاء ليخرج رمى في فيه‬،‫كان‬ .‫الزائد والمستزيد في النار‬
‫ فقلت ما هذا الذي‬،‫بحجر فيرجع كما كان‬ “Penambah dan orang yang meminta
tambah ada dalam neraka.”
.‫ آكل الربا‬:‫رأيت في النهر؟ قال‬
“Apakah ada seorang di antara kalian yang Takhrīj Hadis:
telah bermimpi?” Maka berceritalah seseorang Hadis diriwayatkan oleh al-Bazzār dan Abū
pada beliau panjang lebar mengenai mimpinya. Ya‘lā dari Abū Bakar dengan lafaz yang berbeda.
Lalu pada hari lainnya, beliau bertanya: “Apakah Sedangkan lafaz Abū Ya‘lā: ‫الزائد والمزداد ف ي� النار‬.297
ada seorang di antara kalian yang tadi malam
bermimpi?” Kami menjawab: “Tidak.” Beliau Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
bersabda: “Akan tetapi tadi malam aku telah al-Haythamī dalam Majma‘ al-Zawā‘id men­
bermimpi melihat dua orang datang kepadaku, gingatkan bahwa dalam sanad al-Bazzār terdapat
lalu mengajakku ke tanah suci. Maka kami pun Ḥafs bin Abū Ḥafs. al-Dhahabī berkata bahwa ia
berangkat, sehingga sampailah kami pada bukanlah periwayat yang kuat. Sedang­kan dalam
sungai darah di mana terdapat seorang laki- sanad Abū Ya‘lā terdapat Muḥammad bin al-Sā‘ib
laki berdiri, sedang di pinggir sungai terdapat al-Kalbī. Ia telah dituduh dengan banyak tuduhan
seorang lelaki lainnya yang menghadap batu- yang buruk.298
batu. Lalu laki-laki yang ada dalam sungai itu
menghadap ke depan. Namun apabila ia hendak Hadis 104
keluar, maka laki-laki yang ada di pinggir sungai
itu melemparkannya dengan sebuah batu pada ‫لا تبيعوا الذهب بالذهب ولا الورق بالورق ولا‬
mulutnya, sehingga kembalilah laki-laki tadi
‫البر بالبر ولا الشعير بالشعير ولا التمر بالتمر‬
ke tempat semula. Demikianlah, tiap laki-laki
itu datang untuk keluar, maka dilemparkannya ‫ولا الملح بالملح إلا سواء بسواء عينا بعين‬
pada mulutnya dengan sebuah batu, sehingga ia
lembali lagi ke tempat semula.” Maka saya pun ‫ ولكن بيعوا الذهب بالورق والورق‬،‫يدا بيد‬
bertanya: “Apakah yang saya lihat di sungai ini?”
‫بالذهب والبر بالشعير والتمر بالملح يدا بيد‬
Jawab Jibrīl: “Pemakan riba.”
.‫كيف شئتم من التفاضل‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan al-Bukhārī dari “Janganlah kamu menukar emas dengan
Samurah bin Jundab dalam sebuah cerita yang emas, perak dengan perak, gandum dengan
panjang.296
297 al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 2, hlm. 109; Abū
Ya‘lā, Musnad, jil. 1, hlm. 55-56, h.n. 55.
298 al-Haythamī, Majmā‘ al-Zawā’id, jil. 4, hlm. 115;
296 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Janā’iz, Bāb (tanpa dan lihat biografi Ḥafṣ bin Abī Ḥafṣ dalam al-Dhahabī, Mīzān
judul, no. 93). h.n. 1386. al-I‘itidāl, jil. 1, hlm. 557.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
88

gandum, kedelai dengan kedelai, kurma dengan Bab 8


kurma ataupun garam dengan garam, melainkan
Keutamaan Shalat Berjamaah
harus persis sama, barang dengan barang dan
sama-sama kontan. Akan tetapi, tukarlah emas Hadis dari no 105 sampai 123
dengan perak, perak dengan emas, gandum
dengan kedelai, dan kurma dengan garam, Hadis 105
sama-sama kontan, dengan memberi tambahan
sekehendakmu.” ‫يا أبا بكر إنما أجلسته أعلى منك لآنه ليس في‬
‫ فإنه يقول كل‬،‫الدنيا أحد يصلي علي أكثر منه‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini diriwayatkan ‫ مهللا صل على محمد بعدد من‬:‫غداة وعشية‬
oleh al-Shāfi‘ī dalam al-Musnad, al-Bayhaqī
dalam Sunan dan Ma‘rifāh al-Āthār dari ‫ وصل على محمد‬،‫صلى عليه ومن لم يصل عليه‬
‘Ubbādah melalui Muslim bin Yasār dan ‘Abd
‫ وصل على محمد‬،‫كما تحب أن يصلي عليه‬
Allāh bin ‘Ubayd dari ‘Ubbādah. Muslim, Abū
Dāwud, al-Tirmidhī dari Muslim bin Yasār dari Abī ‫ وصل على محمد‬،‫كما أمرتنا بالصلاة عليه‬
al-Ash‘ash dari ‘Ubbādah dengan lafaz awalnya:
‫ إلخ‬.. ‫الذهب بالذهب والفضة بالفضة‬. .299 ‫ فلذلك أجلسته أعلى‬،‫كما ينبغي الصلاة عليه‬
.‫منك‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis dengan riwayat al-Shāfi‘ī dan al- “Wahai Abū Bakar, aku dudukkan pemuda
Baihaqī adalah ḍa‘īf. Seperti yang dijelaskan al- ini lebih dekat dari pada kamu, tidak lain
Baihaqī, terdapat sanad yang tidak bersambung, karena di dunia ini tidak seorang pun yang lebih
yaitu Muslim bin Yasār tidak mendengarnya banyak membaca shalawat kepadaku selainnya.
dari ‘Ubbādah. Sanad yang ṣaḥīḥ adalah sanad Sesungguhnya ia mengucapkan tiap pagi dan
Muslim, Abū Dāwud dan al-Tirmidhī, yaitu petang: “Ya Allāh rahmatilah Muḥammad
Muslim bin Yasār dari Abū al-Ash‘ash dari sebilangan orang yang bershalawat kepadanya!
‘Ubbādah.300 Rahmatilah Muḥammad sebilangan orang yang
tidak bershalawat kepadanya! Rahmatilah
Muḥammad sebanyak shalawat untuknya yang
Engkau perintahkan pada kami dan rahmatilah
Muḥammad sebanyak shalawat yang patut
299 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Masāqāt, Bab al-Ṣarf wa
untuknya! Karena itu, aku dudukkan ia lebih
Bay’ al-Dhahab bi al-Waraq Naqdan, h.n. 1587; Muḥammad
bin Idrīs al-Shāfi‘ī, al-Sunan al-Ma’thūrah, Dār al-Ma‘rifah, dekat dari pada kamu.”
Bayrūt, 1986, hlm. 268; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Buyū‘,
Bāb al-Ajnās allatī Wurid al-Nās bi Jiryāni al-Ribā fīhā; Takhrīj Hadis:
Aḥmad bin Ḥusayn al-Bayhaqī, Ma‘rifah al-Sunan wa al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Dāraquṭnī
Āthār ‘an al-Shāfi‘ī, Taḥ. al-Sayyid Kurdī Ḥasan, Dār al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 1991, jil. 4, hlm. 288; Abū Dāwud, Sunan, Kitāb dalam kitab al-Afrād sebagaimana diisyaratkan
al-Buyū‘, Bāb Mā Jā’a fī al-Ḥinṭah bi al-Ḥinṭah Mithlan bi oleh Ibn ‘Arrāq dalam Tanzīh al-Sharī‘ah melalui
Mithlin, h.n. 1240; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Buyū‘, Bāb fī jalan Kādih bin Raḥmah. al-Sakhāwī mengatakan,
al-Ṣarf, h.n. 3349.
300 al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Buyū‘, Bāb al-Ajnās Hadis ini berasal dari riwayat Abū al-Ḥasan al-
allatī Wurid al-Nās bi Jiryāni al-Ribā fīhā. Bakrī, Abū Ammārah bin Zayd al-Madanī dan
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
89

Muḥammad bin Isḥāq al-Muṭṭalibī kemudian dari Takhrīj Hadis:


Rasūlullāh Saw. 301 Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Secara lahirnya, al-Khūbawī mengutipnya dari
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. kitab al-Maṣābīḥ.303
Hadis ini dinilai munkar oleh Ibn al-Jawzī
dalam kitab al-Muḍṭarib seperti dikutip oleh al- Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Sakhāwī yang sekaligus menegaskan bahwa ia Hadis ini dinilai palsu dengan beberapa
bukan setingkat munkar, akan tetapi bāṭil. Ibn sebab. Pertama, Hadis ini belum ditemukan dalam
‘Arrāq juga menilainya palsu karena perawinya, kitab-kitab yang mu‘tabar. Kedua, dilihat dari
yaitu Kādah bin Raḥmah adalah seorang redaksinya, tampak bukan bahasa Rasūlullāh Saw.,
pendusta. Menurut al-Ḥākim dan Abū Nu‘aym, ia tetapi lebih menyerupai perkataan para pemberi
meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari Mis‘ar dan nasihat. Ketiga, kandungannya bertentangan
al-Thawrī.302 dengan Hadis ṣaḥīḥ yang menyatakan bahwa
hanya 70.000 umat Muḥammad saja yang akan
Hadis 106 masuk surga tanpa dihisab. Sedangkan makna
Hadis ini tidak menyebutkan bilangan. Hadis ini
‫من صلى الصلوات الخمس مع الجماعة فـله‬ juga tidak mungkin untuk ditakwilkan sebagai
Hadis khaṣ yang boleh mengkhususkan Hadis
،‫ الأول لا يصيبها فقر في الدنيا‬:‫خمسة أشياء‬ yang ‘ām (umum). Hal ini karena terlalu banyak
،‫والثاني يرفع اهلل تعالى عنه عذاب القبر‬ umat Islam yang sudah melaksanakan shalat lima
waktu secara berjamaah. Jadi cukup jelas tanda
‫ والرابع يمر على‬،‫ يعطي كتابه بيمينه‬:‫والثالث‬ kepalsuan Hadis ini.

‫ يدخله‬:‫ والخامس‬،‫الصراط كالبرق الخاطف‬


Hadis 107
.‫اهلل تعالى الجنة بغير حساب ولاعذاب‬
‫صلاة الرجل مع الجماعة خير من صلاة أربعين‬
“Siapa menunaikan shalat lima waktu ber­
jamaah, maka ia akan memperoleh lima perkara. .‫سنة في بيته منفردا‬
Pertama, ia tidak akan pernah terkena kefakiran di “Shalatnya seseorang berjamaah adalah
dunia. Kedua, Allāh menghapuskan darinya azab lebih baik dari pada shalat sendiri di rumahnya
kubur. Ketiga, ia akan menerima kitab catatan selama empat puluh tahun.”
amalnya dengan tangan kanan. Keempat, ia
melewati ṣirāṭ bagaikan kilat yang menyambar. Takhrīj Hadis:
Dan kelima, Allāh akan memasukkanmya ke Hadis ini belum ditemukan perawinya. Hadis
dalam surga tanpa hisab dan tanpa azab.” ini disebutkan dalam dua kitab Shī‘ah: Jāmi‘
al-Akhbār dan Mustadrak al-Wasā’il yang me­
nye­but­kannya tanpa sanad dan tanpa meng­
isyaratkan perawinya. al-Khūbawī mengutip­nya
301 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 328; al- dari Durrah al-Wā‘iẓīn.304
Sakhāwī, al-Qawl al-Badi‘, hlm 73.
302 Ibid; lihat biografi Kādih bin Raḥmah dalam al-
Dhahabī, Mīzān al-I‘itidāl, jil. 3, hlm. 399; Ibn Ḥajar, Lisān 303 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 33.
al-Mīzān, jil. 4, hlm. 481. 304 al-Sabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 195, h.n.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
90

‫ وقوما وجوههم‬،‫والوضوء ولا نشتغل بغيره‬


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Meskipun belum ditemui perawi Hadis ‫ كنا‬:‫ ما أعمالكم؟ فيقولون‬:‫كالقمر فيقال لهم‬
ini untuk dikaji sanad-nya, namun karena ciri
Hadis palsu jelas terdapat pada Hadis ini, maka ‫ وقوما وجوههم كالشمس‬.‫نتوضأ قبل الأذان‬
ia dapat dinilai palsu. Pertama, Hadis ini ber­
ten­tangan dengan Hadis ṣaḥīḥ dan mashhūr
‫ كنا نسمع النداء في‬:‫فيقولون بعد السؤال‬
yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan .‫المسجد‬
lain-lain, bahwa keutamaan shalat berjamaah
dari shalat sendirian adalah 27 kali lipat atau 25 “Apabila tiba hari Kiamat, maka Allāh akan
dalam riwayat lain. Kedua, kejanggalan bahasa menghimpun suatu kaum yang wajah mereka
yang jelas dalam Hadis ini. Dan ketiga, pahala bagaikan bintang-bintang. Maka berkatalah
yang dijanjikan pada Hadis ini terlalu berlebihan, para malaikat kepada mereka: “Apakah amal-
sehingga dapat dikatakan tidak logis. amal kalian?” Mereka menjawab: “Dulu apabila
kami mendengar azan, maka bangkitlah kami
untuk bersuci dan berwudu, tanpa menyibukkan
Hadis 108
diri dengan yang lainnya.” Dan kaum lain, wajah
.‫الجماعة تفضل على الفرد بسبع وعشرين درجة‬ mereka bagaikan bulan. Maka ditanyakanlah
kepada mereka: “Apakah amal-amal kalian?”
“Shalat jamaah itu lebih utama dari pada Mereka menjawab: “Dulu, kami berwudu
shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” sebelum azan.” Dan kaum yang lain, wajah
mereka bagaikan matahari. Mereka menjawab
Takhrīj Hadis: setelah ditanya: “Dulu, kami mendengarkan azan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan di masjid.”
Muslim dari Ibn ‘Umar dengan lafaz yang sedikit
berbeda.305 Takhrīj Hadis:
Hadis ini disebutkan oleh al-Ghazālī dalam
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. al-Iḥyā’ tanpa menisbahkannya pada Rasūlullāh
Saw. al-‘Irāqī tidak men-takhrīj-nya. Sedang­kan
Hadis 109 al-Zabīdī dalam syarahnya mengata­kan bahwa
ibarat ini diambil dari kitab al-Qūt dan me­ring­
‫إذا كان يوم القيامة يحشر اهلل قوما وجوههم‬ kas­nya.306

‫كالكواكب فتقول لهم الملائكة ما أعمالكم؟‬


Hukum Hadis: Isrā’iliyyāt, Mawḍū‘/Palsu.
‫فيقولونكنا إذا سمعنا الآذان قمنا إلى الطهارة‬ Meskipun al-Zabīdī tidak menyebutkan
hukum Hadis ini, tetapi isyarat dari beliau bahwa
Hadis ini diambil dari kitab al-Qūt menunjukkan
479; Mirzā Ḥusayn al-Nūrī al-Tubrasī, Mustadrak al-Wasā’il
bahwa Hadis ini bermasalah. Cara penyebutan
wa Mustanbaṭ al-Masā’il, Mu’assasah Āl al-Bayt li Iḥyā’ al-
Turāth, Bayrūt, 1991, jil. 6, hlm. 446, h.n. 7188; al-Khūbawī,
Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 33.
305 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ādhān, Bāb Faḍl Ṣalāh 306 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 1, hlm, 200; al-‘Irāqī,
al-Jamā‘ah, h.n. 645; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Masājid, Bāb al-Mughnī, jil. 1, hlm. 200; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-
Faḍl Ṣalāh al-Jamā‘ah, h.n. 650. Muttaqīn, jil. 3, hlm. 28.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
91

al-Ghazālī dan sikap al-‘Irāqī yang tidak men-


takhrīj-nya menunjukkan bahwa Hadis ini adalah Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
isrā’iliyyāt. Dr. ‘Abd al-Mun‘im al-Ḥāfī yang Hadis ini dapat dinilai palsu dengan be­be­
meng­kaji dan men-taḥqīq kitab al-Qūt me­nyim­ rapa alasan. Pertama, Hadis ini belum di­temu­
pul­kan bahwa al-Makkī pengarang kitab, banyak kan dalam kitab mu‘tabar mana pun yang sering
me­ngutip cerita-cerita dari golongan sufi dan menyebutkan Hadis-hadis mengenai shalat dan
dari kitab-kitab isrā’iliyyāt.307 amalan-amalan di dalamnya. Hal ini me­nye­bab­
kan Hadis ini dikategorikan tidak mem­punyai
Hadis 110 sumber, sehingga dinilai palsu. Kedua, bahasanya
lebih mirip bahasa para pemberi nasihat.
:‫إذا كبر العبد للصلاة يقول اهلل للملائكة‬
‫ارفعوا ذنوب عبدي من رقبته حتى يعبدني‬ Hadis 111

‫ فإذا‬،‫ فتأخذ الملائكة الذنوب كلها‬،‫طاهرا‬ ‫إن اهلل يحشر مساجد الدنيا يوم القيامة كأنها‬

‫ ربنا‬:‫فرغ العبد من الصلاة تقول الملائكة‬ ‫بخت ينض قوائمها من العنبر وأعناقها من‬

‫ يا ملائكتي‬:‫أنعيدها عليه؟ فيقول اهلل تعالى‬ ‫الزعفران ورؤوسها من المسك وآذانها من‬

.‫لايليق بكرمي إلا العفو فقد غفرت خطاياه‬ ‫الزبرجد والمؤذنون يقودونها والأئمة يسوقونها‬

“Apabila seorang hamba Allāh bertakbir ‫فيمرون في عرصات يوم القيامة كالبرق‬
untuk shalat, maka Allāh berkata kepada para
‫ أهؤلاء من‬:‫ فيقول أهل القيامة‬.‫الخاطف‬
malaikat: “Angkatlah dosa-dosa hamba-Ku ini
dari lehernya, sehingga ia menyembah-Ku dalam ‫الملائكة المقربين أم من الأنبياء والمرسلين؟‬
keadaan suci.” Maka, diambillah oleh para
malaikat itu dosa-dosa seluruhnya. Lalu apabila ‫فينادى لا بل هؤلاء من أمة محمد صلى اهلل‬
ia telah menyelesaikan shalatnya, maka para
.‫وسلم يحفظون الصلوات بالجماعة‬
malaikat berkata: “Ya Tuhan kami, apakah dosa-
dosa itu kami kembalikan lagi padanya?” Allāh “Sesungguhnya Allāh menghimpun masjid-
men­jawab: “Wahai para malaikat-Ku, tidak­ masjid di dunia pada hari Kiamat. Seolah-olah
lah patut atas nama kemurahan-Ku, selain me­ mereka adalah unta putih. Kaki-kakinya dari
maaf­kan. Sesungguhnya Aku telah memaafkan Ambar. Lehernya dari Za‘farān. Kepalanya dari
kesalahan-kesalahannya.” Kasturi dan telinga-telinganya dari Zabarjad
hijau. Sedang para mu’adhdhīn menuntun
Takhrīj Hadis: mereka dan para imam menggiring mereka.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Mereka lewat di pelataran hari Kiamat bagaikan
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.308 kilat yang menyambar. Maka berkatalah orang-
orang yang mengalami Kiamat itu: “Apakah
mereka golongan malaikat yang didekatkan
307 ‘Abd al-Mun‘im al-Ḥāfī dalam taḥqīq kitab Qūt al- atau­kah golongan para nabi dan utusan Tuhan?”
Qulūb li Abī Ṭālib al-Makkī, Dār al-Rashād, al-Qāhirah, 1991,
jil. 1, hlm. 12.
Maka, diserukanlah: “Tidak! Tetapi mereka itu
308 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 33. golongan umat Muḥammad yang memelihara
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
92

shalat berjamaah.” Seperti dikatakan di atas, Hadis ini belum


dapat ditemukan perawinya. Ia dikutip dari kitab
Takhrīj Hadis: yang tidak mu‘tabar. Dari segi matan, ia mirip
Hadis ini disebutkan oleh al-Samarqandī perumpamaan dan syair. Namun dalam kitab-
dalam Tanbīh al-Ghāfilīn tanpa menyebutkan kitab khas mengenai amthāl (perumpamaan)
sanad.309 Penulis belum menemukan sanad Rasūlullāh Saw. yang ditulis oleh Abū Shaykh, al-
Hadis ini dalam semua kitab rujukan yang ada, ‘Askarī dan al-Ḥākim al-Tirmidhī, Hadis ini tidak
ter­masuk kitab-kitab yang khusus menggulas ditemukan. Karena itu, Hadis ini dinilai palsu
kehidupan di akhirat, seperti kitab al-Ba‘ath wa karena termasuk dalam kaedah Hadis yang tidak
al-Nushūr karangan al-Bayhaqī, al-Tadhkirah dikenali sumbernya.
karangan al-Qurṭubī, al-Nihāyah karangan Ibn
Kathīr, al-Budūr al-Sāfirah karangan al-Suyūṭī dan Hadis 113
beberapa kitab lainnya.
‫لما خلق اهلل تعالى جبرائيل عليه السلام على‬
Hukum Hadis:
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan, ‫أحسن صورة وجعل له ستمائة جناح طول‬
sebab al-Samarqandī adalah ulama yang cukup
‫كل جناح ما بين المشرق والمغرب نظر إلى‬
dihormati kepakarannya meskipun riwayat
Hadis­nya tidak pernah Penulis jumpai dalam ‫ يا إلهي هل خلقت أحسن صورة‬:‫نفسه فقال‬
kitab-kitab Hadis. Meskipun tidak pasti, Hadis ini
lebih mendekati palsu. ‫ فقام جبريل وصلى ركعتين‬،‫ لا‬:‫مني؟ فقال اهلل‬
.‫شكرا هلل فقام في كل ركعة عشرين ألف سنة‬
Hadis 112
“Setelah Allāh menciptakan Jibrīl dengan
‫من توضأ بالماء الجاري وصلى خلف الإمام‬ rupa yang sebaik-baiknya, dan Dia jadikan
untuknya enam ratus sayap, panjang tiap-tiap
.‫القاري فقد استحق رحمة الباري‬ sayap jaraknya antara timur dan barat, maka
“Siapa berwudu dengan air mengalir, dan Jibrīl memandang dirinya sendiri, lalu berkata:
shalat di belakang imam yang ahli qirā’ah, maka “Tuhanku, apakah Engkau menciptakan makhluk
pastilah ia memperoleh rahmat Allāh Yang Maha lain yang lebih indah dari padaku?” Allāh
Pencipta.” menjawab: “Tidak.” Maka bangkitlah Jibrīl, lalu
shalat dua rakaat, karena rasa terima kasihnya
Takhrīj Hadis: pada Allāh. Dia berdiri setiap rakaat selama dua
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. puluh ribu tahun.”
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.310 Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya,
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. termasuk dalam kitab al-‘Aẓamah. al-Khūbawī
mengutipnya dari kitab Mishkāh al-Anwār.311

309 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 305, h.n.


434.
310 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 34. 311 Ibid.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
93

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu al-Sakhāwī menilai Hadis ini munkar. Ibn


Hadis ini dinilai palsu, karena tidak ditemu­ ‘Arrāq dalam al-Tanzīh menyebutkan Hadis ini
kan di dalam kitab yang mu‘tabar dan kandungan dan mengutip status yang disebutkan oleh al-
maknanya lebih dekat dengan kisah-kisah Sakhāwī.
isrā’iliyyāt. Hadis ini menjadi munkar, karena dalam
sanad-nya terdapat al-‘Alā’ bin Ḥakam. al-
Hadis 114 Dhahabī mengatakan, bahwa al-‘Alā’ bin al-
Ḥakam al-BaṢrī meriwayatkan dari Maysarah bin
‫من صلى علي تعظيما لي جعل اهلل تعالى من‬ ‘Abd Rabbuh Hadis al-Isrā’, palsu.313 Di samping
itu, lafaz Hadis ini juga gharīb.
‫تلك الصلاة ملكا له جناحان جناح بالمشرق‬
‫وجناح بالمغرب ورجلاه تحت الأرض السابعة‬ Hadis 115

‫وعنقه متصل بالعرش ويقول اهلل تعالى لهذا‬ ‫ ثلاث من حافظ عليهن فهو ولي‬:‫قال تعالى‬
‫ صلي على عبدي كما صلى على نبيي‬:‫الملك‬ ‫ قيل‬.‫ ومن ضيعهن فهو عدو لي حقا‬،‫لي حقا‬
‫محمد صلى اهلل عليه وسلم فيصلي عليه إلى‬ ‫ الصلاة والصوم‬:‫يا رسول اهلل وما هن؟ قال‬
.‫يوم القيامة‬ ،‫ هن أمانة بين اهلل وعبده‬:‫ قال‬،‫وغـسل الجنابة‬
“Siapa bershalawat kepadaku karena meng­ .‫أمر بالمحافظة عليهن‬
hormatiku, maka Allāh menjadikan dari shalawat
“Allāh berfirman: “Ada tiga perkara, siapa
itu malaikat yang mempunyai sepasang sayap,
me­meliharanya, maka ia benar-benar wali-Ku
satu di timur dan satu lagi di barat, sedang
dan siapa menyia-nyiakannya, maka ia benar-
kedua kakinya berada di bawah bumi ketujuh,
benar musuh-Ku.” Seseorang bertanya: “Ya
dan lehernya berkait dengan ‘Arash. Allāh ber­
Rasūlallāh, apakah itu?” Beliau men­jawab:
kata pada­nya: “Doakanlah hamba-Ku ini se­
“Shalat, puasa dan mandi janabah.” Rasūlullāh
bagai­mana ia bershalawat pada Nabi-Ku
ber­sabda: “Ketiga-tiganya adalah amanat antara
Muḥammad.” Malaikat pun mendoakannya
Allāh dan hamba-Nya. Allāh memerintahkan
sampai Hari Kiamat.”
agar semua itu dipelihara baik-baik.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis:
al-Sakhāwī mengisyaratkan bahwa Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam
ini diriwayatkan oleh Ibn Shāhin dalam kitab
al-Awsāṭ, seperti yang diisyaratkan al-Haythamī.
al-Targhīb, dari Anas bin Mālik. Dalam sanad-
al-Suyūṭī menambahkan bahwa Sa‘īd bin Manṣūr
nya terdapat al-‘Alā’ bin Ḥakam al-Bas>rī. Juga
juga meriwayatkannya dalam Musnad-nya dari
diriwayatkan oleh al-Daylamī dalam Musnad al-
Ḥasan al-Baṣrī secara mursal.314 Namun Penulis
Firdaws dan Ibn Bashkuwāl.312

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. 313 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 169-170; Ibn
‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 331; al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘itidāl, jil. 3, hlm. 98.
312 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 169-170. 314 al-Haythamī, Majma‘, jil. 1, hlm. 292; al-Suyūṭī,
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
94

belum dapat menemukannya dalam kitab yang sebagai tidak mu‘tabar.317 Karena itu, Hadis ini
sudah dicetak. dapat dinilai palsu.

Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Hadis 117


Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh al-Haythamī,
karena dalam sanad al-Ṭabarānī terdapat perawi :‫ قال‬.‫ لا‬:‫هل صليت العشاء بالجماعة ؟ قال‬
yang lemah yaitu ‘Adiy bin al-Faḍl. Ia dikatakan
tidak thiqah oleh Ibn Ma‘īn. al-Suyūṭī juga menilai ،‫الساقط من يدك فضل الجماعة التى فاتك‬
Hadis ini ḍa‘īf.315
‫وأما الأربعة فالتى صليت في بيتك لم تقبل‬

Hadis 116 .‫منك‬


“Apakah kamu menunaikan shalat ‘Isha’
‫ليلة أسري بي إلى السماء رأيت رجلا ونساء‬
berjamaah?” Jawab orang itu: “Tidak.” Nabi
‫يضربون على رؤوسهم فتسيل دماؤهم كالنهر‬ bersabda: “Yang jatuh dari tanganmu itu adalah
keutamaan berjamaah yang kamu lewatkan.
‫ يا‬:‫ فقلت‬.‫ يا ويلاه ويا ثبوره‬:‫العظيم يقولون‬ Sedang yang empat itu adalah shalat yang
engkau lakukan di rumahmu, yang tidak diterima
‫ الذين يصلون الصلاة‬:‫جبرائيل من هؤلاء؟ قال‬
darimu.”
.‫في غير وقتها‬
Takhrīj Hadis:
“Pada malam hari aku diisra’kan ke langit, Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
aku melihat laki-laki dan perempuan memukuli Khūbawī mengutipnya dari Zahrah al-Riyāḍ.318
kepala mereka sendiri, lalu mengalirlah darah
mereka bagaikan sungai yang besar. Mereka Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
berkata: “Oh celaka, oh nista!” Maka aku Hadis ini belum dapat ditemukan dalam
bertanya: “Wahai Jibrīl, siapakah mereka itu?” kitab-kitab yang mu‘tabar. Hadis ini telah dikutip
Jibrīl menjawab: “Orang-orang yang melakukan dari kitab yang disifatkan oleh Ḥājī Khalīfah
shalat tidak pada waktunya.” sebagai tidak mu‘tabar. Karena itu, Hadis ini
dapat dinilai palsu.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
Khūbawī mengutip dari Zahrah al-Riyāḍ.316
Hadis 118
‫من حافظ على الصلوات كانت له نورا وبرهانا‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini belum dapat ditemukan dalam ‫ ومن لم يحافظ عليها لم‬،‫ونجاة يوم القيامة‬
kitab-kitab yang mu‘tabar. Hadis ini telah dikutip
dari kitab yang disifatkan oleh Ḥājī Khalīfah .‫تكن له نورا وبرهانا ونجاة‬

al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 462. 317 Lihat Bab I, terkait sumber rujukan dalam
315 Ibid. tasawwuf.
316 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 34-35. 318 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 35.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
95

“Siapa memelihara shalat-shalatnya, maka rima shalat mereka. Laki-laki yang shalat sen­
baginya cahaya, tanda bukti dan keselamatan dirian tanpa bacaan, laki-laki yang shalat tanpa
pada hari Kiamat. Dan siapa yang tidak memeli­ menunaikan zakat, laki-laki yang meng­imami
hara­nya, maka shalat itu tidak menjadi cahaya, suatu kaum, sedang mereka tidak me­nyukai­
tanda bukti maupun keselamatan baginya.” nya, laki-laki hamba sahaya yang me­lari­kan diri,
laki-laki peminum khamer yang sangat gemar,
Takhrīj Hadis: wanita yang dimurkai suaminya, wanita yang
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Ibn melakukan shalat tanpa tutup kepala, pemimpin
Ḥibbān, al-Dārimī dan al-Ṭabarānī dari ‘Abdullāh yang sombong lagi zalim, laki-laki yang me­
bin ‘Amru.319 makan riba, dan laki-laki yang tidak tercegah
oleh shalatnya dari melakukan perbuatan yang
Hukum Hadis: ṢaḤīḥ. jahat dan mungkar.”
Semua perawi di atas meriwayatkan Hadis
ini dengan jalur yang sama dengan Aḥmad. al- Takhrīj Hadis:
Haythamī mengatakan bahwa perawi-perawi Hadis ini disebutkan oleh Ibn Ḥajar dalam
dalam sanad Aḥmad adalah thiqāt.320 al-Isti‘dād li-yawm al-Ma‘ād tanpa menyebutkan
sanad maupun mengisyaratkan perawinya, juga
Hadis 119 tanpa menyebutkan nama sahabat perawi Hadis
ini.321
‫ رجل صلى‬:‫عشرة نفر لايقبل اهلل صلاتهم‬ Dalam kitab al-Maḥasin (Shī‘ah), Hadis ini
disebutkan dengan lafaz:
‫ ورجل صلى ولا يؤدي‬،‫وحيدا بغير قرائة‬
‫ العبد الأبق‬:‫ثمانية لا يقبل اهلل منهم صلاة‬
،‫ ورجل يؤم قوما وهم له كارهون‬،‫زكاته‬
‫ والناشز وزوجها ساخط‬،‫حتى يرجع إلى مولاه‬
‫ ورجل شارب الخمر‬،‫ورجل مملوك آبق‬
‫ والجارية‬،‫ ومانع الزكاة وتارك الوضوء‬،‫عليها‬
‫ وامرأة‬،‫ وامرأة زوجها ساخط عليها‬،‫مدمنا‬
‫ وإمام قوم وهم له‬،‫المدركة تصلي بغير خمار‬
‫ ورجل‬،‫ والإمام الجابر الجائر‬،‫صلت بغير خمار‬
‫ يا رسول اهلل وما‬:‫ قالوا‬.‫ والزبين‬،‫كارهون‬
‫ ورجل لاتنهاه صلاته عن الفحشاء‬،‫آكل الربا‬
‫ الرجل يدافع الغـائط والبول‬:‫الزبين؟ قال‬
.‫والمنكر‬
‫ فهؤلاء الـثمانية لا يقبل منهم‬.‫والسكران‬
“Ada sepuluh orang yang Allāh tidak me­ne­

319 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 169; Ibn Ḥibbān,


Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Mā Yukrah li al-Muṣallī wa Mā 321 Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, al-Isti‘dād
Lā Yukrah, h.n. 1465; Sulaymān bin Aḥmad bin Ayyūb al- Liyawm al-Ma‘ād, Editor ‘Umar al-Dayrārī Ḥajālah, Dār al-
Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Awsaṭ, Taḥ. Dr. Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Nahḍah, Bayrūt, 1972, hlm. 107. Penulis meragukan kitab
Maktabah al-Ma‘ārif, al-Riyāḍ, 1986, jil. 2, hlm. 1877; ini karya Ibn Ḥajar, karena beberapa Hadisnya gharīb dan
‘Abd Allāh bin ‘Abd al-Raḥmān bin Faḍl al-Dārimī, Sunan cara penyampaian Hadis-hadisnyapun tidak seperti kitab-
al-Dārimī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, t.th, Kitāb al- kitab beliau yang lain. Di samping itu, dalam beberapa kitab
Riqāq, Bāb fī al-Muḥāfaẓah ‘alā al-Ṣalāh. yang menulis biografi beliau, kitab ini tidak masuk dalam
320 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 292. daftar karya-karya al-‘Asqallānī.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
96

dari Ibn ‘Abbās dengan lafaz:


322
‫صلاة‬
Dalam perkara yang sama, Hadis ini ‫ رجل‬:‫ثلاثة لا ترفع صلاتهم فوق رؤوسهم شبرا‬
ditemukan diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam ‫ وامرأة باتت وزوجها‬،‫أم قوما وهم له كارهون‬
al-Shu‘ab dari Jābir dengan lafaz:
326
.‫ وأخوان متضارمان‬،‫عليها ساخط‬
‫ثلاثة لا يقبل اهلل لهم صلاة ولا ترفع لهم إلى‬
‫ العبد الآبق حتى يرجع إلى‬:‫السماء حسنة‬ Hukum Hadis: Ḥasan,
Ibn Ḥajar ketika menyebutkan Hadis ini, tidak
‫ والمرأة الساخط عليها زوجها حتى‬،‫مواليه‬
menyebutkan sanad, perawi dan hukumnya.
323
.‫ والسكران حتى يصحوا‬،‫يرضى‬ Beliau menyebutkannya dengan lafaz: ‫صىل هللا عليه‬
�‫الن‬
‫ وسلم قال ب ي‬. Penulis meragukan kitab ini adalah
Ibn Khuzaymah juga meriwayatkan dari ‘Aṭā’ karangan Ibn Ḥajar. Namun jika benar, maka
bin Dīnār secara mursal dengan lafaz: hukum Hadis ini sekurung-kurangnya Ḥasan,
sebab Ibn Ḥajar adalah seorang ahli Hadis yang
‫ ولا تصعد إلى‬، ‫ثلاثة لا يقبل منهم صلاة‬
men­dapat gelaran Amīr al-Mu‘minin fī al-Ḥadīth.
‫ رجل أم قوما‬:‫السماء ولا تتجاوز رؤوسهم‬ Karena itu, hampir tidak mungkin beliau berdalil
dengan Hadis palsu, apalagi Hadis ini disampai­
‫ ورجل صلى على جنازة ولم‬،‫وهم له كارهون‬ kan dengan lafaz yang pasti (‫ قال‬:‫)صيغة الجزم‬.
324
.‫ وامرأة دعاها زوجها من الليل فأبت‬،‫يؤمر‬
Hadis 120
Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh
Abū Dāwud dan Ibn Mājah dari Ibn ‘Amru dengan ‫من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم تزد‬
lafaz:
.‫صلاته عند اهلل إلا مقتا وبعدا‬
‫ الرجل‬:‫ثلاثة لا يقبل اهلل تعالى منهم صلاة‬
“Siapa yang shalatnya tidak dapat men­
‫ والرجل لا يأتي‬،‫يؤم قوما وهم له كارهون‬ cegah­nya dari perbuatan keji dan mungkar, maka
shalat­nya itu hanya akan menambah ia terkutuk
325
.‫ ورجل اعتبد محررا‬،‫الصلا إلا دبارا‬ dan jauh dari Allāh.”
al-Tirmidhī dan Ibn Mājah meriwayatkan
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dari
322 Abū Ja‘far Aḥmad bin Muḥammad bin Khālid
Ibn ‘Abbās, Ibn Abī Ḥātim dalam Tafsīr-nya dari
al-Barqī, al-Maḥāsin, al-Maṭba‘ah al-Ḥaydariyyah, al-Najf,
1964, hlm. 10. ‘Imrān bin Husayn, Ibn Jarīr dalam Tafsīr-nya
323 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 11, h.n. dari Ibn Mas‘ūd dan dari Ḥasan al-Baṣrī secara
5590. mursal, Aḥmad dalam kitab al-Zuhd dari Ibn
324 Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Imāmah fī
Mas‘ūd secara mawqūf dan al-Quḍā‘ī dalam
al-Ṣalāh, Bāb al-Zajr ‘an Imāmah al-Mar’i Man Yukrah
Imāmatuh, h.n. 1518. Musnad dari Ḥasan al-Baṣrī secara mursal dan
325 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb al-Rajul
Ya’ummu Qawman Wahum Lahū Kārihūn, h.n. 593; Ibn
Mājah, Sunan, Kitāb Iqāmah al-Ṣalāh, Bāb Man Amma 326 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Mā Jā’a fī
Qawman Wahum Lahū Kārihūn, h.n. 970. Man Amma Qawman Wahum Lahū Kārihūn, h.n. 360.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
97

dari Ibn ‘Abbās secara marfū‘.327 Akan tetapi, bin Abī Sulaym dan YaḤyā bin Ṭalḥah. Selain al-
dalam semua riwayat, tidak disebutkan lafaz ‫مقتا‬ Albānī belum ada ulama yang menilai palsu,
kecuali ‘Alī bin al-Junayd.
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Layth bin Abī Sulaym adalah perawi yang
Hadis ini telah dinilai ḍa‘īf oleh beberapa ḍa‘īf. Namun ia bukan pendusta, sehingga
ulama, di antaranya: al-Zaylā‘ī, al-‘Irāqī, al- Hadis yang diriwayatkannya boleh dikategorikan
Haythamī, al-Suyūṭī dan al-Munāwī, karena sebagai Hadis palsu. Begitu juga Yaḥyā bin Ṭalḥah.
dalam sanad Hadis ini terdapat beberapa orang Layth telah di-ḍa‘īf -kan oleh Ibn Ma‘īn, Aḥmad,
perawi yang ḍa‘īf seperti Layth bin Abī Sālim, al-Nasā’ī, dan Ibn Ḥibbān. Akan tetapi, Ibn Ma‘īn
dan Yaḥyā bin Ṭalḥah.328 Di samping itu, Hadis sendiri mengatakan Hadisnya boleh ditulis.
ini terkadang diriwayatkan secara mursal seperti Aḥmad mengatakan: Hadisnya bertentangan,
riwayat Ḥasan al-Baṣrī, atau mawqūf seperti akan tetapi banyak orang meriwayatkannya. Ibn
riwayat Ibn Mas‘ūd. Ada juga riwayat marfū‘ Ḥibbān mengatakan bahwa ia pikun menjelang
seperti riwayat ‘Imrān bin Ḥusayn dan Ibn ‘Abbās. akhir hayatnya. al-Dāraquṭnī berkata: Ia seorang
al-Albānī menilai Hadis ini dengan bāṭil perawi Hadis, sedangkan yang diingkari dari
(palsu), baik sanad maupun matan-nya. beliau adalah penyatuan (periwayatan dari) ‘Aṭā’,
Dari sudut sanad, yang benar adalah Hadis Ṭāwūs dan Mujāhid saja.330
mawqūf dari perkataan Ibn Mas‘ūd, Ḥasan al- Sedangkan Yaḥyā bin Ṭalḥah, menurut al-
Baṣrī, Qatādah dan lainnya. Ia menguatkan Dhahabī, Hadisnya dapat diterima, dan telah di-
pendapatnya dengan kata-kata Ibn Kathīr bahwa thiqah-kan. al-Tirmidhī meriwayatkan darinya.
yang paling benar dari semua riwayat adalah Menurut al-Nasā‘ī, Hadisnya tidak bernilai.
yang mawqūfāt. Juga perkataan Ibn ‘Urwah Menurut ‘Alī bin al-Junayd, ia adalah pendusta.
dengan maksud yang sama. Sedangkan dari Akan tetapi, pendapat al-Junayd jarang dijadikan
sudut matan, Hadis ini bertentangan dengan akal rujukan, bahkan al-Dhahabī mengutipnya dengan
sehat dan syariat.329 kata-kata: pendapat Ibn al-Junayd adalah yang
Menurut pendapat Penulis, Hadis ini dari paling jelek.331
segi sanad seperti yang telah diungkapkan oleh Sedangkan kata-kata Ibn Kathīr bahwa
ulama-ulama terdahulu, yaitu tidak sampai ke yang lebih benar dari semua riwayat adalah
level palsu. Perawi yang dikritik di sini ialah Layth riwayat yang mawqūfāt, bukan berarti riwayat
yang marfū‘ itu mawḍū‘ (palsu). Hal ini sama
327 Sulaymān bin Aḥmad al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al- seperti yang sudah dijelaskan pada Hadis ke
Kabīr, taḥqīq Ḥamdī al-Salafī, Maṭba‘ah al-Zahrā’, Mūṣīl, 98; al-Dāraquṭnī menilai Hadis itu bahwa yang
t.th, jil. 11, hlm. 46; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 20, hlm 155; Aḥmad lebih benar adalah yang mawqūf. Lalu Ibn Ḥajar
bin Muḥammad bin Ḥanbal, al-Zuhd, Dār al-Kutub al-‘Arabī,
Bayrūt, 1988, hlm. 375; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 5,
berkata bahwa perkataan al-Dāraquṭnī ini tidak
hlm. 145; Muḥammad bin Salamah al-Quḍā’ī, Musnad al- berarti bahwa yang marfū‘ itu mawḍū‘.332
Shihāb, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1986, jil. 1, hlm. 305- Matan Hadis ini, secara tekstual memang
306, h.n. 508-509.
328 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 258;
al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 556; al-Suyūṭī, al-
Durar al-Muntathirah, hlm. 393; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, 330 Lihat biografi Layth bin Abī Sulaym dalam Ibn
jil. 6, hlm. 221; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 201. ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 6, hlm 2105-2108; al-Dhahabī, Mīzān al-
329 Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Silsilah al- I‘itidāl, jil. 3, hlm. 320-323.
Aḥādīth al-Ḍa‘īfah, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, jil. 1, 331 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘itidāl, jil. 4, hlm. 387.
hlm. 14-17; Ibn Kathīr, Tafsīr, jil. 3, hlm. 415. 332 Lihat pembahasan sebelumnya.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
98

bertentangan dengan nas-nas ṣaḥīḥ dan akal, akan


‫ فعلم اهلل تعالى همه واشتياقه فجمع‬،‫كلها‬
tetapi ia masih boleh ditakwilkan sebagaimana
kita mentakwilkan firman Allāh [‫إن الصالة تنىه عن‬ ‫عبادة ملائكة السموات السبع وأكرم نبيه‬
‫] الفحشاء والمنكر‬333 yang bermaksud: Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan yang keji ‫ من أدى صلوات الخمس نال عبادة‬:‫بها وقال‬
dan mungkar. Kalau secara lahiriah saja, orang
yang telah mendirikan shalat tidak akan berbuat
.‫ملائكة السموات السبع‬
kemungkaran. Akan tetapi nyatanya banyak umat “Tatkala Nabi dimi‘rājkan pada malam mi‘rāj
Islam yang telah mendirikan shalat masih tetap ke langit, pada langit pertama beliau melihat
mengerjakan kemungkaran. Jadi, ayat ini harus para malaikat yang berzikir kepada Allāh sejak
ditakwilkan, bukan difahami secara tekstualnya mereka diciptakan tanpa mengangkat kepala
saja, begitu pula dengan Hadis ini. mereka. Pada langit kedua, beliau melihat para
malaikat yang rukū‘ pada Allāh sejak mereka
Hadis 121 diciptakan tanpa mengangkat kepala mereka.
Pada langit ketiga, beliau melihat para malaikat
‫لما عرج بالنبي صلى اهلل عليه وسلم ليلة‬ yang bersujud kepada Allāh tanpa mengangkat
kepala mereka. Ketika Nabi kita, Muḥammad,
‫المعراج رأى في السماء الأولى ملائكة يذكرون‬ menyampaikan salam pada mereka, barulah
‫ وفى الثانية رأى‬،‫اهلل منذ خلقهم اهلل تعالى‬ mereka mengangkat kepala mereka dan
menjawab salam Nabi. Selanjutnya mereka
‫ملائكة يركعون هلل تعالى منذ خلقهم اهلل تعالى‬ bersujud lagi sampai hari Kiamat. Karenanya,
sujud menjadi dua kali. Pada langit keempat,
‫ وفي الثالثة رأى ملائكة‬،‫لايرفعون رؤوسهم‬ beliau melihat para malaikat yang bertashahhud.
‫يسجدون هلل تعالى منذ خلقهم اهلل لا يرفعون‬ Pada langit yang kelima, beliau melihat para
malaikat yang bertasbih. Pada langit yang
‫رؤوسهم إلا حين سلم عليهم نبينا محمد صلى‬ keenam, beliau melihat para malaikat yang
bertakbir dan bertahlil. Dan pada langit yang
‫اهلل عليه وسلم صلى فرفعوا رؤوسهم وردوا‬ ketujuh, beliau melihat para malaikat yang
membaca salam sejak mereka diciptakan Allāh.
‫سلام النبي صلى اهلل عليه وسلم ثم سجدوا‬
Maka, sukalah hati Nabi dan ingin agar beliau
‫ ولذا صارت السجدة‬.‫ثانيا إلى يوم القيامة‬ dan umatnya mempunyai ibadah-ibadah seperti
ini seluruhnya. Maka Allāh mengetahui keinginan
،‫ وفي الرابعة رأى ملائكة يتشهدون‬،‫اثنين‬ dan kerinduan beliau. Lalu Dia kumpulkan ibadah
malaikat di langit ketujuh itu, dan dengan ibadah
،‫وفي الخامسة رأى ملائكة مكبرين ومهللين‬
itu Dia memuliakan Nabi-Nya seraya berfirman:
‫وفي السابعة رأى ملائكة مسلمين منذ خلقهم‬ “Siapa menunaikan shalat yang lima, maka ia
akan memperoleh (pahala) ibadah para malaikat
‫ فهم النبي صلى اهلل عليه وسلم‬،‫اهلل تعالى‬ di tujuh langit.”

‫واشتهى أن يكون له ولأمته هذه العبادة‬


Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
333 al-Qur’ān, al-Ankabūt 29: 45. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawḍāt al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
99

‘Ulamā’.334 setan, pemberi shafaat antara yang shalat dan


malaikat maut, pelita dalam kuburnya sampai
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. hari Kiamat, naungan di atas kepalanya pada
Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab hari Kiamat, mahkota di atas kepalanya, pakaian
yang menyebutkan Hadis-hadis mengenai Isra’ penutup tubuhnya, tabir penghalang antara
dan Mi‘rāj seperti Dalā’il al-Nubuwwah dan lain- dirinya dan neraka, pembela di hadapan Tuhan,
lain. al-Baihaqī mengisyaratkan bahwa banyak sesuatu yang berat pada timbangan, pengantar
sekali Hadis yang palsu mengenai Isra’ dan Mi‘rāj. di atas ṣirāt dan kunci memasuki surga.”
Namun Hadis ini tidak ditemukan dalam semua
Hadis-hadis yang ia sebutkan. Ini menunjukkan Takhrīj Hadis:
bahwa Hadis ini termasuk Hadis palsu yang Hadis ini diriwayatkan oleh al-Samarqandī
hanya ia sebutkan sebagiannya saja.335 dalam Tanbīh al-Ghāfilīn dengan sanad seperti
berikut:
Hadis 122 ‫ حدثنا محمد بن أحمد‬،‫حدثنا محمد بن داود‬
‫الصلاة مرضاة الرب وسنة الأنبياء وحب‬ ‫ حدثنا أبو عمرو أحمد‬،‫الخطيب النيسابوري‬
‫الملائكة ونور المعرفة وأصل الإيمان‬ ‫بن خالد الحاني عن يعقوب بن يوسف عن محمد‬
‫وواجبات الدعاء وقبول الأعمال وبركة في‬ ‫بن معين عن جعفر بن محمد عن أبيه عن جده‬
‫ وسلاح على الأعداء وكراهة‬،‫المال والكسب‬ 336
.‫مرفوعا‬
‫الشياطين وشفيع بين صاحبها وبين ملك‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
‫ وظل‬،‫ وسراج في قبره إلى يوم القيامة‬،‫الموت‬
Dalam sanad di atas terdapat Abū ‘Amru
‫ وتاج على رأسه ولباس‬،‫على رأسه يوم القيامة‬ Aḥmad bin Khālid al-Ḥarrānī. Ia menurut al-
Dāraquṭnī perawi yang tidak kuat.337 Begitu
‫ وحجة بين‬،‫على بدنه وستر بينه وبين النار‬ juga pen­dengaran Ja‘far bin Muḥammad dari
bapak­nya dari kakeknya. Menurut Ibn Ḥajar
‫ وجواز على‬،‫ وثقل في الميزان‬،‫يدي الرب‬
seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī, kebanyakan
.‫ ومفتاح للجنة‬،‫الصراط‬ ulama ber­pendapat bahwa sanad ini terputus.
Di samping itu, beberapa perawi di atas belum
“Shalat itu keridaan Tuhan, sunnah para Penulis tem­ukan kredibilitasnya. Jika mereka
Nabi, kecintaan para malaikat, cahaya makrifat, tidak ber­masalah, maka Hadis ini tetap ḍa‘īf.
dasar keimanan, kewajiban-kewajiban doa, Tetapi jika terdapat seorang pendusta, maka
diterimanya amal-amal, berkah pada amal Hadis ini akan jatuh menjadi palsu.
dan usaha, senjata terhadap musuh, kebencian

334 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 35. 336 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 275, h.n.
335 Lihat Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, 377.
Dalā’il al-Nubuwwah wa Ma‘rifah Aḥwāl Ṣāḥib al-Sharī‘ah, 337 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 95; al-
jil. 2, hlm. 354-3405. Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm. 229.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
100

Hadis 123
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫إذا كان يوم القيامة خرج شيئ من جهنم اسمه‬ Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab
mu‘tabar mengenai perkara-perkara akhirat dan
‫خريش من ولد العقرب طوله ما بين السماء‬
telah dikutip dari kitab yang tidak mu‘tabar. Jadi
‫ وعرضه من المشرق والمغرب‬،‫والأرض‬ Hadis ini dinilai palsu, karena termasuk dalam
kaedah Hadis yang tidak dikenali sumbernya.
‫ يا خريش‬:‫فيقول جبرائيل عليه السلام‬
‫ خمسة‬:‫إلى أين تذهب ولمن تطلب؟ فيقول‬
Bab 9
،‫ والثاني مانع الزكاة‬،‫ الأول تارك الصلاة‬:‫نفر‬ Kelebihan Tauhid
،‫ والرابع شارب الخمر‬،‫والثالث عاق الوالدين‬ Hadis dari no 124 sampai no 134

.‫والخامس المتكلم في المسجد بالكم الدنيا‬


Hadis 124
“Apabila tiba Hari Kiamat, maka keluarlah
makhluk dari neraka Jahannam bernama ‫يجاء بصاحبها يوم القيامة فيقول اهلل إن‬
Khuraysh dari anak keturunan kalajengking.
‫لعبدي هذا عندي عهدا وأنا أحق من وفى‬
Panjang­nya antara langit dan bumi. Sedang
lebar­nya dari timur ke barat. Maka bertanyalah .‫ ادخلوا عبدي الجنة‬،‫بالعهد‬
Jibrīl: “Wahai Khuraysh, ke manakah kamu pergi
dan siapa­kah yang kamu cari?” Ia menjawab: “Orang yang membaca ayat ini akan di­
“Lima orang. Pertama, orang yang meninggalkan datang­kan pada Hari Kiamat. Lalu Allāh ber­
shalat. Kedua, orang yang enggan berzakat. firman: “Sesungguhnya hamba-Ku ini mem­
Ketiga, orang yang durhaka kepada ibu dan punyai sesuatu janji di sisi-Ku, sedang Allāh yang
bapak. Keempat, peminum khamr. Dan kelima, paling patut menunaikan janji. Masukanlah
orang yang berbicara dalam masjid dengan hamba-Ku ke dalam surga.”
pem­bicaraan duniawi.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
Hadis ini belum dapat ditemukan perawi­ dalam al-Kabīr, al-Wāḥidī dalam al-Wasīṭ, Ibn
nya. Hadis ini disebutkan oleh ‘Abd al-Raḥīm al- ‘Adiy dan al-Khaṭīb dalam al-Tārīkh. Semuanya
Qāḍī dalam Daqā’iq al-Akhbār sebagai riwayat dari Ibn Mas‘ūd melalui ‘Umar bin al-Mukhtār al-
Abū Hurayrah dan al-Sabzawārī dalam Jāmi‘ Baṣri}. Hadis ini juga disebutkan oleh al-Qurṭubī
al-Akhbār. Keduanya tanpa sanad dengan lafaz dalam al-Tafsīr dan al-Tidhkār, al-Bayḍāwī, al-
sedikit berbeda, yaitu lafaz ‫ آكل الربا‬sebagai ganti Baghawī, Ibn Kathīr dan al-Suyūṭī dalam kitab-
dari ‫عاق الوالدين‬. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab tafsir mereka. Akan tetapi al-Qurṭubī dalam
kitab Zubdah al-Wā‘iẓīn.338 al-Tafsīr, Ibn Kathīr dan al-Suyūṭī menyebutkan­
nya lengkap dengan sanad-nya.339

338 ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī, Daqā’iq al-Akhbār, hlm.


70; al-Sabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 425, h.n. 1185; al- 339 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 10, hlm. 199,
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 95. h.n. 10452; ‘Alī bin Aḥmad al-Wāḥidī, al-Wasīṭ fī Tafsīr al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
101

‫أنا أقبض روحه كما قبضت أرواح الأنبياء‬


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Dalam sanad Hadis ini terdapat ‘Umar bin .‫عليهم الصلاة والسلام‬
al-Mukhtār. Ia menurut Ibn ‘Adiy meriwayatkan
Hadis-hadis yang batil. al-Dhahabī mengatakan “Jibrīl, Isrāfīl, Izrā’il dan Mīkā’īl telah datang
bahwa ia dituduh pendusta. al-Ḥalabī juga meng­ kepadaku. Maka berkatalah Jibrīl: “Ya Rasūlallāh,
kate­gori­kannya sebagai perawi yang dituduh siapa bershalawat kepadamu sepuluh kali, maka
pendusta.340 aku menuntun tangannya dan urusannya di atas
Sanad Hadis ini dinilai ḍa‘īf oleh al-Haythamī ṣirāt.” Sedang Mīkā’īl berkata: “Aku memberi­nya
dan al-Munāwī. Namun menurut Penulis, Hadis minum dari telagamu.” Dan Isrāfīl berkata: “Aku
ini bukan setingkat ḍa‘īf, akan tetapi palsu ber­sujud kepada Allāh, tidak aku angkat kepalaku
sebagai buatan ‘Umar al-Mukhtār sebagaimana sehingga Allāh mengampuninya.” Dan Izrā’īl
diisyaratkan oleh al-Dhahabī.341 berkata: “Aku mencabut ruhnya, sebagaimana
aku mencabut ruh para Nabi.”

Hadis 125 Takhrīj Hadis:


‫أتاني جبريل وإسرافيل وعزرائيل وميكائيل‬ Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Tafsīr al-
‫ يا رسول اهلل من‬:‫عليهم السلام فقال جبريل‬ Lubāb.342

‫صلى عليك عشر مرات أنا آخذ بيدي وأمره‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫ أنا أسقيه من‬:‫ وقال ميكائيل‬،‫على الصراط‬ Hadis ini dinilai palsu karena beberapa
sebab. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan dalam
‫ أنا أسجد هلل ما‬:‫ وقال إسرافيل‬،‫حوضك‬ kitab-kitab rujukan yang mu‘tabar, termasuk
dalam beberapa kitab khas mengenai kelebihan
:‫ وقال عزرائيل‬،‫أرفع رأسي حتى يغفر اهلل له‬ bershalawat pada Nabi Saw. Kedua, kandungan
maknanya salah, yaitu mengenai arwahnya
akan dicabut sebagaimana dicabutnya arwah
Qur’ān, Taḥqīq ‘Adil AḤmad, ‘Alī Muḥammad Mu‘awwaḍ, para nabi. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh
Dr. Aḥmad Muḥammad Mīrah, Dr. Aḥmad ‘Abd al-Ghanī dan al-Bukhārī, ‘Ā’ishah menjelaskan sakit yang
Dr. ‘Abd al-Raḥmān, Uways, Maktabah Dār al-Bāz, Makkah,
dirasakan Nabi Saw. ketika ruhnya dicabut jauh
1994, jil. 1, hlm. 421; Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 5, hlm. 1693-
1694; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 7, hlm. 193; al-Qurṭubī, lebih dahsyat dibanding arwah manusia biasa.343
Tafsīr, jil. 4, hlm. 42; Abū ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin Jadi, bagaimana mungkin pahala itu berupa
Aḥmad al-Qurṭubī, al-Tidhkār fī Afḍal al-Adhkār, Taḥqīq balasan yang lebih sukar dan lebih buruk. Karena
Fawwāz Aḥmad Zumarlī, Dār al-Kitāb al-‘Arabī, Bayrūt, 1988,
hlm. 235; Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, jil. 2, hlm. 19;
itu, Hadis ini dapat dinilai palsu.
al-Baghawī, Tafsīr, jil. 1, hlm. 330.
340 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 5, hlm. 1693; al-Dhahabī,
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 223, 330 dan 331; al-Ḥalabī,
Hadis 126
Kashf al-Ḥathīth, hlm. 199.
341 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 6, hlm. 326;
‘Abd al-Ra’ūf bin Tāj al-‘Ārifīn al-Munāwī, al-Fatḥ al-Samāwī
Bitakhrīj Aḥādīth al-Bayḍāwī, Taḥqīq Aḥmad Mujtabā al- 342 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 37.
Salafī, Dār al-‘Iṣmah, al- Riyāḍ, 1988, jil. 1, hlm. 347, h.n. 343 Lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maghāzī, Bāb
237; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 330-331. Maraḍ al-Nabī Saw. wa Wafātih, h.n.4175.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
102

seperti yang akan dirumuskan pada bab kesim­


344
]‫نزل قوله تعالى [إن الدين عند اهلل الإسلام‬
pulan nanti, karena Ibn al-Jawzī merupakan se­
‫ وقال كل‬،‫حين افتخر المشركون بأديانهم‬ orang ulama Hadis, maka Hadis yang disebut­kan
tanpa isyarat apa pun minimalnya masih dapat
‫ وهو دين اهلل منذ‬،‫ لا دين إلا ديننا‬:‫فريق منهم‬ dinilai ḍa‘īf, dengan tidak menutup ke­mung­kinan
ia akan lebih dari itu.
‫ فكذبه اهلل بقوله‬.‫بعث اهلل آدم عليه السلام‬
.]‫[إن الدين عند اهلل الإسلام‬ Hadis 127
Firman Allāh: “Sesungguhnya agama di ‫و آية‬ 346
]‫لما نزل [الحمد هلل رب العالمين‬
sisi Allāh hanyalah Islam…” diturunkan ketika
orang-orang musyrik membanggakan agama ]‫و[شهد اهلل أنه لاإله إلا هو‬
348 347
]‫[الكرسي‬
mereka masing-masing dan setiap golongan
mengatakan, tidak ada agama selain agama
‫و [قل مهللا مالك الملك] إلى قوله [بغير‬
kami. Agama kamilah agama Allāh sejak Allāh ‫ يا رب أنزلنا‬:‫ تعلق بالعرش وقلن‬349]‫حساب‬
mem­bangkitkan Adam. Maka, Allāh men­dusta­
kan mereka dengan firman-Nya; “Sesungguhnya :‫على قوم يعملون بمعاصيك؟ فقال اهلل تعالى‬
agama di sisi Allāh hanyalah Islam.”
‫وعزتي وجلالي لايتلون عبد عند دبر كل صلاة‬
Takhrīj Hadis: ‫مكتوبة إلا غفرت له وأسكنته جنة الفردوس‬
Hadis yang merupakan sebab turunnya
ayat ini disebutkan oleh Ibn al-Jawzī dalam kitab ‫ وأقضي له سبعين‬،‫وأنظر إليه كل يوم سبعين‬
Tafsīr-nya tanpa sanad. Ia hanya mengatakan
sebagai berikut: ‫ شهد‬:‫ وقرأ هذه الآية‬.‫حاجة أدناها المغفرة‬

‫ لما ادعت اليهود أنه‬:‫قال أبو سليمان الدمشقي‬ ‫اهلل أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولو العلم قائما‬

‫ وادعت النصارى‬،‫لا دين أفضل من اليهوديـة‬ ‫ وفي رواية‬.‫بالقسط لاإله إلا هو العزيز الحكيم‬

‫أنه لا دين] إن الدين عند اهلل الإسلام[ أفضل‬ ‫ وأنا أشهد أنك لا إله إلا أنت العزيز‬:‫الطبراني‬
345
‫ نزلت هذه الآية‬،‫من النصرانية‬ .‫الحكيم‬

Hukum Hadis: “Ketika turun: al-Ḥamdu lillāhi rabbil


Hadis ini belum dapat dinilai, karena selain ‘ālamīn, ayat al-Kursī, Shahidallāhu annahū lā
Ibn al-Jawzī, belum dapat ditemukan ulama Hadis ilāha illa huwa, qulillāhumma mālik al-mulki,
maupun ulama tafsir yang me­nye­but­kan­nya. sampai dengan firman-Nya: Bighayri Ḥisāb,
Sedangkan Ibn al-Jawzī sendiri hanya me­nye­ maka ayat-ayat itu bergantungan pada ‘Arash,
but­kannya dengan lafaz seperti di atas. Namun dan berkata: “Ya Tuhanku, apakah Engkau

344 al-Qur’ān, Alī ‘Imrān 3: 19. 346 al-Qur’ān, al-Fātiḥah. 1: 1.


345 ‘Abd Raḥmān bin ‘Alī Ibn al-Jawzī, Zād al-Masīr fī 347 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 255.
‘Ilm al-Tafsīr, Maktabah al-Islam, Bayrūt, 1984, jil. 1, hlm. 348 al-Qur’ān, Alī ‘Imrān 3: 18.
363. 349 al-Qur’ān, Alī ‘Imrān 3: 26.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
103

menurunkan kami kepada suatu kaum yang meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari Ḥumayd dan
melakukan kemaksiatan-kemaksiatan terhadap- Ja‘far al-Ṣādiq. Alasan kedua adalah seperti yang
Mu? Maka Allāh menjawab: “Demi keperkasaan- disampaikan oleh Ibn Ḥajar mengapa Ibn al-Jawzī
Ku dan keagungan-Ku, tidak seorang hamba pun menilai palsu, karena adanya pahala yang terlalu
yang membaca tiap-tiap sehabis shalat fardu, besar yang dijanjikan dalam Hadis ini. Ibn al-
kecuali Aku ampuni ia, dan Aku tempatkan ia ke Jawzī berkata bahwa Hadis ini telah diketahuinya
dalam surga Firdaus, dan Aku memandangnya sejak kecil dan hatinya tertarik dengan Hadis ini.
setiap hari tujuh puluh kali, dan Aku tunaikan Tetapi, setelah ia mengetahui bahwa Hadis ini
tujuh puluh hajatnya. Yang paling ringan di palsu, ia langsung meninggalkannya.
antaranya adalah ampunan.” Dan Nabi pun Pendapat tersebut ditolak oleh al-‘Irāqī,
membaca ayat ini: Shahidallāhu annahū lā ilāha kemudian diikuti oleh Ibn Ḥajar dan al-Suyūṭī.
illa huwa wal malā’ikatu wa ‘ulul ‘ilmi qā’iman Alasan mereka, al-Ḥārith di atas adalah thiqah.
bil qisṭi lā ilāha illā huwal ‘azizul ḥakīm. Lalu Ia di-thiqah-kan oleh Ḥammad bin Zayd, Abū
beliau bersabda: “Dan aku tergolong orang yang Zur‘ah, Abū Ḥatim, Ibn Ma‘īn dan al-Nasā’ī,
menyaksikan hal itu.” Sedang menurut lafaz al- dan al-Bukhārī meriwayatkan Hadisnya sebagai
Ṭabrānī: “Dan aku bersaksi bahwa Engkau, tiada shāhid. Namun untuk menilainya sebagai Hadis
Tuhan melainkan Engkau, Yang Maha Perkasa ṣaḥīḥ juga bermasalah. Menurut Ibn Ḥajar,
Lagi Maha Bijaksana.” dalam sanad ini ada yang terputus namun tidak
nampak, yaitu ḍamīr (‫ )ـه‬pada bapak dan kakek
Takhrīj Hadis: Abū Ja‘far di atas boleh ditafsirkan al-Bākir dari
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī dalam al-Ḥusayn atau Zayn al ‘Ābidīn dari ‘Alī. Akan
‘Amal al-Yawm dan Ibn Ḥibbān dalam al-Majrūḥīn tetapi, pendengaran (‫ )سماع‬al-Bākir dari al-
keduanya melalui al-Ḥārith bin ‘Umayr dari Ḥusayn atau Zayn al ‘Ābidīn dari ‘Alī bermasalah.
Abū Ja‘far bin MuḤammad dari bapak­nya dari Sebagian ulama berpendapat bahwa keduanya
kakeknya dari ‘Ali bin Abū Ṭālib. al-Suyūṭī meng­ tidak mendengar dari bapaknya.
isyaratkan bahwa al-Daylamī me­riwayat­kan­nya al-Suyūṭī, selain mengutip pendapat al-‘Irāqī
pula dari Abū Ayyūb dengan sedikit perbedaan dan Ibn Ḥajar di atas, juga menguatkan Hadis
lafaz.350 ini dengan riwayat al-Daylamī dari Abū Ayyūb
dengan sanad sebagai berikut:
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Ada kontroversi ulama dalam menilai Hadis ‫ حدثنا‬،‫ أنبأنا طالب‬،‫أنبأنا أبو منصور العجلي‬
ini. Ibn Ḥibbān dan Ibn al-Jawzī menilainya palsu
‫أبو القاسم علي بن محمد بن عيسى بن موسى بن‬
dengan alasan bahwa dalam sanad Hadis ter­
dapat al-Ḥārith bin ‘Umayr. Menurut Ibn Ḥibbān, ،‫الحسين البزارحدثنا محمد بن علي المصري‬
ia meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari perawi-
perawi thiqah. Menurut al-Ḥākim, al-Ḥarith ،‫أنبأنا محمد بن عبد الرحمن بن بحير بن ريسان‬
‫ حدثنا يحي بن‬،‫حدثنا عمرو بن الربيع بن طارق‬
350 Aḥmad bin Muḥammad bin Isḥāq al-Daynūrī Abū ‫ حدثنا إسحاق بن أسـيد عن يعقوب بن‬،‫أيوب‬
Bakar bin Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, Dār al-Ṭibā‘ah
al-Muḥammadiyyah, al-Qāhirah, 1969, hlm. 56; Ibn Ḥibbān, ‫إبـراهيم عن محمد بن ثابت شرحبيل عن عبد‬
al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 223; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm.
228-230.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
104

351
‫اهلل بن يزيد الخطمي عن أبي أيوب مرفوعا‬ ‫له جناحان أبيضان مكللان بالدر والياقوت‬
Namun, shāhid yang dikemukakan al-Suyūṭī ‫أحدهما بالمشرق والآخر بالمغرب إذا‬
ini dalam sanad-nya terdapat Muḥammad bin
‘Abd Raḥmān, ia dituduh oleh Ibn ‘Adiy dan ‫نشرهما تجاوز المشرق والمغرب فيرتفع إلى‬
al-Khaṭīb sebagai pendusta, maka riwayat ini
‫ وله دوي كدود‬،‫السماء حتى ينهي إلى العرش‬
sama sekali tidak dapat menguatkan Hadis asal.
Karena itu, Hadis ini tetap ḍa‘īf, karena sanad ‫ اسكن بعزة‬:‫ فيقول له حملة العرش‬،‫النحل‬
Hadis yang asal ḍa‘īf disebabkan adanya sanad
yang terputus. al-Qurṭubī menyebutkan Hadis ini ‫ لا أسكن حتى يغفر‬:‫ فيقول‬.‫اهلل وعظمته‬
dalam al-Tidhkār tanpa memberikan komentar.352
‫ فيعطيه اهلل سبعين ألف لسان‬،‫اهلل لقائله‬
Hadis 128 .‫فيستغفرون لصاحبه إلى يوم القيامة‬
‫من شهد أن لا إله إلا اهلل وأن محمدا رسول‬ “Apabila seorang hamba yang mukmin
mengatakan, “lā ilāha illa Allāh, Muḥammad
.‫اهلل حرم اهلل النار عليه‬ Rasūlullāh,” maka keluarlah malaikat dari mulut­
nya, seperti seekor burung hijau yang memiliki
“Siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
sepasang sayap putih bertatahkan mutiara dan
Allāh, dan bahwa Muḥammad itu utusan Allāh,
permata. Salah satu di antaranya berada di
maka Allāh mengharamkan neraka atas dirinya.”
timur. Sedang yang lain di barat. Apabila kedua
sayap itu ia tebarkan, maka keduanya melampaui
Takhrīj Hadis:
timur dan barat. Lalu terbanglah malaikat itu ke
Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhārī, dan
langit, hingga sampailah ia ke ‘Arash. “Diamlah
Muslim dari ‘Ubbādah bin al-Ṣāmit.353
kamu, demi keperkasaan dan keagungan Allāh!”
Jawab malaikat itu: “Aku takkan diam, sehingga
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Allāh mengampuni orang yang meng­ucapkan
kata-kata tadi.” Maka Allāhpun mem­beri­
Hadis 129 nya tujuh puluh ribu lidah yang me­mohon­kan
ampunan bagi pembaca kata-kata tadi sampai
‫إذا قال العبد المؤمن لا إله إلا اهلل محمد‬
Hari Kiamat.”
‫رسول اهلل خرج من فمه ملك مثل طير أخضر‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz ini belum dapat di­
351 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 223; Ibn
al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 244-245; al-Suyūṭī, al- temu­kan perawinya. Hadis ini disebutkan al-
La’ālī, jil. 1, hlm. 228-230; Lihat biografi al-Ḥārith dalam al- Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn tanpa
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 440. me­nye­butkan sanad. Hadis semisal ini sering
352 al-Qurṭubī, al-Tidhkār, hlm. 235-236; Lihat
disebut dalam kitab-kitab Hadis palsu, sebagai
biografi Muḥammad bin ‘Abd Raḥmān dalam al-Dhahabī,
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 621. contoh Hadis palsu yang dibuat tukang cerita.354
353 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Man Khaṣṣa
bi al-‘Ilm, h.n. 128,129; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb
al-Dalīl ‘alā man Māta ‘alā al-Tawhīd Dakhala al-Jannah, 354 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 417, h.n.
h.n. 29. 369; lihat Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 46; Ibn al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
105

‘Arash dengan rantai-rantai cahaya. Kota itu


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. mempunyai seratus ribu pintu sendiri-sendiri.
Para ulama Hadis menilai Hadis seperti Setiap pintunya terdapat taman yang dihampari
ini palsu, karena terdapat hal-hal yang tidak rahmat Allāh. Setiap taman terdapat istana dari
mungkin dikatakan oleh Rasūlullāh Saw.355 cahaya. Setiap ruangan terdapat rumah dari
cahaya. Di atas tiap-tiap rumah terdapat kamar
Hadis 130 dari cahaya. Setiap kamar terdapat empat
ratus pintu; masing-masing pintu mempunyai
‫لما عرج بي إلى السماء رأيت مدينة من النور‬ dua daun pintu, sebuah dari emas dan sebuah
lagi dari perak. Dan di depan tiap-tiap pintu
‫مثل الدنيا ألف مرة معلقة بسلاسل من النور‬ terdapat singgasana dari cahaya. Di atas tiap-
tiap singgasana terdapat kasur dari cahaya.
‫تحت العرش ولها مائة ألف باب مستقل في كل‬
Di atas tiap-tiap kasur ada seorang bidadari,
‫باب بستان مفروش برحمة اهلل وفي كل بستان‬ yang sekiranya seorang bidadari menampakkan
jari manisnya ke dunia ini, niscaya cahaya jari
‫قصر من النور وفي كل قصر دار من النور‬ manisnya itu mengalahkan matahari dan bulan.
Maka aku berkata, “Ya Tuhanku, apakah ini untuk
‫وفي كل دار سبعون حجرة من النور مصراع‬
seorang Nabi, ataukah untuk seorang ṣiddīq?”
‫ وفي كل باب‬،‫من الذهب ومصراع من الفضة‬ Jawab Allāh: “Ini untuk orang-orang yang
berzikir di malam hari dan pada penghujung-
‫ وعلى كل سرير فراش من‬،‫سرير من النور‬ penghujung siang. Dan sesungguhnya mereka
masih memperoleh tambahan lagi di sisi-Ku,
‫ وفوق كل فراش جارية من الحور العين‬،‫النور‬
sedang Aku Maha Luas.”
‫لو أبدت واحدة خنصرها إلى دار الدنيا لغلب‬
Takhrīj Hadis:
‫ يارب‬:‫ فقلت‬.‫نور خنصرها الشمس والقمر‬ Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Secara tekstual, al-Khūbawī mengutipnya dari
‫ هذا‬:‫أهذا للنبي أو لصديق؟ قال اهلل تعالى‬
kitab Tanbīh al-Ghāfilīn.356
‫ وإن لهم‬،‫للذاكرين آناء الليل وأطراف النهار‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
.‫عندي لمزيد وأنا أوسع‬ Hadis ini dikutip dari kitab Tanbīh al-Ghāfilīn.
Namun Penulis tidak menemukannya dalam
“Ketika aku dimi‘rajkan ke langit, aku
kitab yang disebutkan. Dilihat dari matan dan
melihat sebuah kota dari cahaya yang besarnya
maknanya, Hadis ini dapat dinilai palsu, karena
seribu kali lipat dari dunia, tergantung dari
terdapat hal-hal yang oleh ulama Hadis dikenal
dengan istilah: Hal yang tidak akan pernah
Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 50-51; Ibn Ṭāhir, Tadhkirah
dikatakan oleh Rasūlullāh Saw.
al-Mawḍū‘āt, hlm. 54; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah,
hlm. 424; ‘Umar Ḥasan Fallātah, al-Waḍ‘ fī al-Ḥadīth, Dār
al-Ghazālī, Dimashq, 1981, jil. 1, hlm. 277.
Hadis 131
355 Ibn al-Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 50-51;
Ibn Ṭāhir, Tadhkirah al-Mawḍū‘āt, hlm. 54; ‘Alī al-Qārī, al-
Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 424; Fallātah, al-Waḍ‘ fī al-Ḥadīth,
jil. 1, hlm. 277. 356 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 38.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
106

Khūbawī mengutipnya dari Zahrah al-Riyāḍ.357


‫أنه كان ذات يوم جالسا حزينا فأتاه جبرائيل‬
،‫ يا محمد ماهذا الحزن‬:‫عليه السلام فقال‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu dengan beberapa
‫أعطى اهلل لأمتك خمسة أشياء ولم يعطى‬ sebab. Pertama, Hadis ini tidak ditemukan dalam
kitab-kitab yang mu‘tabar, termasuk dalam
‫ أنا عند‬:‫ يقول اهلل تعالى‬،‫ الأول‬:‫لأحد قبلك‬ kitab khusus yang membicarakan mengenai
‫ من‬:‫ والثاني‬.‫ ولا يخلف ظنه‬،‫ظن عبدي بي‬ kelebihan yang diberikan Allāh Swt. kepada Nabi
Muḥammad Saw., yaitu al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā
‫ والثالث‬.‫ستره في الدنيا لم يفضحه يوم القيامة‬ karangan al-Suyūṭī. Kedua, Hadis ini dikutip dari
kitab yang tidak mu‘tabar. Karena itu, Hadis ini
‫ من‬.‫لم يغلق على أمتك باب التوبة مالم يغرغر‬ dapat dinilai palsu.
‫أتى بملئ الأرض خطيئة يغفرها اهلل له بعد أن‬
Hadis 132
:‫ والخامس‬.‫ لاإله إلا اهلل محمد رسول اهلل‬:‫يقول‬
‫ فلما‬،‫كان حول البيت ثلثمائة وستون صنما‬
.‫يرفع العذاب عن الأموات بدعاء الأحياء‬
‫نزلت هذه الآية ]شهد اهلل أنه لاإله إلا هو‬
“Bahwasanya pada suatu hari, beliau duduk
bersedih hati. Maka datanglah Jibrīl kepadanya, ‫والملائكة وأولو العلم قائما بالقسط لاإله إلا‬
lalu berkata: “Ya Muḥammad, kenapa sedih
seperti ini? Allāh telah memberikan kepada .‫ خروا سجدا‬358[ ‫هو العزيز الحكيم‬
umatmu lima perkara yang tidak Dia berikan
“Dulu, di sekitar Ka‘bah ada 360 patung.
kepada seorang pun sebelum kamu. Pertama,
Maka tatkala turun ayat yang mulia ini;
Allāh berfirman: “Aku menuruti persangkaan
Shahidallāhu annahū lā ilāha illa huwa wal
hamba-Ku terhadap-Ku.” Sedang Allāh itu tidak
malā’ikatu wa ‘ulul ‘ilmi qā’iman bil qisṭi lā ilāha
menyalahi persangkaan hamba-Nya. Kedua,
illā huwal ‘azizul ḥakīm, patung-patung itu pun
siapa yang Allāh tutupi aibnya di dunia, maka
tersungkur sujud.”
takkan Dia bukakan aibnya pada hari Kiamat.
Ketiga, Allāh tidak menutup kepada umatmu
Takhrīj Hadis:
pintu taubat selagi ia belum tercekik-cekik.
Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abd bin Ḥumayd
Keempat, siapa melakukan kesalahan sepenuh
dan Ibn Mundhīr dari Sa‘īd bin Jubayr seperti
bumi, maka Allāh mengampuninya setelah
yang diisyaratkan oleh al-Suyūtī. al-Qurṭubī juga
ia membaca: lā ilāha illa Allāh Muḥammad
menyebutkan Hadis ini dalam Tafsīr-nya tanpa
Rasūlullāh. Dan kelima, Allāh mengangkat azab
menyebutkan sanad.359
dari orang-orang mati, karena doa orang-orang
hidup.”
Hukum Hadis:
Hadis ini belum dapat dinilai, karena
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
357 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 38.
358 al-Qur’ān, ‘Alī ‘Imrān 3: 18.
359 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 22.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
107

Penulis belum menemukan sanad-nya, sedang­


kan al-Qurṭubī dan al-Suyūṭī tidak memberikan Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
komentar sedikit pun terhadap kekuatan Hadis al-Kalbī, nama sebenarnya adalah Muḥammad
ini. Seperti yang akan dijelaskan pada bab bin al-Sā’ib, telah dituduh pen­dusta oleh ke­
terakhir nanti, Hadis seperti ini dapat dinilai banyakan ulama Hadis, bahkan Aḥmad ketika
sekurang-kurangnya ḍa‘īf, dengan tidak menutup ditanya kebolehan mengambil tafsir dari al-Kalbī,
kemungkinan ia lebih dari itu. beliau menjawab tidak. al-Dhahabī me­ngata­
kan bahwa tidak boleh menye­but­kan nama­
Hadis 133 nya dalam kitab, apalagi ber­hujah dengan­nya.
Karena itulah, al-Suyūṭī tidak me­nye­but­kan
‫ وقالا أنت‬.‫ نعم‬:‫ أنت محمد؟ قال‬:‫قال الرجلان‬ Hadis ini dalam tafsirnya dan dalam Mukhtaṣar
Asbāb al-Nuzūl karangan al-Wāḥidī. Namun yang
‫ فأنا نسألك‬:‫ قالا‬.‫ أنا محمد وأحمد‬:‫أحمد؟ قال‬ aneh adalah, Hadis ini disebutkan oleh Ibn al-
Jawzī dalam tafsirnya Zād al-Masīr. Akan tetapi
.‫عن شيئ فإن أخبرتنا به آمنا بك وصدقنا لك‬
ia meng­isyaratkan bahwa Hadis ini merupakan
‫ أخبرنا عن أعظم شهادة في‬:‫ قالا‬.‫ فاسألا‬:‫قال‬ perkataan al-Kalbī.362

‫كتاب اهلل! فأنزل اهلل هذه الآية [شهد اهلل أنه‬


Hadis 134
.360]‫لا إله إلا هو‬
‫تجيء الأعمال يوم القيامة لتحج لصاحبها‬
“Dua orang pendeta laki-laki berkata:
“Apakah engkau Muḥammad?” Jawab Nabi, ‫ يارب أنا‬:‫ فتجيء الصلاة وتقول‬،‫وتشفع‬
“Ya.” “Apakah engkau Aḥmad?” tanya keduanya.
‫ فتجيء‬.‫ إنك على خير‬:‫ فيقول اهلل‬.‫الصلاة‬
Nabi menjawab: “Aku Muḥammad dan Aḥmad.”
Mereka berkata: “Sesungguhnya kami hendak :‫ فيقول اهلل‬.‫ يارب أنا الصدقة‬:‫الصدقة فتقول‬
bertanya kepadamu tentang sesuatu. Jika engkau
beritahukan kepada kami, maka kami akan ‫ يارب أنا‬:‫ فيجيء الصيام فيقول‬.‫إنك على خير‬
beriman kepadamu dan membenarkan engkau.”
‫ ثم‬،‫ جئتم على خير‬:‫ فيقول اهلل تعالى‬.‫الصيام‬
“Bertanyalah!” kata Nabi. Kedua pendeta itu
berkata: “Beritahukanlah kepada kami tentang ،‫ وأنت السلام‬:‫يجيء الإسلام فيقول الإسلام‬
shahādat terbesar dalam kitab Allāh!” Maka
Allāh menurunkan ayat ini; ‘Shahida Allā annah ‫ جئت على خير وبك آخذ‬:‫فيقول اهلل تعالى‬
lā ilāha illa Huwa.’”
.‫وبك أعطي‬
Takhrīj Hadis: “Pada hari Kiamat amal-amal akan datang
Hadis yang merupakan sebab turunnya ayat membela pelakunya dan memberi shafaat.
ini disebutkan oleh al-Wāḥidī yang mengutip dari Shalat datang, lalu berkata: “Ya Tuhanku, akulah
al-Kalbī.361 shalat.” Maka Allāh berfirman: “Sesungguhnya

360 al-Qur’ān, ‘Alī ‘Imrān 3: 18. 362 Ibn al-Jawzī, Zād al-Masīr, jil. 1, hlm. 362; lihat
361 ‘Alī bin Aḥmad al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, biografi al-Kalbī dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3,
Dār al-Kitāb al-Jadīd, al-Qāhirah, 1969, hlm. 86. hlm. 557-559.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
108

engkau baik-baik saja.” Lalu datang sedekah Hadis ini dengan ḥasan.365
seraya berkata: “Ya Tuhanku, akulah sedekah.”
Maka Allāh berfirman: “Sesungguhnya engkau
pun baik-baik saja.” Lalu datanglah puasa seraya Bab 10
ber­kata: “Ya Tuhanku, akulah puasa.” Maka
Allāh ber­firman: “Kalian datang baik-baik saja.”
Keutamaan Bertaubat
Selanjut­nya datanglah Islam, lalu berkatalah Hadis dari no 135 sampai no 151
Islam itu: “Dan Engkau Yang Maha Sejahtera.”
Maka Allāh pun berfirman: “Engkau datang Hadis 135
dalam keadaan baik-baik. Denganmu Aku meng­
ambil dan denganmu Aku memberi.” ‫ما أصر من استغفر وإن عاد في اليوم سبعين‬

Takhrīj Hadis:
.‫مرة‬
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad dan “Tidaklah meneruskan dosa orang yang me­
Abū Ya‘lā dari Abū Hurayrah melalui ‘Ubbād mohon ampun, sekalipun ia mengulangi dosanya
bin Rāshid. al-Haythamī mengisyaratkan bahwa tujuh puluh kali dalam sehari.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Awsaṭ.363 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud
Hukum Hadis: Ḥasan. dan al-Tirmidhī, Ibn Sinnī dan al-Bayhaqī dalam
al-Haythamī mengatakan bahwa pada sanad Shu‘abal-iman. Semuanya melalui ‘Uthmān bin
Aḥmad terdapat ‘Ubbād bin Rāshid, yang dinilai Wāqid dari Abū Nusayrah dari pembantu (‫)موىل‬
thiqah oleh Abū Ḥatim. Akan tetapi beberapa Abū Bakar dari Abū Bakar. Lafaz al-Bayhaqī: ‫لم‬
ulama lainnya menilai ḍa‘īf. Selain ‘Ubbād, ‫ يرص‬sebagai ganti dari ‫ما أرص‬. 366
perawi dalam sanad Aḥmad adalah perawi-
perawi ṣaḥīḥ.364 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Setelah melihat biografi ‘Ubbād, ternyata al-Tirmidhī mengatakan bahwa isnād-nya
beliau termasuk perawi yang Hadisnya diriwa­ tidak kuat (‫)ليس إسناده بالقوي‬. al-‘Irāqī, al-Suyūṭī
yat­kan oleh al-Bukhārī, dengan digabung­kan dan al-Munāwī juga menilainya ḍa‘īf.367 Sebabnya
ber­sama perawi lain. Selain itu, diriwayatkan pada sanad ini terdapat seorang perawi yang tidak
juga oleh Abū Dāwud, al-Nasā’ī dan Ibn Mājah, dikenali, yaitu pembantu Abū Bakar. al-Munāwī
meskipun al-Bukhārī sendiri memasukkan nama
‘Ubbād dalam kitab al-Ḍu‘afā’. Aḥmad me­nyata­
365 MuḤammad bin IsmĀ‘īl al-Bukhārī, al-Ḍu‘afā’,
kan bahwa ia thiqah dan ṣāliḥ. al-Dhahabī ber­ Dār ‘Ālam al-Kutub, Bayrūt, 1984, hlm. 152; Ibn Ḥajar, Taqrīb
pendapat ia ṣadūq. Sedangkan Ibn Ḥajar ber­kata al-Tahdhīb, hlm. 290; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm.
bahwa ia ṣadūq, akan tetapi mempunyai bebe­ 365.
366 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb fī al-
rapa kesalahan. Karena itulah, Penulis menilai
Istighfār, h.n. 1514; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt,
Bāb (tanpa judul, no. 107), h.n. 3559; Ibn Sinnī, ‘Amal al-
Yawm wa al-Laylah, hlm. 141; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān,
363 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 362; Abū Ya‘lā, jil. 5, hlm. 409, h.n. 7099.
Musnad, jil. 11, hlm. 104-105, h.n. 6231; al-Haythamī, 367 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm 406; al-Suyūṭī, al-
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 345. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 417; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil.
364 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 345. 5, hlm. 422-423.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
109

menambahkan bahwa ‘Uthmān bin Wāqid juga Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


di-ḍa‘īf-kan oleh Abū Dāwud. Akan tetapi alasan Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ oleh al-Sakhāwī.370
ini kurang tepat. ‘Uthmān adalah thiqah menurut
Ibn Ma‘īn, dan pen-ḍa‘īf-an Abū Dāwud, seperti Hadis 137
dijelaskan al-Dhahabī, hanya karena beliau
meriwayatkan lafaz yang berlebihan dalam satu 371
]... ‫نزلت هذه الآية [وإذا فعلوا فاحشة‬
Hadis. Jadi bukan kepribadiannya yang ḍa‘īf. 368
‫في رجل تجار جائت امرأة تشتري منه تمرا‬
Hadis 136 .‫فأدخلها في الحانوت وقبلها ثم ندم على ذلك‬
‫لايجلس قوم مجلسا لايصلون فيه على النبي‬ “Ayat ini ‘wa idhā fa‘alū fāḥishah’ turun
mengenai seorang laki-laki penjual kurma. Ada
‫صلى اهلل عليه وسلم إلا كان عليهم حسرة‬ seorang perempuan yang datang membeli kurma
darinya. Maka oleh lelaki itu, ia dimasukkan
.‫وإن دخلوا الجنة لما يرون من الثواب‬
ke dalam kedai lalu diciuminya. Kemudian ia
“Tidaklah duduk suatu kaum di suatu majelis menyesal atas perbuatannya.”
di mana mereka tidak mengucapkan shalawat
atas Nabi, kecuali majelis itu menjadi penyesalan Takhrīj Hadis:
bagi mereka, sekalipun mereka masuk surga, Hadis ini disebutkan oleh al-Wāḥidī dalam
dikarenakan pahala yang mereka lihat.” Asbāb Nuzūl al-Qur’ān dari Ibn ‘Abbās dari
riwayat ‘Aṭā’ tanpa menyebutkan sanad. Ibn
Takhrīj Hadis: Ḥajar dalam al-Iṣābah menyebutkan sanad Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasā’ī dalam ini. Ia mengatakan bahwa Hadis ini disebutkan
‘Amal al-Yawm wa al-Laylah dari Jābir secara oleh Muqātil bin Sulaymān dalam tafsirnya dari
marfū‘ dan dari Abū Sa‘īd al-Khudrī secara al-Ḍaḥḥāk dari Ibn ‘Abbās. ‘Abd al-Ghanī juga
mawqūf, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab secara meriwayatkan dalam tafsirnya dari Mūsā bin ‘Abd
marfū’ dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, Jābir dan Abū Raḥmān dari Ibn Jurayj dari ‘Aṭā’ dari Ibn ‘Abbās.372
Hurayrah. al-Sakhāwī mengisyaratkan bahwa
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Daynawarī Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
dalam al-Mujālasah, al-Tamīmī dalam al-Targhīb, Sanad Hadis ini sangat ḍa‘īf, baik sanad
Sa‘īd bin Manṣūr dalam Musnad, Ismā‘īl al-Qāḍī, Muqātil maupun sanad ‘Abd al-Ghanī. Ibn Ḥajar
Ibn Shāhin dalam beberapa Ajza’-nya, dan Ibn mengatakan bahwa Muqātil adalah orang yang
Basykhuwāl dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, dan al- Hadisnya ditinggalkan, dan al-Ḍaḥḥāk tidak
Tirmidhī dalam al-Du‘ā’ dari Abū Hurayrah.369 mendengar dari Ibn ‘Abbās. Sedangkan sanad
yang kedua, ‘Abd al-Ghanī dan Mūsā menurut
Ibn Ḥajar ‫ هالكان‬.373

368 Lihat biografi ‘Uthmān dalam al-Dhahabī, Mīzān


al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 59. 370 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 221.
369 Aḥmad bin Shu‘ayb al-Nasā’ī, ‘Amal al-Yawm 371 al-Qur’ān, ‘Alī ‘Imrān 3: 135.
wa al-Laylah, TaḤqīq Dr, Fārūq Ḥammādah, Mu’assasah 372 al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, hlm. 118;
al-Risālah, Bayrūt, 1987, hlm. 136-314; al-Bayhaqī, Shu‘ab Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, al-Iṣābah fī Tamyīz al-
al-Īmān, jil. 2, hlm. 214-215, h.n. 1570-1571; al-Shakhāwī, Ṣaḥābah, Maṭba‘ah al-Sa‘ādah, Miṣr, 1328 H, jil. 3, hlm. 550.
al-Qawl al-Badī‘, hlm. 221. 373 Ibn Ḥajar, al-Iṣābah, jil. 3, hlm. 550. dan lihat
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
110

Hadis 138 Hadis 139


.‫إن اهلل يقبل توبة العبد مالم يغرغر‬ ‫مكتوب حول العرش قبل خلق آدم عليه‬
“Sesungguhnya Allāh menerima taubat ‫الصلاة والسلام بأربعة آلاف سنة [وإني لغفار‬
seorang hamba, selagi ia belum tercekik-cekik.”
376
.]‫لمن تاب وآمن وعمل صالحا‬
Takhrīj Hadis:
“Tertulis di sekeliling ‘Arash empat ribu
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Timidhī dan
tahun sebelum diciptakannya Adam: “Dan se­
Ibn Mājah, Aḥmad, Ibn Ḥibbān, al-Ḥākim dan Abū
sung­guh­nya Aku Maha Pengampun bagi orang
Nu‘aym, semuanya dari Ibn ‘Umar. Dalam sanad
yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.”
Ibn Mājah, Hadis ini diriwayatkan dari Ibn ‘Amru.
Akan tetapi, ini salah, seperti yang ditegaskan al-
Takhrīj Hadis:
Mizzī. Yang benar adalah Ibn ‘Umar.374
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Daylamī
dan Abū al-Layth al-Samarqandī ini tanpa me­
Hukum Hadis: Ḥasan.
nyebutkan sanad. Keduanya dari ‘Alī. Hadis ini
Hadis ini dinilai hasan gharīb oleh al-
disebutkan oleh al-Madīnī dalam al-Ittiḥāfāt al-
Tirmidhī. al-Mundhirī dalam al-Targhīb mengutip
Saniyyah. 377
bahwa al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan saja,
Sanad al-Daylamī seperti yang dikutip
tanpa ada kata-kata gharīb. Hal ini terjadi karena
oleh Bashyūnī Zaghlūl, pen-taḥqīq Musnad al-
perbedaan naskah yang ada. Namun Penulis
Daylamī, dari kitab Zarh al-Firdaws, sebagai
menguatkan teks yang mengatakan ḥasan
berikut:
gharīb. Sebab jalur Hadis ini hanya satu, maka ia
akan dinilai gharīb menurut kaedah al-Tirmidhī, ‫ثنا يوسف الوراق ثنا عبيد اهلل بن محمد بن‬
dan al-Mizzī mengutip penilaian al-Tirmidhī
dengan ḥasan gharīb. al-Ḥākim dan al-Dhahabī ،‫ ثنا علي بن إبراهيم بن علان‬،‫رزين أبو سهل‬
menilai ṣaḥīḥ al-isnād. al-Suyūṭī dan al-Munāwī
‫ثنا داود بن‬
menilainya ḥasan.375

‫ ثنا أحمد بن‬،‫ ثنا سعيد بن عثمان‬،‫الخليل‬


biografi Muqātil dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4,
hlm. 173-175, biografi Mūsā dalam al-Dhahabī, Mīzān al- ‫ ثنا إسماعيل بن يحي بن عبيد‬،‫عبد اهلل البزار‬
I‘tidāl, jil. 3, hlm. 211-212.
374 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Faḍl ‫سنان عن الضحاك بن مزاحم‬ 378
‫اهلل عن أبي‬
al-Tawbah wa al-Istighfār, h.n. 3537; Ibn Mājah, Sunan,
Kitāb al-Zuhd, Bāb Dhikr al-Tawbah, h.n. 4253; Aḥmad, ‫ قال رسول‬:‫عن النزال بن سبرة عن علي قال‬
Musnad, jil. 2, hlm. 132 dan jil. 3, hlm. 425; Ibn Ḥibbān,
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-Tawbah, h.n. 262; al-Ḥākim,
al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb Inna Allāh Yaghfir li Qadīr,jil. 2, hlm. 306-307.
‘Abdih Mā Lam Yugharghir, jil. 4, hlm. 257; Abū Nu‘aym, 376 al-Qur’ān, Ṭāhā 20: 82.
Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 5, hlm. 190; Yūsuf bin ‘Abd Raḥmān 377 Abū al-Layth, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 111, h.n.
al-Mizzī, Tuḥfah al-Ashrāf fĪ Ma‘rifah al-Aṭrāf, al-Maktabah 121; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 4, hlm. 122, h.n.
al-Islāmiyah, Bayrūt, 1983, jil. 5, hlm. 328. 6378; al-Madīnī, Ittiḥāfāt al-Saniyyah, hlm. 273.
375 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 4, hlm. 93; al-Suyūṭī, 378 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 4, hlm. 122,
al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 257; al-Munāwī, Fayḍ al- h.n. 6378.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
111

...‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬ ‫موته بسنة أو شهر أو يوم أو ساعة حتى بلغ‬
‫الروح الحلقوم ولم يمكن له النطق والإعتذار‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Dalam sanad tersebut di atas terdapat .‫بلسانه وندم بقلبه قد غفرت له‬
seorang perawi yang dituduh pendusta, yaitu
“Jibrīl berkata: “Ya Muḥammad, se­sung­guh­
Ismā‘īl bin Yaḥyā. Ia dituduh pendusta oleh al-
nya Allāh menyampaikan salam kepadamu, dan
Azdī, Abū ‘Alī al-Nīsābūrī, al-Dāraquṭnī, dan al-
berfirman: “Siapa yang bertaubat dari umatmu
Ḥakim.379 Jadi sanad ini mawḍū‘. Hadis ini dinilai
satu tahun sebelum kematiannya, maka diterima
palsu.
taubatnya.” Nabi bersabda: “Ya Jibrīl, satu tahun
bagi umatku terlalu banyak, dikarenakan sering­
Hadis 140 nya lalai dan berangan-angan panjang.” Maka
pergilah Jibrīl, kemudian kembali lagi dan ber­
‫ يا محمد إن اهلل يقرئك السلام‬:‫قال جبرائيل‬ kata: “Ya Muḥammad, sesungguhnya Tuhan­mu
.‫ من تاب من أمتك قبل موته بسنة قبلته‬:‫ويقول‬ ber­firman: “Siapa bertaubat satu bulan sebelum
kematian­nya, maka taubatnya diterima.” Nabi
‫ ياجبرائيل‬:‫فقال النبي صلى اهلل عليه وسلم‬ ber­sabda: “Ya Jibrīl, satu bulan bagi umatku
terlalu banyak.” Maka pergilah Jibrīl, lalu kembali
‫السنة لأمتي كثيرة لغلبت الغفلة وطول‬ lagi dan berkata: “Ya Muḥammad, se­sung­guh­
nya Tuhanmu berfirman: “Siapa ber­taubat satu
‫ يا محمد‬:‫ فذهب جبرائيل ثم رجع فقال‬.‫الأمل‬
hari sebelum kematiannya, maka diterimalah
‫ من تاب قبل موته بشهر قبلت‬:‫إن ربك يقول‬ taubat­nya.” Nabi bersabda: “Ya Jibrīl, satu hari
bagi umatku terlalu banyak.” Maka Jibrīl pun
،‫ يا جبرائيل‬: ‫ فقال صلى اهلل عليه وسلم‬.‫توبته‬ pergi lagi, kemudian kembali lalu berkata: “Ya
Muḥammad, sesungguhnya Allāh berfirman:
‫ فذهب جبرائيل ثم رجع‬.‫الشهر لأمتى كثير‬
“Siapa bertaubat satu jam sebelum kematian­nya,
‫ من تاب قبل‬:‫ يا محمد إن ربك يقول‬:‫فقال‬ maka taubat­nya akan diterima.” Nabi bersabda:
“Ya Jibrīl, satu jam bagi umatku terlalu banyak.”
‫ فقال صلى اهلل عليه‬.‫موته بيوم قبلت توبته‬ Jibrīl pun pergi lagi, kemudian kembali lalu ber­
kata: “Ya Muḥammad, sesungguhnya Allāh me­
‫ فذهب‬.‫ يا جبرائيل اليوم لأمتي كثير‬:‫وسلم‬
nyampai­kan salam kepadamu dan berfirman:
‫ يا محمد إن ربك يقول‬:‫جبرائيل ثم رجع فقال‬ “Siapa menghabiskan seluruh umurnya dalam
kemaksiatan-kemaksiatan, dan tidak kembali
:‫ فقال‬.‫من تاب قبل موته بساعة قبلت توبته‬ juga kepada-Ku satu tahun, atau satu bulan, atau
satu hari atau satu jam sebelum kematiannya,
‫ يا‬:‫ فذهب ثم رجع فقال‬.‫الساعة لأمتي كثيرة‬
sehingga ruhnya mencapai kerongkongan,
‫ من مضى‬:‫محمد إن اهلل يقرأك السلام ويقول‬ sedang ia tidak dapat berbicara dan memohon
maaf lagi dengan lidahnya, namun bisa
‫جميع عمره في المعاصي ولم يرجع إلي قبل‬ menyesal dengan hatinya, sesungguhnya Aku
mengampuninya.”

379 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 253.


Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
112

Takhrīj Hadis:
‫ فلم‬،‫ تب إلى اهلل‬:‫النبي صلى اهلل عليه وسلم‬
Hadis dengan lafaz seperti ini, yaitu adanya
dialog antara Jibrīl dengan Rasūlullāh Saw. belum ‫ فتبسم‬،‫يعمل بلسانه وأحال عينيه نحو السماء‬
dapat ditemukan. Namun dengan makna yang
sama tanpa potongan terakhir, yaitu bermula :‫ فقلت‬، ‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
dari lafaz: ‫ولم يكن له النطق واإلعتذار بلسانه وندم بقلبه‬
‫ هذا‬:‫ فقال‬،‫يارسول اهلل ماحملك على التبسم‬
‫فد غفرت له‬, diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Ḥākim,
al-Ṭabarī dan lain-lain dari ‘Abd Allāh bin ‘Amru ‫المريض لم يعمل بلسانه التوبة وأومأ ببصره إلى‬
dengan lafaz: ‫ ومن تاب‬،‫من تاب قبل موته عاما تيب عليه‬
،‫ ساعة‬:‫ح� قال‬ ‫ ت‬،‫ يوما‬:‫ح� قال‬‫قبل موته بشهر تيب عليه ت‬ ‫ ياملائكتي‬:‫ فقال اهلل تعالى‬،‫السماء وندم بقلبه‬
‫ ت‬. .380
‫ فواقا‬:‫ح� قال‬
al-Ḥākim juga meriwayatkan dari ‘Abd
‫إن عبدي عجز عن التوبة بلسانه وندم بقلبه‬
al-Raḥmān al-Baylamānī dari bapaknya dari ‫ اشهدوا أني قد غفزت‬،‫فلا أضيع توبته بقلبه‬
beberapa orang sahabat dengan lafaz: :‫قال أحدهم‬
‫ من تاب قبل موته قبل سنة تاب هللا‬:‫سمعت رسول هللا يقول‬ .‫له‬
‫ وأنا‬:‫ قال‬.‫ نعم‬:‫ سمعته من رسول هللا؟ قال‬:‫ فقال اآلخر‬.‫عليه‬
“Pernah saya bersama Nabi menemui se­
‫ إلخ‬.. :‫ قال آخر‬.‫ قد سمعته‬.381
orang lelaki Anṣār di kala ia sedang sakaratul
maut. Maka bersabdalah Nabi: “Bertaubatlah
Hukum Hadis: Ḍa‘īf, munkar dengan lafaz ini.
kepada Allāh!” Orang itu tidak dapat melaku­
Hadis ‘Abd Allāh bin ‘Amru ini ḍa‘īf, sebab
kan dengan lidahnya, namun ia putar-putar­
pada sanad-nya terdapat perawi yang tidak
kan kedua matanya ke arah langit. Maka ter­
disebutkan namanya (mubham). Hadis yang
senyum­lah Nabi, sehingga saya bertanya: “Ya
kedua, al-Ḥākim tidak menilainya. Beliau hanya
Rasūlallāh, kenapakah Anda tersenyum?” Jawab
mengisyaratkan bahwa riwayat yang lebih benar
Nabi: “Sesungguhnya orang sakit ini tidak dapat
adalah riwayat Ibn Baylamānī dari beberapa
me­laku­kan taubat dengan lidahnya, lalu ber­
orang sahabat. al-Dhahabī tidak memberikan
isyarat dengan matanya ke langit dan menyesal
komentarnya.382 Sedangkan riwayat yang
dengan hatinya. Maka Allāh berfirman: “Wahai
disebutkan oleh al-Khūbawī adalah munkar.
malaikat-malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-
Ku ini tidak mampu bertaubat dengan lidahnya,
Hadis 141 namun menyesal dengan hatinya. Maka, Aku
takkan menyia-nyiakan taubat dan penyesalan
‫دخلت مع النبي صلى اهلل عليه وسلم على‬
dengan hatinya. Saksikanlah bahwa Aku benar-
‫ فقال‬،‫رجل من الأنصار وهو في حالة النزع‬ benar telah mengampuninya.”

Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
380 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 206; al-Ḥākim, al- al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Durrah al-
Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb Man Tāba ilā Allāh Qabl
Majālis.383
al-Ghargharah Tāba Allāh ‘Alayh, jil. 4, hlm. 258.
381 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb
Man Tāba ilā Allāh Qabl al-Ghargharah Tāba Allāh ‘Alayh,
jil. 4, hlm. 258-259.
382 Ibid; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 258. 383 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 42.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
113

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Dalam sanad Ibn Abī al-Dunyā dan al-Baihāqī
Hadis ini dinilai palsu, karena belum dapat yang marfū‘, terdapat Aḥmad bin Budayl al-Kūfī,
ditemukan dalam kitab-kitab yang mu‘tabar, ter­ yang dinilai ḍa‘īf oleh al-Dāraquṭnī dan Ibn ‘Adiy.
masuk dalam beberapa kitab khusus mengenai Juga terdapat Salam bin Sālim, yang dinilai ḍa‘īf
taubat, seperti karangan Ibn Abī al-Dunyā, Ibn al- oleh Ibn Ma‘īn, Aḥmad, al-Nasā’ī, Abū Ḥātim dan
Qayyim dan Ibn Qudāmah. Karena itu, Hadis ini lain-lain.386
dapat dikategorikan tidak mempunya asal.
Hadis 143
Hadis 142
‫عليكم بلا إله إلا اهلل والاستغفار فأكثروا‬
‫الذنب‬ ‫على‬ ‫المصر‬ ‫باللسان‬ ‫المستغفر‬
‫ أهلكت‬:‫منهما فإن إبليس عليه اللعنة قال‬
.‫كالمستهزئ بربه‬
‫الناس بالذنوب والمعاصي وأهلكوني بلا إله‬
“Orang yang memohon ampunan dengan
lidah, tapi terus-menerus melakukan dosa, itu ‫ فلما رأيت ذلك أهلكتهم‬،‫إلا اهلل والاستغفار‬
seperti orang yang memperolok Tuhannya.”
.‫بالهوى وهم يحسبون أنهم مهتدون‬
Takhrīj Hadis: “Senantiasalah kamu membaca Lā ilāha illa
Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh Allāh dan istighfār. Perbanyaklah kamu mem­
Ibn Abī al-Dunyā dalam kitab al-Tawbah dan al- baca keduanya. Karena sesungguhnya Iblīs ber­
Baihāqī meriwayatkannya dalam Shu‘ab al-Īmān kata: “Aku telah membinasakan manu­sia de­
dari Ibn ‘Abbās dengan lafaz: ‫المستغفر من الذنب‬ ngan dosa-dosa dan kemaksiatan-ke­mak­siatan,
‫وهو مقيم عليه كالمستهزئ بربه‬. Juga diriwayatkan namun mereka membinasakanku dengan lā
secara mawqūf sebagai perkataan Ibn ‘Abbās ilāha illa Allāh dan istigfār. Tatkala aku melihat
oleh al-Baihāqī, juga oleh Ibn ‘Asākir seperti yang hal itu, maka aku binasakan mereka dengan
diisyaratkan oleh al-Zabīdī.384 hawa nafsu, sedang mereka menyangka bahwa
mereka mendapat petunjuk.”
Hukum Hadis: Mawqūf, ḍa‘īf.
al-‘Irāqī berkata bahwa sanad Hadis yang Takhrīj Hadis:
marfū‘ adalah ḍa‘īf. al-Zabīdī menambahkan bah­ Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Abī ‘Āṣim
wa dalam sanad Ibn Abī al-Dunyā ada yang tidak dalam al-Sunnah, Abū Ya‘lā dan al-Ṭabarānī
dikenali. al-Mundhirī berkata bah­wa riwayat yang dalam al-Du‘ā’ secara ringkas. Semuanya melalui
mawqūf lebih mendekati ke­benaran, bahkan al- ‘Uthmān bin Maṭar dari ‘Abd al-Ghafūr dari Abū
Zabīdī mengatakan bahwa yang mawqūf itulah Nusayrah dari Abū Rajā’ al-Atāridī dari Abū Bakar
yang lebih benar.385 al-Ṣiddīq.387

384 ‘Abd Allāh bin MuḤammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī Targhīb, jil. 4, hlm. 97.
al-Dunyā, al-Tawbah, Maktabah al-Qur’ān, al-Qāhirah, t.th, 386 Lihat biografi Aḥmad bin Budayl dalam Ibn ‘Adiy,
hlm. 86, h.n. 85; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 436, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 359; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
h.n. 7178; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. hlm. 143-144; dan biografi Salam bin Sālim dalam Ibn ‘Adiy,
604. al-Kāmil, jil. 3, hlm. 326; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
385 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 406; al-Zabīdī, hlm. 185.
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. 604; al-Mundhirī, al- 387 Ibn Abī ‘Āṣim, al-Sunnah, jil. 1, hlm. 9; Abū Ya‘lā,
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
114

Hadis 144
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf
Hadis ini dinilai ḍa‘īf oleh al-Haythamī, al- ‫ يارب وعزتك لا أزال أغوي بني‬:‫قال إبليس‬
Suyūṭī, al-Munāwī dan al-Būṣīrī seperti yang
‫ فقال اهلل‬.‫آدم مادامت أرواحهم في أجسادهم‬
dikutip al-A‘ẓamī dan Ḥusayn S<alim Asad.
Sebabnya adalah salah seorang perawinya ‫ وعزتي وجلالي يا ملعون لا أزال أغفر‬:‫تعالى‬
yang bernama ‘Uthmān bin Maṭar al-Shaybanī
dinilai ḍa‘īf. al-Albānī menilai Hadis ini dengan .‫لهم ماستغفروا‬
mengata­kan bahwa isnād-nya mawḍū‘ (palsu).
“Ya Tuhanku, demi keperkasaan-Mu, aku
Menurut al-Albānī, selain ‘Uthmān, gurunya yang
akan tetap menyesatkan anak cucu Adam selagi
bernama ‘Abd al-Ghafūr juga dinilai ḍa‘īf, bahkan
ruh mereka masih berada dalam tubuhnya.”
Ibn Ḥibbān mengatakan bahwa ia termasuk
Maka Allāh berfirman: “Demi keperkasaan-
orang yang memalsukan Hadis.388
Ku dan keagungan-Ku, wahai terkutuk, Aku
Dalam biografi ‘Abd al-Ghafūr ditemukan
akan tetap mengampuni mereka selagi mereka
pendapat al-Bukhārī bahwa para ulama me­
memohon ampunan.”
ninggalkan Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abd
al-Ghafūr. Ibn Ma‘īn berpendapat bahwa Hadis
Takhrīj Hadis:
riwayat ‘Abd al-Ghafūr tidak bernilai sama sekali.
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Abū
Ibn ‘Adiy berkata: Ia adalah lemah atau munkar
Ya‘lā, al-Ṭabarānī dalam al-Du‘ā’ dan Abu Nu‘aym
al-ḥadīth.389
dari Abū Sa‘īd al-Khudrī melalui Layth dari Yazīd
Melihat kredibilitas ‘Abd al-Ghafūr, penilaian
bin ‘Abd al-Hād dari ‘Amru bin Abī ‘Amru dari Abū
Hadis ini sebagai Hadis yang sangat lemah lebih
Sa‘īd dengan lafaz:
tepat dari pada penilaian palsu. Sebab, ulama
yang mengatakan bahwa ‘Abd al-Ghafūr di atas - ‫ لا أبرح أغوي ابن آدم‬:‫إن إبليس قال لربه‬
sebagai pemalsu Hadis adalah Ibn Ḥibbān saja.
Pernyataan al-Bukhārī, Ibn Ma‘īn, dan Ibn ‘Adiy ‫ مادامت الأرواح‬- ‫في لفظ الطبراني بني آدم‬
menilainya sebagai perawi yang sangat lemah,
‫ فبعزتي وجلالي لا أبرح أغفر‬:‫ قال له ربه‬.‫فيهم‬
tetapi tidak sampai ke tahap pendusta. Mungkin
karena itu al-Haythamī dan al-Būṣīrī hanya 390
.‫لهم ما استغفروني‬
mengatakan isnād-nya ḍa‘īf.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Aḥmad dan
Abū Ya‘lā dari Abū Sa‘id al-Khudrī melalui Ibn
Lahī‘ah. Lafaz awal riwayat Abū Ya‘lā dan salah
Musnad, jil. 1, hlm. 42, h.n. 136; Sulaymān bin Aḥmad al- satu riwayat Aḥmad: ‫ وعزتك يا رب‬:‫ إن الشيطان قال‬... .391
Ṭabarānī, Kitāb al-Du‘ā’, Dār al-Bashā’ir, Bayrūt, 1987, jil. 3,
hlm. 1601, h.n. 1780.
388 al-Haythamī, Majmā‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 207; Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 139; al-Munāwī, Fayḍ
al-Qadīr, jil. 4, hlm. 354-355; al-A‘ẓamī, Taḥqīq al-Maṭālib
al-‘Āliyah, jil. 3, hlm. 96; Ḥusayn Sālim Asad dalam Taḥqīq 390 Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 29 dan 41; Abū Ya‘lā,
Musnad Abī Ya‘lā, jil. 1, hlm. 43; Muḥammad Nāṣir al-Dīn Musnad, jil. 2, hlm. 458, h.n. 1273; al-Ṭabarānī, al-Du‘ā’, jil.
al-Albānī dalam Taḥqīq al-Sunnah, jil. 1, hlm. 43. 2, hlm. 1600, h.n. 1779; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil.
389 Lihat biografi ‘Abd Ghafūr dalam Ibn Ḥibbān, al- 8, hlm. 332.
Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 148; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, 391 AḤmad, Musnad, jil. 3, hlm. 29 dan 76; Abū Ya‘lā,
hlm. 641. Musnad, jil. 2, hlm. 530, h.n. 1399.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
115

Riwayat melalui Ibn Lahī‘ah adalah ḍa‘īf,


karena ia perawi yang lemah. Namun sanad Hukum Hadis: Ḥasan
lain yang melalui al-Layth adalah ṣaḥīḥ. Dengan al-Suyūṭī dan al-Munāwī menilai Hadis ini
demikian, Hadis ini berkualitas ṣaḥīḥ dengan ṣaḥīḥ. al-Tirmidhī menilainya gharīb. Hadis ini
riwayat melalui al-Layth. tidak diketahui kecuali melalui jalan ini. Sanad
al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr dan al-Ṣaghīr adalah
Hadis 145 sama. Menurut al-Haythamī pada sanad ini
terdapat dua perawi yang bermasalah, Ibrāhīm
‫ يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني‬:‫قال تعالى‬ bin Isḥāq al-Sinnī dan Qays bin al-Rabī‘. Para
ulama berbeda pendapat mengenai kredibilitas
‫ يا ابن آدم‬،‫غفرت لك ما كان منك ولا أبالي‬ kedunya. Sedangkan perawi lainnya termasuk
perawi yang ṣaḥīḥ.393
‫لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتنى‬
Jalur periwayatan (ṭarīq) al-Ṭabarānī dalam
‫غفرت لك ولا أبالي يا ابن آدم لو أتيتني بقراب‬ al-Du‘ā’ adalah sama dengan ṭarīq al-Dārimī,
yaitu dari ‘Ārim Abū al-Nu‘mān, dari Mahdī bin
‫الأرض خطايا ثم لقيتي لاتشرك بي شيئا‬ Maymūn, dari Ghaylān bin Jarīr, dari Shahr bin
Hawshab, dari Mahdī bin Karb, dari Abū Dharr.
.‫لأتيتك بقرابها مغفرة‬
Dalam sanad ini terdapat Shahr, yang dinilai
“Allāh berfirman: “Wahai anak Adam, thiqah oleh Ibn Ma‘īn dan Aḥmad, namun
sesungguhnya kamu berdoa kepada-Ku dan dinilai ḍa‘īf jika mengikut pendapat Shu‘bah,
mengharapkan-Ku, maka Aku ampuni apa-apa al-Nasā’ī, Abū Ḥātim, Ibn Ḥibbān, Ibn ‘Adiy dan
yang telah kamu lakukan, dan Aku tidak peduli. Ibn al-Jawzī. Ibn Ḥajar menyimpulkannya dengan
Wahai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu mengatakan bahwa ia adalah perawi yang jujur,
mencapai penjuru langit, kemudian memohon sering meriwayatkan secara mursal dan banyak
ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kamu dan salah.394 Jadi Hadis ini menurut Penulis masih
Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sekiranya dapat dinilai ḥasan.
kamu datang kepada-Ku membawa kesalahan-
kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu Hadis 146
menemui Aku tanpa menyekutukan sesuatu
pun dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu ‫من لزم الاستغفار جعل اهلل له من كل ضيق‬
membawa ampunan sepenuh bumi pula.”

Takhrīj Hadis: hlm. 791, h.n. 13; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 12,
hlm. 12, h.n. 12346; Sulaymān bin AḤmad bin Ayyūb al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, Taḥqīq Kamāl Yūsuf al-Ḥūt,
Anas, al-Dārimī dan al-Ṭabarānī dalam al-Du‘ā’ Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1986, hlm.
dari Abū Dharr, al-Ṭabarānī dalam al-Ṣaghīr dan 302, h.n. 20; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm.
216.
al-Kabīr dari Ibn ‘Abbās, juga dalam al-Awsaṭ
393 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 205; al-
seperti yang diisyaratkan oleh al-Haythamī.392 Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 496.
394 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 283-285;
Ibn Ḥibbān, al-Majrūhīn, jil. 1, hlm. 361; ‘Abd al-Raḥmān bin
392 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Faḍl ‘Alī bin al-Jawzī, al-Ḍu‘afā’ wa al-Matrūkīn, Dār al-Kutub al-
al-Tawbah, h.n. 3540; al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Riqāq, Bāb ‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1986, jil. 2, hlm. 43; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-
Idhā Taqarrab al-‘Abd ilā Allāh; al-Ṭabarānī, al-Du‘ā’, jil. 2, Tahdhīb, hlm. 269.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
116

telah bersendirian dalam periwayatan ini.396


‫مخرجا ومن كل هم فرجا ورزقه من حيث لا‬
al-Ḥakam bin Su‘ayb menurut Abū Ḥātim
.‫يحتسب‬ tidak dikenali. Demikian pula menurut pendapat
al-Dhahabī dan Ibn Ḥajar. Sedangkan Ibn Ḥibbān
“Siapa senantiasa beristighfār, maka Allāh telah memasukkanyya dalam kitab al-Thiqāt dan
memberikan jalan keluar baginya dari setiap juga dalam kitab al-Majrūḥīn.397 Hadis ini dinilai
kesempitan, kegembiraan dari setiap kesusahan lemah oleh Abū Nu‘aym, al-Dhahabī, al-‘Irāqī
dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia dan al-Munāwī, karena ada seorang perawi yang
sangka.” tidak dikenali.398

Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, Ibn
Hadis 147
Mājah, al-Nasā’ī dalam A‘māl al-Yawm, al-Ḥākim, ‫واهلل لأستغفر اهلل وأتوب إليه في اليوم أكثر‬
Abū Nu‘aym, al-Bayhāqī, al-Ṭabarānī dalam al-
Kabīr dan al-Du‘ā’, Ibn Sinnī dalam ‘Amāl al-Yawm, .‫من سبعين مرة‬
Ibn Abī al-Dunyā dalam al-Faraj ba‘d al-Shiddah
“Demi Allāh, sesungguhnya aku benar-benar
dan lain-lain semuanya melalui al-Ḥakam bin
memohon ampun kepada Allāh dan bertaubat
Mus‘ab dari Muḥammad bin ‘Ali bin ‘Abd Allāh
kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari.”
bin ‘Abbās dari bapaknya dari kakeknya.395

Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī, dari
Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ al-isnād oleh al-
Abū Hurayrah.399
Ḥākim. Akan tetapi al-Dhahabī menolaknya,
karena pada sanad-nya terdapat al-Ḥakam, yaitu
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
perawi yang tidak dikenali. al-Suyūṭī juga telah
menilainya ṣaḥīḥ, tetapi ditolak oleh al-Munāwī
dengan alasan sama seperti yang disebutkan Hadis 148
al-Dhahabī. Abū Nu‘aym mengatakan Hadis
‫يا أيها الناس توبوا إلى اهلل فإني أتوب إليه في‬
ini gharīb, sebab ia telah diriwayatkan oleh al-
Ḥakam dari MuḤammad bin ‘Alī, dan al-Ḥakam .‫اليوم مائة مرة‬

395 Abū Dāwud, Sunan, Kitab al-Ṣalāh, Bāb al-


Istighfār, h.n. 1518; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Adab, Bāb 396 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb
fī al-Istighfār, h.n. 3819; al-Nasā’ī, ‘Amal al-Yawm wa al- Faḍīlah al-Istighfār, jil. 4, hlm. 262; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ,
Laylah, hlm 330; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, jil. 4, hlm. 262; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm.
Bāb Faḍīlah al-Istighfār, jil. 4, hlm. 262; Abū Nu‘aym, Ḥilyah 211; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 501; al-Munāwī,
al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 211; al-Ṭabarānī, al-Ḍu‘ā’, jil. 3, hlm. Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 82.
1598-1599, h.n. 1774; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 397 al-Rāzī, al-JarḤ wa al-Ta‘dīl, jil. 3, hlm. 128; Ibn
10, hlm. 281, h.n. 10663; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Awsaṭ., Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 249; al-Dhahabī, Mīzān al-
jil. 2, hlm. 20; Ibn Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. I‘tidāl, jil. 1, hlm. 580; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 176.
364; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb Ṣalāh al-Istisqā’, Bāb Mā 398 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 211; al-
Yustaḥabb min Kathr al-Istighfār, jil. 3, hlm. 351; ‘Abd Allāh Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 262; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil.
bin Muḥammad bin ‘Ubayd bin Abī al-Dunyā, al-Faraj ba‘d 1, hlm. 405; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 82.
al-Shiddah, Taḥqīq Muṣṭafā ‘Abd al-Qādir ‘Aṭā’, Mu’assasah 399 al-Bukhārī, ṢaḥīḤ, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Istighfār
al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1993, hlm. 16. al-Nabī Saw., h.n. 6307.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
117

“Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu dipertimbangkan terlebih dahulu. Ibn ‘Adiy
kepada Allāh, karena sesungguhnya aku pun menyatakan bahwa Hadis-hadisnya tidak terjaga
bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (‫غ� محفوظة‬ ‫)أحاديثه ي‬. al-Nasā’ī mensifatinya tidak
kuat (‫)ليس بالقوي‬. Jadi ia ḍa‘īf. Hadis ini telah
Takhrīj Hadis: dinilai ḍa‘īf oleh al-Tirmidhī, al-Dhahabī, al-‘Irāqī,
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari al- al-Munāwī dan lain-lain.402
Aghar bin Yasār.400
Hadis 150
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
.‫هلك المسوفون‬
Hadis 149 “Binasalah orang yang suka menunda-
nunda.”
.‫كل بني آدم خطاء وخير الخطائين التوابون‬
“Seluruh anak cucu Adam gemar berbuat Takhrīj Hadis:
salah dan sebaik-baiknya orang yang gemar Hadis dengan lafaz ini disebutkan al-
berbuat salah adalah mereka yang banyak Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn. al-
bertaubat.” Aṣbahānī dalam al-Targhīb meriwayatkannya
dari Ibn ‘Abbās melalui Thābit bin Muḥammad
Takhrīj Hadis: al-Kūfī al-‘Ābid dengan lafaz: ‫النادم ينتظر من هللا‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, ‫ الرحمة‬di dalamnya terdapat: ‫احذروا التسويف فإن‬
Ibn Mājah, Aḥmad, al-Dārimī, al-Ḥākim dan al- ‫يأ� بغتة‬
‫الموت ت ي‬.
403

Bayhaqī dalam al-Shu‘ab. Semuanya melalui ‘Alī


bin Mas‘adah dari Qatādah dari Anas.401 Hukum Hadis: Ḥasan.
al-Mundhirī yang menyebutkan Hadis ini
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. mengingatkan bahwa pada sanad-nya terdapat
Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ oleh al-Suyūṭī, namun Thābit bin Muḥammad al-Kūfī al-‘Ābid. Jika
kebanyakan ulama menilainya ḍa‘īf, karena dilihat biografi Thābit, ia memang dinilai lemah
semua sanad berakhir pada ‘Alī bin Mas‘adah dari oleh al-Ḥākim, karena ia dianggap tidak ḍābiṭ.
Qatādah dari Anas. ‘Alī bin Mas‘adah menurut al-Bukhārī memasukkan namanya dalam kitab
Ibn Ma‘īn adalah ṣāliḥ. Menurut Abū Ḥātim, ia al-Du‘afā’. Akan tetapi, Hadisnya diriwayatkan
perawi yang periwayatannya tidak bermasalah oleh al-Bukhārī, dalam al-Ṣaḥīḥ. Berarti ia thiqah
(lā ba’sa). Akan tetapi, al-Bukhārī berpendapat menurut al-Bukhārī. Hal ini cukup untuk me­
bahwa ia perawi yang periwayatannya harus ngata­kan bahwa ia pada dasarnya thiqah, namun
tidak berarti semua Hadis-hadisnya men­jadi
400 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Dhikr, Bāb Istiḥbāb al-
ṣaḥīḥ. Sebab hanya ulama ‘ilal yang dapat mem­
Istighfār, h.n. 2702.
401 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul no. 49), h.n. 2499; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb 402 al-Suyūṭi}, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 234; al-
al-Zuhd, Bāb Dhikr al-Tawbah, h.n. 4251; Aḥmad, Musnad, Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 5, hlm 16-17; lihat biografi ‘Alī
jil. 3, hlm. 198; al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Riqāq, Bāb al- bin Mas‘adah dalam al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 21, hlm.
Tawbah; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah wa al- 129-132; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 156.
Inābah, Bāb Khayr al-Khaṭṭā’īn al-Tawwābūn, jil. 4, hlm. 403 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 114, h.n.
244; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 420. 126; al-Aṣbahānī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 441-442.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
118

bedakan mana riwayatnya yang ṣaḥīḥ dan mana


yang bermasalah.404 Namun demikian, sanad ini Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ li-ghayrih.
sekurang-kurangnya Ḥasan. al-Tirmidhī menilai Hadis ini ḥasan gharīb
Sedangkan al-Samarqandī hanya menyebut­ melalui jalan ini. Dalam sanad al-Ḥākim dan Ibn
kan sebagian sanad-nya. Ibn al-Mubārak dalam ‘Adiy terdapat Ibn Lahī‘ah, perawi yang ḍa‘īf.
al-Zuhd meriwayatkannya sebagai perkataan Begitu pula Sa‘ad bin Sinān yang dinilai lemah
bebe­rapa orang tābi‘īn, seperti Ḥasan al-Baṣrī oleh Aḥmad dan Ibn Ḥibbān, karena Hadisnya
atau Abū Ishāq.405 Sayangnya, kedua riwayat muḍṭarib. Sedangkan riwayat al-Ṭabarānī,
tersebut tidak dapat menguatkan Hadis asal. menurut al-Haythamī, sanad-nya baik. Akan
Kesimpulannya, Hadis ini dinilai ḥasan, dengan tetapi al-Munāwī mengatakan satu dari sanad al-
tidak menutup kemungkinan lebih kuat dari ini. Ṭabarānī ḍa‘īf, karena terdapat Hishām bin Lāḥiq,
yang dinilai lemah oleh Ibn Ḥibbān dan Hadis-
Hadis 151 hadisnya ditinggalkan oleh Aḥmad. Sedangkan
perawi lainnya baik.
‫إذا أراد اهلل تعالى بعبده الخير عجل له العقوبة‬ Riwayat Aḥmad sanad-nya baik menurut al-
Haythamī dan disetujui oleh al-Munāwī. al-Suyūṭī
‫ وإذا أراد بعبده الشر أمسك عليه‬،‫في الدنيا‬ menilai Hadis ini ṣaḥīḥ.407 Menurut pendapat
Penulis, Hadis ini pada dasarnya ḥasan, seperti
.‫بذنبه حتى يوافيه يوم القيامة‬
yang dikatakan al-Tirmidhī. Namun karena ada
“Apabila Allāh menghendaki kebaikan pada beberapa jalur lain yang dapat menguatkan,
hamba-Nya, maka Dia segerakan hukumannya maka Hadis ini menjadi ṣaḥīḥ li-ghayrih.
di dunia. Dan jika Dia menghendaki keburukan
terhadap hamba-Nya, maka Dia tahan dosanya,
sehingga Dia membalasnya kelak pada hari
Bab 11
Kiamat.”
Keutamaan Bulan Rajab
Takhrīj Hadis: Hadis dari no 152 sampai no 167
Hadis diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, al-
Ḥākim dan Ibn ‘Adiy dari Anas melalui Ibn Lahī‘ah Hadis 152
dari Sa‘ad bin Sinān, Aḥmad dari ‘Abdullāh bin
Mughaffal dan al-Ṭabarānī dari ‘Ammār bin Yāsir.406 ‫ يا محمد لا يصلى عليك‬:‫جائني جبرائيل وقال‬
‫ ومن‬،‫أحد إلا صلى عليه سبعون ألف ملك‬
404 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 4, hlm. 95-96; dan
lihat biografi Thābit dalam, al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. .‫صلت عليه الملائكة كان من أهل الجنة‬
1, hlm. 366. Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 133.
405 ‘Abd Allāh bin al-Mubārak al-Marwazī, al-Zuhd “Jibrīl telah datang kepadaku, lalu berkata:
wa al-Raqā’iq, taḤqīq Ḥabīb al-Raḥmān, Mu’assasah al- “Ya Muḥammad, tidak seorang pun yang
Risālah, Bayrūt, t.th, hlm. 4-5, h.n. 8 dan 11.
406 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a
fī al-Ṣabr ‘alā al-Balā’, h.n. 2396; AḤmad, Musnad, jil. 4, Musnad, jil. 7, hlm. 247, h.n. 4254-4255.
hlm. 87; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aḥwāl, Bāb Dhikr 407 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a
Mablagh al-‘Urq min Ibn Ādam Yawm al-Qiyāmah, jil. 4, fī al-Ṣabr ‘alā al-Balā’, h.n. 2396; al-Haythamī, Majma‘ al-
hlm. 608; Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 1192; al-Ṭabarānī, Zawā’id, jil. 10, hlm. 192; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1,
al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 11, hlm. 248, h.n. 11842; Abū Ya‘lā, hlm. 52.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
119

bershalawat kepadamu kecuali didoakan oleh


tujuh puluh ribu malaikat. Dan siapa didoakan Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
oleh para malaikat, maka ia tergolong penghuni Hadis ini dinilai palsu, karena tidak
surga.” ditemukan dalam kitab-kitab yang mu‘tabar.
Selain itu, tanda-tanda palsunya Hadis ini sangat
Takhrīj Hadis: jelas, yaitu pahala yang terlalu besar untuk satu
Hadis ini sama dengan Hadis ke 19.408 amalan yang sederhana.

Hukum Hadis: Mawḍu}‘/Palsu. Hadis 154

Hadis 153 ‫من أحيا أول ليلة من رجب لم يمت قلبه إذا‬

‫التكبيرة الأولى يدركه المؤمن مع الإمام خير‬ ‫ وصب اهلل الخير من فوق رأسه‬،‫ماتت القلوب‬

‫ وله من الأجر كمن‬،‫له من ألف حجة وعمرة‬ ‫ ويشفع‬،‫ وخرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه‬،‫صبا‬

،‫تصدق بوزن جبل أحد ذهبا على المسكين‬ ‫لسبعين ألفا من أهل الخطايا قد استوجبوا‬

‫ وكتب اهلل له‬،‫ويكتب له بكل ركعة عبادة سنة‬ .‫النار‬


“Siapa menghidupkan malam pertama
‫ ولا يخرج‬،‫برائتين من النار وبرائة من النفاق‬
dari bulan Rajab, maka hatinya tidak mati
‫من الدنيا حتى يرى مكانه في الجنة ويدخل‬ di kala matinya hati orang-orang lain. Allāh
mencurahkan kebaikan dari atas kepalanya
.‫الجنة بغير حساب‬ banyak-banyak dan ia keluar dari dosa-dosanya
sebagaimana saat dilahirkan ibunya. Dan ia
“Takbir pertama yang dicapai oleh mukmin
memberi shafaat pada tujuh puluh ribu pendosa
beserta imam adalah lebih baik baginya dari pada
yang sepatutnya masuk neraka.”
seribu haji dan umrah, dan ia akan memperoleh
pahala sebagaimana orang yang bersedekah
Takhrīj Hadis:
emas setimbang gunung Uḥud kepada orang-
Hadis ini tidak ditemukan perawinya,
orang miskin, dan dicatat untuknya dari setiap
termasuk dalam dua kitab khas mengenai Hadis-
rakaat ibadah satu tahun, dan Allāh menetapkan
hadis tentang bulan Rajab yang ditulis oleh Ibn
untuknya dua kebebasan dari neraka dan
Ḥajar dan ‘Alī al-Qārī.
kebebasan dari kemunafikan, dan takkan keluar
dari dunia sehingga ia melihat tempatnya dalam
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
surga, dan akan masuk surga tanpa hisab.”
Meskipun belum ditemukan perawi Hadis
ini, namun ia dapat dinilai sebagai Hadis palsu
Takhrīj Hadis:
berdasarkan kaedah yang diberikan oleh Ibn
Hadis ini ditemukan dalam kitab Durrah al-
Ḥajar ketika beliau berkata:
Wā‘iẓīn tanpa menyebutkan sanad atau perawi.409
،‫ ولا في صيامه‬،‫“ لم يرد في فضل شهر رجب‬
408 Halaman 58.
‫ ولا في قيام ليلة‬،‫ولا في صيام شيئ منه‬
409 (Tidak dikenali), Durrah al-Wā‘iẓin, hlm. 63.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
120

،‫ حديث صحيح يصلح للحجة‬،‫مخصوصة فيه‬ ‫من صلى بعد المغرب في ليلة من رجب‬
‫وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل‬ ‫عشرين ركعة يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب‬
‫ ثم قال « وأما الأحاديث‬.« ‫الهروي الحافظ‬ ‫والإخلاص وسلم عشر تسليمات حفظه اهلل‬
‫الواردة في فضل رجب أو فضل صيامه أو‬ ‫تعالى وأهل بيته وعياله في بلاء الدنيا وعذاب‬
410
:‫صيام شيئ منه صريحة فهي على قسـمين‬ .‫الآخرة‬
.“ ‫ضعيفة وموضوعة‬ “Siapa shalat sesudah Maghrib pada malam
dari bulan Rajab sebanyak dua puluh rakaat
“Tidak ada Hadis ṣaḥīḥ yang dapat dijadikan yang pada setiap rakaatnya membaca al-Fātiḥah
ḥujjah mengenai keutamaan bulan Rajab, dan al-Ikhlāṣ, dan salam sebanyak sepuluh kali,
berpuasa di dalamnya, berpuasa pada hari-hari maka Allāh memeliharanya berserta keluarga
tertentu di dalamnya, dan beribadah di malam- dan orang-orang tanggungannya dari bencana
malam hari tertentu pada bulan itu. al-Imām dunia dan azab akhirat.”
al-Ḥāfiẓ Abū Ismā‘īl al-Ḥarawī telah mendahului
saya memastikan hal ini. Kemudian ia berkata: Takhrīj Hadis:
Mengenai Hadis-hadis tentang keutamaan Rajab, Ibn al-Jawzī menyebutkan Hadis seperti ini
puasanya atau puasa pada hari-hari tertentu di diriwayatkan oleh al-Jawzaqānī dari Anas bin
dalamnya yang jelas-jelas menyebutkan hal itu, Mālik dengan lafaz akhirnya:
ia terbagi menjadi dua jenis: ḍa‘īf dan palsu.”
Sebelum Ibn Ḥajar, Ibn Qayyim juga telah ‫حفظه اهلل تعالى في نفسه وماله وأهله وولده‬
mengisyaratkan kaedah seperti yang disebutkan
Ibn Ḥajar. Beliau berkata dalam kitab al-Manār ‫وأجير من عذاب القبر وجاز على الصراط‬
al-Munīf: “Semua Hadis mengenai puasa Rajab 412
.‫كالبرق الخاطف بغير حساب ولا عذاب‬
dan shalat pada malam-malam tertentu di bulan
itu adalah dusta yang nyata.” 411
Hadis ini dinilai palsu, sebab tidak ada dalam Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
daftar beberapa Hadis yang ḍa‘īf yang di­sebut­ Hadis ini telah dinilai palsu oleh beberapa
kan oleh Ibn Ḥajar, sehingga diklasifikasi­kan se­ ulama seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Qayyim, Ibn Ḥajar,
bagai Hadis palsu, meskipun Ibn Ḥajar tidak al-Suyūṭī, ‘Alī al-Qārī, al-Shawkanī dan Ibn ‘Arrāq.
me­nye­but­kannya secara langsung. Kemudian ia Sebabnya seperti yang dikatakan oleh Ibn al-
mem­beri­kan sebagian kecil contoh Hadis palsu Jawzī, kebanyakan perawi dalam sanad Hadis
yang dimaksud. tersebut tidak dikenali.413 Hadis ini termasuk
dalam kaedah yang disebutkan Ibn Ḥajar di atas.
Hadis 155
412 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 123; Ibn
Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 96, al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil.
410 Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al-‘Asqallānī, Tabyīn al- 2, hlm. 55-56; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, hlm. 461;
‘Ajab Bimā Wurid fī Faḍl Rajab, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 90; al-Shawkānī, al-
Bayrūt, 1988, hlm. 11 dan 14. Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 47.
411 Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 96. 413 Ibid; Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 20-21.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
121

lima belas hari, maka Allāh mengampuni dosa-


Hadis 156 dosanya yang telah lewat, dan menggantikan
kesalahan-kesalahan dengan kebaikan-kebaikan.
‫ فمن صام منه‬،‫ألا إن رجب شهر اهلل الأصم‬ Dan siapa menambah puasanya, maka Allāh
akan menambah pahalanya.”
‫يوما إيمانا واحتسابا استوجب عليه رضوان‬
Takhrīj Hadis:
‫ فمن صام منه يومين لا يصف‬،‫اهلل الأكبر‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam
‫الواصفون من أهل السماء والأرض ماله عند‬ al-Shu‘ab al-iman dan Faḍā’il al-Awqāt dan al-
Asfahānī dalam al-Targhīb. Semuanya melalui
‫ ومن صام ثلاثة أيام عوفي‬،‫اهلل من الكرامة‬ ‘Uthmān bin Matar dari ‘Abd al-Ghafūr dari ‘Abd
‘Azīz bin Sa‘īd dari bapaknya.414
‫من كل بلاء الدنيا وعذاب الآخرة والجنون‬
‫ ومن‬،‫والخذام والبرص ومن فتنة الدجال‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Dalam sanad al-Bayhaqī terdapat beberapa
‫صام سبعة أيام غلقت عنه سبعة أبواب‬ perawi yang lemah dan sangat lemah, serta
seorang yang dituduh meriwayatkan Hadis palsu
‫ ومن صام ثمانية أيام فتحت له ثمانية‬،‫جهنم‬
dari perawi terpercaya (thiqāt). Salah satunya
‫ ومن صام عشرة أيام لم يسأل من‬،‫أبواب الجنة‬ adalah ‘Uthmān bin Matar yang dinilai lemah oleh
Abū Ḥātim, al-Nasā’ī, al-Dhahabī dan Ibn Ḥajar.
‫ ومن صام خمسة عشر‬،‫اهلل شيئا إلا أعطاه‬ Sedangkan Abū Ṣāliḥ ‘Abd al-Ghafūr al-Wāsitī,
menurut al-Bukhārī, mereka meninggalkannya
‫يوما غفر اهلل تعالى ذنوبه ماتقدم وبدله بسيآته‬ dan Hadisnya munkar. Ibn ‘Adiy berkata: Ia ḍa‘īf
.‫ زاد اهلل أجره‬،‫حسنات ومن زاد‬ dan Hadisnya munkar. al-Nasā’ī berpendapat ia
perawi yang Hadisnya ditinggalkan. Ibn Ḥibbān
“Ketahuilah, bahwasanya Rajab adalah juga menyatakan bahwa ia meriwayatkan Hadis-
bulan Allāh yang tuli. Maka, siapa berpuasa hadis palsu dari perawi thiqāt.
satu hari di bulan Rajab, karena iman dan al-Bayhaqī yang meriwayatkan Hadis ini
ikhlas, maka pastilah mendapat keridaan Allāh hanya mengatakan bahwa sanad-nya ḍa‘īf. Akan
yang terbesar. Siapa berpuasa dua hari, maka tetapi Ibn Ḥajar yang diikuti oleh Ibn ‘Arrāq
takkan ada penghuni langit maupun bumi yang menilainya palsu.415
dapat mengatakan tentang kemuliannya yang
diperoleh dari sisi Allāh. Siapa berpuasa tiga
hari, maka diselamatkan dari segala bencana
414 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 368, h.n.
dunia dan azab akhirat, penyakit gila, kusta, 3801; al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 92-93; al-Aṣfahānī,
sopak, dan dari tipu daya Dajjāl. Siapa berpuasa al-Targhīb, jil. 2, hlm. 392, h.n. 1849.
tujuh hari, maka ditutuplah terhadapnya tujuh 415 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 90; al-
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 188; Ibn Ḥajar,
pintu Jahannam. Siapa berpuasa delapan hari,
Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 20-24; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil.
maka dibukakanlah untuknya delapan pintu 2, hlm 158; dan lihat biografi ‘Uthmān bin Maṭar dalam al-
surga. Siapa berpuasa sepuluh hari, maka tidak Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 53-56; Ibn Ḥajar, Taqrīb
ada sesuatu pun yang dimintanya kepada Allāh al-Tahdhīb, hlm. 386; dan biografi ‘Abd al-Ghafūr dalam Ibn
Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 148; al-Dhahabī, Mīzān al-
kecuali Dia berikan kepadanya. Siapa berpuasa I‘tidāl, jil. 2, hlm. 55; al-Ḥalabī, al-Kashf al-Hathīth, hlm 171.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
122

Hadis 157 bin Nāṣir al-Ḥāfiẓ dari Abū al-Qāsim bin Mandah
dari Abū al-Ḥasan ‘Alī bin ‘Abdullāh bin Jahdam
‫رأيت ليلة المعراج نهرا ماؤه أحلى من العسل‬ dari ‘Ali bin Muḥammad bin Sa‘īd al-Baṣrī dari
bapaknya dari Khalaf bin ‘Abdullāh dari Ḥumayd
‫ فقلت لمن‬.‫وأبرد من الثلج وأطيب من المسك‬
al-Ṭawīl dari Anas.418
.‫ لمن صلى عليك في رجب‬:‫هذا ياجبريل؟ قال‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Aku melihat pada malam Mi‘rāj sebuah Dalam sanad Hadis ini terdapat perawi yang
sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih bernama ‘Alī bin ‘Abdullāh bin Jahdam al-Sudā‘ī
sejuk dari es, dan lebih harum dari kesturi. Aku yang lebih dikenali dengan nama Ibn Jahdam.
bertanya pada Jibrīl: “Untuk siapakah ini?” Ia dituduh sebagai pendusta. Beberapa perawi
Jawab Jibrīl: “Untuk orang yang bershalawat lainnya dalam sanad ini tidak dikenali. Bahkan
kepadamu di bulan Rajab.” beberapa ulama Hadis mengatakan bahwa
barangkali mereka belum lagi dilahirkan. Hadis ini
Takhrīj Hadis: telah dinilai palsu oleh Ibn al-Jawzī, Ibn Qayyim,
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al- Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī dan lain-lain.419
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.416
Hadis 159
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ،‫صوم أول يوم من رجب كفارة ثلاث سنين‬
Meskipun belum ditemukan perawi Hadis
ini, namun al-Sakhāwī mengatakan bahwa tidak ‫ ثم‬،‫ والثالث كفارة سنة‬،‫والثاني كفارة سنتين‬
ada satu Hadispun yang ṣaḥīḥ mengenai shalawat
kepada Nabi Saw. di bulan Rajab..417 Berdasarkan .‫كل يوم كفارة شهر‬
kaedah inilah Hadis ini dinilai palsu. “Puasa pada awal Rajab adalah penghapus
dosa selama tiga tahun, pada hari kedua adalah
Hadis 158 penghapusan dosa selama dua tahun, dan pada
hari ketiga adalah penghapusan dosa selama
،‫ وشعبان شهري‬،‫إن رجب شهر اهلل‬ satu tahun. Berikutnya setiap hari adalah peng­
hapusan dosa satu bulan.”
.‫ورمضان شهر أمتي‬
“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allāh, Takhrīj Hadis:
Sha‘bān adalah bulanku, dan Ramaḍān adalah Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-
bulan umatku.” Suyūtī, diriwayatkan oleh Abū Muḥammmad al-
Khallāl dalam Faḍā’il Rajab dari Ibn ‘Abbās.420
Takhrīj Hadis:
Hadis yang disebutkan al-Khūbawī di sini Hukum Hadis: Mawḍu‘/Palsu.
adalah potongan dari Hadis panjang yang
diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzī dari Muḥammad 418 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 125.
419 Ibid; Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 95-96;
Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 19-21; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil.
416 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 45. 2, hlm. 55-56.
417 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm 298. 420 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 70.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
123

al-Suyūṭī menilai Hadis ini lemah, tetapi al- “Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai
Munāwī mengatakan sangat lemah. Kemudian yang disebut sungai Rajab, lebih putih dari susu
ia mengutip pendapat Ibn Ṣalāḥ dan Ibn Rajab dan lebih manis dari madu. Siapa berpuasa sehari
al-Ḥambalī yang mengisyaratkan palsunya Hadis- pada bulan Rajab, maka Allāh memberinya
hadis mengenai puasa Rajab. al-Albānī hanya minum dari sungai itu.”
men-ḍa‘īf-kan Hadis ini.421
Hadis ini dapat dinilai palsu berdasarkan Takhrīj Hadis:
kaedah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn Hadis ini diriwayatkan Ibn Ḥibbān dalam
Ḥajar seperti yang telah dijelaskan pada Hadis ke al-Majrūḥīn dan al-Bayhaqī dalam Faḍā‘il al-
154. Awqāt dan al-Shayrāzī dalam al-Alqāb, seperti
diisyaratkan al-Suyūṭī. Semuanya dari Anas.424
Hadis 160 al-Khūbawī mengisyatkan bahwa Hadis
ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim.425
‫إنه صلى اهلل عليه وسلم لم يصم بعد رمضان‬ Tetapi isyarat ini salah, karena al-Bukhārī dan
Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini dan tidak
.‫إلا رجب وشعبان‬ ada seorang ulama Hadispun yang meng­isyarat­
“Sesungguhnya Nabi tidak berpuasa se­ kan ke arah itu, apalagi kualitas Hadis ini sangat
sudah bulan Ramaḍān, selain bulan Rajab dan lemah, bahkan ada beberapa ulama menilai­nya
Sha‘bān.” palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayat­
kan Hadis ini.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Shu‘ab dari Abū Hurayrah.422 Hadis ini telah dinilai palsu oleh beberapa
ulama seperti Ibn al-Jawzī, al-Dhahabī dan Ibn
Hukum Hadis: Ḍa‘īf Ḥajar dalam Lisān al-Mīzān. Sebabnya dalam
al-Bayhaqī mengatakan bahwa sanad Hadis sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, yaitu
ini ḍa‘īf.423 Manṣūr bin Yazīd. Ibn al-Jawzī mengatakan
bahwa dalam sanad-nya banyak perawi yang
tidak diketahui.426 al-Suyūṭī dan Ibn Ḥajar dalam
Hadis 161
kitab Tabyīn al-‘Ajab hanya men-ḍa‘īf-kan Hadis
‫إن في الجنة نهرا يقال له رجب أشد بياضا‬ ini, berbeda dengan penilaiannya terhadap
Hadis ini dalam Lisān al-Mīzān seperti dijelaskan
‫ من صام يوما من‬،‫من اللبن وأحلى من العسل‬ di atas. Ia mengatakan bahwa isnād-nya secara
umum lemah, tidak sampai menjadikan Hadis ini
.‫رجب سقاه اهلل من ذلك النهار‬

424 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 238; al-


421 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 70; al- Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 90-91, h.n. 8; al-Suyūṭī, al-
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 210-211; Muḥammad Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 312; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil.
Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Ḍa‘īf al-Jāmi‘ al-Saghīr wā Ziyādatih, 2. hlm. 470.
al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1979, jil. 3, hlm. 272, h.n. 2499. 425 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 46.
422 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 369, h.n. 426 Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal al-Mutanāhiyah, jil. 2, hlm.
3803. 65; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘itidāl, jil. 4 hlm. 189; Ibn Ḥajar,
423 Ibid. Lisān al-Mīzān, jil. 3. hlm. 348.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
124

palsu.427
‫ إلا كتب اهلل له عبادة سنة صام‬،‫بهما وجه اهلل‬
Hadis 162 .‫نهارها وقام ليالها‬
‫كل الناس جياع يوم القيامة إلا الأنبياء‬ “Wahai Thaubān, mereka itu diazab dalam
kubur mereka. Lalu aku mendoakan mereka,
،‫وأهليهم وصائم رجب وشعبان ورمضان‬ maka Allāh pun meringankan azab mereka.
Selanjutnya Nabi bersabda: “Wahai Thaubān,
.‫فإنهم شباع لاجوع لهم ولا عطش‬ sekiranya mereka berpuasa satu hari saja
“Semua manusia kelaparan pada hari pada bulan Rajab, dan tidak tidur satu malam
Kiamat, selain para nabi, keluarga mereka dan pada bulan itu, niscaya mereka tidak akan
orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, diazab dalam kubur mereka.” Aku bertanya:
Sha‘bān, dan Ramaḍān. Sesungguhnya mereka “Ya Rasūlallāh, apakah puasa sehari dan shalat
kenyang, tidak merasa lapar maupun haus.” semalam di bulan itu dapat menolak azab
kubur?” Jawab Nabi: “Wahai Thaubān, demi
Takhrīj Hadis: Allāh yang telah membangkitkan aku benar-
Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat benar sebagai seorang Nabi, tidak seorang
ditemukan. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab muslim pun, baik laki-laki maupun perempuan,
Zubdah al-Wā‘iẓīn.428 yang berpuasa sehari dan shalat semalam di
bulan Rajab, yang dengan itu menginginkan
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. keridaan Allāh, kecuali Allāh mencatat untuknya
Hadis ini boleh dinilai palsu berdasarkan ibadah satu tahun, yang ia puasai siangnya dan
kaedah yang disebutkan oleh Ibn Ḥajar dan Ibn shalati malam-malamnya.”
Qayyim seperti disebutkan pada Hadis ke 154.
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini belum
Hadis 163
ditemukan. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
‫ ودعوت‬،‫ هؤلاء يعذبون في قبورهم‬،‫يا ثوبان‬ Rawnaq al-Majālis.429

‫ ياثوبان‬:‫ ثم قال‬.‫لهم فخفف اهلل عنهم العذاب‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


Hadis ini dapat dinilai palsu berdasarkan
‫لو صام هؤلاء يوما من رجب وما ناموا منه ليلة‬ kaedah yang disebutkan oleh Ibn Ḥajar dan Ibn
‫ يا رسول اهلل أصوم‬:‫ قلت‬.‫ما عذبوا في قبورهم‬ Qayyim seperti yang dijelaskan pada Hadis ke
154.
:‫يوم وقيام ليلة منه يمنع عذاب القبر ثم قال‬
‫ ما من مسلم‬،‫ والذي بعثني بالحق نبيا‬،‫ياثوبان‬ Hadis 164

‫ومسلمة يصوم يوما ويقوم ليلة من رجب يريد‬ .‫الأحاديث الواردة في صلاة الرغائب موضوعة‬
“Hadis-hadis yang meriwayatkan tentang
427 Ibn Ḥajar, Tabyīn al-‘Ajab, hlm. 29; al-Suyūṭī, al-
Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 312.
428 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 47. 429 Ibid.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
125

shalat Raghā’ib adalah palsu.”


Hadis yang lainnya mengenai ṣalāt al-
Takhrīj Hadis: raghā’ib ini adalah:
Hadis yang dimaksudkan adalah:
‫لا يصلي أحد هذه الصلاة إلا غفر له اهلل تعالى‬
‫ما من أحد يصوم أول يوم من رجب ثم يصلي‬
‫جميع ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر وعدد‬
‫بين العشاء والعتمة اثني عشر ركعة يفصل‬
‫الرمال ووزن الجبال وورق الأشجار ويشفع‬
‫بين ركعتين بتسليمة يقرأ في كل ركعة بفاتحة‬
‫يوم القيامة في سبعمائة من أهل بيته ممن قد‬
‫الكتاب مرة وإنا أنزلناه في ليلة القدر ثلاث‬
.‫استوجب النار‬
‫ فإذا‬،‫ وقل هو اهلل أحد اثني عشرة مرة‬،‫مرات‬
“Tidaklah seseorang itu melaksanakan
: ‫فرغ من صلاته صلى علي سبعين مرة يقول‬ shalat ini, kecuali Allāh akan mengampuni semua
dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut,
‫ ثم‬،‫مهللا صل على محمد النبي الأمي وعلى أله‬ bilangan pasir, seberat gunung dan sebanyak
daun-daun pepohonan. Pada hari Kiamat, ia
‫ رب‬: ‫يسجد ويقول في سجوده سبعين مرة‬
akan memberi syafa’at pada 700 keluarganya
‫اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم إنك أنت الأعز‬ yang menghuni neraka.”
Hadis-hadis ini disebutkan oleh al-Ghazālī
‫ ثم يسجد سجدة أخرى ويقول فيها‬،‫الأكرم‬ dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn. al-‘Irāqī mengata­
kan bahwa ia disebutkan oleh Ruzayn dalam
‫مثل ما قال في السجدة الأولى ثم يسأل حاجته‬ kitabnya.430
.‫في سجوده فإنها تقضى‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Siapa berpuasa pada hari pertama bulan al-Khūbawī mengatakan bahwa Hadis-hadis
Rajab, kemudian shalat pada waktu antara ini palsu. Sebelumnya beberapa ulama Hadis
‘Ishā’ dan Ṣubuḥ sebanyak 12 rakaat, dengan seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Ṣalāḥ, Ibn Qayyim, al-
satu kali salam setiap dua rakaat, membaca ‘Irāqī, al-Suyūṭī, Ibn ‘Arrāq dan lain-lain juga telah
Sūrah al-Fātiḥah satu kali pada setiap rakaat dan menegaskan hal yang sama. Bahkan Abū Shāmah
Sūrah al-Qadr 3 kali dan Sūrah al-Ikhlāṣ 12 kali, telah membahasnya secara panjang lebar dalam
kemudian setelah selesai shalat ia bershalawat kitab al-Bā‘ith ‘alā Inkār al-Bida‘ wa al-Ḥawādith.
kepadaku (Nabi Saw.) sebanyak 70 kali dengan Semuanya menilai Hadis ini palsu.431
membaca allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad
al-nabiyy al-ummi wa ‘alā ālihi, kemudian ia
bersujud dan membaca rabbi ighfir warḥam wa 430 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 1, hlm. 267; al-‘Irāqī, al-
tajāwaz ‘amma ta‘lam innaka anta al-’a‘azz al- Mughnī, jil. 1, hlm. 267.
431 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 125;
akram sebanyak 70 kali, kemudian ia bersujud
Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 95-96; al-‘Irāqī, al-
lagi membaca bacaan yang sama seperti sujud Mughnī, jil. 1, hlm. 267; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 56;
yang pertama, lalu ia memohon permintaannya Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 89; Muḥammad bin
dalam sujud itu, maka permintaannya akan ‘Abd Raḥmān Ismā‘īl bin Ibrāhīm Abū Shāmah, al-Bā‘ith ‘alā
Inkār al-Bida‘ wa al-Ḥawādith, Dār al-Rāyah, al-Riyāḍ, 1990,
dikabulkan.” hlm. 138-244.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
126

Hadis 165 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

‫إياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة‬ Hadis 167


.‫وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار‬ ‫ أبيض‬:‫خلق اهلل وجوه الحور من أربعة ألوان‬
“Hindarilah olehmu sekalian perkara-
‫ وخلق بدنها من‬،‫وأخضر وأصفر وأحمر‬
perkara baru. Karena setiap perkara baru adalah
bid‘ah dan setiap bid‘ah adalah sesat. Maka, ‫ وشعرها‬،‫الزعفران والمسك والعنبروالكافور‬
setiap kesesatan dalam neraka.”
‫ فمن أصابع رجلها إلى ركبتها من‬،‫من قرنفل‬
Takhrīj Hadis:
‫ ومن ركبتها إلى سرتها من‬،‫الزعفران الطيب‬
Hadis ini diriwayatkan Abū Dāwud, al-
Tirmidhī, Ibn Mājah, Aḥmad dan lain-lain dari ‫ ومن‬،‫ ومن سرتها إلى عنقها من العنبر‬،‫المسك‬
al-‘Irbād. Ketiganya tanpa menyebutkan redaksi
wa kullu ḍalālah fī al-nār. al-Ājurī menyebutkan ‫ ولو بصقت بصقة‬،‫عنقها إلى رأسها من الكافور‬
dengan lafaz lengkap seperti di atas dalam kitab
al-Sharī‘ah. 432
‫ مكتوب في صدرها‬،‫في الدنيا لصارت مسكا‬
‫ ما بين‬،‫اسم زوجها واسم من أسماء اهلل تعالى‬
Hukum Hadis: ḥasan ṣaḥīḥ.
al-Tirmidhi menilai Hadis ini ḥasan ṣaḥīḥ. ‫ وفي كل يد من يديها عشرة‬،‫منكبيها فرسخ‬
،‫ وفي أصابعها عشرة خواتم‬،‫أسورة من ذهب‬
Hadis 166
.‫وفي رجلها خلاخيل من الجواهر واللؤلؤ‬
‫شر الأمور محدثاتها‬
“Allāh menciptakan wajah para bidadari
“Seburuk-buruk perkara adalah perkara- dari empat warna: putih, hijau, kuning dan
perkara baru.” merah. Dan menciptakan tubuhnya dari za‘farān,
ambar dan kapur barus; sedang rambutnya dari
Takhrīj Hadis: cengkeh, jari-jari kakinya sampai ke lututnya
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari dari za‘farān yang harum, lututnya sampai ke
Jābir bin ‘Abd Allāh dengan lafaz awalnya: ‫فإن‬ pusarnya dari kasturi, dari pusarnya sampai
‫ ش‬،‫ وخ� الهدي هدي محمد‬،‫خ� الحديث كتاب هللا‬
‫و� األمور‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ke lehernya dari ambar, dari lehernya sampai
‫ محدثاتها‬.. .433 kepalanya dari kapur barus. Dan sekiranya ia
meludah setetes ke dunia, tentu ludahnya itu
432 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Sunnah, Bāb fī menjadi kasturi. Tertulis pada dadanya nama
Luzūm al-Sunnah, h.n. 4607; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-
‘Ilm, Bāb Mā Jā’a fī al-Akhdh bi al-Sunnah wa Ijtināb al-
suaminya dan salah satu di antara nama-nama
Bid‘ah, h.n. 2678; Ibn Mājah, Sunan, al-Muqaddimah, Bāb Allāh. Di antara kedua bahunya luas, dan pada
Ittibā‘ Sunnah al-Khulafā’ al-Rāshidīn, h.n. 42-44; AḤmad, masing-masing dari kedua tangannya terdapat
Musnad, jil. 4, hlm. 126; Muḥammad bin Ḥusayn al-Ājūrī, al-
Sharī‘ah, Muḥammad Ḥāmid Fāqī, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
Bayrūt, 1983, hlm. 45-56.
433 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Jum‘ah, Bāb Takhfīf al- Salāh wa al-Khutbah, h.n. 867.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
127

sepuluh gelang emas dan pada jari-jarinya ada


‫نشزت عليه امرأته حبيبة بنت زيد بن أبي‬
sebuah cincin, sedang pada kakinya terdapat
gelang-gelang kaki dari intan dan mutiara.” ‫ فانطلق بها أبوها إلى رسول‬،‫زهير فلطمها‬
Takhrīj Hadis: ‫ فقال صلى‬،‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم فشكاه‬
al-Khūbawī mengutip Hadis ini dari kitab
Daqā’iq al-Akhbār tanpa menyebutkan perawi,
‫ فنزلت [الرجال‬. ‫ لتقتص منه‬: ‫اهلل عليه وسلم‬
termasuk perawi sahabat. Ia hanya mengatakan ‫ أردنا أمرا وأراد‬:‫ فقال‬435]‫قوامون على النساء‬
bahwa terdapat khabar dari Nabi Saw.434
.‫ والذي أراده اهلل خير‬،‫اهلل أمرا‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Diriwayatkan bahwa Sa‘ad bin al-Rabī‘,
Hadis tentang penciptaan bidadari dan
salah seorang pemuka Anṣār, didurhakai oleh
bahan dasar penciptaannya memang terdapat
istrinya, Ḥabībah bint Zayd bin Abū Zuhayr.
dalam al-Qur’ān dan al-Hadis. Hanya saja
Maka ia pukul istrinya itu. Lalu oleh ayahnya,
yang sejelas dan sedetail Hadis ini tidak dapat
wanita itu dibawa pada Rasūlullāh. Mengadulah
ditemukan. Dari sudut bahasa, ia bukan bahasa
ia pada beliau. Rasūlullāh bersabda: “Suruh
Nabi, dan jarang sekali ditemukan Hadis Nabi
ia mem­balasnya!” Maka turunlah ayat ini; ar
yang ṣaḥīḥ yang menjelaskan suatu hal secara
qowamuuna ala an-nisa’ dan Rasul pun ber­
terperinci, kecuali terkait masalah hukum. Hadis
sabda: “Kami menghendaki suatu hal, sedang
di atas terasa sekali keanehan dan kejanggalan
Allāh menghendaki hal yang lain. Dan yang di­
bahasa serta isinya. Ditambahkan lagi, seperti
kehen­daki Allāh adalah lebih baik.”
yang telah dijelaskan dalam pembahasan
tentang sumber rujukan kitab Durrah al-Nāsiḥīn,
Takhrīj Hadis:
kitab Daqā’iq al-Akhbār ini termasuk kitab yang
Hadis yang merupakan sebab turunnya
tidak mu‘tabar. Kemudian, karena Hadis ini tidak
ayat ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud dalam al-
ditemukan dalam kitab Hadis yang mu‘tabar dan
Marāsil, Ibn Abī Shaybah dalam al-Muṣannaf,
mu‘tamad, maka Hadis ini dapat dinilai palsu.
al-Ṭabarī dan al-Wāḥidī, semuanya dari Ḥasan al-
Baṣrī secara mursal. al-Suyūṭī juga meng­isyarat­
kan bahwa Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibn
Bab 12 al-Mundhir, Ibn Abī Ḥātim dan ‘Abd bin Ḥumayd,
Kelebihan Laki-laki terhadap semuanya dari Ḥasan secara mursal. al-Wāḥidī
dan al-Tha‘ālabī, seperti yang diisyaratkan oleh
Perempuan
Ibn Ḥajar, juga menyebutkan Hadis ini dari
Hadis dari no 168 sampai no 189 Muqātil tanpa menyebutkan sanad-nya. Namun
dalam Tafsīr al-Tha‘ālabī, Penulis tidak dapat
Hadis 168 menemukan bahwa ia telah menyebutkan Hadis
ini.436
‫روي أن سعد بن الربيع أحد نقباء الأنصار‬
435 al-Qur’ān, al-Nisā’ 4: 34.
436 Sulaymān bin al-Ash‘ath Abū Dāwud al-Sajastānī,
434 ‘Abd al-Raḥīm al-Qāḍī, Daqā’iq al-Akhbār, hlm. al-Marāsil, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1988, hlm. 221,
79. h.n. 221; Ibn Abī Shaybah, al-Muṣannaf, Kitāb al-Diyāt, Bāb
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
128

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibn


.‫اهلل كل دعائه‬
Mardiwayh secara marfū‘ dari ‘Alī. Sanad-nya
seperti yang disebutkan Ibn Kathīr: “Kau tergesa-gesa, wahai orang yang
shalat. Apabila kamu shalat, maka duduklah, lalu
‫ ثنا محمد بن هبة‬،‫ثنا أحمد بن علي النسائي‬ pujilah Allāh dengan pujian yang sepatutnya,
،‫ ثنا محمد بن محمد الأشعث‬،‫اهلل الهاشمي‬ dan bershalawatlah kepadaku, barulah kamu
memohon kepada-Nya.kemudian shalat orang
‫ قال ثني أبي عن‬،‫ثنا موسى بن جعفر بن محمد‬ yang lainnya sesudahnya lalu ia memuji Allāh
dan bershalawat kepada nabi sallahu alaihi wa
437
.‫جدي عن جعفر بن محمد عن أبيه عن علي‬ sallam . lalu nabi bersabda: wahai orang yang
shalat, berdoalah (pasti akan) di ijabah, ber­doa­
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. lah (pasti akan) di ijabah ”
Sanad Abū Dāwud dan Ibn Abī Shaybah begitu juga yang mendengar namaku ber­
adalah kuat. Namun kualitas Hadis ini mursal shalawatlah kepadaku, Allah akan mengijabah
dan mursal adalah ḍa‘īf. Sedangkan sanad Hadis semua doanya.
yang marfū‘ itu bercampur (murakkab), yang
menandakan bahwa Hadis ini lemah. Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafaz seperti ini dikatakan oleh
al-Khūbawī diriwayatkan dari Faḍālah bin ‘Ubayd.
Hadis 169
Penulis menemukan Hadis ini diriwayatkan oleh
‫ إذا صليت فاقعد‬،‫ عجلت أيها المصلي‬-1 Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasā’ī, Aḥmad, Ibn
Khuzaymah, Ibn Ḥibbān, al-Ḥākim, al-Ṭabarānī
‫ ثم‬.‫فاحمد اهلل بما هو أهله وصل علي ثم ادعه‬ dan Ibn Bashkuwāl seperti yang diisyarat­
kan oleh al-Sakhāwī, semuanya memakai jalur
‫صلى رجل آخر بعد ذلك فحمد اهلل وصلى‬ periwayatan dari Faḍālah.438 Tetapi dalam semua
‫ فقال صلى‬، ‫على النبي صلى اهلل عليه وسلم‬ lafaz yang mereka riwayatkan belum ditemukan
redaksi yang disebutkan oleh al- al-Khūbawī,
‫ ادع‬،‫ أيها المصلي ادع تجب‬: ‫اهلل عليه وسلم‬ yaitu man sami‘a ismī fa ṣallā ‘alayya istajāba

،‫تجب‬
438 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Salāh, Bāb al-Du‘ā’,
h.n. 1481; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa
‫ استجاب‬،‫ كذلك من سمع اسمي فصلى علي‬-2 judul, no. 65), h.n. 3476; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Sahuw,
Bāb al-Taḥmīd wa al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Ṣalāh,
h.n. 1282; Aḥmad, Musnad, jil. 6, hlm. 18; Ibn Khuzaymah,
Ṣaḥīh, Kitāb al-Ṣalāh Bāb al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-
al-Qiṣāṣ min al-Rijāl wa al-Nisā’, jil. 6, hlm. 377; al-Ṭabarī, Tashahhud, h.n. 709-710; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh,
Tafsīr, jil. 5, hlm. 291; al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, Bāb Ṣifah al-Ṣalāh, h.n. 1957; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb
hlm.144; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 3, hlm. 270-271; al-Ṣalāh, Bāb Idhā Ṣallā Aḥadukum Falyabda’ Bitaḥmīd
‘Abd al-RaḤmān, al-Tha‘alabī, Tafsīr al-Tha‘alabī, Mu’assalah Allāh, jil. 1, hlm. 230; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil.
al-A‘lāmī li al-Maṭbū‘āt, Bayrut, (t.th.), jil. 1, hlm. 270; 18, hlm. 308-309, h.n. 790-795; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-
Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf fī Takhrīj Aḥādīth Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-
al-Kashshāf, di akhir kitab Tafsīr al-Kashshāf, Maktabah al- Bārī, jil. 11, hlm. 165; Muḥammad bin ‘Abd Allāh al-Khaṭīb
Ma‘ārif, al-Riyāḍ., (t.th.) hlm. 43. al-Tabrīzī, Mishkāh al-Maṣābīh, taḥqīq Muḥammad Nāṣir al-
437 Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, jil. 1, hlm. Dīn al-Albānī, al-Maktab al-Islāmī, Dimashq, 1961, jil. 1, hlm.
491. 293, h.n. 930; al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257-258.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
129

Allāh kulla du‘ā’ih. Ada kemungkinan potongan palsu, karena termasuk dalam kategori tidak
redaksi itu merupakan penggalan dari Hadis dikenali sumbernya.
lain yang digabungkan al-Khūbawī dengan lafaz
penyambung wa kadzālika. Dengan demikian, Hadis 170
Hadis ini berarti diriwayatkan dari Faḍālah.
Penulis cenderung sepakat dengan pen­ ‫ وإن‬،‫خير النساء امرأة إن نظرت إليها سرتك‬
dapat yang mengatakan bahwa Hadis ini terbagi
men­jadi dua bagian, karena dari semua perawi ‫ وإن غبت عنها حفظتك في‬،‫أمرت أطاعت‬
yang telah disebutkan tidak ada seorang pun
.‫مالك ونفسها‬
yang menyebutkan potongan redaksi akhir.
Hadis yang kedua ini belum dapat ditemukan “Sebaik wanita adalah wanita yang apabila
perawinya. Hadis pertama dengan lafaz seperti kamu memandangnya, maka menggembira­kan­
di atas adalah riwayat al-Ṭabarānī dan Ibn mu. Dan apabila kamu menyuruhnya, ia patuh
Bashkuwāl. Sedangkan riwayat lainya terdapat padamu, dan apabila kamu tidak ada di sisinya,
perbedaan redaksi.439 maka ia menjagamu pada hartamu dan dirinya.”

Hukum Hadis: Hadis pertama: Ḥasan li- Takhrīj Hadis:


ghayrih. Hadis kedua: mendekati palsu, Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud dari
Hukum Hadis pertama dimaksudkan untuk Abū Hurayrah, al-Nasā’ī dari Ibn ‘Abbās juga
riwayat al-Ṭabarānī dan Ibn Bashkuwāl. Dalam oleh perawi lainnya dengan sedikit perbedaan
sanad keduanya, seperti yang dikatakan al- redaksi. Lafaz Abū Dawud:
Sakhāwī, terdapat Rishdīn bin Sa‘ad. Abū Zur‘ah
menilainya sebagai perawi yang lemah. al-Nasā’ī
‫ ألا أخبرك بخير ما يكنز المرأ؟ المرأة‬...
ber­pendapat bahwa ia ditinggalkan (matrūk). ‫ وإذا أمرها‬،‫ إذا نظر إليها سرته‬:‫الصالحة‬
Tetapi menurut Aḥmad dan al-Sakhāwī, riwayat­
nya dapat diterima dalam masalah al-raqā’iq.440 . ‫ وإذا غاب عنها حفظته‬،‫أطاعته‬
Hadis ini dapat dinilai ḥasan li-ghayrih.
Sedangkan lafaz al-Nasa’i:
Meski­pun terdapat perawi yang lemah, namun
se­perti dikatakan Aḥmad dan al-Sakhāwī, riwa­ ‫قيل لرسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم أي‬
yat­nya masih boleh diterima dalam masalah
al-raqā’iq, dan Hadis ini masuk dalam masalah ‫ وتطيعه‬،‫ التي تسره إذا نظر‬:‫النساء خير؟ قال‬
ter­sebut. Selain itu, Hadis ini mempunyai banyak
pe­nguat seperti riwayat al-Nasā’ī dan al-Tirmidhī
441
.‫ ولا تخالفه في نفسها ومالها بما يكره‬،‫إذا أمر‬
de­ngan redaksi yang sedikit berbeda.
Sedangkan Hadis kedua, karena belum dapat Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
ditemukan, maka belum dapat dipastikan hukum­ al-‘Irāqī mengatakan bahwa sanad Abū
nya. Secara lahiriah Hadis ini lebih mendekati

441 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb fī Ḥuqūq


439 al-Ṭabarānī, Mu‘jam al-Kabīr, jil. 18, hlm. 308- al-Māl, h.n. 1664; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb Ayy
309, h.n. 790-795. al-Nisā’ Khayr, h.n. 3229; lihat juga Aḥmad, Musnad, jil. 2,
440 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 49-51; al- hlm. 168; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Sunan, Kitāb al-Nikāḥ,
Sakhāwī, al-Qawl al-Badi‘, hlm. 258. Bāb Ayy al-Nisā’ Khayr, jil. 2, hlm. 161.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
130

Dāwud dan al-Nasā’ī ṣaḥīḥ. al-Suyūṭī dan al- gurunya Abū Nu‘aym, dan ia tidak mengkritiknya,
Munāwī menilai Hadis Abū Hurayrah ṣaḥīḥ.442 maka ia termasuk perawi yang tidak bermasalah.
Dengan demikian, Hadis ini dapat menguatkan
Hadis 171 riwayat Ibn ‘Adiy dan menjadi ḥasan.444

‫المرأة إذا صلت خمسها وصامت شهرها‬ Hadis 172


‫وحفظت فرجها وأطاعت زوجها تدخل من‬ ،‫المرأة الصالحة خير من ألف رجل غير صالح‬
.‫أي باب شاءت من أبواب الجنة‬ ‫وأيما امرأة خدمت زوجها سبعة أيام أغلق‬
“Apabila seorang wanita menunaikan shalat
‫عنها سبعة أبواب النار وفتحت لها ثمانية‬
lima waktu, berpuasa pada bulan Ramaḍān,
memelihara farjinya dan mematuhi suaminya, .‫أبواب الجنة تدخل من أيها شائت بغير حساب‬
maka ia akan masuk surga lewat pintu mana saja
yang ia kehendaki di antara pintu-pintu surga.” “Wanita yang salehah lebih baik dari seribu
laki-laki yang tidak saleh. Dan wanita mana
Takhrīj Hadis: pun yang melayani suaminya selama tujuh hari,
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn ‘Adiy dan maka ditutuplah terhadapnya tujuh pintu neraka
Abū Nu‘aym dari Anas.443 dan dibukakan untuknya delapan pintu surga.
Ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia
Hukum Hadis: Ḥasan. kehendaki, tanpa hisab.”
Sanad Ibn ‘Adiy terdapat Ruwwād bin al-
Jarrāḥ al-‘Asqallānī yang dinilai lemah oleh al- Takhrīj Hadis:
Bukhārī dan al-Dāraquṭnī, tetapi Ibn Ma‘īn meng­ Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
anggap­nya thiqah. Abū Ḥātim menilainya ṣadūq. Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.445
Aḥmad menilainya thiqah dan menegaskan
bahwa riwayatnya dari Sufyān adalah munkar. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini telah diriwayatkan oleh Ibn ‘Adiy melalui Selain karena belum dapat ditemukan dalam
Ruwwād dari Sufyān. kitab-kitab yang mu‘tabar, Hadis ini dapat dinilai
Dalam riwayat Abū Nu‘aym, Hadis ini juga palsu, karena ciri-ciri Hadis palsu nampak jelas
diriwayatkan melalui Sufyān, tetapi perawinya al- pada Hadis ini, yaitu pahala yang dijanjikan terlalu
Fayrābī Muḥammad bin Yūsuf, yang dinilai thiqah. besar untuk amalan yang sederhana, terutama
Ke-munkar-an sanad Hadis dapat dikuatkan janji masuk surga tanpa dihisab. Perkara ini
melalui sanad ini. Tetapi dalam sanad ini ada banyak dan biasa dijanjikan oleh mereka yang
seorang perawi yang belum dapat ditemukan membuat Hadis palsu.
biodatanya, yaitu ‘Abdullāh bin Muḥammad bin
Sa‘īd bin Abī Maryam. Namun karena ia guru dari Hadis 173

442 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 51; al-Suyūṭī, al-


Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, 548; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, 444 Lihat biografi Ruwwād dalam al-Dhahabī, Mīzān
hlm. 482. al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 55; al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 3,
443 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 1037; Abū Nu‘aym, hlm. 524.
Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 6, hlm. 308. 445 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 49.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
131

‫ما من امرأة تحيض إلا كان حيضها كفارة لما‬ ‫أن رجلا في عهد النبي صلى اهلل عليه وسلم‬
‫مضى من ذنوبها وإن قالت في أول يوم الحمد‬ ‫ لاتخرجي من‬:‫خرج غازيا فقال لامرأته‬
،‫ واستغفر اهلل من كل ذنب‬،‫هلل على كل حال‬ ‫ فمرض أبوها‬.‫هذا البيت حتى أرجع إليك‬
‫كتب اهلل لها براءة من النار وجوازا على‬ ‫ فقال صلى اهلل‬،‫فأرسلت رسولا إلى رسول اهلل‬
‫الصراط وأمانا من العذاب ورفع اهلل تعالى لها‬ ‫ وكذا مرة بعد مرة‬.‫ٍأطيعي زوجك‬: ‫عليه وسلم‬
‫بكل يوم وليلة درجة أربعين شهيدا إذا كانت‬ ‫فأطاعت زوجها ولم تخرج من البيت فمات‬
.‫ذاكرة هلل تعالى في حيضها‬ ‫أبوها ولم تره فصبرت على ذلك حتى رجع‬
“Tidak seorang wanita pun yang mengalami ‫زوجها إليها فأوحى اهلل إلى النبي صلى اهلل‬
haid, kecuali haidnya menjadi penghapus
dosa-dosanya yang telah lewat. Dan jika ia .‫عليه وسلم أن اهلل قد غفر لها بطاعة زوجها‬
mengatakan pada hari yang pertama: “Segala
“Bahwasanya seorang lelaki di zaman Nabi
puji bagi Allāh atas setiap keadaan, dan aku
hendak berangkat perang, maka berkatalah ia
memohon ampun kepada Allāh dari setiap dosa,”
kepada istrinya: “Janganlah kamu keluar rumah
maka Allāh menetapkan baginya kebebasan dari
ini, sehingga aku pulang kepadamu!” Tiba-
neraka, dapat melewati ṣirāt, dan aman dari
tiba ayah wanita itu menderita sakit. Maka
azab Allāh. Dan Allāh mengangkat untuknya
dikirimlah olehnya seorang delegasi kepada
pada setiap sehari semalam, derajat empat
Rasūlullāh. Beliau lalu bersabda: “Patuhilah
puluh orang yang mati shahid, apabila selama
suamimu!” Dan demikianlah ia lakukan berkali-
haidnya ia tetap mengingat Allāh.”
kali, maka ia pun mematuhi suaminya dan tidak
keluar dari rumah, sampai ayahnya meninggal
Takhrīj Hadis:
dunia, sedang ia tiak sempat melihatnya, namun
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
bersabar atas hal itu, sehingga suaminya pulang.
Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.446
Maka Allāh mewahyukan kepada Nabi bahwa
Allāh mengampuni wanita itu, karena patuh
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
pada suaminya.
Hadis ini dinilai palsu karena beberapa se­
bab. Pertama, belum dapat ditemukan perawi­
Takhrīj Hadis:
nya. Kedua, dari segi matan, bahasanya tidak me­
Lafaz Hadis yang disebutkan oleh al-Khūbawī
nye­rupai bahasa para Nabi Saw. Ketiga, pahala
seperti di atas terdapat dalam semua kitab versi
yang dijanjikan menunjukkan Hadis ini dibuat
cetak. Namun Penulis menemukan adanya
oleh para pendusta Hadis.
kekeliruan dalam lafaz terakhir yang seharusnya
adalah ‫له‬, bukan ‫لها‬. Sebab yang dimaksudkan
Hadis 174 dalam Hadis ini dimaafkan dosanya adalah bapak
si perempuan tersebut, bukan dosa perempuan
itu sendiri.
Kisah ini disebutkan oleh al-Haythamī, Ibn
446 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 49-50.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
132

Ḥajar, al-Suyūṭī dalam al-Durr al-Manthūr dan


Ibn Ḥabīb. al-Haythamī mengatakan bahwa Hadis Hadis 175
ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsāṭ,
dari Anas bin Mālik. Ibn Ḥajar mengatakan bahwa ‫إذا غسلت المرأة ثياب زوجها كتب اهلل لها‬
Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abd Ibn Ḥumayd. al-
Suyūṭī mengatakan bahwa kisah ini disebutkan ‫ألف حسنة وغفر لها ألفي خطيئة واستغفر‬
oleh al-Ḥakīm al-Ṭirmidhī dalam Nawādir al-
‫لها كل شيئ طلعت عليه الشمس ورفع لها‬
Uṣūl.447
.‫ألف درجة‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf
“Apabila seorang wanita mencuci pakaian
al-A‘ẓamī mengatakan bahwa isnād Hadis
suaminya, maka Allāh menetapkan untuknya
yang diriwayatkan oleh ‘Abd bin Ḥumayd sangat
seribu kebaikan dan mengampuni dua ribu
lemah, karena dalam sanad-nya terdapat Yūsuf
kesalahannya, serta dimohonkan ampun oleh
bin ‘Aṭiyyah yang dinilai matrūk. Riwayat al-
segala sesuatu yang disinari oleh matahari, dan
Ṭabarānī lebih kuat dari sanad ‘Abd bin Ḥumayd,
diangkat untuknya seribu derajat.”
tetapi dalam sanad-nya terdapat ‘Iṣmah bin
al-Mutawakkil yang dinilai lemah oleh oleh al-
Takhrīj Hadis:
Haythamī.448
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Riwayat Ibn Ḥabīb juga lemah, karena
Hanya saja telah disebutkan oleh al-‘Ajlūnī dalam
Muḥammad bin Ṣadaqah yang dinilai jujur
Kashf al-Khafā’.450
(ṣadūq), namun beliau peringkat kesebelas
menurut pembagian Ibn Hajar. Artinya ia hidup
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
di sekitar akhir abad kedua dan awal abad ketiga
al-‘Ajlūnī menjelaskan bahwa Ibn Ḥajar al-
Hijriyah, dan termasuk guru al-Nasā’ī. Jadi antara
Makkī dalam kitab al-Fatāwā mengutip pendapat
ia dengan Rasūlullāh Saw. tidak kurang dari 3
al-Suyūṭī yang mengatakan bahwa Hadis ini
sampai 6 perawi. Riwayat seperti ini dikenali
palsu.451
dengan istilah mu‘ḍal, dan mu‘ḍal termasuk jenis
ḍa‘īf yang tidak dapat menguatkan riwayat lain.
Jadi Hadis di atas tetap ḍa‘īf.449 Hadis 176
‫رأيت النساء ليلة أسرى بي إلى السماء في شدة‬
447 al-Haythamī, Maj>ma‘ al-Zawā’id, jil. 4, hlm. 313;
Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar, al-Maṭālib al-‘Āliyah Bizawā’id
al-Masānid al-Thamāniyah, taḥqīq Ḥabīb al-Raḥmān, al-
‫ يا‬: ‫ قلت‬.‫عذاب فذكرت شأنهن وبكيت‬
A‘ẓamī, al-Maṭba‘ah al-Aṣriyyah, Kuwayt, 1973, jil. 2, hlm.
47, h.n. 1616; ‘Abd al-Mālik bin Ḥabīb, Ādāb al-Nisā’ al-
‫ رأيت امرأة‬:‫ ما الذي رأيت؟ فقال‬،‫رسول اهلل‬
Marsūm Bikitāb al-Ghāyah wa al-Nihāyah, Dār al-Gharab
al-Islāmī, hlm. 245-246; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 3, ‫ ورأيت‬،‫معلقة من شعرها ويغلي دماغ رأسها‬
hlm. 320.
448 Ibid; lih. biografi ‘Iṣmah dalam al-Dhahabī, Mīzān ‫امرأة معلقة بلسانها قد أخرجت يدها من‬
al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 68; Ibn al-Jawzī, al-Ḍu‘afā’, jil. 2, hlm.
175; dan biografi Yūsuf ‘Aṭiyyah dalam Ibn Ḥibbān, al-
Majrūḥīn, jil. 3, hlm. 134; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4,
hlm. 468-469. Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 484.
449 Lihat biografi MuḤammad bin Ṣadaqah dalam 450 al-‘Ajlūnī, Kashf al-Khafā’, jil. 1, hlm. 112.
al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 25, hlm. 392-393; Ibn Ḥajar, 451 Ibid.
‫‪Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin‬‬ ‫‪Takhrij Hadis Durratun Nasihin‬‬
‫‪133‬‬

‫ظهرها والقطران يصب في حلقها‪ ،‬ورأيت‬ ‫فكانت تتزين للرجال وتغتاب الناس‪ .‬وأما التي‬
‫امرأة معلقة بثديها من وراء ظهرها والزقوم‬ ‫يقطع جسدها بمقراض من النار فكانت تشهر‬
‫يصب في حلقها‪ ،‬ورأيت امرأة معلقة قد شدت‬ ‫نفسها للناس يعني ليروا زينتها وتحب كل من‬
‫رجلها مع يدها إلى ناصيتها وقد صلطت‬ ‫يراها بهذه الزينة من الرجال‪ .‬وأما التي شد‬
‫عليها حيات وعقارب‪ ،‬ورأيت امرأة تأكل‬ ‫رجلها مع يدها إلى ناصيتها وسلطت عليها‬
‫جسدها والنار توقد من تحتها‪ ،‬ورأيت امرأة‬ ‫الحيات والعقارب فكانت تقدر على الصلاة‬
‫تقطع جسدها بمقراض من النار‪ ،‬ورأيت‬ ‫والصيام ولم تتوضأ ولم تصل ولم تغتسل من‬
‫امرأة مسودة الوجه وتأكل أمعاءها‪ ،‬ورأيت‬ ‫الجنابة‪ .‬وأما التي رأسها كرأس الخنزير وبدنها‬
‫امرأة صمعاء عمياء خرساء في تابوت من نار‬ ‫كبدن الحمار فكانت نمامة وكاذبة‪ .‬وأما التي‬
‫يخرج دماغها من منحرها وبدنها منتن من‬ ‫على صورة الكلب فتانة تبغض زوجها‪.‬‬
‫البرص والجذام‪ ،‬ورأيت امرأة رأسها كرأس‬ ‫‪“Pada malam aku diisra’kan ke langit, aku‬‬
‫‪melihat kaum wanita dalam siksaan hebat. Kini‬‬
‫الخنزير وبدنها كبدن الحمار لها ألف ألف نوع‬ ‫‪aku ingat keadaan mereka dan menangis. Saya‬‬
‫‪berkata: “Ya Rasūlallāh, apa yang telah engkau‬‬
‫من العذاب‪ ،‬ورأيت امرأة على صورة الكلب‬
‫‪lihat?” Beliau menjawab: “Aku melihat seorang‬‬
‫تدخل العقارب والحيات من قبلها أو من‬ ‫­‪wanita yang digantung dengan rambutnya, se‬‬
‫­‪dang otak di kepalanya mendidih. Aku me­lihat se‬‬
‫فيها وتخرج من دبرها والملائكة يضربون على‬ ‫­‪orang wanita digantung dengan lidah­nya, semen‬‬
‫‪tara tangannya dikeluarkan dari pung­gung­nya,‬‬
‫رأسها بمقاطع من نار ‪ .‬فقامت فاطمة وقالت‪:‬‬ ‫‪sedang dicurahkan pada ke­rong­kongan­nya. Aku‬‬
‫يا أبي ويا قرة عيني أخبرني ما كانت أعمال‬ ‫‪melihat seorang wanita digantung dengan buah‬‬
‫‪dadanya dari arah punggungnya sedang air kayu‬‬
‫هذه النساء؟ فقال صلى اهلل عليه وسلم‪ :‬يا‬ ‫‪zaqqūm dituangkan dalam kerongkongannya.‬‬
‫‪Aku melihat wanita digantung, sedang kedua‬‬
‫فاطمة‪ ،‬أما المعلقة بشعرها فكانت لا تكتم‬ ‫‪kaki­nya diikat bersama kedua tangannya pada‬‬
‫شعرها من الرجال‪ ،‬وأما المعلقة بلسانها‬ ‫‪ubun-ubunnya, sementara ia dikuasai oleh ular-‬‬
‫‪ular dan kalajengking-kalajengking. Aku melihat‬‬
‫فكانت تؤذي زوحها بلسانها‪ .‬وأما المعلقة‬ ‫‪seorang wanita memakan tubuhnya dan di‬‬
‫‪bawah tubuhnya ada api yang menyala-nyala.‬‬
‫بثديها فكانت ترضع أطفال الخلق من غير‬ ‫‪Aku melihat seorang wanita yang memotong-‬‬
‫‪motong tubuhnya sendiri dengan gunting dari‬‬
‫أمر زوجها‪ .‬وأما المعلقة برجلها فكانت امرأة‬
‫‪api. Aku melihat seorang wanita berwajah hitam‬‬
‫تخرج من بيتها بغير إذن الزوج ولا تغتسل‬ ‫‪dan memakan usus-ususnya sendiri. Aku melihat‬‬
‫‪seorang wanita yang tuli, buta dan bisu, dalam‬‬
‫من الحيض والنفاس‪ .‬وأما التي تأكل جسدها‬
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
134

sebuah peti dari api. Otaknya keluar dari lubang wanita penggoda yang menjengkelkan suaminya.
hidungnya, sedang badannya berbau busuk,
karena sopak dan kusta. Aku melihat seorang Takhrīj Hadis:
wanita kepalanya seperti kepala babi dan tubuh­ Hadis ini ditemukan dalam dua kitab Shī‘ah,
nya seperti tubuh keledai. Ia mendapat sejuta yaitu oleh ‘Alī Muḥammad ‘Alī Dakhīl dalam
macam azab. Dan aku melihat seorang wanita Thawāb al-A‘mal tanpa sanad, dan al-Musāwī
ber­bentuk anjing, sedang kalajengking-kala­ dalam Jazā’ al-A‘māl dengan sanad berikut:
jengking dan ular-ular masuk lewat farjinya
atau lewat mulutnya, lalu keluar lewat dubur­ ‫عن عبد العظيم بن عبد اهلل الحسيني عن‬
nya, semen­tara malaikat memukuli kepalanya
‫محمد بن علي الرضا عن أبيه موسى بن جعفر‬
dengan penggada-penggada dari api.” Maka
bangkit­lah Fāṭimah, lalu berkata: “Wahai ayah­ ‫عن أبيه جعفر بن محمد عن أبيه محمد بن علي‬
ku, wahai bola mataku, beritahukanlah kepada­
ku perbuatan-perbuatan apakah yang telah di­ ‫عن أبيه علي بن الحسين عن أبيه الحسين بن علي‬
laku­kan oleh wanita-wanita itu?”
:‫عن أبيه أمير المؤمنين علي بن أبي طالب قال‬
Jawab Nabi: “Wahai Fatimah! Adapun
wanita yang digantung dengan rambutnya, dulu ‫دخلت أنا وفاطمة على رسول اهلل صلى اهلل‬
ia tidak menyembunyikan rambutnya dari kaum
laki-laki. Adapun yang digantung lidahnya, dulu :‫ فقلت‬،‫عليه وسلم وجدته يبكي بكاء شـديدا‬
ia menyakiti hati suaminya dengan lidahnya.
‫فداك أبي وأمي يا رسول اهلل ما الذي أبكاك؟‬
Adapun wanita yang digantung pada buah
dadanya, ia dulu menyusui anak-anak orang lain ‫ أسرى بي إلى السماء رأيت‬452 ‫ يا علي ليلة‬:‫قال‬
tanpa perintah suaminya. Adapun yang digantung
pada kedua kakinya, ia wanita yang keluar dari ‫ إلخ‬.. ‫نساء من أمتي في عذاب شديد‬
rumahnya tanpa izin suami, dan tidak mandi dari
haid dan nifas. Adapun wanita yang memakan
Hukum Hadis: Ḍa‘īf, munkar.
tubuhnya sendiri, ia dulu berhias untuk laki-laki
Pada sanad di atas terdapat beberapa
lain dan menggunjing orang. Adapun wanita
masalah. Pertama, Muḥammad bin ‘Alī al-Riḍā
yang dipotong-potong tubuhnya dengan gunting
dari bapaknya Mūsā bin Ja‘far. Menurut Penulis,
dari api, ia dulu mempertontonkan dirinya
yang benar adalah ‘Alī al-Riḍā, bukan Muḥammad
kepada orang lain, yakni supaya mereka melihat
bin ‘Alī. Sebab dalam biografi Mūsā disebutkan,
perhiasannya, dan ia menyukai tiap-tiap lelaki
di antara yang meriwayatkan Hadis-hadisnya
yang melihatnya dengan perhiasan seperti itu.
adalah anak-anaknya: ‘Ali, Ibrāhīm dan Ismā‘īl.
Adapun wanita yang diikat kedua kakinya beserta
Menurut Ibn Ḥibbān, ‘Alī al-Riḍā meriwayatkan
kedua tangannya pada ubun-ubunnya dan
dari bapaknya perkara-perkara yang aneh, salah
dikuasai ular-ular dan kalajengking-kalajengking,
menduga dan sering salah meriwayatkan. Ibn
ia mampu menunaikan shalat dan puasa,
namun ia tidak berwudu, tidak shalat, dan tidak
pula mandi dari janabah. Adapun wanita yang 452 Hāshim bin Ḥusayn al-Musāwī al-Jazā’irī, Jazā’
berkepala babi dan tubuhnya seperti keledai, ia al-A‘māl wa Āthār al-A‘mal fī Dār al-Dunyā, Maṭba‘ah al-
Shuhadā’, Qūm, 1990, jil. 2, hlm. 184-186; ‘Alī Muḥammad
adalah wanita pengadu domba dan pendusta. Dakhīl, Thawāb al-A‘mal, hlm. 551; al-Khūbawī, Durrah al-
Adapun wanita yang berbentuk anjing, ia adalah Nāṣiḥīn, hlm. 50-51.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
135

Zāhir berkata ia meriwayatkan dari bapaknya kuat dugaan bahwa Hadis ini tidak mempunyai
perkara-perkara yang aneh.453 sumber (lā aṣla lah).
Selain itu, ‘Abd al-‘Aẓīm bin ‘Abd Allāh al-
Husaynī belum ditemukan kredibilitasnya dalam Hadis 178
kitab-kitab biografi golongan Sunni. Sedang­
kan perawi-perawi lainnya thiqah dan imām. ‫أيما امرأة عذبت زوجها بلسانها فهي في لعنة‬
Namun demikian, Ibn Ḥibban ketika menyebut­
kan biografi Ja‘far bin Muḥammad mengingat­ .‫اهلل وسخطه ولعنة الملائكة والناس أجمعين‬
kan bahwa riwayat­nya dapat dijadikan ḥujjah, “Wanita mana pun yang menyakiti suaminya
kecuali jika diriwayatkan oleh anak-anaknya, dengan lisannya, maka ia akan mendapat laknat
sebab riwayat anak-anaknya banyak sekali yang dan murka Allāh, laknat malaikat dan semua
munkar.454 manusia.”
Kesimpulannya, Hadis ini dapat dinilai ḍa‘if
dan munkar, dengan tidak menutup kemungkinan Takhrīj Hadis:
bahwa kualitasnya bisa lebih rendah sekiranya Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
kredibilitas ‘Abd ‘Aẓīm ditemukan. al-Khūbawī secara tekstual tidak menyebutkan
sumber rujukannya.456
Hadis 177
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫ما من امرأة تؤذي زوجها بلسانها إلا جعل اهلل‬ Hadis ini dinilai palsu dengan sebab yang
sama seperti Hadis yang sebelumnya.
‫لسانها يوم القيامة سبعين ذراعا ثم عقد خلف‬
.‫عنقها‬ Hadis 179
“Tidak seorang wanita pun yang menyakiti ‫ما من امرأة قالت لزوجها مارأيت منك خيرا‬
suaminya dengan lisannya, kecuali Allāh
panjangkan lidahnya tujuh puluh hasta di Hari ‫إلا أحبط اهلل عملها سبعين سنة ولو كانت‬
Kiamat, kemudian diikat di belakang lehernya.”
.‫تصوم النهار وتقوم الليل‬
Takhrīj Hadis: “Tidak ada seorang wanita pun yang
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. berkata pada suaminya: “Saya tidak melihat
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.455 sedikit pun kebaikan darimu,” kecuali Allāh akan
menghapuskan amalan-amalannya selama 70
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. tahun, meskipun ia siang berpuasa dan malam
Hadis ini dinilai palsu, sebab selain belum tahajjud.”
ditemukan sumbernya, al-Khūbawī sendiri tidak
menyebutkan sumber rujukannya. Ini mem­per­ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn ‘Adiy dari
453 Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 106; al- Anas bin Mālik dari ‘Ā’ishah, juga oleh Ibn Abī
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 158 dan jil. 4, hlm. 201.
454 Lihat biografi Ja‘far bin Mūsā dalam Ibn Ḥibbān,
al-Thiqāt, jil. 2, hlm. 106.
455 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51. 456 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
136

al-Dunyā dalam kitab al-‘Iyāl dari Ḥasan al-Baṣrī suaminya: “Laknat Allāh atasmu!” padahal ia
secara mursal. Namun dalam kedua riwayat adalah wanita yang zalim, maka Allāh akan
tersebut tidak terdapat potongan redaksi yang melaknatnya dari atas tujuh langit dan oleh
‫ن‬
terakhir, yakni lafaz: ‫سبع� سنة ولو كانت تصوم النهار‬ segala makhluk selain jin dan manusia.”
‫ي‬
‫وتقوم الليل‬.457
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Riwayat Ibn ‘Adiy dinilai ḍa‘īf oleh al-Suyūṭī, al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.459
sebab dalam sanad-nya terdapat Yūsuf bin
Ibrāhīm yang dinlai ḍa‘īf oleh beberapa ulama, Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
seperti Ibn ‘Adiy, Abū Ḥātim, al-Dhahabī dan lain- Hadis ini dinilai palsu dengan alasan yang
lain. Bahkan al-Bukhārī mengatakan, ia perawi sama seperti Hadis ke 177-178.
Hadis yang aneh-aneh.458 Riwayat Ibn Abī al-
Dunyā juga ḍa‘īf, karena masuk kategori mursal, Hadis 181
sementara mursal termasuk Hadis ḍa‘īf.
Riwayat dengan tambahan seperti yang ‫أيما امرأة ادخلت على زوجها الغم في أمر‬
disebutkan oleh al-Khūbawī, boleh dinilai palsu,
karena tidak ditemukan dalam riwayat kitab- ‫ لايقبل اهلل منها‬،‫النفقة أو كلمته مالا يطيقه‬
kitab yang mu‘tabar. Juga bertentangan dengan
.‫صرفا ولاعدلا‬
kaedah syariat yang ṣaḥīḥ seperti “siapa yang
berbuat kebaikan, ia akan mendapat pahalanya “Wanita mana pun yang mendatangkan
dan siapa berbuat kejahatan, ia akan mendapat duka cita kepada suaminya dalam persoalan
dosanya.” Ditambah lagi dosa yang diancam nafkah atau membebaninya sesuatu di luar
dalam Hadis ini terlalu besar, bahkan jauh lebih kemampuannya, maka Allāh takkan menerima
besar dari sebagian amalan yang dikategorikan amalnya sedikit pun (pelayanannya dan
sebagai dosa-dosa besar (al-kabā’ir). keadilannya).”

Takhrīj Hadis:
Hadis 180
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
‫أيما امرأة قالت لزوجها عليك لعنة اهلل وهي‬ Hadis ini hanya disebutkan dalam kitab Makārim
al-Akhlāq (Shī‘ah) tanpa menyebutkan sanad
‫ لعنها اهلل تعالى من فوق سبع سماوات‬،‫ظالمة‬ maupun mengisyaratkan perawinya dengan lafaz
tambahan: ‫ إال أن يتوب وترجع وتطلب منه طاقته‬. al-
.‫وكل شيئ خلقه اهلل تعالى إلا الثقلين‬
Khūbawī sendiri tidak menyebutkan sum­ber­nya.460
“Wanita mana pun yang berkata kepada
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu, karena tidak ditemu­
457 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 7, hlm. 2624; ‘Abd Allāh bin
Muḥammad bin Abī al-Dunyā, Kitāb al-‘Iyāl, Taḥqīq Najm
‘Abd al-Raḥmān Khalf, Dār Ibn Qayyim, al-Riyāḍ, 1990, jil. 2, 459 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
hlm. 745, h.n. 550. 460 al-Ḥasan bin al-Faḍl al-Ṭabrasī, Makārim al-
458 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 102; al- Akhlāq, taḥqīq al-Sayyid ‘Alā’ al-Dīn al-‘Alawī, Dār al-Kutub
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 411, Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, al-Islāmiyyah, Ṭahrān, 1376H/1955, hlm. 246; al-Khūbawī,
jil. 7, hlm. 2624; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 461. Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
137

kan sanad-nya dan hanya disebutkan dalam kitab “Wanita mana pun yang keluar dari rumah
yang tidak mu‘tabar. suaminya tanpa seizinnya, maka ia dikutuk oleh
segala sesuatu yang disinari oleh matahari dan
Hadis 182 bulan, sampai ia kembali ke rumah suaminya.”

‫لو كان جميع ما في الأرض ذهبا وفضة وحملته‬ Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Khāṭīb dalam
‫امرأة إلى بيت زوجها ثم فخرت عليه يوما من‬ Tārīkh Baghdād dari Abū Hurayrah.462
،‫الأيام بقولها من أنت إنما المال لي ولا مال لك‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
.‫احبط اهلل عملها ولو كان كثيرا‬ Hadis ini dinilai palsu oleh beberapa ulama
seperti Ibn ‘Arrāq, Ibn Ṭahir al-Maqdīsī dan al-
“Sekiranya semua yang ada di bumi ini
Munāwī, karena dalam sanad-nya terdapat
berupa emas dan perak, lalu dibawa oleh se­
Ibrāhīm bin Hudbah yang dituduh sebagai
orang wanita ke rumah suaminya, kemudian ia
pendusta oleh Ibn Ma‘īn, ‘Alī bin Thābit dan al-
ber­bangga diri terhadapnya pada suatu hari de­
Dhahabī.463 al-Suyūṭī telah keliru, karena menilai
ngan mengatakan: “Siapa engkau? Sesungguh­
Hadis ini ḥasan dan ditentang oleh al-Munāwī. 464
nya harta ini kepunyaanku, sedang kamu tiada
ber­harta”, maka Allāh membatalkan amalnya,
sekali­pun banyak.” Hadis 184
Hadis ini terdapat dalam kitab Makārim
‫المرأة إذا خرجت من باب دارها مزينة‬
al-Akhlāq (Shī‘ah) tanpa menyebutkan sanad
maupun mengisyaratkan perawinya dengan lafaz ‫ بنى‬،‫ومعطرة بالطيب والزوج بذلك راض‬
sedikit berbeda dan dengan tambahan: ‫إال أن تتوب‬
‫ وترجع وتعتذر إىل زوجها‬. al-Khubawi sendiri tidak .‫لزوجها بكل قدم بيتا في النار‬
menyebutkan sumbernya.461 “Apabila seorang wanita keluar dari pintu
rumahnya dalam keadaan berhias dan berminyak
Hukum Hadis: Mawdu’/Palsu. wangi, sedang suaminya merelakan hal itu, maka
Hadis ini dinilai palsu, karena tidak ditemu­ dibangunkanlah untuk suaminya itu dari setiap
kan sanad-nya dan hanya disebutkan dalam kitab langkahnya, sebuah rumah di neraka.”
yang tidak mu‘tabar.
Takhrīj Hadis:
Hadis 183
462 al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 6, hlm 201.
‫أيما امرأة خرجت من بيت زوجها بغير إذنه‬
463 Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 217;
Ibn Ṭāhir al-Maqdisī, Tadhkirah al-Mawḍū‘at, hlm. 129; al-
‫لعنها كل شيئ طلعت عليه الشمس والقمر‬ Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 138.
464 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 399; al-
.‫حتى ترجع إلى بيت زوجها‬ Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 138; lihat biografi Ibn
Hudbah dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 71-
72; Ibrāhīm bin Muḥammad bin Khalīl al-Ḥalabī, Kashf al-
Ḥathīth ‘Amman Rumiya Biwad‘ al-Ḥadīth, taḥqīq Ṣubḥī
461 al-Ṭabrasī, Makārim al-Akhlāq, hlm. 246; al- al-Sāmirī, Dār ‘Ālam al-Kutub dan Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51. Bayrūt, 1987 hlm. 40.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
138

Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. malaikat sampai pagi.”


al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.465
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Hadis ini dinilai palsu dengan alasan yang Muslim. Redaksi di atas adalah lafaz Muslim.467
sama seperti Hadis ke 177, 178 dan 180.
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis 185
Hadis 187
‫أبما امرأة كلحت في وجه زوجها فتدخل عليه‬
‫ أما علمت أن رضا الزوج هو رضا‬،‫يا بنتي‬
‫الغم فهي في سخط اهلل إلى أن تضحك في وجه‬
.‫ وغضب الزوج هو غضب اهلل‬،‫اهلل‬
.‫زوجها فتدخل عليه السرور‬
“Wahai anakku, tidakkah kamu tahu bahwa
“Wanita mana pun yang cemberut ter­hadap rida suami adalah rida Allāh dan murka suami
suaminya, sehingga mendatangkan ke­sedihan adalah murka Allāh.”
kepadanya, maka ia berada dalam murka
Allāh sampai ia tertawa di hadapan suaminya, Takhrīj Hadis:
sehingga mendatangkan kegembiraan padanya.” Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.468
Takhrīj Hadis: Hadis dengan makna yang sama disebutkan
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. oleh al-Nūrī dalam Mustadrak al-Wasā’il (Shī‘ah)
al-Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.466 yang mengutipnya dari kitab al-Khaṭb karangan
Aḥmad bin ‘Abd al-‘Azīz al-Jalūdī dalam Hadis
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. yang sangat panjang dengan sanad sebagai
Hadis ini dinilai palsu dengan alasan yang berikut: Yaḥyā bin ‘Umar dari ‘Abbās bin Muslim
sama seperti Hadis ke 177, 178, 180 dan 184. dari ‘Umar bin Isḥāq dari ‘Abd Allāh bin Abī
Bakar, dari Muḥammad bin Muslim dari Mahrān
Hadis 186 al-Thaqafī dari ‘Abd Allāh bin Maḥbūb dari
seseorang (‫)رجل‬. 469
‫إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فامتنعت‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫ لعنتها الملائكة‬،‫فبات الزوج غضبان عليها‬
Hadis ini dinilai palsu, karena beberapa
.‫حتى تصبح‬ alasan. Pertama, lafaz matannya tidak me­
nye­rupai bahasa Nabi Saw. Kedua, kandungan
“Apabila seorang suami memanggil istrinya
ke tempat tidur, lalu ia menolak, sehingga
467 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb Idhā Bātat
suaminya itu tidur dalam keadaan marah ter­
al-Mar’ah Muhājirat Firāsh Zawjihā, h.n. 5193; Muslim,
hadapnya, maka wanita itu dikutuk oleh para Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb Taḥrīm Imtinā‘ihā min Firāsh
Zawjihā, h.n. 1437.
468 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 52.
465 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 51. 469 al-Nūrī, Mustadrak, s al-Wasā’il, jil. 14, hlm. 238-
466 Ibid. 245, h.n. 16604.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
139

makna­nya tidak logis dan tidak wajar, sehingga “Siapa mempunyai dua orang istri, lalu
me­nun­juk­kan bahwa Hadis ini karangan para condong pada seorang di antara keduanya,
pemalsu Hadis belaka. bukan yang lainnya,” menurut riwayat lain, “dan
tidak berlaku adil di antara keduanya,” maka ia
Hadis 188 datang pada hari Kiamat, sedang salah satu dari
kedua sisinya miring.”
‫أيما رجل كان له امرأتان فلم يعدل بينهما في‬
Takhrīj Hadis:
‫ ولم يسو بينهما في المضجع والمطعم‬،‫النفقة‬ Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al-
Tirmidhī, al-Nasā’ī, Ibn Mājah dan lain-lain dari
‫ ولا‬،‫والمشرب فهو بريئ مني وأنا بريئ منه‬
Abū Hurayrah secara marfū‘ melalui Hammām
.‫نصيب له في شفاعتي إلا أن يتوب‬ bin al-Munabbih.471

“Laki-laki mana pun yang mempunyai dua


Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
istri, lalu ia tidak berlaku adil di antara keduanya
At-Tirmidhi berkata; kami tidak mengetahui
mengenai nafkah dan tidak mempersamakan di
hadis ini diriwayatkan secara marfu’ kecuali
antara keduanya dalam soal tidur, makan dan
Hamma^mm, dan dia thiqoh . begitu juga apa
minum, maka ia terlepas dariku dan aku pun
yang dikatakan al-Bazza r, seperti yang, dinukil
terlepas darinya. Ia tidak memperoleh bagian
al-Zayla’i.
dari shafaatku, kecuali ia bertaubat.”
Dalam kitab al-Ilal, al-Tirmidhi meriwayat­
kan hadis ini secara mawquf sebagai perkataan
Takhrīj Hadis:
Qathadah, namun beliau menegaskan bahwa
Hadis dengan lafaz ini belum dapat ditemu­
hadis Hammam mendekati kebenaran, beliau
kan perawinya. al-Khūbawī tidak menyebutkan
tsiqoh dan hafiz. AlHakim, as -Suyuthi dan al-
sumbernya.470
Munawi juga telah menghukumkan hadis ini
dengan sahih
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dinilai palsu, sebab selain belum
ditemukan periwayatnya, al-Khūbawī sendiri Bab 13
tidak menyebutkan sumber rujukannya, sehingga Keutamaan Orang Tua
menguatkan dugaan bahwa Hadis ini tidak Hadis dari no 190 sampai no 205
mempunyai sumber (lā aṣla lahu).

Hadis 190
Hadis 189
‫ حق‬:‫ فجار له ثلاثة حقوق‬:‫الجيران ثلاثة‬
‫من كان له امرأتان فمال إلى أحدهما دون‬
‫ جاء‬- ‫ ولم يعدل بينهما‬:‫ وفي رواية‬- ‫الآخرى‬
471 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb al-Qasm
.‫يوم القيامة وأحد شقيه مائل‬ Bayn al-Nisā’, h.n. 2133; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb ‘Ashrah
al-Nisā’ Bāb Mayl al-Rajul ilā Ba‘ḍ Nisā’ih Dūna Ba‘ḍ, h.n.
3942; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Nikāh, Bāb Mā Jā’a fī
al-Taswiyah Bayn al-Ḍarā’ir, h.n. 1141; Ibn Mājah, Sunan,
470 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 52. Kitāb al-Nikāh, Bāb al-Qismah, h.n. 1979.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
140

Riwayat dari Ibn ‘Umar dinilai lemah oleh


‫ وجار له‬،‫الجوار وحق القرابة وحق الإسلام‬
al-‘Irāqī. Demikian juga riwayat dari Anas dinilai
‫ وجار له‬،‫ حق الجوار وحق الإسلام‬:‫حقان‬ ḍa‘īf oleh al-Zabīdī. Ibn Ṭāhir al-Maqdīsī, al-‘Irāqī,
al-Suyūṭī, al-Munāwī dan al-Zabīdī menilai Hadis
.‫حق واحد وهو المشرك من أهل الكتاب‬ ini ḍa‘īf. Sedangkan Ibn Ḥajar tidak memberikan
komentar terhadap Hadis ini.474
“Tetangga itu ada tiga macam: tetangga
yang mempunyai tiga hak; hak teta ngga, hak
kekerabatan, dan hak keislaman; tetangga yang Hadis 191
mempunyai dua hak; hak ketetanggaan dan hak
keislaman; dan tetangga yang hanya mempunyai
‫ صلت عليه الملائكة كما‬،‫من صلى علي صلاة‬
satu hak; hak ketetanggaan, yaitu orang musyrik .‫ فليقلل من ذلك أو ليكثر‬،‫صلى علي‬
dari Ahli Kitāb.”
“Siapa bershalawat kepadaku satu kali,
Takhrīj Hadis: maka para malaikat mendoakannya sebagai­
Hadis ini diisyaratkan oleh al-‘Irāqī, Ibn mana ia bershalawat kepadaku. Dengan demi­
Ḥajar dan al-Zabīdī, diriwayatkan oleh al-Ḥasan kian, biarlah orang bershalawat sedikit atau
bin Sufyān, al-Bazzār, Abū al-Shaykh dalam al- banyak.”
Thawāb, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr dan Abū
Nu‘aym, semuanya dari Jābir. Ibn ‘Adiy me­riwa­ Takhrīj Hadis:
yatk­an­nya dari Ibn ‘Umar dan al-Daylamī meriwa­ Hadis diriwayatkan oleh Ibn Mājah, Aḥmad,
yat­kan­nya dari Anas.472 Abū Dāwud al-Ṭayālisī dan Ibn Abī Shaybah dari
‘Āmir bin Rabī‘ah melalui Shu‘bah dari ‘Āṣim
Hukum Hadis: Ḍa‘īf bin ‘Ubaydillāh dari ‘Abdullāh bin ‘Āmir dari
al-Bazzār meriwayatkan Hadis ini dari guru­ bapaknya.475 al-Ṭabarānī meriwayatkannya dari
nya ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-Ḥārithī yang ‘Āmir bin Rabī‘ah melalui Shu‘bah dari Ma‘lab,
dituduh sebagai pemalsu Hadis. Akan tetapi ‘Aṭā’ dari ‘Abdullāh bin ‘Āmir dari bapaknya.476
sanad Abū Nu‘aym tidak melalui al-Ḥārithī,
me­lain­kan semua sanad ini melalui ‘Aṭā’ al- Hukum Hadis: Ḥasan.
Khurasānī, yang oleh Ibn Ḥajar dinilai jujur, akan
tetapi banyak salah duga.473 392.
474 Muḥammad bin Ṭāhir al-Maqdisī, Dhakhīrah al-
Ḥuffāẓ al-Mukharraj ‘alā al-Ḥurūf wa al-Alfāẓ, taḥqīq Dr. ‘Abd
472 al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 2, hlm. 380; al-Raḥmān bin ‘Abd al-Jabbār al-Faryuwānī, Dār al-Salaf, al-
Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 5, hlm. 207; al-Daylamī, Riyāḍ, 1996, jil. 4, hlm. 2216, h.n. 5148; al-‘Irāqī, al-Mughnī,
Firdaws al-Akhbār, jil. 2, hlm.120, hn. 2628; al-‘Irāqī, jil. 2, hlm. 270; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 6,
al-Mughnī, jil. 2, hlm. 270; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar al- hlm. 304-305; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 497;
‘Asqallānī, Tasḍīd al-Qaws, di bawah Firdaws al-Akhbār al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 366-367; al-Haythamī,
li al-Daylamī, taḥqīq Fawwāz Aḥmad al-Zamirulī dan Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 164; Ibn Ḥājar, Fatḥ al-Bārī,
Muḥammad Mu‘taṣim al-Baghdādī, Dār al-Kutub al-‘Arabī, jil. 10, hlm. 442; Ibn Ḥajar, Tasdīd al-Qaws, jil. 2, hlm. 194.
Bayrūt, 1987, jil. 2, hlm. 194; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al- 475 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb Iqāmah al-Ṣalāh, Bāb
Muttaqīn, jil. 6, hlm. 304-305. al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. h.n. 907; Aḥmad, Musnad, jil. 3,
473 Lihat biografi al-Ḥārithī dalam al-Dhahabī, Mīzān hlm. 445; Ibn Abī Shaybah, al-Muṣannaf, Kitāb al-Ṣalah, Bāb
al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 496; al-Ḥalabī, Kashf al-Ḥathīth hlm. Thawāb al-Ṣalāh ‘alā al-Nabi Saw., h.n. 8696.
159; dan biografi ‘Aṭā’ al-Khurasānī dalam al-Dhahabī, Mīzān 476 al-Ṭabarānī, Mu‘jam al-Awsaṭ, jil. 2, hlm. 389,
al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 73-75; Ibn Ḥajar,Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. h.n. 1675.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
141

Dalam salah satu sanad Hadis ini terdapat hukum Hadis ini ṣaḥīḥ.480
‘Āṣim bin ‘Ubaydillāh yang dinilai lemah dan tidak
bisa dijadikan Ḥujjah oleh Ibn Mā‘īn. Sedangkan Hadis 193
menurut Ibn Ḥibbān, ia sering menghayal dan
salah dalam meriwayatkan Hadis. al-Nasā’ī dan ‫ ولا‬،‫لا يستقيم إيمان العبد حتى يستقيم قلبه‬
Ibn Ḥajar menilainya sebagai perawi yang lemah.
al-‘Irāqī menilai sanad Ibn Mājah lemah, karena ‫ ولايدخل‬،‫يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه‬
terdapat ‘Āṣim bin ‘Ubaydillāh.477
.‫المؤمن الجنة حتى يأمن جاره من لسانه‬
Akan tetapi sanad al-Ṭabarānī hasan, karena
diriwayatkan tanpa melalui ‘Āṣim. Ibn Ḥajar “Takkan lurus iman seseorang sampai hati­
seperti yang dikutip al-Sakhāwī, menilai Hadis ini nya lurus. Takkan lurus hatinya sampai lurus
ḥasan, karena mempunyai banyak shawāhid.478 lidah­nya. Dan takkan masuk surga seorang muk­
min, sehingga tetangganya aman dari lisannya.”
Hadis 192
Takhrīj Hadis:
.‫اعبدوا الرحمن‬ Hadis ini diriwayatkan Aḥmad dan Ibn Abī
al-Dunyā dalam al-Ṣamt. Seperti diisyaratkan
“Sembahlah olehmu Tuhan Yang Maha
oleh al-‘Irāqī, Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Kasih!”
al-Kharā’iṭī. Semuanya melalui jalan ‘Ali bin
Sa‘dah al-Bāhilī dari Qatādah dari Anas. Dalam
Takhrīj Hadis:
lafaz Ibn Abī al-Dunyā disebutkan dengan sedikit
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan
perbedaan redaksi.481
al-Bukhārī dalam al-Adab dari ‘Abd Allāh bin
al-Bayhaqī dalam Shu‘ab al-iman meriwayat­
Salam, Aḥmad, Ibn Hibban dan lain-lain dari
kannya dari Ḥasan al-Baṣrī dari beberapa saha­
Ibn ‘Umar dengan redaksi yang lebih lengkap.
bat­nya secara marfū‘ dengan lafaz sampai kata-
ِal-Ḥākim meriwayatkannya dari Abū Hurayrah ‫ ت‬.482
kata ‫ح� يستقيم لسانه‬
dengan lafaz yang berbeda, tetapi mempunyai
makna yang sama.479
Hukum Hadis: Ḥasan.
al-‘Irāqī mengatakan bahwa dalam sanad
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis ini ada kelemahannya. Di dalam sanad Hadis
Hadis ini dinilai ṣaḥīḥ oleh al-Tirmidhī, Ibn
ini terdapat seorang perawi yang bermasalah, ‘Alī
Ḥibbān dan al-Ḥākim. Ibn Ḥajar menyetujui
bin Mas‘adah. al-Haythamī mengatakan bahwa
ia adalah thiqah menurut beberapa ulama
dan ḍa‘īf menurut yang lainnya. al-Bukhārī, al-
477 al-Ḍhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 353-354; Nasā’ī dan Ibn Ḥibbān juga menilainya lemah,
Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.285.
478 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 402; al-Sakhāwī,
al-Qawl al-Badī‘, hlm. 167-169. 480 Ibid; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 11, hlm. 19.
479 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Mā Jā’a 481 Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 198; ‘Abd Allāh bin
fī Faḍl Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, h.n. 1855; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb Muḥammad Ibn Abi al-Dunya, al-Ṣamt wa Ādāb al-Lisān,
al-Birr wa al-Iḥsān, Bāb Ifshā’ al-Salām, h.n 489 & 505; taḥqīq Muḥammad ‘Abd al-Qādir ‘Aṭā’, Mu’assasah al-Kutub
Muḥammad bin Ismā‘īl al-Bukhārī, al-Ādāb al-Mufrad, Pnyt. al-Thaqāfiyah, Bayrūt, 1988, hlm. 182-183, h.n. 9; al-‘Irāqī,
Kamāl Yūsuf al-Ḥūt, ‘Ālam al-Kutub, Bayrūt, 1985, BĀb Ifshā’ al-Mughnī, jil. 3, hlm. 138.
al-Salām, h.n. 981. 482 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 1, hlm. 41, h.n. 8.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
142

sedangkan Ibn Ma‘īn menilainya ṣāliḥ (patut). Hukum Hadis:


Dalam riwayat lain ia mengatakan bahwa tidak Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan,
masalah jika meriwayatkan dari orang Baṣrah. namun seperti yang akan dirumuskan pada bab
Menurut Abū Ḥātim, ia perawi yang diterima. kesimpulan, Hadis seperti ini lebih mendekati
Ibn Ḥajar menyifatinya sebagai orang yang jujur, Hadis palsu.
akan tetapi mempunyai beberapa prasangka
yang salah.483 Hadis 195
Hadis ini dapat dinilai ḥasan, karena selain
‘Alī bin Mas‘adah, masih disifatkan sebagai ‫من أنفق على الضيف درهما فكأنه أنفق ألف‬
jujur (ṣadūq). Ia meriwayatkan Hadis ini dari
ulama Baṣrah, yaitu Qatādah dan seperti yang ‫درهم في سبيل اهلل‬
dijelaskan oleh Ibn Ma‘īn, riwayat ‘Alī dari ulama “Siapa yang menafkahkan satu dirham
Baṣrah tidak bermasalah. untuk tamu ,maka seolah-olah ia menafkahkan
Sedangkan riwayat al-Bayhaqī adalah ḍa‘īf, seribu dirham di jalan Allāh.”
sebab sanad-nya mubham, karena Ḥasan al-Baṣrī
tidak menyebutkan nama perawi yang me­riwa­ Takhrīj Hadis:
yat­kannya. Jadi Hadis ini tidak dapat me­nguat­ Hadis seperti ini disebutkan oleh Ibn al-Jawzī
kan Hadis di atas secara langsung. Namun secara dalam Bustān al-Wā‘iẓīn dari Ibn ‘Abbās tanpa
tidak langsung bisa menguatkan. menyebutkan sanad atau perawinya, dangan
lafal,
Hadis 194
‫درهم ينفق الرجل على ضيفه أفضل من ألف‬
‫ ومن آذى‬،‫من أكرم جاره وجبت له الجنة‬
‫ ومن أكرم الضيف‬،‫دينار ينفقها في سبيل اهلل‬
.‫جاره لعنه اهلل والملائكة والناس أجمعون‬
‫في وجه اهلل أكرمه اهلل تعالى يوم القيامة بألف‬
“Siapa memuliakan tetangganya, maka
pastilah ia masuk surga. Dan siapa menyakiti
485
‫كرامة وخلصه من النار وأدخله الجنة‬
tetangganya, maka ia dikutuk oleh Allāh, para
malaikat dan semua manusia.” Hukum Hadis: ḍa‘īf
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Takhrīj Hadis: Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
Hadis ini belum ditemukan perawinya. kesimpulan, apabila Hadis disebut oleh ulama
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Ḥayāh al- ahli Hadis seperti Ibn al-Jawzī dengan tanpa
Qulūb.484 penjelasan kualitasnya, maka ia sekurang-
kurang­nya dihukumi ḍa‘īf dengan tidak menutup
kemung­kinan ia lebih dari itu.
483 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 53;
al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 138; Lihat biografi ‘Alī bin
Mas‘adah dalam Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 11; al- Hadis 7 (196)
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 156; Ibn Ḥajar, Taqrīb
al-Tahdhīb, hlm. 405; al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 21, hlm.
129-131.
484 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54. 485 Ibn al-Jawzī, Bustān al-Wā‘iẓīn hlm. 91.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
143

‫ما من أحد يأتيه الضيف فأكرمه الا فتح اهلل‬ Hadis 198

.‫له بابا من الجنة‬ ‫ إن‬:‫أخبرني جبرائيل عليه السلام فقال‬

“Tidak seorang pun yang didatangi tamu ‫الضيف إذا دخل على أخيه المسلم دخل معه‬
lalu ia memuliakannya, melainkan Allāh mem­
‫ وغفر اهلل ذنوب أهل‬،‫الف بركة وألف رحمة‬
buka­kan untuknya sebuah pintu surga.”
‫ذلك البيت ولو كانت ذنوبهم أكثر من زبد‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al- ‫ وأعطاه اهلل تعالى ثواب‬،‫البحر وورق الأشجار‬
Khūbawī tidak menyebutkan sumbernya.486
‫ وكتب له بكل لقمة أكلها الضيف‬،‫ألف شهيد‬
Hukum Hadis: ‫ثواب حجة مبرورة وعمرة مقبولة وبنى اهلل‬
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Meskipun mempunyai makna yang sahih, ‫ ومن أكرم ضيفا فكأنما‬،‫تعالى مدينة في الجنة‬
namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
kesimpulan, Hadis seperti ini lebih mendekati
.‫أكرم سبعين نبيا‬
palsu. “Jibrīl a.s. telah memberitahukan kepadaku.
Ia berkata; “Sesungguhnya apabila seorang tamu
Hadis 197 memasuki rumah saudaranya yang muslim,
maka masuklah bersamanya seribu berkah dan
‫الملائكة يقومون قى منزل فيه ضيف‬ seribu rahmat, dan Allāh mengampuni dosa-
dosa penghuni rumah itu, sekalipun dosa mereka
“Para malaikat berdiri di dalam rumah yang
lebih banyak dari buih di lautan dan lebih dari
ada tamunya.”
daun-daun pepohonan dan Allāh memberinya
pahala seribu orang yang mati shahid, dan
Takhrīj Hadis:
menetapkan untuknya dari setiap suapan yang
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
dimakan oleh tamunya itu, pahala haji yang
Khūbawī mengutipnya dari kitab A‘rujiyyah.
mabrur dan umrah yang diterima, dan Allāh
Hadis ini ditemukan dalam kitab Khāliṣah al-
Ta‘ālā membangunkan untuknya sebuah kota
Haqa’iq tanpa menyebutkan sanad dan perawi.487
di surga. Dan siapa memuliakan tamu, maka
seolah-olah ia memuliakan tujuh puluh nabi.”
Hukum Hadis: -
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Takhrīj Hadis:
Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
kesimpulan, Hadis seperti ini lebih mendekati
ditemukan, termasuk dalam kitab khusus tentang
palsu.
keutamaan menghormati tamu, yaitu kitab al-
Ināfah fī al-Ṣadaqah wa al-Ḍiyāfah karangan Ibn
Ḥajar al-Haytamī. al-Khūbawī mengutipnya dari
kitab Kanz al-Akhbār.488
486 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54.
487 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54; al-
Fārayābī, Khāliṣah al-Ḥaqā’iq, hlm. 64. 488 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 54.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
144

.‫تصدقوا فإن الصدقة فكاك من النار‬


Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Meskipun belum dapat ditemukan perawi­ “Bersedekahlah kalian, karena sedekah itu
nya, namun ciri-ciri kepalsuan Hadis ini cukup memisahkan dari neraka.”
jelas, yaitu pahala yang terlalu besar dengan
amalan yang sederhana. Selain itu, Hadis ini Takhrīj Hadis:
dikutip dari kitab yang tidak mu‘tabar. Seperti Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym, al-
yang telah dijelaskan pada bab pertama, kitab Ṭabarānī dalam al-Awsāṭ, dan al-Bayhaqī dalam
Kanz al-Akhbār, walaupun manuskripnya di­ al-Shu‘ab. Semuanya dari Anas bin Mālik melalui
temu­kan, namun pengarangnya tidak diketahui. al-Ḥārith bin ‘Umayr. Dalam lafal al-Bayhaqī ‫فكا كم‬
Karena itu, Hadis ini dihukumi palsu. sebagai ganti dari ‫فكاك‬.490

Hadis 199 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.


al-Suyūṭī menghukumi ḥasan Hadis ini.
:‫إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث‬ Sedangkan al-Haythamī mengatakan bahwa
perawi-perawinya thiqāt. Akan tetapi, al-Munāwī
،‫ وولد صالح يدعو له بالمغفرة‬،‫صدقة جارية‬ mengingatkan bahwa al-Dāraquṭnī mengatakan
‫وعلم ينتفع به بعده‬ di dalam sanad Hadis ini terdapat al-Ḥārith bin
‘Umayr yang meriwayatkan secara menyendiri
“Apabila anak Adam meninggal, maka dari Ḥumayd. Ibn Ḥibbān mengatakan bahwa
terputuslah amalnya, selain tiga: sedekah al-Ḥārith meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari
jariyah, anak saleh yang mendoakannya agar para thiqāt. al-Ḥākim juga mengatakan bahwa
mendapat ampunan, dan ilmu yang bermanfaat ia meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari Ḥumayd
sepeninggalnya.” dari Ja‘far al-Ṣādiq.491 Jadi sanad Hadis ini sangat
ḍā‘īf.
Takhrīj Hadis: Menurut Penulis, Hadis ini mempunyai
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Abū banyak shawāhid, diantaranya Hadis riwayat
Dāwud, al-Nasā’ī dan al-Tirmidhī dari Abū ‘Ā’ishah yang telah dibahas pada Hadis ke 91
Hurayrah. Kesemuanya dengan lafal awalnya; dengan lafal;
489
...:‫إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث‬ ‫اتقوا النار ولو بشق تمرة‬
Jadi, Hadis ini dapat menguatkan Hadis asal,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. sehingga memberi kesan bahwa ia mempunyai
asal/sumber. Maka Hadis ini boleh dihukumi
Hadis 200 ḍa‘īf.

490 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 10, hlm. 403;


489 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Waṣiyyah, Bāb Mā Yulḥiq al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 214, h.n. 3355.
al-Insān min al-Thawāb, h.n. 1631; Abū Dāwud, Sunan, 491 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 445; al-
Kitāb al-Waṣāyā, Bāb al-Ṣadaqah ‘an al-Mayyit, h.n. 2880; Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 106; al-Munāwī,
al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Aḥkām, Bāb al-Waqf, h.n. 1376; Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 247. Lihat biografi al-Ḥārith dalam
al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Waṣāyā, Bāb Faḍl al-Ṣadaqah ‘an al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 440; Ibn Ḥibbān, al-
al-Mayyit, h.n. 3649. Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 223-224.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
145

Hadis 201 Hadis 203


‫ بارك اهلل فيما أمسكت وفيما‬،‫يا عبد الرحمن‬ ‫ ومن‬،‫من أرضى والديه فقد أرضى خالقه‬
.‫أعطيت‬ ‫أسخط والديه ققد أسخط خالقه‬
“Wahai ‘Abdurraḥmān, semoga Allāh mem­ “Siapa yang menyenangkan kedua orang
berkati kamu pada apa yang kamu tahan dan tua­nya, maka sesungguhnya ia telah me­nye­
apa yang kamu berikan.” nang­kan Penciptanya. Dan siapa membuat
murka kedua orang tuanya, maka sesungguhnya
Takhrīj Hadis: ia telah membuat murka Penciptanya.”
Hadis ini sama seperti Hadis ke 74 dengan
sedikit perbedaan lafal, yaitu dengan penam­ Takhrīj Hadis:
bahan lafal ‫ يا عبد الرحمن‬pada Hadis 430. Hadis dengan lafal seperti ini, dijelaskan oleh
al-Suyūṭī dan al-Hindī sebagai riwayat Ibn Najjār
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ li-ghayrihi dari Anas.493 Hadis ini dengan lafal:

‫ وسخط الرب‬،‫رضى الرب في رضى الوالدين‬


Hadis 13 (202)
‫في سخط الوالدين‬
‫ أي الأعمال أفضل؟ قال الصلاة في‬:‫سئل النبي‬
disebutkan oleh al-Khūbawī pada Hadis ke
‫ ثم الجهاد في سبيل اهلل‬،‫ ثم بر الوالدين‬،‫وقتها‬ 676. Ia akan dibahas lebih terperinci pada Hadis
“Nabi Saw. ditanya: amal ibadah apakah ke 676.
yang paling mulia? Beliau menjawab; “Shalat
pada waktunya, berbakti pada orangtua, lalu Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
ihad di jalan Allāh.” al-Suyūṭī telah menghukumi Hadis ini ḍa‘īf
dan al-Munāwī menyetujuinya.494
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis 204
Muslim dari Ibn Mas‘ūd. Dalam riwayat al-
Bukhārī, lafal pertanyaannya adalah ‫أي العمل أحب‬ ‫إن في الصدقة خمس خصال الأول تزيدهم‬
‫إىل هللا‬. Sedangkan dalam riwayat Muslim, selain
:‫ والثانية دواء المرض والثالثة‬،‫في أموالهم‬
lafal di atas, ada pula riwayat seperti lafal al-
Bukhārī dan satu lafal lain yaitu ‫أي األعمال أقرب إىل‬ ‫ والرابعة يمرون على‬،‫يرفع اهلل عنهم البلاء‬
‫هللا‬.492
‫ والخامسة يدخلون‬،‫الصراط كالبرق الخاطف‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫الجنة بغير حساب ولا عذاب‬

492 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Faḍl al-


Ṣalāh Liwaqtihā, h.n. 527, dan lihat h.n. 2782, 5970, 7534; 493 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, lihat. 487; al-
Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Kawn al-Īmān Billāh Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jil. 16, hlm. 470, h.n. 45497.
Ta‘ālā Afḍal al-A‘māl, h.n. 85. 494 Ibid; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 51.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
146

“Sesungguhnya dalam sedekah terdapat Muslim dari Ibn Mas‘ūd dengan lafal;
lima perkara: Pertama, sedekah menambah
harta mereka. Kedua, obat bagi penyakit. Ketiga, ...‫أفضل الأعمال الصلاة لوقتها ثم بر الوالدين‬
Allāh menghilangkan bencana dari mereka. Ke­ Lafal riwayat yang masyhur adalah ketika
empat, mereka dapat meniti di atas ṣirāṭ bagai­ Baginda Saw. ditanya:
kan kilat menyambar. Dan kelima, mereka masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab.” ... ‫أي الأعمال أفضل؟ قال الصلاة على وقتها‬

Takhrīj Hadis:
‫إلخ‬
Hadis ini tidak ditemukan perawinya. al- seperti yang telah disebutkan pada Hadis ke
Khūbawī mengutipnya dari kitab Daqa’iq al- 202. 497

Akhbār.495
Hukum Hadis: -
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Hadis ini dihukumi palsu, sebab selain Secara teks, ia mempunyai makna yang ṣaḥīḥ.
karena hanya ditemukan dan dikutip dari kitab Namun tidak semua perkataan yang maknanya
yang tidak mu‘tabar, makna Hadis ini juga me­ ṣaḥīḥ adalah sabda Rasūlullāh Saw. Penulis
nun­juk­kan palsu. Sebab, pahala yang dijanji­ menduga bahwa lafal ini riwayat para pemberi
kan terlalu besar, terutama pahala masuk surga nasihat. Apalagi ia dikutip dari kitab Daqa’iq al-
tanpa dihisab. Orang yang akan masuk surga Akhbār yang tidak mu‘tabar.
tanpa dihisab, hanyalah tujuh puluh ribu orang.
Sedang­kan orang yang memberi sedekah jumlah­
nya sudah beratus-ratus juta. Jadi jelaslah bahwa
Bab 14
Hadis ini buatan manusia saja.
Keutamaan Cinta karena Allāh
Hadis 205 dan Rasul-Nya
Hadis dari no 206 sampai no 217
‫ وأفضل‬،‫أفضل الأعمال الصلوات الخمس‬
‫الآخلاق التواضع‬ Hadis 206
“Amal yang paling utama ialah shalat lima ‫ وعشرا إذا‬،‫من صلى علي عشرا إذا أصبح‬
waktu dan akhlak yang paling utama ialah
tawaduk.” ‫ آمنه اهلل تعالى من الفزع الأكبر يوم‬،‫أمسى‬
‫ وكان مع الذين أنعم اهلل عليهم من‬،‫القيامة‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini belum dapat ditemukan .‫النبيين والصديقين‬
perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab
Daqa’iq al-Akhbār.496 Hadis yang terkenal dalam “Siapa yang membaca shalawat untukku
tema yang sama adalah yang diriwayatkan sepuluh kali di waktu pagi dan sepuluh kali di

495 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 56. 497 Muslim, ṢaḤīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Kawn
496 Ibid. al-Īmān Afḍal al-A‘māl, h.n. 85 ; lih. hlm. 199.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
147

waktu sore, maka Allāh akan menjaganya dari


،‫وجهه ونحل جسمه وعرف الحزن في وجهه‬
kengerian terbesar di Hari Kiamat, dan ia akan
bersama orang-orang yang dianugeruhi nikmat ‫فسأله رسول اهلل عن حاله فقال يا رسول‬
oleh Allāh, yaitu para nabi dan para ṣiddīqīn.”
‫ مابي من وجع ولا مرض غير أني إذا لم‬،‫اهلل‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
،‫أراك استوحشت وحشة شديدة حتى ألقاك‬
ditemukan perawinya. al-Khūbawī mengutip­ ،‫فذكرت الآخرة فخفت أن لا أراك هنالك‬
nya dari kitab Zubdah al-Wā‘iẓīn.498 al-Sakhāwī
dalam al-Qawl al-Badī‘ menyebutkan Hadis ini ‫ وإن دخلت‬،‫لأنني عرفت أنك ترفع مع النبيين‬
diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dan Ibn Abī ‘Āṣim
dalam al-Sunnah dari Abū al-Dardā’ dengan lafal;
‫ وإن لم أدخل‬،‫الجنة كنت في منزل دون منزلك‬

‫من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي‬ ‫ فكيف يكون فيها حال؟‬،‫فلا اراك ابدا‬
499
‫عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة‬
501
)‫فنزلت (ومن يطع اهلل والرسول‬
“Sesunggulmya ayat ini turun mengenai
“Siapa yang bershalawat kepadaku pada
Thaubān, bekas budak Rasūlullāh Saw. Ia sangat
waktu pagi sepuluh kali dan pada waktu sore
mencintai Rasūlullāh dan sedikit sabar untuk
supuluh kali, maka ia mendapatkan shafaatku
berpisah darinya. Pada suatu hari, ia datang pada
pada Hari Kiamat kelak.”
Nabi, sedang wajahnya telah berubah. Tubuhnya
kurus dan tampak sedih pada wajahnya. Maka
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
Rasūlullāh bertanya tentang kondisinya. Ia
al-Haythamī dan al-Sakhāwī menghukumi
menjawab, ‘Ya Rasūlullāh, tidak ada rasa nyeri
sanad al-Ṭabarānī ini ḍa‘īf, karena terdapat
maupun penyakit dalam diriku. Hanya saja bila
sanad yang terputus. al-Sakhāwī menghukumi
aku tidak melihatmu, aku merasa sangat gelisah,
sanad Ibn Abī ‘Āṣim ini ḍa‘īf.500 Sedangkan Hadis
hingga aku bertemu denganmu. Aku ingat akan
dengan lafal yang disebut al-Khūbawī adalah
akhirat lalu aku khawatir jangan-jangan aku
palsu. Karena, selain tidak ditemukan perawinya,
tidak dapat melihatmu di sana, karena aku tahu
ia dikutip dari kitab yang tidak mu‘tabar.
bahwa engkau diangkat bersama para nabi.
Jika aku dimasukkan ke surga, aku berada pada
Hadis 207 tingkat di bawah tingkatanmu. Dan jika aku
tidak dimasukkan, maka aku takkan melihatmu
‫إن هذه الأية نزلت في حق ثوبان مولى رسول‬
selama-lamanya. Maka bagaimana keadaanku
‫ وكان شديد الحب لرسول اهلل قليل‬،‫اهلل‬ di sana?” Maka turunlah: (Dan siapa mentaati
Allāh dan Rasul...)”
‫ فأتى النبي يوما وقد تغير‬،‫الصبر عن مفارقته‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini disebutkan oleh al-Wāḥidī dalam
498 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 57. Asbāb al-Nuzūl dari al-Kalbī, tanpa disebutkan
499 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 179.
500 Ibid; dan al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10,
hlm. 120. 501 al-Qur’ān, al-Nisā’ 4: 69
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
148

sanadnya. Beliau berkata, “al-Kalbī berkata,…” al-


‫من أحب اهلل تعالى أكثر ذكره‬
Wāḥidī juga menyebutkan beberapa sebab lain
diturunkan ayat ini, selain Hadis yang disebutkan “Siapa yang mencintai Allāh Swt., maka ia
al-Khūbawī.502 al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab, al- akan banyak mengingat-Nya.”
Ṭabarānī dalam al-Kabīr. Dan dari al-Ṭabarānī
Ibn Mardiwayh meriwayatkannya dalam al-Tafsīr Takhrīj Hadis:
seperti yang dikatakan Ibn Ḥajar. Semuanya dari Hadis ini menurut al-Khūbawī dikutip dari
Ibn ‘Abbās dengan lafal, ‫ رجل من األنصار‬sebagai kitab al-Jāmi‘ al-Saghīr. Namun Penulis tidak
ganti Thawbān.503 al-Ṭabarī juga meriwayatkan men­jumpai Hadis ini di dalamnya. Yang ditemu­
dalam Tafsīr-nya dari beberapa orang Ṭābi‘īn kan Hadis dengan lafal dan makna berbeda.
seperti Sa‘īd bin Jubayr, Qatādah, al-Sadiy dan Hadis yang dimaksud disebutkan sendiri oleh al-
al-Rabī‘, yang semuanya meriwayatkan secara Khūbawī pada Hadis ke 210. Selain itu, terdapat
mursal dengan lafal 504.‫رجل من األنصار‬ Hadis lain dalam masalah ini, yang disebutkan al-
Seperti yang diisyaratkan oleh al-Haythamī, Suyūṭī, yaitu:
al-Ṭabarānī juga meriwayatkannya dalam al-
Ṣaghīr dan al-Awsaṭ dari ‘Ā’ishah tanpa menye­ ‫ ومنع‬،‫ وأعطى هلل‬،‫من أحب هلل وأبغض هلل‬
but­kan nama sahabat tersebut, baik itu Thawbān
‫ فقد استكمل الإيمان‬،‫هلل‬
atau sahabat Nabi yang lainnya.505
“Siapa yang mencintai karena Allāh, marah
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. karena Allāh, memberi karena Allāh, dan men­
Sanad al-Wāḥidī palsu, sebab seperti cegah diri karena Allāh, maka telah sempurna
yang telah dijelaskan pada Hadis sebelumnya, imannya.”
al-Kalbī dituduh pendusta oleh kebanyakan
ulama ahli Hadis. Maka riwayatnya tidak dapat Dalam Shu‘ab al-Īmān, al-Bayhaqī meri­
diterima. Riwayat al-Ṭabarī semuanya mursal. wayat­kan Hadis mawqūf dari Mālik bin Dīnār
Mursal merupakan satu dari jenis Hadis ḍa‘īf. sebagai perkatan beliau;
Sedangkan sanad riwayat dari Ibn ‘Abbās adalah
ṣaḥīḥ. Semua perawinya adalah perawi Hadis ‫ لأن من أحب‬،‫علامة حب اهلل دوام ذكره‬
ṣaḥīḥ. Demikian pula riwayat dari ‘Ā’ishah yang ‫شيئا أكثر من ذكره‬
dikatakan oleh al-Haythamī bahwa perawinya
adalah perawi ṣaḥīḥ, kecuali ‘Abdullāh al-‘Ābidī. “Tanda cinta kepada Allāh adalah selalu
Beliau thiqah.506 Jadi, Hadis ini ṣaḥīḥ. mengingat-Nya, karena siapa saja yang men­
cintai sesuatu, maka ia banyak-banyak meng­
ingat­nya.”
Hadis 3 (208)
Lafal ini lebih mendekati lafal yang disebut­
502 al-Wāḥidī, Asbāb Nuzūl al-Qur’ān, hlm. 158. kan al-Khūbawī.507
503 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 2, hlm. 131, h.n.
1380; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil, 12, hlm. 68, h.n.
12559; Ibn Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf, hlm. 46, h.n. 374; al- Hukum Hadis: Maqṭu‘, ḍa‘īf.
Munāwī, al-Fatḥ al-Samāwī, jil. 2, hlm. 500-502, h.n. 376.
504 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 5, hlm. 163-164.
505 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 7 507 al-Bayhaqī, Shu‘ab, Jil.1, hlm. 388, h.n. 501; al-
506 Ibid. Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 478.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
149

Riwayat al-Bayhaqī merupakan perkataan meng­hukumi Hadis ini ḍa‘īf, tetapi al-Munāwī
Mālik bin Dīnār. Beliau adalah seorang Tābi‘īn. secara teks tidak menyetujuinya, sebab sanad­
Jadi riwayat dari beliau disebut maqṭū‘, dan nya sangat ḍa‘īf seperti dijelaskan di atas. Namun
maqṭū‘ adalah satu dari jenis Hadis ḍa‘īf. beliau menambahkan, dalam bab ini ter­dapat
bebe­rapa Hadis lain yang layyin.511 Jadi ke­mung­
Hadis 209 kinan­nya al-Suyūṭī menghukuminya dengan ḍa‘īf
saja, kerena ada beberapa shawāhid.
‫ ومن أحبني كان‬،‫من أحب سنتي فقد أحبني‬
.‫معي في الجنة‬ Hadis 210

“Siapa saja yang mencintai sunahku, maka ‫من أحب شيئا أكثر من ذكره‬
berarti ia mencintaiku. Dan siapa mencintaiku, ia “Siapa mencintai suatu, maka ia akan
akan berada di surga bersamaku.” banyak menyebutnya.”

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis dengan lafal ini belum ditemukan. al-Sakhāwī menjelaskan bahwa Hadis ini
Yang ditemukan adalah lafal ‫ أحيا‬sebagai ganti diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym dan al-Daylamī
‫أحب‬. Penulis menduga bahwa al-Khūbawī salah dari ‘Ā’ishah.512
dalam mengutipnya. Sebab secara teks, beliau
mengutip Hadis ini dari salah satu kitab yang Hukum Hadis: Ḥasan
beliau sebutkan sebelum atau setelah beliau al-Suyūṭī menghukumi ḍa‘īf dan al-Munāwī
me­nye­but­kan Hadis ini, yaitu kitab al-Jāmi‘ al- tidak memberikan pendapatnya. al-Sakhāwī me­
Ṣaghīr dan Firdaws al-Akhbār.508 Dalam Firdaws nye­butkan juga Hadis ini dalam al-Maqāṣid al-
al-Akhbār, Hadis ini tidak ditemukan. Sedangkan Ḥasanah, seraya mengingatkan bahwa ia di­riwa­
dalam al-Jāmi‘ al-Saghīr, yang ditemukan lafal yat­kan oleh Abū Nu‘aym, kemudian al-Daylamī
seperti dijelaskan di atas. Dalam kitab ter­sebut, dari Hadis Muqātil bin Ḥayyān dari Dāwud bin
al-Suyūṭī menjelaskan bahwa Hadis ini di­riwayat­ Abī al-Hind dari al-Sha‘bī dari ‘Ā’ishah.513 Muqātil
kan oleh al-Sajzī dari Anas.509 me­nurut beberapa ulama status­nya ḍa‘īf.
Tetapi menurut Ibn Ma‘īn dan Abū Dāwud, ia
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. thiqah. Menurut al-Dāraquṭnī ia ṣāliḥ al-ḥadīth.
Dalam sanad Hadis ini, seperti dikatakan Sedangkan Dāwud bin Abī al-Hind dan al-Sha‘bī
oleh al-Munāwī, terdapat Khālid bin Anas dan
Baqiyyah bin ‘Āṣim. Seperti yang dikatakan oleh
al-Dhahabī, Khālid tidak dikenal dan Hadis-
hadisnya sangat munkar. Sedangkan Baqiyyah Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 627.
511 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 482; al-
juga tidak dikenal (majhūl). Hadis ini diriwayat­
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 40.
kan dari Baqiyyah bin ‘Āṣim dari Khālid bin Anas. 512 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 394-
Jadi sanad Hadis ini sangat ḍa‘īf.510 al-Suyūṭī 395; Penulis belum dapat menemukan dalam kedua kitab
yang disebutkan al-Sakhāwī (Ḥilyah al-Awliyā’ dan Firdaws
al-Akhbār).
508 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 58. 513 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 478; al-
509 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 482. Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 394-395; al-Munāwī,
510 al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 40; al- Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 30.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
150

adalah thiqah.514 Jadi menurut Penulis, Hadis ini


،‫يبعث إليهم ملكا ومعه هدية وكسوة من الجنة‬
boleh dihukumi ḥasan.
‫ قفوا فإن معي‬:‫فإذا أراد الدخول قال لهم الملك‬
Hadis 211
‫ ماتلك الهدية؟‬:‫ فقالوا‬،‫هدية من رب العالمين‬
‫من مات على هذا كان مع النبيين والصدقين‬
‫ هي عشرة خواتم مكتوب في‬:‫فيقول الملك‬
‫والشهداء هكذا (ونصب أصبعه) مالم يعق‬
.‫ سلام عليكم طبتم فادخلوها خالدين‬:‫أحدها‬
.‫والديه‬ “Apabila Allāh Ta‘ālā hendak memasukkan
“Siapa saja yang meninggal dunia sedemi­ orang-orang mukmin ke dalam surga, maka
kian rupa, maka ia bersama para nabi, para Dia mengutus kepada mereka seorang malaikat
ṣiddīqīn dan para shuhadā pada hari Kiamat membawa hadiah dan pakaian dari surga. Lalu
seperti ini (Nabi menyatukan jemarinya) selagi ia apabila mereka hendak masuk, maka berkata­
tidak durhaka pada kedua orang tuanya.” lah malaikat kepada mereka, ‘Berhentilah! Se­
sung­guh­nya aku membawa hadiah dari Tuhan
Takhrīj Hadis: sekalian alam.’ Orang-orang mukmin itu ber­
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dan tanya, ‘Apakah hadiah itu?’’ Malaitat itu men­
al-Bazzār dari ‘Amru bin Murrah.515 jawab, ‘Hadiah itu berupa sepuluh cincin yang
ber­tulis­kan, salah satunya, ‘Keselamatan atas
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. kalian, maka masukilah pintu surga buat selama-
al-Haythamī mengatakan, bahwa perawi lamanya.’”
dalam sanad al-Bazzār adalah perawi ṣaḥīḥ,
kecuali guru al-Bazzār. Kemudian beliau meng­ Takhrīj Hadis:
hukumi sanad ini ḥasan atau ṣaḥīḥ. Beliau juga Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzī
me­nye­but­kan bahwa al-Ṭabarānī meriwayat­ dalam al-Mawḍū ‘āt dari Ibn Mas‘ūd.517
kan­nya dari dua jalur. Perawi salah satu sanad­
nya adalah ṣaḥīḥ.516 Jadi riwayat al-Ṭabarānī Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
dapat me­nguatkan riwayat al-Bazzār, sehingga Ibn al-Jawzī mengatakan bahwa Hadis ini
ke­raguan al-Haythamī untuk menghukuminya tidak diragukan lagi kepalsuannya. Pada sanad­
ṣaḥīḥ dapat dihilangkan. nya ter­dapat beberapa orang yang tidak dikenal
dan beberapa orang yang disifati ḍa‘īf. Juga
ter­dapat al-Shāh bin Far‘. Ia pemalsu Hadis. al-
Hadis 212
Dhahabī menghukuminya palsu dengan alasan
‫إذا أراد اهلل تعالى أن يدخل المؤمنين الجنة‬ yang hampir sama seperti yang dikatakan Ibn
al-Jawzī. Hanya saja, beliau menyifati al-Shāh
sebagai pereka (wāhin). al-Suyūṭī dan Ibn ‘Arrāq
juga menghukuminya palsu.518
514 Lihat biografi Muqātil dalam al-Dhahabī, Mīzān
al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 171-172.
515 al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 1, hlm. 22, h.n.
25; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 18, hlm. 784-785. 517 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm. 251.
516 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 46 518 Ibu al-Jawzī, al-Muwḍū‘āt, jil. 3, hlm. 251;
dan jil. 8, hlm. 147. Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uthmān al-Dhahabī, Tartīb
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
151

adalah ṣadūq (tepercaya). Aḥmad berkata, ia ṣāliḥ


Hadis 213 al-ḥadīth. Tetapi ia dituduh sesat dalam akidah,
karena mengikuti paham Murji’ah. Ibn Ḥibbān
‫من تمسك بسنتي عند فساد أمتي فإنه أجر‬ mengatakan bahwa ia meriwayatkan dari Nāfi‘
dari Ibn ‘Umar naskah yang palsu. Namun Hadis-
.‫مائة شهيد‬ hadisnya boleh diuji (yu‘tabar minh). Sedangkan
“Siapa berpegang teguh pada sunnahku di Maḥmūd bin Ṣāliḥ al-Haythamī mengatakan
kala umatku rusak, maka ia memperoleh pahala bahwa ia tidak menemukan biografinya. Karena
setara seratus orang mati shahid.” itu, riwayat ini tidak dapat menguatkan riwayat
al-Bayhaqī. Selain itu, ada perbedaan yang jelas
Takhrīj Hadis: dalam bilangan pahala yang dijanjikan. Dari
Hadis dengan lafal ini diriwayatkan oleh sisi teks, al-Mundhirī men-ḍa‘īf-kan Hadis ini.
al-Bayhaqī dalam al-Zuhd dan Ibn ‘Adiy melalui al-Albānī menghukumi Hadis ini sangat ḍa‘īf.520
Ḥasan bin Qutaybah. Seperti yang dijelaskan oleh Penulis menguatkan pendapat yang mengatakan
al-Mundhirī, al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ dan Abū bahwa Hadis ini sangat ḍa‘īf dengan sebab
Nu‘aym, meriwayatkannya melalui jalur berbeda seperti yang telah dijelaskan di atas.
dari Abū Hurayrah, tetapi tanpa kata-kata ‫مإئة‬.
Lafalnya adalah ‫فله اجر شهيد‬.519 Hadis 214

Hukum Hadis: Sangat Ḍa‘īf. ‫ فطوبى‬،‫إن الدين بدأ غريبا وسيرجع غريبا‬
Sanad al-Bayhaqī dan Ibn ‘Adiy sangat ḍa‘īf.
‫للغرباء الذين يصلحون ما أفسد الناس من‬
Ḥasan bin Qutaybah, menurut Ibn ‘Adiy, tidak
terlalu bermasalah (arjū annahū lā ba’sa bih). ‫بعدي من سنتيز‬
Tetapi al-Dhahabī menolak pendapat ini dengan
mengingatkan bahwa ia binasa (hālik). Menurut “Sesungguhnya agama ini muncul sebagai
al-Dāraquṭnī, Hadisnya ditinggalkan (matrūk sesuatu yang asing dan akan kembali sebagai
al-ḥadīth). Abū Ḥātim berpendapat ia ḍa‘īf. al- sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-
‘Uqaylī berkata, “Ia banyak salah duga (kathīr al- orang yang asing, yang memperbaiki hal-hal
awhām)”. yang dirusak oleh manusia sepeninggalku dari
Dalam sanad al-Ṭabarānī dan Abū Nu‘aym sunnahku.”
yang meriwayatkannya dari al-Ṭabarānī, terdapat
‘Abd al-‘Azīz bin Abī Ruwwād dan Maḥmūd bin Takhrīj Hadis:
Ṣāliḥ. ‘Abd al ‘Azīz menurut pendapat Abū Ḥatim Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Aḥmad dan lain-lain dari ‘Amru bin ‘Awf.521

al-Muwḍū‘āt, Taḥ. Kamāl Bashyūnī Zaghlūl, Dār al-Kutub al-


‘Ilmiyah, Bayrūt, 1994, hlm. 311-312, h.n. 1128; al-Suyūṭī, 520 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 80; al-Munāwī,
al-La’ālī, jil. 2, hlm. 451; lbn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 80; al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth
hlm. 387. al-Ḍa‘īfah, jil. 1, hlm. 33, h.n. 326; lihat boigrafi ‘Abd ‘Azīz
519 Aḥmad bin Ḥusayn bin ‘Alī al-Bayhaqī, al-Zuhd bin Abī Ruwwād dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
al-Kabīr, Taḥ. ‘Amir Aḥmad Ḥaydar, Muassasah al-Kutub al- hlm. 628-629; dan biografi Muḥammad bin Ṣāliḥ dalam al-
Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1933, hlm.151, h.n. 209; Ibn ‘Adiy, al- Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 518-519.
Kāmil, jil. 2, hlm 739; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, 521 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Īmān, Bāb Mā Jā’a
hlm. 200; al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 80. anna al-Islām Bada’a Gharīban wa Saya‘ūd Gharīban, h.n.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
152

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
ṣaḥīḥ.522 Hadis 217

Hadis 215 ‫لايجلس قوم مجلسا لا يصلون علي إلا كان‬

‫ أعدت لعبادي الصالحين ما لا عين‬:‫قال تعالى‬ ‫عليهم حسرة وإن دخلوا الجنة ما يرون من‬

‫رأت ولا أذن سمعت ولاخطر على قلب بشر‬ .‫الثواب‬

“Allāh berfirman, ‘Aku telah mempersiap­kan “Tidak ada suatu kaum yang duduk di suatu
bagi hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang majlis tanpa membaca shalawat untukku, kecuali
tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar majlis itu menjadi penyesalan bagi mereka. Jika
telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati se­ mereka masuk surga, mereka tidak melihat
orangpun.” pahala.”

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis Qudsi ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī Hadis ini sama dengan Hadis ke 136.525
dan Muslim dari Abū Hurayrah. semua­nya de­
ngan lafal (‫)أعددت‬.523 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


Bab 15
Hadis 216 Keutamaan Mengucapkan
‫المرأ مع من احب‬ Salam
Hadis dari no 218 sampai no 229
“Seseorang bersama yang ia cintai.”

Takhrīj Hadis: Hadis 218


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan ،‫ السلام عليك‬:‫إن رجلا قال لرسول اهلل‬
Muslim dari Abū Mūsā al-Ash‘arī.524
:‫فقال وعليك السلام ورحمة اهلل وقال آخر‬
3263; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 389. ‫ فقال وعليك‬،‫السلام عليك ورحمة اهلل‬
522 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Īmān, Bāb Mā Jā’a
anna al-Islām Bada’a Gharīban wa Saya‘ūd Gharīban, h.n.
3263.
‫ فقال آخر السلام‬.‫السلام ورحمة اهلل وبركاته‬
523 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Bad’ al-Khalq, Bāb Mā
Jā’a fī Ṣifah al-Jannah wa Na‘īmihā, h.n. 3244 dan lihat h.n.
‫ وعليك فقال‬:‫ فقال‬،‫عليك ورحمة اهلل وبركاته‬
4779, 4780 dan 7498; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Jannah wa
Ṣifah Na‘īmihā wa Ahlihā, Bāb (al-Muqaddimah), h.n. 2821. ‫ نقصتني فأين ما قال اهلل تعالى وتلا‬:‫الرجل‬
524 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ādāb, Bāb ‘Alāmāt al-
Ḥub fī Allāh, h.n. 6168; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-
Ṣilah, Bāb al-Mar’ ma‘a Man Aḥabba, h.n. 2641. 525 Hlm. 148.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
153

Dalam sanad al-T}abarī terdapat Hishām bin


‫الآية (وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها‬
Lāḥiq. Menurut al-Nasā’ī, ia kuat (qawī). Adapaun
‫ إنك لم تترك لي فضلا‬:‫ فقال النبي‬526)‫أوردوها‬ mengikuti pendapat Ibn Ḥibbān, ia tidak boleh
ber-ḥujjah dengannya (lā yajūzu al-iḥtijāj bih).
‫فرددت عليك مثله‬ Aḥmad berkata; “Saya meninggalkan Hadisnya.”
Namun al-Dhahabī mengatakan bahwa Aḥmad
“Seseorang berkata kepada Rasūlullāh Saw.,
telah meriwayatkan Hadisnya.529 al-Suyūṭī
‘Assalāmu‘alaika.’ Maka dijawab Nabi, ‘Wa
menghukumi sanad Ibn Mardiwayh dengan
‘alaikassalām wa raḥmatullāh.’ Yang lain ber­
ḥasan. Terkait dengan riwayat dari Ibn ‘Abbās,
kata, ‘Assalāmu‘alaika wa raḥmatullāh.’ Maka
maka pada sanadnya terdapat Nāfi‘ bin Hirmiz.
di­jawab Nabi, ‘Wa ‘alaikassalām wa raḥmatullāh
Ia dituduh pendusta oleh Ibn Ma‘īn. Menurut
wa barakātuh.’ Lalu, yang lain berkata, ‘Assalāmu
Abū Ḥātim, ia ditinggalkan dan dhāhib al-ḥadīth.
‘alaikum wa raḥmatullāh wa barakātuh.’ Maka
Adapun mengikuti pendapat al-Haythamī, ia
jawab Nabi, ‘Wa ‘alaika.’ Orang itu bertanya;
sangat ḍa‘īf. al-Nasā’ī berkata bahwa ia tidak
‘Engkau mengurangi (jawaban pada-ku). Mana
thiqah (lays bi thiqah). Aḥmad, Ibn Ḥajar dan
yang difirmankan Allāh Swt?” Dan ia membaca
beberapa ulama lain menyifatinya ḍa‘īf.530
ayat (wa idzā ḥuyyītum bi taḥiyyah faḥayyū bi
Sanad riwayat dari Salmān adalah ḍa‘īf yang
aḥsana minhā aw ruddūhā), maka jawab Nabi
tidak terlalu. Sedangkan sanad riwayat dari Ibn
Saw., “Sesungguhnya kamu tidak meninggalkan
‘Abbās adalah ḍa‘īf yang hampir mendekati
sisa untukku, maka aku menjawab kepadamu
sangat ḍa‘īf. Jadi, riwayat Ibn ‘Abbās ini tidak
dengan semisalnya.”
dapat mengangkat riwayat Salmān menjadi
ḥasan li-ghayrih. Karena itu, ia tetap ḍa‘īf.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Kabīr dan al-Ṭabarī dalam al-Tafsīr. Hadis 219
Keduanya dari Salmān al-Fārisī melalui Hishām
bin Lāḥiq. al-Suyūṭī dan al-Munāwī menjelaskan
‫ فافشوه بينكم‬،‫السلام إسم من أسماء اهلل‬
bahwa Hadis ini juga diriwayatkan oleh Aḥmad “al-Salām adalah salah satu diantara nama-
dalam al-Zuhd, Ibn al-Mundhir, Ibn Abī Ḥātim nama Allāh. Maka, tebarkanlah salam di antara
dan Ibn Mardiwayh dari Salmān al-Fārisī.527 al- kalian!”
Ṭabarānī dalam al-Kabīr dan al-Awsaṭ, seperti
yang dikatakan al-Haythamī, meriwayatkannya Takhrīj Hadis:
juga dari Ibn ‘Abbās melalui Nāfi‘ bin Hirmiz.528 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dalam
al-Adab, al-Bazzār dan Bayhaqī dalam al-Shu‘ab
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. dari Ibn Mas‘ūd. Ibn Ḥajar mengatakan bahwa
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
526 al-Qur’ān, al-Nisā’ 4: 86. secara marfū‘ dan mawqūf, dan jalur yang
527 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 6, hlm. 246- mawqūf lebih benar. Adapun lafal dari al-Bukhārī,
247, h.n. 6114; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 5, hlm. 190; al-Suyūṭī,
al-Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 236; al-Munāwī, al-Fatḥ al-
Samāwī, jil. 2,hlm. 505-507, h.n. 383. 529 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 306.
528 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 11, hlm. 283- 530 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 243-244;
284, h.n. 12007; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawa’id, jil. 8, hlm. Ibn Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf, hlm. 36, h.n. 377; al-Haythamī,
33. Majmā‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 33.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
154

‫إن السلام إسم من أسماء اهلل تعالى وضعه في‬


Takhrīj Hadis:
‫الأرض فافشوا السلام بينكم‬ al-Ghazālī menyebutkan Hadis ini dalam
al-Iḥyā’ tanpa kalimat terakhir, yaitu sampai
“Sesungguhnya al-Salām adalah salah satu ‫ن‬
dengan lafal; ‫سبع� مرة‬ ‫صلت عليه المالئكة‬. al-‘Irāqī
‫ي‬
nama-nama Allāh yang diletakkan di muka bumi. mengatakan bahwa Hadis yang disebutkan al-
Maka tebarkanlah salam di antara kalian!”531 Ghazālī diriwayatkan oleh al-Daylamī dalam
Musnad-nya dari Abū Hurayrah. Akan tetapi
Hukum Hadis: Ḥasan. anaknya tidak menyebutkan sanad beliau.533
Ibn al-Jawzī menghukumi Hadis ini palsu,
tetapi ditolak oleh al-Suyūṭī, al-Munāwī dan Hukum Hadis: Ḍa‘īf dan gharīb dengan lafal
lain-lain. al-Mundhirī mengatakan bahwa sanad ini
al-Bazzār baik dan kuat (jayyid wa qawī). al- al-‘Irāqī tidak memberikan pendapatnya
Haythamī mengatakan bahwa al-Bazzār me­ terhadap Hadis ini. Demikian juga al-Zabīdī. Hal
riwayat­kan dengan dua sanad, dan al-Ṭabarānī ini seperti yang nampak jelas, karena sanadnya
dengan beberapa sanad, satu dari sanad al- yang tidak diketahui. Namun seperti yang sudah
Bazzār dan al-Ṭabarānī perawinya ṣaḥīḥ. al-Suyūṭī dijelaskan sebelum ini, penjelasan bahwa Hadis
menghukumi Hadis ini ḥasan.532 ini diriwayatkan oleh al-Daylamī saja me­nanda­
kan bahwa Hadis ini ḍa‘īf. Sedangkan lafal yang
Hadis 220 di­sebut­kan oleh al-Khūbawī adalah gharīb, sebab
di akkhirnya terdapat penambahan lafal.534
‫ صلت‬،‫إذا سلم المسلم على المسلم فرد عليه‬
‫ فإن لم يرد عليه‬،‫عليه الملائكة سبعين مرة‬ Hadis 221

.‫ ثم يلعنونه سبعين مرة‬،‫رد عليه من هم معه‬ ‫من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة‬
“Apabila seorang muslim mengucapkan ‫يستغفرون له ما دام إسمي في ذلك الكتاب‬
salam kepada muslim yang lain, lalu ia men­
“Siapa saja yang menulis shalawat padaku
jawab­nya, maka ia didoakan para malaikat
dalam sebuah buku, maka para malaikat senan­
tujuh puluh kali. Dan jika ia tidak menjawabnya,
tiasa memohonkan ampun untuknya selama
maka salam itu dijawab oleh malaikat yang ada
namaku masih tertera dalam buku itu.”
bersama memberi salam, kemudian mereka
mmgutuk orang yang disalami itu tujuh puluh
Takhrīj Hadis:
kali.”
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Awsaṭ, al-Khaṭīb dalam Sharaf Aṣḥāb
531 al-Bukhārī, al-Ādāb, Bāb inna al-Salām Ism min
al-Ḥadīth dan al-Aṣbahānī dalam al-Targhīb.
Asmā’illāh, h.n. 992; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 2, hlm.
417; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 132-423, h.n. al-Sakhāwī menjelaskan bahwa Hadis ini juga
8779 dan 8782-8784.
532 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm. 79; al-
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 427-428; al-Haythamī, 533 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 2, hlm. 258; al-‘Iraqī, al-
Kashf al-Astār, jil. 2, hlm. 417; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. Mughnī, jil. 2, hlm. 258.
417; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm.13; al-Munāwī, 534 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 258; al-Zabīdī,
Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 151. Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 275.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
155

diriwayatkan oleh Abū al-Shaykh dalam al-


‫ وإذا‬،‫لا تبتدئوا اليهود والنصارى بالسلام‬
Thawāb, al-Mustaghfirī dalam al-Da‘awāt dan
al-Tamīmī dalam al-Targhīb. Kesemuanya dari ‫لقيتم احدهم في الطريق فاضطروه إلى منعه‬
Abū Hurayrah dengan lafal-lafal sedikit berbeda.535
“Janganlah memulai salam kepada orang
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Yahudi dan orang Nasrani. Apabila kalian
al-Haythamī menjelaskan bahwa dalam bertemu seorang dari mereka di jalan, maka
sanad al-Ṭabarānī terdapat Bishr bin ‘Ubayd al- desaklah ia menuju jalan yang tersulit.”
Dārisī. Ia dituduh pendusta oleh al-Azdī dan
lainnya. Ibn al-Jawzī menghukumi Hadis ini palsu, Takhrīj Hadis:
begitu pula Ibn Kathīr dan al-Dhahabī, seperti Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
yang dikutip al-Sakhāwī.536 al-Suyūṭī menolak Hurayrah.539
Hadis ini disebut palsu, sebab meskipun Bishr
dituduh pendusta, namun Hadisnya mempunyai Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
mutāba‘ah seperti yang diriwayatkan al-Khaṭīb
dalam Sharaf Ahl al-Ḥadīth, juga oleh al-Numayrī Hadis 223
dalam al-A‘lām.537
al-‘Irāqī menghukumi sanad al-Ṭabarānī, Abū ‫ ولا تؤمنوا حتى‬،‫لاتدخلوا الجنة حتى تؤمنوا‬
al-Shaykh dan al-Mustaghfirī ini ḍa‘īf. al-Zabīdī
،‫ ألا أدلكم على شيئ إذا فعلتموه تحابوا‬،‫تحابوا‬
juga menghukumi sanad riwayat al-Tamīmī, al-
Khaṭīb dan Ibn Bashkuwāl dengan ḍa‘īf. Sedang­ .‫أفشوا السلام بينكم‬
kan riwayat al-Aṣbahānī, pada sanad­nya ter­dapat
Nahshal dan Kādih. Keduanya pen­dusta se­perti “Kalian tidak akan masuk surga, hingga
yang dikatakan oleh al-Suyūṭī.538 Kesim­pulan­nya, kalian beriman. Kalian tidak beriman, hingga
riwayat al-Ṭabarānī dan al-A}sbahānī mawḍū‘, kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku
sebab pada sanadnya terdapat perawi yang tunjukkan sesuatu yang apabila kalian lakukan,
dituduh pendusta. Namun, riwayat yang lainnya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah
adalah ḍa‘īf, seperti dikatakan al-‘Irāqī, al-Zabīdī salam di antara kalian!”
dan al-Suyūṭī. Jadi, Hadis ini boleh dihukumi
ḍa‘īf. Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Hurayrah.540
Hadis 222
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
535 al-Aṣbahānī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 330, h.n. 1697;
al-Khaṭīb, Sharaf Ahl al-Ḥadīth, hlm. 36, al-Sakhāwī, al-Qawl Hadis 224
al-Badī‘, hlm. 355.
536 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 136; ‫ خدمت رسول اهلل عشر ين سنة‬:‫قال أنس‬
Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 228; al-Suyūṭī, al-La’ālī,
jil. 1, hlm. 201-205; al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 355.
537 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 1, hlm. 201-205. 539 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Salām, Bāb al-Nahy ‘an
538 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 403; al-Zabīdī, Ibtida’ Ahl al-Kitāb bi Salām, h.n. 2167.
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 5, 50; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 540 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb lā Yadkhul al-
1, hlm. 201-205. Jannah illā Mu’minūn, h.n. 54.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
156

Allāh menambah kebaikan-kebaikanmu. Dan


‫ و لا لشئ‬،‫فلم يقل لي لشيئ فعلته لم فعلته‬
hormatilah orang tua dari kalangan kaum
‫ يا أنس إني موصيك بوصية‬:‫ وقال‬،‫لم أفعله‬ muslimin, serta kasihanilah orang kecil di
kalangan mereka, niscaya aku dan kamu dalam
‫ أكثر الصلاة في الليل يحبك‬:‫فاحفظها‬ surga seperti ini – beliau merentangkan di antara
jari telunjuk dan jari tengahnya – Dan ketahuilah,
‫ وإذا دخلت عن أهلك فسلم عليهم‬،‫الحفظة‬ wahai Anas, sesungguhnya Allāh meridai hamba-
‫ وإذا استطعت أن لا تأوي‬،‫يزد اهلل في بركاتك‬ Nya karena satu suapan yang ia makan, lalu ia
bersyukur kepada Allāh karenanya; dan karena
‫إلى فراشك إلا على طهارة فافعل فإنك إذا‬ seteguk air yang ia minum, lalu ia bersyukur
kepada Allāh Ta‘ālā.’”
‫ وإذا خرجت من عند أهلك‬،‫مت مت شهيدا‬
‫ ووقر‬،‫فسلم من لقيت يزد اهلل من حسناتك‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini merupakan gabungan dari be­
‫كبير المسلمين وارحم صغيرهم أكن أنا وأنت‬ berapa Hadis yang kesemuanya diriwayatkan dari
Anas. Akan tetapi Hadis-hadis tersebut bukan
‫في الجنة كهاتين وشبه بين السبابة والوسطى‬ diriwayatkan oleh seorang perawi. Karena itu,
‫واعلم يا أنس أن اهلل يرضى عن العبد باللقمة‬ Hadis ini akan dibagi pada beberapa Hadis, yaitu:

‫يأكلها فيحمد اهلل عليها والشربة من ماء‬ Hadis 1:

.‫يشربها فيحمد اهلل تعالى‬ ‫قال انس خدمت رسول اهلل عشرين سنة فلم‬
“Anas berkata:” Saya telah melayani ‫ ولا لشئ لم تفعله‬،‫يقل لي لشئ فعلته لم فعلته‬
Rasūlullāh Saw. selama 20 tahun. Namun, beliau
tidak pernah nengucapkan kepadaku tentang
sesuatu yang telah aku lakukan; kenapa kamu Hadis 2:
melakukan itu? Dan tidak pula tentang apa ‫يا أنس إني موصيك بوصية فاحفظها اكثر‬
yang aku tidak lakukan; kenapa kamu tidak
melakukannya? Tapi pernah beliau bersabda, ‫ وإذا دخلت‬،‫الصلاة في الليل يحبك الحفظة‬
“Wahai Anas, sesungguhnya aku mewasiatkan
kepadamu suatu wasiat, maka peliharalah! ،‫عن أهلك فسلم عليهم يزد اهلل في بركاتك‬
Perbanyaklah shalat malam, niscaya kamu
‫وإذا استطعت ان تأوي إلى فراشك إلا على‬
dicintai para malaikat penjaga. Dan apabila
kamu menemui keluargamu, maka ucapkanlah ‫ وإذا‬،‫طهارة فافعل فإنك إذا مت مت شهيدا‬
salam kepada mereka, niscaya Allāh memberi
keberkahan. Dan jika bisa kamu tidak mendatangi ‫خرجت من عند أهلك فسلم على من لقيت‬
tempat tidurmu kecuali dalam keadaan suci,
‫ ووقر كبير المسلمين‬،‫يزد اهلل حسناتك‬
maka lakukanlah! Karena jika mati, niscaya kamu
mati dalam keadaan shahid. Dan apabila kamu ‫وارحم صغيرهم أكن أنا وأنت في الجنة كهاتين‬
keluar dari sisi keluargamu, maka ucapkanlah
salam kepada orang yang kamu temui, niscaya .‫وشبه بين السبابة والوسطى‬
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
157

Hadis ke 3:
‫ وصل بالليل والنهار‬،‫فإنها صلاة الأوابين‬
‫واعلم يا أنس أن اهلل يرضى عن العبد باللقمة‬ ‫ ولا تنم إلا وأنت طاهر فإن‬،‫تحفظك الحفظة‬
‫يأكلها فيحمد اهلل عليها والشربة من ماء‬ .‫ ووقر الكبير وارحم الصغير‬،‫مت مت شهيدا‬
‫يشربها فيحمد اهلل تعالى‬ Hadis 3:
Diriwayatkan oleh Muslim, al-Tirmidhī dan
Hadis 1: lain-lain dari Anas dengan lafal,
Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim.541
‫إن اهلل ليرضى عن العبد أن يأكل الأكلة‬
Hadis 2:
al-Bayhaqī meriwayatkan Hadis per­tama ‫فيحمده عليها أو أن يشرب الشربة فيحمده‬
dan sebagian dari Hadis ini melalui be­be­rapa
jalan dan beberapa lafal.542 Antara lafalnya:
543
‫عليها‬

‫خدمت رسول اهلل فما قال لشيء فعلته لم‬ Hukum Hadis:
Hadis 1: Ṣaḥīh.
‫ ولا قال لشيء كسرته لما كسرته وكنت‬،‫فعلته‬ Hadis 2: Ḥasan.
Hadis 3: Ṣaḥīḥ.
‫واقفا على رأس رسول اهلل تلا أصب على يديه‬ Hukum Hadis pertama Ṣaḥīḥ, karena di­
riwa­yat­kan oleh al-Bukhārī dan Muslim. Demi­
‫ ألا أعلمك‬:‫ فرفع رسول اهلل رأسه فقال‬،‫الماء‬
kian pula Hadis ketiga, karena diriwayatkan oleh
‫ بلى بأبي‬:‫ قلت‬:‫ثلاث خصال تنتفع بها؟ قال‬ Muslim. Sedangkan hukum Hadis yang kedua
adalah ḥasan. Sebab Hadis ini mempunyai
‫ قال من لقيت من أمتي‬.‫وأمي يا رسول اهلل‬ banyak­nya shawāhid dan mutāba‘āt, maka
paling rendah ia boleh dihukumi ḥasan.
‫ وإذا دخلت بيتك‬،‫فسلم عليه يطل عمرك‬
‫ وصل صلاة‬،‫فسلم عليهم يكثر خير بيتك‬ Hadis 225
.‫الضحى فإنها صلاة الأبرار‬ ،‫ وأطعموا الطعام‬،‫يا أيها الناس أفشوا السلام‬
Dalam riwayat lain: ‫وصلوا بالليل والناس نيام تدخلون الجنة‬
‫ وسلم على‬،‫يا أنس اسبغ الوضوء يزد في عمرك‬ “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah
salam, berilah makan dan shalatlah di malam
‫ وسلم على من لقيت‬،‫أهل بيتك يكثر خير بيتك‬
hari di kala orang-orang sedang tidur, niscaya
‫ وصل صلاة الضحى‬،‫من أمتي تكثر حسناتك‬ kalian masuk surga.”

Takhrīj Hadis:
541 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb, al-Ādāb, Bāb Ḥusn
al-Khuluq wā Sakhā’, hlm. 6038; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Faḍā’il, Bāb Kāna Rasūlullāh Saw. Aḥsan al-Nās Khuluqan, 543 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Dhikr wa al-Du‘ā’, Bāb
h.n. 2309. Istiḥbāb Ḥamdillāh Ta‘ālā Ba‘d al-Akl wa al-Shurb, h.n.
542 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 427-429, 2734; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Mā Jā’a fī
h.n. 8758-8765. al-Ḥamd ‘alā al-Ṭa‘ām, h.n. 1916.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
158

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn dari luarnya. Di sana terdapat kenikmatan-
Mājah dan al-Ḥākim dari ‘Abd Allāh bin Salām.544 kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak
pernah didengar telinga dan tak pernah terlintas
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. di hati seorang pun.” Mereka bertanya, ‘Ya
al-Tirmidhī, al-Ḥākim dan al-Dhahabī Rasūlallāh, untuk siapakah rumah-rumah itu?’
menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ.545 Jawab Nabi, “Untuk orang yang menebarkan
salam, memberi makan, melanggengkan puasa
Hadis 226 dan shalat malam di kala orang-orang sedang
tidur.” Kami bertanya, ‘Siapakah yang mampu
‫إن في الجنة غرفا من ألوان كلها يرى ظاهرها‬ melakukan itu ya Rasūlallāh? Beliau menjawab,
“Aku akan beritahukan kepadamu tentang itu.
‫ فيها من‬،‫ وباطنها من ظاهرها‬،‫من باطنها‬ Siapa bertemu saudaranya lalu mengucapkan
salam kepadanya, maka berarti ia telah
‫النعيم مالا عين رأت ولا أذن سمعت ولا‬
menyebarkan salam. Siapa memberi makan
‫ لمن تلك يا رسول‬:‫ قالوا‬.‫خطر على قلب بشر‬ keluarganya dan orang-orang yang menjadi
tanggungannya sehingga kenyang, maka berarti
‫ لمن أفشوا السلام وأطعموا الطعام‬:‫اهلل؟ قال‬ ia telah memberi makan. Siapa puasa di bulan
Ramaḍān dan enam hari di bulan Shawāl, maka
:‫ قلنا‬.‫وأدام الصيام وصلى بالليل والناس نيام‬
berarti ia telah melanggengkan puasa. Dan
‫ سأخبركم‬:‫ومن يطيق ذلك يا رسول اهلل؟ قال‬ siapa menunaikan shalat Ishā’ dan shalat Ṣubuḥ
berjamaah, maka berarti ia telah menunaikan
‫ من لقي أخاه وسلم عليه فقد افشى‬،‫عن ذلك‬ shalat malam di kala orang sedang tidur.’”

‫ ومن اطعم اهله اوعياله من الطعام‬.‫السلام‬


Takhrīj Hadis:
‫ ومن صام‬،‫حتى يشبعهم فقد أطعم الطعام‬ Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abd Nu‘aym
dan al-Bayhaqī dalam al-Ba‘th dari Jābir dengan
،‫رمضان وستا من شوال فقد ادام الصيام‬ sedikit perbedaan lafal.546

‫ومن صلى العشاء والغداة مع جماعة فقد صلى‬ Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih
.‫بالليل والناس نيام‬ Menurut al-Suyūṭī, riwayat Abū Nu‘aym dan
al-Bayhaqī tidak kuat. Namun dikuatkan riwayat
“Sesungguhnya dalam surga ada rumah- al-Tirmidhī, Ibn Ḥibbān dan lain-lain dari Ibn
rumah dari berbagai macam warna. Luarnya bisa Mālik. Hadis yang dimaksudkan al-Suyūṭī adalah:
dilihat dari dalamnya. Dan dalamnya bisa dilihat
‫إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها‬
544 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul, no. 42), h.n. 2485; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb ‫ أعدها اهلل لمن أطعم‬،‫وباطنها من ظاهرها‬
al-Aṭ‘imah, Bāb Iṭ‘ām al-Ṭa‘ām, h.n. 3251; al-Ḥākim, al-
Mustadrak, Kitāb al-Hijrah, Bāb Ikhbāruh Saw. Biwulāt al- ‫الطعام وافشى السلام وصلى بالليل والناس‬
Amr Ba‘dah, jil. 3, hlm. 13.
545 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul, no. 42), h.n. 2485; al-Ḥākim, al-Mustadrak,
Kitāb al-Hijrah, Bāb Ikhbāruh Saw. Biwulāt al-Amr Ba‘dah, 546 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 2. 2:56; al-
jil. 3, hlm. 13.; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm. 12. Bayhaqī, al-Ba‘th wa al-Nushūr, hlm 176-177, h.n. 253.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
159

‫نيام‬
547
‫ ثنا كثير بن‬،‫أخبرنا العباس بن أحمد الحمصي‬
‫ ثنا ابن أبي رواد عن‬،‫ ثنا بقية بن الوليد‬،‫عبيد‬
Hadis 227
‫نافع عن ابن عمر‬
‫من تكلم قبل السلام فلا تجيبوه‬ al-Albānī menghukumi Hadis dengan sanad
“Siapa berbicara sebelum mengucapkan dari Ibn Sinnī ini ḥasan.550 Akan tetapi seorang
salam, maka janganlah kamu menjawabnya.” perawi dalam sanad ini belum ditemukan
biodatanya, yaitu al-‘Abbās bin Aḥmad al-Ḥumṣī.
Takhrīj Hadis: al-Albānī juga tidak menerangkan biodata beliau.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī, al- Jadi, untuk menghukumi Hadis ini ḥasan adalah
Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ dan Abū Nu‘aym dari kurang teliti. Maka Penulis mengambil pendapat
Ibn ‘Umar dengan lafal, ulama-ulama terdahulu seperti al-‘Irāqī dan al-
Suyūṭī yang menghukumi Hadis ini ḍa‘īf. Hadis
‫من بدأ الالكم قبل السلام فلا تجيبوه‬ ini mempunyai shāhid yang diriwayatkan oleh
al-Tirmidhī, Abū Ya‘lā dan al-Quḍā‘ī dari Jābir
Dalam lafal al-Ṭabarānī ‫ السؤال‬sebagai ganti
548
.‫الكالم‬ secara marfū‘ melalui ‘Ansabah bin ‘Abd al-
Raḥmān dengan lafal ‫السالم قبل الكالم‬. Akan tetapi
Hadis ini sangat ḍa‘īf, karena seorang perawinya,
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
yaitu ‘Ansabah, menurut Abū Ḥātim Hadisnya
al-‘Irāqī mengatakan sanad al-Ṭabarānī dan
matrūk dan termasuk pemalsu Hadis. Ibn Ḥibbān
Abū Nu‘aym tidak kuat (layyin). al-Haythamī dan
mengatakan bahwa ia pemilik Hadis-hadis palsu.
al-Zabīdī mengatakan dalam sanad al-Ṭabarānī
Ibnu Ḥajar mengatakan matrūk. Abū Ḥātim
terdapat H<arūn bin Muḥammad Abū Ṭayyib. Ia
menuduhnya pemalsu Hadis.551 Jadi, riwayat ini
dituduh pendusta. al-Suyūṭī menghukumi Hadis
tidak dapat dijadikan penguat Hadis yang asal.
ini ḍa‘īf.549 Ibn Sinnī meriwatkannya dengan jalur
berbeda;
Hadis 228
‫إن إبليس عليه اللعنة يبكي عند سلام المؤمن‬
547 ‘Abd Raḥmān al-Suyūṭī; al-Budūr al-Sāfirah fi
Umūr al-Ākhirah, Maktabah al-Qur’ān; al-Qāhirah, t.th., ‫ويقول وأويلاه لايفترق هذان المؤمنان حتى‬
hlm. 403; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 173, dan jil. 5. hlm.
343; Ibn Ḥibbān. Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Iḥsān, Bāb al- .‫يغفر لهما‬
Raḥmah, h.n. 509; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān,
Bāb al-Jannah Mi’at Darajah, jil. 1, hlm. 80. “Sesungguhya Iblīs yang terkutuk menangis
548 Ibn Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 90,
h.n. 213; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, hlm. 199; al-
Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Awsaṭ, jil. 1, hlm. 269-270, h.n. 43. 550 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah, jil. 2,
549 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 257; al-Haythamī, hlm. 479.
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 32; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah 551 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Isti’dhān, Bāb Mā Jā’a
al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 273; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, fī al-Kalām Qabl al-Salām, h.n. 2700; Abū Ya‘lā, Musnad, jil.
jil. 2, hlm. 43; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 94; 4, hlm, 48. h.n. 2059; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 56, h.n.
Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al- 34; Lih, biografi ‘Ansabah dalam al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl,
Ṣaḥīḥah wa Shay’ min Naf’ihā wa Fawā’idihā, Maktabah jil. 6, hlm. 402-403; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 178-
al-Ma‘ārif, al-Riyāḍ, 1988, jil. 2, hlm. 479. 179; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 433.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
160

di kala orang mukmin menyampaikan salam, Lafal seperti ini, disebut al-Khūbawī dikutip
dan ia berkata: “Celaka! Kedua orang mukmin ini dari kitab Mishkāh al-Maṣābih.553 Akan tetapi
tidak akan berpisah hingga keduanya mendapat setelah melihat sendiri kitab al-Mishkāh, temyata
anpunan.” al-Khūbawī salah besar dalam mengutipnya.
Sebab al-Khaṭīb al-Tabrīzī, pengarang kitab al-
Takhrīj Hadis: Mishkāh tidak menyebutkannya seperti yang
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. dikutip al-Khūbawī, melainkan menyebutkan
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab al-Manqūlāt.552 dengan dua riwayat terpisah seperti berikut;

Hukum Hadis: -palsu. ‫ عن عمران بن حصين قال جاء رجل إلى‬-1


Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
‫ فرد عليه السلام‬.‫النبي فقال السلام عليكم‬
Namun seperti yang akan dijelaskan dalam bab
kesimpulan, Hadis jenis ini lebih mendekati palsu. ‫ ثم جاء آخر فقال‬.‫ قال النبي عشر‬.‫ثم جلس‬
.‫ فرد عليه فجلس‬.‫السلام عليكم ورحمة اهلل‬
Hadis 229
‫ ثم جاء آخر فقال السلام‬.‫فقال عشرون‬
.‫إن رجلا جاء إلى النبي فقال السلام عليكم‬
.‫ فرد عليه فجلس‬.‫عليكم ورحمة اهلل وبركاته‬
‫ ودخل آخر‬.‫فرد عليه فقال لك عشر حسنات‬
.‫فقال ثلاثون‬
‫ فرد‬،‫ السلام عليكم ورحمة اهلل وبركاته‬:‫فقال‬
‫ ثم أتى آخر فقال‬.‫عليه فقال لك ثلاثون حسنة‬ ‫ وزاد‬،‫ وعن معاذ بن أنس عن النبى بمعناه‬-2
.‫السلام عليكم ورحمة اهلل وبركاته ومغفرته‬ ‫ثم أتى آخر فقال السلام عليكم ورحمة اهلل‬
.‫فرد عليه فقال لك أربعون حسنة‬ .‫ فقال أربعون‬.‫وبركاته ومغفرته‬
Sesungguhnya seseorang datang pada Nabi Hadis pertama diriwayatkan oleh Abū
Saw., lalu mengucapkan ‘Assalāmu‘alaikum,’ Dāwud, al-Tirmidhī dan al-Nasā’ī dalam A‘māl
maka Nabi menjawabnya lalu bersabda; “Kamu al-Yawm dan al-Bayhaqī dalam Shu‘ab al-iman.
memperoleh sepuluh kebaikan.” Dan masuklah Kesemuanya dari ‘Imrān bin Ḥuṣayn, dan al-
orang lain, lalu mengucapkan ‘Assalāmu‘alaikum Bukhārī dalam al-Adab dari Abū Hurayrah dengan
wa raḥmatullāh wa barakātuh,’ maka Nabi pun lafal berbeda.554
menjawabnya dan bersabda; ‘Kamu memper­ Hadis kedua diriwayatkan oleh Abū Dāwud
oleh tiga puluh kebaikan.’ Kemudian datang dan al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab. Keduanya dari
yang lain mengucapkan ‘Assalāmu‘alaikum wa Mu‘ādh melalui Abū Marḥūm ‘Abd Raḥmān bin
raḥmatullāh wa barakātuh wa maghfiratuh,’ Maymūn dari Sahal bin Mu‘ādh bin Anas dari
maka Nabi pun menjawabnya lalu bersabda;
‘Kamu memperoleh empat puluh kebaikan.’” 553 Ibid.
554 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Kayf al-
Takhrīj Hadis: Salām, h.n. 5195; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Isti’dhān wa
al-Ādāb, Bāb Mā Dhukir fī Faḍl al-Salām, h.n. 2690; al-
Bukhārī, al-Ādāb, Bāb Faḍl al-Salām, h.n. 986; al-Bayhaqī,
552 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 64 Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm, 454-455, h.n. 8870.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
161

Mu‘ādh.555 sesungguhnya Allāh Swt. telah nanciptakan


sebuah lautan di seberang gunung Qāf. Di balik
Hukum Hadis: itu terdapat ikan yang bershalawat kepadamu.
Hadis pertama: Ḥasan. Maka siapa mengambil seekor ikan dari laut itu,
Hadis kedua: Ḍa‘īf. kedua tangannya akan layu sedang ikan itu akan
Hadis yang pertama dihukumi ḥasan gharīb tergolong batu-batu.”
dari jalur ini oleh al-Tirmidhī. Sedangkan Hadis
yang kedua ḍa‘īf, sebab pada sanadnya terdapat Takhrīj Hadis:
Abū Marḥūm dan Sahal. Mengikuti pendapat Ibn Hadis dengan lafal seperti ini atau yang
Ma‘īn, Sahal itu ḍa‘īf. Sedangkan Abū Marḥūm menyerupai ini belum ditemukan di berbagai
menurut Abū Ḥātim tidak dikenal (majhūl). al- kitab yang menjadi sumber rujukan Hadis. Begitu
Dhahabī juga berkata, ia tidaklah pereka (wāhin), pula kitab-kitab yang khusus mengenai shalawat
tidak pula majhūl, tidak pula thabt (kokoh). Jadi dan keutamaannya, seperti yang dikarang Ismā‘īl
sanad ini ḍa‘īf. al-Bayhaqī dan Ibn Ḥajar meng­ al-Qāḍī, Ibn al-Qayyim, al-Qāḍī ‘Iyāḍ, al-Sakhāwī,
hukumi Hadis kedua dengan ḍa‘īf.556 al-Zabīdī dan Yūsuf al-Nabhānī.

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu


Bab 16 Hadis ini dihukumi palsu, karena selain ia
tidak ditemukan dalam kitab yang mu‘tabar,
Wafatnya Nabi Saw. juga karena kandungannya menunjukkan bahwa
Hadis dari no 230 sampai no 239 Hadis ini bukan sabda Rasūlullāh Saw. Ketika
membahas mengenai gunung Qāf, Ibn Kathīr
Hadis 230 berkata bahwa Hadis-hadis mengenainya adalah
isrā’iliyyāt.557
‫قال لي جبرائيل يا محمد إن اهلل تعالى خلق‬
‫ وفى البحر سمك‬،‫بحرا من وراء جبل قاف‬ Hadis 231

‫ فمن أخذ منه سمكة يبست يداه‬،‫يصلى عليك‬ ‫ما يبكيك يا عمر؟ قال أبكانى أنا كنا في زيادة‬

‫وتصير السمكة من جملة الأحجار‬ ‫ فإذا كمل فإنه لايكمل شيء إلا‬،‫من ديننا‬

“Jibrīl berkata kepadaku, ‘Ya Muḥammad, .‫ فقال صدقت‬،‫نقص‬


“Kenapa engkau menangis, wahai ‘Umar?”
Jawabnya, ‘Aku menangis, karena dulu kita
555 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bab Kayf al-
Salām, h.n. 5196; al-Tirmidhi, Sunan, Kitāb al-Isti’dhān wa senantiasa ditambahkan untuk agama kita.
al-Ādāb, Bāb Mā Dhukir fī Faḍl al-Salām, h.n. 2690; al- Dan apabila agama kita telah sempurna, maka
Nasā’ī, A‘mal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 287, h.n. 337; al- sesungguhnya tak ada sesuatu yang telah
Bukhārī, al-Ādāb, Bāb Faḍl al-Salām, h.n. 986; al-Bayhaqī,
Shihāb al-Īmān, jil. 6, hlm. 454-455, h.n. 8870 dan 8876.
sempuma melainkan akan berkurang.’ Maka
556 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 454-455, jawab Nabi Saw., ‘Kau benar.’”
h.n. 8870 dan 8876; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 11, hlm. 5;
Lihat biografi Sahal dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil.
2, hlm. 241; dan biografi Abū Marḥūm dalam al-Dhahabī, 557 Ibn Kathīr, Tafsīr, jil 4, hlm 221. Lihat pembahasan
Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 606. mengenainya secara lebih lengkap pada Hadis ke 312.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
162

kan­lah olehnya khutbah (yang menyentuh hati),


Takhrīj Hadis: yang karenanya mata siapa pun bercucuran me­
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Jarīr al-Ṭabarī nangis, hati merasa takut, tubuh gemetar, dan
dan Ibn Abī Shaybah, seperti yang dijelaskan oleh beliau memberikan kabar gembira dan mem­beri­
al-Suyūṭī. Keduanya dari ‘Antarah.558 kan peringatan.”

Hukum Hadis: Ḥasan. Takhrīj Hadis:


Melihat sanad al-Ṭabarī, didapati sanadnya Khutbah yang dimaksud dalam Hadis ini
ḥasan. Maka Hadis ini dihukumi ḥasan. adalah khutbah al-wadā‘. Hadis mengenai
ini sangat masyhur dan diriwayatkan oleh al-
Hadis 232 Bukhārī dan lain-lainnya dari beberapa sahabat;
diantaranya Ibn ‘Abbās, Ibn ‘Umar, juga Abū
‫بعد‬ 559
)‫نزلت هذه الآية (اليوم أكملت لكم‬ Sa‘īd, meskipun dalam riwayat al-Bukhārī tidak
ditemukan penjelasan bahwa sahabat-sahabat
‫عصر يوم الجمعة بعرفات في حجة الوداع‬ menangis dan seterusnya.562
“Ayat ini turun sesudah ‘Ashar pada hari
Jum‘ah di ‘Arafah, di kala Haji Wadā’.” Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ, gharīb dengan lafal ini.

Takhrīj Hadis: Hadis 234


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari ‘Umar bin al-Khaṭṭāb.560 ‫روي عن ابن عباس رضي اهلل عنهما أنه لما‬
‫قرب وفاة النبي أمر بلالا أن ينادي للصلاة‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫فنادى فاجتمع المهاجرون والأنصار إلى‬
Hadis 233
‫مسجد رسول اهلل فصلى ركعتين خفيفتين‬
‫كان رسول اهلل بعد نزولها (اليوم أكملت‬
‫ ثم صعد المنبر فحمد اهلل وأثنى عليه‬،‫بالناس‬
‫صعد يوما المنبر فخطب خطبة‬ 561
)‫لكم‬
‫وخطب خطبة بليغة وجلت منها القلوب‬
‫فبكت منها العيون ووجلت منها القلوب‬
،‫ ثم قال يا معشر المؤمنين‬،‫وبكت منها العيون‬
.‫واقشعرت منها الأبدان وبشر ونذر‬
،‫إني كنت لكم نبيا وناصحا وناديا إلى اهلل بإذنه‬
Setelah ayat itu (al-yawm akmaltu lakum)
turun, naiklah beliau ke mimbar dan disampai­ ‫ من‬،‫وكنت لكم كالأخ المشفق والأب الرحيم‬
‫كانت له عندي مظلمة فليقم وليقتص مني‬
558 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 9, hlm. 519; al-Suyūṭī, al-Durr
al-Manthūr, jil. 2, hlm. 456.
‫ فلم يقم أحد حتى‬.‫قبل القصاص يوم القيامة‬
559 al-Qur’ān, a1-Mā’idah 5: 3.
560 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Ziyādah al-
Īmān wa Nuqṣānih, h.n. 45; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tafsīr, 562 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ḥajj, Bāb al-Khuṭbah
Bāb (Muqaddimah), h.n. 3017. Ayyām Minā, h.n. 1739-1712, lih. h.n. 2077, 4403, 6042,
561 al-Qur’ān, al-Mā’idah 5: 3. 6166 dan 6785.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
163

Nabi, penasihat dan penyerumu kepada Allāh


‫ فقال رجل يقال له عكاشة‬.‫قال ثانيا وثالثا‬
dengan izin-Nya. Dan aku, bagimu sekalian,
‫بن محصن فوقف بين يدي النبي فقال فداك‬ bagaikan seorang saudara yang berbelas kasih
atau ayah yang penyayang. Siapa pernah
‫ لو لا أنك ناشدتنا مرة‬،‫أبي وأمي يا رسول اهلل‬ teraniaya olehku, maka hendaklah ia berdiri
dan membalas kepadaku sebelum adanya
،‫ ما كنت أقدم على شيىء من ذلك‬،‫بعد المرة‬ pembalasan di hari Kiamat.’ Namun, tidak
‫ولقد كنت معك في غزوة بدر جارت ناقتي‬ seorang pun yang berdiri menuju beliau,
sehingga beliau pun berkata dua-tiga kali.
‫ناقتك فنزلت عن الناقة ودنوت منك حتى‬ Hingga bangkitlah seorang lelaki bernama
‘Ukāshah bin Muḥṣan. Ia berdiri di hadapan
‫أقبل فخذك فرفعت القضيب الذي تضرب به‬ Nabi Saw., lalu berkata, ‘Aku tebus engkau
‫لناقة للسرعة في المشي وضربت به خاصتي فلا‬ dengan ayah ibuku, ya Rasūlullāh. Sekiranya
engkau tidak menyeru kami berkali-kali, niscaya
‫أدري أعمدا كان منك يا رسول اهلل أم أردت‬ aku takkan berani melakukan hal itu sedikit
pun. Sesungguhnya aku pemah menyertaimu
‫به ناقتك؟ فقال رسول اهلل حاشا يا عكاشة أن‬ di perang Badar. Untaku berdekatan dengan
،‫ حديث طويل‬...‫يتعمد رسول اهلل بالضرب‬ untamu. Lalu, aku turun dari unta dan mendekati
engkau, sehingga aku mencium pahamu.
‫آخره فقال رسول اهلل ألا من يحب أن ينظر‬ Maka engkau pun mengangkat tongkat yang
digunakan untuk memukul unta supaya berjalan
‫ فقام‬.‫إلى أهل الجنة فلينظر إلى هذا الشخص‬ cepat. Namun dengan tongkat itu, engkau telah
memukul pinggangku. Aku tidak tahu, apakah
‫المسلمون يقبلون بين عينيه ويقولون طوبي‬
engkau sengaja, ya Rasūlullāh, ataukah engkau
‫لك نلت الدرجات العلى ومرافقة محمد في‬ bermaksud memukul untamu?’….. Hadisnya
sangat panjang, dan di bagian akhirnya tertulis,
.‫الجنة‬ “Maka Nabi Saw. bersabda, ‘Ketahuilah siapa
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbās r.a, bahwa­ ingin melihat penghuni surga, maka hendaklah
sanya tatkala mendekati wafatnya Nabi Saw., melihat orang ini. Maka bangkitlah kaum
beliau menyuruh Bilāl supaya menyeru orang muslimin mencium di antara kedua mata
untuk shalat. Maka Bilāl pun menyeru, dan ‘Ukāshah, seraya berkata, ‘Beruntunglah
berkumpullah para sahabat Muhājirīn dan Anṣār engkau! Engkau telah memperoleh derajat yang
ke Masjid Rasūlullāh Saw., beliau menunaikan tinggi dan bersama dengan Muḥammad Saw.
shalat dua rakaat yang ringan bersama para dalam surga.’”
sahabat. Kemudian naiklah beliau ke mimbar,
lalu memuji Allāh dan memuja kepada-Nya, dan Takhrīj Hadis:
disampaikanlah olehnya suatu khutbah yang Hadis ini diriwayatkan al-Ṭabarānī dalam al-
menyentuh hati, yang karernnya hati siapa pun Kabīr, Abū Nu‘aym dan al-‘Uqaylī dari Ibn ‘Abbās,
merasa takut dan mata siapa pun menangis. kesemuanya melalui ‘Abd al-Mun‘im bin Idrīs bin
Kemudian bersabda, ‘Wahai sekalian kaum Sinān, dari bapaknya dari Wahab bin Munabbih
muslimin, sesungguhnya aku adalah seorang
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
164

dari Jābir dan Ibn ‘Abbās.563


‫وقالوا يا رسول اهلل أنت رسولنا وجامع شملنا‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ‫وسلطان امرنا إذا ذهبت عنا فإلى من نرجع؟‬
Ibn al-Jawzī menghukumi Hadis ini palsu.
al-Haythamī juga mengingatkan bahwa di dalam ،‫فقال تركتكم على المحبة والطريقة البيضاء‬
sanad Hadis ini terdapat ‘Abd al-Mun‘im. Ia
dituduh pendusta dan pemalsu Hadis. Selain
‫ فالناطق‬،‫وتركت لكم واعظين ناطقا وصامتا‬
oleh al-Haythamī, ia telah dituduh pendusta oleh ‫ إذا أشكل عليكم‬،‫القرآن والصامت الموت‬
Aḥmad, Ibn Ma‘īn dan Ibn Ḥibbān.564
‫ وإذا قست‬،‫أمر فارجعوا إلى القران والسنة‬
Hadis 235 .‫قلوبكم فلينوها باعتبار في أحوال الموت‬
‫قال ابن مسعود لما دنا وفاة النبي جمعنا قي بيت‬ Ibn Mas‘ūd berkata, ‘Tatkala wafat Nabi Saw.
telah dekat, kami berkumpul di rumah ibu kita,
‫ ثم نظر إلينا فدمعت عيناه وقال‬،‫أمنا عائشة‬
‘Ā’ishah. Kemudian Nabi memandang kami. Maka
‫ أوصيكم بتقوى‬،‫مرحبا بكم رحمكم اهلل‬ berlinanglah kedua matanya, lalu bersabda;
‘Selamat datang, semoga Allāh mengasihi
‫ قد دنا انفراق وقرب المنقلب‬،‫اهلل وطاعته‬ kalian. Aku berwasiat kepada kalian, supaya
bertakwa dan taat kepada Allāh. Sesungguhnya
،‫ فليغسلني علي‬،‫إلى اهلل وإلى الجنة المأوى‬ telah dekat perpisahan dan telah hampir pulang
‫وليصب الماء الفضل بن عباس وأسامة بن‬ kepada Allāh Ta‘ālā, dan kepada surga al-Ma‘wā.
Maka hendaklah ‘Alī yang memandikanku, al-
‫ وكفنوني في ثيابي إن شئتم أو‬،‫زيد بعينهما‬ Faḍal bin ‘Abbās yang mengucurkan air, dan
Usāmah bin Zayd membantu keduanya. Dan
‫ فإذا غسلتموني ضعوني‬،‫حلة يمانية بيضاء‬ bungkuslah aku dengan pakaian-pakaianku jika
،‫على سريري في بيتي هذا على شفير لحدي‬ kalian mau atau kain putih dari Yaman. Apabila
kalian telah memandikanku, letakkan aku di atas
‫ فأول من يصلى‬،‫ثم اخرجوا عني ساعة‬ dipanku dalam rumahku ini, di pinggir liangku.
Kemudian keluarlah dariku sebentar. Adapun
‫علي اهلل عز وجل ثم جبريل ثم ميكائيل ثم‬ yang pertama kali menyalati aku adalah Allāh
Azza wa Jalla, barulah Jibrīl kemudian Mikā’il,
‫إسرافيل ثم ملك الموت مع جنوده ثم سائر‬
terus Isrāfīl, kemudian malaikat maut bersama
‫ ثم ادخلوا علي فوجا فوجا وصلوا‬،‫الملائكة‬ tentaranya, kemudian malaikat lainnya. Sesudah
itu masuklah kalian ke dekatku kelompok demi
‫علي فلما سمعوا فراق النبي صاحوا وبكوا‬ kelompok lalu shalatilah aku.’ Tatkala mereka
mendengar perpisahan Nabi Saw., mereka
563 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 3, hlm. 58-65. menjerit dan menangis, seraya berkata, ‘Ya
h.n. 2676; Abū Nu‘aym. Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 4, hlm. 73-79. Rasūlullāh, engkau adalah Rasul kami, pemersatu
564 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 1, hlm. 295-301; kami dan pemimpin urusan kami. Apabila engkau
al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 9, hlm. 31; dan lihat
telah pergi dari kami, kepada siapakah kami
biografi ‘Abd al-Mun‘im dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl,
jil. 2, hlm. 668; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 157; al- kembali?” Rasul Saw. menjawab, ‘Aku tinggalkan
Ḥalabī, Kashf al-Ḥathīth, hlm. 174.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
165

kalian semua dengan maḥabbah dan ṭarīqah


‫ فالناطق‬،‫وتركت لكم واعظين ناطقا وصامتا‬
yang putih, dan aku tinggalkan untukmu dua
penasihat, yang bisa berbicara dan yang diam. … ‫القرآن والصامت الموت‬
Yang berbicara adalah al-Qur’ān dan yang diam
adalah maut. Apabila kalian mengalami urusan
yang sulit, maka kembalilah kepada al-Qur’ān Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu dengan lafal ini.
dan as-Sunnah. Dan apabila hati kalian keras, Hadis riwayat Ibn Sa‘ad dan lain-lain adalah
maka lunakkanlah dengan memikirkan hal ihwal ḍa‘īf, meskipun dalam sanadnya terdapat Sallām
kematian.” bin Salam yang menurut beberapa ulama sangat
ḍa‘īf. Namun seperti yang dikutip al-Suyūṭī dari
Takhrīj Hadis: perkataan Ibn Ḥajar, riwayat Sallām telah diikuti
Asal Hadis yang panjang ini seperti dikatakan oleh Maslamah bin Ṣaliḥ dari Abd Mālik. Selain
oleh al-‘Irāqī dan al-Suyūṭī, diriwayatkan oleh itu sanadnya seperti dikatakan oleh al-‘Irāqī
Ibn Sa‘ad, Ibn Manī‘, al-Ḥākim, al-Bayhaqī dalam dan al-Haythamī ada yang tidak bersambungan
al-Dalā’il dan al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ. (munqaṭi‘), sebab seorang perawinya, yaitu
Kesemuanya dari Ibn Mas‘ūd melalui Sallām al- ‘Abd al-Raḥmān tidak mendengar dari perawi
Ṭawīl.565 sebelumnya, yaitu Murrah.566 Hadis munqaṭi‘
Sedangkan lafal yang disebutkan oleh adalah jenis Hadis ḍa‘īf. Sedangkan riwayat
al-Khūbawī terdapat beberapa tambahan. al-Khūbawī adalah palsu, karena adanya
Pertama, penyebutan nama yang diwasiatkan beberapa penambahan seperti diperincikan di
untuk memandikan baginda. Dalam riwayat Ibn atas, yang tidak ada dalam riwayat ahli Hadis;
Sa‘ad dan lain-lain tanpa menyebutkan nama. satu diantaranya tidak logis seperti Allāh ikut
Kedua, Allāh adalah yang pertama menshalatkan menshalatkan Nabi Saw. Karena itu, Hadis
Nabi Saw., sedangkan dalam riwayat lain tidak dengan lafal ini adalah palsu.
disebutkan. Ketiga, penambahan kata-kata,
Hadis 236
... ‫ صاحوا وبكوا‬،‫فلما سمعوا فراق النبي‬
‫ فأذن بلال‬،‫فلما كان يوم الإثنين ثقل مرضه‬
Dalam riwayat lain tidak terdapat lafal ini.
Begitu pula tidak ditemukan lafal di bawah ini ‫أذان الصبح وقام بباب المسجد فقال السلام‬
secara menyendiri,
‫عليك يا رسول اهلل فقالت فاطمة إن رسول‬
،‫تركتكم عنى المحبة والطريقة البيضاء‬
‫ فدخل المسجد ولم‬.‫اهلل مشغولا بنفسه‬
565 Muḥammad bin Sa‘ad bin Māni‘, al-Ṭabaqāt al- ‫ فلما أسفر الصبح جاء بلال‬،‫يفهم كلامها‬
Kubrā, Dār al-Ṣādir dan Dār Bayrūt, Bayrūt, 1958, jil. 2, hlm.
256-257; al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 7, hlm. 233,
al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 4, hlm 583; al-Haythamī, Majma‘ al-
Zawā’id, jil. 9, hlm. 24-25; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 566 al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 7, hlm. 233;
1, hlm. 398-400, h.n. 847; ‘Abd al-Raḥmān bin Abū Bakar al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 4, hlm. 583; al- Haythamī, Majma‘
al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, al-Zawā’id, jil. 9, hlm. 24-25; al-Haithamī, Kashf al-Astār, jil.
Bayrūt, 1985, jil. 2, hlm. 484; lihat juga, ‘Abd al-Mālik bin 1, hlm. 398-400, h.n. 847; al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil.
Hishām al-Miṣrī, al-Sīrah al-Nabawiyyah, Taḥ. Muṣṭafā al- 2, hlm. 484; lihat biografi Sallām al-Ṭāwil dalam al-Dhahabī,
Saqā, Ibrāhīm al-Abyarī dan ‘Abd al-Ḥāfiẓ al-Salabī, Maṭba‘ah Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 175-176; biografi Maslamah
Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalabī, Miṣr, 1936, jil. 4, hlm. 312-314. dalam al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 8, hlm. 297.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
166

Bilāl, suruhlah Abū Bakar shalat memimpin


‫ثانيا وقام بالباب فقال كذلك فسمع رسول‬
orang-orang!’ Maka keluarlah Bilāl seraya
‫اهلل صوته فقال ادخل يا بلال إني مشغول‬ menangis dan meletakkan tangannya di atas
kepala, sambil berseru, ‘Oh bencana! Putuslah
‫ يا بلال مر أبا بكر‬،‫بنفسى وثقل علي مرضي‬ harapan, remuk pula punggung ini. Oh! Andai
saja aku tak pemah dilahirkan oleh ibuku.’ Bilāl
‫ فخرج بلال باكيا ووضع يده‬.‫ليصلي بالناس‬ masuk masjid, lalu berkata, ‘Wahai Abū Bakar,
‫على رأسه وهو ينادي وامصيبتاه وانقطاع‬ sesungguhnya Rasūlullāh menyuruhmu shalat
memimpin orang-orang. Beliau sibuk dengan
‫ ياليتني لم تلدني أمي‬،‫رجاه وانكسار ظهراه‬ dirinya.’ Tatkala Abū Bakar melihat mihrab
Rasūlullāh kosong dari beliau, ia tidak mampu
‫فدخل المسجد فقال يا أبا بكر إن رسول اهلل‬ me­ngendali­kan dirinya. Lalu menjerit keras-keras
.‫يأمرك أن تصلي بالناس وهو مشغول بنفسه‬ dan tersungkur tak sadarkan diri, sehingga kaum
muslimin pun gaduh karenanya…’ Hadis­nya pan­
‫فلما رأى أبوبكر محراب رسول اهلل خاليا عنه‬ jang, dan di bagian akhir tertulis, “Kemu­dian kata
Beliau Saw., “Wahai malaikat maut, men­dekat­
‫لم يمتلك نفسه فصرخ صراخا وخر مغشيا‬ lah kepadaku!” Maka malaikat itu pun men­dekat
:‫ حديث طويل آخره‬...‫ فضج المسلمون‬،‫عليه‬ melaksanakan pencabutan ruhnya. Tatkala ruh
Beliau mencapai pusar, Beliau Saw. ber­kata,
‫ فدنا يعالج‬.‫ ادني مني‬،‫ثم قال يا ملك الموت‬ “Wahai Jibrīl, alangkah hebatnya kepedihan
maut ini.” Maka Jibrīlpun memaling­kan wajah­
‫ فلما بلغ الروح منه السرة قال يا‬،‫قبض روحه‬ nya dari beliau, sehingga Beliau Saw. ber­kata;
“Wahai Jibrīl, apakah engkau tidak suka me­man­
‫جبرائيل ما أشد مرارة الموت فولى جبرائيل‬
dang wajahku?” Jawab Jibrīl; ‘Wahai kekasih
‫ فقال يا جبرائيل أكرهت النظر‬،‫وجهه عنه‬ Allāh, siapakah yang kuat hatinya me­man­dang
wajahmu dalam keadaan sakaratul maut?’”
‫ من يطيق قلبه‬،‫إلى وجهي ؟ قال يا حبيب اهلل‬
Takhrīj Hadis:
.‫أن ينظر إلى وجهك وأنت في سكرات الموت‬
Tidak diragukan lagi bahwa lafal ini adalah
“Tatkala tiba hari Senin, sakitnya Nabi men­ riwayat dari tukang cerita (al-qaṣṣāṣ) yang
jadi parah. Maka Bilāl mengumandangkan azan biasanya banyak menambah dan melebih-
Subuh dan berdiri di pintu masjid. Ia berkata, lebihkan cerita yang sebenarnya. Dalam beberapa
‘Assalāmu‘alaika, ya Rasūlullāh! Fāṭimah ber­ kitab sejarah Nabi Saw. yang mu‘tabar, tidak
kata, ‘Sesungguhnya Rasūlullāh tengah ‘sibuk’ ditemukan satu riwayat pun yang menyebutkan
dengan dirinya.’ Maka Bilāl masuk masjid, dan cerita di atas. Namun beberapa penggalannya
tidak paham maksud perkataan Fāṭimah. Tatkala diriwayatkan oleh Ibn Sa‘ad, Ibn Hishām, al-
pagi mulai terang, Bilāl datang kedua kalinya Bayhaqī dan lain-lain.567 Adapun Hadis dengan
dan berdiri di pintu masjid, lalu berkata seperti
tadi. Rasūlullāh mendengar suara Bilāl, lalu
bersabda, ‘Masuklah wahai Bilāl! Sesungguhnya 567 Lihat al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 3,
hlm. 57, h.n. 2676; al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil.
aku sedang sibuk dengan diriku dan terasa 7, hlm. 225-237; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 4, hlm. 583-586;
berat olehku sakit yang kutanggung ini. Wahai al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 9, hlm. 24-26; al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
167

makna yang hampir sama dengan penggalan Terdapat perbedaan yang jelas antara lafal al-
awal, adalah yang diriwayatkan al-Bazzār dari Khūbawī dengan lafal al-Bukhārī, Muslim dan
‘Ā’ishah dengan lafal; lain-lain. Makna lafal al-Khūbawī, Bilal masuk ke
rumah Rasūlullāh Saw. dan Baginda me­merin­tah­
‫قالت ما مر علي ليلة مثل ليلة قال يا عائشة‬ kan­nya untuk meminta Abū Bakar menjadi imam
shalat. Sedangkan dalam riwayat lainnya, Bilāl
‫ حتى أذن البلال‬،‫هل طلع الفجر؟ فأقول لا‬
tidak masuk, Rasūlulllāh Saw. hanya mendengar
‫الفجر ثم جاء بلال فقال صلى اهلل عليه وسلم‬ suaranya. Kemudian baginda memerintahkan
yang hadir dalam rumah itu seperti ‘Ā’ishah,
‫ما هذا؟ قال هذا بلال فقال مري أبا بكر‬ Ḥafṣah dan lain-lainnya untuk memerintahkan
Abū Bakar menjadi imam shalat.571
568
‫فليصل بالناس‬
Selain itu, beberapa penggalan lafal al-
Penggalan Hadis mengenai Jibrīl a.s. datang Khūbawī sangat gharīb dan tidak masuk akal.
berjumpa Nabi Saw. sebelum ajal tiba, juga Antaranya disebutkan bahwa Abū Bakar pingsan.
di­riwayatkan oleh Ibn Sa‘ad, al-Bayhaqī, Ibn Juga, adanya dialog antara Rasūlullāh Saw.
Hishām dan lain-lain. Namun perbedaan lafal dengan Jibrīl beberapa saat sebelum ajal tiba.
yang mereka riwayatkan dengan lafal yang di­ Bahkan sampai ajal tiba. Kalaupun para sahabat
sebut­kan oleh al-Khūbawī amatlah besar.569 dapat mendengar perkataan Rasūlullāh Saw.,
apakah mereka dapat mendengar perkataan Jibrīl
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu dengan lafal ini. dan Malaikat maut? Sedangkan Rasūlullāh Saw.
Riwayat ‘Ā’ishah adalah ṣaḥīḥ. Selain perawi untuk menceritakan dialog ini adalah mustahil,
sanad al-Bazzār thiqāt, seperti yang dikatakan sebab ajal baginda sudah hampir tiba. Apalagi
oleh al-Haythamī, al-Bukhārī dan Muslim meri­ dalam Hadis yang ṣaḥīḥ dan akan disebutkan
wayat­kan pula Hadis ini dari ‘Ā’ishah dengan lafal, pada Hadis setelah ini (237 dan 239) kata-kata
terakhir baginda adalah,
‫قالت عائشة لما مرض رسول اهلل صلى اهلل‬
‫أوصيكم بالصلاة وما ملكت أيمانكم‬
‫ أتاه بلال‬،‫عليه وسلم مرضه الذي مات فيه‬
Dalam riwayat lain
‫يؤذنه بالصلاة فقال مرو أبا بكر فليصل بالناس‬
‫في الرفيق الأعلى‬
Muslim meriwayatkan juga dari Abū Mūsā.570

‫مهللا اغفر لي وارحمني وألحقني مع الرفيق‬


Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 1, hlm. 398-400, h.n. 847; al-
Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 2, hlm. 484; Ibn Hishām, al-
Sīrah, jil. 4, hlm. 310-314.
572
‫الأعلى‬
568 al-Haythamī, Kashf al-Ast>ar, jil. 1, hlm. 400. h.n.
849.
569 Lihat al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 7, hlm.
211; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 4, hlm. 583-586; al-Haythamī,
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 9, hlm. 24-26; al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ Istikhlāf al-Īmām Idhā ‘Urid Lahū ‘Udhr, h.n. 418 dan 120;
al-Kubrā, jil. 2, hlm. 179; Ibn Ḥishām, al-Sīrah, jil. 4, hlm. al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 9, hlm. 35.
310-314. 571 Lihat riwayat-riwayat lain dalam Ibn Sa‘ad, al-
570 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ādhān, Bāb Ḥadd al- Ṭabaqāt, jil. 2, hlm. 215-224.
Marīḍ ‘an Yashhad al-Jamā‘ah, h.n. 664; lihat juga h.n. 679, 572 Lihat, takhrīj Hadis ini pada Hadis-hadis ke 237
712, 713, 716 dan 7303; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb dan 237.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
168

Kesimpulannya, Hadis dengan lafal yang 574


‫في صدره وما يغيض بلسانه‬
disebutkan oleh al-Khūbawī adalah palsu, karena
ditambah dan dicampur-campur dengan tukang Juga diriwayatkan dari ‘Alī oleh Abū Dāwud,
cerita. Ibn Mājah dan Aḥmad dengan lafal,

‫كان آخر كلام رسول اهلل صلى اهلل عليه‬


Hadis 237
575
‫وسلم الصلاة والزكاة وما ملكت أيمانكم‬
‫ كان روح‬:‫قال أنس بن مالك رضي اهلل عنه‬
‫النبي في صدره وهو يقول أوصيكم بالصلاة‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
al-Būṣīrī mengatakan bahwa riwayat Ibn
‫ فما برح يوصي بهما حتى‬.‫وما ملكت أيمانكم‬
Mājah dari Ummu Salamah ṣaḥīḥ.576 Karena itu,
.‫انقطع كلامه‬ Hadis ini dapat dihukumi ṣaḥīḥ, selain karena
sanad Ummu Salamah ṣaḥīḥ juga riwayat Anas
Anas bin Mālik r.a. berkata, ruh Nabi Saw.
dan ‘Alī dapat dijadikan shāhid.
sampai ke dada, sedang beliau bersabda;
“Aku wasiatkan kepadamu shalat dan hamba
sahayamu.” Beliau terus mewasiatkan keduanya, Hadis 238
hingga terputuslah perkataannya. ‫قال علي رضى اهلل تعالى عنه أن رسول اهلل فى‬
Takhrīj Hadis: ‫ فألقيت سمعى‬،‫آخر نفسه حرك شفتيه مرتين‬
Hadis ini diriwayatkan dari Anas oleh Ibn
Mājah, Aḥmad, Ibn Ḥibbān dan al-Ḥākim dengan .‫فسمعته يقول خفية أمتي أمتي‬
lafal; ‘Alī r.a. berkata, ‘Sesungguhnya pada akhir
nafasnya, Rasūlullāh menggerakkan kedua
‫كانت عامة وصية رسول اهلل صلى اهلل عليه‬
bibirnya dua kali. Maka aku pasang telingaku,
،‫وسلم حين حضرته الموت الصلاة الصلاة‬ sehingga aku mendengarnya berkata lirih;
“Umatku.. Umatku..”
573
‫اتقوا فيما ملكت أيمانكم‬
Hadis ini juga diriwayatkan dari Ummu Takhrīj Hadis:
Salamah oleh Ibn Mājah dan Aḥmad dengan lafal, Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
ditemukan, baik yang diriwayatkan dari ‘Alī
‫كان من آخر وصية رسول اهلل صلى اهلل عليه‬ maupun yang lainnya. Apa yang diketahui dari

‫وسلم الصلاة الصلاة وما ملكت أيمانكم حتى‬


574 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Dhikr
‫جعل نبي اهلل صلى اهلل عليه وسلم يلجلجها‬ Maraḍ al-Rasūl Saw., h.n. 1625; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm.
117.
575 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Ḥaq al-
573 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Waṣāyā, Bāb Ḥāl Awṣā Mamlūk, h.n. 5156; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Waṣāyā, Bāb
Rasūlullāh Saw., h.n. 2697; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 117; Ḥāl Awṣā Rasūlullāh Saw, h.n. 2698; Aḥmad, Musnad, jil.
Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tārīkh, Bāb Maraḍ al-Nabī Saw, 6,hlm. 290, 311, 315 dan 321.
h.n. 6071; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Maghāzī, Bāb 576 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 291, h.n.
Ākhir Waṣiyyah al-Nabī Saw., jil. 3, hlm. 57. 597.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
169

riwayat ‘Alī adalah seperti pada Hadis sebelum


ini, yaitu Hadis ke 237. Hadis 239
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ‫روي أن عليا وضع رسول اهلل على السرير‬
Hadis ini boleh dihukumi palsu dengan
beberapa alasan: Pertama, ia belum ditemukan. ‫ليغسله فإذا بهاتف يهتف من زاوية البيت‬
Kedua, kalaupun dapat ditemukan perawinya,
‫ لا تغسلوا محمدا فإنه طاهر‬:‫بأعلى صوت‬
kandungan Hadis ini bertentangan dengan Hadis
ṣaḥīḥ yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim, ‫ فقال علي‬،‫مطهر فوقع في نفسي شيء من ذلك‬
al-Tirmidhī, Ibn Mājah dan lain-lain dari ‘Ā’ishah
bahwa kata-kata terakhir yang disabdakan ‫ فإذا بهاتف‬،‫من أنت؟ فإن النبي أمرنا بذلك‬
baginda adalah;
‫ يا علي غسله فإن الهاتف الأول‬:‫آخر ينادي‬
‫في الرفيق الأعلى‬ ‫كان إبليس عليه اللعنة حسدا على محمد‬
pada riwayat lain dalam al-Bukhārī, Muslim
dan Ibn Mājah,
‫ فقال علي‬.‫وقصد ألا يدخل محمد قبره مغسولا‬

‫مهللا اغفرلي وارحمني وألحقني مع الرفيق‬ ‫جزاك اهلل خيرا إذ أخبرتني أن ذلك إبليس‬

‫الأعلى‬ ‫ حضرت‬،‫عليه اللعنة فمن أنت؟ قال أنا الخضر‬

lafal lain dalam riwayat al-Bukhārī dan Ibn ‫ وصب الماء الفضل‬،‫ فغسله علي‬.‫جنازة محمد‬
Mājah,
...‫بن عباس وأسامة بن زيد‬
577
‫بالرفيق الأعلى‬ Dan diriwayatkan pula, bahwa ‘Alī telah
Ketiga, Ibn al-Jawzī dan Ibn Ḥajar mengatakan meletakkan Rasūlullāh Saw. di atas dipan untuk
bahwa kata-kata Baginda Saw. adalah Hadis memandikannya, ketika tiba-tiba terdengarlah
seperti riwayat ‘Ā’ishah di atas. Ibn Ḥajar suatu seruan memanggil dari sudut rumah
menegaskan bahwa Hadis yang diriwayatkan dengan suara keras; ‘Janganlah memandikan
oleh al-Ḥākim dan Ibn Sa‘ad melalui beberapa Muḥammad, karena ia suci lagi mensucikan!’
jalur yang menyatakan bahwa Rasūlullāh Saw. Maka berpengaruhlah hal itu sedikit dalam diriku.
meninggal di pangkuan ‘Alī adalah Hadis-hadis ‘Alī berkata, ‘Siapa kamu? Sesungguhnya Nabi
yang diriwayatkan oleh golongan Shī‘ah yang telah menyuruh kami melalukan hal itu!’ Dan
tidak patut dijadikan pegangan.578 tiba-tiba terdengar pula seruan lain, ‘Wahai ‘Alī,
mandikanlah ia, karena sesungguhnya seruan
yang pertama dari Iblīs laknatullah, karena
577 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maghāzī, Bāb Maraḍ dengki pada Muḥammad dan bermaksud agar
al-Nabī Saw. wa Wafātih, h.n. 4436, 4 437, 4440 dan lih. h.n,
4451, 4463 dan 5674; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Salām, Bāb
Muḥammad masuk ke dalam kuburnya dalam
Istiḥbāb Ruqiyyat al-Marīḍ, h.n. 2191; al-Tirmidhī, Sunan, keadaan tidak dimandikan. Maka berkatalah ‘Alī,
Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa judul, no. 76), h.n. 3496; Ibn ‘Semoga Allāh membalas kebaikanmu, karena
Mājah, Sunan, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Dhikr Maraḍ al-Rasūl
Saw, h.n. 1619; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Maghāzī,
Bāb Ākhir Waṣiyyah al-Nabī Saw al-Ṣalāh, jil. 3, hlm. 57. ‘ind al-Mamāt, Dār al-Fikr al-Lubnānī, Bayrūt, 1992, hlm. 66;
578 ‘Abd al-Raḥmān bin ‘Alī bin al-Jawzī, al-Thabāt Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 8, hlm. 138-139.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
170

telah memberitahuku, bahwa itu Iblīs yang


‫وما جعلنا لبشر من قبلك الخلود أفإن مت‬
terkutuk. Siapakah Anda?’ Jawabnya, ‘Aku adalah
al-Khidhir. Aku menghadiri jenazah Muḥamnad 581
‫فهم الخالدون‬
Saw.’ Maka dimandikanlah Rasūlullāh oleh ‘Alī
r.a., sedang al-Fadhal bin ‘Abbās dan Usāmah bin “Tidaklah kami menjadikan seorang
Zayd mengguyurkan air...” manusia sebelum kamu yang tetap kekal,
maka apabila kamu (Muḥammad) meninggal
Takhrīj Hadis: apakah mereka akan tetap kekal.”
Hadis yang dikenali dengan Hadis ta’ziyah 2. Berdasarkan sabda Rasūlullāh Saw.,
al-Ḥaḍar ini seperti diisyaratkan oleh Ibn Kathīr
‫أرأيتكم ليلتكم هذه؟ فإن على رأس مائة‬
diriwayatkan oleh al-Ḥākim. Sedangkan Ibn Ḥajar
menjelaskannya sebagai riwayat Abū ‘Umar.579 ‫سنة منها لا يبقى على ظهر الأرض ممن‬

Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


582
‫هو اليوم عليها احد‬
Ibn Kathīr mengatakan bahwa sanad al- “Tidakkah kamu melihat malam kamu
Ḥākim ḍa‘īf. Sedangkan Ibn al-Jawzī, al-Nawawī, ini? Sesungguhnya di awal tahun ke seratus
Ibn Taymiyyah, Ibn Qayyim, Ibn Ḥajar dan ‘Alī al- nanti tidak akan ada manusia yang sekarang
Qārī menghukumi Hadis ini palsu.580 Perbedaan ini hidup akan tetap hidup pada tahun itu.”
pendapat mengenai hukum Hadis ini banyak 3. Kalau Hidir sebelum Nabi Nūh, maka beliau
disebabkan oleh perbedaan pendapat mengenai menaiki kapal Nabi Nūh. Akan tetapi tidak
“Apakah Hidir masih hidup pada zaman Nabi ada seorang pun yang mengutip cerita ini.
Muḥammad Saw. atau sudah meninggal? Bagi 4. Sesungguhnya Hidir telah berpisah dengan
mereka yang berpendapat bahwa beliau sudah Nabi Mūsā. Kalaulah Hidir masih hidup,
meninggal, semua Hadis mengenainya – selain bagaimanakah beliau rida untuk hidup di
pertemuan beliau dengan Nabi Mūsā a.s. – kalangan orang-orang ahli ibadah yang
adalah palsu. Sedangkan bagi mereka yang bodoh dan sudah keluar dari syariat Islam,
percaya bahwa beliau masih hidup, bahkan karena tidak pernah menghadiri shalat
sampai sekarang, maka Hadis ini mempunyai Jum’at, shalat berjamaah dan majlis-majlis
kemungkinan untuk diterima, baik ia hanya ḍa‘īf ilmu.
atau sampai ke tahap ḥasan dan ṣaḥīḥ. Penulis 5. Dalil yang terkuat bagi orang yang mem­
sendiri menguatkan pendapat pertama, alasan per­cayai bahwa Hidir masih hidup adalah
dan dalil-dalil mengenainya telah dibentang­kan cerita yang berpindah dari mulut ke mulut,
panjang lebar oleh Ibn al-Jawzī, Ibn Taymiyyah bahwa seseorang mengaku pernah bertemu
dan Ibn al-Qayyim. Diantara dalil-dalil yang dengan Hidir. Anehnya adalah, apakah Hidir
mereka sebutkan adalah: mem­punyai ciri dan tanda tertentu, sehingga
1. Firman Allāh Swt., beliau dikenali oleh orang yang bertemu

579 Ismā‘īl bin Kathīr al-Dimashqī, al-Hidāyah wa


al-Nihāyah, Maktabah al-Ma‘ārif, Bayrūt, 1985, jil. 1, hlm. 581 al-Qur’ān, al-Anbiyā’ 21: 31.
299; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar, al-Zahr al-Nadhar fī Naba’ al- 582 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Ilm, Bāb al-Samar
Ḥadar, Maktabah al- Qur’ān, al-Qāhirah, t.th, hlm. 32. fī al-‘Ilm, h.n. 116, dan lih. h.n. 564; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
580 Ibid; Ibn Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 66-67; Fadā’il al-Ṣaḥābah, Bāb Bayān Ma‘na Qawluh Saw.: ‘Alā
‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Ma‘rifah, hlm. 143. Ra’s Mi’ah al-Sanah, h.n. 2537.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
171

dengan beliau? Kebanyakan dari mereka kepadaku, maka shalawat itu diambil oleh
tertipu dengan pengakuan seseorang yang Malaikat Maut dengan izin Allāh lalu disampai­
me­ngaku sebagai Hidir, sedangkan mereka kan ke kuburku. Maka berkatalah malaikat itu,
tidak mempunyai bukti bahwa orang yang ‘Ya Muḥammad, sesungguhnya Fulān dari umat­
me­ngaku sebagai Hidir itu tidak berbohong.583 mu bershalawat kepadamu.’ Maka aku ber­kata,
‘Sampaikanlah kepadanya dariku sepuluh ke­
baikan dan katakan kepadanya, ‘Kamu mem­
Bab 17 per­oleh shafaatku (Muḥammad).’ Selanjut­nya,
malaikat itu naik, sehingga sampailah ia ke
Celaan pada Peminum Khamar ‘Arash, lalu berkata, ‘Ya Rabb, sesungguhnya
Hadis dari no 240 sampai no 249 Fulān bin Fulān telah bershalauat kepada ke­
kasih­mu, Muḥammad, sekali.’ Maka Allāh Ta‘ālā
Hadis 240 ber­firman, ‘Sampaikanlah kepadanya dari-Ku
sepuluh kebaikan.’ Kemudian Allāh Ta‘ālā men­
‫إذا صلى المؤمن علي قبض تلك الصلاة ملك‬ cipta­kan dari shalawatnya itu, dengan setiap
huruf­nya, seorang malaikat yang mempunyai
‫الموت بإذن اهلل تعالى وبلغها إلى قبري فيقول‬ tiga ratus enam puluh kepala, dan pada setiap
‫الملك يا محمد إن فلانا من أمتك صلى عليك‬ kepala terdapat tiga ratus enam puluh wajah,
pada setiap wajah terdapat tiga ratus enam
‫فأقول بلغه مني عشر صلوات وقل له حلت‬ puluh mulut, pada setiap mulut terdapat tiga
ratus enam puluh lidah, yang dengan setiap
‫ ثم يصعد الملك حتى ينتهى إلى‬،‫له شفاعتي‬ lidahnya malaikat itu berbicara dan memuji Allāh
‫العرش فيقول يا رب إن فلان بن فلان صلى‬ Ta‘ālā dengan tiga ratus enam puluh macam
pujian. Maka, dicatatlah pahala dari semua
‫على حبيبك محمد مرة فيقول اهلل تعالى بلغه‬ itu orang yang bershalawat kepada Nabi Saw.
sampai hari Kiamat.’”
‫ ثم يخلق اهلل تعالى من‬،‫مني عشر صلوات‬
Takhrīj Hadis:
‫صلاته بكل حرف ملكا له ثلاثمائة وستون‬
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
،‫ وفي كل رأس ثلاثمائة وستون وجها‬،‫رأسا‬ al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Ḥayāh al-
Qulūb.584
‫ وفي كل فم‬،‫وفي كل وجه ثلاثمائة وستون فما‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
‫ثلاثمائة وستون لسانا يتكلم بكل لسان ويثنى‬
Hadis ini dihukumi palsu dengan beberapa
‫ فيكتب‬،‫على اهلل تعالى بثلاثمائة وستين نوعا‬ sebab. Pertama, ia tidak ditemukan, termasuk
dalam kitab-kitab khusus mengenai keutamaan
‫ثواب ذلك المصلى على النبي إلى يوم القيامة‬ bershalawat kepada Nabi Saw. Kedua, makna
Hadis dan pahala yang dijanjikan sama sekali
“Apabila seorang mukmin bershalawat
tidak menyerupai pahala yang biasa dijanjikan
dari suatu amalan. Ini menunjukkan bahwa lafal
583 Diringkas dari perkataan Ibn Qayyim dalam al-
Manār al-Munīf, hlm. 69-76. 584 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 70.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
172

ini adalah rekaan, bukan sabda Nabi Saw. Karena ‘Umar.586 Adapun lafal ini adalah lafal al-Dārimī.
itu, Hadis ini dapat dihukumi palsu. Sedangkan lafal yang lainnya adalah,

‫من كان يؤمن باهلل واليوم الآخر فلا يدخل‬


Hadis 241
‫ ومن كان يؤمن باهلل واليوم‬،‫الحمام بغير إزار‬
‫ ولا يسرق‬،‫لايزني الزاني حين يزني وهو مؤمن‬
‫الأخر فلا يجلس على مائدة يدار عليها بالخمر‬
‫ ولا يشرب‬،‫السارق حين يسرق وهو مؤمن‬
Dalam lafal al-Bayhaqī, penggalan kedua
‫شارب الخمر حين يشرب وهو مؤمن‬ didahulukan.587
“Seorang yang berzina, pada saat berzina al-Nasā’ī meriwayatkan Hadis ini dari Jābir
tidaklah ia beriman. Ketika seseorang mencuri, secara ringkas sampai kata-kata (‫)بغ� إزار‬.
‫ي‬ Abū
ia tidak mencuri dalam keadaan beriman. Dan Dāwud meriwayatkan dari Ibn Umar dengan

ketika seseorang minum khamer, ketika me­mi­ lafal,


num khamer ia tidak dalam keadaan beriman.”
‫نهى رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن‬
Takhrīj Hadis: ‫مطعمين عن الجلوس على مائدة يشرب عليها‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari Abū Hurayrah.585 ‫ وأن يأكل الرجل وهو منبطح على‬،‫الخمر‬
588
‫بطنه‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis ini juga diriwayatkan secara mursal
Hadis 242 oleh ‘Abd al-Razzāq dari Muḥammad bin ‘Abd
Allāh sahaya Aslam dengan lafal,

‫من كان يؤمن باهلل واليوم الآخر فلا يجلس‬ ‫لا يحل لأحد يؤمن باهلل واليوم الآخر أن يجلس‬

‫على مائدة يشرب الخمر‬


“Siapa yang beriman kepada Allāh dan
586 Ibn Ḥajar dalam Fatḥ al-Bārī menjelaskan bahwa
Hari Akhir, maka janganlah ia duduk pada Aḥmad meriwayatkannya dari Ibn ‘Umar. Demikian pula
suatu hidangan, di mana khamer diminum yang dinukil oleh al-Munāwī dalam Fayḍ al-Qadīr. Namun
(disuguhkan).” yang ditemukan dalam kitab yang dicetak, ia dari ‘Umar,
bukan Ibn ‘Umar. Kemungkinannya Ibn Ḥajar salah atau
salah cetak. Lih. Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 9, hlm. 250 dan
Takhrīj Hadis: al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 209-210.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, 587 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Mā Jā’a fī
Aḥmad dan al-Dārimī dari Jābir. Aḥmad dan al- Dukhūl al-Ḥammām, h.n. 2801; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm
20 dan jil. 3, hlm. 339, al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Ashribah,
Bayhaqī dalam al-Sunan meriwayatkannya dari Bāb al-Nahy ‘an al-Qu‘ūd ‘an Mā’idah Yudār ‘Alayhā al-
Khamr; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣadāq, Bāb al-Rajul
Yud‘ā ilā al-Walīmah wa Fīhā al-Ma‘ṣiyah wa Nahāhā.
585 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ashribah, Bāb Qawluh 588 al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Ghusl wa al-
Ta‘ālā (‫ )إنما الخمر والميرس واألنصاب رجز من عمل الشيطان‬Muslim, Tayammum, Bāb al-Rukhṣah fī Dukhūl al-Ḥamām, h.n. 401;
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Nuqṣān al-Īmān bi al- Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Aṭ‘imah, Bāb Ma< Jā’a fī Julūs
Ma‘āṣī, h.n. 57. ‘ala Mā’idah ‘Alayhā Ba‘d mā Yukrah, h.n. 3282.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
173

589
‫على مائدة يشرب عليها الخمر‬
Hadis 243
Hukum Hadis: Ḥasan.
Dalam sanad al-Tirmidhī terdapat Layth ‫إذا زنى العبد او شرب الخمر نزع اهلل عنه‬
bin Abī Sulaym. Menurut al-Bukhārī, ia jujur.
Tetapi mungkin salah dalam beberapa perkara
‫الإيمان كما يخلع الإنسان القميص من رأسه‬
(ṣadūq wa rubamā yahimu fī shai‘). Ibn Ḥajar “Apabila seorang hamba Allāh berzina atau
menyifatinya sebagai perawi yang jujur, namun meminum khamer, maka Allāh mencabut iman
banyak lupa, sehingga tidak dapat membedakan darinya sebagaimana orang melepas baju dari
apa yang diriwayatkan. Akibatnya, riwayatnya kepalanya.”
ditinggalkan.590 Dalam sanad al-Dārimī terdapat
Ḥasan bin Abī Ja‘far al-Jufrī. Menurut Ibn al- Takhrīj Hadis:
Madīnī, Aḥmad dan al-Nasā’ī, ia ḍa‘īf. Mengikuti Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim dari
pendapat al-Bukhārī, ia munkar al-ḥadīth. Ibn Abū Hurayrah dengan lafal,
‘Adiy mengatakan bahwa ia bukan seorang yang
sengaja untuk berdusta (mimman lā yata‘mmad
594
...‫من زنى أو شرب الخمر‬
al-kādhib).591 Ibn Ḥajar menghukumi sanad al-
Nasā’ī baik, sanad al-Tirmidhī ḍa‘īf dan sanad
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Abū Dāwud terputus (munqaṭi‘).592 Sedangkan
al-Ḥākim mengatakan bahwa sanad ini ṣaḥīḥ
dalam sanad al-Bayhaqī dan Aḥmad dari ‘Umar
menurut syarat Muslim. al-Dhahabī me­nye­
terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan
tujui­nya. al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ.
namanya (mubham). Sanad Aḥmad dari Jābir
Sedangkan al-Munāwī menguatkan Hadis ini
terdapat Ibn Lahi‘ah. Ia ḍa‘īf seperti yang telah
dengan mengutip kata-kata al-Dhahabī dalam
dijelaskan sebelum ini.
kitab al-Kabā’ir, bahwa sanad Hadis ini jayyid.595
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
gharīb. al-Suyūṭī dan al-Albānī menghukumi­
nya ḥasan.593 Penulis menguatkan pendapat ini, Hadis 244
karena meskipun semua sanadnya ḍa‘īf kecuali
sanad al-Nasā’ī, namun ia dapat saling menguat­
‫إذا زنى العبد أو شرب الخمر خرج منه الإيمان‬
kan, sehingga dapat menjadikannya ḥasan.
‫ فإذا فرغ من ذلك‬،‫فكان فوق رأسه كالظلمة‬
589 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jil. 9, hlm. 248, h.n. ‫العمل رجع إليه الإيمان‬
17089.
590 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Adab, Bāb Mā Jā’a fī “Apabila seorang hamba Allāh berzina atau
Dukhūl al-Ḥammam, h.n. 2801; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
meminum khamer, maka keluarlah iman darinya
hlm. 464.
591 al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, jil. 6, hlm. 73-77; al-
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 482.
592 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 9, hlm. 250. 594 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā
593 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Adab, Bāb Mā Jā’a fī Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm 22.
Dukhūl al-Ḥammam, h.n. 2801; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, 595 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā
jil. 2, hlm. 552; Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Ṣaḥīḥ al- Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm 22; al-Dhahabī,
Jāmi‘ al-Saghīr wa Ziyādatih, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 22; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2,
1979, jil. 5, hlm. 348, h.n. 6382. hlm. 524; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 112.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
174

lalu iman itu berada di atas kepalanya bagaikan Allāh akan memberinya minum dari sungai
payung. Apabila ia telah usai dari perbuatannya Ghawṭah yaitu sungai yang mengalir dari farji
itu, maka iman itu kembali lagi kepadanya.” para pelacur. Sungai itu menyakiti penghuni
neraka karena baunya (yang busuk).”
Takhrīj Hadis:
al-Dhahabī menyebutkan Hadis ini dalam Takhrīj Hadis:
al-Kabā’ir dengan lafal seperti ini tanpa me­nye­ Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, Ibn
butkan perawinya. Abū Dāwud dan al-Ḥākim Ḥibban, al-Hakim, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr
meriwayatkannya dari Abū Hurayrah, akan tetapi serta Abū Ya‘lā dari Abū Mūsā al-Ash‘arī.598
dalam lafal keduanya tidak disebutkan kata-kata
‫�ب الخمر‬ ‫أو ش‬. al-Tirmidhī menyebutkan Hadis ini Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
tanpa sanad dengan lafal seperti lafal Abū Dāwud al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-
juga dari Abū Hurayrah.596 Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī meng­hukumi
Hadis ini ḥasan. Akan tetapi al-Munāwī menguat­
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ kan Hadis ini dengan mengutip pendapat al-
al-Ḥākim, al-Dhahabī dan al-Suyūṭī meng­ Ḥākim dan al-Dhahabī di atas.599
hukumi Hadis ini ṣaḥīḥ. Ibn Ḥajar mengata­kan
bahwa sanad al-Ḥākim kuat.597 Hadis 246

Hadis 245 ‫ وإن مرض فلا‬،‫من شرب الخمر فلا تزوجوه‬

‫ وقاطع‬،‫ثلاثة لايدخلون الجنة مدمن الخمر‬ ‫ فوالذي‬،‫ وإن مات فلا تصلوا عليه‬،‫تعودوه‬

‫ ومن مات مدمن‬،‫ ومصدق السحرة‬،‫الرحم‬ ‫بعثني بالحق نبيا ما شرب الخمر إلا ملعون‬

‫ وهو‬،‫الخمر سقاه اهلل تعالى من نهر الغوطة‬ ‫ ومن‬،‫في التوراة والإنجيل والزبور والفرقان‬

‫نهر يجري من فروج الزانيات يؤذي أهل النار‬ ،‫أطعمه لقمة سلط على جسده حية وعقربا‬

‫من ريحه‬ ،‫ومن قضي حاجته فقد أعانه على هدم الإسلام‬

“Ada tiga orang yang takkan masuk surga: ‫ ومن‬،‫ومن أقرضه فقد أعانه على قتل مؤمن‬
pecandu khamer, pemutus silaturrahim, dan
‫جالسه حشره اهلل يوم القيامة أعمى لا حجة له‬
orang yang percaya pada tukang-tukang sihir.
Dan siapa mati sebagai pecandu khamer, maka “Siapa saja yang meminum khamer, maka

596 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Sunnah, Bāb al-Dalīl 598 Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 399; Ibn Ḥibbān,
‘alā Ziyādāt al-Īmān wa Nuqṣānih; h.n. 4690; al-Tirmidhī, Ṣaḥīh, Kitāb al-Ashribah, Bāb Adāb al-Shurb, h.n. 5322; al-
Sunan, Kitāb al-Īmān, Bāb lā Yaznī al-Zānī Wahuwa Mu’min, Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Thalāth
h.n 2625; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā lā Yadkhul al-Jannah, jil. 4,hlm. 146.
Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil. 1, hlm. 22. 599 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb
597 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb Idhā Dhikr Thalāth lā Yadkhul al-Jannah, jil. 4, hlm. 146; al-
Zanā al-‘Abd Kharaj Minh al-Īmān, jil 1. hlm. 22; al-Dhahabī, Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 146; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 33; Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 12, hlm. Saghīr, jil. 1, hlm. 480; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm.
61; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 87. 327.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
175

janganlah kalian menikahinya. Jika ia sakit, ‘Amru, bukan sabda Rasūlullāh Saw.602 Dalam
maka janganlah kalian menjenguknya. Dan jika Hadis yang dihukumi palsu oleh Ibn al-Jawzī dan
ia mati, maka janganlah kalian menyalatinya. al-Dhahabī disebutkan bahwa Rasūlullāh Saw.
Demi Allāh yang telah mengutus aku sebagai melarang untuk bersahabat dengan orang yang
Nabi, tidaklah meminum khamer kecuali orang meminum arak, memberikan salam kepadanya
yang terkutuk dalam Taurāt, Injīl, Zabūr dan al- dan menjenguknya ketika sakit.603
Furqān. Siapa memberinya makan sesuap, maka
Allāh akan menguasakan atas tubuhnya seekor Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
ular dan seekor kalajengking. Siapa memenuhi Hadis ini dapat dihukumi palsu, sebab selain
hajatnya, maka berarti telah membantunya tidak ditemukan siapa perawinya, beberapa
menghancurkan Islam. Siapa menghutanginya, makna kandungannya dipastikan sebagai per­
maka ia telah membantunya membunuh seorang kataan sahabat, sedangkan penyandarannya
mukmin. Dan siapa menemaninya, maka Allāh kepada Rasūlullāh Saw. adalah palsu. Sebab lain­
akan menghimpun pada hari Kiamat sebagai nya, karena maknanya bertentangan dengan
orang buta yang tidak mempunyai pembela.” hukum syariat Islam, yaitu peminum arak tidak
dihukumi sebagai murtad, tetapi tetap muslim.
Takhrīj Hadis: Seorang muslim, walaupun mempunyai banyak
Hadis dengan lafal seperti ini (dengan dosa, jika meninggal tetap wajib dishalati.
perbedaan mendahulukan beberapa perkataan
diantaranya) disebutkan oleh Abū Layth al- Hadis 247
Samarqandī dalam kitab ‘Uqūbah Ahl al-Kabā’ir
tanpa menyebutkan sanad maupun nama ‫ فإنه كان‬،‫اجتنبوا الخمر فإنها أم الخبائث‬
sahabat yang meriwayatkannya. ‘Abd al-Qādir
atau pen-taḥqīq kitab ini yang telah banyak men- ‫رجل مؤمن كان قبلكم يتعبد ويعتزل الناس‬
taḥqīq kitab-kitab Hadis, juga belum mampu
‫فعلقته امرأة سوء فأرسلت إليه خادما فقال‬
menemukan perawi Hadis ini.600
Dalam kitab Hadis Shī‘ah, ia disebutkan oleh ‫ فدخل فطفقت كلما‬،‫إنا ندعوك للشهادة‬
al-Sabzawarī dengan lafal yang sama. Hanya
bebe­rapa penggalannya didahulukan dalam ‫دخل بابا أغلقته دونه حتى إذا أفضى أي بلغ‬
Jāmi‘ al-Akhbār dari ‘Ā’ishah tanpa menyebut­kan
‫إلى امرأة جالسة وعندها غلام وزجاجة فيها‬
sanad­nya.601 Apa yang ditemukan dalam kitab-
kitab Hadis yang mu‘tamad adalah Hadis yang ‫خمر فقالت أنا لم ندعك للشهادة ولكن ندعوك‬
melarang kita untuk memberi salam kepada
mereka yang meminum arak dan menjenguk­ ‫لقتل هذا الغلام أو تقع علي أو تشرب كأسا‬
nya ketika sakit. Namun kedua anjuran yang di­
.‫ فإن أبيت صحت بك وفضحتك‬،‫من الخمر‬
sampai­kan oleh Ibn ‘Umar dan ‘Abd Allāh bin

602 Muḥmammad bin Aḥmad bin ‘Uthmān al-


600 Naṣr bin Muḥammad Abū Layth al-Samarqandī, Dhahabī, Kitāb al-Kabāir, Ṭah. Dr. al-Sayyid al- Jumaylī, Dār
‘Uqūbah Ahl al-Kabāir, Dār al-Kutub al-Miṣriyyah, Bayrūt, Ibn Zaydūn, Bayrūt, 1986, hlm. 112.
1985, hlm. 32. 603 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3,hlm. 42-43; al-
601 al-Shabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm.428, h.n. Dhahabī, Tartīb al-Mawḍū‘āt, hlm. 230, h.n. 798; al-Suyūṭī,
1195. al-La’ālī, jil. 2, hlm. 205-206; al-Dhahabī, al-Kabāir, hlm. 112.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
176

Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh


‫فلما رأى أنه لابد من ذلك قال أسقني كأسا‬
Ibn Ḥibbān, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab, Ibn al-
‫ فزال عقله‬،‫من الخمر فسقته كأسا من الخمر‬ Jawzī dan Ibn Abī al-Dunyā dalam Dhamm al-
Muskir seperti yang dijelaskan oleh al-Zaylā‘ī.
.‫حتى وقع عليها (أي جامعها) وقتل الغلام‬ Kesemuanya melalui Sa‘īd bin Surayj dari al-Zuhrī
dari Abū Bakar bin ‘Abd al-Raḥmān dari bapaknya
‫فاجتنبوا الخمر فإنه لا يجتمع إيمان وإدمان‬ dari ‘Uthmān.604 Hadis ini juga diriwayatkan
‫الخمر في صدر الرجل أبدا إلا ويوشك أحدهما‬ secara mawqūf oleh al-Nasā’ī melalui Ma‘mar
dan Yūnus, dan oleh ‘Abd al-Razzāq dari Ma‘mar,
.‫أن يخرج صاحبه‬ dan oleh al-Bayhaqī dalam al-Sunan dan Shu‘ab
al-iman melalui Yūnus. Keduanya (Yūnus dan
“Hindarilah olehmu khamer, karena khamer
Ma‘mar) dari al-Zuhrī dari Abū Bakar bin ‘Abd
itu biang segala kekejian. Sesungguhnya ada se­
al-Raḥmān dari bapaknya dari ‘Uthmān sebagai
orang dari umat sebelum kamu, beribadah dan
perkataan beliau.605
menjauhi orang banyak. Ia digandrungi oleh
se­orang wanita nakal. Wanita itu me­ngirim ke­
Hukum Hadis: Mawqūf/ḍa‘īf.
pada­nya seorang pelayan. Katanya, ‘Se­sung­guh­
Dalam sanad riwayat yang marfū‘ terdapat
nya kami mengundang engkau untuk menjadi
Sa‘īd bin Surayj. Ia, menurut Abū Ḥātim, Hadis-
saksi.’ Orang itu masuk, lalu mulailah setiap kali
hadisnya dari al-Zuhrī tidaklah lurus. Ibn ‘Adiy
orang itu memasuki sebuah pintu, maka pintu itu
mengatakan muḍṭarib al-ḥadīth. al-Dhahabī
ditutup­nya dari belakangnya, sehingga ia telah
menyifatinya lemah (layyin). al-Dāraquṭnī dan
sampai pada seorang wanita yang tengah duduk
beberapa ulama lain men-ḍa‘īf -kannya. Karena
sedang di sisinya ada seorang anak kecil dan botol
itu, riwayat yang marfū‘ ini ḍa‘īf.606
berisi khamer. Maka berkatalah perempuan itu,
al-Dāruquṭnī, al-Zaylā‘ī dan Ibn Kathīr
‘Sesungguhnyn kami memanggil engkau tidak
menegaskan bahwa yang mawqūf lebih benar.607
untuk menjadi saksi, tetapi kami memanggil
Hadis mawqūf, meskipun sanadnya ṣaḥīḥ, ia
engkau untuk membunuh anak kecil ini, atau
termasuk jenis Hadis ḍa‘īf.
bersetubuh denganku, atau meminum segelas
khamer. Kalau kamu tidak mau, maka aku akan
meneriaki kamu dan mempermalukan kamu.’
Kata periwayat, ‘Tatkala laki-laki itu menyadari, 604 Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ashribah, Bāb Ādāb
al-Shurb, h.n. 5324; Ibn al-Jawzi, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 674-675,
bahwasanya tak ada jalan untuk menghindari
h.n. 1122; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 10, h.n.
itu, maka berkatalah ia, ‘Berilah aku segelas 5506.
khamer! Maka hilanglah akalnya, sehingga ia 605 al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr
pun menyetubuhi wanita itu dan membunuh al-Āthām al-Mutawallidah min Shurb al-Khamr, h.n. 5666-
5667; ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jil. 9, hlm. 236, h.n.
anak kecil tadi. Maka jauhilah khamer, karena
17060; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 10, h.n. 5587.
selamanya tidak akan berkumpul antara iman 606 Lih. biografi Sa‘īd bin Surayj dalam al-Rāzī, al-Jarḥ
dan kegemaran meminum khamer dalam dada wa al-Ta‘dīl, jil. 6, hlm.111; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil.
seorang lelaki, kecuali salah satu diantara 3, hlm. 200.
607 ‘Alī bin ‘Umar al-Dāraquṭnī, al-‘Ilal al-Wāridah fī
keduanya hampir mengeluarkan yang lainnya.” al-Aḥādīth al-Nabawiyyah, Dār Ṭaybah, al-Riyāḍ, 1985, jil. 3,
hlm. 41-42, ‘Abd Allāh bin Yūsuf al-Zaylā‘ī, Naṣb al-Rāyah
Takhrīj Hadis: li Aḥādīth al-Hidāyah, jil. 4, hlm. 297; Ibn Kathīr, Tafsīr al-
Qur’ān al-‘Aẓīm, jil. 2, hlm. 100.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
177

Hadis 248 apa yang mereka katakan. Kemudian turunlah


firman Allāh mengenai pengharaman minum
‫روي أن عبد الرحمن بن عوف صنع طعاما‬ khamer (Sesungguhnya khamer dan judi…).’”

‫وشرابا فدعا نفرا من أصحاب رسول اهلل حين‬


Takhrīj Hadis:
‫ فلما تملوا‬،‫ فأكلوا وشربوا‬،‫كانت الخمر مباحة‬ Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
ditemukan. Namun makna Hadis ini masyhur
‫أي سكروا وجاء وقت صلاة المغرب قدموا‬ dan telah diriwayatkan oleh beberapa perawi,
seperti yang disebutkan oleh al-Suyūṭī. Potongan
‫أحدهم ليصلي بهم فقرأ (يا أيها الكافرون أعبد‬
pertama dari Hadis ini sampai kata-kata,
.)‫ما تعبدون وأنتم عابدون ما أعبد) بلا (لا‬
)‫فنزلت (لا تقربوا الصلاة وأنتم سكارى‬
‫ ثم‬608)‫فنزلت (لا تقربوا الصلاة وأنتم سكارى‬ Diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al-Tirmidhī
‫ فإذا صلوا‬،‫كانوا لا يشربون في أوقات الصلاة‬ dan al-Ḥākim.610

‫العشاء شربوها فلا يصبحون إلا وقد ذهب‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
al-Tirmidhī mengatakan bahwa Hadis ini
‫ ثم نزل في‬،‫عنهم السكر وعلموا ما يقولون‬ ḥasan ṣaḥīḥ gharīb. al-Ḥākim menghukumi ṣaḥīḥ
dan al-Dhahabī menyetujuinya.611
609
)‫تحريمها (إنما الخمر والميسر‬
“Diriwayatkan bahwa ‘Abdurraḥmān bin Hadis 249
‘Awf pernah membuat makanan dan minuman
lalu dipanggillah beberapa sahabat Rasūlullāh. .‫جنبوا مسجدكم صبيانكم ومجنينكم‬
Ketika itu khamer masih dibolehkan. Maka
“Hindarkanlah masjid kalian dari anak-anak
makan minumlah mereka. Tatkala mereka telah
kecil dan orang-orang gila di antara kalian.”
terhuyung-huyung mabuk, datanglah waktu
shalat Maghrib. Mereka lalu menyuruh salah
Takhrīj Hadis:
seorang dari mereka maju mengimami shalat
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah dari
mereka. Teryata ia membaca, ‘Katakanlah,
Wāthilah melalui al-Ḥarith bin Nabhān. Ibn al-
wahai orang-orang kafir, Aku menyembah apa
Jawzī juga meriwayatkannya dalam al-‘Ilal dari
yang kamu sembah dan kamu menyembah
Abū al-Dardā’, Wāthilah, dan Abū Umāmah.
Tuhan yang aku sembah.’ Tanpa, ‘lā.’ Maka,
Dalam sanadnya terdapat al-‘Alā’ bin Kathīr.
turunlah, (Janganlah kamu mendekati shalat,
sedang kamu mabuk!). Sesudah itu, mereka
tidak lagi meminum khamer pada waktu-waktu 610 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ashribah, Bāb fī
Taḥrīm al-Khamr, h.n. 3671; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr
shalat. Apabila mereka telah shalat Ishā’, barulah
al-Qur’ān, Bāb Tafsīr min Sūrah al-Nisā’, h.n. 3026; al-
mereka meminumnya, sehingga tidaklah mereka Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Aḥādīth
menjumpai waktu Subuh, kecuali kemabukan itu Taḥrīm al-Khamr, jil. 4, hlm 143.
telah hilang dari mereka, dan mereka sadar akan 611 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr al-Qur’ān,
Bāb Tafsīr min Sūrah al-Nisā’, h.n. 3026; al-Ḥākim, al-
Mustadrak, Kitāb al-Ashribah, Bāb Dhikr Aḥādīth Taḥrīm
608 al-Qur’ān, al-Nisa’ 4: 43. al-Khamr, jil. 4, lilm 143; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4,
609 al-Qur’ān, al-Mā’idah 5: 90. hlm. 143.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
178

Juga dari ‘Uthman bin ‘Affān. Dalam sanadnya


‫لقيت جبرائيل فقال إني أبشرك أن اهلل تعالى‬
terdapat Muḥammad bin Mujīb.612
‫ ومن صلى‬،‫يقول من سلم عليك سلمت عليه‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Dalam sanad Ibn Mājah terdapat al-Ḥārith bin .‫عليك صليت عليه‬
Nabhān, yang disifati ḍa‘īf oleh al-‘Irāqī. Menurut
“Aku bertemu Jibrīl, ia berkata, “Se­sung­
Ibn Ḥajar, ia ditinggalkan. Karena itu, riwayat Ibn
guh­nya aku memberi kabar gembira kepadamu,
Mājah sangat ḍa‘īf. Sedangkan riwayat Ibn al-
bahwa Allāh Ta‘ālā berfirman, ‘Siapa saja yang
Jawzī kedua jalurnya bermasalah. Jalur pertama
meng­ucapkan salam kepadamu, maka Aku ucap­
terdapat al-‘Alā’ bin Kathīr. Menurut al-Bukhārī
kan salam kepadanya, dan siapa bershalawat
ia munkar al-ḥadīth. Mengikuti pendapat Ibn
kepada­mu, maka Aku merahmatinya.”
Ma‘īn, ia ḍa‘īf. Aḥmad dan beberapa ulama lain
mengatakan laysa bi shai’. Jalur kedua terdapat
Takhrīj Hadis:
Muḥammad bin Mujīb. Ia dituduh pendusta
Hadis ini diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Ḥākim
oleh Ibn Ma‘īn. Abū Ḥātim berkata ia dhāhib al-
dan al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab. Kesemuanya dari
ḥadīth.613
‘Abd Raḥmān bin ‘Awf. Tetapi pada sanad mereka
al-‘Irāqī, Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī, al-Munāwī dan
ada perbedaan perawi, yaitu ada penambahan
al-Albānī menghukumi Hadis ini ḍa‘īf. Sedangkan
perawi dalam sanad selain Aḥmad.615 al-Diyā’
menurut Ibn al-Jawzī dan ‘Abd al-Ḥaq, seperti
al-Maqdīsī seperti yang dikutip al-Sakhāwī,
dikutip al-Munāwī, Hadis ini palsu. Ibn Ḥajar
meriwayatkannya juga dalam al-Mukhtārah
mengatakan bahwa Hadis ini mempunyai
dari jalur berbeda dengan jalur di atas yaitu
beberapa jalur yang kesemuanya wāhiyah.614
dari Suhayl bin ‘Abd al-Raḥmān bin ‘Awf dari
bapaknya dengan lafal,

Bab 18 ‫إن جبريل جائني فقال الا أبشرك يا محمد‬


Celaan terhadap Dengki ‫بما أعطاك ربك من أمتك وبما أعطى أمتك‬
Hadis dari no 250 sampai no 260
‫ من صلى عليك منهم صلاة صلى اهلل‬،‫منك‬
Hadis 1 (250) 616
‫ ومن سلم عليك منهم سلم اهلل عليه‬،‫عليه‬

Hukum Hadis: Ḥasan.


612 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Masājid, Bāb Mā al-Ḥākim menghukumi Hadis yang diriwayat­
Yukrah fī al-Masājid, h.n. 750; Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. 1, hlm.
kannya dengan ṣaḥīḥ al-isnād. Namun al-Dhahabī
402-403, h.n. 677-678.
613 Lihat biografi al-‘Alā’ dalam al-Dhahabī, Mīzān al- tidak memberikan pendapatnya. al-Sakhāwī
I‘tidāl, jil. 3, hlm. 104; biografi Muḥammad bin Najīb dalam dalam al-Qawl al-Badī‘ membahas Hadis ini
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 25.
614 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghir, jil. 1, hlm. 491;
al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 351-352; al-Būṣīrī, 615 Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 162; al-Ḥākim, al-
Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 162, h.n. 284, Ibn al-Jawzī, al- Mustadrak, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Man Sallam ‘Alayy Sallamtu
‘Ilal, jil. 1, 402-403, h.n. 677; Muḥammad Nāṣir al-Dīn al- ‘Alayh, jil. 1, hlm. 223; al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān, jil. 2, hlm.
‘Albānī, Ḍa‘īf Sunan Ibn Mājah, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 210-211, h.n. 1555-1556.
1988, hlm. 59, h.n. 164. 616 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 155-156.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
179

dengan mengemukakan beberapa jalur riwayat. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Beliau mengatakan, Hadis al-Diyā’ ini ḥasan dan Muslim dari Ibn Mas‘ūd.618
rijāl sanadnya rijāl al-ṣaḥīḥ, meskipun terdapat
‘an‘anah (‫ )عنعنة‬di dalamnya.617 Riwayat ini dapat Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
menguat­kan riwayat Aḥmad. Maka Hadis ini
sekurang-kurangnya menjadi ḥasan. Hadis 253

Hadis 251 ‫ قيل من هم يا رسول‬،‫إن لنعم اهلل تعالى أعداء‬

‫من قال مهللا صل على محمد وأنزله المنزل‬ ‫اهلل؟ قال الذين يحسدون الناس على ما آتاهم‬

‫المقرب عندك يوم القيامة وجبت له شفاعتي‬ ‫اهلل من فضله‬


“Sesungguhnya nikmat-nikmat Allāh Ta‘ālā
.‫يوم القيامة‬
itu mempunyai musuh.” Orang bertanya, ‘Siapa­
“Siapa saja yang mengucapkan, ‘Ya Allāh, kah mereka itu ya Rasūlullāh?’ Beliau men­jawab,
rahmatilah Muḥammad, dan tempatkanlah ia “Orang-orang yang nendengki sesama manusia
pada kedudukan yang didekatkan di sisi-Mu atas apa yang Allāh berikan kepada mereka dari
pada hari Kiamat,’ maka pastilah ia mendapat karunia-Nya.””
shafaatku pada hari Kiamat.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis: Hadis dengan lafal seperti ini disebutkan oleh
Hadis ini sama dengan Hadis ke 93. al-Ghazālī dalam al-Iḥyā’. al-‘Irāqī mengatakan ia
diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ
Hukum Hadis: Ḥasan. dari Ibn ‘Abbās dengan lafal,

‫إن لأهل النعم حسادا فاحذروهم‬


Hadis 252
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abū al-
‫لا تقتل نفس ظلما الا وعلى قبيل كفل (أى‬ Shaykh dalam al-Amthāl dan al-Khaṭīb dalam
al-Tārīkh dari Ibn ‘Abbās dengan lafal seperti
‫نصيب) من دمها فإنه أول من سنى القتل‬
lafal al-Ṭabarānī. Kesemuanya melalui Ismā‘īl bin
“Tidak seorangpun yang terbunuh secara ‘Amru al-Bajalī.619
aniaya, melainkan Qabīl mendapat imbalan,
yakni bagian dari darahnya, karena dialah yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
mula-mula memprakarsai pembunuhan.” al-Haythamī mengatakan, dalam sanad al-

Takhrīj Hadis:
618 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Aḥādīth al-Anbiyā’, Bāb
Khalq Ādam wa Dzuriyyātih, h.n. 3335 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
al-Qasāmah, Bāb Bayān Ithm Man Sanna al-Qatl, h.n. 1677.
617 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Man 619 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 3, hlm. 234; al-‘Irāqī, al-
Sallam ‘Alayy Sallamtu ‘Alayh, jil. 1, hlm. 223; al-Dhahabī, Mughnī, jil. 3, hlm. 234; Abū al-Shaykh, al-Amthāl, Dār
al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 223; al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. al-Salafiyyah, Bayrūt, 1987, hlm. 232, h.n. 201; al-Khaṭīb,
155-156; Lihat juga Ibn al-Qayyim, Jalā‘ al-Afhām, hlm. 32- Tārīkh Baghdād, jil. 5, hlm. 56-57, al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3,
33. hlm. 184; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 195.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
180

Ṭabarānī terdapat Ismā‘īl bin ‘Amru al-Bajalī. Ia (yarwī al-‘ajā’ib). Tetapi Ibn Ma‘īn mengatakan
ḍa‘īf tetapi thiqah menurut Ibn Ḥibbān. al-‘Irāqī ia thiqah. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh Abū
mengatakan sanad al-Ṭabarānī ḍa‘īf. Dāwud, al-Tirmidhī dan Ibn Mājah.622 Penilaian
thiqah Ibn Ma‘īn itu kuat sekali. Lebih kuat dari
Hadis 254 penilaian ḍa‘īf-nya Ibn Ḥibbān. Jadi, riwayatnya
masih dapat diterima meskipun tidak sampai ke
‫ والشيطان خلق‬،‫إن الغضب من الشيطان‬ tahap ṣaḥīḥ, tetapi masih boleh dikatakan ḥasan.
Maka, Penulis setuju dengan pendapat al-Suyūṭī
‫ فإذا غضب‬،‫ وإنما تطفأ النار بالماء‬،‫من النار‬ dan al-Arna’ūṭ yang menilai Hadis ini ḥasan.
‫أحدكم فليتوضأ‬
Hadis 255
“Sesungguhnya marah itu dari setan. Sedang
setan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api ،‫إن فيكم من يكون سريع الغضب سريع الفيئ‬
hanya bisa dipadamkan dengan air. Apabila se­
orang dari kalian marah, maka berwudhulah!” ،‫وفيكم من يكون سريع الغضب بطيئ الفيئ‬
،‫فخيركم من يكون بطيئ الغضب سريع الفيئ‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, .‫وشركم من كان سريع الغضب بطيئ الفيئ‬
Aḥmad dan al-Baghawī dalam al-Sunnah. Semua­
nya dari ‘Aṭiyyah al-Sa‘dī melalui Abū Wā’il al- “Sesungguhnya diantara kamu sekalian
Qāṣ.620 ada orang yang cepat marah, cepat reda. Ada
pula yang cepat marah, lambat reda. Maka
Hukum Hadis: Ḥasan yang terutama di antara kalian adalah orang
al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ḥasan. Ibn yang tidak cepat marah dan cepat reda (apabila
Ḥajar menyebutkan Hadis ini dalam Fatḥ al-Bārī marah). Dan yang terburuk di antara kalian ialah
tanpa memberikan pendapatnya. Begitu juga orang yang cepat marah dan tidak cepat reda.”
al-Munāwī. al-Albānī men-ḍa‘īf -kan Hadis ini
dengan alasan sanadnya daif. Shu‘ayb al-Arna’ūt Takhrīj Hadis:
menilainya ḥasan.621 Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Perawi yang dikritik dalam Hadis ini ialah Aḥmad dan al-Ḥākim. Semuanya dari Abū Sa‘d
Abū Wā’il yang nama sebenarnya ‘Abd Allāh al-Khuḍrī melalui ‘Alī bin Zayd bin Jad‘ān dengan
bin Bāhir al-Ṣan‘ānī. Menurut Ibn Ḥibbān beliau lafal awalnya,
ḍa‘īf, karena meriwayatkan hal-hal yang aneh 623
‫ ألا إن بني آدم خلقوا على طبقات‬..
620 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Mā Yuqāl Hukum Hadis: Ḥasan.
‘Ind al-Ghaḍab, h.n. 478; Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 226;
Ḥusayn bin Mas‘ūd al-Baghawī, Sharḥ al-Sunnah, Taḥ.
Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1983, jil. 13, 622 Lihat biografi Abū Wā’il dalam al-Dhahabī, Mīzān
hlm. 161, h.n. 3583. al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 395.
621 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 10, hlm. 467; al-Suyūṭī, 623 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Fitān, Bāb Mā Akhbar
al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 280; al-Albānī dalam Taḥqīq al-Nabī Saw Aṣbah Bimā Huwa Kā’in ilā Yawm al-Qiyāmah,
Kitāb Mishkāh al-Maṣābīḥ li al-Tabrīzī, jil. 3, hlm. 635, h.n. 2191; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 19, al-Ḥākim, al-
h.n. 5113; Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, Kitāb Sharḥ al-Sunnah li al- Mustadrak, Kitāb al-Fitan wa al-Malāḥim, Bāb Khayr al-Rijāl
Baghawī, jil. 13, hlm. 161. Man Kān Baṭī’ al-Ghaḍab Sarī‘ al-Fay’, jil. 4 hlm. 505-506.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
181

Dalam naskah yang di-taḥqīq Fu’ad ‘Abd menyebutkan kata-kata ‫أو يؤديه إىل الكفر‬. Ibn Mājah
al-Bāqī, al-Tirmidhī mengatakan bahwa Hadis juga meriwayatkannya dari Anas dengan lafal,
ini ḥasan ṣaḥīḥ. Begitu pula pada naskah yang
di-taḥqīq Ibrāhīm Ghūṭah ‘Awad. Namun dalam ‫الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب‬
syarah al-Mubārkafūrī, al-Tirmidhī meng­hukumi­
‫والصدقة تطفىء الخطيئة ما يطفىء الماء‬
nya ḥasan. al-Mubārkafūrī memberikan alasan
bahwa dalam sanad Hadis ini terdapat ‘Alī bin ‫ والصيام جنة من‬،‫ والصلاة نور المؤمن‬،‫النار‬
Zayd. Ia ṣadūq menurut al-Tirmidhī, tetapi ḍa‘īf
mengikuti pendapat ulama lainnya. Jadi, Hadis ini ‫النار‬
626

ḥasan menurut al-Tirmidhī, bukan ḥasan ṣaḥīḥ.624 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.


al-Ḥākim mengatakan bahwa ‘Alī bin Zayd Dalam sanad Abū Dāwud terdapat seorang
telah menyendiri dalam meriwayatkan Hadis perawi yang tidak disebutkan namanya dan
dengan lafal ini (yang panjang). al-Bukhārī dan tidak dikenali. Hadis ini mempunyai shāhid
Muslim tidak meriwayatkan Hadis-hadis ‘Alī. al- yang diriwayatkan oleh Ibn Mājah dari Anas
Dhahabī memberikan pendapat bahwa ‘Alī bin dan al-Bukhārī dalam al-Tārīkh al-Kabīr dari Abū
Zayd ṣaḥīḥ al-ḥadīth. al-Albānī menghukumi Hadis Hurayrah dengan lafal,
Ibn Mājah ḍa‘īf. Tetapi beberapa penggalannya
ṣaḥīḥ.625 Penulis menguatkan pendapat bahwa ‫الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار‬
Hadis ini ḥasan, sebab kredibilitas perawinya
masih memungkinkan ia dihukumi ḥasan.
627
‫الحطب‬

Hadis 256 Hadis 257


‫إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما‬ ‫لا يزال الناس بخير ما لم يتحاسدوا‬
‫تأكل النار الحطب والعشب أو يؤديه إلى الكفر‬ “Manusia akan senantiasa baik, selagi me­
reka tidak saling mendengki.”
“Hindarilah olehmu sikap dengki, karena
dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api
Takhrīj Hadis:
memakan kayu bakar dan rumput, atau meng­
Hadis diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam
akibatkan ia menjadi kafir.”
al-Kabīr dari Ḍamrah bin Tha‘labah.628

Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Isnād-nya ṣaḥīḥ.
Hadis ini diriwayatkan Abū Dāwud dari
al-Mundhirī dan al-Haythamī mengatakan,
Abū Hurayrah dengan lafal ‫ العشب‬:‫أو قال‬, tanpa

624 Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān al-Mubārkafūrī, 626 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb fī al-
Tuḥfah al-Ahwadhī bi Sharḥ Jāmi‘ al-Tirmidhī, Taḥ. ‘Abd al- Ḥasad, h.n. 4903; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-
Raḥmān Muḥammad ‘Uthmān, Maṭba‘ah al-Ma‘rifah, Miṣr, Ḥasad, h.n. 4210.
1964, jil. 6, hlm. 422. 627 Ibn Majāh, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-Ḥasad,
625 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Fitan wa al- h.n. 4210; Muḥammad bin Ismā‘īl al- Bukhārī, al-Tārīkh al-
Malāḥim, Bāb Khayr al-Rijāl Man Kān Baṭī’ al-Ghaḍab Sarī‘ Kabīr, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, t.th, jil. 1, hlm. 272.
al-Fay’, jil. 4, hlm. 505-506; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 628 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 309,
506. h.n. 8157.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
182

perawi dalam sanad al-Ṭabarānī thiqāt.629 annya.632


al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ḥasan. al-
Hadis 258 Munāwī menolaknya dan mengatakan bahwa al-
Mundhirī telah men-ḍa‘if>-kannya. al-Haythamī
‫ليس مني ذوحسد وذو نميمة ولا ذو كهانة‬ mengatakan bahwa pada sanadnya terdapat
Sulaymān bin Salamah, perawi yang ditinggalkan.
‫ ثم تلى هذه الآية (والذين يؤذون‬،‫ولا أمانة منه‬ al-Albānī menghukumi Hadis ini palsu, sebab
Sulaymān dituduh pendusta oleh Ibn Junayd.633
‫المؤمنين والمؤمنات بغير ماكتسبوا فقد‬
Namun seperti yang telah disebutkan di atas,
630
)‫احتملوا بهتانا وإثما مبينا‬ ia disifati sebagai seorang yang jujur, yang
dahulunya pendusta. Jadi, menghukumi Hadis
“Tidak tergolong dariku seorang pendengki,
ini dengan sangat ḍa‘if> lebih selamat dari
pengadu domba maupun juru ramal, dan tiada
menghukuminya palsu. Meskipun kesannya
amanah darinya. Kemudian, Beliau Saw. mem­
sama, yaitu tidak boleh digunakan sebagai dalil
bacakan ayat, ‘Dan orang-orang yang menyakiti
dalam semua masalah.
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, mereka
sesungguhnya telah memikul kebohongan dan Hadis 259
dosa yang nyata.’”
‫ قيل من‬.‫ستة يدخلون النار قبل الحساب بستة‬
Takhrīj Hadis: ‫ والعرب‬،‫هم يا رسول اهلل؟ قال الأمراء بالجور‬
Seperti yang dijelaskan oleh al-Mundhirī dan
al-Haythamī, Hadis ini diriwayatkan al-Ṭabarānī ،‫ والتجار بالخيانة‬،‫ والدماقين بالكبر‬،‫بالعصبية‬
dalam al-Kabīr dari ‘Abd Allāh bin Bishr melalui
.‫ والعلماء بالحسد‬،‫وأهل الرساليق بالجهل‬
Sulaymān bin Salamah al-Khabā’izī.631
“Ada enam orang yang masuk neraka se­
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf belum dihisab, karena enam perkara.” Seseorang
al-Mundhirī menjelaskan ḍa‘if>-nya Hadis bertanya, ‘Siapakah mereka, ya Rasūlallāh?’
ini dengan lafal “diriwayatkan” (ruwiya). al- Jawab beliau, ‘Kepala negara karena kezaliman,
Haythamī mengatakan bahwa Sulaymān bin orang Arab karena fanatik kesukuan, kepala
Salamah ditinggalkan (matrūk). Menurut Abū daerah karena sombong, para pedagang karena
Zur‘ah dan Ibn ‘Adiy, ia ditinggalkan dan jangan berkhianat, orang-orang dusun karena bodoh
mengkaji riwayatnya. Ibn al-Junayd berpendapat dan orang-orang alim karena dengki.”
bahwa ia seorang yang jujur dan pernah ber­
dusta (ṣadūq, yakdhib). Sedangkan al-Khaṭīb Takhrīj Hadis:
mengatakan bahwa ia masyhur dengan ke-ḍa‘īf- Hadis ini diriwayatkan al-Daylamī dari Anas.

632 Ibid., dan lihat biografi Sulaymān bin Salmān


629 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 547; al- dalam al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 4, hlm. 121-122; al-
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 78. Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 209.
630 al-Qur’ān, al-Aḥzāb 33: 58. 633 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 1402; al-
631 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 399; al- Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 5, hlm. 390; al-Albānī, Silsilah al-
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 8, hlm. 91. Aḥādīth al-Ḍa‘īfah, jil. 1, hlm. 54-55, h.n. 586.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
183

al-Zabīdī mengatakan bahwa Hadis ini juga Dhahabī, dan al-Shawkanī menghukumi palsu,
diriwayatkan oleh Abū Nu‘aym dari Ibn ‘Umar.634 sebab Sa‘īd bin Sallām telah dituduh pendusta
oleh Aḥmad dan Ibn Numayr. Menurut al-
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Bukhārī ia telah memalsukan Hadis. Sedangkan
al-‘Irāqī mengatakan bahwa sanad keduanya al-Nasā’ī mengatakan bahwa ia ḍa‘if>. Mengikuti
ḍa‘if>.635 pendapat al-‘Ijlī, ia lā ba’sa bih. Dalam riwayat
dari Ibn ‘Abbās terdapat al-Abzarī, iapun telah
Hadis 260 dituduh pendusta. Begitu pula dengan Ḥusayn
bin ‘Alwān. Menurut Ibn ‘Adiy, ia pendusta.639
‫ فإن‬،‫استعينوا على قضاء الحوا ئج بالكتمان‬ Beberapa ulama lain seperti Abū Nu‘aym,
al-‘Irāqī, al-Sakhāwī, al-Suyūṭī, al-‘Ajlūnī dan
.‫كل ذي نعمة محسود‬ al-Zabīdī mengatakan, bahwa Hadis ini tidak
“Jadikanlah diam sebagai penolongmu sampai ke taraf palsu, melainkan hanya setingkat
dalam menunaikan keperluan, karena setiap ḍa‘īf. Alasan mereka karena Hadis ini telah
orang yang memperoleh nikmat itu didengki diriwayatkan juga tanpa melalui Sa‘īd, Ḥusayn
(ada pendengkinya).” ataupun al-Abzarī di atas. Seperti sanad Ibn
Abī al-Dunyā tanpa melalui jalur ini, meskipun
Takhrīj Hadis: dikatakan oleh al-‘Irāqī sangat ḍa‘īf. al-Sakhāwī
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī menyebutkan riwayat lain dari ‘Alī oleh al-Khāl‘ī
dalam al-Kabīr dan al-Saghīr, al-‘Uqaylī dalam al- dalam al-Fawā’id dengan lafal,
Ḍu‘afā’, Abū Nu‘aym, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab
‫استعينوا على قضاء الحوائج بكتمان لها‬
dan al-Quḍā‘ī. Semuanya dari Mu‘ādh melalui
Sa‘d bin Sallām.636 Ibn ‘Adiy juga meriwayatkannya al-Zabīdī juga menyebutkan riwayat lain
dari Mu‘ādh dengan jalan berbeda, namun pada yaitu dari Ibn ‘Umar.640 Menurut al-Sakhāwī,
sanadnya terdapat Ḥusayn bin ‘Alwān.637 al- Hadis ini boleh dikuatkan (isti’nās) dengan Hadis
Khaṭīb juga meriwayatkannya dari Ibn ‘Abbās yang diriwayatkan al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ
melalui al-Ḥusayn bin ‘Abd Allāh al-Abzarī.638 dari Ibn ‘Abbās dengan lafal,

Hukum Hadis: Ḍa‘īf.


641
‫إن لأهل النعم حسادا فاحذروه‬
Abū Ḥātim mengatakan bahwa Hadis ini
tidak dikenali sumbernya. Ibn al-Jawzī, al- 639 al-Rāzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 255, h.n. 2558; Ibn al-
Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 165; al- Sakhāwī, al-Fawā’id,
hlm. 70 dan 261; al-Dhahabī; Tartīb al-Mawḍū‘āt, hlm. 172,
634 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 2, hlm. 329, h.n. ; lih. biografi Sa‘īd bin Salām dalam al-Dhahabī, Mīzān
h.n. 3491; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 141; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm.
54. 321-322; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 3, hlm. 31-32; biografi
635 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3, hlm. 184. Ḥusayn bin ‘Alwān dalam Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 2, hlm 771;
636 al-T}abarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 20, hlm. biografi al-Abzārī dalam al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 8,
183; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm. 116, h.n. 1152; hlm. 56-57.
al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’, jil. 2, hlm. 109; Abū Nu‘aym, Ḥilyah 640 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 5, hlm. 215;
al-Awliyā’, jil. 5, hlm. 215; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3,hlm. 234; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2,
5, hlm. 277, h.n. 6555; al-Quḍā‘ī, jil. 1, hlm. 410-413, h.n. hlm. 81; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 134; al-
707-708. Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 56-57, h.n.103; al-
637 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 2, hlm. 771. Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. 54.
638 al-Khatīb, Tārīkh Baghdād, jil. 8, hlm. 56-57. 641 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 56-57,
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
184

Jadi, Hadis ini boleh dihukumi ḍa‘īf, karena Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
adanya shāhid dan beberapa jalur yang menguat­ Hadis ini dihukumi palsu, karena beberapa
kan seperti yang telah diuraikan. Beberapa tahun sebab. Pertama, ia tidak ditemukan, termasuk
lalu seorang ulama telah menulis kitab Ithbāt al- dalam kitab-kitab khusus mengenai shalawat
Burhān fī Siḥḥah Ḥadīth Ista‘īnū ‘alā al-Ḥawā’ij bi kepada Nabi Saw. Kedua, Hadis ini dikutip dari
al-Kitmān, di mana beliau membuktikan ke-ḍa‘īf- kitab yang tidak mu‘tabar, yaitu Zubdah al-
an Hadis ini.642 Wā‘iẓīn. Ketiga, matan Hadis ini tidak seperti
bahasa Nabi Saw.

Bab 19 Hadis 262


Turunnya al-Mā’idah (Hidangan) ‫إنما الأعمال بالنيات‬
dari Langit dengan Doa ‘Īsā a.s.
“Sesungguhnya perbuatan itu tergantung
Hadis dari no 261 sampai no 265 pada niat.”

Hadis 261 Takhrīj Hadis:


Hadis ini masyhur sekali, diriwayatkan oleh
:‫ثلاثة أشياء لا تزن عند اهلل جناح بعوضة‬ al-Bukhārī, Muslim dan lain-lain dari ‘Umar bin
‫ الذكر بالغفلة‬،‫الصلاة بلا خضوع وخشوع‬ al-Khaṭṭāb.644

،‫لأن اهلل تعالى لايحتسب دعاء قلب غافل‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

.‫والصلاة على النبي من غير حرمة‬


Hadis 263
“Ada tiga perkara yang di sisi Allāh tidak
lebih berat timbangannya dari sayap seekor ‫إذا صاموا شهر رمضان وخرجوا إلى عيدهم‬
nyamuk. Pertama, shalat tanpa ketundukan
‫يقول اهلل تعالى للملائكة يا ملائكتي إن كل‬
dan kekhusyukan. Kedua, zikir dengan kelalaian,
karena Allāh Ta‘ālā takkan mengabulkan doa ‫عامل يطلب أجره وعبادي الذين صاموا‬
dari hati yang lalai. Dan ketiga, shalawat kepada
Nabi Saw. tanpa penghormatan.” ‫شهرهم وخرجوا إلى عيدهم يطلبون‬
‫ فينادي‬.‫ اشهدوا أني غفرت لهم‬،‫اجورهم‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. ‫ يا أمة محمد ارجعوا إلى منازلكم فقد‬:‫المنادي‬
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.643 ‫بدلت سيآتكم بالحسنات من فضل اهلل‬
“Apabila kaum muslim telah berpuasa
Ramaḍān dan keluar menuju Hari Raya, maka
h.n. 103.
642 Lihat. Muḥy al-Dīn ‘Aṭiyyah, Ṣalāḥ al-Dīn dan
Muḥammad Khayr Ramaḍān, Dalīl Mu’allafāt al-Ḥadīth, jil. 644 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitab Bad’ al-Wahy, Bāb (tanpa
1, hhn. 642. 584. judul, no. 1), h.n. l; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Imārah, Bāb
643 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 78. Qawluh Saw. Innamā al-A‘māl bi al-Niyyāt, h.n. 1907.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
185

Allāh Ta‘ālā berkata kepada para malaikat;


‘Wahai malaikat-malaikat-Ku, sesungguh­nya Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf, munkar dengan
setiap orang yang beramal, meminta pahala­ lafal ini.
nya. Dan hamba-hamba-Ku yang telah berpuasa Riwayat al-Bayhaqī sangat ḍa‘īf, sebab pada
di bulan Ramaḍān, lalu berangkat menuju Hari sanadnya terdapat Muḥammad al-Azdī yang
Raya, meminta pahala mereka. Maka saksi­kan­ dituduh Ibn Ma‘īn sebagai pendusta, dan disifati
lah, sesungguhnya Allāh bernar-benar telah oleh al-Bukhārī, Muslim dan al-Nasā’ī sebagai
meng­ampuni mereka.’ Maka dikumandang­kan­ perawi yang ditinggalkan periwayatan­nya
lah suatu seruan, ‘Wahai umat Muḥammad, (matrūk). Juga terdapat Aṣram bin Hawshab yang
kem­bali­lah kamu sekalian ke rumahmu! Se­sung­ disifati al-Azdī sebagai ditinggalkan (matrūk).647
guh­nya kesalahan-kesalahanmu telah diganti Sedang­kan lafal yang disebutkan al-Khūbawī,
dengan kebaikan-kebaikan, karena karunia Allāh setinggi-tingginya dapat dikatakan sangat ḍa‘īf,
Ta‘ālā.’” dengan tidak menutup kemungkinan ia palsu.

Takhrīj Hadis: Hadis 264


Hadis dengan lafal yang disebutkan oleh
al-Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn tanpa ‫إذا كان يوم الفطر وخرج الناس إلى المصلى‬
menyebutkan sanad. al-Khūbawī mengutipnya
dari kitab Zubdah al-Wā‘iẓīn.645 Makna Hadis ini ‫ يا عبادي‬:‫وسجدوا لربهم يقول اهلل تعالى‬
diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam Faḍa’il al-
‫ فقوموا مغفورا لكم ما‬،‫لي صمتم ولي أفطرتم‬
Awqāt dari Anas melalui Muḥammad bin ‘Abd
al-‘Azīz al-Azdī dan Aṣram bin Hawshab dengan .‫تقدم من ذنوبكم وما تأخر‬
lafal,
“Apabila tiba hari Idul Fitri, dan orang-orang
‫فإذا كان يوم عيدهم (يعني فطرهم) باهى‬ berangkat menuju tempat shalat, lalu bersujud
kepada Tuhan mereka, maka Allāh Ta‘ālā
‫بهم ملائكته قال يا ملائكتى ما جزاء أجير‬ berfirman, ‘Wahai hamba-hamba-Ku, untuk-
Ku kamu sekalian berbuka, dan untuk-Ku kamu
.‫ ربنا جزاؤه أن يوفى أجره‬:‫وفى عمله؟ قالوا‬
sekalian shalat. Maka bangkitlah kamu sekalian
‫ ملائكتي عبيدي وإمائي قضوا فريضتي‬:‫قال‬ dalam keadaan telah diampuni dosa-dosamu
yang lalu maupun yang akan datang!”
،‫ ثم خرجوا يعجون إلي بالدعاء‬،‫عليهم‬
Takhrīj Hadis:
‫وعزتي وجلالي وكرمي وعلوي وارتفاع مكاني‬
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
،‫ ارجعوا فقد غفرت لكم‬:‫ فيقول‬،‫لأجيبنهم‬ al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.648
‫ فيرجعون‬:‫ قال‬.‫وبدلت سيآتكم حسنات‬
646
.‫مغفورا لهم‬ 155.
647 Lih. biografi Muḥammad al-Azdī dan Aṣram
dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 272, dan jil.
645 al-Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 329, hl 4, hlm. 7-1; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil.1, hlm. 461, dan jil.
472; al-Khūbawī Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 80. 5, hlm. 438.
646 al-Bayhaqī, Faḍā’il al-Awqāt, hlm. 318-319, h.n. 648 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 80.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
186

Shawāl
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf, munkar dengan
Hadis dari no 266 sampai no 274
lafal ini.
Hadis ini hampir sama dengan Hadis sebelum
ini (ke 263) Hadis 266
‫من صلى علي يوم الجمعة مائة مرة جاء يوم‬
Hadis 265
‫القيامة ومعه نور لو قسم ذلك النور بين الخلانق‬
‫اجتهدوا يوم الفطر قي الصدقة وأعمال الخير‬
.‫كلهم لوسعهم‬
‫ واكثروا التسبيح‬،‫والبر من الصلاة والزكاة‬
“Siapa bershalawat kepadaku seratus kali
‫والتهليل فإنه اليوم الذي يغفر اهلل فيه ذنوبكم‬ pada hari Jum’at, maka ia akan datang pada
Hari Kiamat dan bersamanya sebuah cahaya
‫ويستجيب دعاءكم وينظر إليكم بالرحمة‬ yang jika cahaya itu dibagikan diantara makhluk
.‫والمغفرة‬ seluruhnya niscaya akan merata untuk mereka.”

“Bersungguh-sungguhlah kamu sekalian Takhrīj Hadis:


pada hari Idul Fitri dalam bersedekah dan Hadis ini sama dengan Hadis ke 4.
melakukan amal-amal kebaikan dan kebagusan
berupa shalat dan zakat, dan perbanyaklah Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
tasbih dan tahlil! Karena hari itu adalah hari
di mana Allāh mengampuni dosa-dosamu dan
Hadis 267
mengabulkan doamu, serta memandang kalian
dengan penuh kasih dan ampunan.” .‫من صلى علي مرة فلا ذنب له ذرة ولاحبة‬
Takhrīj Hadis: “Siapa bershalawat kepadaku satu kali,
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. maka ia tidak mempunyai dosa lagi barang satu
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- zarah maupun satu biji.”
Wā‘iẓīn.649
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Hadis ini belum ditemukan perawinya. Ia
Hadis ini dihukumi palsu, karena dua sebab. ditemukan dalam beberapa kitab Shī‘ah, di­
Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab-kitab antara­nya disebutkan oleh al-Shabzawarī dalam
yang mu‘tabar. Kedua, ia dikutip dari kitab yang Jāmi‘ al-Akhbār tanpa menyebutkan sanad mau­
tidak mu‘tabar, yaitu Zubdah al-Wā‘iẓīn. pun perawinya, termasuk perawi sahabat. al-
Majlīsī mengutipnya dalam Biḥār al-Anwār dari
Jāmi‘ al-Akhbār.650

Bab 20
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Kelebihan Puasa Enam Hari
650 al-Sabazawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 153, h.n.
649 Ibid. 345; al-Majlisī, Biḥār al-Anwār, jil. 91, hlm. 63.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
187

Hadis ini dihukumi palsu, karena ia hanya


.‫ويرفع درجاته‬
disebutkan dalam kitab yang tidak mu‘tabar dan
tanpa menyebutkan sanad. Selain itu, al-Sakhāwī “Sesungguhnya Allāh menciptakan langit
menyebutkan Hadis yang maksudnya sama dan bumi selama enam hari di bulan Shawāl.
dengan lafal, Maka, siapa berpuasa selama enam hari itu, Allāh
Ta‘ālā menetapkan baginya kebaikan se­banyak
‫من صلى علي صلاة واحدة أمر اهلل حافظيه أو‬ tiap-tiap makhluk diantara makhluk-makhluk-
. ‫لا يكتبا عليه ذنبا ثلاثة أيام‬ Nya, dan dihapuskan darinya kesalahan-
kesalahannya, dan Dia angkat derajatnya.”
Dalam riwayat lain,
Takhrīj Hadis:
‫من صلى علي صلاة واحدة لم يلج النار حتى‬ Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
‫يعود اللبن في الضرع‬ al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.653
Beliau berkata bahwa ke-thabat-annya perlu
dikaji (fī thubūtih naẓar).651 Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dihukumi palsu, karena beberapa
Hadis 268 sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam
sumber rujukan yang mu‘tabar. Kedua, ketika
‫ كان‬،‫من صام رمضان تم أتبعه ستا من شوال‬ para ulama membahas mengenai keutamaan
puasa Shawāl, tidak ada seorang pun yang men­
.‫كصيام الدهر‬
jelas­kan adanya Hadis ini. Ini menunjukkan
“Sapa puasa bulan Ramaḍān, kemudian ia bahwa ia tidak mempunyai asal. Ketiga, pahala
lanjutkan enam hari dari bulan Shawāl, maka yang dijanjikan terlalu besar untuk amalan yang
seolah-olah ia berpuasa satu tahun penuh.” sederhana.

Takhrīj Hadis: Hadis 270


Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Ayyub.652 ‫إن للميت ستمائة عضو على كل عضو من‬

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


‫ فإنه موضع‬،‫أعضاته ألف فم إلا على القلب‬
‫ هون اهلل عليه‬،‫ فمن صام هذه الستة‬،‫المعرفة‬
Hadis 269
‫سكرات الموت كشرب الماء البارد للعطشان‬
‫إن اهلل خلق السماوات والأرض في ستة أيام‬
“Sesungguhnya orang mati itu mempunyai
‫ فمن صام تلك الستةكتب اهلل تعالى‬،‫من شوال‬ enam ratus anggota. Pada tiap-tiap anggota
di antara anggota-anggota tubuhnya terdapat
‫له بعدد كل خلق حسنة ويمحو عنه سيئاته‬ satu mulut, selain pada hati. Karena hati itu
tempatnya makrifat. Maka siapa berpuasa
651 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 178.
652 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣiyām, Bāb Istiḥbāb
Ṣawm Sittah Ayyām min Shawwāl, h.n. 1161. 653 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 81.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
188

enam hari ini, Allāh akan memudahkan baginya


sakaratul maut bagaikan meminum air yang Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
sejuk bagi orang yang kehausan.” Dalam sanad Hadis ini terdapat Baqiyyah
bin Walīd. Beliau dikenali sebagai perawi yang
Takhrīj Hadis: mudallis. Dalam sanad ini riwayat beliau dari
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. gurunya menggunakan lafal ‘an atau yang dikenal
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Durrah al- dengan istilah mu‘an‘an. Seperti yang dijelaskan
Wā‘iẓīn.654 ulama, jika riwayat beliau seperti ini, maka
riwayatnya ḍa‘īf. Jadi Hadis yang ditemukan
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu diriwayatkan oleh al-Bayhaqī adalah ḍa‘īf.
Hadis ini tidak ditemukan di berbagai kitab.
Ketika para ulama menyebutkan Hadis mengenai Hadis 272
kelebihan puasa Shawāl, tidak ada seorang pun
ulama yang menyebutkan atau menjelaskan ‫من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال خرج‬
adanya Hadis ini. Ini menunjukkan bahwa Hadis
ini tidak dikenali dalam sumber-sumber rujukan .‫من ذنوبه كيوم ولدته أمه‬
yang mu‘tabar. Karena itu, ia dapat dihukumi “Siapa berpuasa Ramaḍān, kemudian ia
palsu. lanjutkan puasanya enam hari di bulan Shawāl,
maka ia keluar darinya dosa-dosa bagaikan saat
Hadis 271 dilahirkan ibunya.”

.‫الصائم بعد رمضان كالكار بعد الفرار‬ Takhrīj Hadis:


“Orang yang berpuasa sesudah Ramaḍān al-Haythamī menjelaskan bahwa Hadis
seperti orang yang kembali menyerang setelah dengan lafal seperti ini diriwayatkan oleh al-
lari.” Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ dari Ibn ‘Umar.656

Takhrīj Hadis: Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam al-Mundhirī menyebutkan Hadis ini dalam
Shu‘ab al-iman dari Ibn ‘Abbās dengan sanad al-Targhīb dengan lafal (ruwiya). al-Haythamī
sebagai berikut, mengatakan bahwa dalam sanad al-Ṭabarānī
terdapat Maslamah bin ‘Ulā al-Khushanī yang
‫أخبرنا على بن أحمد بن عبدان أنا أحمد بن‬ dinilai ḍa‘īf.657 Maslamah bin ‘Ulā, menurut al-
Bukhārī, munkar al-ḥadīth. Menurut pendapat
‫عبيد الصفار نا أبو إسماعيل الترمذي نا بقية‬ al-Nasā’ī, ia ditinggalkan (matrūk). Sedangkan
Ibn ‘Adiy mengatakan, Hadis-hadisnya, umumnya
‫بن الوليد عن إسماعيل بن بشر عن عكرمة عن‬
tidak terjaga (ghair maḥfūẓ). Sedangkan menurut
‫ابن عباس مرفوعا‬
655 ‘Umar bin Ṣubḥ, ia pendusta. al-Dhahabī me­
nyifati­nya pereka (wāhin). Jadi riwayatnya sangat

654 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 81. 656 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 187.
655 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 349, h.n. 657 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 2, hlm. 111; al-
3737. Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 187.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
189

ḍa‘īf. Maka Hadis inipun sangat ḍa‘īf. Allāh adalah ḍa‘īf.661


al-Suyūṭī menambahkan bahwa Hadis ini
Hadis 273 juga diriwayatkan sebagai sabda Nabi ‘Īsā (a.s)
dengan lafal,
‫لا ترد السائل ولو كان على فرس‬
‫الا إن للسائل لحقا وإن أتاك على فرس مطوق‬
“Janganlah kamu menolak orang yang
meminta meskipun ia menunggang kuda.”
662
‫بالفضة‬

Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih
Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ dari
Hadis dengan riwayat dari Ḥusayn terdapat
al-Ḥusayn bin ‘Alī dan dari ‘Alī, juga dari Hirmīs.
Ya‘lā. Menurut Abū Ḥātim, ia tidak dikenali
Riwayat dari Ḥusayn bin ‘Alī diriwayatkan oleh
(majhūl), tetapi thiqah menurut pendapat Ibn
Abū Dāwud, Aḥmad dan al-Bayhaqī dalam al-
Ḥibbān. Riwayat dari ‘Alī terdapat seorang yang
Sunan dan al-Shu‘ab. Semuanya melalui Ya‘lā
tidak disebutkan namanya (mubham). Kedua
bin Abī Yaḥyā.658 Riwayat dari ‘Alī diriwayatkan
jenis riwayat ini termasuk ḍa‘īf. Begitu pula
oleh Abū Dāwud, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab
dengan riwayat yang mursal. Sedangkan riwayat
dan al-Sunan, melalui seorang perawi yang tidak
dari Hirmīs, seperti dikatakan oleh al-Haythamī,
disebutkan namanya (mubham).659
dalam sanad-nya terdapat ‘Uthmān bin Fāyiḍ
Sedangkan riwayat dari al-Hirmīs, seperti
yang dinilai ḍa‘īf. Menurut al-Bukhārī terdapat
dikatakan oleh al-Haythamī, diriwayatkan oleh
kritikan terhadap dirinya (fīh naẓar). Ibn Ma‘īn
al-Ṭabarānī dalam ketiga Mu‘jam-nya melalui
berpendapat lays bi shay’. Ibn ‘Adiy mengatakan
‘Uthmān bin Fāyiḍ.660 Hadis ini juga telah
mayoritas yang diriwayatkannya tidak terjaga
diriwayatkan secara mursal oleh Mālik dan ‘Abd
(ghayr mahfūẓ). Ibn Ḥajar menyifatinya ḍa‘īf.663
al-Razzāq dari Zayd bin Aslam dengan lafal,
al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ. Abū
.‫اعطوا السائل وإن جاء على فرس‬ Dāwud, seperti yang ditegaskan oleh al-‘Irāqi,>
tidak memberikan pendapatnya terhadap
Ia telah diriwayatkan secara bersambung Hadis ini (sakata ‘anh). Ini menunjukkan bahwa
oleh Ibn ‘Adiy melalui ‘Abd Allāh bin Zayd bin Hadis ini ṣaḥīḥ/ḥasan. al-‘Alā’ī menghukumi
Aslam dari bapaknya dari Abū Ṣāliḥ dari Abu ḥasan. al-Sakhāwī, al-Suyūṭī dan al-Zabīdī telah
Hurayrah. al-Sakhāwī mengingatkan bahwa ‘Abd menyebutkan beberapa jalur dan shawāhid Hadis

661 Mālik, al-Muwaṭṭa’, Kitāb al-Jāmi‘, Bab al-Targhīb


658 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakah, Bāb Ḥaq al- ‘alā al-Ṣadaqah, h.n. 1829; ‘Abd al- Razzāq, al-Muṣannaf, jil.
Sā’il, h.n. 1665; Aḥmad, Musnad, jil. 1. hlm. 201; al-Bayhaqī, 11, hlm. 93, h.n. 20017; lbn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 4, hlm. 187,
Sunan, Kitāb al-Ṣadaqāt, Bāb Lā Waqt Fīmā Ya’tī al-Fuqarā’ al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 338, h.n. 883.
wa al-Masākīn; al- Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 227, 662 al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah, hlm. 250, h.n.
h.n. 3397. 340.
659 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakah, Bāb Ḥaq al- 663 Lihat biografi Ya‘lā bin Abī Yaḥyā dalam al-Rāzī,
Sā’il, h.n. 1666; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 201; al-Bayhaqī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 9, hlm. 303; al-Dhahabī, Mīzān al-
Sunan, Kitāb al-Ṣadaqāt, Bāb Lā Waqt Fīmā Ya’tī al-Fuqarā’ I‘tidāl jil. 4, hlm. 458; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.
wa al-Masākīn; al- Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 227, 610; biografi ‘Uthmān bin Fāyiḍ dalam al-Dhahabī, Mīzān
h.n. 3397. al-I‘tidāl, jil. 3, Lih. 51-52; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.
660 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 101. 386.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
190

ini.664 Ini menunjukkan bahwa sekalipun sanad- Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ


sanad tersebut pada dasarnya ḍa‘īf, namun
ia bisa menguatkan satu sama lain, sehingga
mengangkat derajat Hadis ini menjadi ḥasan li- Bab 21
ghayrih. Sekalipun Hadis ini telah dihukumi palsu
oleh al-Qazwīnī, seperti dikutip oleh al-Shawkānī, Kelebihan Berdoa dengan Suara
begitu pula oleh Aḥmad seperti dikatakan oleh Lantang dan Suara Lirih
Ibn Ṣalāḥ, namun dinafikan oleh al-Sakhāwī.665 Hadis dari no 275 sampai no 284

Hadis 274 Hadis 275


‫إذا أحسن أحدكم إسلامه فكل حسنة يعملها‬ ‫ وحسب‬،‫سيكون قوم يعتدون في الدعاء‬
‫ وكل‬،‫تكتب بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف‬ ‫المرء أن يقول مهللا إني أسألك الجنة وما قرب‬
‫سيئة يعملهىا تكتب بمثلها حتى يلقى اهلل عز‬ ‫ وأعوذ بك من النار وما‬،‫إليها من قول أو عمل‬
.‫وجل‬ ‫قرب إليها من قول او عمل ثم قرأ (إنه لا يحب‬
“Apabila seseorang dari kamu sekalian 667
)‫المعتدين‬
melaksanakan keislamannya dengan baik, maka
kebaikan apapun yang ia lakukan dicatat sepuluh “Akan ada suatu kaum yang berlebihan dalam
kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat. Sedang berdoa, padahal cukuplah orang itu berkata,
setiap keburukan yang ia lakukan hanya ditulis ‘Ya Allāh, sesungguluya aku memohon kepada-
semisalnya saja, sampai ia bertemu dengan Mu surga dan apa saja yang mendekatkan
Allāh Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.” kepadanya berupa perkataan atau perbuatan.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan
Takhrīj Hadis: apa saja yang mendekatkan kepadanya, berupa
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan perkataan atau perbuatan.” Selanjutnya Nabi
Muslim dari Abū Hurayrah, dan lafal ini adalah membaca, ‘Sesungguhnya Allāh tidak menyukai
lafal Muslim.666 orang-orang yang melampaui batas.’”

Takhrīj Hadis:
664 Khalīl bin Kaykaldī, al-Naqd al-Ṣaḥīḥ limā Hadis ini diriwayatkan dari dua orang
I‘taraḍa ‘Alayh min Aḥadīth al-Maṣābīḥ, Dār al-Imām sahabat, Sa‘ad dan ‘Abd Allāh bin Mughaffal.
Muslim, Bayrūt, 1990, hlm. 56-60; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid Hadis Sa‘ad telah diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
al-Ḥasanah, hlm. 337-338, h.n. 883; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
Saghīr, jil. 2, hlm. 358; al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah,
Aḥmad dan Abū Ya‘lā. Semuanya melalui Ibn
hlm. 351, h.n. 3340; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, ‘Abāyah dari mawlā (pembantu) Sa‘ad. Lafal
jil.302. hlm. 302. yang disebutkan di atas adalah lafal riwayat Sa‘ad
665 al-Shawkānī, al-Fawā’id, hlm. 65; al-Zabīdī, Ittiḥāf
dengan kisah bahwa beliau mendengar anaknya
al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm. 302.
666 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Ḥusn berdoa,
Islām al-Mar’i, h.n. 42; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb
Idhā Hamma al-‘Abd Bilḥasanah Kutib wa Idhā Hamma
Bisayyi’ah Lam Yuktab, h.n. 129. 667 al-Qur’ān, al-Baqarah 2: 190.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
191

ini ṣaḥīḥ, namun ditolak oleh al-Munāwī. Akan


‫مهللا إني أسالك الجنة ونعيمها واستبرقها‬
tetapi, riwayat ‘Abd Allāh bin Mughaffal ini ṣaḥīḥ
‫(ونحوا من هذا) ونعوذ بك من النار وسلاسلها‬ seperti yang dihukumi Ibn Ḥajar.670 Jadi Hadis
riwayat Sa‘ad dapat dihukumi ḥasan lighayrih
‫واغلالها‬ dengan shāhid ṣaḥīḥ yang diriwayatkan oleh Ibn
Mughaffal.
Lalu beliau berkata,

‫ تعوذت باهلل من شر‬،‫لقد سألت خيرا كثيرا‬ Hadis 276


‫ وإني سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه‬،‫كثير‬ ‫أن رسول اهلل كان يستفتح بصعاليك‬
… ‫وسلم يقول إنه سيكون قوم‬ .‫المهاجرين‬
Hadis selengkapnya seperti disebut di atas.668 “Sesungguhnya Rasūllullāh Saw. memohon
Hadis Ibn Mughaffal diriwayatkan oleh Abū dibukakan kemenangan atas orang-orang kafir,
Dāwud, Ibn Mājah, Ibn Ḥibbān, ‘Abd bin Ḥumayd dengan orang-orang Muhājirīn yang melarat.”
dan al-Ḥākim. Lafal riwayat Ibn Mughaffal adalah
seperti berikut, Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dan
‫إن ابن مغفل سمع ابنه يقول مهللا إني أسألك‬
al-Baghawī dari Umayyah bin Khālid bin ‘Abd
‫القصر الأبيض عن يمين الجنة إذا دخلتها‬ Allāh secara mursal.671

،‫ سل الجنة وتعوذ به من النار‬،‫ أي بني‬:‫فقال‬ Hukum Hadis: Mursal, ḍa‘īf.


al-Haythami mengatakan bahwa al-Ṭabarānī
‫فإني سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
meriwayatkannya dengan dua sanad. Sanad
‫ إنه سيكون في هذه الأمة قوم يعتدون‬:‫يقول‬ pertama perawi-perawinya ṣaḥīḥ. Sedangkan
al-Mundhirī mengatakan bahwa perawi dalam
669
‫فى الطهور والدعاء‬ sanad al-Ṭabarānī ini ṣaḥīḥ, tetapi mursal.672
Karena itu, hukum Hadis ini ḍa‘īf.

Hukum Hadis: Ḥasan lighayrih


Riwayat dari Sa‘ad adalah ḍa‘īf, sebab Hadis 277
seorang perawinya, yaitu mawlā Sa‘ad, tidak
‫ وبعدل‬،‫ بعلم العلماء‬:‫قوام الدنيا بأربعة أشياء‬
dikenali (majhūl). al-Suyūṭī menghukumi riwayat
.‫ وبدعاء الفقراء‬،‫ وبسخاوة الأغنياء‬،‫العمراء‬
668 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bab al-Du‘ā’,
h.n. 1480; Aḥmad, Musnad, jil, 1, hlm. 172; Abū Ya‘lā,
Musnad, jil. 2, hlm. 71, h.n. 715. 670 Ibn Ḥajar, Talkhīṣ al-Ḥabīr, jil. 1, hlm. 144, h.n.
669 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bab al-Du‘ā’, 194; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 34; al-Munāwī,
h.n. 1480; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Karāhiyah al-Fatḥ al-Samāwī, jil. 2, hlm. 636, h.n. 520.
al-I‘tida’ fī al-Du‘ā’, h.n. 3864; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al- 671 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 1, hlm. 292;
Tārīkh, Bāb Ikhbāruh Bimā Yakūn fī Ummatih min al-Fitan wa al-Baghawī. Sharḥ al-Sunnah, Kitāb al-Riqāq, Bāb Faḍl al-
al-Ḥawādith, h.n. 6725 dan 6726; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Faqr, h.n. 1062.
Kitāb al-Du‘ā’, Bāb al-I‘tidā’ fi al-Du‘ā’, jil. 1, hlm. 540; Abd 672 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil 10, hlm. 262;
Ḥumayd, al-Muntakhab, hlm. 180, h.n. 500. al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 4, hlm. 144.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
192

‫ ولو لا عدل‬،‫ولولا العلماء لهلك الجهلاء‬


Hukum Hadis: Ḥasan
‫الأمراء لأكل الناس بعضهم بعضا كما يأكل‬ al-Suyūṭī dan al-Tirmidhī dalam satu sanad
Hadis ini telah menilainya ḥasan.674
‫ ولو لا سخاوة الأغنياء لهلك‬،‫الذئب الغنم‬
‫ ولو لا دعاء الفقراء لخربت السماوات‬،‫الفقراء‬ Hadis 279

.‫والأرض‬ ‫اتقوا دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين اهلل‬


“Tegaknya dunia itu dengan empat perkara; ‫ يرفعها اهلل فوق الغمام ويفتح لها‬،‫حجاب‬
dengan ilmu para ulama, dengan keadilan para
pemimpin, dengan kedermawanan orang kaya
‫ابواب السماء ويقول الرب وعزتى لأنصرنك‬
dan dengan doa orang fakir. Sekiranya tidak ada .‫ولو بعد حين‬
ulama, niscaya binasalah orang-orang bodoh.
Sekiranya tidak ada keadilan para pemimpin, “Takutlah pada doa orang yang terzalimi,
niscaya manusia saling menerkam sesama karena sesungguhnya tidak ada penghalang
mereka, bagaikan serigala menerkam kambing. antara doanya dengan Allāh .Doa itu diangkat
Sekiranya tidak ada kedermawanan orang kaya, oleh Allāh di atas awan ,lalu Dia bukakan
niscaya binasalah orang-orang fakir. Sekiranya untuknya pintu-pintu langit seraya berkata‘ ;Demi
bukan karena doanya orang-orang fakir, niscaya kemuliaan-Ku !Sungguh Aku akan menolongmu
robohlah langit dan bumi.” meskipun setelah sekian lama”.

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis ini sama dengan Hadis ke-61. Hadis dengan lafal seperti ini diriwayatkan
oleh al-Ṭabarānī, dan juga oleh al-Diyā’, al-
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Kharā’iṭī dalam Masāwī al-Akhlāq dan Ibn Abī
‘Aṣim seperti yang disebutkan oleh al-Munāwī.
Semuanya dari Khuzaymah bin Thābit melalui
Hadis 278
Sa‘ad bin ‘Abd al-Ḥamīd.675
‫ثلاثة دعوات مستجابة لا شك فيهن دعوة‬
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih
.‫ ودعوة المظلوم‬،‫ ودعوة المسافر‬،‫الوالد لولده‬ al-Suyūṭī menyebutkan Hadis ini tanpa
menyebutkan pendapat hukumnya. Beliau hanya
“Ada tiga doa yang mustajab dan tidak
menjelaskan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh
diragukan lagi; doa orang tua untuk anaknya,
doa orang yang sedang bepergian, dan doa
orang yang terzalimi.”
Bidhahr al-Ghāyib, h.n. 274; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Birr
wa al-Ṣilah, Bāb Mā Jā’a fī Da‘awāt al-Wālidayn, h.n. 1905;
Takhrīj Hadis: Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Da‘awāt al-Wālid wa
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al- al-Maẓlūm, h.n. 3862.
Tirmidhī dan Ibn Mājah dari Abū Hurayrah.673 674 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 467; al-
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3,hlm. 317.
675 al-Ṭabarānī, Mu‘jam al-Kabīr, jil. 4. hlm. 84. h.n
673 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Salāh, Bāb al-Du‘ā’ 3718, al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr. jil. 1. hlm. 141-142.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
193

al-Ṭabarānī dan al-Diyā’ dari Khuzaymah bin Takhrīj Hadis:


Thābit. al-Haythamī mengatakan bahwa di dalam Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan
sanadnya terdapat perawi yang beliau tidak al-Ḥākim. Keduanya dari Abū Hurayrah melalui
kenal. al-Munāwī menjelaskan bahwa Sa‘ad bin Ṣāliḥ al-Murrī dengan lafal;
‘Abd al-Ḥamīd disifati ḍa‘īf oleh Ibn Ḥibbān, al-
Dhahabī dan lainnya. Namun demikian, Hadis ‫ واعلموا أن‬،‫ادعوا اهلل وأنتم موقنون بالإجابة‬
ini mempunyai shawāhid yang kuat; antaranya 678
‫اهلل لا يقبل الدعاء من قلب غافل‬
seperti yang diriwayatkan oleh Aḥmad dan Ibn
Ḥibbān dari Abū Hurayrah dengan lafal,
Hukum Hadis: Sangatḍa‘īf.
‫دعوة المظلوم تحمل على الغمام وتفتح لها‬ al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini gharīb.
Tidak diketahui kecuali melalui jalan ini. al-
‫أبواب السموات ويقول اهلل تعالى وعزتي‬
Ḥākim mengatakan bahwa Hadis ini sanadnya
676
‫لأنصرنك ولو بعد حين‬ lurus (mustaqīm al-isnād). Namun al-Dhahabī
tidak menyetujuinya. Beliau mengingatkan
Selain itu, penggalan pertama Hadis ini telah bahwa Ṣāliḥ di atas itu ditinggalkan (matrūk). al-
diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan lain- Suyūṭī menyebutkan Hadis ini dalam al-Jāmi‘ al-
lainnya dari Ibn ‘Abbās dengan lafal, Ṣaghīr tanpa memberikan pendapat hukumnya.679
‫اتقوا دعوة المظلوم فإنه ليس بينه وبين اهلل‬ Ṣāliḥ adalah Ibn Bushayr bin Wādi‘ yang
dikenal dengan al-Murrī, seorang tukang cerita
677
‫حجاب‬ (al-qaṣṣāṣ). Menurut Ibn al-Madīnī, ia ḍa‘īf.
Mengikuti pendapat Aḥmad, ia tidak mengenal
Kesimpulannya, meskipun sanad asalnya
Hadis. al-Bukhārī mensifatinya munkar al-ḥadīth.
ḍa‘īf, namun karena shawāhid-nya kuat, maka
Menurut al-Nasā’ī ia ditinggalkan (matrūk). Ibn
Hadis ini bisa dihukumi ḥasan li-ghayrih.
‘Adiy berkata bahwa ia bukan seorang ahli Hadis
yang tidak sengaja berdusta (lā yata‘amad al-
Hadis 280 kadhib). Ibn Ḥibbān mengatakan bahwa yang
nampak pada riwayatnya adalah kepalsuan yang
‫اعلموا أن اهلل تعالى لا يقبل الدعاء من قلب‬ diriwayatkan dari perawi-perawi thabat.680
‫غافل‬ Melihat kredibilitas Ṣāliḥ seperti di atas,
maka riwayatnya sangat ḍa‘īf. Lebih-lebih lagi,
“Dan ketahuilah, bahwa Allāh Ta‘ālā takkan Hadis ini tidak diriwayatkan, kecuali melaluinya
menerima doa dari hati yang lalai.” seperti yang dikatakan oleh al-Tirmidhī. Jadi

678 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Jāmi‘


676 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 467; al-Du‘ā’. h.n. 3479: al-Ḥākim, al- Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’,
al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 317; al-Haythamī, Bāb Lā Yaqbal Allāh al-Du‘ā’ min Qalb Ghāfilīn, jil. 1, hlm.
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 152; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, 493.
Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 121; Aḥmad, Musnad, 679 Ibid; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 493; al-
jil. 2, hlm. 304; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 493. Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 43.
677 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb al-Ittiqā’ 680 al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 4, hlm. 396; Ibn
wa al-Ḥadhr min Da‘wah al-Maẓlūm, h.n. 2448; Muslim, Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 371-373; al-Mizzī, Tahdhīb
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bab al-Du‘ā’ ilā al-Shahādatayn wa al-Kamāl, jil. 13, hlm. 16-22; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil.
Sharaf al-Islām. h.n. 19. 2, hlm. 289-290.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
194

Hadis ini sangat ḍa‘īf karena sebab di atas. Hadis 282


‫قال عمر رأيت رسول اهلل فإذا هو مضطجع‬
Hadis 281
‫على حصير وقد تأثر الحصير في جنبيه قلت‬
‫ما أخذ أحد لقمة من الدنيا الا وقد نقص اهلل‬
،‫يا رسول اهلل ادع اهلل فليوسع الدنيا عليك‬
‫تعالى حصته من الآخرة‬
“Tidak seorang pun yang mengambil
‫فإن ملوك فارس والروم قد وسع عليهم وهم‬
sesuap dari dunia, kecuali Allāh akan betul-betul ‫ فقال قد ادخر هذا لنا يا بن‬.‫لا يعبدون اهلل‬
nengambil bagiannya dari akhirat.”
‫ وهؤلاء قوم عجلت لهم طيباتهم في‬،‫الخطاب‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini belum dapat ditemukan ‫ وفي رواية أما ترضى أن تكون لهم الدنيا‬.‫الدنيا‬
sebagai Hadis marfū‘ dari Rasūlullāh Saw. Ibn Abī ‫ولنا الآخرة؟‬
al-Dunyā meriwayatkan Hadis dengan makna
yang sama seperti ini sebagai perkataan Ibn ‘Umar r.a. berkata, ‘Pernah saya melihat
‘Umar dengan lafal; Rasūllullāh Saw. berbaring di atas tikar,
sementara tikar itu membekas pada kedua
‫لايصيب عبد من الدنيا شيئا إلا نقص من‬ lambungnya.’ ‘Umar berkata ‘Ya Rasūlallāh,
berdoalah kepada Allāh agar Dia melapangkan
‫درجته عند اهلل عز وجل وإن كان عليه كريما‬
dunia untukmu. Karena raja-raja Persia dan
Juga sebagai perkataan al-Fuḍayl bin ‘Iyāḍ Romawi benar-benar mendapat kelapangan,
dengan lafal, padahal mereka tidak menyembah Allāh. Nabi
menjawab, ‘Sesungguhnya ini semua disimpan
‫لا يعطى أحد من الدنيا شيئا إلا نقص من‬ untuk kita, wahai Ibn al-Khaṭṭāb. Sedang mereka
itu kaum yang disegerakan kebaikannya di dunia.’
‫ ولا يعطى أحد من الدنيا إلا قبلها‬،‫آخرته مثله‬
Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Tidakkah
‫ فإن شئت ما استكثرت‬،‫بمثلها من الشغل‬ engkau rida mereka mendapat dunia, sedang
kita mendapat akhirat?’”
‫ وإن شئت فأقلل واهلل ما أخذ إلا من‬،‫منها‬
Takhrīj Hadis:
681
‫كيسك‬
Hadis ini potongan dari Hadis panjang yang
Hukum Hadis: Mawqūf dan maqṭū ‘ ḍa‘īf. diriwayatkan al-Bukhārī dan Muslim dari Ibn
Hadis riwayat dari Ibn ‘Umar ini mawqūf. ‘Abbās dari ‘Umar dengan lafal;
Sedangkan riwayat dari al-Fuḍayl maqṭū‘.
Keduanya bukan sabda Rasūlullāh Saw. ‫قال عمر يا رسول اهلل قال نعم فجلست فرعت‬
‫ فو اهلل ما رأيت فيه شيئا يرد‬.‫رأسي في البيت‬
‫ ادع اهلل يا رسول‬:‫ فقلت‬،‫البصر إلا أهبا ثلاثة‬
681 ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī
al-Dunyā, Dhamm al-Dunyā, Taḥ. Majdī al-Sayyid Ibrāhīm,
‫ فقد وسع على فارس‬.‫اهلل أن يوسع على أمتك‬
Maktabah al-Qur’ān, al-Qāhirah, t.th. hlm. 111, h.n. 309 dan
311.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
195

Takhrīj Hadis:
‫ فاستوى جالسا‬.‫والروم وهم لا يعبدون اهلل‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn
‫ أفي شك أنت يا ابن الخطاب؟ أولئك قوم‬:‫فقال‬ Mubārak, Ibn Sunnī, Ibn Abī al-Dunyā dalam al-
Shukūr dan al-Baghawī. Semuanya dari ‘Amru
:‫عجلت لهم طيباتهم في الحيات الدنيا فقلت‬ bin Shu‘ayb dari bapaknya dari datuknya, melalui
al-Muthannā bin al-Ṣabāh. al-Tirmidhī juga
‫استغفر لى يا رسول اهلل‬
meriwayatkan dari Suwayd bin Naṣr dari Ibn
Lafal yang disebutkan ini lafal Muslim. Lafal Mubārak dari al-Muthannā dari ‘Amru langsung
al-Bukhārī hanya berbeda sedikit. Sedangkan dari datuknya. Lafal mereka,
riwayat lain yaitu dengan lafal,
،‫خصلتان من كانتا فيه كتبه اهلل صابرا شاكرا‬
‫أما ترضى أن تكون لهم الدنيا ولنا الآخرة‬
.‫ومن لم يكونا فيه لم يكتبه اهلل شاكرا وصابرا‬
juga diriwayatkan oleh Muslim dalam bab
yang sama.682 ،‫من نظر في دينه إلى من هو فوقه فاقتدى به‬
‫ومن نظر في دنياه إلى من هو دونه فحمد اهلل على‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
،‫ما فضل اهلل به عليه كتب اهلل شاكرا صابرا‬
Hadis 283
‫ ونظر في‬،‫ومن نظر في دينه إلى من هو دونه‬
‫خصلتان من كانتا فيه كتب اهلل له شاكرا‬
‫دنياه إلى من هو فوقه فأسف على ما فاته منه لم‬
‫صابرا من نظر في دينه إلى من هو فوقه فاقتدى‬ 68
‫يكتبه منه لم يكتبه اهلل شاكرا ولا صابرا‬
‫ ومن نظر في دنياه إلى من هو دونه فحمد اهلل‬،‫به‬
.‫على ما تفضل به عليه‬ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
“Ada dua perkara, yang bila keduanya gharīb. al-Suyūṭī menghukuminya ḥasan. Akan
ada dalam diri seseorang, maka Allāh akan tetapi, al-Munāwī menolaknya dengan alasan
mencatatnya sebagai orang yang bersyukur bahwa dalam sanadnya terdapat al-Muthannā.
lagi bersabar; orang yang dalam hal agama ia Ia ḍa‘īf menurut Ibn Ma‘īn dan ditinggalkan
memandang pada orang lain yang lebih unggul (matrūk) mengikuti pendapat al-Nasā’ī.684
darinya, lalu mengikutinya, dan orang yang Melihat jalur Hadis ini, semuanya melalui al-
mengenai dunianya memandang pada orang
yang lebih rendah darinya lalu memuji Allāh atas 683 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
karunia yang Dia berikan kepadanya.” (tanpa judul, no. 58), h.n. 2512; Ibn al-Mubārak, al-Zuhd
(qism al-zawā’id), hlm. 50, h.n. 186; Ibn Sunnī, ‘Amal al-
Yawm, hlm. 293, 310; Ibn Abī al-Dunyā, al-Shukr, hlm. 77,
h.n. 200; al-Baghawī, Sharīf al-Sunnah, jil. 14, hlm. 293, h.n.
4102.
682 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb 684 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
al-Ghurfah al-‘Uliyyah al-Musharrifah wa Ghayr al- (tanpa judul. no. 58), h.n. 2512; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr,
Musharrifah, h.n. 2469, dan lih. 5191, Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb jil. 1, hlm. 467; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 317;
al-Ṭalāq, Bāb fī al-Ilā’ wa I‘tizāl al-Nisā’ wa Takhyīrihinn, h.n. lih. biografi al-Muthannā dalam Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
1479 dan selelahnya. hlm. 519.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
196

Muthannā. Ia, menurut Ibn Ḥajar, ḍa‘īf, lemah Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
ingatan (pikun) pada akhir hayatnya (ikhtalaṭa
bi ākhirah) dan ia seorang yang kuat ibadahnya. Hadis 286
Melihat kredibilitas ini, maka sanad ini ḍa‘īf.
Dengan begitu Hadis ini secara teks juga menjadi ‫إن في الجنة مائة درجة ما بين الدرجتين مائة‬
ḍa‘īf.
‫عام‬
“Sesunguhnya dalam surga ada seratus
Bab 22 tingkatan. Jarak antara dua tingkatan sejauh
Penjelasan Mengenai Iman perjalaan seratus tahun.”

Hadis dari no 284 sampai no 292 Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
Hadis 284 Aḥmad dan Abū al-Shaykh dalam Ṣifah al-Jannah.
Semuanya dari Abū Hurayrah.685
‫من صلى علي فيكتاب لم تزل الملائكة تستغفر‬
.‫له ما بقي اسمي في ذلك الكتاب‬ Hukum Hadis: Ḥasan
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
“Siapa menulis shalawat untukku dalam gharīb. Meskipun Hadis ini gharīb, ia mempunyai
sebuah tulisan, maka para malaikat senantiasa banyak shawāhid seperti yang diriwayatkan
memohonkan ampun untuknya selagi namaku sendiri oleh al-Tirmidhī maupun perawi lainnya
masih tercantum dalam tulisan itu.” seperti al-Nasā’ī.686

Takhrīj Hadis:
Hadis 287
Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke-
221. ‫إن في الجنة مائة درجة لو أن العالمين اجتمعوا‬

Hukum Hadis: Ḍa‘īf. .‫في احداهن لوسعتهم‬


“Sesungguhnya di dalam surga ada seratus
Hadis 285 tingkatan. Sekiranya seluruh alam ber­kumpul
pada salah satunya niscaya dapat me­nam­pung­
‫الصدقة تمنع سبعين نوعا من أنواع البلايا‬ nya.”
.‫أهونها البرص‬
Takhrīj Hadis:
“Sedekah itu mencegah tujuh puluh macam
bencana. Yang paling ringan di antaranya ialah
penyakit belang.” 685 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Jannah, Bāb
Ṣifah Darajāt al-Jannah, h.n. 2529; Aḥmad, Musnad, jil. 2,
hlm. 292, ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-Hayyān Abū Shaykh
Takhrīj Hadis:
al-Aṣbahānī, Ṣifah al-Jannah, Dār al-Fikr al-Lubnānī, Bayrūt,
Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke-92. 1991, hlm. 224, h.n. 93.
686 Lihat al-Suyūṭī, al-Budu}r al-Sāfirah, hlm. 388 dan
seterusnya.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
197

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dari


‫الذهب والفضة وخير لكم من أن تلقوا عدوكم‬
Abū Sa‘īd melalui Ibn Mājah dari Darrāj.687
‫وتضربون أعناقهم ويضربون أعناقكم؟ قالوا‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini gharīb. .‫ هو ذكر اهلل تعالى‬:‫بلى يا رسول اهلل قال‬
Begitu pula yang disebutkan al-Mubārkafūrī.
“Ketahuilah akan aku kabarkan kepadamu
Sedangkan al-Munāwī mengutip pendapat al-
tentang amalan yang terbaik dan paling suci di
Tirmidhī yang mengatakan bahwa Hadis ini
sisi Tuhanmu, tertinggi dalam derajatnya, lebih
ḥasan ṣaḥīḥ. al-Suyūṭī menghukuminya ḥasan.
baik bagimu dari menafkahkan emas dan perak,
al-Mubārkafūrī menguatkan Hadis dengan
dan lebih baik bagimu daripada menjumpai
mengambil pendapat ‘Alī al-Qārī bahwa Ibn
musuh dan memenggal leher mereka, dan
Ḥibbān meriwayatkannya dari jalan ini dan
mereka memenggal lehermu? Para sahabat
menilainya ṣaḥīḥ.688
menjawab, ‘Tentu, ya Rasūlallāh!’ Rasūlullāh
al-Albānī menguatkan pendapat al-Tirmidhī
bersabda, ‘Ialah zikir (mengingat) Allāh Ta‘ālā.’”
yang menghukumi Hadis ini gharīb dan penukilan
al-Munāwī salah. Alasan beliau, semua naskah
Takhrīj Hadis:
yang ada pada beliau mengutip pendapat al-
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, Ibn
Tirmidhī dengan gharīb. Sebab kedua, dalam
Mājah dan Aḥmad dari Abū al-Dardā’ secara
sanad ini terdapat Ibn Lahī‘ah dan Ruwwād.
marfū‘. Mālik juga meriwayatkannya dari Abū al-
Pendapat al-Mubārkafūrī yang menguatkan
Dardā’ secara mawqūf.691
Hadis ini dengan pendapat ‘Alī al-Qārī dalam al-
Mirqāt juga merupakan kesalahpahaman, lalu
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
beliau menghukumi Hadis ini ḍa‘īf.689 Penulis
Perawi pada sanad al-Tirmidhi ini thiqāt.
menguatkan Pendapat Hadis ini gharīb, sebab ia
al-Ḥākim menghukumi riwayatnya ṣaḥīḥ dan al-
tidak diriwayatkan kecuali melalui jalan ini, dan
Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī menghukumi
jalan ini ḍa‘īf , karena Ibn Lahi‘ah dan Ruwwād
Hadis ini ṣaḥīḥ. al-Munāwī dan al-Albānī
adalah ḍa‘īf. Jadi, Hadisnya ḍa‘īf.690
menyetujuinya.692

Hadis 288 Hadis 289


‫ألا أنبئكم بخير أعمالكم وأزكاها عند مليككم‬
691 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa
‫وأرفعها في درجاتكم وخير لكم من انفاق‬ judul no. 6). h.n. 3377; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb
Faḍl al-Dhikr, h.n. 3790; Aḥmad, Musnad, jil. 5, hlm. 193. al-
Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb ‘Amal Ādamy min
‘Amal Anjā lah min ‘Adhāb Allāh min Dhikr Allāh, jil. 1, hlm.
687 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Jannah, Bāb 496; Mālik, al-Muwaṭṭa’, Kitāb al-Nidā’ li al-Ṣalah, Bāb Mā
Ṣifah Darajāt al-Jannah, h.n. 2532. Jā’a fī Dhikr Allāh.
688 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 530; al- 692 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 442; al-Mubārkafūrī, ‘Amal Ādamy min ‘Amal Anjā lah min ‘Adhāb Alla<h min
Tuhfah al-Aḥwadhī, jil. 7, hlm. 238. Dhikr Allāh, jil. 1, hlm. 496; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm.
689 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Ḍa‘īfah, jil. 4, hlm. 496; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 391; al-Munāwī;
361, h.n. 1886. Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, hlm. 115-119, Muḥammad Nāṣir al-
690 Lihat biografi Ibn Lahī‘ah dan Ruwwād dalam Ibn Dīn al-Albānī, Ṣaḥīḥ Sunan Ibn Mājah, al-Maktab al-Islāmī,
Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 319 dan 211. Bayrūt, 1988. jil. 2. hlm. 316, h.n. 3057.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
198

Muslim dari Anas, di dalamnya terdapat kata-


‫لو وزن إيمان أبي بكر مع إيمان أمتي لرجح‬
kata,
‫إيمان أبي بكر‬
‫ فيقول انطلق‬،‫فأقول يا رب أمتى أمتى‬
“Sekiranya iman Abū Bakar ditimbang
dengan iman umatku, tentu iman Abū Bakarlah ‫فأخرج منها من كان في قلبه مثقال شعيرة من‬
yang lebih berat.” ‫ فانطلقت فآفعل ثم أعود فآحمده بتلك‬.‫إيمان‬
Takhrīj Hadis: ‫ يا رب‬:‫ قيقول‬.‫المحامد ثم آخر له ساجدا‬
Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang
kedudukan Hadis ini. Ia telah diriwayatkan secara ‫ انطلق فأخرج منها من كان في‬:‫ فيقول‬.‫أمتي‬
marfū‘ sebagai sabda Rasūlullāh Saw. oleh Ibn 695
‫قلبه مثقال ذرة أو خردلة من إيمان‬
‘Adiy dan al-Daylamī dari Ibn ‘Umar. Sedangkan
Ibn Rāhuwayh, al-Bayhaqī, ‘Abdullāh bin Aḥmad Dalam riwayat Abū Sa‘īd yang diriwayatkan
meriwayatkannya dari ‘Umar secara mawqūf oleh al-Bukhārī terdapat kata-kata,
sebagai perkataan beliau.693
‫ فمن وجدتم في قلبه‬،‫ اذهبوا‬:)‫فيقول (اهلل‬
Hukum Hadis: Mawqūf, ḍa‘īf. 696
‫مثقال ذرة من إيمان فأخرجوه‬
al-‘Irāqī, al-Sakhāwī, al-Suyūṭī mengatakan
bahwa sanad yang marfū‘ ini ḍa‘īf. Sedangkan
sanad yang mawqūf ini ṣaḥīḥ.694 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
ṣaḥīḥ.697
Hadis 290
‫يخرج من النار من كان في قلبه مثقال ذرة من‬ Hadis 291
.‫الإيمان‬ ‫الدال على الخير كفاعله‬
“Akan keluar dari neraka orang yang dalam “Orang yang menunjukkan kebaikan seperti
hatinya terdapat iman meski sebesar dharrah.” orang yang melakukannya.”

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis dengan lafal ini diriwayatkan oleh al- Hadis dengan lafal ini diriwayatkan oleh
Tirmidhī dari ‘Abd Sa‘īd. Ibn Ḥajar mengatakan
bahwa Hadis ini adalah makna yang terkandung
dalam Hadis al-Shafā‘ah. Maksud beliau adalah 695 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tawhīd, Bāb Kalām
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan al-Rabb ‘Azza wa Jalla Yawm al-Qiyāmah Ma‘a al-Anbiyā’
wa Ghayrihim, h.n. 751; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Adnā
Ahl al-Jannah Manzilah Fīhā, h.n. 193; al-Tirmidhī, Sunan,
693 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 4, hlm. 201; al-Daylamī, Kitāb Ṣifāt Jahannam, Bab Mā Jā’a Anna Linnār Nafsayn,
Firdaws al-Akhbār, jil. 3, hlm. 377, h.n. 5148; al-Bayhaqī; h.n. 2598.
Shu‘ab al-Īmān, jil. 1, hlm. 69, h.n. 36. 696 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tawhīd, Bāb Qawluh
694 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 75; al-Sakhāwī, Ta‘ālā (‫ )وجوه يومئذ نا�ض ة إىل ربــها ناظرة‬h.n. 7429.
al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 349; al-Suyūtī, al-Durar al- 697 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifāt Jahannam, Bab Mā
Mutanathirah, hlm. 356. Jā’a Anna Linnār Nafsayn, h.n. 2598.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
199

Aḥmad, Abū Nu‘aym, al-Bazzār, al-Khaṭīb dan al- oleh al-Bukhārī dan Muslim dengan lafal: ‫شع�ة‬
‫ي‬
Quḍā‘ī. Semuanya dari Abū Mas‘ud. al-Tirmidhī bukan ‫شعرة‬.700
meriwayatkannya dari Anas dengan lafal,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
‫إن الدال على الخير كفاعله‬
Muslim, Abū Dāwud dan al-Tirmidhī juga
meriwayatkannya dari Abū Mas‘ūd dengan lafal, Bab 23
698
‫من دل على خير فله مثل أجر فاعله‬ Balasan terhadap Mereka yang
Meninggalkan Perintah Allāh
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ Hadis dari no 293 sampai no 300
Hadis riwayat al-Bazzār dan al-Quḍā‘ī
dengan lafal seperti disebutkan dalam Durrah al- Hadis 293
Nāṣiḥīn, ini sanadnya sangat ḍa‘īf. Sebagaimana
yang dikatakan oleh al-‘Irāqī, al-Haythamī juga ‫أن رسول اهلل حاصر يهود بني قريظة احدى‬
menjelaskan ke-ḍa‘īf-an riwayat ini. Riwayat al-
‫ فسألوا الصلح ما صلح إخوانهم‬،‫عشر ليلة‬
Tirmidhī dari Anas juga ḍa‘īf. Beliau mengatakan
bahwa Hadis ini gharīb melalui jalan ini. Begitu ‫بني النضير على أن يسيروا إلى أذرعات وأريحا‬
pula yang dijelaskan oleh al-Bazzār. Namun,
riwayat Muslim dan lainnya yang juga dari Abū ‫ فأبى رسول اهلل إلا أن ينزلوا‬،‫من أراضي الشام‬
Mas‘ūd dengan lafal sedikit berbeda, seperti
‫على حكم سعد بن معاذ فأبوا وقالوا أرسل إلينا‬
yang dijelaskan, adalah ṣaḥīḥ. Jadi Hadis ini ṣaḥīḥ
dengan riwayat Muslim.699 ‫ وكان مناصحا لهم‬،‫أبا لبابة مروان بن المنذر‬

Hadis 292
‫ فبعثه إليهم فقالوا‬،‫لأن عياله وماله في أيديهم‬

‫يخرج من النار من كان في قلبه شعرة من‬ ‫له ماترى هل ننزل على حكم سعد؟ فأشار إلى‬

‫الإيمان‬ ‫ فما زالت قدماي‬:‫ قال أبو لبابة‬.‫حلقه أنه الذبح‬

“Akan keluar dari neraka orang yang dalam ،‫ فنزلت آية‬،‫حتى علمت أني خنت اهلل ورسوله‬
hatinya terdapat iman meski sehelai rambut.”
‫فسد نفسه على سارية من سواري المسجد‬
Takhrīj Hadis: ‫ لا واهلل لا أذوق طعاما ولا شرابا حتى‬:‫وقال‬
Hadis dengan lafal seperti ini adalah satu
dari riwayat Hadis al-Shafā‘ah, seperti yang telah ‫ فمكث سبعة أيام‬،‫أموت أو يتوب اهلل علي‬
dijelaskan pada Hadis ke 290. Ia diriwayatkan
:‫ فقيل له‬،‫ ثم تاب عليه‬،‫حتى خر مغشيا عليه‬

698 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 17, h.n. 622- 700 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tawhīd, Bāb Kalām al-
632. Rabb ‘Azza wa Jalla Yawm al-Qiyāmah Ma‘a al-Anbiyā’ wa
699 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 573; al- Ghayrihim, h.n. 751; Muslim, Sahih, Kitāb al-Īmān, Adnā Ahl
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. 536-537. al-Jannah Manzilah Fīhā, h.n. 193.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
200

lalu melepas Abū Lubābah dengan tangan­nya.


‫ لا واهلل لا‬:‫ فقال‬.‫قد تيب عليك فحل نفسك‬
Maka berkatalah Abū Lubābah, ‘Se­sung­guh­nya
.‫أحلها حتى يكون رسول اهلل هو الذي يحلني‬ di antara kesempurnaan taubatku, aku hendak
me­ninggalkan negeri kaumku di mana aku telah
‫ إن من تمام توبتي أن أهجر‬:‫فجاء له بيده فقال‬ me­laku­kan dosa, dan aku hendak me­lepas­kan
hartaku.’ Nabi Saw. bersabda, ‘Cukup­lah seper­
‫ وأن أخلع‬،‫دار قومي التي أصبت فيها الذنب‬ tiga bagimu.’”
.‫ يجزئك الثلث‬:‫من مالي فقال‬
Takhrīj Hadis:
“Rasūlullāh Saw. mengepung kaum Yahudi Hadis ini merupakan cerita dari dua kisah
Banī Qurayẓah selama dua puluh satu malam, berbeda yaitu perang Banī Qurayẓah dan cerita
maka mereka meminta damai, seperti yang taubatnya Abū Lubābah setelah perang Tabūk.
telah dilakukan Nabi terhadap saudara-saudara Diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzāq, al-Bayhaqī
mereka, Banī Naḍīr, dengan syarat mereka boleh dalam al-Dalā’il, Ibn Isḥāq dalam al-Maghāzī, Ibn
pergi menuju Adzri‘āt dan Ari}ḥā’, yang masih Hishām, dalam al-Sīrah, dan seperti diisyaratkan
termasuk wilayah Shām. Namun Nabi Saw. al-Suyūṭī dan al-Munāwī, juga diriwayatkan oleh
menolak, kecuali mereka mau tunduk kepada Ibn Jarīr, Ibn Mundhir, Ibn Abī Ḥātim dalam tafsir-
keputusan Sa‘ad bin Mu‘ādz. Ternyata mereka tafsir mereka. Juga oleh Sa‘īd bin Manṣūr dan
pun menolak, dan mengatakan, ‘Kirimkan Abū al-Shaykh.701
kepada kami Abū Lubābah Marwān bin Mundhir.’
Ia memang orang yang menasihati mereka, Hukum Hadis: Ḥasan li- ghayrih
karena keluargarnya dan hartanya ada di tangan Sanad Hadis ini secara menyendiri adalah
mereka. Nabi pun mengirimnya pada mereka. ḍa‘īf. Namun ia menjadi ḥasan lighayrih dengan
Maka ber­kata­lah mereka kepadanya, ‘Bagaimana beberapa shawāhid yang saling menguatkan.
pen­dapat­mu, apakah kami harus tunduk kepada Diantara shawāhid-nya adalah yang diisyaratkan
keputusan Sa‘ad?’ Maka Abū Lubābah menunjuk oleh al-Suyūṭī sebagai riwayat Ibn Jarīr, Ibn
ke arah lehernya, yang maksudnya pembantaian. Mundhir, Ibn Abī Ḥātim, Ibn Mardiwayh dan al-
Abū Lubābah berkata, ‘Kedua telapak kakiku Bayahaqī dalam al-Dalā’il dari Ibn ‘Abbās dalam
belum lagi bergeser, sehingga aku pun sadar, menafsirkan firman Allāh Swt.,
bahwa aku telah berkhianat kepada Allāh dan
Rasul-Nya.’ Maka, turunlah ayat ini, lalu Abū ‫وآخرون اعترفوا بذنوبهم خلطوا عملا صالحا‬
Lubābah mengikat dirinya pada salah satu pagar
masjid, seraya berkata, ‘Demi Allāh, aku takkan
702
‫وأخر سيئا‬
mengecap makanan dan minuman sampai mati, Beliau berkata,
atau Allāh menerima taubatku. Maka, tinggallah
Abū Lubābah di sana selama tujuh hari, sampai
tersungkur, tidak sadarkan diri. Kemudian Allāh 701 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jil. 5, hlm. 406-410,
h.n. 9745, al-Bayhaqī, Dalāil al-Nubuwwah, jil. 4, hlm. 13-17;
mene­rima taubatnya. Maka ditegurlah ia, ‘Se­
Muḥammad bin ‘Umar bin Wāqid al-Wāqidī, al-Maghāzī,
sung­guh­nya taubatmu telah diterima. Lepas­kan Muassasah al-Ālamī li al-Maṭbū‘at, Bayrūt, t.th. jil 2, hlm.
dirimu!’ Namun jawabnya, ‘Tidak! Demi Allāh 505; Ibn Hishām, al-Sīrah, jil. 3, hlm. 247-251; al-Suyūṭī, al-
aku takkan melepas sampai Rasūlullāh sen­diri Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 488-489; al-Munāwī, al-Fatḥ al-
Samāwī, jil. 2, hlm. 654, h.n. 538.
yang melepas aku.’ Maka datanglah Beliau Saw., 702 al-Qur’ān, al-Tawbah 9: 102.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
201

‫كانوا عشرة رهط تخلفوا عن رسول اهلل في‬ 705


‫أوصيكم بتقوى اهلل‬
‫ فلما حضر رجوع رسول اهلل‬،‫غزوة تبوك‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
،‫أوثق سبعة مذهم أنفسهم بسواري المسجد‬ al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
ṣaḥīḥ. al-Ḥākim, al-Dhahabī dan Ibn Ḥajar
.‫وكان ممر النبي إذا رجع من المسجد عليهم‬
menghukuminya ṣaḥīḥ.706
.‫فلما رآهم قال من هؤلاء الموثقون أنفسهم‬
Hadis 295
‫ هذا أبو لبابة وأصحاب له تخلفوا عنك‬:‫قالوا‬
‫ليأتي على الناس زمان تخلق سنتي فيه كما‬
703
... ‫يا رسول اهلل‬
al-Suyūṭī juga menyebutkan Hadis yang
،‫ وتحدث البدعة‬،‫يخلق الثوب على الأبدان‬
diriwayatkan oleh Abū al-Shaykh, Ibn Mandah, ‫ وبقى‬،‫فمن اتبع سنتي يومئذ صار غريبا‬
Abū Nu‘aym dalam al-Ma‘rifah dan Ibn ‘Asākir
dengan sanad yang kuat dari Jābir, ‫واحدا من اتباع بدعة الناس وجد خمسين‬
‫كان ممن تخلف عن رسول اهلل صلى اهلل عليه‬ ‫ هل‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫ فقالوا‬.‫صاحبا أو أكثر‬
‫وسلم في غزوة تبوك ستة أبو لبابة وأوس بن‬ ‫ فيرونك‬:‫ قالوا‬.‫ بلى‬:‫بعدنا أحد أفضل منا؟ قال‬
704
... ‫حزام‬ ‫ كيف يكونون‬:‫ لا قالوا‬:‫يا رسول اهلل؟ قال‬
‫ كالملح في الماء تذوب قلوبهم كما‬:‫فيه؟ قال‬
Hadis 294
‫ كيف يعيشون في‬:‫ قالوا‬.‫يذوب الملح في الماء‬
‫عليكم بسنتي وسنة خلفاء الراشدين المهديين‬ ‫ كيف‬:‫ قالوا‬.‫ كالدود في الخل‬:‫ذلك الزمان؟ قال‬
‫ عضوا عليها بالنواجذ‬،‫من بعدي‬ ‫ كالجمر في اليد إن‬:‫يحفظون دينهم؟ قال‬
“Kalian harus mengikuti sunnahku dan
sunnah Khulafā’ al-Rāshidīn yang diberi hidayah
‫وضعه طفىء وإن أمسكه وعصره أحرق اليد‬
sepeninggalku. Gigitlah dia dengan geraham “Sungguh akan datang pada umat manusia
dengan kuat!” suatu masa, di mana sunahku dipakai se­bagai­

Takhrīj Hadis: 705 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Sunnah, Bāb Luzūm
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud, al- al-Sunnah, h.n. 2607; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb
Tirmidhī, Ibn Mājah dan lain-lain dari ‘Irbāḍ bin Mā Jā’a fī al-Akhdh bi al-Sunnah, h.n. 2676; Ibn Mājah,
Sunan, Kitāb al-Muqaddimah, Bāb Itbā‘ Sunnah al-Khulafā’
Sariyah dengan lafal awalnya,
al-Rāshidīn al-Mahdiyyīn, h.n. 42.
706 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-‘Ilm, Bāb Mā Jā’a fī
al-Akhdh bi al-Sunnah, h.n. 267; al-Ḥākim, al-Mustadrak,
Kitāb al-‘Ilm, Bāb ‘Alaykum Bisunnatī, jil. 1, hlm. 96-97; al-
703 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 488, 489 Dhahabī, al-Talkhīs>, jil. 1, hlm. 97; Aḥmad bin ‘Alī bin Ḥajar
dan 490. al-‘Asqallānī, al-Talkhīṣ al-Ḥabīr fī Takhrīj Aḥādīth al-Rāfi‘ī
704 Ibid., jil. 2, hlm. 490. al-Kabīr, Dār al-Ma‘rifah, jil. 1, Bayrūt, t.th. jil. 4. hlm. 190.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
202

mana baju dipakai di badan, dan bid‘ah banyak Sanad Ibn Abī al-Dunyā ḥasan, karena
terjadi. Maka siapa yang mengikuti sunnahku beberapa perawinya, yaitu Azhar bin Marwān
pada hari itu, ia akan menjadi asing dan tinggal dan Ja‘far bin Sulaymān mempunyai kredibilitas
sendirian. Dan siapa yang mengikuti bid‘ah yang yang tidak dapat menjadikan Hadis ṣaḥīḥ.708
dibuat orang-orang, ia akan memperoleh teman Namun Hadis yang disebutkan al-Khūbawī
lima puluh atau lebih.’ Para sahabat bertanya, bukanlah riwayat Ibn Abī al-Dunyā dan perbedaan
‘Wahai Rasūlullāh, adakah seseorang sesudah kandungannya cukup besar. Karena itu, Penulis
kami yang lebih utama dari kami?’ ‘Tentu ada,’ tidak dapat memastikan hukum Hadis ini.
jawab Nabi. Mereka bertanya ‘Mereka melihat
engkau, ya Rasūlullāh?’ ‘Tidak!’ jawab beliau. Hadis 296
Mereka bertanya, ‘Jadi bagaimanakah keadaan
mereka pada waktu itu?’ Nabi menjawab, ‫من تمسك بسنتي عند فساد أمتي فله أجر مائة‬
‘Seperti garam dalam air. Kalbu mereka larut se­
bagai­mana larutnya garam.’ Mereka bertanya, ‫شهيد‬
‘Bagai­mana mereka hidup di masa itu?’ Jawab “Siapa berpegang teguh pada sunnahku di
Nabi, ‘Bagaikan ulat dalam cuka.’ Mereka ber­ kala rusaknya umatku, maka ia mendapatkan
tanya, ‘Bagaimana cara memelihara agama me­ pahala seratus orang mati shāhid.”
reka?’ Nabi menjawab, ‘Bagaikan bara di tangan.
Jika bara itu ia letakkan akan padam dan jika ia Takhrīj Hadis:
pegang akan membakar tangannya.’” Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke-
213.
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini tidak ditemukan Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
perawinya. al-Khūbawī secara lahirnya tidak
menyebutkan sumbernya atau mengutipnya dari
Hadis 5 (297)
kitab al-Maw‘iẓah. Namun potongan darinya
diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā dalam al- ‫ خمس في‬:‫عشرة مما عليهن أبوكم إبراهيم‬
‘Uqūbāt dan al-Daylamī dari Ibn ‘Abbās dengan
lafal: ‫ أما التي في الرأس‬.‫الرأس وخمس في الجسد‬
‫يأتي على الناس زمان يذوب فيه القلب كما‬ ‫فالسواك والمضمضة والاستنساق وقص‬
‫ من‬:‫ مم ذاك؟ تقال‬:‫ قال‬.‫يذوب الملح في الماء‬ ‫ وأما التي في الجسد‬.‫الشارب وإعفاء اللحية‬
707
‫المنكر لا يستطيع يغيره‬ ‫فالختان والاستحداد ونتف الإبط وقص‬
‫ ولكل عضو عبادة حتى الختان‬.‫الآظفار‬
Hukum Hadis: -
.‫للذكر‬
707 ‘Abdullāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī
al-Dunyā, al-‘Uqūbāt, Taḥ. Muḥammad Khayr Ramaḍān 708 Lih, biografi keduanya dalam Muḥammad bin
Yūsuf, Bayrūt, Dār Ibn Ḥazm, 1996, hlm. 47, h.n. 46; al- Ḥibbān al-Busṭī, al-Thiqāt, Maṭba‘ah Dā’irah al-Ma‘ārif al-
Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 5, hlm. 440, h.n. 8677; al- ‘Uthmāniyyah, al-Hind, 1980, jil. 8, hlm. 132 dan jil. 6, hlm.
Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 92. 140-141; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 408-411.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
203

“Ada sepuluh hal yang merupakan kewajiban lah perumpamaan dunia.’”


bagi bapak kalian Ibrāhīm; lima ada di kepala
dan lima ada di tubuh. Yang ada di kepala yaitu Takhrīj Hadis:
bersiwak, berkumur, menghirup air ke hidung, Hadis dengan lafal ini disebutkan oleh al-
mencukur kumis, dan menebalkan jenggot. Samarqandī dalam Tanbīh al-Ghāfilīn tanpa
Adapun yang di badan ialah khitān, istiḥdād, sanad. Hadis dengan maksud yang sama diriwa­
mencabut bulu ketiak, dan menggunting kuku. yat­kan oleh Ibn al-Mubārak dan al-Ṭabarānī
Dan pada setiap anggota tubuh memiliki ibadah, dalam al-Kabīr. Keduanya dari Abū ‘Āṣim dari
hingga khitan sekalipun bagi laki-laki.” Salmān dengan lafal,

Takhrīj Hadis: ‫جاء قوم إلى رسول اهلل فقال لهم ألكم طعام؟‬
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari
‫ قال‬.‫ نعم‬:‫ نعم فلكم شراب؟ قالوا‬:‫قالوا‬
‘Ā’ishah dengan sedikit perbedaan lafal.709
.‫ نعم‬:‫ قال وتبرزونه؟ قال‬.‫ نعم‬:‫فتصفونه؟ قال‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫ يقوم أحدكم إنى‬،‫ فإمعادهما كمعاد الدنيا‬:‫قال‬
Hadis 298 710
‫خلف بيته فيمسك على أنفه من نتنه‬
‫ فسأله عن‬،‫إن رجلا جاء إلى النبي من أرض‬ Ibn al-Mubārak dan Ibn Abī al-Dunyā dalam
al-Jū‘ meriwayatkan Hadis di atas dari Abī ‘Āṣim
.‫ فأخبره بسعة أرضه وكثرة النعم فيها‬،‫أرضه‬ secara mursal.711 Aḥmad, al-Ṭabarānī dalam
al-Kabīr, Ibn Abī al-Dunyā dalam al-Jū‘ dan al-
‫فقال النبي كيف تفعلون؟ قال إنا نتخذ ألوانا‬
Bayhaqī dalam Shu‘ab-al-iman meriwayatkan
‫ تصير إلى ماذا؟‬:‫ ثم قال‬.‫من الطعام ونأكلها‬ melalui ‘Alī bin Ja‘d dari al-Ḍaḥḥāk bin Sufyān
dengan lafal,
‫ إلى ما تعلم يا رسول اهلل يعني تصير بولا‬:‫قال‬
‫يا ضحاك ما طعامك؟ قال يا رسول اهلل اللحم‬
.‫وغائطا فقال كذلك مثل الدنيا‬
‫ ثم يصير إلى ماذا؟ قال إلى ما قد‬:‫ قال‬.‫واللبن‬
“Sesungguhnya seseorang datang kepada
Nabi dari suatu wilayah. Lalu, ia bertanya tentang ‫علمت قال فإن اهلل تعالى ضرب ما يخرج من‬
wilayahnya itu. Ia memberitahukan akan luasnya
wilayah yang mereka tinggali dan banyaknya
712
‫ابن آدم مثلا للدنيا‬
nikmat di dalamnya. Maka Nabi Saw. bertanya,
‘Bagaimana kalian menyikapinya?’ Ia menjawab,
‘Kami menikmati berbagai macam makanan dan 710 Ibn al-Mubārak, al-Zuhd, hlm. 169. h.n. 492; al-
memakannya.’ Nabi bertanya, ‘Kemudian men­ Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 6, hlm. 248, h.n. 6119.
711 Ibn al-Mubārak, al-Zuhd, hlm. 168, h.n. 491; ‘Abd
jadi apa?’ Ia menjawb, ‘Menjadi sesuatu yang
Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī al-Dunyā, al-
Anda ketahui, wahai Rasūlullāh (yakni kencing Jū‘, Taḥ. Muḥammad Khayr Ramaḍān Yūsuf, Dār Ibn Ḥazm,
dan kotoran). Maka Nabi menjawab, ‘Seperti itu­ Bayrūt, 1997, hlm. 169-110, h.n. 167.
712 Ahmad, Musnad, jil. 3, Hlm. 452; al-Ṭabarānī, al-
Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 382, h.n. 8138; Ibn Abī al-Dunyā,
709 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṭahārah, Bāb Khiṣāl al- al-Jū‘, hlm. 106-107, h.n. 164; al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān, jil.
Fiṭrah, h.n. 261. 5, hlm. 29, h.n. 5653.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
204

Ibn Ḥibban, ‘Abdullāh bin Aḥmad dalam


.‫ فأثروا ما بقي على ما يفنى‬،‫أضر بدنياه‬
al-Zawā’id, Ibn al-Mubārak, al-Ṭabarānī dalam
al-Kabīr, Abū al-Shaykh dalam al-Amthāl, Ibn “Siapa mencintai dunianya, maka mem­
Abī al-Dunyā dalam al-Jū‘ dan al-Bayhaqī dalam ba­haya­kan akhiratnya. Dan siapa mencintai
Shu‘ab al-Īmān, meriwayatkan dari Ubay. Lafal Ibn akhirat­nya, maka membahayakan dunianya.
Ḥibbān, Hen­dak­lah ia mengutamakan yang kekal dari­
pada yang fana!”
‫ وإن‬،‫إن مطعم ابن آدم قد ضرب للدنيا مثلا‬
713
‫قزحه وملحه فانظر إلى ما يصير‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan Aḥmad, Ibn Ḥibbān,
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. al-Ḥākim, al-Quḍā‘ī, Ibn Abī al-Dunyā dalam
al-Haythamī mengatakan bahwa perawi Dhamm al-Dunyā, al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab,
sanad Hadis al-Ḍaḥḥāk adalah perawi Hadis al-Zuhd dan al-Adab dan al-Baghawī dalam
ṣaḥīḥ, kecuali ‘Alī bin Zayd bin Jad‘ān yang telah Sharḥ al-Sunnah. Semuanya melalui al-Muṭṭalib
dinilai thiqah oleh beberapa ulama. Sedangkan bin ‘Abd Allāh bin Ḥanṭab dari Abū Mūsā.716
perawi sanad Hadis Ubay adalah perawi Hadis
ṣaḥīḥ, kecuali Ubay, ia thiqah. Adapun perawi Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
sanad Hadis Salmān adalah perawi Hadis ṣaḥīḥ.714 al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ meng­
al-Suyūṭī menghukumi Hadis Ubay ḥasan. ikuti syarat al-Bukhārī dan Muslim. Akan tetapi,
al-Albānī menghukumi Hadis ini secara ke­ al-Dhahabī tidak menyetujuinya dan meng­ingat­
seluruhan­nya ṣaḥīḥ, meskipun beliau men-ḍa‘īf- kan bahwa sanadnya terputus. Pada bab lain,
kan riwayat dari al-Ḍaḥḥāk dan Ubay.715 beliau menghukuminya ṣaḥīḥ dan al-Dhahabī
Hadis yang disebutkan al-Khūbawī belum menyetujuinya. al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini
dapat ditemukan perawinya. Namun beberapa ṣaḥīḥ, namun al-Munāwī mengingatkan bahwa
shawāhid yang telah disebutkan dapat me­nun­ sanadnya terputus. al-‘Irāqī dan al-Zabīdī juga
juk­kan ia mempunyai asal. Karena itu, ia dapat mengatakan sanad-nya terputus.717
dihukumi ḍa‘īf, dengan tidak menutup kemung­
kinan ia lebih kuat dari itu.
716 Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 175, dan 412, Ibn
Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Bab al-Faqr wa al-Zuhd wa
Hadis 299 al-Qanā‘ah, h.n. 707; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil.
10, hlm. 249; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Riqāq, Bāb
‫ ومن أحب آخرته‬،‫من أحب دنياه أضر بأخرته‬ Man Aḥabb al-Dunyā Aḍarr bi Akhīratih, jil. 4, hlm. 308
dan 319; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 258-259, h.n. 418;
Ibn Abī al-Dunyā, Dhamm al-Dunyā, hlm 198. h.n. 568; al-
Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Mā Yanbaghī Likull
713 Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-Faqr Muslim an Yasta‘milah min Qaṣr al-‘Amal, jil. 3, hlm. 370;
wa al-Zuhd wa al-Qanā‘ah, h.n. 700; Abū al-Shaykh, al- al-Bayhaqī, al-Zuhd, hlm. 187-188, h.n. 451, Aḥmad bin
Amthāl, hlm. 175, h.n. 269; Ibn al-Mubārāk, al-Zuhd, hlm. Ḥusayn al-Bayhaqī, al-Ādāb, Taḥ. Abū ‘Abd Allāh ‘Īd Mandū,
169-170, h.n. 493-494; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, 1988, hlm. 51.
8, Mm. 299, h.n. 8138; Ibn Abī al-Dunyā, al-Jū‘, hlm. 107- al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 288, h.n. 10337.
108, h.n. 165; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 29, h.n. 717 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Riqāq, Bāb Man
5651-5652. Aḥabb al-Dunyā Aḍarr bi Akhīratih, jil. 4, hlm. 308 dan 319;
714 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 288. al-Dhahabī, al-Khulāṣah, jil. 4, hlm. 308; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘
715 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 330; al- al-Saghīr, jil. 2, hlm. 478; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6,
Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah, jil. 1,hlm. 100-103. hlm. 3; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3. hlm. 251; al-Zabīdī. Ittiḥāf
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
205

Sanad terputus yang dimaksudkan di sini rujukannya.719 Hadis yang hampir sama mak­sud­
ialah al-Muṭṭalib dari Abū Mūsā. al-Muṭṭalib nya diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā dalam
adalah seorang tābi‘īn, thiqah, namun hanya al-‘Uqūbāt sebagai perkataan Muḥammad bin
sempat mendengar dari dua atau tiga orang Wāsi‘ dengan lafal,
sahabat; antaranya Ummu Salamah. Sedangkan
riwayat beliau dari Abū Mūsā terputus, karena ‫الذنب على الذنب يميت القلب‬
beliau tidak pemah mendengar langsung dari Dan sebagai perkataan Mālik bin Dīnār
Abū Mūsā. Abū Ḥātim al-Rāzī mengatakan, dengan lafal,
kebanyakan riwayat beliau mursal. Ibn Ḥajar
mensifatinya ṣadūq, banyak tadlīs dan irsāl.718
720
‫ما ضرب عبد عقوبة أعظم من قسوة القلب‬
Hadis munqaṭi‘ adalah salah satu jenis Hadis
Hadis lain ditemukan dalam kitab Shī‘ah
ḍa‘īf; namun ḍa‘īf-nya Hadis ini tidaklah parah.
sebagai perkataan ‘Alī bin Abī Ṭālib dengan lafal,
Apalagi terputusnya di sini antara seorang tābi‘īn
yang thiqah pada seorang sahabat. ‫ما جفت الدموع إلا لقسوة القلب وما قسوة‬

Hadis 300
721
‫القلب إلا لكثرة الذنوب‬
al-Rawandī dalam Lub al-Ḥubāb seperti yang
‫ وقسوة القلب‬،‫جمود العين من قسوة القلوب‬ dikutip oleh al-Nūrī dalam Mustadrak al-Wasā’il
‫ وكثرة الذنوب من نسيان‬،‫من كثرة الذنوب‬ (Shī‘ah) menyebutkan sabda Nabi ‘Isā dengan
lafal,
‫الموت ونسيان الموت من طول الأمل وطول‬
‫ وجفوة العيون‬،‫قسوة القلب من جفوة العيون‬
‫الامل من حب الدنيا وحب الدنيا رأس كل‬
‫ وكثرة الذنوب من حب‬،‫من كثرة الذنوب‬
‫خطيئة‬ 722
‫ وحب الدنيا رأس كل خطيئة‬،‫الدنيا‬
“Keringnya mata, karena kerasnya hati.
Keras­nya hati, karena banyaknya dosa. Banyak­
nya dosa, karena lupa mati. Lupa mati, karena Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
pan­jang­nya angan-angan. Panjangnya angan- Hadis-hadis yang diriwayatkan Ibn Abī al-
angan, karena cinta dunia. Dan cinta dunia Dunyā adalah maqṭū‘ sebagai perkataan dua
adalah sumber segala kesalahan (dosa).” orang ṭābi‘īn. Sedangkan Hadis yang disebutkan
al-Khūbawī dari sudut bahasanya, sama seperti
Takhrīj Hadis: bahasa yang disebutkan Ibn Abī al-Dunyā. Arti­
Hadis dengan lafal ini tidak ditemukan pe­ nya, ia bukan sabda Rasūlullāh Saw. Ia di­hukumi
rawi­nya. al-Khūbawī tidak menyebutkan sum­ber palsu, karena menisbahkan perkataan manusia
biasa sebagai sabda Rasūlullāh Saw.

719 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 93.


al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. 81. 720 Ibn Abī al-Dunyā, al-‘Uqūbāt, hlm. 58-59 dan 67,
718 Lihat biografi al-MuṬṭalib dalam al-Mizzī, Tahdhīb h.n. 70 dan 95.
al-Kamāl, jil. 28, hlm. 81-85; ‘Abd al- Raḥmān bin Abī Ḥātim 721 al-Tubrusī, Mishkāh al-Anwār, hlm. 260.
al-Rāzī, al-Marāsil, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1993, 722 al-Nūrī, Mustadrak al-Wasā’il, jil. 12, hlm. 96,
hlm. 164, Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 534-535. h.n. 13620.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
206

723
‫صليت أنا وملائكتي عليه عشرا‬
Bab 24
Hukum Hadis: Ḍa‘īf; gharīb dengan lafal ini.
Firman Allāh Swt. tentang al-Sakhāwī menghukumi sanad al-Ṭabarānī
Mereka yang Menyimpan Emas tidak bermasalah dalam perkara mutāba‘ah,
dan Perak sebab pada sanadnya terdapat Abū Z{ilāl. Sanad
seperti ini dapat dihukumi ḍa‘īf.724 Sedangkan
Hadis dari no 301 sampai no 312
lafal yang disebutkan al-Khūbawī adalah gharīb.

Hadis 301
Hadis 302
‫خرج مني جبرائيل أنفا فأخبرني عن ربي عز‬
‫من اتاه مالا ولم يؤد زكاته مثل ماله يوم القيامة‬
‫وجل أنه قال أي مسلم صلى عليك مرة واحدة‬
‫شجاعا أقرع يطوق ذلك الشجاع طوقا في‬
‫ فأكثروا‬،‫إلا صليت أنا وملائكتي عليه عشرا‬
‫ أنا مالك‬:‫عنقه فيعذبه عذابا شديدا فيقول‬
‫ فإذا صليتم فصلوا‬،‫علي الصلاة يوم الجمعة‬
.‫الذي كنزته في الدنيا ولم تؤد زكاته‬
‫علي تعظيما‬ “Siapa saja yang dikaruniai harta oleh
“Baru saja Jibrīl keluar dari bersamaku Ia Allāh, sedang ia tidak menunaikan zakatnya,
telah memberi kabar padaku dari Allāh ‘Azza wa maka pada hari Kiamat hartanya diserupakan
Jalla bahwa Dia berfirman, ‘Tidak seorang muslim ular bertanduk, yang melilit kuat di lehernya,
pun yang bershalawat kepadamu satu kali, kemudian menyiksanya dengan siksa yang pedih.
kecuali Aku dan para malaikat-Ku bershalawat Kemudian ia berkata, ‘Aku adalah hartamu yang
kepadanya sepuluh kali. Maka bershalawatlah telah engkau simpan di dunia, sedang kamu
kamu sekalian kepadaku sebanyak-banyaknya tidak mengeluarkan zakatnya.’”
pada hari Jum’at. Apabila kamu bershalawat,
maka bershalawatlah kepadaku dengan sikap Takhrīj Hadis:
takzim.’” Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
Abū Hurayrah.725
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ini belum ditemukan, Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
namun Hadis serupa tanpa penggalan terakhir
‫عيل تعظيما‬
‫ فإذا صليتم فصلوا ي‬diriwayatkan oleh al- Hadis 303
Ṭabarānī dalam al-Kabīr dari Anas, seperti yang
diisyaratkan oleh al-Sakhāwī. Lafal al-Ṭabarānī, ‫من اتاه اهلل مالا ولم يؤد زكاته إذا كان يوم‬

‫ فإنه أتاني‬،‫أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة‬


723 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 231 dan 281.
‫جبريل آنفا عن ربه عز وجل فقال ما على‬ 724 Ibid.
725 al-Bukhārī, Sạḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ithm Māni‘
‫الآرض من مسلم يصلي عليك مرة واحدة إلا‬ al-Zakāh, h.n. 1403.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
207

‫القيامة صفحت له صفائح من النار فأحمي‬ ‫ من منع الصدقة منع اهلل تعالى عنه‬:‫والثالث‬
‫عليها في نار جهنم فتحرق بها جبهته وجنباه‬ ‫ من منع الدعاء لنفسه منع‬،‫ والثالث‬.‫العافية‬
‫ وكلما بردت أعيدت له في يوم كان‬،‫وظهره‬ ‫ من منع الحضور‬،‫ والخامس‬.‫اهلل عنه الإجابة‬
.‫مقداره ألف سنة‬ ‫ فلا‬،‫مع الجماعة منع اهلل عنه كمال الإيمان‬
“Siapa saja yang dikaruniai harta oleh .‫يكون إيمانه كاملا‬
Allāh, sedang ia tidak mennaikan zakatnya,
maka pada hari Kiamat akan dihamparkan “Siapa mencegah dirinya dari lima perkara,
baginya lempengan api, kemudian dipanaskan maka Allāh mencegah darinya lima perkara:
lempengan-lempengan itu di atas api neraka Pertama, siapa enggan membayar zakat atas
Jahannam, lalu dibakarlah dengan lempengan hartanya, maka Allāh enggan menjaga hartanya
itu dahinya, lambungnya, dan punggungnya. dari bencana. Kedua, siapa yang enggan me­
Dan setiap kali lempengan itu dingin, maka nge­luar­kan sepersepuluh dari hasil bumi yang
dipanaskan kembali pada suatu hari yang tumbuh dari tanah, maka Allāh enggan memberi
sepadan dengan seribu tahun.” keberkahan dari semua usahanya. Ketiga, siapa
enggan bersedekah, maka Allāh enggan mem­beri
Takhrīj Hadis: keselamatan padanya. Keempat, siapa enggan
Hadis ini potongan dari Hadis panjang yang berdoa untuk dirinya, maka Allāh enggan mem­
diriwayatkan Muslim dari Abū Hurayrah dengan beri ijābah. Kelima, siapa enggan hadir bersama
lafal Muslim, orang banyak, maka Allāh enggan memberikan
kesempurnaan iman kepadanya, sehingga iman­
‫ما من صاحب ذهب ولا فضة لا يؤدي منها‬ nya tidak sempurna.”

‫حقها إلا إذا كان يوم القيامة صفحت له‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
726
... ‫صفانح من نار‬
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al-
Wā‘iẓīn.727
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis 304 Hadis ini dihukumi palsu, karena tidak
ditemukan dalam rujukan yang mu‘tabar.
:‫من منع نفسه من خمس منع اهلل عنه خمسا‬ Ia hanya dikutip dari kitab yang tidak boleh
dijadikan sandaran, sebab pengarangnya saja
‫ من منع الزكاة من ماله منع اهلل حفظ‬،‫الأول‬ tidak diketahui namanya. Karena itu, Hadis ini
‫ من منع العشر مما خرج‬،‫ والثاني‬.‫ماله من الأفات‬ dapat dikategorikan sebagai Hadis yang tidak
dikenal sumber rujukannya.
.‫من الأرض منع اهلل تعالى البركة من كل كسبه‬

726 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Ithm Māni‘ al-


Zakāh, h.n. 987. 727 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 94-95.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
208

Hadis 305 yang tidak dikenali.730


al-Suyūṭī menghukumi Hadis yang diriwayat­
‫حصنوا أموالكم بالزكاة وداووا مرضاكم‬ kan secara marfū‘ itu sebagai ḍa‘īf, dan yang
mursal juga ḍa‘īf. al-Munāwī menambahkan
‫بالصدقة وأستقبلوا أنواع البلاء بالدعاء‬
bahwa sanad yang mursal telah diriwayatkan
‫والتضرع‬ oleh al-Bayhaqī secara bersambung dari bebe­
rapa jalur yang ḍa‘īf.731
“Lindungilah hartamu dengan berzakat,
sembuhkanlah penyakitmu dengan bersedekah,
dan hadapilah berbagai bencana dengan doa
Hadis 306
seraya merendahkan diri.” ‫روى الحسن عن النبي أنه كان يحدث هذا‬
Takhrīj Hadis: ‫ فمر عليه‬،‫الحديث (الحديث السابق) لأصحابه‬
Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh
al-Bayhaqī, Abū Nu‘aym, al-Ṭabarānī dalam al- ‫النصراني فسمع الحديث فذهب وأدى زكاته‬
Kabīr dan al-Awsaṭ, al-Quḍā‘ī, al-Khaṭīb dan ‫ إن كان‬:‫ فال‬،‫وكان له شريك خرج إلى مصر‬
Ibn al-Jawzī dalam al-‘Ilal. Semuanya dari Ibn
Mas‘ūd melalui Mūsā bin ‘Umayr. al-Bayhaqī ‫محمد صادقا في قوله يظهر صدقه ويصير مالى‬
dalam al-Shu‘ab juga meriwayatkannya dari Abū
Umāmah dan Samrah bin Jundub.728 Hadis ini ‫مع شريكي محصنا‬
juga diriwayatkan secara mursal oleh Abū Dāwud “al-Ḥasan telah meriwayatkan dari Nabi
dalam al-Marāsil dari Ḥasan al-Baṣrī.729 Saw., bahwa beliau menyampaikan Hadis ini ke­
pada sahabat-sahabatnya. Maka lewatlah se­
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. orang Nasrani. Ia mendengar Hadis ini, lalu pergi
Dalam riwayat Ibn Mas‘ūd terdapat Mūsā bin me­nunaikan zakatnya. Orang Nasrani itu mem­
‘Umayr. Ia disifati ḍa‘īf, bahkan dituduh pendusta pu­nyai seorang rekan bisnis yang telah berangkat
oleh Abū Ḥātim. Dalam riwayat Abū Umāmah berniaga ke Mesir, maka berkata­lah Nasrani
terdapat Faḍḍāl bin Jubayr, yang menurut al- itu, ‘Jika Muḥammad benar dalam perkataan­
Bayhaqī mempunyai Hadis-hadis munkar (Ṣāḥib nya, maka akan nampak kebenarannya, sedang
al-manākir). Sedangkan dalam riwayat Samrah, harta­ku beserta rekanku akan terjaga.”
pada sanadnya terdapat Ghiyāth bin Kalūb
al-Kūfī. Ia tidak dikenal (majhūl) menurut al- Takhrīj Hadis:
Bayhaqī. Abū Nu‘aym menghukuminya gharīb. Kisah tambahan dalam Hadis ini yang
Menurut al-Sakhāwī terdapat beberapa perawi Hadis asalnya adalah Hadis ke-305 belum dapat
ditemukan, termasuk dalam kitab-kitab yang
728 al-Bayhaqī Sunan, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Wad‘ al- meriwayatkan asal Hadis ini.
Yad ‘alā al-Marīḍ wa al-Du‘ā’ lah bi al-Shifā’, jil, 3, hlm. 382;
Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 2, hlm. 104; al-Ṭabarānī,
al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 10, hlm. 158, h.n. 10196; al-Quḍā‘ī 730 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 252-253,
Musnad, jil. 1, hlm. 401, h.n. 691; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, h.n. 3557-3558; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm,
jil. 6, hlm. 128; Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. 2, hlm. 3, h.n. 813; 190, h.n.113; lihat biografi Mūsā bin ‘Umayr dalam al-
al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 3, hlm. 252-253, h.n. 3557- Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 215; dan biografi Faḍḍal
3558; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 63-61. bin Jubayr dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 347.
729 Abū Dāwud, al-Marāsil, hlm. 27-28, h.n. 105. 731 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 506.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
209

Hukum Hadis: -palsu. Hadis 308


Secara lahirnya Hadis ini mursal. Mursal
adalah ḍa‘īf. Namun ada kemungkinan, pe­nam­ ‫ قيل يا رسول اهلل ومن‬.‫إياكم ومجالسة الموتى‬
bahan ini rekaan belaka, sehingga Hadis dengan
penambahan ini menjadi palsu. ‫الموتى؟ قال الأغنياء‬
“Hindarilah olehmu duduk-duduk dengan
Hadis 307 orang-orang mati.’ Lalu ditanya, ‘Ya Rasūlallāh,
siapakah orang-orang mati itu?’ Jawab beliau,
‫إذا كان يوم القيامة خرج شيىء من جهنم اسمه‬ ‘Orang-orang kaya.’”

‫ طوله ما بين السماء‬،‫حريش من ولد العقرب‬


Takhrīj Hadis:
،‫والأرض وعرضه من المشرق إلى المغرب‬ Hadis dengan lafal ini disebutkan oleh al-
Ghazālī dalam al-Iḥyā’. al-Qushayrī juga me­nye­
‫فيقول جبرائيل إلى أين تذهب يا حريش؟‬ but­kan­nya dalam al-Risālah dari Abū al-Dardā’
tanpa menyebutkan sanad.732 al-‘Irāqi men-
‫ لمن تطلب؟‬:‫ فيقول‬.‫فيقول إلى العرصات‬
takhrīj Hadis ini dengan mengatakan bahwa ia
،‫ الأول تارك الصلاة‬،‫فيقول أطلب خمس نفر‬ diriwayat­kan oleh al-Tirmidhī dan beliau men-
ḍa‘īf -kannya. al-Ḥākim men-ṣaḥīḥ-kan sanadnya
،‫ والثالث عاق الوالدين‬،‫والثاني مانع الزكاة‬ dari ‘Ā’ishah dengan lafal ‫إياك ومجالسة األغنياء‬
al-Zabīdī mengatakan bahwa penilaian ṣaḥīḥ
‫ والخامس المتكلم في‬،‫والرابع شارب خمر‬ oleh al-Ḥākim ini dikritik.733 Riwayat al-Tirmidhī
.‫المسجد‬ yang dimaksudkan al-‘Irāqī adalah riwayat dari
Ṣāliḥ bin Ḥassan dari ‘Urwah dari ‘Ā’ishah dengan
“Apabila tiba hari Kiamat, maka keluarlah lafal, ،‫إذا أردت اللحوق ب ي� فليكفك من الدنيا كزاد الراكب‬
seekor binatang dari neraka Jahannam, bernama 734 ‫ وا تستخليع ثوبا ت‬،‫وإياك ومجالسة األغنياء‬
‫ح� ترقعيه‬ ‫ي‬
Huraysh, dari jenis kalajengking. Tingginya
antara langit dan bumi dan besarnya dari Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
timur hingga barat.’ Berkatalah Jibrīl a.s., “Ke Hadis riwayat Abū al-Dardā’ belum dapat
mana engkau pergi, wahai Huraysh?’ Maka ditemukan sanadnya, sedangkan riwayat ‘Ā’ishah
jawabnya, ‘Ke pelataran Kiamat.’ Jibrīl bertanya ḍa‘īf ini seperti dijelaskan al-Tirmidhī, al-Dhahabī
lagi, ‘Siapakah yang engkau cari?’ Jawabnya, dan al-Zabīdī.735
‘Aku mencari lima orang. Pertama, orang yang
meninggalkan shalat. Kedua, orang yang enggan
berzakat. Ketiga, orang yang durhaka kepada 732 a1-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 2, hlm. 264, ‘Abd al-Karīm
ibu-bapak. Keempat, peminum khamar. Kelima, bin Hawazān al-Qushayrī, al-Risālah al-Qushayriyyah, Taḥ.
Dr. ‘Abd al-Ḥalīm Maḥmūd dan Maḥmūd Sharīf, Dār al-
orang yang berbicara di dalam masjid.’”
Kutub al-Ḥadīthah, al-Qāhirah, t.th, jil. 2, hlm. 54.
733 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 264; al-Zabīdī,
Takhrīj Hadis: Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 290.
Hadis ini sama dengan Hadis ke 123. 734 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Libās, Bāb Mā
Jā’a fī Tarqī al-Thawāb, h.n. 1780.
735 Ibid; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 264; al-Zabīdī,
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 6, hlm. 290.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
210

‫إني رأيت الجنة فرأيت الفقراء من المهاجرين‬


Hadis 309
‫ ولم أر من‬،‫والمسلمين يدخلون الجنة سعيا‬
،‫اطلعت على الجنة فرأيت أكثر أهلها الفقراء‬
‫الأغنياء من يدخلها معهم إلا عبد الرحمن بن‬
.‫واطلعت على النار فرأيت أكثر أهلها الأغنياء‬
.‫عوف‬
“Aku menengok ke dalam surga, maka aku
melihat mayoritas penghuninya orang-orang “Sesungguhnya aku menengok surga,
fakir. Dan aku menengok ke dalam neraka, maka maka aku melihat orang-orang fakir dari kaum
aku melihat mayoritas penghuninya orang-orang Muhājirīn dan kaum muslimin lainnya memasuki
kaya.” surga dengan berlari. Dan aku tidak melihat dari
orang-orang kaya yang masuk surga bersama
Takhrīj Hadis: mereka, kecuali ‘Abdurraḥmān bin ‘Awf.”
Hadis dengan lafal seperti ini disebutkan
oleh al-Haythamī dalam al-Majma‘. Beliau men­ Takhrīj Hadis:
jelas­kannya sebagai riwayat Aḥmad dari Ibn Hadis dengan lafal ini disebutkan oleh al-
‘Amru. Namun yang ditemukan dalam riwayat Ghazālī dalam al-Iḥyā’. al-‘Irāqī ketika men-
Aḥmad dari ‘Abd Allāh bin ‘Amru secara marfū‘ takhrīj-nya mengatakan bahwa ia diriwayatkan
adalah dengan tambahan lafal ‫األغنياء والنساء‬ oleh Aḥmad secara ringkas. al-Zabīdī menambah­
Sedangkan lafal yang masyhur mengenai kan bahwa ia juga diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
Hadis ini adalah yang diriwayatkan oleh al- dan Abū Nu‘aym. Semuanya melalui ‘Ammarah
Bukhārī dari ‘Imrān, Muslim dari Ibn ‘Abbās dan bin Zādhān dari Thābit al-Bunānī dari Anas
lain-lain yaitu, dari ‘Ā’ishah. Dalam satu kisah, Rasulullah Saw.
bersabda,
،‫إطلعت في الجنة فرأيت أكثر أهلها الفقراء‬
‫ عبد الرحمن بن عوف يدخل الجنة‬.‫رأيت‬
736
‫واطلعت فى النار فرأيت أكثر أهلها النساء‬
738
‫حبوا‬
Hukum Hadis: Ḥasan
al-Mundhiri dan al-Haythamī menghukumi Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
sanad Aḥmad jayyid.737 al-‘Irāqī dan dikuti oleh al-Zabīdī meng­ingat­
kan bahwa pada sanadnya terdapat ‘Ammarah
bin Zādhān. Ulama berbeda pendapat mengenai
Hadis 310
kredibilitasnya. Dalam biografi ‘Ammarah, me­
nurut Aḥmad, ia memiliki riwayat munkar (lah
manākir). al-Bukhārī berkata, kemungkinan ada
736 Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 173, lih. jil 1, hlm.
iḍṭirāb dalam Hadisnya. Sedangkan Abū Ḥātim
234 dan 359, jil. 2, hlm. 297 dan jil. 4, hlm. 429 dan 443;
al-Bukhārī, Ṣaḥīh, Kitāb al-Nikāh, Bāb Lā Ya’dhan al-Mar’ah
fī Bayt Zawjihā al-Aḥad illā bi Idhnih, h.n. 5198; Muslim,
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb Akthar Ahli al-Jannah al-Fuqarā’, 738 Aḥmad, Musnad, jil. 6, hlm. 115; Abū Nu‘aym,
h.n. 2737; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 261. Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 1, Hlm. 98-99; al-‘Irāqī al-Mughnī, jil, 3,
737 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 4, hlm. 133; al- hlm. 231; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm.
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 261. 216.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
211

ber­pendapat ia ditulis Hadisnya dan dapat dijadi­ hak kami, yang telah diwajibkan atas mereka,’
kan ḥujjah. Lalu, Abū Zur‘ah berpendapat ia lā Maka Allāh Ta‘ālā berfirman, ‘Demi keperkasaan-
ba’sa bih. Ibn ‘Adiy juga berpendapat tidak ada Ku dan keagungan-Ku, sesungguhnya akan Aku
cacat dan Hadisnya bisa ditulis. Ibn Ḥajar me­ jauh­kan mereka, dan sungguh, akan Aku dekat­
ngata­kan bahwa ia ṣadūq, tapi banyak salahnya kan kalian.’ Rasūlullāh pun membaca, ‘Dan orang-
(kathīr al-khaṭa’).739 orang yang dalam hartanya tersedia bagian
Namun demikian, Hadis ‘Ā’ishah di atas tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan
dihukumi sendiri oleh Imām Aḥmad sebagai Hadis orang yang tidak mempunyai apa-apa.’”
Mawḍū‘ yang beliau perintahkan untuk dihapus
dari Musnad-nya. Akan tetapi seperti dikatakan Takhrīj Hadis:
Ibn Ḥajar, ia tidak dihapus karena terlupa atau Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-
karena mereka yang menulisnya dari ‘Abdullāh Mundhirī, al-Haythamī dan al-Suyūṭī, diriwayat­
tidak menghapusnya. Selain Aḥmad, beberapa kan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Ṣaghīr dan al-Awsaṭ
ulama lain seperti Ibn al-Jawzī, Ibn Taymiyyah, dan Abū al-Shaykh dalam al-Thawāb. Keduanya
Ibn Qayyim, al-‘Irāqī dan Ibn Ḥajar menghukumi dari Anas melalui al-Ḥārith bin Nu‘mān.742
Hadis riwayat ‘Ā’ishah ini palsu.740 Karena itu,
Hadis yang disebutkan al-Khūbawī juga bisa Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
dihukumi palsu. al-Mundhirī yang menyebutkan Hadis ini
dalam al-Targhīb mengingatkan bahwa al-Ḥarith
Hadis 311 menurut Abū Ḥātim tidak kuat (lays bi al-qawiy).
Menurut al-Bukhārī munkar al-ḥadīth. Ibn Ḥajar
‫ يقولون‬،‫ويل للأغنياء من الفقراء يوم القيامة‬ menyifatinya ḍa‘īf. al-Suyūṭī menghukumi Hadis
ini ḍa‘īf.743
‫ يقول‬.‫ربنا ظلمونا حقوقنا التي فرضت عليهم‬
.‫اهلل تعالى وعزتى وجلالي لأبعدنهم ولأقربنكم‬ Hadis 312

‫وتلى رسول اهلل (والذين في أموالهم حق معلوم‬ ‫رأيت ليلة المعراج وراء جبل قاف مدينة‬
741
)‫للسائل و المحروم‬ ‫ ألحمد هلل‬:‫ فلما رأوني قالوا‬،‫مملوئة من بني آدم‬
“Umpatan celaka dari orang-orang fakir ‫ فأمنوا بي وعلمتهم‬،‫الذي أرانا وجهك يا محمد‬
ditujukan kepada orang-orang kaya di hari
Kiamat. Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, orang- ‫ وبعد ذلك سألتهم من أنتم؟‬،‫أحكام الشريعة‬
orang kaya itu telah menganiaya kami atas hak-

742 al-Ṭabarānī, Mu‘jam al-Saghīr, hlm. 258; al-


739 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil, 3, hlm. 330; al-Zabīdī, Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 539; al- Haythamī, Majma‘
lttiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 8, hlm. 216; lih. biografi al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 62; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2,
‘Ammārah dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. hlm. 620.
176; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 409. 743 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1. hlm. 539; al-
740 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū’āt, jil. 2, hlm. 13; Ibn Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3. hlm. 62; al-Suyūṭī, al-
Ḥajar, al-Qawl al-Musaddad, hlm. 25-27; Ibn Qayyim, al- Jāmi‘ al-Ṣaghīr, jil. 2, hlm. 620; Lihat biografi al-Ḥārith dalam
Manār al-Munīf, hlm. 135. Lihat juga catatan yang diberikan al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 444; al-Rāzī, al-Jarḥ
oleh Abū Ghuddah dalam al-Manār al-Munīf, hlm. 135-136. wa al-Ta‘dīl, jil. 3, hlm. 91; lbn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.
741 al-Qur’ān, al-Ma‘ārij 70: 21. 18.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
212

bunuh 43 nabi. Dan setelah terbunuh para nabi,


‫قالوا يا محمد نحن قوم بني إسرائيل فلما مات‬
bangkit­lah 200 ahli ibadah yang zahid. Mereka
‫موسى وقع الاختلاف بين بنى إسرائيل وظهر‬ me­nyuruh orang-orang melakukan yang makruf
dan melarang mereka dari kemungkaran.
‫ فقتلوا فى ساعة واحدة ثلاثة وأربعين‬،‫الفساد‬ Namun di waktu itu mereka pun dibunuh semua
oleh Banī Isrā’īl. Maka timbullah kerusakan yang
‫ وبعد قتل الأنبياء ظهر مائتا رجل عابد‬.‫نبيا‬ hebat di tengah mereka. Sedang kami keluar
‫ وأمروا الناس بالمعروف ونهوهم عن‬،‫زاهد‬ dari kalangan mereka dan pergi ke pinggir laut,
lalu kami berdoa kepada Allāh agar melepaskan
‫المنكر وفى ذلك اليوم قتلهم بنوا إسرائيل‬ kami dari kerusakan mereka. Saat kami berdoa
dan memohon, tiba-tiba berlubanglah bumi
‫كلهم فظهر بينهم فساد قوي ونحن خرجنا من‬ ini dan kami terjerumus. Lalu selama 18 bulan
‫بينهم وجئنا الى ساحل البحر ودعونا اهلل أن‬ kami berada di bawah bumi. Dan sesudah keluar
ke tempat itu, Nabi Mūsā a.s. pernah berpesan
‫يخلصنا من فسادهم فبينما نحن ندعو ونتضرع‬ kepada kami, ‘Apabila seorang dari kamu melihat
wajah Muḥammad Saw., Nabi akhir zaman,
‫إذ ثقبت الارض ووقعنا وكنا تحت الارض‬ maka sam­pai­kanlah salamku kepadanya.’ Maka,
‫ثمانية عشر شهرا وبعد ذلك خرجنا الى ذلك‬ mereka pun mengucapkan, ‘al-Ḥamdulillāh,
segala puji bagi Allāh yang memperlihatkan
‫المكان وكان موسى قد وصانا إذا رأى أحدكم‬ wajah engkau kepada kami. Maka, berilah kami
pelajaran.’ Maka Nabi Saw. mengajarkan kepada
،‫وجه محمد نبي أخر الزمان فسلموا عليه مني‬ mereka al-Qur’ān, shalat, puasa, menunaikan
shalat Jum’at dan hukum-hukum lainnya.”
.‫ الحمد هلل الذي أرانا وجهك فعلمنا‬:‫فقالوا‬
‫فعلمهم النبي القرأن والصلاة والصوم وأداء‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum ditemukan perawinya. al-
.‫صلاة الجمعة وسائر الأحكام‬ Khūbawī mengutip dari Ḥimāyāt min Yāsīn.744
“Pada malam Mi‘rāj, di seberang gunung
Qāf, aku melihat sebuah kota yang penuh dengan Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
anak manusia. Tatkala mereka melihatku, me­ Meskipun belum ditemukan perawi dan
reka mengucapkan, ‘al-Ḥamdulillāh, segala sanadnya, namun Hadis ini dapat dihukumi palsu
puji bagi Allāh yang berkenan memperlihatkan berdasarkan kaedah yang disebutkan oleh Ibn
wajah­mu kepada kami, ya Muḥammad.’ Lalu, Kathīr mengenai Hadis-hadis gunung Qāf. Hadis-
me­reka pun beriman kepadaku, dan aku meng­ hadis seperti ini adalah isrā’iliyyāt yang telah
ajar­kan kepada mereka hukum-hukum syariat. dipalsukan oleh para zindiq golongan Yahudi.
Sesudah itu aku bertanya kepada mereka, Demikian pula yang dijelaskan oleh Ibn Qayyim
“Siapa­kah kalian?” Mereka menjawab, ‘Ya dalam al-Manār al-Munīf sebagai contoh Hadis
Muḥammad, kami adalah suatu kaum dari Banī palsu, karena banyaknya bukti-bukti kokoh yang
Isrā’īl. Sepeninggal Nabi Mūsā a.s., terjadilah menunjukkan kepalsuannya.745
per­selisihan di antara Banī Isrā’īl dan timbul
kerusakan. Dalam satu jam mereka telah mem­ 744 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 97.
745 Ibn Kathīr, Tafsīr, jil. 4, hlm. 221; Ibn Qayyim, al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
213

‘Ulamā’.746
Bab 25
Hukum Hadis: -palsu.
Keutamaan Bulan Rajab Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Hadis dari no 313 sampai no 321 Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
terakhir, Hadis seperti ini lebih mendekati palsu.
Hadis 313
Hadis 315
‫رأيت ليلة المعراج نهارا ماؤه أحلى من العسل‬
‫إن أردتم الراحة وقت الموت من العطش‬
‫ فقلت‬،‫وأبرد من الثلج وأطيب من المسك‬
،‫والخروج مع الإيمان والنجاة من الشيطان‬
‫لجبرائيل يا جبرائيل لمن هذا؟ قال لمن صلى‬
‫فاحترموا هذه الشهور كلها بكثرة الصيام‬
.‫عليك فى رجب‬
‫والندم على ما سلف من الأثام واذكروا خالق‬
“Aku melihat pada malam Mi‘rāj sebuah
sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih .‫الأنام تدخلوا جنة ربكم بالسلام‬
sejuk dari es dan lebih harum dari misik. Maka
aku bertanya pada Jibrīl, ‘Wahai Jibrīl, untuk “Jika kamu ingin bebas dari kehausan
siapakah ini?’ Jawabnya, ‘Untuk orang yang saat hendak mati, keluar membawa iman dan
bershalawat padamu di bulan Rajab.’” selamat dari setan, maka hormatilah bulan-
bulan ini semunya dengan banyak berpuasa dan
Takhrīj Hadis: menyesal atas dosa-dosa yang telah lalu, dan
Hadis ini sama dengan Hadis ke-157. ingatlah Pencipta manusia, niscaya kamu masuk
surga Tuhanmu dengan selamat.”
Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu
Takhrīj Hadis:
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Hadis 314
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
‫أنيبوا إلى ربكم واستغفروا من ذنوبكم‬ Riyāḍ.747

‫واجتنبوا المعاصي في الشهر الحرام‬ Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu.


Hadis ini dihukumi palsu dengan dua sebab.
“Kembalilah kamu sekalian kepada Tuhanmu
Pertama, ia tidak ditemukan. Kedua, sumber
dan mohonlah ampun dari dosa-dosamu, serta
rujukan Hadis ini, yaitu kitab Zahrah al-Riyāḍ
jauhilah kemaksiatan-kemaksiatan di bulan
adalah kitab yang disifati oleh Ḥājī Khalīfah
haram, yaitu bulan Rajab.”
sebagai tidak mu‘tabar. Karena itu, ia dapat
dikate­gori­kan sebagai Hadis yang tidak dikenal
Takhrīj Hadis:
sumber rujukannya yang mu‘tamad.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Khāzināt al-
746 al-Khūbawī, al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm.
98.
Manār al-Munīf, hlm. 78. 747 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 99.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
214

oleh pengarang kitab ini pada Hadis ke 740 dan


Hadis 316 akan dibahas secara lengkap nanti.748

‫عن أنس بن مالك قال لقيت معاذ بن جبل‬ Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu
Hadis dengan lafal seperti ini dapat di­
‫فقلت له من أين جئت؟ قال جئت من عند‬ hukumi palsu, sebab sudah ditambahkan de­ngan
perkataan yang bukan sabda Rasūlullāh Saw.
‫النبي فقلت ما سمعت منه؟ قال سمعت من‬
dengan sengaja agar dapat dikira bahwa Hadis ini
،‫قال لا إله إلا اهلل خالصا مخلصا دخل الجنة‬ ṣaḥīh. Potongan pertamanya masyhur dan ṣaḥīḥ.
Penambahan seperti ini hampir sama dengan
‫ومن صام يوما من رجب يبتغي به وجه اهلل‬ contoh Hadis palsu dalam kitab-kitab muṣṭalaḥ
yang disebabkan penambahan, yaitu penam­
‫دخل الجنة ثم دخلت على رسول اهلل فقلت إن‬
bahan kata-kata ‫ أو جناح‬dalam Hadis ṣaḥīḥ,
.‫ قال صدق معاذ‬.‫معاذا أخبرني بكذا وكذا‬
‫لا سبق إلا في ثلاث في نصل أو حافر أو خف‬
Dari Anas bin Mālik r.a., ia berkata, aku
menjadi
pernah bertemu Mu‘ādh bin Jabal r.a., maka aku
bertanya kepadanya, ‘Dari mana engkau datang, ‫لا سبق إلا في أربعة‬
wahai Mu‘ādh?’ Dia menjawab, ‘Aku datang dari
sisi Nabi Saw.’. Saya bertanya, ‘Apa yang engkau Seperti yang sudah dijelaskan, kebanyakan
dengar dari beliau?’ Jawabnya, ‘Saya merdengar, Hadis mengenai kelebihan puasa Rajab itu palsu.749
‘Siapa mengucapkan Lā ilāha illa Allāh, dengan
ikhlas dan memurnikan, maka ia akan masuk Hadis 517
surga. Dan siapa berpuasa sehari di bulan Rajab,
yang dengan itu ia mengharapkan rida Allāh, ‫ألا إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق‬
maka ia akan masuk surga. Kemudian, aku
‫ والسنة اثنا عشر شهرا‬،‫السماوات والأرض‬
mene­mui Rasūlullāh, lalu bertanya, ‘Sesungguh­
nya Mu‘ādh telah memberitahu aku begini dan ‫ ثلاثة متوالية ذو القعدة‬،‫منها أربعة حرم‬
begini.’ Maka beliau Saw. bersabda, ‘Benarlah
Mu‘ādh.’” ‫وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين‬

Takhrīj Hadis:
.‫جمادي وشعبان‬
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat “Ketahuilah, bahwa zaman berputar seperti
ditemukan. Anas dan Mu‘ādh telah meriwayatkan keadaan saat Allāh menciptakan langit dan bumi.
potongan pertama yaitu ‫من قال ال إله إال هللا مخلصا‬ Satu tahun itu dua belas bulan, di antaranya
‫دخل الجنة‬. empat bulan haram, tiga bulan berturut-
Beberapa lafal riwayat beliau disebutkan
dalam al-Iḥyā’ dan al-Ittiḥāf. Namun penggalan
748 Lihat, Takhrīj Aḥādīth al-Iḥyā’, h.n. 1482, 3172
keduanya ‫ إلخ‬... ‫ ومن صام يوما من رجب‬tidak dan 3749; dan lihat juga catatan kaki pada kajian Hadis ke-
ditemukan. Penulis menduga, terdapat pe­nam­ 180.
bahan (al-idrāj) dalam Hadis ini. Sebab, potongan 749 Muḥammad bin ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-
Ḥākim al-Nīsābūrī, al-Madkhal ‘ilā al-Ṣaḥīḥ, Taḥ. Dr. Rabī‘
Hadis pertama ini masyhur, dan disebutkan lagi
bin Ḥadī, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1984, hlm. 32.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
215

turut, Dhulqa‘dah, Dhulḥijjah dan Muḥarram;


dan bulan Rajabnya kaum Muḍar, yaitu Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
yang terletak antara Jumādā dan Sha‘bān.” Ṭāwus, meskipun beliau thiqah, tetapi beliau
tābi‘īn. Maka riwayat beliau langsung pada
Takhrīj Hadis: Rasūlullāh Saw. adalah mursal dan mursal itu
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan ḍa‘īf.
Muslim dari Abū Bakarah dengan lafal awalnya
750
‫إن الزمان‬ Hadis 320
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. ‫في الجنة نهر يقال له رجب أشد بياضا من اللبن‬
‫ من صام يوما من رجب‬،‫وأحلى من العسل‬
Hadis 318
.‫سقاه اهلل تعالى من ذلك النهر‬
‫لا فرع ولا عتيرة‬
“Dalam surga ada sebuah sungai yang
“Tidak ada Fara‘ dan tidak ada ‘Atīrah.”
disebut Rajab, lebih putih dari susu dan lebih
manis dari madu. Siapa puasa sehari di bulan
Takhrīj Hadis:
Rajab, maka Allāh Ta‘ālā memberinya minum
Hadis ini diriwayatkan al-Bukhārī dan Muslim
dari sungai itu.”
dari Abū Hurayrah.751
Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Hadis ini sama dengan Hadis ke-161.

Hadis 319 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.

‫لا تتخذوا شهرا عيدا ولا يوما عيدا‬


Hadis 321
“Janganlah kamu membuat Hari Raya pada
suatu bulan dan tidak pula Hari Raya pada suatu ‫كل الناس جياع يوم القيامة إلا الأنبياء‬
hari.”
،‫واهليهم وصائم رجب وشعبان ورمضان‬
Takhrīj Hadis: ‫فإنهم شباع لا جوع لهم ولا عطش‬
Hadis ini diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzāq
dalam al-Muṣannaf secara mursal dari Ṭāwus.752 “Setiap manusia kelaparan pada hari Kiamat
selain para nabi, keluarga-keluarga mereka dan
orang yang berpuasa di bulan Rajab, bulan
750 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Ilm, Bab Qawl al- Sha‘bān, dan bulan Ramaḍān. Sesungguhnya
Nabī Saw. Rubba Muballagh Aw‘ā min Sāmi’, h.n. 3197, mereka kenyang, tidak merasakan lapar atau
dan lihat h.n. 67, 3197, 5550, 7447; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
haus.”
al-Qasāmah, Bāb Taghlīẓ Taḥrīm al-Dimā’ wa al-A‘rād wa al-
Amwāl, h.n. 1679.
751 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-‘Aqīqah, Bāb al-Fār Takhrīj Hadis:
dan Bāb al-‘Atīrah, h.n. 5473 dan 5474; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
al-Aḍāḥī, Bāb al-Fār wa al-‘Atīrah, h.n. 1976.
752 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jil. 4. hlm. 291 h.n. 7852.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
216

Hadis dengan lafal dan makna seperti ini


‫ومرا بثعلبة فسألاه الصدقة وأقرآه الكتاب‬
belum dapat ditemukan dalam semua rujukan
yang ada pada Penulis. al-Khūbawī mengutipnya ‫ فقال ما هذا إلا جزية أو ما‬.‫الذي فيه الفرائض‬
dari kitab Zubdah al-Wā‘iẓīn.753
،‫هذا إلا أخت الجزية فارجعا حتى أرى رأيي‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
Meskipun belum dapat ditemukan perawi­
‫ إن‬:‫ فقال النبي‬،‫ فجاء ثعلبة بالصدقة‬،‫فنزلت‬
nya, namun Hadis ini dapat dihukumi palsu ‫ فجعل يحثو التراب‬.‫اهلل منعني أن أقبل منك‬
ber­dasa­rkan kaedah yang disebutkan oleh Ibn
Qayyim dan Ibn Ḥajar seperti yang disebutkan ‫ قد‬،‫ فقال النبي هذا جزاء عملك‬.‫على رأسه‬
pada pem­bahasan Hadis ke-154. Jadi Hadis ini
palsu ber­dasarkan kaedah tersebut.
‫ فقبض رسول اهلل فجاء‬.‫أمرتك فلم تطعني‬
‫ ثم جاء إلى عمر في‬،‫بها إلى أبي بكر فلم يقبلها‬
Bab 26
‫خلافته فلم يقبلها وهلك في زمن عثمان‬
Keutamaan Sifat Pemurah
“Ayat ini turun mengenai Tha‘labah bin
Hadis dari no 322 sampai no 334
Ḥāṭib. Ia datang pada Nabi Saw. dan berkata,
‘Doakan aku pada Allāh agar Dia mengaruniai
Hadis 322 aku harta.’ ‘Wahai Tha‘labah,’ kata Nabi Saw.,
‘Sedikit yang kamu syukuri adalah lebih baik dari
‫في ثعلبة بن‬ 754
)‫نزلت (ومنهم من عاهد اهلل‬
pada banyak yang kamu tak kuat menanggung­
‫حاطب أتى النبي وقال ادعو اهلل أن يرزقني‬ nya.’ Namun, Tha‘labah berulang-ulang me­minta
didoakan Nabi seraya berkata, ‘Demi Allāh yang
‫ يا ثعلبة قليل تؤدي شكره‬:‫مالا فقال النبي‬ telah mengutus engkau dengan benar, se­sung­
guh­nya jika Allāh mengaruniai aku harta pasti
‫ والذي‬:‫ فراجعه وقال‬.‫خير من كثير لا تطيقه‬
akan aku berikan haknya pada setiap orang yang
‫بعثك بالحق لئن رزقني مالا لأعطين كل ذي‬ berhak menerimanya. Maka Nabi pun men­doa­
kannya. Tha‘labah memelihara kambing. Maka
‫ فاتخذ غنما فنمت كعا‬،‫ فدعا له‬.‫حق حقه‬ kambing­nya berkembang seperti ber­kembang-
biaknya ulat, sehingga penuh sesak­lah Madīnah
‫ فنزل‬،‫ينمو الدود حتى ضاقت بها المدينة‬
dengan kambingnya. Lalu, ia tinggal di sebuah
‫ فسأل عنه‬،‫واديا وانقطع عن الجماعة والجمعة‬ lembah dan memutuskan diri dari jamaah dan
shalat Jum’at. Karenanya, Nabi Saw. me­nanya­
:‫ فقال‬.‫النبي فقيل كثير ماله حتى لا يسعه واد‬ kannya, dan mendapat jawaban, ‘Ia kebanyakan
harta, sehingga satu lembah tidak muat.’ ‘Wahai
‫ فبعث النبي مصدقين لأخذ‬.‫يا ويح ثعلبة‬ celaka Tsh‘labah!’ kata Nabi. Lalu, dikirimlah oleh
،‫الصدقات فاستقبلهما الناس بصدقاتهم‬ beliau dua orang petugas untuk memungut zakat.
Kedua petugas itu disambut masya­rakat dengan
zakat mereka masing-masing. Dan lewatlah
kedua­nya kepada Tha‘labah lalu meminta zakat­
753 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 101. nya seraya mem­baca­kan kepadanya catatan
754 al-Qur’ān, al-Tawbah 9: 75.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
217

yang men­cantum­kan apa-apa yang wajib


dikeluar­kan. Namun kata­nya, ‘Ini tak lain adalah Hukum Hadis: Sangat Ḍa‘īf.
jizyah atau semacam jizyah. Pulanglah! Biarlah al-Bayhaqī menghukumi sanad yang di­
aku berfikir.’ Lalu, turun­lah ayat ini. Maka, riwayat­kannya ḍa‘īf. al-‘Irāqī menghukumi sanad
datang­lah Tha‘labah mem­bawa zakat­nya. al-Ṭabarānī ḍa‘īf. Ibn Ḥajar dan al-Munāwī yang
Namun, Nabi Saw. berkata, ‘Sesungguh­nya Allāh mengutip pendapat beliau menghukuminya
melarang aku menerima (zakat) darimu.’ Mulai­ ḍa‘īf, bahkan dalam al-Iṣābah beliau menafikan
lah Tha‘labah menaburkan tanah ke atas kepala­ kesahihan Hadis ini.757
nya. Namun, Nabi tetap mengatakan, ‘Inilah Dalam riwayat ini terdapat ‘Alī bin Zayd.
balasan perbuatanmu. Sesungguhnya aku telah Menurut al-Dāraquṭnī dan Haythamī, ia di­tinggal­
menyuruhmu, tetapi kamu tidak mematuhi aku.’ kan (matrūk). al-Bukhārī menyifatinya munkar
Rusūlullāh Saw. pun meninggal dunia. Maka, al-Ḥadīth. al-Nasā’ī berkata, ia tidak thiqah.
datanglah Tha‘labah membawa zakatnya pada Abū Zur‘ah berpendapat ia tidak kuat (lays bi
Abū Bakar. Tetapi ia pun tak mau menerimanya. al-qawiy). Menurut Ibn ‘Adiy, secara pribadi, ia
Kemudian, datang pula Tha‘labah membawa seorang yang saleh (fī nafsih ṣāliḥ). Sedangkan
zakatnya pada ‘Umar di masa khilafahnya, dan Ibn Ḥajar menyifatinya ḍa‘īf saja.758
ia pun tak menerimanya. Tha‘labah mati di masa Dalam sanad Hadis ini juga terdapat al-
‘Uthmān.” Qāsim bin al-Raḥmān. Ia disifati oleh Aḥmad
mem­punyai Hadis-hadis aneh yang diriwayat­kan
Takhrīj Hadis: darinya oleh ‘Alī bin Zayd. Menurut Ibn Ma‘īn
Hadis ini disifati oleh al-Bayhaqī sebagai Hadis dan al-Tirmidhī, ia thiqah. Menurut Ibn Ḥajar
masyhur di kalangan ahli tafsir, diriwayatkan oleh ia seorang yang jujur, namun banyak mem­buat
al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr, al-Bayhaqī dalam al- Hadis-hadis gharīb (ṣadūq yaghrib kathīran).759
Dalā’il, Ibn Jarīr al-Ṭabarī dalam tafsirnya. Dan Melihat kedua perawi di atas, terutama ‘Alī bin
seperti yang diisyaratkan oleh Ibn Ḥajar, al-Suyūṭī Zayd, maka pendapat Ibn Ḥajar dan al-Munāwī
dan al-Munāwī, diriwayatkan juga oleh Ibn lebih kuat, yaitu Hadis ini sangat ḍa‘īf.
Mardiwayh dan Ibn Abī Ḥātim dalam tafsir-tafsir
mereka. Semuanya melalui ‘Alī bin Zayd dari al- Hadis 323
Qāsim dari Abū Umāmah.755
Ibn Ḥajar mengatakan bahwa terdapat dua :‫ لاتنامي حتى تعملي أربعة أشياء‬،‫يا عائشة‬
orang sahabat yang bernama Tha‘labah bin Ḥāṭib
al-Anṣārī. Seorang diantaranya mengikuti perang
Badar dan seorang lagi munafik. Tha‘labah yang
Kāfī al-Shāf, hlm. 77, h.n. 133.
dimaksudkan di sini, jika Hadis ini benar ialah 757 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 3. hlm. 266; al-Bayhaqī,
Tha‘labah yang munafik, atau nama sebenarnya Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 5. hlm. 289; Ibn Ḥajar, al-Kāfī al-
adalah Tha‘labah bin Abī Ḥāṭib.756 Shāf, hlm. 77, h.n. 133; Ibn Ḥajar, al-Iṣābah, jil. 1, hlm. 198;
al-Munāwī, Fatḥ al-Samāwī, jil. 2, hlm. 690-691, h.n. 578.
758 Lihat biografi ‘Alī bin Yazīd dalam al-Dhahabī,
755 al-Ṭabarānī; al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 218- Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 161-162; al- Haythamī, Majma‘
220, h.n. 7883; Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 10, hlm. 189- al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 32; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm.
190; al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 5, hlm. 289; Ibn 106.
Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf, hlm. 77, h.n. 133; al-Munāwī, al-Fatḥ 759 Lihat biografi al-Qāsim dalam al-Dhahabī, Mīzān
al-Samāwī, jil. 2, hlm. 690-691, h.n. 578. al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 373-371; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb,
756 Ibn Ḥajar, al-Iṣābah, jil. 1, hlm. 198; Ibn Ḥajar, al- hlm. 406.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
218

kamu membaca shalawat kepadaku dan para


‫ وحتى تجعلي الأنبياء لك‬،‫حتى تختمي القرآن‬
nabi sebelum aku, maka sesungguhnya kami
‫ وحتى تجعلي المسلمين‬،‫شفعاء يوم القيامة‬ akan menjadi pemberi shafaat padamu pada
hari Kiamat. Apabila kamu memohonkan ampun
.‫راضين عنك وحتى تجعلي حجة وعمرة‬ untuk kaum mukminin, maka mereka semua rida
kepadamu. Dan apabila kamu mengucapkan,
‫فدخل النبي فبقيت على فراشها حتى أتم‬ ‘Subḥānallāh walḥamdu lillāhi wa lā ilāha
‫ فداك‬،‫ فلما أتمها قالت يا رسول اهلل‬.‫الصلاة‬ illallāhu wallāhu akbar,’ maka sesungguhnya
kamu telah melakukan haji dan umrah.”
‫ أمرتني بأربعة أشياء لا أقدر في هذه‬،‫أبي وأمي‬
Takhrīj Hadis:
‫ فتبسم رسول اهلل وقال إذا‬.‫الساعة أن أفعلها‬ Hadis ini belum dapat ditemukan dalam
‫ ثلاثا فكأنك ختمت‬760‫قرأت قل هو اهلل أحد‬ kitab-kitab Hadis. Secara lahir, Hadis ini dikutip
oleh al-Khūbawī dari kitab Tafsīr Ḥaqqī. Maksud­
‫ وإذا صليت على وعلى الأنبياء من‬،‫القرآن‬ nya adalah kitab Tafsīr Rūḥ al-Bayān karangan
Ismā‘īl Ḥaqqī al-Barūsawī. Namun setelah men­
‫ وإذا‬،‫قبلي فقد صرنا لك شفعاء يوم القيامة‬ carinya dalam beberapa tempat pada kitab
،‫استغفرت للمؤمنين فكلهم يرضون عنك‬ tersebut, Hadis ini belum juga dapat ditemukan.

‫وإذا قلت سبحان اهلل ولا إله الا اهلل واهلل‬ Hukum Hadis: -palsu,
Meskipun hukum Hadis ini belum dapat di­
.‫أكبر فقد حججت وعمرت‬ pastikan, namun ia lebih mendekati palsu, karena
“Wahai ‘Ā’ishah, janganlah kamu tidur tidak mempunyai sumber. Lihat pem­bahasan se­
sebelum melakukan empat perkara: sebelum lengkapnya dalam rumusan di bab ketiga.
kamu menghatamkan al-Qur’ān, sebelum kamu
menjadikan para nabi sebagai pemberi shafaat Hadis 324
kepadamu pada hari Kiamat, sebelum kamu
menjadikan kaum muslimin rida kepadamu, ‫روي عن أبي أمامة الباهلي في سبب نزول هذه‬
dan sebelum melakukan haji dan ‘umrah.’ Lalu,
‫أن ثعلبة بن‬ 761
)‫الآية (ومنهم من عاهد ااهلل‬
Nabi Saw. pun memulai shalatnya. Maka aku
pun tetap diam di tempat tidurku sampai beliau ‫حاطب الأنصاري كان ملازما بمسجد رسول‬
menyelesaikan shalatnya. Setelah Nabi selesai
shalat, ‘Ā’ishah berkata, ‘Ya Rasūlallāh, aku ‫ وكانت جبهته كركبة البعير‬،‫اهلل ليلا ونهارا‬
tebus engkau dengan bapak ibuku. Engkau telah
‫من كثرة السجود على الأرض والحجارة‬
menyuruh aku empat perkara yang tak mampu
aku lakukan di saat ini.’ Rasūlullāh Saw. tersenyum “Diriwayatkan dari Abū Umāmah al-Bāhilī
lalu bersabda, ‘Apabila kamu membaca, ‘qul r.a. tentang sebab turunnya ayat ini, bahwa
Huwallāh aḥad’ tiga kali, maka seolah-olah pada mulanya Tha‘labah bin Ḥāṭib al-Anṣārī
kamu telah menghatamkan al-Qur’ān. Apabila senantiasa pergi ke Masjid Rasūlullāh siang dan

760 al-Qur’ān, al-Ikhlāṣ 112: 1. 761 al-Qur’ān, al-Tawbah 9: 75.


Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
219

malam. Dahinya bagaikan lutut unta, karena darimu adalah orang-orang dermawan, sedang
banyaknya bersujud di atas tanah dan batu- urusanmu dimusyawarahkan sesamamu, maka
batu.” permukaan bumi lebih baik bagimu daripada
dalamnya. Sedang apabila pejabat-pejabatmu
Takhrīj Hadis: adalah orang-orang jahat darimu, orang-orang
Hadis ini sama dengan Hadis pertama di kaya darimu adalah orang-orong kikir darimu,
atas, yaitu Hadis ke 322. sedang urusannmu diserahkan pada wanita-
wanitamu, maka dalamnya bumi lebih baik
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf. bagimu dari permukaannya.”

Hadis 325 Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
‫ إذا حدث كذب وإذا وعد‬،‫آية المنافق ثلاثة‬ Abū Nu‘aym, al-Khaṭīb dalam al-Tārīkh, Ibn Abī
al-Dunyā dalam al-Tawbah dan Abū ‘Amru al-
‫أخلف وإذا اؤتمن خان‬ Dānī dalam al-Sunan al-Wāridah fī al-Fitan.
“Tanda orang munafik itu ada tiga: apabila Kesemuanya dari Abū Hurayrah melalui Ṣāliḥ bin
berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia ber­ Baṣīr al-Murrī.763
dusta, dan apabila dipercaya ia berkhianat.”
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf
Takhrīj Hadis: al-Tirmidhī mengatakan Hadis ini gharīb,
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan yang tidak diketahui kecuali melalui riwayat Ṣāliḥ
Muslim dari Abū Hurayrah.762 al-Murrī. Ṣāliḥ dalam Hadis-hadisnya terdapat
banyak perkara-perkara yang aneh. Ia telah
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. menyendiri dalam meriwayatkannya, dan tidak
ada yang mengikutinya, akan tetapi ia sendiri
merupakan seorang yang saleh.764
Hadis 326
al-Suyūṭī menyebutkan, Hadis ini tanpa
‫إذا كان أمراؤكم خياركم وأغنياؤكم أسخياؤكم‬ memberikan hukumnya. al-Munāwī menilainya
ḍa‘īf dengan mengutip pendapat al-Tirmidhī. al-
‫وأمركم شورى بينكم فظهر الأرض خير‬ Albānī juga menghukumi ḍa‘īf.765 Dalam biografi
Ṣāliḥ ini ditemukan bahwa ia ḍa‘īf menurut Ibn
‫ وإذا كان أمراؤكم شراركم‬،‫لكم من بطنها‬
‫وأغنياؤكم بخلاؤكم وأمركم إلى نسائكم فبطنها‬ 763 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Fitan, Bāb (tanpa
judul, no. 78), h.n. 2266; Abu Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’,
.‫خير لكم من ظهرها‬ jil. 6, hlm. 176; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 2, hlm. 190;
Ibn Abī al-Dunyā, al-Tawbah, hlm. 182-183, h.n. 179; Abū
“Apabila pejabat-pejabatmu adalah orang- ‘Amru ‘Uthmān bin Sa‘īd al-Dānī, al-Sunan al-Wāridah fī
orang terpilih darimu, dan orang-orang kaya al-Fitan wa Ghawā’ilihā wa al-Sā‘ah wa Ashrātihā, Taḥ. Dr.
Riḍā Allāh Muḥammad Idrīs al-Mubārkafūrī, Dar al-‘Iṣmah,
Bayrūt, 1995, jil. 3, hlm. 663, h.n. 303.
764 Ibid.
762 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb ‘Alāmāt al- 765 al-Suyū}ṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 108; al-
Munāfiq, h.n. 38; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 4130; al-Albānī, Ḍa‘īf al-
Khiṣal al-Muna<fiq, h.n. 59. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 221. h.n. 746.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
220

Ma‘īn dan al-Dāraquṭnī. Ibn Madīnī berpendapat Takhrīj Hadis:


ia ḍa‘īf. Aḥmad menyatakan ia seorang tukang Hadis ini sama dengan Hadis ke 84.
cerita dan bukan ahli Hadis dan tidak mengetahui
Hadis. al-Nasā’ī menyifatinya matrūk. Menurut Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Bukhārī, ia munkar al-ḥadīth. Ibn ‘Adiy ber­kata,
“Ia bukan termasuk orang yang sengaja me­malsu­ Hadis 328
kan Hadis, tetapi banyak mempunyai kesalahan,
karena pengetahuannya yang sedikit tentang ‫تصدقوا عن أنفسكم وعن موتاكم ولو بشربة‬
sanad dan matan.” Ibn Ḥajar menyifatinya ḍa‘īf.766
Melihat perbedaan pendapat beberapa ‫ فإن لم تقدروا على ذلك فبأية من كتاب‬،‫ماء‬
orang ulama tentang riwayat Ṣāliḥ al-Murrī ini,
‫ فإن لم تعلموا شيئا من كتاب اهلل فادعوا‬،‫اهلل‬
Penulis menguatkan pendapat yang mengatakan
bahwa riwayatnya sangat ḍa‘īf, seperti pendapat .‫بالمغفرة والرحمة فقد وعدكم بالإجابة‬
al-Bukhārī, Ibn al-Madīnī, al-Nasā’ī dan Aḥmad,
meskipun beliau merupakan seorang yang saleh “Bersedekahlah kamu untuk dirimu dan
dan zuhud. Apalagi beliau telah menyendiri orang-orang yang mati darimu, meski hanya
dalam meriwayatkan Hadis ini. Karena itu, Hadis seteguk air. Jika kamu tidak mampu melakukan­
ini sangat ḍa‘īf. nya, maka satu ayat dari Kitab Allāh. Jika kamu
tidak tahu sedikit pun dari Kitab Allāh, maka
ber­doa­lah agar mendapat ampunan dan rah­
Hadis 327 mat, karena sesungguhnya Allāh telah ber­janji
‫السخاء شجرة أصلها في الجنة وأغصانها‬ padamu akan mengabulkan doa.”

‫ فمن تعلق بغصن منها‬،‫متدليات في الدنيا‬ Takhrīj Hadis


Hadis ini belum ditemukan perawinya dalam
‫ والبخل شجرة أصلها في النار‬.‫أدته إلى الجنة‬ kitab-kitab Hadis. al-Khūbawī mengutipnya dari
kitab Ḥayāh al-Qulūb.767
‫ فمن تعلق بغصن‬،‫وأغصانها متدليات في الدنيا‬
.‫منها أدته إلى النار‬ Hukum Hadis: - palsu.
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
“Kedermawanan itu pohon yang pangkalnya Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga
ada dalam surga, sedang daunnya menjuntai nanti, Hadis seperti ini lebih mendekati palsu.
ke dunia. Siapa bergantung pada salah satu
dahannya, maka ia akan ditarik olehnya ke surga.
Dan kekikiran ialah pohon yang pangkalnya ada Hadis 329
di neraka, sedang dahannya menjuntai ke dunia. ‫ ولا‬،‫من تصدق بعدل تمر من كسب طيب‬
Siapa bergantung pada salah satu dahannya,
maka ia akan ditarik olehnya ke neraka.” ،‫ فإن اهلل يقبلها بيمينه‬،‫يقبل اهلل الا الطيب‬
‫ثم يربيها لصاحبها كما يربي أحدكم فلوه حتى‬
766 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 289-290;
Ibn Ḥajar, Tahdhīb al-Tahdhīb, jil. 4, hlm. 334-335; Ibn Ḥajar,
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 271. 767 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 90.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
221

Athīr menyebutkannya seperti di atas, beliau


.‫تكون مثل الجبل‬
juga menyebutkan beberapa riwayat yang sama
“Siapa bersedekah sebesar biji kurma dari artinya. Sedangkan ‘Alī al-Qārī mengatakan
usaha yang baik – sedang Allāh tidak menerima bahwa Hadis ini maknanya ṣaḥīḥ, akan tetapi
selain yang baik – maka Allāh akan menerimanya beliau tidak menyebutkan perawinya, bahkan
dengan “tangan kanan-Nya,” kemudian memeli­ mengutip pendapat Ibn Qayyim, al-Zarkashī dan
hara­nya untuk yang memilikinya, seperti seorang al-Suyūṭī seperti disebut di atas.769
dari kamu memelihara anak sampai menjadi
seperti gunung.” Hukum Hadis: Mauḍū‘/Palsu
Karena Hadis ini tidak dikenali perawinya,
Takhrīj Hadis: maka Hadis ini bukanlah sabda Rasūlullāh Saw.,
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan meskipun makna Hadis ini benar. Jadi Hadis ini
Muslim dari Abū Hurayrah dengan lafal-lafal palsu.
berbeda. Lafal ini adalah salah satu lafal al-
Bukhārī.768 Hadis 331

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. .‫يا أيها الناس توبوا إلى اهلل تعالى قبل أن تموتوا‬
،‫وبادروا بالأعمال الصالحة قبل أن تشغلوا‬
Hadis 330
‫وصلوا الذي بينكم وبين ربكم بكثرة ذكركم‬
.‫أفضل الأعمال أحمزها‬
‫ وأثروا الصدقة في السر والعلانية‬،‫له تعالى‬
“Amal yang paling utama ialah yang paling
berat.” .‫ترزقوا وتنصروا وتجبروا‬

Takhrīj Hadis: “Wahai manusia, bertaubatlah kamu


Hadis ini disebutkan oleh Ibn al-Athīr dalam kepada Allāh Ta‘ālā sebelum kamu mati, cepat-
al-Nihāyah dari Ibn al-Zarkashī dan al-‘Abbās cepatlah melakukan amal-amal saleh sebelum
dengan lafal, kamu sibuk, sambunglah hubungan di antara
kamu dan dengan Tuhanmu dengan banyak
‫سئل رسول اهلل أي الأعمال الأفضل؟ قال‬ mengingat Dia Yang Maha Tinggi dan banyak-
banyaklah bersedekah secara rahasia maupun
‫أحمزها‬ terang-terangan, niscaya kamu diberi rezeki,
al-Suyūṭī mengatakan bahwa Hadis ini tidak kemenangan dan kekayaan.”
dikenali (lā yu‘raf). Ibn Qayyim seperti yang
dikutip oleh ‘Alī al-Qārī mengatakan bahwa
Hadis ini tidak mempunyai sumber (lā aṣla lāh). 769 Mubāraq bin Muḥammad al-Jazarī, Ibn al-Athīr, al-
al-Sakhāwī selain menjelaskan bahwa Ibn al- Nihāyah fī Gharīb al-Ḥadīth, Maktabah al-‘Ilmiyyah, Bayrūt,
t.th.,jil. 1, hlm. 440; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah,
hlm. 69, h.n. 138; al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah, hlm.
768 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Lā Yaqbal 25; Muḥammad bin ‘Abd Allāh al-Zarkashī, al-Tadhkirah
Allāh Ṣadaqah Min Ghulūl, h.n. 1410, dan lih. h.n. 7430; fī al-Aḥādīth al-Mushtahirah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
Muslim Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Qabūl al-Ṣadaqah min Bayrūt, 1986, hlm. 162; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah,
Kasb al-T}ayyib, h.n. 1014. hlm. 61, h.n. 208.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
222

Takhrīj Hadis: Būṣīrī mengatakan bahwa Hadis ini mempunyai


Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Mājah dan shāhid dari Hadis Abū Sa‘īd yang diriwayatkan
Ibn ‘Adiy. Kedua-duanya dari Jābir melalui ‘Abd oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ. Namun, seperti
Allāh bin Muḥammad al-‘Adawī dari ‘Alī bin yang dikatakan oleh al-Haythamī, di dalam
Zayd bin Jūd; dari Sa‘īd bin al-Musayyab. Seperti sanadnya terdapat Mūsā bin ‘Atiyyah al-Bāhīlī.
yang diisyaratkan oleh al-Būṣīrī, Hadis ini juga Beliau belum dapat menemukan biografinya
diriwayatkan oleh ‘Abd bin Ḥumayd dari Jābir (lam ajid lahū tarjamah).772 al-Albānī dalam Irwā’
tanpa melalui al-‘Adawī. Sedangkan Abū Ya‘lā al-Ghalīl menyebutkan beberapa jalur lain, tetapi
meriwayatkannya juga dari Jābir tanpa melalui al- beliau berpendapat semua jalur tersebut tidak
‘Adawī dan ‘Alī bin Zayd, tetapi seorang perawinya terlepas dari sebab-sebab yang men-ḍa‘īf-kan.773
tidak disebutkan namanya (mubham).770 Maka Hadis ini tetap ḍa‘īf.

Hukum Hadis: Ḍa‘īf. Hadis 332


Dalam sanad Ibn Mājah terdapat dua
perawi yang bermasalah, yaitu ‘Abd Allāh bin .‫الصدقة تسد سبعين بابا من السوء‬
Muḥammad al-‘Adawī dan ‘Alī bin Zayd. al-
“Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu
‘Adawī dituduh memalsukan Hadis oleh Wakī‘. al-
keburukan.”
Bukhārī menyifatinya sebagai munkar al-ḥadīth,
dan menurut Ibn Ḥajar, matrūk. Sedangkan
Takhrīj Hadis:
‘Alī bin Zayd, ia menurut Aḥmad, Yaḥyā dan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
beberapa ulama lain adalah ḍa‘īf. Menurut al-
dalam al-Kabīr dari Rāfi‘ bin Khadīj. al-‘Irāqī me­
Bukhārī dan Abū Ḥātim tidak boleh ber-ḥujjah
nam­bah­kan bahwa Ibn al-Mubārak me­riwayat­
dengannya (lā yuḥtajju). Sedangkan menurut al-
kan­nya dalam kitab al-Birr dari Anas dengan
Tirmidhī, ia jujur (ṣadūq).771 Jadi Hadis ini paling ‫ن‬
lafal, 774‫سبع� بابا من ميت السوء‬
‫ي‬ ‫لي�أ بالصدقة‬
‫إن هللا ب‬
tinggi boleh dihukumi sangat ḍa‘īf; atau bahkan
palsu sebab seorang perawinya sudah dituduh
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
pemalsu Hadis.
al-Haythamī mengatakan bahwa di dalam
Riwayat ‘Abd bin Ḥumayd juga ḍa‘īf, karena
sanad al-Ṭabarānī terdapat Ḥammād bin Shu‘ayb,
melalui ‘Alī dan ia disifati ḍa‘īf. Sedangkan
ia ḍa‘īf. al-‘Irāqī mengatakan bahwa sanad Ibn al-
riwayat Abū Ya‘lā, meskipun tanpa melalui
Mubārak ḍa‘īf. al-Suyūṭī dalam al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr
kedua perawi tersebut, tetapi seorang perawinya
hanya menyebutkan Hadis ini tanpa memberikan
tidak diketahui namanya (mubham), dan Hadis
hukumnya. Sedangkan al-Munāwī hanya menukil
mubham adalah salah satu jenis Hadis ḍa‘īf. al-
pendapat al-Haythamī di atas.775

770 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb Iqāmah al-Ṣalāh, Bāb 772 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 204, h.n.
Farḍ al-Jum‘ah, h.n. 1081; Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 4. hlm. 386; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 169-170.
1498; Abū Ya‘lā, Musnad, jil. 3, hlm. 282, h.n. 1856; al- 773 Muḥammad Nāṣir al-Dīn al-Albānī, Irwā’ al-Ghalīl
Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 204, h.n. 386. fī Takhrīj Aḥādīth al-Manār al-Sabīl, al-Maktab al-Islāmī,
771 Lihat biografi ‘Abd Allāh al-‘Adawī dalam al- Bayrūt, 1980, jil. 3, hlm. 50-54.
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 485- 486; Ibn Ḥajar, 774 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 4, hlm. 273,
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 322; dan biografi ‘Alī bin Zayd dalam h.n. 4402; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 297.
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidal, jil. 3, hlm. 127-129; Ibn Ḥajar, 775 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 3, hlm. 109;
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 401. al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 297; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
223

sebaliknya.
Hadis 333
Hadis 334
‫ ومن كان‬،‫من كان له مال فليتصدق بماله‬
،‫لما خلق اهلل تعالى الأرض تحركت ومالت‬
‫ ومن كان له قوة‬،‫له علم فليتصدق بعلمه‬
.‫فخلق الجبال فوضعها عليها فاستقرت‬
.‫فليتصدق بقوته‬
‫ يا‬:‫فتعجب الملائكة من شدة الجبال فقالوا‬
“Siapa mempunyai harta, maka hendaklah ia
bersedekah dengan hartanya. Siapa mempunyai :‫رب هل من خلقك شيء أشد من الجبال؟ قال‬
ilmu, maka hendaklah bersedekah dengan ilmu­
nya. Dan siapa mempunyai kekuatan, hendak­lah ‫ هل من خلقك‬،‫ يا رب‬:‫ فقالوا‬.‫ الحديد‬،‫نعم‬
bersedekah dengan kekuatannya.”
‫ يا‬:‫ قالوا‬.‫ النار‬،‫ نعم‬:‫شيء أشد من الحديد؟ قال‬
Takhrīj Hadis: :‫ هل من خلقك شيء أشد من النار؟ قال‬،‫رب‬
al-Khūbawī mengutip Hadis ini dari kitab
Jāmi‘ al-Azhār. Dalam kitab tersebut al-Suyūṭī ‫ هل من خلقك أشد‬،‫ يا رب‬:‫ فقالوا‬.‫ الماء‬،‫نعم‬
menjelaskan bahwa ia diriwayatkan oleh Ibn
Sunnī dari Ibn ‘Umar dengan lafal yang sama,
‫ هل‬،‫ يا رب‬:‫ فقالوا‬.‫ الريح‬،‫ نعم‬:‫من الماء؟ قال‬
namun tanpa penggalan terakhir, ‫ ابن‬،‫ نعم‬:‫من خلقك شيء أشد من الريح؟ قال‬
776
‫ومن كان له قوة فليتصدق بقوته‬ ‫آدم يتصدق صدقة بيمينه يخفيها عن شماله‬
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Sunnī
.‫فهو أشد منه‬
secara umum tanpa menjelaskan kitab tertentu,
biasanya dimaksudkan adalah riwayat beliau “Setelah Allāh Ta‘ālā menciptakan bumi,
dalam kitab ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah. Namun maka bumi itu bergerak-gerak dan goncang
Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab tersebut. lalu Dia menciptakan gunung-gunung. Gunung-
Kemungkinannya, Ibn Sunnī meriwayatkannya gunung itu Dia pancangkan di atas bumi,
dalam kitab lain, namun al-Suyūṭī lupa maka bumi pun diam, sehingga para malaikat
menyebutkannya. terheran-heran dengan kehebatan gunung-
gunung itu. Maka mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku,
Hukum Hadis: -ḍa‘īf, adakah di antara makhluk-Mu yang lebih hebat
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan. lagi dari gunung-gunung?’ Jawab Allāh, ‘Ada,
Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga besi.’ Mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku, adakah
nanti, Hadis seperti ini dapat dihukumi atau di antara makhluk-Mu yang lebih hebat dari
lebih mendekati Hadis ḍa‘īf, dengan tidak besi?’ Jawab Allāh, ‘Ada, api.’ Mereka bertanya,
menutup kemungkinan ia lebih kuat dari itu atau ‘Ya Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu
yang lebih hebat dari api?’ Jawab Allāh, ‘Ada,
air.’ Mereka bertanya, ‘Ya Tuhanku, adakah di
Saghīr, jil. 2, hlm. 82; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm.
antara makhluk-Mu yang lebih hebat dari air?’
236.
776 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 105; al- Jawab Allāh, ‘Ada, angin.’ Mereka bertanya, ‘Ya
Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Kabīr/al-Azhār, jil. 7, hlm. 358, h.n. 22929. Tuhanku, adakah di antara makhluk-Mu yang
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
224

lebih hebat lagi dari angin?’ ‘Ada, anak Adam,’


‫ولا صلاة لمن لا يحب الأنصار‬
jawab Allāh. ‘Ia bersedekah dengan tangan
kanannya, sedang sedekah itu ia sembunyikan Sedangkan lafal al-Dāraquṭnī sama dengan
dari tangan kirinya. Ialah yang lebih hebat.’” lafal Ibn ‘Abd al-Barr.778
al-Dāraquṭnī juga meriwayatkan Hadis ini
Takhrīj Hadis: dari ‘Ā’ishah secara marfū‘ melalui ‘Amru bin
Hadis ini sama dengan Hadis ke 78. Shamr dari Jābir. Sedangkan al-Bayhaqī hanya
menjelaskan hal ini sambil mengingatkan bahwa
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. sanad riwayat ini ḍa‘īf.779

Bab 27 Hukum Hadis: Ḥasan li -ghayrih


Riwayat Ibn Mas‘ud adalah mawqūf dan
Penjelasan Mengenai Rezeki mawqūf itu jenis Hadis ḍa‘īf. Sedangkan riwayat
Hadis dari no 335 sampai no 342 yang marfū‘ di dalam sanadnya terdapat ‘Amru
bin Shamr. Ia telah dituduh pendusta oleh al-
Hadis 335 Jawzajānī dan al-Sulaymānī. Menurut al-Nasā’ī
dan al-Dāraquṭnī matrūk. Menurut Ibn Ḥibbān,
.‫لا صلاة لمن لم يصل علي‬ ia meriwayatkan Hadis-hadis palsu dari perawi-
perawi thiqah mengenai kelebihan ahli al-bayt.780
“Tidak sempurna shalat seseorang yang
Selain ‘Amru, terdapat juga Jābir al-Ju‘fī.
tidak bershalawat kepadaku.”
Beliau dahulunya merupakan seorang perawi
yang thiqah dan telah dinilai thiqah oleh Wakī‘
Takhrīj Hadis:
dan Shu‘bah. Akan tetapi akhirnya beliau
Hadis ini diriwayatkan secara mawqūf
lemah, sehingga dituduh sebagai pendusta oleh
oleh al-Dāraquṭnī dan Ibn ‘Abd al-Barr seperti
beberapa ulama. Menurut al-Nasā’ī ia matrūk. Di
dijelaskan al-Sakhāwī. Keduanya dari Ibn Mas‘ūd
sisi lain, Abū Dāwud berpendapat ia tidak kuat
sebagai perkataan beliau. Lafal Ibn ‘Abd al-Barr,
dalam Hadis-hadisnya. Jadi Hadis melalui jalan
‫لا صلاة لمن لم يصل على النبي‬
Sedangkan lafal al-Dāraquṭnī,
778 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb Ṭahārah wa Sunanihā,
‫ما صليت صلاة لا أصلي فيها على محمد إلا‬ Bāb Mā Jā’a fī al-Tasmiyah fī al-Wudū’, h.n. 400; ‘Alī bin
‘Umar al-Dāraquṭnī, Sunan al-Dāraquṭnī, Taḥ. al-Sayyid ‘Abd
Allāh Hāshim, Dār al-Muḥāsib, al-Qāhirah, t.th., Kitāb al-
777
‫ظننت أن صلاتي لم تتم‬ Ṣalāh, Bāb Wujūb al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud,
jil. 1, hlm. 355; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb
‫لا صلاة لمن لا وضوء ولا وضوء لمن لم يذكر‬ al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw., jil. 3, hlm. 379.
779 al-Dāraquṭnī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb
al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud, jil. 1, hlm. 355;
،‫ ولا صلاة لمن لا يصلي على النبي‬،‫اسم اهلل‬ al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb al-Ṣalāh ‘alā
al-Nabī Saw., jil. 3, hlm. 379.
780 Muḥammad bin ‘Amru al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’
al-Kabīr, Ṭah. Abd al-Mu‘tī Āmīn Qal‘ajī, Dār al-Kutub al-
777 al-Dāraquṭnī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb ‘Ilmiyyah, Bayrūt, 1984, jil. 2, hlm. 275; Ibn Ḥibbān, al-
al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud, jil. 1, 356; al- Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 75; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3,
Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 255-256. hlm. 268.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
225

ini adalah mawḍū‘.781 lebih benar.784


Sedangkan riwayat dari Sahal, dalam sanad-
nya terdapat ‘Abd al-Muhaymin. Menurut al- Hukum Hadis: Mawqūf, sanadnya sangat ḍa‘īf.
Būṣīrī, disepakati bahwa ia ḍa‘īf. Namun beliau Biografi Jābir al-Ju‘fī telah dijelaskan pada
tidak sendirian. Ia telah diikuti oleh saudaranya Hadis yang sebelumnya. Hadis ini telah dihukumi
Ubay, seperti yang diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī ḍa‘īf oleh al-Dāruquṭn>ī dan al-Bayhaqī. Namun
dalam al-Kabīr.782 menurut Penulis, ḍa‘īf yang dimaksudkan di sini
Dalam biodata Ubay ditemukan bahwa ia adalah sangat ḍa‘īf, sebab kredibilitas al-Ju‘fī
ḍa‘īf menumt Ibn Ma‘īn. Sedangkan mengikuti yang bukan saja ḍa‘īf, melainkan sangat ḍa‘īf.785
pendapat Aḥmad, ia munkar al-Ḥadīth. Akan
tetapi ia lebih kuat dari saudaranya. al-Dhahabī Hadis 337
mengatakan, bahwa Ubay, meskipun tidak kuat,
akan tetapi riwayatnya baik (in lam yakun bi al- ،‫ في باب الرزق‬:‫فيم أنتم تتحدثون؟ قالوا‬
thabath fahuwa ḥasan al-Ḥadīth).783 Dari sini
dapat dilihat bahwa Hadis ini yang asalnya ḍa‘īf, ‫ ألا أحدثكم بحديث حدثني به جبرائيل؟‬:‫فقال‬
yaitu dengan riwayat Sahal, tetapi mempunyai
‫ حدثني جبرائيل أن اخي سليمان‬.‫ بلى‬:‫قالوا‬
mutāba‘ah yang lebih kuat selain shāhid berupa
Hadis mawqūf. Jadi Hadis ini dapat dihukumi ‫كان يصلي على شاطىء البحر فرأى نملة‬
ḥasan li -ghayrih.
‫تسير وفي فمها ورقة بيضاء فصاحت على‬
Hadis 2 (336) ‫شاطىء البحر فخرج ضفداع فحملها على‬
‫من صلى صلاة لم يصل فيها علي وعلى أهل‬ ‫ظهره وغاص بها ثم بعد ساعة عادت النملة‬
.‫بيتي لم تقبل منه‬ ‫ أخبرني‬:‫ فقال سليمان‬،‫فوق الماء وجاءت‬
“Siapa saja yang menunaikan shalat, ia ‫ في أسفل هذا البحر صخرة‬:‫ فقالت‬.‫بالقصة‬
tidak bershalawat padaku dan keluargaku, maka
takkan diterima shalatnya.” ‫ وفي وسطها دودة قد جعل اهلل رزقها‬،‫صماء‬

Takhrīj Hadis:
‫ فكل يوم احمل ما رزقها اهلل تعالى إليها‬،‫إلي‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Dāraquṭnī dan ‫ وخلق لي في هذا البحر ملكا على صورة‬،‫مرتين‬
al-Bayhaqī dari Abū Mas‘ūd secara marfū‘ melalui
Jābir al-Ju‘fī. al-Dāraquṭnī telah meriwayat­kan­ ‫ضفداع فيحملني فيغوص في البحر حتى‬
nya juga secara mawqūf dengan lafal berbeda
sebagai perkataan Abū Mas‘ūd melalui Jābir di ‫يضعني على تلك الصخرة فتشق حتى تخرج‬
atas. Beliau mengatakan bahwa yang mawqūf
‫ ثم‬،‫تلك الدودة منها فأطعمها مما يكون معي‬

781 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 379-381. 784 al-Dāraquṭnī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Wujūb
782 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 1, hlm. 111, h.n. al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī Saw. fī al-Tashahhud, jil. 1, hlm. 355;
166; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 671, Ibn Ḥajar, al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257.
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 366. 785 Lih. al-Zaylā‘ī, Naṣb al-Rāyah, jil. 1, hlm. 427; al-
783 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 78. Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 257.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
226

al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawnaq al-


‫ فكلما أكلت‬،‫تحملن الضفداع إلى رأس الماء‬
Majālis.786
‫ سبحان الذي خلقني وفي‬:‫الدودة رزقها قالت‬
Hukum Hadis: - palsu.
‫ أفينسي أمة‬،‫البحر صيرني ولم ينسني بالزرق‬ Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Namun seperti yang akan dijelaskan dalam
.‫محمد من الرحمة؟‬ bab kesimpulan nanti, Hadis seperti ini lebih
“Apakah yang kalian perbincangkan?” “Soal mendekati Hadis palsu.
rezeki,” jawab mereka. Maka sabda Beliau Saw.,
‘Bolehkah aku ceritakan kepadamu sebuah cerita Hadis 338
yang telah disampaikan kepadaku oleh Jibrīl?’
Mereka menjawab, ‘Tentu!’ Nabi Saw. berkata, ‫لا يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتي يوم‬
‘Jibrīl bercerita kepadaku, bahwa saudaraku,
Sulaymān pernah shalat di pinggir laut. Maka
.‫ مزعة لحم‬:‫القيامة ليس في وجهه‬
dilihatnya seekor semut berjalan, sedang pada “Seseorang akan senantiasa mengemis,
mulutnya ada selembar daun hijau. Maka sehingga pada hari Kiamat ia akan datang
muncullah seekor katak yang menggendongnya sedang pada wajahnya tidak terdapat daging
di atas punggungnya lalu dibawa menyelam. secuil pun.”
Sesaat kemudian, muncullah semut itu di
permukaan air lalu datang ke darat. Maka kata Takhrīj Hadis:
Sulaymān, ‘Ceritakan padaku apa yang terjadi!’ Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Dan semut itu pun bercerita, ‘Di dasar laut itu ada Muslim dari Ibn ‘Umar. Dalam lafal keduanya,
sebuah batu karang yang keras. Di tengahnya ada perkataan ‫ ال‬diganti dengan ‫ما‬.787
seekor ulat. Allāh menganugerahkan rezekinya
melalui aku. Maka, setiap hari aku membawa Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
rezeki yang dikaruniakan Allāh kepadanya dua
kali. Dan Allāh menciptakan untukku dalam
Hadis 339
laut ini seorang malaikat berbentuk katak. Ia
menggendongku, lalu menyelam ke dalam laut. ‫ وما أحل الفواحش‬،‫السؤال من الفواحش‬
Akhimya ia letakkan aku di atas batu itu. Maka,
batu itu pun merekah, sehinggga keluarlah .‫غيره‬
darinya ulat itu. Maka aku beri ia makanan yang
“Mengemis itu termasuk perbuatan keji.
ada padaku. Sesudah itu, katak itu membawa
Dan tidak ada perbuatan keji yang aku halalkan
aku ke permukaan air. Tiap kali ulat itu memakan
selain mengemis.”
rezekinya, ia mengucapkan, ‘Maha Suci Allāh
yang telah menciptakan aku dan menjadikan
Takhrīj Hadis:
aku di dalam laut. Sedang Dia tidak lupa untuk
Hadis dengan lafal seperti ini disebutkan
memberi rezeki kepadaku. Maka, patutkah umat
Muḥammad melupakan rahmat-Nya?’”
786 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn}, hlm. 107.
787 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Sa’ala
Takhrīj Hadis: al-Nās Takaththuran, h.n. 1472; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Zakāh, Bāb Karāhah al-Mas’alah Linnās, h.n. 1040.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
227

oleh al-Ghazālī dalam al-Iḥyā’.788 Hadis ini juga diriwayatkan dari Sahal oleh
Abū Dāwud dan Ibn Ḥibbān dengan lafal
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
al-‘Irāqī mengatakan, bahwa beliau belum ‫من سأل وله ما يغنيه فإنما يستكثر من النار‬
menemukan asal Hadis ini (lam ajid lahū aslan).
‫ من جمرة جهنم) فقالوا يا رسول‬:‫(وفي رواية‬
Sedangkan al-Zabīdī tidak memberikan pen­
dapat­nya ketika menyebutkan Hadis ini dan 791
‫ قدر ما يغديه ويعشيه‬:‫اهلل وما يغنيه؟ قال‬
menukil pendapat al-‘Irāqī.789

Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrihi


Hadis 340 Riwayat Ibn ‘Adiy dan al-Daylamī dari Abū
Hurayrah dihukumi ḍa‘īf oleh al-Suyūtī, al-
‫ وما هو يا‬:‫ قالوا‬،‫استعينوا بغنى اهلل تعالى‬
Munāwī dan al-Albānī. Tetapi Hadis ini mem­
.‫ غداء يوم وعشاء ليلة‬:‫رسول اهلل؟ قال‬ punyai shāhid yang kuat, yaitu riwayat Abū
Dāwud dan Ibn Ḥibbān di atas yang sanadnya
“Merasa cukuplah kamu dengan kekayaan
ḥasan. al-‘Irāqī juga menyebutkan riwayat Aḥmad
Allāh Ta‘ālā!” Para sahabat bertanya, “Apa itu
yang sanadnya ḥasan untuk menguatkan Hadis
ya Rasūlallāh?’ Beliau menjawab, “Makan siang
ini.792 Karena itu, Hadis ini sekurang-kurangnya
dan makan malam.”
dapat dihukumi ḥasan li - ghayrihi.

Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal seperti ini diriwayatkan Hadis 341
oleh Ibn ‘Adiy dan Ibn Sunnī dalam al-Qanā‘ah
‫ومن سأل وله خمسون درهما أو عدلها من‬
dari Abū Hurayrah. al-Daylamī meriwayatkan
pula dengan sedikit perbedaan lafal. Ibn Abī al- .‫ أربعون‬:‫الذهب فقد سأل إلحافا وفى رواية‬
Dunyā juga meriwayatkannya dalam al-Qanā‘ah
“Siapa meminta-minta, padahal ia mem­
dari Rajā’ bin Ḥaywah dengan lafal,
punyai lima puluh dirham atau emas yang se­
.‫ أوصيني‬:‫قال رجل للنبي صلى اهلل عليه وسلم‬ harga dengannya, maka berarti ia telah me­
minta-minta dengan mendesak.” Sedangkan me­
:‫ ما غنى اهلل؟ قال‬:‫ قال‬.‫ استغن بغنى اهلل‬:‫قال‬ nurut lafal lainnya, “empat puluh dirham.”
790
‫غداء يوم أو عشاء ليلة‬
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal ‫خمسون درهما‬, diriwayatkan
oleh Abū Dāwud, Ibn Mājah, Aḥmad, al-Ḥākim
788 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 4, hlm. 261.
789 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil.4, hlm. 241; al-Zabīdī,
Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm. 304.
790 Ibn ‘Adiy, al-Kāmil, jil. 3, hlm. 1098; Muḥammad 791 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakāh Bāb Man
bin Isḥāq al-Daynuwarī @ Ibn Sunnī, al-Qanā‘ah, Taḥ. ‘Abd Yu‘ṭā min al-Ṣadaqah, h.n. 1629; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb
Allāh bin Yūsuf al-Juday, Maktabah al-Rushd, al-Riyāḍ, 1989, al-Zakāh, Bāb al-Mas’alah wa al-Akdh wa Mā Yata‘allaq Bih,
hlm. 72, h.n. 52; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 1, hlm. h.n. 3385.
88, h.n. 280; ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn 792 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 129; al-
Abī al-Dunyā, al-Qanā‘ah wa al-Ta‘affuf, Taḥ. Muṣṭafā ‘Abd Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 1, hlm. 495; al-Albānī, Ḍa‘īf al-
al-Qādir ‘Aṭā’, Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt, Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 269, h.n. 923; al-‘Irāqī, al-Mughnī,
1993, hlm. 69, h.n. 128. jil. 4, hlm. 266.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
228

dan al-Bayhaqī. Semuanya dari Ibn Mas‘ūd


‫السؤال أخر الكسب‬
dengan lafal selengkapnya,
“Mengemis adalah usaha terakhir.”
‫من سأل وله ما يغنيه جاءت خموسا أو كدوحا‬
‫ وما‬،‫ اهلل‬: ‫ يا رسول‬:‫ قيل‬.‫في وجهه يوم القيامة‬ Takhrīj Hadis:
Hadis dengan lafal seperti ini belum dapat
‫ خمسون درهما أو‬:‫يغنيه أو ماذا أغناه؟ قال‬ ditemukan. Namun Hadis dengan makna yang
sama ditemukan sebagai riwayat Aḥmad, al-
‫حسابها من الذهب‬
793
Bukhārī dalam al-Ādāb, al-Ṭabarānī dalam al-
Sedangkan riwayat dengan lafal ‫أربعون درهما‬, Kabīr dan Ibn Abī al-Dunyā dalam al-Qanā‘ah.
diriwayatkan oleh al-Nasā’ī, Ibn Khuzaymah dan Semuanya dari Qays bin ‘Āṣim secara mawqūf
al-Bayhaqī dari ‘Abd Allāh bin ‘Amr dengan lafal sebagai wasiat beliau kepada anak-anaknya
selengkapnya, dengan lafal,

. ‫من سأل وله أربعون درهما فهو الملحف‬ ‫ فإنه منبهة للكريم‬،‫عليكم بالمال واصطناعه‬
Dalam riwayat Ibn Khuzymah terdapat ‫ وإياكم ومسألة الناس فإنه‬،‫ويغني به عن اللئيم‬
penambahan lafal ‫وهو مثل سف المسألة‬. al-Nasā’ī
dan Ibn Ḥibbān juga meriwayatkan dari ‘Aṭā’ dari
‫آخر كسب الرجل‬
seorang sahabat dari Banī Asad secara marfū‘, Lafal ini adalah lafal riwayat Ibn Abī al-
Dunyā.795
.‫من سأل وله أوقية أو عدلها فقد سأل إلهافا‬
794
‫(قال الراوي) والأوقية أربعون درهما‬ Hukum Hadis: Mawqūf, Ḍa‘īf.
Sanad Hadis ini ṣaḥīḥ. Namun ia mawqūf
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. dan Hadis mawqūf adalah jenis Hadis ḍa‘īf.
Hadis dengan kedua riwayat adalah ṣaḥīḥ.

Bab 28
Hadis 342
Celaan Membantu Orang Zalim
Hadis dari no 343 sampai no 351
793 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Yu‘ṭī
al-Ṣadaqah wa Ḥad al-Ghinā, h.n. 1628; al-Nasā’ī, Sunan,
Kitāb al-Zakāh, Bāb Ḥad al-Ghinā, h.n. 2590; Ibn Mājah, Hadis 343
Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Sa’al ‘an Z{ahr al-Ghinā,
h.n. 1840; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 467; al-Ḥākim, al- ‫ يا محمد أما يرضيك أن‬:‫إنه أتاني الملك فقال‬
Mustadrak, Kitāb al-Zakāh, Bāb Miqdār al-Ghinā, jil. 1, hlm.
407; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣadaqāt, Bāb lā Waqt Fīmā ‫ربك عز وجل يقول إنه لا يصلي عليك أحد‬
Yu‘ṭā al-Fuqarā’ wa al-Masākīn.
794 al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man al- ‫ ولا يسلم‬،‫من أمتك إلا صليت عليه عشرا‬
Mulhif, h.n. 2592, dan Bāb Idhā Lam Yakun Lahū Darāhim,
h.n. 2594; Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb
Tashbīh al-Mulhif Biman Saff al-Mas’alah, h.n. 2448; Ibn
Ḥibban, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Mas’alah wa al-Akhdh
wa Mā Yata‘allaq Bih, h.n. 3381; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al- 795 Aḥmad, Musnad, jil. 5, hlm. 61; al-Bukhārī, al-
Ṣadaqāt, Bāb lā Waqt Fīmā Yu‘ṭī al-Fuqarā’ wa al-Masākīn., Ādāb, Bāb Taswiyah al-Akābir, h.n. 361, dan lih. h.n. 953;
jil. 7, hlm. 24. Ibn Abī al-Dunyā, al-Qanā‘ah, hlm. 27, h.n. 26.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
229

.‫عليك أحد من أمتك إلا سلمت عليه عشرا‬ ‫من دعا لظالم بالبقاء فقد أحب أن يعصي اهلل‬
.‫ بلى‬:‫قلت‬ .‫في أرضه‬
“Sesungguhnya telah datang kepadaku “Siapa mendoakan panjang umur bagi orang
seorang malaikat, lalu berkata, ‘Ya Muḥammad, zalim, maka berarti ia ingin agar Allāh didurhakai
tidak senangkah engkau jika Tuhanmu Ymg Maha di muka bumi-Nya.”
Perkasa dan Maha Agung berfirman; ‘Tidak
seorang pun dari umatmu yang bershalawat Takhrīj Hadis:
kepadamu, melainkan Aku merahmatinya Hadis ini disebutkan al-Ghazālī dalam al-
sepuluh kali; dan tidak sorang pun dari umatmu Iḥyā’ dalam tiga tempat. Sekali disebutkan
yang mengucapkan salam kepadamu, melainkan sebagai khabar, sekali sebagai sabda Rasūlullāh
Aku menyalaminya sepuluh kali?’ Aku menjawab; Saw., dan sekali lagi sebagai perkataan Ḥasan
‘Tentu.’” al-Baṣrī. al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dan Ibn Abī
al-Dunyā dalam al-Ṣamt telah meriwayatkannya
Takhrīj Hadis: sebagai perkataan Ḥasan al-Baṣrī. Sedangkan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasā’ī, Aḥmad, Abū Nu‘aym meriwayatkannya sebagai perkataan
al-Dārimī dan Ibn Ḥibbān. Semuanya dari Abū Sufyān al-Thawrī.798
Ṭalḥah al-Ansārī. Lafal ini hampir sama dengan
lafal Ibn Ḥibbān, sedangkan lafal yang lainnya Hukum Hadis: Maqṭū‘, ḍa‘īf.
tanpa menyebutkan kata-kata ‫بىل‬.796 al-‘Irāqi dan al-Shawkanī mengatakan
Hadis ini perkataan Ḥasan al-Baṣrī, bukan sabda
Hukum Hadis: Ḥasan. Rasūlullāh Saw.799
al-Sakhāwī mengatakan bahwa sanad Ibn
Ḥibbān terdapat Sulaymān sahaya al-Ḥasan Hadis 345
bin ‘Alī. Ia menurut al-Nasā’ī tidak masyhur. al-
Dhahabī mengatakan bahwa tidak ada yang ‫من سن سنة حسنة فله أجرها واجر من عمل‬
meriwayatkan darinya, kecuali Thābit al-Bunānī.
Namun al-Sakhāwī menambahkan bahwa ‫ ومن سن سنة سيئة فعليه وزرها ووزر‬،‫بها‬
Sulaymān tidak menyendiri dalam meriwayatkan
.‫من عمل بها‬
Hadis ini. Ia telah diikuti (taba‘ah) Isḥāq bin Ka‘ab
seperti yang diriwayatkan Aḥmad dengan sanad “Siapa saja yang membuat tradisi yang
yang ḍa‘īf.797 Karena itu, Hadis ini menjadi ḥasan. baik, maka akan memperoleh pahalanya dan
pahala orang yang melakukan tradisi itu. Dan
siapa membuat tradisi ymg buruk, maka ia
Hadis 344
akan nenerima dosanya dan dosa orang yang

796 al-Nasā’ī, Sunan, Kitab al-Sahw, Bāb Faḍl al- 798 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 2, hlm. 111 dan 184, dan
Taslīm ‘alā al-Nabi Saw. h.n. 1283; Aḥmad, Musnad, jil. 4, jil. 3, hlm. 156; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 53-51;
hlm. 429; al-Dārimī, Sunan, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb Faḍl al- Ibn Abī al-Dunyā, al-Ṣamt, hlm. 130, h.n. 230; Abū Nu‘aym,
Salāh ‘alā al-Nabi Saw.; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 7, hlm. 46, dan jil. 8, hlm. 240.
Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 911. 799 al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 2, hlm. 111; al-Shawkānī,
797 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 161-162. al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 211.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
230

melaksanakannya.” menutup auratnya. Dan sesungguhnya manusia


yang buruk akan merusak iman sebagaimana
Takhrīj Hadis: cuka merusak manisnya madu.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Jābir
bin ‘Abd Allāh.800 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Shaykh
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. dalam al-Tawbīkh, al-Ṭabarānī dalam al-Saghīr
dan al-Kabīr, juga al-Awsaṭ seperti dijelaskan
Hadis 346 al-Haythamī. Juga oleh Ibn ‘Asākir seperti
diisyaratkan oleh al-Albānī. Semuanya dari Ibn
‫ أنفع الناس‬:‫ قال‬،‫سئل النبي عن أحب العباد‬ ‘Umar melalui ‘Abd al-Raḥmān bin Qays al-Ḍabbī
dan Sukayn bin Sarrāj. Dalam riwayat al-Ṭabarānī
‫ ادخال‬:‫ قال‬،‫ وعن أفضل الأعمال‬،‫للناس‬ tanpa kata-kata,
‫السرور على قلب المؤمن يطرد عنه جوعا‬ ‫وإن خلق السيء يفسد الإيمان كما يفسد‬
‫ ومن‬،‫أو يكشف عنه كربا أو يقضى له دينا‬ ‫الخل العسل‬
‫مشى مع مسلم في حاجة له كان كصيام شهر‬ al-Ṭabarānī berkata bahwa Hadis ini tidak
diriwayatkan dari ‘Amru bin Dīnār, kecuali oleh
‫ ومن مشى مع مظلوم بعينه ثبت‬،‫واعتكافه‬
Sukayn bin Sarrāj. ‘Abd al-Raḥmān telah me­nyen­
،‫اهلل قدميه على الصراط يوم تزول الأقدام‬ diri dalam meriwayatkannya dari beliau.801 Selain
itu, Hadis ini juga telah diriwayatkan melalui
‫ومن كف غضبه ستر اهلل عورته وإن الخلق‬ jalan lain oleh Ibn Abī al- Dunyā dalam Qaḍā’
al-Ḥawā’ij. Seperti dijelaskan oleh al-Albānī, di­
.‫السيء يفسد الإيمان كما يفسد الخل العسل‬ riwa­yatkan juga oleh Abū Isḥāq dalam al-Fawā’id
“Pernah Nabi Saw. ditanya tentang hamba al-Muntakhabah secara ringkas dan Ibn ‘Asākir.
yang paling dicintai Allāh. Jawab beliau; ‘Orang Semua­nya meriwayatkan melalui Bakar bin
yang paling bermanfaat bagi orang lain.’ Dan Khunays dari ‘Amru bin Dīnār dari beberapa
ditanya tentang amal yang paling utama, jawab orang sahabat, seperti dalam riwayat Ibn Abī al-
beliau; ‘Memberikan kegembiraan pada hati Dunyā dan dari Ibn ‘Umar dalam riwayat yang
orang mukmin dengan mencegah lapar darinya, lainnya.802
menghilangkan kesulitan darinya atau melunasi
hutangnya. Siapa menyertai orang muslim dalam Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
memenuhi hajatnya, maka seakan ia berpuasa
dan beri‘tikāf sebulan. Siapa berjalan bersama 801 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 12, hlm
orang teraniaya yang ia tolong, maka Allāh akan 346, h.n. 13646; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm.
315, h.n. 847; al-Ṭabarānī dalam Mu‘jam al-Awsaṭ seperti
memantapkan kedua telapak kakinya di atas
diisyaratkan oleh al-Haythamī dalam Majma‘ al-Zawā’id, jil.
ṣirāṭ pada hari telapak kaki yang lain terpeleset. 8, hlm. 191.
Siapa menutup kemarahannya, maka Allāh akan 802 ‘Abd Allāh bin Muḥammad bin ‘Ubay al-Qurashī
@ Ibn Abī al-Dunyā, Qaḍā’ al-Ḥawā’ij, Bayrūt, Mu’assasah
al-Kutub al-Thaqāfiyyah, 1993, hlm. 40-41, h.n. 36; al-
800 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ḥath ‘alā Albānī, Silsilah al-Aḥādith al-Ṣaḥīḥah, jil. 3, hlm., 481, h.n.
al-Ṣadaqah Walaw Bishiqq Tamrah, h.n. 1017. 1494.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
231

Dalam sanad Abū Shaykh, al-Ṭabarānī dan pulan Ibn Ḥajar. Namun untuk menjadikan Hadis
salah satu sanad Ibn ‘Asākir, terdapat ‘Abd al- ini ḥasan seperti dihukumkan al-Albānī adalah
Raḥmān bin Qays al-Ḍabbī yang dituduh pendusta hal yang sukar. Riwayat ṣadūq memang dihukumi
oleh Abū Zur‘ah, Ibn Mahdī dan lainnya. Menurut ḥasan. Tetapi ṣadūq lahū aghlāṭ paling tinggi
al-Bukhārī, Hadisnya hilang (dhahaba ḥadīthuh). ḍa‘īf, yang mudah untuk dikuatkan menjadi
Ibn Ḥajar menyifatinya matrūk. Selain al-Ḍabbī, ḥasan jika ada mutāba‘ah dan shawāhid. Namun
dalam sanadnya juga terdapat Sukayn bin Sarrāj semua sanad (jalur kedua) melalui Bakar yang
yang dituduh pemalsu Hadis oleh Ibn Ḥibbān dan mempunyai kredibilitas seperti di atas. Apalagi
disifati oleh al-Rāzī sebagai tidak thiqah.803 Jadi, kitab-kilab Ibn Abī al-Dunyā, Ibn ‘Asākir dan Ibn
sanad Hadis ini mawḍū‘. Isḥāq bukan kitab sumber Hadis ḥasan. Jadi
al-Albānī menghukumi sanad Hadis di atas menghukuminya ḍa‘īf mungkin lebih baik.
sangat ḍa‘īf. Akan tetapi beliau menilai jalur
kedua ḥasan, yaitu sanad Ibn Abī al-Dunyā, Abū Hadis 347
Isḥāq dan sanad Ibn ‘Asākir yang lain. Sebab
Bakar bin Khunays disifati oleh Ibn Ḥajar sebagai ‫من أعان مظلوما حزينا مطروحا كتب اهلل‬
jujur, tapi memiliki banyak kesalahan (ṣadūq
lah aghlāṭ). Maka Hadis ini beliau masukkan ke ‫ واحدة منها اصلاح‬،‫له ثلاثة وسبعين مغفرة‬
dalam kitab Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah.804
‫أمره في الدنيا واثنتان وسبعون درجة في‬
Dalam biografi Bakar bin Khunays ditemu­
kan, bahwa beliau di-ḍa‘īf-kan oleh al-Nasā’ī. .‫العقبى‬
Menurut Abū Ḥātim ṣāliḥ, tetapi tidak kuat (ṣāliḥ
“Siapa menolong orang teraniaya yang
lays bi al-qawiy). al-Dāraquṭnī berpendapat di­
sedih dan terbuang, maka Allāh mencatat untuk­
tinggal­kan (matrūk). Sedangkan Ibn Ma‘īn me­
nya tujuh puluh tiga ampunan. Salah satu di
nyifati­nya ḍa‘īf dan dalam riwayat lain syaikh ṣāliḥ
antara­nya berupa perkaranya di dunia dan yang
lā ba’sa bih. Ibn Ḥibbān berkata, bahwa ia me­
tujuh puluh dua menaikkan derajat di akhirat.”
riwa­yat­kan Hadis-hadis palsu dari orang-orang
Kūfah dan Baṣrah, yang memberikan keyakinan
Takhrīj Hadis:
bahwa dialah yang membuatnya. Sedangkan Ibn
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam
Ḥajar me­ngata­kan bahwa ia seorang yang jujur,
Shu‘ab al-iman, al-‘Uqaylī dalam al-Ḍu‘afā’,
tetapi banyak salah. Ibn Ḥibbān telah melampaui
Ibn ‘Adiy dalam al-Kāmil, Ibn Ḥibbān dalam al-
dalam mem­bicara­kan dirinya.805
Ḍu‘afā’, al-Bukhārī dalam al-Tārīkh al-Kabīr, al-
Melihat kredibilitas Bakar seperti yang di­
Khaṭīb dalam al-Tārīkh, al-Bazzār dalam Musnad
lapor­kan di atas, Penulis setuju dengan kesim­
seperti disebutkan dalam Kashf al-Astār, Ibn Abī
al-Dunyā dalam Qaḍā’ al-Ḥawā’ij, dan al-Kharā’iṭī
803 Lihat biografi Sukayn dalam Ibn Ḥibbān, al- dalam Makārim al-Akhlāq, Abū Nu‘aym dalam
Majrūḥīn, jil. 1. hlm 360, al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. Tārīkh Aṣbahān. Semuanya dari Anas melalui
2, hlm. 174; biografi ‘Abd al-Raḥmān bin Qays dalam al- Ziyād bin Abī Ḥassan dengan lafal,
Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 583; Ibn Ḥajar, Taqrīb
al-Tahdhīb, hlm. 349. ‫من أغاث ملهوفا كتب اهلل له ثلاثا وسبعين‬
804 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Saḥīḥah, jil. 3,
hlm. 481, h.n. 1194.
805 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm, 341; Ibn
‫ واثنان‬،‫ واحدة منها صلاح أمره كله‬،‫مغفرة‬
Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 126.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
232

Juga yang diriwayatkan oleh al-Khaṭīb dari


806
‫وسبعون له درجات يوم القيامة‬
Anas dengan lafal,

Hukum Hadis: Ḍa‘īf. ،‫ من قضى لأخيه حاجة من حوائج الدنيا‬.


Sanad riwayat dari Anas di atas sangat ḍa‘īf, ‫ أسهلها‬،‫قضى اهلل له اثنين وسبعين حاجة‬
bahkan mawḍū‘, sebab Ziyād bin Abī Ḥassān
dituduh pemalsu Hadis oleh beberapa ulama. 809
‫المغفرة‬
Bahkan ia sendiri mengakuinya seperti yang
Dalam riwayat Ibn ‘Asākir terdapat Ismā‘īl
dikatakan Abū Dāwud. Akan tetapi Hadis ini
bin ‘Ayyāsh, ia thiqah menurut beberapa ulama
seperti yang dikatakan al-Suyūṭī, al-Zabīdī dan
dan ḍa‘īf menurut sebagian yang lain. al-Bukhārī
lainnya, mempunyai mutāba‘ah dan shāhid.807
dan Ibn Ma‘īn mengatakan bahwa jika beliau
Mutāba‘ah Hadis ini seperti yang dikatakan al-
me­riwa­yat­kan dari orang senegerinya, maka
Suyūṭī, diriwayatkan oleh Ibn ‘Asākir melalui
riwa­yat­nya ṣaḥīḥ. Tetapi jika bukan dari orang se­
Ismā‘īl bin ‘Ayyāsh dari ‘Abd Allāh bin ‘Abd al-
negeri­nya, maka riwayatnya patut diteliti kembali
Raḥmān bin Abī Ḥusayn al-Makkī dari Anas
(fīh naẓar).810
dengan lafal,
Dalam Hadis ini beliau meriwayatkan Hadis
‫ غفر اهلل له ثلاثا‬،‫من أغاث ملهوفا إغاثة‬ bukan dari orang senegerinya. Sebab beliau
adalah orang Shām, sedangkan perawi di atasnya
‫ واحدة في الدنيا واثنين‬،‫وسبعين مغفرة‬ adalah orang Makkah. Maka riwayat Hadis ini
ḍa‘īf. Riwayat Abū Nu‘aym disifati oleh beliau
808
‫وسبعين في الدرجات العلى في الجنة‬
sendiri sebagai gharīb. Ibn ‘Arrāq mengatakan
Sedangkan shāhid-nya adalah seperti yang bahwa beliau belum dapat menemukan biografi
diisyaratkan oleh al-Suyūṭī, diriwayatkan oleh Shumayt. Maka riwayat ini ḍa‘īf. Sedangkan
Abū Nu‘aym dari Thawbān melalui Farqad dari riwayat al-Khaṭīb terdapat Dīnār Abū Mikyās
Shumayt dari Thawbān dengan lafal, sahaya Anas, ia disifati oleh al-Dhahabī sebagai
tālif muttaham. Menurut Ibn ‘Adiy ḍa‘īf dan
‫من فرج عن مؤمن لهفا غفر اهلل له ثلاثا‬ Hadisnya hilang. Ibn Ḥibbān berpendapat ia
meriwayatkan Hadis-hadis palsu.811 Maka riwayat
‫وسبعين مغفرة واحدة يصلح بها أمر دنياه‬
al-Khaṭīb tidak dapat menguatkan riwayat asal.
Hadis ini telah dihukumi palsu oleh Ibn al-Jawzī,
806 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 6, hlm. 120,
h.n. 13646; al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’, jil. 2, hlm. 77; Ibn ‘Adiy,
al-Dhahabī dan Ibn al-Ṭāhir al-Maqdīsī, tetapi
al-Kāmil, jil. 3, hlm. 195; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, ditolak oleh al-Suyūṭī, Ibn ‘Arrāq dan al-Zabīdī
hlm. 301; al-Bukhārī, al-Tārīkh al-Kabīr, jil. 3, hlm. 350; al- dengan alasan bahwa Hadis ini mempunyai
Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 2, hlm. 398-399, h.n. 1950;
mutāba‘ah dan shāhid yang menguatkan riwayat
al-Kharā’iṭī, Makārim al-Akhlāq, hlm. 15; Ibn Abī al-Dunyā,
Qaḍā’ al-Hawā’ij, hlm. 36 dan 74, h.n. 29 dan 96; Abū Anas, sehingga memberi kesan bahwa Hadis ini
Nu‘aym, Tārīkh Aṣbahān, jil. 2, hlm. 71. mempunyai asal. al-Jawzaqānī secara lahirya juga
807 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2, hlm. 185-186; lbn ‘Arrāq,
Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 136; dan lihat biografi Ziyād
dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 94-95; al-
Ḥalabī, Kashf al-Ḥathīth, hlm. 121. 809 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 49; al-
808 al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 2. hlm. 185-186; Ibn ‘Arrāq, Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 11, hlm. 175.
Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 136; al-Khaṭīb, Tārīkh al- 810 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 210-241.
Baghdād, jil. 11, hlm. 175. 811 al-Dhahabī. Mīzān al-I‘tidāl. jil 2. hlm. 30-31.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
233

men-ḍa‘īf-kan Hadis ini.812 Penulis menguatkan


pendapat terakhir dengan alasan yang sama. Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
Dalam sanad al-Quḍā‘ī terdapat beberapa
Hadis 348 perawi yang bermasalah. Dāwud bin al-
Muḥabbar, seperti telah dibahas beberapa kali,
‫من أصبح لا ينوي الظلم على أحد غفر له‬ dituduh pemalsu Hadis. Dalam satu sanad al-
Azdī, juga sanad Ibn ‘Asākir dan lain-lainnya
‫ ومن أصبح ينوي نصرة المظلوم‬،‫ماجنى‬ terdapat ‘Uyaynah bin ‘Abd al-Raḥmān dan Isḥāq
bin Murrah. ‘Uyaynah, menurut Abū Ḥātim ia
‫وقضى حاجة المسلم كانت له كأجر حجة‬
ḍa‘īf. Ibn Ḥajar berpendapat ia sangat ḍa‘īf.
.‫مبرورة‬ Sedangkan Isḥāq, menurut al-Azdī, matrūk. Jadi
riwayat ini sangat ḍa‘īf.813
“Siapa saja yang memasuki pagi hari sedang
Dalam riwayat al-Azdī yang lain, dalam
ia tidak berniat menzalimi seorang pun, maka
sanad-nya terdapat ‘Ammār bin ‘Abd al-Mālik.
Allāh mengampuni dosa yang tetah dilaku­kan­
Ia disifati oleh al-Azdī sebagai matrūk.814 Jadi
nya. Dan siapa saja yang memasuki pagi­nya
riwayat inipun sangat ḍa‘īf. Menurut al-‘Irāqī
berniat menolong orang yang terzalimi dan me­
seperti yang dikutip al-Munāwī, sanad Hadis
menuhi hajat seorang muslim, maka ia mem­
ini ḍa‘īf. al-Suyūṭī menghukumi penggalan
peroleh seperti pahala berhaji mabrur.”
pertama Hadis di atas ḍa‘īf. Namun al-Munāwī
mengingatkan bahwa terdapat perawi yang
Takhrīj Hadis:
disifati matrūk pada semua jalur Hadis ini. al-
Penggalan pertama dari Hadis ini di­
Ghummārī menghukumi Hadis ini sangat ḍa‘īf.815
riwayatkan oleh al-Quḍā‘ī melalui Dāwud al-
Penulis menguatkan pendapat yang mengatakan
Muḥabbar dari al-Hayyāj bin Busṭām dari Isḥāq
Hadis ini sangat ḍa‘īf, karena pada semua sanad
bin Murrah dari Anas. al-Suyūṭī menjelaskan
Hadis ini terdapat perawi yang disifati matrūk,
bahwa Ibn ‘Asākir juga meriwayatkannya dari
sehingga tidak dapat saling menguatkan.
Anas. al-Munāwī menambahkan bahwa ia juga
diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā, al-Daylamī,
al-Baghawī dan al-Mukhallaṣ dalam Fawā’id-nya. Hadis 349
Semuanya dari Anas melalui ‘Uyaynah bin ‘Abd
‫من فرج عن مسلم كربة في الدنيا فرج اهلل عنه‬
al-Raḥmān dari Isḥāq bin Murrah dari Anas. al-
Azdī juga meriwayatkannya dari Anas melalui
‘Ammār bin ‘Abd al-Mālik dari Baqiyyah dari Abī 813 al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 67; lihat
Busṭām dari Anas. biografi ‘Uyaynah dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3,
hlm. 329; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 4, hlm. 412 dan jil.
1, hlm. 276; dan biografi Isḥāq dalam al-Dhahabī, Mīzān al-
812 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 2, hlm. 171; al- I‘tidāl, jil. 1, hlm. 210; Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 1,
Dhahabī, Tartīb al-Mawḍū‘āt, hlm. 175, h.n. 558; Ibn Ṭāhir hlm. 375-376.
al-Maqdisī, al-Tadhkirah, hlm. 138; al-Suyūṭī, al-La’ālī, jil. 814 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 165; Ibn
2, hlm. 185-186; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 4, hlm. 272.
6, hlm. 296; lbn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 136; 815 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 494;
Muḥammad bin Ṭāhir al-Maqdisī, al-Dakhīrah al-Ḥuffāẓ al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 67; Aḥmad bin
al-Mukharraj ‘alā al-Hurūf wa al-Alfāẓ, Taḥ. Dr. ‘Abd al- Muḥammad bin al-Ṣiddīq al-Ghummārī, Fatḥ al-Wahhāb fī
Raḥmān bin ‘Abd al-Jabbār al-Faryuwānī, Dār al-Salāh, al- Takhrīj Aḥādīth al-Shihāb, Dār ‘Ālam al-Kutub dan Dār al-
Riyāḍ, 1996, jil. 4, hlm. 2211-2215, h.n. 5145. Nahḍah, Bayrūt, 1988, jil. 1, hlm. 158-159.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
234

kan perawinya. al-Khūbawī mengutipnya dari


‫ واهلل في عون‬،‫كربة من كرب يوم القيامة‬
kitab Majālis al-Baṣrī. Namun penggalan kedua­
.‫العبد مادام العبد فى عون أخيه‬ nya telah disebut dan dibahas dalam Hadis ke 72.

“Siapa saja yang menghilangkan dari Hukum Hadis: -palsu.


seorang muslim suatu kesusahan di dunia, maka Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Allāh akan menghilangkan darinya salah satu di Namun seperti yang akan dijelaskan pada bab
antara kesusahan-kesusahan pada hari Kiamat. ketiga, Hadis seperti ini lebih mendekati palsu.
Dan Allāh senantiasa menolong hamba-Nya
selagi hamba itu menolong saudaranya.”
Hadis 351
Takhrīj Hadis: ‫ ومن آذاني فقد اذى‬،‫من اذى مؤمنا لقد أذاني‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Muslim dari Ibn ‘Umar dengan lafal awalnya, .‫ ومن اذى اهلل فليتبوأ مقعده من النار‬،‫اهلل‬
816
‫المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يسلمه‬ “Siapa saja yang menyakiti seorang muk­
min, maka sesungguhnya ia telah menyakiti
aku. Siapa menyakiti aku, maka sesungguhnya
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. ia menyakiti Allāh. Dan siapa menyakiti Allāh,
maka hendaklah ia menempati tempat duduknya
Hadis 350 di neraka.”

‫من أعان مظلوما أعانه اهلل عز وجل يوم‬ Takhrīj Hadis:


Hadis ini potongan dari Hadis yang panjang.
،‫القيامة في الجواز على الصراط وأدخله الجنة‬
Seperti yang diisyaratkan oleh al-Mundhirī dan al-
‫ومن رأى مظلوما فاستغاث به فلم يغثه ضرب‬ Haythamī, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī
dalam al-Awsaṭ dan al-Saghīr dari Anas melalui al-
.‫في القبر بمائة سوط من النار‬ Qāsim bin Muṭayyib. al-Suyūṭī menyebutkannya
“Siapa menolong orang yang terzalimi, sebagai riwayat al-Awsaṭ dan Ibn Ḥajar dalam
maka Allāh akan menolongnya pada hari Kiamat al-Arba‘īn menjelaskannya sebagai riwayat al-
ketika melintasi ṣirāṭ, dan memasukkan ke dalam Ṭabarānī. Lafal yang disebutkan adalah,
surga. Dan siapa melihat orang teraniaya, orang ‫ ومن آذاني فقد اذى‬،‫من اذى مسلما فقد آذاني‬
itu meminta tolong padanya, namun ia tidak sudi
menolongnya, maka ia akan dipukul dalam kubur ‫اهلل‬
dengan seratus cemeti dari api.”
Tanpa penggalan terakhir,
Takhrīj Hadis: 817
‫ومن اذى اهلل فليتبوء مقعده من النار‬
Hadis dengan lafal ini belum dapat ditemu­
817 al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm. 185-
186, h.n. 459; al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 504; al-
816 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb Lā Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 179; Ibn Ḥajar,
Yaẓlim al-Muslim al-Muslim, h.n. 2442; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ḥadīth al-Arba‘īn, hlm. 68, h.n. 20; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb Taḥrīm al-Z{ulm, h.n. 2580. Saghīr, jil. 2, hlm. 473.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
235

dua kebebasan; kebebasan dari kemunafikan


Hukum Hadis: Ḍa‘īf. dan kebebasan dari neraka, dan Allāh akan
al-Mundhirī menyebutkan Hadis ini dalam menempatkannya pada hari Kiamat beserta
al-Targhīb dengan lafal diriwayatkan (ruwiya). para syuhada.”
Sedangkan al-Haythamī mengingatkan bahwa
dalam sanadnya terdapat al-Qāsim yang menurut Takhrīj Hadis:
Ibn Ḥibbān banyak kesalahannya, karenanya Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam
harus ditinggalkan. al-Suyūṭī menghukuminya al-Ṣaghīr dari Anas melalui Ibrāhīm bin Sālim
ḥasan, akan tetapi al-Munāwī mengingatkan bin Shabal al-Juhaymī. Seperti diisyaratkan oleh
bahwa di dalam sanadnya terdapat Mūsā bin al-Sakhāwī, al-Ṭabarānī juga meriwayatkannya
Khalaf al-Baṣrī. Ia ḍa‘īf menurut beberapa ulama dalam al-Awsaṭ.819
dan thiqah menurut yang lain. Abū Ḥātim sendiri
menyifatinya sebagai ṣāliḥ al-ḥadīth.818 Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Ibrāhīm, menurut al-Mundhirī dan al-
Haythamī, tidak diketahui kepribadiannya (lā
Bab 29 yu‘raf lah jarḥan wa lā ta‘dīlan). al-Sakhāwī juga
berpendapat demikian, sebab beliau mengutip
Keadaan Manusia pada Hari pendapat tadi tanpa memberikan komentar.820
Kiamat Jadi Hadis ini dihukumi ḍa‘īf, karena seorang
Hadis dari no 352 sampai no 360 perawinya tidak diketahui kepribadiannya.

Hadis 352 Hadis 353

،‫ومن صلى علي صلاة صلي اهلل عليه عشرا‬ :‫يحشر الناس يوم القيامة على ثلاثة أصناف‬

‫ ومن‬،‫ومن صلى علي عشرا صلى اهلل عليه مائة‬ ‫صنف مشاة وصنف ركبان وصنف مشاة على‬

:‫صلى علي مائة كتب اهلل بين عينيه براءتين‬ ‫ قيل يا رسول اهلل كيف يمشون على‬.‫وجوههم‬

‫براءة من النفاق وبراءة من النار واسكنه اهلل‬ ‫وجوههم؟ قال إن الذي أمشاهم على أقدامهم‬

.‫يوم القيامة مع الشهداء‬ ‫ أما أنهم‬،‫قادر أن يمشيهم على وجوههم‬


“Siapa bershalawat kepadaku satu kali, .‫ينسلون على وجوههم من كل حدب وشوك‬
maka Allāh akan merahmatinya sepuluh kali.
“Manusia akan dibangkitkan pada Hari
Siapa bershalawat kepadaku sepuluh kali, maka
Kiamat kelak dalam tiga golongan; segolongan
Allāh akan merahmatinya seratus kali. Dan
berjalan kaki, segolongan berkendaraan,
siapa bershalawat kepadaku seratus kali, maka
dan segolongan lainnya berjalan dengan
Allāh akan mencatat di antara kedua matanya
wajah.” Seseorang bertanya, ‘Ya Rasūlallāh,

818 al-Mundhirī, al-Targhīb, jil. 1, hlm. 504; al-


Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 179; al-Suyūṭī, al- 819 al-Ṭabarānī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, hlm. 326, h.n. 882;
Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 473; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. al-Sakhāwi,> al-Qawl al-Badī‘, hlm. 153-154.
6, hlm. 19. 820 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 153-151.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
236

bagaimana cara mereka berjalan dengan seekor unta, dan sepuluh orang di atas seekor
wajah?’ Rasūlullāh menjawab, ‘Sesungguhnya unta.”
Dhāt yang memperjalankan mereka dengan
kakinya, mampu membuat mereka jalan dengan Takhrīj Hadis:
wajahnya. Adapun mereka turun dengan cepat, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
dengan wajah mereka, dari setiap tempat yang Muslim dari Abū Hurayrah dengan lafal sedikit
tinggi dan batu karang.’” berbeda.823

Takhrīj Hadis: Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan
Aḥmad dari Abū Hurayrah.821 Hadis 355
Hukum Hadis: Ḥasan ‫واخر ذلك نار تخرج من قعر عدن تطرد الناس‬
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan.
Seperti yang diisyaratkan oleh al-‘Irāqī, Hadis ini .‫إلى محشرهم‬
mempunyai shāhid yang kuat, diriwayatkan oleh “Dan akhir dari semua itu adalah api, yang
al-Bukhārī dan Muslim dari Anas dengan lafal, muncul dari dasar jurang ‘Adn, menghalau
manusia ke tempat penghimpunan mereka.”
‫ كيف يحشر الكافر‬،‫أن رجلا سأل يا نبي اهلل‬
‫على وجهه؟ قال أليس الذي أمشاه على الرجلين‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari
822
‫قادرا على أن يمشيه على وجهه يوم القيامة؟‬ Khudhayfah bin Usayd dengan lafal awalnya,
824
‫لا تقوم الساعة حتى تروا عشر أيات‬
Hadis 354
‫ راغبين‬:‫يحشر الناس على ثلاث طرائق‬ Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

‫ واثنان على بعير وثلاثة على بعير‬،‫وراهبين‬


Hadis 356
.‫وأربعة على بعير وعشرة على بعير‬
‫يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وعلى‬
“Manusia akan dihimpun menurut tiga cara:
Orang-orang yang gembira, orang-orang yang
.‫عبادي فلا تظالموا‬
takut, dan dua orang di atas seekor unta, tiga “Wahai hamba-hamba-Ku, sesunggulmya
orang di atas seekor unta, empat orang di atas Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku
dan atas hamba-hamba-Ku. Maka ketahuilah,
821 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr al-Qur’ān, Bāb
Min Sūrah Banī Isrā’īl, h.n. 3142; Aḥmad, Musnad, jil. 2,
hlm. 354 dan 363. 823 al-Bukhārī, Sahih, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb al-
822 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Tafsīr al-Qur’ān, Bāb Ḥashr, h.n. 6522; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Jannah wa Ṣifah
Min Sūrah Banī Isrā’īl, h.n. 3142; al-‘Iraqi, al-Mughnī, jil. 4, Na‘īmih, Bāb Fanā’ al-Dunyā wa Bayān al-Ḥashr Yawm al-
hlm. 497; dan lihat al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Raqā’iq, Bāb Qiyāmah, h.n. 2861.
al-Ḥashr, h.n. 6523; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣifah al-Munāfiqīn, 824 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Fitan, Bāb fī Āyah Allatī
Bāb Yuḥshar al-Kāfir ‘alā Wajhih, h.n. 2806. Takūn Qabl al-Sā‘ah, h.n. 2183.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
237

jangan kamu saling menzalimi!”


‫ وإن لم يكن له حسنات أخذ‬،‫منه بقدر الظلمة‬
Takhrīj Hadis: .‫من سيئات صاحبه وحملت عليه‬
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Dharr dengan dua lafal. Satu seperti di atas dan “Siapa menganiaya saudaranya, baik ter­
lafal lainnya adalah ‫ وجعلته بينكم محرما‬sebagai ganti hadap kehormatan atau hal yang lain, maka
dari lafal ‫وعىل عبادي‬.825 hen­dak­lah meminta maaf kepadanya hari ini,
se­belum saat tidak ada lagi dinar maupun dir­
Hukuni Hadis: Ṣaḥīḥ. ham. Jika ia memiliki amal saleh, maka amal itu
diambil sebagian dari padanya sebesar peng­
aniayaan­nya. Dan jika ia tidak mempunyai ke­
Hadis 357 baikan, maka sebagian dari kebaikan-kebaikan­
،‫اتقوا الظلم فإن الظلم ظلمات يوم القيامة‬ nya akan diambil, lalu dipindahkan padanya.”

.‫واتقوا الشح فإن الشح أهلك من كان قبلكم‬ Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
“Hindarilah olehmu berbuat zalim, karena
Abū Hurayrah dengan lafal sedikit berbeda.827
zalim itu menjadi kegelapan pada hari Kiamat.
Dan hindarilah olehmu kikir, karena kikir itu telah
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
membinasakan umat sebelum kamu.”

Takhrīj Hadis: Hadis 359


Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Jābir
‫من تواضع لغني لغناه ذهب ثلثا دينه‬
dengan lafal selengkapnya,
“Siapa merendahkan diri pada orang kaya
‫حملهم على أن سفكوا دماءهم واستحلوا‬ karena kekayaannya, maka hilanglah dua pertiga
826
‫محارمهم‬ agamanya.”

Takhrīj Hadis:
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hadis ini diriwayatkan secara marfū‘ oleh al-
Daylamī dari Abū Dharr dengan lafal,
Hadis 358
‫ فمن‬،‫لعن اهلل فقيرا تواضع لغني من أجل ماله‬
‫من كانت عنده مظلمة لأخيه من عرض أو من‬
‫فعل ذلك منهم فقد ذهب ثلثا دينه‬
‫شيء آخر فليستحلله اليوم قبل أن لايكون‬ Beliau juga meriwayatkannya dari Abū
‫ إن كان له من عمل صالح أخذ‬،‫دينار ولا درهم‬ Hurayrah dengan lafal,

.‫من تضرع لصاحب دنيا وضع بذلك نصف دينه‬

825 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb


Tahrīm al-Z{ulm, h.n. 2577.
826 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb 827 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Qiṣāṣ
Tahrīm al-Z{ulm, h.n. 2578. Yawm al-Qiyāmah, h.n. 6534.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
238

Abū Nu‘aym seperti yang dikatakan oleh al- mawḍū‘, tetapi ia menunjukkan bahwa Hadis ini
Sakhāwī, meriwayatkannya dari Abū Hurayrah mempunyai asal/sumber atau lahū aṣl.830
dengan lafal,

‫من تضعضع لذي سلطان أراده دنياه أعرض‬ Hadis 360

. ‫اهلل تعالى‬ ،‫الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت‬

al-Ṭabarānī juga meriwayatkannya dari Anas .‫والأحمق من اتبع هواها وتمنى على اهلل الأماني‬
dengan lafal, “Orang yang cerdik (yang berakal lagi cer­
das), ialah orang yang menundukkan nafsu­nya
،‫من أصبح حزينا على الدنيا ساخطا على ربه‬
(mengalahkannya), dan beramal untuk ke­hi­
‫ومن اصبح يشكو مصيية نزلت به فإنما يشكو‬ dupan setelah mati. Sedang orang bodoh adalah
orang yang menuruti keinginannya dan meng­
‫ ومن خضع لغني لينال مما في يده‬،‫اهلل تعالى‬ angankan terhadap Allāh bermacam angan-
angan, (bahwa Dia akan memberikan kenik­
‫ ومن أعطى القرآن‬،‫أسخط اهلل عز وجل‬
matan di surga).”
828
‫فدخل النار أبعده اهلل‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini juga diriwayatkan secara mawqūf Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, al-
oleh al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dari Ibn Mas‘ūd Nasā’ī, Ibn Mājah, Aḥmad dalam Musnad dan al-
sebagai perkataan beliau dengan lafal, Zuhd, al-Ḥākim, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr dan
al-Ṣaghīr dan Musnad al-Shāmiyyīn, al-Bayhaqī
‫من خضع لغني ووضع له نفسه إعظاما له‬
dalam al-Shu‘ab, Abū Nu‘aym, Ibn Abī al-Dunyā
‫ ذهب ثلثا مروئته وسطر‬،‫وطمعا فيما قبله‬ dalam Muḥāsabah al-Nafs, al-Khaṭīb dan al-
Quḍā‘ī. Semuanya dari Shaddād bin Aws melalui
829
‫دينه‬ Abū Bakar bin ‘Abd Allāh bin Abī Maryam.831

Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf. 830 Ibn al-Jawzī, al-Mawḍū‘āt, jil. 3, hlm 133; al-
Hadis ini dihukumi palsu oleh Ibn al-Jawzī, al- Dhahabī, Tartīb al-Mawḍū‘āt, hlm. 266, h.n. 948; al-Suyūṭī,
Dhahabī dan al-Shawkanī, karena pada sanadnya al-La’ālī, jil. 2, hlm. 318; al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah,
hlm. 389-390; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 302;
ada Muḥammad bin al-Qāsim al-Ṭālikānī. Ia
al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 408, h.n. 1102;
pemalsu Hadis. Namun al-Suyūṭī, al-Sakhāwī al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 239; al-‘Ajlūnī,
dan al-‘Ajlūnī menolaknya dengan alasan Hadis Kashf al-Khafā’, jil. 2, hlm. 241; ‘Abd al-Raḥmān bin Abū
ini mempunyai beberapa jalur yang meskipun Bakar al-Suyūṭī, al-Nukat al-Badī‘āt ‘alā al-Mawḍū‘āt, Taḥ.
‘Āmir Aḥmad Ḥaydar, Bayrūt, Dār al-Jinān, t.th., hlm. 226.
beberapa diantaranya sangat ḍa‘īf bahkan 831 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
(tanpa judul no 25), h.n. 2461; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb Ṣifah
al-Qiyāmah, Bāb (tanpa judul, no. 25), h.n. 2459; Ibn Mājah,
828 al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 3, hlm. 467, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Dhikr al-Mawt wa al-Isti‘dād lah,
h.n. 5449; al-Khaṭīb, Tārīkh al-Baghdād, jil. 4, hlm. 368; h.n. 4260; Aḥmad, Musnad, jil. 4, hlm. 124; Aḥmad, al-Zuhd,
al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm. 268, h.n. 713; al- hlm. 66, h.n. 206; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān,
Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 408, h.n. 1102. Bāb al-Kayyis Man Danā Nafsuh wa ‘Amil Limā Ba‘d al-
829 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jld. 6, hlm. 298, h.n. Mawt, jil. 1, hlm. 57; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 7,
8232. hlm. 284, h.n. 7143; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Saghīr, hlm.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
239

jelaslah bahwa hafalan beliau yang menyebabkan


Hukum Hadis: Ḍa‘īf. riwayatnya menjadi ḍa‘īf meskipun pribadinya
Meskipun Hadis ini diriwayatkan oleh seorang ulama yang jujur.833 Jadi sanad Hadis
banyak perawi, namum jalurnya berpusat pada ini ḍa‘īf. Hadis ini mempunyai shāhid yang
seorang perawi yaitu Abū Bakar bin Abī Maryam diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dari Anas melalui
al-Ghassānī. ‘Awn bin ‘Ammārah dengan lafal
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan dan
al-Ḥākim menghukuminya ṣaḥīḥ mengikuti syarat ‫ و العاري‬،‫الكيس من عمل لما بعد الموت‬
al-Bukhārī. Namun al-Dhahabī menolaknya
‫ مهللا لا عيش إلا عيش‬،‫العاري من الدنيا‬
dengan mengingatkan bahwa Abū Bakar adalah
perawi yang wāhin (sangat ḍa‘īf). al-Suyūṭī juga ‫الآخرة‬
menghukuminya ṣaḥīḥ, namun ditolak oleh al-
Akan tetapi ‘Awn ḍa‘īf menurut al-Bayhaqī
Munāwī dengan mengutip perkataan al-Dhahabī
dan Abū Dāwud dan menurut al-Bukhārī yu‘raf
di atas dan pendapat Ibn Ṭāhir bahwa riwayat/
yankir. Sedangkan menurut Abū Ḥātim ḍa‘īf dan
sanad Hadis ini berpusat pada Ibn Abī Maryam,
munkar al-ḥadīth?834 Jadi shāhid inipun ḍa‘īf,
dan ia sangat ḍa‘īf.832 Dalam biografi Abū Bakar
sehingga belum dapat menaikkan Hadis asal
Ibn Abī Maryam ditemukan bahwa Aḥmad dan
yang ḍa‘īf menjadi ḥasan.
beberapa ulama lainnya men-ḍa‘īf-kannya. Ibn
Dalam beberapa kitab disebutkan bahwa al-
Ḥibbān mengatakan bahwa hafalannya buruk,
Ḥākim menyebutkan Hadis ini pada dua tempat
maka tidak boleh ber-ḥujjah dengannya jika
dan menghukuminya ṣaḥīḥ. al-Dhahabī pada kali
ia menyendiri (radī’ al-ḥifḍ lā yuḥtajj bih idhā
pertama Hadis ini disebutkan, menolak Hadis ini
infarad). Ibn ‘Adiy mengatakan bahwa Hadis-
dihukumi ṣaḥīḥ. Namun pada kali kedua beliau
hadisnya baik, akan tetapi tidak dapat dijadikan
diam. Kenyataan ini benar, namun menurut
ḥujjah (aḥādīthuh ṣāliḥah lakin lā yuḥtajj bih).
Penulis diamnya al-Dhahabī pada kali kedua
Ibn Ḥajar memberikan penjelasan kenapa beliau
disebutkannya Hadis ini bukan berarti beliau
disifati ḍa‘īf, yaitu karena rumahnya (kitab-
menyetujui pendapat al-Ḥakīm, akan tetapi
kitabnya) dicuri, sehingga mengakibatkan ia
karena sanad Hadis pertama dan Hadis ke dua
mukhtaliṭ. Padahal sebelum ini, seperti yang
adalah sama, maka al-Dhahabī merasa cukup
dikatakan Aḥmad, ia merupakan salah seorang
untuk memberikan pendapatnya di kali pertama
sumber ilmu (wa kāna aḥad aw‘iyah al-‘ilm). Jadi
saja.835 Jadi Hadis ini tetap ḍa‘īf menurut al-

316, h.n. 849; Sulaymān bin Aḥmad bin Ayyūb al-Ṭabarānī, 833 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 497-498;
Musnad al-Shāmiyyīn, Taḥ. Ḥamdī ‘Abd al-Majīd al-Salafī, Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 623.
Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 1, h.n. 463, dan jil. 834 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 350, h.n.
2, h.n. 7143; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 350, 1045; lihat biografi ‘Awn bin ‘Ammārah dalam al-Dhahabī,
111, 1046; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 1, hlm. 267, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 306.
dan jil. 8, hlm. 174; al-Khaṭīb, Tārīkh Baghdād, jil. 12, hlm. 835 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Īmān, Bāb al-
50; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 140, h.n. 185; ‘Abd Allāh Kayyis Man Danā Nafsuh wa ‘Amil Limā Ba‘d al-Mawt, jil. 1,
bin Muḥammad bin ‘Ubayd @ Ibn Abī al-Dunyā, Muḥāsabah hlm. 57 dan lihat jil. 4, hlm. 325; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil.
al-Nafs, Taḥ. Majdī al-Sayyid Ibrāhīm, Maktabah al-Qur’ān, 1, hlm. 57 dan jil. 4, hlm. 325. Lihat juga pembahasan Hadis
al-Qāhirah, t.th., hlm. 28, h.n. 1. ini dalam al-Suyūṭī, al-Durar al-Muntathirah, hlm. 343, h.n.
832 al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil, 1, hlm. 57; al-Suyūṭī, al- 330; al-Zarkashī, al-Tadhkirah, hlm. 139; al-‘Ajlūnī, Kashf al-
Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 256; al- Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, Khafā’, jil. 2, hlm. 136, h.n. 2029; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid
jil. 5, hlm. 67-68. al-Ḥasanah, hlm. 229-230, h.n. 850.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
240

Dhahabī. bahwa ia ḍa‘īf. Namun Ibn Hajar menyifatinya


matrūk. Jadi riwayat ini sangat ḍa‘īf.837
Sedangkan riwayat Ibn Jarīr, dalam sanadnya
Bab 30 terdapat ‘Āṣim bin ‘Ubaydillah dan Muṣ‘ab bin
Thābit. Ibn Ḥajar menyifati ‘Āṣim sebagai ḍa‘īf,
Ampunan Bagi Orang yang dan Muṣ‘ab sebagai layyin al-ḥadīth meskipun ia
Bertaubat ahli ibadah. Jadi riwayat ini ḍa‘īf.838
Hadis dari no 361 sampai no 371
Hadis 362
Hadis 361
‫ألا أنبئكم بأبخل البخلاء؟ ألا أنبئكم بأعجز‬
‫أتضحكون وبين أيديكم النار؟ فجاء جبرائيل‬
.‫الناس؟ من ذكرت عنده فلم يصل علي‬
‫ لا‬:‫عليه السلام فقال يقول لك ربك يا محمد‬ “Tidakkah aku beritahukan kepadamu orang
.‫تقنط عبادي فإني غفور لذنوبهم رحيم بهم‬ yang paling kikir? Tidakkah aku beritahukan
kepadamu orang yang paling lemah? Yaitu orang
“Apakah kamu tertawa padahal di hadapan yang jika namaku disebutkan di hadapannya ia
kamu sekalian ada neraka?” Maka datanglah tidak bershalawat kepadaku.”
Jibrīl a.s., lalu berkata, ‘Tuhanmu berfirman
kepadamu, ‘Ya Muḥammad, janganlah kamu Takhrīj Hadis:
membuat putus-asa hamba-hamba-Ku! Karena Hadis dengan lafal seperti ini disebutkan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun terhadap oleh al-Sakhāwī dalam al-Qawl al-Badī‘ dari
dosa-dosa mereka, lagi Maha Pengasih terhadap Anas bin Mālik. Tetapi beliau mengatakan bahwa
mereka.” sanad-nya belum dapat ditemukan.839

Takhrīj Hadis: Hukum Hadis: Ḍa‘īf.


Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarī dari ‘Aṭā’ Meskipun sanad riwayat Hadis dengan
dari seorang sahabat. Seperti yang dijelaskan al- lafal seperti ini belum dapat ditemukan, namun
Haythamī, al-Ṭabarānī meriwayatkannya dalam untuk menghukumi Hadis ini palsu adalah tidak
al-Awsaṭ dari ‘Umar melalui Salām al-Ṭawīl. al- mungkin. Sebab Hadis ini mempunyai shāhid
Suyūṭī menjelaskan bahwa Hadis ini diriwayatkan yang beberapa diantaranya disebutkan dalam
juga oleh Ibn Mardiwayh dari ‘Aṭā’ dari seorang kitab Durrah al-Nāṣiḥīn ini seperti Hadis ke-373
sahabat, juga diriwayatkan secara ringkas oleh dan 760 dengan lafal,
al-Bazzār dan al-Ṭabarānī.836
.‫البخيل من ذكرت عنده فلم يصل علي‬
Hukum Hadis: Ḍa’īf. Dalam ilmu Hadis, Hadis ini dikenal sebagai
Dalam riwayat al-Ṭabarānī terdapat Salām yang mempunyai asal (lahu aṣl).
al-Ṭawīl. Menurut al-Haythamī telah disepakati

836 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 14, hlm. 39; al-Haythamī, 837 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 261.
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 387; al-Suyūṭī, al-Durr al- 838 Ibid., hlm. 285 dan 253.
Manthūr, jil. 4, hlm. 189. 839 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 217.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
241

Hadis 363 ‫عبادي الذين اسرفو ا على أنفسهم لا تقنطوا‬


‫لو يعلم المؤمن ما عند اهلل من العقوبة ما طمع‬ :‫ فيقول اهلل‬.‫ فازددت طمعا‬84)‫من رحمة اهلل‬
‫ ولو يعلم الكافر ما عند اهلل من‬،‫في جنته أحد‬ .‫اذهب فقد غفرت لك‬
.‫الرحمة ما قنط من جنته أحد‬ “Sesungguhnya ada seseorang disuruh ma­
“Sekiranya orang mukmin mengetahui suk ke neraka, maka tatkala ia sampai sepertiga
hukuman yang ada di sisi Allāh, niscaya takkan jalan, ia menoleh. Ketika sampai separuh jalan,
ada seorang pun yang berharap memperoleh iapun menoleh. Begitupun ketika sampai dua
surga­nya. Dan jika orang kafir mengetahui rah­ pertiga jalan, ia menoleh. Maka berfirman Allāh
mat dan kasih sayang Allāh, maka tidak seorang Ta‘ālā, ‘Kembalikanlah ia!’ Selanjutnya Allāh
pun yang berputus asa dari surga-Nya.” ber­tanya kepadanya, ‘Kenapa kamu menoleh?’
Orang itu menjawab, ‘Ya Tuhanku, tatkala aku
Takhrīj Hadis: sampai sepertiga jalan, aku ingat akan firman-
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū Mu, ‘(Dan Tuhanmu Yang Maha Pengampun dan
Hurayrah.840 mem­punyai rahmat), maka aku berkata kalau-
kalau Engkau mengampuni aku. Dan tatkala aku
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. sampai separuh jalan akupun ingat akan firman-
Mu, ‘(Dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allāh), maka aku mengatakan
Hadis 364 pula kalau-kalau Engkau mengampuni aku.
‫إن رجلا يؤمر به إلى النار فإذا بلغ ثلث الطريق‬ Lalu tatkala aku sampai di sepertiga jalan, aku
teringat firman-Mu, (Katakanlah wahai hamba-
‫ وإذا‬،‫ وإذا بلغ نصف الطريق التفت‬،‫التفت‬ hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
،‫ ردوه‬:‫ فيقول اهلل‬.‫بلغ ثلثي الطريق التفت‬ dari rahmat Allāh), maka aku pun semakin ber­
‫ لما بلغت‬:‫ لما التفت؟ فيقول‬:‫ثم يسأله ويقول‬ harap.’ Maka Allāh Ta‘ālā berfirman, ‘Pergilah
se­sung­guh­nya Aku telah mengampuni kamu.’”
‫ثلث الطريق تذكرت قولك (وربك الغفور ذو‬
Takhrīj Hadis:
‫ فلما بلغت‬،‫ لعلك تغفر لي‬:‫ فقلت‬84)‫الرحمة‬ Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Khāliṣah al-
‫نصف الطريق تذكرت قولك (ومن يغفر‬
Ḥaqā’iq.844
،‫فقلت لعلك تغفر لي‬ 84
)‫الذنوب إلا اهلل‬
Hukum Hadis: -
‫ولما بلغت ثلثي الطريق تذكرت قولك (قل يا‬ Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga
nanti, Hadis seperti ini lebih mendekati palsu.
840 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Tawbah, Bab fī Sa‘ah
Raḥmah Allāh, h.n. 2755.
841 al-Qur’ān, al-Kahf 17: 58. 843 al-Qur’ān, al-Zumar 39: 53.
842 al-Qur’ān, Āli ‘Imrān 3: 135. 844 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 120.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
242

Hadis 365 Hadis 367

‫ والنار‬،‫الجنة أقرب إلى أحدكم من شراك نعله‬ ،‫ يا محمد‬:‫خرج من عندي جبريل آنفا فقال‬

.‫مثل ذلك‬ ‫والذي بعثك بالحق نبيا إن عبدا من عباد اهلل‬

“Surga lebih dekat pada seorang dari kalian ‫تعالى عبد اهلل خمسمائة عام على رأس جبل‬
dari pada tali sandalnya, dan neraka pun seperti
‫يحيط به بحر فأخرج اهلل له عينا عذبة في أسفل‬
itu.”
...‫جبل وشجرة رمان كل يوم تخرج رمانة‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari ‫ من قواك بعبادة خمسمائة‬:‫فيقول اهلل تعالى‬
Ibn Mas‘ūd.845
‫سنة؟ ومن أنزلك في جبل وسط البحر وأخرج‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. ‫الماء العذب من بين المالح وأخرج تلك الرمانة‬
‫كل ليلة وإنما تثمر في السنة مرة؟ من قبض‬
Hadis 366
‫ فذلك‬.‫ أنت يا رب‬: ‫روحك ساجدا؟ فيقول‬
‫لا يدخل أحد منكم عمله الجنة ولا يجيره من‬
.‫ وبرحمتي أدخل الجنة‬،‫كله برحمتي‬
.‫ ولا أنا أدخل الجنة إلا برحمة اهلل تعالى‬،‫النار‬
“Baru saja Jibrīl keluar dari sisiku. Ia
“Tidak seorong pun dari kalian yang
berkata, ‘Ya Muḥammad, demi Allāh yang telah
dimasukkan ke surga maupun diselamatkan dari
mengutus engkau benar-benar sebagai nabi,
neraka oleh amalnya dan aku pun tidak masuk
sesungguhnya salah seorang hamba Allāh Ta‘ālā
surga karena amalku, tapi karena rahmat Allāh
menyembah Allāh selama lima rutus tahun di
Ta‘ālā.”
puncak sebuah gunung yang dikelilingi laut.
Maka Allāh mengeluarkan mata air yang segar
Takhrīj Hadis:
di kaki gunung dan sebatang pohon delima
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
yang setiap hari mengeluarkan buahnya .…..
Abū Hurayrah dan ‘Ā’ishah dan Muslim dari Jābir.
Allāh Ta‘ālā bertanya, ‘Siapakah yang telah
Lafal ini adalah lafal Muslim, tetapi tanpa kata,
memberimu kekuatan untuk beribadah selama
846
‫ادخل الجنة‬ lima ratus tahun dan siapa pula yang memberi
tempat kepadamu di sebuah gunung di tengah
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. laut, lalu mengeluarkan air yang segar di antara
air yang asin, serta mengeluarkan buah delima
itu setiap malam, padahal pohon itu hanya
845 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Jannah berbuah sekali dalam setahun dan siapa yang
Aqrab ilā Aḥadikum min Shirāq Na‘lih, h.n. 6488. mencabut nyawamu dalam keadaan sujud?’
846 al-Bukhārī, Saḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Qaṣd Hamba itu menjawab, ‘Engkau, ya Tuhan-Ku.’
wa al-Mudāwamah ‘alā al-‘Amal, h.n. 6463; Muslim, Ṣaḥīḥ,
Allāh berfirman, ‘Itu semua adalah rahmat-Ku.
Kitāb Ṣifah al-Munāfiqīn, Bāb Lan Yadkhul Aḥad al-Jannah bi
‘Amalih bal Raḥmah Allāh, h.n. 2818. Dan dengan rahmat-Ku pula masuklah kamu ke
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
243

surga!’”
‫إن أمامكم عقبة لا يجوزها المثقلون من‬
Takhrīj Hadis: .‫الذنوب إلا بمشقة عظيمة‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Kharā’iṭī
dalam Faḍīlah al-Shukr, dan al-Ḥākim dengan “Sesungguhnya di depan kalian ada jalan
dua jalan. Semuanya dari Jābir melalui Sulaymān mendaki, yang tak bisa dilewati oleh orang-
bin Haram.847 orang yang keberatan dosa, melainkan dengan
kesukaran hebat.”
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ al- Takhrīj Hadis:
isnād. Akan tetapi al-Dhahabī menolaknya de­ Hadis ini diriwayatkan al-Ḥākim, Abū
ngan alasan bahwa Sulaymān tidak dapat dijadi­ Nu‘aym dan al-Bayhaqī dalam al-Shu‘ab dari Abū
kan pegangan (lā yu‘tamad). al-Dhahabī juga al-Dardā’.850
me­nyebutkan Hadis ini ketika menulis biografi
Sulaymān dan menafikan kesahihannya, karena Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
bertentangan dengan al-Qur’ān seperti firman al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-
Allāh, Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī menghukumi
Hadis ini ṣaḥīḥ dan al-Munāwī menyetujuinya.851
848
‫ادخلوا لجنة بما كنتم تعملون‬
“Masuklah kamu ke surga dengan apa yang Hadis 369
telah kamu kerjakan!”
‫مرحبا بك وبمن جئت من عندهم جئت من‬
Ibn Ḥajar mengutip pendapat al-Dhahabī ‫ يقول‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫ فقال‬.‫قوم أحبهم اهلل‬
ini tanpa memberikan pendapat.849 Jadi Hadis
ini palsu, sebab selain sanadnya lemah, makna ‫ هم‬،‫ إن الأغنياء قد ذهبوا بالخير كله‬:‫الفقراء‬
Hadis ini bertentangan dengan al-Qur’ān yaitu
‫ ويتصدقون ولا نقدر‬،‫يحجون ولا نقدر عليه‬
seseorang itu akan masuk surga dengan usaha
dan amalnya di dunia selain dengan rahmat Allāh ‫ سبحان اهلل والحمد هلل‬:‫ إذا قال الفقير‬...‫عليه‬
sendiri.
‫ لحق شيئا لم يلحقه‬،‫ولا إله إلا اهلل واهلل أكبر‬
Hadis 368 ‫ وكذلك‬،‫الغني وإن أنفق عشرة ألاف درهم‬
‫ فرجع إليهم فاخبرهم بذلك‬.‫أعمال البر كلها‬
847 al-Hākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb
Ḥikāyah al-‘Abidīn, jil. 4, hlm. 250; Muḥammad bin Ja‘far
al-Kharā’iṭī, Faḍl al-Shukr ‘alā Ni‘mah Allāh wa Mā Yajib 850 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aḥwāl, Bāb
al-Shukr ‘alā al-Mun‘im ‘Alayh, Taḥ. Muḥammad Muṭī’ al- (tanpa judul), jil. 4, hlm. 574; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’,
Ḥāfiẓ, Dār al-Fikr, t.tp., 1982, hlm. 51-52, h.n. 59. jil. 1, hlm. 226; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 309,
848 al-Qur’ān, al-Naḥl 16: 36. h.n. 10408.
849 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Tawbah, Bāb 851 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Aḥwāl, Bāb
Ḥikāyah al-‘Abidīn, jil. 4, hlm. 250, al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. (tanpa judul), jil. 4, hlm. 574; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4,
4, hlm. 250; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 227-228; hlm. 574; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 297; al-
Ibn Ḥajar, Lisān al-Mīzān, jil. 3, hlm. 108-109. Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 2, hlm. 430.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
244

pendapat dan penjelasan terhadap takhrīj al-


.‫ رضينا يا رب‬:‫فقالوا‬
‘Irāqī, tidak memberikan pendapatnya terhadap
“Selamat atas kedatanganmu dan mereka Hadis ini.853
yang telah mengutusmu sambut Nabi Saw.
Kamu datang dari orang-orang yang dicintai Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu
Allāh. ‘Ya Rasūlallāh,’ kata delegasi itu. Orang- al-Subkī yang men-takhrīj Hadis al-Iḥyā’
orang fakir itu mengatakan bahwa orang-orang mengatakan bahwa beliau belum menjumpai
kaya itu telah membawa kebaikan seluruhnya. sanad Hadis ini, begitu pula al-‘Irāqī. al-Zabīdī
Mereka berhaji, sedang kami tidak mampu juga tidak dapat menemukan perawi atau sanad
menunaikannya. Mereka bersedekah, sedang Hadis ini, maka kemungkinan besar Hadis ini
kami tidak mampu melakukannya..... Apabila bukanlah sabda Rasūlullāh Saw. Berarti Hadis ini
orang fakir mengucapkan, ‘Maha Suci Allāh, palsu.854
segala puji hanya bagi Allāh, tiada Tuhan
selain Allāh dan Allāh Maha Besar,’ maka ia Hadis 370
memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh orang
kaya, sekaligus ia menafkahkan sepuluh ribu ‫يا أيها الناس توبوا إلى اهلل فإني أتوب إليه في‬
dirham. Dan begitu pula, amal-amal kebajikan
lain semuanya. Maka delegasi itu pulang kepada
.‫يوم مائة مرة‬
kawan-kawannya lalu memberitahukan hal itu “Wahai manusia, bertaubatlah kamu seka­
kepada mereka. Maka, mereka pun mengatakan, lian kepada Allāh, karena sesungguhnya aku ber­
‘Kami rida ya Tuhan.’” taubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.”

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis ini disebutkan oleh al-Ghazālī dalam Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari al-
al-Iḥyā’ tanpa menyebutkan perawinya. al-‘Irāqī Aghar bin Yasār.855
mengatakan bahwa Hadis dengan lafal seperti
ini belum ditemukan, sedangkan yang dikenali Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
dalam maksud yang sama adalah apa yang
diriwayatkan oleh Ibn Mājah dengan sanad yang
Hadis 371
ḍa‘īf dari Hadis Ibn ‘Umar,
‫ الأنبياء ثم العلماء ثم الأمثل‬:‫أشد الناس بلاء‬
‫اشتكى فقراء المهاجرين إلى رسول اهلل ما‬
.‫فالأمثل‬
‫ ألا‬،‫ يا معشر الفقراء‬:‫ فقال‬،‫فضل به أغنيائهم‬
“Orang-orang yang paling hebat cobaan­nya
‫أبشركم إن فقراء المؤمنين يدخلون الجنة قبل‬
852
‫ خمسمائة عام‬،‫أغنيائهم بنصف يوم‬
853 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm.
al-Zabīdī yang biasanya memberikan 287.
854 al-Subkī dalam, Takhrīj Aḥādīth al-Iḥyā’, jil. 5,
hlm. 2257-2258, h.n. 3582; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 4, hlm.
151; al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 9, hlm. 287.
852 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 4, hlm. 250-251; al-‘Irāqī, 855 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Dhikr wa al-Du‘ā’, Bāb
al-Mughnī, jil. 4, hlm. 151. Istiḥbāb al-Istighfār wa al-Istikthār Minh, h.n. 2702.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
245

ialah para Nabi kemudian para ulama kemu­dian Iḥsān


orang-orang yang setingkatnya demi setingkat­
Hadis dari no 372 sampai no 382
nya.”

Takhrīj Hadis: Hadis 372


Hadis dengan lafal seperti ini diriwayatkan
oleh al-Ḥākim dari Abū Sa‘īd. Sedangkan al-
‫الإحسان أن تعبد اهلل كأنك تراه فإن لم تكن‬
Tirmidhī, Ibn Mājah, Aḥmad, al-Dārimī, Ibn ‫تراه فإنه يراك‬
Ḥibbān dan lainnya meriwayatkannya dari Sa‘ad
bin Abī Waqqāṣ dengan lafal yang lebih yaitu “Iḥsān adalah engkau menyembah Allāh se­
tanpa menyebutkan kata-kata ‫ثم العلماء‬. al-Bukhārī olah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak
menyebutkan Hadis ini sebagai judul salah satu melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
babnya dengan lafal,
Takhrīj Hadis:
‫أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل‬ Hadis ini merupakan potongan dari Hadis
masyhur yang dikenal dengan Hadis Īmān, Islām
85: dan Iḥsān, diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. dan lain-lain. Hadis ini diriwayatkan dari ‘Umar in
al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ me­ al-Khaṭṭāb dengan redaksi awalnya:
ngikuti syarat Muslim dan al-Dhahabī menye­
tujui­nya. al-Tirmidhī dan Ibn Ḥibbān juga meng­
858
... ‫ أن تؤمن باهلل‬:‫ما الإيمان ؟ قال‬
hukumi­nya ṣaḥīḥ.857 “Apakah iman itu?, Ia bersabda, ‘Hendaknya
engkau beriman kepada Allāh…”

Bab 31 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

Penjelasan Mengenai ‘Adil dan


Hadis 373
‫البخيل من ذكرت عنده فلم يصل علي‬
856 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-
Ṣaḥābah, Bāb Miḥnah Abī Dharr, jil. 3, hlm. 3434; al- “Orang pelit adalah orang yang jika aku
Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a fī al-Ṣabr ‘alā
disebutkan di sisinya, ia tidak bershalawat
al-Balā’, h.n. 2398; Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Fitan, Bāb
al-Ṣabr ‘alā al-Balā’, h.n. 4032; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. kepadaku.”
172, 174, 180, 185, 186, dan jil. 6, hlm. 369; Ibn Ḥibbān,
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Mā Jā’a fī al-Ṣabr wa al-Thawāb Takhrīj Hadis:
‘alā al-Amrāḍ wa al-A‘rāḍ, h.n. 2909 dan 2920; al-Dārimī,
Sunan, Kitāb al-Riqāq, Bāb fī Ashadd al-Nās Balā’an; al- Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, al-
Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Marḍā, Bāb Ashadd al-Nās Balā’an Nasā’ī dalam ‘Amal al-Yawm, Ibn Sinnī juga dalam
al-Anbiyā’ Thumma al-Amthāl fa al-Amthāl. ‘Amal al-Yawm, Aḥmad, Ibn Ḥibbān, al-Ḥākim,
857 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-
Ṣaḥābah, Bāb Miḥnah Abī Dharr, jil. 3, hlm. 343; al-Dhahabī,
al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm. 343; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, 858 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Su’āl Jibrīl
Bāb Mā Jā’a fī al-Ṣabr ‘alā al-Balā’, h.n. 2398; Ibn Ḥibbān, al-Nabī Saw. ‘an al-Īmān wa al-Islām wa al-Ihsān wa ‘Ilm
Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Janā’iz, Bāb Mā Jā’a fī al-Ṣabr wa al-Thawāb al-Sā‘ah, h.n. 50, Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Bayān
‘alā al-Amrāḍ wa al-A‘rāḍ, h.n. 2909 dan 2920. al-Īmān wa al-Islām wa al-Iḥsān, h.n. 8.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
246

dan lain-lain, sebagiannya dari Ḥusayn bin ‘Alī orang yang mempunyai pemerintahan dan ke­
dan sebagian yang lain dari ‘Alī ibn Abī Ṭālib.859 kuasaan yang adil, yang bersedekah dan orang
yang dikaruniai ketaatan kepada Allāh. Kedua,
Hukum Hadis: Ḥasan. orang yang pengasih, yang lembut perasaan­
Ibn Ḥajar yang membahas mengenai per­ nya ter­hadap setiap orang yang ada hubungan
bedaan sanad-sanad dan riwayat-riwayatnya kerabat dan setiap muslim. Ketiga, orang saleh
mengatakan bahwa hukum Hadis ini kurang yang men­cegah diri dari yang tidak halal dan
lebih ḥasan, begitu pula al-Sakhāwī. al-Ḥākim, tidak patut, yang mempunyai keluarga. Dan
al-Dhahabī, dan al-Suyūṭī menghukumi Hadis ini peng­huni neraka itu ada lima. Pertama, orang
ṣaḥīḥ. Sedangkan al-Munāwī menguatkan pen­ yang lemah, yang tidak tahan menghadapi
dapat Ibn Ḥajar. Demikian pula Penulis.860 syah­wat, tidak mau berkeluarga dan tidak mau
bekerja. Kedua, pengkhianat yang tidak me­nyem­
Hadis 374 bunyi­kan kerakusannya. Ia tidak punya keinginan
selain untuk berkhianat, sekalipun barang yang
‫ ذو سلطان مقسط متصدق‬:‫أهل الجنة ثلاثة‬ di­ingin­kan itu remeh. Ketiga, orang yang setiap
pagi mau­pun sore selalu menipu dirimu (tentang
‫ ورجل رحيم رقيق القلب لكل ذي‬،‫موفق‬ keluarga dan hartamu). Lalu perawi me­nye­but­
kan bahwa Nabi Saw. menyebutkan di antara
.‫ وعفيف متعفف ذو عيال‬،‫رحم ومسلم‬
yang lima itu adalah pelit, pendusta, orang yang
‫ الضعيف الذي لا صبر له‬:‫وأهل النار خمسة‬ ber­akhlak buruk, dan orang yang berbuat keji.”

‫عند الشهوات الذين فيكم تبع لا يبغون أهلا‬ Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Iyāḍ
‫ والخائن الذي لا يخفى له طمع وإن‬،‫ولا مالا‬
bin Ḥimār dalam Hadis yang panjang dengan
‫ ورجل لا يصبح ولا يمسي إلا‬،‫دق إلا خانه‬ redaksi awalnya,

‫ وذكر البخل‬.‫وهو يخادعك صباحه ومساءه‬ 861


...‫ألا إن ربي أمرني أن أعلمكم‬
.‫والكذب والشنظير الفحاش‬ “Ketahuilah sesungguhnya Tuhanku meme­
rintah­kanku untuk mengajarkan pada kalian…”
“Penghuni surga itu ada tiga. Pertama,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

859 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb Mā


Jā’a fī al-Bakhīl, h.n. 3546; al-Nasā’ī, ‘Amal al-Yawm wa al- Hadis 375
Laylah, hlm. 163, h.n. 55-57; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm.
201; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Ad‘iyah, h.n. ‫بينما أنا أحدثك إذ رفعت بصري إلى السماء‬
906; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Raghma
Anf al-Rajul lam Yuṣalli ‘alā al-Nabī Saw., jil. 1, hlm. 549; Ibn
Sinnī, ‘Amal al-Yawm, hlm. 147, h.n. 384.
860 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 11, hlm. 168; al- 861 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Jannah, Bāb al-Ṣifah Allatī
Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 216-217; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ Yu‘raf Bihā Ahl al-Jannah, h.n. 2865. Lihat pembahasan
al-Saghīr, jil. 1, hlm. 432; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 3, mengenai turuq-nya Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥmān
hlm. 216; al-Ḥākim, Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Raghma al-Sakhāwī, Takhrīj Aḥādīth al-‘Ādilīn li Abī Nu‘aym, Taḥ.
Anf al-Rajul lam Yuṣalli ‘alā al-Nabī Saw., jil. 1, hlm. 549; al- Mashhūr Ḥasan Salmān, Dār ‘Ammār, Ammān, 1988, hlm.
Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 549. 67-68, h.n. 17.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
247

‫ يا محمد‬:‫فرأيت جبرائيل نزل عن يميني فقال‬ ‫ إن المفلس من أمتي‬:‫ فقال‬.‫درهم له ولا متاع‬
862 [.. ‫فقرأ ]إن اهلل يأمر بالعدل والإحسان‬ ‫من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتي‬
‫ فاستقر الإيمان في‬:‫ قال عثمان‬، ‫إلى آخر الآية‬ ‫قد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك‬
.‫قلبي يومئذ‬ ‫دم هذا وضرب هذا فيعطي هذا من حسناته‬
“Ketika aku membicarakanmu, saat itu ‫ فإذا فرغت حسناته قبل‬،‫وهذا من حسناته‬
aku melihat ke arah langit, maka aku melihat
Jibrīl turun di sisi kananku dan berkata, ‘Wahai ‫أن يقضى ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت‬
Muḥammad! lalu ia membaca, ‘Sesungguhnya
.‫عليه ثم طرح في النار‬
Allāh memerintahkan untuk adil dan berbuat
baik…hingga akhir ayat.’ ‘Uthmān berkata, “Taukah kamu sekalian siapakah orang
‘Maka menetaplah iman di dalam hatiku pada yang bangkrut? Para sahabat menjawab, ‘Orang
hari itu.’” bangkrut di kalangan kami ialah orang yang
tidak mempunyai dirham maupun harta benda.’
Takhrīj Hadis: Nabi Saw. menjawab, ‘Sesungguhnya orang
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dalam yang bangkrut dari umatku ialah orang yang
al-Ādāb, Aḥmad, al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr pada hari Kiamat datang membawa shalat,
seperti dikutip oleh al-Haythamī, juga oleh Ibn puasa dan zakat. Ia datang dalam keadaan telah
Abī Ḥātim dan Ibn Mardiwayh dalam syarah- me­ngecam ini, menuduh itu, memakan harta
syarah mereka, sebagaimana yang dikutip oleh ini, me­numpah­kan darah si itu dan memukul
al-Suyūṭī. Semuanya dari ‘Uthmān bin Maz‘ūn. ini, maka kebaikan-kebaikan orang itu diberikan
al-Bukhārī dan Aḥmad meriwayatkannya melalui pada si ini, dan di antara kebaikan-kebaikannya
‘Abd al-Ḥamīd dari Shahr bin Hawshab.863 di­beri­kan pula kepada si itu. Jika kebaikan-ke­
baikan­nya telah habis sebelum hutangnya lunas,
Hukum Hadis: Ḥasan. maka diambil­lah dari kesalahan-kesalahan
Sanad Hadis al-Bukhārī dan Aḥmad ḥasan, mereka lalu dilempar pada orang itu, kemudian
sebab ia diriwayatkan melalui ‘Abd al-Ḥamīd iapun di­campak­kan ke neraka.”
dari Shahr bin Hawshab. Keduanya dinilai ṣadūq
oleh Ibn Ḥajar.864 Maka Hadis ini dapat dihukumi Takhrīj Hadis:
ḥasan. Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Hurayrah.865
Hadis 376
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫ المفلس فينا من لا‬:‫أتدرون من المفلس؟ قالوا‬
Hadis 377
862 al-Qur’ān, al-Naḥl 16: 90.
863 al-Bukhārī, al-Ādāb al-Mufrad, Bāb al-Baghy, hn. ‫من كان له مظلمة لأخيه من عرض أو شيء‬
893; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm. 318; al-Haythamī, Majma‘
al-Zawā’id, jil. 7, hlm. 48; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil.
4, hlm. 240-241. 865 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb
864 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 333 dan 269. Taḥrīm al-Z{ulm, h.n. 2581.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
248

Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud,


‫آخر فليتحلل منه اليوم قبل أن لا يكون‬
al-Tirmidhī, Ibn Mājah dan Aḥmad. Semuanya
‫ إن كان له عمل صالح أخذ‬،‫دينار ولا درهم‬ dari Mu‘ādh bin Anas melalui Abū Marḥūm ‘Abd
al-Raḥīm bin Maymūn dari Sahal dari Mu‘ādh.
‫ وإن لم يكن له حسنات أخذ‬، ‫منه بقدر ظلمه‬ Aḥmad juga meriwayatkannya melalui Ibn
Lahī‘ah dari Zabbān dari Sahal dari Mu‘ādh. 867
.‫من سيآت صاحبه فحمل عليه‬
“Siapa pernah menganiaya saudaranya Hukum Hadis: Ḥasan.
mengenai kehormatan atau sesuatu yang lain, Hadis ini diriwayatkan melalui dua jalur.
maka hendaklah ia meminta maaf kepadanya. Yang pertama melalui Abū Marḥūm dan Sahal.
Hal ini sebelum tiada lagi dinar maupun dirham. Abū Marḥūm menurut Yaḥyā bin Ma‘īn adalah
Jika ia mempunyai amal saleh, maka diambillah ḍa‘īf. Sedangkan menurut Abū Ḥātim Hadisnya
daripadanya seukuran penganinyaannya, dan boleh ditulis, namun tidak dapat dijadikan
jika ia tidak mempunyai kebaikan-kebaikan, ḥujjah (yuktab ḥadīthuh wa lā yuḥtajj bih). Ibn
maka diambillah diantara keburukan-keburukan Ḥajar menilainya ṣadūq.868 Selain Abū Marḥūm,
orang itu, lalu dipikulkan kepadanya.” terdapat juga Sahal. Ia menurut Ibn Ma‘īn ḍa‘īf.
Sedangkan menurut Ibn Ḥibban thiqah. Ibn Ḥajar
Takhrīj Hadis: berkata,”Periwayatannya tidak cacat, kecuali
Hadis ini diriwayatkan al-Bukhārī dari Abū beberapa riwayat Zabbān darinya.” 869 Karena itu,
Hurayrah dengan sedikit perbedaan redaksi.866 sanad Hadis ini ḥasan.
Sedangkan jalur kedua, dalam sanadnya
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. terdapat beberapa perawi yang ḍa‘īf. Ibn Lahī‘ah
ḍa‘īf menurut kebanyakan ulama ahli Hadis,
seperti yang sudah sering dijelaskan dalam
Hadis 378
buku ini. Sedangkan Zabbān, menurut Ibn
‫ دعاه‬،‫من كظم غيظا وهو يستطيع أن ينفذه‬ Ma‘īn ḍa‘īf. Ahmad berkata, “Hadis-hadis yang
diriwayatkannya munkar (ahādīthuh manākir).
‫اهلل تعالى يوم القيامة على رؤوس الخلائق حتى‬ Namun menurut pendapat Abū Ḥatim ia ṣāliḥ.
Ibn Ḥajar menilainya ḍa‘īf al-ḥadīth. Jadi sanad
.‫يتخير من أي الحور شاء‬
ini ḍa‘īf. Apalagi Zabbān meriwayatkannya dari
“Siapa yang menahan marah, sedangkan Sahal. Seperti dijelaskan di atas, maka dari jalur
ia mampu melampiaskannya, maka Allāh ini, Hadisnya ḍa‘īf. 870
akan memanggilnya pada Hari Kiamat kelak
di atas kepala semua makhluk, sehingga ia 867 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Man
diperbolehkan memilih bidadari manapun yang Kaẓama Ghayẓan, hn. 4777; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Birr
ia suka.” wa al-Ṣilah, Bāb fī Kaẓm al-Ghayẓ, h.n. 2021; Ibn Mājah,
Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-Ḥilm. h.n. 4186; Aḥmad,
Musnad, jil. 3, hlm. 440.
Takhrīj Hadis: 868 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 607; Ibn
Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 354.
869 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 241; Ibn
866 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Maẓālim, Bāb Man Kān Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 259.
Lahu Maẓlamah ‘Ind al-Rajul Faḥallala Lahu Hal Yubayyin 870 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 65; Ibn
Maẓlamatah, h.n. 2449. Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 213.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
249

Dalam naskah yang di-taḥqīq oleh Fu’ād ‘Abd lebih dicintai Allāh daripada orang alim yang
al-Bāqī, al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan. pelit.”
Dalam Sharḥ al-Mishkāh karangan al-Ṭībī dan
al-Qārī, beliau menghukuminya gharīb. Dalam Takhrīj Hadis:
‘Āriḍāh al-Aḥwadhī dan Tuḥfah al-Aḥwadhī, Hadis ini sama dengan Hadis ke 85. Hanya
beliau menghukuminya ḥasan gharīb. Ibn ‘Arabī, saja dalam redaksi ini ada penambahan lafal
al-Ṭībī, al-Qārī dan al-Mubārkafūrī tidak mem­ yaitu,
beri­kan pendapatnya. Adapun Penulis me­nguat­
kan naskah yang menghukumi Hadis ini sebagai ‫والجاهل السخي أحب إلى اهلل من العالم البخيل‬
ḥasan gharīb, karena lebih sesuai dengan kaidah
al-Tirmidhī.871 Kesimpulannya, Hadis ini ḥasan Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
me­lalui jalur yang pertama. al-Albānī juga meng­
hukumi­nya ḥasan.872
Hadis 380

Hadis 379 ‫ دعاه‬،‫من كظم غيظا وهو يستطيع أن ينفذه‬


‫السخي قريب من اهلل قريب من الجنة قريب‬ ‫اهلل تعالى يوم القيامة على رؤوس الخلائق حتى‬
‫ والبخيل بعيد من‬،‫من الناس بعيد من النار‬ .‫يتخير من أي الحور شاء‬
‫اهلل بعيد من الجنة بعيد من الناس قريب من‬ “Siapa yang menahan marah sedangkan
dia mampu melampiaskannya, maka Allāh akan
‫ والجاهل السخي أحب إلى اهلل من العالم‬،‫النار‬ me­manggilnya pada Hari Kiamat kelak di atas
kepala semua makhluk, sehingga ia di­per­boleh­
.‫البخيل‬ kan memilih bidadari manapun yang ia suka.”
“Orang yang dermawan dekat dengan Allāh,
dekat dengan surga, dekat dengan manusia, Takhrīj Hadis:
jauh dari neraka. Orang pelit jauh dari Allāh, Hadis ini sama dengan Hadis ke 378.
jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat
dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan Hukum Hadis: Ḥasan.

Hadis 381
871 Lihat Sunan al-Tirmidhī, Taḥ. Fu’ād ‘Abd al-Bāqī,
h.n. 2021; al-Ḥusayn bin ‘Abd Allāh bin Muḥammad al-
Ṭībī, al-Kāshif ‘an Ḥaqā’iq al-Sunan, Taḥ. Dr. ‘Abd al-Ḥamīd
‫ فلينظر أحدكم إلى من‬،‫المرء على دين خليله‬
Hindāwī, Maktabah Nizār Muṣṭafā al-Bāz, Makkah, 1997,
jil. 10, hlm. 3238-3239, h.n. 5088; ‘Alī bin Muḥammad .‫يخالل‬
bin Sulṭān al-Qārī, Mirqāt al-Mafātīḥ Sharḥ Mishkāh al-
Maṣābīḥ, Taḥ. Ṣidqī Muḥammad Jamīl al-‘Aṭṭār, al-Maktabah “Seseorang terlihat dalam keberagamaan
al-Tijāriyyah, Makkah, t.th, jil. 8, hlm. 815-816, h.n. 5088; sahabatnya, maka hendaknya salah seorang dari
Muḥammad bin ‘Abd Allāh Abū Bakar bin ‘Arabī, ‘Āriḍah al- kalian melihat pada siapa orang itu bersahabat.”
Aḥwadhī Lisharḥ Ṣaḥīḥ al-Tirmidhī, Dār al-Kutub al-‘Arabī,
Bayrūt, t.th., jil. 8, hlm. 176-178; al-Mubārkafūrī, Tuḥfaḥ al-
Aḥwadhī, jil. 6, hlm. 166. Takhrīj Hadis:
872 al-‘Albānī, Ṣaḥīḥ Sunan Abī Dāwud, jil. 3, hlm. Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
907-908, h.n. 3997.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
250

al-Tirmidhī, Aḥmad, Abū Dāwud al-Ṭayālisī, al- ḥasan.


Ḥākim, Abū Nu‘aym, al-Bayhaqī dalam al-Ādāb al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan
dan al-Shu‘ab, al-Quḍā‘ī dan lain-lain dari Abū gharīb. al-Ḥākim menghukuminya ṣaḥīḥ. al-
Hurayrah melalui Mūsā bin Wardān.873 al-Bayhaqī Nawawī mengatakan bahwa sanadnya ṣaḥīḥ. al-
dalam al-Shu‘ab juga meriwayatkannya dari Abū ‘Alā’ī menegaskan bahwa hukum Hadis ini tidak
Hurayrah tanpa melalui Mūsā bin Wardān.874 sampai ke tahap ḍa‘īf, apalagi palsu. Hukumnya
ḥasan gharīb. al-Albānī menghukuminya ḥasan.876
Hukum Hadis: Ḥasan. Kesimpulannya, Hadis ini sekurang-kurangnya
Hadis ini telah dihukumi palsu oleh Ibn al- dapat dihukumi ḥasan.
Jawzī dan al-Qazwīnī, namun ditolak oleh ulama-
ulama yang lain, diantaranya al-Zarkashī, al-‘Alā’ī,
al-Sakhāwī, al-Suyūṭī, Ibn ‘Arrāq, al-Shawkanī dan Bab 32
‘Alī al-Qārī. Mereka menolak alasan Ibn al-Jawzī
yang mengatakan bahwa dalam sanad Hadis
Penjelasan Mengenai Mi‘rāj
ini terdapat Mūsā bin Wardān yang dituduh Nabi Saw.
pendusta. Mūsā bin Wardān bukanlah pendusta. Hadis dari no 382 sampai no 394
Menurut Abū Dāwud ia thiqah, dan dalam
riwayat lain ḍa‘īf. Ibn Ma‘īn sendiri berpendapat
Hadis 382
ia ḍa‘īf, tapi jika Hadisnya diriwayatkan oleh
‘Abbās, maka riwayatnya Ṣāliḥ. Jika diriwayatkan ‫بينما أنا في المسجد الحرام في الحجر عند‬
oleh ‘Uthmān al-Dārimī, maka tidak kuat (lays bi
qawiy). Menurut al-Dāraquṭnī, periwayatannya ‫البيت بين النائم واليقظان إذ أتاني جبرائيل‬
tidak masalah (lā ba’sa bih). Ibn Ḥajar menilainya
jujur yang kadang kala salah (ṣadūq rubamā
.‫عليه السلام بالبراق‬
akhṭa’).875 Maka sanad ini masih boleh dihukumi “Ketika aku di Masjid al-Ḥarām di Ḥijir
Ismā‘īl, di sisi Ka‘bah, antara tidur dan terjaga,
873 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Ādāb, Bāb Man ketika itu Jibrīl mendatangiku mengendarai
Yu’mar ‘an Yujālis, h.n. 4833; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al- Burāq.”
Zuhd, Bāb (tanpa judul, no 45), h.n. 2378; Aḥmad, Musnad,
jil. 2, hlm. 303 dan 304; Abū Dāwud al-Ṭayālisī, Musnad,
hlm. 335, h.n. 2573; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Birr Takhrīj Hadis:
wa al-Ṣilah, Bāb al-Mar’ ‘alā Dīn Khalīlih, jil. 4, hlm. 171; Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 135; al-Bayhaqī, Muslim dari Mālik.877
al-Ādāb, hlm. 57; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 55,
h.n 9436; al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 141, h.n. 187 dan
188.
874 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 5, hlm. 55, h.n. ‘Alī al-Qārī, al-Mirqāt, jil. 8, hlm. 751, h.n. 5019.
9437. 876 al-Tirmidhī>, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb (tanpa
875 al-Zarkashī, al-Tadhkirah, hlm. 89; al-‘Alā’ī, judul, no. 45), h.n. 2378; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb
al-Naqd al-Ṣaḥīḥ, hlm. 60-63; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb al-Mar’ ‘alā Dīn Khalīlih, jil. 4, hlm.
al-Ḥasanah, hlm. 378, h.n. 1009; al-Suyūṭī, al-Durar al- 171; al-Nawawī, Riyāḍ al-Ṣāliḥīn, hlm. 151, h.n. 367; al-
Muntathirah, hlm. 367; ‘Alī al-Qārī, al-Asrār al-Marfū‘ah, ‘Alā’ī, al-Naqd al-Ṣaḥīḥ, hlm. 60-63; al-Albānī, Ṣaḥīḥ Sunan
hlm. 313; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 2, hlm. 281; al-Tirmidhī, jil. 2, hlm. 280, h.n. 1937.
al-Shawkānī, al-Fawā’id al-Majmū‘ah, hlm. 260; dan lihat 877 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Bad’ al-Khalq, Bāb al-
biografi Mūsā bin Wardān dalam al-Dhahabī, Mīzān al- Malā’ikah, h.n. 3207, dan lihat h.n. 3887; Muslim, Ṣaḥīḥ,
I‘tidāl, jil. 4, hlm. 226; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 554; Kitāb al-Īmān, Bāb al-Isrā’, h.n. 264.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
251

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ Takhrīj Hadis:


Hadis ini dikutip oleh al-Khūbawī dari al-
Hadis 383 Bayḍāwī dalam tafsirnya. al-Zamakhsharī juga
menyebutkan Hadis ini dalam tafsirnya. al-
‫أنه صلى اهلل عليه سولم كان نائما في بيت أم‬ Munāwī yang men-takhrīj Hadis-hadis dalam
Tafsīr al-Bayḍāwī mengutip takhrīj Ibn Ḥajar
‫هانئ بعد صلاة العشاء فأسري به ورجع من‬ ter­hadap Hadis-hadis Tafsīr al-Zamakhsharī. Ibn
Ḥajar mengatakan bahwa Hadis ini disebut­kan
‫ وقال صلى اهلل عليه‬،‫ليلته وقص القصة عليها‬
oleh al-Tha‘labī dalam tafsirnya dari Ibn ‘Abbās,
‫ ثم خرج‬.‫ مثل لي النبيون فصليت بهم‬:‫وسلم‬ tanpa sanad. Seakan-akan beliau me­riwa­yat­kan­
nya melalui al-Kalbī. al-Ḥākim dalam al-Iklīl dan
‫إلى المسجد وأخبر به قريشا فتعجبوا منها‬ al-Bayhaqī melalui al-Ḥākim, juga me­riwa­yat­kan­
nya dari Ibn ‘Abbās melalui Juwaybir. al-Nasā’ī
‫ وارتد ناس ممن آمن به وسعى رجال‬،‫استحالة‬
me­riwayatkannya secara ringkas dari Ibn ‘Abbās
.‫ إن كان قال لقد صدق‬:‫ فقال‬،‫إلى أبي بكر‬ melalui ‘Awuf dari Zurārah bin Abī Awfā dari
Ibn ‘Abbās. Ibn Sa‘ad, Abū Ya‘lā dan al-Ṭabarānī,
‫ إني لأصدقه على‬:‫ أتصدقه على ذلك؟ قال‬:‫فقالوا‬ semuanya dari Ummu Hānī dalam Hadis yang
panjang.878 al-Suyūṭī menjelaskan bahwa Hadis
‫ وكان ذلك قبل‬،‫ فسمى الصديق‬.‫أبعد من ذلك‬
ini diriwayatkan oleh Ibn Isḥāq dalam al-Sīrah, al-
.‫الهجرة بسنة‬ Ṭabarī dan al-Ṭabarānī.879
al-Ṭabarī dalam tafsirnya, meriwayatkan­
“Bahwasanya beliau tidur di rumah Ummu nya secara ringkas melalui Ibn Isḥāq. Sedangkan
Hāni’, sesudah shalat Ishā’, lalu beliau diisra’kan al-Ṭabarānī meriwayatkannya dalam Hadis yang
dan pulang pada malam itu juga, lalu menceritakan panjang. Di dalamnya terdapat redaksi seperti
kisah perjalanan itu kepadanya seraya berkata, di atas, melalui ‘Abd al-A‘lā bin Abī al-Masāwir,
‘Para Nabi dihadapkan di hadapanku lalu aku tanpa redaksi
shalat bersama mereka.’ Kemudian, keluarlah
Nabi ke masjid dan memberitakan hal itu pada 880
‫كان ذلك قبل الهجرة بسنة‬
orang-orang Quraysh. Mereka terheran-heran
mendengarnya, karena menganggap mustahil.
Sementara ada beberapa orang yang murtad di 878 ‘Abd Allāh bin ‘Umar al-Shayrāzī al-Bayḍāwī},
antara mereka, yang telah beriman kepada Nabi, Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl, Tafsīr al-Bayḍāwī, Dār
dan ada pula beberapa orang yang lari kepada al-Fikr, Bayrūt, t.th., hlm. 370; Muḥammad bin ‘Umar al-
Zamakhsharī, al-Kashshāf ‘an Ḥaqā’iq al-Tanzīl wa ‘Uyūn
Abū Bakar Aṣ-Ṣiddīq r.a. Maka berkatalah Abū
al-Aqāwīl fī Wujūh al-Ta’wīl, Maktabah al-Ma‘ārif, al-Riyāḍ,
Bakar, ‘Jika memang ia berkata begitu, maka se­ t.th., jil. 2, hlm. 350; Ibn Ḥajar, al-Kāfī al-Shāf, hlm. 97, h.n.
sung­guh­nya ia benar,’ Orang-orang itu ber­tanya, 271; al-Munāwī, al-Fatḥ al-Samāwī, jil. 2, hlm. 762, h.n. 650.
‘Apakah engkau benarkan juga atas hal itu?’ 879 ‘Abd al-Raḥmān bin Muḥammad Abū Bakar al-
Suyūṭī, Manāhil al-Ṣafā fī Takhrīj Aḥādīth al-Shifā, Taḥ.
Abū Bakar menjawab, ‘Sesungguhnya aku betul- Sāmir al-Qāḍī, Mu’assasah al-Kutub al-Thaqāfiyyah, Bayrūt,
betul membenarkannya atas apa saja yang lebih 1988, hlm. 97, h.n. 403.
jauh dari itu.’ Karena itu, ia disebut Aṣ-Ṣiddīq. 880 al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 2; al-Ṭabarānī,
al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 24, hlm. 432-434, h.n. 1059; al-
Peristiwa itu terjadi setahun sebelum hijrah.”
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 75-76.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
252

Hadis 384
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Hadis riwayat al-Tha‘labī sanadnya mawḍū‘, ‫أكثروا الصلاة علي فإن صلاتكم مغفرة‬
karena terdapat al-Kalbī, seperti yang dijelas­
‫ واطلبوا لي الوسيلة والدرجة الرفيعة‬،‫لذنوبكم‬
kan sebelum ini dan akan dijelaskan di bawah
bahwasanya ia dituduh pendusta.881 Riwayat .‫فإن وسيلتي عند ربي شفاعة لكم‬
kedua melalui Juwaybir juga sangat ḍa‘īf, karena
Juwaybir bin Sa‘īd sangat ḍa‘īf. Ia dinilai oleh “Perbanyaklah shalawat kepadaku! Se­sung­
al-Nasā’ī dan al-Dāraquṭnī sebagai orang yang guhnya shalawat kalian adalah ampunan bagi
Hadisnya layak ditinggalkan (matrūk al-ḥadīth).882 dosa-dosa kalian dan mintakan untukku wasilah,
Riwayat al-Ṭabarānī pada sanadnya terdapat ‘Abd kedudukan yang tinggi. Sesungguhnya wasilahku
al-A‘lā. Menurut Yaḥyā dan Abū Dāwud ia tidak di sisi Tuhanku menjadi shafaat bagi kalian.”
cacat (lays bi shay’). Ibn Numayr dan al-Nasā’ī
berkata matrūk (ditinggalkan). al-Dāraquṭnī ber­ Takhrīj Hadis:
pendapat ia ḍa‘īf. Adapun al-Haythamī me­nyata­ Hadis ini seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī
kan bahwa ia ditinggalkan dan pendusta (matrūk dan al-Hindī dalam Kanz al-‘Ummāl, diriwayatkan
kadhdhāb).883 Jadi sanad ini sangat ḍa‘īf. oleh Ibn ‘Asākir dari Ḥasan bin ‘Alī. Penulis me­
Riwayat Ibn Isḥāq dan al-Ṭabarī pada sanad­ nemukan bahwa Abū Ya‘lā meriwayatkannya
nya terdapat Muḥammad bin al-Sā’ib al-Kalbī. Ia, pula dari Abū Hurayrah melalui Layth bin Abī
seperti dikatakan Ibn Ḥajar, dituduh pendusta Sulaym dengan redaksi,
dan pengikut mazhab Rafīḍah. Selain Ibn al-Sā’ib,
‫أكثروا الصلاة علي فإن صلاتكم علي زكاة‬
Ibn Isḥāq sendiri ḍa‘īf menurut beberapa ulama,
meskipun beliau imam dalam perkara sejarah. ،‫ يا رسول اهلل‬:‫ فقيل‬.‫ وسلوا لي الوسيلة‬،‫لكم‬
Ibn Ḥajar menilainya saduq. Hanya saja men-
tadlīs dan dituduh sebagai Shī‘ah dan penganut ‫ أعلى درجة في الجنة ليس‬:‫وما الوسيلة؟ قال‬
Qadariyah.884 Jadi sanad ini sangat ḍa‘īf, bahkan
‫ وأنا أرجو أن‬،‫ينالها إلا رجل واحد من الناس‬
mawḍū’. Karena itu, tidak dapat menguatkan
riwayat pertama. Akan tetapi Hadis ini mempunyai 886
‫أكون أنا هو‬
shawāhid bahwa Nabi Saw. mikraj dari rumah
Ummu Hāni’. Jadi, Hadis dapat dihukumi ḍa‘īf. “Perbanyaklah shalawat kepadaku! Se­sung­
Secara teks, Hadis ini bertentangan dengan guhnya shalawat kalian atasku adalah zakat bagi
Hadis sebelumnya yang ṣaḥīḥ (Hadis ke 382). kalian, dan mohonlah wasilah untukku!’ Lantas
Namun masih bisa dipadukan seperti yang telah ditanya, ‘Wahai Rasūlullāh; apakah wasilah itu?’
diusahakan Ibn Ḥajar dalam Fatḥ al-Bārī.885 Beliau menjawab, ‘Derajat tertinggi di surga.
Tidak ada yang dapat menggapainya kecuali
hanya satu orang saja dari seluruh manusia dan
aku berharap orang itu adalah aku.’”
881 Lihat biografi al-Kalbī dalam al-Ḥalabī, Kashf al-
Astār, hlm. 230-231.
882 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 1, hlm. 427. 886 Abū Ya‘lā, Musnad, jil. 11, hlm. 298, h.n. 6414;
883 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2, hlm. 531; al- al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 180; ‘Alā’ al-Dīn al-
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 76. Muttaqī bin Ḥishām al-Dīn al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl fī Sunan
884 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 479 dan 467. al-Aqwāl wa al-Af‘āl, Sunt. Bakar Ḥayyānī dan Ṣafwah al-
885 Ibn Ḥajar, Fatḥ al-Bārī, jil. 7, hlm. 207. Ṣaqa’, Mu’assasah al-Risālah, Bayrūt, 1989, jil. 1, hlm. 489.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
253

disebutkan di atas.
Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
Terkait riwayat Abū Ya‘lā, seperti yang Hadis 385
dikatakan al-Haythamī, bahwa sanadnya ḍa‘īf,
karena terdapat Layth. Layth ini thiqah, akan ‫من قال حين يسمع النداء مهللا رب هذه الدعوة‬
tetapi mudallis. Layth menurut Ibn Ḥajar ṣadūq,
namun ia mukhtaliṭ (pikun), sehingga tidak bisa ‫التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة‬
membedakan Hadisnya. Karena itu ditinggalkan
‫والفضيلة والدرجة الرفيعة وابعثه مقاما‬
periwayatannya.887 Dalam riwayat ini, Layth
meriwayatkan dari Ka‘b dengan kalimat ‘an (‫)عن‬. .‫محمودا الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد‬
Menurut kaidah ilmu Hadis, kemungkinan besar
“Siapa yang berdoa ketika mendengar
sanadnya terputus. Maka sanad ini menjadi ḍa‘īf.
seruan (azan) ya Allāh, Tuhan bagi seruan yang
Hadis ini mempunyai shawāhid. Namun
sempurna ini, dan shalat yang tegak, berikanlah
semuanya mengenai bagian kedua Hadis ini,
Muḥammad wasilah dan keutamaan, derajat
yaitu mengenai al-wasīlah. ‘Abd Razzāq, Aḥmad
yang luhur, dan berikan padanya kedudukan
dan al-Bazzār meriwayatkan Hadis mengenai
mulia yang telah Engkau janjikan, sesungguhnya
masalah ini juga melalui Layth dengan redaksi
...‫عيل فسلوا ييل الوسيلة‬ Engkau tidak pernah mengingkari janji.”
‫ي‬ ‫“ إذا صليتم‬Jika kalian ber­
shalawat kepadaku, maka mohonkanlah wasilah
Takhrīj Hadis:
untukku…”
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
al-Tirmidhī juga meriwayatkannya melalui
Jābir, tanpa diakhiri dangan redaksi, ‫إنك ال تخلف‬
Layth dengan redaksi; ‫( سلوا ييل الوسيلة‬Mohonkanlah
890
‫الميعاد‬
wasilah untukku!) tanpa ada redaksi 888‫عيل‬‫إذا صليتم ي‬
“Jika kalian bershalawat untukku.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Jadi, kata-kata ‫عيل زكاة لكم أو مغفرة‬
‫فإن صالتكم ي‬
‫ لكم‬tidak ditemukan dalam riwayat lain. Karena Hadis 386
itu, riwayat dengan redaksi ini adalah gharīb.
al-Suyūṭī maupun al-Hindī tidak memberikan
‫لما وصل النبي إلى الدرجات العاليات والمراتب‬
pendapatnya terhadap Hadis ini. Begitu pula al- ‫ يا محمد بماذا‬:‫الرفيعة أوحى اهلل تعالى إليه‬
Munāwī. Sedangkan al-Albānī menghukuminya
ḍa‘īf.889 Penulis menguatkan pendapat yang ‫ تشرفني بأن تنسبني إلى نفسك‬:‫أشرفك؟ قال له‬
mengatakan ḍa‘īf karena alasan seperti yang
‫ فأنزل اهلل تعالى سبحان الذي أسرى‬.‫بالعبودية‬
887 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 2, hlm. 144; 891
‫بعبده ليلا‬
Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 464.
888 ‘Abd al-Razzāq, al-Muṣannaf, jld. 2, hlm. 216, h.n. “Ketika Nabi Saw. telah sampai pada ke­
3120; Aḥmad, Musnad, jil. 2, hlm. 265; al-Haythamī, Kashf
al-Astār, jil. 1, hlm. 184, h.n. 363; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb
dudukan yang tinggi dan martabat yang luhur,
al-Manāqib, Bāb Rasūlullāh Saw. Khatam al-Nabiyyīn, h.n.
3616; dan lihat Catatan/ta‘līq Sulaym Asad dalam Musnad
Abū Ya‘lā, jil. 11, hlm. 298-299. 890 al-Bukhārī, Ṣaḥīh, Kitāb al-Ādhān, Bāb al-Du‘ā’
889 Ibid; al-Munawi, Fayḍ al-Qadīr, jil. 2, hlm. 88; al- ‘ind al-Ādhān, h.n. 614. dan lihat h.n. 4719.
Albānī, Da‘īf al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 338, h.n. 1202. 891 al-Qur’ān, al-Isrā’ 15: 1.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
254

Allāh memberikan wahyu padanya, ‘Wahai sangat ḍa‘īf.893 Namun demikian, Hadis ini tidak
Muḥammad dengan apa aku membuatmu tersebut dalam semua Hadis yang disebutkan. Ini
mulia?’ Nabi Saw. menjawab, ‘Engkau men­jadi­ menunjukkan, bahwa Hadis ini palsu.
kan­ku mulia dengan menisbahkan diriku pada-
Mu dengan ubudiah.’ Maka Allāh Swt. menurun­ Hadis 387
kan ayat, ‘Mahasuci Zat yang memperjalan­kan
hamba-Nya pada malam hari…’” .‫أول مسجد وضع في الأرض المسجد الحرام‬
“Masjid pertama kali yang dibangun di muka
Takhrīj Hadis:
bumi adalah Masjid al-Ḥarām.”
Hadis ini belum ditemukan dalam pelbagai
kitab Hadis yang ada pada Penulis. al-Khūbawī
Takhrīj Hadis:
mengutip Hadis ini dari kitab Mi‘rājiyyah dan
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
berkata
Muslim dari Abū Dharr. Adapun redaksi al-
892
...‫ لما وصل‬:‫قال البرهان النسفي‬ Bukhārī adalah,894

“al-Burhān al-Nasafī berkata, ‘Ketika telah ‫ أي مسجد وضع في الأرض‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫قلت‬
sampai…’”
‫ ثم أي؟‬:‫ قلت‬:‫ قال‬.‫ المسجد الحرام‬:‫أولا؟ قال‬
Hadis ini secara teks tidak dinisbahkan
:‫ كم بينهما؟ قال‬:‫ قلت‬.‫ المسجد الأقصى‬: ‫قال‬
sebagai sabda Rasūlullāh Saw., tetapi sebagai
per­kataan al-Burhān al-Nasafī, namun ia mem­ ‫ ثم أينما أدركتك الصلاة بعد‬،‫أربعون سنة‬
punyai makna sama dengan Hadis marfū‘. Sebab
perkara seperti ini termasuk yang tidak mungkin .‫فصله فإن الفضل فيه‬
diketahui oleh akal manusia biasa. “Aku bertanya, ‘Wahai Rasūlullāh, apakah
masjid yang pertama kali dibangun di muka
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. bumi?’ Beliau menjawab, ‘Masjid al-Ḥarām.’ Aku
Karena belum dapat ditemukan di pelbagai berkata, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab,
kitab yang mu‘tamad dan ia hanya dikutip dari ‘Masjid al-Aqṣā.’ Aku bertanya lagi, ‘Berapa jeda
kitab Mi‘rājiyyah, dan kitab tersebut tidak waktu antara keduanya?’ Beliau menjawab,
mu‘tamad, maka kemungkinan Hadis ini palsu ‘Empat puluh tahun. Kemudian di mana pun
sangat besar. engkau menemukan shalat setelah masa itu,
al-Bayhaqī setelah menyebutkan beberapa maka shalatlah! Sebab, terdapat keutamaan di
Hadis tentang Isra’ dan Mi‘rāj yang menurut dalamnya.’”
beliau sanadnya kuat, berkata bahwa Hadis-
hadis tentangnya banyak sekali, dan mayoritas Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
diriwayatkan dengan sanad sangat ḍa‘īf dan
palsu. Kemudian beliau menyebutkan puluhan
Hadis yang menurut beliau ḍa‘īf, tapi mendekati 893 al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm. 354-
sangat ḍa‘īf. Begitu juga yang sebetulnya 405.
894 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb Aḥādīth al-Anbiyā’, Bāb
(tanpa judul, no. 10), h.n. 3366; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Masājid wa Mawāḍi‘ al-Ṣalāh, Bāb (Muqaddimah), h.n.
892 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 127. 520.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
255

‫إلى بيت المقدس ومنه إلى السموات وجاء قبل‬


Hadis 388
:‫ قالوا‬.‫لئن قال ذلك لقد صدق‬:‫ قال‬.‫أن يصبح‬
،‫أول مسجد وضع في الأرض المسجد الحرام‬
‫ نعم أصدقه فيما هو‬:‫أأنت تصدقه في هذا؟ قال‬
‫وبعده المسجد الأقصى الذي أسسه يعقوب‬
‫وجاء واحد‬-‫فلذا سمي الصديق‬-‫أبعد من ذلك‬
‫بن إسحاق عليهما السلام بعد بناء إبراهيم‬
‫ ارفع إحدى‬:‫ فقام فقال‬.‫ يا محمد قم‬:‫منهم فقال‬
.‫عليه السلام الكعبة‬
:‫ فقال‬.‫ ارفع الأخرى‬:‫ ثم قال‬،‫ فرفع‬.‫رجليك‬
“Masjid yang pertama kali dibangun di
muka bumi adalah Masjid al-Ḥarām. Setelahnya ‫ إذا لم ترفع‬:‫ فقال الكافر‬.‫إن رفعتها أسقط‬
adalah Masjid al-Aqṣā yang dibangun oleh Ya‘qūb
bin Isḥāq a.s., setelah Ibrāhīm a.s. membangun ‫ فكيف رفعت إلى السماء‬،‫عن الأرض شبرا‬
Ka‘bah.”
‫ اخرج من المسجد‬:‫وإلى سدرة المنتهى ؟ فقال‬
Takhrīj Hadis: ḍa‘īf, ‫ فخرج من‬.‫واحك بهذا القول لعلي فإنه يجيبك‬
Hadis dengan redaksi seperti ini, se­bagai­
mana dikutip al-Hindī dan Abū Muḥājir Zaghlūl ‫ فسأل‬،‫المسجد فلقي عليا فحكى له القصة‬
dalam Mawsū‘ah al-Aṭrāf, diriwayatkan oleh Ibn
..…‫سيفه‬
Mandah dalam Tārīkh Aṣbahān.895
“Sesungguhnya Nabi Saw. pada pagi hari­nya
Hukum Hadis: - setelah malam hari ia diperjalankan, ia me­nga­
Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan. bar­kan pada orang-orang tentang peristiwa itu.
Sanadnya belum ditemukan, karena kitab ter­ Maka orang-orang yang mem­benar­kan beliau
sebut belum dicetak lagi. Namun karena Hadis meng­ingkarinya, bahkan mereka melontar­
ini mempunyai shāhid, yaitu Hadis ke 387, maka kan fitnah yang besar. Lantas beberapa tokoh
Hadis ini sekurang-kurangnya dapat dihukumi dari kaum musyrik menghampiri Abū Bakar dan
ḍa‘īf, dengan tidak menutup kemungkinan ia ber­kata kepadanya, ‘Sesungguhnya sahabat­
lebih dari itu. mu (Muḥammad) mengaku bahwasanya ia di­
perjalan­kan pada malam hari menuju Bayt
Hadis 389 al-Muqaddas, lalu dari sana ia menuju langit-
langit, dan kembali sebelum pagi tiba.’ Abū
‫أن النبي لما أصبح ليلة أسري به وأخبر‬ Bakar menjawab, ‘Jika ia berkata demikian,
maka ia jujur.’ Mereka bertanya, ‘Apakah engkau
‫الناس بذلك ارتد ناس ممن صدقوا وفتنوا فتنة‬ mem­per­cayai­nya terkait peristiwa ini?’ Abū
Bakar menjawab, ‘Iya. Aku mempercayai apa
‫عظيمة وسعى رجال من المشركين إلى أبي بكر‬
yang berkaitan dengannya, bahkan meskipun
‫ إن صاحبك يزعم أنه أسري به الليلة‬:‫فقالوا‬ lebih dari ini – maka ia mendapat gelar aṣ-
Ṣiddīq – . Lalu datanglah salah seorang tokoh
dari kaum kafir berkata, ‘Wahai Muḥammad
895 al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jil. 12, hlm. 212, h.n. berdirilah!’ Maka Nabi Saw. berdiri. Lalu orang
34172; Zaghlūl, Mawsū‘ah al-Aṭrāf, jil. 4, hlm. 49.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
256

itu berkata, ‘Angkat salah satu kakimu!” Nabi Sedangkan bagian kedua, Penulis tidak yakin
Saw. mengangkatnya. Kemudian orang itu ber­ akan kesahihannya, sebab cerita tersebut tidak
kata, ‘Angkatlah yang satunya lagi.’ Nabi Saw. terdapat dalam kitab-kitab Hadis dan sejarah
men­jawab, ‘Jika aku mengangkatnya, maka Nabi Saw. yang mu‘tamad, yang telah dirujuk.
aku akan jatuh.’ Maka orang kafir itu berkata, Seandainya cerita itu memang ada, tentu cerita
‘Jika kamu tidak bisa terbang sejengkal saja itu akan masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab
dari bumi, bagaimana mungkin kamu bisa naik sejarah atau Hadis. Selain itu, kedudukan umat
hingga ke langit dan Sidrah al-Muntahā?’ Maka Islam yang masih lemah tidak memungkinkan
ia berkata, ‘Keluarlah dari Masjid al-Ḥarām dan ‘Alī berbuat demikian, karena hal ini akan
ceritakan peristiwa ini kepada ‘Alī. Sesungguhnya dapat dijadikan alasan bagi pihak musuh untuk
ia akan menjawabmu.’ Maka Nabi Saw. keluar membunuh ‘Alī dan Nabi Saw. sendiri, atau
dari Masjid al-Ḥarām dan menemui ‘Alī, lalu paling tidak meminta kepada ‘Alī dan keluarganya
menceritakan kisah tersebut kepadanya. Lalu ia pampasan. Cerita tentang ini tidak ditemukan
menanyakan pedangnya……’” dalam sejarah. Jadi Hadis bagian kedua ini palsu.
Kesimpulannya, Hadis dengan redaksi seperti
Takhrīj Hadis: dalam Durrah al-Nāṣiḥīn itu palsu. Sedangkan
Hadis ini merupakan dua Hadis yang bagian pertama Hadis itu ṣaḥīḥ seperti yang
berbeda. Bagian pertama Hadis ini diriwayatkan dijelaskan di atas.
oleh al-Ḥākim dan al-Bayhaqī dalam al-Dalā’il,
juga oleh Ibn Mardiwayh seperti yang dikutip Hadis 390
oleh al-Suyūṭī. Semuanya dari ‘Ā’ishah dengan
redaksi sedikit berbeda sampai lafal: ‫سيم‬ ‫ي‬ ‫فلذا‬ ‫أتيت بدابة وهي أشبه الدواب بالبغل وهو‬
‫ الصديق‬.896 (Karena itu, ia dinamai aṣ-Ṣiddīq).
Bagian kedua, bermula dari perkataan ‫وجاء‬ ‫ فانطلق‬:‫ قال‬.‫البراق الذي كان يركبه الأنبياء‬
...‫ يا محمد‬:‫( واحد منهم فقال‬Lalu datang salah satu
‫بي يضع يده عند منتهى بصره فسمعت نداء عن‬
dari mereka berkata, ‘Wahai Muḥammad…).
Hadis dengan cerita dan maksud seperti ini ‫يميني يا محمد على رسلك فمضيت ولم أعرج‬
belum dapat ditemukan dalam kitab-kitab Hadis
dan sejarah yang mu‘tamad. ‫عليه ثم سمعت نداء عن شمالي ولم ألتفت‬
‫ ثم استقبلتني امرأة وعليها من كل زينة‬،‫إليه‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis bagian pertama dihukumi ṣaḥīḥ ‫ فمضيت ولم‬.‫ على رسلك‬:‫فمدت يدها وقالت‬
oleh al-Ḥākim dan disetujui oleh al-Dhahabī.897
:‫ أو قال‬- ‫ ثم أتيت ببيت المقدس‬.‫ألتفت إليها‬

896 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-


‫ فنزلت وأوثقته بالحلقة التي‬- ‫المسجد الأقصى‬
Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī
Bakar Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Bayhaqī, Dalā’il al- ‫ ثم دخلت المسجد‬،‫كانت الأنبياء يوثقونه بها‬
Nubuwwah, jil. 2, hlm. 360-361; al-Suyūṭī, al-Khasā’iṣ al-
Kubrā, jil. 1, hlm. 291. ‫ سمعت النداء‬،‫ يا جبرائيل‬:‫ فقلت‬،‫فصليت‬
897 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-
Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī Bakar ‫ أما‬،‫ ذلك داعي اليهودية‬:‫ فقال‬،‫عن يميني‬
Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm.
63.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
257

agama Yahudi. Sekiranya engkau tadi berhenti


:‫ فقلت‬.‫إنك لو وقفت عليه لتهودت أمتك‬
menurutinya, niscaya umatmu menjadi Yahudi.’
‫ ذلك داعي‬:‫ فقال‬.‫سمعت النداء عن شمالي‬ Aku bertanya pula, ‘Aku tadi mendengar juga
seruan di sebelah kiriku.’ Jibrīl berkata, ‘Itu
‫ أما إنك لو وقفت عليه لتنصرت‬،‫النصرانية‬ penyeru agama Nasrani. Sekiranya engkau tadi
berhenti menurutinya, niscaya umatmu menjadi
،‫ وأما المرأة فكانت الدنيا تزينت لك‬،‫أمتك‬ Nasrani. Adapun wanita itu adalah dunia. Ia
‫أما إنك لو وفقت عليها لاختارت أمتك‬ telah berhias untukmu. Sekiranya engkau tadi
berhenti menurutinya, niscaya umatmu memilih
‫ ثم أتينا بإنائين أحدهما فيه‬.‫الدنيا على الآخرة‬ dunia daripada akhirat.’ Sesudah itu aku diberi
dua buah mangkuk yang satu berisi susu, sedang
‫ اشرب أيهما‬:‫ فقال لي‬،‫لبن والآخر فيه خمر‬ yang lain berisi arak. Jibrīl berkata kepadaku,
.‫ فأخذت اللبن فشربته وتركت الخمر‬،‫شئت‬ ‘Minumlah mana yang engkau kehendaki dari
kedua minuman ini!’ Dan aku pun mengambil
‫ أي أعطيت‬،‫ أصبت الفطرة‬:‫فقال جبرائيل‬ susu, lalu aku minum. Arak itu aku tinggalkan.
Engkau tepat memilih kesucian!’ kata Jibrīl.
‫ أما إنك لو أخذت الخمر لغوت‬،‫أمتك الإسلام‬ “Maksudnya, engkau telah memberikan Islam
.‫أمتك‬ kepada umatmu. Sekiranya engkau mengambil
arak, niscaya sesatlah umatmu,’” katanya.
“Didatangkan kepadaku seekor binatang
yang lebih mirip dengan bighal. Itulah Burāq Takhrīj Hadis:
yang pernah dinaiki oleh para Nabi.’ Kata Nabi, Hadis ini, seperti yang juga dikutip oleh al-
‘Maka, binatang itu membawaku pergi. Ia me­ Suyūṭī, diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam al-
napak­kan kaki depannya sejauh pan­dangan­nya. Dalā’il, al-Ṭabarī dalam tafsirnya, Ibn Mundhir,
Maka, terdengarlah olehku panggilan di se­belah Ibn Abī Ḥātim, Ibn Mardiwayh dan Ibn ‘Asākir.
kanan­ku, ‘Ya Muḥammad, tunggulah se­ben­tar!’ Semuanya dari Abū Sa‘id melalui Abū Hārūn al-
Namun, aku meneruskan perjalanan tanpa mem­ ‘Abdī dengan redaksi sedikit berbeda.898
peduli­kannya. Kemudian aku men­dengar pula
suatu seruan di sebelah kiriku, dan aku pun me­ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
nerus­kan perjalanan tanpa ber­paling kepada­nya. Dalam semua sanad Hadis ini terdapat
Seterus­nya aku dihadang oleh seorang wanita Abū Hārūn al-‘Abdī. Hammād bin Zayd telah
yang mengenakan segala perhiasan. Wanita menuduhnya sebagai pendusta. Menurut
itu me­ngulur­kan tangannya seraya berkata, Aḥmad ia tidak cacat (lays bi shay’). Sedangkan
‘Tunggu­lah sebentar.’ Namun aku meneruskan Ibn Ma‘īn berpendapat ia ḍa‘īf. Hadisnya tidak
per­jalanan tanpa berpaling kepadanya. Kemu­ dapat dipercayai. al-Nasā’ī menilainya matrūk al-
dian sam­pai­lah aku ke Bayt al-Maqdis atau Nabi ḥadīth (Hadisnya ditinggalkan). Shu‘bah berkata
me­ngata­kan Masjid al-Aqṣā. Lalu, aku pun turun bahwa beliau lebih senang dibunuh daripada
dan mengikat Burāq pada sebuah lubang, tem­
pat para Nabi dulu mengikatkannya di sana.
Selanjut­nya, aku masuk masjid lalu shalat. ‘Ya 898 al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm.
390-391; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 11-12; al-Suyūṭī, al-
Jibrīl’ kataku; ‘Aku tadi mendengar seruan di
Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 276-280; al-Suyūṭī, al-Durr al-
sebelah kananku.’ Jibril menyahūt, ‘Itu penyeru Manthūr, jil. 3, hlm. 266.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
258

meriwayatkan Hadis dari Abū Hārūn; �‫عن‬ ‫فت�ض ب ق‬


‫ي‬ .‫ورب كل شيئ‬
‫أ� هارون‬
‫إيل من أن أحدث عن ب ي‬
‫( أحب ي‬Dipenggal leherku
lebih aku sukai daripada meriwayatkan Hadis “ketika malam aku diisra’kan, aku berada
dari Abū Hārūn). di Makkah dalam keadaan antara tidur dan
Menurut Ibn Ḥibbān, ia seorang pengikut jaga. Datanglah Jibrīl padaku lalu berkata, ‘Ya
mazhab Rafīḍah, meriwayatkan dari Abu >Sa‘īd Muḥammad, bangunlah!’ Maka aku pun bangun,
Hadis-hadis yang tidak dimiliki oleh Abū Sa‘īd, dan tahu-tahu sudah ada Jibrīl disertai Mīkā’īl.
tidak boleh menulis Hadis-hadisnya kecuali Jibrīl berkata kepada Mīkā’īl, ‘Beri aku segelas air,
dengan maksud terheran (li al-ta‘ajjub). Ibn Ḥajar supaya aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan
menilainya sebagai perawi yang ditinggalkan dadanya.’ Kata Nabi Saw., ‘Maka Jibrīl membelah
(matrūk). Sebagian ulama menuduhnya pendusta perutku lalu mencucinya tiga kali, sementara
dan ia pengikut Shī‘ah.899 Jadi sanadnya sangat Mīkā’īl bolak-balik datang kepadanya membawa
ḍa‘īf, bahkan mawḍu<‘. tiga gelas air. Maka Jibrīl melapangkan dadaku
dan membuang kedengkian yang ada di dalamnya
Hadis 10 (391) dan mengisinya dengan hikmah, ilmu dan iman.
Lalu ia cap di antara kedua pundakku dengan
‫لما كانت ليلة أسرى بي وأنا بمكة بين النوم‬ cap kenabian. Sesudah itu, Jibrīl menuntun
tanganku, hingga sampai ke tepi Zamzam, lalu
،‫ يا محمد قم‬:‫واليقظة جائني جبرائيل فقال‬ katanya kepada malaikat tadi, ‘Beri aku setimba
‫ فقال‬.‫فقمت فإذا بجبرائيل ومعه ميكائيل‬ air Zamzam atau air Kauthar.’ Dan katanya pula
kepadaku, ‘Berwudhulah engkau!’ Dan aku pun
‫ ائتني بطست من ماء زمزم‬:‫جبرائيل لميكائيل‬ berwudhu.’ Kemudian, kata Jibrīl, ‘Berangkatlah,
wahai Muḥammad!’ Aku bertanya, ‘Ke mana?’
‫ فشقى‬:‫ فقال‬.‫لكي أطهر قلبه وأشرح له صدره‬ Jawab Jibrīl, ‘Kepada Tuhanmu dan Tuhan segala
sesuatu.’”
‫ وقد اختلف‬،‫بطني وغسله ثلاث مرات‬
‫إليه ميكائيل ثلاث طسوات من ماء فشرح‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini seperti yang juga dikutip oleh
‫ وملأه رحمة‬،‫صدري ونزع ما كان فيه من غل‬ al-Suyūṭī, diriwayatkan oleh al-Ṭabarī, Ibn Abī
Ḥātim, Ibn Mardiwayh, al-Bazzār, Abū Ya‘lā dan
‫ ثم‬.‫ وختم بين كتفي بخاتم النبوة‬،‫وعلما وإيمانا‬
al-Bayhaqī dalam al-Dalā’il. Semuanya dari Abū
.‫أخذ جبرائيل بيدي حتى أنتهى بسقاية زمزم‬ Hurayrah melalui Abū al-‘Āliyah. Dalam redaksi
mereka tanpa kata-kata 900‫أو ماء الكوثر‬
‫ ائتني بذنوب من ماء زمزم أو من ماء‬:‫فقال‬
Hukum Hadis: D}a‘īf.
:‫ ثم قال‬،‫ فتوضأت‬،‫ توضأ‬:‫ وقال لي‬،‫الكوثر‬
Dalam sanad al-Ṭabarī, beliau meriwayat­
‫ إلى ربك‬:‫ إلى أين؟ قال‬:‫ فقالت‬.‫انطلق يا محمد‬ kan­nya melalui Abū Ja‘far al-Rāzī dari al-Rabī‘ bin
Anas dari Abī al-‘Āliyah dari Abū Hurayrah (atau

899 al-‘Uqaylī, al-Ḍu‘afā’, jil. 3, hlm. 313; Ibn Ḥibbān, 900 al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 283 dan
al-Majrūḥīn, jil. 2, hlm. 313; al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 289; al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 4, hlm. 268-269; al-
3, hlm. 173; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 408. Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 6-7.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
259

yang lainnya, Abū Ja‘far telah ragu-ragu).


:‫ أتحدث قومك بما حدثتني؟ قال‬:‫ قال‬.‫نعم‬
Abū Ja‘far al-Rāzī dinilai oleh Ibn Ḥajar
sebagai ṣadūq yang buruk hafalannya, khusus­ .‫ يا معشر بني كعب ولؤي هلموا‬:‫ قال‬.‫نعم‬
nya dari jalur al-Mughīrah. Sedangkan Rabi‘ bin
Anas beliau sifatkan sebagai ṣadūq yang banyak ‫ حدث‬:‫ قال‬.‫فجاءوا حتى جلسوا إليهما‬
kesalahan dalam periwayatan (awhām) dan
dituduh Shī‘ah.901 Jadi sanad ini ḍa‘īf.
. ‫ أسري بي الليلة‬.‫ نعم‬:‫ قال‬.‫قومك بما حدثتني‬
‫ ثم‬:‫ قالوا‬.‫ إلى بيت المقدس‬:‫ إلي أين؟ قال‬:‫قالوا‬
Hadis 392
‫ فسعى رجال‬.‫ نعم‬:‫أصبحت بين ظهرانينا؟ قال‬
‫ وبيدي لواء الحمد‬،‫أنا سيد ولد آدم ولا فخر‬
:‫ فقالوا‬،‫من المشركين إلى أبي بكر الصديق‬
.‫ولا فخر‬
‫هل لك من صاحبك خبر يزعم أنه أسري به‬
“Aku adalah penghulu anak-cucu Adam
dan ini bukanlah sombong. Dan aku memegang ‫ نعم‬:‫ قال‬.‫ قال‬:‫ أو قد قال؟ قالوا‬:‫ قال‬.‫الليلة‬
bendera puji. Dan ini bukanlah sombong.”
‫ أصدقه فيما‬:‫ أتصدقه؟ قال‬:‫ قالوا‬.‫لقد صدق‬
Takhrīj Hadis: .‫أبعد من ذلك‬
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
Hurayrah dan al-Tirmidhī dari Abū Sa‘īd, dengan “Setelah terjadinya malam Isra’ku, dan
redaksi sedikit berbeda.902 paginya aku telah berada di Makkah kembali, aku
tahu bahwa orang-orang takkan mempercayaiku.’
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Maka Beliau Saw. duduk bersedih hati. Tiba-tiba
lewatlah kepadanya Abū Jahal, musuh Allāh itu.
Ia datang pada Beliau, lalu duduk di hadapannya,
Hadis 393 maka katanya seraya memperolok, ‘Adakah
،‫لما كانت ليلة أسري بي وأصبحت بمكة‬ sesuatu yang telah engkau peroleh?’ ‘Ya,’ jawab
Nabi, ‘Tadi malam aku telah diperjalankan.’ ‘Ke
‫عرفت أن الناس لا يصدقونني فقعدت‬ mana?’ tanya Abū Jahal. Jawab Nabi, ‘Ke Bayt al-
Maqdis.’ ‘Kemudian pagi ini kamu telah berada
‫ فمر به أبو جهل فأتاه فجلس إليه فقال‬،‫حزينا‬ di tengah kami?’ tanya Abū Jahal pula. Dijawab
oleh Nabi, ‘Ya.’ Abū Jahal bertanya, ‘Beranikah
:‫ هل استفدت من شيئ؟ قال‬:‫كالمستهزئ‬
kamu mengatakan kepada kaummu seperti yang
‫ إلى بيت‬:‫ إلى أين؟ قال‬:‫ قال‬.‫نعم أسري بي الليلة‬ kamu katakan kepadaku tadi?’ ‘Ya,’ tegas Nabi.
Maka berkatalah Abū Jahal, ‘Wahai sekalian Banī
:‫ و أصبحت بين ظهرانينا؟ قال‬:‫قال‬. ‫المقدس‬ Ka‘ab bin Lu’aiy, kemarilah!’ Maka mereka pun
berdatangan, sehingga berkumpul di hadapan
keduanya. ‘Katakanlah kepada kaummu apa
901 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 629 dan 205. yang telah kamu katakan kepadaku tadi,’ kata
902 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Faḍā’il, Bāb Tafḍīl Abū Jahal. ‘Baiklah,’ sambut Nabi, ‘Tadi malam
Nabiyyinā Saw. ‘alā Jamī‘ al-Khalā’iq, h.n. 2778; al-Tirmidhī,
aku telah diperjalankan.’ ‘Ke mana?’ tanya
Sunan, Kitāb al-Manāqib, Bāb fī Faḍl al-Nabī Saw., h.n.
3615. mereka. Dijawab oleh beliau, ‘Ke Bayt al-Maqdis’
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
260

Mereka berkata, ‘Kemudian pagi ini kamu telah ‘Abbās di atas adalah ṣaḥīḥ.905 Sedangkan sanad
berada di tengah kami?’ ‘Benar,’ jawab beliau. riwayat bagian selanjutnya dihukumi ṣaḥīḥ oleh
Maka larilah beberapa orang musyrik mencari al-Ḥākim dan disetujui oleh al-Dhahabī.906 Jadi
Abū Bakar aṣ-Ṣiddīq lalu mereka katakan, ‘Sudah kedua Hadis itu dapat dihukumi ṣaḥīḥ.
dengarkah kamu berita dari sahabatnmu itu? Ia
mengaku bahwa dirinya telah diperjalankan tadi Hadis 394
malam.’ ‘Benarkah ia telah berkata begitu?’ tanya
Abū Bakar. Mereka menjawab, ‘Ia telah berkata ‫أن النبي صلى اهلل عليه وسلم سئل هل رأيت‬
begitu.’ Maka kata Abū Bakar, ‘Sesungguhnya ia
berkata benar.’ ‘Kamu membenarkan ia?’ tanya .‫ رأيت بفؤادي ولم أره بعيني‬:‫ربك؟ قال‬
mereka. Maka Abū Bakar menegaskan, ‘Aku “Sesungguhnya Nabi Saw. pernah ditanya,
membenarkan ia bahkan yang lebih jauh lagi apakah engkau melihat Tuhanmu?’ Beliau men­
dari itu.’” jawab, ‘Aku melihat dengan fuadku. Aku tidak
melihatnya dengan kedua mataku.’”
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan redaksi seperti ini hingga se­ Takhrīj Hadis: -
belum perkataan �‫ك‬ ‫الم� ن‬
‫ش‬ ‫فسىع رجل من‬, di­riwayat­
‫ي‬ Hadis ini, seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī,
kan oleh al-Nasā’ī, Aḥmad, Ibn Abī Shaybah, diriwayatkan oleh ‘Abd bin Ḥumayd, Ibn al-
al-Bazzār, Abū Nu‘aym dan al-Ṭabarānī dalam Mundhir, al-Ṭabarī dan Ibn Abī Ḥātim. Semuanya
al-Kabīr dan al-Awsaṭ, seperti dikutip oleh al- dari Muḥammad bin Ka‘b al-Quraẓī dari beberapa
Haythamī dan al-Suyūṭī dari Ibn ‘Abbās.903 Sedang­ orang sahabat dengan redaksi
kan bagian selanjutnya, dimulai dari per­kataan
‫الم� ن‬
�‫ك‬ ‫ش‬ ‫ فسىع رجل من‬hingga akhir, di­riwayat­kan ‫ لم‬:‫ هل رأيت ربك؟ قال‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫قالوا‬
‫ي‬
oleh al-Ḥākim, al-Bayhaqī dan Ibn Mardiwayh,
seperti dikutip oleh al-Suyūṭī, semuanya dari
907
.‫أره بعيني ورأيته بفؤادي مرتين‬
‘Ā’ishah.904 “Mereka bertanya, ‘Wahai Rasūlullāh, apa­
kah engkau melihat Tuhanmu?’ Beliau men­jawab,
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. ‘Aku tidak melihat-Nya dengan kedua mata­ku,
al-Haythamī mengatakan bahwa perawi aku melihat-Nya dengan fuadku se­banyak dua
pada sanad Aḥmad adalah perawi Hadis ṣaḥīḥ. kali.’”
al-Suyūṭī mengatakan bahwa sanad riwayat Ibn
Ibn Khuzaymah dalam al-Tawḥīd juga me­
riwayatkannya dari ‘Abd Allāh bin al-Ḥārith bin
903 Aḥmad, Musnad, jil. 1, h.n. 309; Ibn Abī Shaybah,
al-Muṣannaf, Kitāb al-Maghāzī, Bāb Ḥadīth al-Isrā’, jil. 8,
hlm. 445; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 3, hlm. 221- 905 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 65;
222, h.n. 2468; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 1, hlm. 45- al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 265-266.
46, h.n. 56; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 65; 906 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al-
al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, hlm. 265-266. Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī Bakar
904 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ma‘rifah al- Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 3, hlm.
Ṣaḥābah, Bāb al-Aḥādīth al-Mush‘irah Bitasmiyah Abī Bakar 63.
Ṣiddīqan, jil. 3, hlm. 62-63; al-Bayhaqi, Dalā’il al-Nubuwwah, 907 al-Suyūṭī, Manāhil al-Ṣafā, hlm. 99, h.n. 415; al-
jil. 2, hlm. 260-261; al-Suyūṭī, al-Khaṣā’iṣ al-Kubrā, jil. 1, Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 6, hlm. 160; al-Ṭabarī, Tafsīr,
hlm. 265-266. jil. 27, hlm. 49.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
261

Nūfal secara mawqūf sebagai perkataan beliau pernah melihat Nabi Saw., tetapi tidak pernah
‫ رأى ب ي‬. (Nabi
dengan redaksi: ‫الن� بفؤاده ولم يره بعينه‬ 908
bersahabat atau bercakap dengannya. Berbeda
melihat dengan fuadnya dan ia tidak melihat dengan bapak dan kakeknya. Keduanya adalah
dengan kedua matanya). sahabat.910 Hadis ini tidak dinisbahkan sebagai
sabda Rasūlullāh Saw., melainkan pendapat ‘Abd
Hukum Hadis: - Allāh. Jadi Hadis ini tergolong Hadis mawqūf.
Riwayat yang marfū‘ adalah ḍa‘īf. Sedangkan Namun ia mengandung makna marfū‘.
riwayat yang mawqūf ṣaḥīḥ. Namun demikian, Kesimpulannya, Hadis yang diriwayatkan
ia mempunyai hukum marfū‘. al-Ṭabarī me­riwa­ secara marfū‘ adalah ḍa‘īf. Sedangkan yang
yat­kannya dari ‘Abd bin Ḥumayd. Dalam sanad diriwayatkan secara mawqūf adalah ṣaḥīḥ.
ini terdapat perawi bernama Mūsā bin ‘Ubayd Meskipun demikian, ia mempunyi hukum marfū‘.
al-Rabazī. Kemungkinannya nama Mūsā bin Hadis yang bermaksudkan sama atau kontradiktif
‘Ubaydah al-Ḥumayrī (dalam Tafsīr al-Ṭabarī dengan Hadis ini banyak diriwayatkan oleh
yang dicetak adalah nama yang salah, sebab Ibn Khuzaymah dalam kitab al-Tawḥīd dan al-
perawi yang meriwayatkan dari Muḥammad Dāraquṭnī dalam kitab al-Ru’yah dan al-‘Ajūrī
bin Ka‘b adalah Mūsā bin ‘Ubayd, bukan Mūsā dalam kitab al-Sharī‘ah. Silahkan rujuk kitab-
bin ‘Ubaydah). Menurut Aḥmad, Hadis-hadis kitab tersebut.911
Mūsā bin ‘Ubayd tidak boleh ditulis (lā yuktab
ḥadīthuh). al-Nasā’ī menilainya ḍa‘īf. Ibn Ma‘īn
berpendapat ia tidak cacat (lays bi shay’). Dalam Bab 33
satu riwayat lain mengatakan Hadisnya tidak
boleh dijadikan ḥujjah. Yaḥyā bin Sa‘īd berkata,
Penjelasan Mengenai
“Kami berhati-hati terhadap riwayatnya.” Namun Keutamaan Manusia
Ibn Sa‘ad berpendapat Mūsā bin ‘Ubayd thiqah, Hadis dari no 395 sampai no 402
tetapi riwayatnya tidak boleh dijadikan ḥujjah
(thiqah wa lays biḥujjah). Ibn Shaybah berkata,
Hadis 395
ṣadūq, sangat ḍa‘īf. Ibn ‘Adiy menjelaskan
bahwa ke-ḍa‘īf-an pada riwayatnya jelas terlihat .‫من سلم علي عشرا فكأنما أعتق رقبة‬
(al-ḍa‘īf ‘alā riwāyatih bayyin). Ibn Ḥajar
menyimpulkannya sebagai perawi ḍa‘īf, terlebih “Siapa mengucap salam padaku sepuluh
lagi jika Mūsā bin ‘Ubayd meriwayatkan dari ‘Abd kali, maka seolah-olah ia memerdekakan budak.”
Allāh bin Dīnār.909 Jadi riwayat ini ḍa‘īf.
Sanad dari riwayat Ibn Khuzaymah, semua Takhrīj Hadis:
perawinya thiqāt. ‘Abd Allāh bin al-Ḥārith ter­ Hadis ini disebutkan oleh al-Qāḍī ‘Iyāḍ dalam
golong sebagai sahabat. Namun beliau di­golong­ al-Shifā’ dari Ibn Wahb. al-Hindī menjelaskan,
kan sebagai sahabat junior. Sebab beliau hanya

910 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 299.


908 Muḥammad bin Isḥāq bin Khuzaymah, Kitāb 911 Lihat Ibn Khuzaymah, al-Tawhīd, hlm. 197-229;
al-Tawḥīd wa Ithbāt Ṣifāt al-Rabb ‘Azza wa Jalla, Taḥ. ‘Alī bin ‘Umar al-Dāraquṭnī, Kitāb al-Ru’yah, Taḥ. Ibrāhīm
Muḥammad Khalīl Ḥawāṣ, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Bayrūt, Muḥammad dan Aḥmad Fakhrī al-Rifā‘ī, Maktabah al-
1983, hlm. 208. Manār, Urdūn, 1990, hlm. 308-359, h.n. 227-287; al-Suyūṭī,
909 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 213; Ibn al-Khaṣā’iṣ, jil. 1, hlm. 267; al-Ājūrī, al-Sharī‘ah, hlm. 491-
Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 552. 494.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
262

bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Jarīr dari


Ibn ‘Umar dengan redaksi selengkapnya ‫وإن مات‬ Takhrīj Hadis:
‫ من يومه وجب الجنة‬.912 (Jika ia mati pada hari itu, Hadis ini seperti yang dikutip oleh al-Zabīdī,
maka ia wajib masuk surga). Ibn ‘Arrāq dan lainnya, diriwayatkan oleh Dāwud
al-Muḥabbar dalam kitab al-‘Aql. Abū Layth al-
Hukum Hadis: -ḍa‘īf, Samarqandī, juga meriwayatkan Hadis ini dalam
Hadis ini belum dapat dihukumi, karena kitab Tanbīh al-Ghāfilīn dari Ubay bin Ka‘ab dan
belum dapat ditemukan sanadnya dan belum Abū Hurayrah melalui Maysarah dan Dāwud al-
ditemukan seorang ahli Hadis yang memberikan Muḥabbar.913
pendapat mengenai hukumnya. Seperti yang
akan dijelaskan pada bab ketiga nanti, Hadis Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu.
seperti ini dapat dihukumi ḍa‘īf, tanpa menutup Dāwud al-Muḥabbar seperti yang sudah
kemungkinan lebih dari itu. beberapa kali dibahas, dituduh oleh kabanyakan
ahli Hadis sebagai pendusta. Begitu pula
Hadis 396 Maysarah bin ‘Abd Rabbuh, ia dituduh pendusta
oleh al-Bukhārī, Abū Dāwud, Ibn Ḥibbān dan
.‫ العاقل‬:‫يا رسول اهلل من أعلم الناس؟ قال‬ lainnya, selain ia sendiri mengakuinya.914 Hadis
ini telah dihukumi palsu oleh Ibn Taymiyyah, Ibn
‫من‬: ‫ قالا‬.‫ العاقل‬:‫ من أعبد الناس؟ قال‬:‫قالا‬ Qayyim, Ibn Ḥajar dan lain-lain.915
‫ لكل شيئ آلة وآلة‬،‫ العاقل‬:‫أفضل الناس؟ قال‬
Hadis 397
‫ ولكل قوم راع وراعي المؤمن‬،‫المؤمن العقل‬ ََ َ َ
‫َم ْن ص َمت نجا‬
.‫ ولكل قوم غاية وغاية العباد العقل‬،‫العقل‬
“Siapa yang diam maka ia selamat.”
“Wahai Rasūlullāh, siapakah manusia
yang paling tahu?’ Beliau menjawab, ‘Orang Takhrīj Hadis:
yang berakal (pintar).’ Mereka bertanya, ‘Siapa Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī,
yang paling ahli ibadah di antara manusia?’ Aḥmad, al-Dārimī dan al-Ṭabarānī. Semuanya
Beliau menjawab, ‘Orang yang berakal (pintar).’ dari Ibn ‘Amru.916
Mereka bertanya, ‘Siapakah manusia yang paling
utama?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang berakal. Hukum Hadis: Ḥasan li - ghayrihi.
Setiap segala sesuatu ada alatnya. Adapun
alatnya orang mukmin adalah akalnya. Setiap
kaum ada pemeliharanya. Dan yang memelihara 913 al-Zabīdī, Ittiḥāf al-Sādah al-Muttaqīn, jil. 1,
orang mukmin adalah akal. Setiap kaum memiliki hlm. 462; Ibn ‘Arrāq, Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 1, hlm. 218; al-
Samarqandī, Tanbīh al-Ghāfilīn, hlm. 388, h.n. 584.
tujuan. Dan tujuan hamba-hamba yang ahli
914 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 4, hlm. 230; al-
ibadah adalah akal.” Ḥalabī, Kashf al-Ḥathīth, hlm. 265.
915 Ibn al-Qayyim, al-Manār al-Munīf, hlm. 66-67;
Ibn Ḥajar, al-Maṭālib al-‘Āliyah, jil. 3, hlm. 13; Ibn ‘Arrāq,
912 ‘Iyāḍ bin Mūsā bin ‘Iyāḍ al-Yaḥsūbī al-Qāḍī, al- Tanzīh al-Sharī‘ah, jil. 1, hlm. 218.
Shifā’ Bita‘rīf Ḥuqūq al-Muṣṭafā, Dār al-Fikr, Bayrūt, 1988, 916 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb Ṣifah al-Qiyāmah, Bāb
jil. 2, hlm. 76; al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jil. 9, hlm. 121, h.n. (tanpa judul no. 50), h.n. 2501; Aḥmad, Musnad, jil. 1, hlm.
25286. 159 dan 177.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
263

Dalam sanad Hadis ini terdapat Ibn Lahī‘ah. pula dari Ibn ‘Umar secara mawqūf sebagai
Seperti yang telah banyak diterangkan, ia termasuk perkataan beliau.919
perawi yang ḍa‘īf. al-Tirmidhī menghukumi
Hadis ini gharīb. al-Suyūṭī menghukuminya ḍa‘īf. Hukum Hadis: Mawqūf, ḍa‘īf.
Namun al-Sakhāwī mengatakan, meskipun sanad Abū Nu‘aym menghukumi riwayatnya
al-Tirmidhī, Aḥmad dan lainnya ḍa‘īf, tetapi Hadis gharīb dari Hadis Yaḥyā dan Nāfi‘ secara marfū‘
ini mempunyai banyak shawāhid, diantaranya dan muttaṣil. al-Haythamī mengatakan, riwayat
yang diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dengan al-Ṭabarānī pada sanadnya terdapat beberapa
sanad yang baik. al-Mundhirī mengatakan bahwa perawi yang ḍa‘īf, tetapi thiqah menurut sebagian
perawi-perawi pada sanad al-Ṭabarānī thiqāt. al- ulama. al-Suyūṭī menyebutkan Hadis ini tanpa
Munāwī mengutip al-‘Iraqi yang mengatakan, me­nyebutkan hukumnya.920 al-‘Askarī, seperti
bahwa sanadnya jayyid. Ibn Ḥajar mengatakan yang dikatakan al-Sakhāwi,> menghukumi bahwa
perawinya thiqāt.917 Menurut Penulis, Hadis ini me­nyebutnya sebagai riwayat yang marfū‘ adalah
bisa menjadi ḥasan li - ghayrihi. salah. Yang benar adalah riwayat yang mawqūf.
al-Sakhāwī menyetujui pendapat ini.
Hadis 398 Penulis menguatkan pendapat terakhir,
yaitu Hadis ini mawqūf. Sebab kalau melihat
.‫من كثر كلامـه كثر سـقـطـه‬ dari redaksi Hadis ini sepenuhnya, ia lebih mirip
sebagai perkataan seorang manusia biasa dari­
“Siapa yang banyak bicaranya, banyak
pada sebagai perkataan Nabi Saw. Apalagi Hadis
salahnya.”
ini telah diriwayatkan secara mawqūf sebagai
perkataan Ibn ‘Umar.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Nu‘ym,
al-Quḍā‘ī, al-‘Askarī, dan seperti yang dikutip Hadis 399
oleh al-Haythamī, al-Sakhāwī dan al-Suyūṭī,
.‫ ومن تكبر وضعه اهلل‬،‫من تواضع رفعه اهلل‬
diriwayatkan juga oleh al-Ṭabarānī dalam al-
Awsaṭ. Semuanya dari Ibn ‘Umar secara marfū‘. “Siapa yang rendah hati, maka Allāh akan
Sebagian melalui jalan Ibn ‘Ajlān, dan sebagian mengangkatnya dan siapa yang tinggi hati,
lagi melalui Yaḥyā bin Abī Kathīr. Keduanya dari maka Allāh akan menjatuhkannya.”
Nāfi‘ dari Ibn ‘Umar.918 al-Quḍā‘ī dan al-‘Askarī,
seperti disebutkan al-Sakhāwī, meriwayatkannya Takhrīj Hadis:
Hadis dengan redaksi seperti ini disebutkan
oleh al-Ghazālī dalam al-Ihyā‘. al-‘Irāqī men­jelas­
917 al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 534; al- kan, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bazzār dari
Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 416, h.n. 1141; al-
Mundhirī, al-Targhīb, jil. 3, hlm. 536; al-Munāwī, Fayḍ al-
Qadīr, jil. 6, hlm. 171. 919 al-Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 236-237, h.n. 372-
918 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 74; al- 374; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah hlm. 426, h.n.
Quḍā‘ī, Musnad, jil. 1, hlm. 236-237, h.n. 372-374; Abū Hilāl 1171.
al-‘Askarī, Jamharāt al-Amthāl, Taḥ. Muḥammad Abū al- 920 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 3, hlm. 74; al-
Faḍl Ibrāhīm dan ‘Abd al-Majīd Qatāmish, Dār al-Jīl, Bayrūt, Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 302; al-Sakhāwī,
1988, jil. 1, hlm. 19; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 426, h.n. 1171; al-Suyūṭī, al-
hlm. 302; al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 426, hn. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 552-553; al-Munāwī, Fayḍ al-
1171; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 552-553. Qadīr, jil. 6, hlm. 213-214.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
264

Ṭalḥah, oleh al-Ṭabarānī dari ‘Ā’ishah, dan oleh shawāhid yang kuat, diantaranya seperti di­riwa­
Aḥmad dan Abū Ya‘lā dari Abū Sa‘īd.921 Redaksi yat­kan oleh Muslim, al-Tirmidhī dan lain-lain,
al-Bazzār adalah sebagai berikut: dari Abū Hurayrah dengan redaksi:

،‫ ومن بذر أفقره اهلل‬،‫من اقتصد أغناه اهلل‬ 923


‫ما تواضع أحد إلا رفعه اهلل‬
. ‫ ومن تجبر خصمه اهلل‬،‫ومن تواضع رفعه اهلل‬ “Tidaklah seseorang rendah hati, melainkan
akan diangkat oleh Allāh.”
“Siapa yang hemat, maka Allāh akan men­ Karena itu, Hadis ini boleh dihukumi ṣaḥīḥ li-
jadi­kannya kaya. Siapa yang boros, maka Allāh ghayrih, karena dikuatkan oleh shawāhid.
akan menjadikannya fakir. Siapa yang rendah
hati, maka Allāh akan mengangkatnya. Siapa
yang tinggi hati, maka Allāh akan memusuhinya.”
Hadis 400
.‫أفضل الأعمال أحمزها‬
Redaksi dari riwayat Aḥmad dan Abū Ya‘lā
dari Abū Sa‘īd melalui Warrād, begitu pula Ibn “Amal yang paling utama adalah yang
Mājah adalah922: paling berat.”

،‫من يتواضع هلل سبحانه درجة رفعه اهلل درجة‬ Takhrīj Hadis:
Hadis ini telah disebutkan pada Hadis ke
‫ومن يتكبر على اهلل درجة يضعه اهلل به درجة‬
330.
. ‫حتى يجعله فى أسفل سافلين‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Siapa yang merendah kepada Allāh Swt.
satu derajat, maka Allāh akan mengangkatnya
Hadis 401
satu derajat. Siapa yang sombong di hadapan
Allāh satu derajat, maka Allāh akan jatuhkan :‫لما خلق اهلل تعالى آدم وذريته قالت الملائكة‬
ia satu derajat, hingga menjadikannya di dasar
yang paling bawah.” ‫يا رب خلقتهم يأكلون ويشربون وينكحون‬

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ li- ghayrihi.


‫ويركبون ويلبسون الثياب وينامون ويشرحون‬
Riwayat melalui Ṭalḥah adalah ḍa‘īf, karena ‫ فاجعل لهم الدنيا‬،‫ولم تجعل لنا شيئا من ذلك‬
seperti yang dikatakan al-Haythamī; “Hanya
dua perawi dalam sanad ini yang saya kenali”. ‫ لا أجعل من خلقته‬:‫ قال اهلل تعالى‬.‫ولنا الآخرة‬
Demikian juga dengan riwayat dari Abū Sa‘īd,
karena ia diriwayatkan melalui Darrāj Abū Samah. ‫بيدي ونفخت فيه من روحي كمن خلقته‬
Akan tetapi Hadis ini mempunyai beberapa .‫بـكن فيكون‬
“Ketika Allāh menciptakan Adam dan ke­
921 al-Ghazālī, al-Iḥyā’, jil. 3, hlm. 421; al-‘Irāqī, al-
Mughnī, jil. 3, hlm. 421.
922 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb al-Barā’ah 923 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb
min al-Kibr, h.n. 4176; Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 76; al- Istiḥbāb al-‘Afw wa al-Tawāḍu’, h.n. 2588; al-Tirmidhī,
Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 4, hlm. 232-233, h.n. 3605; Abū Sunan, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, Bāb Mā Jā’a fī al-Tawāḍu’,
Ya‘lā, Musnad, jil. 2, hlm. 358-359, h.n. 1109. h.n. 2529.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
265

turunan­nya, malaikat berkata, ‘Wahai Rabb, kan dalam kitab al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl dan al-Tārīkh
Engkau menciptakan mereka; mereka makan, al-Kabīr tanpa disertai pendapat tentang keadilan
mereka minum, mereka kawin, mereka naik atau kecacatannya. Ibn Ḥibbān me­masuk­kan
kendaraan, mereka memakai pakaian, mereka nama beliau dalam kitab al-Thiqāt. Jadi riwayat
tidur dan bersenang-senang. Sedangkan Engkau ini boleh dihukumi ḥasan.926 Sedangkan riwayat
tidak menjadikan bagi kami satu pun dari itu ‘Abd al-Razzāq, al-Ṭabarī, Ibn al-Mundhir dan Ibn
semua. Maka jadikanlah dunia untuk mereka Abī Ḥātim adalah mawqūf sebagai perkataan
dan akhirat untuk kami.’ Allāh berfirman, ‘Aku Zayd bin Aslam, maka riwayat ini ḍa‘īf. al-Bayhaqī
takkan menjadikan makhluk yang telah Aku juga menjelaskan akan adanya riwayat dari Jābir
cipta­kan dengan Tangan-Ku dan Aku tiupkan ke tanpa meriwayatkannya dengan sanad. Namun
dalam­nya ruh-Ku, sebagaimana makhluk yang beliau sendiri mengatakan bahwa kemungkinan
Aku ciptakan dengan “Kun”, lalu ia jadi. ṣaḥīḥ-nya sedikit. Keteguhannya perlu diteliti
(wa fī thubūtih naẓar).927 Jadi, Hadis ini boleh
Takhrīj Hadis: dihukumi ḥasan dengan riwayat al-Bayhaqī
Hadis ini seperti yang dikutip oleh al-Suyūṭī, dalam al-Asmā’ dan al-Shu‘ab.
diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr
dan al-Awsaṭ, sebagaimana juga yang dikutip Hadis 402
al-Haythamī dari Ibn ‘Umar. al-Bayhaqī dalam al-
Shu‘ab dan al-Asmā’ wa al-Ṣifāt meriwayatkan­ ‫من أعطي شيئا من غير مسألة فليأخذه فإنما‬
nya dari ‘Urwah bin Ruwaym dari seorang Anṣār
dari Rasūlullāh Saw. ‘Abd al-Razzāq, Ibn Jarīr .‫هو رزق من اهلل‬
al-Ṭabarī, Ibn al-Mundhir dan Ibn Abī Ḥātim “Siapa yang diberi sesuatu tanpa me­minta,
me­riwayat­kannya dari Zayd bin Aslam secara maka hendaklah ia mengambilnya. Se­sung­guh­
mawqūf.924 nya itu merupakan rezeki dari Allāh.”

Hukum Hadis: Ḥasan. Takhrīj Hadis:


Riwayat al-Ṭabarānī dalam al-Kabīr melalui Hadis dengan redaksi hampir sama seperti
Ibrāhīm bin ‘Abd Allāh bin Khālid al-Maṣīṣī. Ia ini diriwayatkan Ibn Abī al-Dunyā dari ‘Umar.928
dikatakan oleh al-Haythamī sebagai pendusta dan Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
ditinggalkan. Sedangkan riwayat beliau dalam al- Muslim, juga dari ‘Umar dengan redaksi,
Awsaṭ terdapat Ṭalḥah bin Zayd, yang mana ia
seorang pendusta juga. Jadi riwayat al-Ṭabarānī ‫إذا جاءك من هذا المال شيء وأنت غير مشرف‬
adalah palsu.925 Menurut riwayat al-Bayhaqī
dalam al-Asmā’ dan al-Shu‘ab terdapat ‘Abd
929
‫ ومالا فلا تتبع نفسك‬،‫ولا سائل فخذه‬
Rabbuh bin Ṣāliḥ al-Qurashī, biografinya disebut­
926 al-Rāzī, al-Jarḥ wa al-Ta‘dīl, jil. 6, hlm. 44; al-
Bukhārī, al-Tārīkh al-Kabīr, jil. 6, hlm. 79-80; Ibn Ḥibbān, al-
924 al-Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 4, hlm. 350; al- Thiqāt, jil. 7, hlm. 155.
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 21, hlm 42; al-Bayhaqī, al- 927 al-Bayhaqi, Shu‘ab al-Īmān, jil. 1, hlm. 172.
Asmā‘ wa al-Ṣifāt, jil. 2, hlm. 46; al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, 928 Ibn Abī al-Dunyā, al-Qanā‘ah, hlm. 30, h.n. 37.
jil. 1, hlm. 172; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 126. 929 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man A‘ṭāh
925 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 1, hlm. 82; Allāh Shay’an Min Ghayr Mas’alah Walā Ishrāf Nafs, h.n,
lih. biografi Ibrāhīm al-Maṣīṣī dan Ṭalḥah bin Zayd dalam al- 1473, dan lih. h.n. 7163 dan 7164; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb
Ḥalabī, Kashf al-Ḥathīth, hlm. 36 dan 140. al-Zakāh, Bāb al-Ibāḥah Liakhdh Man U‘ṭiy min Ghayr
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
266

“Jika datang kepadamu dari sebagian harta Hurayrah seperti dalam Durrah al-Nāsiḥīn,
berupa sesuatu yang engkau tanpa men­damba­ diriwayatkan oleh al-Tirmidhī dan lain-lainnya.931
kan­nya dan tidak pula memintanya, maka ambil­
lah! Adapun terhadap selain itu, maka jangan­lah Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
engkau ikuti nafsumu.”
Hadis 404
Dalam redaksi Muslim yang lain,
‫ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان ويصليان‬
‫إذا ساق اهلل إليك رزقا من غير مسألة ولا‬
‫علي إلا وأنهما لم ينصرفا حتى يغفراهلل ذنوبهما‬
930
‫إشراف نفس فخذه فإن اهلل أعطاكه‬
.‫ما تقدم وما تأخر من كرمه‬
“Jika Allāh mengalirkan padamu suatu
rezeki yang tanpa engkau pinta juga bukan yang “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu
engkau berhasrat padanya, maka terimalah. Se­ berjabat tangan, lalu keduanya bershalawat
sung­guh­nya Allāh memberikannya kepadamu.” kepadaku, melainkan keduanya tidak akan ber­
pisah, sehingga Allāh mengampuni dosa kedua­
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. nya dari yang telah lalu dan yang akan datang,
Hadis ini ṣaḥīḥ dengan riwayat al-Bukhārī karena kemuliannya.”
dan Muslim.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Sinnī,
Bab 34 Abū Ya‘lā, Ibn Ḥibbān dalam al-Du‘afā’. al-
Sakhāwī dalam al-Qawl al-Badī‘ menjelaskan ia
Penjelasan Mengenai Shalat diriwayatkan juga oleh Abū Nu‘aym dalam al-
Tahajjud Ḥilyah, al-Ḥasan bin Sufyān dalam Musnad, al-
Hadis dari no 403 sampai no 422 Rashīd al-‘Aṭṭār dan Ibn Bashkuwāl. Semuanya
dari Anas dengan redaksi sedikit berbeda. Dalam
beberapa riwayat menggunakan redaksi, ‫ما من‬
‫ن‬
‫ عبدين‬atau ‫متحاب� ف ي� هللا‬ ‫ ما من عبدين‬sebagai ganti
Hadis 403 ‫ي‬
‫ما من مسلم�ن‬.932
‫ي‬
.‫هو المقام الذي أشفع فيه لأمتي‬
Hukum Hadis: Sangat ḍa‘īf.
“Tahajjud adalah kedudukan yang mana aku Abu Nu‘aym seperti yang dikutip al-Sakhāwī
memberi shafaat kepada umatku.”

Takhrīj Hadis: 931 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb Man Sa’al
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan al-Nās Takaththuran, hn. 1475, dan lihat h.n. 4718, 6565
Muslim dari Anas. Sedangkan riwayat dari Abū dan 7440; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Īmān, Bāb Adnā Ahl al-
Jannah Manzilah, h.n. 320; al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-
Tafsīr, Bāb Sūrah al-Isrā’, h.n. 3137.
932 Ibn Sinnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 63,
Mas’alah, h.n. 1405. h.n. 194; Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 286; Abū Ya‘lā,
930 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ibāḥah Musnad, jil. 5, hlm. 334, hn. 2960; al-Sakhāwī, al-Qawl al-
Liakhdh Man U‘ṭiy min Ghayr Mas’alah, h.n. 1405. Badī‘, hlm. 344.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
267

menghukumi Hadis riwayatnya dengan gharīb. “Sesungguhnya aku dudukkan ia lebih tinggi
Akan tetapi al-Sakhāwī menyanggahnya dengan darimu, karena tidak ada di dunia orang yang
mengatakan bahwa ia sangat ḍa‘īf. al-Albānī bershalawat lebih banyak melebihi dirinya.
meng­hukuminya sangat munkar dengan redaksi Setiap pagi ia berkata, ‘Ya Allāh sampaikanlah
ini. Hadis ini sangat ḍa‘īf, karena di dalam shalawat kepada junjungan kita Muḥammad
sanad­nya terdapat Durust bin Ḥamzah. Ia ḍa‘īf sebanyak orang yang bershalawat kepadanya.
menurut al-Dāraquṭnī. al-Bukhārī berkata, Sampaikanlah shalawat kepadanya sebanyak
“Hadis­nya tidak dapat diikuti”. Sebab keduanya, orang yang tidak bershalawat kepadanya.
seperti yang dikatakan al-Albānī, dalam Hadis ini Sampaikanlah shalawat kepadanya sebagaimana
ada pe­nambahan kalimat ‫عيل‬ ‫ ويصليا ي‬yang tidak Engkau cinta untuk bershalawat kepadanya.
ter­dapat pada riwayat yang masyhur dan banyak Sampaikanlah shalawat kepada Muḥammad
diriwayat­kan dari beberapa sahabat. 933 sebagaimana Engkau memerintahkan untuk
Namun demikian, Hadis ini telah dikatakan bersalawat kepadanya. Karena itulah, aku
ṣaḥīḥ melalui mimpi yang berlaku bagi beberapa dudukkan ia di tempat yang lebih tinggi darimu.”
orang sufi yang saleh, seperti yang diceritakan
oleh al-Fākihānī dan dikutip oleh al-Sakhāwī.934 Takhrīj Hadis:
Menurut Penulis, apa yang diceritakan oleh Hadis ini sama dengan Hadis ke 105.
al-Fākihānī, jika ia benar, tidak dapat men-
ṣaḥīḥ-kan Hadis ini. Sebab pen-taṣḥīḥ-an dan Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
pen-ḍa‘īf-an berdasarkan sanad dan matan,
bukan berdasarkan mimpi. Maka Hadis ini tetap Hadis 406
dihukumi ḍa‘īf.
.‫أمر النبي بقيام الليل وكتب عليه دون أمته‬
Hadis 405 “Nabi Saw. memerintahkan Qiyām al-Layl
dan diwajibkan ia atas diri beliau, tidak atas
‫إنما أجلسته أعلى منك لأنه ليس في الدنيا من‬
umatnya.”
:‫يصلي أكثر منه وهو يقول كل غداة وعشي‬
Takhrīj Hadis:
‫مهللا صل على سيدنا محمد بعدد من صلى‬ Hadis dengan redaksi seperti ini belum
ditemukan, namun makna yang dimaksudkan
‫ وصل على سيدنا محمد بعدد من لم يصل‬،‫عليه‬
adalah sama seperti Hadis ke 409 seperti yang
‫ وصل على محمد كما تحب أن يصلى‬،‫عليه‬ muncul dalam kajian Ibn Hajar mengenai masalah
ini dalam kitab al-Talkhīṣ.935 Pembahasan menge­
‫ وصل على محمد كما أمرت أن يصلي‬،‫عليه‬ nai­nya akan dibincangkan pada Hadis ke 409.

.‫ فلذلك أجلسته أعلى منك‬.‫عليه‬ Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.

933 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 344; al-Albānī, Hadis 407


Silsilah al-Aḥādīth al-Ḍa‘īfah, jil. 2, hlm. 106, h.n. 652; dan
lihat biografi Durust dalam al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 2,
hlm. 26, Ibn Ḥibbān, al-Majrūḥīn, jil. 1, hlm. 286. 935 Lih. Ibn Ḥajar, Talkhīṣ al-Ḥabīr, jil. 3, hlm. 119-
934 al-Dhahabī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 344. 120.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
268

Hadis Muslim ini diriwayatkan oleh al-Nasā’ī


.‫نسخ عن النبي فريضة التهجد‬
secara ringkas dalam al-Tafsīr.938 Imām al-Shāfi‘ī
“Telah dihapuskan dari Nabi Saw. kewajiwan berkata mengenai shalat tahajjud, “Kewajiban
shalat Tahajjud.” tahajjud telah di-mansūkh bagi diri Baginda,
sebagaimana ia telah di-mansūkh bagi orang lain
Takhrīj Hadis: (umatnya).”939
Hadis dengan redaksi ini tidak ditemukan.
Namun maknanya dikutip oleh al-Nawawī, Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
terkandung dalam Hadis Muslim dari Ḥakīm bin
Aflaḥ dan Sa‘ad bin Hishām dalam satu Hadis Hadis 408
yang panjang. Keduanya pergi bertanya kepada
‘Ā’ishah. Salah satu pertanyaannya adalah: ‫رحم اهلل تعالى رجلا قام من الليل فصلى وأيقظ‬
‫ ألست‬:‫ قالت‬.‫ أنبئني عن قيام رسول اهلل‬:‫قال‬ ‫ ورحم اهلل‬،‫امرأته وإن أبت نضح بالماء وجهها‬
‫ فإن‬:‫ قالت‬.‫ بلى‬:‫قلت‬ ‫تقرأ يا أيها المزمل‬
936‫؟‬ ‫امرأة قامت من الليل فصلت وايقظت زوجها‬
‫اهلل عزوجل إفترض قيام الليل في أول هذه‬ .‫فصلى فإن أبى نضحت بالماء وجهه‬
‫ وأمسك‬،‫ فقام نبي اهلل وأصحابه حولا‬،‫السورة‬ “Allāh Swt. merahmati seorang lelaki yang
bangun malam, kemudian shalat dan mem­
‫خاتمها اثني عـشـر شهرا في السماء حتى‬ bangun­kan istrinya. Jika ia tidak meng­hirau­
kan, maka ia percikkan air ke wajah istrinya.
،‫أنزل اهلل في آخر هذه السورة التخـفيـف‬ Dan Allāh merahmati seorang perempuan yang
937
‫فصار قيـام الليـل تطوعا بعد فريضة‬ bangun di malam hari, kemudian shalat dan
mem­bangun­kan suaminya, hingga ia shalat. Jika
“Ia (Ḥakīm) berkata, telah menceritakanlah suami­nya mengabaikannya, maka ia percikkan
kepada saya mengenai Qiyām al-Layl yang air di wajahnya.”
diamalkan oleh Rasūlullāh Saw. Beliau (‘Ā’ishah)
menjawab: Tidakkah kamu membaca Sūrah al- Takhrīj Hadis:
Muzzammil? Aku menjawab: Ya. Beliau berkata: Hadis ini diriwayatkan oleh Abū Dāwud,
Sesungguhnya Allāh telah mewajibkan shalat al-Nasā’ī, Ibn Mājah, Aḥmad, Ibn Ḥibbān, Ibn
tahajjud di awal surah ini, maka Nabi Saw. Khuzaymah dan al-Ḥākim. Semuanya dari Abū
dan para sahabat melaksanakannya selama Hurayrah melalui Muḥammad bin ‘Ajlān.940
setahun, dan Allāh menahan akhir surah ini di
langit selama dua belas bulan, sehingga Allāh
938 Aḥmad bin Shu‘ayb al-Nasā’ī, Tafsīr al-Nasā’ī, Taḥ.
menurunkan keringanan pada akhir surah ini.
Sayyid ‘Abbās al-Jalīmī dan Ṣabrī ‘Abd al-Khāliq, Maktabah
Maka tahajjud merupakan shalat sunah yang al-Sunnah, al-Qāhirah, 1990, jil. 2, hlm. 470, h.n. 647.
sebelumnya merupakan kewajiban.” 939 Ibn Ḥajar, Talkhīṣ al-Ḥabīr, jil. 3, hlm. 119-120.
940 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb al-Salāh, Bāb Qiyām al-
Layl, h.n. 1308; al-Nasā’ī, Sunan, Kitāb Qiyām al-Layl, Bāb
al-Targhīb fī Qiyām al-Layl, h.n. 1610; Ibn Mājah, Sunan,
936 al-Qur’ān, al-Muzzammil 73: 1. Kitāb Iqāmah al-Ṣalāh, Bāb Mā Jā’a fī Man Ayqaẓ Ahlah min
937 Muslim, Ṣ}aḥīḥ, Kitāb Salāh al-Musāfirīn, Bāb al-Layl, h.n. 1336; Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb
Jāmi‘ Ṣalāh al-Layl, h.n. 746. Faḍl Īqāẓ al-Rajul Imra’atah wa al-Mar’ah Zawjāhā Liṣalāh
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
269

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.


al-Dhahabī mengingatkan bahwa dalam Dalam Hadis ini terdapat perawi bernama
sanad ini terdapat Muḥammad bin ‘Ajlān. Ia telah Mūsā bin ‘Abd al-Raḥmān. Mūsā bin ‘Abd
dikritik oleh beberapa ulama dan di-tsiqah-kan al-Raḥmān yang dimaksud di sini adalah al-
oleh ulama-ulama yang lain (takallama fīh qawm Thaqafī al-Ṣan‘ānī. Menurut Ibn Ḥibban, ia
wa waththaqah ākharūn). Ibn Ḥajar menilainya dajjāl, memalsukan Hadis dalam satu kitab
sebagai ṣadūq. Hanya saja riwayat dari Abū tafsir. Menurut Ibn ‘Adiy munkar al-ḥadīth. al-
Hurayrah mengalami kesalahan (ikhtalaṭa Dhahabī mengatakan ia dikenali, tetapi tidak
‘alayh). Namun demikian, Hadis-hadisnya telah thiqah (ma‘rūf lays bithiqqah). al-Ṭabarānī
diriwayatkan oleh al-Bukhārī secara mu‘allaq, mengatakan bahwa Mūsā telah bersendiri dalam
Muslim dan Sunan yang empat.941 Sedangkan meriwayatkan. al-Haythamī mengatakan bahwa
menurut Ibn Ḥibban, Ibn Khuzaymah, al-Ḥākim, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabarānī dalam al-
al-Suyūṭī dan al-Nawawī, Hadis ini ṣaḥīḥ seperti Awsaṭ. Pada sanadnya terdapat Mūsā bin ‘Abd
yang dikutip al-Munāwī.942 al-Raḥmān. Ia seorang pendusta. Jadi sanad
Hadis ini sangat ḍa‘īf atau mawḍū‘. Ibn Ḥajar
Hadis 409 menghukuminya sangat ḍa‘īf dengan dua alasan.
Pertama, pada sanadnya terdapat Mūsā. Kedua,
‫ الوتر والسواك‬:‫ثلاثة علي فريضة وسنة لكم‬ makna Hadis ini bertentangan dengan makna
Hadis ṣaḥīḥ yang diriwayatkan oleh Muslim dari
.‫وقيام الليل‬ Jābir mengenai sifat haji Rasūlullāh Saw., dimana
“Tiga hal yang wajib atas diriku dan sunah Baginda meninggalkan tiga perkara di atas
bagi kalian, yakni shalat witir, siwak dan Qiyām ketika berada di ‘Arafah dan Muzdalifah.944
al-Layl.” Menurut Penulis, Hadis ini boleh dihukumi
mawḍū‘, sebab pada sanadnya terdapat seorang
Takhrīj Hadis: yang dituduh pendusta. Selain itu, makna Hadis
Hadis ini dikutip oleh Ibn Ḥajar, diriwayatkan ini bertentangan dengan Hadis ṣaḥīḥ seperti
oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ dan al-Bayhaqī dijelaskan Ibn Ḥajar.
dari ‘Ā’ishah melalui Mūsā bin ‘Abd al-Raḥmān. al-
Munāwī menjelaskan Hadis tersebut diriwayat­ Hadis 410
kan oleh al-Ṭabarānī dalam al-Awsaṭ.943
‫من صلى في الليل وأحسن الصلاة أكرمه اهلل‬
al-Layl, h.n. 1148; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ṣalāh al- ‫ خمسة في الدنيا وأربعة‬:‫تعالى بتسعة أشياء‬
Taṭawwu‘, Bāb Taḥrīm Qiyām al-Layl, jil. 1, hlm. 309.
941 al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 1, hlm. 309; Ibn Ḥajar, ‫ الخمسة التي في الدنيا يحفظه اهلل‬.‫في الآخرة‬
Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 496.
942 Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Faḍl
Īqāẓ al-Rajul Imra’atah wa al-Mar’ah Zawjāhā Liṣalāh
al-Layl, h.n. 1148; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb Ṣalāh
al-Taṭawwu‘, Bāb Taḥrīm Qiyām al-Layl, jil. 1, hlm. 309; Munāwī, Jāmi‘ al-Azhār, jil. 10, hlm. 271, h.n. 30618.
al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil, 1, hlm. 309; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al- 944 Ibn Ḥajar, Talkhīṣ al-Ḥabīr, jil. 3, hlm. 119-120,
Saghīr, jil. 1, hlm. 596; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, hlm. h.n. 1438; lihat biografi Mūsā dalam al-Dhahabī, Mīzān al-
26. I‘tidāl, jil. 4, hlm. 211-212; al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id,
943 Ibn Ḥajar, Talkhīṣ al-Habīr, jil. 3, hlm. 119-120; al- jil. 8, hlm. 214.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
270

kitab-kitab yang mu‘tabar, termasuk kitab


‫من الآفات و يظهر أثر الطاعات في وجهه‬
khusus mengenai shalat tahajjud. Kedua, dari
،‫ويحبه قلوب عباده الصالحين والناس اجمعين‬ sudut bahasa, ia longgar/buruk (‫ )ركيك‬dan tidak
menyerupai bahasa para Nabi.
‫ أي‬- ‫وينطق لسانه بالحكمة ويجعله حكيما‬
‫ يحشر‬:‫ والأربعة التي في الآخرة‬.‫يرزقه الفقه‬ Hadis 411

،‫ وييسر عليه الحساب‬،‫من القبر أبيض الوجه‬ ‫ليلة أسرى بي إلى السماء أوصاني ربي بخمسة‬

‫ ويعطى‬،‫ويمر على الصراط كالبرق الخاطف‬ ‫ لا تعلق قلبك بالدنيا فإني لم‬:‫ فقال‬،‫أشياء‬

.‫كتابه بيمينه يوم القيامة‬ ‫ واجعل محبتك لي فإن مصيركم‬،‫أخلقها لك‬


“Siapa yang shalat malam dan memper­ ‫ وكن آيسا من‬،‫ واجتهد في طلب الجنة‬،‫إلي‬
baiki shalatnya, maka Allāh akan memuliakan­
nya dengan sembilan hal. Lima hal di dunia dan
‫ ودم على‬،‫الخلق فإنه ليس في أيديهم شيء‬
empat di akhirat. Lima yang di dunia adalah .‫التهجد فإن النصرة مع قيام الليل‬
Allāh akan menjaganya dari marabahaya, Allāh
menampakkan bekas ketaatan di wajahnya, “Pada malam aku diperjalankan ke langit,
dan men­jadi­kan hati-hati hamba-Nya yang Tuhanku berwasiat padaku lima hal. Dia berkata,
saleh dan semua manusia mencintainya, dan ‘Janganlah engkau gantungkan hatimu pada
lisan­nya bicara penuh hikmah dan menjadikan­ dunia! Sesungguhnya Aku tidak menciptakan
nya bijak­sana (maksudnya diberi pemahaman dunia untukmu. Jadikanlah cintamu hanya
agama). Ada­pun yang keempat di akhirat adalah kepada-Ku, karena tempat kembalimu adalah
dibangkit­kan dari kubur dengan wajah yang pada-Ku. Bersungguh-sungguhlah dalam men­
putih, dimudahkan baginya hisab, berjalan di cari surga! Jadilah engkau kecewa kepada makh­
atas ṣirāṭ seperti kilatan cahaya, dan diberikan luk, karena di tangan mereka tidak ada apa-apa!
catatan amalnya dari arah kanan pada hari Dan dawam­kan tahajjud, karena se­sung­guh­nya
Kiamat kelak.” per­tolongan itu bersama Qiyām al-Layl.”

Takhrīj Hadis: Takhrīj Hadis:


Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawḍāt al- al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Rawḍāt al-
‘Ulamā’ atau Shihāb.945 Dalam Musnad al-Shihāb, ‘Ulamā’.946
Hadis ini tidak ditemukan. Intinya Hadis ini telah
dikutip dari kitab Rawdāt al-‘Ulamā’. Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dapat dihukumi palsu, karena
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. seperti yang dikatakan oleh al-Bayhaqī dan
Hadis ini dihukumi palsu, karena beberapa lain-lain, banyak sekali Hadis-hadis palsu yang
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam dikaitkan dengan peristiwa Isrā’ Mi‘rāj. Beliau
telah membuat daftar Hadis-hadis ṣaḥīḥ dan

945 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 141. 946 Ibid.


Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
271

ḍa‘īf, juga beberapa contoh yang palsu. Namun diriwayat­kan oleh Ibn Sunnī dalam ‘Amal al-
demikian, Hadis ini tidak ditemukan dalam daftar Yawm dengan sanad yang ḍa‘īf, seperti dikatakan
ter­sebut. Ini menunjukkan bahasa Hadis ini ter­ oleh ‘Abd Allāh Sirāj al-Dīn. Redaksinya,
masuk Hadis-hadis palsu yang tidak disebut­kan
keseluruhannya oleh al-Bayhaqī.947 - ‫ما من عبد يقول حين رد اهلل إليه روحه‬
‫ لآ إله إلا اهلل وحده لا‬:- ‫أي عندما يستيقظ‬
Hadis 412
‫شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء‬
‫من استيقظ من النوم فقال لا إله إلا اهلل وحده‬
‫ إلا غفر اهلل له ذنوبه ولو كانت مثل زبد‬،‫قدير‬
‫ له الملك وله الحمد وهو على كل‬،‫لا شريك له‬ 949
‫البحر‬
‫ سبحان اهلل والحمد هلل واهلل أكبر‬،‫شيء قدير‬
“Tidaklah seorang hamba berkata ketika
‫ رب‬،‫ولاحول ولا قوة إلا باهلل العلي الظيم‬ Allāh kembalikan ruhnya kepadanya, artinya
ketika bangun tidur, ‘Tiada Tuhan selain Allāh,
‫اغفر لي ولوالدي وللمؤمنين والمؤمنات فقد‬ Dialah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-
Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, Dia Maha­
. ‫غفر له ربه‬
kuasa atas segala sesuatu,’ melainkan Allāh
“Siapa yang bangun dari tidurnya membaca, meng­ampuni semua dosanya meskipun seperti
‘Tiada Tuhan selain Allāh, Dialah yang Esa, tiada buih di lautan.”
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-
Nya pujian, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Hukum Hadis: -
Mahasuci Allāh. Segala puji bagi Allāh. Allāh Hukum Hadis ini belum dapat dipastikan.
Mahabesar, tiada daya dan upaya kecuali dengan Seperti yang akan dijelaskan pada bab ketiga
Allāh yang Mahaluhur dan Maha Agung. Wahai nanti, Hadis-hadis seperti ini lebih mendekati
Tuhanku, ampunilah aku dan orangtuaku, serta Hadis palsu.
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan!’,
maka Tuhannya akan mengampuninya.” Hadis 413
Takhrīj Hadis: ‫عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم‬
Hadis dengan redaksi ini belum dapat
ditemu­kan perawinya, termasuk dalam kitab- .‫من الأنبياء والأولياء‬
kitab khusus mengenai doa seperti karangan al- “Hendaklah kalian menjalankan Qiyām al-
Nasā’ī, Ibn Sunnī, al-Ṭabarānī, al-Nawawī, Abū Layl! Sesungguhnya ia merupakan kebiasaan
Bakar al-Ṭarṭūsī dan Shaykh ‘Abd Allāh Sirāj al- orang-orang saleh sebelum kalian dari kalangan
Dīn. al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah para nabi dan wali.”
al-Wā‘iẓīn atau Shir‘ah al-Islām.948 Sedangkan
makna bagian pertama Hadis ini ditemukan Takhrij Hadis:
Hadis ini telah diriwayatkan dari beberapa
947 Lih. al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 2, hlm.
364-405. 949 Ibn Sunnī, ‘Amal al-Yawm, hlm. 6-7, h.n. 10; ‘Abd
948 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 141. Allāh Sirāj al-Dīn, al-Du‘ā’, hlm. 40-41.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
272

orang sahabat. Diantaranya dari Bilāl oleh al-


Tirmidhī, al-Ḥākim, dan al-Bayhaqī. Dari Abū Hadis 415
Umāmah oleh al-Tirmidhī, al-Ḥākim dan al-
Bayhaqī. Dari Salmān oleh al-Ṭabarānī, dan dari ‫ أرضيت‬:‫ فيقول‬،‫أشفع لأمتي حين يناديني ربي‬
Jābir oleh Ibn Sunnī.950
.‫ يا رب رضيت‬:‫يا محمد؟ فأقول‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. “Aku memberi shafaat kepada umatku
al-Ḥākim, al-Dhahabī, al-Suyūṭī menghukumi ketika Tuhanku menyeruku, Dia berkata, ‘Apakah
Hadis ini ṣaḥīḥ.951 engkau rida wahai Muḥammad?’ Maka aku
jawab, ‘Wahai Tuhanku, aku rida.’”
Hadis 414
Takhrīj Hadis:
‫ لا يزال العبد‬:‫قال تعالى في حديث قدسي‬ Hadis ini, seperti yang dikutip oleh al-
Haythamī dan al-Suyūṭī dalam al-Khaṣā’iṣ, di­riwa­
.‫يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه‬
yat­kan oleh al-Bazzār dan al-Ṭabarānī dalam al-
“Allāh Swt. berfirman di dalam Hadis Qudsi, Awsaṭ dari ‘Alī dengan redaksi sedikit berbeda.953
‘Seorang hamba selalu mendekat pada-Ku
dengan amalan sunah, hingga Aku mencintai­ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
nya.’” al-Bazzār mengatakan bahwa Hadis ini tidak
diriwayatkan dari Nabi Saw., kecuali dengan
Takhrīj Hadis: sanad ini dari ‘Alī. al-Haythamī mengatakan,
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari dalam sanad Hadis ini terdapat Muḥammad bin
Abū Hurayrah, dengan redaksi awalnya ‫من عاد ييل‬ Aḥmad bin Zayd al-Midārīnī/Madhārī. Beliau
952
... ‫وليا فقد آذنته بالحرب‬ belum mengenalinya, sedangkan perawi-perawi
“Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku lainnya sebagian ulama menganggapnya thiqah,
izinkan baginya untuk diperangi…” meskipun terdapat kelemahan pada sebagian
dari mereka.954 Jadi sanad Hadis ini ḍa‘īf, maka
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Hadisnya pun dihukumi ḍa‘īf.

950 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Da‘awāt, Bāb (tanpa Hadis 416


judul, no. 101) h.n. 3549; Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Salāh, Bab al-Taḥrīḍ ‘alā Qiyām al-Layl, hn. 1135; al-Ḥākim, ‫يعقد الشيطان على ناصية رأس أحدكم إذا‬
al-Mustadrak, Kitāb Ṣalāh al-Taṭawwu‘, Bāb Taḥrīḍ Qiyām
al-Layl, jil. 1, hlm. 308; al-Bayhaqī, Sunan, Kitāb al-Ṣalāh,
Bāb al-Targhīb fī Qiyām al-Layl, jil. 2, hlm. 502; al-Ṭabarānī,
‫ فإذا استيقظ فذكر اسم‬،‫هو نائم ثلاث عقد‬
al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 6, hlm. 258, h.n. 6154 dan jil. 8, hlm.
92, h.n. 7466; al-Baghawī, Sharḥ al-Sunnah, jil. 4, hlm. 34, ‫اهلل تعالى انحلت عقدة واحدة ثم إذا توضأ‬
h.n. 992.
951 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Ṣalāh al-
Taṭawwu’, Bāb Taḥrīḍ Qiyām al-Layl, jil. 1, hlm. 308; al- 953 al-Ṭabarānī, Mu‘jam al-Awsaṭ, jil. 3, hlm. 44, h.n.
Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 2, hlm. 138; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al- 2083; al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 4, hlm. 170171; al-
Saghīr, jil. 2, hlm. 137-138; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 377: al-Suyūṭī,
hlm. 351. al-Khaṣā’iṣ, jil. 2, hlm. 386.
952 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Tawāḍu‘ 954 al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 4, hlm. 170171;
, h.n. 6502. al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 377.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
273

yang terbanyak pahalanya dan ia di­ibarat­kan


‫ ثم إذا صلى انحلت عقدة‬،‫انحلت عقدة ثانية‬
orang yang bersedekah dengan tujuh puluh ribu
‫ وإلا بال الشيطان في‬،‫ثالثة فأصبحت نشيطا‬ dinar.”

.‫أذنيه‬ Takhrīj Hadis:


Hadis ini diriwayatkan Abū Dāwud, Ibn
“Setan membuat ikatan di atas ubun-ubun
Khuzaymah, Ibn Ḥibbān. Semuanya dari ‘Abd
seorang dari kalian, saat ia tertidur, dengan
Allāh bin ‘Amr bin al-‘Aṣ. Tetapi dalam redaksi
tiga ikatan. Jika ia bangun, lalu menyebut nama
mereka tidak terdapat potongan terakhir: ‫ثوابا وهو‬
Allāh Swt., lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia ‫ن‬
‫بسبع� ألف دينار‬
‫ي‬ ‫ كمن تصدق‬. Dalam redaksi mereka:
berwudu, lepaslah dua ikatan. Kemudian jika ia ‫ث‬
‫ المقنطرين‬sebagai ganti ‫المك�ين‬ .956
shalat, maka lepaslah tiga ikatannya, sehingga
Ibn Sunnī juga meriwayatkannya dari ‘Abd
ia bangun dalam keadaan semangat. Jika tidak,
Allāh bin ‘Amru secara ringkas dengan redaksi,
maka setan akan kencing di kedua telinganya.”
957
‫من قام بألف آية كتب من المقنطرين‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī “Siapa yang berdiri membaca seribu ayat,
dan Muslim dari Abū Hurayrah dengan sedikit maka dicatat sebagai golongan al-muqanṭirīn.”
berbeda dan lebih terperinci.955
Redaksi terakhir dari Hadis ini merupakan
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. penambahan (idrāj), yang merupakan penafsiran
dari kata al-qinṭār. Dalam menafsirkan kata-kata
ter­sebut terdapat 12 pendapat ulama, seperti
Hadis 417
dinyatakan oleh Ibn Abī Ḥātim dalam tafsir­nya
‫من قام بعشر آيات في الصلاة لم يكتب من‬ dan dinyatakan oleh al-Suyūṭī. al-Ṭabarī me­ri­
wayat­kan dari Ibn ‘Umar, bahwa al-qinṭār yang
،‫ ومن قام بمائة آية كتب من القانتين‬،‫الغافلين‬ dimaksud, jumlahnya 70 ribu dinar. Beliau dan
Ibn Abī Ḥātim juga meriwayatkan dari Mujāhid,
‫ومن قام بألف آية كتب من المكثرين ثوابا وهو‬
bahwa al-qinṭār adalah 70 ribu dinar.958
.‫كمن تصدق بسبعين ألف دينار‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu dengan redaksi
“Siapa yang berdiri membaca sepuluh ayat ini.
dalam shalatnya, tidak akan dicatat sebagai Hadis bagian pertama adalah marfū‘,
orang yang lalai. Siapa yang berdiri dengan
ba­caan seratus ayat, maka dicatat sebagai go­
longan qāniṭīn. Siapa yang berdiri dengan mem­ 956 Abū Dāwud, Sunan, Kitāb Shahr Ramaḍān, Bāb
baca seribu ayat, ia dicatat sebagai go­longan Taḥzīb al-Qur’ān, h.n. 1398; Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb
Jawāmi‘ Abwāb al-Ṣalāh, Bāb Faḍl Qirā’ah Alf Āyāt fī Laylah
in Ṣaḥḥa al-Akhbār, h.n. 1444; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Salāh, Bāb fī Qiyām al-Layl, h.n. 2563.
955 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Jum‘ah, Bāb ‘Aqd al- 957 Ibn Sunnī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah, hlm. 258,
Shayṭān ‘alā Nāṣiyah al-Ra’s Idhā Lam Yuṣalli bi al-Layl, h.n. h.n. 708.
1442, dan lihat h.n. 4269 dan 6407; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb 958 Ibn Abī Ḥātim, Tafsīr, jil. 2, hlm. 107-120; al-
Salāh al-Musāfirīn, Bāb Mā Ruwiy fī Man Nām al-Layl Ajma‘ Suyūṭī, al-Durr al-Manthūr, jil. 2, hlm. 18-19; al-Ṭabarī,
Ḥattā Aṣbaḥ, h.n. 776. Tafsīr, jil. 3, hlm. 199-202.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
274

sebagai sabda Rasūlullāh Saw. dan sanadnya “Khamar adalah muaranya dosa. Perempuan
ḥasan se­bagai­mana yang dihukumi oleh al- adalah tali pengikatnya setan. Dan cinta dunia
Arna’ūṭ. Sedang­kan bagian seterusnya ḍa‘īf, adalah sumber segala kesalahan.”
karena mawqūf sebagai perkataan Ibn ‘Umar
atau maqṭū‘ sebagai perkataan Mujāhid.959 Jadi Hadis ini telah diriwayatkan pula sebagai
Hadis ter­sebut bukan sabda Rasūlullāh Saw. sabda Nabi ‘Īsā a.s. oleh Abū Nu‘aym dan al-
Penambahan perkataan seseorang ke dalam Bayhaqī dalam al-Shu‘ab.961
satu Hadis Nabi Saw. jika dimaksudkan se­bagai al-Sakhāwī juga menerangkan bahwa Hadis
penafsiran, adalah tidak diharamkan, se­bagai­ ini juga telah diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā
mana yang terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan dalam Makāyid al-Shayṭān sebagai perkataan
yang lainnya. Sedangkan Hadis di atas, pe­nam­ Mālik bin Dīnār. Ibn Yūnus dalam Tārikh Miṣr
bahan di sini seakan-akan bukan me­rupa­kan meriwayatkannya dari Sa‘ad bin Mas‘ūd sebagai
pe­nafsiran. Ia menjadi kelanjutan redaksi se­ perkataan beliau. Sedangkan Ibn Taymiyyah
belum­nya. Maka Hadis dengan redaksi seperti di mengatakan bahwa Hadis ini perkataan Jundub
atas mawḍū‘, karena Nabi Saw. tidak me­nye­but­ al-Bajalī.962
kan­nya demikian. Nabi Saw. hanya me­nyabda­
kan­nya sebagaimana riwayat Abū Dāwud, Ibn Hukum Hadis: Mursal, ḍa‘īf.
Khuzaymah dan lain-lainnya, seperti yang telah Perbedaan riwayat seperti di atas me­nye­
dijelaskan. bab­kan perbedaan pendapat ulama mengenai
kekuatan Hadis ini. al-Bayhaqī, Ibn al-Jawzī, Ibn
Hadis 418 Taymiyyah, al-‘Irāqī dan al-Ṣaghānī menghukumi
Hadis ini mawḍū‘. Sedangkan Ibn Ḥajar, al-
.‫حب الدنيا رأس كل خطيئة‬ Sakhāwī dan al-Suyūṭī menguatkan pendapat
yang mursal. Sebab sanad riwayat al-Bayhaqī
“Cinta dunia adalah sumber segala
dari Ḥasan al-Baṣri} adalah ḥasan. Mursal adalah
kesalahan (dosa.)”
salah satu jenis Hadis ḍa‘īf.963

Takhrīj Hadis:
Hadis ini telah diriwayatkan secara mursal
oleh al-Bayhaqī dalam Shu‘ab al-iman dan al-
Zuhd dari Ḥasan al-Baṣrī. al-Daylamī, seperti 10501; al-Bayhaqī, al-Zuhd, hlm. 134, h.n. 248; al-Sakhāwī,
al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182, h.n. 384; al-Mundhirī, al-
yang dikutip oleh al-Sakhāwī, meriwayatkannya
Targhīb, jil. 3, hlm. 257.
dari ‘Alī. al-Munzirī juga menyebutkan Hadis ini 961 Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 6, hlm. 388; al-
sebagai riwayat Ruzayn dari Khudhayfah dari Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 323-324.
Rasūlullāh Saw. dengan redaksi, 962 al-Sakhāwī, al-Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182-
183, h.n. 384; Aḥmad bin ‘Abd al-Ḥalīm al-Ḥawrānī @ Ibn
Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, Taḥ. Muḥammad Luṭfī al-
،‫ والنساء حبائل الشيطان‬،‫الخمر جماع الإثم‬ Ṣabbāgh, al-Maktab al-Islāmī, Bayrūt, 1985, hlm. 58, h.n. 7.
963 Ibn Taymiyyah, Aḥādīth al-Quṣṣāṣ, hlm. 58, h.n. 7;
960
‫وحب الدنيا رأس كل خطيئة‬ al-Ḥasan bin Muḥammad al-Ṣaghānī, Mawḍū‘āt al-Ṣaghānī,
Taḥ. Dr. Najm ‘Abd al-Raḥmān Khalaf, Dār al-Ma’mūn li al-
Turāth, Dimashq, 1985, hlm. 37, h.n. 35; al-Sakhāwī, al-
959 Shu‘ayb al-Arna’ūṭ, Taḥqīq al-Iḥsān Bitartīb Ṣaḥīḥ Maqāṣid al-Ḥasanah, hlm. 182-183, h.n. 384; al-Suyūṭī, al-
Ibn Ḥibbān, jil. 6, hlm. 311. Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 1, hlm. 498; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr,
960 al-Bayhaqī, Shu‘ab al-Īmān, jil. 7, hlm. 338, h.n. jil. 3, hlm. 369.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
275

Hadis 419 tidak thābit.965 Berdasarkan pernyataan kitab


al-‘Ilal, ia mengandung makna bahwa Hadis itu
‫من حافظ منكم على الصلاة حيثما كان وأينما‬ palsu.

‫كان جاز على الصراط كالبرق الخاطف مع‬


Hadis 420
‫ وجاء يوم القيامة‬،‫أول زمرة من السابقين‬
.‫ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها‬
‫ وكان له بكل يوم‬،‫ووجهه كالقمر ليلة البدر‬
“Dua rakaat fajar lebih baik dari pada dunia
.‫وليلة كأجر ألف شهيد‬ dan isinya.”

“Siapa diantara kalian yang menjaga shalat


Takhrīj Hadis:
dalam keadaan bagaimana pun dan di mana
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari
pun, maka ia akan melewati jembatan (aṣ-
‘Ā’ishah.966
ṣirāṭ) seperti Burāq yang menyambar bersama
golongan para al-sābiqīn (orang-orang yang
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
pertama masuk surga) dan akan datang pada
Hari Kiamat dalam keadaan wajahnya bagaikan
rembulan pada malam purnama, dan baginya Hadis 421
setiap hari dan malamnya pahala setara dengan
.‫يقبل ربي بعذر واحد ألفي كبيرة‬
seribu shahid.”
“Dengan satu alasan, Tuhanku menerima
Takhrīj Hadis: dua ribu dosa.”
Hadis dengan redaksi seumpama ini di­
riwayat­kan oleh Ibn al-Jawzī dalam al-‘Ilal dari Takhrīj Hadis:
Ibn ‘Abbās dengan redaksi, Hadis ini belum ditemukan, kecuali dalam
kitab Durrah al-Wā‘iẓīn yang menyebutkannya
‫من حافظ على الصلوات الخمس حيث كان‬ tanpa sanad dan tanpa isyarat perawi. al-
‫ جاز على الصراط يوم القيامة‬،‫وأين كان‬ Khūbawī mengutipnya dari kitab al-Maw‘iẓah
sebagai riwayat al-Shāfi‘ī. 967
964
.‫كالبرق الخاطف‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
“Siapa yang menjaga shalat lima waktu
Hadis ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab
bagaimanapun dan di manapun, maka ia akan
al-Shāfi‘ī, baik al-Musnad maupun al-Āthār ‘an al-
melewati aṣ-ṣirāṭ pada Hari Kiamat bagaikan
Shāfī‘i dan kitab beliau yang lain. Ini menunjukkan
Burāq yang menyambar.”
Hadis ini tidak dikenal sebagai riwayat al-Shāfi‘ī.
Dalam Durrah al-Wā‘iẓīn ia disebutkan tanpa
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Ibn al-Jawzī mengutip pendapat al-
Dāraquṭnī yang mengatakan bahwa Hadis ini 965 Ibid.
966 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Ṣalāh al-Musāfir, Bāb
Istiḥbāb Rak‘atay al-Fajr, h.n. 725.
967 (Tidak dikenal), Durrah al-Wā‘iẓīn, hlm. 66B-67A;
964 Ibn al-Jawzī, al-‘Ilal, jil. 1, hlm. 439, h.n. 749. al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 143.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
276

sanad. Hadis yang tidak dikenal sanadnya adalah kan­nya dari Ibn ‘Umar, dan dalam masalah ini
Hadis palsu. Karena itu, dihukumi palsu. ter­dapat juga riwayat dari Anas.969 Di sini, Ibn
Ḥajar tidak memberikan kritik terhadap sanad
Hadis 422 al-Daylamī. Ini menunjukkan sanadnya tidak
ber­masalah atau paling tidak boleh diterima. Di
.‫التكبيرة الأولى خير من الدنيا وما فيها‬ samping itu penjelasan beliau bahwa Anas juga
me­riwayat­kan Hadis mengenai masalah yang
“Takbir yang pertama (dalam shalat ber­
sama, me­nunjukkan bahwa Hadis ini mempunyai
sama imam) lebih baik daripada dunia dan
shāhid. Jadi Hadis ini maqbūl dan boleh dihukumi
isinya.”
ḥasan atau ḍa‘īf, karena ḍa‘īf boleh diterima
dalam masalah-masalah faḍā’il al-a‘māl.
Takhrīj Hadis:
Redaksi yang disebutkan al-Khūbawī ‫خ� من‬ ‫ي‬
Hadis dengan redaksi seperti ini belum
‫ الدنيا وما فيها‬kemungkinannya adalah tafsiran atau
dapat ditemukan. al-Hindī mengatakan bahwa al-
ungkapan lain dari ‫خ� من ألف بدنة‬ ‫ ي‬seperti yang
Daylamī meriwayatkan Hadis mengenai masalah
biasa dikatakan oleh orang Arab.
yang sama dari Ibn ‘Umar dengan redaksi,

‫التكبيرة الأولى يدركها الرجل مع الإمام خير‬


Bab 35
.‫له من ألف بدنة يهديها‬
Penjelasan Mengenai
“Takbir pertama yang didapatkan seseorang
Keutamaan para Sahabat
bersama imam, lebih baik baginya daripada
seribu unta Badanah yang dihadiahkan padanya.” Hadis dari no 423 sampai no 434

Yang ditemukan dalam Musnad al-Daylamī, Hadis 423


yang di-taḥqīq oleh Sa‘īd Zaghlūl, redaksi riwayat
al-Daylamī tanpa kata-kata ‫ األوىل‬setelah kata- ،‫من صلى علي صلاة صلى اهلل عليه عشرا‬
kata ‫التكب�ة‬.
‫ي‬ Sedangkan dalam taḥqīq Fawwāz
‫ ورفعت له عشر‬،‫وحطت عنه عشر خطيئات‬
dan Muḥammad al-Mu‘taṣim Billāh, terdapat
kata-kata tersebut disertai penambahan ‫يهديها‬ .‫درجات‬
pada akhirnya.968 Penulis menguatkan apa yang
di-taḥqīq oleh Fawwāz, karena secara teks ia “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali,
disertai dengan kajian yang lebih sempurna. maka Allāh akan bershalawat kepadanya sepuluh
kali, dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, dan
Hukum Hadis: Ḥasan. diangkat untuknya sepuluh derajat kedudukan.”
Ibn Ḥajar dalam kitab Tasdīd al-Qaws men­
jelas­kan bahwa Abū Shaykh juga meriwayat­ Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukḥarī dalam
al-Ādāb, Aḥmad, al-Nasā’ī dalam Sunan dan
968 al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl, jld. 6, hlm. 434, h.n. ‘Amal al-Yawm, Ibn Ḥibbān, Ibn Abī Shaybah dan
19649; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār, jil. 2, hlm. 76,
h.n. 2424; al-Daylamī, Firdaws al-Akhbār (dengan taḥqīq
Fawwāz dan Muḥammad al-Mu‘taṣim Billāh) jil. 2, hlm. 120,
h.n. 2243. 969 Ibn Ḥajar Tasdīd al-Qaws, jil. 2, hlm. 12, h.n. 2243.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
277

al-Ḥākim. Semuanya dari Anas. Ibn Abī Syahbah “Allāh telah melarangku mengusir mereka.
juga meriwayatkannya dari Ibn ‘Umar. Redaksi ini Mereka berkata, “Maka sediakan satu hari
adalah redaksi al-Nasā’ī dan Ibn Abī Shaybah dari untuk kami dan satu hari untuk mereka.”
Ibn ‘Umar. Sedangkan redaksi yang lainnya tanpa Beliau menjawab, “Aku tidak mau.” Merekapun
menyebutkan kalimat terakhir, yaitu, berkata, “Kalau begitu, buatlah satu majlis!
Hampirilah kami dengan wajahmu dan palingkan
970
‫ورفعت له عشر درجات‬ punggungmu kepada mereka!” Maka turunlah
“Dan diangkat baginya sepuluh derajat.” firman Allāh Swt., “Dan sabarkan dirimu.”

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. Takhrīj Hadis:


al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ, dan Hadis ini diriwayatkan Ibn Mājah dan al-
al-Dhahabī menyetujuinya. al-Arana’ūt meng­ Ṭabarī, melalui tiga jalur. Semuanya dengan lafal
hukumi sanad Ibn Ḥibban ṣaḥīḥ. al-Suyūṭī me­ yang berbeda-beda.973
nye­but­kan Hadis ini tanpa memberikan pen­
dapat­nya. Sedangkan al-Munāwī secara lahiriah Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ
men-ṣaḥīḥ-kan Hadis ini.971 al-Būṣīrī menghukumi sanad Ibn Mājah ini
ṣaḥīḥ. Beliau mengatakan bahwa asal Hadis ini
ada dalam Ṣaḥīḥ Muslim.974
Hadis 424
‫ فاجعل‬:‫ قالوا‬.‫نهاني اهلل عن طرد هؤلاء‬ Hadis 425
:‫ فقالوا‬.‫ لا أفعل‬:‫ فقال‬.‫لنا يوما ولهم يوما‬ ‫ هذه الأية نزلت فى أصحاب الصفة‬:‫قال قتادة‬
‫فاجعل المجلس واحدا واقبل علينا بوجهك‬ ‫وكانوا سبعمائة فقير فى مسجد رسول اهلل‬
‫ فنزل قوله تعالى [واصبر‬.‫وول ظهرك إليهم‬ ‫صلى اهلل عليه وسلم لا يرجعون إلى تجارة ولا‬
972
.]‫نفسك‬ ‫إلى زرع ولا إلى ضرع يصلون صلاة ينتظرون‬
‫أخرى فلما نزلت هذه الاية فقال النبى صلى‬
970 Aḥmad, Musnad, jil. 3, hlm. 102 dan 261; al- ‫اهلل عليه وسلم الحمد هلل الذى جعل فى أمتى‬
Nasā’ī, Sunan, Kitāb al-Sahw, Bāb al-Faḍl fī al-Ṣalāh ‘alā al-
Nabī Saw., h.n. 1297; al-Bukhārī, al-Ādāb, Bāb al-Ṣalāh ‘alā ‫من أمرت أن أصبر نفسى معهم‬
al-Nabī, h.n. 643; al-Nasā’ī, ‘Amal al-Yawm wa al-Laylah,
hlm. 166, h.n. 62, dan lih. h.n. 362-363; Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ, Qatādah berkata; Ayat ini turun terkait
Kitāb al-Riqāq, Bāb al-Ad‘iyah, h.n. 901; Ibn Abī Shaybah, al-
Aṣḥāb al-Ṣuffah (para penghuni serambi masjid).
Muṣannaf, Kitāb al-Ṣalāh, Bāb Thawāb al-Ṣalāh ‘alā al-Nabī
Saw., h.n. 8695, dan lihat h.n. 8698; al-Ḥākim, al-Mustadrak, Mereka berjumlah 700 orang fakir dan tinggal
Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Mā Jalas Qawm Yadhkurūn Allāh wa Lam di Masjid Nabi. Mereka tidak dapat Kembali ke
Yuṣallū kān al-Majlis Tarah ‘Alayhim, jil. 1, hlm. 550.
971 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Du‘ā’, Bāb Mā
Jalas Qawm Yadhkurūn Allāh wa Lam Yusallū kān al-Majlis 973 Ibn Mājah, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Muḥāsabah
Tarah ‘Alayhim, jil. 1, hlm. 550; al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 1, al-Fuqarā’, h.n. 4127; al-Ṭabarī, Tafsīr, jil. 15, hlm. 235-236.
hlm. 550; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-Saghīr, jil. 2, hlm. 533 ; al- 974 al-Būṣīrī, Miṣbāḥ al-Zujājah, jil. 2, hlm. 324-325,
Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 6, hlm. 169. h.n. 1461; Lihat Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb Faḍā’il al-Ṣaḥābah,
972 al-Qur’ān, al-Kahf 18: 28. Bāb Faḍl Sa‘ad bin Abī Waqqāṣ, h.n. 2413.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
278

perdagangan, pertanian ataupun peternakan. dikenali (majhūl). al-Dhahabī mengatakan bahwa


Mereka menunaikan shalat, lalu menunggu ia meriwayatkan dari Abū al-Ṣiddīq dan yang
shalat berikutnya. Tatkala ayat ini turun, maka meriwayatkan darinya (al-‘Alā’) hanyalah Mu‘allā
bersabdalah Nabi Saw.: “Segala puji bagi Allāh bin Ziyād.976 Jadi sanad ini ḍa‘īf. Maka secara
yang telah menjadikan di kalangan umatku lahiriah, Hadis ini dapat dihukumi ḍa‘īf.
orang-orang yang aku disuruh bersamar
bersama mereka.” Hadis 426
Takhrīj Hadis: ‫ جئت من قوم‬،‫مرحبا بك وبمن أقدمك‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam
al-Dalā’il dari Abū Sa‘īd melalui al-Mu‘all>a bin ‫ يقول الفقراء‬،‫ يا رسول اهلل‬:‫ فقال‬.‫أحبهم اهلل‬
Ziyād, dari al-‘Alā’ bin Bashīr al-Muzanī dari Abū
‫ هم يحجون‬،‫إن الأغنياء قد ذهبوا بالخير كله‬
al-Ṣiddīq al-Nājī dari Abū Sa‘īd dengan redaksi
berbeda yaitu: ،‫ ويتصدقون ولا نقدر عليه‬،‫ولا نقدر عليه‬
،‫كنت في عصابة من المهاجرين جالسا معهم‬ ‫ وإذا مرضوا بعثوا‬،‫ويعتقون ولا نقدر عليه‬
‫ وقارئ‬،‫وإن بعضهم يستتر ببعض من العرى‬ ‫ فقال رسول اهلل صلى‬. ‫بفضل أموالهم ذخرا‬
‫ فقال‬.‫لنا يقرأ علينا فكنا نستمع إلىكتاب اهلل‬ ‫ سلم على الفقراء وبلغهم عني‬: ‫اهلل عليه وسلم‬
‫ الحمد هلل الذي‬:‫النبي صلى اهلل عليه وسلم‬ ‫أن من صبر منكم واحتسب فله ثلاث حصال‬
‫جعل من أمتي من أمرت أن أصبر معهم نفسي‬ ‫ الأولى أن في الجنة غرفة من‬:‫ليست للأغنياء‬
975
... ‫ ثم جلس‬:‫قال‬ ‫ياقوتة حمراء ينظر إليها أهل الجنة كما ينظر‬
Aku pernah berada di tengah-tengah se­ ‫أهل الدنيا إلى النجوم ولا يصل إليها إلا نبي‬
kelompok orang dari sahabat Muhājirīn dengan
duduk bersama mereka. Ada sebagian di antara ‫ والثانية يدخل‬،‫أو ولي أو شهيد أو مؤمن فقير‬
mereka yang bersembunyai pada sebagian
yang lain karena telanjang, sementara seorang
‫الفقراء الجنة قبل الأغنياء بنصف يوم وهو‬
qāri’ membacakan kepada kami hingga kami ‫مقدار خمسمائة عام يتمتعون فيها حيثما‬
menyimak kitab Allāh. Lantas Nabi Saw. berkata,
“Segala puji milik Allāh yang telah menjadikan ‫ ويدخل سليمان بن داود عليه السلام‬،‫شاءوا‬
orang-orang di antara umatku di mana diriku
menyuruhku untuk bersabar bersama mereka.”
‫بعد دخول الأنبياء بأربعين عاما بسبب المال‬
Ia berkata, “Kemudian ia duduk.” .‫والملك الذي أعطاه اهلل تعالى في الدنيا‬
Hukum Hadis: Ḍa‘īf. “Selamat datang kepadamu dan orang yang
Dalam sanad ini terdapat al-‘Alā’ bin Bashīr. mengajakmu,” sambut Rasul. “Engkau da­tang
Menurut Ibn Madīnī dan Ibn Ḥajar, ia tidak

976 al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 97; Ibn


975 al-Bayhaqī, Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 1, hlm. 351. Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 434.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
279

dari orang-orang yang dicintai Allāh.” Dele­gasi “Sesungguhnya orang-orang fakir dari
itu berkata, “Ya Rasūlallāh orang-orang fakir kalangan Muḥājirīn lebih dahulu masuk surga
itu berkata, bahwa orang-orang kaya itu benar- daripada orang-orang kaya, pada Hari Kiamat
benar memborong kebaikan seluruh­nya. Mereka kelak, dengan selisih masa empat puluh musim.”
ber­haji, sedang kami tidak mam­pu me­laku­
kan­nya. Mereka bersedekah sedang kami tidak Takhrīj Hadis:
mam­pu melakukannya. Mereka memerdekakan Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abū
hamba sahaya, sedang kami tidak mampu me­ Sa‘īd.977
laku­kan­nya. Dan apabila mereka sakit, mereka
me­nyuruh ambil simpanan, dikarenakan harta Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
mereka yang berlebih.” Maka bersabdalah Nabi Secara lahiriah, riwayat Muslim adalah
Saw., “Sampaikan salam kepada orang-orang mu‘allaq, karena beliau langsung mengatakan
fakir itu dan sampaikan kepada mereka pesanku, ‫قال عبد هللا‬. Aḥmad bin Shākir menjelaskan
bahwa siapa di antara kalian yang bersabar bahwa perkataan tersebut merupakan isyarat
dengan ikhlas, maka ia akan memperoleh tiga kepada sanad sebelumnya seperti dalam riwayat
perkara yang tidak diberikan kepada orang- Aḥmad, karena pada sanad tersebut Muslim
orang kaya. Pertama, dalam surga ada sebuah meriwayatkannya melalui ‘Abdullāh.978
ruangan yang dipandangi oleh penghuni surga
seperti halnya penghuni dunia ini memandang Hadis 428
bintang-bintang. Takkan sampai ke tempat
itu selain seorang nabi, seorang wali, seorang ‫ دخلت يوما على رسول اهلل وهو‬:‫عن عمر‬
shahid atau seorang mukmin yang fakir. Kedua,
orang-orang fakir akan masuk surga setengah ‫ وإذا الحصير قد أثر في‬،‫مضجع على حصير‬
hari sebelum orang-orang kaya, yang itu sama
‫ ونظرت في حزينته فرأيت نحو صاعا‬،‫جنبه‬
dengan 500 tahun, di mana mereka dapat
menikmati tempat mana saja yang mereka :‫ ما يبكيك؟ قلت‬:‫ فقال‬،‫من شعير فبكيت‬
kehendaki. Sedang Sulaymān bin Dāwud a.s.
masuk surga 40 tahun setelah masuknya para ،‫كسرى وقيصر ينامان على فراش حرير‬
nabi lainnya. Dikarenakan harta dan kerajaan
.‫وأنت رسول اهلل أرى فيك الفقر ما أرى‬
yang telah diberikan Allāh Ta‘ālā kepadanya di
dunia.” ‫ يا عمر! ألا ترضى أن تكون لنا الآخرة‬:‫فقال‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini sama dengan Hadis ke 369. .‫ولهم الدنيا‬
“Dari ‘Umar; Pada suatu hari aku masuk ke
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. rumah Rasūlullāh Saw. sedangkan beliau dalam

Hadis 427
977 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-
‫إن فقراء المهاجرين يسبقون الأغنياء يوم‬ Muqaddimah), h.n. 2979.
978 Muslim, Ṣaḥīh, Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-
.‫القيامة إلى الجنة بأربعين خريفا‬ Muqaddimah), h.n. 2979; Aḥmad, Musnad, jil. 2, 169;
Aḥmad Shākir, Taḥqīq Musnad Aḥmad, jil. 6, hlm. 151, h.n.
6578.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
280

keadaan berbaring di atas tikar, sehingga tikar


‫وشعورهم منسوجة بالدر والياقوت وبأيديهم‬
itu menyisakan bekas di lambung beliau. Lalu
aku menengok ke tempat simpanan makanan ‫أقداح من نور ويجلسون على منابر من نور‬
beliau. Aku melihat hanya ada satu shā’ kurma.
Maka aku menangis. Beliau bertanya, ‘Apa yang ‫والناس في الحساب وينظرون أهل الجنة إليهم‬
membuatmu menangis?’ Aku menjawab, ‘Kisra
dan Kaiṣar tidur di atas karpet sutra, sedangkan
.‫ لا‬:‫ أهؤلاء من الملائكة ؟ فيقولون‬:‫فيقولون‬
engkau adalah utusan Allāh. Aku melihat engkau ‫ أهؤلاء من‬:‫وتنظر إليهم الملائكة فيقولون‬
dalam kefakiran yang tidak pernah aku lihat
pada yang lain.’ Beliau berkata, ‘Wahai ‘Umar, .‫ بل نحن من أمة محمد‬،‫ لا‬:‫الأنبياء؟ فيقولون‬
tidakkah engkau rida akhirat untuk kita dan
dunia untuk mereka?’”
‫ بأي الأعمال رزقكم اهلل تعالى هذه‬:‫فيقولون‬
،‫ لم تكن أعمالنا كثيرة‬:‫الدرجات؟ فيقولون‬
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan ‫ولم نصم الدهر ولم نقم الليل بل كنا نحافظ‬
Muslim dari ‘Umar dengan redaksi cerita yang
sedikit berbeda.979 ‫ وإذا سمعنا‬،‫على الصلوات الخمس بالجماعة‬
‫اسم محمد صلى اهلل عليه وسلم فاضت عيوننا‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫بالدمع وكنا ندعو من قلب خاشع ونشكر اهلل‬
Hadis 429 .‫على الفقر الذي أصابنا‬
‫يا ابن الخطاب أولئك قوم عجلت لهم طيباتهم‬ “Orang-orang fakir dan umatku akan bang­
kit pada hari Kiamat; wajah mereka bagai­kan
.‫في الحياة الدنيا‬
rembulan, rambut mereka terikat dengan per­
“Wahai Ibnu al-Khaṭṭāb, mereka adalah mata dan yaqut, tangan mereka memegang
kaum yang didahulukan bagi mereka berbagai piala-piala dari cahaya. Mereka duduk di
kebaikan dalam kehidupan dunianya.” mimbar-mimbar dari cahaya, sementara orang-
orang sedang berada dalam hisab. Para peng­
Takhrīj Hadis: huni surga memandang mereka, lalu bertanya,
Hadis ini sama dengan Hadis ke 282. ‘Apa­kah mereka para malaikat?’ Mereka jawab,
‘Bukan.’ Dan para malaikat pun memandang
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. mereka, lalu bertanya, ‘Apakah mereka itu
para Nabi?’ Mereka jawab, ‘Bukan! Kami umat
Hadis 430 Muḥammad Saw.’ ‘Dengan amal apakah Allāh
Ta‘ālā meng­anugerahkan derajat-derajat seperti
‫يقوم فقراء أمتي يوم القيامة وجوههم كالقمر‬ itu pada kalian?’ tanya para malaikat. Mereka
men­jawab, ‘Amal kami tidak banyak dan kami
pun tak pernah berpuasa setahun penuh, tidak
979 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Nikāḥ, Bāb Maw‘iẓah
pula shalat malam. Tetapi kami senantiasa me­
al-Rajul Ibnatah Liḥāl Zawjihā, h.n. 5191; Muslim, Ṣaḥīḥ, meli­hara shalat lima waktu berjamaah. Apa­
Kitāb al-Ṭalāq, Bāb fī al-Ilā’ wa I‘tizāl al-Nisā’, h.n. 1479.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
281

bila kami mendengar nama Muḥammad Saw., meneladaninya, dan orang yang melihat dalam
maka banjirlah mata kami dengan air mata. Dan hal dunianya pada orang yang lebih rendah dari
kami berdoa dengan hati yang khusyuk serta pada dirinya, sehingga ia bersyukur memuji Allāh
ber­syukur kepada Allāh atas kefakiran yang Swt. atas karunia yang diberikan kepadanya.”
menimpa kami.”
Takhrīj Hadis:
Takhrīj Hadis: Hadis ini sama dengan Hadis ke 283.
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
Ia disebutkan oleh al-Sabzawarī dalam Jāmi‘ Hukum Hadis: Ḍa‘īf.
al-Akhbār (Shī‘ah) tanpa sanad dari Anas. al-
Khūbawī mengutipnya dari kitab Zubdah al- Hadis 432
Wā‘iẓīn.980
‫ ومن‬،‫الضيف بركة من اهلل ونعمة من اهلل‬
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu.
Hadis ini dapat dihukumi palsu, karena dua ‫ ومن لم يكرم‬،‫أكرم الضيف فهو معي في الجنة‬
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab-
.‫الضيف فليس مني‬
kitab yang mu‘tabar. Ia hanya ditemukan dalam
kitab Shī‘ah yang menyebutkannya tanpa sanad. “Tamu adalah keberkahan dari Allāh dan
Hadis yang disebutkan tanpa sanad, menurut nikmat dari-Nya. Orang yang memuliakan tamu,
kaidah ulama Hadis, dapat dikategorikan sebagai maka ia akan bersamaku di surga. Siapapun
Hadis palsu.981 Kedua, ia dikutip dari kitab yang tidak memuliakan tamu, maka bukanlah
yang tidak mu‘tabar seperti yang telah banyak golonganku.”
dijelaskan sebelum ini.
Takhrīj Hadis:
Hadis 431 : Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya.
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
‫خصلتان من كانتا فيه كتب اهلل تعالى شاكرا‬ Riyāḍ.982

‫ من نظر في دينه إلى من هو فوقه فاقتدى‬:‫صابرا‬


Hukum Hadis: Mawdū‘/Palsu.
‫ ومن نظر في دنياه إلى من هو دونه فحمد اهلل‬،‫به‬ Hadis dapat dihukumi palsu dengan dua
sebab. Pertama, ia tidak ditemukan dalam kitab-
.‫تعالى على فضل اهلل عليه‬ kitab yang mu‘tabar, termasuk dalam dua kitab
khusus mengenai penghormatan kepada tamu,
“Dua perkara yang jika ada di dalam diri
yaitu kitab al-Ināfah dan al-Karam wa al-Jūd.
seseorang, maka Allāh akan menulisnya sebagai
Kedua, ia dikutip dari kitab yang dinilai oleh Ḥājī
hamba yang bersyukur dan bersabar; orang
Khalīfah sebagai tidak mu‘tabar.983
yang melihat dalam hal agamanya pada orang
yang lebih tinggi kedudukannya, sehingga ia
Hadis 433
980 al-Sabzawārī, Jāmi‘ al-Akhbār, hlm. 301, h.n. 822;
al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 145.
981 Lih. Fallātah, al-Waḍ‘ fī al-Ḥadīth, jil. 1, hlm. 303- 982 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 147.
305. 983 Ḥājī Khalīfah, Kashf al-Z{unūn, jil. 2, hlm. 962.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
282

kurma, hendaklah ia lakukan.”


‫من أراد أن يحبه اهلل ورسوله فليأكل مع ضيفه‬
Sedangkan bagian kedua, ‫فإذا كان يوم القيامة‬
“Siapa yang menghendaki agar Allāh dan ‫يستظل الناس بظل صدقاتهم‬. Diriwayatkan oleh
Rasul-Nya mencintainya, hendaklah makan ber­ Aḥmad dan Ibn Khuzaymah dari ‘Uqbah bin
sama tamunya.” ‘Amir dengan redaksi: �‫ح‬ ‫كل امرئ � ظل صدقته ت‬
‫ن‬ ‫في‬
987
‫ب� الناس‬‫“ يفصل ي‬Setiap orang di bawah naungan
Takhrīj Hadis: sedekahnya, sehingga ia ditentukan (nasibnya)
Hadis ini belum dapat ditemukan perawinya. diantara manusia.”
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
Riyāḍ.984 Hukum Hadis: -
Hadis riwayat al-Bukhārī dan Muslim ini
Hukum Hadis: Mawḍū‘/Palsu. ṣaḥīḥ. Begitu pula riwayat Ibn Khuzaymah dan
Hadis ini dapat dihukumi palsu dengan Aḥmad, seperti dinyatakan Aḥmad Shākir. Akan
alasan yang sama seperti Hadis sebelum ini tetapi Hadis dengan redaksi yang disebutkan
(Hadis ke 432). oleh al-Khūbawī belum dapat Penulis tentukan
hukumnya. Penulis hanya berani mengatakan
Hadis 434 bahwa makna Hadis ini benar. Ini sangat berbeda
dengan kata-kata Hadis ini Ṣaḥīḥ.
‫ فإذا كان يوم القيامة‬،‫الصدقة ستر من النار‬
.‫يستظل الناس بظل صدقتهم‬
Bab 36
“Sedekah adalah penghalau dari neraka. Keburukan Dunia dan
Apabila nanti Hari Kiamat tiba, maka manusia
akan berlindung di bawah sedekah mereka.” Kehancurannya
Hadis dari no 435 sampai no 453
Takhrīj Hadis:
Hadis dengan redaksi ini belum ditemukan. Hadis 435
al-Khūbawī mengutipnya dari kitab Zahrah al-
Riyāḍ. Namun makna kandungannya terdapat ‫إن اهلل خلق ملكا وأعطاه سمع الخلائق كلها‬
dalam dua Hadis yang berbeda. Pertama, ‫الصدقة‬
‫س� من النار‬. Hadis dengan maksud seperti ini
‫ فما من أحد‬،‫وهو قائم على قبري يوم الدين‬
‫ت‬
diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim dari ،‫من أمتي يصلى علي إلا سماه باسمه واسم أبيه‬
‘Ā’ishah dengan redaksi: 985‫اتقوا النار ولو بشق تمرة‬
dan Muslim dari ‘Adiy bin Ḥātim dengan redaksi, .‫ يا محمد إن فلان ابن فلان يصلي عليك‬:‫وقال‬
986
‫يست� من النار ولو بشق تمرة فليفعل‬
‫ت‬ ‫من استطاع منكم أن‬
“Sesunguhnya Allāh Ta‘ālā menciptakan
“Siapa yang mampu dari kalian untuk melindungi
seorang malaikat dan memberinya kemampuan
diri dari neraka, meski dengan (sedekah) secuil
mendengar seluruh makhluk. Malaikat itu berdiri
di atas kubur sampai Hari Kiamat. Maka, tak
984 al-Khūbawī, Durrah al-Nāṣiḥīn, hlm. 147.
985 Lihat takhrīj Hadis ke 91 hlm. 109.
986 Muslim, Ṣaḥīh, Kitāb al-Zakāh, Bāb al-Ḥath ‘alā 987 Ibn Khuzaymah, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zakāh, jil. 4, hlm.
al-Ṣadaqah wa Law Bishiqq Tamrah, h.n, 1016. 95, h.n. 2432; Aḥmad, Musnad, jil. 5, hlm. 411.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
283

seorang pun dari umatku yang bershalawat


kepadaku, kecuali disebut-sebut oleh malaikat Hadis 436
itu namanya dan nama ayahnya seraya berkata,
‘Ya Muḥammad, sesungguhnya Fulān bin Fulān ،‫ شبابك قبل هرمك‬:‫اغتنم خمسا قبل خمس‬
bershalawat kepadamu.’”
،‫ وفراغك قبل شغلك‬،‫وغناك قبل فقرك‬
Takhrīj Hadis:
.‫ وحياتك قبل موتك‬،‫وصحتك قبل سقمك‬
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bazzār dan
al-Bukhārī dalam al-Tārīkh al-Kabīr. al-Sakhāwī “Gunakanlah lima sebelum lima; masa mu­
menjelaskan bahwa Hadis ini juga diriwayatkan da­mu sebelum pikunmu, masa kayamu se­belum
oleh Abū Shaykh, Abū al-Qāsim al-Taymī, al- datang masa fakirmu, masa luangmu se­belum
Ḥārithī, Ibn Abī ‘Āṣim, Ibn al-Jarrāḥ, al-Ṭūsī dan masa sempitmu, masa sehatmu sebelum sakit­
al-Ṭabarānī. Semuanya dari ‘Ammār bin Yāsir mu, dan hidupmu sebelum matimu.”
melalui Nu‘aym bin Ḍamḍam dan ‘Imrān bin al-
Humayrī.988 Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ḥākim dari
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih. Ibn ‘Abbās secara marfū‘. Sedangkan Ibn al-
Dalam sanad Hadis ini terdapat Nu‘aym Mubārak, Abū Nu‘aym dan al-Bayhaqī dalam al-
bin Ḍamḍam. Menurut al-Haythamī sebagian Ādāb. Mereka meriwayatkannya secara mursal
ulama men-da‘if-kannya. Sedangkan ‘Imrān dari ‘Amr bin Maymūn.992
bin al-Ḥumayrī, menurut al-Bukhārī riwayatnya
tidak diikuti perawi lain (lā yutāba‘ ‘alayh). al- Hukum Hadis: Ḥasan.
Dhahabī mengata­kan Hadisnya tidak dikenali (lā al-Ḥākim menghukumi Hadis ini ṣaḥīḥ.
yu‘raf ḥadīthuh).989 Karena itu, sanad Hadis ini Menurut syarat al-Bukhārī dan Muslim, dan al-
ḍa‘īf. Maka Hadis­nya pun menjadi ḍa‘īf. Hadis Dhahabī menyetujuinya. al-Suyūṭī meng­hukumi­
ini mem­punyai shawāhid, diantaranya yang di­ nya ḥasan dan al-Munāwī menyetujuinya.993
riwayat­kan oleh al-Daylamī dari Abū Bakar al-
Ṣiddīq dengan sanad yang ḍa‘īf seperti dikatakan Hadis 437
al-Sakhāwī. Redaksi awalnya, ‫عيل فإن‬ ‫ث‬
‫أك�وا الصالة ي‬
990
... ‫ق�ي‬
‫ هللا وكل ب ي� ملكا عند ب‬al-Albānī meng­hukumi ‫ما شبع رسول اهلل ثلاث أيام تباعا من خبز‬
ḥasan Hadis ini dengan alasan banyak­nya
shawāhid yang menguatkannya.991 Jadi, Hadis ini
.‫حتى مضى سبيله‬
dapat dihukumi ḥasan li - ghayrih.

992 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Riqāq, Bāb


988 al-Haythamī, Kashf al-Astār, jil. 4, hlm. 47, h.n. Ni‘matān Maghbūn fīhā Kathīr min al-Nās, jil. 3, hlm. 306;
3162; al-Bukhārī, al-Tārīkh al-Kabīr, jil. 6, hlm. 416; al- Ibn al-Mubārak, al-Zuhd, hlm. 2, h.n. 2; Abū Nu‘aym, Ḥilyah
Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 165-166. al-Awliyā’, jil. 4, hlm. 148; al-Bayhaqī, al-Ādāb, hlm. 498,
989 al-Bukhārī, al-Tārīkh al-Kabīr, jil. 6, hlm. 416; h.n. 1127.
al-Dhahabī, Mīzān al-I‘tidāl, jil. 3, hlm. 236; al-Haythamī, 993 al-Ḥākim, al-Mustadrak, Kitāb al-Riqāq, Bāb
Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 162. Ni‘matān Maghbūn fīhā Kathīr min al-Nās, jil. 3, hlm. 306;
990 al-Sakhāwī, al-Qawl al-Badī‘, hlm. 165-166. al-Dhahabī, al-Talkhīṣ, jil. 4, hlm. 306; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
991 al-Albānī, Silsilah al-Aḥādīth al-Ṣaḥīḥah, jil. 4, Saghīr, jil. 1, hlm. 157; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 2, hlm.
hlm. 43-45, h.n. 1530. 16.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
284

“Rasūlullāh Saw. tak pernah kenyang me­ Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari
makan roti selama tiga hari berturut-turut, ‘Amru bin al-Ḥārith.996
hingga beliau meninggal dunia.”
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Hadis 440
Muslim dari ‘Ā’ishah. Redaksi ini salah satu dari
redaksi Muslim.994 ‫لقد مات النبي وما في بيتي شيئ يأكله ذو كبد‬

Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ. .‫إلا شطر شعير في رفي‬


“Sesungguhnya Nabi Saw. meninggal dunia,
Hadis 438 sedang di rumahnya tidak ada sesuatu pun yang
dapat dimakan oleh makhluk bernyawa, selain
‫ما ترك رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم دينارا‬ separuh gandum di dalam sebuah rak milikku.”

.‫ولا درهما ولا شاة ولا بعيرا‬


Takhrīj Hadis:
“Nabi Saw. tidak meninggalkan dinar, Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
dirham, kambing maupun unta.” Muslim dari ‘Ā’ishah.997

Takhrīj Hadis: Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.


Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dari
‘Ā’ishah dengan redaksi selengkapnya: ‫وال أوىص‬ Hadis 441 :
‫ب�ء‬.‫ ش‬995
‫ي‬
.‫عرض علي أن تجعل لي بطحاء مكة ذهبا‬
Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.
‫ فأما‬،‫ يا رب أجوع يوما وأشبع يوما‬:‫فقلت‬

Hadis 439 ،‫اليوم الذي أجوع فيه فأتضرع إليك وأدعوك‬

‫ما ترك رسول اهلل إلا سلاحه وبغلته وأرضا‬ ‫فأما اليوم الذي أشبع فيه فأحمدك وأثني‬

.‫جعله صدقة‬ .‫عليك‬


“Nabi Saw. tidak meninggalkan selain sen­ “Pernah ditawarkan kepadaku, lembah
jata­nya, keledainya dan sebidang tanah yang Makkah itu dijadikan emas untukku. Namun aku
beliau jadikan sedekah.” berkata, ‘Tidak, ya Rabb! Aku lapar sehari dan
kenyang sehari. Adapun pada hari aku lapar,
Takhrīj Hadis:

996 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Waṣāyā, Bāb al-


994 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bab Kayf Kān Waṣāyā, h.n. 2739, dan lihat h.n. 2873, 2912, 3098 dan
‘Aysh al-Nabī Saw. wa Aṣḥābih, h.n. 6454; Muslim, Ṣaḥīḥ, 3361.
Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-Muqaddimah), h.n. 2970. 997 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Riqāq, Bāb Faḍl al-
995 Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Waṣiyyah, Bāb Tark al- Faqr, h.n. 6451; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Zuhd, Bāb (al-
Waṣiyyah Liman Lays Lah Shay’ Yūṣā Bih, h.n. 1635. Muqaddimah), h.n. 2973.
Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin Takhrij Hadis Durratun Nasihin
285

aku hendak memohon dengan kerendahan hati kata-kata beliau: Dalam bab ini terdapat pula
kepada-Mu dan berdoa kepada-Mu. Sedang Hadis yang diriwayatkan dari Faḍālah bin ‘Ubayd.
pada hari aku kenyang, aku hendak memuji dan Begitu juga Hadis ke 442 dengan shawāhid-nya.
memuja kepada-Mu.”
Hadis 442
Takhrīj Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidhī, :‫إن جبرائيل عليه السلام نزل يوما فقال له‬
Aḥmad, al-Ṭabarānī, Abū Nu‘aym, al-Baghawī
dan lain-lainnya dari Abū Umāmah. Semuanya :‫يا محمد إن اهلل تعالى يقرؤك السلام ويقول‬
melalui ‘Alī bin Zayd dari al-Qāsim.998
‫أتحب أن أجعل لك هذه الجبال ذهبا وتكون‬
Hukum Hadis: Ḥasan li-ghayrih. ‫ يا‬:‫ فأطرق ساعة ثم قال‬،‫معك حيثما كنت‬
al-Tirmidhī menghukumi Hadis ini ḥasan,
kemudian diikuti oleh al-Suyūṭī. Namun al- ‫جبرائيل إن الدنيا دار من لادار له ومال من‬
Munāwī mengingatkan bahwa al-‘Irāqī mengata­
‫ فقال له‬.‫لا مال له قد يجمعها من لا عقل له‬
kan dalam sanad ini terdapat perawi yang ḍa‘īf.
Namun yang Penulis temukan dalam al-Mughnī, .‫ ثبتك اهلل بالقول الثابت‬:‫جبرائيل‬
al-‘Irāqī tidak memberikan pendapat terhadap
hukum ḥasan yang diberikan al-Tirmidhī. “Bahwa Jibrīl a.s. turun, lalu berkata
Kemungkinan beliau menyebutkan perkara kepada beliau, ‘Ya Muḥammad, sesungguhnya
tersebut dalam kitab-kitab yang lain. Ibn Ḥajar Allāh Ta‘ālā menyampaikan salam kepadamu,
menyebutkan Hadis al-Tirmidhī ini juga tanpa dan berfirman kepadamu, ‘Sukakah kamu,
memberikan komentar.999 bila gunung-gunung ini Aku jadikan emas
Dalam sanad ini terdapat ‘Ubaydillāh bin untukmu dan menyertaimu di mana saja kamu
Zahr yang menurut Ibn Ḥajar Ṣadūq yukhṭi’. Juga berada?’ Maka Nabi menunduk sesaat lalu
terdapat ‘Alī bin Zayd yang menurut Ibn Ḥajar bersabda, ‘Wahai Jibrīl, sesungguhnya dunia ini
ḍa‘īf. Namun ia merupakan perawi dalam Ṣaḥīḥ negeri orang yang tak punya negeri dan harta
Muslim.1000 orang yang tak punya harta. Ia benar-benar
Menurut Penulis, Hadis ini boleh dihukumi dikumpulkan oleh orang yang tak punya akal.’
ḥasan lighayrih. Selain sanadnya tidak terlalu Maka berkatalah Jibrīl kepada beliau, ‘Semoga
ḍa‘īf. Hadis ini juga mempunyai shawāhid, Allāh mengokohkan engkau ya Muḥammad,
seperti yang dikutip oleh al-Tirmidhī dengan dengan perkataan yang kokoh.’”

Takhrīj Hadis:
998 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a fī
Hadis dengan redaksi ini disebutkan oleh
al-Kafāf wa al-Ṣabr ‘Alayh, h.n. 2347; Aḥmad, Musnad, jil.
5, hlm. 254; al-Ṭabarānī, al-Mu‘jam al-Kabīr, jil. 8, hlm. 207, al-Qāḍī ‘Iyāḍ dalam al-Shifā’ dari ‘Ā’ishah, tanpa
h.n. 7835; Abū Nu‘aym, Ḥilyah al-Awliyā’, jil. 8, hlm. 133; menyebutkan perawinya. al-Suyūṭī mengatakan
al-Baghawī, Sharḥ al-Sunnah, jil. 14, hlm. 246. bahwa Hadis dengan redaksi seperti ini belum
999 al-Tirmidhī, Sunan, Kitāb al-Zuhd, Bāb Mā Jā’a fī
al-Kafāf wa al-Ṣabr ‘Alayh, h.n. 2347; al-Suyūṭī, al-Jāmi‘ al-
ditemukan. Yang ditemukan adalah apa yang
Saghīr, jil. 2, hlm. 116-117; al-Munāwī, Fayḍ al-Qadīr, jil. 4, diriwayatkan oleh al-Bayhaqī dalam al-Zuhd
hlm. 312; al-‘Irāqī, al-Mughnī, jil. 1, hlm. 312; Ibn Ḥajar, Fatḥ dan lain-lainnya dari ‘Aṭā’ dari Ibn ‘Abbās secara
al-Bārī, jil. 11, hlm. 292.
marfū‘ dalam Hadis yang panjang. Redaksinya:
1000 Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 371 dan 401.
Takhrij Hadis Durratun Nasihin Bagian IV ∞ Analisa Takhrij Kitab Hadis Durrah al-Nasihin
286

mengatakan, bahwa beliau belum mengenalinya


‫أمرني أن أعرض عليك إن أحببت أن أسير‬
(lam a‘rifhu). Dalam riwayat dari ‘Ā’ishah,
...‫معك جبال تهامة رمدا وياقوتا ذهبا‬ pada sanadnya terdapat ‘Abbād bin ‘Abbād al-
Ursūfī. Beliau, menurut Ibn Ḥajar, jujur tetapi
Aḥmad dalam al-Zuhd meriwayatkannya banyak salah. Ibn Ḥibbān telah berlebihan
dari ‘Ā’ishah dengan redaksi, ketika menilainya sebagai perawi yang harus
ditinggalkan riwayatnya.1004
‫واهلل لو شئت لأجري معي جبال الذهب‬
Hukum Hadis asal adalah ḍa‘īf, karena
‫والفضة‬ seorang perawinya tidak dikenali. Akan tetapi
ia dapat dikuatkan oleh Hadis riwayat ‘Ā’ishah.
al-Ṭabarānī juga meriwayatkan Hadis yang Maka Hadis ini boleh dihukumi ḥasan lighayrih.
serupa dari Abū Sālim dengan redaksi,

‫لو سألت اهلل أن يجعل جبال تهامة ذهبا لفعل‬ Hadis 443
Begitu juga Aḥmad dalam al-Musnad yang ‫إنا كنا آل محمد لنمكث شهرا ما نـسـتوقد‬
meriwayatkannya secara ringkas dengan redaksi,
.‫نارا ماهو إلا التمر والماء‬
1001
‫الدنيا دار من لا دار له‬
“Sesungguhnya kami, keluarga Muḥammad,
Selain al-Bayhaqī dalam al-Zuhd, al-Ṭabarānī benar-benar tinggal dalam sebulan tanpa
juga meriwayatkannya dalam al-Awsaṭ, seperti menyalakan api. Tak ada apa-apa selain kurma
yang dikutip oleh al-Haythamī. Namun keduanya dan air.”
meriwayatkannya melalui Sa‘ad bin Wālid.1002
Sedangkan Hadis ‘Ā’ishah, selain diriwayat­ Takhrīj Hadis:
kan oleh Aḥmad dalam al-Zuhd. Ia juga diriwayat­ Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan
kan oleh al-Bayhaqī dalam al-Dalā’il dan al-Khaṭīb Muslim dari ‘Ā’ishah. Redaksi ini adalah redaksi
dalam al-Tārīkh. Semuanya melalui ‘Abbād bin Muslim.1005
‘Abbad dari Mujālid bin Sa‘īd dari Masrūq dari
‘Ā’ishah.1003 Hukum Hadis: Ṣaḥīḥ.

Hukum Hadis: Ḥasan lighayrih, gharīb dengan


Hadis 444
redaksi ini.
Dalam riwayat dari Ibn ‘Abbās, pada .‫يا بلال ! مت فقيرا ولا تمت غنيا‬
sanadnya terdapat Sa‘ad bin Wālid. al-Haythamī
“Wahai Bilāl, matilah kamu dalam keadaan
fakir dan jangan mati dalam keadaan kaya!”
1001 al-Qāḍī ‘Iyāḍ, al-Shifā’, jil. 1, hlm. 141; al-Suyūṭī,
Manāhil al-Ṣafā, hlm. 81, h.n. 296; dan lihat. al-Bayhaqī, al- Takhrīj Hadis:
Zuhd, hlm. 186, h.n. 447; Aḥmad, al-Zuhd, hlm. 30-31, h.n.
76; Aḥmad, Musnad, jil. 6, hlm. 71.
1002 al-Bayhaqī, al-Zuhd, hlm. 186, h.n. 447; al- 1004 al-Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm.
Haythamī, Majma‘ al-Zawā’id, jil. 10, hlm. 315. 315; Ibn Ḥajar, Taqrīb al-Tahdhīb, hlm. 290.
1003 Aḥmad, al-Zuhd, hlm. 30-31, h.n. 76; al-Bayhaqī, 1005 al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-Hibah, Bāb Faḍluhā
Dalā’il al-Nubuwwah, jil. 1, hlm. 345; al-Khaṭīb, Tārīkh wa al-Taḥrīḍ ‘Alayhā, h.n. 2427; Muslim, Ṣaḥīḥ, Kitāb al-
Baghdād, jil. 11, hlm. 102. Zuhd, Bāb (al-Muqaddimah), h.n. 2972.

You might also like