You are on page 1of 7

kasus 1

1.Pasien laki-laki usia 55 tahun merasa dadanya nyeri ketika bersih-bersih dikebun.
Merasakan hal tersebut pasien istirahat. Pasien ke dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan
pasien mengalami peningkatan kadar gula darah dan baru didiagnosa mengalami DM tipe 2.
Apa pemeriksaan CVD dan obat yang harus diberikan kepada pasien?
Subjek Objek

usia : 55 tahun - Gula darah tinggi (DM Tipe II)


Jenis kelamin : Lak–laki - Nyeri yang dirasakan pasien menunjukan gejala angina
Gejala : Merasakan nyeri dadanya ketika bersih-bersih dikebun. - belum dilakukan pemeriksaan terkait CDV

uraian permasalahan Assesment

Gula darah tinggi (DM Tipe II) Diabetes merupakan faktor risiko kuat untuk terjadinya komplikasi
kardiovaskuler, meningkatkan risiko perburukan PJK, dan harus
ditatalaksana secara teliti, dengan target HbA1C <7% secara umum
dan <6.5%-6.9% untuk dasar tiap individu (Perkeni )

Belum dilakukan pemeriksaan terkait CDV pemeriksaan dasar jantung berupa: elektrokardiografi (EKG) istirahat,
pemeriksaan laboratorium darah untuk faktor risiko penyakit
aterosklerosis kardiovaskular seperti hemoglobin terglikasi (HbA1c),
profil lipid serta ekokardiografi istirahat. Diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan pemberian terapi obat

Assesment plan Monitoring

Diabetes merupakan faktor risiko kuat untuk - kontrol kadar gula darah - Monitoring kadar gula darah dengan
terjadinya komplikasi kardiovaskuler, - Pemberian terapi obat yaitu target HbA1C <7% secara umum dan
meningkatkan risiko perburukan PJK, dan Prioglitazone 5 mg <6.5%-6.9% untuk dasar tiap individu
harus ditatalaksana secara teliti, dengan target s 1dd setiap 3 bulan sekali
HbA1C <7% secara umum dan <6.5%-6.9% - memberikan edukasi pasien terkait - monitoring test fungsi hati
untuk dasar tiap individu (Perkeni penyakit, obat dan terapi non obat - Tanda-tanda gagal jantung
- Peningkatan berat badan atau oedema
pemeriksaan dasar jantung berupa: - perlu dilakukan pemeriksaan seperti - pantau tekanan darah dan detak
elektrokardiografi (EKG) istirahat, elektrokardiografi (EKG) istirahat, jantung
pemeriksaan laboratorium darah untuk faktor pemeriksaan laboratorium darah untuk
risiko penyakit aterosklerosis kardiovaskular faktor risiko penyakit aterosklerosis
seperti hemoglobin terglikasi (HbA1c), profil kardiovaskular seperti hemoglobin
lipid serta ekokardiografi istirahat. terglikasi (HbA1c), profil lipid serta
Diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan ekokardiografi istirahat, dan
pemberian terapi obat pemeriksaan tekanan darah
- memberikan edukasi pasien terkait
penyakit, obat dan terapi non obat
- Pasien dapat diberikan anti iskemia
untuk mengatasi angina
nitrogliserin sublingual (0,3-0,6 mg)
tiap 5 menit hingga nyeri hilang atau
mx 1,2 mg telah dikonsumsi dakan 15
menit
- dapat dilakukan penambahan terapi
yaitu CCB-DHP Nefedipine
- Jika hasil lipid abnormal dapat
diberikan antiplatelet yaitu aspirin
dosis rendah dan statin dengan target
LDL 70% Mg/dL atau 50% penurunan
dari LDL sebelumnya.
terapi non farmakologi
diabetes :
Olahraga teratur, kontrol asupan karbohidrat, pilih makanan dengan indeks glikemik rendah,
kontrol porsi makan

Angina :
- Menjaga pola makan
- Konsumsi diet yang sehat akan mengurangi risiko PJK. Asupan energi harus dibatasi pada
energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan (atau mencapai) massa tubuh yang sehat,
yaitu <25mg/m2.
- Latihan aerobik perlu diberikan pada pasien dengan PJK sebagai program rehabilitasi
jantung
- manajemen massa tubuh
- Terapi ECP

Edukasi pada pasien


- Ketika gejala angina muncul, pasien harus duduk beristirahat (berdiri menyebabkan
sinkop, berbaring meningkatkan aliran balik vena dan kerja jantung)
- untuk pioglitazone diminum secara teratur dengan atau tanpa makanan dan jangan
menghentikan obat secara tiba tiba
- untuk nitrogliserin sublingual, tablet sublingual di mulut atau di bawah lidah. Tablet
nitrogliserin sublingual tidak boleh dikunyah, dihancurkan, atau ditelan. obat ini
bekerja lebih cepat bila diserap melalui lapisan mulut. Letakkan tablet di bawah lidah
atau di antara pipi dan gusi, lalu biarkan larut. Jangan makan, minum, merokok, atau
menggunakan tembakau kunyah saat tablet sedang larut. jika merasa pusing setelah
mengonsumsi obat, jadi lebih aman duduk daripada berdiri saat obat bekerja. Jika
pusing atau pingsan saat duduk, tarik napas dalam-dalam beberapa kali dan
condongkan tubuh ke depan dengan kepala di antara kedua lutut. Tetap tenang dan
akan merasa lebih baik dalam beberapa menit.
kasus 2

Seorang pasien dengan penyakit rematik memiliki riwayat PJK diberikan obat naproxen.
Apakah risiko yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut?
a. Terjadi risiko hiperurisemia
b. Mengalami risiko perdarahan di gastrointestinal
c. Aspirin dapat menurunkan aktivitas naproxen.
d. tidak terjadi interaksi.
aspirin dapat meningkatkan kadar atau efek dari naproxen dan dapat menyebabkan resiko
pendarahan pada GI (Medscape dan drug.com). NSAID yang dapat diberikan jika memiliki
PJK dengan aspirin adalah celecoxib dosis rendah sedangkan naproxen dapat diberikan jika
pasien tidak di beri aspirin
berikut adalah algoritma terapinya
REFERENSI

1. PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di. Indonesia,
PERKENI, Jakarta:13
2. Anonim. MIMS Petunjuk Konsultasi. edisi 21. jakarta: penerbit asli (MIMS Pharmacy
Guide); 2021.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2019. Pedoman
Evaluasi Dan Tatalaksana Angina Pektoris Stabil.
4. Rindarwati AY, Fadillah RN, Hakim IL. Pengaruh Edukasi Terapi Non Farmakologi
pada Pasien Diabetes Melitus. J Ilm Kesehat Delima. 2023;5(2):112–6.
5. Medscape.com, 2018, Drug Interaction Checker, Terdapat di:
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker [Diakses pada Februari 12,
2024].

You might also like