You are on page 1of 116
\TERKENDALI| NO. DOKUMEN ——: by /KAK/KMP/1/2023 NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 TEC UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 TERKENDALI NO.DOKUMEN _: 4b /KAK/UKM/1/2023 4 NO. REVISI 2 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM (SISTIM KEWASPADAAN DINI) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 | i j | PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA ALAMAT : JL.H.A.WANA TAKALALA TELP. (0484) 421523 Website : www. pkimiakalala.kabsoppeng.go.id/ Email: puskesmastakalala@email.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN SISTEM KEWASPADAAN DINI A, PENDAHULUAN Early Waring Alert and Respon System (EWARS) atau Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) adalah sebuah sistem yang berfungsi dalam mendeteksi adanya ancaman atau indikasi KLB penyakit menular. Beberapa jenis penyakit yang bisa menjadi peringatan dini KLB hanya dengan 1 kasus antara lain tersangka flu burung pada manusia, tersangka campak, tersangka difteri, tersangka pertusis, AFP, kasus gigitan hewan penular rabies, tersangka antrax, tersangka leptospirosis, tersangka kolera, tersangka tetanus neonatum, tersangka tetanus dan tersangka HFMD. Apabila ditemukan ada indikasi KLB dengan 1 kasus pada jenis penyakit tersebut maka puskesmas harus segera melaporkannya ke Dinas Kes¢hatan. i B, LATAR BELAKANG Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular (Kepmenkes,2003). International Health Regulation (JHR) tahun 2005, menyatakan bahwa suatu Negara harus mengembangkan , memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi menilai dan melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Wahyuni,2008). Diare, campak, dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit yang sering menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti diare, campak dan malaria, tapi beberapa jenis KLB lain justru semakin meningkat seperti demam ‘berdasah , keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya; serta munculnya KLB penyakit baru seperti SARS,HFMD, Hepatitis E dan Jain-lain. Demikian juga beberapa penyakit yag sudah dianggap tidak menjadi masalah masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri, chikungunya,leptospirosis dan kolera. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/MENKES/SK/VIlI/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan , laporan W2 merupakan laporan epidemi yang wajib Gilaporkan seminggu sekeli oleh puskesmas ke Dinas. Keschatan Kabupaten/Kota. Laporan ini digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota untuk Pemantauan Wilayah Setempat terutama untuk penyakit menular yang berpotensi untuk KLB(Budi,2014}. Output yang dihasilkan dari EWARS ini adalah alert atau peringatan adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah. Oleh karena itu, pelaksanaan program EWARS berbasis puskesmas sangat diperlukan kelengkapan dan ketepatan datanya setiap minggu sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) mingguan dapat dianalisis dan menjadi informasi yang cepat akurat dan tepat . TUSUAN 1, Umum Untuk menyelenggarakan system pencatatan dan pelaporan data secara teratur dan tersistematis serta tersedianya data penyakit yang akuratdan tepat waktu. 2, Khusus 1, Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular 2. Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular 3. Meminimaikan kesakitan/ kematian yang berhubungan dengan KLB 4, Memonitor kecenderungan penyakit menular . Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik a 6. Adanya respon cepat terhadap potensi Kejadian Luar Biasa D, METODE PELAKSANAAN Pelaporan EWARS dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Pelaporan data dimulai dari pustu melalui bidan desa yang melaporkan data ke petugas surveilans puskesmas melalui SMS/WA. Selanjutnya petugas surveilans puskesmas mereka laporkan yang diterima dari bidan desa selanjutnya hasil rekapan laporan EWARS dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten melalui sms dari petugas Surveilans E, SASARAN Bidan desa yang bertugas di Pustu/Poskesdes wilayah kerja Puskesmas dan Petugas Surveilans. F. JADWAL PELAKSANAAN Kegiatan dilaksanakan setiap minggu berdasarkan _kalender epidemiologi G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai_ pada bulan tersebut . H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pencatatatan dan pelaporan diisi pada format yang telah disediakan dan dilaporkan setiap bulan kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan anuddin NIP. 197, NO. DOKUMEN 61 /KAP/UKM/1/2023 844 | NO. Revist 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM (SURVEYLANS) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA Alamat : JLH.A.Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www.pkintakalala.kabsoppeng.go.id/ Email : puskesmastakalala@gmail.com KERANGKA ACUAN PROGRAM SURVEILANS A. PENDAHULUAN Dalam penyclenggaraan pelayanan yang menyangkut masyarakat umum, pemberi pelayanan publik selalu dihadapkan dengan norma, aturan, standar, dan ukuran yang harus dipenuhi agar dalam menjalankan pelayanan dapat diberikan secara akuntabel, bisa dipertanggung jawabkan dan berkinerja tinggi. Disamping pelayanan yang berkualitas, pelayanan publik juga dituntut-untuk memberikan pelayanan yang aman (safety), sehingga tidak terjadi.sesuatu tindakan yang membahayaken maupun mencederai pelanggan, oleh karena itu perlu disusun sistem manajemen untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan, yang meliputi: identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, monitoring yang berkesinambungan, dan komunikasi. Untuk melakukan monitoring yang berkesinambungan diperlukan adanya indikator (tolok ukur) dan target (threshold) yang harus dicapai atau dipenuhi. Upaya untuk meningkatkan kepuasan bahkan kesetiaan pelanggan dan menjamin keamanan pasien dapat dilakuken dengan standardisasi pelayanan. Bagaimana penerapan standar pelayanan tersebut apakah telah dapat menjamin kepuasan pelanggan dan keamanan pasien harus dapat ditunjukkan dengan fakta, oleh Karena itu pengukuran (indikator) dan target pencapaian untuk tiap indikator perlu disusun, disepakati, dan ditetapkan sebagai acuan. Upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan komitmen Nasional, Regional dan Global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat Kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia meliputi : Program Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) & Keluarga Berencana (KB), Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan tidak menular, Program Pengobatan. Sedangkan Upaya Kesehatan pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. yang dipilin Puskesmas Takalala meliputi : Pelayanan Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Gigi dan mulut, Pengobatan tradisional, komplementer dan alternatif,Upaya Kesehatan Sekolah, Kesehatan Indera, Kesehatan Lansia,Kesehatan Kerja dan Olahraga. Surveilans merupakan salah satu kegiatan di bidang Kesehatan yang memberikan informasi awal mengenai kejadian suatu penyakit. Surveilan bisa diibaratkan ujung tombak, mata- mata ataupun spion untuk mengamati suatu fenomena. Dimana fenomena ini merupakan titian gatis merah yang akan membuka suatu misteri kejadian untuk menentukan tindak lanjut yang akan diambil untuk memecahkan suatu permasalahan, urveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans kesehatan. TUJUAN a. Tyjuan Umum Sebagai acuan petugas dalam melaksanakan tugas di unit kerjanya. b. Tujuan Khusus 1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak) 2.Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit, i ). KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN a. Pengumpulan dan Pengolahan Data . Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut Umpan Balik |. Laporan peg CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan. menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim laporan minggua (W2) melalui WhatsApp. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya. SASARAN Sasaran program survelans adalah masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Takalala. JADWAL Jadwal Pelaksanan kegiatan laporang mingguan dilakukan setiap minggu dan silaporkan pada hari Senin sampai Selasa-laporan bulaa pada tipa bulan, Sedangkan kegiatan Pelacakan Epidemiologi dilakukan sewaktu-waktu jika ditemukan kasus baru atau peningkatan kasus penyakit. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA Setelah selesai_melaskanakan kegiatan petugas menyusun laporan kegiatan bulanan kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN pendokumentasian, pelaporan kegiatan tiap bulan untuk dilaporkan kepada kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan. TERKENDAL! NO. DOKUMEN :6L /KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN ({PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG ‘TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA Alamat : JI.H.A.Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www.pkmtakalala. KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI A. PENDAHULUAN Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta PP No.40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular mengatur agar setiap wabah penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar biasa KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu. yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. Dalam pasal 14 permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua puluh empat) Jam terhitung sejak terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun pedoman penyelidikan dan penanggulangan Kerjadian luar biasa (KLB) penyakit menular, dan keracunan pangan sebagai pedoman bagi pelaksana baik dipusat maupun daerah. Diperlukan program yang terarah dan sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab disemua tingkat administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang optimal. B. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB dengan menjadi lebih cepat dan akurat. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelididkan dan penanggulangan KLB yang terstruktur. Sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB. c. TUJUAN 1, Tujuan Umum Dilaksanakannya pengendalian KLB penyakit menular dan keracunan pangan sesuai pedoman, 2. Tujuan Khusus 1. Menurunnya frekuensi KLB penyakit menular dan keracunan pangan. 2. Menurunnya angka kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangen. 3. Menurunnya angka kematian pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan pangan. 4, Menurunnya periode waktu KLB penyakit menular dan keracunan pangan. 5, Terbatasnya daerah/wilayah yang terserang KLB penyakit menular dan keracunan pangan. D. METODE PELAKSANAAN, Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap laporan adanya penderita, terutama apabila terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian. Disamping upaya penegakan diagnosis, penyelidiken epidemiologi ditujukan pada penemuan kasus lain disekitar penderita, kasus indeks, serta sumber dan cara penularan, Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur, schingga dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang beresiko. Disamping itu juga untuk mendapatkan faktor resiko terjadinya KLB schingga dapat dilakukan tindak lanjut. Pada penyelidikan KLB juga dapat menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan resiko tertentu, sanitasi dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan penyebaran KLB. Berkoordinasi dengan petugas puskesmas untuk PE ke lapangan dengan Langkah- langkah : : 1. Melakukan penyelidikan terhadap penderita dan kontak 2. Lakukan pencarian kasus tambahan 3. Lakukan pencarian faktor resiko dan sumber penularan 4, Lakukan pemantauan kontak baik maupun kontak kasus selama 2 kali inkubasi sejak kontak terakhir 5. Lakukan pengambilan pengambilan sampel, swab nasofaring dan orofaring bila ada Kontak (bagi kasus yang memeriukan), E. SASARAN Sasaran penyelidikan epidemiologi kesehatan meliputi penderita-penderita kasus beserta kontaknya serta program- program kesehatan yang ditetapkan berdasarkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global, penyakit potensial, wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik lokal atau daerah. F. JADWAL PELAKSANAAN Jadwal pelaksanaan kegiatan penyelidikan epidemiologi dilakukan segera sewaktu waktu jika ada kasus. G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan setelah dilakukan penyclidikan, pelaporan dan pengendalian kasus. H. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dan pelaporan dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan hasilnya dilaporkan secara berjenjang dari tingkat puskesmas ke dinas kesehatan _Kepala UPTD 'Puskesmas Takalala p.Ns s.Kep. 191993031007 TERKENDALI NO. DOKUMEN 4 /KAP/UKM/1/2023 fi 3¢ NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT = 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM (IMUNISAS!) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA ALAMAT : JL.H.A.WANA TAKALALA TELP. (0484) 421523 Website : www plmtakalala.kabso} ‘Email : puskesmastakal: KERANGKA ACUAN PROGRAM IMUNISASI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungen ‘verdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan ckesehatan sangat dipengaruhi oleh “tersedianya sumber daya manusia yang sehat,terampil dan ahli,serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden), yaitn beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif, Pemberantasan penyakit -menular sangat sulit karena ~ penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan imunisasi penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974, Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun’2009, iminisasi merapakan salahsatu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit’ menular yang merupakan salahsat kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan: sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenniim Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurungkan engka ‘kematian anak. B, LATAR BELAKANG Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningktan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya péningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya kesehatan untult bayiadalah imunisasi. F ° Program imunisasi di Indonesia kemudian diperbaharui dan dikebangkan semenjak tahun 1977 dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap 7 macam penyakit : TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campek, Polio dan Hepatitis B melalui antigen BCG, DPT, Folio, Campak, Hepatitis B, dan TT. Di Indonesia program imunisasi diatur oleh Kementrian Kesehatan RI. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan saran-saran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan Vaksin pada sasaran. Pelaksanaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan, perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan c. TUJUAN 1, Tajuan Umum program Imunisasi adalah : Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I 2. Tujuan Khusus program Imunisasi yaitu untuk mencapai target sesuai RPJMN dan Restra 2022-2024 dengan indikator : 1. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) dengan target di tahun 2022 yaitu 90 %, tahin 2023 100% dan tahun 2024 100%, 2, Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23:bulan ‘dengan target di tahun 2022 71%, tahun 2023 75% dan tahun 2024'90%, 3. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru ‘dengan. target di tahun 2022 yaitu 90%, tahun 2023 100% dan tabun 2024 100%. 4, Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta dengan target di tahun 2022 yaitu 90%, tahun’ 2023 100% dan tahun 2024 100% 5. Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia sek6lah dasar dengan target di tahun 2022 yaitu 70%, tahun 2023 80% dan tahun 2024 90% 6. Persentase wanita usia subur.yahg memiliki status imunisasi T2+ dengan target di tahun 2022 yaitl 60%, tahuh-2023. 30% dan tahun 2024 100%. : 7 : 1D. METODE PELAKSANAAN E 1 Pemberian imunisasi di posyandu Mengumpulkan sasaran di posyandu dan memberikan suntikan imunisasi sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian imunisasi pada anak sekolah Mengunjungi SD/MIA yang ada di wilayah kerja puskesmas untuk memberikan imunisasi campak, DT dan-Td ‘Sweeping Imunisasi di Desa/Kel Mengunjungi desa atau kelurahan- yang rendah cakupan imunisasinya untuk memberikan imunisasi pada bayi yang droup out imunisasinya, SASARAN eae ete Bayi dibawa umur 1 tahun: (0-11 bulan) Balita Thu ‘hamil (awal kehamilan sampai 8 bulan) Wanita usia subur (calon mempelai wanita) Anak sekolah dasar (kelas I - V1) JADWAL PELAKSANAAN a 2. 3. Paes Pelayanan Imunisasi bayi dan baduta dilakukan tiap bulan-pada posyandu. Pelacakaf Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIP!) dilakukan setiap bulan ‘Sweeping Imunisasi dilakukan setiap tiga bulan atau pada Saat’ tertentu diperlukan adanya sweeping. Pengambilan vaksin dilakukan setiap bulan Validasi cakupan dilakukan per enam Pendataan sasaran BIAS pada bulan Agustus Pelaksanaan BIAS pada bulan September dan Oktober Pelaksanaan Sweeping BIAS pada bulan November G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan imunisasi berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pembangunan imunisasi berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana dilakukan disetiap selesai pertemuan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misainya 1 kali setahun, H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan pelaporan dilakukan setiap bulan, 3 bulan dan setiap tahun kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan. 'S. Kep, Ns 09191993031007 TERKENDALI NO. DOKUMEN 60 /KAK/UKM/1/2023 NO. REVIST 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (PELAYANAN IMUNISASI) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 ( ey) Sees PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO ‘TERAKREDITASI UTAMA |L.H.A.WANA TAKALALA TELP. (0484) 421523 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN IMUNISASI A. PENDAHULUAN Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit’ degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan imunisasi penyakit cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974. Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, imunisasi merupaken salahsatu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salahsatu kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurungkan angka kematian anak. B, LATAR BELAKANG Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningktan keschatan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya Kesehatan untuk bayi adalah imunisasi. Komitmen Indonesia terhadap dunia untuk Eradikasi, Eleminasi dan Reduksi kasus-kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (@D31) dengan cara meningkatkan cakupan Imunisasi rutinyang tinge! dan merata dan dengan calcupan yang tinggi ini terwujud pula kekebalan kelompok / Herd Immunity yang memberikan perlindungankepada semua orang di suatu Jokasi termasuk orang yang tidak diimunisasi, Imunisasi adalah intervensi Kesehatan yang paling cost effective untuk mencegah kesakitan, kecacatan, dan kematian anak. Program imunisasi di Indonesia kemudian diperbaharui dan @ikebangkan semenjak tahun 1977 dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap 7 macam Penyakit : TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B melalui antigen BCG, DPT, Folio, Campak, Hepatitis B, dan TT. vJenis imunisasi yang di berikan sesuai dengan Permenkes No.12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi ada 2 tahapan yaitu imunisasi dasar dan imunisasi bawah dua tahun (Baduta). . TUJUAN 1. Tujuan Umum pelayanan Imunisasi adalah : Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I 2. Tujuan Khusus pelayanan Imunisasi yaitu untuk mencapai target sesuai RPJMN dan Restra 2022-2024 dengan indikator : 1. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Tengkap (IDL] dengan target di tahun 2023 100% dan tahun 2024 100%. 2. Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan dengan target di tahun 2023 75% dan tahun 2024 90%, 3. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru dengan target tahun 2023 100% dan tahun 2024 100%. 4, Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta dengan target di tahun 2023 100%dan tahun 2024 100% 5. Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah dasar dengan target di tahun 2023 80% dan tahun 2024 90% 6. Persentase wanita usia subur yang memiliki status imunisasi T2+ dengan target di tahun 2023 80% dan tahun 2024 100%. 7. Meningkatkan kesadaran orangtua, keluarga sasaran bayi dan baduta ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal. D, METODE PELAKSANAAN 1, Pemberian imunisasi di posyandu Mengumpulkan sasaran di posyandu dan memberiken suntikan imunisasi sesuai dengan kebutuhannya. 2. Pemberian imunisasi pada anak sekolah Mengunjungi SD/MI yang ada di wilayah kerja puskesmas untuk memberikan imunisasi MR, DT dan Td 3. Pemberian imunisasi ibu hamil dan catin di Puskesmas Memberikan imunisasi bagi ibu hamil dan calon pengantin sesuai dengan skiring status TTnya. 4. Sweeping Imunisasi di Desa/Kel Mengunjungi desa atau kelurahan yang rendah cakupan imunisasinya untuk memberilan imunisasi pada bayi yang droup out imunisasinya. E. SASARAN + Bayi dibawa umur 1 tahun (0-11 bulan) Baduta . Ibu hamil (awal kehamilan sampai 8 bulan) Wanita usia subur (calon mempelai wanita) . Anak sekolah dasar (kelas I - VI) opworne F. JADWAL PELAKSANAAN 1, Pelayanan Imunisasi bayi dan baduta dilakukan tiap bulan pada posyandu 2. Pelaksanaan BIAS pada bulan September dan Oktober 3. Pelayanan imunisasi ibu hami dan catin setiap hari kerja di polik puskesmas G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi oleh pelaksana dilakukan disetiap bulan setelah semua jadwal pelayanan selesai. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun. H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan pelaporan dilakukan setiap bulan, 6 bulan dan setiap tahun kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan. TERKENDALI NO. DOKUMEN AX /KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH ) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO, TERAKREDITASI UTAMA Alamat : JLH.A.Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www. pkmtakalala kabsoppeng.go.id/ Bmaj KERANGKA ACUAN KEGIATAN BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS) A. PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan kualitas umber daya manusia dalam bidang Kesehatan adalah upaya pembinaan anak usia sekolah melalui Kesehatan anak sekolah (UKS). Usaha keschatan sekolah dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar anak sékolah melalui perilaku hidup bersih dan eehat, menciptakan lingkungan yang sehatmeningkatkan derajat kesehatan anak sekolah. Hal ini memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Sebagai bagian dari UKS, pada tahun 1997 kementerian kesehatan, kementerian dalam negeri, kementerian agama dan kementerian pendidikan telah mencanangkan pelaksanaan BIAS yang pada sdat ini Kelas 1 mendapatkan imunisasi MR’ dan DT, sedangkan kelas: 2 dan 3 mendapatkan imunisasi Td. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalanseseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar terhadapsuatu penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Ketcbalan tesbadap penyalit tetanus, diter, dan MR, pada, imuntsast dasar hanya diperoleh melalui imanisasi Perlindungan jangka panjang diperoleh jika mendapatkan imunisasi tetanus sebanyak 5 dosis (status TS). Attack rate neonatorum pada bayi dari fbu yang tidak mendapatkan imunisasi tetanus sebesar 20 perl000 kelahiran hidup dan case fatality rate antara 30 % sampai 90 %. Untuk mempertahankan status eliminsasi tetanus neonatorum kurang dari 1/1000 kelahiran hidupdi tingkat kabupaten/kota dalam satu tahun sesuai dengan ketentuan WHO, diperlukan upaya pencapaian status T 5 bagi semua WUS. Pemberian Imunisasi DT dan Td pada anak sekolah atau sederajat merupakan rangkaian upaya mencapai stastus T-5 bagi setiap individu. B. LATAR BELAKANG Strategi untuk akselerasi dalam mencapai eliminasi MR adalah pemberian imunisasi rutin dengan cakupan tinggi =z 95 % di tingkat nasional dan 2 90 % disetiap kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi MR untuk menghilangkan kelompok rawan MR atau susceptible yang terdapat pada anak usia sekoalah sehingga dipandang perlu melakukan imunisasi lanjutanMR pada anak sekolah. Pada tahun 2011-2013, indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan kasus difteri terbanyak didunia. Untuk memutus rantai penularan penyakit difteri dilakukan upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar kela 1,2 dan 3. c. TUJUAN 1. Tyjuan Umum Memberikan perlindungan jangka panjang bagi anak terhadap penyakit MR,difteri dan tetanus 2. Tujuan Khusus a. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit MR seumur hidup b. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit difteri selama 10 tahun ©. Diperolehnya perlindungan bagi anak terhadap penyakit tetanus selama 25 tahun D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Jadwal BIAS [ No. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1. [BIAS MR, Td. DT # 1. Pendataan Sasaran Siswa SD/Mi pada bulan agustus tahun berjalan 2. Penyuntikan imunisasi MR, DT, dan Td pada siswa kelas satu SD/MI pada bulan september dan Oktober ‘Sweeping BIAS pada bulan November . E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 1. Sebelum melakukan pendataan sasaran terlebih dahulu UPTD Puskesmas melakukan MOU atau perjanjian kerja sama dengan UPTD pendidiken 2, Pada bulan agustus dilakukan pendataan sasaran di SD/MI se kecamatan 3. Pada bulan September-Oktober dilakukan pemberian jadwal penyuntikan untuk semua Sasaran untuk BIAS MR,DT dan Td 4. Pada bulan November di lakukan penyuntikan bagi siswa yang belum di kontak pada jadwal sebelumnya. F. SASARAN LAPORAN SASARAN BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH (BIAS) KELAS 1, KELAS 2, DAN KELAS 5 SEKOLAH DASAR KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN AJARAN/ “| wun si ea NAMA SEKOLAH KELAS1 | KELAS2 | KELASS i L Eee [Ls PTE T P| i = aie To Peer - G. JADWAL KEGIATAN Jadwal Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun Bulan No. Kegiatan 1 [MOU dengan UPTD : Pendidikan 2. | Pendataan Sasaran pada SD/MI se ‘kecamatan 3. |BIAS Melakitkan | imunisasi MR, H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada akhir pelaksanaan kegiatan BIAS dan sweeping BIAS. 1. PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN " Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dilaporkan kepada penanggung jawab UKM dan dilaporkan kepada kepala puskesmas. Puskesmas Takalala Kep, Ni 9191993031007 TERKENDALI NO. DOKUMEN 44 /KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (SWEEPING IMUNISASI) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA ALAMAT ; JL.H.A.WANA TAKALALA TELP, (0484) 421523 Website : www.pkmtalalala. kabsoppeng.gy.id/ Email : puskesmastakalalaggmail.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING IMUNISASI A, PENDAHULUAN Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati Kkesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningktan Kesehatan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya kesehatan untuk bayi adalah imunisasi. Imunisasi adalah suatu proses untuk mningkatkan sistim kekebalan tubuh dengan cara memeasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dimodifikesi. Jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di puskesmas dan jejaring yaitu hepatitis B, BCG, Polio, DPT, IPV, PCV, MR, TT, DT, Td. Semua imunisasi ini harus diberikan secara lengkap sesuai umur dan rentang pemberian pada bayi, baduta, ibu hamil, WUS,dan anak sekolah. B. LATAR BELAKANG Imunisasi merupakan investasi Kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan techadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah disbanding mengobati. Dengan imunisasi anak akan terhindar dari infeksi berbahaya, maka mereka akan memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah Kesehatan. Namun demikian sampai saaat ini masaih terdapat masalah-massalah dalam pemberian imunisasi antara lain pemahaman orang tua, mitos tetang imunisasi, jadwal imunisasi terlambat Karena sakit dan keluar daetali, tetmasuk.jadwal.kegiatan BIAS di.sekolah dasar ada murid yang tidak hadir mengakibatkan tidak tercapainya target imunisasi,karena tidak ‘lengkpnya cakupan imunisasi pada anak tersebut. Cc. TUJUAN 1. Tujuan Umum sweeping Imunisasi adalah : Tercapainya target imunisasi di wilayah UPTD Puskesmas Takelala, 2, Tujuan Khusus sweeping imunisasi 1. Memberikan perlindungan optimal bayi bayi dan ‘baduta, anak eekolah dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 2. Meningkatkan cakupan pelayanan imunisasi D. METODE PELAKSANAAN 1. Merekap sasaran yang belum lengkap imunisasiya 2. Menghubungi sasaran tersebut ( menghubungi langsung, melalui ader atau kepala sekolah) 3. Mengumpulkan sasaran untuk diberikan suntikan imunisasi sesuai dengan kebutuhannya. 4, Pencatatan imunisasi yang telah diberikan. E. SASARAN 1. Bayi dibawa umur 1 tahun (0-11 bulan) 2. Balita 3. Anak sekolah dasar (kelas I - VI} F. JADWAL PELAKSANAAN 1. Pelayanan Sweeping Imunisasi per trimester atau sesuai cakupan bulanan program imunisasi. G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah keseluruhan sasaran telah mendapatkan imunisasi lengkap sesui umur. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan laporan tentang cakupan imunisasi Evaluasi oleh pelaksana dilakukan disetiap selesai pertemuan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun, H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUAS! KEGIATAN Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan pelaporan dilakukan setiap selesai melakukan sweeping imunisasi TERKENDALI NO. DOKUMEN —: 4 /KAK/UKM/1/2023 bay : 403 i NO. REVISI 02 io TANGGAL TERBIT 25 Januari 2023 as KERANGKA ACUAN KEGIATAN (INVESTIGASI KIPI) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA ALAMAT : JL.H.A.WANA TAKALALA TELP. (0484) 421523 Website : www.pkmtakalala.kabsoppeng.go.id/Email : puskesmastakalala@gmail.com ———— KERANGKA ACUAN KEGIATAN INVESTASI KIPI A. PENDAHULUAN Dalam menghadapi era globalisasi, imunisasi merupakan upaya pencegahan primer guna mencapai masa depan anak yang lebih sehat. Namun peningkatan pemberian imunisasi harus di ikuti dengan peningkatan efektifitas dan keamanan vaksin yang diberikan. Dipihak lain peningkatan penggunaan vaksin akan meningkatkan pula kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. B, LATAR BELAKANG Guna mengetahui apakah KIPI yang terjadi disebabkan oleh imunisasi, maka diperlukan pelaporan pencatatan dari semua reaksi yang timbul setelah pemberian imunisasi. Untuk mengetahui besarnya masalah KIPI diperlukan pelaporan dan pencatatan KIPI secara berkala dan berkesinambungan serta koordinasi antara pengambil keputusan dengan petugas pelaksana dilapangan, guna menentukan sikap dalam mengatasi KIPI yang terjadi. oe C. TUJUAN 1. Umum Memberikan pedoman tatelaksana kasus KIPI dalam rangka memantapkan pelaksanaan program imunisasi 2. Khusus 1, Dapat menemukan kasus KIPI melalui jalur pelaporan yang efektif dan efisien 2. Dapat mengetahui jenis KIPI dengan cepat dan tepat 3. Dapat menangani kasus KIPI secara komprehensif 4. Memberikan pengertian tentang KIPI dan menentramkan lingkungan masyarakat di daerah sasaran program. D. METODE PELAKSANAAN 1, Sebelum pelaksanaan imunisasi, petugas memberi penjelasan tentang vaksin yang akan diberikan dan efek sampingnya kepada sasaran imunisasi. * 2. Apabila setelah pelayanan imunisasi ada pelaporan tentang KIPI, petugas segera memeriksa dan membuktikan ke sasaran. 3. Untuk kasus KIPI dengan reaksi ringan, seperti reaksi lokal, demam, dan gejala gejala sistemik yang dapat sembuh sendiri, dilaporkan pada pelaporan KIPI ringan. 4, Kasus kasus yang perlu dilaporkan secara cepat adalah reaksi anafilaktik, syok, menangis keras terus menerus lebih dari 3 jam, reaksi lokal yang berat, sepsis, abses di tempat suntikan, kejang, ensephalopati, Iumpuh layu, neuritisbrachialis, trombositopenia, limfadenitis, infeksi BCG menyeluruh, ostetis/osteomyelitis dan kematian 5. Kurun waktu pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten adalah 24 jam dari saat penemuan kasus Petugas merujuk pasien bila perlu Mencatat jenis vaksin yang diberikan, nomor bacth, tanggal kadaluarsa. 8. Melacak apakah ada sasaran lain yang mengalami gejala serupa pada jadwal imunisasi yang bersamaan dan jenis vaksin yang sama. Pate E. SASARAN Bayi pasca imunisasi yang mengalami KIPI F, JADWAL PELAKSANAAN Setiap ada kasus terjadinya KIPI G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Evaluasi dilakukan oleh penangung jawab program setiap ada kasus KIPI atau diduga KIPI. Evaluasi dilakukan segera setelah ada laporan terjadinya kasus KIPI. Evaluasi kegiatan ini akan dilakukan dalam bentuk umpan balik kepetugas untuk memastikan apakah yang terjadi benar-benar kasus KIPI atau tidak. H. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pelaksana program membuat laporan paling lambat 24 jam dari saat penemuan kasus dan disetorkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. NO. DOKUMEN 7 /KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM (HEPATITIS B) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 @& eae PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG : DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITAS! UTAMA Jin. HA. Wana = ls Telp, (0484) 421523, Website : www. ikalala.so} KERANGKA ACUAN PROGRAM HEPATITIS B PENDAHULUAN Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus, autoimmune, alkohol. Dari keseluruhan penyebab tersebut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah virus Hepatitis, Virus hepatitis terdapat beberapa jenis yaitu Hepatitis A dan E, yang ditularkan secara fecal oral, bersifat akut, sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa, dapat sembuh sempurna dan tidak menjadi kronis, sedangkan Hepatitis B, C dan D ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis, sirosis lau menjadi kanker hati, Karena Hepatitis B dan C dapat menjadi kronis, sebagian besar dari masyarakat yang terinfeksi Hepatitis B dan C (Hepatitis D akan timbul apabila seseorang terinfeksi Hepatitis B) ini terlambat diketabui, sehingga diketahui pada saat mereka sudah menjadi kronis, sirosis bahkan kanker hati, Oleh karena itu perlu dilakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C, agar dapat dikurangi akibat lebih lanjut dari penyakit ini. LATAR BELAKANG Dengan diketahuinya besaran masaleh hepatitis secara global dan dampaknya terhadapkeschatan masyarakat, maka pada tanggal 20 Mei 2010, World Health Assembly (WHA) dalam sidangdi Geneva telah menyetujui mengadopsi resolusi hepatitis (Resolusi WHA 63.18 Tahun 2010 tentangHepatitis), yaitu semua Negara di dunia sudah saatnya melakukan pengendalian hepatitis. Mm. TUJUAN a. Tujuan umum Terlaksananya kegiatan deteksi dini Hepatitis B di UPTD Puskesmas Takalala, b. Tujuan khusus Petugas fasilitas kesehatan mampu melakukan : a. Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok masyarakat berisiko tinggi. b, Melakukan rujukan kasus pada mereka yang menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium Hepatitis B reaktif. c. Penyuluhan atau KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang Hepatitis B. d. Melakukan upaya pencegahan, | Kegiatan Pokok | Rincian Kegiatan 1. Sosialisasi Deteksi Dini/a. Penyampaian materi tentang peny: Hepatitis pada Ibu Hamil | | Hepatitis dan Deteksi Dini Hepatitis B. 2 Deteksi Dini Hepatitis pada Ibu Hamil Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil yang berkunjung ke Puskesmas dan | kiriman / rujukan dari Bidan Praktek | Mandiri/ Klinik swasta. c. Penanganan hasil deteksi Dini Hepatitis B | reaktif dan non reaktif. | 3. Komunikasi, Informasidan a. Menyediakan dan mendistribusikan media | Edukasi (KIE) | _ KIE tentang Hepatitis B dan faktor risiko | (D. Melaksanakan KIE baik perorangan, kelompok maupun melalui media massa. | | | | | | ! | | | |¢. Interaksi secara verbal (missal : konseling) | | untuk meningkatkan pengetahuan dan | diharapkan terjadinya perubahan sikap dan | perilaku f+. Pencatatan dan Pelaporan Merekapitulasi data layanan hepatitis B ke] dalam formulir pelaporan puskesmas dan melaporkan melalui aplikasi sihepi. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Deteksi dini Hepatitis B aktif dan pasif : Sosialisasi Penyakit Hepatitis Skreening kelompok berisiko Konseling Wawancara Pemeriksaan Laboratorium ‘Tindak lanjut : sesuai hasil pemeriksaan = SASARAN KEGIATAN Sasaran dalam kegiatan ini adalah : Tbu hamil. + Bayi dari ibu hamil dengan Hepatitis B positif JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan Jan Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul Okt | Nov Des Deteksi Dini Aitif viv 2 2 2 48 i Deteksi Dini Pasif V Vv [V T Penanganan hasil deteksi dini Hepatitis KIE Pencatatan dan Pelaporan, 2] | | =| | ‘Monitoring dan evaluasi a| af ats = 2 2 2 A Vil. vu. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan program akan dievaluasi 3 bulan sekali untuk melihat kesesuaian antara rencana kegiatan dan realisasinya. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN 1. PENCATATAN An nanvalanannenan TVD alten b. Kegiatan program pada penyelenggaraan UKM akan didokumentasikan pada notulen kegiatan. 2. PELAPORAN Laporan bulanan program dan laporan penyuluhan akan dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kemudian akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng. 3. EVALUASI KEGIATAN 1. Program akan dievaluasi oleh Tim Mutu Puskesmas 3 bulan sekali 2. Program akan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan 1 tahun sekali NO. DOKUMEN 6 /KAK/UKM/1/2023 vost NO. REVISI 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM (HIV AIDS / IMS) UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG. TAHUN 2023 gf hate fous See PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA iis. HA Wane Taealala Telp. (0484) 421523 ‘Website = 4 alala.soppeny + puskesmastakalala@gmail.com KERANGKA ACUAN PROGRAM HIV AIDS / IMS PENDAHULUAN i Dalam rangka mengamanken jalannya pembangunan | nasional demi terciptanya kualitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya penanggulangan HIV AIDS yang melibatkan semua sector, pembangunan nasional melalui program yang terarah, terpadu dan menyelutuh. AIDS (Acuquired Immune Deficiency Sidrome] merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat ersangkutan Kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksidan meninggal arena berbagai penyakit infeksi, kanker dan lain-lain. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan muncuinya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-10 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada’ orang lain. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.Infeksi Menular Seksual akan lebih ' beresiko bila melakukan hubungan seksual denganbergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal. I. LATAR BELAKANG Dalarh menghadapi epidemic HIV perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih _ intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi, untuk menghasilkan program yang cakupannya tinggi, efektif dan berkelanjutan UPTD Puskesmas ‘Takelala sebagai salah satu Puskesmas LKB yang ada di kabupaten Soppeng ikut serta dalam upaya pencegahan dan penaggulangan HIV-AIDS dengan mengadakan kegiatan berupa Klinik VCT dan IMS, penyuluhan tentang HIV-AIDS dan IMS kekelompok resiko tinggi dan kelompok yang rentan tertular HIV yang menjadi populasi kunci dalam | keberhasilan penanggulangan HIV-AIDS ini. TUJUAN : a. Tyjuan umum | Program HIV AIDS dan IMS ..di UPTD Puskesmas Takalala adalah pencegahan dan penanggulangan HIV- AIDS di masyarakat.: b. Tujuan khusus i Pogram HIV- AIDS dan IMS di UPTD Puskesmas Takalala adalah : * Menemukan kasus baru penderita HIV. * Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. "s Meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan tertular HIV tentang HIV - AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). 1 IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN KEGIATAN 1 NO. POKOK RINCIAN KEGIATAN 1 Kegiatan HIV 1.Melakukan Test HIV atas ‘Inisiasi Petugas AIDS/IMS Kesehatan (PITC) pada pasien yang berkunjung pada kelayanan Klinis UPTD Puskesmas Takalala. eee 2.Melakukan Konseling dan Test HIV sukarela (VCT) maupun konseling IMS baik rujukan dari dalam gedung maupun luar gedung UPTD Puskesmas Takelala. 3.Merujuk pasien keunit laboratorium untuk test HIV dan IMS. 4, Memberikan resep obat pasien dengan IMS 5. Melakukan rujukan pasien dengan HIV positif kelayanan CST dan pendamping (atas izin pasien). 2 | Kegiatan HIV | 1. Penyuluhan HIV/AIDS dan IMS di sekolah | AIDS/IMS : | pais 2. Penyuluhan HIV/AIDS dan IMS di masyarakat | Penyelenggara | 3. Kunjungan rumah untuk penderita HIV/AIDS UKM 4. v. Screening /deteksi dini / pelacakan kasus HIV/AIDS CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Kegiatan Program HIV AIDS dan IMS pada Penyelenggaraan UKP : 1. Produk / hasil pelayanan yang akan diterima pelanggan : a. Pelayanan medis b. Resep obat c. Surat pengantar pemeriksaan laboratorium d. Mengetahui hasil pemeriksan laboratorium e. Surat rujukan f. Konseling pratest dan posttest 2. Sarana dan Prasarana a. ruang tunggu b. ruang konseling 3. Pelanggan mendapat informasi mengenai : a. Penyakit yang diderita b. Tindakan medis yang akan dilakukan c. Kemungkinan efek samping obat dan tindakan serta cara mengatasinya. Kegiatan Program HIV/AIDS dan IMS pada Penyelenggaraan UKM : 1, Penyuluhan HIV/AIDS dan IMS di sekolah dengan mengikuti jadwal Penjaringan dan Berkala di sekolah. 2. Penyuluhan HIV/AIDS dan IMS di masyarakat, penyuluhan dapat dilakukan diluar gedung maupun didalam gedung dengan mengundang kader kesehatan maupun kelompok resiko tinggi dan rentan tertular HIV- AIDS dan penyakit IMS. 3. Kunjungan rumah untuk penderita HIV/AIDS yang bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat baik kepada penderita maupun keluarga. 4. Screening /deteksi dini / pelacakan kasus HIV/AIDS pada kelompok berisiko. Vi. SASARAN KEGIATAN 1. Konseling dan test terutama pada a. Semua yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi dan rentan tertular HIV/AIDS dan penyakit Infeksi Menular seksual (IMS), yaitu wanita penjaja seks (WPS), Lelaki Beresiko Tinggi (LBT), pengguna napza suntik, waria, LSL dan pasangan beresiko tinggi. b. Pelanggan yang berkunjung ke UPTD Puskesmas Takalala yang menunjukan adanya gejala IMS. ¢. Semua ibu hamil baik yang berkunjung ke UPTD Puskesmas Takalala maupun rujukan dari fasilitas kesehatan lain. d. Pasien TBC paru. 2. Penyuluhan pada anak sekolah dan masyarakat yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Takalala. Vil. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN T T T T | Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun | Jul _ | ama eae | fala ly Po ulgeiay Penyuluhan a | | HIV/AIDS di Ne] | q sekolah j | fase )2 | Penyuluhan lv HIV/AIDS di masyarakat | rumah | penderita || HIV/AIDS | | | 4 | Screening/deteksi dini/pelacakan_ | kasus HIV/AIDS | é | Vill. | EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Evaluasi pelaksanaan kegiatan program akan dievaluasi 3 bulan sekali untuk melihat kesesuaian antara rencana kegiatan dan realisasinya. Ix. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN 1. PENCATATAN a. Kegiatan program pada penyelenggaraan UKP akan dicatat pada format pencatatn harian kemudian akan direkap pada akhir bulan. b. Kegiatan program pada penyelenggaraan UKM akan didokumentasikan pada notulen kegiatan. 2. PELAPORAN Laporan bulanan program dan laporan penyuluhan akan dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kemudian akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng. 3, EVALUASI KEGIATAN 1. Program akan dievaluasi oleh Tim Mutu Puskesmas 3 bulan sekali 2. Program akan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan | tahun sekali NO. DOKUMEN ‘out NO. REVISI TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG. TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO. TERAKREDITASI UTAMA. Jin, H. A. Wana Takelala Telp. (0484) 421523 Website : www is : KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (P2PTM) merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang lama (kronis). Penyakit Tidak Menular menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi secara global. Oleh karend itu tindakan upaya pencegahan dan pengendalian sangat diperlukan. Beérbagai kegiatan program selalu diupayakan untuk pengendalian dan. pencegahan PTM di tingkat UPTD Puskesmas Takalala baik kegiatan dalam gedung maupun di luar-gedung. Unsur-unsur yang menjadi fokus utama dalam P2PTM yaitu faktor risiko PTM yang terkait dengan penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan kelainan darah, penyakit diabetes mellitus dan gangguan metabolik serta gangguan indera dan fungsional. Kelima fokus Kerja P2PTM tingkat puskesmas sangat diupayakan berbagai kegaiatn promotif dan preventif dengan harapakn kasus PTM di masyarakat dapat dikendalikan. | LATAR BELAKANG \ Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah| satu masalah kesehatan dan penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pencegahan.dan Pengendalian Faktor Risiko PTM meliputi 4 cara yaitu; 1) Advokasi, kerja sama, bimbingan dan manajemen PTM, 2) Promosi, pencegahan dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat, 3) Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan Kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan professional, 4) Penguatan surveillance, pengawasan dan riset PTM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka merasa tidak perlu untuk memeriksakan diri. Oleh ML. karena itu, upaya pengendalian dan pencegahan PTM tidak mampu dilakukan oleh sektor kesehatan saja, perlu melibatkan semua lintas sektor. TUJUAN a.Tujuan Umum Melakukan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular beserta faktor risikonya di Masyarakat b.Tujuan Khusus 1, Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hipertensi 2. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Meilitus 3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Akibat Asap Rokok 4. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Kanker IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN [No] Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan | i s a [1 | Pencegahan dan a. Deteksi Dini/Skrining PTM Prioritas | Pengendalian di Masyarakat dan Institusi i} Penyakit Tidak b. Pembinaan dan Pelayanan Posbindu | Menular PTM | c. Surveilance Penyakit Tidak Menular | di masyarakat | | d. Pelayanan Pemeriksaan IVA SADANIS | ¢. Pemantauan Penerapan Kawasan | Tanpa Rokok f. Skrining Rokok di Masyarakat | g Pelayanan Konseling Upaya Berhenti a Merokok | 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan _hasil | pelaporan pencegahan dan pengendalian Penyakit | Tidak Menular | V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di seluruh wilayah UPTD Puskesmas Takalala baik pada Posbindu Rutin ataupun berpindah-pindah VI. SASARAN Sasaran dari program ini adalah masyarakat usia > 15 tahun ke atas VIL. Vu. IX, JADWAL PELAKSANAAN [No] Kegiatan 7 Jadwal Kegiatan ) | Pokok t | Vv 4 Tw iv 1 Pencegahan | V gy | | j | | | Pengendalian at aaa | |Penyakit | bey | Tidak \ | | | Menular fer i EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Setiap kegiatan yang terdapat dalam jadwal pelaksanaan dilakukan rekapitulasi secara rutin. Hasil rekapitulasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan setiap bulan oleh Sanitarian. PENCATATAN DAN PELAPORAN - Hasil pemantauan menggunakan formulir yang ditentukan - Laporan Hasil pembinaan di laporkan setiap bulan Mengetahui, Kepaa Puskesmas Takalala 19 199303 1 007 Jan | laelaasl Apr] Mei [Jun] /Jul [Agu | Sep [Ok | Nov De De [FeRKENDAL|| NO. DOKUMEN 02/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI + 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN INDERA UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITAS! UTAMA Jin. H, A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 site ail. KERANGKA ACUAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN INDERA PENDAHULUAN ' Pembangunan kesehatan merupakan agian . integral dari Pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup' sehat sehingga terwujud. derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Indera penglihatan sangat menentukan kualitas SDM, karena 83% informasi sehari-hari masuk melalui fungsi penglihatan, pendengaran 11%, penciuman 3,5%, peraba 1,5% dan pengecap 1,0%. Kegiatan penaggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan difokuskan pada 4 penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan refraksi, seroptalmia dan glukoma, Adapun gangguan fungsi pendengaran meliputi beberapa kasus pada umumnya yaitu serumen, otitis media akut/kronik dan lainnya. : Oleh Karena itu, sebagai bentuk pencegahan dan deteksi awal gangguan fungsi indera dilakukan pemeriksaan di masyarakat maupun sekolah. . ' LATAR BELAKANG, | Panca indera memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui alat inderalah manusia dapat memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia. Salah satu indera yang paling dominan dalam kehidupan manusia adalah indra penglihatan, karena sebagian besar informasi diperoleh melalui mata, selain itu mata juga membantu manusia untuk Deraktivitas secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan panca indera merupakan syarat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, produktif, maju, mandiri dan ‘seiahtera lahir hatin ml. Hal ini tercantum pula dalam Undang-Undang no.23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Disana tertulis bahwa pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat Kesehatan yang optimal. Dengan demikian, terjadinya gangguan pada penglihatan merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas seseorang yang dapat mengurangi kesejahteraan hidupnya. Saat ini gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian dunia, khususnya di Asia dan Afrika. | Gangguan penglihatan berada pada urutan keenam di dunia sebagai penyebab hilangnya kesejahteraan hidup dibawah HIV/AIDS (Centre for Eye Research 2 Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Australia, 2007). Berdasarkan data WHO di tahun 2002, diperkirakan sebanyak 285 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan. Dari jumilah tersebut, 39 juta orang mengalami totally blind dan 246 juta orang mengalami low vision. Data tersebut menunjukan bahwa jumlah penyandang low vision di dunia jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumiah totally blind. Bahkan 90% diantaranya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (http://rsmataaini.co.id). : TUJUAN a.Tujuan Umum ‘ | Meningkatkan derajat kesehatan ‘indera penglihatan dan pendengaran kepada anak sekolah dan masyarakat. b.Tujuan Khusus 1.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan kader. 2.Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan. 3.Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan indera masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Iv. vu. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No] Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan i | Pelayanan Kesehatan | a. Deteksi dini kesehatan indera pada indera pada anak sekolah dan Masyarakat masyarakat dan anak | b. Penyuluhan tentang Kesehatan Indera sekolah. c. Menindak —_lanjuti gangguan penglihatan yang ditemukan untuk di periksa oleh dokter ; 4. Merujuk kasus yang ditemukan ke dokter spesialis mata (RS) 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan_hasil pelaporan kesehatan indera. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN ' Metode yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan langsung ketajaman penglihatan dan pendengaran, melakukan edukasi/konseling ‘dan rujukan jika diperlukan. SASARAN Sasaran Kes.Indera yaitu seluruh masyarakat wilayah UPTD Puskesmas Takalala yang berumur 27 tahun ke atas. JADWAL PELAKSANAAN t No | Kegiatan ‘Jadwal Kegiatan Pokok Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jui | Agu | Sep [Ok | Nov | Des 1 |Pemeriksaan|V [VY [Vv |v |v jv (viv qt jv dv WW keschatan indera di UPTD | Puskesmas ‘Takalala dan wilayah kerjanya. Vill. IX EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan harus diikuti dengan pemantauan secara berkala untuk melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai. Telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai Puskesmas dibandingkan dengan rencana kegiatan dan standar pelayanan, Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja Puskesmas yang terdiri dari cakupan, mutu dan biaya serta masalah dan hambatan yang ditemukan pada waktu penyelenggaraan kegiatan. Telahaan bulanan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. Sebagai tindak lanjut pemantauan ini dirumuskan upaya pemecahan masalah dan diuraikan dalam bentuk rencana kegiatan bulanan/triwulan yang akan datang. Pada akhir tahun saatmengadakan evaluasi kegiatan. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dan pelaporan terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen informasi melalui kegiatan pencatatan, komponen pelaporan, dan Komponen analisis dan evaluasi. a. Pencatatan Program Kesehatan Indera b. Pelaporan Program Kesehatan Indera Mengetahui, Kepaia-Puskesmas Takalala ‘Ss ‘Ainuddin, S. Kep, Ns Nip.19730919 199303 1 007 TERKENDAL!| NO. DOKUMEN 03/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG, TAHUN 2023 L PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA Jif. H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 | £0) id Email : puske Website + KERANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING UPAYA BERHENTI MEROKOK PENDAHULUAN . Merokok merupakan aktifitas yang berdampak mherugikan bagi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, schingga perlu upaya pengendalian dampak rokok terhadap kesehatan. Sebab dalam rokok tersebut terkandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya. Merokok mungkin merupakan hal biasa bagi sebagian orang karena menjadikan hidupnya lebih semangat, ada juga karena ingin terlihat trendi di hadapan teman dan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan sebagian beranggapan bahwa kalau tidak merokok hidupnya terasa ada yang kurang enak dan mulut terasa seakan kecut dan tidak enak. Namun mereka Kurang mengetahui, bahwa rokok mereka merusak kesehatan orang sekitar dan beresiko terkena penyakit yang sama. ; Oleh karena itu, segala bentuk upaya pencegahan, pengendalian dan pengobatan dapat dilakukan melalui pelayanan Upaya Berhenti Merokok. | LATAR BELAKANG Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia (WHO,2015), perokok laki-laki sebesar 67.4% dan perempuan 4.5%. Adapun di Jawa Barat berdasarkan hasil Riskesdas 2013, persentase perokok di Jawa Barat sebesar 38.6% dan merupakan peroksok terbanyak di Indonesia. Prevalensi perokok di Jawa Barat cenderung meningkat dari 37.1% pada tahun 2007, menjadi 37.7% pada tahun 2010 dan naik sebesar 0.9% pada tahun 2013 menjadi 38.6% dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap per hari oleh perokok di Jawa Barat yaitu 10,7 batang rokok. | wi. “Merokok merupakan salah satu faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK), Asma, Jantung dan Stroke. Data WHO 2010 dalam Global Report on NCD menyebutkan bahwa kematian penduduk yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar 63%, dan data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit tidak menular merupakan pengguna anggaran biaya Perawatan tertingei di antara penyakit-penyakit yang ditanggung oleh BPJS-Kesehatan. Selain biaya yang tinggi, hilangnya hari atau waktu produktivitas yang berdampak pada biaya hilangnya produktivitas. Di Indonesia, PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan Penyebab kematian yang merupakan ancaman bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Angka kematian akibat PTM di Indonesiapada jtahun 2014 sebesar 71% (Sample Registration Survey).Empat dari lima penyebab kematian tertinggi adalah stroke (21,1%), penyakit jantung koroner (12,9%), diabetes melitus dengan komplikasi (6,7%), dan hipertensi dengan Komplikasi (5,3%). Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik dan menghabiskan sebanyak 14,6 triliun rupiah atau 21,8% biaya ‘pelayanan kesehatan. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling- banyak menghabiskan biaya kesehatan, yaitu sebesar 50,9% atau 7,4 triliun, Penyakit Ginjal Kronik' merupakan penyakit katastropik kedua yang paling banyak menghabiskan biaya kesehatan setelah penyakit jantung, yaitu sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah. Masalah PTM arate di negara maju maupun berkembang, ' TUJUAN a.Tyjuan.Umum : Membentu masyarakat dalam melakukan upaya Pencegahan dan pengendalian asap rokok melalui upaya berhenti merokok b.Tujuan Khusus 1, Mengetahui jumlah perokok wilayah kerja Puskesmas 2. Mengurangi jumlah perokok wilayah kerja Puskesmas 3. Merigurangi dampak dari merokok dan asap rokok ! IV. VL. Vil vu. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN [No | Kegiatan Pokok 7 Rincian Kegiatan i Upaya pencegahan a. Skrining Rokok Sl | Dertentt merokok b. Pelayanan Konseling Upaya Berhenti | | Merokok { | se. Pemeriksaan penunjang | 2 | Pencatatan dan | Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan ot = ae CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pelayanan Upaya Berhenti Merokok terintegrasi dengan kegiatan konseling puskesmas, dengan metode wawancara mendalam, pemeriksaan penunjang, edukasi/konseling dan atau pengobatan serta rujukan tingkat lanjut SASARAN - Perokok aktif wilayah UPTD Puskesmas Takalala JADWAL PELAKSANAAN Waktu Pelaksanaan pada Bulan Januari-Desember Tahun 2023 ‘Tempat pelaksanaan di UPTD Puskesmas Takalala, dalam gedung. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Meningkatnya cakupan layanan UBM Menurunkan jumlah perokok di wilayah kerja puskesmas PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan dengan menggunakan kuesioner. Mengetahui, Kepala Puskesmas Takalala |. Kep, Ns Nip.19730919 199303 1 007 ERKENDAL!! NO. DOKUMEN —: 04/KAK/UKM/I/2023 NO. REVISI 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING ROKOK REMAJA UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA. Jin. H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 ic esmmast Website : www. KBRANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING ROKOK REMAJA PENDAHULUAN Merokok merupakan aktifitas yang berdampak merugikan bagi Kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkurigan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga perlu upaya pengendalian dampak rokok terhadap Kesehatan. Sebab dalam rokok tersebut terkandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya. Jumlah remaja Indonesia yang tidak pernah merokok sepanjang Tahun 2022 mecapai 75,17% sedangkan remaja perokok aktif setiap hari mencapai 22,04%, Pada umumnya kebiasaan merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpabaman informasi, termakan iklan, atau terbujuk rayuan teman. Anak usia sekolah atau remaja yang merokok biasanya akan mengalami gejala kurang fokus belajar, sulit memahami pelajaran karena mengalami penurunan daya tangkap, kurang aktif, mengalami gangguan kecemasan, hingga menyebabkan anak tersebut mengalami Uepresi. Oleh Karena itu, segala bentuk upaya pencegahan, perigendalian dan pengobatan dapat dilakukan melalui skrining rokok remaja. | LATAR BELAKANG | ‘Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari! satu tahap ke tahap berikutnya. Aitinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa’ dewasa, anak- anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan! Remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Memasuki masa remaja, baik laki-laki maupun perempuan akan menghadapi setidaknya empat perubahan dalam hidupnya (Hurlock, 1973), salah satunya adalah emosi. Kebiasaan yang beresiko menyebabkan kematian atau thenimbulkan penyakit pada remaja salah satunya ialah penggunaan rokok. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat dari berbagai tempat, misainya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte“bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah. Mereka berkelompok serta dapat menghabiskan rokok sekitar 1 sampai dengan 5 batang dalam waktu singkat. Perilaku mereka ada yang sembunyisembunyi agar tidak diketahui oleh pihak sekolah tetapi ada juga secara terbuka memperlihatkan perilaku merokoknya. Ada juga yang berani merokok dilingkungan sekolah yang jelas merupakan area terlarang merokok. Di tempattempat umum seperti pingeit jalan, terminal semakin bebas para siswa memperlihatkan perilaku merokoknya. Faktor dari dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja, menjelaskan bahwa remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Para remaja ini beranggapan perilaku merokok merupakan simbol bahwa mereka telah matang, memiliki kekuatan, bisa menjadi pemimpin, dan memiliki daya tarik pada lawan jenis. Orangtua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75 % salah satu atau kedua orangtuanya merokok. Faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok tersebut ialah kurangnya perhatian dari orangtua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, schingga remaja sangat mudah untuk mendapatkan rokok. Ketertarikan generasi muda untuk mencoba rokok sesungguhnya didorong oleh sifat- sifat alami manusia muda yaitu perasaan ingin tabu, perasaan ingin diakui lebih berani oleh lingkungannya, perasaan ingin dianggap lebih hebat dan lebih dewasa dibanding teman sebayanya serta adanya perasaan setia kawan dan senasib sepenanggungan. Rokok sangat -membahayakan bagi kesehatan dan juga dapat menghancurkan masa depan remaja, baik secara fisik maupun psikologis, Selain itu juga dapat berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat, hal ini dapat menggangu kenyamanan dan kententraman dalam keluarga contoh dari lingkungan seperti ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayanng dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama, atau masyarakat menjadi resah. Jika hal ini diabaikan WL, WV. Vi VIL. maka akan menyebabkan penurunan sumber daya pada, remaja yang dikenal sebagai generasi muda Indonesia. ‘TUJUAN a.Tujuan Umum Melakukan analisis hubungan pengetahuan tentang dampak buruk rokok, keberadaan perokok di lingkungan sekolah dan keluarga. b.Tujuan Khusus a ae en Mengetahui pengetahuan siswa tentang perilaku merokok Mengetahui paparan media iklan terhadap perilaku merokok Mengetahui persepsi siswa tentang perilaku merokok Mengetahui tingkat perilaku merokok siswa i Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan tingkat perilaku merokok siswa Menganalisis hubungan antara paparan media iklan dengan tingkat perilaku merokok siswa Menganalisis hubungan antara persepsi dengan tingkat perilaku merokok siswa. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN : No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 Penyuluhan remaja | a. Melakukan pembagian kuesioner dan skriningrokok | 4 Meiakukan Wawancara langsung dengan remaja Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan : CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Skrining rokok remaja dilakukan dengan mengisi lembar skrining baik secara manual ataupun online SASARAN ‘ Seluruh remaja umur 10-18 Tahun wilayah UPTD Puskesmas Takalala JADWAL PELAKSANAAN - Waktu Pelaksanaan pada Bulan Juli ~ September Tahun 2023 - Tempat pelaksanaan di wilayah UPTD Puskesmas Takalala. vu. Ix. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Skrining / evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data awal perilaku merokok di lingkungan sekolah, dan perilaku merokok warga sekolah, baik siswa, guru dan orang - orang yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal untuk usaha berhenti merokok dan dievaluasi secara rutin. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan dengan menggunakan kuesioner, Mengetahui, -Ruskesmas Takalala inuddin 8. Kep, Ns 9730919 199303 1 007 TERKENDALI NO. DOKUMEN —; 05/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN DAN PEMBINAAN POSBINDU PTM. UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG. DINAS KESEHATAN == UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO zs TERAKREDITASI UTAMA din, H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 yengkab 5 kes Website : www. KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN DAN PEMBINAAN POSBINDU PTM PENDAHULUAN Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang. Pada awal perjalanan PTM sering kali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga dating sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes mellitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini, Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laki-laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%. Obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%. Peningkatan prevalensi PP pembiayaan kesehatan yang harus vondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadli Oleh karena itu, Posbindu PTM merupakan “ kegiatan’ secara ferintegrasi untuk mencegah dan mengendalikan faletor risiko PIM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan kebiasaaan miasyarakat Kegiatan mencakup deteksi dini dan tindak lanjut terhadap factor risiko PTM serta upaya promosi kesehatan melalui berbagai kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan (Stakeholder) terutama dalam tatanan Kelurahan/Desa. LATAR BELAKANG Program Pemerintah dalam mengatasi masalah Kesehatan masyarakat ‘salah satunya posbindu. Posbindu merupakan peran serta masyaraket di dalam melakukan kegiatan dalam mendeteksi dini dan pemantauan factor risiko Penyekit Tidak Menular utama yang ~ dilaksanaken secara terpadu,rutin,dan periodik. Posbindu diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat untuk mencegah penyakit komplikasi lainnya,posbindu mencakup Penyakit Tidak Menular yang semakin banyak terjadi di masyarakat. Posbindu mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2011. Pada tahun 2014 presentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu sebesar 4,7% dan pada 2015 sebesar 8,6% capaian tersebut pelumsesuai target nasional dalam rencana strategi kementerian kesehatan pada tahun 2015-2019 yaitu sebesar 10% ditahun 2015 (Pranandari et al, 2017). Berdasarkan rekapitulasi Kemenkes RI data posbindu yang dilaporkan secara keseluruhan di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 35.749 (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan prevalensi di Provinsi Jawa ‘Tengah didapatkan desa yang melakukaana posbindu sebanyak 3.774. Pemanfaatan pelayanan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Perilalku pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun. kelompok atau pendudule untuk melakukan atau mencari pengobatan, perilaku pencari pengobatan di masyarakat terutama di Negara sedang berkembang sangat bervariasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posbindu yaitu pekerjaan, masyarakat yang bekerja dapat mempengaruhi keaktifan WV. kunjungari “dalam. mengunjungiposbindu, -pendidikan serta mayoritas pengetahuan’ masyarakat. masitirehdah. tentang pemanfaatan Posbindu. ‘Semakin rendah Pengetahuan riiaka dapat mempengaruhi keinginan untuk datang ke pelayanan Posbindu. Hasil dari studi pendahulan di wilayah Nogosari terdapat 3 Posbindu warga yang mengikuti Posbindu berjumlah 210 orang, Program Posbindu dilaksanakan di wilayah Nogosari setiap satu kali dalam satu bulan. Hasil wawancara pada bulan Juli didapatkan 10 orang belum memahami manfaat dari posbindu. Faktor yang mempengaruhi adalah jarak tempuh, pekerjaan, dan pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan posbindu. ‘TUJUAN a.Tujuan Umum Mencegah dan mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular di Posbindu PIM b.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor risiko PTM di masyarakat 2. Untuk mengendalikan factor risiko dan kejadian PTM di masyarakat 3. Untuk memberikan edukasi tentang PTM di masyarakat KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No] Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 |Pemibinaan posbindu | a. Melatih kader tentang pencegahan dan penanggulangen penyakkit tidak menular b. Deteksi din‘ faktor resiko penyakit PIM ¢. Pengendalian faltor resiko PTM d. Pelaksanaan Posbindu PIM 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Membentuk tim, melakukan deteksi dini/skrining, dan melakukan edukasi/konseling dan atau rujukan ke fasyankes SASARAN Seluruh masyarakat wilayah UPTD Puskesmas Takalala yang berumur 2 15 tahun ke atas vu. VUL JADWAL PELAKSANAAN - Waktu Pelaksanaan pada Bulan Januari-Desember Tahun 2023 - Tempat pelaksanaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Takalala, tiap desa/kelurahan, EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Hasil penelitian terhadap evaluasi program posbindu PTM di berbagai daerah tersebut dibagi menjadi evaluasi input, proses, dan output dan disetiap indikator evaluasinya masih ditemukan masalah dalam pelaksanaannya. Hasil evaluasi ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk perencanaan program posbindu PTM yang lebih baik lagi, bisa diterapkan sesuai dengan kemampuan masyarakat serta adanya kolaborasi antar lintas sektoral. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan berdasasrkan hasil dari pemeriksaan. Mengetahui, Kepala Puskesmas Takalala | Kep, Ns 19 199303 1 007

You might also like