You are on page 1of 9

Journal on Education

Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, pp. 1462-1470


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Arab Pra-Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan


Dan Kebudayaan)

1
Anjar Fikri Haikal, 2Mahmudah, 3Kholid Mawardi
1, 2, 3
UIN Prof. K.H.Saifuddin Zuhri Purwokerto, Jl. A. Yani No.40A, Karanganjing, Purwanegara, Kec. Purwokerto Utara,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
anjarhaikal42@gmail.com

Abstract
Jahiliyah is a term given to Arab society that refers to the period of time and conditions in Arab lands before the
arrival of Islam in 610 AD. The word jahiliyah is translated as "Age of Ignorance". The term jahiliyah comes
from the verb jahiliya "to be stupid or stupid, to act stupid". In modern times, various Islamic scholars have used
the term to denounce what they see as the un-Islamic nature of social and private life in the Muslim world.
MethodQualitative research is research that holistically intends to understand the phenomenon of what is
experienced by the research subject, be it behavior, perception, motivation or action, and descriptively in the
form of words and language, in a special natural context and by utilizing various methods. natural.". Library
research or literature study has several characteristics, namely. Result in artickel In terms of the religion adopted
by the Arabs before the arrival of Islam, there were several beliefs that they adhered to, namely: Fatalism,
Paganism, belief in Allah as the super God and Monotheism. In terms of culture, the Arab nation has long been
known as a nation of poetry lovers. They created a wide variety of poetry, poetry and prose. From a social point
of view, the Arab nation has that solidarity among fellow members of one tribe is very strong, while this feeling
with the tribe does not exist at all. The political and social life of pre-Islamic Arab society, both nomadic and
sedentary, lived in Bedouin tribal culture.
Keywords: Pre-Islamic Arabia, Political, Society System, Belief System, Culture

Abstrak
Jahiliyah diterjemahkan sebagai “Zaman Kebodohan”. Istilah jahiliyah berasal dari kata kerja jahiliya “menjadi
bodoh atau dungu, bertindak bodoh”. Di zaman modern, berbagai cendekiawan Islam telah menggunakan istilah
tersebut untuk mencela apa yang mereka lihat sebagai sifat kehidupan sosial dan pribadi yang tidak Islami di
dunia Muslim. Metode Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilaku, persepsi, motivasi atau tindakan, dan
secara deskriptif dalam bentuk kata dan bahasa, dalam konteks alamiah yang khusus dan dengan memanfaatkan
berbagai metode. . natural.”. Library research atau studi literatur memiliki beberapa ciri yaitu. Menghasilkan
artikel Dalam hal agama yang dianut oleh bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, ada beberapa kepercayaan
yang mereka anut yaitu: Fatalisme, Paganisme, kepercayaan pada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan
Tauhid. Dari segi budaya, bangsa Arab telah lama dikenal sebagai bangsa pecinta puisi. Mereka menciptakan
berbagai macam puisi, syair dan prosa. Dari segi sosial, bangsa Arab memiliki bahwa solidaritas antar sesama
anggota satu suku sangat kuat, sedangkan perasaan dengan suku ini sama sekali tidak ada.Kehidupan politik dan
sosial masyarakat Arab pra-Islam, baik nomaden maupun menetap, hidup dalam budaya suku Badui.
Kata Kunci: Arab Pra-Islam, Politik, Sistem Kemasyarakatan, Sistem Kepercayaan, Budaya.

Copyright (c) 2023 Anjar Fikri Haikal, Mahmudah, Kholid Mawardi


Corresponding author: Anjar Fikri Haikal
Email Address: anjarhaikal42@gmail.com (Jl. A. Yani No.40A, Karanganjing, Purwanegara)
Received 24 May 2023, Accepted 28 May 2023, Published 31 May 2023

PENDAHULUAN
Jahiliyah adalah istilah yang diberikan kepada masyarakat Arab yang mengacu pada periode
waktu dan keadaan di tanah Arab sebelum masuknya Islam pada tahun 610 M. Kata jahiliyah ini
diterjemahkan sebagai "Zaman Ketidaktahuan". Istilah jahiliyah berasal dari kata kerja jahiliya
"menjadi bodoh atau bodoh, bertindak bodoh". Di zaman modern, berbagai cendekiawan Islam telah
Arab Pra-Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan), Anjar Fikri Haikal,
Mahmudah, Kholid Mawardi 1463

menggunakan istilah tersebut untuk mengkritik apa yang mereka lihat sebagai sifat tidak Islam dari
kehidupan sosial dan pribadi di dunia muslim (Saeed, 2020).
Berdasarkan pembacaan terhadap berbagai literatur dapat dikatakan bahwa sebelum Islam
lahir di Arab, masyarakat Arab terutama yang di pedalaman (badui) hidup menyatu dengan padang
pasir yang area tanahnya gersang. Masyarakat badui ini umumnya hidup berkelompok dan
berdasarkan kesukuan mereka. Masyarakat ini hidup di lingkungan yang kurang dalam ilmu
pengetahuan. Akibat nya mereka menjalani hidup yang sesat, tidak peduli dengan norma
kemanusiaan, beranggapan mulia setelah membunuh anak, hidup kaya dengan hasil berjudi,
mempertahankan harga diri dan sikap kepahlawanan dengan cara menimbulkan perselisihan hingga
terjadi peperangan.
Selain itu, sebelum lahirnya Islam di negeri Arab, bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang
maju dalam bidang ekonomi. Ini berarti masyarakat Arab memiliki peradaban sebelum hadirnya
Islam. Masa ini ditandai dengan Mekkah yang menjadi kota dagang bertaraf internasional. Hal ini
disebabkan karena posisi kota Mekkah terletak di persimpangan jalan yang menghubungkan jalur
perdagangan antara utara dan selatan yaitu Syiria dan Yaman. Dengan demikian kota Mekkah sebagai
pusat ibadah masyarakat Arab ketika itu sangat makmur dan menjadi terkenal sampai keluar wilayah
Arab. Berita tentang Mekkah juga sampai ketelinga penguasa besar ketika itu sehingga peristiwa
besar terjadi yakni pasukan Abrahah datang menyerang guna menghancurkan kota Mekkah. Peristiwa
tersebut terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau studi kepustakaan dimana
peneliti mengandalkan berbagai literatur untuk mendapatkan data penelitian dan menggunakan
pendekatan kualitatif karena data yang dihasilkan berupa kata-kata atau deskripsi. Penelitian
kepustakaan atau penelitian kepustakaan adalah penelitian yang tempat kajiannya adalah kepustakaan
atau kepustakaan. Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan dengan memanfaatkan penelitian-
penelitian yang sejenis atau berkaitan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilaku, persepsi, motivasi
atau tindakan, dan secara deskriptif dalam bentuk kata dan bahasa, dalam konteks alamiah yang
khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode . penelitian kepustakaan atau studi kepustakaan
memiliki beberapa ciri yaitu: peneliti berhadapan langsung dengan data tidak langsung dari lapangan,
data pustaka umumnya merupakan sumber sekunder dan bukan data asli dari tangan pertama, data
pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Menurut Amir, pendapat tersebut ada benarnya, namun
tidak sepenuhnya dapat diterima jika dilihat dari tujuan penelitian.
1464 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 1462-1470

HASIL DAN DISKUSI


Sitem Politik dan Kemasyaraatan Bangsa Arab Pra-Islam
1. Kehidupan Politik dan social bangsa arab
Bila dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas
dan budaya yang tinggi. Tingkat solidaritas bisadilihat dari kehidupan bangsa Arab di padang pasir
yaitu kaum Badui. Mereka mempunyai perasaan kesukuan yang sangat tinggi. Kabilah atau suku
itulah yang mengikat warganya dengan ikatan darah atau keturunan atau ikatan kesukuan. Kabilah
itulah yang berkewajiban melindungi warganya , dan melindungi orang yang menggabungkan diri
atau meminta perlindungan kepadanya.
Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu bisa diketahui darikerajaan-kerajaan yang
berdiri di Yaman. Dari bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan yang berkuasa di daerah
Yaman , diantaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in, Qutban, saba’ dan Himyar (Fatikhah,
2012).
Kehidupan sosial bangsa Arab dapat juga kita ketahui misalnya dengan adanya syair-syair
Arab. Ada dua cara dalam mempelajari syair arab di masa jahiliyah. Kedua syair itu amat besar
manfaatnya:
a. Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsaarab itu amat dihargai.
b. Mempelajari syair itu dengan maksud supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan budi pekerti
bangsa Arab (Fatikhah, 2012).
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui
(Yatim, 2014). Orang Badui merupakan bangsa yang liar, penuh dengan kebiasaan hidup liar.
Keliaran (kebuasan) telah menjadi watak dan sifat mereka. Dan mereka menikmati hidup demikian
sebab mereka bebas dari kekangan hukum dan tidak usah patuh pada kepemimpinan. Watak alami
demikian merupakan peniadaan dan bertentangan dengan peradaban. Dibawah kepemimpinan orang
Badui, para pengikutnya seakan-akan hidup di dalam pemerintahan anarki, tanpa hukum. Masing-
masing orang badui berlomba menjadi pemimpin. Sedikit sekali diantara mereka yang mau
menyerahkan kekuasaanyya kepada orang lain, meskipun itu ayahnya, saudaranya, maupun anggota
keluarganya yang paling tua (Khaldun, 2021).
Bangsa Arab tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang kita kenal dewasa ini. Mereka
tidak memiliki peradilan tempat memperoleh kepastian hukum tentang suatu kasus atau tempat
memvonis suatu tindakan pelanggaran. Dalam taataran masyarakat jahili orang yang teraniaya secara
langsung yang akan bangkit mengambil tindakan pembalasan kepada yang telah berbuat aniaya
kepadanya dan kabilahnya bila tindakan aniaya itu dianggap sangat membahayakan. Barulah pihak
teraniaya tidak berhak menuntut balas apabila yang berbuat aniaya telah membayar ganti rugi dengan
materi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak (diyat) (Hasan, 2020).
Arab Pra-Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan), Anjar Fikri Haikal,
Mahmudah, Kholid Mawardi 1465

Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang
luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah
membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan
kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah
maupun suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku sering sering sekali terjadi.
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabi’at yang mendarah daging dalam diriorang Arab. Dalam
masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus
berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus
menerus. Pada sisi yang lain, meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin, namun mereka
hanya tunduk kepada syikh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Di luar itu, syaikh atau amir tidak
kuasa mengatur anggota kabilahnya (Yatim, 2012).
Lebih jauh dari itu bahwa dalam masyarakat Arab jahili tidak adasistem yang mengatur
pemindahan kekuasaan dan kepemimpinan. Yang ada hanya berdasarkan tradisi, bahwa yang paling
tua usianya, yang terkaya, yang paling banyak anggota keluarganya, dan yang paling layak mendapat
kehormatan dari kepribadiannya dalam kabilah itulah yang terpilih. Orang-orang Arab yang merdeka
saat berperang , mereka bersatu padu terpimpin dan berada di bawah komando seorang amir. Namun
dalam keadaan damai, keluargalah satu-satunya yang nampak tersusun dalam kehidupan mereka
(hasan, 2020).
2. Kondisi Masyarakat
Bangsa Arab merupakan bangsa yang bertempat tinggal dan mendiami semenanjung terbesar
di dunia, yaitu Semenanjung Arabia yang terletak di Asia Barat Daya dengan luas wilayahnya
1.027.000 mil persegi. Sebagian besar wilayah Arab ditutupi oleh padang pasir dan merupakan salah
satu tempat terpanas di dunia. Tidak ada sungai yang bisa dilayari atau air sungai yang akan terus
menerus mengalir ke laut, yang ada hanya lembah-lembah yang digenangi air ketika musim hujan
(Nasution, 2018).
Terdapat dua suku yang menjadi asal-usul bangsa Arab. Pertama, suku Arab al-Baidah. Suku
ini merupakan Arab yang sudah punah keberadaannya seperti kaum ‘Ad dan Tsamud. Kedua, suku
Arab al Baqiyah. Suku ini ialah bangsa Arab yang masih hidup sampai sekarang. Suku Arab al-
Baqiyah terdiri dari keturunan Qahthan dan Adnan. Jazirah Arab yg gersang dan tandus memberi
efekterhadap bentuk fisik serta karakter mereka. Pada bentuk fisik, mereka bertubuh kekar, bertenaga
& memiliki daya tahan tubuh yg tangguh, sedangkan pada karakter memberi tabiat khusus, baik
ygpositif atau baik dan juga yg negatif atau buruk. Watak positif bangsa Arab merupakan
kedermawanan, keberanian, serta kepahlawanan. Sedangkan tabiat yang negativ merupakan suka
berperang, angkuh dan sombong, serta pemabuk dan penjudi.
Masyarakat Arab terbagi kepada dua kelompok besar yaitu masyarakat badui dan hadhar atau
dikenal juga dengan masyarakat wabar dan madar. Klasifikasi ini berlaku bagi orang Arab utara dan
1466 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 1462-1470

Arab selatan serta seluruh penjuru Jazirah Arab lainnya. Masyarakat madar adalah masyarakat Arab
yang hidup si perkotaan dan perkampungan. Mereka hidup dari hasil bercocok tanam, berkebun
kurma, beternak hewan dan membawa barang-barang perdagangan ke berbagai negeri. Sedangkan
masyarakat wabar tinggal dipadang pasir dsan hidup dari hasil memerah susu unta dan mengambil
dagingnya. Mereka seka mengembara mencari padang rumput dan genangan-genangan air hujan lalu
berkemah disana selama mereka dapat menemukan tanah subur dan mengembalakan hewan-hewan
ternak mereka. Kemudian mereka pindah untuk mencari padang rumput dan mata air yang baru
sehingga menjadikan mereka nomaden (Ali, 2019).
Penduduk kota berdomisili tetap. Mereka sudah mengenal cara mengelola tanah pertanian dan
sudah mengenal perdagangan. Bahkan interaksi perdagangan mereka sudah sampai ke luar negeri. Hal
ini membuktikan bahwa mereka sudah mempunyai peradaban relatif tinggi. Kebiasaan ini berasal dari
adat mereka yang merupakan pekerjaan yang lebih pantas dilakukan oleh laki-laki. Karenanya,
mereka belum mengenal pertanian dan perdagangan. Karenanya, mereka hidup berpindah dari satu
lokasi ke lokasi lain guna mencukupi kehidupan, baik diri sendiri dan keluarga mereka atau hewan
ternak mereka. Terkadang mereka menyerang musuh atau menghadapi serangan musuh dalam
pengembaraan. Di sinilah terjadi adat berperang antara suku-suku yang terdapat pada daerah Arabia.
Ketika mereka diserang musuh maka suku yang bersekutu umumnya ikut membantu dan rela
mengorbankan apa saja buat membantu mitra sekutunya itu. Di sinilah bisa dilihat adanya unsur
kesetiakawanan yang terdapat diantara mereka. Selain itu, ketika seseorang anggota suku diserang
maka suku lain serta semua anggota harus membela anggotanya meskipun anggotanya itu salah.
Mereka tidak melihat kesalahan terdapat pada pihak mana. Hal krusial yang mereka lakukan
merupakan membela sesama anggota suku. Itulah yang bisa dilihat berdasarkan perilaku fanatisme
dan patriotisme yang terdapat pada kehidupan rakyat Badui.
Perbedaan iklim dan watak tanah serta suhu udara mempengaruhi penduduk Jazirah Arab.
Dapat diperhatikan bahwa karakter masyarakat hadhari menjadi berbeda dengan masyarakat badui.
Sementara di kalalangan hadhari sendiri juga terdapat perbedaan karakter karena adanya perbedaan
dan perubahan kondisi bahkan juga dikarenakan adanya faktor-faktor eksternal yang membaur,
berdampingan dan berdekatan dengannya. Dari sini muncullah masyarakat Arab Selatan terlebih lagi
masyarakat Yaman dengan ciri-ciri masing-masing. Sedangkan penduduk Mekkah yang lebih layak
disebut dengan penduduk hadhari pun mempunyai ciri khusus dan mempunyai watak sendiri, sama
halnya dengan penduduk kota lainnya. Bahkan Syalabi dalam Nasution mengemukakan bahwa di
Jazirah Arab selatan pada masa pemerintahan kerajaan Saba’dan Himyar, kegiatan perdagangan orang
Arab meliputi laut dan darat. Kegiatan perdagangan di laut mereka pergi ke India, Tiongkok dan
Sumatera dan kegiatan perdagangan di darat ialah di Jazirah Arab (Hasan, 2020). Akan tetapi setelah
Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan bangsa Persia, maka kaum penjajah itu menguasai kegiatan
perdagangan di laut, sedangkan perdagangan di darat berpindah ke tangan orang Makkah (Nasution,
2018).
Arab Pra-Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan), Anjar Fikri Haikal,
Mahmudah, Kholid Mawardi 1467

Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi geografis Arab sangat besar pengaruhnya terhadap
kejiwaan masyarakatnya. Arab menjadi daerah tandus dan gersang sudah menyelamatkan
masyarakatnya dari agresi musuh-musuh luar. Pada sisi lainnya, kegersangan ini mendorong mereka
sebagai pengembara-pengembara dan pedagang di wilayah lain. Keluasan dan kebebasan kehidupan
mereka pada padang pasir pula mengakibatkan semangat kebebasan dan individualisme pada diri
mereka sangat dominan.
3. Sebutan jahiliyah terhadap masyrakat Arab pra Islam
Kondisi kehidupan Arab menjelang kelahiran Islam dikenal menggunakan sebutan zaman
jahiliyah. Hal ini dikarenakan kondisi sosial politik dan keagamaan rakyat Arab pada waktu itu. Hal
tersebut ditimbulkan lantaran pada masa sebelum Islam lahir, Arab tidak mempunyai nabi, kitab suci,
ideologi kepercayaan serta tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem
pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Pada waktu itu, taraf
keberagamaan mereka tidak sama jauh dengan rakyat primitif.
Kata-kata jahiliyah ini sering disebutkan namun sering pula salah makna, Terkadang ada yang
mengatakan bahwa yang dimaksud jahiliyah adalah bodoh. Makna tersebut sepertinya tidak tepat
karena sebagaimana yang diketahui bahwa masyarakat Arab tidaklah bodoh melainkan pintar dan
cerdas (Amin, 2018). Selanjutnya zaman jahiliyah terbagi kepada dua masa yaitu (1) jahiliyah
pertama yaitu zaman sebelum sejarah sampai abad kelima Masehi; (2) Jahiliyah kedua yaitu dari abad
kelima Miladiah sampainya lahirnya Islam. Dengan demikian dapat dipahami bahwa bangsa Arab
pada masa kedua zaman tersebut tidaklah dikatakan bodoh, hanya saja mereka membangkang kepada
kebenaran dan tidak mau menerima kebenaran meskipun mereka tahu kalau sesuatu itu benar.
Semenjak zaman jahiliyah, rakyat Arab mempunyai aneka macam sifat dan karakter yang
positif, misalnya sifat pemberani, ketahanan fisik yang kuat, daya tahan tubuh kuat, percaya akan
harga diri dan martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpin, pola kehidupan yang
sederhana, ramah tamah, mahir pada bersyair dan sebagainya. Tetapi sifat-sifat dan karakter yang baik
tadi seakan sirna karena suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka, yakni ketidakadilan,
kejahatan, serta keyakinan terhadap tahayul. Kehidupan jahiliyah sesungguhnya manivestasi dari
kehidupan barbarisme karena ketimpangan sosial, penganiayaan, meminum minuman keras,
perjudian, pelacuran dan pembunuhan merupakan pemandangna yang biasa dalam kehidupan mereka
sehari-hari (Nasution, 2018).
Sistem kepercayaan dan kebudayaan arab pra islam
1. Kepercayaan bangsa arab pra islam
Menurut Watt dalam bukunya Muhammad’s Mecca (1988), melalui kajiannya terhadap al-
Qur’an dikombinasikan dengan sumber arkeologis dan literal lain ada 4 sistem kepercayaan religius
yang berkembang di Arab pra Islam, yaitu:
a. Fatalisme
1468 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 1462-1470

Kepercayaan ini menganggap bahwa “waktu” merupakan manifestasi dariTuhan. Menurut


mereka terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan; pertama, kematian (‘ajal) dan kedua,
rezeki. Dua hal inilah yang keberadaanyya di luar kontrol manusia. Sehingga muncul
kepercayaan bahwasanya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk
dan ditentukan oleh waktu.
b. Paganisme
Kepercayaan paganisme ini adalah realitas yang niscaya dalam masyarakat Arab. Menurut
Watt, di Jazirah Arab terdapat sepuluh Tuhan yang disembah. Tiga diantaranya diidentifikasi
sebagai Tuhan feminim, yaitu al-Lat, al-Uzzah, dan Manat. Mereka berada di tempat-tempat
suci di sekitar Makkah, Thaif, Nakhla dan Qudaid. Tujuh lainnya berkarakter Tuhan maskulin
antara lainWadd yang disembah oleh suku Kalb, Suwa’ disembah suku Yanbu, Yaghuts
disembah oleh suku Madhij, Yauq oleh suku Khiwan dan Nasr oleh suku di Yaman dan
Himyar.
c. Kepercayaan kepada Allah
Konsep Allah dalam masyarakat Arab pra Islam setidaknya mengandung beberapa
pengertian:
1) Sebagai Tuhan pencipta alam semesta
2) Sebagai pemberi hujan dan kehidupan yang ada di muka bumi
3) Digunakan dalam sumpah yang sakral
4) Sebagai objek penyembahan dari apa yang dapat dikatakan sebagai monotheisme
sementara
5) Sebagai Tuhan Ka’bah
6) Sebagai Tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain.
Menurut Watt, secara literal bentuk kepercayaan ini tampak seperti ide ketuhanan yang
bercorak monotheistik. Namun sesungguhnya dalam konteks kehidupan masyarakat Arab
pra Islam, bentuk keyakinan seperti ini bukanlah bagian dari corak monotheistik. Hal ini
tidak lain karena disamping mempercayai akan Allah sebagai super Tuhan namun pada saat
yang bersamaan ia membuat sekutu kepadanya.
d. Monotheisme
Rippin menjelaskan dalam kaitanyya dengan monotheisme masyarakatArab pra Islam
setidaknya terdapat tiga teori yang dimunculkan; pertama, monotheisme sebagai akibat
pengaruh dari agama Yahudi; kedua, monotheisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah.
Monotheisme merupakan merupakan evolusi pemikiran secara umum dari masyarakat ; dan
ketiga monotheisme berkaitan dengan term “hanif” , agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim
(Muhammad, 2022).
Arab Pra-Islam (Sistem Politik Dan Kemasyarakatan Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan), Anjar Fikri Haikal,
Mahmudah, Kholid Mawardi 1469

2. Kebudayaan bangsa arab pra islam


Bangsa Arab adalah bangsa pecinta syair. Penyair-penyair mereka sangat berpengaruh
terhadap masyarakat. Rakyat bangsa tersebut mempunyai kebiasaan pergelaran puisi yang
diselenggarakan di pasar-pasar seperti Ukaz dan Zulmajz.
Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan al-ayyam (hari-hari penting) yang terdiri dari peperangan
dan kemenangan, untuk tujuan membayangkan atau membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah
lain, baik dalam bentuk syair maupun prosa yang diselang-selingi syair. Syair itulah yang
melestarikan perpindahan dan mendiseminasikan berita itu.
Puisi Jahiliyah (pra Islam) tidak menggambarkan tentang konflik pribadi, tetapi nyanyian
kemenagan suku dan mengekspresikan etos keberanian, kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan
keturunan. Bentuk tradisi Arab pra Islam yang mengandung informasi sejarah lainnya adalah al-
Ansab (jamak dari nasab: silsilah / geneology). Pada masa itu pengetahuan tentang nasab merupakan
satu cabang kajian yang dianggap penting. Setiap kabilah hafal akan silsilahnya. Semuaanggota
keluarga menghafalkannya agar tetap murni dan silsilah itu dibanggakan terhadap kabilah lain.
Hanya saja pada waktu itu di negeri-negeri Arab pendidikan belum tersebar, karena bangsa
Arab dari sebelumnya tidak dikenal sebagai menaragading. Kita tidak mempunyai data yang bisa
menjadikan acuan bahwa negeri-negeri Arab terutama Makkah saat itu sudah menaruh perhatian
terhadap pendidikan dan pengajaran tentang baca tulis bagi para puteranya. Pendidikan yang
berlangsung pada saat itu hanya berdasarkan hajat mereka. Anak-anak langsung diajari oleh orang
tuanya (Hasan 2022).
Adapun tentang pengetahuan masyarakat Arab yang bersifat murni yang lahir karena
dorongan lingkungan dan karakkter negeri Arab itu sendiri adalah seperti : Ilmu Meteorologi, Ilmu
arkeologi, Ilmu Nasab.

KESIMPULAN
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam bisa dilihatdari beberapa segi,
diantaranya: Dari segi geografis Jazirah Arab terletak di Sebelah Baratdaya Asia, terbagi atas dua
bagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terdiri dari pegunungan yang tandus
sehingga masyarakatnya nomaden untuk mencari tempat yang subur. Bagian tepi Jazirah Arab
merupakan bagian yang subur karena cukupnya curah hujan , dan penduduknya bukanlah
pengembara. Dari segi agama yang dianut oleh bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, ada beberapa
kepercayaan yang mereka anut yaitu: Fatalisme, Paganisme, kepercayaan kepada Allah sebagai super
Tuhan dan Monotheisme. Dari segi kebudayaan bangsa Arab sejak dulu telah dikenal sebagai bangsa
pecinta syair. Mereka menciptakan berbagai macam syair, puisi dan prosa. Dari segi kemasyarakatan
bangsa Arab memiliki bahwa solidaritas antar sesama anggota satu kabilah sangat kuat , sedang
perasaan tersebut dengan kabilah sama sekali tidak ada. Kehidupan politik dan sosial masyarakat
Arab pra Islam, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Dalam
1470 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 1462-1470

menyelesaikan masalah mereka sering menggunakan cara peperangan. Walaupun mereka mempunyai
amir atau syaikh, mereka hanya tunduk pada hal peperangan, pembagian harta rampasan dan
pertempuran tertentu namun tidak tunduk untuk masalah yang lainyya.

REFERENSI
Afkari, Sulistiyowati Gandariyah, ‘Dinamika Pertumbuhan Pendidikan Islam Periode Pertengahan’,
TANJAK: Journal of Education and Teaching, 1.1 (2020), 73–86.
<https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i1.82>
Ali, Jawwad. (2019). Sejarah Arab Sebelum Islam, Jakarta: Pustaka Alvabet.
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.(2018).
As’adurrofik, Muhammad, ‘Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar’, (Al Fathonah) Jurnal
Pendidikan dan Keislaman, 6.5 (2017).
Badri Yatim, 2014 Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: Rajawali Pers,)
Desky Harjoni, ‘Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India’, Studi Islam, 8.1 (2016).
<http://ejournal.stain.sorong.ac.id/indeks.php/tasamuh>
Elda Harits Fauzan, Agus Mahfudin Setiawan, ‘Lahirnya Tiga Kerajaan Besar Islam pada Abad
Pertengahan (1250-1800 M)’, El Tarikh, 3.1 (2022), 57–76.
Fanani, Muhammad Farih, ‘Kondisi Sosial Iran pada Masa Mongol, Timuriyah, dan Safawiyah Tahun
1295-1786 M’, Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, 10.1 (2022).
<https://doi.org/10.24235/tamaddun.v10i1.8702>
Fatikhah, 2012 Sejarah Peradaban Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2012),
Fuady, M Noor, ‘Pendidikan Islam di Iran (Tinjauan Historis Pra dan Pasca Revolusi)’, Tarbiyah
Islamiyah, 6.2 (2016).
<http://www.kemlu.go.id/tehran/Pages/CountryProfile.aspx?IDP=1&l=id>
Habibi, Rohim, Sejarah Teologi, Sosial, dan Politik Peradaban Islam Periode Pertengahan (1250 –
1800 M), 2016.
Hasan Ibrahim Hasan, (1979), Sejarah kebudayaan Islam, cetakan ke -9, (Jakarta: Kalam Mulia)
Ibnu Khaldun,2000 Muqoddimah Ibnu Khaldun, terjemahan Ahmadie Thoha. (Jakarta: Pustaka
Firdaus,)
Nasution, Syamruddin. 2018 Sejarah Peradaban Islam. Depok: Rajawali PerS
Saeed, Hesham Mohammed Ghaleb dan Gurusiddaiah. (2020) Jahiliyah in Arab Culture, pre and Post
Islam. International Journal of Management and Social Science Research Review. hlm: 39.
Vol-7, Issue-01.

You might also like