You are on page 1of 5

Kesetimbangan Adsorpsi Zat Pewarna Rhodamine-B Menggunakan Fly

Ash Sawit Sebagai Low-cost Adsorbent

Fradilla Olsy 1, Edy Saputra 2, Zuchra Helwani 2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas km 12,5 Pekanbaru 28293
Ossy2508@gmail.com

ABSTRACT

Rhodamine B is one of the various toxic dye that contributes significantly to environmental
pollution, because it is non-biodegradable, toxic and harmful to the environment. One effort
to reduce the amount of rhodamine b is the adsorption process. One of the good adsorbent
that can be use for adsorbtion process is palm oil fly ash. The purpose of this study to aim the
effect of adsorption temperature, pH, and adsorbent mass. Knowing the optimum conditions
for reducing the levels of dye in the water, as well as determine the adsorption equilibrium
models rhodamine b using fly ash oil modified with 0,1M HCl as an adsorbent. Fly ash
modification processes are done by mixing fly ash and HCl in the ratio 1:10 of 0,M HCl
solution. The adsorption process is conducted by mixing fly ash 0.5; 1; 1,5 and 2g/L and pH
solution of rhodamine b 2; 4; 6; 8 with temperature of 30; 35; 45 oC and with various of
rhodamine b’s initial solution 10, 20, 30 dan 40ppm. The optimum conditions for reducing
the levels of rhodamine B in water is the adsorbent mass of 2g/L, temperature of 45°C and
pH 8 at 10ppm concentration rhodamnine’s solution. Thermodynamic data such as ΔH, ΔG
and ΔS were calculated. And the mechanism of rhodamine B dye adsorption by fly ash oil is
suit well with Freundlich and Langmuir isotherm models.

Keyword: Adsorption, Isothermal Adsorption, Palm Oil Fly ash, Rhodamine B,

1. Pendahuluan meningkat walaupun lebih cenderung


Semakin berkembangnya industri di stabil. Dalam industri tekstil, zat pewarna
negara Indonesia berperan penting dalam merupakan salah satu bahan baku utama.
mensejahterakan masyarakat. Akan tetapi, Sekitar 10-15% dari zat warna yang sudah
maraknya perkembangan industri juga digunakan tidak dapat dipakai ulang dan
memiliki berbagai dampak negatif, baik harus dibuang. Zat pewarna dari industri
terhadap lingkungan maupun bagi tekstil tersebut merupakan zat pewarna
masyarakat sekitar kawasan industri. Salah senyawa organik dari jenis procion,
satunya, yaitu menghasilkan limbah yang erionyl, auramine, maupun rhodamine
dapat mencemari lingkungan serta yang diketahui sangat sulit untuk
menimbulkan kerusakan alam (Setiyanto didegradasi secara alami (Dawood dan
dkk, 2015). Sen, 2012).
Salah satu industri yang cukup Biasanya, zat pewarna yang sulit
berkembang di negara Indonesia adalah didegradasi secara alami membutuhkan
industri tekstil. Indonesia mengekspor perlakuan awal secara fisika maupun
beragam jenis produk tekstil lebih dari dua kimia, seperti degradasi, photochemical
belas sub sektor pada tingkat 2-digit HS degradation, elecrochemical removal,
dengan rata-rata ekspor tahunan sebesar membrane separation, photo-fenton
USD 10 miliar. Perkembangan ekspor processes dan oksidasi atau ozonisasi.
Indonesia sendiri ada dalam trend Akan tetapi, untuk negara berkembang
JOM FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 1
proses diatas cukup mahal untuk
diaplikasikan dalam skala pabrik. Oleh Pembuatan Limbah Tekstil Artficial
karena itu, beberapa penelitian mencoba Zat warna yang digunakan adalah zat
mengembangkan proses adsorbsi sebagai warna yang banyak digunakan pada
alternatif dalam pengolahan limbah cair industri tekstil yaitu Rhodamine B,
industri tekstil menggunakan adsorben kemudian dibuat limbah tekstil buatan
yang lebih ekonomis (Reddy dkk, 2012). (limbah artificial). Limbah artificial
Dalam proses adsorbsi diperlukan diperoleh dengan cara melarutkan 1000
adanya adsorben yang berfungsi untuk mg Rhodamine B dengan aqua DM sampai
menyerap adsorbat. Salah satu adsorben volume 1000 ml sehingga didapat
yang baik dan mudah didapat serta murah kosentrasi larutan induk 1000 ppm yang
harganya adalah limbah (fly ash) sawit akan diencerkan menggunakan aqua DM.
atau dikenal dengan palm oil mill fly ash
(POFA). Berdasarkan beberapa penelitian Pembuatan Adsorben
terdahulu, limbah abu layang sawit Untuk modifikasi asam dari bubuk
diketahui memiliki beberapa kegunaan fly ash sebagai adsorben direaksikan
diantaranya, sebagai adsorben dalam dengan larutan 100ml HCl 0,1M untuk
proses pengolahan limbah cair, sebagai setiap 10gram bubuk Fly ash sawit
raw material pada komposit geopolimer, menggunakan magnetic stirrer selama ±24
selain itu juga dapat digunakan sebagai jam. Lalu, campuran disaring dan dicuci
material pengisi dalam produksi semen dengan aquadest berulang kali hingga
(Falahiyah, 2015). bersih dari zat pengotornya dan pH netral.
Menurut Azis dkk (2014), abu Padatannya kemudian dikeringkan selama
merupakan produk sisa yang tidak dapat ± 6 jam dengan oven pada suhu 105ᵒC. Fly
dimanfaatkan kembali dari pembakaran ash yang sudah kering dikeluarkan dari
material lignoselulosa. Pada umumnya, oven dan langsung disimpan didalam
semua abu terbang memiliki komposisi desikator untuk nantinya digunakan
kimia yang sama, tetapi dalam jumlah sebagai adsorben.
yang berbeda. POFA diketahui memiliki
kandungan yang tinggi dari mineral Mencari Panjang Gelombang
alumina, calsium, potassium dan silica Maksimum
yang dapat dimanfaatkan sebagai senyawa Penentuan panjang gelombaang
aktif serapan gas-gas polutan dalam proses maksimum untuk zat warna rhodamine B
adsorbsi. 10, 20, 30 dan 40ppm pada panjang
2. Metode Penelitian gelombang 500 – 700nm dengan
Bahan yang digunakan yaitu fly ash menggunakan alat spektofotometer UV –
sawit yang berasal dari PTPN V dan HCl Vis. Hasil absorbansi maksimum yang
digunakan untuk aktivasi adsorben. diperoleh merupakan panjang gelombang
Rhodamine B dari Mercks, dan fly ash optimum yang digunakan dalam
sawit. Bahan kimia lainnya adalah penelitian.
aquadest, NaOH.
Alat yang digunakan dalam Proses Adsorpsi Zat Warna
penelitian ini meliputi neraca analitik, Degradasi zat warna ini dilakukan
gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, labu dengan variasi larutan stok (limbah
ukur, spatula, oven, saringan 200mesh, hot artificial) di dalam beaker glass 1L.
plate, kertas saring whatman, corong, Awalnya, tambahkan adsorben ke dalam
UV/Vis spectrophotometer, sarung tangan, larutan stok. Lalu tambahkan HCl dan
masker, stopwatch, botol sampel, pH NaOH untuk variasi pH. Setelah itu atur
meter, plastik kedap udara, magnetic variasi suhu. Kemudian,campuran
stirrer dan tabung reaksi, desikator. direaksikan dengan pengadukan tetap,

JOM FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 2


yaitu 240 rpm. Sampel diambil sebanyak parsial positif yaitu gugus karboksil,
2ml melalui pipet volume dalam selang sehingga pada waktu penambahan basa zat
waktu 15 menit selama 75menit. warna rhodamine b cenderung menjadi
Kemudian sampel di sentrifus untuk bermuatan parsial negatif. Kecendrungan
memisahkan adsorben dengan larutan. muatan negatif pada larutan limbah
Selanjutnya, larutan tersebut dianalisa artifisial rhodamine b inilah yang akan
kadar zat warna dengan spektrofotometer menyebabkan terjadinya interaksi dipol-
UV-Vis. dipol antara zat pewarna dengan
permukaan karbon aktif sehingga adsorbsi
3. Hasil dan Pembahasan akan meningkat (Khan dkk, 2009).
Pengaruh Suhu Terhadap Zat Warna
Pengaruh Massa Adsorben Terhadap Terjerap (Qe)
Zat Warna Terjerap (Qe) Pengaruh yang terjadi ialah
Pengaruh yang terjadi ialah dengan semakin tinggi suhu maka semakin banyak
meningkatnya massa adsorben, maka zat warna yang terjerap terjadi peningkatan
jumlah zat warna terjerap mengalami jumlah zat warna rhodamine b yang
penurunan. Massa adsorben 0,5gr/L terjerap pada setiap variasi temperatur
jumlah zat warna yang terjerap pada saat terhadap waktu. Pada temperatur T=30oC
setimbang yaitu 5,362mg/g, massa jumlah zat warna yang terjerap pada saat
adsorben 1gr/L jumlah zat warna yang setimbang adalah 3,179mg/g, sedangkan
terjerap yaitu 4,009mg/g, massa adsorben pada temperatur T=45oC jumlah zat warna
1,5gr/L jumlah zat warna yang terjerap g yang terjerap yaitu 4,477mg/g.
yaitu 3,271mg/g, dan massa adsorben Peningkatan jumlah zat warna terjerap
2gr/L jumlah zat warna terjerap yaitu pada setiap kenaikan temperatur
2,792mg/g. Menurunnya jumlah zat warna disebabkan oleh meningkatnya
terjerap dikarenakan beban per unit pergerakan/mobilitas pada molekul zat
adsorben semakin berkurang dengan pewarna. Disamping itu reaktivitas ion
bertambahnya massa adsorben, sedangkan yang semakin besar akan meningkatkan
konsentrasi larutan zat warna yang dijerap pula difusi ion kedalam pori-pori adsorben
konstan, yaitu 10ppm.. Dapat disimpulkan (Amri dkk, 2004). Pengaruh variasi suhu
bahwa massa adsorben terbaik untuk berbanding lurus dengan efisiensi
mendegradasi atau mereduksi zat warna penyisihan zat warna (Rhodamine B) yaitu
limbah tekstil artfisial Rhodamine B semakin besar suhu pengadukan, maka
adalah 2gr/L. semakin besar efisiensinya. Dapat
disimpulkan bahwa suhu terbaik untuk
Pengaruh pH Terhadap Zat Warna mendegradasi atau mereduksi zat warna
Terjerap (Qe) limbah tekstil artifisial Rhodamine B
Seiring meningkatnya nilai pH, adalah pada suhu T=45oC.
maka jumlah zat warna yang terjerap pada
adsorben juga bertambah. Pada kondisi pH Pengaruh Konsentrasi Zat Warna
2 jumlah zat warna yang terjerap pada Rhodamine B Terhadap Zat Warna
saat setimbang yaitu 2,866mg/g, Terjerap (Qe)
sedangkan pada kondisi pH 8 jumlah zat Terjadi peningkatan jumlah zat
warna yang terjerap pada saat setimbang warna terjerap pada setiap variasi
yaitu 3,510mg/g. Hal ini menunjukkan konsentrasi awal larutan limbah artifisial
bahwa proses adsorpsi berjalan baik pada rhodamine b terhadap waktu. Dapat dilihat
kondisi basa. Hal ini disebabkan, zat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan
warna rhodamine b merupakan zat warna limbah artifisial rhodamine b, maka
kation. Sedangkan pada permukaan karbon jumlah zat pewarna terjerap semakin
aktif terdapat gugus yang bermuatan banyak. Pada kosentrasi 10ppm jumlah

JOM FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 3


zat pewarna yang terjerap pada saat Berdasarkan data yang didapat
setimbang yaitu 4,491mg/g sedangkan mengindikasikan bahwa penjerapan sesuai
pada konsentrasi 40ppm jumlah zat dengan metode kedua model
pewarna yang terjerap pada saat setimbang kesetimbangan isoterm langmuir maupun
yaitu 15,245mg/g. jumlah molekul Freundlich karena bisa dilihat nilai
adsorbat yang terjerap juga mengalami Correlation Factor (R2) nya sama-sama
peningkatan. Hal ini disebabkan karena mendekati nilai 1. Kemudian juga dihitung
konsentrasi mula-mula menentukan besaran persentase nilai ralat untuk kedua
besarnya driving force, semakin besar model kesetimbangan. Berdasarkan
konsentrasi mula-mula maka semakin besaran persentase nilai ralat kedua model
besar pula driving force untuk menembus jika dibandingkan maka, untuk model
lapisan hambatan yang ada antara larutan isoterm Langmuir pada suhu 30, 35, dan
dan fasa padat saat akan terjadi transfer 45°C berturut-turut adalah 1,02; 2,231;
massa dari molekul zat pewarna (Dawood dan 0,05% dan untuk model isoterm
dan Sen, 2012). Akantetapi, jumlah zat Freundlich berturut-turut 0,501; 1,05; dan
pewarna terjerap berbanding terbalik 0,022% juga mengindikasikan bahwa
dengan efisiensinya. Semakin tinggi proses adsorbsi cocok dengan kedua model
konsentrasi awal, maka efisiensinya kesetimbangan.
menurun. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi awal yang cocok pada Kapasitas Panas Adsorpsi (ΔH)
penelitian ini adalah 10ppm. Kapasitas panas adsorpsi (ΔH)
adalah perubahan kandungan panas atau
Pengujian Model Kesetimbangan perubahan entalpi suatu sistem yakni
Adsorpsi jumlah panas yang dibebaskan oleh
Model kesetimbangan yang diuji sejumlah adsorbat terhadap adsorben. Dari
adalah model kesetimbangan Langmuir persamaan 3, akan diplot dengan harga
dan Freundlich. Pengujian model konstanta Langmuir (KL) pada variasi suhu
kesetimbangan untuk setiap variasi suhu sehingga diperoleh grafik hubungan suhu
akan diperoleh parameter (1/T) terhadap Ln KL.
kesetimbangannya. Parameter KL = Koexp ( ) (3)
kesetimbangan dimasukkan ke dalam
masing-masing persamaan model yang Dari persamaan 3 tersebut dan hasil
akan diuji. Persamaan Langmuir plot maka dapat diketahui kapasitas panas
dinyatakan pada persamaan berikut : adsorpsi (ΔH) yang dihasilkan pada
(1) penelitian ini yaitu sebesar
17,191Kj/mol.K. Oleh karena itu, kita
Persamaan Freundlich dinyatakan pada dapat mengetahui bahwa adsorpsi yang
persamaan berikut : terjadi lebih didominasi dengan adsorpsi
fisika Karena panas adsorpsi fisika antara -
(2) 4 – 40Kj/mol.K. Kapasitas panas adsorpsi
yang dihasilkan bernilai positif, artinya
Untuk menentukan kecocokan model proses terjadi secara endothermic (dawood
kesetimbangan dapat dilihat dari nilai dan Sen, 2012).
Correlation Factor (R2) yang diperoleh
(Ghahremani et al., 2013). Nilai Perubahan Entropi Adsorpsi (ΔS)
Correlation Factor (R2) yang mendekati 1 Kapasitas panas adsorpsi (ΔH)
menunjukkan semakin cocok nya dengan adalah perubahan kandungan panas suatu
model kesetimbangan yang didapatkan sistem yakni jumlah panas yang
(Cui et al., 2014). dibebaskan oleh sejumlah adsorbat

JOM FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 4


terhadap adsorben. Nilai ΔH ditentukan Thermodynamic, Kinetics
dengan memplotkan nilai LnKc terhadap Mechanism and Process Design,
nilai 1/T. Selanjutnya, dari persamaan Water Research Journal. 46, 1933-
garis singgungnya dapat ditentukan nilai 1946.
kapasitas panas adsorpsi dari slope sama Falahiyah, 2015, Adsorbsi Methylene Blue
dengan nilai ΔH/R dan nilai intersepnya Menggunakan Abu Dari Sabut dan
sebagai ΔS/R (Dawood dan Sen, 2012). Tempurung Kelapa Teraktivasi
Dari grafik diperoleh nilai ΔH= Asam Sulfat. Skripsi Sarjana,
17,191Kj/mol.K dan ΔS= 3,353Kj/mol.K Universitas Islam Negeri Maulana
4. Kesimpulan Malik Ibrahim.
Kondisi terbaik dalam proses Ghahremani, D., Iman, M., Esmail, S.,
degradasi zat warna Rhodamine B dengan Mohsen, E., Sahebali, M., & Leila,
konsentrasi 10 ppm dalam air adalah pada K. (2013). Potential of Nano
Crystalline Calcium Hydroxyapatite
massa fly ash 5 gr/L, suhu 45 oC dan pH 2.
for Tin (II) Removal From Aqueous
Mekanisme adsorpsi zat warna rhodamine Solutions : Equilibria & Kinetic
B oleh fly ash sawit lebih didominasi oleh Processes. Arabian Journal of
model isotherm Freundlich dengan R2 Chemistry.
yang mendekati 1. Adsropsi penelitian ini Setiyanto, Riwayati, I, dan Kurniasari, L.,
termasuk adsorpsi fisika dengan kapasitas 2015, Adsorbsi Pewarna Tekstil
panas adsorpsi (∆H) yang bersifat Rhodamin B dengan Menggunakan
Senyawa Xanthat Pulpa Kopi,
exothermic.
Momentum Journa. 11(1), 24-28.
Khan, T, A, Ali, I, Singh, V, V dan
Daftar Pustaka Sharma, S, 2009, Utilization of Fly
Amri, A, Supranto, Fahruroizi M, 2004. Ash as Low-Cost Adsorbent For the
Kesetimbangan Adsorbsi Optional Removal of Methylene Blue,
Campuran Biner Cd (II) dan Cr (III) Malachite Green and Rhodamine B
dengan Zeolit Alam Terimpregnasi Dyes From Textile Wastewater,
2-Merkaptobenzotiazol. Jurnal Journal of Environmental Protection
Natur Indonesia, 6(2), 111-117. Science, (3), 11-22.
Azis, A, Manaf, L, Man, C, dan Kumar, S., Levenspiel, O. (1999). Chemical reaction
2014, Kinetic Modeling and engineering third edition.
Isotherm Studies for Copper(II) Reddy, S, Sivaramakrishna, L, dan Reddy,
Adsorbtion onto Palm Boiler Mill V., 2012, The Use of An
Fly Ash (POFA) as A Natural Low- Agricultural Waste Material,
Cost Adsorbent, Bioresources Jujuba Seeds for the Removal of
Journal. 9(1), 336-356. Anionic Dye (Congo Red) from
Cui, L., Xu, W., Guo, X., Zhang, Y., Wei, Aqueous Medium, Journal of
Q., & Du, B. (2014). Synthesis of Hazardous Material. 203-204,
strontium hydroxyapatite embedding 118-127.
ferroferric oxide nano-composite and
its application in Pb2+ adsorption.
Journal Of Molecular Liquids, 197,
pp. 40-47.
Dawood, S, dan Sen, T, K., 2012,
Removal of Anionic Dye Congo Red
From Aqueous Solution by Raw
Pine and Acid Treated Pine Cone
Powder as Adsorbent: Equilibrium,

JOM FTEKNIK Volume 5 Edisi 1 Januari s/d Juni 2018 5

You might also like