You are on page 1of 84

Koinfeksi TB HIV

Tim Fasilitator Perawatan, Dukungan dan


Pengobatan HIV/ART
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT HIV
ART CARE SUPP

Epidemi ganda
HIV
TB

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT HIV
ART CARE SUPP

HIV dgn risiko

HIV +
HIV + dgn TB aktif

Infeksi TB

TB aktif

DOTS
Epidemi TB
Epidemi HIV

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Epidemiologi TB
di Asia Selatan & Tenggara

Asia Selatan dan Tenggara


beban 40 % dari TB global

memikul

Di Asia Selatan dan Tenggara > 95%


kasus dijumpai di India, Indonesia,
Bangladesh, Thailand, dan Myanmar

TB merupakan penyebab kematian


utama akibat penyakit infeksi pada umur
> 5 tahun di Asia Selatan & Tenggara

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Epidemiologi ko-infeksi
TB-HIV
1/3 ODHA terinfeksi TB
TB merupakan IO terbanyak dan
penyebab kematian utama pada
ODHA
40

% kematian
dengan TB

ODHA

terkait

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Epidemiologi ko-infeksi TBHIV

3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di


Asia Selatan & Tenggara

Diperkirakan
dalam
3-5
thn
mendatang, 20-25% kasus TB pada
beberapa negara di Asia Selatan &
Tenggara
berhubungan
langsung
dengan HIV

Estimasi prevalensi HIV pd


kasus baru TB , 2006

Prevalensi HIV pd
kasus TB, 15-49 thn (%)

Tdk ada estimasi


0-4
5-19
20-49
> 50
The boundaries and names shown and the designations used on this map do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health
Organization concerning the legal status of any country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or boundaries.
Dotted lines on maps represent approximate border lines for which there may not yet be full agreement.
WHO 2006. All rights reserved

TB-related Mortality in HIV Patients :


WHO 2010
33.3 million people live with
HIV/AIDS worldwide
1/3 (11 million) of HIV-infected
patients are infected with
Mycobacterium tuberculosis
1/10 (1.1 million)
developed TB disease
annually

9.4 million new TB cases in


2009
1.1 million (11.7%) cases
were patients with HIV

380,000 people with HIV died


from TB (4700 deaths a day)
Risk of developing active TB 7-10% per year vs 10% lifetime

Global tuberculosis control 2010.

Infeksi TB vs Penyakit TB (TB


aktif)

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Infeksi TB organisme ada, tetapi


bersifat dormant (tidur), tdk dpt
menginfeksi orang lain
Penyakit TB orang tsb sakit dan dapat
menularkan penyakitnya ke orang lain
10% orang dgn infeksi TB akan menjadi
penyakit TB
Setiap orang dgn TB aktif dapat
menginfeksi 10-15 orang/ tahun

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Kapan infeksi TB menjadi


penyakit?
Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun
pertama setelah infeksi
Jika orang menjadi
immunocompromised
HIV
Kanker
Khemoterapi
Diabetes yang tidak terkontrol
Malnutrisi

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Interaksi TB-HIV

HIV merupakan faktor risiko utama


menyebabkan TB aktif
Jumlah progresi menjadi TB aktif:
> 40 % pada pasien dengan HIV
5 % pada pasien tanpa HIV

Risiko reaktifasi infeksi TB:


2.5-15 % setiap tahun pada pasien dgn
HIV
< 0.1 % setiap tahun pada pasien tanpa
HIV

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Interaksi TB-HIV

TB mempercepat perjalanan infeksi


HIV
Pasien dgn koinfeksi TB-HIV
mempunyai viral load sekitar 1 log
lebih besar daripada pasien tanpa TB
Angka mortalitas pada ko-infeksi TBHIV k.l. 4 x lebih besar daripada
pasien dengan hanya TB sendiri

Interaksi TB-HIV
Kerentanan
Presentasi

TB

HIV

Progresi Penyakit
Mortalitas

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

TB increased HIV viral


replication

Efek jumlah CD4 terhadap risiko TB


di antara ODHA
20

Insidens TB (per 100 /thn)


>350 200-350 <200

15

10

0
Italia

AS

Afrika Selatan

Antonucci JAMA 1995;274:143; Markowitz Ann Int Med 1997;126:123; Badri Lancet 2002;359:2059

TB dan AIDS
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Risiko TB
selama hidup

60%

10%

PPD+/HIV-negatif

PPD+/HIV+

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Masalah

Tuberkulosis kedaruratan global


Tuberkulosis di populasi dgn prevalensi
HIV yg tinggi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di antara
ODHA
Ke-2 penyakit menimbulkan stigma
Ke-2 penyakit memerlukan perawatan
jangka panjang

"We cannot win the battle


against
AIDS if we do not also fight TB.
TB is too often a death
sentence for
people with AIDS.
It does not have to be this
way."
Nelson Mandela,

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Nelson Mandela,
Former President of South Africa

"We cannot win the battle


against
AIDS if we do not also fight TB.
TB is too often a death sentence
for
people with AIDS.
It does not have to be this way."

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

DIAGNOSIS TB

Riwayat penyakit (anamnesis)


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Sputum
Foto Toraks
Tes Tuberkulin
Kecurigaan

Gejala Penyakit TB aktif

Batuk > 3 minggu


(memproduksi
sputum)*
Nyeri dada*
Hemoptysis*
Demam
Menggigil

Keringat malam
Lemas
Napsu makan
menurun
Berat badan
menurun atau tidak
naik-naik

*Gejala yang sering terdapat pada kasus TB paru

Diagnostik Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan laboratorium

BTA 3 kali
Kultur
Identifikasi

Pemeriksaan BTA satu kali negatif , TB


belum dapat disingkirkan

BTA positif memerlukan pengobatan

Kultur darah bisa positif

20 sampai 40% koinfeksi HIV-TB

Pemeriksaan tiga sputum


adalah optimal
93%

Kumulatif Positifitas

100%

100%

81%

50%

0%

Pertama

Kedua

Ketiga

Proporsi pasien dgn TB paru yang


mempunyai smear BTA positif
70
60

HIV
Negatif

Positifitas BTA pd
pasien TB
HIV awal

50
40
30
20
10
0

HIV lanjut

Hasil X-foto dada pasien TB


dengan infeksi HIV

HIV lanjut
HIV awal

(severe immuno-compromise)

Infiltrat interstitial

Limfadenopati hilar

Jenis TB terkait dengan jumlah CD4

500 CD4

HIV awal
Typical

Tuberculosis

200 CD4
50 CD4

Atypical
PTB

HIV lanjut

EPTB

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Manifestasi Klinis TB pada HIV


Dini

Lanjut

Klinis
Tipikal
PPD
Biasanya (+)
Foto dada
Tipikal
Gamb Paru
Lobus Atas
bawah/tengah
TB ekstra paru Jarang
Mikobakteremi Tidak ada
Adenopati hilus/
mediastinum
Efusi pleura
Jarang

Atipikal
Biasanya (-)
Atipikal
Lob.
Sering/banyak
Ada
Tidak ada Ada
Sering

Presentasi TB paru
tergantung stadium HIV
HIV awal
(stad 1-2)

HIV lanjut
(stad 3-4)

Klinis

Haemoptysis
Batuk kronis
Keringat malam
BB

High fever
Sesak napas
BB

Hapusan

Sering positif
(80-90%)

Sering negatif

X-ray

Kavitas
Lobus atas
infiltrat

TB Primer:
Lobus bawah
infiltrat
KGB intra-torakal >

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

TB ekstra-paru dengan HIV


Limfadenopati (sering)
Efusi pleura
Penyakit perikardial
Meningitis
Peritonitis

TB Ekstra Paru yang sering ditemukan


Jenis

Lokasi

Gejala Klinis

Diagnosis

1.

Limfadenitis TB

Leher

Nyeri tekan (-)


Dpt menjadi abses
G/ lain: - demam
- keringat malam
- nafsu makan

Aspirasi jarum halus


Biopsi

2.

TB milier

Paru

Batuk, nafsu makan


Foto toraks
Sesak napas
G/ lain yg berhubungan
dengan organ yg terkena

TB ekstra paru, lanjutan

3.

Jenis

Lokasi

Gejala Klinis

Diagnosis

Efusi pleura TB

Rongga
pleura

Sesak napas, nyeri dada,


demam

Foto toraks:
perselubungan
homogen
Pungsi aspirasi

4.

Meningitis TB

Otak

Sakit kepala, kesadaran Pungsi lumbal


kaku kuduk (+), kelainan
neurologi lainnya

5.

Efusi
perikardium TB

Perikardium

Lemah, pusing, nyeri


dada, napas pendek,
nyeri hipokondrium, kaki
bengkak

Foto toraks
EKG
Echocardiography
Perikardiocentesis

TB ekstra paru, lanjutan

Jenis
6.

Spinal

Lokas Gejala Klinis


i

Diagnosis

Nyeri punggung, gibus,


nyeri radikuler, abses
psoas, kompresi medula
spinalis

Foto sinar X (polos)


Biopsi jaringan

7.

Tulang

Osteomielitis kronis

Biopsi jaringan

8.

Sendi perifer

Monoartritis

Foto sinar X
Biopsi cairan sendi

9.

Usus

Diare, massa di perut

Barium sinar X

10.

Hati

Nyeri/massa di perut
kuadran kanan atas

USG, Biopsi

11.

Ginjal &
saluran kemih

Sering b.a.k, dysuri,


hematuri, nyeri/bengkak di
punggung

Steril piuria, biakan urin


Pielogram intravena

TB ekstra paru, lanjutan

Jenis

Lokas Gejala Klinis


i

Diagnosis

12.

Kelenjar
adrenal

Gambaran hipoadrenal
(hipotensi, Na , K /tetap,
urea , glukosa

Foto sinar-X (polos)


USG

13.

Infeksi sal
napas atas

Suara serak, nyeri telinga,


bengkak & sakit

Biasanya komplikasi TB
paru

14.

Salura genital
wanita

Infertilitas, infeksi panggul,


kehamilan ektopik

15.

Saluran genital
laki-laki:
Epididimidis

Pemeriksaan panggul
Foto sinar-X sal genital
Biopsi jaringan

Seringkali terjadi
akibatTB ginjal/saluran
kemih

Terapi TB aktif dan HIV


1.
2.

Menjamin terapi yang lengkap (penting)


Terapi TB/HIV sama seperti HIV (-),
kecuali:

3.

Jangan gunakan pengobatan rifampin atau


rifabutin 2 x seminggu jika jumlah sel CD4 <
100 sel/L

Waspada terhadap interaksi obat dan


reaksi paradoksikal (IRIS)

Pyrazinamide tidak memberikan manfaat


tambahan jika diberikan di luar 2 bulan pada
terapi jangka pendek
100

96

90

92

Cure Rate (%)

80
60
40
20
0
2 bulan PZA

4 bulan PZA

6 bulan PZA
Am Rev Respir Dis 1991;143:700-6

Respons terhadap terapi anti TB

Mortalitas lebih tinggi pada smearnegatif


Mortalitas lebih tinggi pada RZHE/HE
daripada RZHE/RH
Angka kekambuhan lebih tinggi pada
TB-HIV
Memperpanjang pemberian R ?
Memberikan INH pasca pengobatan

Sonnenberg, 13th Intl AIDS Conference, Durban, 2000

Recurrence/re-infection??

Tergantung kepada derajat pajanan


326 pasien TB: 46 % HIV +, F/U 2 tahun
Recurrence: 65
16% per tahun HIV +

6% per tahun pd HIV -

13/21 HIV+ akibat re-infeksi vs 1/18 HIV

Peningkatan risiko recurrence pd HIV+


secara primer disebabkan oleh re-infeksi
Sonnenberg, 13th Intl AIDS Conference, Durban, 2000

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Paling sedikit diberikan selama


6 bln
Pada kasus tertentu diberikan
9 bln

Efek samping hepatotoksis serius


jenis OAT

PZA : 1,48%

INH

: 0,49%

Rif

: 0,43%

EMB : 0,07%

Risiko pd HIV 3,8 kali


Yee D et al. Am J Respir Crit Care Med 2003;167:1472-1477

Kemungkinan faktor yg berperan


terjadinya hepatotoksisitas OAT

Usia lanjut
Perempuan
Penyakit hati yg menyertainya
Dosis OAT terlalu tinggi
Efek potensiasi dgn obat hepatotoksik
lain
Asetilator cepat INH
Tost JR et al. Int J Tuberc Lung Dis 2005;9:534-540

Kemungkinan faktor yg berperan


terjadinya hepatotoksisitas OAT

Nutrisi jelek
Parasitisme meluas
Infeksi kronis
Penggunaan OAT yg sembarangan
Etnis
Beratnya penyakit
Alkoholisme kronis
Predisposisi Genetik
Shakya R et al. Ann Pharmacother 2004; 38:1074-1079

Kriteria menghentikan OAT pd


hepatitis imbas obat

SGOT dan/atau SGPT > 5 x normal


tertinggi atau
SGOT dan/atau SGPT > 3 x normal
tertinggi dgn nausea, vomitus, nyeri
perut, lelah
Peningkatan bilirubin > 2 g%
Ikterus

ATS

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Mulai ART pada semua TB-HIV berapapun


jumlah CD4nya
Mulai dengan terapi TB dan dilanjutkan ART
secepat mungkin ( 2 8 mgg )
Gunakan EFV jika Odha sedang dalam terapi
TB

Jika tidak ada EFV, bisa dipergunakan NVP


(langsung 2 x 200 mg)

Absorpsi

Interaksi obat2 TB/HIV

Metabolisme

CYP3A4
PI

Metabolisme

NNRTI

Eliminasi

Efek Rifampisin terhadap obat2


anti HIV

Protease inhibitor

80 % berkurang
35 % berkurang
92 % berkurang
82 % berkurang
81 % berkurang

Nonnucleoside reverse transcriptase


inhibitor (NNRTI)

Saquinavir
Ritonavir
Indinavir
Nelfinavir
Amprenavir

Nevirapine
Efavirenz

37 % berkurang
26 % berkurang

Reverse transcriptase inhibitor

Tidak ada efek

TB dan HIV
Pemberian HAART segera vs ditunda
Alasan menunda terapi HIV sampai TB diobati:
1. HIV merupakan penyakit kronis.
2. Adherence dapat bermasalah.
3. Manajemen toksisitas lebih rumit.
4. Immune restoration dapat menimbulkan
paradoxical reactions.

TB dan HIV:
Pemberian HAART segera vs ditunda
Alasan memulai terapi HIV pada awal TB:
1.TB berkaitan dengan aktifasi imun, peningkatan
replikasi HIV, dan mempercepat progresi
penyakit HIV.
2.Terapi antiretroviral yg poten dapat mengurangi
jumlah HIV RNA, memperbaiki fungsi imun dan
memperlambat progresi penyakit HIV.
3.Terapi HIV mengurangi risiko timbulnya IO yang
lain.

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Masalah terapi:
Adherence / jumlah pil banyak
Efek toksisitas yang tumpang tindih

mual, muntah, ruam kulit, hepatitis, anemi

Interaksi obat

Rifampisin merupakan enzyme inducer yang kuat

Paradoxical worsening TB

Reaksi Immune reconstitution


Lebih sering jika ART dimulai lebih dini pada terapi
TB
Jika mungkin tunda ART sampai fase intensif selesai

Efek samping

HAART
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati

Terapi TB
- demam
- ruam kulit
- gangguan hati
- neuropati

Sering terjadi dan sama

Immune Reconstitution
Inflammatory Syndrome (IRIS)

TB Immune reconstitution

Kolaborasi Tb HIV
Program TB

Program AIDS

Penemuan kasus/
diagnosis

Perawatan Pallatif

Pencegahan HIV

ART

Fase lanjutan

Dukungan psiko-sosio-ekonomi

Intensive
Phase

Terapi IO

Fase intensif

Profilaksis IO

Terapi TB (DOT)

Entry point/T&C

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Multi-drug Resistant (MDR) TB

MDR-TB

terjadi jika timbul resistensi


terhadap isoniazid dan rifampisin
Sekitar 300 000 kasus baru MDR-TB
setiap tahun
Saat ini 79% MDR-TB resisten terhadap
paling sedikit 3 atau 4 OAT
Disebabkan oleh pemberian obat yang
tidak sesuai dan adherence yang buruk

MDR = Multiple drug-resistant


Isolat TB yg resisten paling sedikit
terhadap isoniazid dan rifampisin

XDR = Extensively drug-resistant


MDR + resisten terhadap fluoroquinolone
dan 1 dari 3 obat suntik (amikacin,
kanamycin, capreomycin)

MDR TB adalah masalah yg dibuat manusia


Ini membutuhkan biaya, kematian,
kelemahan, dan ancaman terbesar bagi
strategi penanggulangan TB saat ini.

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Multi-drug Resistant (MDR) TB

Secara bermakna meningkatkan

angka morbiditas dan mortalitas


Memerlukan penggunaan terapi lini
kedua yang mahal dan toksik
Strategi DOTS penting dalam
mencegah terjadinya MDR-TB

Three I utk HIV/TB

Intensified TB case finding

Isoniazid preventive therapy

Infection control for TB in HIV care

Intensifikasi penemuan kasus TB

Skrining gejala TB pd orang yang


berisiko tinggi mendapat TB aktif
Odha
Risiko tinggi mendapat HIV
Kontak rumah tangga, narapidana,
pengguna NAPZA suntik
DOTS

Terapi profilaksis INH

Reduces risk by 3367% for up to 48 months.


Apa?
Penggunaan isoniazid (INH) pada orang
dengan infeksi laten M. tuberculosis
Mengapa?
Untuk
mencegah
penyakit TB aktif

progresi

menjadi

Hal penting HIV-TB

TB adalah penyebab IO terbesar


TB bisa terjadi pada semua tahapan HIV
HIV merupakan faktor pencetus terbesar
untuk terjadinya TB aktif
Semakin lanjut tahapan dari HIV, semakin
tidak khas gambaran TB
Anergi terhadap tes tuberkulin meningkat
seiring dengan menurunnya CD4

HIV ART CARE SUPPORT AND TREATMENT HIV ART CARE SUPPORT
HIV ART CARE HIV

Hal penting HIV-TB

Terapi jangka pendek adekuat untuk


pengobatan
Profilaksis INH efektif
Penanganan klinis yang tepat memperbaiki
prognosis walaupun tanpa ART
ART dapat diberikan bersama-sama dengan
OAT, tetapi dengan pilihan ART terbatas
jika digunakan rifampisin

Perilaku risiko tinggi utk HIV

Infeksi TB

Kel. 1:
HIV + dan TB Kel. 5:
HIV - dan
TB aktif

Kel 4:
HIV tetapi
berperilaku risiko
tinggi dan TB aktif

Kel. 2:
HIV + dan infeksi
TB laten
Kel. 3:
HIV + dan TB aktif

Perilaku risiko tinggi utk HIV

Kel. 1:
HIV + dan TB -

Infeksi TB

Risiko HIV

Kel. 1:
HIV (+) dan TB (-)
BCG (utk anak kecil, HIV
asimptomatik)
Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan
Penyuluhan kes utk HIV
(dan TB), termasuk
skrining IMS, promosi
kondom dan NAPZA suntik
yg aman
Pemantauan terus
menerus terhadap TB aktif

Infeksi TB

Risiko HIV

Kel. 2:
HIV (+) dan infeksi TB laten
Profilaksis primer utk infeksi TB
Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan
Penyuluhan kes utk HIV (dan
TB), termasuk skrining utk IMS,
promosi kondom dan NAPZA
sutik yg aman
Pemantauan terus menerus
terhadap TB aktif

Infeksi TB

Risiko HIV

Infeksi TB

Kel. 3:
HIV (+) dan TB aktif
DOTS
Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan
Penyuluhan kes utk HIV dan TB,
termasuk skrining utk IMS, promosi
kondom dan NAPZA suntik yg aman
Kotrimoksasol selama terapi TB

Risiko HIV

Infeksi TB

Kel. 4:
HIV (-) berisiko dan
TB aktif
DOTS
Penyuluhan kes utk
HIV dan TB,
termasuk skrining utk
IMS, promosi
kondom dan NAPZA
suntik yg aman

Risiko HIV

Infeksi TB

Kel. 5:
HIV (-) dan
TB aktif
DOTS

Risiko HIV

Infeksi TB

Kel. 1:
HIV (+) dan TB (-)
BCG (utk anak kecil, HIV
asimptomatik)

Kel. 5:

Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan

HIV (-) dan


TB aktif

Penyuluhan kes utk HIV (dan


TB), termasuk skrining utk IMS,
promosi kondom dan NAPZA
suntik yg aman

DOTS
Kel. 4:
HIV (-) berisiko dan
TB aktif

Pemantauan terus menerus


terhadap TB aktif
Kel. 2:
HIV (+) dan infeksi TB laten
Profilaksis primer utk infeksi TB
Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan
Penyuluhan kes utk HIV (dan TB),
termasuk skrining utk IMS, promosi
kondom dan NAPZA suntik aman
Pemantauan terus menerus
terhadap TB aktif

Kel. 3:
HIV (+) dan TB aktif
DOTS
Perawatan HIV/AIDS
berkesinambungan
Penyuluhan kes utk HIV dan TB,
termasuk skrining utk IMS, promosi
kondom dan NAPZA suntik yg aman
Kotrimoksasol selama terapi TB

DOTS
Penyuluhan kes utk
HIV dan TB,
termasuk skrining utk
IMS, promosi
kondom dan NAPZA
suntik yg aman

kasus 1
Tn M, 30 tahun
TB paru BTA positif,
pengobatan sudah 1
bulan dgn FDC fase
awal
Pengguna IDU
Hb 13 leukosit 2500
trombosit 111000
SGOT 45, SGPT 50
HBsAg -, anti-HCV -

Rencana saat ini?

PITC
A) hasilnya
nonreaktif

Selanjutnya apa
yang dilakukan ?

OAT teruskan
KIE
Test 3 bulan lagi

PITC
A) hasilnya reaktif

Selanjutnya
pemeriksaan apa
yang dilakukan ?

PITC
A) hasilnya reaktif

Selanjutnya
pemeriksaan apa
yang dilakukan ?

Periksa CD4
a ) jika tak ada
b ) jika ada hasinya
CD4 55 sel/mm3

Terapi apa yang


diberikan ?

a. Pemberian terapi
ARV?
b. Profilaksis
kotrimoksasol?
c. Konseling praARV?

kasus 1
Ps memulai
Kotrimoksasol 1
x 960 mg
selama 10-14
hari
Tidak ada reaksi
alergi

ARV kemudian dimulai


Pilihan terapi?
A.Duviral (Zidovudine,
Lamivudine) +
Nevirapine?
B.Stavudine + Lamivudine
+ Nevirapine?
C.Duviral + Efavirenz?
D.Tenofovir + Lamivudine +
Efavirenz?

Duviral + Efavirenz

kasus 1
Sepuluh hari sejak
mulai ARV, pasien
demam
Timbul lemas dan
anemia

Bagaimana
penatalaksanaan
selanjutnya?
Obat apa yang
sebaiknya
dihentikan?

Cek Hb
Stop duviral
Ganti dengan TDF

You might also like