Professional Documents
Culture Documents
STROKE
Stroke
Sindrom
yang
di
sebabkan
oleh
gangguan
peredaran darah otak (GDPO)
dengan awitan akut, disertai
manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma, ataupun
infeksi susunan saraf pusat.
51,6/100.000
penduduk
4,3% penderita stroke mengalami
kecacatan yang memberat.
15-27% angka kematian pada semua
kelompok usia.
Stroke lebih banyak di alami laki-laki di
bandingkan perempuan.
Intracerebral
Hemorrhage
No history of transient
ischemic attack
Headache(Often severe)
PATOFISIOLOGI STROKE
KOMPLIKASI STROKE
Pneumonia
Urinary Tract Infection
Pressure Ulcer
Falls
Venous Thromboembolism
Deep Vein Thrombosis
Pulmonary Embolism
Constipation
Stroke Sepsis
Because of the Immune-suppressive effect of
cerebral damage stroke patients are at high
risk for infections These might result in
sepsis, which is the major contributor to
intensive care unit (ICU) mortality.
30 patients (12.6%) with sepsis within the first
7 days from stroke onset. The lungs were
the most frequent source of infection
(93.3%), and gram-positive organisms were
dominating
the
microbiologic
spectrum
(52.4%).
Sepsis
tidak
hanya
disebabkan
oleh
bakteriemia, tetapi juga
oleh sebab-sebab lain.
Kerusakan dan disfungsi
organ dapat disebabkan
oleh
respon
tubuh
terhadap
infeksi
dan
kondisi lain pada sindrom
sepsis
Pada keadaan normal,
respon
ini
dapat
diadaptasi,
tapi
pada
sepsis respons tersebut
menjadi berbahaya.
20
Banyak sekali
mediator yang
belakangan ini
ditemukan
berperan dalam
patogenesis
sepsis dengan
efek yang
berbeda-beda.
21
Bakteremia
Sindroma
Respon Inflamasi
Sistemik
Respon tubuh terhadap inflamasi sistemik yang ditandai minimal 2 (dua) dari
keadaan di bawah ini :
1.suhu badan > 380C atau < 360C
2.frekuensi denyut jantung > 90 x/menit
3.Frekuansi pernafasan > 20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4.lekosit > 12.000 sel/mm3, < 4.000 sel/mm3, atau > 10% bentuk imatur
(batang)
Sepsis
Sepsis Berat
Sepsis dengan
hipotensi
Sepsis dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau penurunan tekanan
darah sistolik > 40 mmHg dan tidak ditemukan penyebab hipotensi lainnya
Syok Septik
Sindroma Gagal
Multiorgan
Etiologi
Penyebab tersering adalah infeksi bakteri.
Sepsis sering timbul sebagai akibat infeksi
nosokomial oleh bakteri gram negatif.
Faktor risiko pejamu (rentan):
24
28
29
Gejala klinis
Keluhan dan gejala klinis pada awal sepsis sangat tidak spesifik
Biasanya klinis sakit berat, tidak dapat berkomunikasi dengan baik
Hampir semua febris, dapat menggigil
Mual, muntah, diare dan nyeri kepala
Letargi atau kelelahan dan kesadaran berkabut
Takipnea dengan alkalosis respiratorik
Gejala lokal sesuai dengan sumber infeksi :
SSP : depresi status mental, meningitis
Leher/kepala : membran tympani bengkak, nyeri sinus,, stridor,
limfadenopati
Paru : batuk, rinki, konsolidasi
Jantung : kelainan katup, regurgitasi
Abdomen, nyeri tekan/lepas tekan
Genitourinarius : nyeri ketok kostovertebral
Jaringan lunak, tulang : nyeri lokal, edema, eritema
Kulit : ptekiae, purpura
32
Gejala klinis
Pada syok septik
Awal : Hipotensi karena adanya shunting darah melalui
anastomosis arteri vena, yang menyebabkan terjadinya
warm-shock (curah jantung meningkat dan tahanan
perifer menurun)
Kemudian disusul masuknya kembali darah ke pembuluh
kapiler. Karena kebocoran plasma, hematokrit dan
lumen kapiler akan tertutup oleh gumpalan eritrosit,
sehingga aliran darah tertutup penderita pucat, dingin
dengan kulit basah. Tahanan perifer atau tetap rendah,
sehingga tekanan darah makin karena curah jantung
pada syok fase lanjut cold-shock.
33
Gejala klinis
Tahanan kapiler paru-paru tetap tinggi mikrotrombin
dan
kebocoran
kapiler
paru
hipoksemia,
hiperventilasi, infiltrat paru dan gambaran ARDS (Adult
Respiratory Distress Syndrome).
Dapat terjadi perdarahan, trombositopenia dan
leukositosis karena adanya DIC.
Bisa terjadi leukopenia
Perfusi inadekuat pada organ-organ lain akan
berakibat terjadinya kerusakan organ dan gangguan
fungsinya.
Bila terjadi pada ginjal akan terjadi oliguria atau
anuria.
Kelainan pada hati dapat menimbulkan ikterus.
Keadaan yang berkelanjutan pada jantung akan
menyebabkan kegagalan jantung dan sebagainya.
34
Laboratorium
35
Diagnosis klinis
Diagnosis
36
DIAGNOSA KLINIS
Syok septik : sepsis dengan hipotensi dan
gangguan perfusi menetap walaupun telah
dilakukan terapi cairan yang adekuat, dapat
meliputi (tapi tidak terbatas pada) asidosis
laktat, oliguria atau gangguan status metal
akut. Pasien yang terdapat obat-obatan
inotropik atau vasopresor mungkin tidak
menunjukkan hipotensi pada saat gangguan
perfusi diukur
Hipotensi ialah tekanan darah sistolik <
90mmHg atau penururnan tekanan sistolik >
40mmHg dari tekanan sebelumnya tanpa
adanya penyebab lain.
Komplikasi
38
39
40
Dukungan hemodinamik
RESUSITASI
Terutama pada pasien sepsis berat dengan hipotensi atau
syok
Dilakukan secepat mungkin, secara intensif :
42
45
Terapi suportif
Mencegah dan mengatasi komplikasi akibat
sepsis sehingga kondisi pasien dapat
dipertahankan atau diperbaiki sebelum
antimikroba bekerja
Mencakup :
Oksigenasi/ventilator
Vasopresor/inotropik
Terapi cairan dan nutrisi
Dialisis
Transfusi darah/plasma
Oksigenasi
Bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya
meningkatkan
saturasi
oksigen
darah,
meningkatkan traspor oksigen dan memperbaiki
utilisasi oksigen di jaringan
46
Terapi suportif
Terapi cairan
47
Terapi suportif
Vasopresor/inotropik
49
50
Terapi suportif
Bikarbonat
Mengoreksi asidemia pada sepsis
Dapat diberikan bila pH < 7,2 atau
serum bikarbonat < 9 meq/l
Disertai upaya memperbaiki
hemodinamik
Dalam pemberian HCO3- perlu dihitung
jumlah HCO3- yang diperlukan untuk
meningkatkan konsentrasi. Adapun
formulanya adalah sebagai berikut:
Defisit HCO3- = 0,5 x BB(kg) x ([HCO3diinginkan]-[ HCO3-terukur])
Natrium bikarbonat: : BexBWx0,3 =
....mEq
51
Terapi suportif
Disfungsi ginjal
Nutrisi
Gangguan koagulasi
Proses inflamasi menyebabkan gangguan koagulasi dan DIC
berupa konsumsi faktor pembekuan dan pembentukan
mikrotrombus di sirkulasi
Pada sepsis berat atau syok septik terjadi penurunan aktivitas
antikoagulan dan supresi fibrinolisis kegagalan organ
Terapi antikoagulan : heparinisasi, antitrombin dan substitusi
faktor pembekuan
Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi tidak menurunkan mortalitas
Penggunaan steroid ada yang menganjurkan setelah
terjadi syok septik.
Penggunaan kortikosteroid yang di rekomendaasikan low
doses corticosteroid > 300 mg hydrocortisone per hari
53
dalam keadaan septic shock
Penanganan di ICU
Dengan penanganan di ICU, mortalitas
syok septik karena bakteri gram-negatif
menurun dari 90% menjadi 50%, terutama
karena dapat dilakukannya pemantauan
yang ketat terhadap fungsi jantung,
tekanan darah dan pemberian oksigen
Terapi suportif : ekspansi volume dengan
cairan kristaloid, koloid atau darah,
pemberian vasopresor pada hipotensi,
pemberian
inotropik
jantung
dan
oksigenasi adekuat
54
Penanganan di ICU
Bila syok :
volume replacement secepat mungkin
Bila TD tetap rendah dopamin atau
dobutamin uantuk meningkatkan curah
jantung
Bila TD masih tetap rendah, dapat
ditambahkan adrenalin
Efek -adrenergik dari adrenalin mungkin
diperlukan untuk penderita yang tetap
hipotensi setelah pemberian dopamin
Untuk dapat memberikan oksigen lebih
agresif dapat dipasang ventilator mekanik
pertukaran gas akan lebih baik, sehingga
oksigenasi darah lebih baik.
REFERENSI
REFERENSI
Derek C. Angus, M.D., M.P.H., and Tom van der Poll, M.D., Ph.D.
Severe Sepsis and Septic Shock. N Engl J Med 2013; 369:840-851.
Dewanto G. dkk. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana
Penyakit Saraf. EGC. Jakarta.2009
Guntur, AH.Sepsis dalam ; Sudoyo, AW., dkk. Buku Ajar ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke 5, Jilid III Interna Publishing. Hal. 288995. 2009.
Paul E. Marik, MD. Early Management of Severe Sepsis: Concepts
and Controversies. Chest 2014;145(6):1407-1418.
Perttu J. Lindsberg, and Armin J. Grau. Inflammation and
Infections as Risk Factors for Ischemic Stroke. American Heart
Association 34: 2518-2532. 2003.
Terima kasih