You are on page 1of 18

Yusi F | Corneal Ulcers

Treatment
[ ARTIKEL REVIEW ]

CORNEAL ULCERS
TREATMENT
Yusi
Farida
Faculty of Medicine, Universitas
Lampung

Abstra
ct
Extensive corneal ulcers require precise handling and fast for the prevention of the onset of
complications such as descementocele, perforation, endophthalmitis and blindness. Corneal
ulcers that heal will cause cloudiness of the cornea and leading the second cause of
blindness in Indonesia. The purpose of eradication treatment of corneal ulcers are
eradication of the corneal ulcer, suppress infammatory reactions so as not to aggravate the
destruction of the cornea, accelerate healing epithelial defects, predominate the
complications and improve visual acuity. This can be done by giving appropriate and
prompt treatment according to culture and sensitivity test results causing
microorganisms. Prognosis of corneal ulcers depends on the severity and rapid than get help,
the type of microorganism causes and the presence or absence of complications arising.
Management of corneal ulcers are not limited to providing antimicrobial, but the general
state of repair as well as measures to ease the symptoms and eliminate the cause. Some of
the causes of corneal ulcers include foreign bodies and contact lenses.

Keywords: Corneal, causes,


treatment, ulcers.

Abstra
k
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. Tujuan penatalaksanaan
ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari ulkus kornea, menekan reaksi peradangan
sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek
epitel, mengatasi komplikasi serta memperbaiki tajam penglihatan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil
uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat
keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya,
dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Penatalaksanaan ulkus kornea tidak terbatas pada
pemberian anti mikroba, melainkan perbaikan keadaan umum, serta tindakan-tindakan untuk
memperingan gejala dan menghilangkan penyebab. Beberapa penyebab ulkus kornea antara
lain adalah benda asing dan lensa kontak.

Kata kunci: Kornea, penatalaksanaan,


penyebab, ulkus

...
Korespondensi: Yusi Farida |
yusifaridaaa@yahoo.co.id
Pendahuluan kolagenase yang dibentuk oleh
Ulkus kornea merupakan sel epitel baru dan sel radang.
diskontinuitas atau hilangnya Gejala dari ulkus kornea yaitu
sebagian permukaan kornea nyeri, berair, fotofobia,
akibat kematian jaringan blefarospasme, dan biasanya
kornea. Terbentuknya ulkus disertai riwayat trauma pada
kornea diakibatkan oleh adanya mata. Ulkus kornea yang luas
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari
2015 | 119
Yusi F | Corneal Ulcers
Treatment
memerlukan penanganan yang timbulnya komplikasi seperti
tepat dan cepat untuk descementocele, perforasi,
mencegah perluasan ulkus endoftal- mitis, bahkan
dan kebutaan. Ulkus kornea yang
sembuh akan menimbulkan
jaringan parut kornea dan
merupakan penyebab kebutaan
1
nomor dua di Indonesia.
Tujuan penatalaksanaan
ulkus kornea adalah eradikasi
penyebab dari ulkus kornea,
menekan reaksi peradangan
sehingga tidak memper- berat
destruksi pada kornea,
mempercepat penyembuhan
defek

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari


2015 | 120
epitel, mengatasi komplikasi, mm dari anterior ke posterior,
serta memperbaiki tajam kornea mem- punyai lima
penglihatan. Prognosis ulkus lapisan, yaitu lapisan epitel
kornea tergantung pada tingkat (yang bersambung dengan
keparahan dan cepat lambatnya epitel konjungtiva bulbaris),
mendapat pertolongan, jenis lapisan Bowman, s t r o m a , m
mikroorganisme penyebabnya, e m b r a n D e s ce m e t , d
dan ada tidaknya komplikasi an
1
yang timbul. lapisan en
Ulkus kornea yang luas dotel.
memerlukan waktu
penyembuhan yang lama,
karena jaringan kornea bersifat
avaskuler. Penyembuhan yang
lama mungkin juga
mempengaruhi ketaatan
penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila ketaatan
penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotik maka
dapat menimbulkan masalah
baru, yaitu resistensi. Tingginya
angka resistensi dan
terlambatnya pengamatan
terhadap ulkus kornea
menunjukkan bahwa
pengetahuan akan
penatalaksanaan terhadap
ulkus kornea masih sangat
kurang. Oleh karena itu tulisan
ini dibuat untuk membahas
tatalaksana terhadap ulkus
kornea
1
.

DISK
USI

Kornea adalah
jarin gant ransparan
ya n g u ku r a n n ya s e b a n
- d i n g d e n g a n kr i s t a l
s e b u a h j a m t a n g a n ke
ci l . K o r n e a i n i d i s i s i p
ka n ke s kl e r a di l i m b u s ,
l e n g ku n g m e -
l i n g ka r pada
persambungan disebut sulkus
skelaris. Kornea dewasa rata-
rata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di tepi,
dan diameternya sekitar 11,5
Sumber nutrisi kornea maka proses infiltrasi dan
adalah pembuluh-pembuluh vaskularisasi dari limbus baru
darah limbus, aquous humour akan terjadi 48 jam kemudian.
dan air mata. Kornea superfisial Badan kornea, wandering cell
juga mendapat oksigen dan sel-sel lain yang terdapat
sebagian besar dari atmosfir. dalam stroma kornea, segera
Transparansi kornea bekerja sebagai makrofag,
dipertahankan oleh strukturnya kemudian disusul dengan
seragam, avaskularitasnya dan dilatasi pembuluh darah yang
2
deturgensinya. terdapat di limbus dan tampak
sebagai injeksi perikornea.
Patofsiologi Selanjutnya terjadi infiltrasi dari
sel-sel mononuklear, sel plasma,
Kornea merupakan bagian leukosit polimorfonuklear (PMN)
anterior dari mata, yang harus yang mengakibatkan timbulnya
dilalui cahaya dalam perjalanan infiltrat, yang tampak sebagai
pembentukan bayangan di bercak berwarna kelabu, keruh
retina. Perubahan dalam bentuk dengan batas-batas tak jelas
dan kejernihan kornea dan permukaan tidak licin,
mengganggu pembentukan kemudian dapat terjadi
bayangan yang baik di retina. kerusakan
Oleh karenanya, kelainan epitel dan timbullah ulkus
5,6
sekecil apapun di kornea, kornea.
dapat menimbulkan gangguan
penglihatan.
4 Etiologi
Kornea bagian mata yang
avaskuler, bila terjadi infeksi 1. Infeksi
a. Infeksi Bakteri: P. idoxiuridine, anestesi
aeraginosa, Streptococcus topikal, immunosupresif);
pneumonia dan spesies f. Kelainan dari membran
Moraxella merupakan basal, misalnya karena
penyebab paling sering. trauma;
9
Sebuah penelitian terbaru g. Pajanan (exposur) ;
menyebutkan bahwa telah h. Neurotropik.
ditemukan Acinetobacter
junii sebagai salah satu
penyebab ulkus
7
kornea.
Penyebab ulkus kornea
38,85%
disebabkan oleh
8
bakteri.
b. Infeksi Jamur:
disebabkan oleh Candida,
Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan
spesies mikosis fungoides.
Penyebab ulkus kornea
40,65% disebabkan oleh
8
jamur.
c. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus
herpes simplex cukup
sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti
oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan
ulkus.
d. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh
Acantha- moeba sering
terjadi pada pengguna
lensa kontak lunak. Infeksi
juga biasanya ditemukan
pada bukan pemakai lensa
kontak yang terpapar air
yang tercemar.

2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat
asam atau basa
tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e. Obat-obatan
(kortikosteroid,
3. Sistem Imun (Reaksi Lesi pada ulkus ini
Hipersensi- tivitas). dimulai dari daerah
sentral kornea yang
Klasifikasi dapat menyebar ke
samping dan ke dalam
Berdasarkan lokasi, dikenal kornea. Gambaran
ada 2 bentuk ulkus kornea, berupa ulkus yang
2
yaitu : berwarna abu-abu
1. Ulkus kornea sentral. dengan kotoran yang
A. Ulkus kornea dikeluarkan berwarna
bakterialis a. kehijauan. Kadang-
Ulkus Streptokokus kadang bentuk ulkus ini
Khas sebagai ulkus yang seperti cincin. Dalam
menjalar dari tepi ke bilik mata depan dapat
arah tengah kornea terlihat hipopion yang
(serpinginous). Ulkus banyak. Secara
bewarna kuning keabu- histopatologi, khas pada
abuan berbentuk cakram ulkus ini ditemukan
dengan tepi ulkus yang sel neutrofil yang
10 10
menggaung. dominan.
b. Ulkus Stafilokokus d. Ulkus Pneumokokus
Pada awalnya berupa Terlihat sebagai bentuk
ulkus yang bewarna ulkus kornea sentral
putik kekuning- an yang dalam. Tepi ulkus
disertai infiltrat berbatas akan terlihat menyebar
tegas tepat dibawah ke arah satu jurusan
defek epitel. sehingga memberikan
c. Ulkus Pseudomonas gambar- an karakteristik
yang disebut
ulkus serpen. Ulkus subepitel dan stroma.
terlihat dengan infiltrasi Dendrit herpes zoster
sel yang penuh dan berwarna abu- abu kotor.
berwarna kekuning- b. Ulkus kornea Herpes
11
kuningan. Penyeba- ran Simplex
ulkus sangat cepat dan Biasanya gejala dini
sering terlihat ulkus yang dimulai dengan tanda
menggaung dan di injeksi siliar yang kuat
daerah ini terdapat disertai terdapatnya
banyak kuman. suatu dataran sel di
e. Ulkus Neisseria permukaan epitel kornea
gonorrhoeae Ulkus disusul dengan bentuk
kornea yang terjadi dendrit atau bintang
karena Neisseria infiltrasi. Bentuk dendrit
gonorrhoeae dan herpes simplex kecil,
merupakan salah satu ulseratif, jelas diwarnai
dari penyakit menular dengan fluoresein.
seksual. Gonore bisa
menyebabkan perforasi D. Ulkus kornea
kornea dan Acanthamoeba
kerusakan yang sangat Awal dirasakan sakit yang
berarti pada struktur tidak sebanding dengan
mata yang lebih dalam. temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia.
B. Ulkus kornea fungi Tanda klinik khas adalah
Pada permukaan lesi ulkus kornea indolen,
terlihat bercak putih cincin stroma, dan infiltrat
dengan warna keabu- perineural.
abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas
irregular, feathery edge
dan terlihat penyebaran
seperti bulu di bagian
epitel yang baik. Terlihat
suatu daerah tempat asal
penyebaran di bagian
sentral sehingga terdapat 2

satelit-satelit disekitar- nya.


Pada infeksi kandida
bentuk
tukak lonjong dengan dengan perasaan lesu
permukaan timbul 1-3 hari
naik dan dapat terjadi sebelum timbulnya
neovasku- larisasi akibat gejala kulit. Pada mata
rangsangan radang. ditemukan vesikel kulit
dan edem palpebra,
C. Ulkus kornea virus konjung- tiva hiperemis,
a. Ulkus kornea Herpes kornea keruh akibat
Zoster Biasanya diawali terdapatnya infiltrat
rasa sakit pada kulit
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari
2015 | 122
Gambar 1. Ulkus kornea daerah kornea yang sehat
Acanthamoeba
dengan limbus.
2. Ulkus kornea b. Ulkus
perifer a. Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik
marginal
yang
Merupakan peradangan
biasanya mulai dari bagian
kornea bagian perifer perifer kornea berjalan
dapat berbentuk bulat atau progresif ke arah sentral
segiempat, dapat satu atau tanpa adanya kecenderungan
banyak dan terdapat untuk perforasi ditandai tepi
tukak

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 1 | Januari


2015 | 123
bergaung dengan bagian fungi, virus terutama keratitis
sentral tanpa adanya kelainan 2
herpes simplek.
dalam waktu yang agak lama. Pada pemeriksaan
oftakmologis didapatkan gejala
berupa adanya injeksi siliar,
Manifestasi klinis
kornea edema, terdapat
infiltrat, hilangnya jaringan
Gejala klinis pada ulkus kornea
kornea disertai adanya jaringan
secara umum dapat berupa:
nekrotik. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
3
1. Gejala
3 Disamping itu perlu juga
subjektif
dilakukan pemeriksaan
a. Eritema pada kelopak
diagnostik seperti ketajaman
mata dan konjungtiva;
penglihatan, pemeriksaan slit-
b. Sekret mukopurulen;
lamp, respon reflek pupil,
c. Merasa ada benda asing
pewarnaan kornea dengan zat
di mata;
fluoresensi, dan scrapping
d. Pandangan kabur;
untuk analisa atau kultur
e. Mata berair;
(pulasan gram,
f. Bintik putih pada kornea, 3
sesuai
lokasi ulkus; predisposisi bagi penyakit
g. Silau; bakteri,
h. Nyeri
3
2. Gejala objektif
a. Injeksi silier;
b. Hilangnya sebagian
kornea dan adanya
infiltrat;
c. Hipopion.

Diagnosis

Diagnosis dapat
ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan oftalmologis
dengan menggunakan lampu
celah serta pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis
pasien penting pada penyakit
kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat
trauma, benda asing, abrasi,
adanya riwayat penyakit kornea
yang bermanfaat, misalnya
keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya ditanyakan
pula riwayat pemakaian obat
topikal oleh pasien seperti
kortikosteroid yang merupakan
giemsa atau KOH). yang lebih baik daripada
Karena gambaran klinis penanaman langsung pada
tidak dapat digunakan untuk medium isolasi. Medium yang
membuat diagnosis etiologik digunakan adalah medium pelat
secara spesifik, diperlukan agar darah, media coklat,
pemeriksaan mikrobiologik, medium Sabaraud untuk jamur
sebelum diberikan pengobatan dan Thioglycolat. Selain itu
empirik dengan antibiotika. dibuat preparat untuk
Pengambilan spesimen harus pengecatan gram. Hasil
dari tempat ulkusnya, dengan pewarnaan gram dapat
membersihkan jaringan memberikan informasi
nekrotik terlebih dahulu; morfologik tentang kuman
dilakukan secara aseptik penyebab yaitu termasuk
menggunakan spatula Kimura, kuman gram (+) atau Gram (-)
lidi kapas steril, kertas saring dan dapat digunakan sebagai
atau Kalsium alginate swab. dasar pemilihan antibiotika
Pemakaian media penyubur BHI awal sebagai pengobatan
2
(Brain Heart Infusion Broth) empirik.
akan memberikan hasil positif
Komplikasi Antibiotik yang sesuai
dengan kuman
Komplikasi yang paling sering penyebabnya atau
timbul berupa: yang
1. Kebutaan parsial atau
komplit karena endoftalmitis;
2. Prolaps iris;
3. Sikatrik kornea;
4. Katarak;
5. Glaukoma sekunder.

Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah


keadaan darurat yang harus
segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera
12
yang lebih parah pada kornea.
1. Penatalaksanaan non-
medikamen- tosa:
a. Jika memakai lensa
kontak, secepatnya untuk
melepaskan- nya;
b. Jangan memegang atau
meng- gosok-gosok mata
yang mera- dang;
c. Mencegah penyebaran
infeksi dengan mencuci
tangan sesering mungkin
dan mengeringkannya
dengan handuk atau kain
yang bersih;
d. Menghindari asap rokok,
karena
dengan asap rokok dapat
memperpanjang proses
13
penyem- buhan luka.
2. Penatalaksanaan
medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus
kornea harus dilakukan
dengan pemberian terapi
yang tepat dan cepat sesuai
dengan kultur serta hasil
uji sensitivitas
mikroorganisme penyebab.
Adapun obat-obatan
antimikrobial yang dapat
diberikan berupa:
A.
Antibiotik
berspektrum luas diberikan a. Jamur berfilamen:
dapat berupa salep, tetes topikal
atau injeksi subkonjungtiva. amphotericin B,
Pada pengobatan ulkus Thiomerosal, Natamicin,
sebaiknya tidak diberikan Imidazol;
salep mata karena dapat b. Ragi (yeast):
memperlambat Amphotericin B,
penyembuhan dan dapat Natamicin, Imidazol,
menimbulkan erosi kornea Micafungin 0,1% tetes
14,15
kembali. Berikut ini contoh mata ;
antibiotik: Sulfonamide c. Actinomyces yang
10-30%, Basitrasin 500 unit, bukan jamur sejati:
Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin golongan sulfa, berbagai
3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, jenis antibiotik.
Tobramisin 3 mg, C. Anti Viral
Eritromisin Untuk herpes zoster
0,5%, Kloramfenikol 10 mg, pengobatan bersifat
Ciprofloksasin 3 mg, simtomatik diberikan
Ofloksasin 3 mg, Polimisin B streroid lokal untuk
10.000 unit. mengurangi gejala,
B. Anti jamur sikloplegik, antibiotik
Terapi medikamentosa di spektrum luas untuk infeksi
Indonesia terhambat oleh sekunder, analgetik bila
terbatasnya preparat terdapat indikasi serta
komersial yang tersedia. antiviral topika berupa
Berdasarkan jenis salep asiklovir 3% tiap 4
keratomitosis yang dihadapi jam.
bisa dibagi: D. Anti acanthamoeba
Dapat diberikan penyembuhan luka pada
poliheksametilen biguanid ulkus kornea yang disebabkan
+ propamidin isetionat oleh trauma kimia, fisik
atau salep klorheksidin dan iatrogenik serta
glukonat
0,02
%.

Obat-obatan lainnya yang


dapat diberikan yaitu:
a. Sulfas atropin sebagai
salep atau larutan.
Kebanyakan dipakai sulfas
atropin karena bekerja
lama 1-2 minggu. Efek
kerja sulfas atropin:
1. Sedatif, menghilangkan
rasa sakit.
2. Dekongestif,
menurunkan tanda-tanda
radang.
3. Menyebabkan paralysis
M. siliaris dan M.
konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M.
siliaris mata tidak
mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalam
keadaan istirahat. Dengan
lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis
sehinggga sinekia posterior
yang ada dapat terle- pas
dan dapat mencegah
pembentukan sinekia
posterior
yang
12
baru.

b. Skopolamin sebagai
midriatika. c. Analgetik.
Untuk menghilangkan
rasa sakit,
dapat diberikan tetes
pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering.

Dalam sebuah penelitian


menyebutkan bahwa
pemberian nerve growth
factor (NGF) secara topikal
menginisiasi aksi
kelainan autoimun memberikan metabolisme
16
tanpa efek samping. serta dukungan mekanik
untuk penyembuhan
3. Penatalaksanaan kornea. Flap konjungtiva
bedah: bertindak sebagai patch
21
a. Flap Konjungtiva biologis, memberikan
Tatalaksana kelainan pasokan nutrisi dan
kornea dengan flap imunologi oleh jaringan ikat
konjungtiva sudah vaskularnya.
dilakukan sejak tahun
1800-an. Indikasinya Indikasi yang paling umum
adalah situasi dimana penggunaan flap
terapi medis atau bedah konjungtiva adalah dalam
mungkin gagal, kerusakan pengelolaan ulkus kornea
epitel berulang dan persisten steril. Hal ini
stroma ulserasi. Dalam mungkin akibat dari
situasi tertentu, flap denervasi sensorik kornea
konjungtiva adalah (keratitis neurotropik yaitu,
pengobatan yang kelumpuhan saraf kranial 7
efektif dan definitif mengarah ke keratitis
untuk penyakit paparan, anestesi kornea
permukaan mata persisten. setelah herpes zoster
oftalmikus, atau ulserasi
Tujuan dari flap metaherpetik berikut HSK
konjungtiva adalah kronis) atau kekurangan sel
mengembalikan integritas induk limbal. Penipisan
permukaan kornea yang kornea dekat limbus dapat
terganggu dan dikelola dengan flap
konjungtiva selama Telah dilakukan penelitian
kornea tidak terlalu ten- tang pendonoran
menipis. jaringan kornea manusia
b. Keratoplasti dari sisik ikan
Merupakan jalan (Biocornea). Penelitian
terakhir jika dilaku- kan pada kelinci
penatalaksanaan diatas dan menunjukkan hasil
tidak berhasil. Indikasi bahwa
18
keratoplasti :
1. Dengan pengobatan
tidak sembuh;
2. Terjadinya jaringan parut
yang menganggu
penglihatan;
3. Kedalaman ulkus
telah mengancam
terjadinya perfo- rasi.

Gambar 2.
18
Keratoplasti

Ada dua jenis keratoplasti


yaitu:
A. Keratoplasti penetrans,
berarti penggantian
kornea seutuh- nya.
Karena sel endotel
sangat cepat mati, mata
hendaknya diambil
segera setelah donor
meninggal dan segera
dibekukan. Mata donor
harus dimanfaatkan <48
jam. Tudung korneo
sklera yang disimpan
dalam media nutrien
boleh dipakai sampai 6
hari setelah donor
meninggal dan
pengawetan dalam
media biakan jaringan
dapat tahan
sampai 6
18
minggu.
Biocornea sebagai sayatan lebih
6,18
pengganti yang baik kecil.
memiliki biokompa-
tibilitas tinggi dan fungsi Sebuah penelitian
pendukungan setelah terkini menyatakan bahwa
evaluasi jangka pemberian terapi tambahan
panjang.
19 berupa fototerapi laser argon
B. Keratoplasti lamelar, sangat berguna dalam
20
berarti penggantian pengobatan ulkus kornea.
sebagian dari kornea.
Untuk keratoplasti SIMPULAN
lamelar, kornea dapat Ulkus kornea adalah suatu
dibekukan, didehidrasi, keadaan kehilangan kontinuitas
atau disimpan dalam kornea baik karena penyebab
lemari es selama infeksi ataupun non infeksi.
18
beberapa minggu. Penatalaksanaan ulkus kornea
Selama dekade terakhir, dapat dilakukan dengan
tatalaksana bedah untuk pemberian terapi yang tepat
penyakit endotel telah dan cepat sesuai dengan kultur
berkembang dengan serta hasil uji sensitivitas
cepat ke arah mikroorganisme penyebab.
keratoplasti endotel,
atau transplantasi DAFTAR PUSTAKA
jaringan selektif. 1. Rajesh, S.K., Patel, D.N, Sinha, M. A
Keratoplasti endotel Clinical Microbiological Study of
Corneal Ulcer Patients at Western
menawar- kan
Gujarat, India. Microbiological
keuntungan yang study of corneal ulcer.
berbeda dalam hal 2013;51(6):3
hasil visual dan 99.
2. Vaughan, D.G., Asbury, T., assume FHV-1 unless proven
Riordan, P. otherwise. J Feline Med Surg. 2010
th
Oftalmologi Umum. 14 Ed. Alih Jan;12(1):24-35.
bahasa: Tambajong J, Pendit BU. 12. Kunwar M, Adhikari, R.K.,
Jakarta: Widya Karki, D.B.
Medika. 2012: Microbial flora of corneal ulcers and
220 their drug sensitivity.
3. Ilyas, S. Glaukoma (Tekanan MSJBH.2013;12(2):14-16.
Bola Mata 13. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU.
Tinggi). Jakarta: Balai penerbit FK Effects of tobacco smoking on
UI. 2010. human corneal wound healing.
4. Perhimpunan Dokter Cornea. 2014 May;33(5):453-6.
Spesialis Mata 14. Matsumoto, Y., Dogru, M., Goto,
Indonesia. Ulkus Kornea dalam: E., Fujishima, H., Tsubota, K.
Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Successful topical application of a
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. new antifungal agent, micafungin,
Penerbit Sagung Seto Jakarta. in the treatment of refractory fungal
2012. corneal ulcers: report of three
5. Srinivasan, M., Gonzales, C., cases
George, C., Cevallos, V.,
Mascarenhas, J., Asokan, B,. et al.
Epidemiologi and aetiological
diagnosis of corneal ulcer. Br J
Ophtalmol. 2007
Nov;81(11):965-
971.
6. Patel, S.V. Graft survival and
endothelial outcomes in the new
era of endothelial keratoplasty. J
Exer. 2012 Feb;95(1):40-7.
7. Broniek, G., Langwinska-Wosko,
E., Szaflik, J., Wroblewska, M.
2014. Acinetobacter junii as an
aetiological agent of corneal
ulcer. Infection. 2014 Feb.
42(6):1051-3.
8. Amatya, R., Shrestha, S., Khanal,
B., Gurung, R., Poudyal, N., Badu.,
BP., et al. Etiological agents of
corneal ulcer: five years
prospective study in eastern
Nepal. Nepal Med Coll J. 2012
Sep;14(3):219-22.
9. Werli, A.A., Ercole, F.F.,
Herdman, T.H.,
Chianca, T.C.M. Nursing
interventions for adult intensive
care patients with risk for corneal
injury: a systematic review. Int J
Nurs Knowl. 2013 Feb;24(1):25-9.
10. Karthikeyan, R.S., Ganesa, R.,
Lakshmi, J., Sixto, L., Jonida, T.,
Arne, R., et al. Host response and
bacterial virulence factor
expression in Pseudomonas
aeruginosa and Streptococcus
pneumoniae corneal ulcers. Pone
Journal. 2013 Jun;8(6):867.
11. Hartley, C. Aetiology of
corneal ulcers
and literature review. dystrophy. Klin Monatsbl
Cornea. 2005 Augenheilkd. 2010
Aug;24(6):748 Jun;227(6):467
-53. -77.
15. Lalitha, P., Sun, C.Q., 18. Yum, H.R., Kim, M.S., Kim, E.C.
Prajna, N.V., Retrocorneal membrane after
Karpagam, R., Geetha, M., OBrien, Descemet endothelial keratoplasty.
K.S., et al. In vitro susceptibi-lity of Cornea. 2013 Sep;32(9):1288-
filamentous fungal isolates from a 90
corneal ulcer clinical trial. Am J .
Ophtalmol. 2014 Feb;157(2):318- 19. Yuan, F., Wang, L., Lin, C., Chou,
26 C., Li, L A
. cornea substitute derived from fish
16. Aloe, L., Tirassa, P., Lambiase, A. scale: 6- month follow up on rabbit
The topical application of nerve model. J Ophthalmol. 2014
growth factor as a pharmacological Jun;91(10):40.
tool for human corneal and skin 20. Khater, M.M., Selima, A.A., El-
ulcers. Pharmacol Res. Shorbagy,
2008 M.S. Role of argon laser as an
Apr;57(4):25 adjunctive therapy for treatment of
3-8. resistant infected corneal
17. Droutsas, K., Ham, L., Dapena, I., ulcers. Clin Ophthalmol.
Geerling, 2014;23(8):1025
G., Oellerich, S., Melles, G. Visual -30.
acuity following Descemet- 21. Edward J. H. Ocular Surface
membrane endothelial keratoplasty Disease: Cornea, Conjunctiva and
(DMEK): first 100 cases operated Tear Film 1st Edition. Elsevier. USA.
on for Fuchs endothelial 2013.

You might also like