You are on page 1of 91

ELECTROCARDIOGRAPHY

SA NODE: IRAMA SINUS


AV NODE: IRAMA JUNCTIONAL
SERABUT PURKINJE: IRAMA
IDIOVENTRIKULAR
90 % pasien henti jantung dengan
ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi
tanpa nadi
Electrocardiographic Paper
The electrocardiogram (ECG) strip is printed on
graph paper, with each small block measuring 1
mm in height and width.
ECG recorders and monitors are standardized at
a speed of 25 mm/sec.
Time is measured on the horizontal axis. At this
speed, each small block represents 0.04
second.
Five small blocks make up one large block =
0.20 second.
Five large blocks, represent 1 second, and
30 large blocks represent 6 seconds.
Normal Components of the EKG Waveform
EKG paper is a grid where time is
measured along the horizontal
axis.
Each small square is 1 mm in
length and represents 0.04
seconds.
Each larger square is 5 mm in
length and represents 0.2
seconds.
Voltage is measured along the
vertical axis.
10 mm is equal to 1mV in
voltage.
P wave
Indicates atrial depolarization
Normal duration is not longer than 0.12 seconds
Amplitude (height) is no more than 3 mm
No notching or peaking

QRS complex
Indicates ventricular depolarization
Normally 0.06 0.12 seconds in duration
R waves are deflected positively and the Q and S waves
are negative
Q pathologis = > 25 % tall R
T wave
Indicates ventricular repolarization
Not more that 5 mm in amplitude in standard leads and 10 mm
in precordial leads

ST segment
Normally not depressed more than 0.5 mm
May be elevated slightly in some leads (no more than 1 mm)
PR interval
Indicates AV conduction time
Duration time is 0.12 to 0.20 seconds

QT interval

Measured from the Q to the end of the T.


Represents ventricular depolarization and repolarization (sodium
influx and potassium efflux)
QT usually less than half the R-R interval
Electrocardiographic Analysis
1. Determine the heart rate

- if the rhythms are irregular, the nurse must use


the 6 second strip method for accuracy.
Irregular

6 second = 30 big blocks


5 second = 25 big blocks
Regullar
a. 1500
small blocks R-R
b. 300
big blocks R-R
c. Memorization
- 1 big block = 300
- 2 big blocks = 150
- 3 big blocks = 100
- 4 big blocks = 75
- 5 big blocks = 60
- 6 big blocks = 50
- 7 big blocks = 43
- 8 big blocks = 37
- 9 big blocks = 33
- 10 big blocks = 30
3. Analyze the P
waves
4. Measure the P-R
Interval
5. Measure the QRS
duration
6. Interpret the rhythm
NORMAL SINUS RHYTHM
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 60 100 kali/menit
Gelombang P = Normal ( + di L II dan di aVR),
P : QRS = 1:1
Interval PR = 0,12 0,20 detik
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
SINUS BRADYCARDIA
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = < 60 kali/menit
Gelombang P = Normal ( + di L II dan di aVR),
P : QRS = 1:1
Interval PR = 0,12 0,20 detik
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
SINUS TACHYCARDIA
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 100 150 kali/menit
Gelombang P = Normal ( + di L II dan di aVR),
P : QRS = 1:1
Interval PR = 0,12 0,20 detik
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
SINUS ARRYTHMIA
Irama = Tidak Teratur
Frekuensi (HR) = Umumnya 60 100 kali/menit,
dapat juga < 60 atau > 100 kali/menit
Gelombang P = Normal ( + di L II dan di aVR),
P : QRS = 1:1
Interval PR = 0,12 0,20 detik
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
ATRIAL EKSTRASISTOL
Irama = Tidak Teratur karena ada irama Ekstrasistol
Frekuensi (HR) = Tergantung Irama dasarnya
Gelombang P = Timbulnya lebih awal dan bentuknya
berbeda dengan bentuk gelombang irama dasarnya
Interval PR = Bervariasi antara 0,12 0,20 detik,
atau <0,12 detik jika sumber ekstrasistolnya di atrium
bawah
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
SUPRAVENTRIKEL TAKIKARDIA
(SVT)
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = > 150 kali/menit
Gelombang P = Terlihat kecil, kadang tidak ada
Interval PR = Memendek atau tidak ada
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
MULTIFOKAL ATRIAL
TAKIKARDI
Irama = Tidak Teratur
Frekuensi (HR) = >100 kali/menit
Gelombang P = Kadang terlihat besar, kadang kecil
(berubah bentuk)
Interval PR = Memendek
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)

ATRIAL FLUTTER
Irama = Umumnya teratur dapat juga tidak teratur
Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium 250 350
kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
Jika HR 60 100 X/mnt disebut normo response
Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
Gelombang P = Terlihat banyak seperti gigi gergaji
ATRIAL FLUTTER
Interval PR = Tidak dapat dihitung
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12
detik (sempit), dapat juga lebar jika disertai
adanya blok interventrikuler
ATRIAL FIBRILASI
Irama = Tidak Teratur
Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > 350 kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
Jika HR 60 100 X/mnt disebut normo response
Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
ATRIAL FIBRILASI
Gelombang P = Tidak dapat diidentifikasi, bahkan
kadang seperti garis lurus
Interval PR = Tidak dapat dihitung
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit), dapat juga lebar jika disertai blok
interventrikuler
JUNCTIONAL EKSTRASISTOL
(JES)
Irama = Tidak teratur karena ada irama Ekstrasistol
Frekuensi (HR) = Tergantung Irama dasarnya
Gelombang P = Ada tapi kadang tidak terlihat, jika ada,
timbul sesudah gelombang QRS, dan bentuknya akan
terbalik (negatif) di L II dan positif di L aVR
Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
JUNCTIONAL RHYTHM
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 40 60 kali/menit
Gelombang P = Ada, kadang tidak terlihat, jika terlihat,
timbul sebelum atau sesudah gelombang QRS
Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
ACCELERATED JUNCTIONAL
RHYTHM
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 60 100 kali/menit
Gelombang P = Ada, tapi kadang tidak terlihat, jika
terlihat ada di depan, di tengah, atau dibelakang
gelombang QRS
Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
JUNCTIONAL TAKIKARDI
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = > 100 kali/menit
Gelombang P = Ada, tapi kadang tidak terlihat, jika
terlihat ada di depan, di tengah, atau dibelakang
gelombang QRS
Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
VENTRIKEL EKSTRASISTOL
(VES)
Irama = Tidak teratur karena ada irama Ekstrasistol
Frekuensi (HR) = Tergantung irama dasarnya
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
VES BIGEMINY
VES UNIFOKAL
VES MULTIFOKAL
VES CONSECUTIF (SALVO)
IDIOVENTRICULAR RHYTHM
(IVR)
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 20 40 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
ACCELERATED
IDIOVENTRIKULAR RHYTM
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 40 100 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
VENTRIKULAR TACHYCARDIA

Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = > 100 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
MONOMORPHIC
TORSADE DE POINTES (salah
satu bentuk VT POLYMORPHIC)
VENTRIKEL FIBRILASI (VF)
Irama = Tidak Teratur
Frekuensi (HR) = > 350 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
KASAR (COARSE)
HALUS (FINE)
ASISTOL
Tidak ad gambaran listrik jantung,
gambaran yang terlihat hanya berbentuk
garis lurus
AV BLOCK DERAJAT I
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = Umumnya normal antara 60 100
kali/menit
Gelombang P = Normal
Interval PR = Memanjang > 0,20 detik dan konstan
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
AV BLOCK DERAJAT II TIPE I
(WENCHENBACH)
Irama = Irama atrial teratur, Irama ventrikel tidak
teratur
Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi
ventrikel, Umumnya dalam batas normal 60 100
kali/menit
Gelombang P = Normal, ada satu P yang tidak diikuti
gelombang QRS
AV BLOCK DERAJAT II TIPE I
(WENCHENBACH)
Interval PR = Makin lama makin panjang, sampai ada
gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS (drop
beat), kemudian siklusnya berulang
Lebar Gelombang QRS = Tidak Lebih dari 0,12 detik
(sempit)
AV BLOCK DERAJAT II TIPE 2
Irama = Irama atrial teratur, Irama ventrikel tidak teratur
Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi ventrikel
Gelombang P = Normal, ada satu atau lebih gel. P yang
tidak diikuti gel QRS
AV BLOCK DERAJAT II TIPE 2
Interval PR = Normal atau memanjang tetapi
konstan
Lebar Gelombang QRS = Sempit, dapat juga
lebar, tergantung dari mana aktivitas ventrikel
berasal
AV BLOCK DERAJAT III
(TOTAL AV BLOCK)
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi ventrikel
Frekuensi ventrikel tergantung dari
mana aktivitas ventrikel berasal (AV
Node atau Purkinje)
AV BLOCK DERAJAT III
(TOTAL AV BLOCK)
Gelombang P = Normal, baik bentuk maupun ukuran,
ada beberapa gelombang P tidak diikuti gelombang QRS
Interval PR = Tidak dapat diukur, oleh karena tidak ada
hubungan antara gelombang P dan gelombang QRS
AV BLOCK DERAJAT III
(TOTAL AV BLOCK)
Lebar Gelombang QRS = Sempit, dapat juga
lebar, tergantung dari mana aktivitas ventrikel
berasal
Lebar jika sumber listriknya berasal dari ventrikel
Sempit jika sumber listriknya berasal dari AV
SANDAPAN
I, II, III
AVL, AVR, AVF
V1, V2, V3, V4, V5, V6
OBAT-OBATAN PENDUKUNG
KARDIOVASKULER
EPINEFRIN (ADRENALIN)
Menstimulasi reseptor adrenergik (vasokonstriksi). Efek
adrenergik dari epinefrin dapat meningkatkan tekanan
perfusi arteri koroner dan serebral selama RJP.
Pada henti jantung epinefrin dapat diberikan 1 mg melalui
IV/IO setiap 3-5 menit selama henti jantung
Jika IV/IO sulit atau terlambat di pasang, epinefrin dapat
diberikan melalui ETT dengan dosis 2-2.5 mg
Pada terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinefrin
per infus dengan mengambil 1 mg dilarutkan dalam 500 ml
NaCl atau dekstrose 5%. Dosis awal 1 g/mnt. Dosis dapat
mencapai 2-10 g/mnt.
VASOPRESIN
Vasopresin adalah vasokonstriksi
perifer non adrenergik dapat
menyebabkan vasokonstriksi pada
arteri koroner dan ginjal.
Satu kali vasopresin 40 U IV/IO dapat
menggantikan pada pemberian dosis
pertama atau kedua epineprin dalam
terapi henti jantung
SULFAS ATROPIN
Asistol dapat terjadi akibat reflek vagal, pemberian obat
vagalitik merupakan pendekatan psikologis yang tepat.
Atropin murah, mudah dalam pemberiannya, dan
mempunyai sedikit efek samping dan untuk itu dapat
diberikan pada asistol dan PEA dengan HR < 60 x/mnt.
Dosis Atropin yang direkomendasikan untuk henti
jantung adalah 1 mg IV, dan dapat diulang setiap 3
sampai dengan 5 menit
Dosis maksimal adalah 3 kali pemberian atau 3 mg.
OBAT ANTIARITMIA
ADENOSIN
Adenosin dapat menghambat aktivitas SA dan
AV node.
Berikan 6 mg IV bolus cepat. Berikan 1-3 detik
dan dilanjutkan dengan 20 ml NaCl serta tangan
diangkat.
Jika tidak ada perubahan irama selama 1-2
menit, berikan kembali 12 mg IV bolus cepat,
berikan kembali 12 mg IV olus cepat jika dalam
1-2 menit tidak terjadi perubahan irama.
AMIODARON
Amiodaron dapat dipertimbangkan
pemberiannya pada VF atau VT tanpa nadi yang
tidak bereaksi oleh defibrilasi, RJP dan
vasopresor.
Dosis awal adalah 300 mg IV/IO dan dapat di
ulang dengan dosis 150 mg IV/IO
Dosis maintenance: 360 mg/6 jam kemudian
dilanjutkan dengan 540 mg/8 jam.
LIDOKAIN
Lidokain dapat dipertimbangkan sebagai
terapi alternatif selain amiodaron
Dosis awal adalah 1-1.5 mk/kg BB IV.
Jika VF atau VT tanpa nadi menetap,
dosis tambahan 0.5-075 mg/kg BB IV
bolus dan diberikan dengan jarak 5-10
menit, dosis maksimal 3 mg/kgBB
MAGNESIUM SULFAT
Magnesium sulfat direkomendasikan untuk
pengobatan Torsades de Pointes VT dengan
atau tanpa henti jantung.
Berikan magnesium sulfat 1-2 gr dilarutkan
dalam 10 ml D5 IV/IO selama 5-20 menit pada
henti jantung, tetapi pada kondisi torsades
dengan nadi dosis yang sama dilarutkan dalam
50-100 ml D5W selama 5-60 menit.
DOPAMIN
Dopamin HCL adalah katekolamin.
Selama resusitasi sering dipergunakan
untuk terapi hipotensi, khususnya jika
bersamaan dengan bradikardi
simptomatik.
NATRIUM BIKARBONAT
Dalam situasi resusitasi khusus, seperti keadaan
asidosis metabolik, hiperkalemia, natrium
bikarbonat dapat bermanfaat.
Dapat diberikan dengan dosis 1 mEq/KgBB
Jika memungkinkan pemberian natrium
bikarbonat harus mengetahui konsentrasi
bikarbonat dalam darah atau dengan
menggunakan analisa gas darah.
PENGOBATAN DENGAN
LISTRIK
TERAPI LISTRIK
A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang
menggunakan aliran listrik dalam waktu
yang singkat secara sinkron
Indikasi : VF dan VT tanpa nadi
Defibrilasi harus dilakukan sedini
mungkin dengan alasan:
Irama yang didapat pada permulaan henti
jantung umumnya adalah VF
Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel
fibrilasi adalah defibrilasi
Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang
kemungkinan keberhasilannya
Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah
menjadi asistol dalam waktu beberapa menit
Alat yang dipergunakan:
1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan syok
listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara
dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga
memungkinkan timbulnya kembali aktifitas listrik jantung
yang terkoordinir.
Energi dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut
paddle
Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe
bentuk gelombangnya yaitu monophasic
dan biphasic
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan
membantu menghantarkan aliran listrik ke jantung, jeli
dioleskan pada kedua paddle
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi 360 joule dengan
menggunakan monophasic defibrilator, dapat diulang
setiap 2 menit dengan energi yang sama.
Jika menggunakan biphasic defibrilator energi yang
diperlukan berkisar antara 120-200 joule
Prosedur defibrilasi:
Nyalakan defibrilasi
Tentukan energi yang diperlukan dengan cara
memutar atau menggeser tombol energi
Paddle diberi jeli secukupnya
Letakkan paddle dengan posisi paddle apex
diletakkan pada apex jantung dan paddle
sternum diletakkan pada garis sternal kanan di
bawah klavikula
Isi (charge) energi, tunggu sampai energi terisi
penuh, untuk mengetahui energi sudah penuh,
banyak macamnya tergantung dari defibrilator
yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula
yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada
juga yang memberi tanda dengan nyala lampu
Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan suara
keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang
masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk
juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
- Energi siap
- Saya siap
- Tim lain siap
- Gambaran EKG tetap.....
- Discharge
Kaji ulang layar monitor defibriltor, pastikan irama masih
VF/VT tanpa nadi, pastikan energi sudah sesuai dengan
yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah
asinkron, jika semua benar, berikan energi tersebut
dengan cara menekan kedua tombol discharge pada
kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik
pada dada pasien (beban tekana pada paddle kira-kira
10 kg)
Kaji ulang di layar monitor defibrilator
apakah irama berubaha atau tetap sama
seperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika
berubah cek nadi untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah
lakukan RJP.
B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang
menggunakan aliran listrik dalam waktu
singkat secara sinkron
Indikasi: VT, SVT, Afl, AF
Alat yang digunakan:
Defibrilator yang mempunyai modus
sinkron
Jeli
Troli emergensi, terutama alat bantu nafas
Obat-obat analgetik dan sedatif
Elektrode EKG
Energi:
Energi awal untuk SVT dan atrial flutter adalah 50 joule,
apabila tidak berhasil energi dapat dinaikkan menjadi
100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule
Untuk VT monomorphic dan atrial fibrilasi, energi awal
adalah 100 joule dan dapat dinaikkan sampai 360 joule
Sedangkan VT polymorphic besarnya energi dan modus
yang dipakai sama dengan yang digunakan pada
tindakan defibrilasi
Prosedur:
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan
tindakan defibrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus
ditekan agak lama, karena modul yang dipakai
adalah modul sinkron dimana pada modul ini,
energi akan dikeluarkan (diberikan) beberapa
milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap
gelombang QRS.
Pasien dengan takikardi walaupun
mungkin keadaanya tidak stabil akan
tetapi kadang pasiennya masih sadar,
oleh sebab itu jika diperlukan tindakan
kardioversi, maka pasien perlu diberikan
obat sedasi dengan atau tanpa analgetik

You might also like