You are on page 1of 19

SEDIAAN RADIOFARMASI DAN

RADIOLABELING
Pertemuan 3
Radiation measurement:
( R) the roentgen for exposure:
Is the amount of γ radiation that produces ionization of one electrostatic unit of either
positive or negative charge per cubic centimeter of air at 0 ºC and 760 mmHg.

(rad) radiation absorbed dose is a more universal unit, it is a measure of the energy
deposited in unit mass of any material by any type of radiation.

(rem) has been developed to account for the differences in effectiveness of different
radiations in causing biological damage.

Rem = rad  RBE

RBE is the relative biological effectiveness of the radiation.


Radiation measurement:
The basic unit for quantifying radioactivity (i.e. describes the rate at which
the nuclei decay).
Curie (Ci):
 Curie (Ci), named for the famed scientist Marie Curie
Curie = 3.7 x 1010 atoms disintegrate per second (dps)
Millicurie (mCi) = 3.7 x 107 dps
Microcurie (uCi) = 3.7 x 104 dps
Becquerel (Bq):
A unit of radioactivity. One becquerel is equal to 1 disintegration per
second.
Properties of an Ideal Diagnostic
Radioisotope:
 Types of Emission:
– Pure Gamma Emitter: (Alpha & Beta Particles are unimageable &
Deliver High Radiation Dose.)

 Energy of Gamma Rays:


– Ideal: 100-250 keV e.g.
– Suboptimal:<100 keV e.g.
>250 keV e.g.

 Photon Abundance:
– Should be high to minimize imaging time
Properties of an Ideal Diagnostic
Radioisotope:
 Easy Availability:
– Readily Available, Easily Produced & Inexpensive:
e.g.

 Target to Non target Ratio:


– It should be high to:
maximize the efficacy of diagnosis
minimize the radiation dose to the patient

 Effective Half-life:
– It should be short enough to minimize the radiation dose to patients
and long enough to perform the procedure. Ideally 1.5 times the
duration of the diagnostic procedure.
Properties of an Ideal Diagnostic
Radioisotope:

Example: For a Bone Scan which is a 4-h procedure, 99mTc- phosphate


compounds with an effective half-life of 6 h are the ideal
radiopharmaceuticals
 Patient Safety:
– Should exhibit no toxicity to the patient.

 Preparation and Quality Control:


– Should be simple with little manipulation.
– No complicated equipment
– No time consuming steps
DEFINISI
 Sediaan radiofamasi (radiopharmaceutical) adalah senyawa
radioaktif yang digunakan untuk diagnosis dan terapi
penyakit.
 sekitar 95% sediaan radiofarmasi digunakan untuk diagnosis.
 Sediaan radiofarmasi biasanya tidak mempunyai efek
farmakologis karena digunakan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Sediaan radiofarmasi yang digunakan untuk terapi
dapat menyebabkan kerusakan jaringan karena radiasi
 Sediaan radiofarmasi terdiri dari dua komponen yaitu
radionuklida dan bentuk sediaan farmasi.
 Dalam desain sediaan radiofarmasi, sediaan farmasi harus
dipilih dulu sebagai dasar pemilihan lokasi target organ atau
peran oegan dalam fungsi fisiologis.
 Selanjutnya radionuklida yang sesuai ditempelkan pada
sediaan radiofarmasi tersebut.
SEDIAAN RADIOFARMASI IDEAL
 Mudah diperoleh
 Waktu paruh efektif yang pendek
 Emisi partikel. Radionuklida yang memancarkan partikel α
atau β tidak baik digunakan sebagai diagnostic agent.
Pancaran ϒ lebih aman digunakan
 Ratio target dan nontarget yang tinggi (spesifik ke target
DESAIN SEDIAAN RADIOFARMASI
Beberapa factor yang memepengaruhi desain sediaan
radiofarmasi adalah
 Compatibility. Apakah radionuklida yang dihasilkan dapat
digabungkan ke dalam molekul pembawanya, hal ini dapat
diperkirakan dari sifat fisikakimia moleulnya
 Stoikiometri
 Muatan dari molekul, ini mempengaruhi kelarutannya dalam
pembawa.
 Ukuran molekul
 Protein binding. Hampir semua obat, baik radioaktif ataupun
tidak radioaktif akan terikat pada protein plasma misalnya
albumin, globulin dll. Indium, gallium terikat pada
transferrin. Ion-ion logam sangat mudah terjadi kelat dengan
protein-protein serta memungkinkan terjadinya
“transchelation” sebagai contoh 111In-kelat bertukar dengan
transferin membentuk 111In-transferin.
 Kelarutan, menentukan bentuk sediaan yang akan digunkan,
sebagai contoh bentuk sediaan injeksi mengharuskan obat
terlarut sempurna dalam air dengan pH dan osmolalitas yang
sesuai dengan darah.
 Stabilitas.
 Biodistribusi
RADIOLABELLING
Isotop exchange 125I-berlabelT3 dan T4
14C, 35S dan senyawa berlabel 3H

Introduksi label asing Radiofarmasi 99mTc


Protein berlabel 125I
Hormon berlabel 125I
Pelabelan dengan 111In-DTPA-albumin
chelating agent bifungsional 99mTc-DTPA-antibody
Biosintesis 75Se-selenomethionine
57Co-cyanocobalamin
14C-labeled compounds
Pelabelan dengan eksitasi 123I-labeled compounds (from 123Xe decay)
77Br-labeled compounds (from 77Kr decay)
Reaksi pertukaran isotop
 Satu atau lebih atom dalam molekul diganti dengan isotop
dari unsure yang sama, yang memiliki berat atom yang
berbeda. Karena molekul yang berlabel dengan molekul
induk identik, kecuali efek radioaktifnya maka diharapkan
akan mempunyai sifat fisika kimia dan biologis yang sama.
 Contohnya adalah 125I-triiodothyronine (T3), 125I-tiroksin
(T4), dan 14C-, 35S-, dan senyawa 3H-berlabel.
Introduksi label asing (Introduction of
foreign label
 Radionuklida dimasukkan kedalam molekul yang mempunyai
peran biologis, utamanya dengan pembentukan ikatan
kovalen atau kovalen koordinat. Radionuklida yang
ditambahkan ke molekul adalah unsure yang asing bagi
molekul itu. Contoh 99mTc-albumin, 99mTc-DTPA, 51Cr-
berlabel sel darah merah, dan banyak protein iodinasi dan
enzim.
Pelabelan dengan chelating agent
bifungsional
 Chelating agent bifungsional dikonjugasikan ke
makromolekul (misal protein, antibody) pada satu sisi dan ion
logam pada sisi yang lain (misal Tc). Contoh agen chelating
bifungsional adalah DTPA, metallothionin dan
ditiosemicarbazone. Karena adanya chelating agent, sifat
biologis dari protein mungkin berubah dan perlu diukur
sebelum digunakan
Biosintesis
 Dalam biosintesis, organisme hidup ditumbuhkan dalam
medium kultur yang mengandung pelacak radioaktif, pelacak
tersebut dimasukkan ke dalam metabolit yang dihasilkan
dengan proses metabolisme organisme, dan metabolit yang
dihasilkan kemudian dipisahkan. Misalnya, vitamin B12
dilabeli dengan 60Co atau 57Co dengan menambahkan pelacak
untuk media kultur di mana Streptomyces griseus tumbuh.
Pelabelan dengan eksitasi
 Pelabelan dengan eksitasi memanfaatkan sifat radioaktif yang
sangat reaktif dari ion anakan yang diproduksi dalam proses
peluruhan nuklir. Selama peluruhan β atau electron capture,
terdapat pancaran ion bermuatan dan berenergi tinggi yang
mampu melabelkan berbagai senyawa. Kripton-77 meluruh
menjadi 77Br dan, jika senyawa yang akan dilabel terkena
77Kr, maka akan terlabel menjadi senyawa brominated (

berlabel 77Br).

You might also like