Professional Documents
Culture Documents
Inf (-)
95 org
0
20000
60000
80000
40000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
Dapsone monotherapy
1980
1981
1982
1983
1984
1985 MDT era
1986
1987
Prevalens
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
Kasus Baru
1995
1996
Indonesia, 1970 - 2012
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Prevalence and New Cases of Leprosy
2008
2009
2010
2011
2012
Leprosy Burden in Indonesia year 2012
Total Leprosy new cases 18,994 (Rate: 7,76/100.000)
Penduduk 2012 : 244.775.797
Aceh Sumatera Kalimantan Gorontalo North Sulawesi North Maluku West Papua Papua
565 (12,25) 984 (2.06) 542(3.78) 220 (20.25) 444 (19,08) 535 (49.14) 594 (72.71) 1.348(42.88)
High burden
(CDR>10/100000)
Or new case> 1000
Low burden DKI Jakarta West Java Central Java EastJava WestSulawesi South Sulawesi SE Sulawesi C. Sulawesi Maluku
CDR<10/100000 417 (4.23) 2.316(5.19) 1.813(5,56) 4.807 (12.65) 211 (17.29) 1.160(14.12) 300(12.91) 368 (13.45) 649 (40.09)
Or new case
<1000 Banten D.I. Yogyakarta Bali NTT
NTB Population: 244,775,797
349 (7.16)
757 (6,75) 121 (3,43) 100 (2,47) 394 (8,56)
0.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
10.00
West Papua
North Maluku
Papua
Maluku
Gorontalo
North Sulawesi
West Sulawesi
South Sulawesi
Central Sulawesi
SE Sulawesi
East Jawa
Aceh
West Nusa Tenggara
East Nusa Tenggara
Banten
Central Jawa
2012
West Jawa
East Kalimantan
D.K.I.Jakarta
South Kalimantan
South Sumatera
D.I.Yogyakarta
Central Kalimantan
Babel
Papua
Indonesia, By Province, 2012
Jambi
Maluku
Gorontalo
Bali
West Papua
West Kalimantan
Leprosy New Case Detection Rate
Lampung
The Big 5
Bengkulu
West Sumatera
Riau
:20.25
:40.09
:42.88
North Maluku :49.14
:72.71
North Sumatera
Kepulauan Riau
Proportion of Disability Grade 2 and Child
Indonesia, 2000 - 2010
14
12
12 10,6 10,6
11,4 11,3
10,2 10,3
10,1 9,7
10 8,9 9,1 10,510,8
9,6
8 8,4
8,9 8,6 8,7 8,6
7,7 8 7,6
6
4
2
Child Disability Gr 2
0
2000
2001
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2003
2004
Proportion of MB Cases
Indonesia, 2003 - 2010
100%
90%
80%
70%
60% 76,9 78,2 79,4 80,4 82,2 82,4 81
85,9
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
3. Diagnosis
Syarat pemeriksaan :
Pencahayaan cukup, jaga privasi, sistematis
Anamnesis:
Nama, alamat, daerah asal
Riwayat tanda-tanda kulit/saraf yang dicurigai
Riwayat kontak dengan penderita
Riwayat penyakit (lain) sebelumnya
Pemeriksaan :
- Periksa bercak (3D): Dipandang, Diterawang, Diraba
- Palpasi saraf
- Pemeriksaan fungsi saraf
Klasifikasi berdasarkan Ridley-Jopling: TT –
BT – BB – BL - LL
Klasifikasi lain berdasarkan WHO: PB – MB
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis
ditambah lab bila perlu (cardinal sign/tanda
utama)
Interpretasi hasil lab harus hati-hati
CARDINAL SIGN
KELAINAN PENEBALAN BTA POSITIF
KULIT SARAF DG GGN
(bercak) FUNGSI
YANG MATI
RASA
KUSTA
PB : MB :
- Bercak mati rasa < 5 - Bercak mati rasa > 5
- Penebalan saraf dengan ggn
- Penebalan saraf dengan ggn
fungsi, hanya 1
fungsi > 1
- BTA negatif
- BTA positif
Pembagian Ridley-Jopling
TT
TT • Makula saja atau dibatasi infiltrat
• Satu atau beberapa
• Asimetris, batas tegas, kering bersisik
• Anestesi jelas
• BTA negatif
BT
• Makula dibatasi infiltrat
• Satu atau beberapa, kadang lesi satelit
• Asimetris, batas tegas, kering bersisik
• Anestesi jelas
• BTA negatif atau 1+
BB
• Plakat, punch out
• Jumlah dapat dihitung
• Asimetris, batas tegas, permukaan agak kasar
• Anestesi masih jelas
• BTA biasanya +
Pembagian Ridley Jopling
BL
• Makula, plak, papul
• Jumlah sukar dihitung, masih ada kulit sehat
• Hampir simetris, batas agak difus
• Anestesi tidak jelas
• BTA positif
LL
• Makula, infiltrat difus, papul, nodus
• Jumlah tidak terhitung, tidak ada kulit sehat
• Simetris, batas difus, permukaan halus berkilat
• Anestesi tidak ada
• BTA positif
Pembagian WHO
PB
• Jumlah lesi 1 -5
• Penebalan saraf dengan ggn fs hanya 1
• BTA negatif
• Unilateral / bilateral asimetris
• Permukaan kering, batas tegas,
• Anestesi jelas
• Proses deformitas lebih cepat
MB
• Jumlah lesi > 5
• Penelaban saraf dengan ggn fs >1
• BTA positif
• Bilateral simetris
• Permukaan halus mengkilap, batas agak difus
• Anestesi kurang jelas
• Deformitas terjadi pada tahap lanjut
• Ciri lain: madarosis, facies leonina, ginekomastia pd laki-laki
LETAK SYARAF TEPI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUSTA
N. Medianus
N. Radialis
N. Ulnaris
N. Peroneus Communis
N. Tibialis Posterior
Fungsi
Saraf Motorik Sensorik Otonom
Facialis Mempersarafi Mempersarafi
kelopak mata agar kelenjar keringat,
bisa menutup kelenjar minyak dan
Ulnaris Mempersarafi jari Rasa raba telapak pembuluh darah
tangan ke 4 dan ke tangan : separuh jari
5 ke 4 (jari manis) & ke 5
(jari kelingking)
Medianus Mempersarafi jari Rasa raba telapak
ibu jari, telunjuk tangan bagian ibu jari,
dan jari tengah jari ke 2, 3, dan
separuh jari ke 4.
Radialis Kekuatan
pergelangan tangan
Peroneus Kekuatan
pergelangan Kaki
Tibialis Mempersarafi jari- Rasa raba telapak kaki
posterior jari kaki
ALUR TATALAKSANA PENDERITA KUSTA
CARDINAL SIGN
Bagi anak di bawah usia 10 tahun, dosis MDT diberikan berdasarkan berat badan.
- Rifampisin : 10-15 mg/kg BB
- DDS : 1-2 mg/kg BB
- Clofazimine : 1 mg/kg BB
Kondisi khusus
rehabilitasi medik
rehabilitasi bedah/plastik-rekontruksi
rehabilitasi karya/okupasi
rehabilitasi sosial
Rujukan
Defaut /DO
> 3 bln (PB) atau >6 bln (MB) tdk konsumsi MDT harus
dinilai ulang, jika aktif obati kembali. Jika tidak aktif
dianggap RFT
5. Reaksi
Episode akut pada perjalanan penyakit kusta akibat
perubahan sistem kekebalan tubuh.
Dapat timbul sebelum, selama dan sesudah pengobatan.
Pencetus: setelah pengobatan intensif, stres fisik/psikis,
imunisasi, kehamilan, persalinan, menstruasi, infeksi,
trauma, dll
Timbul peradangan AKUT pada kulit, saraf, atau organ
lain; dapat disertai gangguan keadaan umum
Reaksi tipe 1 (RR)
• mrpkn peningkatan SIS
• lesi lama lebih aktif: eritematosa, edema, menimbul
• dapat disertai neuritis akut
• dapat muncul lesi baru
• gejala sistemik tidak ada
• kadang ada gejala prodromal
• terjadi pada tipe BT-BB-BL
Tipe I BERAT
oLesi kulit merah, teraba panas, sendi sakit
oNyeri tekan dan ggn fungsi saraf
oMengenai daerah wajah dapat dianggap RR
berat
Tipe II RINGAN
oNodul nyeri tekan dan hilang dalam 2 - 3 hari
oDemam ringan
oTidak ada nyeri tekan saraf dan ggn fungsi
oTidak ada ggn organ tubuh lain
Tipe II BERAT
oNyeri tekan, jumlah >>, ulserasi
oDapat disertai demam
o Nyeri tekan dan ggn fungsi saraf
oPeradangan organ lain, selain kulit
Pengobatan reaksi
• istirahat / immobilisasi.
• Cegah paralisis dan kontraktur, atasi neuritis
• analgetik/antipiretik
Reaksi •
•
cari faktor pencetus
MDT diteruskan dengan dosis sama
berat • pemberian obat anti reaksi: prednison, prednisolon,
metil prednisolon
Skema pemberian prednison untuk rx kusta
Onset/interval Dlm 4-24mgg th/ atau 6 bln ≥ 1 th setlh RFT (PB 3 th,
stlh RFT. Pada rx berulang, MB 9th)
sampai 2 th stlh RFT
Timbulnya gejala Mendadak, cepat Lambat, bertahap
Lesi lama Bbrp atau seluruh lesi jadi Eritem dan plak di tepi
berkilap, eritem, bengkak, lesi. Lesi bertambah dan
NT(+), konsistensi lunak. meluas
Edema tangan/kaki (+). Terjadi
perubahan tipe ke arah lebih
baik
Gejala Rx tipe 1 (RR) Relaps
Operational research
TREND & CUMMULATIVE OF NEW CASES WITH
DISABILITY Gr 2 , Year 1990-2012
35.484
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Integration
Elimination Political
to general Partnership
Of Stigma commitment
health serv