Professional Documents
Culture Documents
Penanganan Pasien Fraktur
Penanganan Pasien Fraktur
Yudha
FRAKTUR
Definisi :
Diskontinuitas struktural pada tulang dan
atau tulang rawan
Deskripsi fraktur :
Site
Extent
Configuration
Relationship between fracture fragments
Relationship with external environment
Complication
Site
Intraartikuler Epifisis
Lokasi
anatomis
Ekstraartikuler Metafisis
Diafisis
Extent
Hairline
fracture
Buckle
Incomplete
fracture
Extent
Greenstick
Complete
fracture
HAIRLINE FRACTURE
GREENSTICK FRACTURE
BUCKLE FRACTURE
Configuration
Configuration
Angulasi
Undisplaced
Relationship
between fracture Rotasi
fragments
Displaced
Distraksi
Overlap
Impaksi
Relationship with external
environment
Relationship
with external
environment
Closed Open
fracture fracture
Complication
Complication
Uncomplicated Complicated
1. PRIMARY SURVEY
2. SECONDARY SURVEY
3. DEFINITIVE TREATMENT
PRIMARY SURVEY
A = Airway + C-spine control
B = Breathing + ventilation
C = Circulation + hemorrhage control
D = Disability
E = Exposure / Environment
SECONDARY SURVEY
Anamnesis
AMPLE history
Pemeriksaan Fisik
Head to toe examination
Pemeriksaan Penunjang
DEFINITIVE TREATMENT
Tujuan utama penanganan fraktur :
1. To relieve pain
2. To obtain and maintain satisfactory
position of fracture fragments
3. To allow bony union
4. To restore optimum function
DEFINITIVE TREATMENT
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka terdapat
beberapa metode penanganan fraktur, yaitu :
1. Protection alone
2. Immobilization by external splinting (without reduction)
3. Closed reduction + immobilization
4. Closed reduction by continuous traction +
immobilization
5. Closed reduction + brace
6. Closed reduction + external skeletal fixation
7. Closed reduction + internal skeletal fixation
8. Open reduction + internal skeletal fixation
9. Excision + endoprosthesis replacement
SPLINTING
Merupakan salah satu tindakan imobilisasi
Dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama
pada cedera muskuloskeletal (fraktur, sprain, dll)
Tujuan :
Mengurangi nyeri
Mencegah pergerakan pada area yang cedera
SPLINTING
Alat dan bahan :
Pada prinsipnya splint
dapat menggunakan alat
apapun yang tersedia
Alat untuk menyangga :
kayu, kardus yang dilipat,
batangan logam,
prefabricated splint, dsb
Alat untuk memfiksasi
penyangga pada anggota
tubuh : elastic bandage,
verband gulung, kain, tali,
dst
SPLINTING
Prinsip pemasangan :
Meliputi 2 sendi
Dilakukan oleh minimal 2 orang. 1 orang memasang
splint, lainnya menstabilkan ekstremitas yang cedera
Selalu cek AVN distal sebelum dan sesudah
pemasangan splint
SPLINTING
Tehnik pemasangan :
1. Stabilkan ekstremitas
yang cedera
2. Letakkan diatas splint,
pastikan panjang splint
cukup untuk meliputi 2
sendi
3. Lingkarkan elastic
bandage dari distal ke
proksimal, jangan terlalu
ketat
4. Cek AVN distal
CASTING
Tindakan imobilisasi menggunakan cast/
gips/ Plaster of Paris
Persiapan alat dan bahan :
Stokinet
Softband
Gips/ Plaster of Paris (PoP)
Ember/ baskom berisi air bersih bersuhu
ruangan
Lap untuk membersihkan kulit dan sisa gips
Gunting
PEMASANGAN CAST (Plaster of
Paris)
1. Bersihkan kulit dari
kotoran. Apabila terdapat
luka, tutup dengan
wound dressing.
2. Pasang stokinet
3. Pasang softband dengan
ketebalan yang uniform.
Tempatkan extra
padding pada bony
prominences.
4. Rendam gips (PoP) dalam air (suhu
ruangan) hingga gelembungnya hilang
5. Angkat dan peras sedikit
6. Pasang gips sambil asisten menahan ekstremitas
pada posisinya. Jangan sampai bergerak karena
dapat menimbulkan kerutan pada gips.
7. Lakukan pemasangan dengan gerakan yang halus
dan tidak terputus, sambil menggosok lapisan gips
yang sudah terpasang dengan telapak tangan