Professional Documents
Culture Documents
Contributor:
dr. Andreas W. Wicaksono dr. Anindya K. Zahra
dr. Rizky Atmagusta dr. Benedictus Anindita
S. dr. Alexey Fernanda N. dr. Mufid Arifin
dr. Galih Prasetya S dr. Regina Arumsari
ORTHOPAEDI
C SURGERY
Initial management for Trauma
Reassess Reassess
FRAKTUR
• Suatu kondisi DISKONTINUITAS STRUKTUR TULANG yang dapat bersifat
komplit / inkomplit.
• Fraktur terjadi akibat adanya gaya yang melebihi elastisitas tulang.
• Deskripsi Fraktur :
– Hubungan dengan jaringan sekitar (open/closed)
– Orientasi (transverse, oblique, spiral)
– Lokasi (dorsal, volar, metaphysis, diaphysis, epiphysis middle/shaft, dll)
– Nama tulang
LOOK (Inspection)
Symetricity right-left
Swelling, wound, deformity (angulation, rotation, shortening), abnormal
movement, discoloration (ecchymoses)
Bone exposure
Posture and colour of distal extremity
FEEL (Palpation)
Localized tenderness
Distal neurological status (S&M), pulsation
Aggravation of pain and muscle spasm during even the slightest passive
movement
Feeling and listening the crepitus unnecessary -> Xray Diagnosis more
reliable
Move
Active movement ROM
Passive movement ROM
Imaging – X-ray
“Rule of Two”
Two views Different point of view.
Ex: Anteroposterior and lateral
Amount of Displacement
Orientasi Garis Patahan Tulang
Special Type Of Fracture
Fraktur Pediatrik
GREENSTICK
INKOMPLI TORUS/BUCKLING
FRAKTUR T
PEDIATRIK
KOMPLIT BOW
Greenstick Fracture
• Fracture yang terjadi karena adanya tekanan longitudinal yang melebihi kemampuan
tulang untuk rekoil ke posisi normal sehingga menyebabkan terjadinya lengkungan.
Fraktur Lempeng Epifisis
Salter-Harris Fracture
S A L T ER
Straight across Above Lower Two/Through ERasure/Crush
Fraktur Colles VS Fraktur Smith
CD-VS
Fraktur Colles
• Fraktur pada distal tulang radius yang berjarak ≤ 2,5
cm dari pergelangan tangan yang disertai dengan
pergeseran fragmen distal patahan ke arah DORSAL
• Deformitas = “Dinner fork deformity”
CD-VS
Figure of 8 - bandage
ORIF
Fraktur Terbuka
• Adanya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar melalui luka traumatik
– Luka besar tanpa tereksposnya tulang yang
fraktur
≠ fraktur terbuka
• Kontaminasi dan risiko infeksi tinggi
Gustilo-Anderson Classification
• I luka kecil (< 1 cm), bersih, cedera jaringan lunak minimal tanpa crushing,
fraktur non-kominutif
• II luka 1-10 cm, tanpa hilangnya kulit penutup luka (skin flap), cedera
jaringan lunak tidak banyak, moderate crushing, moderate comminution
• III luka laserasi luas (> 10 cm), kerusakan kulit dan jaringan lunak luas, high
energy injury.
– IIIA laserasi luas, namun tulang yang fraktur masih dapat ditutup oleh jaringan lunak
– IIIB periosteal stripping ekstensif, fraktur tidak dapat ditutup tanpa flap jaringan
– IIIC terdapat cedera arteri yang memerlukan repair, dengan atau tanpa cedera jaringan lunak
Fraktur terbuka III termasuk farmyard injuries, fraktur dengan luka tembak, fraktur pada lingkungan yang
terkontaminasi
Manajemen Fraktur Terbuka
ATLS (initial trauma survey & resuscitation)
• Safe the life then safe the limb
Pencegahan infeksi
• Antibiotik profilaksis (IV, lokal), profilaksis tetanus, debridemen
luka
Stabilisasi fraktur
• Internal or external
•1st generation
cephalosporin for 24 hours •1st generation cephalosporin for gram positive
Antibiotics after closure (ex: Cefazolin coverage.
“initiate as soon IV) •Aminoglycoside (such as gentamicin) for gram
as possible” Clindamycin or Vancomycin negative coverage in type III injuries
can also be used if allergies • the cephalosporin/aminoglycoside should
exist be continued for 24-72 hours after the
.com/open fracture management last debridement procedure
www.orthobullet
s
Manajemen Fraktur – “4R”
Neurovascular
compromised
Early
Infection
Compartement
syndrome
Fracture
complicatio
n Delayed union
Non union
Late
Mal union
Avascular
Necrosis
KOMPLIKASI FRAKTUR - Early
Cedera Saraf Akibat Fraktur
• Fraktur collum chirurgicum
(surgical neck) nervus axillaris
Gambaran Klinis :
• Abduksi bahu terganggu
• Atrofi m. deltoideus → hilangnya
rounded contour bahu → bahu
tampak datar
• Hilangnya sensasi di lateral
bawah bahu
Cedera Nervus Radialis
Etiologi :
- fraktur shaft humerus
- fraktur distal humerus
- Penekanan Torniquet
Gambaran Klinis :
- Wrist drop/Drop Hand
- Tidak dapat ekstensi MCP
- Hilangnya sensasi pada aspek
lateral dorsum manus, disekitar
tabatiere anatomicum
Cedera Nervus Medianus
Etiologi :
- fraktur supracondylar
humerus, - fraktur antebrachii --
> AIN Injury
- dislokasi art. cubiti
Gambaran Klinis :
-Paralisis otot-otot fleksor
Anterior Interosseus (kecuali FCU dan FDP jari
Nerve/AIN Injury 4,5)
-The “pointing
sign”PREACHER's
HAND/POPE's BLESSING/HAND
OF BENEDICTION/PITCHER's
Normal Abnormal HAND/OBSTETRICAL HAND
“Okay sign” “Pinch sign”
- Tidak dapat abduksi ibu jari
- Hilangnya sensasi pada aspek
Cedera Nervus Ulnaris
Etiologi :
• Fraktur epicondylus medial,
• Fraktur/dislokasi pada siku
Gambaran Klinis :
• Paralisis otot-otot intrinsik
tangan (selain otot-otot
thenar), FCU, dan FDP jari 4,5
• CLAW HAND
• Hilangnya sensasi pada
aspek ulnar (medial) palmar
dan dorsum manus
Cedera Nervus Peroneus Communis
Etiologi :
- fraktur/dislokasi sekitar lutut,
-cedera ligamentum lateral,
traksi ketika lutut dipaksa ke
posisi varus
Gambaran Klinis:
- Common peroneal nerve
palsy “DROP FOOT”
- Gangguan eversi ankle
- high-stepping gait
Artery of Lower Limb
Compartment
Syndrome
• 5P's of Compartment Syndrome :
- Pain → earliest indicator,
pain in passive stretching
- Pallor
- Pulseless
- Paresthesis
- Paralysis
• Lokasi tersering =
antebrachii dan cruris
• Manajemen : Fasciotomy
• Apabila compartment
syndrome disebabkan karena
pemasangan cast yang terlalu
kuat longgarkan atau ganti
cast
KOMPLIKASI FRAKTUR - Late
Fracture Healing Disorders
Delayed Union Non Union Mal Union
Gejala Nyeri pada lokasi fraktur pseudoarthrosis (false Deformitas pada tulang
persisten dan memberat joint), nyeri berkurang yang pernah patah
apabila ada paparan stress
pada tulang
Px garis fraktur masih tampak garis fraktur masih tampak Alignment tulang buruk,
Penunjang dengan callus minimal. hyperthropic deformitas pada foto X-
(X-ray) Ujung-ujung tulang fragmen nonunion/athropic ray
fraktur TIDAK sklerosis atau nonunion
atrofi
Delayed Union
• Proses union (incomplete repair) dan konsolidasi (complete repair) yang
lebih lambat dibandingkan kondisi normalnya
• Gejala nyeri pada lokasi fraktur persisten dan memberat apabila ada
paparan stress pada tulang
• Tanda (X-Ray) garis fraktur masih tampak dengan callus minimal.
Ujung-ujung tulang fragmen fraktur TIDAK sklerosis atau atrofi
• Manajemen konservatif selama 20 minggu, apabila terapi gagal
dapat
dilakukan bone grafting
• Timetable union and consolidation of fracture :
• Fraktur spiral upper limb butuh 6-8 minggu untuk konsolidasi
• Lower limb butuh 2 kali lebih lama
• Tambahkan 25% bila fraktur non-spiral atau melibatkan femur
• Fraktur pada anak lebih cepat union dan konsolidasi
Non Union
• Secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan fragmen
patahan tulang setelah 9 bulan post operasi dan tidak adanya
progress penyembuhan dalam 3 bulan terakhir
• Fraktur gap pseudoarthrosis (false joint), nyeri berkurang
• Penyebab : Mechanical instability, impaired vascularity
A. Ligamentum Teres
A. Profunda Femoris
DISLOCATION
(luxation)
Dislokasi Panggul (Hip Dislocation)
Grade II
• Robekan (tear) parsial ligamen nyeri dan
bengkak moderate
• Moderate joint laxity
Grade III
• Robekan (tear) komplit ligamen nyeri
dan bengkak berat
• Gross joint laxity
Knee Injury
• Anterior Cruciate
Ligament (ACL)
Injury
• Posterior Cruciate
Ligament (PCL)
Injury
• Meniscus Injury
Knee Injury – Ruptur ACL & PCL
Anterior Cruciate Ligament Posterior Cruciate
(ACL) Ligament (PCL)
• Location :
• Medial tear
• Lateral tear
Medial > lateral tears
• Symptoms :
- Pain localizing to medial/lateral side
- Mechanical symptoms
(clicking/locking)
- Delayed or intermittent swelling
Pain/locking sensation :
positive test
• Physical Exam:
Pain : positive test
- Joint line tenderness (most
sensitive exam, but not
spesific)
- Effusion
- Provocative test (Apley
compression test, Thesaly
test, McMurray test)
Ruptur Tendon Achilles
• Sering terjadi pada
dewasa (40-50 tahun)
• Laki-laki >
perempuan
• Mekanisme cedera :
dorsifleksi paksa pada
kaki yang
plantarfleksi
– Aktivitas olahraga
(basket, tenis, berenang)
Ruptur Tendon
Achilles
• Sudden “snap” in heel
• Nyeri akut berat di
belakang tumit
• Tidak mampu
plantarfleksi
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Tes Thompson (+)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG: USG, MRI,
Foto polos utk ekslusi
kelainan lain
• Tes Thompson (+) tidak adanya plantar fleksi
ruptur tendon Achilles
• Tes Thompson (-) terdapat plantar fleksi kondisi normal
Osteomyelitis
• Inflamasi tulang dan sumsum tulang yang
disebabkan oleh bakteri, dapat bersifat akut
atau kronik
• Patogenesis (Waldvogel, 1971) :
– Hematogenous (TERSERING)
– Contiguous focus of infection dari abses
jaringan, diabetic foot
– Direct inoculation dari luka trauma,
operasi
• Gejala non spesifik : DEMAM, MENGGIGIL,
FATIGUE, LETARGI, IRRITABILITY
• Tanda klasik inflamasi : NYERI LOKAL,
BENGKAK, ERITEMA
• Patogen Penyebab tersering : S. aureus
• Penyebab lain : Pseudomonas, Enterobacteriaceae, basil
gram negatif anaerob, M. tuberculosis,
Streptococcus
• Pengguna obat intravena dapat mengalami infeksi
Pseudomonas
• Acute hematogenous osteomyelitis
memiliki predileksi pada tulang panjang (METAFISIS tulang
Osteomyelitis – X-Ray
• Sensitivitas 43-75% Involucrum Sequestrum
spesifisitas 75-83%
• Perubahan pada soft tissue akan
tampak dalam 3 hari, perubahan
pada tulang 1-2 minggu
• Soft tissue swelling
• Tulang erosi cortical, campuran
lusensi dan sklerosis, reaksi
periosteal, abses
subperiosteal
• Pada kasus kronik
- Sequestrum tulang mati yang
dikelilingi pus atau jaringan skar
- Involucrum pembentukan tulang
baru disekitar area tulang yang nekrosis
SPONDILITIS TB (Pott’s Disease)
• TB ekstraparu, vertebra merupakan lokasi TB tulang tersering
• M. tuberculosis mencapai vertebra secara hematogen,
limfogen, direct dari paru
• Lokasi = vertebra thorakalis bawah dan lumbalis
• 10-45% spondilitis TB menyebabkan defisit neurologis serius
• Gejala klasik TB : lemas, penurunan nafsu
makan, penurunan BB, keringat malam hari, demam
subfebris
• Deformitas kifosis, small knuckle kyphosis pada palpasis
proc.
spinosus, GIBBUS, cold abscess
SPONDILITIS TB (Pott’s Disease)
The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001
Osteosarcoma
• Tumor primer pada tulang, ganas,
sering pada
metafisis tulang panjang
• 80% terjadi pada <30 tahun
• Nyeri tulang persisten, massa
pada
tulang Osteoblastic type
• Gambaran radiologis
– Destruksi tulang (lesi litik /
radiolusen) dan lesi sklerotik
(radio-opak)
– Eccentric extraosseous mass
(pembentukan tulang
baru periosteal)
– Reaksi periosteal “SUNBURST”
APPEARANCE, CODMAN’S Osteolytic type
TRIANGLE
OSTEOSARCOMA – REAKSI PERIOSTEAL
Codman’s triangle
Extraosseous
mass
“ONION PEEL”
Osteoporosis
• Penyakit tulang metabolik dan sistemik
yang ditandai oleh penurunan massa
tulang dan kerusakan mikroarsitektur
dari jaringan tulang
• Kerapuhan tulang rentan
fraktur (fraktur patologis)
• Bone density : -2.5 SD or
below
Osteoporosis
• OSTEOPOROSIS PRIMER
– Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
– Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara
kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
• OSTEOPOROSIS SEKUNDER
– Cushing's disease, hyperthyroidism, hyperparathyroidism,
hypogonadism, kelainan hepar, kegagalan ginjal kronis, kurang gerak,
kebiasaan minum alkohol, pemakai obat- obatan/corticosteroid,
kelebihan kafein, merokok
Insidensi Fraktur Patologis akibat
Osteoporosis
Vertebra
l
Forearm Fracture
Fracture
Hip
Fracture
Spondylosis Spondylolysis Spondylolisthesis
Natural aging process Defect/fracture of pars Displacement of vertebra
of spine interarticularis
(degenerative) vertebra
Asymptomatic • Insidious onset of low • Insidious onset of low
to pain or back pain, worse with back pain, worse with
radiculopathy activities activities
• Radicular symptoms
• Sensory/motor
deficit
Osteophyte, joint “scottie dog” appearance Anterior displacement
space narrowing
UROLOGI
C
SURGERY
Benign Prostatic Hyperplasia
• Nephrolithiasis
• Ureterolithiasis
• Vesicolithiasis
• Urethrolithiasis
URETER Nyeri pinggang kolik (akibat peristaltik) dan menjalar (nyeri alih), tergantung
(Ureterolithia letak batu :
s is) - Ureter proksimal pinggang setinggi pusar (T10)
- Ureter media medial paha, inguinal, skrotum (L1-3)
- Ureter distal ujung penis (S2-3), + disuria
• f
Radiologi
• BNO / KUB hanya untuk batu radioopak (kalsium, sistin, staghorn)
• IVP bisa untuk batu radiolusen / non-opak (asam urat)
• USG aman untuk ibu hamil dan pasien yang memiliki kontraindikasi IVP.
Dapat melihat semua batu (radioopak atau radiolusen pada BNO)
• Pyelografi antegrade/retrograde bila fungsi voiding terganggu (misal
pada obstructive uropathy)
• CT scan gold standard batu saluran kemih
BNO
USG
Tatalaksana Urolithiasis
Indikasi pengeluaran batu aktif
• Kasus batu dengan kemungkinan keluar spontan rendah
• Adanya obstruksi saluran kemih persisten
• Ukuran batu >15 mm
• Adanya infeksi
• Nyeri menetap atau berulang
• Disertai infeksi
• Batu metabolik yang tumbuh cepat
• Adanya gangguan fungsi ginjal
• Keadaan sosial pasien
Pelarutan
• Batu asam urat, hanya terjadi pada urin yang asam (pH 6,2) alkalinisasi
urindengan Natrium bikarbonat. Lakukan terapi untuk hiperurisemia
Lithotripsi
Pembedahan
• Batu kaliks adanya hidrokaliks, nefrolitiasis kompleks, ESWLgagal
• Batu pelvis adanya hidronefrosis, infeksi, nyeri hebat, staghorn calculi
• Batu ureter telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, impaksi ureter
• Batu buli-buli ukuran >3 cm
Pasien dengan batu
ginjal
≥5 mm <5 mm
Konservatif, observasi,
5-10 10-20 >20 mm terapi ekspulsif
mm mm medikamentosa
ESWL atau
Ideal untuk
endourologi
ESWL?
ESWL Extracorporeal
Ya ESWL atau Shockwave Lithotripsy
endourologi RIRS Retrograde
Intrarenal Surgery
PNL Percutaneous
Tidak 1. Nephrolithotomy
Endourologi; 2. ESWL
Tumor Ganas Buli-buli
• Bentuk terbanyak transitional
cell carcinoma
• Faktor risiko laki-laki, merokok,
penggunaan zat pemanis buatan,
ISK, paparan zat kimia (substansi
amine aromatic di industri cat,
tekstil, karet)
• Klinis
– PAINLESS GROSS HEMATURIA
– Gejala iritatif frekuensi, urgensi,
disuria
– Penurunan berat badan, anoreksia
– Nyeri tulang, nyeri pada pelvis,
edema ekstremitas bawah, nyeri
pinggang
Ruptur Urethra - Anatomi
• Retrograde urethrography
Tipe
Cystography
Intraperitoneal Bladder
Rupture (20%)
Combined (10%)
• Translumination test /
diapanoscopy
• Positive : Hydrocele
• Negative : mass, hernia scrotalis,
hematocele
Spermatocele
Benign cyst accumulation of sperm
Arises from the head of the epididymis-on
superior aspect
Typically asymptomatic
Px exam :
Usually painless mobile swelling
posterosuperiorly
Smooth, soft, and well-circumscribed
mass
Hipospadia &
• Epispadia
Hipospadia defek
kongenital, ostium urethra
externum (OUE) terletak di
sisi ventral penis
– Tidak ditemukannya
preputium di sisi ventral.
Digantikan jaringan parut
yang menyebabkan
kontraktur ventral penis
(chordee)
• Epispadia defek
kongenital, ostium urethra
externum (OUE) terletak di
sisi dorsal penis
Tatalaksana Hipospadia
Anak dengan hipospadia sebaiknya jangan disirkumsisi
dahulu preputium dibutuhkan untuk rekonstruksi urethra
Tujuan utama
Terapi konservatif
• Perawatan preputium rutin
• Bila dapat diretraksikan parsial, lakukan retraksi rutin saat mandi dan
jaga kebershan glans penis
• Steroid topikal bisa digunakan selama 4-6 minggu untuk
meningkatkan retraktabilitas fimosis fisiologis
Sirkumsisi
• Fimosis fisiologis bukan indikasi sirkumsisi
• Indikasi sirkumsisi fimosis patologis, kegagalan terapi dengan
salep steroid, parafimosis, ISK berulang, balanoposthitis berat dan
berulang, fimosis fisiologis yang persisten hingga remaja
Parafimosis
• Preputium penis teretraksi di belakang glans
penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi
normalnya cincin konstriksi iskemia
• Kegawatan dalam urologi
• Bengkak dan nyeri penis Faktor Risiko
- Fimosis
- Prosedur
genitourinari
(kateter
urin,
cystoscopy)
- Trauma
penis
- Aktivitas
seksual
Parafimosis - tatalaksana
Goal : mengurangi edem penis dan mengembalikan posisi
preputium.
Tatalaksana awal :
• Menurut lokasi:
– Abdominal
– Inguinal
– Suprascrotal
Etiologi
Klasifikasi
Ischemic/Low-flow Non-Ischemic/High-flow
Etiologi
• Obstruksi lumen appendix oleh hiperplasia limfoid, fecalith, corpus
alienum, neoplasma, striktur paska inflamasi
• Infeksi (biasanya bersifat hematogen)
Patofisiologi
• Obstruksi lumen sekresi mukus terus berlanjut dan kolonisasi
bakteri
tekanan intraluminal naik pembuluh limfe dan vena
terjepit
edema dan transudasi tekanan intraluminal semakin
naik
Appendicitis Akut - Gejala Klinis
disuria,
• Nyeri flank/punggung (letak retrocecal), nyeri suprapubik (letak pelvical), nyeri testikular
(letak retroileal)
• Nyeri lepas tekan (rebound tenderness) / Blumberg sign akibat iritasi
peritoneum
Appendicitis Akut - Tanda Klinis
• Rovsing sign nyeri perut kuadran kanan bawah
saat palpasi kuadran kiri bawah
• Psoas sign nyeri perut kuadran kanan bawah
saat ekstensi panggul kanan
• Obturator sign nyeri perut kanan bawah saat
rotasi internal panggul kanan
Obturator sign
Diagnosis & Tatalaksana
• Preoperatif
observasi TTV, resusitasi
cairan, tirah baring, puasa,
antibiotik IV spektrum luas
• Operatif
1. Open Appendectomy =
insisi transversal (Davis-
Rockey) atau insisi oblique
(McArthur-McBurney) pada
kuadran kanan bawah
2. Laparoscopic
appendectomy
0-3 : dapat dipulangkan tanpa imaging
4-6 : evaluasi dengan pemeriksaan penunjang
≥7 : konsul bedah
Penunjang Radiologi :
- USG : pilihan awal pada anak, dewasa muda, ibu hamil. Efisien, aksesibel, non
radiasi
- CT Scan : Akurat (highly sensitive & specific), “invasive” karena efek
penggunaan radiasi
- MRI : sensitif dan spesifik, namun kurang aksesibel
- Foto polos abdomen : mengidentifikasi free gas di cavum abdomen (app
Peritonitis
• Inflamasi peritoneum, jaringan yang melapisi
permukaan dalam dinding abdomen dan viscera
abdomen
• Klasifikasi :
– Peritonitis primer
• Infeksi peritoneum yang tidak berhubungan langsung dengan
kelainan intrabdominal (spontaneous bacterial peritonitis)
• Biasanya berhubungan dengan ascites
– Peritonitis sekunder
• Infeksi peritoneum karena kelainan intrabdominal (misal perforasi
hollow viscous isi gastrointestinal masuk ke cavum peritoneum
menyebabkan peritonitis)
– Peritonitis tersier
• Tahap akhir peritonitis. Tanda dan gejala klinis peritonitis dan
sepsis tetap ada walaupun peritonitis sekunder sudah diterapi
Peritonitis Sekunder – Etiologi
Tanda dan Gejala Peritonitis
Gejala Tanda
Pemeriksaan
fisik
• Abdominal distention • Abdominal
(darm countour, darm distention
steifung) • Silent abdomen
• Hyperperistaltic • Tympanic percussion
(Hipoperistaltik pada
prolonged • RT : ampulla recti
obstruction) intak
• Metalic sound (+) • Tanda dehidrasi
• RT : ampulla recti
kolaps
• Tanda dehidrasi
Pemeriksaan
Penunjang
• Dilatasi usus dengan air fluid • Dilatasi diffuse usus
level (udara mengisi kolon & rektum)
• Tidak adanya udara pada bagian
distal usus
Klasifikasi Ileus Obstruktif
• Letak sumbatan
– Ileus letak tinggi : sumbatan di proximal
ligamentum Treitz (flexura
duodenojejunalis) dominan
vomiting
– Ileus letak rendah : sumbatan di distal
ligamentum Treitz dominan distensi
abdomen
• Derajat obstruksi
– Obstruksi total gejala lebih berat,
tidak bisa flatus dan BAB
– Obstruksi parsial gejala lebih ringan,
masih bisa flatus dan BAB
• Open VS Closed-Loop
– Open ended obstruction risiko
strangulasi lebih rendah
– Closed loop obstruction risiko
strangulasi tinggi (misal pada hernia
inkarserata, volvulus)
Ileus – Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos abdomen 3 posisi supine,
semierect / erect, LLD (left lateral decubitus)
Herring bone appearance Coiled spring Multiple air fluid level – step ladderappearance
Tatalaksana Ileus
Tatalaksana:
– Nil per os
(NPO)/dipuasakan
– Resusitasi cairan
& monitor Urin
output
– Pemasangan
NGT
dekompresi,
mencegah
aspirasi
– Serial abdominal
exam
• Hemorrhoid interna
– Pelebaran plexus hemorrhoidalis
interna (dibentuk oleh vena rectalis
superior et media)
• Hemorrhoid externa
– Pelebaran plexus hemorrhoidalis
externa (dibentuk oleh vena
rectalis inferior)
Hemorrhoid - Klasifikasi
Tatalaksana Bedah
• Hemorrhoidektomi (excision atau stapled)
Sumber :
Hemorrhoids: From basic pathophysiology
to clinical management
World J Gastroenterol. 2012 May 7;
18(17):
2009–2017.
Tanda
• Massa eritematosa, fluktuasi (+) pada kulit
perianal
• Pada kasus kronik dapat ditemukan fistula
perianal
Terapi
Tender and fluctuant mass • Insisi dan drainase, antibiotik, analgetik-
antipiretik
Anal Fistula
• The majority of anorectal fistulas
originate from an infected anal crypt
gland.
• “Non healing” anorectal abscess
fistula
• Laboratorium
– Hb, fecal occult blood Filling
testing (FOBT) defec
t
– CEA (Carcinoembryonic
Antigen. Kadar normal <
2,5 n/mL)
• Colon In Loop (CIL)
Apple core
barium enema appearanc
– Filling defect, apple core e
appearance
• Colonoscopy + Biopsi
Hernia Abdominalis
• 75% hernia abdominal
hernia inguinal
• Hernia inguinal
dibagi menjadi
– Hernia inguinalis
lateralis (HIL) / hernia
inguinalis indirek
2/3 kasus
– Hernia inguinalis
medialis (HIM) /
hernia inguinalis direk
1/3 kasus
Hernia Inguinalis Lateralis
• Lokus minoris resisten = anulus
inguinalis internus / profundus /
lateral
• Isi hernia masuk melalui anulus
inguinalis internus memasuki
canalis inguinalis keluar
melalui anulus inguinalis
externus memasuki funiculus
spermaticus dan DAPAT TURUN
HINGGA SCROTUM (HERNIA
SKROTALIS)
• HIL kongenital akibat
processus vaginalis persisten
• HIL akuisita adanya
Keyword isi hernia DAPAT masuk peningkatan tekanan
hingga skrotum intraabdominal kronis
terbukanya anulus inguinalis
internus
Hernia Inguinalis Medialis
• Lokus minoris resisten
= Trigonum Hasselbach
• Hernia melalui dinding
inguinal yang disebut
trigonum Hasselbach
• Selalu didapat ketika
dewasa akibat
Keyword isi hernia TIDAK DAPAT
peningkatan tekanan
masuk hingga skrotum intraabdominal kronis
dan kelemahan
Trigonum Hasselbach = Dibentuk tepi musculus relatif dinding
rectus abdominis, arteri epigastrica inferior,
ligamentum inguinalis inguinal posterior
Membedakan HIL dan
HIM • Finger Examination
Test
– Minta pasien berdiri
lalu masukkan jari
melalui skrotum
ikuti
funiculus
spermaticus hingga
mencapai anulus
inguinalis externus
– Minta pasien
mengejan
• Massa menyentuh
UJUNG JARI
Hernia inguinalis
lateralis
• Massa menyentuh SISI
JARI Hernia
Hernia reponibilis (reducible)
• Isi hernia MASIH DAPAT KELUARMASUK
• Protrusi isi hernia biasanya terjadi saat peningkatan tekanan intrabdomen (bersin, batuk, mengejan,
menangis, tertawa)dan posisi berdiri
• Protrusi isi hernia biasanya menghilang saat posisiberbaring
Hernia inkarserata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA.
• GANGGUAN PASASE USUS (+). GEJALA ILEUS mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen
kolik (hilang timbul)
Hernia strangulata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA disertai gangguan
aliran
arteri
• Adanya gangguan vaskularisasi akibat jepitan. Gejala NYERI ISKEMIK MENETAP, takikardia,
leukositosis, edema dan eritem pada kulit yang melapisi hernia, pasien tampak toxic, dehidrasi dan
demam
Tatalaksana Hernia Inguinalis
Non Bedah
• Mencari dan memperbaiki faktor risiko yang menyebabkan
hernia (misal BPH, batuk kronis)
• Analgetik bila nyeri
Lap belt marks -> Correlate with hollow and solid organ trauma
Trauma Organ Solid - Lien
Gambaran Klinis
– Jejas pada abdomen kiri atas
– Tanda syok hemorrhagik
– Nyeri abdomen pada
kuadran kiri atas
– Ruang Traube
perkusi dull
– Tanda peritonitis
– Kehr’s sign
• Nyeri bahu kiri akibat iritasi pada
peritoneum yang melapisi
permukaan bawah diafragma kiri
Trauma Organ Solid - Liver
Gambaran Klinis
– Jejas pada abdomen kanan atas
– Tanda syok hemorrhagik
– Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas
– Boa’s Sign : Nyeri yang menjalar hingga ke bahu kanan
Pemeriksaan Penunjang Abdominal
Trauma
X.Ray
• Pneumoperitonium, hemothorax and pneumothorax
• Tidak diindikasikan untuk pasien dengan hemodinamik tidak stabil
CT abdomen
• Pasien dengan hemodynamic stabil
FAS
T
Perforasi visceral abdomen Pneumoperitoneum
Plain Abdomen AP & Semierect : Subdiaphragmatic Air
Plain Abdomen LLD (Left Lateral Decubitus) :
Subdiaphragmatic Air (udara bebas)
Indications for a Laparotomy
Blunt abdominal trauma with hypotension with a
positive FAST or clinical evidence of intraperitoneal
bleeding
Blunt or penetrating abdominal trauma with a
positive DPL (diagnostic peritoneal lavage)
Hypotension with a penetrating abdominal wound
Gunshot wounds traversing the peritoneal cavity or
visceral/vascular retroperitoneum
Evisceration
Bleeding from the stomach, rectum,
or genitourinary tract from penetrating trauma
Peritonitis
Free air, retroperitoneal air, or rupture of
the hemidiaphragm
Contrast-enhanced CT that demonstrates ruptured
gastrointestinal tract, intraperitoneal
injury,
bladder pedicle injury, or severe visceral
renal
parenchymal injury after blunt or penetrating
trauma
ONCOLOG
Y
SURGERY
Breast Swelling Pregnancy
,
Bilateral Lactation
Drug-induced
Whole Breast
Pubertal
Unilateral
Newborn
Breast Swelling Mastitis /
Abscess
Fibrocystic
Cystic
Localized Galactocele
Fibroadenoma
Solid lump
Malignancy
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Benigna Maligna
• Kenyal • Keras
• Nyeri +/- • Tidak nyeri
• Reguler, halus • Ireguler
• Mobile, tidak terfiksasi • Terfiksasi ke kulit/dinding
• Tidak ada skin dimpling dada
• Discharge lebih ke arah • Skin dimpling
kuning/hijau • Discharge bloody
• Tidak ada retraksi • Retraksi puting
puting • Ulkus
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Fibroadenoma Mammae (FAM)
• Usia muda (15-25 tahun)
• Benjolan soliter/multiple, bulat, ukuran 1-3 cm, batas tegas, kenyal, mobile, tidak
nyeri (non tender)
Lesi Fibrokistik Mammae
• Usia reproduktif (25-40 tahun)
• Benjolan kistik, batas tidak tegas, ireguler, tender, soliter / multiple, nyeri dan
membesar saat menjelang haid
Tumor Phyllodes
• Usia 40-50an tahun
• Secara klinis tumor jinak, mirip FAM
• Massa payudara yang berukuran besar, ukuran dapat mencapai 20-30 cm
• Pertumbuhan tumor cepat dan menyebabkan regangan kulit kulit payudara
tampak mengkilap. Histopatologis “LEAF-LIKE PATTERN”
Benjolan Payudara
Phyllodes tumor
FA Fibrokistik Mammae
M “blue-dome cyst”
Leaf-like pattern
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Galaktokele
• Pada wanita menyusui -> Massa berisi susu akibat sumbatan duktus
laktiferus
• Massa solid, mobile, Tanda inflamasi (-)
Mastitis
• Pada wanita menyusui, paling sering disebabkan S. Aureus
• Tanda inflamasi lokal aktif (eritema, edema, nyeri, teraba hangat pada
payudara) dan Gejala sistemik (demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot)
Abses Mammae
• Komplikasi mastitis
• Benjolan FLUKTUATIF, nyeri, eritema, edema, hangat. Gejala sistemik (+)
MASTITIS ABCESS MAMMAE GALACTOKELE
Tatalaksana : Tatalaksana: Tatalaksana:
• Antibiotik (10-14 hari) • Insisi dan DRAINAGE • Aspirated
• Kompres hangat dan/atau • Antibiotik sistemik • Ice packs and good
dingin (tergantung (antibiotic tanpa drainage mechanical support
kenyamanan pasien) tidak bermanfaat) (well- fitting brassiere)
• Masase Punggung
• Analgetik
• Lanjutkan menyusui dan
perbaiki teknik menyusui
(sangat membantu pada
mastitis ringan dan
Ca Mammae
• Tumor ganas pada payudara.
• Adenokarsinoma : jenis paling banyak
• Karsinoma invasif = sel tumor menembus
membrana basalis dan menyebar ke jaringan
sekitar
– Karsinoma duktal invasif (70%)
– Karsinoma lobular invasif
• Karsinoma in situ (Paget’s disease)
• Faktor risiko riwayat kanker payudara pada ibu
atau saudara kandung perempuan, riwayat
kanker payudara sebelumnya, menarche terlalu
awal, menopause terlambat, penggunaan KB
hormonal, hormonal replacement therapy
Ca Mammae
Peau d’orange
Imaging In Breast Lump
Ultrasonografi
• Cocok untuk pemeriksaan pada
wanita muda, dimana jaringan
glandular payudaranya masih
padat
• Dapat membedakan kista (fluid-
filled) dan tumor solid
• Sangat baik dalam mendeteksi
kista
• Tidak dapat mendeteksi
mikrokalsifikasi (tanda awal lesi
ganas)
Imaging In Breast Lump
Mammografi
• Tidak begitu cocok pada
wanita dimana
muda,
jaringan glandular
payudaranya masih
• padat.
Seiring bertambah tua, jaringan glandular
akan atrofi dan digantikan oleh lemak
• Lemak lusen,
jaringan glandular dan
kanker opak. Sulit
membedakan
jaringan kanker dari
jaringan glandular
normal payudara pada Sand-like
mammografi microcalcificatio Spiculated
n
Kista Ganglion & Kista Baker